Kepatuhan DJP
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
i
Disclaimer:
Isi dalam modul ini semata-mata hanya digunakan untuk pembelajaran dalam rangka
pengembangan kompetensi pegawai DJP.
Rujukan utama tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerbit:
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI
Januari 2024
DAFTAR ISI II
KATA PENGANTAR IV
DAFTAR TABEL VI
DAFTAR GAMBAR VII
1. struktur organisasi yang efektif dan efisien dengan memperhatikan cakupan geografis,
karakteristik organisasi, ekonomi, kearifan lokal, potensi penerimaan dan rentang
kendali (span of control) yang memadai, mendukung perluasan jangkauan pelayanan
dan pengawasan Wajib Pajak dan penyelesaian tugas tepat waktu dan berkualitas;
2. sumber daya manusia yang tangguh, akuntabel dan berintegritas dalam rangka
menjalankan administrasi perpajakan demi mencapai target penerimaan pajak dan
strategis lainnya;
4. proses bisnis inti administrasi perpajakan yang efektif, efisien, dan akuntabel;
1. Seri modul materi perpajakan yang terdiri atas: KUP, PPh, PPN, PBB, dan Bea Meterai;
2. Seri modul materi non perpajakan yang terdiri atas: Organisasi, Keuangan, Kepegawaian,
Internalisasi Kepatuhan, Tata Naskah Dinas, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Seri modul materi khusus untuk Account Representative dan Penelaah Keberatan.
Modul tersebut digunakan sebagai salah satu sarana pembelajaran dan pengembangan
kompetensi pegawai. Modul ini diharapkan dapat membantu seluruh pegawai DJP untuk
memahami tugas dan pekerjaannya dengan lebih mudah sehingga dapat berkontribusi
secara optimal pada organisasi untuk mendorong meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
(WP) dan mengurangi Tax Gap. Pada akhirnya, dapat berkontribusi untuk mendukung
penerimaan pajak sesuai yang diamanatkan dalam APBN dan meningkatkan Tax Ratio.
1. Ketentuan Umum
Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai di DJP diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor 22/PJ/2019 (PER-22/PJ/2019) tentang Kode Etik dan Kode Perilaku
Pegawai di DJP. Peraturan ini merupakan implementasi dari Pasal 21 ayat (3)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Keuangan. Peraturan tersebut disusun
dalam rangka mendukung upaya penguatan budaya organisasi serta untuk
mewujudkan misi ketiga DJP dalam menjamin penyelenggaraan negara yang
berdaulat dan mandiri dengan aparatur pajak yang berintegritas, kompeten, dan
profesional, serta untuk mendukung efektivitas penerapan kode etik dan kode perilaku
pegawai di lingkungan DJP. Dalam PER-22/PJ/2019, terdapat beberapa ketentuan
umum sebagai berikut:
No Istilah Keterangan
Sumber: PER-22/PJ/2019
Setia dan
ASN diwajibkan untuk setia
mempertahankan Undang-
dan mempertahankan
Undang Dasar Negara
2 Undang-Undang Dasar dan
Republik Indonesia Tahun
pemerintahan yang sah
1945 serta pemerintahan
menurut hukum.
yang sah
Menghormati dan
Menghargai komunikasi, mempraktikkan komunikasi
12
konsultasi, dan kerja sama yang efektif, konsultasi, dan
kerja sama.
Mendorong adanya
Mendorong kesetaraan kesetaraan dalam
14
dalam pekerjaan kesempatan kerja tanpa
diskriminasi.
Berusaha untuk
meningkatkan kinerja sistem
Meningkatkan efektivitas
pemerintahan yang
sistem pemerintahan yang
15 berlandaskan prinsip
demokratis sebagai
demokrasi sebagai bagian
perangkat sistem karier
dari karier dan tugas
pegawai.
Pelayanan Kesempurnaan
a. Butir Dan Contoh Perbuatan Kode Etik Dan Kode Perilaku Nilai Integritas
Pada bagian ini, akan menjabarkan butir- butir implementasi dari nilai integritas
yang disertai contoh perilaku tiap butirnya untuk memudahkan pemahaman
terhadap setiap butirnya.
Contoh perbuatan:
Sebagai petugas TPT Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ABC, pegawai A selalu
memberikan pelayanan yang sama dan setara kepada seluruh Wajib Pajak
tanpa membedakan suku, ras, dan golongan.
Perbuatan A telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai Z adalah pegawai Kanwil DJP PQR yang memiliki hobi koleksi
barang mewah dan bergaul dengan teman-temannya dengan mengkonsumsi
minuman keras. Pegawai Z menggunakan kartu kredit karena penghasilannya
tidak mencukupi untuk memenuhi hobi dan gaya hidupnya. Debt collector
seringkali ke Kanwil DJP PQR untuk menagih keterlambatan pembayaran
kartu kreditnya.
Perbuatan pegawai Z tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah Kepala Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal pada
KPP LMN. A selalu melaksanakan tugasnya dengan baik, benar serta inovatif.
Sikap dan perbuatan pegawai A menjadi teladan bagi pelaksana pada
Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal (SUKI) sehingga seluruh pegawai
pada KPP LMN sangat terbantu dengan dukungan yang baik dari SUKI dalam
melaksanakan pekerjaannya. Perbuatan A telah sesuai dengan Kode Etik
dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai J adalah pegawai pada Kanwil DJP DEF. Pegawai J memiliki
keahlian menyanyi dan sering kali di hari Sabtu dan Minggu menjadi penyanyi
di acara pernikahan. Pegawai J memiliki istri, ibu K yang adalah seorang
penata rias. Antara pegawai dan istrinya tidak terdapat perjanjian pemisahan
harta dan ibu K tidak menjalankan kewajiban perpajakan sendiri. Pegawai J
selalu melaporkan penghasilannya sebagai pegawai DJP, penyanyi dan juga
penghasilan istrinya di dalam SPT Tahunan.
Perbuatan pegawai J telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai C adalah pegawai pada Kanwil MNO. Pegawai C selalu datang dan
pulang sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan serta memanfaatkan waktu
kerja sesuai ketentuan dengan sebaik-baiknya. Pegawai C adalah Pegawai
yang memiliki tingkat disiplin yang tinggi.
Perbuatan pegawai C telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai B adalah fungsional pemeriksa KPP Pratama XYZ yang ditugaskan
untuk memeriksa Wajib Pajak PT. CDE. Berdasarkan admistrasi perpajakan,
diketahui bahwa pemilik PT. CDE adalah ternyata kakak sepupu pegawai B.
Untuk menghindari benturan kepentingan dalam pelaksanaan pemeriksaan
PT. CDE, pegawai B meminta kepada Pimpinan Unit Kerja untuk dilakukan
perubahan susunan Tim Pemeriksa.
Perbuatan pegawai B telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai P adalah AR pada KPP LMN. Dalam setiap layanan konsultasi
ataupun sosialisasi kepada Wajib Pajak, pegawai P tidak pernah meminta
imbalan atau biaya. pegawai P juga selalu menyampaikan kepada Wajib
Pajak bahwa DJP tidak pernah meminta biaya ataupun imbalan kepada Wajib
Pajak dalam bentuk apapun, dan agar Wajib Pajak berhati-hati terhadap
pihak-pihak yang mengatasnamakan DJP yang meminta imbalan dalam
bentuk apapun terkait layanan perpajakan.
Perbuatan pegawai P telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah seorang pegawai DJP. Pada saat masa Pemilu/ Pilkada
berlangsung, pegawai A selalu aktif ikut serta dalam kampanye salah satu
partai politik serta menyebarluaskan atribut partai politik di lingkungannya.
Perbuatan pegawai A tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai L adalah pegawai pada KPP XYZ. Dalam menggunakan media
sosial pegawai L sering kali mengunggah berita maupun informasi yang belum
dapat dibuktikan kebenarannya sehingga dapat membentuk persepsi yang
tidak tepat.
Perbuatan pegawai L tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai C adalah AR pada KPP KLM. Pegawai C menyampaikan Surat
Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan (SP2DK) kepada
Wajib Pajak dengan data yang tidak sesuai dengan data potensi yang
sebenarnya sebagai bahan negosiasi untuk mendapatkan keuntungan
pribadi.
Perbuatan pegawai C tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai Z adalah Kepala KPP OPQ. Dalam keseharian baik di kantor maupun
di luar kantor pegawai Z senantiasa menerapkan pola hidup sederhana yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta tidak berlebihan.
Perbuatan pegawai Z telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah Kepala KPP ABC berencana akan mengadakan
perlombaan Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) dalam rangka peringatan
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Karena keterbatasan dana pihak
panitia, pegawai A menghubungi PT XYZ yang merupakan Wajib Pajak yang
terdaftar pada KPP ABC untuk menjadi sponsor untuk menyediakan hadiah
bagi para pemenang perlombaan tersebut.
Perbuatan pegawai A tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai G adalah pegawai pada Unit Eselon II KPDJP. Pegawai G
menghadiri seminar di luar negeri sehubungan dengan keahlian yang
dimilikinya dengan biaya perjalanan maupun akomodasi yang berasal dari
calon rekanan pengadaan barang/jasa di unit eselon II tersebut.
Perbuatan pegawai G tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah pelaksana Bagian Mutasi dan Kepangkatan KPDJP yang
menangani masalah mutasi. Sehubungan dengan akan dilakukannya mutasi
pegawai, Pegawai A menghubungi pegawai B yang bertugas di KPP XYZ dan
menawarkan bantuan agar pegawai B dapat dimutasikan ke tempat yang
diinginkannya dengan meminta sejumlah imbalan. Pegawai B menyanggupi
permintaan pegawai A. Perbuatan A dan B tersebut melanggar Kode Etik dan
Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai D adalah pegawai pada KPP DEF. Karena keahliannya, pegawai D
melakukan kegiatan tax review, tax planning, dan sekaligus mengisi SPT
Tahunan PPh Badan terhadap Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP GHI
dengan menerima imbalan.
Perbuatan pegawai D tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai D adalah pegawai KPP DEF. Sehubungan dengan isu peristiwa
kemanusiaan (pembantaian suatu etnis tertentu) yang terjadi di suatu tempat,
pegawai D menyebarluaskan berita maupun informasi yang isinya cenderung
menyudutkan suku maupun agama tertentu yang terlibat dalam peristiwa
tersebut.
Perbuatan pegawai D tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
17) Tidak menemui Wajib Pajak atau pihak lain yang berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan di luar kantor atau di luar
lokasi usaha Wajib Pajak, kecuali karena penugasan
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah Kepala Kantor pada KPP DEF. Dalam rangka edukasi
kewajiban perpajakan, pegawai A bersama Kepala Bidang P2Humas Kanwil
DJP KLM bertemu di tempat tertentu (tempat yang dipandang pantas secara
etika dan moral yang berlaku di masyarakat) dengan Wajib Pajak yang juga
merupakan pengusaha terkemuka atas permintaan dari Wajib Pajak. Sebelum
memenuhi permintaan untuk bertemu, pegawai A terlebih dahulu meminta
persetujuan dari Kepala Kanwil DJP KLM dan setelah pertemuan tersebut,
pegawai A melaporkan kegiatan secara tertulis kepada Kepala Kanwil DJP
KLM.
Perbuatan pegawai A tersebut sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai B adalah pejabat eselon II di Kanwil DJP. Suatu waktu pegawai B
menghadiri reuni alumnus Fakultas Ekonomi universitas DEF di restoran
ternama. Selama acara reuni, pegawai B tidak membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan kerahasiaan jabatan atau pekerjaannya.
Perbuatan pegawai B tersebut sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai K adalah Kepala Kantor KPP ABC. Pada saat rapat pembinaan,
pegawai K kecewa dan marah sambil mengucapkan cacian dan hinaan
kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi karena laporan realisasi
penerimaan extra effort tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Perbuatan pegawai K tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai T adalah pegawai pada KPP JKL. Suatu waktu sepulang dari kantor
pegawai T mendapatkan laporan dari istrinya bahwa putranya berkelahi di
sekolah sehingga sekolah memberikan surat panggilan kepada orang tua.
Karena merasa marah dan malu maka pegawai T memukuli puteranya
hingga mengakibatkan luka-luka.
Perbuatan pegawai T tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai R adalah pegawai wanita pada KPP LMN yang sering kali masuk
bekerja dengan menggunakan pakaian terbuka yang secara moral
dipandang tidak pantas.
Perbuatan pegawai R tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai Y adalah seorang pegawai pada Direktorat STU. Y sering
mengunjungi tempat perjudian, tidak hanya itu, pegawai Y juga kerap
mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan hingga mabuk dan
membuat keributan di lingkungan tempat tinggalnya. Perbuatan pegawai Y
tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai F adalah seorang pegawai yang diketahui sesuai identitas resmi
adalah laki-laki di KPP OPQ. Dalam keseharian, gaya bahasa, perilaku,
dan/atau cara berpakaian pegawai F menyerupai wanita.
Perbuatan pegawai F tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai G adalah seorang pegawai DJP yang memiliki pasangan hidup
sesama jenis kelamin. Pegawai G mempengaruhi rekan kerjanya bergabung
dalam komunitas penyuka sesama jenis.
Perbuatan pegawai G tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai S adalah Kepala KPP Pratama KLM. Pegawai S menyampaikan
permohonan izin tidak berada di tempat untuk mengurus perpanjangan Surat
Izin Mengemudi di Kantor Polisi setempat. Pada saat pegawai S sudah berada
di lokasi, sekretaris pegawai S mengabarkan bahwa ada panggilan dari
Kepala Kanwil untuk membahas permasalahan yang mendesak. Sebagai
bentuk kesadaran akan kebutuhan organisasi, pegawai S menghadiri
panggilan dan menunda keperluan pribadinya tersebut. Perbuatan pegawai S
telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai B adalah Penelaah Keberatan pada Kanwil DJP GHI. Dalam
menyelesaikan proses permohonan keberatan, pegawai B senantiasa meneliti
dan menelaah setiap dokumen yang terkait dengan permohonan keberatan
Wajib Pajak sesuai dengan SOP dan kewenangan jabatannya sehingga hasil
keputusan sesuai dengan bukti dan/atau fakta.
Perbuatan pegawai B tersebut sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah pegawai pada Kantor Penyuluhan, Pelayanan, dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) BCD. Kepala KP2KP BCD menugaskan
pegawai A untuk memberikan sosialisasi tentang ketentuan perpajakan
terbaru di desa GQ yang hares ditempuh 10 jam perjalanan darat dan sungai.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah Kepala KPP DEF. Pada saat memberikan penilaian
perilaku dan kinerja pegawai pada KPP DEF, pegawai A mempertimbangkan
secara objektif kinerja dan perilaku bawahannya dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari, dengan mempertimbangkan capaian kinerja sesuai
dengan dokumen pendukung yang relevan.
Perbuatan pegawai A tersebut sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai C adalah Juru Sita pada KPP MNO. Pegawai C ditugaskan untuk
menyampaikan Surat Paksa (SP) kepada Wajib Pajak. Sebelum
melaksanakan tugas tersebut, pegawai C senantiasa memastikan prosedur
penyampaian SP sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
memperhatikan kondisi lingkungan tempat kedudukan atau tempat tinggal
Wajib Pajak, karakter Wajib Pajak, serta mempersiapkan langkah-langkah
antisipatif apabila terjadi situasi yang tidak kondusif sehingga SP dapat
tersampaikan dengan baik kepada Wajib Pajak.
Perbuatan pegawai C telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai F adalah pegawai pada KPP ABC. Pegawai F senantiasa
mempergunakan waktu kerja dengan efektif, efisien dan tepat waktu dalam
menyelesaikan tugasnya.
Perbuatan pegawai F telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai R adalah pegawai di KPP CDE. Pegawai R ditugaskan oleh
Pimpinan Unit Kerja untuk menyampaikan SP2DK kepada Wajib Pajak. Dalam
perjalanan pulang, pegawai R mampir ke suatu pusat perbelanjaan untuk
menghabiskan waktu jam kerja. Atas penggunaan waktu kerja yang
digunakan oleh pegawai R untuk kepentingan pribadi berada di mall, pegawai
R ditegur oleh atasannya dan R berani mengakui dan menerima sanksi atas
kesalahannya.
Perbuatan pegawai R telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai H adalah pegawai Direktorat KLM. Dalam melakukan sosialisasi, H
memiliki tugas pokok untuk melakukan sosialisasi ketentuan perpajakan
kepada unit vertikal di lingkungan DJP. Pada saat melaksanakan tugas,
pegawai H senantiasa memastikan ucapan dan sikapnya selaras dengan
norma kesopanan. Perbuatan pegawai H telah sesuai dengan Kode Etik dan
Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai D adalah AR di KPP DEF. Pegawai D dalam melakukan himbauan
kepada wajib pajak, selalu disertai dengan ancaman sanksi pidana atau
dengan mengancam dengan sanksi yang tidak sesuai dengan ketentuan dan
tidak melakukan edukasi kepada Wajib Pajak.
Perbuatan pegawai D tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai W adalah pegawai pada KPP BCD. Di lingkungan tempat kerjanya,
pegawai W selalu menjaga kebersihan dan kerapian meja kerjanya dengan
cara merapikan dan mengarsipkan berkas-berkas di atas mejanya dengan
baik dan membuang sampah yang ada di sekitar ruang kerja ke tempat
sampah.
Perbuatan pegawai W telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai P adalah pegawai Direktorat PQR. Pegawai P diberikan tugas
khusus bersama dua rekan kerja lainnya untuk melakukan pengumpulan
bahan dan keterangan atas pengaduan terhadap pegawai A di KPP XYZ dan
menggunakan pakaian sesuai kebutuhan di lapangan. Dalam pelaksanaan
tugas khusus, pegawai diberikan pengecualian untuk mengenakan pakaian
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perbuatan pegawai P telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai I selaku Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Kanwil GHI seringkali
meletakkan tanda pengenal penyidik di kendaraannya dengan maksud untuk
menghindari operasi lalu lintas di jalan raya.
Perbuatan pegawai I tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai M adalah pegawai pada KPP ABC. Suatu saat, pegawai M melihat
seseorang yang bukan merupakan pegawai/pramubakti akan memasuki
gudang berkas pelayanan, pegawai M segera menghampiri untuk
menanyakan keperluan demi menjaga kerahasiaan atau kebocoran atas
dokumen yang berada di ruang berkas dari orang yang tidak berhak dan
meminta yang bersangkutan untuk meninggalkan ruangan.
Perbuatan pegawai M telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Catatan:
Pegawai M memiliki tanggung jawab dan komitmen yang tinggi terhadap
lingkungan kerjanya.
Contoh perbuatan:
Pegawai Z adalah seorang AR pada Kanwil DJP IJK. Dalam melaksanakan
tugasnya, pegawai Z memberikan data WP A yang dikelolanya kepada WP B
sebagai pesaing dari WP A.
Perbuatan pegawai Z tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Dalam suatu rapat di KPP DEF yang dipimpin oleh Kepala Kantor, pegawai K
yang merupakan Kepala Seksi menyampaikan masukan atas inkonsistensi
atas pelaksanaan action plan agar tidak terulang pada tahun berjalan. Atas
masukan kritik tersebut, Kepala Kantor marah dengan cara melontarkan
ucapan yang tidak sopan kepada pegawai K.
Perbuatan Kepala Kantor tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Pada bagian ini, akan menjabarkan butir- butir implementasi dari nilai sinergi yang
disertai contoh perilaku tiap butirnya untuk memudahkan pemahaman terhadap
setiap butirnya.
Contoh perbuatan:
Pegawai L adalah pegawai pada KPP HIJ. Suatu saat pegawai M yang
merupakan rekan kerja pegawai L menderita luka akibat kecelakaan sehingga
memerlukan biaya pengobatan yang besar. Mengetahui hal tersebut pegawai
L berinisiatif untuk membantu pegawai M dengan memberikan sejumlah uang
sebagai bantuan pengobatan, serta mengajak rekan kerja lain untuk turut
serta meringankan biaya pengobatan pegawai M.
Perbuatan L telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai K adalah Anggota Baperjakat pada Direktorat KLM. Pegawai K dan
anggota Baperjakat lainnya dalam menentukan promosi dan mutasi pegawai,
selalu didasarkan pada integritas, kinerja, profesionalisme, dan kompetensi
para pegawai yang dimutasi atau promosi tanpa membedakan jenis kelamin,
Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan.
Perbuatan pegawai K telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai Q adalah pegawai pada KPP GHI. Pegawai Q ditugaskan membantu
pegawai C yang merupakan pegawai Direktorat KLM yang sedang
melaksanakan rekonsiliasi Barang Milik Negara pada KPP GHI. Pegawai Q
senantiasa membantu pegawai C dengan menyediakan data Barang Milik
Negara dan memberikan penjelasan yang dibutuhkan dengan baik.
Perbuatan pegawai Q telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai K adalah Kepala Kantor KPP ABC. Dalam menentukan rencana
kerja, K selalu memberikan kesempatan kepada para Kepala Seksi, Kepala
Subbagian Umum atau Supervisor untuk memberikan masukan atas program
yang akan dilakukan.
Perbuatan pegawai K telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai F adalah pelaksana di KPP TRE, pegawai F berkomitmen untuk
melaksanakan seluruh hasil pembahasan program kerja yang telah
diputuskan bersama dalam rapat pembinaan walaupun pegawai F tidak hadir
dalam rapat tersebut.
Perbuatan pegawai F telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai W adalah Pelaksana yang baru saja diangkat menjadi Account
Representative (AR) pada KPP KLM, dalam masa adaptasi dengan tugas
pokok dan fungsi pada jabatan yang baru, pegawai W mengalami kesulitan
dalam memahami beberapa SOP. Mengetahui kesulitan tersebut, pegawai K
yang merupakan atasan pegawai W menyusun kegiatan transfer of knowledge
dari AR senior untuk pegawai W dan para AR baru.
Perbuatan pegawai K telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah Kepala KPP ABC. Dalam setiap kegiatan rapat atau
lainnya, pegawai A selalu memberikan kesempatan kepada para anggota
rapat untuk menunaikan ibadah sesuai dengan waktunya.
Perbuatan A telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai K adalah pegawai pada Bidang P2Humas Kanwil DJP TUV. Pegawai
K memiliki keahlian dalam desain grafis dan bertugas membuat desain brosur,
pamflet, spanduk dan hal lain untuk keperluan penyuluhan dan kehumasan.
Pada suatu waktu pegawai K mendapatkan surat panggilan dari Direktorat
JKL untuk membuat desain grafis spanduk Sosialisasi SPT Tahunan Orang
Pribadi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pegawai K meminta izin kepada
atasannya. Perbuatan pegawai K telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode
Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai D adalah pegawai pada Kanwil DJP MNO. Pada saat pemilihan
kepala daerah, terjadi konflik internal yang terjadi di antara pegawai Kanwil
DJP MNO terkait pilihan calon kepala daerah. Pegawai D selalu netral dan
berusaha mendamaikan konflik.
Perbuatan pegawai D telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai B adalah pegawai KPP RST. Pegawai B mengetahui aib masa lalu
pegawai K yang merupakan rekan seseksinya dan menceritakan hal tersebut
kepada rekan lainnya dikantor.
Perbuatan B tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
d. Butir Dan Contoh Perbuatan Kode Etik Dan Kode Perilaku Nilai Pelayanan
Pada bagian ini, akan menjabarkan butir- butir implementasi dari nilai pelayanan
yang disertai contoh perilaku tiap butirnya untuk memudahkan pemahaman
terhadap setiap butirnya.
Contoh perbuatan:
Pegawai L adalah pegawai pada KPP KLM, saat bertugas apabila melihat
Wajib Pajak membutuhkan fasilitas tertentu seperti ruang laktasi ataupun kursi
roda, pegawai L segera menginformasikan lokasi ruang laktasi atau meminta
petugas keamanan untuk menyediakan kursi roda bagi Wajib Pajak tersebut.
Perbuatan pegawai L telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai P adalah pegawai pada Direktorat OPQ. Dalam memberikan
pelayanan kepada unit vertikal DJP, pegawai P senantiasa memastikan
kebutuhan asistensi yang disampaikan dapat segera terakomodir serta
menginformasikan dasar hukum/latar belakang dari setiap materi
bimbingan/asistensi yang diberikan. Dalam hal pegawai P tidak menguasai
permasalahan yang didiskusikan, P akan melibatkan pihak lain yang
kompeten.
Perbuatan pegawai P telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai B adalah petugas TPT pada KPP HIJ, pada pukul 16.00 pegawai B
menemui kerabatnya yang berkunjung ke kantor. Dalam hal ini, pegawai B
wajib memberitahukan maksud kedatangan dan meminta persetujuan dari
atasan langsungnya untuk dapat menemui kerabat tersebut.
Perbuatan pegawai B telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai R adalah pejabat yang menangani penetapan mutasi pegawai di
lingkungan DJP. Pegawai R memasukkan nama pegawai Z yang merupakan
sepupunya ke dalam usulan mutasi dari KPP Pratama ABC ke KPP Madya
DEF dengan harapan karier dari saudara sepupunya tersebut lebih cemerlang
tanpa memperhatikan kinerja pegawai Z di KPP Pratama ABC.
Perbuatan pegawai R tersebut melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
e. Butir Dan Contoh Perbuatan Kode Etik Dan Kode Perilaku Nilai
Kesempurnaan
Pada bagian ini, akan menjabarkan butir- butir implementasi dari nilai
kesempurnaan yang disertai contoh perilaku tiap butirnya untuk memudahkan
pemahaman terhadap setiap butirnya.
Contoh perbuatan:
Pegawai O adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak GHI, dalam setiap
rapat/kegiatan, pegawai O senantiasa mengajak berdoa seluruh pegawai
untuk mengawali rapat/kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing agar seluruh kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
Perbuatan pegawai O telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai L adalah Kepala KPP GHI. KPP GHI merupakan kantor yang paling
banyak dikunjungi untuk permintaan NPWP sehingga dari mulai pukul 05.00
pagi, para pendaftar sudah mulai berdatangan tanpa diketahui urutan
kedatangan. Pegawai K selaku Kepala Seksi Pelayanan berinisiatif membuat
dan mengusulkan kepada pegawai L sistem penomoran antrian yang
transparan sehingga Wajib Pajak yang hadir terlebih dahulu mendapatkan hak
sesuai dengan urutan kehadiran dan pegawai L menyetujui penggunaan
sistem penomoran antrian tersebut.
Perbuatan pegawai L telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai A adalah pegawai pada KP2KP BCD. Kepala KP2KP BCD
menugaskan pegawai A untuk memberikan sosialisasi tentang ketentuan
perpajakan terbaru kepada sekelompok Wajib Pajak. Sehubungan penugasan
tersebut, pegawai A mempelajari ketentuan tersebut dan mempersiapkan
materi sosialisasi sehingga kegiatan sosialisasi dapat berlangsung dengan
baik. Perbuatan pegawai A telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai K adalah Account Representative (AR) pada KPP MNO. Dalam
melaksanakan tugasnya, pegawai K senantiasa berupaya untuk mencapai
target penerimaan yang optimal dan memberikan pelayanan terbaik kepada
Wajib Pajak. Tidak hanya itu, pegawai K juga senantiasa mengimbau dan
mengedukasi Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak secara sukarela
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Perbuatan pegawai K telah sesuai
dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai P adalah Pegawai pada KPP LMN yang memiliki pandangan tertentu
atas cara ibadah dari agama, kepercayaan, ajaran, dan pikiran yang ia yakini
dan berbeda dengan ajaran pada umumnya. Pada saat melaksanakan ibadah
pegawai P memaksakan pegawai lain untuk mengikuti cara ibadah yang ia
yakini tersebut.
Perbuatan pegawai P telah melanggar Kode Etik dan Kode Perilaku.
Contoh perbuatan:
Pegawai J adalah Kepala Kantor pada KPP TUV. Pegawai J senantiasa
mengapresiasi dan memberikan dukungan atas kreativitas yang dilakukan
oleh pegawai di lingkungannya. Dalam setiap pelaksanaan rapat, pegawai J
juga tidak segan untuk menenma gagasan dan pendapat dari pegawai lainnya
sepanjang hal tersebut tidak melanggar ketentuan dan bernilai tambah bagi
organisasi.
Perbuatan pegawai J telah sesuai dengan Kode Etik dan Kode Perilaku.
1. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai,
penting bagi seluruh pimpinan unit kerja untuk mengambil langkah-langkah proaktif.
Pertama-tama, mereka perlu memastikan bahwa UKI diberdayakan dengan baik.
Selain itu, koordinasi dengan unit kerja Eselon II yang berperan sebagai UKI pada DJP
menjadi esensial dalam menjalankan pengawasan internal secara efektif. Selanjutnya,
penting bagi pimpinan unit kerja untuk memastikan bahwa Nilai-Nilai Kementerian
Keuangan dan semua ketentuan terkait penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku telah
diinternalisasi dengan baik oleh pegawai di lingkungan kerjanya. Hal ini akan
memastikan bahwa setiap pegawai memahami dan menerapkan Nilai-Nilai
Kementerian Keuangan dan ketentuan terkait penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku.
Di samping itu, atasan langsung memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah
pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai. Mereka diharapkan untuk
memberikan pemahaman yang jelas, menunjukkan keteladanan dalam berperilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan, serta melakukan pengawasan dan pembinaan
secara rutin terhadap bawahannya.
a. Pengaduan
Pengaduan adalah pemberitahuan yang disertai bukti/keterangan dan permintaan
oleh pihak yang berkepentingan untuk dilakukan pemeriksaan dan/atau penelitian
terhadap Pegawai yang diduga telah melakukan Pelanggaran Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai.
1) Sumber pengaduan berasal dari:
a) Pengaduan yang berasal dari pegawai; dan/atau
b) Pengaduan yang berasal dari masyarakat.
2) Pengaduan disampaikan melalui:
a) Secara langsung, pengaduan disampaikan melalui HelpDesk Direktorat
Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA)
dengan cara Pelapor bertatap muka langsung dengan petugas penerima
laporan.
b) Secara tidak langsung, pengaduan dapat dilakukan melalui saluran
pengaduan DJP sebagai berikut:
1. Saluran telepon (021) 52970777
2. Kring Pajak 1500 200
b. Temuan
Temuan adalah sekumpulan data dan/atau informasi terkait dugaan Pelanggaran
Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai yang diperoleh dari hasil
pengawasan/monitoring yang dilakukan oleh:
1) Atasan terlapor
2) Unit Kepatuhan Internal (UKI) dan/atau
3) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh atasan langsung disusun dalam Laporan Hasil
Penelitian paling sedikit memuat:
1) identitas pelapor dan terlapor;
2) kronologis kejadian;
3) analisis; dan
4) simpulan dan rekomendasi
Dalam hal atasan langsung terlapor menemukan bahwa dugaan pelanggaran kode
etik dan kode perilaku terdapat bukti yang memadai, atasan langsung melakukan
identifikasi atas unsur-unsur kumulatif untuk menentukan langkah selanjutnya.
Atas penelitian yang didukung dengan bukti yang memadai dan mengandung
unsur kumulatif, maka atasan langsung terlapor wajib meneruskan secara hierarki
kepada Pejabat yang Berwenang untuk dilakukan PEMBENTUKAN MAJELIS
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU yang dituangkan dalam Laporan Hasil
Penelitian.
Gambar 1-2 : Proses Penegakan Dugaan Pelanggaran Disiplin oleh atasan langsung
Jenis Tindakan
Skema
No yang dilakukan Output Jangka Waktu
Penagakan
atasan Langsung
Sumber: PER-22/PJ/2019
Pejabat yang
No Subjek yang Diperiksa
Memeriksa
` Sumber: PER-22/PJ/2019
a. Melakukan Pemanggilan
1) Pemanggilan dilakukan secara tertulis kepada terlapor paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan oleh Majelis.
2) Apabila terlapor tidak memenuhi panggilan pertama, maka dilakukan
pemanggilan kedua dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak
terlapor seharusnya hadir pada panggilan pertama.
3) Apabila terlapor tidak bersedia memenuhi panggilan kedua tanpa
alasan yang sah, Majelis merekomendasikan sanksi moral
berdasarkan alat bukti yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.
b. Melakukan Pemeriksaan
1) Jika terlapor memenuhi panggilan maka Majelis melakukan
Pemeriksaan terhadap terlapor yang dihadiri oleh seluruh anggota
Majelis dengan sidang tertutup.
2) terlapor diberikan kesempatan untuk memberi tanggapan dan membela
diri.
7. Koordinasi
Unit Kerja Eselon II sebagai UKI DJP akan melakukan koordinasi dengan atasan
langsung dalam hal:
a. Atasan langsung belum melakukan penelitian atas dugaan pelanggaran kode
etik.
b. Terdapat ketidaksesuaian dalam menentukan simpulan dan rekomendasi
hasil penelitian oleh atasan langsung.
c. Pejabat yang Berwenang tidak menindaklanjuti hasil rekomendasi dari Majelis
Kode Etik.
F. Latihan Soal
2. Tidak menemui Wajib Pajak atau pihak lain yang berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan di luar kantor atau di luar lokasi usaha Wajib Pajak kecuali karena
penugasan, adalah butir perilaku Kode Etik dan Kode Perilaku…
a) Nilai Sinergi
b) Nilai Integritas
c) Nilai Kesempurnaan
d) Nilai Profesionalisme
3. Untuk mencegah terjadinya Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai,
seluruh pimpinan unit kerja harus...
a) memberdayakan satu pegawai terbaik saja di unit kerja.
b) berkoordinasi dengan KPK dalam melaksanakan pemantauan.
c) memberdayakan UKI.
d) melaksanakan sidak setiap hari.
Pada Bab II, kita akan mempelajari mengenai Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 (PP 94 Tahun 2021) tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
PP 94 Tahun 2021 ditetapkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 86 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Sejak diberlakukannya PP 94
Tahun 2021, maka aturan sebelumnya yaitu PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Dalam Pasal 2 PP 94 Tahun 2021 menyatakan bahwa PNS wajib menaati kewajiban dan
rnenghindari larangan.
A. Kewajiban PNS
Terdapat 17 Kewajiban PNS yang diatur dalam pasal 3 dan pasal 4 PP 94 Tahun 2021,
sebagaimana berikut:
No Pasal Kewajiban
13. Pasal 4 huruf e melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
14. Pasal 4 huruf f masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
15. Pasal 4 huruf g menggunakan dan memelihara barang rnilik negara dengan
sebaik-baiknya
17. Pasal 4 huruf i menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan
tugas dan fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
No Pasal Larangan
13. Pasal 5 huruf m melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
Tingkat Hukuman
No Jenis Hukuman Disiplin
Disiplin
Teguran lisan
Ringan
1. Teguran Tertulis atau
Pasal 8 ayat (2)
Pernyataan tidak puas secara tertulis
Tingkat Hukuman
No Jenis Hukuman Disiplin
Disiplin
pelanggaran
pelanggaran
berdampak
Menjaga persatuan berdampak
2. - negatif pada Unit
dan kesatuan bangsa negatif pada
Kerja dan/atau
Negara
Instansi
Menunjukkan integritas
dan keteladanan pelanggaran pelanggaran pelanggaran
dalam sikap, perilaku, berdampak berdampak berdampak
6. ucapan, dan tindakan
kepada setiap orang, negatif pada negatif pada negatif pada
baik di dalam maupun Unit Kerja Instansi Negara
di luar kedinasan
Menyimpan rahasia
jabatan dan hanya pelanggaran pelanggaran pelanggaran
dapat mengemukakan berdampak berdampak berdampak
7. rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan negatif pada negatif pada negatif pada
peraturan perundang- Unit Kerja Instansi Negara
undangan
pelanggaran
Mengutamakan pelanggaran pelanggaran berdampak
kepentingan negara berdampak berdampak
11. daripada kepentingan negatif pada
pribadi, seseorang, negatif pada negatif pada Negara
dan/ atau golongan Unit Kerja Instansi dan/atau
pemerintah
Melaporkan dengan
segera kepada pelanggaran
atasannya apabila pelanggaran berdampak
mengetahui ada hal berdampak
12. yang dapat - negatif pada
membahayakan negatif pada Negara
keamanan negara atau Instansi dan/atau
merugikan keuangan pemerintah
negara
Melaporkan harta
kekayaan kepada Yang dilakukan Yang dilakukan
pejabat yang pejabat pejabat
13. berwenang sesuai - administrator pimpinan
dengan ketentuan dan pejabat tinggi dan
peraturan perundang- fungsional pejabat lainnya
undangan
Menyalahgunakan
1. - - √
wewenang
Memiliki, menjual,
membeli, menggadaikan, pelanggaran
menyewakan, atau pelanggaran pelanggaran berdampak
meminjamkan barang baik berdampak berdampak negatif pada
6.
bergerak atau tidak negatif pada negatif pada Negara
bergerak, dokumen, atau Unit Kerja Instansi dan/atau
surat berharga milik negara pemerintah
secara tidak sah
pelanggaran
pelanggaran berdampak
Melakukan pungutan di berdampak negatif pada
7. -
luar ketentuan negatif pada Negara
Instansi dan/atau
pemerintah
pelanggaran pelanggaran
Melakukan kegiatan yang berdampak berdampak
8. -
merugikan negara negatif pada negatif pada
Unit Kerja Instansi
pelanggaran pelanggaran
Bertindak sewenang- berdampak berdampak
9. -
wenang terhadap bawahan negatif pada negatif pada
Unit Kerja Instansi
pelanggaran pelanggaran
Menghalangi berjalannya berdampak berdampak
10. -
tugas kedinasan negatif pada negatif pada
Unit Kerja Instansi
Menerima hadiah
11. yang berhubungan dengan - - √
jabatan dan/atau pekerjaan
a. Sebagai peserta
kampanye dengan
mengerahkan PNS lain;
b. Sebagai peserta
kampanye dengan
menggunakan fasilitas
negara;
c. Membuat keputusan
dan/atau tindakan yang
Memberikan menguntungkan atau
dukungan merugikan salah satu
kepada calon pasangan calon
Presiden/Wakil sebelum, selama, dan
Presiden, calon a. Ikut sesudah masa
Kepala kampanye; kampanye;
Daerah/Wakil d. Mengadakan kegiatan
Kepala Daerah, b. Menjadi
peserta yang mengarah kepada
calon anggota keberpihakan terhadap
14. Dewan - kampanye
dengan pasangan calon yang
Perwakilan menjadi peserta pemilu
Rakyat, calon menggunakan
atribut partai sebelum, selarna, dan
anggota Dewan sesudah masa
Perwakilan atau atribut
PNS; kampanye meliputi
Daerah, atau pertemuan, ajakan,
calon anggota himbauan, seruan, atau
Dewan pemberian barang
Perwakilan kepada PNS dalam
Rakyat Daerah lingkungan unit
kerjanya, anggota
keluarga, dan
masyarakat; dan/ atau
e. Memberikan surat
dukungan disertai
fotokopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat
Keterangan Tanda
Penduduk.
d. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Surat Pemanggilan I
Surat panggilan diterbitkan oleh:
2) Surat Pemanggilan II
Apabila pada tanggal yang ditentukan pada surat panggilan pertama
yang bersangkutan tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal seharusnya yang
bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.
Apabila Pegawai yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin tidak
hadir memenuhi panggilan pemeriksaan pada tanggal pemeriksaan
yang ditentukan dalam surat panggilan kedua, Atasan Langsung
membuat:
a) Berita Acara Pemeriksaan; dan
b) Laporan Hasil Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin.
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan oleh Atasan Langsung atau Tim Pemeriksa terhadap
pegawai yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan secara
tertutup. Pemeriksaan dilakukan dengan menggali informasi antara lain:
a) Kapan, dimana, dan bagaimana pelanggaran disiplin terjadi;
b) Siapa yang bertanggungjawab; dan
c) Motif dan dampak atas pelanggaran disiplin tersebut.
Apabila pegawai yang diperiksa mempersulit pemeriksaan, Atasan
Langsung atau Tim Pemeriksa tetap dapat menggunakan bukti dan
keterangan yang ada untuk melaksanakan pemeriksaan.
Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Atasan Langsung atau Tim Pemeriksa, dan
Pegawai yang diperiksa.
f. Penjatuhan
1) Hasil Pemeriksaan Menyatakan Tidak Terbukti
Dalam hal Pegawai tidak terbukti melakukan Pelanggaran Disiplin dan
dinyatakan tidak bersalah, Atasan Langsung menyampaikan laporan
hasil Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin kepada Pimpinan Unit Eselon I
dan unit yang menangani Kepatuhan Internal pada masing-masing
eselon I secara hierarki melalui pejabat yang lebih tinggi paling lama 5
(lima) hari kerja setelah tanggal laporan hasil Pemeriksaan Pelanggaran
Disiplin.
1. Dasar hukum terbaru tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang menggatikan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
adalah...
a) Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021
b) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021
c) Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2020
d) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2020
2. Perilaku dibawah ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari oleh PNS,
kecuali...
a) menyalahgunakan wewenang
b) melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi yang dilayani
c) memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kompetensi
d) memberikan dukungan dengan mengikuti kampanye kepada calon
Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah,
atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
5. Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 4
(empat) sampai dengan 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) tahun akan dijatuhkan
hukuman disiplin berupa...
a) teguran tertulis
b) teguran lisan
c) pernyataan tidak puas secara tertulis
d) pernyataan tidak puas secara lisan
No Istilah Keterangan
Instansi
f. instansi yang menjalankan fungsi pelayanan publik.
Pejabat Publik
2. Pelaporan Gratifikasi
Sebagai seorang penyelenggara negara yang memiliki kewajiban dan tugas yang
berhubungan dengan jabatannya, setiap pegawai negeri wajib untuk melaporkan
gratifikasi yang ditolak dan/atau diterimanya. Pada dasarnya setiap pemberian yang
ditolak dan/atau diterima oleh pegawai negeri wajib untuk dilaporkan, kecuali
kondisi-kondisi tertentu yang dapat disebut sebagai negative list gratifikasi yang
wajib dilaporkan:
Setiap laporan gratifikasi yang masuk akan segera ditindaklanjuti oleh KPK
berdasarkan data dan informasi yang telah diisi lengkap dan benar pada formulir
laporan oleh penerima atau penolak gratifikasi yang dapat disampaikan dalam
bentuk tertulis, surat elektronik, atau aplikasi pelaporan GOL (Gratifikasi Online)
yang paling sedikit memuat:
a. identitas penerima berupa Nomor Induk Kependudukan, nama, alamat lengkap,
dan nomor telepon
b. informasi pemberi gratifikasi
c. jabatan penerima gratifikasi
d. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi
e. uraian jenis gratifikasi yang diterima
f. nilai gratifikasi yang diterima
g. kronologis peristiwa penerimaan gratifikasi
h. bukti, dokumen, atau data pendukung terkait laporan gratifikasi
Sering kali, gratifikasi yang diberikan berupa makanan dan/atau minuman yang
mudah rusak yang tidak dapat langsung ditolak saat diberikan karena tidak
diberikan secara langsung kepada pegawai, maka dalam ketentuannya, objek
gratifikasi tersebut dapat disalurkan sebagai bantuan sosial kepada yang
membutuhkan di luar unit kerja dengan tetap melakukan dokumentasi pemberian
bantuan sosial tersebut untuk keperluan pelaporan penerimaan gratifikasi.
a. Merupakan tahap lanjutan dari tahap verifikasi atas laporan yang seluruh
informasinya telah lengkap.
b. Pada tahap ini dilakukan telaahan informasi yang diperoleh dari proses
verifikasi untuk memperoleh akurasi informasi dan menentukan tindak lanjut
yang akan dilakukan
2. Hak Pelapor
3. Kompensasi
D. Latihan Soal
3. Gratifikasi yang diterima oleh pegawai negeri yang wajib dilaporakan dibawah ini
adalah ……
a) hadiah, apresiasi atau penghargaan dari kejuaraan, perlombaan atau kompetisi
yang diikuti dengan biaya dari unit kerja dan terkait dengan kedinasan
b) kompensasi atau honor atas profesi di luar kegiatan kedinasan, sepanjang tidak
terkait dengan tugas dan kewajiban, sepanjang tidak terdapat konflik
kepentingan dan tidak melanggar peraturan
c) karangan bunga sebagai ucapan yang diberikan dalam acara seperti
pertunangan, pernikahan, kelahiran, kematian, akikah, baptis, khitanan, potong
gigi, atau upacara adat/agama lainnya, pisah sambut, pensiun, promosi jabatan
d) pemberian cendera mata/plakat kepada instansi dalam rangka hubungan
kedinasan dan kenegaraan, baik di dalam negeri maupun luar negeri sepanjang
tidak diberikan untuk individu pegawai negeri atau penyelenggara negara
5. Jangka waktu penetapan status kepemilikan Gratifikasi yang dilaporkan kepada KPK
adalah paling lama …. sejak laporan diterima dan dinyatakan lengkap.
a) dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.
b) dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kalender.
c) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
d) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender.
A. Pendahuluan
Benturan kepentingan merupakan suatu kondisi pertimbangan pribadi yang
mempengaruhi dan/atau dapat menyingkirkan profesionalitas seorang pejabat dalam
mengemban tugas. Pertimbangan pribadi tersebut dapat berasal dari kepentingan
pribadi, kerabat atau kelompok yang kemudian mendesak atau mereduksi gagasan
yang dibangun berdasarkan nalar profesionalnya sehingga keputusannya
menyimpang dari orisinalitas keprofesionalannya dan berimplikasi pada
penyelenggaraan negara, khususnya di bidang pelayanan publik menjadi tidak efisien
dan efektif.
Untuk menjalankan tugas-tugas dalam proses pembangunan nasional, sangat penting
memiliki penyelenggara negara yang memiliki kewibawaan, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, efektif, dan efisien. Hal ini dikarenakan peran setiap
penyelenggara negara memiliki dampak yang signifikan. Selain membutuhkan tingkat
profesionalisme yang tinggi, setiap penyelenggara negara juga harus menunjukkan
integritas dan komitmen penuh terhadap kepentingan rakyat, negara, dan bangsa.
Prioritas harus diberikan pada kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau
kelompok. Pemerintah telah berupaya menciptakan penyelenggara negara seperti
yang dijelaskan di atas melalui berbagai kebijakan, termasuk kebijakan yang mengatur
pembatasan dengan tujuan terhindarnya dari situasi atau kondisi benturan
kepentingan seperti peraturan pemerintah mengenai larangan PNS menjadi anggota
parpol, pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta, dan beberapa
pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam rangka pendayagunaan aparatur negara
dan kesederhanaan hidup.
C. Benturan Kepentingan
Pada sub bab Benturan Kepentingan, kita akan membahas mengenai pejabat yang
berpotensi memiliki benturan kepentingan, bentuk benturan kepentingan yang sering
terjadi dan dihadapi oleh penyelenggara negara, dan jenis benturan kepentingan yang
sering terjadi.
No Lingkungan Pejabat
D. Latihan Soal
2. Tujuan dari pedoman umum penanganan benturan kepentingan ini adalah ...
a) Menyediakan kerangka acuan bagi instansi pemerintah untuk mengenal,
mencegah, dan mengatasi benturan kepentingan.
b) Mengakomodir peluang terjadinya benturan kepentingan.
c) Meningkatkan terjadinya pengabaian pelayanan publik dan kerugian negara.
d) semua jawaban salah.
4. Jenis benturan kepentingan yang terjadi pada lingkungan eksekutif adalah ...
a) Menjadi bawahan pihak yang dinilai.
b) Putusan pengadilan yang dipengaruhi oleh pihak yang terlibat dalam kasus
persidangan.
c) Pengangkatan/mutasi/promosi hakim yang tidak fair dan berindikasi adanya
pengaruh dan kepentingan pihak tertentu.
d) Menjabat sebagai dewan
A. Pendahuluan
Pelanggaran yang terjadi oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat
memberikan dampak negatif, baik bagi internal Direktorat Jenderal Pajak maupun
secara keseluruhan terhadap keuangan negara. Oleh karena itu, upaya pencegahan
dan deteksi dini pelanggaran dalam lingkungan Direktorat Jenderal Pajak memerlukan
partisipasi aktif dari pegawai dan masyarakat, yang diharapkan untuk melaporkan
setiap insiden pelanggaran yang mereka ketahui. Selain itu, untuk mendorong peran
serta pejabat/pegawai di Kementerian Keuangan dan masyarakat dalam pencegahan
serta penindakan tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan wewenang, Kementerian
Keuangan telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.09/2010
tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran
(Whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan serta Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 149/KMK.09/2011 mengenai Tata Cara Pelaporan dan Publikasi
Pelaksanaan Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan
Kementerian Keuangan. Berdasarkan pertimbangan atas dampak negatif pelanggaran
yang mungkin terjadi, serta untuk menciptakan mekanisme yang efektif dalam
penanganan pelaporan pelanggaran di lingkungan DJP, maka ditetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 22 Tahun 2011 tentang Kewajiban Melaporkan
Pelanggaran dan Penanganan Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing) di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
b. Pengaduan yang terkait dengan indikasi pelanggaran disiplin dan/atau kode etik
Atas pengaduan tersebut, ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan Direktur
Jenderal Pajak tentang penanganan pengaduan oleh Direktorat KITSDA. Tindak
lanjutnya dapat berupa:
1) pengumpulan bahan dan keterangan oleh Direktorat KITSDA;
2) investigasi oleh Direktorat KITSDA;
3) penerusan kepada Tim Kepatuhan Internal Kantor Wilayah untuk dilakukan
penelitian pendahuluan;
4) penerusan kepada atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan; atau
5) pengarsipan.
E. Hak-Hak Pelapor
Pelapor mendapatkan hak upaya perlindungan, informasi tindak lanjut penanganan
pengaduan, serta penghargaan.
1. Upaya Perlindungan
Pelapor yang berstatus pegawai berhak untuk mendapatkan upaya perlindungan.
Adapun pemberian upaya perlindungan terhadap pelapor yang berstatus sebagai
pegawai, dilakukan berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak atas usulan
Direktur KITSDA yang telah menerima dan meneliti surat permohonan surat
permohonan tertulis yang diajukan oleh pelapor atau pihak lain kepada Direktur
KITSDA. Persetujuan tersebut dituangkan dalam bentuk surat perintah pemberian
upaya perlindungan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hak-hak yang
diperoleh pelapor yang berstatus pegawai serta mekanisme penyampaian surat
perintah pemberian upaya perlindungan:
Namun demikian, dalam hal upaya perlindungan tidak disetujui, Direktur Jenderal
Pajak menerbitkan surat penolakan pemberian upaya perlindungan yang disertai
dengan alasan penolakan.
Adapun upaya perlindungan diberikan dalam hal::
a. perlindungan dari tindakan balasan yang bersifat administratif kepegawaian
yang merugikan pelapor, misalnya penurunan peringkat jabatan, penurunan
penilaian DP3, usulan pemindahan tugas/mutasi atau hambatan karier
lainnya (namun tidak terbatas pada contoh tersebut);
b. ldentitas Pelapor diketahui oleh terlapor; dan
c. Pelapor atau pihak lain mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
KITSDA, yang dapat berupa surat/surat elektronik dengan menggunakan
format sebagaimana dimaksud PER-22/PJ/2011
3. Penghargaan
Penghargaan yang diberikan kepada pelapor yang berstatus pegawai, berbentuk
piagam penghargaan dan:
a. promosi sampai dengan eselon IV atau pengusulan promosi sampai dengan
eselon II;
b. mutasi sesuai dengan keinginan;
c. kenaikan pangkat istimewa atau luar biasa;
d. training atau short course; dan/atau
e. imbalan prestasi kerja khusus maksimal sepuluh kali besarnya tunjangan
kinerja pelapor atau
f. imbalan lain yang setara.
F. Ketentuan Lain
Berikut ini adalah ketentuan lain yang diatur dalam PER-22/PJ/2011:
1. Pejabat yang terbukti menyalahgunakan jabatan dan/atau kewenangannya untuk
melakukan tindakan balasan yang bersifat administratif kepegawaian yang
merugikan pelapor yang berstatus pegawai, akan dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai yang berdasarkan hasil pemeriksaan terbukti dengan sengaja tidak
melaporkan suatu pelanggaran yang dapat membahayakan atau merugikan
negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materi
kepada atasan langsung atau melalui saluran pengaduan, dijatuhi hukuman
disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Pegawai yang berdasarkan hasil investigasi, hasil penelitian pendahuluan, dan
hasil pemeriksaan terbukti dengan sengaja membuat pengaduan palsu dan/atau
membuat pengaduan yang berisi fitnah, dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
G. Contoh-Contoh Pelanggaran
Berikut ini adalah contoh-contoh pelanggaran sebagaimana diatur dalam Pasal 2 PER-
22/PJ/2011:
Pasal 6 ayat {1) huruf a Contoh nomor 10a Contoh nomor 10b
Undang-Undang Nomor GT pegawai GT pegawai Direktorat
31 Tahun 1999 stdd. UU Direktorat Keberatan Jenderal Pajak yang
Nomor 20 Tahun 2001 dan Banding mencari didakwa melakukan tindak
“Dipidana dengan pidana penghasilan pidana pencucian uang
penjara paling singkat 3 tambahan dengan menyuap hakim Pengadilan
(tiga) tahun dan paling cara membantu Wajib untuk membebaskan dari
lama 15 (lima belas) Pajak memenangkan segala dakwaan.
tahun dan pidana denda perkara melawan GT yang menyuap hakim
paling sedikit Rp Direktorat Jenderal adalah pelaku pelanggaran.
150.000.000,00 (seratus Pajak dengan cara
lima puluh juta rupiah) menyuap hakim
dan paling banyak Rp Pengadilan.
750.000.000,00 (tujuh GT yang menyuap
ratus lima puluh juta hakim adalah pelaku
rupiah) setiap orang yang: pelanggaran.
a. memberi atau
menjanjikan sesualu
kepada hakim dengan
maksud untuk
mempengaruhi pufusan
perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili”
Pasal 6 ayat (1) huruf b Contoh nomor 11a Contoh nomor 11b
Undang-Undang Nomor Dalam contoh nomor O adalah Kepala KP2KP di
31 Tahun 1999 stdd. UU 10a, GT menyuap sebuah kota kecil di daerah
Nomor 20 Tahun 2001 pejabat yang menjadi timur indonesia yang
“Dipidana dengan pidana pengacara atau sedang menghadapi
penjara paling singkat 3 pembela Direktorat perkara perebutan tanah
(tiga) tahun dan paling Jenderal Pajak di dengan kerabatnya sendiri.
lama 15 (lima belas) tahun Pengadilan. Perkara yang dihadapi oleh
dan pidana denda paling GT yang menyuap O berujung di pengadilan.
sedikit Rp 150.000.000,00 pejabat yang menjadi Selama menjalani proses
(seratus lima puiuh juta pengacara atau peradilan atas perkara
rupiah) dan paling banyak pembela adalah perebutan tanah tersebut,
Rp 750.000.000,00 (tujuh pelaku pelanggaran. O menyuap pengacara
ratus lima puluh juta lawan (pengacara dari
rupiah) setiap orang yang: kerabatnya) agar sang
b. memberi atau pengacara memberikan
menjanjikan sesuatu pembelaan yang buruk
kepada seseorang yang sehingga O dapat
menurut kefentuan memenangkan perkara
peraturan perundang- perebutan tanah tersebut.
undangan ditentukan O yang menyuap
menjadi advokat untuk pengacara lawan agar sang
menghadiri sidang pengacara memberikan
pengadilan dengan pembelaan yang buruk
maksud untuk adalah pelaku pelanggaran
mempengaruhi nasihat
atau pendapat yang akan
diberikan berhubung
dengan perkara yang
diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili”
Pasal 6 ayat (2) Undang- Contoh nomor 12a Contoh nomor 12b
Undang Nomor 31 Dalam contoh nomor Dalam suatu perkara
Tahun 1999 stdd. UU 11a pejabat yang gugatan atas pelaksanaan
Nomor 20 Tahun 2001 menjadi pengacara penagihan pajak di
“Bagi hakim yang atau pembela Pengadilan, pejabat yang
menerima pemberian atau Direktorat Jenderal menjadi pengacara atau
janji sebagaimana Pajak di Pengadilan pembela Direktorat
dimaksud dalam ayat (1) menerima suap dari Jenderal Pajak di
huruf a atau advokat yang GT baik yang Pengadilan menerima
menerima pemberian atau mempengaruhi sejumiah uang dari Wajib
janji sebagaimana maupun tidak Pajak yang mengajukan
dimaksud dalam ayat (1) mempengaruhi gugatan. Pemberian uang
huruf b, dipidana dengan pembelaan, nasihat tersebut dimaksudkan
pidana yang sama atau pendapat yang untuk mempengaruhi
sebagaimana dimaksud akan diberikan, nasihat atau pendapat yang
dalam ayat (1)” berhubung dengan akan diberikan oleh pejabat
perkara yang yang menjadi pengacara
diserahkan atau pembela Direktorat
kepadanya untuk Jenderal Pajak tersebut
dibela. sehubungan dengan
Pejabat yang menjadi perkara yang sedang
pengacara atau ditanganinya.
pembela Direktorat Pejabat yang menjadi
Jenderal Pajak di pengacara atau pembela
Pengadilan, yang Direktorat Jenderal Pajak di
menerima suap dari Pengadilan, yang
GT adalah pelaku menerima suap dari Wajib
pelanggaran. Pajak adalah pelaku
pelanggaran.
Pasal 7 ayat (1) huruf b Contoh nomor 22a Contoh nomor 22b
Undang-Undang Nomor S adalah Pejabat T adalah Pejabat Penerima
31 Tahun 1999 stdd. UU Penerima Hasil Hasil Pekerjaan pada KPP
Nomor 20 Tahun 2001 Pekerjaan pada KPP Pratama VWX. KPP
Dipidana dengan pidana Pratama QQQ. Pada Pratama VWX sedang
penjara paling singkat 2 saat menerima hasil melaksanakan pengadaan
(dua) tahun dan paling pengadaan barang jasa perbaikan atas salah
lama 7 (tujuh) tahun dan bahan bangunan satu ruangan pada KPP
atau pidana denda paling berupa keramik yang tersebut. Selama proses
sedikit Rp100.000.000,00 diperiukan dalam pekerjaan perbaikan
(seratus juta rupiah) dan perbaikan salah satu tersebut, tukang yang
paling banyak ruangan di KPP mengerjakannya mengganti
Rp350.000.000,00 (tiga Pratama QQQ, S jenis semen yang
ratus lima puiuh juta dengan sengaja tetap seharusnya dipakai dengan
rupiah): menerima keramik semen yang berkualitas
a. pemborong, ahli yang dikirim oleh jauh lebih buruk. Hal ini
bangunan yang pada penjual walaupun diketahui dan dibiarkan oleh
waktu membuat diketahui kualitas T.
bangunan, afau penjual keramik tersebut jauh Pada saat melakukan
bahan bangunan yang dibawah kualitas pemeriksaan hasil
pada waktu menyerahkan keramik yang pekerjaan tersebut, T tetap
bahan bangunan, dipesan. menerima hasil pekerjaan
mefakukan perbuatan S yang tetap tersebut walaupun T
curang yang dapat menerima keramik mengetahui kecurangan
membahayakan yang kualitasnya yang terjadi selama proses
keamanan orang tidak sesuai dengan pengerjaannya.
keramik yang dipesan T yang bertugas melakukan
tersebut adalah pemeriksaan hasil
pelaku pelanggaran. pekerjaan pengadaan jasa
dan mengetahui adanya
kecurangan dalam proses
pengerjaannya tetapi tetap
menerima hasil pengadaan
jasa tersebut adalah pelaku
pelanggaran.
Pasal 128 dan Pasal 12C Contoh-contoh pemberian Contoh nomor 25b
UU Nomor 20 Tahun 2001 yang dapat dikategorikan E, Kepala KPP FGH,
Pasal 12B sebagai gratifikasi yang membeli sebuah
sering terjadi adalah: mobil dari sebuah
(1) Setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri 1. Pemberian hadiah atau dealer yang juga
atau penyelenggara negara parsel kepada pejabat merupakan Wajib
dianggap pemberian suap, pada saat ahri raya Pajak yang terdaftar
apabila berhubungan keagamaan, oleh di KPP FGH. Dalam
dengan jabatannya dan rekanan atau pembelian mobil
yang ebrlawanan dengan bawahannya; tersebut, pihak
kewajiban atau tugasnya, 2. Hadiah atau dealer memberikan
dengan ketentuan sebagai sumbangan pada saat potongan harga
berikut: perkawinan anak dari khusus kepada E.
pejabat oleh rekanan Sampai dengan
A. yang nilainya Rp
kantor pejabat lewat 30 (tiga puluh)
10.000.000,00 (sepuluh
tersebut; hari sejak
juta rupiah) atau lebih,
pembelian, E tidak
pembuktian bahwa 3. Pemberian tiket
juga melaporkan
gratifikasi tersebut bukan perjalanan kepada
potongan harga
merupakan suap dilakukan pejabat atau
khusus tersebut ke
oleh penerima gratifikasi; keluarganya untuk
KPK.
b. yang nilainya kurang dari keperiuan pribadi
secara cuma-cuma; E yang menerima
Rp 10.000.000,00 (sepuluh
potongan harga
juta rupiah), pembuktian 4. Pemberian potongan
khusus atas
bahwa gratifikasi tersebut harga khusus bagi
pembelian mobil
suap dilakukan oleh pejabat untuk
tersebut dan sampai
penuntut umum pembelian barang dari
dengan lewat 30
(2) Pidana bagi pegawai rekanan;
(tiga puluh) hari
negeri atau penyelenggara 5. Pemberian biaya atau sejak pembelian
negara sebagaimana ongkos naik haji dari tersebut tidak juga
dimaksud dalam ayat (1) rekanan kepada melaporkannya ke
adalah pidana penjara pejabat; KPK aadalah pelaku
seumur hidup atau pidana 6. Pemberian hadiah pelanggaran.
penjara paling singkat 4 ulang tahun atau pada
(empat) tahun dan paling acara-acara pribadi
lama 20 (dua puluh) tahun, lainnya dari rekanan;
dan pidana denda paling
H. Latihan Soal
3. F adalah seorang Ketua Tim Fungsional Pemeriksa Pajak yang sudah empat tahun
bertugas pada KPP Pratama GHI di luar Jawa. F meminta bantuan kepada A,
seorang pegawai Bagian Kepegawaian yang menangani mutasi, agar dapat
memindahkannya ke KPP di Kota J dengan menjanjikan untuk memberikan
sejumlah uang.
5. Berikut ini adalah penghargaan yang diberikan kepada pelapor pelanggaran yang
berstatus pegawai...
a) mutasi sesuai dengan keinginan
b) imbalan prestasi kerja khusus maksimal sepuluh kali besarnya tunjangan
kinerja pelapor
c) a dan b benar
d) a dan b salah
BAB I BAB IV
1. B 1. B
2. B 2. A
3. C 3. C
4. C 4. A
5. B 5. C
BAB II BAB V
1. A 1. B
2. C 2. C
3. A 3. A
4. A 4. D
5. A 5. C
BAB III
1. A
2. D
3. A
4. B
5. C
Zulkifli Rahmat
Seksi Internalisasi Kepatuhan,
Subdit Kepatuhan Internal, Direktorat KITSDA