Tabung Pengingal
Tabung Pengingal
Gambar 41.
Tabung pengikal itu berbentuk silinder di mana dibelikan tali guna mengangkat atau
menurunkan beban dan engkol pemutar yang digerakkan oleh gaya pengangkatnya.
Ada kalanya tabung pengikal itu diperlengkap dengan dua buah engkol.
Perbandingan antara K dengan L dapat dicari dengan jalan Momen ataupun Usaha.
Dengan momen :
Momen terhadap titik M memberikan.
L × R = Ko × l → l = panjang engkol. Sehingga Ko = L ×
Dengan Usaha :
Apabila tabungnya membuat satu putaran usaha Ko = Ko × 2𝜋𝑙
sedang usaha L = L × 2𝜋R.
𝑹
Oleh sebab usaha K = usaha L, maka Ko = L × atau Ko = L ×
𝒍
38
Kalau besarnya tali turut diperhitungkan, akan terdapat hasil sebagai berikut: (lihat
gambar 41b.)
( )
Kn = L × × → a = besarnya tali
Gambar 42.
Momen Kn = Kn.l + .r
Momen L = S2 . R = . R.
39
SPB 4.3 Derek Tangan (P.9)
3. Derek tangan
Gambar 43
Derek tangan ini terdiri dari tabung pengikal dan engkol pemutar atau tangkai
pengikal. Pada tabungnya dibelitkan tali beban, sedang gayanya bekerja pada
tangkainya.
Penularan dari tangkai kepada tabungnya dikerjakan dengan perantaraan roda-
roda gigi dan dapat bertingkat dua, ialah langsung dan tidak langsung.
Penularan tingkat langsung atau tunggal :
Rodagigi t1 dikenakan t4 sehinga jika t1 diputarkan sekali, t4 akan berputar t1/t4
kali.
Dengan demikian :
× ×
𝜂= →𝜂= ×
×
× × .
Jadi 𝐾 = ×
× atau 𝜂 = .
×
40
Penularan tingkat tidak langsung atau rangkap :
Rodagigi t1 dikenakan t2, selanjutnya t3 yang menjadi satu dengan t2 akan
memutarkan t4.
Sehingga jika t1 berputar sekali, t2 memutar dan t4 akan berputar : ×
𝑘𝑎𝑙𝑖.
Gambar 44
melukiskan sebuah derek
dengan tangan dimana 1
tabung pengikalnya
diperlengkap dengan dua
buah rodagigi t1.
Perlu diperhatikan
bahwa dua pasang roda-
rodagigi itu harus
41
SPB 4.4 Katrol dengan Perkisaran Planit (P.10)
4. Katrol dengan perkisaran planit.
Gambar ringkas dari Katrol dengan perkisaran planit, seterusnya di sebut
Katrol planit, diberikan dengan gambar 45.
Tali-bebannya dibelitkan pada tabung E dan A adalah roda penggeraknya
bergigi t1. Roda B dipersatukan dengan roda C dan porosnya dimaksudkan dalam
lubang tabung E sedemikian, sehingga dapat berputar dengan bebas.
Untuk menentukan penularannya, baiklah tabung E itu kita anggap yang
berhenti sedang roda D yang berputar. Dengan demikian jika roda A kita putarkan
sekali, roda B berputar 𝑘𝑎𝑙𝑖, begitu juga roda C, sehingga banyaknya gigi yang
Gambar 45
42
seluruhnya kita putarkan kembali, dimana titik Z1 kembali pada kedudukan semula
ialah Z1, maka tabung E membuat juga × putaran kekanan dan jumlah putaran
A= 𝑙 + × 𝑘𝑎𝑙𝑖 =
Untuk jelasnya pada gambar 46 kita berikan katrol yang dimaksudkan yang disebut
KATROL YALE secara sederhana sekali.
Konstruksi katrol Yale yang sebenarnya adalah seperti dinyatakan dalam
gambar 47. Keadaannya berlainan dengan yang dinyatakan dalam gambar 46, akan
tetapi prinsip bekerjanya adalah sama.
Rantai pengangkatnya dibelitkan pada roda K. Roda ini dapat bergerak pada
ulir dari piringan H. Karena piringan H dipasak pada poros O, maka rodagigi t1 yang
juga dipasak pada poros tersebut akan bergerak bersama-sama dengan H.
Menaikkan beban.
Roda K diputarkan ke kanan sehingga dapat bergerak ke kiri pada uliran roda
H. Piringan penghalang pas pada bibir roda H, tertekan ke kiri, begitu pula
43
cincin kulit S. Akhirnya K akan menekan P dan S begitu kerasnya pada H,
sehingga H turut memutar bersama-sama dengan K, begitu pula poros O dan
Gambar 46.
rodagigi t1.
Putaran dari O itu oleh t1
ditularkan kepada roda beban L,
dengan perantaraan t2 yang
dipersatukan dengan t3. Dengan
demikian terbawalah pena A yang
dipasang pada cincin B. Karena
cincin B dan roda beban L di
pasak pada bos E, yang dapat
berputar bebas pada poros O,
maka bebannya dapatlah
terangkat.
Pada waktu K tidak berputar, H,
S, P, dan K masih merupakan Gambar 47.
44
satu ikatan yang keras, karenanya beban tidak akan dapat turun sendiri
disebabkan penghalangnya sudah masuk dalam gigi dari roda penghalang P.
Menurunkan beban.
Apabila roda K diputarkan ke kiri, roda ini bergerak ke kanan dan menjadi
berkuranglah tekanan antara K, P, S dan H, sehingga H memutae ke kiri di
sebabkan adanya beban yang selalu menariknya. Pada kejadian ini penghalang
P tetap diam ditempat, sedang cincin S bergeser padanya.
Untuk menghentikan turunnya beban, cukup dengan menarik sekedar roda K
kekanan, sedemikian rupa sehingga timbul gesekan yang cukup besarnya
untuk menghentikan berputarnya S dan H.
Gambar4548.
Selama beban terangkat, roda penghambatnya berputar bersama-sama dengan
poros ulir disebabkan adanya gesekan yang kekal itu. Pada kerika poros ulir tidak
diputarkan, segera pula penghalangnya (di sini tidak dilukis) menyangkut pada roda
penghambat, karena itu poros ulir tetap tidak bergerak.
Jika kita ingin menurunkan bebannya diperlukanlah gaya yang kuat untuk
mengatasi gesekan tersebut di atas.
Dari katrol ulir seandainya diketahui:
Jari-jari roda D = R bebannya =L
Jari-jari roda C = r roda B mempunyai = t gigi
gaya pengangkatnya =K
uliran pada poros A berulir rangkap.
Jumlah hasilguna = η ,
maka jika D diputarkan sekali, usaha K = K × 2 πR.
Sementara itu poros A berputar sekali juga dan memindahkan 2 gigi dari roda
B, sehingga B membuat: putaran begitu pula C, seabb C dipersatukan dengan B.
sehingga usaha 𝐿 = 𝐿 ×
. .
Jadi 𝜂 = =
. .
.
𝐾= ×
.
46
jari-jari roda pengangkat =R
hasilguna seluruhnya = η
apabila K memutar sekali, usaha
𝐾 = 𝐾 × 2πR
sedang usaha
𝑙 1
𝐿 = 𝐿 × 2π(𝑅 − 𝑅 ) × ×
𝑡 2
. ( )×
Jadi 𝜂 = ×
𝐿 (𝑅 − 𝑅 ) 𝑙
𝐾= ×
2. 𝑅. 𝑡 𝜂
Gambar 49.
47