Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat
tiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 jumlah
penduduk Indonesia mencapai 238.518.800 jiwa dan meningkat menjadi 255.461.700
jiwa pada tahun 2015. Badan Pusat Statistik juga memproyeksikan bahwa pada tahun
2020 jumlah penduduk Indonesia akan meningkat mencapai 271.066.400 jiwa.
Pulau Jawa menjadi pulau dengan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan
pulau-pulau lainnya. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Pulau Jawa mencapai
145.143.600 jiwa dan sebanyak 10.177.900 jiwa berada di DKI Jakarta. Berdasarkan
Proyeksi BPS, pada tahun 2020 nanti jumlah penduduk DKI Jakarta akan mencapai
10.645.000 jiwa.
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk tersebut menyebabkan lahan
yang digunakan sebagai hunian semakin sempit. Hal ini sesuai dengan data dari BPS
Jakarta yang menyatakan bahwa pada tahun 2014, sebanyak 55,61% rumah tangga di
Jakarta memiliki luas lantai rumah dibawah 50 m2 dan sebanyak 20,92% memiliki luas di
atas 100 m2 (BPS Jakarta, 2015). Akibatnya, akan muncul kawasan-kawasan permukiman
padat penduduk dan kawasan kumuh.
Meningkatnya jumlah penduduk akan mempengaruhi tingkat timbulan sampah
yang dihasilkan oleh masyarakatnya. Berdasarkan data dari Direktorat Pengelolaan
Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, jumlah timbulan sampah di
Indonesia pada tahun 2015 adalah 64,4 juta ton/tahun dan meningkat menjadi 65,2 juta
ton/tahun pada tahun 2016. Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK RI juga
memproyeksikan bahwa pada tahun 2017 jumlah timbulan sampah di Indonesia adalah
65,8 juta ton/tahun dan akan terus meningkat tiap tahunnya hingga mencapai angka 70,8
juta ton/tahun pada tahun 2025.
Berdasarkan sumber sampahnya, jumlah timbulan sampah rumah tangga
mempunyai presentasi tertinggi dibandingkan dengan sumber sampah lainnya yaitu
sebesar 36% (Laporan Nonfisik Adipura 2015-2016, Direktorat Pengelolaan Sampah
KLHK RI, 2017). Pada tahun 2013 sebanyak 18,79% rumah tangga melakukan pemilahan
sampah dan sebanyak 81,21% rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah. Hal ini
semakin memprihatinkan melihat pada tahun 2014 jumlah rumah tangga yang melakukan
pemilahan sampah makin berkurang menjadi 17,23% dan rumah tangga yang tidak
melakukan pemilahan sampah meningkat menjadi 82,77% (BPS, 2017).
Pada praktiknya, pemilahan sampah masih sulit dilakukan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk membudayakan masyarakat
memilah-milah sampah, salah satunya seperti menyediakan tempat sesuai jenisnya yaitu
sampah organik dan sampah non organik. Akan tetapi pada akhirnya masih banyak
masyarakat yang membuang sampah tidak sesuai dengan jenisnya, masih ada yang
membuang sampah organik di tempat sampah non organik dan sebaliknya.
Konsep lama pengelolaan sampah yang digunakan di Indonesia adalah
pengumpulan-pengangkutan-pembuangan (Damanhuri, 2010). Proses pertama adalah
pengumpulan sampah dari sumbernya seperti perumahan, permukiman, kawasan niaga
dan lain-lain ke TPS (Tempat Penampungan Sementara). Setelah sampah terkumpul di
TPS, sampah diangkut untuk dibawa ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir).
TPA merupakan tempat di mana sampah mencapai tahap terakhir dan diisolasi
secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Secara
umum, pemrosesan sampah di TPA dikenal dengan tiga metode yaitu Open dumping,
Control landfill, dan Sanitary landfill. Pada metode open dumping, sampah dibuang dan
dihamparkan di area terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut
penuh. Metode control landfill, merupakan peningkatan dari open dumping di mana
secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Sanitary landfill merupakan
metode pengurukan sampah ke dalam tanah dengan menyebarkan sampah secara lapis
per-lapis pada sebuah lahan yang telah disiapkan kemudian dilakukan pemadatan dengan
alat berat dan pada akhirnya urukan sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah
penutup setiap hari. Berdasarkan data dari Kementerian PU tahun 2012, sekitar 99% TPA
di Indonesia masih menggunakan metode open dumping. Pengelolaan sampah kota
sedang-kecil dengan jumlah penduduk 20.000 500.000 jiwa secara keseluruhan
memiliki TPA open dumping. Masih sekitar 70% TPA yang didesain secara control
landfill/sanitary landfill dari 492 TPA di seluruh Kab/Kota di Indonesia (Asisten Deputi
Telematika dan Utilitas Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan
Wilayah, 2013).
Sistem pengolahan di Jepang
Kondisi lingkungan di Kota Bambu Selatan
Program Indonesia bebas sampah 2020

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Pertanyaan Penelitian
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
1.4.2 Tujuan Khusus
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Lingkup Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Teori
3.2 Kerangka Konsep
3.3 Definisi Operasional

Anda mungkin juga menyukai