Anda di halaman 1dari 24

Akuntansi Bisnis 140

BAB I.
AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN
MANUFAKTUR

11.1 PENGANTAR
Kita telah mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur akuntansi untuk perusahaan jasa
dan perusahaan dagang. Pada bab ini akan kita pelajari prinsip-prinsip dan prosedur
akuntansi untuk perusahaan manufaktur, yaitu perusahan yang memproduksi sendiri
barang-barang yang akan dijualnya melalui proses produksi tertentu.
Perbedaan utama antara perusahaan dagang dengan perusahaan manufaktur ialah
bahwa dalam perusahaan dagang, barang yang akan dijual berasal dari pembelian barang
yang telah siap untuk dijual kembali tanpa melalui proses produksi. Sedangkan perusahaan
manufaktur tidak membeli barang dalam keadaan siap dijual, tetapi mengolah bahan baku
untuk diproses menjadi barang jadi untuk kemudian dijual sebagai barang dagangan.
Adanya perbedaan diatas menyebabkan perbedaan antara prosedur akuntansi untuk
perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang. Di dalam proses mengubah bahan baku
menjadi barang jadi, perusahaan manufaktur menggunakan tenaga kerja, mesin-mesin dan
biaya pabrik yang lain seperti: tenaga listrik, pemeliharaan mesin dan sebagainya
. Biaya-biaya produksi ini harus ditambahkan pada biaya pemakaian bahan baku
untuk menentukan harga pokok barang menjadi dalam suatu periode tertentu.

11.2 UNSUR-UNSUR BIAYA PRODUKSI


Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi ini terdiri dari tiga elemen,
yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari barang jadi, dan
biaya bahan baku adalah harga pokok bahan baku tersebut yang diolah dalam proses
produksi. Sebagai contoh misalnya bahan baku untuk perusahaan industri kertas adalah
merang dan woodpulp; bahan baku untuk perusahaan industri tekstil adalah benang atau
kapas. Tetapi kertas penghalus (ampelas) dalam perusahaan industri meubel bukan
Akuntansi Bisnis 141

merupakan bahan baku tetapi hanya merupakan bahan penolong, sedangkan bahan
bakunya adalah kayu. Bahan penolong ini akan termasuk biaya overhead pabrik.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung ialah tenaga kerja yang jasanya dapat diperhitungkan
langsung dalam pembuatan produk barang jadi tertentu. Biaya tenaga kerja langsung
adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk
(barang jadi) tertentu. Yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung adalah
biaya untuk jasa-jasa tenaga kerja yang secara langsung mengerjakan bahan baku, baik
dengan menggunakan tangan maupun menggunakan mesin. Sedangkan jasa-jasa tenaga
kerja yang tidak langsung mengerjakan bahan baku, seperti biaya untuk tenaga pengawas,
mandor, tukang-tukang reparasi mesin dan sebagainya adalah termasuk tenaga kerja tak
langsung, yang nantinya akan termasuk dalam biaya-biaya overhead pabrik.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya-biaya overhead pabrik atau sering disebut dengan biaya-biaya produksi tak
langsung adalah semua biaya produksi selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.

11.3 AKUN-AKUN PERSEDIAAN DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Ketiga elemen-elemen biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik) diakumulasikan pada akun persediaan pada laporan
keuangan perusahaan. Pada perusahaan manufaktur tidak cukup hanya menggunaklan satu
akun persedian saja dalam kelompok aktiva lancarnya, karena disini dijumpai tiga
kelompok persediaan yang berbeda, yaitu:
(1) Persediaan Bahan Baku
Perkiraan ini menampung harga pokok bahan-bahan baku yang sampai dengan akhir tahun
buku belum mengalami proses produksi. Persediaan bahan baku hanya mencakup bahan
baku yang belum digunakan dalam pengolahan.
(2) Persediaan Barang dalam Proses
Perkiraan ini menampung harga pokok barang-barang yang belum selesai diolah akan di
selesaikan proses pengolahannya pada periode berikutnya.biaya produksi yang dikeluarkan
dan melekat pada harga pokok barang dalam proses mencakup: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Akuntansi Bisnis 142

(3) Persediaan Barang Jadi


Perkiraan yang menampung harga pokok barang-barang yang telah selesai diolah, tetapi
belum laku terjual sampai pada akhir tahun buku. Nilai persediaan barang jadi mencakup
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

11.4 AKUN HARGA POKOK DAN AKUN BIAYA


Beberapa akun biaya dalam perusahaan dagang harus disebut akun harga pokok pada
perusahaan manufaktur. Pada perusahaan manufaktur gaji tenaga kerja langsung adalah
Harga pokok dan bukan biaya sebab ia akan melekat pada harga pokok barang jadi selama
barang tersebut belum dijual.
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan barang, yaitu biaya bahan baku,
upah tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik adalah akun-akun harga pokok.
Akun-akun harga pokok pada laporan keuangan ditampung dalam akun persediaan.
Akun biaya di pabrik adalah harga pokok yang habis digunakan dalam kaitannya
dengan periode akuntansi. Harga pokok penjualan adalah akun biaya untuk barang-barang
yang terjual selama satu periode akuntansi tertentu. Akun-akun biaya administrasi, biaya
umum dan biaya penjualan, sebagaimana halnya pada perusahaan dagang, adalah akun
biaya juga. Tegasnya, seluruh akun biaya administrasi, biaya umum dan biaya penjualan
termasuk akun biaya. Berikut ini diterangkan cara penentuan biaya untuk masing-masing
elemen harga pokok produksi di atas :

(1) Pencatatan biaya bahan baku


Salah satu elemen biaya produksi adalah bahan baku. Dalam hal ini kita harus menentukan
jumlah bahan baku yang dipakai dalam produksi. Harga pokok pemakaian bahan baku
dalam suatu masa dihitung sebagai berikut :
Persediaan awal bahan baku Rp 500.000,00
Pembelian bahan baku Rp 1.050.000,00
Biaya angkut pembelian Rp 40.000,00
Rp 1.090.000,00
Retur Pembelian Rp 50.000,00
Pembelian bersih Rp 1.040.000,00
Tersedia untuk dipakai Rp1.540.000,00
Persediaan akhir bahan baku Rp 200.000,00
Biaya pemakaian bahan baku Rp 1.340.000,00
Akuntansi Bisnis 143

Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik, maka pencatatan ke dalam akun-
akun yang berhubungan dengan bahan baku dapat dilukiskan sebagai berikut :
Pembelian Bahan Baku
1.050.000 Penyesuaian 1.050.000

Biaya Angkut Pembelian Persediaan Bahan Baku


40.000 Penyesuaian 40.000 Saldo awal 500.000 50.000
1.050.000 Saldo Akhir 200.000

Retur Pembelian 40.000 Penyesuaian 1.340.000

Penyesuaian 50.000 50.000

Persedian Barang dlm Proses


1.340.000

Akun Persediaan Bahan Baku pada awal periode dibuka dengan saldo persediaan
bahan baku, sedangkan pembelian, biaya angkut pembelian dan retur pembelian dalam
akun tersendiri. Pada akhir periode, melalui jurnal penyesuaian saldo-saldo akun
pembelian bahan baku, biaya angkut pembelian dan retur pembelian dipindahkan ke akun
Persediaan Bahan Baku. Persediaan Akhir Bahan Baku diketahui dengan menghitung
secara fisik berapa bahan baku yang tersedia di gudang. Dengan diketahuinya persediaan
akhir bahan baku, maka dapat ditentukan harga pokok bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi selama periode akuntansi (harga pokok bahan baku dalam contoh di atas
adalah Rp 1.340.000,00). Kemudian melalui jurnal penyesuaian pula, angka harga pokok
bahan baku dipindahkan ke akun Persediaan Barang dalam Proses.
(2) Pencatatan biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja dalam suatu perusahaan manufaktur dapat dibedakan atas biaya tenaga
kerja pabrik (langsung dan tidak langsung), biaya tenaga kerja administrasi dan biaya
tenaga kerja penjualan.
Pencatatan terhadap biaya-biaya tersebut dapat digambarkan dalam contoh berikut
ini: Misalkan dalam suatu periode perusahaan membayar tenaga kerja sebesar Rp
500.000,00 yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung Rp 300.000,00,biaya tenaga kerja
Akuntansi Bisnis 144

tak langsung Rp100.000,00, gaji pegawai administrasi Rp 60.000,00 dan gaji pegawai
penjualan Rp 40.000,00. Pencatatan transaksi pembayaran biaya tenaga kerja dalam akun-
akun yang bersangkutan seperti terlihat dalam gambar berikut:

Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik


300.000 Penyesuaian 300.000 100.000 Penyesuaian xyz

Biaya Tenaga Kerja Tak Lansung Persediaan Barang dalam Proses


100.000 Penyesuaian 100.000 300.000
Xyz

Gaji Pegawai Administrasi Rugi/Laba


60.000 Penutupan 60.00 60.000
40.000

Gaji Pegawai Penjualan


40.000 Penutupan 40.000

Biaya tenaga kerja yang telah dicatat dalam akun-akun yang bersangkutan selama
periode berjalan, pada akhir periode akan mendapat perlakuan yang berbeda. Akun biaya
tenaga kerja langsung melalui jurnal penyesuaian dipindahkan ke akun barang dalam
proses. Akun biaya tenaga kerja tak langsung melalui jurnal penyesuaian juga dipindahkan
lebih dulu ke akun biaya overhead pabrik, kemudian dengan jurnal yang sama saldo akun
biaya overhead pabrik dipindahkan ke akun persediaan barang dalam proses. Saldo akun
gaji pegawai administrasi dan gaji pegawai penjualan tidak termasuk elemen biaya
produksi, oleh karena itu langsung saja ditutup ke akun Rugi Laba melalui jurnal penutup
pada akhir periode.
(3) Pencatatan biaya-biaya overhead pabrik
Biaya-biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya-biaya pabrik selain daripada
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya yang bermacam-macam jenisnya
tadi pertama-tama dicatat dalam akun biaya yang bersangkutan, kemudian pada akhir
periode dipindahkan (dikumpulkan) melalui jurnal penyesuaian ke akun Biaya Overhead
Akuntansi Bisnis 145

Pabrik untuk kemudian dipindahkan ke akun Persediaan Barang dalam Proses. Contoh
pencatatan biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dapat digambarkan
sbb:
Biaya Bahan Penolong
70.000 Penyesuaian 70.000

Biaya Tenaga Kerja tak Langsung Biaya Overhead Pabrik


100.000 Peny. 100.000 70.000
100.000
Listrik & Penerangan Pabrik 20.000
20.000 Penyesuaian 20.000 30.000
15.000
Reparasi & Pemeliharaan Pabrik 50.000
30.000 Penyesuaian 30.000 80.000 365.000
365.000 365.000
Asuransi Pabrik
15.000 Penyesuaian 15.000 Persediaan Barang Dlm Proses
365.000
Depresiasi Gedung Pabrik
50.000 Penyesuaian 50.000

Depresiasi Mesin
80.000 Penyesuaian 80.000

Kadang-kadang biaya overhead pabrik terkumpul menjadi satu dengan biaya-biaya


yang tidak termasuk dalam biaya produksi, sehingga perlu dipisahkan dahulu mana yang
termasuk dalam overhead pabrik dan mana yang termasuk dalam kelompok biaya lain.
Sebagai contoh, perusahaan pada suatu periode membayar biaya listrik pada PLN sebesar
Rp 25.000,00.listrik ini digunakan oleh pabrik dan juga digunakan oleh bagian administrasi
dan bagian penjualan. Karena listrik tidak hanya digunakan di bagian pabrik, biaya listrik
ini perlu dibagikan pada bagian-bagian yang memakainya. Misal jumlah pemakaian listrik
yang dipakai pada periode tersebut adalah 1.000 kwh, dengan pembagian bagian produksi
menggunakan 800 kw, bagian administrasi 120 kwh serta bagian penjualan 80 kwh, maka
besarnya pemakaian listrik masing-masing bagian adalah:
Listrik & Penerangan – Pabrik: 80% x Rp 25.000,00 = Rp20.000,00
Listrik & Penerangan – Administrasi: 12% x Rp 25.000,00 = Rp3.000,00
Listrik & Penerangan – Penjualan: 8% x Rp 25.000,00 = Rp2.000,00
Akuntansi Bisnis 146

Biaya-biaya yang menjadi beban dari beberapa bagian seperti contoh diatas dicatat melalui
tahapan sebagai berikut:
(1) Mencatat jumlah biaya yang dibayar atau menjadi beban dalam satu periode:
Listrik & Penerangan Rp 25.000,00
Kas Rp 25.000,00
(2) Mengalokasikan biaya dalam satu periode pada masing-masing bagian:
Listrik & Penerangan – Pabrik Rp 20.000,00
Listrik & Penerangan – Administrasi Rp 3.000,00
Listrik & Penerangan – Penjualan Rp 2.000,00
Listrik & Penerangan Rp 25.000,00
(3) Mengumpulkan macam-macam biaya produksi tak langsung ke dalam akun Biaya
Overhead Pabrik:
Biaya Overhead Pabrik Rp xyz
Listrik & Penerangan – Pabrik Rp20.000,00
Macam-macam Biaya Overhead Pabrik Rp(xyz-20.000)

(4) Pencatatan Harga Pokok Produksi


Pada akhir periode sering terjadi adanya barang-barang yang belum selesai
diproduksi, sementara barang-barang tersebut telah menyerap sebagian dari biaya produksi
untuk mengubahnya menjadi barang jadi. Barang dalam proses akhir periode ini akan
dilanjutkan lagi pada periode tahun berikutnya, yang tentu saja juga akan menyerap biaya-
biaya produksi lagi.
Perhitungan harga pokok produksi dapat dilakukan seperti contoh berikut:
Persediaan barang dalam proses-awal Rp 375.000,00
Biaya-biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp1.340.000,00
Biaya tak langsung Rp 300.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 365.000,00
Jumlah biaya produksi Rp2.005.000,00
Rp2.380.000,00
Persediaan barang dalam proses akhir Rp 220.000,00
Harga Pokok Produksi Rp2.160.000,00
Akuntansi Bisnis 147

Proses Pencatatan biaya-biaya produksi dan perhitungan harga pokok produksi seperti
telah diuraikan di atas dapat dilihat pada gambar di halaman 148.

11.5 PENENTUAN HARGA POKOK BARANG YANG DIJUAL


Penetuan harga pokok penjualan pada perusahaan manufaktur agak berbeda jika
dibandingkan dengan penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang.
Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Perusahaan Dagang

Persediaan Pembelian Persediaan Harga


Awal Barang + Barang ─ Akhir Barang = Pokok
Dagangan Dagangan Dagangan Penjualan

Perusahaan Manufaktur

Persediaan HP produksi Persediaan Harga


Awal Barang + barang yang ─ Akhir Barang = Pokok
Jadi selesai Jadi Penjualan
dikerjakan

11.6 LAPORAN LABA RUGI DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Laporan laba rugi pada perusahaan manufaktur tidak banyak perbedaannya dengan
laporan laba rugi pada perusahaan dagang. Perbedaanya terletak pada penyajian data harga
pokok penjualan. Agar lebih jelas, di bawah ini diberikan contoh laporan laba rugi
perusahaan manufaktur yang disertai lampirannya, yaitu laporan harga pokok produksi.

PT KAPUAS
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2006

Penjualan Rp. 3.500.000,00


Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang jadi, 1 Jan 2006 Rp. 500.000,00
Harga pokok produksi 2.160.000,00
Harga pokok barang yang tersedia dijual Rp. 2.660.000,00
Persediaan barang jadi, 31 Des 2006 400.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp. 2.260.000,00
Laba kotor penjualan Rp. 1.240.000,00
Akuntansi Bisnis 148

PT KAPUAS
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2006

Persediaan Barang dalam proses, 1 Jan 2006 Rp. 375.000,00


Bahan Baku Rp. 1.340.000,00
Tenaga Kerja Langsung 300.000,00
Overhead pabrik 365.000,00
Jumlah biaya produksi Rp. 2.005.000,00
Jumlah barang dalam proses selama setahun Rp. 2.380.000,00
Persediaan barang dalam proses, 31 Des 2006 220.000,00
Harga pokok produksi Rp. 2.160.000,00

11.7 Penyesuaian dan Penutupan Akun-akun Biaya Produksi


Proses penyesuaian terhadap akun-akun dalam perusahaan manufaktur pada
prinsipnya sama dengan penyesuaian pembukuan yang dilakukan pada perusahaan dagang.
Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik, maka pada akhir

11.7 JURNAL PENYESUAIAN


Penyesuaian terhadap akun-akun dalam perusahaan industri pada prinsipnya sama
dengan penyesuaian pada perusahaan dagang. Jika perusahaan menggunakan metode fisik,
maka pada akhir periode perlu diadakan penyesuaian pada akun-akun persediaan untuk
mencatat harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Pada perusahaan manufaktur
penyesuaian terhadap persediaan dilakukan atas tiga akun, yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
Jurnal-jurnal penyesuaian yang diperlukan dalam penentuan harga pokok produksi
dan harga pokok penjualan, seperti disinggung di atas, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Akuntansi Bisnis 149

Tujuan Penyesuaian Jurnal Penyesuaian


a. Untuk mengumpulkan biaya-biaya Biaya Overhead pabrik xx
overhead pabrik Biaya bahan penolong xx
Biaya tenaga kerja tak langsung xx
Listrik & Penerangan Pabrik xx
Reparasi & Pemeliharaan Pabrik xx
Asuransi Pabrik xx
Depresiasi Gedung Pabrik xx
Depresiasi Mesin xx
Lain-lain biaya Overhead pabrik xx
b. Untuk memindahkan saldo akun- Persediaan Bahan Baku xx
akun bahan baku, biaya angkut Retur Pembelian xx
pembelian dan retur pembelian ke akun Pembelian Bahan Baku xx
Persediaan Bahan Baku. Biaya Angkut pembelian xx
c. Untuk memindahkan harga pokok Persediaan Barang Dalam Proses xx
bahan baku yang dipakai dalam Persediaan Bahan Baku xx
produksi ke akun Persediaan Barang
dalam Proses
d. Untuk memindahkan biaya tenaga Persediaan Barang Dalam Proses xx
kerja langsung ke akun persedian Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses
e. Untuk memindahkan saldo akun Persediaan Barang Dalam Proses xx
Biaya Overhead Pabrik ke akun Biaya Overhed Pabrik xx
Persediaan Barang dalan Proses
f. Untuk memindahkan harga pokok Persediaan Barang Jadi xx
produksi ke akun Persediaan Barang Persediaan Barang Dalam Proses xx
Jadi
g. Untuk mencatat harga pokok barang Harga pokok Penjualan xx
yang terjual Persediaan Barang Jadi xx
Akuntansi Bisnis 150

11.8 NERACA LAJUR DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Untuk memberikan gambaran mengenai neraca lajur dalam perusahaan manufaktur,
berikut ini akan dikemukakan data dari neraca saldo PT ADI DAYA per 31 Desember
2006 beserta data untuk penyesuaian akhir tahun
PT ADI DAYA
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2006 (dalam 1.000)
Nama Rekening Debit Kredit
Kas Rp 275.000,00
Piutang Dagang 330.000,00
Cadangan Kerugian Piutang Rp 10.000,00
Persediaan Bahan Baku 500.000,00
Persediaan Barang dalam Proses 375.000,00
Persediaan Barang Jadi 500.000,00
Porsekot Asuransi 25.000,00
Tanah 400.000,00
Gedung 1.000.000,00
Utang Hipotik 350.000,00
Modal Saham 1.000.000,00
Laba yang Ditahan 200.000,00
Penjualan 3.500.000,00
Pembelian Bahan Baku 1.050.000,00
Biaya Angkut Pembelian 40.000,00
Retur Pembelian 50.000,00
Biaya Bahan Penolong 70.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung 300.000,00
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 100.000,00
Biaya Listrik & penerangan 25.000,00
Biaya Reparasi & Pemeliharaan 50.000,00
Advertensi 14.000,00
Gaji Pegawai Penjualan 40.000,00
Macam-macam Biaya Penjualan 10.000,00
Gaji Pegawai Administrasi 60.000,00
Telepon dan Telegram 30.000,00
Macam-macam Biaya Umum 5.000,00
Biaya Bunga 6.000,00
Jumlah Rp 6.505.000,00 Rp 6.505.000,00

Data untuk penyesuaian per 31 Desember 2006:


1. Masih harus dibayar bunga Rp 1.000.000,00.
2. Masih harus dibayar biaya pemasangan advertensi Rp 2.000.000,00.
Akuntansi Bisnis 151

3. Depresiasi Gedung Rp 100.000.000,00 yang harus dialokasikan sbb: 50% untuk pabrik,
30% untuk administrasi dan 20% untuk penjualan.
4. Depresiasi mesin Rp 80.000.000,00.
5. Depresiasi meubelair Rp 60.000.000,00 yang harus dialokasikan sbb: 60% untuk
administrasi dan 40% untuk penjualan.
6. Kerugian Piutang ditaksir Rp 30.000.000,00.
7. Listrik & Penerangan dialokasikan sebagai berikut: 80% untuk pabrik, 12% untuk
administrasi dan 8% untuk penjualan.
8. Reparasi & Pemeliharaan dialokasikan sbb: 60% untuk pabrik, 20% untuk administrasi
dan 20% untuk penjualan.
9. Biaya asuransi pabrik tahun 2006 adalah Rp 15.000.000,00.
10. Persediaan Bahan Baku Rp 200.000.000,00.
11. Persediaan Barang dalam Proses Rp 220.000.000,00.
12. Persediaan Barang Jadi Rp 400.000.000,00.

Jurnal Penyesuaian :
Atas dasar data di atas, jumal penyesuaian yang harus dibuat pada tanggal 31 Desember
2006 adalah sebagai berikut :
31 Desember 2006 (dalam 1.000)
Uraian Debit Kredit
1. Biaya Bunga Rp 1.000,00
Utang Bunga Rp 1.000,00
(untuk mencatat bunga yang terutang)
2. Advertensi Rp 2.000,00
Utang Advertensi Rp 2.000,00
(untuk mencatat biaya advertensi yang
terhutang)
3. Depresiasi Gedung-Pabrik Rp 50.000,00
Depresiasi Gedung-Administrasi Rp 30.000,00
Depresiasi Gedung-Penjualan Rp 20.000,00
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp 100.000,00
Akuntansi Bisnis 152

(untuk mencatat & mengalokasikan depresiasi


gedung tahun 2006)
4. Depresiasi Mesin Rp 80.000,00
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 80.000,00
(untuk mencatat depresiasi mesin-mesin tahun
2006)
5. Depresiasi Meu belair-Ad min istrasi Rp 36.000,00
Depresiasi Meubelair-Penjualan Rp 24.000,00
Akumulasi Depresiasi Meubelair Rp 60.000,00
(untuk mencatat dan mengalikasikan depresiasi
meubelair tahun 2006)
6. Kerugian Piutang Rp 30.000,00
Cadangan Kerugian Piutang Rp 30.000,00
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang yang
menjadi beban tahun 2006)
7. Listrik & Penerangan-Pabrik Rp 20.000,00
Listrik & Penerangan-Administrasi Rp 3.000,00
Listrik & Penerangan-Penjualan Rp 2.000,00
Listrik & Penerangan Rp 25.000,00
(untuk mengalokasikan biaya listrik &
penerangan pabrik, adm. & penjualan)

8. Reparasi & Pemeliharaan-Pabrik Rp 30.000,00


Reparasi & Pemeliharaan-Adm Rp 10.000,00
Reparasi & Pemeliharaan-Penjualan Rp 10.000,00
Reparasi & Pemeliharaan Rp 50.000,00
(untuk mengalokasikan biaya reparasi &
pemeliharaan pada pabrik, adm. Dan
penjualan)
9. Asuransi Pabrik Rp 15.000,00
Porsekot Asuransi Rp 15.000,00
Akuntansi Bisnis 153

(untuk mencatat biaya asuransi pabrik yang


menjadi beban tahun 2006)
10a. Persediaan Bahan Baku Rp 1.040.000,00
Retur Pembelian Rp 50.000,00
Pembelian Bahan baku Rp 1.050.000,00
Biaya Angkut Pembelian Rp 40.000,00
(untuk memindahkan pembelian bahan
baku, biaya angkut pembelian & retur
pembelian ke persediaan bahan baku)
10b. Persediaan Barang dlm Proses Rp 1.340.000,00
Persediaan Bahan Baku Rp 1.340.000,00
(untuk memindahkan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi ke
persediaan barang dalam proses)
11a. Persediaan Barang dalam Proses Rp 300.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 300.000,00
(untuk memindahkan biaya tenaga kerja
langsung ke persediaan barang dalam
proses)
11b. Biaya-biaya Overhead Pabrik Rp 365.000,00
Biaya Bahan Penolong Rp 70.000,00
Upah Tng Kerja Tak Langsung 100.000,00
Listrik & Penerangan-Pabrik 20.000,00
Reparasi & Pemeliharaan-Pabrik 30.000,00
Asuransi Pabrik 15.000,00
Depresiasi Gedung-Pabrik 50.000,00
Depresiasi Mesin 80.000,00
(untuk memindahkan semua jenis biaya
produksi tak langsung ke biaya-biaya
overhead pabrik)
11c. Persediaan Barang dalam Proses Rp 365.000,00
Akuntansi Bisnis 154

Biaya-biaya Overhead Pabrik Rp 365.000,00


(untuk memindahkan biaya-biaya overhead
pabrik ke persediaan barang dim proses)

11d. Persediaan Barang Jadi Rp 2.160.000,00


Persediaan Barang dlm Proses Rp 2.160.000,00
(untuk memindahkan harga pokok barang
yang telah diselesaikan dalam proses
produksi ke persediaan barang jadi)
12. Harga Pokok Penjualan Rp 2.260.000,00
Persediaan Barang Jadi Rp 2.260.000,00
(untuk memindahkan harga pokok barang
yang telah laku dijual ke harga pokok
penjualan)

Neraca Lajur yang dibuat oleh PT ADI DAYA pada 31 Desember 2006 dan laporan
keuangan yang dibuat berdasarkan neraca lajur tersebut tampak sebagai berik
Akuntansi Bisnis 155

PT ADI DAYA
NERACA LAJUR
31 Desember 2006 (dalam 1.000)
Akun Neraca Saldo Penyesuaian N. Saldo yg Disesuaikan Laba-Rugi Neraca
D K D K D K D K D K
Kas 275.000 275.000 275.000
Piutang Dagang 330.000 330.000 330.000
Cad. Kerug. Piutang 10.000 (6) 30.000 40.000 40.000
Persediaan Bhn Baku 500.000 (10a) 1.040.000 (10b) 1.340.000 200.000 200.000
(10b) 1.340.000
Persed. Brg dlm Proses 375.000 (11a) 300.000 (11d) 2.160.000 220.000 220.000
(11c) 365.000
Persediaan Brg Jadi 500.000 (11d) 2.160.000 (12) 2.260.000 400.000 400.000
Porsekot Asuransi 25.000 (9) 15.000 10.000 10.000
Tanah 400.000 400.000 400.000
Gedung 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Akum. Depres. Gedung 400.000 (3) 100.000 500.000 500.000
Mesin 800.000 800.000 800.000
Akum. Depres. Mesin 320.000 (4) 80.000 400.000 400.000
Mebelair 300.000 300.000 300.000
Akum. Depres. Mebelair 180.000 (5) 60.000 240.000 240.000
Hak Patent 200.000 200.000 200.000
Utang Dagang 495.000 495.000 495.000
Utang Hipotek 350.000 350.000 350.000
Akuntansi Bisnis 156

Modal Saham 1.000.000 1.000.000 1.000.000


Laba yang ditahan 200.000 200.000 200.000
Penjualan 3.500.000 3.500.000 3.500.000
Pembelian Bahan Baku 1.050.000 (1Oa) 1.050.000
Biaya Angkut Pembelian 40.000 (1Oa) 40.000
Retur Pembelian 50.000 (1Oa) 50.000
Biaya Bahan Penolong 70.000 (11c), 70.000
Biaya Tenaga Krj Langsung 300.000 (11a) 300.000
Biaya Tng Krj Tak Langsung 100.000 (11c) 100.000
Listrik & Penerangan 25.000 (7) 25.000
Reparasi Pemeliharaan 50.000 (8) 50.000
Advertensi 14.000 (2) 2.000 16.000 16.000
Gaji Pegawai Penjualan 40.000 40.000 40.000
Macam2 Biaya Penjualan 10.000 . 10.000 10.000

Gaji Pegawai Administrasi 60.000 60.000 60.000


Telepon dan Telegram 30.000 30.000 30.000
Macam2 Biaya Umum 5.000 5.000 5.000
Biaya Bunga 6.000 (1) 1.000 7.000 7.000
Utang Bunga (1) 1.000 1.000 1.000
Utang Advertensi (2) 2.000 2.000 2.000
Depres. Gedung - Pabrik (3) 50.000 (11c) 50.000
Depres. Gedung - Admin. (3) 30.000 30.000
Depres. Gedung - Penj. (3) 20.000 20.000 20.000
Depresiasi Mesin (4) 80.000 (11c) 80.000
Akuntansi Bisnis 157

Depres. Mebelair - Admin. (5) 36.000 36.000 36.000


Depres. Mebelair - Penj. (5) 24.000 24.000 24.000
Kerugian Piutang (6) 30.000 30.000 30.000
Listrik Penerangan - Pabrik (7) 20.000 (11c) 20.000
Listrik Penerangan - Admin. (7) 3.000 3.000 3.000
Listrik Penerangan - Penj. (7) 2.000 2.000 2.000
Reparasi Pemel. - Pabdk (8) 30.000 (11c) 30.000
ReparasiPemel.-Admin. (8) 10.000 10.000 10.000
Reparasi Pemel. - Penj. (8) 10.000 10.000 10.000
AsuransiPabdk (9) 15.000 (11c) 15.000
Biaya2 Overhead Pabdk (11c) 70.000
(11c) 100.000
(11c) 20.000 (11c) 365.000
(11c) 50.000
(11c) 15.000
(11c) 50.000
(11c) 80.000
Harga Pokok Penjualan (12) 2.260.000 2 260 000 2.260.000
Jumlah 6.505.000 6.505.000 8.243.000 8.243.000 6.728.000 6.728.000 2.593.000 3.500.000 4.135.000 3.228.000
907.000 907.000
3.500.000 3.500.000 4.135.000 4.135.000
Akuntansi Bisnis 158

Laporan-laporan keuangan yang harus disusun atas dasar neraca lajur di atas adalah sbb:
(1) Laporan Harga Pokok Produksi
PT ADI DAYA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
1 Januari s/d 31 Desember 2006 (dalam 1.000)
Persediaan Barang dalam Proses Rp 375.000,00

Pemakaian Bahan Baku


Persediaan Bahan Baku, 1 Jan 2006 Rp 500.000,00
Pembelian Bahan Baku Rp 1.050.000,00
Biaya Angkut Pembelian Rp 40.000,00
Rp 1.090.000,00
Rctur Pembelian 50.000,00
Pembelian Bersih Rp 1.040.000,00
Bahan Baku yang Tersedia Dipakai Rp 1.540.000,00
Persediaan Bahan Baku, 31 Des 2006 200.000,00
Harga Pokok Bahan Baku yang Dipakai Rp 1.340.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung 300.000,00
Biaya Overhead Pabrik Rp 70.000,00
Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 100.000,00
Listrik & Penerangan - Pabrik 20.000,00
Reparasi & Pemeliharaan - Pabrik 30.000,00
Asuransi Pabrik 15.000,00
Depresiasi Gedung - Pabrik 50.000,00
Depresiasi Mesin - Pabrik 80.000,00 365.000,00
Jumlah Biaya Produksi Rp 2.005.000,00
Rp 2.380.000,00
Persediaan Barang dalam Proses, 31 Des 2006 220.000,00
Harga Pokok Produksi Rp 2.160.000,00
Akuntansi Bisnis 159

(2) Laporan Laba Rugi


PT ADI DAYA
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006
(dalam 1.000)
Penjualan Rp 3.500.000,00

Harga Pokok Penjualan Rp 500.000,00


Persediaan Barang Jadi, 1 Jan 2006
Harga Pokok Produksi (Lihat Lamp.) 2.160.000,00
Rp 2.660.000,00
Persediaan Barang Jadi, 31 Des 2006 Rp 400.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp 2.260.000,00
Laba Kotor Penjualan Rp 1.240.000,00
Biaya-biaya Operasi
Biaya-biaya Penjualan:
Advertensi Rp 16.000,00
Gaji Pegawai - Penjualan 40.000,00
Depresiasi Gedung - Penjualan 20.000,00
Depresiasi Mebelair - Penjualan 24.000,00
Kerugian Piutang 30.000,00
Listrik & Penerangan - Penjualan 2.000,00
Reparasi & Pemeliharaan - Penjualan 10.000,00
Macam-macam Biaya Penjualan 10.000,00
Jumlah Biaya-biaya Penjualan Rp 125.000,00
Biaya-biaya Administrasi & Umum:
Gaji Pegawai Administrasi Rp 60.000,00
Telepon & Telegram 30.000,00
Depresiasi Gedung - Administrasi 30.000,00
Depresiasi Meubelair - Administrasi 36.000,00
Listrik & Penerangan - Administrasi 3.000,00
Reparasi & Pemeliharaan - Administrasi 10.000,00
Macam-macam Biaya Umum 5.000,00
Jumlah Biaya-biaya Administrasi & Umum Rp 174.000,00
Jumlah Biaya-biaya Operasi Rp 326.000,00
Laba Bersih operasi Rp 914.000,00

Biaya (-biaya) di luar Operasi


Biaya Bunga 7.000,00
Laba Bersih Rp 2.955.000,00
Akuntansi Bisnis 160

(3) Neraca
PT ADI DAYA
NERACA
31 Desember 2006 (dalam 1.000)
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Rp Rp Utang Lancar Rp Rp
Kas 275.000 Utang dagang 495.000
Piutang Dagang 330.000 Utang bunga 1.000
Cad. Kerug. Piutang (40.000) Utang advertensi
290.000 Jumlah Utang Lancar 2.000
Persediaan Bhn Baku 200.000 498.000
Persed. Brg dlm Proses 220.000 Utang Jangka Panjang
Persediaan Brg Jadi 400.000 Utang Hipotik 350.000
Porsekot Asuransi 10.000
Jumlah Aktiva Lancar 1.395.000 Modal
Modal Saham 1.000.000
Aktiva Tak Lancar Laba yang ditahan 1.107.000
Tanah 400.000 Jumlah Modal 2.107.000
Gedung 1.000.000
Akum. Depres. Gedung (500.000)
500.000
Mesin 800.000
Akum. Depres. Mesin (400.000)
400.000
Mebelair 300.000
Akum. Depres. Mebelair (240.000)
60.000
Hak Patent 200.000
Jml Aktiva Tak Lancar 1.560.000
Jumlah Aktiva 2.955.000 Jumlah Pasiva 2.955.000
Akuntansi Bisnis 161

(4) Laporan Laba yang Ditahan


PT ADI DAYA
Laporan Laba yang Ditahan
Per 31 Desember 2006 (dalam 1.000)

Laba yang ditahan, I Januari 2006 Rp 200.000,00


Laba bersih tahun 2006 907.000,00
Laba yang ditahan, 31 Desember 2006 Rp 1.107.000,00

11.9 JURNAL PENUTUP


Jurnal penutup dalam perusahaan dalam perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan
jurnal penutup yang dilakukan dalam perusahaan dagang. Jurnal penutup ini dimaksudkan
untuk menutup akun-akun biaya umum dan administrasi, biaya penjualan, biaya lain-lain serta
akun-akun penghasilan seperti telah dipelajari dalam akuntansi perusahaan dagang.
Jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Uraian Debit Kredit


1. Penjualan Rp 3.500.000,00
Laba Rugi Rp. 3.500.000,00
(untuk menutup penjualan ke Laba Rugi)

2. Laba Rugi Rp 2.593.000.00


Harga Pokok Penjualan Rp 2.260.000,00
Advertensi 16.000,00
Gaji Pegawai Penjualan 40.000,00
Depresiasi Gedung - Penjualan 20.000,00
Depresiasi Mebelair - Penjualan 24.000,00
Kerugian Piutang 30.000,00
Listrk & Penerangan - Penjualan 2.000,00
Reparasi & Pemeliharaan – Penjualan 10.000,00
Macam-macam biaya Penjualan 10.000,00
Gaji Pegawai Administrasi 60.000,00
Telepon & Telegram 30.000,00
Depresiasi Gedung - Administrasi 30.000,00
Depresiasi Mebelair - Administrasi 36.000,00
Listrik & penerangan Administrasi 3.000,00
Reparasi & Pemeliharaan - Administrasi 10.000,00
Macam-macam biaya umum 5.000,00
Biaya Bunga 7.000,00
(untuk menutup akun-akun biaya ke Laba Rugi)

3. Laba Rugi Rp 907.000,000


Laba yang Ditahan Rp 907.000,00
(untuk menutup akun Laba Rugi ke akun Laba
yang ditahan)
Akuntansi Bisnis 162

Apabila jurnal penutup di atas diposting ke dalam akun-akun yang bersangkutan maka akun-
akun penghasilan, biaya dan laba rugi tidak akan mempunyai saldo lagi karena pada akhimya
semua saldo akun nominal akan terkumpul menjadi satu dalam akun laba yang ditahan.
Setelah penutupan maka akun Rugi Laba dan akun Laba yang Ditahan akan nampak sebagai
berikut:
Laba Rugi
2006 2006
Des 31 Penutupan buku Rp 2.593.000 Des 31 Penutupan buku Rp 3.500.000
Des 31 Penutupan buku 907.000
Rp 3.500.000 Rp 3.500.000

Laba yang Ditahan


2006 2006
Des 31 Saldo Rp 1.107.000 Jan 1 Saldo Rp 200.000
Des 31 Penutupan Buku 907.000
Rp 1.107.000 Rp 1.107.000
Akuntansi Bisnis 163

Anda mungkin juga menyukai