Anda di halaman 1dari 4

DONI MULIA PUTRA

220402090019
Pendidikan Bahasa Inggris

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


Spengetahuan saya dan sebagai masyarakat Indonesia mengenai Pancasila sebagai dasar negara
memang hanya sebuah lambang negara saja, namun dengan pembelajaran lebih Pancasila dapat
dijabarkan lebih dalam dalam maknanya dan nilainya yang terkandung. Pancasila tidak semata untuk
dihafal saja tapi juga harus diamalkan oleh seluruh rakyat, rakyat berarti seluruhnya, para pejabat
pemerintahan harus benar-benar melakukan aktivitas berlandaskan Pancasila karena Pancasila
sebagai dasar negara. Pancasila berangkat dari musyawarah yang dilakukan para pendiri bangasa
saat momen kemerdekaan Indoesnia dari Jepang yang menandakan kemerdekaan bagi bangasa
indonesia untuk menentukan nasib negara tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Selamaa jepang
masih berkuasa, Indonesia dibentuk BPUPK untuk kebutuhan persiapan kemerdekaan. Dalam
sidang-sidangnya 29 Mei hingga 1 Juni 1945 ditanyakan oleh Radjiman sebagai ketua tentang dasar
apa yang akan digunakan di negara Indonesia ini. “Negara Indonesia yang akan kita bentuk itu apa
dasarnya?” Pertanyaan tentang dasar negara itu ditafsirkan oleh peserta rapat, terutama Soekarno
sebagai “philosophische grondslag”, yaitu fundamen, filsafat, pikiran-pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
bangunan Indonesia merdeka. Dasar negara tersebut oleh Hatta juga diartikan sebagai
ideologi negara yang membimbing politik negara dan hukum tata negara Indonesia. Sebagian besar
anggota BPUPK memberikan pandangannya tentang dasar-dasar
negara yang akan dibentuk (Yamin, 1971: 59 – 396). Anggota yang berlatar belakang
gerakan keislaman menghendaki agar dasar-dasar negara digali dari nilai-nilai ajaran agama
Islam, sedangkan anggota yang berlatar belakang gerakan kebangsaan menghendaki agar
dasar-dasar negara digali dari nilai-nilai budaya bangsa dan teori-teori ketatanegaraan yang
sedang berkembang. Salah satu pandangan yang mendapat sambutan paling hangat dari
para peserta ialah pandangan Soekarno yang memperkenalkan Pancasila sebagai dasar
negara.
Setelah itu dibentuklah Panitia kecil beranggotakn 8 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia
kecil ini mempunya tugas meneliti serta mempelajari
usul-usul yang telah disampaikan para anggota BPUPK, melakukan inventarisasi, serta
menyusunnya sebagai sebuah naskah yang akan dibahas pada masa sidang kedua yang
direncanakan berlangsung bulan Juli 1945 (Martosoewignyo, 1987: 27)
Anggota mereka adalah
1 Ir. Soekarno
2 Drs. Moh. Hatta
3 Mr. Moh. Yamin
4 Mr. A. A. Maramis
5 R. Oto Iskandardinata
6 M. Soetardjo Kartohadikoesoemo
7 Ki Bagoes Hadikoesoemo
8 K.H. Wachid Hasjim

Panitia merumuskan naskah Mukaddimah UUD yang juga dikenal dengan istilah
Piagam Jakarta (Yamin, 2009: 472) dan (Anshari, 1986: 32)
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada
saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Jakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno
Drs. Moh. Hatta
Mr. A. A. Maramis
Abikoesno Tjokrosoejoso
Abdoel Kahar Moezakkir
H. Agoes Salim
Mr. Achmad Soebardjo
K.H. Wachid Hasjim
Mr. Moh. Yamin

Pada 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
beranggotakan 21 orang dan menunjuk Soekarno sebagai ketua serta Moh. Hatta sebagai wakil
ketua
kepada Sekutu karena pada hari itu kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh
Amerika Serikat. Kekalahan Jepang itu tentu saja membuat janji kemerdekaan yang telah
diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia menjadi sesuatu yang tidak pasti.
Seiring dengan dihapusnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta, istilah
Mukaddimah diubah menjadi Pembukaan. Adapun naskah lengkap Pembukaan
sebagai berikut. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

-Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945


Dalam hubungan yang bersifat formal rumusan Pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945
alinea keempat. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental sehingga terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan, yaitu:
1) sebagai dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak
bagi adanya tertib hukum Indonesia; 2) memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut
sebagai tertib hukum tertinggi (Kaelan, 2009: 90-91).

Penjabaran dan implementasi Pancasila

1. Ketuhanan yang maha esa


a. Secara substansial, spirit dan filosofi yang terkandung dalam UUD 1945 bersumber dari
nilai-nilai ketuhanan. Konsep dasar yang terkandung dalam UUD 1945, seperti keadilan
sosial, kedaulatan rakyat, hak asasi manusia, permusyawaratan, dan lain-lain merupakan
konsep yang tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai ketuhanan yang bersumber dari agama
yang ada di Indonesia. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa ini telah menjiwai dan
membedakan konsep-konsep konstitusional bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
b. Tidak ada satu ayat pun dalam UUD 1945 yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai
ketuhanan, baik secara implisit maupun secara eksplisit. Lebih dari itu, UUD 1945 secara
tegas menentukan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berketuhanan (agamis)
serta menolak atheisme, komunisme, dan paham-paham lain yang anti tuhan

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Setiap lapisan masyarakat wajib menegakkan HAM dan mengutaman etika dalam melakukan
kegiatannya sehari-hari dengan begitu sebagai mansyarakat Indonesia tercermin jiwa
Pancasila. Dengan demikian implementasi Pancasila bisa terwujud dengan benar. Dalam
menggapai sila ke 2 ini keadilan dan keberadaban terdengar seirama namun menurut saya
ini adalah 2 hal yang berbeda karena manusia yang adil adalah manusia yang harus
mengutamakan kesetaraan namun lebih tepatnya terpenuhinya hak-hak masyarakat jangan
sampai ada hak masyarakat yang tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan ketikdakadilan.

3. Persatuan Indonesia
Poin ke tiga dari Pancasila ini belum sepenuhnya stabil hingga saat ini, persatuan Indonesia
saat ini sedang mengalami kekendoran akibat terjadinya pergolakan di Provinsi Papua.
Mereka menginginkan lepas dari Indonesia dengan dalih Indonesia tidak menghargai mereka
dan tidak melaksanakan sila ke tiga Pancasila. Alasan mereka lebih di bumbui lagi dengan
propaganda dari luar agat sesegera mungkin melepas diri. Gerakan mereka tidak main-main
karena sudah terjadi banyak korban. Hal ini perlu diberikan konsentrasi oleh pemerintah
karena karena ini menyangkut pengamalan sila ke 3.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan


UUD 1945 menerjemahkan sila keempat itu, dalam artian penguatan
masyarakat sipil, dengan pemberian kedaulatan kepada rakyat sepenuhnya. Pasal 1 ayat 2
UUD 1945 menyatakan: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya menurut Undang-Undang Dasar.” Bahkan dalam
“usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan kemanan rakyat semesta...” (Pasal 30 ayat 2 UUD 1945). Ini
berarti, semua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD 1945 atau
peraturan di bawahnya tidak boleh mendistorsi makna “kedaulatan berada di
tangan rakyat” sedikitpun.

5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia


Pesan konstitusi bahwa Indonesia adalah negara
hukum merupakan pernyataan yang tegas bahwa keadilan harus diwujudkan di
bumi Indonesia, karena hukum tanpa keadilan tidak mempunyai makna apapun. Pasal 18
ayat (5) UUD 1945 bahwa “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat” merupakan pesan keadilan dalam
bidang pemerintahan
Keadilan sosial memang sangat rumit karena latar belakang masyarakat Indonesia yang
berbeda-beda. Keadilan sosial adalah kata yang sangat sulit untuk dibuktikan. Akan terjadi
perselisihan antar masyarakat mengenai keadilan sosial ini. Saya akan menyoroti keadilan
sosial terkait pendidikan, dalam dunia endidikan ketidak adilan terjadi diantara pelajar yakni
adanya peraturan yang mengharuskan siswa untuk mengikuti segala arahan aturan dari
guru, siswa dituntut untuk menjadi robot teknis, padahal pelajarnya harusnya diberikan
kebebasan dalam memilih minatnya. Tidak semata semua bersifat wajib harus ada mata
pelajaran favorit yang mereka pilih dari sejak dini agar kemampuan mereka dapat terlatih
secara sistematis. Siswa harusnya diberikan kebebasan berekspresi dan diperkenankan
untuk mempertanyakan balik kepada pengajarnya agar timbul dialog yang beraifat mendidik
Keadilan sosial dalam masyarakat terjadi akibat tuntunan dan norma yang berlaku bukan
dari emahaman terhadap Pancasila. Permasalahan keadilan sosial

Anda mungkin juga menyukai