Anda di halaman 1dari 17

SAMPAH

“PENGELOLAAN SAMPAH DI DEPOK”

NAMA :….
NPM :….

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
a. Latar belakang masalah
Masalah pencemaran lingkungan bukanlah hal yang baru, melainkan masalah lama yang
mungkin seumur dengan kehidupan manusia sampai saat ini, di negara-negara berkembang
masalah lingkungan tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan negara maju, namun kasus
dan penyebabnya tidaklah sama. Kalau di negara-negara maju yang menjadi penyebab
utamanya adalah limbah-limbah industri seperti mercuri, gas beracun, smog dan lain
sebagainya, maka dinegara-negara berkembang seperti Indonesia adalah limbah rumah tangga
seperti sampah.
Timbunan sampah di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Laporan Badan Pusat
Statistik tahun 2018, bahwa jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 65.200.000 ton
per tahun dengan penduduk sebanyak 261.115.456 orang. Proyeksi penduduk Indonesia
menunjukkan angka penduduk yang terus bertambah dan tentunya akan meningkatkan jumlah
timbulan sampah. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya menjadi alasan
bertambahnya jumlah sampah baik sampah industri maupun rumah tangga, Sampah sebagai
salah satu penyebab terjadinya genangan air dan banjir di beberapa daerah yang berdampak
terhadap penurunan kondisi lingkungan.
Depok merupakan kota metropolis yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk
1.803.708 jiwa, luas daearah 169,68 ha, dan kepadatan penduduk 10.255 jiwa/km2
(portaldepok.go.id,2020). Kota Depok memiliki banyak permasalahan terkait lingkungan
hidup, seperti pencemaran situ, polusi udara dan yang sedang menjadi sorotan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah saat ini adalah permasalahan sampah. Gunungan sampah di
TPA sudah tidak dapat menampung sampah dari wilayah ini. Menurut Dinas Kebersihan dan
Lingkungan Hidup (DKLH) tahun 2018, produksi sampah di Kota Depok berjumlah 750-800
ton per/hari dan mengalami peningkatan sampai tahun 2019 hingga 1.300 ton per/hari atau
naik 61,53 % (Kisar, 2019). Produksi sampah mengalami peningkatan sebesar 500 ton dari
tahun sebelumnya dan diprediksi akan mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Laporan survey ekonomi nasional (SUSENAS) dalam BPS (2018, hlm.5) bahwa hanya
1,2 % rumah tangga yang melakukan kegiatan daur ulang. Selain itu, jumlah rumah tangga
yang membakar sampah mencapai 66,8 %, padahal pembakaran sampah merupakan sumber
polusi yang dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Pemerintah melalui Pepres 97 Tahun
2017 Pemerintah menargetkan pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga sebesar 30 % dan penanganannya sebesar 70 %, namun sampai saat ini
belum terlihat banyak mengalami perubahan. timbunan sampah masih saja menggunung
bahkan terus bertambah tingginya.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sikap
peduli terhadap lingkungan, seperti sosialisasi pemilahan sampah sebelum dibuang serta
bagaimana memanfaatkannya menjadi produk lain yang bermanfaat. Prilaku peduli
lingkungan hidup perlu ditingkatkan agar dapat membantu pemerintah dalam menurunkan
kuantitas sampah, upaya meningkatkan sikap peduli lingkungan hidup diantaranya adalah
melalui pendidikan lingkungan hidup, pembelajaran ecobrik di sekolah, …….

b. Tinjauan teori
1. Sampah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat (Depkes RI, 2008). Sampah merupakan bahan padat buangan
dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,
industri, puingan bahan bangunan dan besibesi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah
merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai (Sucipto, 2012).
Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume
sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan
seharihari (Sejati, 2009).
Sumber Sampah Sampah dapat bersumber dari berbagai aktivitas seperti rumah
tangga, sampah pertanian, sampah sisa bangunan, sampah dari perdagangan dan
perkantoran, serta sampah dari industri. Sampah yang paling banyak dihasilkan berasal dari
sampah rumah tangga (Suwerda, 2012). Jenis Sampah Menurut Sejati (2009) sampah
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Sampah organik atau basah Sampah basah adalah sampah yang berasal dari
makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,
sisa buah. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membususk atau hancur) secara
alami.
2) Sampah anorganik atau kering Sampah kering adalah sampah yang tidak dapat
terdegradasi secara alami. Contohnya : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol,
kaca.
3) Sampah berbahaya Sampah jenis ini berbahaya bagi manusia. Contohnya : baterai,
jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir. Sampah jenis ini
memerlukan penanganan khusus.

Sampah Plastik menurut Kumar (2011), plastik adalah salah satu makromolekul yang
dibentuk dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa
molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul
atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah
Karbon dan Hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering
digunakan adalah naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau
gas alam. Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan
peralatan rumah tangga, otomotif dan sebagainya (Sucipto, 2012). Semakin lama
penggunaaanya semakin meningkat dan tentunya setelah tidak dapat digunakan lagi akan
menjadi sampah plastik.
Jenis Plastik Plastik dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai temperatur
tertentu akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan.
Sedangkan termosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak
dapat dicarikan kembali dengan cara dipanaskan (Kumar dkk, 2011)

2. Kota Depok

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang
Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah
Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran
rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas
permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah
termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Gambar Peta Kota Depok
Sumber : Bappeda Kota Depok

Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan
Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ.
Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk
akibat tercemar. Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan
kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama
kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali
Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.
Sumber Daya Lahan
Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan perkembangan
kota yang sedemikianpesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan data analisis Revisi
RTRW Kota Depok (2000-2010)dalam pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada
tahun 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%)dari total pemanfaatan ruang Kota Depok.Pada
tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dari luas wilayah
Depokatau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000.
Meningkatnya tutupan permukaantanah, berdampak terhadap penurunan kondisi alam
Kota Depok, terutama disebabkan tekanan daripemanfaatan lahan untuk kegiatan
pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayahkota. Sementara luas
kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luaswilayah Kota
Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun 2000.Luas kawasan terbangun sampai
dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai 10.720,59 ha (53,28%)atau meningkat 3,63 %
dari data tahun 2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010diproyeksikan
seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005.
Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir
45,49% akantertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan
menutupi 2,96% total luaskota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49%
total luas kota, dan kawasankhusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan
permukaan tanah tersebut, ditambahdengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi
saluran drainase, diprediksikan akanmenyebabkan terjadinya genangan dan banjir di
beberapa kawasan, yang berdampak terhadappenurunan kondisi Kota Depok.Diperkirakan
pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa yang akan datang
akanmenghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yang semakin menyempit. Pada tahun
2010diperkirakan lahan sawah akan mengecil bila dibandingkan kondisi sekarang.
Penyempitan yangpaling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi
sederhana PU.
Sumber Daya Air
Sumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara
umumsungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua Satuan Wilayah Sungai besar,
yaitu sungaiCiliwung dan Cisadane. Selanjutnya sungai-sungai tersebut dibagi menjadi 13
Satuan WilayahAliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru, Pesanggrahan, Angke,
Sugutamu, Cipinang,Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang
Tengah dan sungai Caringin.Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur,
Barat dan Tengah. Luas keseluruhansitu yang ada di Kota Depok berdasarkan data tahun
2005 adalah seluas 169,68 Ha1), atau sekitar0,84 % luas Kota Depok.
Kedalaman situ-situ bervariasi antara 1 sampai 4 meter, dengan kualitasair yang paling
buruk terdapat pada Situ Gadog dan Rawa Besar. Selain penurunan kualitas air,kawasan
situ juga mengalami degradasi luasan.Pembangunan perikanan di Kota Depok juga
menghadapi masalah yang sama dengan pertanian tanamanpangan, yaitu penyempitan
lahan air kolam. Berdasarkan data tahun 2005, luas areal air kolamadalah 242,21 ha
dibandingkan pada tahun 2000 seluas 290,54 ha.
3. Solusi yang ditawarkan
1) Pemanfaatan sampah plastic dengan Ecobrik
Pengoalahan sampah tentunya sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah
sampah disuatu daerah. Pemerintah Daerah menghimbau masyarakat untuk
menerapkan metode 3R (Reduse atau mengurangi, Reuse atau menggunakan kembali,
Recycle atau daur ulang). Pendekatan yang dilakukan kepada masyarakat terkait 3R
dapat berupa ceramah, diskusi, dan pemaparan untuk langsung praktek proses
pengolahan sampah baik dalam pengomposan sampah organik maupun daur ulang
sampah anorganik (Ediana dkk, 2018)
Salah satu contoh penerapan metode Recycle atau daur ulang adalah ecobriks.
Ecobriks/Ecobrics berasal dari kata “Eco” dan “brick” yang artinya bata ramah
lingkungan. Disebut bata karena ecobriks dapat digunakan sebagai alternatif pengganti
batu bata konfensinal. Ecobriks adalah botol plastik yang diisi dengan sampah plastik
sampai penuh dan padat (Imron, 2020)
Ecobrick berasal dari dua kata dalam bahasa inggris, yaitu “ecology” dan “brick”.
Di mana ecology menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam
sekitarnya (lingkungannya). Adapun brick berarti bata, batu, batu merah/tembok, dan
bisa juga berarti orang yang baik atau menembok. Dua kata ini jika digabungkan
menjadi “ecobrick” yang berarti bata ramah lingkungan (Fatchurrahman, 2018).
Ecobrick adalah teknik pengelolaan sampah plastik yang terbuat dari botol-botol
plastik bekas yang di dalamnya telah diisi berbagai sampah plastik hingga penuh
kemudian dipadatkan sampai menjadi keras. Setelah botol penuh dan keras, botol-
botol tersebut bisa dirangkai dengan lem dan dirangkai menjadi meja, kursi sederhana,
bahan bangunan dinding, menara, panggung kecil, bahkan berpotensi untuk dirangkai
menjadi pagar dan fondasi taman bermain sederhana bahkan rumah Sejarah Ecobrick
(Fatchurrahman, 2018).
Dalam sejarahnya, Yogyakarta menjadi Kota pertama di dunia yang secara formal
mengadopsi ecobricking sebagai strategi pemerintah untuk mengatasi persoalan
sampah plastik di kota. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu pemimpin
utama gerakan ecobrick dunia yaitu Russel Maier. Russel yang merupakan seorang
desainer regeneratif dari Kanada ini telah mengembangkan teknologi ecobrick sejak
tahun 2012 di Philippines dan Bali. Keahliannya adalah memicu ecobricking menjadi
gerakan komunitas, kota dan Negara. Ecobrick adalah suatu sistem untuk mengelola
dan menggunakan ulang sampah plastik. Program ecobrick sebagai suatu sistem
pengelolaan sampah berkelanjutan, dengan cara yang sederhana dan bahan yang
terjangkau diharapakan dapat meningkatkan partisipasi maysarakat dalam pengelolaan
sampah berkelanjutan(Maier et al., 2016).
Dalam sejarahnya, Yogyakarta menjadi Kota pertama di dunia yang secara formal
mengadopsi ecobricking sebagai strategi pemerintah untuk mengatasi persoalan
sampah plastik di kota. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu pemimpin
utama gerakan ecobrick dunia yaitu Russel Maier. Russel yang merupakan seorang
desainer regeneratif dari Kanada ini telah mengembangkan teknologi ecobrick sejak
tahun 2012 di Philippines dan Bali. Keahliannya adalah memicu ecobricking menjadi
gerakan komunitas, kota dan Negara.
Ecobrick adalah suatu sistem untuk mengelola dan menggunakan ulang sampah
plastik. Program ecobrick sebagai suatu sistem pengelolaan sampah berkelanjutan,
dengan cara yang sederhana dan bahan yang terjangkau diharapakan dapat
meningkatkan partisipasi maysarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan (Maier
et al., 2016).
Cara Membuat Ecobrick Membuat ecobrick cukup mudah. Tetapi harus mulai
dengan benar. Ini adalah cara hidup dan kebiasaaan jangka panjang. Petunjuk
sederhana untuk membuat ecobrick yang sempurna (Maier, 2018) :
a. Kumpulkan, pisahkan, bersihkan, siapkan segala jenis plastik untuk membuat
ecobrick.
b. Pilih merk dan ukuran botol yang sama. Botol apa yang paling banyak di
komunitas anda
c. Memiliki ecobrick dalam botol yang sama sebangun mempermudah dan
memperindah hasil.
d. Gunakan tongkat kayu untuk memadatkan.
e. Hindari besi, kaca, yang akan merusak botol. Hindari kertas dan sisa makanan
yang akan terurai.
f. Masukkan plastik lembut yang berwarna untuk dasar botol untuk membuat
konstruksi bangunan ecobrick menjadi berwarna.
g. Sangat penting untuk memastikan kualitas ecobrick. Timbang ecobrick Anda.
Tolak ecobrick yang buruk atau tidak sesuai standar. Suggested minim
ecobrick weights 1500ml = 500g, 600ml = 200 g. Berat minimal = volume
botol x 0,33 g/ml adalah kepadatan minimum ecobrick yang bagus.
h. Pastikan memberikan label di setiap ecobrick: nama, tanggal, berat, nomor
seri.

Ketika plastik dibuang, dibakar atau ditimbun, mereka meracuni bumi, udara dan
air. Ketika kita menyimpan, memilah, dan membungkus dalam botol, kita bisa
membuat bata ecobrick yang bisa digunakan kembali. Bersama kita bisa
membangun kawasan hijau yang akan menyuburkan lingkungan dan masyarakat.
Jika sudah memiliki ecobrick cukup banyak, kita siap untuk membangun. Ecobrick
dapat disusun menjadi module/modular, untuk bangunan kebun, atau juga beberapa
konstruksi bangunan (Ecobricks.org.,2015).

Gambar 1. Cara membuat ecobrik


Sumber : https://www.pinterest.com/

Ecobrick menurut Cusido, et al (1996) bertujuan untuk mengoptimalkan


beberapa properti tersebut dan dengan demikian mencapai manfaat lingkungan
yang penting.

2) Kreativitas dalam pembelajaran melalui ecobrik


Kreativitas adalah hal baru dalam suau hal yang diperlihatkan dengan perbedaan
dari yang lain yang memiliki manfaat yang lebih fungsional. Menurut Munandar
(2009) kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai
kemampuan untuk memberi gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur yang
sudah ada sebelumnya. Pembelajaran pencemaran lingkungan melalui ecobrik dapat
merangsang kreativitas karena dengan ecobrik guru dapat mendorong siswa untuk
berkreasi membuat produk atau barang yang bisa dimanfaatkan lebih dari sekedar
plastic dan juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang bersumber dari
plastik..
Contohnya adalah siswa membuat tempat duduk dan meja. ada juga yang
membuat gapura sekolah, membuat hiasan taman da nada juga yang memanfaatkan
ecobrik sebagai bahan bangunan. karena ecobrik mampu bertahan hingga 200 tahun.
Pelaksanaan kegiatan ecobrik di SMP Nusa Bhakti sudah berjalan tetapi masih tahap
pengumpulan botol yang terisi. hanya baru beberapa botol yang terisi sehingga belum
bisa dimanfaatkan menjadi bentuk yang fungsional. sedangkan membentuk barang
yang fungsional memerlukan botol ecobrik yang sangat banyak.
Ecobrick adalah salah satu cara penanganan limbah plastik dengan mengemas
plastik yang bersih dan kering ke dalam botol plastik. ecobrik mengolah sampah
plastik menjadi sesuatu yang berguna dalam jangka waktu yang lama adalah
salah satu kunci keberhasilan program daur ulang limbah plastik. Berdasarkan hasil
kegiatan Fauzi, dkk (2020) bahwa masyarakat sudah bisa membuat tempat duduk
dari ecobrick.
Gambar : Kegiatan membuat ecobrik di Sekolah
Sumber : Yayan Suryana, majalahsora.com (2019)

Gambar : Kegiatan membuat bahan bangunan dengan ecobrik


Sumber: http://myranger89.blogspot.com

Gambar : Kegiatan membuat ecobrik di Sekolah untuk spot foto


Sumber: http://myranger89.blogspot.com/
Gambar : Kegiatan membuat gapura dengan ecobrik
Sumber : Palupi dan Wulandari, 2019

Gambar : Kegiatan membuat ruangan dengan ecobrik


Sumber : https://matob.web.id/
Gambar : Ecobrik dijadikan dekorasi pelaminan
Sumber : https://www.arinamabruroh.com/2018/03/ecobrick-untuk-
atasi-masalah-sampah-plastik.html

Pujiati &, Retariandalas (2019) bahwa ecobrick berfungsi untuk


memperpanjang kegunaan plastik bagi kepentingan manusia. Ecobrick bisa
digunakan sebagai bahan bangunan sehingga selain permasalahan sampah bisa
sedikit teratasi juga mempunyai nilai kegunaan tinggi. Dengan penerapan gaya
hidup minim sampah ini diharapkan bisa meminimalkan penggunaan plastik
sehingga menurunkan buangan sampah plastik kita ke lingkungan. Sedangkan
ecobrick menangani sampah sisa konsumsi yang susah kita hindari.
Hasil penelitian Putri, dkk (2019) bahwa kemampuan ekoliterasi dengan
memanfaatkan sampah akan meningkat serta kreativitas siswa dapat terwujud
melalui model pembelajaran berbasis proyek. Berbasis proyek tersebut yaitu
dengan membuat ecobrik untuk dibuat menjadi sebuah hiasan atau produk lainnya
dengan memanfaatkan plastik bekas.
Aryani (2020) melakukan pengujian di Laboratorium beton Universitas
Pancasila menggunakan material eco-bricks yang mengandung pasir
menunjukkan nilai kuat tekan terbesar yaitu 41,2 Mpa dibandingkan untuk bata
merah yaitu 27 Mpa dan bata beton 38 Mpa. Dari hasil eco-bricks nilai kuat tekan
yang lebih tinggi dibandingkan bahan lainnya. Hafsari & Wahyuni (2020) Siswa
mampu membuat ecobrick menjadi dekorasi yang menarik di lingkungan sekolah.
Siswa dapat menggunakan ecobrick untuk dijadikan pagar taman sekolah.
Kegunaan dari ecobrick menurut Leria, dkk (2020) bukan untuk
menghancurkan sampah plastik, tetapi untuk mendaur ulang sampah tersebut dan
mengolahnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna dan nilai jual. Pembuatan
ecobrick juga tidak membutuhkan keterampilan khusus dan hanya membutuhkan
biaya yang sedikit, karena memanfaatkan sampah plastik rumah tangga sebagai
bahan utama. Menuru Penelitian Lubis (2021) biaya pembuatan dinding dari
ecobrick untuk 1 m2 ialah sebesar Rp 159.000, sedangkan biaya pembuatan bata
dengan tebal ½ bata sebesar Rp 207.200, dinding dari ecobrick dapat menghemat
biaya sebesar 38%

3) Membuat paving block dari sampah plastic

Limbah kantong kresek dipilih jadi material sasaran karena keberadaan yang
dianggap tidak bernilai. Para pemulung lebih suka mengumpulkan sampah plastik air
mineral karena berharga Rp2.500/kg. Sampah plastik ini banyak digunakan untuk daur
ulang. Sementara paving block dipilih sebagai produk daur ulang mereka karena tidak
kontak langsung dengan manusia dalam penggunaannya. Dengan begitu permasalahan
higienitas dan dampak buruk pada kesehatan tidak akan muncul. Untuk mewujudkan Eco
Pavings, mereka melakukan riset dari 10 bulan yang lalu. Tidak kurang 14 kali uji coba
campuran material dilakukan untuk mengetahui komposisi yang paling tepat.
Proses pembuatan Eco Pavings ini dimulai dari pencacahan plastik yang
dilanjutkan dengan pelumeran hingga menjadi bubur. Proses pencampuran dengan
material lain dilakukan setelah proses pelumeran itu. Angga menjelaskan salah satu
tantangan adalah menjaga suhu panas untuk melumerkan plastik. “Ketika pemanasannya
tidak pas, tentu ikatan polimernya menjadi tidak sempurna, atau dekomposisi,” ujarnya.
Rata-rata sampah plastik kresek berjenis HDPE (high density polyethylene) yang titik
lumernya berada pada suhu 160-180 derajat Celsius. Kekuatan Eco Pavings itu telah diuji
melalui 3 parameter, yakni kekuatan tekan, tahan air, dan abrasi.
Eco Pavings memiliki tekanan minimal 35 Mpa - 80 Mpa. Adapun abrasi plastik
bisa bertahan hingga puluhan tahun tahun. Kekuatan Eco Pavings ini diklaim dua kali
lipat dibanding paving block konvensional. “Kami memodifikasi ini tidak cepat luruh.
Kalau secara teori sih plastik itu terurai bisa sampai puluhan sampai ratusan tahun. Jadi
kita pendekatan ilmu polimernya di situ,” tambah Angga. Eco Pavings ternyata
membutuhkan sampah plastik yang cukup besar. Setiap satu Eco Pavings membutuhkan
sekitar 1/2 kg sampah kantong plastik. Jika dalam 1 meter persegi digunakan 40 Eco
Pavings, produk tersebut telah menyingkirkan 20kg sampah plastik dari lingkungan.
Di sisi lain, produk ini masih lebih mahal daripada paving block konvensional.
Jika harga paving block di pasaran bervariasi antara Rp80 ribu-Rp130 ribu, Eco Pavings
berada pada kisaran Rp156 ribu-Rp160 ribu per meter. harga per meter persegi dari eco
pavings yang kami produksi, lebih tinggi sekitar 30%-35% dibandingkan dengan paving
blok biasa. Kemudian jika memperhitungkan proses pelumeran plastik, energi yang
digunakan juga lebih besar daripada yang dibutuhkan proses paving block konvensional.
Kebanyakan paving block tidak membutuhkan proses pemanasan dalam pembuatannya.
Meski masih memiliki beberapa kelemahan dibanding paving block biasa, dampak
lingkungan yang dihasilkan membuat produk tersebut pantas menjadi salah satu solusi
pengurangan sampah plastik. Selain itu,
Eco Pavings dapat merubah pola fikir masyarakat terhadap sampah plastik.
Artinya masyarakat sudah bisa memilah sampah organik dan anorganik. Sampah kresek
yang sebelumnya sama sekali tidak dilirik dijadikan punya harga. Mereka bekerja sama
dengan salah satu kampung di Citeureup untuk pengumpulan sampah tersebut dengan
program sampah tukar sembako. Rp1.300-Rp1.500 untuk 1 kg sampah kresek. Sampah
ditukar dengan sembako.

c. Referensi
Ariyani.D, N. Warastuti, R. N.Arini.(2021).Ecobrick Methode To Reduce Plastic Waste In
Tanjung Mekar Vilage, Karawang Regency. Civil and Environmental Science Journal :
CIVENSE, 4(1), 22-29.

Bambang Suwenda. 2012. Kajian Teori dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Cecep,

Dani Sucipto. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Semarang: Gosyen
Publishing

Faturahman. (2018). Manajemen Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Melalui Inovasi


“Ecobrick” Oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. https://www.researchgate.net/

Fauzi, M., Sumiarsih, E., Adriman, A., Rusliadi, R., & Hasibuan, I. (2020). Pemberdayaan
masyarakat melalui pelatihan pembuatan ecobrick sebagai upaya mengurangi sampah
plastik di Kecamatan Bunga Raya. Riau Journal of Empowerment, 3(2), 87-96.
https://doi.org/10.31258/raje.3.2.87-96

Hapsari, F., & Wahyuni, S. (2020). Making An Ecobrick as An Effort to Grow An Eco-
Friendly School in SMP PGRI 30 Jakarta in Order to Support the Adiwiyata School
Program. Literatus Journal, 2(2), 156-161. https://doi.org/10.37010/lit.v2i2.90

Kumar, A.A., K. Karthick, Arumugam, K. P., 2011, Properties of Biodegradable Polymers


and Degradatin for Sustainable Development, International Journal of Chemical
Engineering and Applications, 2(3), 164-167

Munandar,Utami.(2009). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta:Rineka cipta.

Palupi,S.Wahyuningsih, E.Widiyastuti, N.Eka, Nurjanah, A. Rahma ,Pudyaningtyas.


(2020). Pemanfaatan Ecobricks Sebagai Media Pembelajaran Untuk Anak Usia
Dini. DEDIKASI: Community Service Report, 2(1), 28-34

Putri. S.S, M. Japar, R. Bagaskorowati.(2019). Increasing ecoliteracy and student creativity in


waste utilization. International Journal of Evaluation and Research in Education
(IJERE). 8(2), 255-264. DOI: 10.11591/ijere.v8i2.18901
https://mediaindonesia.com/weekend/211521/mengubah-limbah-plastik-menjadi-paving-
block

Anda mungkin juga menyukai