A. Latar Belakang
Pembangunan yang berorientasi pada lingkungan hidup telah di-address dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima tahun ke depan. RPJMN 2020-2024, yang
telah disahkan melalui Peraturan Presiden No. 18/2020, menekankan pentingnya pembangunan yang
seimbang antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Hal ini karena kondisi
lingkungan Indonesia sudah dipandang mengkhawatirkan. Pada tahun 2045 diproyeksikan luas
tutupan hutan primer tinggal tersisa 45,8 juta hektar atau 24% dari total luas daratan nasional sebesar
188 juta hektar. Berkurangnya tutupan hutan diperkirakan akan memicu terjadinya kelangkaan air
baku khususnya pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat rendah seperti Jawa, Bali dan
Nusa Tenggara.1 Di luar itu, Indonesia juga telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon
berdasarkan Perjanjian Paris, sebagaimana telah diratifikasi melalui UU No. 16/2016.
Upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan memerlukan dukungan dan
koordinasi seluruh tingkat pemerintahan. Dalam konteks ini, salah satu yang dapat dikembangkan
adalah penerapan mekanisme transfer fiskal yang berbasis pada ekologi. The Asia Foundation (TAF)
atas dukungan United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU) telah mengembangkan gagasan
kebijakan tentang transfer fiskal berbasis ekologi di tingkat Provinsi dan Kabupaten sejak 2018.
Upaya untuk mendorong skema kebijakan transfer fiskal berbasis ekologi diawali dengan
mengembangkan kebijakan transfer fiskal dari kabupaten ke desa berbasis sumberdaya alam di
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Formula Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Pelalawan salah
satunya didasarkan pada indikator luas wilayah hutan dan sumberdaya alam lainnya. Upaya ini
kemudian disusul dengan mengembangkan skema Transfer Anggaran Provinsi berbasis Ekologi
(TAPE) yang diinisiasi di Provinsi Papua pada tahun 2018 dan secara paralel didorong pula di 8
provinsi lainnya, yakni: Aceh, Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua Barat.
Pendekatan TAPE mengedepankan skema insentif yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota yang menjaga kelestarian lingkungannya. Sumber dana berasal dari bantuan keuangan
pemerintah provinsi. Di Provinsi Kalimantan Utara, telah diterbitkan kebijakan skema transfer
bantuan keuangan yang berbasis ekologi dalam bentuk Peraturan Gubernur No. 6/2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Gubernur No. 49/2018 tentang Tata Cara Pemberian, Penyaluran dan
Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara.
Pendekatan TAPE kemudian diadopsi oleh Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, dan Kabupaten
Nunukan Provinsi Kalimantan Utara, yang mengembangkan skema Transfer Anggaran Kabupaten
berbasis Ekologi (TAKE) dengan memberikan skema insentif kepada desa yang menjaga kelestarian
lingkungan melalui formula penghitungan ADD. Kebijakan Kabupaten Jayapura ini tertuang dalam
Peraturan Bupati No.11/2019 tentang Alokasi Dana Kampung Tahun 2019 dan untuk Kabupaten
Nunukan tertuang dalam Peraturan Bupati No. 59/2019 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati No.
15/2015 tentang Alokasi Dana Desa. Saat ini sudah beberapa daerah yang telah mengadopsi kebijakan
TAKE yakni Kubu Raya, Bener Meriah, Siak, Sigi serta Trenggalek.
1
RPJMN 2020-2024.
Melalui berbagai sosialisasi dan diskusi, hingga saat ini semakin banyak pemerintah daerah yang
berinisiatif untuk menerbitkan kebijakan TAPE dan TAKE. Beberapa daerah tersebut antara lain
provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Papua, dan Papua
Barat, serta Kabupaten Donggala, Luwu, Gresik, dan Aceh Utara. Di luar itu, beberapa Pemerintah
Kota juga telah ada yang memiliki inisiatif untuk menerapkan skema transfer dana kelurahan yang
berbasis ekologi atau dapat disebut Alokasi Anggaran Kelurahan berbasis Ekologi (ALAKE),
antara lain Palu, Palopo dan Pare-Pare. Inisiatif tersebut perlu direspon oleh jaringan kelompok
masyarakat sipil agar dapat mengawal melalui pendekatan kolaboratif.
Untuk terus mendukung inisiatif tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia penggerak, baik laki-laki
dan perempuan yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif dalam mendorong
pengembangan TAPE, TAKE, dan ALAKE di daerah. Pemahaman SDM yang baik terkait isu
lingkungan, perencanaan dan penganggaran daerah, konsep transfer fiskal berbasis ekologi, dan
advokasi diharapkan dapat mengakselerasi penerapan EFT yang didorong oleh masyarakat sipil
maupun pemda, termasuk mendukung inisiatif untuk mendorong penerapan Transfer Anggaran
Nasional berbasis Ekologi (TANE). Selain itu, kemampuan SDM untuk mendorong kebijakan yang
responsif gender sangat dibutuhkan untuk mendorong kebijakan, program atau kegiatan yang
memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan serta permasalahan perempuan dan laki-laki dalam
seluruh pembangunan. Oleh karena itu, kapasitas para penggerak EFT di daerah terkait
pengarusutamaan gender menjadi agenda penting agar dalam mendorong kebijakan insentif fiskal
berbasis ekologi ini menjadi lebih berkeadilan bagi semua kelompok, termasuk perempuan, laki-laki,
anak-anak, dan kelompok rentan lainnya. Sehubungan dengan itu, Pusat Telaah dan Informasi
Regional (PATTIRO) dan Indonesia Budget Center (IBC) didukung oleh The Asia Foundation
bermaksud menyelenggarakan Pelatihan Advokasi Pengembangan Skema TAPE, TAKE dan ALAKE
yang dilaksanakan secara daring dengan mengundang peserta dari Pemda dan CSO.
Adapun hasil yang diharapkan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan konsep dan teori dasar ekologi dan EFT,
serta regulasi keuangan daerah terkait penerapan EFT.
2. Peserta mampu memahami dan memetakan isu strategis daerah, arah kebijakan
pembangunan daerah, dan aktor - aktor strategis.
3. Peserta mampu mengindentifikasi dan menyusun indikator kinerja ekologi untuk
penilaian EFT.
4. Peserta mampu menyusun strategi advokasi untuk mengenalkan penerapan EFT di
daerahnya.
C. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pelatihan ini akan diselenggarakan secara daring pada:
Hari/Tanggal : Selasa – Kamis/ 2 – 4 November 2021
Waktu : 08.00 – 12.30 WIB
Link Zoom : https://us02web.zoom.us/j/83293811395?
pwd=WmI5aThTeC9Zazhza3RxRVJUUnlwUT09
Meeting ID : 832 9381 1395
Pasword : 219101
D. Peserta
Peserta pelatihan ini berasal dari organisasi masyarakat sipil/CSO dan Pemda yang belum pernah
mengikuti pelatihan terkait TAPE/TAKE/ALAKE namun memiliki atensi yang tinggi untuk
mengadvokasi pengembangan skema TAPE, TAKE, ALAKE di daerahnya. Selain itu, dalam
pelatihan ini mengutamakan peserta perempuan untuk memunculkan kader-kader perempuan yang
dapat mengadvokasi pengembangan skema TAPE, TAKE, ALAKE di daerah masing-masing. Jumlah
peserta ditargetkan sebanyak 45 orang.
Mentor:
1. Dr. Fitri Nurfatriani – KLHK
2. Rini Kurnia Solihat –DPMD Kab. Kubu Raya
3. Alam Surya Putra – TAF
4. Ahmad Taufik – Konsultan TAF
5. Roy Salam – IBC
6. Bejo Untung – PATTIRO
7. Fitria Muslih – PATTIRO
8. Ramlan Nugraha – PATTIRO
9. Triono Hadi – FITRA RIAU
Co-Mentor:
1. Izza Yusriyah – PATTIRO
2. Diah Mardhotillah – PATTIRO
3. Mia Rosmiati – IBC
4. Sartika Edi – FITRA RIAU
F. Susunan Acara
G. Panitia Logistik
Terkait dengan logistik penyelenggaraan acara ini, silakan menghubungi Izza Yusriyah atau Sherlly
Cindya melalui alamat email: izza@pattiro.org, sherlly@anggaranindonesia.org.