Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL (SPI)


MATA KULIAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

DISUSUN OLEH:
1. FIRDA SEPTINA PUTRI (NIM: 2262206008)
2. NI PUTU VINA ANGGRENI (NIM: 2262206010)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS TRIATMA MULYA

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ‘Struktur
Pengendalian Internal (SPI) ’ tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Struktur Pengendalian Internal
(SPI) bagi pembaca dan penulis.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan Sebagian pengetahuannya sehingga dapat membantu kami menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki.
Oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan segala bentuk
saran beserta kritik yang membangun dari Dosen Mata Kuliah Sistem Informasi
Akuntansi . Akhir kata, kami berharap makalah dengan judul ‘Struktur Pengendalian
Internal’ memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Jembrana, 22 February 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II .............................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN............................................................................................................... 3

2.1 Tujuan Pengendalian dan Siklus Transaksi ............................................................ 3

2.2 Elemen SPI ............................................................................................................. 5

2.3 Etika dan SPI .......................................................................................................... 6

BAB III ........................................................................................................................... 12

PENUTUP ...................................................................................................................... 12

3.1 Simpulan ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi dinamika bisnis yang semakin kompleks dan lingkungan
eksternal yang terus berubah, organisasi membutuhkan landasan yang kokoh untuk
memastikan kelangsungan operasional dan keberlanjutan. Salah satu elemen kunci
dalam mencapai tujuan ini adalah Struktur Pengendalian Internal (SPI). SPI tidak
hanya mengacu pada sistem pengawasan, tetapi juga mencakup kebijakan, prosedur,
dan nilai-nilai etika yang membentuk dasar bagi keberhasilan operasional dan
keuangan suatu organisasi.
Peran SPI menjadi semakin penting mengingat pertumbuhan organisasi,
ekspansi bisnis, dan perubahan-perubahan regulasi yang terus berkembang.
Pemahaman mendalam tentang latar belakang masalah ini menjadi kunci untuk
merancang, mengimplementasikan, dan menjaga SPI yang efektif dan responsif
terhadap dinamika lingkungan bisnis.
Penelitian ini akan memfokuskan pada pemeriksaan secara rinci tentang
konsep, elemen, dan etika SPI dalam organisasi modern. Fokus utama akan diberikan
pada bagaimana SPI dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis dan
bagaimana nilai-nilai etika memainkan peran dalam pembentukan SPI yang efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Tujuan Pengendalian dan Siklus Transaksi dalam Struktur
Pengendalian Internal?
2. Apa saja yang tergolong dalam Elemen SPI?
3. Bagaimana peran Etika pada SPI?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan mendalami konsep serta
implementasi Struktur Pengendalian Internal (SPI) dalam organisasi modern.
Dengan merinci rumusan masalah sebagai panduan, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1
1. Menggali Konsep Tujuan Pengendalian dan Siklus Transaksi dalam Struktur
Pengendalian Internal (SPI)
2. Menganalisis Elemen-Elemen yang Tergolong dalam Struktur Pengendalian
Internal (SPI)
3. Struktur Pengendalian Internal (SPI):

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pengendalian dan Siklus Transaksi


Sistem pengendalian internal dijalankan oleh dewan direksi, manajemen,
serta seluruh staf karyawan, melalui pengendalian ini bertujuan untuk memberikan
jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan pengendalian. Secara spesifik tujuan
pengendalian menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) adalah
sebagai berikut.

a. Efektivitas dan efesiensi operasi.


b. Realibilitas pelaporan keuangan.
c. Kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang ada.
Dalam siklus transaksi dibagi menjadi dua, yaitu transaksi pendapatan dan
transaksi pengeluaran.
1. Siklus Transaksi Pendapatan (Revenue Cycle)
Siklus pendapatan dapat diartikan sebagai diartikan sebagai sebuah
rangkaian aktivitas bisnis organisasi untuk memperoleh keuntungan dan
dilakukan secara berulang. Peran Sistem Informasi Akuntansi dalam siklus
transaksi pendapatan digunakan untuk mendukung pelaksanaan fungsi dari siklus
menjadi lebih efektif. Fungsi dari siklus pendapatan tersebut yaitu menyediakan
produk, tempat, dan waktu dengan tepat serta menetapkan harga produk dengan
sesuai. Terdapat empat aktivitas dasar yang dilakukan dalam siklus pendapatan
yaitu terdiri dari sebagai berikut.
a) Entri Pesanan Penjualan
Aktivitas entri pesanan penjualan terdiri dari tiga langkah yaitu
menngambil pesanan pelanggan, memeriksa dan menyetujui kredit pelanggan,
serta memeriksa ketersediaan persediaan.
b) Pengiriman (Shipping)
Aktivitas pengiriman barang pesanan merupakan tanggung jawab dari
departemen bagian penggudangan dan pengiriman. Proses pengiriman dalam
siklus pendapatan terdiri dari dua langkah yaitu mengambil dan mengepak

3
barang pesanan serta mengirimkan barang pesanan ke alamat yang telah
diberikan oleh pelanggan.
c) Penagihan (Billing)
Penagihan para pelanggan merupakan aktivitas aktivitas ini melibatkan
dua tugas yang terpisah namun saling terikat yaitu menagihkan faktur dan
memperbarui piutang yang dijalankan oleh dua unit terpisah dalam
departemen akuntansi.
2. Siklus Transaksi Pengeluaran (Expenditure Cycle)
Siklus pengeluaran merupakan sebuah aktivitas kas keluar dari suatu
organisasi yang dilakukan secara rutin demi menunjang kinerja. Siklus
pengeluaran memiliki tujuan utama untuk meminimalkan total biaya perolehan
dan pemeliharaan persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan yang
diperlukan perusahaan. Terdapat empat siklus pengeluaran yaitu memesan dan
menerima bahan baku, perlengkapan, dan jasa, menyetujui faktur pemasok, serta
pengeluaran kas.
a) Memesan Bahan Baku, Perlengkapan, dan Jasa
Aktivitas pemesanan akan dilakukan berdasarkan dengan dokumen
purchase requisition yang berisikan daftar tujuan pengriman barang, tanggal
pemesanan, nama dan jenis barang atau jasa, serta kuantitas dari pemesanan.
b) Penerimaan Bahan Baku, Perlengkapan, dan Jasa
Ppenerimaan bahan baku, perlengkapan, dan jasa menggunakan dokumen
receiving report yang berisikan mengenai pengakuan penerimaan pesanan,
meliputi tanggal diterima, jenis dan kuantitas barang yang diterima, asal
pengiriman, dan nomor dokumen purchase order.
c) Menyetujui Faktur Pemasok
Persetujuan faktur pemasok dengan menggunakan dokumen voucher
package yang berisikan mengenai tanggal pembuatan, tanggal pembayaran,
dan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang telah diterima.
d) Pengeluaran Kas
Tahap yang terakhir dalam siklus pengeluaran yaitu melakukan
pembayaran atas pembelian bahan baku, perlengkapan, dan jasa kepada
pemasok. Pembayaran kepada pemasok dilakukan dengan menggunakan

4
dokumen pengeluaran kas yang berisikan tangal pembayaran, jumlah yang
harus dibayarkan, dan nomor faktur.

2.2 Elemen SPI


Salah satu model pengendalian internal yang paling banyak digunakan oleh para
auditor untuk dijadikan pedoman dalam mengevaluasi dan dan mengembangkan
pengendalian internal adalah COSO. Model COSO membagi elemen-elemen yang
terdapat dalam SPI menjadi lima bagian, yang terdiri dari sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan alat untuk menciptakan suasana
pengendalian dalam suatu organisasi, berupa etika, kompetensi, serta integritas
dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi agar lebih disiplin dan
terstruktur. Dalam lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan
manajemen. Secara spesifik lingkungan pengendalian mencangkup beberapa
bagian yaitu :
a. Integritas dan nilai etika.
b. Komitmen terhadap kompetensi.
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
d. Filsofi dan gaya operasi manajemen.
e. Struktur organisasi.
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.
g. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia.
h. Penaksiran resiko
2. Penentuan Risiko
Penentuan resiko dalam pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan, resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan,
sesuai dengan prinsip akuntansi. Adapun risiko yang dimaksud dapat timbul atau
berubah karena keadaan sebagai berikut :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi.
b. Pesonel baru.
c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki.
d. Pertumbuhan yang pesat.
e. Teknologi baru.

5
f. Lini produk, produk atau aktivitas baru.
g. Restrukturisasi korporasi.
h. Operasi luar negeri.
i. Penerbitan standart akutansi baru.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian terdiri dari persetujuan, tanggung jawab dan
kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang
kompeten dan jujur, pemeriksaan internal dan audit internal. Dalam menjalankan
prosedur-prosedur yang terdapat pada sistem akuntansi, personel perusahaan
harus mampu memberikan informasi yang akurat kepada pihak yang
membutuhkannya terutama bagi manajemen dan dapat menjalin komunikasi antar
bagian yang ada sehingga di dapat pelaksanaan yang seragam. Dengan
menghasilkan sistem informasi yang berkualitas akan menuai dampak dalam
pengembilan keputusan untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas entitas
serta untuk menyusun laporan keuangan yang andal.
4. Informasi dan Komunikasi
Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajemen.
Komunikasi dan informasi yang dimaksud adalah mengenai operasi pengendalian
internal untuk memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen dalam
mengevaluasi efektivitas pengendalian dan untuk mengelola, operasinya.
5. Pengawasan atau Pemantauan
Pengawasan/Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur
pengendalian intern yang diterapkan untuk mencapai tujuan dan ditinjau sewaktu-
waktu apabila kelayakannya tidak sesuai lagi dengan situasi yang ada. Sistem
pemantauan yang efektif dan efesien yang akan menghindari timbulnya piutang
tak tertagih.

2.3 Etika dan SPI


A. Peran Etika dalam Pengendalian Internal
Etika memiliki peran krusial dalam mendefinisikan integritas dan
kredibilitas Sistem Pengendalian Internal (SPI). Ketika nilai-nilai etika diterapkan
dengan konsisten dalam SPI, hal ini menciptakan landasan untuk menjaga

6
kepercayaan pihak-pihak yang terlibat. Beberapa aspek penting dari peran etika
dalam pengendalian internal melibatkan:
Mendorong Perilaku Jujur, Etika membimbing individu dalam
organisasi untuk menjunjung tinggi kejujuran. Dalam konteks SPI, ini berarti
semua transaksi dan kegiatan harus dilakukan dengan integritas, menghindari
praktik-praktik curang atau manipulatif. Memastikan Keadilan, Nilai-nilai etika
membantu menentukan standar keadilan dalam pelaksanaan SPI. Setiap elemen
pengendalian harus diterapkan secara adil, tanpa adanya pilih kasih atau perlakuan
tidak adil terhadap individu atau kelompok tertentu.
Bertanggung Jawab, Etika mendorong adanya tanggung jawab dalam
melaksanakan pengendalian internal. Ini mencakup kesadaran akan dampak
keputusan dan tindakan terhadap semua pihak terkait, termasuk karyawan, mitra
bisnis, dan masyarakat umum. Menghindari Konflik Kepentingan, Etika
membantu mencegah terjadinya konflik kepentingan dalam SPI. Karyawan dan
manajemen harus menghindari situasi di mana kepentingan pribadi atau kelompok
mengatasi kepentingan organisasi secara keseluruhan. Mengatasi Manipulasi
Data, Etika berperan dalam mencegah manipulasi data yang dapat merusak
keakuratan dan keandalan informasi yang digunakan dalam SPI. Kejujuran dalam
pelaporan dan dokumentasi menjadi landasan utama dalam upaya mencegah
praktik-praktik yang tidak etis.
Penerapan nilai-nilai etika dalam SPI membentuk dasar yang kokoh untuk
membangun sistem pengendalian internal yang dapat diandalkan, transparan, dan
sesuai dengan norma-norma moral yang diakui secara luas. Etika tidak hanya
menjadi pedoman, tetapi juga fondasi yang memastikan SPI memberikan manfaat
positif bagi organisasi dan semua pihak yang terlibat.
B. Kepatuhan terhadap Standar Etika Profesional
Profesional yang terlibat dalam pengendalian internal memiliki tanggung
jawab untuk mematuhi standar etika yang berlaku, seperti Kode Etik Profesi
Akuntan dan Standar Etika Institute of Internal Auditors (IIA). Kepatuhan
terhadap standar etika ini merupakan landasan penting untuk memastikan bahwa
setiap aspek dari proses pengendalian internal dilakukan dengan tingkat integritas
dan kejujuran yang tinggi.

7
Kode Etik Profesi Akuntan, Para profesional di bidang pengendalian
internal harus menjunjung tinggi dan mematuhi Kode Etik Profesi Akuntan.
Standar etika ini menetapkan prinsip-prinsip moral yang harus diikuti dalam
pelaksanaan tugas mereka, termasuk kewajiban untuk melaporkan secara akurat
dan jujur. Standar Etika Institute of Internal Auditors (IIA), Institute of
Internal Auditors menetapkan standar etika yang ketat untuk para profesional
audit internal. Kepatuhan terhadap standar ini mengarah pada praktik-praktik
pengendalian internal yang transparan, dapat dipercaya, dan sesuai dengan norma-
norma profesi. Integritas dan Kejujuran dalam Pelaksanaan Tugas, Mematuhi
standar etika profesional tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi juga
menciptakan budaya integritas dan kejujuran dalam setiap tindakan. Profesional
pengendalian internal diharapkan untuk bertindak dengan adil, tanpa memihak,
dan menjaga kerahasiaan informasi yang sensitif.
Pentingnya Kredibilitas Profesional, Kepatuhan terhadap standar etika
membantu menjaga kredibilitas profesional dalam industri. Organisasi dan pihak-
pihak terkait memiliki keyakinan bahwa pengendalian internal dilakukan oleh
individu yang mengikuti prinsip-prinsip moral dan integritas yang tinggi.
Pengembangan Budaya Etika Organisasi, Profesional pengendalian internal
berperan dalam membentuk budaya etika di dalam organisasi. Dengan mematuhi
standar etika, mereka memberikan contoh yang kuat dan membantu menciptakan
lingkungan di mana kepatuhan terhadap etika menjadi nilai inti. Kepatuhan
terhadap standar etika profesional bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga
fondasi yang membangun kepercayaan dan memastikan bahwa pengendalian
internal berkontribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.
C. Tanggung Jawab Manajemen terhadap Etika SPI
Manajemen memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan
memelihara budaya organisasi yang mendorong perilaku etis dalam Sistem
Pengendalian Internal (SPI). Proses ini melibatkan beberapa tahap yang dirancang
untuk menciptakan lingkungan di mana nilai-nilai etika menjadi fondasi dari
setiap keputusan dan tindakan. Berikut adalah rinciannya:
1. Penyusunan Kebijakan Etika

8
Manajemen harus aktif terlibat dalam penyusunan kebijakan etika yang
jelas dan dapat dipahami oleh semua anggota organisasi. Kebijakan ini
seharusnya mencakup prinsip-prinsip inti yang harus diikuti oleh seluruh
personel dalam konteks SPI. Kejelasan dan keterbacaan kebijakan etika adalah
kunci untuk memastikan pemahaman dan penerapan yang konsisten di semua
tingkatan organisasi.
2. Pelatihan Karyawan
Memberikan pelatihan kepada karyawan merupakan langkah kritis dalam
membangun kesadaran tentang pentingnya etika dalam SPI. Pelatihan ini dapat
mencakup studi kasus, skenario realistis, dan penekanan pada situasi-situasi yang
dapat menimbulkan dilema etika. Dengan meningkatkan pemahaman karyawan
tentang konsekuensi positif dari perilaku etis, manajemen dapat membentuk tim
yang terampil dan sadar etika.
3. Pengaplikasian Sanksi
Menetapkan sanksi yang jelas dan konsisten bagi pelanggaran etika
adalah langkah yang diperlukan untuk memberikan konsekuensi atas tindakan
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai etika. Sanksi ini seharusnya mencakup
prosedur yang adil dan transparan, dengan pertimbangan untuk memberikan
peluang pembelajaran dan perbaikan. Dengan adanya sanksi, manajemen
memberikan sinyal bahwa etika bukan hanya sebuah nilai retorika, tetapi sebuah
aspek yang sangat penting dalam budaya organisasi.
4. Monitoring dan Evaluasi
Manajemen perlu secara terus-menerus memonitor dan mengevaluasi
implementasi kebijakan etika serta respons karyawan terhadap pelatihan. Proses
ini membantu mengidentifikasi area-area di mana perbaikan mungkin diperlukan,
serta memastikan bahwa budaya etis tetap menjadi prioritas di seluruh
organisasi.5.
5. Komunikasi Terbuka
Manajemen harus menciptakan saluran komunikasi terbuka untuk
mendukung pertukaran informasi terkait etika SPI. Ini mencakup mendengarkan
masukan karyawan, memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan etika, dan secara
terbuka membahas tantangan atau dilema yang mungkin timbul.

9
D. Dampak Etika terhadap Reputasi dan Keberlanjutan Organisasi
Etika dalam Sistem Pengendalian Internal (SPI) tidak hanya memiliki
konsekuensi terhadap kepatuhan dan efisiensi, melainkan juga memberikan
dampak signifikan pada reputasi organisasi. Dalam dunia bisnis yang semakin
terhubung dan transparan, reputasi etis sebuah organisasi menjadi aset berharga
yang dapat memengaruhi persepsi para pemangku kepentingan. Beberapa aspek
krusial terkait dampak etika pada reputasi dan keberlanjutan organisasi
melibatkan:
1. Kepercayaan Pemangku Kepentingan
Organisasi yang memprioritaskan etika dalam SPI cenderung
membangun tingkat kepercayaan yang tinggi dari para pemangku kepentingan,
termasuk karyawan, pelanggan, investor, dan masyarakat umum. Kepercayaan
ini menjadi dasar yang kuat untuk menjaga hubungan yang berkelanjutan dengan
mereka.
2. Keunggulan Kompetitif
Reputasi etis dapat menjadi keunggulan kompetitif yang signifikan.
Konsumen dan investor cenderung memilih organisasi yang dianggap bertindak
dengan integritas dan mengelola pengendalian internalnya secara etis. Hal ini
dapat meningkatkan daya tarik organisasi dalam pasar yang semakin ketat.
3. Resilien Terhadap Krisis
Organisasi yang memiliki dasar etika yang kuat dalam SPI cenderung
lebih resilien terhadap krisis. Dalam situasi sulit atau kontroversial, reputasi etis
dapat membantu organisasi memperoleh dukungan dan pemahaman dari
masyarakat, sehingga mengurangi risiko kerugian yang signifikan.
4. Investor dan Pemegang Saham
Pemegang saham dan investor semakin mengintensifkan penilaian
terhadap praktik etika suatu organisasi. Organisasi yang dianggap bertindak
dengan integritas dapat menarik investor jangka panjang dan mendapatkan
dukungan pemegang saham yang lebih stabil, menghasilkan keberlanjutan
keuangan jangka panjang.

10
5. Pemenuhan Tuntutan Masyarakat
Kesadaran masyarakat terhadap etika bisnis semakin meningkat, dan
organisasi diharapkan untuk beroperasi dengan mempertimbangkan dampak
sosial dan lingkungan. Mengintegrasikan etika dalam SPI membantu organisasi
memenuhi tuntutan ini, menciptakan hubungan positif dengan masyarakat dan
mendukung keberlanjutan jangka panjang.
6. Dukungan Karyawan
Budaya etis dalam SPI juga berdampak pada keberlanjutan organisasi
melalui dukungan karyawan. Karyawan yang merasa staf mereka bekerja untuk
organisasi yang beretika cenderung lebih termotivasi, produktif, dan setia,
membantu membangun keberlanjutan dalam aspek sumber daya manusia.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan fondasi yang vital dalam
menjaga integritas dan kredibilitas suatu organisasi. Dewan direksi, manajemen,
dan seluruh karyawan memiliki peran penting dalam menjalankan pengendalian
internal dengan tujuan utama untuk memberikan jaminan yang memadai atas
tercapainya tujuan pengendalian. Secara spesifik, tujuan pengendalian menurut
COSO mencakup efektivitas dan efisiensi operasi, reliabilitas pelaporan
keuangan, serta kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang berlaku.
Dalam konteks siklus transaksi, terdapat dua bagian utama, yakni Siklus
Transaksi Pendapatan (Revenue Cycle) dan Siklus Transaksi Pengeluaran
(Expenditure Cycle). Siklus pendapatan melibatkan aktivitas seperti entri pesanan
penjualan, pengiriman, dan penagihan, sementara siklus pengeluaran mencakup
memesan bahan baku, penerimaan, persetujuan faktur pemasok, dan pengeluaran
kas. Keduanya memiliki peran krusial dalam memastikan proses bisnis berjalan
dengan efisien dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
Model pengendalian internal COSO membagi elemen-elemen dalam SPI
menjadi lima bagian, meliputi lingkungan pengendalian, penentuan risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan atau
pemantauan. Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam
organisasi, melibatkan integritas, kompetensi, dan struktur organisasi. Penentuan
risiko melibatkan identifikasi dan pengelolaan risiko entitas. Aktivitas
pengendalian mencakup persetujuan, tanggung jawab, dan kewenangan, serta
pemisahan tugas. Informasi dan komunikasi melibatkan pertukaran informasi
yang berkaitan dengan pengendalian internal. Pengawasan atau pemantauan
adalah evaluasi berkala terhadap kualitas kinerja struktur pengendalian.
Etika memiliki peran yang sangat penting dalam SPI. Peran etika
mencakup mendorong perilaku jujur, memastikan keadilan, mendorong tanggung
jawab, menghindari konflik kepentingan, dan mengatasi manipulasi data.
Kepatuhan terhadap standar etika profesional, seperti Kode Etik Profesi Akuntan
dan Standar Etika Institute of Internal Auditors (IIA), menjadi dasar untuk

12
memastikan integritas dan kejujuran dalam pengendalian internal. Manajemen
memiliki tanggung jawab dalam menciptakan budaya organisasi yang mendorong
perilaku etis, melibatkan penyusunan kebijakan etika, pelatihan karyawan,
penerapan sanksi, dan monitoring.
Etika dalam SPI tidak hanya memengaruhi kepatuhan dan efisiensi, tetapi
juga memiliki dampak signifikan pada reputasi dan keberlanjutan organisasi.
Kepercayaan pemangku kepentingan, keunggulan kompetitif, resiliensi terhadap
krisis, dukungan investor, pemenuhan tuntutan masyarakat, dan dukungan
karyawan adalah beberapa aspek dampak positif etika terhadap organisasi. Etika
bukan hanya kewajiban, tetapi juga aset berharga yang membentuk kredibilitas
dan mendukung keberlanjutan jangka panjang suatu entitas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Amri, N. F. (2019). Komponen – Komponen Struktur Pengendalian Intern (SPI). Jurnal
Akuntansi.
Munandar, G. A. (2019). SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL. Institut Teknologi
dan Bisnis Ahmad Dahlan.
Putra, L. D. (2020). SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL. Itokindo Jurnal.
UPI. (2021). Kerangka Konseptual Pengendalian Internal Berpedoman COSO. SPI UPI.

14

Anda mungkin juga menyukai