Anda di halaman 1dari 10

PB 4 TABUNG PENGIKAL

SPB 4.1 Tabung Pengikal Biasa (P.8)


1. Tabung pengikal biasa

Gambar 41.

Tabung pengikal itu berbentuk silinder di mana dibelikan tali guna mengangkat atau
menurunkan beban dan engkol pemutar yang digerakkan oleh gaya pengangkatnya.
Ada kalanya tabung pengikal itu diperlengkap dengan dua buah engkol.
Perbandingan antara K dengan L dapat dicari dengan jalan Momen ataupun Usaha.
Dengan momen :
Momen terhadap titik M memberikan.
L × R = Ko × l → l = panjang engkol. Sehingga Ko = L ×

Dengan Usaha :
Apabila tabungnya membuat satu putaran usaha Ko = Ko × 2𝜋𝑙
sedang usaha L = L × 2𝜋R.
𝑹
Oleh sebab usaha K = usaha L, maka Ko = L × atau Ko = L ×
𝒍

Dengan hasilguna akan terdapat : 𝐾𝑛 = =𝐿. .

38
Kalau besarnya tali turut diperhitungkan, akan terdapat hasil sebagai berikut: (lihat
gambar 41b.)
( )
Kn = L × × → a = besarnya tali

SPB 4.2 Tabung Pengikal Majemuk (P.9)


2. Tabung pengikal majemuk.

Gambar 42.

Perbedaan antara gambar 41 dan 42 ialah, bahwa pada gambar 42 talinya


dibelitkan pada tabung pengikal yang mempunyai jari-jari dua macam.
Jika kita lihat dari samping, hampir serupa dengan katrol Weston, sehingga
juga di sini dapat ditulis:
× ( )
𝜂= →𝜂=
×
×( )
Jadi Kn = × atau η =
.

Momen Kn = Kn.l + .r

Momen L = S2 . R = . R.

Apabila pada masing-masing engkol pemutar bekerja Kn akan menghasilkan


× ( )
persamaan : Kn = ×
×

39
SPB 4.3 Derek Tangan (P.9)
3. Derek tangan

Gambar 43

Derek tangan ini terdiri dari tabung pengikal dan engkol pemutar atau tangkai
pengikal. Pada tabungnya dibelitkan tali beban, sedang gayanya bekerja pada
tangkainya.
Penularan dari tangkai kepada tabungnya dikerjakan dengan perantaraan roda-
roda gigi dan dapat bertingkat dua, ialah langsung dan tidak langsung.
 Penularan tingkat langsung atau tunggal :
Rodagigi t1 dikenakan t4 sehinga jika t1 diputarkan sekali, t4 akan berputar t1/t4
kali.
Dengan demikian :
× ×
𝜂= →𝜂= ×
×
× × .
Jadi 𝐾 = ×
× atau 𝜂 = .
×

40
 Penularan tingkat tidak langsung atau rangkap :
Rodagigi t1 dikenakan t2, selanjutnya t3 yang menjadi satu dengan t2 akan
memutarkan t4.
Sehingga jika t1 berputar sekali, t2 memutar dan t4 akan berputar : ×

𝑘𝑎𝑙𝑖.

Karena itu hasilgunanya:


𝑡 𝑡
𝐿 × 2πR × ×
𝑡 𝑡
𝜂=
𝐾 × 2π l
𝐿 × R × 𝑡 × 𝑡 𝑙
𝐾= ×
𝑙 × 𝑡 × 𝑡 𝜂
Catatan : rodagigi t1 itu dapat digerakkan pada poros B, karenanya dapatlah
dilakukan penularan-penularan bertingkat seperti tersebut di atas.

Gambar 44
melukiskan sebuah derek
dengan tangan dimana 1
tabung pengikalnya
diperlengkap dengan dua
buah rodagigi t1.
Perlu diperhatikan
bahwa dua pasang roda-
rodagigi itu harus

Gambar 44 mempunyai jumlah gigi


yang sama banyaknya,
seperti terlukis. Bila tidak demikian, derek ini tidak akan berarti karena akan
memperbesar puntiran-puntiran belaka, baik pada tabung maupun poros engkolnya,
dan juga merusak gigi-giginya.
Apabila ketentuan-ketentuan dari gambar 44 ini sama dengan gambar 43, akan
terdapat persamaan-persamaan yang sama pula.

41
SPB 4.4 Katrol dengan Perkisaran Planit (P.10)
4. Katrol dengan perkisaran planit.
Gambar ringkas dari Katrol dengan perkisaran planit, seterusnya di sebut
Katrol planit, diberikan dengan gambar 45.
Tali-bebannya dibelitkan pada tabung E dan A adalah roda penggeraknya
bergigi t1. Roda B dipersatukan dengan roda C dan porosnya dimaksudkan dalam
lubang tabung E sedemikian, sehingga dapat berputar dengan bebas.
Untuk menentukan penularannya, baiklah tabung E itu kita anggap yang
berhenti sedang roda D yang berputar. Dengan demikian jika roda A kita putarkan
sekali, roda B berputar 𝑘𝑎𝑙𝑖, begitu juga roda C, sehingga banyaknya gigi yang

dipindahkan adalah × 𝑡 gigi. Karena itu roda D membuat × putaran,

sehingga titik Z1 pada roda D akan berpindah ke Z2.

Gambar 45

Oleh sebab keadaan yang sesungguhnya tabung E itulah yang berputar,


sedangkan sarang gigi D itu menetap, sebab dipasang di rumah katrol, maka jika

42
seluruhnya kita putarkan kembali, dimana titik Z1 kembali pada kedudukan semula
ialah Z1, maka tabung E membuat juga × putaran kekanan dan jumlah putaran

A= 𝑙 + × 𝑘𝑎𝑙𝑖 =

Misalkan t1 = 12 gigi jari-jari tabung E = R2


t2 = 27 gigi jari-jari roda A = R1
t3 = 9 gigi
t4 = 48 gigi
terdapatlah :
𝑡 𝑡
𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝐿 𝐿 × 2π𝑅 ×
𝑡 𝑡
𝜂= = × 𝑡 𝑡 + 𝑡 𝑡
𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝐾 𝐾 × 2π𝑅
𝑡 𝑡
𝐿 × 𝑅 𝑡 × 𝑡 𝑡 𝑡
= × ×
𝐾 × 𝑅 𝑡 × 𝑡 𝑡 𝑡 +𝑡 𝑡
𝐿 × 𝑅 𝑡 𝑡
= ×
𝐾 × 𝑅 𝑡 𝑡 +𝑡 𝑡
.
Jadi 𝐾= × ×
.
atau 𝐾= × ×

Untuk jelasnya pada gambar 46 kita berikan katrol yang dimaksudkan yang disebut
KATROL YALE secara sederhana sekali.
Konstruksi katrol Yale yang sebenarnya adalah seperti dinyatakan dalam
gambar 47. Keadaannya berlainan dengan yang dinyatakan dalam gambar 46, akan
tetapi prinsip bekerjanya adalah sama.
Rantai pengangkatnya dibelitkan pada roda K. Roda ini dapat bergerak pada
ulir dari piringan H. Karena piringan H dipasak pada poros O, maka rodagigi t1 yang
juga dipasak pada poros tersebut akan bergerak bersama-sama dengan H.
 Menaikkan beban.
Roda K diputarkan ke kanan sehingga dapat bergerak ke kiri pada uliran roda
H. Piringan penghalang pas pada bibir roda H, tertekan ke kiri, begitu pula

43
cincin kulit S. Akhirnya K akan menekan P dan S begitu kerasnya pada H,
sehingga H turut memutar bersama-sama dengan K, begitu pula poros O dan

Gambar 46.

rodagigi t1.
Putaran dari O itu oleh t1
ditularkan kepada roda beban L,
dengan perantaraan t2 yang
dipersatukan dengan t3. Dengan
demikian terbawalah pena A yang
dipasang pada cincin B. Karena
cincin B dan roda beban L di
pasak pada bos E, yang dapat
berputar bebas pada poros O,
maka bebannya dapatlah
terangkat.
Pada waktu K tidak berputar, H,
S, P, dan K masih merupakan Gambar 47.

44
satu ikatan yang keras, karenanya beban tidak akan dapat turun sendiri
disebabkan penghalangnya sudah masuk dalam gigi dari roda penghalang P.
 Menurunkan beban.
Apabila roda K diputarkan ke kiri, roda ini bergerak ke kanan dan menjadi
berkuranglah tekanan antara K, P, S dan H, sehingga H memutae ke kiri di
sebabkan adanya beban yang selalu menariknya. Pada kejadian ini penghalang
P tetap diam ditempat, sedang cincin S bergeser padanya.
Untuk menghentikan turunnya beban, cukup dengan menarik sekedar roda K
kekanan, sedemikian rupa sehingga timbul gesekan yang cukup besarnya
untuk menghentikan berputarnya S dan H.

SPB 4.5. Katrol Ulir (P.10)


5. Katrol ulir
Gambar 48 melukiskan sebuah katrol yang berulirdan terdiri dari poros ulir A
(worm) dan roda ulir B. Rantai pengangkatnya dibelitkan pada piringan D. Sudut
ulirannya kebanyakan di buat lebih besar daripada sudut geseknya, sehingga
hasilgunanya dapat bertambah besar, akan tetapi sebaliknya seretnya uliran tidak lagi
terjamin. Keseretan tersebut pada katrol ini terjadi dari tekanan Q, yang bekerja
menurut sumbu poros ulir (worm) A dan menekankan ujung poros pada bidang
geseknya (lihat gambar 48b).

Gambar4548.
Selama beban terangkat, roda penghambatnya berputar bersama-sama dengan
poros ulir disebabkan adanya gesekan yang kekal itu. Pada kerika poros ulir tidak
diputarkan, segera pula penghalangnya (di sini tidak dilukis) menyangkut pada roda
penghambat, karena itu poros ulir tetap tidak bergerak.
Jika kita ingin menurunkan bebannya diperlukanlah gaya yang kuat untuk
mengatasi gesekan tersebut di atas.
Dari katrol ulir seandainya diketahui:
Jari-jari roda D = R bebannya =L
Jari-jari roda C = r roda B mempunyai = t gigi
gaya pengangkatnya =K
uliran pada poros A berulir rangkap.
Jumlah hasilguna = η ,
maka jika D diputarkan sekali, usaha K = K × 2 πR.
Sementara itu poros A berputar sekali juga dan memindahkan 2 gigi dari roda
B, sehingga B membuat: putaran begitu pula C, seabb C dipersatukan dengan B.

Disebabkan C membuat putaran, beban L akan naik × × 2πr =

sehingga usaha 𝐿 = 𝐿 ×

. .
Jadi 𝜂 = =
. .
.
𝐾= ×
.

SPB 4.6 Katrol Weston Berulir (P.10)


6. Katrol Weston yang berulir
Caranya menentukan gaya tarik (K) serupa dengan 24.
Misalnya ditentukan:
Jari-jari roda R1 = R1
Jari-jari roda R2 = R2
Bannyaknya gigi roda ulir = t
poros ulirnya berulir tungal

46
jari-jari roda pengangkat =R
hasilguna seluruhnya = η
apabila K memutar sekali, usaha
𝐾 = 𝐾 × 2πR
sedang usaha
𝑙 1
𝐿 = 𝐿 × 2π(𝑅 − 𝑅 ) × ×
𝑡 2
. ( )×
Jadi 𝜂 = ×

𝐿 (𝑅 − 𝑅 ) 𝑙
𝐾= ×
2. 𝑅. 𝑡 𝜂

Gambar 49.

47

Anda mungkin juga menyukai