Disusun oleh:
Julius Adiel (2210313210007)
Perbedaan ini timbul karena perusahaan dagang langsung menjual barang yang dibelinya,
sedangkan perusahaan manufaktur harus membuat dulu barang yang akan dijualnya.
Laporan harga pokok produksi menunjukkan biaya untuk menghasilkan produk yang
dihasilkan perusahaan manufaktur. Adanya perbedaan catatan dan teknik yang digunakan dalam
akuntansi untuk biaya-biaya ini, menyebabkan timbulnya perbedaan dalam karakteristik akuntansi
perusahaan manufaktur.
Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan biaya administrasi. Biaya
penjualan dan biaya administrasi tidak merupakan biaya overhead karena biaya-biaya tersebut tidak
timbul dalam proses produksi. Biaya-biaya tersebut bisa disebut biaya overhead penjualan dan umum,
tapi bukan overhead pabrik.
Segala jenis biaya produksi tak langsung dicatat dalam berbagai rekening overhead pabrik yang
jumlah maupun namanya bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.
Pemilihan nama rekening dan jumlah rekening yang disediakan tergantung pada sifat perusahaan dan
informasi yang diinginkan perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan mungkin hanya menyelenggarakan
satu rekening biaya asuransi pabrik, tapi bisa juga menyelenggarakan rekening biaya asuransi tersendiri
untuk mesin pabrik, gedung pabrik, dan peralatan pabrik lainnya.
Overhead pabrik tertentu seperti biaya tenaga kerja atau blaya listrik dicatat pada saat biaya
tersebut dibayar, tetapi overhead pabrik lain seperti biaya depresiasi dicatat melalui proses penyesuaian.
Apabila kita bandingkan antara neraca lajur pada sebuah perusahaan manufaktur dengan neraca lajur
pada perusahaan dagang (lihat Bab 7 Dasar-dasar Akuntansi Jilid 1), terlihat bahwa dalam neraca lajur
perusahaan manufaktur terdapat sepasang kolom tambahan, yaitu kolom "Laporan Harga Pokok
Produksi". Seperti telah diterangkan di atas, dalam perusahaan manufaktur diperlukan laporan tambahan
yang disebut laporan harga pokok produksi. Penambahan kolom tersebut dalam neraca lajur
dimaksudkan agar penyusunan laporan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan mudah, seperti
halnya laporan rugi-laba dan neraca.
Pembuatan dan pengerjaan kolom penyesuaian pada prinsipnya tidak berbeda dengan perusahaan
dagang. Begitu pula cara pengerjaan bagian lain dari neraca lajur, termasuk penentuan rugi-laba pada
prinsipnya sama dengan pengerjaan neraca lajur dalam perusahaan dagang.
Memasukkan Saldo setelah Disesuaikan ke dalam Kolom Laporan yang Sesuai di Neraca Saldo
Setelah penyesuaian selesai dikerjakan, tahap berikutnya adalah menggabungkan saldo dalam
kolom Neraca Saldo dengan kolom Penyesuaian (kalau ada), dan memasukkan hasilnya ke dalam kolom
laporan yang sesuai. Pos-pos yang dimasukkan ke dalam kolom Harga Pokok Produksi terdiri dari bahan
baku, persediaan barang dalam proses, tenaga kerja langsung, dan semua biaya yang termasuk dalam
overhead pabrik. Pos-pos yang dicantumkan dalam kolom Laporan Rugi-Laba terdiri dari persediaan
awal barang jadi, pendapatan, biaya penjualan, biaya umum & administrasi, dan biaya lainnya. Pos-pos
lainnya dilaporkan dalam neraca (aktiva, kewajiban, dan modal).
Memasukkan Jumlah Persediaan Akhir
Setelah pos-pos dalam neraca saldo yang telah disesuaikan dimasukkan ke dalam kolom-kolom
untuk laporan yang sesuai di neraca lajur, maka tahap berikutnya adalah memasukkan jumlah-jumlah
persediaan akhir ke dalam neraca lajur tersebut. Oleh karena persediaan bahan baku dan persediaan
dalam proses dikurangkan dalam laporan harga pokok produksi, maka jumlah persediaan akhir bahan
baku dan persediaan akhir barang dalam proses dimasukkan pada kolom kredit Laporan Harga Pokok
Produksi. Di lain pihak, karena persediaan akhir merupakan aktiva, maka kedua saldo persediaan akhir
tersebut harus dicantumkan juga pada sisi debet kolom Neraca.
Dalam Gambar 10-6 di atas, persediaan akhir bahan baku dimisalkan berjumlah Rp9.000,00, dan
persediaan akhir barang dalam proses dimisalkan berjumlah Rp7.500,00. Kedua jumlah persediaan akhir
tersebut ditentukan berdasarkan perhitungan fisik pada akhir periode.
Persediaan akhir barang jadi juga ditentukan berdasarkan perhitungan fisik pada akhir tahun.
Dalam Gambar 10-6, dimisalkan bahwa PT Semeru memiliki persediaan akhir barang jadi sebesar
Rp10.300,00. Jumlah persediaan akhir barang jadi tersebut dimasukkan ke dalam kolom kredit Laporan
Rugi-Laba dan selain itu juga dicantumkan pada kolom debet Neraca, ka- rena persediaan akhir
merupakan aktiva.
Setelah persediaan akhir dimasukkan ke dalam neraca lajur, maka tahap selanjutnya adalah
menjumlahkan kolom-kolom Laporan Harga Pokok Produksi. Selisih kolom debet dan kolom kredit
Laporan Harga Pokok Produksi merupakan jumlah harga pokok produksi pada periode yang
bersangkutan. Jumlah dicantumkan pada kolom kredit Harga Pokok Produksi, sehingga jumlah kolom
debet sama dengan jumlah kolom kredit. Jumlah harga pokok produksi juga dicantumkan pada kolom
debet di kolom Laporan Rugi-Laba. Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan neraca lajur dengan cara
yang sama seperti dalam neraca lajur untuk perusahaan dagang.
JURNAL PENYESUAIAN
Pembuatan jurnal penyesuaian pada perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak berbeda dengan
jurnal penyesuaian pada perusahaan dagang. Untuk setiap ayat penyesuaian yang tercantum dalam
kolom Penyesuaian di neraca lajur, harus dibuat jurnal penyesuaian yang formal dalam Jurnal Umum.
Dalam contoh PT Semeru di atas dan penyesuaian yang telah dikerjakan dalam kolom
Penyesuaian di neraca lajur, terlihat bahwa pembuatan jurnal penyesuaian pada perusahaan manufaktur
tidak berbeda dengan penyesuaian yang dibuat pada perusahaan dagang. Namun demikian khusus untuk
informasi penye- suaian butir (d), jurnal penyesuaiannya agak istimewa. Pada umumnya sisi debet
rekening Perlengkapan Pabrik digunakan untuk mencatat pembelian segala macam perlengkapan pabrik
yang digunakan perusahaan. Dalam kasus PT Semeru di atas, selain dari perlengkapan pabrik tersebut
digunakan pula sejumlah bahan baku yang berfungsi sebagai perlengkapan pabrik (pemakaian bahan
baku ini tidak menjadi bagian dari produk). Dalam infor- masi (d) tersebut diterangkan bahwa
pemakaian perlengkapan pabrik selama periode tersebut adalah Rp500,00, selain itu digunakan pula
bahan baku Rp100,00 yang berfungsi sebagai perlengkapan pabrik. Oleh karena itu jurnal penyesuaian
yang harus dibuat untuk mencatat pemakaian perlengkapan pabrik adalah sebagai berikut:
Des.31 Biaya Perlengkapan Pabrik 600.00
Perlengkapan Pabrik 500.00
Pembelian Bahan Baku 100.00
(Untuk mencatatt pemakaian perlengkapan
pabrik)
Setelah rekening Pembelian Bahan Baku dikredit Rp100,00, maka sisa- nya sebesar Rp85.000,00
akan merupakan pemakaian bahan baku dalam periode tersebut, dan dilaporkan dalam laporan Harga
Pokok Produksi (lihat Gambar 10-5).
JURNAL PENUTUP
Rekening-rekening yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi pada suatu periode
akuntansi, harus ditutup pada akhir periode. Biasanya. penutupan dilakukan melalui rekening Ikhtisar
Biaya Produksi, dan selanjutnya rekening Ikhtisar Biaya Produksi ditutup ke rekening Rugi-Laba.
Jurnal untuk menutup rekening-rekening biaya produksi pada PT Semeru adalah sebagai berikut:
Ayat-ayat jurnal di atas diambil dari informasi yang terdapat pada kolom Harga Pokok Produksi
dalam neraca lajur (Gambar 10-6). Bandingkan ayat jurnal yang pertama dengan informasi yang terdapat
pada sisi debet kolom Harga Pokok Produksi. Perhatikan bahwa jumlah yang didebetkan pada rekening
Ikhtisar Biaya Produksi diambil dari total kolom debet Harga Pokok Produksi, dan rekening-rekening
yang terdapat dalam kolom tersebut dikredit untuk menutupnya. Ayat jurnal yang kedua mempunyai dua
fungsi, yaitu (1) untuk mencatat akhir bahan baku dan persediaan barang dalam proses, dan (2) untuk
mengurangkan kedua jumlah yang masih berstatus sebagai persediaan dari ikhtisar biaya produksi.
Pengaruh dari kedua ayat jurnal di atas ialah bahwa rekening Ikhtisar Biaya Produksi akhirnya
akan menunjukkan saldo debet sebesar Rp170.500,00. Jumlah tersebut tidak lain adalah harga pokok
produksi untuk periode yang bersangkutan. Rekening Rugi-Laba bersama-sama dengan penutupan
rekening-rekening non biaya-produksi (biaya-biaya penjualan dan biaya-biaya umum & administrasi,
serta biaya lainnya) seperti nampak pada kolom debet Rugi-Laba di neraca lajur. Ayat jurnal penutup
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Setelah dibuat ayat jurnal di atas, selanjutnya jurnal penutup lain yang diperlukan adalah untuk
menutup rekening-rekening yang masih tertinggal di kolom Rugi-Laba pada Gambar 10-6:
MASALAH PENILAIAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Apabila perusahaan manufaktur menggunakan sistem akuntansi umum untuk kegiatan
produksinya, maka perhitungan fisik persediaan memegang peranan yang sangat penting. Hasil
perhitungan fisik untuk masing-masing jenis persediaan (bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi) tersebut ke- mudian dinilai berdasarkan harga yang layak. Penilaian persediaan akhir bahan baku
biasanya tidak begitu sulit karena bahan baku yang ada dalam persediaan bentuknya masih serupa
dengan keadaan ketika dibeli. Akan tetapi penilaian atas persediaan akhir barang dalam proses dan
barang jadi biasanya tidak mudah. Kedua persediaan tersebut mengandung unsur bahan baku yang telah
diberi tambahan sejumlah tenaga kerja langsung dan over- head pabrik. Keduanya sudah tidak sama lagi
bentuknya dengan keadaan ketika dibeli. Oleh karena itu penentuan nilai kedua jenis persediaan terse-
but n enjadi tidak sederhana, karena untuk menetapkan nilainya perlu ditaksir jumlah bahan baku, tenaga
kerja langsung, dan overhead yang telah dima- sukkan ke dalam masing-masing barang tersebut.