PANDUAN
Modul 01 Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL BM di Daerah Modul 2 Panduan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi dalam Rangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL BM di Daerah Modul 3 Panduan Fasilitasi Orientasi MPA-PHAST Modul 4 Panduan Fasilitasi Lokalatih Penyusunan Renstra Pembangunan AMPL BM di Daerah Modul 5 Panduan Fasilitasi Lokalatih Pengelolaan CLTS
Waspola
Bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Jakarta 2008
Buku 5, PANDUAN MODUL 1, MODUL 2, MODUL 3, MODUL 4, MODUL 5 Diterbitkan oleh WASPOLA bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan: - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Departemen Keuangan - Departemen Dalam Negeri - Departemen Pekerjaan Umum - Departemen Kesehatan - Departemen Pendidikan Nasional - Departemen Perindustrian - Kementerian Lingkungan Hidup Sekretariat Telp./Fax. E-mail Website : : : : Jl. Cianjur No. 4, Jakarta 10310 (62-21) 314 2046 waspola1@cbn.net.id www.waspola.org, www.ampl.or.id
Tim Pengarah: Oswar M Mungkasa Gary D Swisher Tim Penulis: Editor : Sofyan Iskandar Koordinator Buku 1, 2 : Subari Koordinator Buku 3 : Nugroho Tomo Koordinator Buku 4 : Nur Apriatman Desain dan Produksi : Dormaringan Saragih Kontributor: Bambang Purwanto, Zainal Nampira, Rheidda Pramudi, Togap Siagian, Helda Nusi, Adelina Hutahuruk, Huseiyn Pasaribu, Bambang Pudjiatmoko, Dormaringan Saragih, Agus Priatna, Purnomo, Nastain Gasba, Syarifuddin, Alma Arief, Wiwit Heris, Udi Maadi, Ardi Adji, Ida Nuraida, Ratna Tunjung Luih, A Tenriola, Sriaty, H Ridwan Somad, Haryono Moelyo, H Nuryanto, Triyatno, Budiono, Ishak Jon, Sugeng Hariyanto, Johanes Robert, Rafid, Isman Uge, Rusman Zakaria, Rewang Budiyana, Iim Ibrahim, Meytri Wilda Ayuantri. Produksi : April 2008
Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahap Kedua (WASPOLA-2) dilaksanakan di bawah Koordinasi Pemerintah Indonesia, melalui Kelompok Kerja lintas departemen yang diketuai oleh BAPPENAS, dengan mayoritas dana hibah dari Pemerintah Australia melalui AusAID, dan dukungan langsung Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP) atas nama AusAID dan Bank Dunia.
BUKU 5
Kata Sambutan
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
eformasi kebijakan dalam Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) merupakan proses dinamis dan berlangsung terus menerus, baik di tingkat pusat maupun daerah, khususnya dalam upaya pencapaian target MDGs Goal 7, khususnya Target 10. Dengan demikian proses penguatan kapasitas pemangku kepentingan, khususnya dari kalangan pemerintah menjadi sangat relevan dan penting adanya. Dalam mencapai tujuan ini, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, telah disusun oleh Pemerintah melalui proses partisipatif dengan melibatkan pemangku kepentingan secara luas. Saat ini, kebijakan itu telah diimplementasikan di berbagai propinsi dan kabupaten di Indonesia, khususnya yang difasilitasi WASPOLA, dan daerah-daerah lain yang diintervensi melalui kegiatan proyek terkait air minum dan sanitasi, misalnya: WES dari Unicef, ProAir-GTZ, CWSHP-ADB, PAMSIMAS-Bank Dunia, SWASH-CIDA, Plan International (LSM), Sanimas dan lain-lain.
KATA SAMBUTAN
BUKU 5
Inisiatif WASPOLA untuk menerbitkan dan menyebarluaskan Buku Panduan tentang pelaksanaan kebijakan nasional pembangunan AMPL, patut disyukuri dan diapresiasi. Buku Panduan, yang disusun atas 5 seri (buku 1 hingga buku 5) menjelaskan tahapan pelaksanaan implementasi kebijakan secara lugas dan terstruktur, sehingga mudah dipahami dan diikuti. Masing-masing buku memiliki tujuan dan lingkup pembahasan yang berbeda, walaupun secara keseluruhan masih saling berangkai. Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun buku serta kontributor, baik yang berasal dari Kelompok Kerja AMPL baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota atas kerja keras dan inisiatifnya. Masukan positif dan tidak ternilai harganya, sangat membantu proses pengembangan dan finalisasinya. Diharapkan melalui penerbitan buku panduan ini, proses reformasi dan implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, dapat terus berjalan dan tersebarluaskan dengan membuka ruang partisipasi publik dan keterlibatan berbagai pihak. Kami juga memberikan kesempatan kepada berbagai pihak yang ingin mengadopsi pendekatan dalam reformasi dan implementasi kebijakan, dengan menggunakan buku ini sebagai acuan dan referensi. Semoga bermanfaat dan selamat menindaklanjutinya.
KATA SAMBUTAN
Buku 5
Panduan Pelaksanaan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat di Daerah
Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM) di Daerah
MODUL 1
Waspola
Bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Jakarta 2008
Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM) di Daerah
MODUL 1
BUKU 5
Kata Pengantar
okumen Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Indonesia telah disusun melalui program Penyusunan Kebijakan dan Penyusunan Rencana Kerja bidang AMPL (WASPOLA), yang berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2003. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia melalui AusAID yang difasilitasi oleh Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific World Bank. Serangkaian kegiatan partisipatif penyusunan kebijakan dilaksanakan oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasi Bappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Sampai saat ini dokumen kebijakan telah disepakati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (Project Coordination Committee) yang terdiri dari para pejabat Eselon 1 dari masing-masing instansi tersebut. . Uji coba pelaksanaan kebijakan di empat propinsi terpilih telah dilaksanakan pada tahun 2002/2003, dan dilanjutkan sampai sekarang, sehingga jumlah lokasi sampai saat ini adalah 49 kabupaten/kota di 9 propinsi. Dari proses tersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalam penyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalam metodologi pelaksanaannya di daerah. Berdasarkan pengalaman implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut diatas, akhirnya terkumpul berbagai panduan kegiatan fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah, untuk kemudian ditulis ulang, sehingga akhirnya menjadi kumpulan panduan operasionalisasi kebijakan AMPL di daerah, sebagaimana naskah panduan ini Untuk itu, agar memudahkan pada tingkat operasional, disusunlah Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. Dengan panduan ini, mudah mudahan semua fihak yang akan memanfaatkan panduan ini akan menjadi lebih mudah untuk memanfaatkannya di lapangan. Demikian, semoga panduan ini dapat menjadi alat bagi pembelajaran kita semua.
MODUL 1: Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL BM di Daerah
Modul 1
Panduan Fasilitasi Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM) di Daerah Contoh Kerangka Acuan
Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Daerah Anyer, Banten dan Surabaya, 30 Mei 1 Juni 2006
A. Latar Belakang
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat telah diimplementasikan di 49 kabupaten/kota di 9 propinsi lokasi WASPOLA. Sebagai kegiatan tambahan diseminasi kebijakan dilaksanakan atas kerja sama dengan proyek CWSH di 8 kabupaten pada 4 propinsi. Disamping itu kebijakan juga telah disosialisasikan dalam berbagai forum pertemuan diseminasi nasional dan publikasi melalui media kepada pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Agar terjadi efektifitas dan pencapaian sasaran yang tepat serta operasionalisasi kebijakan yang terarah di daerah, maka sebagai tindak lanjut dari Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Surabaya lalu, beberapa hal penting yang perlu ditindaklanjuti antara lain; Penajaman pemahaman stake holder daerah mengenai substansi kebijakan dan bagian-bagian penting yang minimal harus dikuasai Pemberdayaan stake holder daerah agar mampu berperan untuk melakukan diseminasi kebijakan Menyusun rencana kerja implementasi kebijakan di daerahnya masing masing
Hal terpenting dari lokakarya ini adalah upaya transformasi kebijakan kepada stake holder daerah, sehingga mereka mampu berperan sebagai fasilitator yang akan menyebarluaskan dan mengoperasionalisasikan kebijakan nasional tersebut di daerahnya masing-masing.
B. Tujuan
Secara umum lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman stakeholder daerah mengenai kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat dan proses operasionalisasinya di daerah. Secara khusus bertujuan untuk; 1. Membantu peserta dalam memahami kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat 2. Membantu peserta dalam memahami aspek keberlanjutan pembangunan AMPL 3. Membantu peserta dalam penyamaan persepsi terhadap 11 pokok kebijakan dan strategi pelaksanaannya di daerah 4. Membantu peserta dalam melakukan penajaman Rencana Kerja Daerah sebagai tindak lanjut lokakarya nasional diseminasi
D. Materi
Untuk pencapaian tujuan dan hasil yang diharapkan beberapa materi yang akan dibahas dalam lokakarya ini sebagai berikut: 1. Latar belakang, maksud dan tujuan kebijakan
2. Pokok-pokok kebijakan dan strategi 3. Pendalaman pokok kebijakan dan strategi a. Exercise; identifikasi isu pembangunan AMPL daerah, prioritas penanganan b. Exercise; pengertian pokok-pokok kebijakan, potensi pelaksanaan, hambatan yang mungkin terjadi, serta antisipasi dan cara mengatasinya c. Exercise; menyusun urutan prioritas operasionalisasi 11 pokok kebijakan nasional berbasis masyarakat sesuai dengan kebutuhan daerah d. Exercise; memahami proses operasionalisasi kebijakan nasional berbasis masyarakat di semua tingkatan e. Exercise; memahami tiga elemen kunci keberhasilan implementasi kebijakan di daerah (regulasi, kelembagaan, serta perencanaan, dan pengganggaran) yang perlu ditindak lanjuti di daerah 4. Pendalaman roadmapping implementasi kebijakan di kabupaten/kota untuk penajaman Rencana Kerja Daerah sesuai dengan kemampuannya masing masing
E. Metoda
1. 2. 3. 4. Berbagi pengalaman Curah pendapat Diskusi kelompok Presentasi dan tanya jawab.
H. Peserta:
Wilayah Barat No 1. Propinsi/Kabupaten/Kota Sumatera Barat 1. Tanah Datar *) 2. Kota Payakumbuh*) 3. Kota Bukittinggi 4. Pesisir Selatan 2. Bangka Belitung 1. Bangka Barat*) 2. Bangka Utara*) 3. Kota Pangkalpinang*) 4. Bangka Tengah 5. Bangka Induk 3. Banten 1. 2. 3. 4. 5. 4. Pandeglang*) Kota Tangerang*) Kota Cilegon Serang Tangerang Orang 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 7 79 Jumlah 78 6. 7. 5. 4. 3. 2. No 1. Wilayah Timur Propinsi/Kabupaten/Kota Nusa Tenggara Barat 1. Lombok Timur*) 2. Sumbawa*) 3. Lombok Tengah 4. Bima 5. Dompu Sulawesi Selatan 1. Takalar*) 2. Selayar*) 3. Gowa 4. Wajo 5. Soppeng 6. Jeneponto Sulawesi Tenggara 1. Konawe 2. Konawe Selatan Nusa Tenggara Timur 1. Timor Tengah Selatan 2. Rote Ndao Jawa Tengah 1. Pekalongan*) 2. Grobogan*) 3. Brebes 4. Pemalang 5. Cilacap 6. Purbalingga Pokja AMPL Pusat WASPOLA Orang 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 8
5.
6.
7.
8.
9. 10.
Persyaratan Peserta : Sangat diharapkan untuk peserta kabupaten/kota dampingan lama *) mengirimkan peserta baru yang belum pernah mengikuti acara WASPOLA.
I. Fasilitator:
1. Wilayah Indonesia Timur : Pokja AMPL Pusat : 3 orang Sekretariat WASPOLA : NT, SBR, PUR, NG, AA, SYAF, JM 2. Wilayah Indonesia Barat : Pokja AMPL Pusat : 3 orang Sekretariat WASPOLA : NA, HP, BP, AP, DS, DHS, NY
K. Sumber Pembiayaan
1. Sekretariat WASPOLA 2. Pokja AMPL Pusat, dalam hal ini untuk dukungan kehadiran anggota Pokja AMPL Pusat ke daerah 3. Pokja AMPL Propinsi/Kabupaten/Kota untuk biaya transportasi udara dan darat/lokal
L. Bagan Alir Lokakarya Pelaksanaan Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat
Review Pemahaman
Pendalaman Kebijakan Berbagi pengalaman implementasi kebijakan Road Mapping dan Rencana Kerja Daerah
Exercise; 3 elemen kunci keberhasilan implementasi kebijakan d idaerah: regulasi, kelembagaan serta perencanaan dan pengganggaran
Post Test
Penutupan
M. Jadual Lokakarya
Waktu
Tanggal 30 Mei 2006 11.00 12.00 12.30 13.00 13.00 15.00 Check in dan registrasi Istirahat, sholat dhuhur, makan siang Upacara Pembukaan dan Sambutan Pengarahan Lokakarya oleh Direktur Permukiman dan Perumahan BAPPENAS Pengantar lokakarya : a. Pre Test b. Perkenalan c. Identifikasi harapan dan tantangan d. Alur lokakarya e. Aturan main pelaksanaan lokakarya Rehat kopi, shalat ashar Presentasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat Istirahat, sholat, makan malam. Diskusi identifikasi isu/permasalahan pembangunan AMPL di daerah Istirahat Persiapan diri dan makan pagi Review hari pertama Diskusi pemahaman 11 pokok kebijakan dan penyusunan skala prioritas berdasarkan kebutuhan daerah Rehat Kopi Lanjutan, presentasi hasil diskusi pemahaman 11 pokok kebijakan dan penyusunan skala prioritas berdasarkan kebutuhan daerah Istirahat, sholat, makan malam Diskusi proses operasionalisasi kebijakan di semua level Istirahat, sholat dan rehat kopi Diskusi kaitan hasil studi desentralisasi dan strategi pelaksanaan kebijakan di daerah Istirahat, sholat, makan malam Acara rekreatif : Drama 5 menit setiap propinsi mengenai isu/permasalahan AMPL daerah Istirahat Persiapan diri dan makan pagi Review hari kedua Berbagi pengalaman implementasi kebijakan Road Maping Implementasi Kebijakan di Kabupaten/Kota Tahun 2006 Rehat Kopi Penajaman Rencana Kerja Kabupaten/Kota Tahun 2006 Post Test Evaluasi Penutupan. Istirahat, sholat dhuhur, makan siang Peserta kembali ke kabupaten/kotanya masing masing Panitia Panitia Fasilitator & Pokja AMPL
Acara/Topik
Fasilitator
15.00 15.30 15.30 17.30 17.30 19.30 19.30 21.30 21.30 06.00 06.00 08.00 08.00 08.15 08:15 10.00 10.00 10.15 10.15 12.15 12.15 13.00 13.00 15.30 15.30 16.00 16.00 17.30 17.30 19.30 19.30 21.30 21.30 06.00 06.00 08.00 08.00 08.15 08.15 09.15 09.15 10.30 10.30 10.45 10.45 11.30 11.30 12.30
Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Fasilitator & Pokja AMPL Fasilitator & Pokja AMPL Panitia Fasilitator & Pokja AMPL Fasilitator & Pokja AMPL
Proses Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Daerah
SESSI 01 TUJUAN : PEMBUKAAN : Pemahaman tentang arah dan tujuan lokakarya operasionalisasi kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat : Upacara seremonial : 30 menit : Bahan sambutan Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas :
1. Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. 2. Presentasi Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas 3. Dialog dan tanya jawab. Moderator : Notulen :
SESSI 02 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENGANTAR LOKAKARYA : 1. Peserta mengerti kondisi peserta ttg. Pemahaman Kebijakan Nasional AMPL-BM 2. Suasana rileks dan informal. tercipta 3. Tujuan lokakarya dapat dimengerti peserta 4. Agenda lokakarya disepakati oleh semua peserta. 5. Aturan main pelaksa-naan lokakarya dise- pakati : 1. Pretest, 2. Perkenalan, 3. Identifikasi harapan & tantangan 4. Alur lokakarya, 5. Aturan main pelaksanaan lokakarya : 90 menit : 1. Kain rekat, 2. Kertas dot 3. Kertas HVS ukuran kuarto 4. Metaplan 5. Spidol 6. Selotape 7. Postcard :
1. Intoduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini. 2. Penjelasan tentang pre-test dan pelaksanaan pre-test dengan metode penempelan dot pada kain rekat yg sudah disiapkan dalam matriks :
3. Perkenalan, jelaskan model perkenalan yang akan dilakukan : Fasilitator memberikan potongan post card (puzzle) dan dibagikan secara acak kepada para peserta. (Postcard dipotong menjadi 10 potong atau lebih tergantung dari jumlah peserta).
Kemudian peserta diminta untuk mencari pasangan postcard yang telah terpotong tadi menjadi gambar postcard utuh. Setelah genap menjadi postcard utuh, peserta diminta untuk menyepakati untuk memberi nama kelompoknya. Kemudian, masing-masing peserta dalam kelompok itu diminta untuk menggambar yang menggambarkan pengalaman individu dalam perjuangan untuk mendapatkan sebuah keberhasilan, dalam bidang AMPL Setelah selesai dalam setiap kelompok mengungkapkan gambar yang telah dibuat kepada rekanrekannya dalam kelompok. Sekaligus kelompok menetapkan gambar siapa yang paling menarik. Peserta yang gambarnya paling menarik diminta untuk menyampaikan kepada kelompok yang lain. Akhiri acara perkenalan ini dengan menyampaikan antara lain bahwa mengenal orang lain tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat seperti sekarang ini, oleh karenanya selama lokakarya ini bapak/ibu dapat berproses mengenal lebih dekat 4. Identifikasi harapan dan kekhawatiran selama lokakarya berlangsung: Ajak kembali peserta untuk ke melingkar di ruangan tengah lokakarya Bagikan kertas metaplan & spidol. Minta kepada mereka untuk kembali ke kelompok tadi. Minta setiap peserta untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran pada kertas metaplan. Diskuisikan dalam kelompoknya untuk memilih 2 terpenting menurut kesepakatan kelompok, dari harapan dan kekhawatiran tadi. Tempelkan di kain rekat. Lakukan pengelompokan, lalu sepakati judul dari hasil setiap pengelompokkan tadi. Ingatkan kembali atas sisa hasil identifikasi harapan dan kekhawatiran yang belum ditempelkan. Minta kepada peserta untuk menempelkan pada kelompok yang paling relevan. Tanyakan kepada mereka apakah dengan penambahan ini sudah relevan dengan kesepakatan judul tadi.
Berdasarkan kesepakatan tadi, ingatkan, mana saja harapan yang dapat dipenuhi. Bahas pula tentang kekhawatiran. Ingatkan bahwa antara harapan dan kekhawatiran yang dibahas adalah dalam kerangka implementasi kebijakan nasional AMPL. NOTE: Kait rekat yang berisi harapan & kekhawatiran tetap berada di ruang kelas sampai akhir lokakarya, dengan maksud sebagai sarana evaluasi di akhir lokakarya 5. Presentasi alur lokakarya, agar semua fihak memahami apa saja yang akan dibahas selama lokakarya berlangsung. 6. Berdasarkan alur tersebut, bahas tentang aturan main pelaksanaan lokakarya, sampai semua fihak menyepakati aturan main lokakarya. Aturan main yang disepakati menyangkut : jadual dan tata tertib pelaksanaan lokakarya. Fasilitator utama : Fasilitator perkenalan : Fasilitator identifikasi harapan : Fasilitator alur lokakarya : Fasilitator tata tertib : Notulen :
SESSI 03 TUJUAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PRESENTASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT : Peserta mengerti latar belakang, kerangka kerja, proses penyusunan kebi-jakan dan operasionali-sasi kebijakan sampai saat ini : 1. Presentasi 2. Diskusi dan tanya jawab : 120 menit : Bahan tulisan ringkasan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat LCD & komputer :
1. 2. 3. 4.
Pengantar presentasi Presentasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat Diskusi dan tanya jawab. Rangkuman
KEBIJAKAN KEBIJAKAN NASIONAL NASIONAL PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN AIR AIR MINUM MINUM DAN DAN PENYEHATAN PENYEHATAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN BERBASIS BERBASIS MASYARAKAT MASYARAKAT
Foto:PDAM Makasar
Foto:YSI
0
Source: SUSENAS
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
The definition comprises septic tank or hole as a final excreta disposal site.
Pembelajaran Pembelajaran
Pembangunan Pembangunan AMPL AMPL di di Indonesia Indonesia
Masyarakat terlibat dalam seluruh proses menunjukkan bukti:
Pemb. AMPL lebih efektif dan berkeberlanjutan Partisipasi masyarakat lebih besar dalam O&M
Semakin tepat guna sarana AMPL, semakin tinggi efektivitas penggunaan dan keberlanjutannya. Keterlibatan perempuan, masy. kurang beruntung dalam pengambilan keputusan memiliki efektifitas yang tinggi untuk keberlanjutan pembangunan. Kampanye perubahan PHBS menjadi salah satu kunci program penyehatan lingkungan
Pembelajaran Pembelajaran
Pembangunan Pembangunan AMPL AMPL di di Indonesia Indonesia
Efektifitas, keberlanjutan dan percepatan layanan akan tercapai apabila:
Semakin banyak pilihan teknologi yang ditawarkan, semakin besar kesempatan masyarakat untuk menentukan pilihannya. Pilihan pelayanan dan konsekuensi biaya ditentukan langsung oleh masyarakat.
Pengguna AMPL memiliki kemampuan untuk membayar layanan sejauh hal tersebut menjawab kebutuhan.
Karakteristik Karakteristik
KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT
Pembangunan AMPL yang berorientasi keberlanjutan dan penggunaan efektif Percepatan layanan dengan memanfaatkan semua potensi dan peran aktif masyarakat Kerangka strategis pembangunan AMPL yang berkelanjutan dan efektif
Operasionalisasi Operasionalisasi
KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT
Menjadi acuan bagi semua pihak dalam pelaksanaan pembangunan AMPL yang berkelanjutan Dijabarkan kedalam langkah dan strategi pembangunan oleh pemerintah daerah Ditindaklanjuti ke dalam rencana dan pelaksanaan pembangunan di Daerah
Pengalaman
internasional dan nasional
Tujuan Umum
Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan AMPL yang berkelanjutan.
Tujuan Khusus
Keberlanjutan dan penggunaan efektif.
11 Pokok Kebijakan
16 strategi Pelaksanaan
Prinsip
Dublin-Rio
Dasar Hukum
UU no 22 th 1999, UU no 25 th 1999, Propenas, PP dll.
Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan yang berkelanjutan
Tujuan Khusus Keberlanjutan, meliputi keberlanjutan aspek pembiayaan,
aspek teknik, aspek lingkungan hidup, aspek kelembagaan dan aspek sosial. Penggunaan Efektif, prasarana dan sarana yang tersedia tepat tujuan, tepat sasaran, dan layak dimanfaatkan serta memenuhi standar teknis, kesehatan, dan kelembagaan, serta memperhatikan perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan masyarakat untuk mengelola prasarana dan sarana.
Fasilitasi Operasionalisasi Kebijakan di Daerah Tujuan; Membantu daerah dalam mengembangkan kerangka strategi pembangunan AMPL berkelanjutan
Proses; Proses; Kaji Ulang Pembangunan AMPL selama ini, Identifikasi isu dan permasalahan, pengembangan prioritas dan langkah kegiatan yang perlu dilakukan. Penyusunan Rencana Kerja Daerah Sektor AMPL
Propinsi sebagai pemegang peran kunci dalam fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah
Propinsi
Pertemuan Koordinasi
Rencana Kerja
Dukungan Yang Diharapkan dari Daerah Menempatkan AMPL sebagai salah satu prioritas pembangunan dalam AKU Dukungan peningkatan alokasi dana sektor AMPL Keterlibatan aktif legislatif dalam kegiatan penyusunan renstra AMPL Optimalisasi fungsi dan peran Pokja dan institusi yang menangani AMPL
SESSI 04 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENDALAMAN IDENTIFIKASI MASALAH PEMBANGUNAN AMPL DI DAERAH : 1. Peserta mampu melakukan identifikasi isu dan masalah lokal pembangunan AMPL 2. Peserta mampu mengkaitkan antara isu dan masalah pembangunan AMPL daerah dengan keberlanjutan AMPL : 1. Diskusi kelompok 2. Presentasi 3. Diskusi dan tanya jawab : 240 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif :
Bagian pertama : 1. Pengantar dan tujuan diskusi kelompok, tentang identifikasi masalah pembangunan AMPL di daerah 2. Lakukan urun rembug untuk membahas : a. issue b. masalah yang terkait dengan pembangunan AMPL daerah 3. Lakukan pembagian kelompok atas dasar propinsi untuk melakukan identifikasi isu dan masalah pembangunan AMPL di propinsi dan kabupaten/kota 4. Diskusi kelompok untuk membahas isu dan masalah AMPL daerah :
Masalah sekarang
Tempelkan di kain rekat masing masing propinsi. Rekam dengan kamera digital untuk dokumentasi. 5. Lakukan presentasi secara round robin, berikan kesempatan tanya jawab untuk pengkayaan wawasan. 6. Lakukan rangkuman : bahwa hasil kesimpulan Alternatif Rencana Tindak yang mungkin dilakukan daerah; dapat menjadi dasar untuk penyusunan Rencana Kerja Daerah.
Bagian kedua : 1. Ingatkan peserta dengan hasil diskusi isu dan permasalahan AMPL daerah kemarin. 2. Minta kepada setiap kelompok untuk memilih 5 isu atau masalah utama daerahnya, bawa ke kain rekat utama, lalu tempelkan. 3. Ajak peserta untuk mengelompokkan isu dan masalah AMPL daerah. Lalu, ajak diskusi peserta untuk membuat judul kelompok masalah tersebut. 4. Berdasarkan pengelompokkan tersebut, minta setiap daerah untuk mengambil kertas meta-plannya yang paling relevan dengan hasil pengelompokkan tersebut, dan tempelkan pada kelompok yang paling relevan. 5. Ajak peserta untuk membuat garis garis yang menghubungkan hubungan antar kelompok masalah tersebut. 6. Jelaskan bahwa dengan pengelompokkan tersebut, serta dengan adanya garis garis yang saling menghubungkan dan mempengaruhi tadi, adalah aspek aspek yang harus diperhitungkan dalam rangka menuju keberlanjutan AMPL
SESSI 05
TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: DISKUSI PENDALAMAN 11 POKOK KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN SKALA PRIORITAS BERDASARKAN KEBUTUHAN DAERAH : 1. Peserta dapat merumuskan batasan dan definisi pokok-pokok kebijakan 2. Peserta dapat menyusun urutan prioritas implementasi sesuai kebutuhan daerah 3. Peserta dapat berbagi informasi mengenai batasan dan definisi pokok-pokok kebijakan; serta urutan prioritas implementasi sesuai kebutuhan daerah 4. Peserta dapat memahami permasalahan AMPL yang dihadapi dan dikaitkan dengan aspek keberlanjutan AMPL : 1. Diskusi kelompok 2. Presentasi 3. Diskusi dan tanya jawab : 240 menit : 1. Buku Kebijakan 2. Kain rekat 3. Metaplan 4. Spidol 5. Selotif :
Bagian pertama : 1. Introduksi tentang pentingnya refleksi diri setiap daerah dalam kesiapan kita memahami Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat sebagai persiapan untuk melakukan diseminasi secara meluas. 2. Bagikan peserta kedalam kelompok secara campuran antar daerah sebanyak 5 kelompok. 3. Minta kepada setiap kelompok untuk membahas :
Pokok2 kebijakan 1. Air ....... 2. Pilihan . dst 11. Penerapan
Definisi kerja Tantangan
Catatan : 1. Lihat kondisi peserta, serta alokasi waktu yang tersedia, apabila sulit setiap kelompok untuk membahas semua dari 11 pokok kebijakan, maka setiap kelompok cukup membahas 2 atau 3 pokok kebijakan saja. 2. Buat pembagian 11 pokok kebijakan dengan cara yang paling terlihat kaitan antara kebijakan yang satu dan yang lainnya 3. Apabila alternatif ini yang dipilih, maka ketika presentasi, kelompok lainnya harus betul betul menyimak dan menyempurnakan hasil diskusi tersebut. Untuk itu, diperlukan kejelian fasilitator pemandu dalam memandu presentasi. Bagian kedua : 1. Fasilitator pleno menjelaskan tentang tata cara diskusi secara round robin, ajak peserta untuk berdiskusi secara berkeliling, dengan route : Semua peserta menuju Kelompok 1 Semua peserta menuju Kelompok 2 Semua peserta menuju Kelompok 3 Semua peserta menuju Kelompok 4 Semua peserta menuju Kelompok 5 Fasilitator dan notulen tetap berada di kelompok awal, dan memandu diskusi untuk pengkayaan wawasan dan atau menambahkan hal hal yang dianggap perlu. 2. Fasilitator pleno menjelaskan tentang tata cara diskusi secara berkeliling : Pada setiap kelompok disediakan waktu antara 20-25 menit untuk presentasi dan tanya jawab untuk penyempurnaan dari hasil diskusi kelompok sebelumnya Masukan yang berasal dari kelompok lainnya dituliskan dan ditambahkan dengan menggunakan kertas metaplan dan atau flipchart yang baru. Dan akan menjadi bahan bagi notulen untuk melengkapi tulisan hasil kelompoknya. 3. Fasilitator pleno bersama fasilitator dan notulen kelompok kecil menyampaikan catatan penting yang diperoleh dari diskusi berkeliling tersebut.
SESSI 06 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: ANALISIS STAKEHOLDER : 1. Peserta memahami tentang peran stakeholder dalam implementasi kebijakan 2. Peserta memahami tentang peran stakeholder dalam tahapan pembangunan AMPL : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan Tanya jawab : 120 menit : Kain rekat Metaplan Spidol Selotif :
1. Introduksi tentang pentingnya pemahaman peserta tentang peran stakeholder dalam implementasi kebijakan dan tahapan pembangunan AMPL berbasis masyarakat 2. Bagikan peserta kedalam kelompok secara campuran antar daerah sebanyak 4 kelompok yang berbeda 3. Jelaskan tugas pertama yang akan dilakukan dikelompok : membuat analisis stakeholder peran stakeholder dalam implementasi kebijakan
Level
Pusat :
DPR Bappenas Dept PU Dept Kesehatan Depdagri Depdiknas Dept Keuangan Kementrian LH
Propinsi :
Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidikan
Kabupaten :
Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidikan
Masyarakat
Catatan : instansi terkait dapat ditambahkan sesuai dengan kesepakatan kelompok 4. Setelah 20 menit, hentikan kegiatan, lakukan diskusi secara round robin. Tidak ada presentasi, kelompok lain hanya diminta untuk menyempurnakan dengan menambahkan dengan tulisan dalam metaplan dengan warna yang berebeda. 5. Buat rangkuman singkat, bahwa kita telah dapat memetakan peran masing masing stakeholder dalam pelaksanaan kebijakan. 6. Hentikan kegiatan, ajak peserta untuk bergerak kekain rekat untuk melakukan : menentukan peran stakeholder dalam tahapan pembangunan AMPL, dengan cara menempelkan kertas dot pada matriks berikut ini :
Pusat : DPR Bappenas Dept PU Dept Kesehatan Depdagri Dept Keuangan Propinsi : Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidikan Kabupaten : Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidika Masyarakat
7. Tutup sessi ini dengan mengatakan bahwa dengan memetakan peran stakeholder dalam implementasi kebijakan dan tahapan pembangunan diharapkan memudahkan peserta dalam menyusun agenda kegiatan di daerahnya masing masing.
: ACARA REKREATIF : DRAMA 5 MENIT : Peserta mampu menggambarkan isu terkini tentang kondisi AMPL daerahnya dalam bentuk acara rekreatif : Drama : 120 menit : Panggung acara Bahan bahan sesuai dengan kebutuhan daerah :
1. Peserta per propinsi diminta untuk menyiapkan drama/pantomim yang akan dibawakan selama 5 menit yang menggambarkan isu AMPL terkini didaerahnya masing masing. 2. Drama dipertunjukkan selama 5 menit setiap propinsi 3. Pemberian hadiah untuk propinsi paling kreatif Catatan : 1. Sebagai persiapan jelaskan sejak Alur Pelaksanaan Lokakarya, serta pada saat pembahasan Isu dan Masalah Pembangunan AMPL Daerah, sehingga pada saat drama 5 menit ini betul betul akan mengekspresikan daerahnya masing masing. 2. Acara dapat dilanjutkan dengan kegiatan hiburan lainnya.
SESSI 08 TUJUAN
: :
: : :
Berbagi pengalaman implementasi kebijakan Peserta mendapatkan pengkayaan wawasan dari pengalaman implementasi kebijakan yang telah dilakukan selama ini Ceramah singkat dan Tanya jawab 120 menit Bahan tulisan ringkasan pengalaman implementasi kebijakan LCD dan komputer
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi tentang tata cara berbagi implementasi Kebijakan Nasional AMPL : baik dari Wilayah Barat maupun Wilayah Timur, disertai dengan catatan : daerah lama lainnya menambahkan dan menyempurnakan. 2. Minta kepada anggota kelompok kerja AMPL lama untuk menjelaskan tentang apa yang telah dihasilkan selama implementasi kebijakan didaerahnya, seraya minta kepada daerah lama lainnya untuk menyempurnakan atau malah dengan menambahkan sesuatu yang baru sama sekali 4. Fasilitator memberikan kesempatan untuk tanya jawab. 5. Buat rangkuman tentang beberapa kunci keberhasilan implementasi kebijakan selama ini, kaitkan dengan pembahasan hari kedua kemarin.
LANGKAH PENYAJIAN
: ROAD MAPPING IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DAERAH : Gambaran langkah-langkah implementasi didaerah propinsi dan kabupaten : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Diskusi kelompok : 30 menit : 1. Format road mapping, 2. Kain rekat 3. Metaplan 4. Spidol 5. Selotif :
1. Penjelasan tentang maksud dan tujuan perlunya Road Mapping Implementasi Kebijakan bagi propinsi dan kabupaten, 2. Jelaskan Road Mapping Implementasi Kebijakan. Berikan kesempatan untuk tanya jawab
Lokasi
# Kecam atan # Desa # Penduduk # Sistem AM # Sistem sanitasi # Perkiraan Biaya
2006
2007
2008
dst
Sumber
M asyarakat APBD DAK Sumber lain Gap TOTAL
2006
2007
2008
dst
3. Peserta dibagi dalam kelompok kerja masing-masing propinsi dengan kabupaten/kota-nya masing masing
4.
Minta semua kabupaten/kota dalam wilayah propinsinya membahas tahapan dan pelaksanaan kebijakan di daerahnya, kemudian masing-masing kabupaten/kota dan propinsi membahas konsekuensi dari pelaksanaan roadmapping tersebut.
SESSI 10 TUJUAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENAJAMAN RENCANA KEGIATAN DAERAH : Setiap daerah menyusun Rencana Operasional Daerah seperti misalnya : rencana road show daerah, lokakarya.daerah, dan kegiatan diseminasi kebijakan di daerah lainnya : Penugasan : 30 menit : 1. Format Format Rencana Kerja 2. Kain rekat 3. Metaplan 4. Selotif 5. Hasil Lokakarya Nasional Konsolidasi Rencana Kerja :
1. Session ini sangat berkaitan erat dengan session sebelumnya (roadmapping) sebagai penjabaran dari road mapping kedalam rentang waktu 2. Sedikit penjelasan tentang penjabaran road mapping pada rentang waktu 3. Kelompok kerja dalam wilayah propinsi menajamkan kembali Penajaman Rencana Kegiatan Daerah 2006. 4. Setelah selesai kerja kelompok, secara round robin hasil kerja di presentasikan.
LANGKAH PENYAJIAN
: POST TEST EVALUASI AKHIR : Peserta mengerti pencapaian lokakarya saat itu : Penugasan : 30 menit : Format Post Test Format Evaluasi Akhir Kain rekat Metaplan Selotif Hasil loknas Surabaya :
Bagian pertama Pengisian kembali kain rekat post test, dengan metode penempelan dot pada kain rekat yg sudah disiapkan dalam matriks :
Bagian kedua Evaluasi akhir dengan menggunakan format evaluasi akhir, dimana setelah diisi dikembalikan ke fasilitator. Note: Perlu penekanan bahwa yang paling penting hasil lokakarya ini bukan ditentukan hanya didalam kelas ini tetapi bagaimana penerapannya di daerah masing-masing
LEMBAR EVALUASI AKHIR KEGIATAN LOKAKARYA OPERASIONALISASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT
Asal Wilayah: ___________________________________________________________ Ketentuan : berikan tanda pada kolom angka atau score yang sesuai dari angka 1 sangat kurang sampai 5 sangat baik pada setiap item pernyataan.
NO 1. 2. ITEM EVALUASI 1 Seberapa jauh lokakarya ini memenuhi harapan anda (harapan umum) Seberapa jauh lokakarya ini memberikan kejelasan dan wawasan wawasan tentang Operasionalisasi Kebijakan Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat dan kaitannya dengan konsep kesinambungan program AMPL Seberapa jauh anda mendapatkan informasi atau pemahaman serta ketrampilan yang bermanfaat bagi pekerjaan anda yang berkaitan dengan Kelompok Kerja AMPL dan penggunaan Operasionalisasi Kebijakan Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat untuk kesinambungan program AMPL Seberapa jauh metode atau teknik penyajian dalam lokakarya ini membantu anda dalam memahami materi yang disampaikan Seberapa keaktifan peran serta peserta dalam lokakarya ini Bagaimana kemampuan fasilitator dalam membangun dinamika pembahasan Seberapa jauh materi yang disajikan dalam lokakarya ini sesuai dan memenuhi harapan anda Seberapa jauh pengaturan tempat lokakarya membantu anda dalam memperlancar proses dan hasil belajar anda Apakah waktu yang dialokasikan pada lokakarya ini mencukupi Apakah sarana belajar (bahan, peralatan belajar) yang disediakan cukup memadai untuk membantu anda dalam proses belajar Apakah fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi, konsumsi dan sebagainya untuk lokakarya ini memadai 2 SCORE 3 4 5
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
PROSES TABULASI a. Pindahkan isi format evaluasi ke dalam format rekap hasil evaluasi kolom 4, 6, 8, 10, 12 b. Isi kolom 5, 7, 9, 11, 13 dengan mengalikan nilai score dengan nilai pada kolom 4, 6, 8, 10, 12 c. Isi kolom 14 dengan cara menjumlahkan isi pada kolom 5, 7, 9, 11 dan 13 d. Isi kolom 15 dengan cara membagi isi kolom 14 dengan jumlah peserta/suara pada kolom 3 e. Isi kolom 16 dengan cara berikut : Kolom (15)/5 x 100 % f. Komentar dan saran ditulis pada kertas tersendiri.
SESSI 12
TUJUAN METODE WAKTU ALAT/BAHAN LANGKAH PENYAJIAN
: PENUTUPAN : Peserta mendapatkan arahan tentang apa yang harus dilakukan pasca lokakarya : Upacara seremonial : 30 menit : Sambutan penutupan lokakarya :
1. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan penutupan lokakarya 2. Sambutan arahan dari Pokja AMPL.
Final Draft Alur Proses Kegiatan Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat, 30 Mei 1 Juni 2006
Waktu Agenda Hari Pertama, 30 Mei 2006
10.00 12.00 12.00 13.00 13.00 15.00 Check in Makan siang Pembukaan & Pengarahan
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
Pengantar lokakarya: - Pretest, - Perkenalan, - Identifikasi hara- pan & tantangan - Alur lokakarya, - Aturan main pe- laksanaan lokakarya
Pemahaman tentang arah lokakarya operasionali-sasi kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat 1. Peserta mengerti kondisi peserta ttg. pemahaman . Kebijakan Nasional AMPL-BM 2. Suasana rileks dan informal. tercipta 3. Tujuan lokakarya dapat dimengerti peserta 4. Agenda lokakarya disepakati oleh semua peserta. 5. Aturan main pelaksa-naan lokakarya disepakati
Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. Pengarahan Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas atau yang mewakili Dialog dan tanya jawab. Moderator : SBR (Wil.Timur); HP (Wil.Barat) Notulen : PUR (Wil.Timur); AP (Wil.Barat) 1. Penjelasan tentang pre-test dan pelaksanaan pre-test dengan metode penempelan dot pada kain rekat yg sudah disiapkan dalam matriks :
Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas atau yg mewakili Pokja AMPL WASPOLA
Kain rekat, Kertas dot Kertas HVS ukuran kuarto Metaplan Spidol Selotape Postcard
Perkenalan, jelaskan model perkenalan yang akan dilakukan : Fasilitator memberikan potongan post card (puzzle) dan dibagikan secara acak kepada para peserta. (Postcard dipotong menjadi 10 potong atau lebih tergantung dari jumlah peserta). Kemudian peserta diminta untuk mencari pasangan postcard yang telah terpotong tadi menjadi gambar postcard utuh. Setelah genap menjadi postcard utuh, peserta diminta untuk menyepakati untuk memberi nama kelompoknya. Kemudian, masing-masing peserta dalam kelompok itu diminta untuk menggambar yang menggambarkan pengalaman individu dalam perjuangan untuk mendapatkan sebuah keberhasilan, dalam bidang AMPL Setelah selesai dalam setiap kelompok mengungkapkan gambar yang telah dibuat kepada rekan-rekannya dalam kelompok. Sekaligus kelompok menetapkan gambar siapa yang paling menarik. Peserta yang gambarnya paling menarik diminta untuk menyampaikan kepada kelompok yang lain.
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Akhiri acara perkenalan ini dengan menyampaikan antara lain bahwa mengenal orang lain tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat seperti sekarang ini, oleh karenanya selama lokakarya ini bapak/ibu dapat berproses mengenal lebih dekat 3. Identifikasi harapan dan kekhawatiran selama lokakarya berlangsung: Ajak kembali peserta untuk ke melingkar di ruangan tengah lokakarya Bagikan kertas metaplan & spidol. Minta kepada mereka untuk kembali ke kelompok tadi. Minta setiap peserta untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran pada kertas metaplan. Diskuisikan dalam kelompoknya untuk memilih 2 terpenting menurut kesepakatan kelompok, dari harapan dan kekhawatiran tadi. Tempelkan di kain rekat. Lakukan pengelompokan, lalu sepakati judul dari hasil setiap pengelompokkan tadi. Ingatkan kembali atas sisa hasil identifikasi harapan dan kekhawatiran yang belum ditempelkan. Minta kepada peserta untuk menempelkan pada kelompok yang paling relevan. Tanyakan kepada mereka apakah dengan penambahan ini sudah relevan dengan kesepakatan judul tadi. Berdasarkan kesepakatan tadi, ingatkan, mana saja harapan yang dapat dipenuhi. Bahas pula tentang kekhawatiran. Ingatkan bahwa antara harapan dan kekhawatiran yang dibahas adalah dalam kerangka implementasi kebijakan nasional AMPL. NOTE: Kait rekat yang berisi harapan & kekhawatiran tetap berada di ruang kelas sampai akhir lokakarya, dengan maksud sebagai sarana evaluasi di akhir lokakarya
Fasilitator
Bahan
4.
Presentasi alur lokakarya, agar semua fihak memahami apa saja yang akan dibahas selama lokakarya berlangsung. 5. Berdasarkan alur tersebut, bahas tentang aturan main pelaksanaan lokakarya, sampai semua fihak menyepakati aturan main lokakarya. Aturan main yang disepakati menyangkut : jadual dan tata tertib pelaksanaan lokakarya. Fasilitator utama : NT (wilayah timur); NA (wilayah barat) Fasilitator perkenalan : PUR (wilayah timur); BP (wilayah barat) Fasilitator identifikasi harapan : NG (wilayah timur); AP (wilayah barat) Fasilitator alur lokakarya : SBR (wilayah timur); DS (wilayah barat) Fasilitator tata tertib : SYAF (wilayah timur); HP (wilayah barat) Notulen : AA (wilayah timur); DHS (wilayah barat 15.00 15.30 15.30 17.30 Rehat kopi Presentasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat Peserta mengerti latar belakang, kerangka kerja, proses penyusunan kebijakan dan operasionali-sasi kebijakan sampai saat ini 1. Pengantar presentasi 2. Presentasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat 3. Diskusi dan tanya jawab. 4. Rangkuman Moderator : NT (wilayah timur); DHS (wilayah barat) Presenter : Wakil Pokja AMPL Pusat (wilayah timur); Wakil Pokja AMPL Pusat (wilayah barat) Notulen : AA (wilayah timur); AP (wilayah barat) Pokja AMPL WASPOLA Kain rekat Metaplan Spidol Selotif LCD& komputer
Waktu
17.30 19.30 19.30 21.00
Agenda
Keluaran
1.
Proses
Pengantar dan tujuan diskusi kelompok, tentang identifikasi masalah pembangunan AMPL di daerah 2. Lakukan urun rembug untuk membahas : a. issue b. masalah yang terkait dengan pembangunan AMPL daerah 3. Lakukan pembagian kelompok atas dasar propinsi untuk melakukan identifikasi isu dan masalah pembangunan AMPL di propinsi dan kabupaten/kota 4. Diskusi kelompok untuk membahas isu dan masalah AMPL daerah : Masalah sekarang
Fasilitator
Pokja AMPL WASPOLA
Bahan
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif
Istirahat, makan malam Pendalaman Isu dan masalah lokal identifikasi pembangunan AMPL masalah teridentifikasi pembangunan AMPL di daerah
Tempelkan di kain rekat masing masing propinsi. Rekam dengan kamera digital untuk dokumentasi. 5. Lakukan presentasi secara round robin, berikan kesempatan tanya jawab untuk pengkayaan wawasan. 6. Lakukan rangkuman : bahwa hasil kesimpulan Alternatif Rencana Tindak yang mungkin dilakukan daerah; dapat menjadi dasar untuk penyusunan Rencana Kerja Daerah. Fasilitator Pleno: SBR (wilayah timur); NA (wilayah barat) Fasilitator kelompok: No. Barat Timur Propinsi Fasilitator Propinsi 1. Sumatera Barat DHS Jawa Tengah 2. Bangka Belitung DS Nusa Tenggara Barat 3. Banten AP Nusa Tenggara Timur 4. Gorontalo BP Sulawesi Selatan 5. Propinsi CWSHP HP Sulawesi Tenggara Istirahat 21.00 06.00 Hari Kedua, 31 Mei 2006 Persiapan diri, makan pagi 06.00 08.00 Review pokok Pemahaman 08.00
tentang
Review :
Kain rekat
Waktu
08..15
Agenda
pokok hasil hari ke 1
Keluaran
pokok pokok lokakarya hari 1 hasil
Proses
1. Introduksi tentang review pokok pokok hasil lokakarya hari pertama 2. Minta kepada salah satu peserta untuk menyampaikan review tentang pokok pokok hasil lokakarya hari 1 3. Minta peserta lainnya untuk menambahkan Fasilitator : PUR (wilayah timur); DS (wilayah barat) Notulen : AA (wilayah timur); BP (wilayah barat) 1. Ingatkan peserta dengan hasil diskusi isu dan permasalahan AMPL daerah kemarin. 2. Minta kepada setiap kelompok untuk memilih 5 isu atau masalah utama daerahnya, bawa ke kain rekat utama, lalu tempelkan. 3. Ajak peserta untuk mengelompokkan isu dan masalah AMPL daerah. Lalu, ajak diskusi peserta untuk membuat judul kelompok masalah tersebut. 4. Berdasarkan pengelompokkan tersebut, minta setiap daerah untuk mengambil kertas meta-plannya yang paling relevan dengan hasil pengelompokkan tersebut, dan tempelkan pada kelompok yang paling relevan. 5. Ajak peserta untuk membuat garis garis yang menghubungkan hubungan antar kelompok masalah tersebut. 6. Jelaskan bahwa dengan pengelompokkan tersebut, serta dengan adanya garis garis yang saling menghubungkan dan mempengaruhi tadi, adalah aspek aspek yang harus diperhitungkan dalam rangka menuju keberlanjutan AMPL
Fasilitator
Bahan
Metaplan Spidol Selotif
08.15 10.00
Lanjutan pendalaman identifikasi masalah pembangunan AMPL di daerah menuju keberlanjutan AMPL
Kaitan antara isu dan masalah pembangunan AMPL daerah dengan keberlanjutan AMPL
Rehat kopi Diskusi pendalaman 11 pokok kebijakan dan penyusunan skala prioritas berdasarkan kebutuhan daerah a. Batasan dan definisi pokokpokok kebijakan b. Urutan prioritas implementasi sesuai kebutuhan daerah Introduksi tentang pentingnya refleksi diri setiap daerah dalam kesiapan kita memahami Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat sebagai persiapan untuk melakukan diseminasi secara meluas. 2. Bagikan peserta kedalam kelompok secara campuran antar daerah sebanyak 5 kelompok. 3. Minta kepada setiap kelompok untuk membahas : Pokok2 kebijakan Definisi kerja Tantangan Upaya yang akan dilakukan 1. Air ....... 2. Pilihan . dst 11. Penerapan Catatan : 1. Lihat kondisi peserta, serta alokasi waktu yang tersedia, apabila sulit setiap kelompok untuk membahas semua dari 11 pokok kebijakan, maka setiap kelompok cukup membahas 2 atau 3 pokok kebijakan saja. 2. Buat pembagian 11 pokok kebijakan dengan cara yang paling terlihat kaitan antara kebijakan yang satu dan yang lainnya 3. Apabila alternatif ini yang dipilih, maka ketika presentasi, kelompok lainnya harus betul betul menyimak dan menyempurnakan hasil diskusi tersebut. Untuk itu, diperlukan kejelian fasilitator pemandu dalam memandu presentasi. Fasilitator Pleno: SBR (wilayah timur); HP (wilayah barat) Fasilitator kelompok: 1. Pokja AMPL WASPOLA Buku Kebijakan Kain rekat Metaplan Spidol Selotif
Waktu
Agenda
Keluaran
No. 1. 2. 3. 4. 5. Barat Kelompok Kelompok 1 Kelompok 2 Kkelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
Proses
Fasilitator DHS DS AP BP NA Timur Kelompok Kelompok 1 Kelompok 2 Kkelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Fasilitator PUR NT AA NG SYAF
Fasilitator
Bahan
Istirahat, makan siang Lanjutan diskusi kelompok pendalaman 11 pokok kebijakan dan penyusunan skala prioritas berdasarkan kebutuhan daerah c. Berbagi informasi batasan dan definisi pokokpokok kebijakan; serta urutan prioritas implementasi sesuai kebutuhan daerah d. Pemahaman tentang permasalahan dan aspek keberlanjutan AMPL 1. Fasilitator pleno menjelaskan tentang tata cara diskusi secara round robin, ajak peserta untuk berdiskusi secara berkeliling, dengan route : Semua peserta menuju Kelompok 1 Semua peserta menuju Kelompok 2 Semua peserta menuju Kelompok 3 Semua peserta menuju Kelompok 4 Semua peserta menuju Kelompok 5 Fasilitator dan notulen tetap berada di kelompok awal, dan memandu diskusi untuk pengkayaan wawasan dan atau menambahkan hal hal yang dianggap perlu. 2. Fasilitator pleno menjelaskan tentang tata cara diskusi secara berkeliling : Pada setiap kelompok disediakan waktu antara 20-25 menit untuk presentasi dan tanya jawab untuk penyempurnaan dari hasil diskusi kelompok sebelumnya Masukan yang berasal dari kelompok lainnya dituliskan dan ditambahkan dengan menggunakan kertas metaplan dan atau flipchart yang baru. Dan akan menjadi bahan bagi notulen untuk melengkapi tulisan hasil kelompoknya. 3. Fasilitator pleno bersama fasilitator dan notulen kelompok kecil menyampaikan catatan penting yang diperoleh dari diskusi berkeliling tersebut. Fasilitator pleno : SBR (wilayah timur) : HP (wilayah barat) Notulen : masing masing fasilitator diatas Pokja AMPL WASPOLA Buku Kebijakan Kain rekat Metaplan Spidol Selotif
Rehat kopi Analisis stakeholder e. Pemahaman peserta tentang peran stakeholder dalam implementasi kebijakan f. Pemahaman peserta tentang peran stakeholder dalam tahapan pembangunan AMPL 1. 2. 3. Introduksi tentang pentingnya pemahaman peserta tentang peran stakeholder dalam implementasi kebijakan dan tahapan pembangunan AMPL berbasis masyarakat Bagikan peserta kedalam kelompok secara campuran antar daerah sebanyak 4 kelompok yang berbeda Jelaskan tugas pertama yang akan dilakukan dikelompok : membuat analisis stakeholder peran stakeholder dalam implementasi kebijakan
Waktu
Agenda
Keluaran
Level Regulasi
Proses
Peran stakeholder dalam : Perencanaan dan Kelembagaan Penganggaran
Fasilitator
Bahan
Pusat : DPR Bappenas Dept PU Dept Kesehatan Depdagri Depdiknas Dept Keuangan Kementrian LH Propinsi : Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidikan Kabupaten : Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidika Masyarakat Catatan : instansi terkait dapat ditambahkan sesuai dengan kesepakatan kelompok 4. Setelah 20 menit, hentikan kegiatan, lakukan diskusi secara round robin. Tidak ada presentasi, kelompok lain hanya diminta untuk menyempurnakan dengan menambahkan dengan tulisan dalam metaplan dengan warna yang berebeda. 5. Buat rangkuman singkat, bahwa kita telah dapat memetakan peran masing masing stakeholder dalam pelaksanaan kebijakan. 6. Hentikan kegiatan, ajak peserta untuk bergerak kekain rekat untuk melakukan : menentukan peran stakeholder dalam tahapan pembangunan AMPL, dengan cara menempelkan kertas dot pada matriks berikut ini :
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
Level Pusat : DPR Bappenas Dept PU Dept Kesehatan Depdagri Dept Keuangan Propinsi : Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidikan Kabupaten : Pimpinan Daerah DPRD Bappeda Dinas PU Dinas Kesehatan BPMD Bapedalda Dinas Pendidika Masyarakat 7.
Persiapan sosial
Tutup sessi ini dengan mengatakan bahwa dengan memetakan peran stakeholder dalam implementasi kebijakan dan tahapan pembangunan diharapkan memudahkan peserta dalam menyusun agenda kegiatan di daerahnya masing masing. Fasilitator Pleno Peran Stakeholder Dalam Implementasi Kebijakan : PUR (wilayah timur); BP (wilayah barat) Fasilitator Pleno Peran Stakeholder Dalam Tahapan Pembangunan AMPL : SBR (wilayah timur); NA (wilayah barat)
Waktu
Agenda
Keluaran
Fasilitator kelompok: No. Barat Kelompok 1. Kelompok 1 2. Kelompok 2 3. Kkelompok 3 4. Kelompok 4
Proses
Fasilitator DHS DS AP HP Timur Kelompok Kelompok 1 Kelompok 2 Kkelompok 3 Kelompok 4 Fasilitator PUR NT AA SYAF
Fasilitator
Bahan
Istirahat, makan malam Acara rekreatif: Drama 5 menit Peserta praktek daerah memahami isu AMPL 1. Peserta per propinsi diminta untuk menyiapkan drama/pantomim yang kan dibawakan selama 5 menit yang kemuat isu daerahnya. 2. Drama dipertunjukkan selama 5 menit setiap propinsi 3. Pemberian hadiah untuk propinsi paling kreatif Pembawa acara : PUR ( wilayah timur ) DHS ( wilayah barat ) Juri : Tim WASPOLA dan Pokja AMPL Catatan : 4. Sebagai persiapan jelaskan sejak Alur Pelaksanaan Lokakarya, serta pada saat pembahasan Isu dan Masalah Pembangunan AMPL Daerah, sehingga pada saat drama 3 menit ini betul betul akan mengekspresikan daerahnya masing masing. 5. Acara dapat dilanjutkan dengan kegiatan hiburan lainnya. Pokja AMPL/ WASPOLA Peralatan, dan ruangan, serta hadiah untuk pemenang
Istirahat
Waktu
08.15 09.15
Agenda
Berbagi pengalaman implementasi kebijakan
Keluaran
Peserta mendapatkan pengkayaan wawasan dari pengalaman implementasi kebijakan yang telah dilakukan selama ini 1.
Proses
Introduksi tentang tata cara berbagi implementasi Kebijakan Nasional AMPL : i. Wilayah Barat : Kabupaten Lebak ii. Wilayah Timur : Kabupaten Lombok Barat iii. Catatan : daerah lama lainnya menambahkan dan menyempurnakan. 2. Minta kepada anggota kelompok lama untuk menjelaskan tentang apa yang telah dihasilkan selama implementasi kebijakan didaerahnya, seraya minta kepada daerah lama lainnya untuk menyempurnakan atau malah dengan menambahkan sesuatu yang baru sama sekali 3. Fasilitator memberikan kesemmpatan untuk tanya jawab. 4. Buat rangkuman tentang beberapa kunci keberhasilan implementasi kebijakan selama ini, kaitkan dengan pembahasan hari kedua kemarin. Fasilitator : SBR (wilayah timur); DS (wilayah barat) Notulen : AA (wilayah timur); DHS (wilayah barat) Penjelasan tentang maksud dan tujuan perlunya Road Mapping bagi propinsi dan kabupaten, 2. Jelaskan Road Mapping Implementasi Kebijakan di Kabupaten/Kota 2006. Berikan kesempatan untuk tanya jawab 3. Peserta dibagi dalam kelompok kerja masing-masing propinsi dengan kabupaten/kotanya masing masing 4. Pertama semua kabupaten/kota dalam wilayah propinsinya membahas tahapan dan pelaksanaan kebijakan di daerahnya, kemudian masing-masing kabupaten/kota dan propinsi membahas konsekuensi dari pelaksanaan roadmapping tersebut. Hentikan sementara untuk rehat kopi. Fasilitator : NT (wilayah timur); SI (wilayah barat) Notulen : NG (wilayah timur); AP (wilayah barat)
Fasilitator
Pokja AMPL WASPOLA
Bahan
Buku Kebijakan Kain rekat Metaplan Selotif
09.15 10.30
1.
Rencana Operasional Daerah 2006 seperti mi- salnya rencana road show daerah, lokakarya.daerah, dan kegiatan diseminasi kebijakan lainnya di daerah Peserta mengerti pencapaian lokakarya saat itu
Session ini sangat berkaitan erat dengan session sebelumnya (roadmapping) sebagai penjabaran dari road mapping kedalam rentang waktu 1. Sedikit penjelasan tentang penjabaran road mapping pada rentang waktu 2. Kelompok kerja dalam wilayah propinsi menajamkan kembali Penajaman Rencana Kegiatan Daerah 2006. 3. Setelah selesai kerja kelompok, secara round robin hasil kerja di presentasikan. Fasilitator : PUR (wilayah timur); HP (wilayah barat) Notulen : NG (wilayah timur); AP (wilayah barat) 1. Pengisian kembali kain rekat post test, 2. Evaluasi dengan menggunakan dengan metode Rope Rating Scale dengan tabel : No. Aspek yang dinilai Tinggi Sedang Kurang 1 Tujuan 2 Dinamika peserta 3 Fasilitator 4 Metodologi 5 Akomodasi dan material
11.00 11.30
Format Rencana Kerja Kain rekat Metaplan Selotif Hasil loknas Surabaya Lembar postest
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
3. Buat rangkuman Note: Perlu penekanan bahwa yang paling penting hasil lokakarya ini bukan ditentukan hanya didalam kelas ini tetapi bagaimana penerapannya di daerah masing-masing Fasilitator : NT (wilayah timur); NA (wilayah barat) Notulen : NG (wilayah timur); BP (wilayah barat) Sambutan arahan dari Pokja AMPL Moderator : SBR (wilayah timur); DHS (wilayah barat) Notulen : AA ( wilayah timur ); AP ( wilayah barat )
Fasilitator
Bahan
11.30 12.00
Penutupan
Peserta mendapatkan arahan tentang apa yang harus dilakukan pasca lokakarya
Keterangan : AA : Alma Arief, AP : Agus Priatna, NA : Nur Apriatman, BP : Bambang Pujiatmoko, NG : Nasthain Gasba, PUR : Purnomo, HP : Huseyn Pasaribu, SYAF : Syarifuddin, SI : Sofyan Iskandar, DHS : Dormaringan Saragih; SBR : Subari; DS : Devi Setiawan; NY : Nuri Yusnita; JM : Jenny Mamuaya;
Timur
Penanggung jawab : NT Koordinator notulensi/prosiding : PUR Koordinator notulensi hari pertama : NG Koordinator notulensi hari kedua : SYAF Koordinator notulensi hari ketiga : AA
Buku 5
Panduan Pelaksanaan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat di Daerah
Panduan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi Dalam Rangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Daerah
MODUL 2
Waspola
Bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Jakarta 2008
Panduan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi Dalam Rangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Daerah
MODUL 2
BUKU 5
Kata Pengantar
okumen Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Indonesia telah disusun melalui program Penyusunan Kebijakan dan Penyusunan Rencana Kerja bidang AMPL (WASPOLA), yang berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2003. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia melalui AusAID yang difasilitasi oleh Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific World Bank. Serangkaian kegiatan partisipatif penyusunan kebijakan dilaksanakan oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasi Bappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Sampai saat ini dokumen kebijakan telah disepakati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (Project Coordination Committee) yang terdiri dari para pejabat Eselon 1 dari masing-masing instansi tersebut. . Pelaksanaan kebijakan saat ini telah dilaksanakan di 9 propinsi serta di 49 kota/kabupaten. Dari proses tersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalam penyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalam metodologi pelaksanaannya di daerah. Berdasarkan pengalaman implementasi pelaksanaan kebijakan inilah akhirnya terkumpul berbagai panduan kegiatan fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah, untuk kemudian ditulis ulang, sehingga akhirnya menjadi kumpulan panduan fasilitasi operasionalisasi kebijakan AMPL di daerah, sebagaimana naskah panduan ini. Untuk itu, agar memudahkan pada tingkat operasional, disusunlah Panduan Fasilitasi Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi Dalam Rangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di daerah. Dengan panduan ini, mudah mudahan semua fihak yang akan memanfaatkan panduan ini akan menjadi lebih mudah untuk memanfaatkannya di lapangan. Demikian, semoga panduan ini dapat menjadi alat bagi pembelajaran kita semua
MODUL 2: Panduan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi dalam Rangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL BM di Daerah
Modul 2
Panduan Lokakarya dan Pelatihan (Lokalatih) Keterampilan Dasar Fasilitasi dalam Rangka Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM) di Daerah Kerangka Acuan
Lokakarya dan Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi
A. Gambaran umum
Keberlanjutan pembangunan AMPL akan dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek. Terlibatnya masyarakat dalam seluruh proses terbukti dapat meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat, sehingga mereka akan merasa bertanggung jawab dalam keberlanjutan AMPL. Dari serangkaian proses diskusi dan lokakarya partisipatif mengenai isu pembangunan AMPL di daerah, beberapa temuan dari pelajaran penting yang dipetik dari proyek AMPL yang tidak berkelanjutan di beberapa daerah antara lain di karenakan masih lemahnya kemampuan aparatur pemerintah tentang metodologi dasar fasilitasi program AMPL. Metodologi dasar fasilitasi program AMPL adalah salah satu piranti metode untuk meningkatkan efektifitas fasilitasi masyarakat dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dalam pembangunan AMPL. Dalam kerangka fasilitasi masyarakat, pemahaman mengenai metodologi fasilitasi dalam program AMPL dirasa penting untuk dimiliki oleh fasilitator khususnya dari kelompok kerja AMPL pusat dan daerah serta pemegang andil lainnya khususnya dari kalangan perguruan tinggi dan LSM yang peduli terhadap pembangunan AMPL. Sementara itu, sebagaimana diketahui bahwa sampai pada tahun 2006 ini WASPOLA telah dan akan memberikan pelayanan diseminasi kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat di 7 propinsi lama dan 2 propinsi baru, yaitu : Propinsi Sumatera Barat, Bangka Belitung, Banten, Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan, Gorontalo; serta NTT dan Sulawesi Tenggara meliputi lebih dari 21 kabupaten/kota. Dari pengalaman melaksanakan diseminasi tersebut diperoleh kesan bahwa beban pekerjaan fasilitasi nampaknya perlu menjadi perhatian bersama antara WASPOLA, Pokja Nasional dan Pokja Daerah. Mengapa demikian?
Pertama, peran-peran fasilitasi telah nampak dilakukan oleh para birokrat baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian masih perlu ditingkatkan menjadi peran-peran kunci yang berarti. Kedua, kedepan bentuk pelayanan diseminasi kebijakan akan bergeser pada pelayanan yang berbentuk pelatihan-pelatihan. Ketiga, area pelayanan WASPOLA akan berkembang ke wilayah diluar 9 propinsi layanan yaitu layanan ke wilayah WSLIC2, CWSH, Plan International, Unicef dan lain sebagainya. Keempat, sumber daya manusia yang dimiliki oleh WASPOLA dan Pokja AMPL Pusat serta daerah terbatas. Kelima, hasil dari temuan lapangan selama WASPOLA mendampingi daerah, terlihat bahwa kemampuan Pokja AMPL daerah dalam hal memfasilitasi masih perlu ditingkatkan. Keenam, hasil asesmen daerah maupun dari lokakarya lokakarya nasional menunjukkan adanya kebutuhan peningkatan kemampuan dalam bidang fasilitasi. Oleh karena itu, atas dasar pertimbangan di atas, maka sudah selayaknya kalau kemampuan di tingkat propinsi dan kabupaten perlu ditingkatkan khususnya dalam melaksanakan fasilitasi kebijakan AMPL berbasis masyarakat.
B. Tujuan
Secara umum lokakarya ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar fasilitasi anggota Kelompok Kerja AMPL untuk operasionalisasi kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat dan proses operasionalisasinya di daerah. Secara khusus mempunyai tujuan : Meningkatkan kemampuan peserta untuk menyusun agenda fasilitasi agar prinsip prinsip kebijakan dapat difahami oleh berbagai pemangku kepentingan Meningkatkan kemampuan peserta dalam hal kompetensi fasilitator Menyusun rencana kerja fasilitasi dalam rangka operasionalisasi kebijakan
C. Keluaran
Pemahaman peserta terhadap kerangka kebijakan sebagai dasar untuk menyusun agenda fasilitasi Peningkatan kemampuan keterampilan dasar fasilitasi Rencana tindak dalam rangka fasilitasi pelaksanaan kebijakan di daerah
D. Materi
No. 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 2 2.1 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4 4.1 4.2 4.3 4.4 5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.6 Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan PENGANTAR LOKAKARYA : Pembukaan Pre Test Perkenalan Ungkapan harapan peserta Alur lokalatih Aturan main dan pengorganisasian peserta KEBIJAKAN : Diskusi pendalaman langkah langkah fasilitasi operasionalisasi kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat KOMPETENSI FASILITATOR : Dasar dasar fasilitasi Metoda dan pendekatan partisipatori Etika fasilitator Teknik komunikasi Media fasilitasi Penjajagan kebutuhan fasilitasi Menyusun kerangka acuan fasilitasi Menyusun kurikulum fasilitasi SIMULASI FASILITASI DI LAPANGAN: Persiapan simulasi fasilitasi Pelaksanaan praktek fasilitasi Acara kreatifitas kelompok Refleksi praktek fasilitasi PEMBULATAN DAN RKTL : Pembulatan pelatihan Rencana Kerja Tindak Lanjut Post Test Evaluasi akhir pelatihan Penutupan Jumlah Jam Efektif
0,4 0,2 0,4 0,4 0,3 0,3 2
E. Metoda :
1. 2. 3. 4. Berbagi pengalaman Curah pendapat Diskusi kelompok Presentasi dan tanya jawab.
G. Peserta
Untuk setiap angkatan maksimal 45 orang.
H. Lokasi
Disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.
I. Waktu
Disesuaikan dengan jadual dan roadmaping pelaksanaan kebijakan.
KOMPETENSI FASILITATOR :
Dasar dasar fasilitasi Metoda dan pendekatan partisipatori Etika fasilitator Teknik komunikasi Media fasilitasi Penjajagan kebutuhan fasilitasi Menyusun kerangka acuan fasilitasi Menyusun kurikulum fasilitasi
SIMULASI FASILITASI
di lapangan, 3 lokasi identifikasi isu, prioritas, menyusun rencana pengembangan program
PENUTUPAN
Hari Pertama
Hari Kedua
Hari Ketiga
Persiapan diri
Hari Keempat
Persiapan diri Pelaksanaan praktek fasilitasi Rehat kopi Pelaksanaan praktek fasilitasi
Hari Kelima
Persiapan diri Refleksi praktek fasilitasi Rehat kopi
Metoda & pendekatan partisipatori Isoma 1. Pembukaan 2. Pengantar Lokalatih Rehat kopi Isoma Metoda & pendekatan partisipatori
Penjajagan kebutuhan fasilitasi Isoma Menyusun kerangka acuan fasilitasi Rehat kopi
15.45 17.45
Diskusi pendalaman langkah langkah fasilitasi operasionalisasi kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat
Isoma Dasar dasar fasilitasi Istirahat panjang
Etika fasilitator
Isoma
Istirahat panjang
SESSI 01 TUJUAN
: PEMBUKAAN Pemahaman tentang arah dan tujuan lokakarya dan pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi dan relevansinya dengan operasionalisasi kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat : Upacara seremonial : 30 menit : Sambutan pengarahan :
1. Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. 2. Presentasi Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas 3. Dialog dan tanya jawab.
SESSI 02
TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENGANTAR LOKALATIH : - Pretest, - Perkenalan, - Identifikasi hara- pan & tantangan - Alur lokakarya, - Aturan main pelaksanaan lokakarya : 1. Suasana rileks dan informal. tercipta 2. Tujuan lokakarya dapat dimengerti peserta 3. Agenda lokakarya disepakati oleh semua peserta. 4. Aturan main pelaksanaan lokakarya disepakati : 1. Penugasan 2. Permainan 3. Ceramah singkat dan tanya jawab : 90 menit : Rencana lay out ruangan Kain rekat, Kertas dot Kertas HVS ukuran kuarto Metaplan Spidol Selotape Format biodata peserta Kartu keluarga : kucing, ayam, bebek, kambing, kuda, kodok, kelinci, dan sapi :
Persiapan Bersama : 1. Sebelumnya persiapkan ruangan dengan disain berikut ini : a. Lay out ruangan sebagai berikut :
Layar
Meja LCD & Laptop Sticky Cloths Sticky Cloths
Alur Lokakarya
Hrpn & Khwtrn
Baner
Meja ATK
Meja Panitia Sticky Cloths Sticky Cloths Tumpukan Kursi & Meja
b. Bahan yang dipersiapkan adalah : Kain rekat untuk identifikasi harapan dan kekhawatiran, tulis : - Apa yang diharapkan dapat diperoleh peserta dalam lokalatih ini ? Peserta menulis dalam metaplan biru - Apa yang dikhawatirkan oleh peserrta dalam lokalatih ini ? Peserta menulis dalam metaplan merah Kain rekat untuk tata tertib, tulis : - Apa yang boleh dilakukan selama pelatihan ? Peserrta menulis dalam metaplan hijau - Apa yang tidak boleh dilakukan selama pelatihan ? Peserta menulis dalam metaplan kuning Kain rekat untuk menjelaskan alur lokakarya Kain rekat untuk mengisi pre test Sisa kain rekat dan selotif, letakkan di 3 tempat masing masing 2 kain rekat dan 1 gulung selotip besar, serta tempelkan tulisan : MARI KITA PASANG KAIN REKAT INI BERSAMA SAMA. Meja untuk menyimpan LCD dan Laptop serta layarnya. Meja untuk menyimpan metaplan bulat terkecil, serta selotif, serta buat tulisan : silahkan ambil 1, untuk menuliskan nama panggilan anda ! Meja untuk menyimpan tas dan agenda WASPOLA, serta buat tulisan : silahkan ambil 1, serta isi daftar tanda terima seminar kit. c. Letakkan juga sejumlah kursi yang belum disusun, disudut ruangan. Tempelkan juga tulisan : SILAHKAN AMBIL MASING MASING 1, LALU KITA SUSUN BERSAMA DIRUANGAN INI ! 2. Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. 3. Kemudian berikan pengantar : SILAHKAN AMATI SELURUH RUAGAN INI, SERTA LAKUKAN SESUAI DENGAN PETUNJUK SECARA BERSAMA SAMA ! 4. Lakukan pengamatan, biarkan peserta bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri ! Berikan waktu sekitar 30 menit ! 5. Hentikan kegiatan, ketika set up ruangan sudah memadai untuk memulai acara lokalatih. 6. Lakukan pembahasan makna acara kreatif yang baru saja dilalui di awal lokakarya. 7. Hentikan kegiatan pembahasan, lakukan acara pengantar pembukaan lokakarya.
Pretest 1. Penjelasan tentang pre-test dan pelaksanaan pre-test dengan metode penempelan dot pada kain rekat yg sudah disiapkan dalam matriks :
Teknik komunikasi
Etika fasilitator
Media fasilitasi
2. Perkenalan, jelaskan model perkenalan yang akan dilakukan : a. Fasilitator memberikan pengantar tentang makna sebuah perkenalan. b. Jelaskan bahwa acara perkenalan akan dilakukan dengan cara berikut ini : Setiap peserta akan mencari anggota keluarganya : anak, ibu, ayah, bibi, paman, kakek dan nenek Keluarganya terdiri dari keluarga : kucing, ayam, bebek, kambing, kuda, kodok, kelinci, dan sapi Untuk menemukan anggota keluarganya setiap peserta akan mendapatkan bekal berupa potongan kartu yang bertuliskan, misalnya : anak kucing, ibu ayam, ayah bebek, bibi kambing, paman kuda, kakek kodok, atau nenek sapi, dlsb. Cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan keluarganya adalah dengan cara : menirukan suaranya dan atau menirukan gerakannya. c. Berikan kesempatan peserta mengelompok secara alamiah sesuai dengan keluarganya masing masing. Berikan kesempatan kepada kelompok kelompok yang telah terbentuk tersebut untuk saling berkenalan. d. Hentikan kegiatan, berikan kepada wakil dari setiap kelompok yang terbentuk untuk memperkenalkan anggota kelompoknya, serta menceritakan proses bertemunya anggota keluaga di kelas pleno. e. Bahas secara bersama sama, apa makna dari perkenalan tersebut. Ajak peserta untuk menyampaikan ide lainnya untuk topik perkenalan, untuk pengkayaan wawasan dan menambah koleksi metoda perkenalan.
f. Akhiri acara perkenalan ini dengan menyampaikan antara lain bahwa mengenal orang lain tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat seperti sekarang ini, oleh karenanya selama lokakarya ini bapak/ibu dapat berproses mengenal lebih dekat 3. Identifikasi harapan dan kekhawatiran selama lokakarya berlangsung: Ajak kembali peserta untuk ke melingkar di ruangan tengah lokakarya Bagikan kertas metaplan & spidol. Minta kepada mereka untuk kembali ke kelompok tadi. Minta setiap peserta untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran pada kertas metaplan. Diskusikan dalam kelompoknya untuk memilih 2 terpenting menurut kesepakatan kelompok, dari harapan dan kekhawatiran tadi. Tempelkan di kain rekat. Lakukan pengelompokan, lalu sepakati judul dari hasil setiap pengelompokkan tadi. Ingatkan kembali atas sisa hasil identifikasi harapan dan kekhawatiran yang belum ditempelkan. Minta kepada peserta untuk menempelkan pada kelompok yang paling relevan. Tanyakan kepada mereka apakah dengan penambahan ini sudah relevan dengan kesepakatan judul tadi. Berdasarkan kesepakatan tadi, ingatkan, mana saja harapan yang dapat dipenuhi. Bahas pula tentang kekhawatiran. Ingatkan bahwa antara harapan dan kekhawatiran yang dibahas adalah dalam kerangka implementasi kebijakan nasional AMPL. NOTE: Kain rekat yang berisi harapan & kekhawatiran tetap berada di ruang kelas sampai akhir lokakarya, dengan maksud sebagai sarana evaluasi di akhir lokakarya 4. Presentasi alur lokakarya, agar semua fihak memahami apa saja yang akan dibahas selama lokakarya berlangsung. 5. Berdasarkan alur tersebut, bahas tentang aturan main pelaksanaan lokakarya,
sampai semua fihak menyepakati aturan main lokakarya. Aturan main yang disepakati menyangkut : jadual dan tata tertib pelaksanaan lokakarya. NOTE: Setiap peserta diminta untuk mengisi Biodata untuk kepentingan penyusunan database peserta kegiatanWASPOLA.
BIODATA PESERTA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama lengkap Tempat dan tanggal lahir Utusan dari Asal Instansi/dinas Jabatan Alamat & telepon rumah/HP
: : : : : :
Alamat, telepon dan fax kantor : Alamat E-mail (bila ada) : Tupoksi anda dalam Pokja AMPL (bila ada) : a. Berapa sering mengikuti Pelatihan/ Lokakarya/ Seminar selama 2 tahun terakhir ini? b. Bila ada, sebutkan pelatihan/ lokakarya/seminar apa yang pernah diikuti tersebut terkait dengan air minum dan penyehatan lingkungan dan sebutkan pula penyelenggaranya?
10.
............................................................................ ............................................................................ Propinsi/Kabupaten/Kota: ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ............................................................................ ..... kali Nama Pel/Lok/Smnr Penyelenggara 1. ............................................................................ 2. ............................................................................ 3. ............................................................................ 4. ............................................................................ (Apabila ruang dirasa kurang mohon tulis disebaliknya) 1. ........................................................................... 2. ........................................................................... 3. ........................................................................... 4............................................................................. (Apabila ruang dirasa kurang mohon tulis disebaliknya)
11.
........................................, 2006
ANAK KUCING AYAH KUCING IBU KUCING PAMAN KUCING BIBI KUCING NENEK KUCING KAKEK KUCING
ANAK ANAK ANAK ANAK AYAM BEBEK KAMBING KUDA AYAH AYAH AYAH AYAH AYAM BEBEK KAMBING KUDA IBU IBU IBU IBU AYAM BEBEK KAMBING KUDA PAMAN PAMAN PAMAN PAMAN AYAM BEBEK KAMBING KUDA BIBI BIBI BIBI BIBI AYAM BEBEK KAMBING KUDA NENEK NENEK NENEK NENEK AYAM BEBEK KAMBING KUDA KAKEK KAKEK KAKEK KAKEK AYAM BEBEK KAMBING KUDA
ANAK KODOK AYAH KODOK IBU KODOK PAMAN KODOK BIBI KODOK NENEK KODOK KAKEK KODOK
ANAK ANAK KELINCI SAPI AYAH AYAH KELINCI SAPI IBU IBU KELINCI SAPI PAMAN PAMAN KELINCI SAPI BIBI BIBI KELINCI SAPI NENEK NENEK KELINCI SAPI KAKEK KAKEK KELINCI SAPI
SESSI 03
TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: DISKUSI PENDALAMAN LANGKAH LANGKAH FASILITASI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT : Pemahaman tentang tahap tahap fasilitasi implementasi kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat (diasumsikan bahwa peserta sebelumnya telah memperoleh masukan tentang prinsip-prinsip dan operasionalisasi kebijakan AMPL-Berbasis Masyarakat) : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawan : 120 menit : Kain rekat Metaplan Spidol Selotif LCD dan computer Roadmaping implementasi kebijakan :
1. Fasilitator memberikan introduksi tentang tujuan sessi ini. 2. Berikan pengantar, pergunakan one sheet power point yogyakarta. Berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab.
Pemda
PrasaranaSarana AMPL
LSM
Masyarakat
3. Fasilitator meminta peserta yang bersedia menjadi volunter menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan proses adopsi kebijakan 4. Minta peserta untuk membagi diri kedalam 3 kelompok, dengan cara meinghitung 1,2,3 dst. 5. Minta kepada setiap kelompok untuk menginventarisir :
Apa yang telah dilakukan oleh daerah Dst Apa yang masih dibutuhkan oleh daerah Dst
6. Ajak peserta untuk melakukan pengelompokkan pendapat peserta. 7. Bahas pengelompokkan peserta, untuk kemudian sekali lagi jelaskan kembali tentang roadmaping pelaksanaan kebijakan AMPL berbasis masyarakat. Lakukan diskusi dan tanya jawab. 8. Rangkum hasil proses disksusi bahwa : a. Kita telah mengetahui alur proses pelaksanaan kebijakan di daerah b. Hal kedua yang akan dilakukan adalah : bagaimana kita melakukan proses fasilitasi agar hasil akhir pelaksanaan kebijakan dapat tercapai.
: : :
WAKTU ALAT/BAHAN
: :
DASAR DASAR FASILITASI Peserta mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator 1. Curah pendapat 2. Diskusi Kelompok 3. Penugasan : a. Isi Kuisener b. Diskusi Kelompok Terarah c. Diskusi Partisipatif Isu AMPL Daerah 4. Ceramah singkat dan tanya jawab 120 menit Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Bahan penugasan : - Kuisener - Topik FGD : Air sebagai benda sosial dan benda ekonomi - Foto untuk diskusi partisipatif
LANGKAH PENYAJIAN
Bagian pertama : 1. Fasitator memulai kegiatan dengan pooling pendapat dengan pertanyaan utama: Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang diperlukan sebagai fasilitator Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud tidak terbatas pada Implementasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat, tetapi dalam arti seluas-luasnya terutama yang berkaitan dengan kondisi daerah, misalnya yang berkaitan dengan sumber daya, kondisi ekonomi, penyebab kemiskinan, konflik, musim, dan lain-lain. 2. Pertanyaan tersebut diajukan kepada peserta lokalatih dimana masing-masing peserta menuliskan jawabannya dalam kartu (satu jawaban satu kartu, bedakan warna kartu untuk laki-laki dan perempuan), fasilitator ( kita sebagai fasilitator ) juga dapat membantu menuliskan apa-apa yang mungkin terlupa oleh para peserta. Jawaban-jawaban tersebut kemudian ditempelkan secara keseluruhan di dinding/sticky cloth. 3. Sementara para peserta membuat jawaban, fasilitator menyiapkan matriks dengan kartu sebagai berikut:
1 Jawaban Yang Diketahui Fasilitator Jawaban-jawaban hasil pooling Idem Dst 2. Jawaban Yang Telah Diketahui Peserta Jawaban-jawaban hasil pooling Idem Dst
4. Jawaban dari peserta kemudian diletakkan pada kolom pertama atau kedua dengan cara menanyakan pada peserta dimana dari masing-masing jawaban seharusnya ditempatkan. (tentang apa yang diketahui fasilitator dan apa yang diketahui oleh peserta). 5. Setelah itu selesai kemudian kelompokkan kembali jawabanjawaban tersebut ke dalam apaapa yang tidak diketahui fasilitator (biasanya seperti kondisi lokal masyarakat, perilaku, kebiasaan, adat istiadat, kedekatan dan lain-lain), dan apa yang tidak diketahui peserta 6. Ketika semua jawaban (kartu) telah dimasukkan ke dalam matriks, tanyakan pada peserta untuk mengemukakan kesimpulan dari apa yang mereka lihat. Rangkum pelajaran yang didapat pada akhir materi : Partisipan menyadari bahwa baik peserta maupun fasilitator tidak mengetahui semuanya. Lokalatih ini berarti untuk mengeluarkan pengetahuan lokal seorang partisipan dan menambah pengetahuan tersebut dengan pengetahuan dari luar yang diberikan oleh fasilitator, demikian juga dengan fasilitator, untuk menciptakan kapasitas fasilitasi terbaik yang memungkinkan untuk Implementasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat. 7. Dari matriks tersebut pada akhirnya diharapkan akan terlihat adanya gabungan pengetahuan antara fasilitator dan peserta. Hasil yang diharapkan Dari ice breaker: tidak terjadi lagi kekakuan dalam pelaksanaan lokalatih selanjutnya. Dari exercise: Peserta memahami bahwa mereka adalah sumber daya yang juga berperan dalam melakukan fasilitasi aktif serta memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai modal untuk menjadi fasilitator yang baik. Catatan : Setiap hari dilakukan evaluasi dengan menggunakan Pocket Voting dengan pertanyaan :
Topik bahasan apa yang paling menarik ? Bagaimana situasi kelas hari ini ? Bagaimana peningkatan pengetahuan hari ini? Bagaimana peran serta peserta hari ini? Bagaimana fasilitator membangun dinamika hari ini? Sehingga dapat dibahas sebagai bahan review harian esok harinya Bagian kedua : 1. Fasilitator memberikan introduksi tentang tujuan sessi ini : mengajak peserta untuk memahami dasar dasar fasilitasi. 2. Fasilitator meminta peserta mengutarakan pendapatnya tentang fasilitasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan kebijakan di daerah. Catat pendapat peserta di metaplan, dan tempelkan di kain rekat. Ajak peserta untuk menyepakati apa sebenarnya yang dimaksud dengan fasilitasi. Dan jelaskan kenapa kita memilih pendekatan ini untuk pelaksanaan kebijakan di daerah. Ceritakan bahwa kebijakan yang sudah tersusun dan menjadi buku tersebut, proses penyusunannya melalui berkali kali lokakarya partisipatif, di daerah maupun di pusat. 3. Untuk itu, minta peserta untuk membagi diri kedalam 3 kelompok, dimana masing masing kelompok akan melakukan kegiatan yang berbeda untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda :
Kelompok 1 : Pilihan kegiatan yang dilakukan : mengisi kuisener a. Fasilitator memberikan pengantar tentang kuisener yang akan disi oleh peserta.
KUESIONER (K1) Evaluasi Kinerja Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Penelitian ini dilakukan untuk menilai secara objektif kebijakan dan penerapannya. Untuk itu responden diminta menjawab secara jujur berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya) Tanggapan responden terhadap logika kebijakan dan peluang penerapannya Keterangan: 1=Tidak bisa, 2=Kurang, 3=Bisa, 4=Sangat bisa
No Kebijakan Umum (dicuplik dari dokumen Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat)
1 2
Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi Pilihan yang Diinformasikan Sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap Kebutuhan 3 Pembangunan Berwawasan Lingkungan 4 Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 5 Keberpihakan pada Masyarakat Miskin 6 Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan 7 Akuntabilitas Proses Pembangunan 8 Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator 9 Peran Aktif Masyarakat 10 D. Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran 11 Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya
Catatan (apabila ada sesuatu yang penting tentang hal di atas, baik komentar, saran, dll).... ... ..
KUESIONER (K-2) Evaluasi Kinerja Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Daerah (Penelitian ini dilakukan untuk menilai secara objektif kinerja implementasi kebijakan Untuk itu responden diminta menjawab secara jujur berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya) Tanggapan responden terhadap kinerja implementasi di daerah sebelum dan sesudah mendapat fasilitasi dari Proyek WASPOLA Keterangan: Beri nilai 1 sampai dengan 4. 1 untuk nilai terendah/terburuk, dan 4 untuk nilai tertinggi/terbaik
No ITEM
1 1. 1 1. 2 1. 3 1. 4 2 2. 1 2. 2 3 3. 1 3. 2
KELEMBAGAAN Koordinasi pembangunan AMPL antar dinas Pengetahuan dan pemahaman terhadap pendekatan pembangunan partisipatif khususnya dalam bidang AMPL. Prioritas pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat Pelibatan stakeholder di luar pemerintah dalam pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat PEMBIAYAAN Alokasi anggaran daerah pembangunan fisik AMPL berbasis partsipasi masyarakat Alokasi anggaran daerah untuk mendukung kegiatan pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat. Misalnya untuk pelatihan, monitoring dan evaluasi kegiatan REGULASI Produk peraturan yang mendukung pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat. Misalnya PERDA, SK BUPATI, dll. Produk perencanaan yang mendukung pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat. Misalnya RENSTRA, RPJM, dll.
Catatan (apabila ada sesuatu yang penting tentang hal di atas, baik komentar, saran, dll) . . ... b. Bagikan kuisener tersebut, minta peserta mengisi kuisener tersebut. c. Hentikan kegiatan pengisian kuisener, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ?
d. Tunjuk juru bicara yang akan menjelaskan kepada kelompok lain yang akan beranjang sana ke kelompoknya.
Kelompok 2 : Pilihan kegiatan yang dilakukan : melaksanakan FGD a. Fasilitator menjelaskan tentang topik FGD yang akan dilakukan : Air Sebagai Benda Ekonomi dan Benda Sosial. b. Sepakati bersama, siapa diantara peserta yang akan menjadi : Pemimpin diskusi Notulen c. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk melakukan FGD. d. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan FGD, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? e. Tunjuk juru bicara yang akan menjelaskan kepada kelompok lain yang akan beranjang sana ke kelompoknya.
Kelompok 3 : Pilihan kegiatan yang dilakukan : melaksanakan fasilitasi Bahasa Foto, dalam rangka identifikasi isu AMPL daerah a. Fasilitator menjelaskan tentang kegiatan diskusi dalam rangka identifikasi isu AMPL daerah, minta peserta untuk duduk melingkar didepan salah satu kain rekat yang telah tertempel di dinding b. Sebar dan perlihatkan foto foto yang telah dipersiapkan dilantai. c. Minta kepada setiap peserta untuk memilih satu foto. d. Setelah memilih, minta setiap peserta untuk memperlihatkan foto pilihannya,
e.
f.
g.
h.
i.
serta menjelaskan alasannya kenapa memilih foto tersebut. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi, guna memilih 3 foto yang menggambarkan kondisi AMPL saat ini. Lalu tempelkan di kain rekat. Ajak kelompok untuk mendiskusikan : dengan melihat foto kondisi AMPL SAAT INI tersebut, SIAPA dan MELAKUKAN APA yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi. Hentikan, lalu minta peserta untuk memilih 3 foto yang menggambarkan KONDISI IDEAL yang diharapkan. Kalau tidak ada fotonya, peserta dapat membuat gambar sendiri. Ajak kelompok untuk mendiskusikan : dengan melihat KONDISI IDEAL yang diharapkan, SIAPA dan MELAKUKAN APA yang memungkinkan kondisi tersebut terjadi. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan diskusi partisipatif, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? Tunjuk juru bicara yang akan menjelaskan kepada kelompok lain yang akan beranjang sana ke kelompoknya.
j.
4. Hentikan kegiatan di tiga kelompok, secara bergiliran ajak peserta untuk beranjang sana ke kelompok lainnya. Berikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk diskusi dan tanya jawab secukupnya. 5. Bahas makna ketiga kegiatan dengan menggunakan matriks dengan menggunakan metaplan : Kapan Caranya Nama kegiatan Kelebihan Kekurangan digunakan bagaimana
Untuk mengisi matriks tersebut, peserta dapat mengambil hasil diskusi kelompok, dan menyempurnakannya secara bersama sama 6. Berdasarkan pembahasan tersebut, ingatkan kepada semua peserta bahwa dengan fasilitasi secara partisipatif, maka semua yang hadir dalam sebuah lokakarya atau pertemuan apapun dalam kerangka implementasi kebijakan, adalah narasumber, sehingga semua harus saling berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dengan sesama yang hadir dalam pertemuan tersebut. Catatan : Peserta dapat membaca ringkasan bahan bacaan dalam bentuk power point.
SESSI 05 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: METODA & PENDEKATAN PARTISIPATORI : 1. Peserta mengetahui berbagai jenis pendekatan partisipatori 2. Peserta mengetahui berbagai metoda yang dapat dipakai dalam fasilitasi : 1. Ceramah singkat dan Tanya jawab 2. Penugasan 3. Diskusi pleno : 240 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif 5. Bahan penugasan : - Kuisener perkenalan - Bahan Fish Bowl Discusion : Demand vs need :
Bagian pertama : 1. Fasilitator menjelaskan bahwa setelah memahami dasar fasilitasi, langkah selanjutnya yang harus difahami adalah : pendekatan partisipatori untuk pelaksanaan Program AMPL berbasis masyarakat. 2. Jelaskan secara partisipatif disertai contoh contoh yang kongkrit, tentang pendekatan pendekatan partisipatori, yang antara lain terdiri dari : a. Social Assessment b. Analisis stake holder c. Participatory Rural Appraisal d. Participatory Monitoring & Evaluation e. Beneficiary Assessment f. SARAR -> PHAST -> MPA g. Video Conference h. Internet/Website Berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab secukupnya. Catatan : Sebelumnya fasilitator menuliskan di kertas metaplan jenis jenis pendekatan, berikut contoh contoh dari setiap jenis pendekatan partisipatori tersebut. Sehingga penjelasan menggunakan metaplan dan kain rekat, sekaligus sebagai contoh lain dalam presentasi dan tanya jawab. 3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab dalam rangka mengeksplorasi setiap pendekatan partisipatori tersebut. 4. Karena WASPOLA bermain dalam ranah kebijakan, jelaskan secara lebih rinci : Analisis stake holder. Berikan kesempatan untuk tanya jawab.
5. Berdasarkan pembahasan tersebut, jelaskan bahwa partisipatori adalah kata kunci untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, yang mempunyai sasaran keberlanjutan, dimana intinya adalah penggunaan efektif. Bagian kedua : 1. Fasilitator mengingatkan tentang pendekatan partisipatori yang telah dibahas pada pagi tadi. Sekarang, ajak peserta untuk mengkaji masalah metoda penyampaiannya. 2. Ajak peserta untuk melakukan kegiatan sebagai salah satu bentuk metoda : a. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penggunaan metoda untuk kegiatan perorangan : lembar perkenalan b. Bagikan lembar perkenalan : No. Hobby/kebiasaan 1. Berenang 2. Membaca 3. Menonton film 4. Mendengarkan musik 5. Berkebun 6. Memelihara ikan hias 7. Memasak nasi goreng 8. Lari pagi 9. Main basket 10. Traveling 11. Menulis 12. Memainkan gitar 13. Mendaki gunung 14. Nonton bola bareng 15. Mengumpulkan perangko 16. Menyanyikan lagu daerah 17. Bermain suling 18. Bermain basket
Nama
Daerah
Paraf
c. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? 3. Ajak peserta untuk melakukan kegiatan Fish Bowl Discusion sebagai salah satu bentuk metoda lainnya:
a. Siapkan kursi secara melingkar ditengah ruangan, usahakan ada kursi untuk setiap perwakilan tiap propinsi untuk mendiskusikan tentang perbedaan antara demand dan need dalam diskusi sebagai peserta tetap sampai akhir diskusi. b. Serta disiapkan 1 kursi panas untuk peserta dari luar lingkaran agar dapat memberikan pendapat atau berkomentar untuk membantu menemukan kesepakatan bersama. Waktu yang disediakan untuk kursi panas sangat terbatas, untuk memberikan kesempatan peserta lain terlibat dan berpendapat. Sisa peserta lainnya sebagai pengamat. c. Hentikan kegiatan, apabila diskusi dinilai telah mencukupi mendapatkan masukan tentang demand dan need. d. Lakukan pembahasan bersama untuk memahami tentang demand dan need. 4. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? 5. Bahas makna ketiga kegiatan dengan menggunakan matriks dengan menggunakan metaplan : Nama Kapan Caranya Kelebihan Kekurangan kegiatan digunakan bagaimana
6. Ajak peserta untuk menambahkan metoda apa lagi biasa digunakan dalam sebuah lokakarya dan atau lokalatih, apabila cukup waktu, lakukan uji coba pelaksanaan metoda tersebut. Bahas dengan menggunakan format diatas. 7. Diskusikan juga mengenai efektifitas pemanfaatan berbagai metoda dalam sebuah lokakarya. 8. Ingatkan juga bahwa pemilihan metoda juga berkaitan dengan ketersediaan sumber daya lokakarya, dan atau lokalatih yang diselenggarakan 9. Tutup dengan rangkuman : yang terpenting adalah menemukan metoda yang paling pas sesuai dengan ketersediaan sumber daya kita untuk menyampaikan sebuah topik tertentu.
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: ETIKA FASILITATOR : Peserta mengetahui etika fasilitator, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang fasilitator : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi 4. Diskusi pleno : 120 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif :
1. Fasilitator menjelaskan tentang pentingnya memahami etika seorang fasilitator. 2. Bagi peserta kedalam 3 kelompok, untuk membahas tentang : apa yang boleh ditampilkan/dilakukan dan tidak boleh ditampilkan/dilakukan oleh seorang fasilitator dalam sebuah kegiatan fasilitasi. 3. Kegiatan diskusi kelompok : a. Fasilitator menugaskan pada peserta untuk menulis apa yang ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator sebuah kegiatan fasilitasi b. Apa yang boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator, pada metaplan hijau c. Apa tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator, pada metaplan merah d. Tempelkan di kain rekat masing masing kelompok e. Lakukan diskusi kelompok, minta kepada masing masing peserta menyepakati dan memilih masing masing 5 metaplan apa yang ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator sebuah kegiatan fasilitasi 4. Ajak semua peserta untuk menempelkan pilihan 5 metaplan apa yang boleh ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator di kain rekat yang baru. 5. Ajak peserta untuk mengelompokkan metaplan merah dan hijau secara terpisah dari 5
metaplan pilihan dan kesepakatan kelompok tersebut. Setelah mengelompok, ajak peserta untuk memberi judul pada hasil pengelompokkan tersebut. 6. Kemudian ingatkan kepada peserta pada sisa metaplan yang ada di kelompoknya masing masing, silahkan bawa, dan tempelkan pada hasil pengelompokkan tadi, yang dianggap paling relevan. 7. Ingatkan peserta tentang apa yang boleh ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator, arahkan pembahasan tentang Etika Fasilitator yang ditekankan sesuai dengan hasil kesepakatan kita dalam lokalatih ini
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: TEKNIK KOMUNIKASI : Peserta mengetahui jenis jenis komunikasi keterampilan teknis komunikasi : 1. Permainan Broken T 2. Presentasi 3. Diskusi pleno 4. Ceramah singkat dan tanya jawab : 120 menit : 1. Permainan Broken T 2. Kertas manila karton, halaman 3. Kain rekat 4. Metaplan 5. Spidol 6. Selotif 7. Gambar mendengar, bertanya dan fasilitator :
dan
1. Fasilitator menjelaskan tentang hal lain yang perlu dikuasai oleh fasilitator : komunikasi 2. Jelaskan kepada peserta tentang permainan yang akan dilakukan : Broken T
3. Jelaskan aturan main pelaksanaan permainan Broken T : a. Bagi peserta kedalam kelompok yang terdiri dari 3 orang; minta seoang menjadi komunikator, 2 orang menjadi komunikan b. Atur tempat duduk seperti : - Komunikator duduk di lantai dibelakang sandaran kursi - Komunikan duduk berdua di lantai di depan tempat duduk kursi - Diatas tempat duduk kursi tersebut, ditutup dengan kertas ukuran setengah plano, dengan sasaran agar komunikator tidak dapat melihat komunikator bekerja atas dasar perintah komunikator
K u r s i
c. Permainan dilakukan dalam tiga tahap : - Tahap pertama, komunikator hanya memberikan instruksi, komunikator tidak dapat bertanya, dan langsung harus mengerjakan tugasnya - Tahap kedua, komunikator boleh menjawab pertanyaan komunikan secukupnya, lalu komunikan harus langsung mengerjakan tugasnya - Tahap ketiga, komunikator dan komunikan dapat berdialog, agar tugas yang harus dikerjakan dapat diselesaikan dengan sempurna d. Tugas yang harus diselesaikan komunikan adalah : menyusun Broken T e. Dengan aturan main tersebut, peserta melakukan permainan Broken T selama tiga babak, sesuai dengan instruksi fasilitator. 4. Lakukan pembahasan dengan menggunakan matriks berikut: Jenis komunikasi Kelebihan Kekurangan Kapan digunakan Caranya bagaimana
5. Bahas dengan peserta bahwa komunikasi dialogislah yang paling cocok dalam pendekatan partisipatori, untuk pelaksanaan fasilitasi pelaksanaan kebijakan ini. 6. Lanjutkan pembahasan, agar pendapat peserta dalam sebuah kegiatan lokakarya keluar dimana semua peserta aktif, ada dua hal yang harus diperhatikan : a. Teknik Mendengar b. Teknik bertanya 7. Simpulkan pembahasan komunikasi dengan 3 gambar berikut ini :
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: MEDIA FASILITASI : Pemahaman tentang media yang biasa dimanfaatkan dalam proses fasilitasi : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi 4. Diskusi pleno : 120 menit : Kain rekat Metaplan Spidol Selotif :
1. Fasilitator menjelaskan tentang pentingnya media fasilitasi. 2. Bagi peserta kedalam tiga kelompok, minta kepada setiap kelompok untuk menginventarisir sebanyak mungkin media yang diketahui dan atau pernah dimanfaatkan dalam proses fasilitasi. 3. Minta setiap kelompok untuk mengambil 10 jenis media yang diketahui dan atau pernah dimanfaatkan dalam proses fasilitasi. Tempelkan dikain rekat baru. 4. Ajak peserta untuk mengelompokkan media yang diketahui dan atau pernah dimanfaatkan dalam proses fasilitasi. Beri judul dari pengelompokkan tersebut. 5. Kemudian ingatkan kepada peserta pada sisa metaplan yang ada di kelompoknya masing masing, silahkan bawa, dan tempelkan pada hasil pengelompokkan tadi, yang dianggap paling relevan. 6. Berikan contoh peserta tentang pengelolaan kain rekat dan metaplan, lengkap kenapa perlu berwarna, serta kenapa ada beberapa bentuk metaplan. ( Sebelumnya persiapkan terlebih dahulu di kain rekat yang berbeda ). 7. Ingatkan peserta tentang pemilihan media harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya dan kesesuaian topik.
LANGKAH PENYAJIAN
: PENJAJAGAN KEBUTUHAN FASILITASI : Pemahaman tentang pentingnya penjajagan kebutuhan fasilitasi : Ceramah singkat dan tanya jawab : 120 menit : 1. Bola karet 2. Kain rekat 3. Metaplan 4. Amplop besar 5. Kertas flipchart 6. Spidol 7. Selotif 8. Format penjajagan kebutuhan :
1. Fasilitator menjelaskan tentang pentingnya penjajagan kebutuhan fasilitasi. 2. Bagi peserta kedalam tiga kelompok, untuk kemudian diajak bermain lempar bola karet. 3. Jelaskan aturan mainnya : a. Peserta berdiri dalam keadaan berbaris dari depan ke belakang b. Peserta diminta untuk melemparkan bola melalui selangkangannya dari depan ke belakang, lurus, tidak boleh kena kaki orang lain. Kalau terkena kaki orang lain harus diulangi, sampai bola tersebut benar benar sampai di orang yang paling belakang. c. Minta kepada setiap orang untuk menuliskan : apa yang paling dibutuhkan dalam pelatihan dalam kerangka peningkatan kapasitas untuk pelaksanaan kebijakan didaerah. d. Setelah itu, metaplan dimasukkan kedalam amplop besar yang telah disediakan sebelumnya e. Peserta yang telah memasukkan metaplan tadi, kemudian melemparkan bola seperti tadi, sampai bola benar benar sampai tepat di orang paling belakang f. Kegiatan diteruskan, sampai setiap orang mendapatkan kesempatan untuk melempar bola dan menuliskan kebutuhannya dalam metaplan 4. Berdasarkan aturan main tersebut, minta setiap kelompok untuk memainkan lempar bola karet. 5. Setelah selesai, ajak peserta berdiri melingkar, ajak peserta untuk mengungkapkan makna dari lempar bola :
a. Pentingnya untuk melihat langsung, makna dari bola sampai di ujung peserta paling belakang b. Pentingnya untuk tetap ingat pada tujuan, makna lain dari bola tidak boleh terkena dikaki peserta yang bukan terletak diujung c. Voice dan choice, makna menulis dan memasukkan metaplan kedalam amplop, setiap orang yang hadir memiliki hak yang sama d. Dsb 6. Kembalikan kedalam kelompok, buka amplop, dan minta peserta untuk menempelkan metaplan tersebut di kain rekat kelompoknya. Lakukan pengelompokkan. 8. Minta setiap kelompok untuk mengambil 10 jenis kebutuhan : pelatihan dalam kerangka peningkatan kapasitas untuk pelaksanaan kebijakan didaerah. Tempelkan dikain rekat baru. 9. Ajak peserta untuk mengelompokkan keebutuhan tersebut. Beri judul dari pengelompokkan tersebut. 7. Kemudian ingatkan kepada peserta pada sisa metaplan yang ada di kelompoknya masing masing, silahkan bawa, dan tempelkan pada hasil pengelompokkan tadi, yang dianggap paling relevan. 8. Jelaskan bahwa pada dasarnya ada tiga pengelompokkan kebutuhan pelatihan dan atau lokakarya, atau lokalatih : a. Aspek sikap b. Aspek pengetahuan c. Aspek keterampilan 9. Setelah itu, jelaskan pula format penjajagan kebutuhan untuk ketiga aspek tersebut : Mengapa anda membutuhkan suatu pelatihan untuk lembaga/institusi anda? (Pilih jawaban yang tepat)
Adanya kebutuhan untuk memperoleh ketrampilan baru
Adanya kebutuhan untuk perubahan sikap Adanya kebutuhan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru
Adanya kebutuhan untuk menyiapkan tenaga untuk tugas atau posisi baru
Adanya kebutuhan untuk mempersiapkan tenaga untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, mempelajari bagaimana meningkatkan performance yang lebih baik, dan peningkatan hasil dari upaya yang dilakukan.
Contoh:
1. NEED ASSESSMENT UNTUK PELATIHAN KETERAMPILAN 1. Apa peran dan tugas yang akan dilakukan?
2.
Apa keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan peran dan tugas ini?
3.
4.
5.
Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh di atas, rumuskan tujuan anda sendiri untuk pelatihan ini?
2. NEED ASSESSMENT UNTUK PELATIHAN PENGEMBANGAN SIKAP 1. Mengapa anda berkeinginan untuk merubah sikap kelompok atau institusi anda?
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh di atas, sebutkan tujuan pribadi anda untuk pelatihan ini?
3. NEED ASSESSMENT UNTUK SALING TUKAR INFORMASI DAN PENGETAHUAN 1. Pengetahuan apa yang anda harapkan untuk disampaikan agar dapat menjadi pelajaran untuk kelompok/institusi?
2.
Mengapa anda menginginkan mereka agar mereka belajar tentang pengetahuan seperti yang disebutkan di atas?
3.
Apa yang telah mereka ketahui tentang pengetahuan yang disebutkan di atas?
4. 5.
Informasi atau pengetahuan lainnya yang dibutuhkan selain yang telah disebutkan di atas ? Berdasarkan assesmen yang telah dilakukan di atas, rumuskan tujuan pelatihan ini menurut anda?
4. NEED ASSESSMENT UNTUK PELATIHAN PERAN DAN TUGAS BARU DALAM PEKERJAAN
APA PERAN DAN TUGAS YANG HARUS DILAKSANAKAN? PENGETHAUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP APA YANG DIPERLUKAN AGAR PERAN DAN TUGAS DAPAT BERJALAN? Pengetahuan DARI YANG TELAH TERCANTUM YANG MANA YANG TELAH MEREKA MILIKI?
5. NEED ASSESSMENT UNTUK PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK 1. Lakukan identifikasi kelompok/institusi anda pada tingkat apa pada saat ini dalam hubungannya dengan fungsi dn tugas, hubungan antar manusia. Dengan menggunakan model pertumbuhan dan perkembangan kelompok. 2. Berikan indikasi kelompok/institusi anda pada tingkat mana berdasarkan identifikasi yang anda lakukan FUNGSI DAN TUGAS:
3. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap apa yang menurut anda dibutuhkan untuk meningkatkan pada tingkat pertumbuhan yang diharapkan?
PENGETAHUAN
Sikap
Ketrampilan
KETRAMPILAN
SIKAP
LANGKAH PENYAJIAN
: MENYUSUN KERANGKA ACUAN FASILITASI : Peserta mengetahui tata cara menyusun kerangka acuan : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Penugasan : 120 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif 5. Kertas HVS :
1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam menyusun kerangka acuan fasilitasi 2. Fasilitator menugaskan pada masing-masing peserta untuk : a. Minta kepada peserta untuk mempersiapkan alat tulisnya. b. Jelaskan bahwa setiap peserta diminta untuk menulis sebuah cerita yang menggambarkan tentang upaya yang ingin dilakukan untuk mencapai kondisi AMPL yang ideal c. Minta kepada 1-2 relawan untuk membacakan ceritanya. Kemudian bahas, dan arahkan pada pentingnya menyusun Kerangka Acuan Fasilitasi. 3. Fasilitator menjelaskan mengenai sistematika penulisan Kerangka Acuan Fasilitasi : a. Latar belakang b. Tujuan c. Materi d. Strategi pelaksanaan e. Peserta f. Lokasi, waktu dan tempat g. Biaya h. Bagan alir i. Jadual 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang dianggap kurang dimengerti 5. Berdasarkan uraian tersebut diatas, berikan kesempatan kepada peserta untuk menulis draft kerangka acuan pertemuan untuk menemukan isu pembangunan AMPL daerah 6. Fasilitator memberikan penegasan mengenai pokok-pokok materi dan dihubungkan dengan materi sebelumnya
LANGKAH PENYAJIAN
: MENYUSUN KURIKULUM KEGIATAN FASILITASI : Peserta mengetahui tata cara kurikulum fasilitasi : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Penugasan : 120 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif 5. Kertas HVS :
1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai : tujuan sessi menyusun kurikulum kegiatan fasilitasi 2. Tugas kelompok : a. Minta 6 orang sukarelawan untuk tampil kedepan untuk memainkan : Memasukan gantungan paku kedalam botol. b. Ajak peserta lainnya untuk mengamati jalannya permainan ini. c. Bahas makna permainan ini kearah : tujuan, penggunaan alat, cara, dlsb. Arahkan pembicaraan kepada penyusunan kurikulum, yang ada kaitannya dengan masalah masalah tersebut diatas. 3. Fasilitator menjelaskan kepada peserta mengenai kurikulum dengan menggunakan tabel berikut ini : Pokok Tujuan Proses Media/alat Fasilitator Waktu bahasan
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang dianggap kurang dimengerti 5. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Adapun tugasnya: Sesuai dengan format tersebut diatas, minta peserta secara berkelompok untuk menyusun kurikulum pertemuan untuk menemukan isu pembangunan AMPL daerah 6. Fasilitator memberikan penegasan mengenai intisari menyusun kurikulum
: 1. 2. 3. 4. 5.
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Gift untuk hadiah 6. Bahan untuk penampilan sesuai dengan kebutuhan kelompok
LANGKAH PENYAJIAN
1. Peserta per kelompok diminta untuk menyiapkan kegiatan kreatif yang akan dibawakan selama 5 menit yang menampilkan salah satu isu AMPL dengan menggunakan meoda dan atau media fasilitasi 2. Acara Kreatifitas Kelompok dipertunjukkan selama 5 menit setiap kelompok 3. Pemberian hadiah untuk kelompok paling kreatif
Catatan : Sebagai persiapan jelaskan sejak Alur Pelaksanaan Lokakarya, sehingga pada saat acara kreatif ini betul betul akan mengekspresikan isu, metoda dan media yang dipilih. Acara dapat dilanjutkan dengan kegiatan hiburan lainnya.
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PERSIAPAN SIMULASI FASILITASI : Peserta mengetahui tata cara mempersiapkan simulasi fasilitasi : 1. Ceramah singkat dan tanya jawab 2. Penugasan dalam kelompok 3. Simulasi fasilitasi sesuai kebutuhaan kelompok : 120 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif 5. Panduan simulasi fasilitasi lapangan 6. Perlengkapan simulasi :
1. Fasilitator menjelaskan hal hal yang perlu dipersiapkan untuk persiapan simulasi. 2. Fasilitator menjelaskan beberapa aspek yang akan dilakukan dalam simulasi fasilitasi : a. Praktek akan dilakukan di 5 kelurahan di Kota Denpasar b. Materi praktek fasilitasi :
Masalah sekarang Kondisi yang diharapkan terjadi dimasa mendatang Gap yang masih terjadi
Berdasarkan skema tersebut, sessi sessi simulasi dirancang sebagai berikut : - Sessi 1, 60 menit, identifikasi isu AMPL lainnya setelah pelaksanaan program selama ini, seperti issue yang berkaitan dengan sanitasi seperti jamban, PHBS dan lain sebagainya yang relevan dengan program yang akan dilakukan dengan ISSDP - Sessi 2, 60 menit, menyusun skala prioritas untuk melaksanakan program selanjutnya - Sessi 3, 60 menit, menyusun rencana kerja sesuai dengan kemampuan masyarakat c. Peserta, akan dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari sekitar 9 orang
d. Praktek akan dilakukan malam hari, selama 3 jam efektif 3. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 9 orang, disesuaikan dengan kemampuan peserta, sejauh yang berhasil direkam tim fasilitator 4. Kelompok simulasi mengorganisasikan diri untuk persiapan simulasi : - Pembagian tugas - Pengorganisasian kelompok - Mempersiapkan materi dan perlengkapan simulasi - Uji coba simulasi apabila memungkinkan - Persiapkan inform choice untuk membantu masyarakat 5. Setelah selesai, fasilitator berdiskusi dengan peserta tentang pengalaman bagaimana mempersiapkan simulasi lapangan, agar dapat diaplikasikan di daerahnya masing masing
Panduan simulasi fasilitasi lapangan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi Lokasi simulasi fasilitasi lapangan :
1. Kelurahan Ubung, Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar 2. Desa Tegalkertha, Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar 3. Kelurahan Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar 4. Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar 5. Desa Sanurkaja, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar
Tim simulasi :
Peserta Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi Pokja AMPL WASPOLA, sebanyak kurang lebih 9 orang setiap kelompok/lokasi
Waktu simulasi :
Kamis, 27 Juli 2006, jam 19.00 22.00
Masalah saat ini Kondisi yang diharapkan terjadi dimasa mendatang Gap yang masih terjadi Alternatif rencana tindak yang mungkin dilakukan kelompok masyarakat
Langkah langkah yang harus dilakukan : 1. Perkenalan, silahkan cari alternatif yang dikuasai oleh Tim Simulasi 2. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan 3. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan identifikasi masalah AMPL saat ini. Tulis dikertas metaplan, tempelkan di kain rekat. 4. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan identifikasi perkiraan masalah AMPL dimasa mendatang. Tulis dikertas metaplan, tempelkan di kain rekat. 5. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan identifikasi kondisi AMPL yang diharapkan. Tulis dikertas metaplan, tempelkan di kain rekat. 6. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan identifikasi gap yang masih terjadi antara masalah AMPL saat ini dan yang akan datang dengan kondisi AMPL yang diharapkan. Tulis dikertas metaplan, tempelkan di kain rekat. 7. Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun skala prioritas dari penyelesaian gap yang masih terjadi antara masalah AMPL saat ini dan yang akan datang dengan kondisi AMPL yang diharapkan. Tulis dikertas metaplan, tempelkan di kain rekat. 8. Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun : Alternatif rencana tindak yang mungkin dilakukan kelompok masyarakat. 9. Penutup dan rangkuman Total
20 menit
20 menit
30 menit
Alternatif rencana tindak yang mungkin dilakukan kelompok masyarakat Gap yang masih terjadi Penyusunan skala prioritas Berdasarkan kebutuhan dan kesepakatan warga Kegiatan Keluaran Waktu Penang. Jawab Biaya
LANGKAH PENYAJIAN
: PELAKSANAAN PRAKTEK FASILITASI : Peserta mendapatkan kesempatan simulasi fasilitasi di lapangan : 1. Simulasi fasilitasi 2. Pengamatan : 180 menit : Bis Perlengkapan simulasi Snack Format pengamatan Handicam & Kaset/DVD :
1. Fasilitator melakukan pengecekan kelengkapan anggota kelompok simulasi dan pelengkapan yang dibutuhkan 2. Rombongan sesuai dengan kendaraannya berangkat menuju lokasi, jam 18.30 3. Kelompok melakukan fasilitasi di kelurahan selama 3 jam 4. Rombongan kembali ke hotel, jam 22.00
FORMAT PENGAMATAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ASPEK Sistematika penyampaian materi Metode fasilitasi Media fasilitasi Alokasi waktu Cara Berdiri Cara Memandang Cara Berbicara Intonasi Suara Membuka kegiatan fasilitasi Menutup kegiatan fasilitasi Cara Bertanya Penggunaan Bahasa Pemanasan Cara Menjawab Dinamika Peserta KURANG CUKUP BAIK
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: REFLEKSI PRAKTEK FASILITASI : Peserta mendapatkan umpan balik terhadap pelaksanaan simulasi di lapangan : 1. Curah pendapat 2. Presentasi 3. Diskusi dan tanya jawab : 90 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif 5. Rekaman gambar simulasi & pengamatan :
1. Fasilitator menjelaskan tentang manfaat yang akan diperoleh dari refleksi simulasi lapangan 2. Fasilitator mempersilahkan masing masing kelompok menyampaikan hasil pengamatannya, kelompok lain dapat menambahkan. 3. Fasilitator memutarkan cuplikan gambar pelaksanaan simulasi. 4. Fasilitator mengajak peserta untuk diskusi hal hal apa yang sudah baik untuk dipertahankan, serta hal hal apa yang masih harus ditingkatkan. 5. Tim fasilitator menyampaikan beberapa hal kunci mengenai pelaksanaan simulasi di lapangan. 6. Fasilitator memberikan penjelasan bahwa : pengalaman, jam terbang, akan membuat kita semua semakin memahami dan matang dalam melaksanakan kegiatan fasilitasi
SESSI 16
TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
PEMBULATAN LOKALATIH RKTL POST TEST EVALUASI AKHIR PENUTUPAN Peserta mendapatkan kesimpulan umum terhadap materi pelatihan 2. Peserta mempunyai RKTL 3. Peserta mengerti pencapaian lokakarya saat itu : 1. Diskusi dan tanya jawab 2. Penugasan 3. Upacara seremonial : 120 menit : 1. Kain rekat 2. Metaplan 3. Spidol 4. Selotif 5. Roadmaping pelaksanaan kebijakan 6. Format RKTL 7. Lembar postest 8. Kertas dot 9. Sambutan penutupan lokakarya :
: 1. 2. 3. 4. 5. : 1.
Pembulatan 1. Fasililitator menjelaskan pentingnya melakukan pembulatan materi pelatihan 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya tentang pengalaman, pengetahuan, keterampilan yang diperolehnya selama loka latih ini. Pendapat peserta ditulis di metaplan lalu ditempelkan di kain rekat 3. Fasilitator menambahkan hal hal yang terlupakan oleh peserta. Untuk kemudian fasilitator merangkainya menjadi sebuah kesatuan yang utuh : dasar dasar fasilitasi. 4. Fasilitator kemudian mengajak peserta membandingkannya dengan alur lokakarya yang dijelaskan diawal lokalatih.
RKTL 1. Fasilitator mengingatkan kembali tentang roud maping pelaksanaan kebijakan di daerah, serta langkah langkah fasilitasi yang harus dilakukan 2. Fasilitator membagi peserta kedalam propinsinya masing masing. 3. Peserta dengan propinsinya masing menyusun RKTL sesuai dengan ketersediaan dana tahun ini, serta sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan kebijakan selanjutnya di
daerahnya masing masing; misal : propinsi mengadakan TOT, WASPOLA dan Pokja AMPL Pusat sebagai nara sumber. 4. Satu copy rencana kerja diserahkan kepada fasilitator untuk kepentingan monitoring dan evaluasi
POST TEST 1. Fasilitator menjelaskan pentingnya dilaksanakan post test, sebagaimana yang telah dilakukan pada saat pre-test 2. Fasilitator memberikan kesempatan untuk melakukan pengisian kembali kain rekat post test :
Teknik komunikasi
Etika fasilitator
Media fasilitasi
EVALUASI AKHIR Selepas post test, peserta diajak untuk melakukan evaluasi akhir lokakarya dengan menggunakan format evaluasi akhir
PENUTUPAN Sambutan Pokja AMPL Pusat dengan penekanan pentingnya aplikasi dilapangan untuk menggunakan keterampilan dasar fasilitasi dalam rangka operasionalisasi kebijakan AMPL berbasis masyarakat Note: Perlu penekanan bahwa yang paling penting hasil lokakarya ini bukan ditentukan hanya didalam kelas ini tetapi bagaimana penerapannya di daerah masing-masing
Juni 06
Agst 06
Sept 06
Tr-3
Lokalatih Penyusunan Renstra AMPL
WS-1
Lokakarya Daerah Identifikasi Isu dan Permasalahan AMPL
a. Renc. Kerja
b. Pemb. Pokja
c. Kajian Lapang
d. Dialog Tematik
e. Kajian Data
Okt 06 Tr-5
Nov 06 Tr-6
Des 06
Jan 07
Feb 07
Lokakarya Nasional Konsolidasi & Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan
Maret 07
WS-2
Lok. Daerah Strategi Pembangunan AMPL
Pelatihan CLTS
Rakornas-2
WS-3
Lokakarya Akhir Review Hasil Pelaksanaan Kebijakan
Tr-7
KETERANGAN
TR-1 WS-1 Lokakarya ini dirancang untuk memahami secara komprehensif pokok-pokok kebijakan dan strategi operasionalisasinya di tingkat daerah.Hasil lokakarya ini adalah kesamaan persepsi terhadap setiap pokok kebijakan, proses operasionalisasi di semua level, tantangan dan upaya yang perlu dilakukan serta dukungan yang diperlukan. Lokakarya ini dirancang untuk bersama-sama melakukan identifikasi isu dan permasalahan keberlanjutan AMPL di masing-masing kabupaten/kota sebagai pertimbangan dalam pengembangan strategi dan rencana kerja. Keluaran lokakarya adalah RENCANA KERJA untuk; pembentukan kelompok kerja, kajian langan mengenai keberlanjutan proyek AMPL, dialog tematik untuk menggali masukan dari berbagai pihak mengenai keberlanjutan AMPL, pengembangan sistem informasi dan data AMPL Pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu daerah dalam meningkatkan keterampilan dasar fasilitasi kebijakan bagi pokja AMPL propinsi dan kabupaten. Hasil dari pelatihan ini adalah kesiapan kelompok kerja AMPL daerah dalam memfasilitasi pelaksanaan kebijakan Pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu peserta dalam memahami aplikasi metodologi asesmen partisipatif sebagai bekal dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi dalam pembangunan AMPL berbasis masyarakat Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis dalam penyusunan rencana strategis pembangunan AMPL. Lokakarya ini sebagai kelanjutan dari pelatihan penyusunan rencana strategis AMPL. Dilaksanakan di masing-masing kabupaten mengundang semua pihak terkait bersama-sama melakukan identifikasi terhadap isu dan permasalahan pembangunan AMPL yang telah diperoleh dari hasil kajian lapangan, dialog tematik dan kajian data. Keluaran dari lokakarya ini adalah rencana tindak penyusunan strategi pembangunan AMPL daerah yang akan diselesaikan lebih kurang 3-6 bulan berikutnya. Pertemuan ini ditujukan untuk melakukan review terhadap pelaksanaan kebijakan di daerah dilaksanakan secara regional wilayah timur dan barat diikuti oleh kelompok kerja Pusat dan perwakilan dari masing-masing propinsi dan kabupaten Pelatihan ini dirancang untuk memberikan keterampilan teknis dalam melakukan pemicuan terhadap perubahan perilaku BAB di sembarang tempat tanpa subsidi. Aplikasi dari metodologi ini masyarakat akan sadar untuk merubah kebiasaan BAB disembarang tempat Lokakarya ini dirancang untuk melakukan konsolidasi hasil pelaksanaan kebijakan di daerah, draf strategi dan rencana kerja pembangunan AMPL dipresentasikan kepada publik untuk mendapatkan masukan dan tanggapan dari berbagai pihak untuk disempurnakan sebelun diproses lebih lanjut dalam bentuk regulasi Lokakarya ini dirancang untuk melakukan konsolidasi terhadap keseluruhan pelaksanaan kebijakan di daerah dihadiri oleh seluruh perwakilan propinsi dan kabupaten. Hasil lokakarya ini berupa masukan bagi Pemerintah pusat dalam rangka pengembangan strategi diseminasi kebijakan pada tahap selanjutnya.
TEMPAT
Anyer Surabaya Kabupaten/ Kota Semarang, Denpasar Yogyakarta Mataram Padang Makasar Kabupaten/ Kota Bandung Makasar Pangkalpinang Gorontalo Kabupaten/ Kota TBN
PESERTA
2-3 orag setiap daerah 40 orang setiap kabupaten/kota 2-3 orang setiap daerah 2 3 orang setiap daerah 2-3 orang setiap daerah 40 orang setiap kabupaten/kota 2-3 orag setiap daerah 2 3 orang setiap daerah 40 orang setiap daerah 2-3 orang setiap daerah
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
PROSES TABULASI a. Pindahkan isi format evaluasi ke dalam format rekap hasil evaluasi kolom 4, 6, 8, 10, 12 b. Isi kolom 5, 7, 9, 11, 13 dengan mengalikan nilai score dengan nilai pada kolom 4, 6, 8, 10, 12 c. Isi kolom 14 dengan cara menjumlahkan isi pada kolom 5, 7, 9, 11 dan 13 d. Isi kolom 15 dengan cara membagi isi kolom 14 dengan jumlah peserta/suara pada kolom 3 e. Isi kolom 16 dengan cara berikut : Kolom (15)/5 x 100 % f. Komentar dan saran ditulis pada kertas tersendiri.
Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahap Kedua (WASPOLA-2) dilaksanakan di bawah Pimpinan Pemerintah Indonesia, melalui Kelompok Kerja lintas departemen yang diketuai oleh BAPPENAS, dengan mayoritas dana hibah dari Pemerintah Australia melalui AusAID, dan dukungan langsung Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP) atas nama AusAID dan Bank Dunia.
A. PENGANTAR
Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat telah dilaksanakan di 4 kabupaten pada tahun 2002/2003; 7 kabupaten di 7 propinsi pada tahun 2004; 21 kabupaten/kota di 7 propinsi pada tahun 2005; dan ditahun 2006 ini dilaksanakan di 24 kabupaten/kota di 9 propinsi lokasi WASPOLA. Ditambah dengan 8 kabupaten pada 4 propinsi lokasi proyek CWSH. Kebijakan nasional ini telah disosialisasikan pula di berbagai forum pertemuan nasional dan dipublikasikan ke pemerintah daerah di seluruh Indonesia melalui berbagai macam media termasuk majalah Percik. Untuk efektifitas kesinambungan, pencapaian sasaran yang tepat dan terarah di daerah dalam rangka operasionalisasi kebijakan nasional, perlu upaya-upaya penting antara lain; Pemahaman substansi kebijakan nasional yang minimal harus dikuasai oleh stake holder daerah, Pemberdayaan peran stake holder daerah agar mampu melakukan diseminasi kebijakan Penyusunan rencana kerja diseminasi kebijakan di masing-masing daerah. Karena itu, kapasitas Kelompok Kerja AMPL Daerah dan segenap multi stake holder penting dan mendesak untuk ditingkatkan. Dengan harapan layanan AMPL 2015 dapat tercapai dan berkelanjutan. Atas dasar itulah, tulisan : MENGELOLA KEGIATAN FASILITASI DALAM RANGKA PENINGKATAN KAPASITAS dapat dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan layanan AMPL yang berkelanjutan.
B. PENGEMBANGAN KAPASITAS
1. Kapasitas (kemampuan)
Pencapaian tujuan secara efektif dan efisien sangat tergantung pada kapasitas (kemampuan) individu dalam sebuah organisasi atau sistem dalam memainkan fungsifungsinya. Seperti fungsi memformulasikan kerangka kerja yang berkesinambungan, melakukan adaptasi terhadap perkembangan dan tuntutan masyarakat.
menggerakkan perubahan individu, kelompok, organisasi dan sistem secara berjenjang, kearah peningkatan kemampuan diri individu dan organisasi sehingga tanggap terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang terus menerus mengalami perubahan. (Morrison 2001). Dengan demikian, pengembangan kapasitas adalah menciptakan organisasi pembelajaran (learning organisation). Pengembangan kapasitas bersifat spesifik terhadap tugas. Pengembangan kapasitas harus disesuaikan dengan situasi yang khusus yang sedang melingkupi individu, organisasi maupun sistem (Milen 2001). Pengembangan kapasitas terdiri atas fase-fase pengkajian, perumusan strategi, pelaksanaan tindakantindakan, pemantauan dan evaluasi, yang berkaitan secara erat satu sama yang lainnya walaupun tidak harus terjadi dalam urutan yang linier (Milen 2001). Pengembangan kapasitas harus melingkupi tingkatan yang berbeda, seperti tingkatan individu, tingkatan kelembagaan (organisasi), dan tingkatan system (UNDP 1998). Pengembangan kapasitas dapat didefinisikan sebagai suatu proses peningkatan kemampuan individu, kelompok, organisasi, atau masyarakat agar mampu (i) menganalisa lingkungannya, (ii) mengidentifikasi masalah, kebutuhan, isu dan kesempatan, (iii) merumuskan strategi pengatasan masalah, isu dan kebutuhan, dan menggunakannya pada kesempatan yang tepat, (iv) merancang rencana aksi, dan (v) mengumpulkan dan efektif menggunakan sumberdaya yang terus menerus mampu mengawasi dan mengevaluasi rencana aksi tersebut, serta (vi) menggunakan umpan balik sebagai proses pembelajaran (ACBF 2001).
Skema berikut ini, menggambarkan pengembangan kapasitas yang efektif dan berkelanjutan yang berlangsung dalam tiga tingkatan :
Tingkatan Individu
Tingkatan Organisasi
Hubungan yang positif antar unsur tata pemerintahan (Masyarakat, Pemerintah, LSM, Swasta, Kelompok Profesi, Perguruan Tinggi, dll)
Tingkatan Sistem
Tingkatan sistem, yakni kerangka peraturan, kebijakan dan faktor lingkungan yang mendukung atau menghambat pencapaian tujuan kebijakan tertentu. Tingkatan kelembagaan/badan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, tata cara dan mekanisme kerja, perangkat pengelolaan, hubungan dan jaringan antar organisasi. Tingkatan individu, menyangkut kemampuan dan kualifikasi individu dalam organisasi, meliputi pengetahuan, sikap, etos kerja dan motivasi.
oleh lembaga atau anggotanya dalam rangka meningkatkan kemampuan daya saingnya. Sekretariat Daerah misalnya, sebagai satuan utama dari pemerintah daerah tentu membutuhkan pengembangan kapasitas. Demikian pula kelompok-kelompok masyarakat seperti kelompok pemakai air, kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok industri kecil, kelompok pengusaha, kelompok masyarakat kehutanan, kelompok profesi, atau lembaga swadaya masyarakat daerah juga perlu memperkuat kapasitasnya agar tanggap terhadap tata pemerintahan daerah. Jika dirumuskan dalam satu kerangka, pengembangan kapasitas nampak saling melengkapi satu sama lain guna memperoleh sumberdaya yang benar-benar utuh.
Menetapkan ruang lingkup dan tujuan rencana pengembangan kapasitas, Mengidentifikasi tingkat kemampuan individu, organisasi atau lembaga Mengenali kendala dan hambatan individu, organisasi atau lembaga dalam mencapai kebutuhan kapasitas yang diharapkan, Menetapkan kebutuhan untuk perbaikan berdasarkan hasil analisis diatas, Menyusus kisi-kisi dan pertanyaan-pertanyaan kritis/kunci sebagai panduan pengumpulan informasi yang dibutuhkan.
Perumusan rencana tindakan peningkatan kemampuan
10.2
Identifikasi semua kebutuhan peningkatan kapasitas Sebutkan semua dukungan dari luar (misalnya tenaga ahli, fasilitator, atau dukungan politis misalnya persetujuan pimpinan) Tentukan skala prioritas berdasarkan dampak positif yang dapat ditimbulkan dan ketersediaan sumberdaya (dana, waktu, alat, tenaga, dll) Tentukan mekanisme kerjasama dengan pihak lain (stakeholder) Susunlah rencana kegiatan berdasarkan ketersediaan sumberdaya pendukung.
Evaluasi dan perencanaan ulang
10.3
Menetapkan dan mendefinisikan indikatorindikator keberhasilan peningkatan kemampuan dari sisi peningkatan kinerja, derajat manfaat dan kesinambungan, Menentukan pihak-pihak yang terlibat dalam proses evaluasi, Melaksanakan evaluasi yang partisipatif, Mencatat semua temuan positif dan negatif yang relevan dengan upaya peningkatan kapasitas. Manfaatkan temuan tersebut untuk perbaikan kegiatan peningkatan kapasitas.
No.
1 2 3
Gagasan
Tujuan peningkatan kapasitas Ruang lingkup Persoalan yang dihadapi oleh individu, organisasi dan sistem
Pertanyaan kritis
Untuk apa dilakukan peningkatan kapasitas? Sampai sejauh mana peningkatan kapasitas akan dicapai? Siapa saja individu yang akan ditingkatkan kapasitasnya? Bagaimana kemampuan kita menjalankan tugas dengan baik dan lancar? Apakah mampu mencapai target kerja tepat waktu? Apakah organisasi dapat berjalan dengan baik? Apakah lingkungan sosial (working environment) cukup mendukung dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan? Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi kendala dan permasalahan tersebut? Apakah kemampuan kita saat ini dapat untuk mengatasi masalah tersebut?
Prioritas kegiatan
No.
8
Gagasan
Menentukan dan mendefinisikan indikator-indikator Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam proses evaluasi
Pertanyaan Kritis
Apa buktinya kalau kegiatan pengembangan kapasitas cukup berhasil? Informasi apa yang diperlukan untuk mengetahui keberhasilan tersebut? Siapa saja yang dapat mengetahui hasil dari pengembangan kapasitas? Siapa yang dapat merasakan dampak dari peningkatan kapasitas?
C. FASILITATOR
Agar individu termotivasi atau terdorong bekerja, termasuk Pokja AMPL dalam mengoperasionalkan kebijakan nasional orang lain yang berperan mempermudah telah ditetapkan. Orang lain ini kemudian fasilitator. sehingga dapat optimal mendiseminasikan dan AMPL-BM. Diperlukan pencapaian tujuan yang dikenal dengan sebutan
1. PENGERTIAN FASILITATOR
Dalam konteks AMPL-BM, fasilitator adalah sosok pribadi atau lembaga yang ikut serta dalam proses menumbuh kembangkan keterampilan semua stakeholder mengoperasionalkan kebijakan nasional AMPL-BM dan mengimplementasikan pembangunan sarana Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat. Syarat utama fasilitator adalah kesediaan untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik diantara sesama anggota tim fasilitator, apabila lembaga atau team bertugas menjadi fasilitator. Memfasilitasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator dan mitra kerjanya, dalam rangka merubah pengetahuan, keterampilan, dan sikap pihak yang difasilitasi kearah yang lebih baik. Dengan harapan tumbuh dan berkembangnya keswadaya dan kemandirian dalam kerangka pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat secara berkelanjutan.
Ciri khas fasilitator dapat dilihat dari kepribadiannya, sikap, dan perilaku. Disamping itu dapat dilihat dari kecakapan/keterampilan melaksanakan fasilitasi. Karena dengan ciri itu semua, maka suasana, arah dan kelancaran fasilitasi lebih terjamin mencapai sasarannya. Sikap-sikap yang perlu dimiliki oleh fasilitator antara lain :
Keterangan
Aspek utama partisipatori adalah proses saling belajar. Jika kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, berarti kita telah mengambil alih kesempatan belajar.
Kegiatan partisipatori menekankan warga belajar adalah subyek, kita lebih banyak menjadi pemerhati dan pendengar. Hanya dengan memberi kesempatan agar peserta aktif, pengalihan peran dari pemandu kepada warga belajar dapat dilakukan sedikit demi sedikit. Pengetahuan dan pengalaman warga belajar merupakan sumber belajar utama yang dihargai. Penghargaan itu bukan hanya secara pribadi orang per orang, namun juga secara kelompok. Jangan membangun kesan bahwa kita lebih tahu. Fasilitator dalam program partisipatoris harus memiliki spirit mau belajar dari orang lain dan daerahnya. Seperti, adat istiadat, tata nilai, dan kearifan tradisional, teknologi lokal, serta semua hal yang dimiliki peserta. Kerja sama tidak terbangun, apabila kita tidak mau belajar dari mereka. Mengembangkan sikap kesederajatan agar diterima sebagai teman atau mitra, sehingga memudahkan kita membangun komunikasi yang konstruktif dan menghindari adanya benteng perbedaan antara fasilitator dan peserta. Hubungan dengan peserta sebaiknya dilakukan dengan informal, akrab, dan santai, sehingga tercipta suasana setara. Suasana gembira dan penuh homur akan sangat membantu menciptakan keakraban ini. Meskipun di dalam suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya menunjukan kesungguhan di dalam bekerja, tetapi tidak menggurui. Dengan demikian, peserta akan menghargainya. Penghargaan ini juga akan diberikan apabila kita memiliki wawasan yang cukup tentang fasilitasi, maupun program yang sedang diusung. Di tengah proses fasilitasi seringkali terjadi pertentangan pendapat. Kita tidak boleh menilai dan mengeritik semua pendapat, juga tidak boleh bersikap memihak. Secara netral kita berusaha memfasilitasi lalu lintas komunikasi perbedaan pendapat, untuk bersama mencari jalan keluarnya. Sebagai fasilitator, perlu membangun suasana terbuka agar rasa enggan, malu, bahkan takut, dapat dihilangkan sehingga peserta bersedia menyampaikan realita. Rasa percaya kepada fasilitator perlu ditumbuhkan. Namun juga jangan ragu, untuk melempar pertanyaan ke peserta lain apabila memang fasilitator tidak bisa menjawab. Sehingga dipahami bahwa semua orang masih perlu selalu belajar. Seorang fasilitator sebaiknya selalu membangun suasana positif. Artinya kita mengajak untuk mengenali potensi-potensi yang dimiliki, bukan sebaliknya mengeluh kelemahan yang dimiliki. Perlu diingat, potensi terbesar perubahan kearah yang lebih baik ada pada kemauan manusia itu sendiri untuk berubah.
Mau belajar
Bersikap sederajat
Tidak menggurui
Bersikap terbuka
Bersikap positif
Ada pendapat bahwa kemajuan suatu kelompok kerja tidak diukur menurut banyaknya pertemuan, melainkan menurut eratnya pertautan hati dan jiwa antar anggotanya. Dengan kata lain sebagai fasilitator perlu membangun emphaty dengan harapan dapat tercipta suasana kondusif dan kesediaan untuk berpartisipasi. Untuk itu, fasilitator harus berusaha menghindari tindakan-tindakan yang merusak, seperti :
a. Bersikap agresif, dengan mengecam dan menyerang dengan kata, sikap dan tindakan. b. Bersikap menghambat dengan bermalas-malasan, berdebat secara bertele-tele, membicarakan hal di luar pokok permasalahan, dsb. c. Bersikap bersaing negatif : mau menonjolkan diri, mengalahkan orang lain. d. Bersikap mengacau dengan melucu secara tidak tepat waktu dan tempat, memotong pembicaraan orang lain tanpa perlu, dsb.
e. Bersikap pasip dan tidak ambil bagian dalam kebersamaan kelompok, acuh tak acuh, pasip, tidak bersedia menerima tanggung jawab.
Dengan mempelajari hal-hal diatas, maka dapat diperoleh berbagai macam sebutan peran untuk faslilitator seperti : motivator, inspirator, dinamisator, komunikator, katalisator, negosiator dsb.
Fungsi pengawasan (supervising): fasilitator tidak terkait dengan pekerjaan operasional. Kelanjutan hasil fasilitasi ditangani dan dikembangkan oleh kelompok kerja itu sendiri, fasilitator hanya memberikan arahan dan ramburambunya. Fungsi konseling : yakni fasilitator lebih mengarahkan peran dan perhatiannya pada suatu permasalahan atau perencanaan. Fasilitator berperan sebagai second opinion, memberi saran alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi oleh kelompok kerja. Fasilitator memberikan kelancaran dan kemudahan untuk berkembang, namun bukan pengambil keputusan. Akan tetapi fasilitator dapat juga berperan sebagai inspirator. Fungsi pengembangan SDM : yakni peningkatan kualitas SDM menjadi sasaran fasilitasi dalam konteks implementasi kegiatan yang sesungguhnya. Dalam rangka ini fasilitator senantiasa harus meningkatkan kapabilitasnya sendiri dengan cara membaca, belajar, kursus atau lainnya sehingga dapat mengikuti kebutuhan dan perkembangan kelompok kerja yang difasilitasinya.
POSITIF Rencana Jelas Dipersiapkan dan terorganisir dengan baik Bergerak cepat tanpa tergesa-gesa Bersahabat, senyum, bersemangat, panggil nama, humor, suasana rileks Yakin akan dirinya sendiri Pandangan yang baik pada setiap orang, termasuk ketika menggunakan flipchart Membuat gerakan yang baik terhadap orang relaks gunakan tangan secara efektif Keras, jelas, tidak terlalu cepat, bervariasi. Pertanyaan yang jelas, buat pertanyaan untuk seluruh kelompok, kemudian setelah beberapa saat arahkan kepada individu Lanjutkan dengan probing untuk menggali informasi lebih banyak dan mengklarifikasi. Libatkan semua anggota kelompok kerja, buat lingkaran dan dapatkan pendapat dari setiap orang. Lemparkan kembali pertanyaan kepada kelompok Tugas yang jelas chek pemahaman. Secara fisik terbagi dalam kelompok kerja Mengamati partisipasi yang rendah dan mengajak yang diam. Beri semangat untuk membangunkan orang Mendengar dengan baik, mengulang banyak poin membantu memahami Menunjukan gambar secara sistematis sehingga semua orang melihatnya; letakkan gambar dilantai dan mengajak setiap orang untuk berpartisipasi Menyimpulkan dan mengklarifikasi poin-poin. Beri fokus yang jelas pada setiap topik Menghubungkan antara topik/ide dengan baik Tulis dengan jelas dan cukup besar, Fasilitator harus cek bahwa poin-point telah di catat dengan benar Pencatat membantu fasilitator jika ia keluar jalur atau pada saat mengklarifikasikan poinpoin.
NEGATIF Tidak dipersiapkan, seperti berita tidak siap untuk dicatat Melangkah perlahan-lahan tidak ada momentum Lemah dalam usaha mencairkan suasana kaku Lemah, emosional Hanya memandang orang tertentu, hanya melihat pada flipchart Lemah, berdiri sebagai patung, penggunaan tangan merusak perhatian Lemah/terlalu pelan, butuh proyeksi suara Pertanyaan tidak jelas, Pertanyaan diarahkan langsung kepada individu, Pertanyaan terlalu tergesa-gesa / kasar. Tidak ada pertanyaan lanjutan menerima segalanya tanpa mengecek ulang. Hanya melibatkan sebagian dari kelompok. Tidak ada usaha untuk mengajak partisipasi
Membentuk kelompok kerja Ciptakan suasana untuk menguji dan memperoleh tanggapan Mendengar dan mengulang jawaban Penggunaan gambar-gambar
Instruksi untuk tugas tidak jelas, tidak mencoba mengklarifikasi orang jadi bingung Orang tidak diperhatikan dan berbicara hal lain tidak ada usaha untuk menghentikan hal tersebut Tidak ada pengulangan, jadi beberapa point hilang / tidak dimengerti Mengontrol sendiri gambar sehingga tidak ada rasa memiliki oleh peserta harus membiarkan peserta untuk membuat tugas dengan gambar yang ada Tidak ada processing membiarkan sederetan daftar point yang panjang dalam flipchart Tidak ada hubungan selalu lompat ke topik berikut Kecil, tulisan tangan yang jelek, Men-catat terlalu lambat menulis kalimat yang panjang, tidak ada kata kunci. Kerjasama team yang kurang ketika fasilitator dalam masalah/kesulitan tidak ada usaha untuk membantunya.
Anda dapat membantu meningkatkan peran perempuan dan warga miskin dengan cara : Undangan pertemuan untuk orang miskin yang biasanya buta huruf disampaikan lewat pengeras suara atau datang langsung ke rumahnya. Waktu pertemuan disesuaikan dengan waktu yang tepat bagi mereka, Tempat pertemuan disesuaikan dengan kemudahan bagi mereka untuk bersedia datang. Misalnya tidak di Balai Desa tetapi di sekitar tempat tinggal mereka. Membuka peluang seluas-luasnya agar mereka menyampaikan pendapat dan pertanyaan, Sebagai fasilitator, kita terkadang melupakan peran kaum perempuan dan warga miskin padahal mereka adalah sasaran utama dalam program AMPL yang paling terkena dampak buruk pembangunan yang tidak berwawasan perempuan dan berpihak warga miskin. Karena anggapan yang salah pada diri kita bahwa mereka bodoh, cukup diberi dan dibangunkan sarana tanpa dihargai sebagai manusia yang bisa berfikir dan berpendapat. Sehingga mereka tidak dilibatkan secara penuh.
masyarakat dapat berpartisipasi secara setara untuk menghasilkan pengembangan kepribadian dan perbaikan untuk semua.
E. Petunjuk Umum untuk Semua Kegiatan a. Siapkan semua bahan-bahan (material) lokakarya atau lokalatih sebelum kegiatan dimulai b. Semua bahan harus berukuran cukup besar, seperti metaplan, agar bisa mudah dilihat oleh semua peserta. c. Usahakan untuk membatasi jumlah peserta tidak lebih dari 40 orang. d. Usahakan agar sesama peserta dapat berbicara dengan mudah, sedapat mungkin duduk melingkar atau dalam bentuk tapal kuda, e. Mulailah sesi dengan kegiatan pemanasan, misalnya permainan atau nyanyian. f. Baca dan laksanakan kegiatan langkah demi langkah serta ikuti petunjuk dengan seksama. g. Sewaktu memfasilitasi perhatikan kebutuhan-kebutuhan peserta. Waktu yang diberikan hanyalah bersifat perkiraan. h. Pada waktu memberikan tugas kepada peserta pakailah bahasa dan istilah yang mudah dimengerti. i. Hargailah masukan-masukan yang disampaikan peserta dan hargai masukan itu. j. Fasilitasi mereka tapi jangan mengarahkan. k. Usahakan untuk memberi dorongan agar tercapai partisipasi aktif dari setiap anggota kelompok. Hati-hati jangan sampai mengeluarkan komentar yang bernada kritik. l. Pertimbangkan tingkat kemampuan baca tulis kelompok peserta, dan upayakan agar mereka bisa membuat catatan atas apa yang sudah dibicarakan dan disepakati. m. Usahakan agar kelompok bisa menyimpan catatan mereka di tempat yang aman. n. Pada akhir suatu kegiatan mintalah peserta untuk memberikan evaluasinya, hal-hal apa yang mereka anggap sebagai tambahan pengetahuan atau pengalaman baru, hal-hal apa yang mereka sukai, serta hal-hal apa yang tidak mereka sukai. o. Sehabis suatu sesi berilah ucapan selamat kepada semua anggota atas usaha-usaha mereka dan berilah uraian singkat apa yang akan dibicarakan dalam sesi yang berikutnya. p. Pada awal pertemuan baru, mintalah kelompok untuk meninjau atas apa yang telah mereka capai sejauh ini dan keputusan-keputusan apa yang telah mereka ambil dan sepakati.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan memfasilitasi meliputi perencanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan fasilitasi. Berarti keterampilan lain yang perlu dikuasai penyusunan perencanaan, dan melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Perencanaan
Perencanaan adalah proses menyusun tindakan aksi yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu. Perencanaan mencakup perencanaan di tingkat kelompok yang difasilitasi, maupun di tingkat lembaga fasilitator bekerja, seperti merancang materi fasilitasi. Perlu diperhatikan bahwa, rancangan fasilitasi harus didasarkan pada kebutuhan lapangan atau kebutuhan kelompok sasaran yang difasilitasi.
Monitoring
Monitoring adalah proses pengumpulan informasi kemajuan kegiatan proyek. Informasi dikumpulkan terus-menerus secara periodik, menelaah apakah kegiatan berjalan seperti yang telah direncanakan. Kegiatan monitoring akan mencatat : faktor-faktor pendorong dan penghambat kelompok sasaran itu berkembang, mendesain upaya fasilitasi lebih lanjut sebagai tindakan dari hasil monitoring, dsb. Monitoring di lapangan tidak saja bermanfaat untuk melaporkan perkembangan kelompok yang difasilitasi dalam artian formal, tetapi lebih jauh bagi kepentingan kegiatan memfasilitasi lebih lanjut.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi atau penilaian terhadap kelompok sasaran juga bagian dari kegiatan memfasilitasi. Berkenaan dengan evaluasi maka kita memerlukan sejumlah informasi yang berkaitan dengan kelompok yang kita fasilitasi, membandingkan atau mengukur data informasi awal dengan informasi akhir dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang telah disepakati sebelumnya. Kemudian dilakukan telaah, misalnya mengapa hal itu bisa berhasil dan mengapa pula tidak. Hasil evaluasi bermanfaat untuk penyusunan rencana tindak lanjut. Evaluasi menghasilkan sejumlah informasi untuk pengembangan program, penyelenggaraan fasilitasi dan penyempurnaan sistem laporan kegiatan memfasilitasi itu sendiri. Adalah penting bahwa evaluasi diselenggarakan secara rutin dengan cara yang dapat dipercaya dan obyektif. Jika tidak maka terjadi kekeliruan dalam mengambil kesimpulan. Perlu menjadi perhatian, sebenarnya kalau monitoring dapat dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten dari segi kaidah, prosedur, dan waktu (timeframe), maka akan mempermudah pelaksanaan evaluasinya.
Mendinamisasi, mendorong seluruh potensi elemen masyarakat menjadi kekuatan nyata Memotivasi, kemampuan untuk menumbuhkan semangat agar mau melakukan sesuatu Membina relasi, kemampuan untuk membangun jejaring Kemampuan komunikasi massa
Pengorganisir (organizer) Mengorganisir unsur-unsur didalam jejaring antar dinas, lembaga, ormas, forum, kelompok masyarakat, LSM, ikatan profesi, pelaku usaha untuk melakukan aksi kolektif pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Keterampilan kunci :
Mampu menggalang kerjasama, membina hubungan dengan unsur jejaring Memiliki gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi Memiliki kemampuan manajerial untuk mengelola kegiatan dalam jejaring
Fasilitator Memandu proses alih pengetahuan dan keterampilan dan memberi pencerahan baru kepada pemeran pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Keterampilan kunci : Memahami proses pembelajaran bagi orang dewasa. Memahami karakteristik dan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa Memiliki sikap dasar fasilitator
Mitra (partner)
Menjadi rekan sekerja yang mempunyai visi dan misi yang sama serta memiliki rasa kepedulian dalam mengembangkan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Keterampilan kunci :
Kemampuan Komunikasi interpersonal Mampu menjalin hubungan baik melalui pendekatan organisatoris maupun individual
Mediator (liason) Menghubungkan masyarakat dan jejaringnya dengan sumber dan akses lain dalam mengembangkan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Misalnya dengan lembaga lain, LSM, donor, dan lain sebagainya. Keterampilan kunci :
Penasehat (advisor) Membantu masyarakat dan jejaringnya yang membutuhkan/meminta nasehat dan bantuan konsultantif dalam mengembangkan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Keterampilan kunci :
Kemampuan untuk menguasai isu pembangunan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat Kemampuan untuk memecahkan masalah Kemampuan komunikasi Kemampuan untuk memberikan rekomendasi
Air
Minum
dan
Advocate Mendukung upaya masyarakat dan jejaringnya untuk mengakses perubahan kebijakan dalam mengembangkan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Keterampilan kunci :
Kemampuan untuk menganalisis data dan informasi Kemampaun untuk memetakan pusat kebijakan Kemampuan untuk meyakinkan dan mempengaruhi orang Kemampuan untuk menemukan landasan hukum dan kebijakan
Penggalang Dana ( Fund Raiser ) Mendukung upaya bersama untuk mendanai inisiatif kegiatan di masyarakat untuk mempromosikan pesan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Keterampilan kunci :
Kemampuan untuk penggalangan dana, termasuk mencari peluang sumber pendanaan Kemampuan pengelolaan dana Kemampuan untuk menganalisa kelayakan usulan kegiatan
Penjual (marketer) Berbagi pengalaman dengan pihak lain guna replikasi dan perluasan informasi sosial dalam mengembangkan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Keterampilan kunci :
Kemampuan untuk menjual isu program Kemampuan untuk menetapkan penerima manfaat Kemampuan untuk menganalisa dan mempresentasikan manfaat program
Negosiator Mendukung upaya masyarakat dan jejaringnya agar semua fihak yang berkepentingan dapat berperan dan berfungsi sesuai dengan tanggung jawabnya tupoksinya, dalam mengembangkan pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Keterampilan kunci :
Kemampuan untuk meyakinkan bahwa program pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat penting dalam konteks pengentasan kemiskinan Kemampuan untuk menganalisa dan menetapkan pembagian peran dan fungsi sesuai dengan tupoksinya Kemampuan untuk menetapkan kontribusi sesuai dengan tupoksinya
Kunci Sukses Fasilitasi Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat
Bekerja secara tim, dengan kesiapan untuk berbagi peran dan tanggung jawab sesuai bakat, keahlian dan kontribusi yang mungkin dilakukan, sesuai dengan sumber daya yang dimiliki masing-masing dan mengacu pada sepuluh peran dan keterampilan kunci
Untuk itu, para reformis pendidikan memperkenalkan konsep baru dalam pembelajaran orang dewasa yang kemudian kita kenal sebagai Pendidikan Orang Dewasa, atau Andragogi. Konsep pendidikan ini secara rinci akan dijelaskan lebih lanjut pada butir D.3.
2. SEKILAS TENTANG PARTISIPATIF Kata partisipasi sudah lebih dari satu dasawarsa menjadi kata kunci dalam bahasa pembangunan, namun dalam implementasinya pembangunan yang diterapkan masih berwarna sentralistis dan keterlibatan masyarakat cenderung hanya sebagai konsep diatas kertas dan dalam tataran wacana. Pembangunan partisipatif dalam kerangka pemberdayaan masyarakat merupakan satu kebutuhan, dengan memposisikan masyarakat sebagai subyek (pelaku) bukannya sebagai obyek pembangunan. Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat tersebut, peran pemerintah yang selama ini memposisikan diri sebagai pelaku dan penggerak pembangunan harus mereposisi dan meredefinisi tugasnya menjadi fasilitator dalam pelayanan umum (public service). Pengertian Partisipasi Pada saat ini, konsep partisipasi dimaknai sebagai masyarakat memainkan peran aktif untuk mengurus kehidupan mereka sendiri dengan cara berbagi kekuasaan dalam melaksanakan kegiatan politik dan administratif. Partisipasi mempunyai bermacam-macam pengertian tergantung dari sudut pandang melihatnya, oleh sebab itu berdasarkan sudut pandang :
1. Politik : partisipasi berarti memberikan kekuasaan kepada masyarakat untuk mengambil keputusan secara otonom. 2. Teknis : partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat didalam setiap tahapan kegiatan (Perencanaan, Pelaksanaan, Pemanfaatan Hasil, Monitoring dan Evaluasi.)
Pembangunan yang berwawasan partisipasi pada umumnya berhubungan dengan kelompok masyarakat yang tertinggal dari pembangunan. Kelompok ini biasanya tinggal di wilayah pedesaan, terpencil, dan miskin. Untuk mendorong terjadinya partisipasi secara total, digunakan kredo seperti berikut :
Belajar Dari Mereka. Merencanakan Bersama Mereka. Bekerja dengan Mereka. Mulai dari yang Mereka Ketahui. Membangun dengan yang Mereka Punyai. Mengajar berdasarkan Teladan. Bukannya pernik-pernik tetapi Pola. Bukan Rombengan tetapi Sistem. Bukan untuk Menyesuaikan tetapi untuk Mengubah. Bukan Bantuan tetapi Pembebasan.
1. Berbagi Biaya Proyek : masyarakat memberikan kontribusi berupa uang, tenaga kerja atau bahan/material lokal. 2. Meningkatkan Efisiensi Proyek : masyarakat ikut membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek. 3. Meningkatkan Efektivitas Proyek : masyarakat ikut memberikan pendapatnya dalam merancang dan melaksanakan proyek. 4. Meningkatkan Kemampuan Masyarakat : masyarakat ikut berperan dalam tugas-tugas manajemen dan tanggung jawab operasional. 5. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat : masyarakat diberi peluang andil dalam kekuasaan dan meningkatkan kesadaran politik dan mempengaruhi terciptanya manfaaat-manfaat pembangunan.
TIPOLOGI PARTISIPASI Berbagai macam pendapat tentang partisipasi mengindikasikan adanya kepentingankepentingan dari pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Bass, et.al (1995) merumuskan jenis-jenis partisipasi dalam beberapa tipologi. Tipologi ini disusun dengan mengacu pada pengamatannya atas proyek-proyek kehutanan. 1. Partisipasi Manipulatif
Partisipasi masyarakat ditunjukkan dengan penempatan wakil masyarakat dalam suatu lembaga resmi Namun wakil tersebut tidak dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan tidak memiliki kewenangan yang jelas Masyarakat diwakili oleh lembaga yang tidak punya akar di masyarakat yang tidak representatif. Masyarakat hanya menikmati hasil pembangunan, Pengelola proyek tidak menghiraukan komentar atau saran masyarakat, Sumber informasi yang dihargai oleh pengelola proyek hnaya yang berasal dari profesional. Masyarakat dimintai tanggapannya atas suatu hal. Pihak luar yang merumuskan permasalahan, mengumpulkan informasi dan melakukan analisis. Bentuk konsultasi tidak melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan Dan pihak luar tersebut pada dasarnya tidak berkompeten untuk mewakili pandangan masyarakat. Masyarakat berpartisipasi dengan cara memberikan kontribusi sumberdaya yang dimilikinya, misalnya dengan tenaga kerja untuk memperoleh imbalan makanan, uang tunai, maupun imbalan material lainnya. Masyarakat boleh terlibat dalam proses eksperimentasi dan pembelajaran.
2. Partisipasi Pasif
3. Partisipasi Konsultatif
Proses ini selama ini lazim disebut partisipasi. Namun masyarakat tidak mempunyai kemampuan melanjutkan kegiatan ketika imbalan dihentikan. Partisipasi masyarakat dipandang oleh pihak luar sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek, khususnya untuk mengurangi biaya. Masyarakat membentuk kelompok yang sesuai dengan tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya. Keterlibatan boleh jadi bersifat interaktif dan masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan, namun hal itu cenderung terjadi setelah keputusan pokoknya dibuat oleh pihak luar. Lebih buruk lagi, masyarakat lokal tetap sekedar dijadikan pelayan untuk merealisasikan tujuan-tujuan eksternal. Masyarakat berpartisipasi dalam tahapan analisis, pengembangan rencana kegiatan dan dalam pembentukan dan pemberdayaan institusi lokal. Partisipasi dipandang sebagai hak bukannya sebagai cara untuk mencapai tujuan proyek Proses tersebut melibatkan metodologi multidisiplin yang membutuhkan perspektif majemuk serta membutuhkan proses pembelajaran yang sistemik dan terstruktur. Masyarakat memegang kendali sepenuhnya atas keputusan lokal dan kebijakan pendayagunaan sumberdaya yang tersedia. Masyarakat memiliki kewenangan yang jelas untuk memelihara struktur dan kegiatannya. Masyarakat mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka membangun hubungan konsultatif dengan lembaga-lembaga eksternal mengenai masalah sumberdaya dan masalah teknikal yang mereka butuhkan tetapi tetap memegang kendali menyangkut pendayagunaan sumberdaya. Partisipasi seperti ini akan berkembang pesat jika pemerintah dan LSM menyediakan kerangka kerja pendukung. Partisipasi seperti ini ada kemungkinan akan mengganggu distribusi kekuasaan dan kesejahteraan aktual.
5. Partisipasi Fungsional
6. Partisipasi Interaktif
7. Mobilisasi Swakarsa
Kontinuum Partisipasi Partisipasi bisa dipandang sebagai cara dan tujuan untuk sebuah perubahan, karena partisipasi :
1. membangun ketrampilan dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan kegiatan dan memperbaiki taraf hidup. 2. berperan untuk terwujudnya kebijakan pembangunan dan penyelenggaraan proyek yang lebih baik.
Sebagai cara dan tujuan, maka pembangunan partisipasi itu sendiri berkembang bersama waktu atau lebih merupakan proses, sehingga tingkat partisipasi sebuah masyarakat bergerak dalam suatu kontinum.
Konsultasi Aktif
Membentuk Konsensus
Negosiasi utk terlibat dalam pembuatan keputusan dan membuat kesepakatan utk hal-hal tertentu
Berbagi wewenang dan tanggung jawab secara formal Kontrol penuh oleh Stakeholder
Hambatan untuk Berpartisipasi Sebagai sebuah proses perubahan masyarakat, maka membangun partisipasi dalam sebuah masyarakat bukanlah hal yang mudah. Beberapa hambatan yang sering muncul dalam mengembangkan suasana partisipatif dalam sebuah masyarakat adalah :
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Rasa rendah diri dihadapan penguasa. Ketakutan untuk mengungkapkan gagasannya dalam pertemuan kelompok. Rasa percaya diri yang rendah. Ketidakpercayaan kepada pemegang kekuasaan. Enggan mengambil risiko. Takut akan akibat ekonomis atau kehilangan peran sosial. Takut akan kritik untuk mengambil langkah-langkah diluar kebiasaan. Kubu-kubuan. Rasa tidak berdaya dan pasrah. Kurang pengalaman bekerja dalam kelompok. Kurang ketrampilan dalam perencanaan dan pemecahan masalah.
Refleksi Partisipasi Pemahaman tentang partisipasi antara orang satu dan lainnya berbeda, karena adanya perbedaan latar belakang individu dan kepentingan. Untuk mengetahui sejauh mana partisipasi dipahami, ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan:
1. Apakah yang dimaksud dengan partisipasi ? 2. Jenis partisipasi yang seperti apa yang diharapkan? Siapa yang berpartisipasi ? Laki-laki atau perempuan atau kedua-duanya? Apa bentuk partisipasinya ? Pada tingkatan mana? Peran apa yang diambil? Untuk kepentingan apa? 3. Siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari adanya proyek itu ? Dengan cara apa keuntungan diraih ? 4. Apa yang perlu dilakukan agar proses partisipasi itu bisa berlangsung? 5. Indikator apa (termasuk perilaku) yang bisa menggambarkan bahwa proses berlangsung efektif?.
3.
3.1 Perbedaan Andragogi dengan Pedagogi Istilah pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu paid berarti anak dan agogos berarti memimpin atau membimbing. Secara khusus, pedagogi diartikan sebagai ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak. Sedangkan istilah Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu andra berarti orang dewasa dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Maka dengan demikian andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar termasuk belajar bersama diantara semua fihak yang terlibat dalam sebuah kegiatan fasilitasi. Ada empat perbedaan mendasar antara andragogi dan pedagogi :
Citra Diri
Pengalaman
Pedagogi Warga belajar adalah anak anak yang tergantung pada orang lain. Guru mengarahkan murid, yang membangun sifat ketergantungan. Anak anak masih kurang pengalaman. Pendekatan proses pedagogi terjadi alih pengalaman dari guru ke murid. Guru yang memilih materi pelajaran serta kapan materi tersebut diajarkan Belajar merupakan proses mengumpulkan informasi yang akan digunakan kemudian hari.
Andragogi Warga belajar adalah orang dewasa mandiri dapat membuat keputusan untuk diri sendiri. Implikasinya pada hubungan fasilitator-peserta yang bersifat timbal balik dan saling membantu. Orang dewasa banyak pengalaman. Pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa dijadikan sumber belajar bersama. Warga belajar memutuskan apa yang akan dipelajari berdasarkan kebutuhannya. Belajar dipandang sebagai proses penemuan dan pemecahan masalah secara nyata pada masa kini untuk dimanfaatkan segera
Ahli pendidikan orang dewasa berkesimpulan bahwa peserta yang sedang melakukan proses belajar bersama memegang peranan utama dalam proses pendidikan orang dewasa.
3.2
DAUR PENDIDIKAN ORANG DEWASA Proses belajar bersama yang terjadi dalam Pengalaman sebuah pendekatan andragogi akan berjalan Nyata mengikuti daur belajar sebagai berikut :
3.3 PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA Pendidikan orang dewasa didasarkan pada asumsi-asumsi tentang orang dewasa, yang membawa implikasi pada prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa. 3.3.1 Orang dewasa mempunyai konsep diri Konsep diri pada anak adalah ketergantungan kepada pihak lain, hampir seluruh kehidupannya diatur oleh orang yang sudah dewasa. Sedangkan konsep diri orang dewasa adalah bahwa dirinya sudah mampu untuk mengatur dirinya sendiri (mandiri). Implikasi pada prinsip pembelajaran orang dewasa :
a. Iklim belajar perlu disesuaikan dengan rasa nyaman orang dewasa saling berbagi pengalaman seperti pengaturan ruangan, kursi, meja, lantai ruangan, dan sejenisnya. b. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya c. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya, menyusun kontrak belajar
d. Proses belajar mengajar adalah tanggung jawab bersama antara fasilitator dan peserta. e. Evaluasi belajar dalam proses belajar andragogik menggunakan cara mawas diri.
3.3.2 Orang dewasa mempunyai pengalaman Pengalaman bagi orang dewasa adalah pengalaman diri sendiri yang telah terstruktur. Sedangkan bagi anak-anak pengalamannya merupakan rangsangan yang berasal dari luar yang mempengaruhi dirinya dan bukan merupakan bagian yang terpadu dengan dirinya. Karenanya orang dewasa mampu merumuskan siapa dia, dan menciptakan identitas dirinya atas dasar seperangkat pengalamannya yang unik. Implikasi pada prinsip pembelajaran orang dewasa : a. Proses belajar lebih berorientasi pada menggali pengalaman mereka, melalui kelompok diskusi, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi, permainan peran, latihan praktek, dan lain sebagainya. b. Penekanan proses belajar pada aplikasi praktis. c. Penekanan tanggung jawab terhadap cara belajarnya sendiri melalui penemuan sendiri atau bagaimana belajar secara bersama dengan pertolongan temannya dan bukan berkompetisi dengan mereka dan bagaimana belajar dengan menganalisis pengalamannya sendiri. 3.3.3 Orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar Orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar. Penampilan orang dewasa dalam melaksanakan peranan sosialnya berubah sejalan dengan perubahan fase masa dewasa (awal, pertengahan, dan akhir), sehingga hal ini mengakibatkan pula perubahan dalam kesiapan belajar. Implikasi pada prinsip pembelajaran : a. Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan disusun berdasarkan urutan logis materi atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan. b. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok dengan anggota heterogen atau homogen.
Orang dewasa mempunyai pandangan untuk segera menerapkan perolehan belajarnya (Orientasi terhadap Belajar ) Dalam belajar, antara orang dewasa dengan anak-anak berbeda dalam perspektif waktunya. Anak-anak cenderung mempunyai perspektif untuk menunda aplikasi apa yang ia pelajari. Bagi anak-anak, pendidikan dipandang sebagai suatu proses penumpukan pengetahuan dan keterampilan, yang nantinya diharapkan akan bermanfaat dalam kehidupannya kelak. Sebaliknya bagi orang dewasa, mereka cenderung untuk mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu, pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah hidup yang ia hadapi. Implikasi pada prinsip pembelajaran a. Fasilitator bukan berperan sebagai guru, tetapi pemberi bantuan/pemandu kepada peserta. b. Kurikulum pendidikan orang dewasa berorientasi kepada masalah. c. Pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pada masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.
3.3.4
3.3.5 Orang dewasa dapat belajar Kemampuan belajar pada manusia akan menurun perlahan-lahan setelah mencapai usia 20 tahun, namun penurunan kemampuan itu hanya pada kecepatan belajarnya, bukan dalam intensitas intelektualnya, dikarenakan perubahan faktor fisiologik, seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga. Implikasi pada prinsip pembelajaran : Fasilitator perlu mendorong dan membantu peserta belajar (orang dewasa) untuk belajar sesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan tetapkan sendiri. 3.3.6 Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri orang dewasa Setiap warga belajar (orang dewasa) akan mengontrol langsung proses belajarnya sendiri dengan melibatkan semua potensi dirinya, termasuk potensi intelektual, emosi, dan fisiknya. Berorientasi pada proses pemenuhan kebutuhan applikatif dan pencapaian tujuan belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi antara dirinya dengan lingkungannya. Implikasi pada prinsip pembelajaran orang dewasa :
Perlunya penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta secara intensif di dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, merangsang dan melaksanakan kegiatan belajar, dan menilai proses, hasil, serta dampak belajarnya.
Dengan demikian pendidikan orang dewasa memiliki prinsip-prinsip :
1. Kegiatan pembelajaran orang dewasa didasarkan pada kebutuhan belajar. 2. Kegiatan pembelajaran orang dewasa direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. 3. Kegiatan pembelajaran orang dewasa berpusat pada warga belajar, didasarkan dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan warga belajar. 4. Kegiatan pembelajaran orang dewasa disusun dan dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang telah dipelajari serta pengalaman yang telah dimiliki oleh warga belajar.
Langkah-Langkah Proses Pembelajaran Bersifat Andragogi :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk orang dewasa Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif. Mendiagnosis kebutuhan belajar Merumuskan tujuan dan materi belajar yang dapat memenuhi kebutuhan Mengembangkan rancangan kegiatan belajar Melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat 7. Mengevaluasi kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar
3.4.
Aku mendengar, kulupa; Aku melihat, kuingat; Aku mengerjakan, kupahami, (Peribahasa lama dari Cina) Berjilid-jilid pengkajian, riset, sebaris buku di perpustakaan ditulis orang tentang bagaimana orang dewasa belajar. Banyak segi teoritis dan fisiologis seperti kreativitas otak kanan lawan logika otak kiri masih ramai diperdebatkan, tetapi para ahli nampak sepakat dalam beberapa hal, yakni :
1. Bagi orang dewasa harus ada keinginan belajar. Kita perlu melihat adanya keuntungan pribadi jangka panjang atau (lebih baik lagi) yang seketika. 2. Orang dewasa belajar sambil melakukan. Agar informasi melekat, kita membutuhkan kesempatan untuk mempraktekannya. 3. Orang dewasa belajar dengan caranya sendiri yang khas, tidak sama dengan orang lain, dan kebanyakan antara kita tanggap terhadap berbagi jenis metoda pengajaran.
Dean N. Osterman, direktur pengembangan instruksional dan staff pengajar pada Oregon State University menyarankan agar pelajar dewasa dikelompokan dalam empat kategori. Keempat pengelompokan itu timbul dari risetnya dan pengalaman mengajar orang dewasa, dengan menggunakan instrumentasi seperti Inventarisasi Gaya Belajar ciptaan Bernice Mc Carthy dari Excel Inc, dan tulisan Carl Jung. Di bawah ini rincian keempat kelompok pelajar dewasa :
Jenis pertama : Yang mengutamakan perasaan. Mereka mencari penerapan secara bermakna dari pengetahuan yang disajikan. Mereka belajar dari mendengarkan dan berbagi gagasan. Bila ada perbedaan pendapat dalam kelompok, mereka mencari kesepakatan. Mereka belajar paling baik melalui rembukan dan keterlibatan pribadi. Pertanyaan kegemarannya ialah Mengapa ? Metoda pengajaran yang paling disukainya ialah diskusi kelompok. Jenis kedua : Yang mengutamakan pikiran. Mereka sebagai manusia analitis dan pragmatis mencari fakta dan informasi yang tegas. Mereka adalah pengumpul data. Mereka mungkin cenderung tidak sabar menghadapi diskusi kelompok berkepanjangan, karena mereka tidak datang ke lokakarya untuk mendengarkan pendapat peserta; mereka ingin mendengar dari ahlinya. Minat mereka kurang terhadap manusia, lebih tertuju pada gagasan dan konsep. Pertanyaan kegemarannya ialah Apa ? Metoda pengajaran paling cocok untuk mereka adalah ceramah. Jenis ketiga : Yang mengutamakan indera. Mereka dibimbing oleh akal sehat dalam upayanya memahami cara kerja sesuatu. Singkirkan teori bagi mereka; mereka tertarik pada penerapan praktis. Mereka belajar dengan menguji gagasan; dan mereka lebih suka memecahkan masalah daripada diberikan jawaban. Mereka menyenangi latihan pemecahan masalah selama lima menit dengan prosedur dan sasaran yang jelas. Bagaimana ? merupakan pertanyaan kegemarannya. Cara pengajaran yang efektif bagi mereka adalah metoda lokakarya atau lokalatih individual, atau suatu peragaan yang cermat dilanjutkan oleh penerapan langsung.
Jenis keempat : Yang mengutamakan naluri. Mereka yang pembaharu, bermotivasi, mencari alternatif bagi situasi belajar tradisional. Mereka berani mengambil risiko, tertarik pada situasi yang mengandung keragaman dan keluwesan. Mereka belajar dengan baik melalui percobaan dan kegagalan dan penemuan diri. Mereka suka melakukan sesuatu. Mereka mengalihklan konsep menjadi tindakan dan meraih tujuan. Pertanyaan kegemaran mereka ialah Kalau ? Mereka belajar dari pengujian pra dan pasca kegiatan serta tantangan terpimpin. Untuk menggambarkan lebih lanjut gaya belajar yang berbeda itu, Osterman menggunakan contoh sebuah batu bata. Apa yang akan anda lakukan dengan sebuah batu bata ? tanyanya. Jenis pertama akan mendiskusikan segala kemungkinan penggunaannya, mencapai kesepakatan, dan menggunakannya untuk membangun sebuah struktur dalam warna-warna serasi. Atau mereka membungkusnya dalam kertas berwarna cerah dan memakainya sebagai penindih surat-surat. Jenis kedua akan menganalisanya untuk mengetahui berapa beratnya, apa warnanya, dan mengukur panjangnya, tingginya, lebarnya, serta dimensi lainnya. Jenis ketiga akan membangun pembakaran atau memakainya sebagai pengganjal pintu. Jenis keempat akan mencari penggunaan batu bata itu secara baru dan kreatif. Mungkin akan digunakannya untuk memandikan seekor gajah.
3.5 ORANG DEWASA SEBAGAI PELAJAR
Orang dewasa yang mengikuti suatu kegiatan belajar, baik di kursus, di lokakarya, di seminar, dan sebagainya, mempunyai ke-khas-an (yang berbeda dengan anak kecil), seperti : 3.5.1 Pengalaman.
Tentang masalah yang kita bahas. Dalam sukses dan kegagalan Cara dulu, cara lain mengenai masalah yang dibahas Mengikuti situasi belajar lain, mungkin lebih baik mungkin lebih buruk Dikecewakan/dipuaskan oleh pengalaman masa lampau Digurui di masa sekolah dulu
Pengalaman peserta dapat memudahkan tugas fasilitator; dapat pula menyulitkan. Perlu ditentukan metoda yang akan dipakai berpegang pada kontinum dibawah ini :
Proses Penataan Pengalaman (Penataan Kembali) Penggunaan pengalaman peserta sendiri Eksperensial
Didaktik penggunaan pengalaman pihak lain (teori, riset, konsep, dan sebagainya)
3.5.2 Kebiasaan Pada orang dewasa kebiasaan lebih sukar dirubah dibandingkan dengan kebiasaan anak kecil.
Menonjolkan diri Menentang hal/cara baru yang tidak dikenalnya Banyak bicara Berbicara dengan rekan selagi fasilitator bicara Berdiam diri Menggambar tanpa arti sambil mendengarkan Duduk di bangku paling belakang/jauh atau depan/dekat Merokok Minum kopi/teh/air putih/makan nyamil
Dan mempunyai kebiasaan berprasangka terhadap kegiatan yang belum diikutinya secara tuntas, seperti reaksi-reaksi dibawah ini :
Ini sih begitu-begitu juga. Tak ada yang baru
Harapan yang dikandung adalah mendapatkan hal baru. Setiba di pertemuan, itu-itu juga yang terdengar, maka kebosanan mulai menyelinap.
Structered experiences
Instrumentasi
Pemeranan (roleplaying)
Di dalam pendidikan sering kali pembahasan dan diskusi bersifat umum. Dibutuhkan ketrampilan untuk menghubungkan yang umum dengan kondisi nyata yang dihadapi
Kadang-kadang orang terlalu anthusias, apalagi kalu penyajiannya menarik. Tetapi anthusias yang berlebihan suka cepat menyurut.
Case study
Latihan partisipatif
Diskusi
Ceramah
Bacaan
3.5.3 Harga Diri Lebih daripada anak kecil orang dewasa mempunyai harga diri maunya diakui, dihargai : Sebagai orang terdidik, berpengetahuan, berpengalaman Sebagai orang berkedudukan, berumur Mempunyai keinginan, harapan, hak-hak azasi, kebebasan Mempunyai pendapat, pandangan, pikiran, perasaan Mempunyai kebanggaan nasional, daerah, suku, profesi Di rumah sendiri dipatuhi, di kampung sendiri dihormati Mempunyai kekurangan, tapi bukan untyuk ditonjolkan
3.5.4 a.
Fisik : Penglihatan makin kurang,dekat maupun jauh Memerlukan makin banyak cahaya untuk melihat jelas Persepsi kontras warna mengurang, sehingga memerlukan warna cerah dan kontras untuk alat peraga Pendengaran makin kurang
b.Psikis : Tidak mau digurui, mesti dimotivasi untuk belajar Hanya mau belajar hal-hal yang mengandung arti bagi dirinya pribadi Belajar mungkin menyakitkan bagi orang dewasa, karena harus menerima hal baru, merubah kebiasaan lama. Belajar lebih banyak dari MENGALAMI daripada mendengar teori dan nasehat Proses belajarnya khas dan individual, artinya dengan kecepatannya sendiri, dan sebanyak yang ia bersedia terima Sumber terkaya adalah dirinya sendiri : pengalamannya, pengetahuannya, keinginannya, kepentingannya Bersifat emosional dan intelektual, artinya menyangkut perasaan maupun kecerdasannya Dalam kerjasama dengan manusia lain Proses evolusi, harus berkembang pelan pelan, tak dapat dipaksakan cepat melaju.
3.5.5 Waktu Banyak pilihan untuk mengisi waktu pada saat ini : nonton bioskop, nonton TV, makan, di restoran, bertandang ke rumah kawan, membaca buku, mencari penghasilan tambahan, mengikuti kursus lain, dsb. Ingin mulai tepat pada waktunya dan cepat selesai Ingin selesai tepat menurut rencana (ada janji lain) Tak sabar mendengarkan omong kosong yang membuang waktu.
4. BENTUK KEGIATAN 4.1 LOKAKARYA DAN LOKALATIH PARTISIPATIF Partisipasi akan berlangsung secara optimal manakala peserta mempunyai pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi, mampu menyampaikan pikirannya secara obyektif, dan berdaya dalam mencari alternatif pemecahan persoalan yang dihadapi. Untuk mengembangkan kemampuan seperti ini dibutuhkan model atau pendekatan yang memungkinkan mereka aktif berpartisipasi. Disinilah arti penting dari proses lokakarya atau lokalatih yang partisipatif sebagai salah satu cara intervensi dalam peningkatan kemampuan masyarakat. Sasaran
Materi materi ini ditujukan kepada mereka yang yang berminat atau akan melaksanakan tugas atau kegiatan memberikan lokakarya atau lokalatih dalam bidang implementasi kebijakan AMPL berbasis masyarakat.
Manfaat
Dengan memahami lokakarya atau lokalatih ini diharapkan para peserta dapat menyelenggarakan lokakarya atau lokalatih yang partisipatif dengan isi yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta dengan metode yang sesuai dan menarik. Dengan memahami materi ini diharapkan para peserta akan : memahami arti membangun manusia lewat kegiatan konkrit, menyadari arti pentingnya keterbukaan terampil bekerjasama dan berkomunikasi terampil menciptakan iklim, sehingga banyak pihak bersedia berpartisipasi dan mampu berkreasi memiliki keterampilan teknis berpengetahuan yang sesuai dengan bidang tugasnya Dengan tambahan keterampilan tersebut peserta diharapkan mampu menyelenggarakan kegiatan implementasi kebijakan AMPL berbasis masyarakat dengan prinsip partisipatif.
4.1.1 Pendekatan dalam pelaksanaan lokakarya atau lokalatih
Mengorganisir lokakarya atau lokalatih berarti menampung dan memberi kemudahan agar semua yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Agar dapat mengorganisir lokakarya atau lokalatih secara baik yang perlu diingat dan dijadikan pertimbangan utama adalah : tujuan, metode, kurikulum, jangka waktu dan peserta lokakarya atau lokalatih itu sendiri. Dengan demikian pengorganisasian lokakarya atau lokalatih harus mampu : Menciptakan suasana belajar bagi para peserta dan fasilitator Tempat lokakarya atau lokalatih yang memadai dari segi akomodasi dan perlengkapan Suasana belajar dirancang untuk memberikan keleluasaan kepada peserta mengembangkan kapasitasnya
Menciptakan forum komunikasi antar peserta, penyelenggara dan lembaga pengirim, termasuk kemudahan bagi peserta, penyelenggara dan lembaga pengutus saling memberi umpan balik. Berikan peluang agar peserta dan fasilitator dapat berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung Fasilitasi agar setiap persoalan dapat dibahas dan diselesaikan secara bersama Fasilitasi ke arah pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat Ciptakan suasana yang interaktif agar peserta dapat menyampaikan pendapatnya dengan tenang dan cermat Kendalikan proses belajar agar tepat waktu
4.1.3 Metoda lokakarya atau lokalatih
Untuk mencapai tujuan lokakarya atau lokalatih, metode-metode yang digunakan dalam peyampaian materi mempunyai pengaruh yang cukup besar. Ada beberapa metode yang dapat dipakai, namun belum tentu sesuai untuk lokakarya atau lokalatih yang lain. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, dan tidak ada satu metode pun yang sesuai untuk segala bentuk latihan. Untuk itu setiap metode lokakarya atau lokalatih memerlukan penyesuaian terhadap suasana, peserta, target yang dinginkan dan tingkat kedalamannya. Bentuk-bentuk metode lokakarya atau lokalatih antara lain : Curah pendapat Ceramah Diskusi Permainan peranan Permainan Kunjungan lapangan Studi kasus Wawancara
Metode Curah Pendapat
Fasilitator memberikan kesempatan seluas luasnya kepada peserta untuk mengeluarkan pendapat, pengalaman terhadap sebuah topik yang akan dibahas.
Tujuannya : - Mendapatkan sebanyak mungkin pendapat dan pengalaman dari peserta - Meningkatkan partisipasi peserta dalam lokalatih dan atau lokakarya Manfaat : untuk mendapatkan sebanyak mungkin masukan dari peserta Cara : - Fasilitator menyampaikan tentang topik pembicaraan yang akan dimintai pendapat dan pengalamannya dari peserta - Pada akhir pengumpulan pendapat dari peserta disampaikan rangkuman kesimpulan sesuai dengan topik yang dibahas Kelebihan : - Mendapatkan masukan yang lebih dari cukup dari peserta tentang sebuah topik yang akan dibahas - Laktu dapat diatur sesuai dengan kehendak fasilitator - Luasnya materi dapat diatur oleh fasilitator - Peserta dapat mencatat semua pendapat yang terkumpul - Peserta bersama fasilitator dapat menyimpulkan bersama tentang sebuah topik yang dibahas Kelemahan : - Tidak semua peserta berani mengeluarkan pendapatnya dalam sebuah kelas besar - Peserta kurang aktif kalau topik yang dibahas tidak sesuai dengan minatnya Jalan Keluar : - Fasilitator memberi kesempatan kepada semua peserta untuk mengemukakan pendapatnya - Fasilitator menyebutkan nama peserta untuk memberikan kesempatan mengemukakan pendapatnya - Curah pendapat dimulai di dalam kelompok kelompok kecil - Menggunakan alat peraga : kertas metaplan, kain rekat, papan tulis, power point, dll.
Metode Ceramah
Materi disampaikan dengan uraian-uraian dan penjelasan dari fasilitator. Tujuannya : - Menyampaikan materi tertentu kepada peserta - Meningkatkan pengetahuan peserta Manfaat : Untuk menyampaikan hal-hal baru kepada peserta Cara : - Fasilitator menyampaikan materi dengan menerangkan dan menguraikannya kepada peserta - Pada akhir ceramah disampaikan kesimpulan dan kemungkinankemungkinan penerapannya. Kelebihan : - Lebih mudah bagi fasilitator untuk menyampaikan materi secara sistematis
- Waktu dapat diatur sesuai dengan kehendak fasilitator - Luasnya materi dapat diatur oleh fasilitator - Peserta dapat mencatat secara sistematis Kelemahan : - Peserta cepat bosan - Peserta kurang aktif - Tidak ada umpan balik, sehingga tidak tahu apakah materinya sudah sesuai dengan kebutuhan peserta Jalan Keluar : - Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan pada waktu ceramah berlangsung - Ceramah diselingi humor - Cara ceramah dikaitkan dengan cara diskusi (kelompok diskusi untuk mendalami materi) - Menggunakan alat peraga, papan tulis, power point, dll.
Metode diskusi
Para anggota diskusi saling bertukar pengalaman dan pendapat tentang masalah yang sedang dibahas. Tujuannya : - Meningkatkan kemampuan berpartisipasi secara aktif - Memantapkan teori yang sudah diperoleh dengan mengkaitkan pengalaman peserta - Mencari jalan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi. Manfaat : - Memberi kesempatan para peserta bertukar pikiran dan pengalaman - Kemampuan peserta berdiskusi bertambah Cara : - Fasilitator menyiapkan bahan diskusi yang merupakan pertanyaanpertanyaan, bahan bacaan, atau gabungan keduanya. - Fasilitator menjelaskan tema atau masalah yang akan didiskusikan kepada peserta dan waktunya. - Peserta dibagi dalam kelompok kecil supaya diskusi berjalan efektif Kelebihan : - Semua peserta bisa aktif dalam diskusi - Peserta mempunyai kesempatan mengemukanan pendapat/ pengalaman dan belajar dari pendapat/pengalaman peserta lain. - Materi dapat dikaitkan dengan pengalaman peserta - Memperluas pandangan peserta - Dapat meningkatkan kemampuan peserta dalam hal mendengarkan, menampung, dan mempertimbangkan pendapat-pendapat yang berbeda dengan pendapatnya. Kelemahan : - Membutuhkan waktu relatif lama
- Materi dapat berkembang tidak sesuai dengan konsep yang telah disiapkan - Sering diskusi kurang terarah, tidak ada kesimpulan. Jalan Keluar : - Fasilitator menyiapkan materi yang akan dibawakan - Sebelum diskusi dipilih seseorang untuk memimpin diskusi - Mengamati kelompok Bentuk bentuk diskusi :
Fish Ball Discussion
Dalam diskusi dengan metoda Fish Bowl, ada perwakilan dari setiap perwakilan kelompok dan atau daerah asal peserta untuk mendiskusikan tentang topik tertentu, misalnya perbedaan antara demand dan need dalam lokalatih MPA-PHAST, dalam satu lingkaran kursi ditengah tengah ruangan lokakarya, sementara peserta lainnya bertindak sebagai pengamat, dan memberikan kesempatan untuk setiap peserta untuk duduk di kursi panas. Disiapkan 1 kursi panas untuk peserta dari luar lingkaran bisa memberikan pendapat atau berkomentar. Waktu yang disediakan untuk kursi panas sangat terbatas, untuk memberikan kesempatan peserta lain duduk di kursi panas tersebut dan berpendapat.
Bermain peran adalah suatu situasi tertentu diperankan dengan pelaku-pelakunya yang diambil dari peserta sesuai dengan tabiat yang ditentukan. Tujuannya : - Memberikan pengertian tentang bagaimana penerapan peran dalam kehidupan sehari-hari. - Memperoleh bahan dari pengalaman sendiri untuk kemudian menganalisa hal-hal yang berkenaan dengan faktor manusiawi - Meningkatkan kepekaan peserta terhadap perasaan orang lain Manfaat : - Menjembatani antara pengertian dan penerapannya - Peserta dapat mencoba keterampilan baru sebelum menerapkan dalam keadaan sebelumnya - Membantu peserta untuk lebih obyektif terhadap peran yang bisa diambil. Cara : - Fasilitator memilih peserta yang mewakili sikap yang diperankan dan bermain peran
Dijelaskan peran apa yang akan dilakukan serta sikap-sikap yang harus diperankan - Pengamat dipilih dan diberi petunjuk tentang hal-hal yang perlu diamati - Para pemain membawakan peran dengan cara yang sedapat mungkin mendekati kenyataan - Selama permainan pengamat mencatat sesuai dengan pengarahan yang diberikan - Permainan dihentikan jika hal-hal yang akan dibahas sudah muncul - Laporan pengamat dan kesan dari pemain dibahas dan dianalisa sesuai dengan pokok bahasan. Kelebihan: - Semua atau sebagian besar peserta dapat ikut secara aktif - Suasana kelas menjadi hidup - Memperoleh bahan diskusi langsung dari sesuatu yang baru saja dialamai - Dapat dipakai untuk memperjelas berbagai bahan, misalnya : menganalisa masalah, menyelesaikan masalah dll. Kelemahan : - Kadang-kadang peserta kurang mampu membawakan perannya dengan meyakinkan - Sulit mendekatkan situasi dengan kenyataan - Fasilitator harus mantap dalam pembahasannya padahal cukup sulit, terutama dalam mengkaitkan kasus yang muncul dengan konsep yang dibawakan. Jalan Keluar : - Peserta memilih peran yang ingin mereka bawakan, jangan memaksakan peserta untuk bermain, fasilitator memilih dengan hati-hati - Fasilitator perlu menyiapkan diri dengan baik terutama harus mempunyai gambaran jelas tentang kesimpulan yang dikehendaki dari hasil pembahasan.
Dalam permainan ini peserta dapat memperoleh pengalaman tertentu yang dibahas untuk dijadikan pegangan bagi peserta. Tujuan : - Meningkatkan kesadaran peserta tentang perlunya pengembangan sikap dan keterampilan tertentu - Memperkenalkan aspek-aspek tertentu dalam materi yang dibawakan Manfaat : - Kemungkinan diskusi tentang pokok tertentu berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama permainan.
Cara : - (sama dengan Permainan Peranan) Kelebihan : - Semua atau sebagian peserta dapat ikut secara aktif - Suasana kelas hidup - Memperoleh bahan diskusi langsung dari sesuatu yang baru dialami. Kelemahan : - Kadang-kadang fasilitator kurang memahami makna permainan sehingga tidak dibahas untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang berguna bagi peserta - Kadang-kadang peserta menganggap permainannya hanya sekedar permainan. Jalan Keluar : - Fasilitator menyiapkan diri dengan baik, termasuk memahami dengan jelas tujuan permainan dan cara membahasnya. - Fasilitator harus mampu menghubungkan permainan dengan bahan latihan sebelum dan sesudah permainan berlangsung.
Peserta lokakarya dan lokalatih berkunjung ke masyarakat untuk mempelajari keadaannya. Kunjungan dapat berlangsung selama beberapa jam maupun beberapa hari. Tujuan : - Menguji teori yang diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan - Memantapkan teori serta meningkatkan penguasaan bahan - Mengenal kegiatan-kegiatan baru - Merangsang untuk melaksanakan hal-hal yang baru - Meningkatkan keterampilan serta mengembangkan sikap Manfaat : - Dapat menambah gairah peserta latihan maupun para pelaksana di masyarakat - Dapat memanfaatkan teori dengan mengkaitkannya pada kenyataan. Cara : - Menentukan wilayah yang akan dikunjungi dan mempersiapkan akomodasinya - Memberikan penjelasan kepada peserta secara garis besar tentang keadaan daerah, adat istiadat, dan hal-hal yang dapat dipelajari di lapangan. - Memberikan pengarahan dan pembagian tugas dan sasaran yang ingin dicapai - Penulisan laporan hasil kunjungan lapangan tentang pelajaran positif dan negatif yang dapat dipetik untuk didiskusikan bersama peserta lainnya.
Dalam metode ini fasilitator menyampaikan bahan dengan menyuguhkan kasus yang diambil dari pengalaman kepada peserta untuk didiskusikan.
Tujuan : - Merangsang peserta untuk berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari Manfaat : - Peserta dapat meningkatkan keterampilan dalam hal menganalisa dan mencari jalan keluar dari masalah - Dapat memantapkan teori dengan mengkaitkannya pada kenyataan - Dapat meningkatkan partisipasi peserta Cara :
Memilih dan mempersiapkan kasus (sebaiknya ditawarkan kepada dan disepakati oleh peserta), yang terdiri dari kasus keberhasilan atau kasus kegagalan. Fasilitator membuat cerita tentang suatu kejadian secara singkat dan jelas (bisa juga dilakukan dengan media audio visual : gambar, video, poster, kliping koran dll) Peserta mencoba mencari sebab-sebab masalah, langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah atau untuk memperbesar keberhasilan. Peserta mendiskusikan hasil analisanya dalam kelompok. Hasil kelompok dibahas dalam pleno. Mengajak peserta untuk selalu menganalisa masalah yang dihadapi Mengajak peserta ke hal-hal yang mendekati kenyataan Semua peserta aktif (dalam kelompok kecil) Sulit memberi semua data yang diperlukan Dapat terjadi bahwa ada peserta yang belum pernah menghadapi kasus serupa sehingga merasa kurang dapat menyumbang Tidak semua kasus dapat dipakai untuk diskusi Memakan waktu cukup lama
Kelebihan :
Kelemahan :
-
Jalan Keluar : - Menyiapkan kasus dengan mantap dan berusaha memberi semua faktor yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas - Pilih kasus yang berhubungan langsung dengan pengalaman peserta dan tidak terlalu rumit - Fokuskan kasus yang dibahas dengan tujuan yang ingin dicapai
4.2 KEGIATAN PENDAMPINGAN BANTUAN KONSULTASI TEKNIS Peningkatan kapasitas, selain dilakukan didalam kelas, pada sebuah lokakarya dan atau lokalatih; juga dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan pendampingan yang isinya berupa bantuan konsultasi teknis, dimana semua fihak dapat melakukan dan memperoleh pembelajaran bersama. Untuk itu, perlu dipelajari berbagai bentuk kegiatannya, dari pengalaman yang selama ini kita dapatkan, bentuk kegiatannya antara lain dapat berupa :
4.2.1
Observasi
Adalah metode pengamatan untuk memperoleh informasi tentang prilaku manusia, kehidupan sosial,
yang sukar diperoleh dengan metode lain. Metode ini bukanlah pekerjaan mudah terutama untuk mencapai tingkat ke-valid-an suatu data. Prinsip observasi terletak pada upaya pengamatan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasikannya. (Lihat : Nasutiuon, MA, Dr, Prof, Metode Research, Jemmars, 1982) .
4.2.2 Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi yang dilakukan secara tatap muka. Namun dapat pula melalui telpon. Wawancara merupakan alat yang ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga diperoleh gambaran tentang dunia mereka. Pewawancara harus dapat dengan cepat menangkap maksud orang, cepat pula bereaksi untuk memperoleh keterangan yang lebih mendalam. Pewawancara harus mempunyai keterampilan agar responden yang diwawancarai dengan bebas mengungkapkan apa yang dirasakan. Pewawancara harus memiliki teknik membangkitkan kesediaan responden yang untuk diwawancarai. Untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas perlu dilakukan pendalaman informasi atau lazim disebut dengan probing. (Lihat: Nasutiuon, MA, Dr, Prof, Metode Research, Jemmars, 1982; Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1982) .
4.2.3 Brainstorming (Curah Pendapat)
Adalah metode partisipasi yang paling dasar yang dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin informasi atau pendapat dari semua orang yang hadir dalam suatu pertemuan. Apapun pendapat yang disampaikan diterima, dan pada tahap ini tidak boleh ada kritik/penilaian terhadap gagasan yang muncul. Brainstorming bisa dilakukan dengan cara lisan atau tertulis. Cara tertulis, misalnya pada kertas lebar (plano) maupun dalam kertas berbentuk kartu (metaplan). (Lihat: Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004)
4.2.4 Diskusi kelompok campuran
Adalah salah satu metode untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta pertemuan/diskusi dalam rangka memberikan pendapat, tanggapan, gagasan, sanggahan terhadap suatu topik. Setiap peserta mempunyai hak dan kesempatan yang sama.
Dikatakan diskusi kelompok campuran karena yang menjadi peserta adalah dari latar belakang yang berbeda, misalnya: perempuan, laki-laki, orang tua, dewasa dan remaja, dari golongan kaya, golongan miskin, pejabat, pengangguran, dan elemen masyarakat lainnya. Tujuan khusus dari diskusi ini adalah memperoleh kesepakatan atau rumusan terhadap suatu pandangan dari topik yang dibahas.
4.2.5
Diskusi Pleno
Adalah diskusi yang diikuti oleh masyarakat/peserta yang biasanya diskusi ini merupakan kelanjutan dari diskusi kelompok dan atau diskusi kelompok campuran. Diskusi kelompok biasanya dianggap masih sedikit pesertanya sehingga ada kemungkinan keputusannya baru menurut sedikit orang, dalam hal ini diskusi pleno dibutuhkan, karena pesertanya terdiri dari beberapa kelompok, artinya semakin banyak orang yang terlibat dalam memberikan keputusan. Diskusi pleno ini akan banyak dipergunakan dengan tujuan agar yang menjadi kesepakatan merupakan hasil keputusan banyak orang.
4.2.6
Adalah salah satu metode dasar untuk memberikan kesempatan kepada peserta diskusi untuk memberikan pandangannya tentang suatu topik. Kegiatan ini memungkinkan setiap peserta diskusi menyumbangkan perspektif yang berbeda satu sama lain. FGD adalah diskusi yang direncanakan secara hati-hati untuk membangun suasana yang memungkinkan peserta diskusi bisa mengemukakan pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut. Proses FGD dipimpin oleh moderator dan didampingi oleh asisten moderator yang bertugas mencatat seluruh isi dari proses diskusi. (Lihat: Hetifah Sj Sumarto Inovasi, Partisipasi dan Good Governance 2004).
FGD dipergunakan untuk menggali informasi dalam rangka studi, memperbaiki rencana dan desain program baru, maupun mengevaluasi program yang sedang berjalan. Focus Group, adalah kelompok khusus yang dipandang dari segi tujuan, ukuran, komposisi dan prosedurnya. Biasanya focus group terdiri dari 7 sampai 10 orang yang dipilih karena mereka memiliki suatu karakteristik tertentu yang sama, seperti kelompok miskin, perempuan dan lain sebagainya. Jumlah peserta ditentukan oleh dua aspek, harus cukup kecil sehingga setiap orang berkesempatan mengemukakan pendapatnya, dan cukup besar untuk menampilkan keragaman persepsi. Kalau jumlah peserta terlalu banyak, ada tendensi terpecah. Sedangkan
jumlah peserta yang kecil memberikan keuntungan dalam hal akomodasi tetapi ada kemungkinan tidak mendapatkan gagasan yang lengkap tentang suatu topik. Beberapa aspek yang mempengaruhi efektivitas FGD adalah kualitas pertanyaan yang diajukan, keterampilan moderator, serta ketepatan peserta yang terlibat. Untuk memperoleh informasi lebih lanjut dapat dibaca tulisan: Richard Krueger, Focus Groups: A Pratical Guide for Applied Research, Sage Publication, 1988; Susan Dawson, Lenore Manderson, and Veronica L. Tallo, A Manual for the Use of Focus Group, INFDC, USA, 1993; Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004.
Diskusi kelompok diharapkan dapat melakukan pendalaman terhadap sebuah topik bahasan dalam sebuah lokakarya atau pertemuan biasa. Tentu dengan alokasi waktu yang tersedia, dan jumlah peserta yang ada, efisiensi termasuk yang harus diperhitungkan. Efisiensi termasuk terhadap hasil yang diperoleh, juga terhadap proses interaksi antar dan jumlah anggota yang ada di kelompok tersebut. Nominal Group Technique, adalah salah satu persiapan yang dapat kita lakukan bersama. Yang dimaksud adalah sebelum diskusi kelompok dilakukan, terlebih dahulu ditetapkan berapa perkiraan jumlah anggota kelompok diskusinya, apakah 3, 5, atau 7 orang. Yang menjadi patokan adalah menetapkan berapa jumlah anggota kelompok yang akan dipilih, dibandingkan dengan perkiraan atas hasil dan proses yang dapat diperoleh, sehingga diharapkan akan dicapai hasil yang efektif dan efisien.
Musyawarah desa
Istilah lain dari Musyawarah Desa adalah Rembuk Desa, Pleno Desa, Lokakarya Desa, mini lokakarya desa atau istilah-istilah lain yang disesuaikan dengan bahasa setempat. Pada metode ini dapat diartikan sama yakni merupakan forum rembuk yang dihadiri oleh seluruh warga desa dalam rangka memusyawarahkan rencana pembangunan, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Kegiatan ini biasanya dipandu oleh moderator yang mampu mengatur arus diskusi atau musyawarah secara adil dan terarah.
Kunjungan lapangan
Kunjungan lapangan adalah salah satu upaya mengajak peserta pada kenyataan lapangan. Peserta dapat belajar dari kelebihan dan kekurangan suatu program yang
berbasis masyarakat. Dengan menghayati dan belajar dari lapangan, diharapkan mampu merubah paradigma para peserta tentang pendekatan partisipasi yang seharusnya. Cara ini dipakai pada waktu Lokakarya Nasional Diseminasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat di Surabaya. Kajian lapangan, dilakukan untuk melihat efektifitas pelayanan AMPL di masyarakat serta kajian keberhasilan dan kegagalan pelayanan AMPL, yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara langsung terhadap keberlanjutan AMPL. Proses pengumpulan informasi yang dilakukan dalam tahap ini dengan wawancara melalui diskusi kelompok terfokus dengan anggota kelembagaan AMPL di daerah (tim koordinasi) dan di masyarakat (UPS/KPS atau sebutan lainnya) untuk memperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan prakteknya dalam melaksanakan fungsi dan perannya. Dalam kajian lapangan juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara lengkap mekanisme pelaksanaan kelembagaan AMPL mencakup; struktur, pedoman pelaksanaan (uraian tugas), kegiatan yang telah dilakukan, hasil yang telah dicapai, permasalahan yang dihadapi. Targetnya adalah memberikan wawasan dari temuan lapangan dan pembelajaran yang dapat diperoleh dari keberhasilan dan atau kegagalan pengelolaan program di lapangan. Dari pengalaman yang diperoleh selama ini, kegiatan lapangan berhasil memberikan benturan agar pentingnya dilakukan perubahan paradigma dalam melaksanakan pendampingan masyarakat dalam meningkatkan akses terhadap sarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Dialog pemangku kepentingan
Dialog interaktif antar pemangku kepentingan, merupakan salah satu cara dialog tentang kebijakan AMPL berbasis masyarakat, sehingga terdapat akses yang cukup luas bagi masyarakat untuk ikut membicarakannya. Untuk itu perlu dipromosikan jauh hari sebelumnya, sehingga masyarakat tahu dan siap mengalokasikan waktunya untuk mendengarkan dan mengikuti acara. Yang penting untuk diperhatikan adalah pentingnya menghubungi dan mendapatkan komitmen bagi pihak-pihak yang akan terlibat dan terkait dengan materi yang akan dibahas. Peran pemandu/presenter sangat menentukan jalannya dialog, sehingga mereka perlu diberikan pemahaman terhadap materi yang akan dibahas serta isu-isu terkait dengan materi tersebut. Bentuk kegiatan dialog antara lain : dialog interaktif/talk show di radio, televisi, round table discussion, dialog tematik, dlsb.
Bimbingan teknis
Kegiatan penyusunan Renstra AMPL misalnya, sebuah kegiatan yang tidak dapat selesai dalam sekali pertemuan, memerlukan kegiatan berulang ulang. Memerlukan pemahaman yang utuh tentang Renstra itu sendiri, menguasai data dan permasalahan AMPL daerahnya, serta mempunyai keterampilan untuk
menuliskannya. Salah satu bentuk pendampingan yang dilakukan adalah memberikan bimbingan teknis proses penyusunan Renstra AMPL tadi. Dengan bimbingan teknis, Pokja AMPL Propinsi misalnya, memberikan bantuan teknis kepada Pokja AMPL Kabupaten/Kota dalam proses penyusunan Renstra AMPL tersebut. Bimbingan teknis biasanya dilakukan secara terjadual, sehingga dapat dilakukan evaluasi bersama atas capaian dari hasil pekerjaan dari setiap tahapan tertentu, sesuai dengan kesepakatan kedua belah fihak.
Penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah salah satu target implementasi kebijakan di tingkat masyarakat, agar tujuan umum kebijakan : peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Upaya untuk mencapai PHBS di tingkat masyarakat, adalah sebuah upaya untuk perubahan perilaku. Untuk terjadinya perubahan perilaku, diperlukan intervensi dari pengelola program AMPL secara berkelanjutan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan penyuluhan. Karena penyuluhan adalah sebuah upaya untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, misalnya tentang pentingnya PHBS, agar masyarakat mau berubah dari kondisi yang kurang baik, menjadi kondisi yang lebih baik. Penyuluhan dilakukan sejak penyuluhan tingkat desa/kelurahan agar secara menyeluruh masyarakat tahu tentang pentingnya PHBS. Ditindak lanjuti dengan penyuluhan di kelompok masyarakat, misalnya di Posyandu atau kelompok pengajian. Apabila perlu, dilanjutkan dengan kunjungan rumah oleh kader setempat untuk pentingnya memanfaatkan jamban keluarga, agar air tidak tercemar bakteri e-coli misalnya. Dengan penyuluhan terprogram dan terjadual, diharapkan masyarakat akan menuju kondisi yang ideal tadi : terjadinya PHBS.
Saresehan
Dari pelaksanaan program pembangunan AMPL berbasis masyarakat, biasanya diketemukan model model pengelolaan yang khas yang kita ketemukan di daerah, misalnya : Program Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Rungkut Surabaya. Agar model model pembangunan berbasis masyarakat tersebut dapat direplikasi sehingga implementasinya dapat meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas, diperlukan sebuah kegiatan untuk menyebar luaskan model tersebut. Saresehan adalah salah satu bentuk penyebar luasan model program tersebut. Dalam saresehan, konsep dari model tersebut akan dibahas : persiapan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sampai pada rencanya pengembangannya. Dibahas pula : temuan temuan lapangannya bagaimana; pembelajaran yang diperoleh apa : kunci keberhasilan, titik titik kritis yang menyebabkan kegagalan, serta usulan solusinya agar ketika direplikasi daerah lain tidak perlu melewati hal hal
yang tidak perlu, sehingga dapat menghemat waktu dan lebih cepat untuk mendapatkan keberhasilan.
Mengingat hampir 100 juta penduduk miskin Indonesia belum memiliki akses terhadap sarana AMPL, tentu diperlukan upaya upaya yang besar pula. Oleh karena itu, future search conference adalah salah satu tahapan yang dapat dilalui. Yang dimaksud adalah sebuah rekayasa untuk merancang pertemuan untuk merancang program, dengan target untuk mendapatkan keluaran yang berupa garis besarnya saja, dengan masukan tersebut diharapkan akan mendapatkan perkiraan tentang disain sebuah program yang akan dijalankan.
Scenario planning
Implementasi kebijakan di daerah tentu memerlukan sebuah perencanaan, yang disesuaikan dengan karakteristik daerahnya masing masing. Oleh karena itu, pada tahap awal sebaiknya dirancang abstraksi dari apa yang dapat kita bayangkan tentang rancangan implementasi kebijakan tersebut didaerah. Dari abstraksi tersebut kemudian dinarasikan tentang skenario implementasi kebijakan yang akan dilaksanakan di daerah tersebut, untuk selanjutnya dibuatkan petunjuk teknis pelaksanaan implementasi kebijakan tersebut.
Strategic planning
Tanggung jawab pemangku kepentingan AMPL adalah bagaimana membuat rencana aksi untuk mencapai layanan AMPL 2015 berkelanjutan. Maka strategi pendampingan yang dilakukan adalah membantu kabupaten/kota dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. Sehingga dengan Renstra tersebut, akan diketahui siapa pemangku mandat pelaksanaan pembangunan AMPL di daerahnya, bagaimana visi, misi dan nilai yang dianut, apa kelebihan, kekurangan, peluang dan ancamannya, perumusan strategi program sampai dengan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tupoksi dari dinas instansi yang terkait.
Field support
Ketika rancangan program misalnya implementasi kebijakan di daerah sudah tersedia, maka tahapan selanjutnya yang dibutuhkan adalah merancang field support, yang dimaksud adalah menyusun agenda agenda lapangan yang dibutuhkan daerah dalam kerangka implementasi kebijakan tersebut. Misalnya : asesmen, berupa penjajagan kebutuhan daerah dalam rangka implementasi kebijakan; kegiatan peningkatan kapasitas baik berupa lokalatih maupun bantuan konsultasi teknis; maupun monitoring dan evaluasi yang partisipatif, disesuaikan dengan rencana kerja daerahnya.
On going support
Ketika rencana kerja implementasi kebijakan sudah tersusun, pelaksanaannya sudah mulai berjalan, maka yang dibutuhkan adalah : On going support. Yang dimaksud adalah pelaksanaan asistensi kepada daerah yang dapat berupa : pemberian motivasi agar pelaksanaan kegiatan tetap sesuai dengan rencana kerja yang disepakati, membantu mengidentifikasi dan mencari alternatif penyelesaian permasalahan yang dihadapi secara bersama, serta kegiatan kegiatan supporting lainnya sesuai dengan kebutuhan daearah.
Monitoring evaluasi partisipatif adalah suatu proses monitoring dan evaluasi yang melibatkan semua pihak yang secara bersama-sama menilai kinerja kegiatan, menemukan masalah serta menyiapkan langkah tindak lanjut perbaikan. Model ini memberdayakan semua fihak, agar kegiatan berjalan dengan baik, transparan, objektif dan mampu melibatkan semua pihak. Pengertiannya adalah :
Monitoring Evaluasi Pendampingan Melihat perkembangan suatu kegiatan yang sedang berjalan Menilai dan mengukur pencapaian keberhasilan dan efektifitas Menemukan kekuatan dan masalah, mencarikan solusi, dan menguatkan intervensi
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah : a. Mendokumentasi perkembangan kegiatan b. Mengukur pencapaian dan keberhasil dilapangan c. Mengangkat masalah yang ditemukan dilapangan dan mencarikan solusi yang sifatnya lokal
Jenis monitoring dan evaluasi serta pendampingan dapat diklasifikasikan pada beberapa bentuk kegiatan berikut ini: 1. Monitoring per-kegiatan 2. Pendampingan 3. Dokumen refleksi 5. Rencana Tindak Lanjut 6. Laporan Kegiatan 7. Focus Group Discussion (bila diperlukan) Sedangkan prinsip monitoring dan evaluasi serta pendampingan adalah : pelibatan pemeran/peserta dan keterbukaan
4.3 PENILAIAN Menilai lokakarya atau lokalatih adalah pekerjaan yang tidak sulit dilakukan dan membawa manfaat banyak. Sesuai dengan bentuk latihan yang partisipatif, maka penilaian ini juga dilakukan secara partisipatif, artinya penilaian dilaksanakan oleh peserta dan fasilitator. Pada akhirnya justru ditekankan agar peserta sendiri mengevaluasi dirinya sendiri. Manfaat Penilaian:
Memberi gambaran terhadap jalannya lokakarya atau lokalatih Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbang saran-saran Memberi gambaran tentang keberhasilan lokakarya atau lokalatih, apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai Memperoleh bahan guna usaha perbaikan lokakarya atau lokalatih yang akan datang Pencapaian tujuan baik tujuan kelompok maupun tujuan perorangan Peran fasilitator (penampilan, gaya, penguasaan materi, metode, dll) Peran peserta ( kesungguhan mengikuti lokakarya atau lokalatih, daya serap terhadap materi lokakarya atau lokalatih, sikap peserta mengenai keterbukaanm kerjasama, motivasi terhadap tugas yang diberikan, hubungannya dengan peserta lain) Proses (pelaksanaan, kurikulum, jadwal, peralatan, partisipasi peserta, interaksi antara peserta dengan peserta lain dan fasilitator, kelancaran proses lokakarya atau lokalatih) Penerapan materi di lapangan (umpan balik)
5. Mintalah masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya melalui Bursa Informasi secara bergiliran mendatangi tempat masing-masing kelompok kerja. 6. Mintalah satu orang peserta untuk memandu diskusi dan membuat rangkuman yang disepakati semua pihak berdasarkan hasil-hasil diskusi kelompok. 7. Lakukan penutupan modul ini dengan memberikan berbagai penegasan seperlunya dengan menayangkan Jenis Jenis Media Lokakarya atau Lokalatih dan Persyaratan Media Lokakarya atau Lokalatih Partisipatif. Ringkasan hasil yang diharapkan Adanya berbagai contoh contoh konkrit berbagai media lokakarya atau lokalatih yang telah dan sedang dipergunakan dalam lokakarya atau lokalatih selama ini. Adanya penggolongan berbagai jenis media lokakarya atau lokalatih yang dapat dipergunakan dalam lokakarya atau lokalatih yang terdiri dari : Media Visual Dua Dimensi tidak transparan Media Visual Dua Dimensi yang transparan Media Visual Tiga Dimensi Media Audio Media Audio Visual
Langkah Langkah (proses) 1. Berikan penjelasan singkat Ringkasan Materi. Modul ini dan Tujuan Modul ini. Kemudian mintalah peserta untuk membentuk Team Praktek Memfasilitasi dengan jumlah anggota 2 orang/ team. 2. Mintalah masing-masing Team Praktek Memfasilitasi untuk mempersiapkan Satu Sesi untuk mempraktekkan memfasilitasi dalam bentuk Micro Teaching dari berbagai Buku Panduan Lokakarya atau lokalatih yang ada. 3. Berikan waktu secukupnya ( 30 60 menit) bagi Team Praktek Memfasilitasi untuk memfasilitasi lokakarya atau lokalatih (Micro Teaching / Learning). 4. Mintalah Team Praktek Memfasilitasi lain untuk menjadi Pengamat untuk memberikan umpan balik. Misalkan, Team 1 sedang praktek memfasilitasi maka team lima menjadi observer atau pengamat. Berikan formulir pengamatan untuk dapat diisi oleh team pengamat. 5. Lakukan diskusi dan berikan umpan balik seperlunya terhadap kinerja Team Praktek Memfasilitasi dengan menggunakan formulir yang ada. Ringkasan hasil yang diharapkan Adanya berbagai umpan balik terhadap Team Praktek Memfasilitasi terhadap kelebihan dan kekurangan dalam memfasilitasi lokakarya atau lokalatih. Adanya berbagai Tip yang dapat dimanfaatkan oleh peserta lokakarya atau lokalatih untuk meningkatkan ketrampilannya memfasilitasi lokakarya atau lokalatih.
Sumber :
1. 2. Panduan Pelaksanaan Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat, Sekretariat WASPOLA, 2006 Panduan Perencanaan Partisipatif, Participatory Health and Sanitation Appraisal, PCI Pandeglang, 2006 3. Panduan Fasilitator TFM - WSLIC2 Jawa Timur dan Sumatera Selatan, 2002 2003 Laboran Pelaksanaan Lokalatih MPA-PHAST di Bandung, Sekretariat WASPOLA, 2005 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Hetifah Sj Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004. Panduan Mobilisasi Sosial Awal Sehat Untuk Hidup sehat, Departemen Kesehatan, Path, Usaid, 2003 Panduan Sanitasi Masyarakat, WSP-EAP-Borda, 2002 Rianingsih Djohani (Editor) Acuan Penerapan PRA - Berbuat Bersama Berperan Serta, 1996) Prabowo Adi Nugroho (penyunting), PRA - Memahami Desa Secara Patisipatif, Kanisius, Yogyakarta, 1996; Susan Dawson, Lenore Manderson, and Veronica L. Tallo, A Manual for the Use of Focus Group, INFDC, USA, 1993; Walter Fernandes dan Rejesh Tandon: Riset Partisipatoris Riset Pembebasan, Gramedia, Jakarta, 1993; Richard Krueger, Focus Groups: A Pratical Guide for Applied Research, Sage Publication, 1988; Nasution, MA, Dr, Prof, Metode Research, Jemmars, 1982; Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1982).
Contoh : Alur Proses Kegiatan Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi, Denpasar 24-28 Juli 2006
Waktu Agenda Hari Pertama, 24 Juli 2006
10.00 12.00 12.00 13.00 13.00 15.00 Check in Makan siang Pembukaan
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
Pengantar lokakarya: - Pretest, - Perkenalan, - Identifikasi harapan & tantangan - Alur lokakarya, - Aturan main pelaksanaan lokakarya
1. Peserta mengerti kondisi peserta ttg. pemahaman . Kebijakan Nasional AMPL-BM 2. Suasana rileks dan informal. tercipta 3. Tujuan lokakarya dapat dimengerti peserta 4. Agenda lokakarya disepakati oleh semua peserta. 5. Aturan main pelaksa-naan lokakarya disepakati
Persiapan Bersama : 1. Sebelumnya persiapkan ruangan dengan disain berikut ini : a. Lay out ruangan sebagai berikut :
Rencana lay out ruangan Kain rekat, Kertas dot Kertas HVS ukuran kuarto Metaplan Spidol Selotape Kartu keluarga : kucing, ayam, bebek, kambing, kuda, kodok, kelinci, dan sapi
b. Bahan yang dipersiapkan adalah : a. Kain rekat untuk identifikasi harapan dan kekhawatiran, tulis : - Apa yang diharapkan dapat diperoleh peserta dalam lokalatih ini ?
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Peserta menulis dalam metaplan biru - Apa yang dikhawatirkan oleh peserrta dalam lokalatih ini ? Peserta menulis dalam metaplan merah b. Kain rekat untuk tata tertib, tulis : - Apa yang boleh dilakukan selama pelatihan ? Peserrta menulis dalam metaplan hijau - Apa yang tidak boleh dilakukan selama pelatihan ? Peserta menulis dalam metaplan kuning c. Kain rekat untuk menjelaskan alur lokakarya d. Kain rekat untuk mengisi pre test e. Sisa kain rekat dan selotif, letakkan di 3 tempat masing masing 2 kain rekat dan 1 gulung selotip besar, serta tempelkan tulisan : MARI KITA PASANG KAIN REKAT INI BERSAMA SAMA. f. Meja untuk menyimpan LCD dan Laptop serta layarnya. g. Meja untuk menyimpan metaplan bulat terkecil, serta selotif, serta buat tulisan : silahkan ambil 1, untuk menuliskan nama panggilan anda ! h. Meja untuk menyimpan tas dan agenda WASPOLA, serta buat tulisan : silahkan ambil 1, serta isi daftar tanda terima seminar kit. c. Letakkan juga sejumlah kursi yang belum disusun, disudut ruangan. Tempelkan juga tulisan : SILAHKAN AMBIL MASING MASING 1, LALU KITA SUSUN BERSAMA DIRUANGAN INI ! 2. Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. 3. Kemudian berikan pengantar : SILAHKAN AMATI SELURUH RUAGAN INI, SERTA LAKUKAN SESUAI DENGAN PETUNJUK SECARA BERSAMA SAMA ! 4. Lakukan pengamatan, biarkan peserta bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri ! Berikan waktu sekitar 30 menit ! 5. Hentikan kegiatan, ketika set up ruangan sudah memadai untuk memulai acara lokalatih. 6. Lakukan pembahasan makna acara kreatif yang baru saja dilalui di awal lokakarya. 7. Hentikan kegiatan pembahasan, lakukan acara pengantar pembukaan lokakarya. Fasilitator utama : NA Co fasilitator : BP Notulen : Pretest
Fasilitator
Bahan
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
8. Penjelasan tentang pre-test dan pelaksanaan pre-test dengan metode penempelan dot pada kain rekat yg sudah disiapkan dalam matriks :
Fasilitator
Bahan
Etika fasilitato r
Media fasilitasi
9. Perkenalan, jelaskan model perkenalan yang akan dilakukan : a. Fasilitator memberikan pengantar tentang makna sebuah perkenalan. b. Jelaskan bahwa acara perkenalan akan dilakukan dengan cara berikut ini : Setiap peserta akan mencari anggota keluarganya : anak, ibu, ayah, bibi, paman, kakek dan nenek Keluarganya terdiri dari keluarga : kucing, ayam, bebek, kambing, kuda, kodok, kelinci, dan sapi Untuk menemukan anggota keluarganya setiap peserta akan mendapatkan bekal berupa potongan kartu yang bertuliskan, misalnya : anak kucing, ibu ayam, ayah bebek, bibi kambing, paman kuda, kakek kodok, atau nenek sapi, dlsb. Cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan keluarganya adalah dengan cara : menirukan suaranya dan atau menirukan gerakannya. c. Berikan kesempatan peserta mengelompok secara alamiah sesuai dengan keluarganya masing masing. Berikan kesempatan kepada kelompok kelompok yang telah terbentuk tersebut untuk saling berkenalan. d. Hentikan kegiatan, berikan kepada wakil dari setiap kelompok yang terbentuk untuk memperkenalkan anggota kelompoknya, serta menceritakan proses bertemunya anggota keluaga di kelas pleno. e. Bahas secara bersama sama, apa makna dari perkenalan tersebut. Ajak peserta untuk menyampaikan ide lainnya untuk topik perkenalan, untuk pengkayaan wawasan dan menambah koleksi metoda perkenalan. f. Akhiri acara perkenalan ini dengan menyampaikan antara lain bahwa mengenal orang lain tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat seperti sekarang ini, oleh karenanya selama lokakarya ini bapak/ibu dapat berproses mengenal lebih dekat 10. Identifikasi harapan dan kekhawatiran selama lokakarya berlangsung: Ajak kembali peserta untuk ke melingkar di ruangan tengah lokakarya Bagikan kertas metaplan & spidol. Minta kepada mereka untuk kembali ke kelompok tadi. Minta setiap peserta untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran pada kertas
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
metaplan. Diskuisikan dalam kelompoknya untuk memilih 2 terpenting menurut kesepakatan kelompok, dari harapan dan kekhawatiran tadi. Tempelkan di kain rekat. Lakukan pengelompokan, lalu sepakati judul dari hasil setiap pengelompokkan tadi. Ingatkan kembali atas sisa hasil identifikasi harapan dan kekhawatiran yang belum ditempelkan. Minta kepada peserta untuk menempelkan pada kelompok yang paling relevan. Tanyakan kepada mereka apakah dengan penambahan ini sudah relevan dengan kesepakatan judul tadi. Berdasarkan kesepakatan tadi, ingatkan, mana saja harapan yang dapat dipenuhi. Bahas pula tentang kekhawatiran. Ingatkan bahwa antara harapan dan kekhawatiran yang dibahas adalah dalam kerangka implementasi kebijakan nasional AMPL. NOTE: Kain rekat yang berisi harapan & kekhawatiran tetap berada di ruang kelas sampai akhir lokakarya, dengan maksud sebagai sarana evaluasi di akhir lokakarya 11. Presentasi alur lokakarya, agar semua fihak memahami apa saja yang akan dibahas selama lokakarya berlangsung. 12. Berdasarkan alur tersebut, bahas tentang aturan main pelaksanaan lokakarya, sampai semua fihak menyepakati aturan main lokakarya. Aturan main yang disepakati menyangkut : jadual dan tata tertib pelaksanaan lokakarya. Fasilitator utama : NA Fasilitator perkenalan : BP Fasilitator identifikasi harapan : NT Fasilitator alur lokakarya : NA Fasilitator tata tertib : AP Notulen : SYAF & NG
Fasilitator
Bahan
Rehat kopi Diskusi pendalaman langkah langkah fasilitasi operasionalisasi kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat
Pemahaman tentang tahap tahap fasilitasi implementasi kebijakan pembangunan AMPL berbasis masyarakat (diasumsikan bahwa peserta sebelumnya telah memperoleh masukan tentang prinsip-prinsip dan operasionalisasi kebijakan AMPLBerbasis Masyarakat)
1. Fasilitator memberikan introduksi tentang tujuan sessi ini. 2. Berikan pengantar, pergunakan one sheet power point yogyakarta. Berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab. 3. Fasilitator meminta peserta yang bersedia menjadi volunter menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan proses adopsi kebijakan 4. Minta peserta untuk membagi diri kedalam 3 kelompok, dengan cara meinghitung 1,2,3 dst. 5. Minta kepada setiap kelompok untuk menginventarisir : Apa yang telah dilakukan oleh daerah Apa yang masih dibutuhkan oleh daerah 6. Ajak peserta untuk melakukan pengelompokkan pendapat peserta. 7. Bahas pengelompokkan peserta, untuk kemudian sekali lagi jelaskan kembali tentang roadmaping pelaksanaan kebijakan AMPL berbasis masyarakat. Lakukan diskusi dan tanya jawab. 8. Rangkum hasil proses disksusi bahwa : a. Kita telah mengetahui alur proses pelaksanaan kebijakan di daerah b. Hal kedua yang akan dilakukan adalah : bagaimana kita melakukan proses fasilitasi
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif LCD dan computer Roadmaping implementasi kebijakan
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
agar hasil akhir pelaksanaan kebijakan dapat tercapai. Fasilitator utama : BP Fasilitator kelompok 1 : NT Fasilitator kelompok 2 : AP Fasilitator kelompok 3 : NG Notulen : SYAF
Fasilitator
Bahan
Istirahat, makan malam Dasar dasar Peserta mengetahui fasilitasi pengetahuan dan keterampilan seorang fasilitator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fasitator memulai kegiatan dengan pooling pendapat dengan pertanyaan utama: Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang diperlukan sebagai fasilitator Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud tidak terbatas pada Implementasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat, tetapi dalam arti seluas-luasnya terutama yang berkaitan dengan kondisi daerah, misalnya yang berkaitan dengan sumber daya, kondisi ekonomi, penyebab kemiskinan, konflik, musim, dan lain-lain. Pertanyaan tersebut diajukan kepada peserta lokalatih dimana masing-masing peserta menuliskan jawabannya dalam kartu (satu jawaban satu kartu, bedakan warna kartu untuk laki-laki dan perempuan), fasilitator ( kita sebagai fasilitator ) juga dapat membantu menuliskan apa-apa yang mungkin terlupa oleh para peserta. Jawabanjawaban tersebut kemudian ditempelkan secara keseluruhan di dinding/sticky cloth. Sementara para peserta membuat jawaban, fasilitator menyiapkan matriks dengan kartu sebagai berikut: 1 Jawaban Yang Diketahui Fasilitator Jawaban-jawaban hasil pooling Idem Idem Idem 2. Jawaban Yang Telah Diketahui Peserta Jawaban-jawaban hasil pooling Idem Idem Idem Jawaban dari peserta kemudian diletakkan pada kolom pertama atau kedua dengan cara menanyakan pada peserta dimana dari masing-masing jawaban seharusnya ditempatkan. (tentang apa yang diketahui fasilitator dan apa yang diketahui oleh peserta). Setelah itu selesai kemudian kelompokkan kembali jawaban-jawaban tersebut ke dalam apa-apa yang tidak diketahui fasilitator (biasanya seperti kondisi lokal masyarakat, perilaku, kebiasaan, adat istiadat, kedekatan dan lain-lain), dan apa yang tidak diketahui peserta Ketika semua jawaban (kartu) telah dimasukkan ke dalam matriks, tanyakan pada peserta untuk mengemukakan kesimpulan dari apa yang mereka lihat. Rangkum pelajaran yang didapat pada akhir materi : Partisipan menyadari bahwa baik peserta maupun fasilitator tidak mengetahui semuanya. Lokalatih ini berarti untuk mengeluarkan pengetahuan lokal seorang partisipan dan menambah pengetahuan tersebut dengan pengetahuan dari luar yang diberikan oleh fasilitator, demikian juga
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
dengan fasilitator, untuk menciptakan kapasitas fasilitasi terbaik yang memungkinkan untuk Implementasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat. 7. Dari matriks tersebut pada akhirnya diharapkan akan terlihat adanya gabungan pengetahuan antara fasilitator dan peserta. Hasil yang diharapkan Dari ice breaker: tidak terjadi lagi kekakuan dalam pelaksanaan lokalatih selanjutnya. Dari exercise: Peserta memahami bahwa mereka adalah sumber daya yang juga berperan dalam melakukan fasilitasi aktif serta memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai modal untuk menjadi fasilitator yang baik. Catatan : Setiap hari dilakukan evaluasi dengan menggunakan Pocket Voting dengan pertanyaan : Topik bahasan apa yang paling menarik ? Bagaimana situasi kelas hari ini ? Bagaimana peningkatan pengetahuan hari ini? Bagaimana peran serta peserta hari ini? Bagaimana fasilitator membangun dinamika hari ini? Sehingga dapat dibahas sebagai bahan review harian esok harinya Fasilitator utama : NA Co Fasilitator : BP Notulen : AP & NG
Fasilitator
Bahan
Istirahat Persiapan diri, makan pagi Review hari Pemahaman tentang pertama pokok pokok hasil lokakarya hari 1
08.15 09.15
Pemahaman tentang arah yang ingin dicapai lokalatih keterampilan dasar fasilitasi
Bahan Pengarahan ter- sedia dlm format power point Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Kuisener K1
08.15 10.00
1.
Fasilitator memberikan introduksi tentang tujuan sessi ini : mengajak peserta untuk memahami dasar dasar fasilitasi. 2. Fasilitator meminta peserta mengutarakan pendapatnya tentang fasilitasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan kebijakan di daerah. Catat pendapat peserta di metaplan, dan tempelkan di kain rekat. Ajak peserta untuk menyepakati apa
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
sebenarnya yang dimaksud dengan fasilitasi. Dan jelaskan kenapa kita memilih pendekatan ini untuk pelaksanaan kebijakan di daerah. Ceritakan bahwa kebijakan yang sudah tersusun dan menjadi buku tersebut, proses penyusunannya melalui berkali kali lokakarya partisipatif, di daerah maupun di pusat. 3. Untuk itu, minta peserta untuk membagi diri kedalam 3 kelompok, dimana masing masing kelompok akan melakukan kegiatan yang berbeda untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda :
Fasilitator
Bahan
dan K2 Foto kondisi AMPL Kertas HVS
Kelompok 1 : Pilihan kegiatan yang dilakukan : mengisi kuisener a. Fasilitator memberikan pengantar tentang kuisener yang akan disi oleh peserta. KUESIONER (K1) Evaluasi Kinerja Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Penelitian ini dilakukan untuk menilai secara objektif kebijakan dan penerapannya. Untuk itu responden diminta menjawab secara jujur berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya) Tanggapan responden terhadap logika kebijakan dan peluang penerapannya Keterangan: 1=Tidak bisa, 2=Kurang, 3=Bisa, 4=Sangat bisa Kebijakan Umum (dicuplik dari dokumen Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat) Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi Pilihan yang Diinformasikan Sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap Kebutuhan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Keberpihakan pada Masyarakat Miskin Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan Akuntabilitas Proses Pembangunan Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator Secara logika dapat diterima 1 1 2 2 3 4 Dapat diterapkan di daerah 1 2 3 4
No
3 4 5 6 7 8
Waktu
Agenda
Keluaran
9 10
Proses
Peran Aktif Masyarakat Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran 11 Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya Catatan (apabila ada sesuatu yang penting tentang hal di atas, baik komentar, saran, dll).... ... .. KUESIONER (K-2) Evaluasi Kinerja Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Daerah (Penelitian ini dilakukan untuk menilai secara objektif kinerja implementasi kebijakan Untuk itu responden diminta menjawab secara jujur berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya) Tanggapan responden terhadap kinerja implementasi di daerah sebelum dan sesudah mendapat fasilitasi dari Proyek WASPOLA Keterangan: Beri nilai 1 sampai dengan 4. 1 untuk nilai terendah/terburuk, dan 4 untuk nilai tertinggi/terbaik No 1 1.1 1.2 ITEM KELEMBAGAAN Koordinasi pembangunan AMPL antar dinas Pengetahuan dan pemahaman terhadap pendekatan pembangunan partisipatif khususnya dalam bidang AMPL. Prioritas pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat Pelibatan stakeholder di luar pemerintah dalam pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat PEMBIAYAAN Alokasi anggaran daerah pembangunan fisik AMPL berbasis partsipasi masyarakat Alokasi anggaran daerah untuk mendukung kegiatan pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat. Misalnya untuk pelatihan, monitoring dan evaluasi kegiatan SEBELUM FASILITASI 1 2 3 4 SESUDAH FASILITASI 1 2 3 4
Fasilitator
Bahan
1.3 1.4
2 2.1 2.2
Waktu
Agenda
Keluaran
3 3.1
Proses
REGULASI Produk peraturan yang mendukung pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat. Misalnya PERDA, SK BUPATI, dll. Produk perencanaan yang mendukung pembangunan AMPL berbasis partisipasi masyarakat. Misalnya RENSTRA, RPJM, dll.
Fasilitator
Bahan
3.2
Catatan (apabila ada sesuatu yang penting tentang hal di atas, baik komentar, saran, dll) . . ... b. Bagikan kuisener tersebut, minta peserta mengisi kuisener tersebut. c. Hentikan kegiatan pengisian kuisener, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? d. Tunjuk juru bicara yang akan menjelaskan kepada kelompok lain yang akan beranjang sana ke kelompoknya. Kelompok 2 : Pilihan kegiatan yang dilakukan : melaksanakan FGD a. Fasilitator menjelaskan tentang topik FGD yang akan dilakukan : Air Sebagai Benda Ekonomi dan Benda Sosial. b. Sepakati bersama, siapa diantara peserta yang akan menjadi : Pemimpin diskusi Notulen c. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk melakukan FGD. d. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan FGD, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? e. Tunjuk juru bicara yang akan menjelaskan kepada kelompok lain yang akan beranjang sana ke kelompoknya.
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Kelompok 3 : Pilihan kegiatan yang dilakukan : melaksanakan fasilitasi Bahasa Foto, dalam rangka identifikasi isu AMPL daerah a. Fasilitator menjelaskan tentang kegiatan diskusi dalam rangka identifikasi isu AMPL daerah, minta peserta untuk duduk melingkar didepan salah satu kain rekat yang telah tertempel di dinding b. Sebar dan perlihatkan foto foto yang telah dipersiapkan dilantai. c. Minta kepada setiap peserta untuk memilih satu foto. d. Setelah memilih, minta setiap peserta untuk memperlihatkan foto pilihannya, serta menjelaskan alasannya kenapa memilih foto tersebut. e. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi, guna memilih 3 foto yang menggambarkan kondisi AMPL saat ini. Lalu tempelkan di kain rekat. f. Ajak kelompok untuk mendiskusikan : dengan melihat foto kondisi AMPL SAAT INI tersebut, SIAPA dan MELAKUKAN APA yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi. g. Hentikan, lalu minta peserta untuk memilih 3 foto yang menggambarkan KONDISI IDEAL yang diharapkan. Kalau tidak ada fotonya, peserta dapat membuat gambar sendiri. h. Ajak kelompok untuk mendiskusikan : dengan melihat KONDISI IDEAL yang diharapkan, SIAPA dan MELAKUKAN APA yang memungkinkan kondisi tersebut terjadi. i. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan diskusi partisipatif, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? j. Tunjuk juru bicara yang akan menjelaskan kepada kelompok lain yang akan beranjang sana ke kelompoknya. 4. Hentikan kegiatan di tiga kelompok, secara bergiliran ajak peserta untuk beranjang sana ke kelompok lainnya. Berikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk diskusi dan tanya jawab secukupnya. 5. Bahas makna ketiga kegiatan dengan menggunakan matriks dengan menggunakan metaplan : Nama kegiatan Kelebihan Kekurangan Kapan Caranya digunakan bagaimana
Fasilitator
Bahan
Untuk mengisi matriks tersebut, peserta dapat mengambil hasil diskusi kelompok, dan menyempurnakannya secara bersama sama 6. Berdasarkan pembahasan tersebut, ingatkan kepada semua peserta bahwa dengan
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
fasilitasi secara partisipatif, maka semua yang hadir dalam sebuah lokakarya atau pertemuan apapun dalam kerangka implementasi kebijakan, adalah narasumber, sehingga semua harus saling berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dengan sesama yang hadir dalam pertemuan tersebut. Catatan : Peserta dapat membaca ringkasan bahan bacaan dalam bentuk power point. Fasilitator utama : NA Fasilitator kelompok 1: BP Fasilitator kelompok 2 : NT Fasilitator kelompok 3 : AP Notulen : SYAF & NG
Fasilitator
Bahan
1. Fasilitator menjelaskan bahwa setelah memahami dasar fasilitasi, langkah selanjutnya yang harus difahami adalah : pendekatan partisipatori untuk pelaksanaan Program AMPL berbasis masyarakat. 2. Jelaskan secara partisipatif disertai contoh contoh yang kongkrit, tentang pendekatan pendekatan partisipatori, yang antara lain terdiri dari : a. Social Assessment b. Analisis stake holder c. Participatory Rural Appraisal d. Participatory Monitoring & Evaluation e. Beneficiary Assessment f. SARAR -> PHAST -> MPA g. Video Conference h. Internet/Website Berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab secukupnya. Catatan : Sebelumnya fasilitator menuliskan di kertas metaplan jenis jenis pendekatan, berikut contoh contoh dari setiap jenis pendekatan partisipatori tersebut. Sehingga penjelasan menggunakan metaplan dan kain rekat, sekaligus sebagai contoh lain dalam presentasi dan tanya jawab. 3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab dalam rangka mengeksplorasi setiap pendekatan partisipatori tersebut. 4. Karena WASPOLA bermain dalam ranah kebijakan, jelaskan secara lebih rinci : Analisis stake holder. Berikan kesempatan untuk tanya jawab. 5. Berdasarkan pembahasan tersebut, jelaskan bahwa partisipatori adalah kata kunci untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, yang mempunyai sasaran keberlanjutan, dimana intinya adalah penggunaan efektif. Fasilitator utama : RI Co Fasilitator : BP Notulen : AP & NG 1. Fasilitator mengingatkan tentang pendekatan partisipatori yang telah dibahas pada pagi tadi. Sekarang, ajak peserta untuk mengkaji masalah metoda penyampaiannya.
Waktu
Agenda
partisipatori
Keluaran
dapat dipakai dalam fasilitasi
Proses
2. Ajak peserta untuk melakukan kegiatan sebagai salah satu bentuk metoda : a. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penggunaan metoda untuk kegiatan perorangan : lembar perkenalan b. Bagikan lembar perkenalan : No. Hobby/kebiasaan Nama Daerah Paraf 1. Berenang 2. Membaca 3. Menonton film 4. Mendengarkan musik 5. Berkebun 6. Memelihara ikan hias 7. Memasak nasi goreng 8. Lari pagi 9. Main basket 10. Traveling 11. Menulis 12. Memainkan gitar c. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ? Caranya bagaimana ? 3. Ajak peserta untuk melakukan kegiatan Fish Bowl Discusion sebagai salah satu bentuk metoda lainnya: a. Siapkan kursi secara melingkar ditengah ruangan, usahakan ada kursi untuk setiap perwakilan tiap propinsi untuk mendiskusikan tentang perbedaan antara demand dan need dalam diskusi sebagai peserta tetap sampai akhir diskusi. b. Serta disiapkan 1 kursi panas untuk peserta dari luar lingkaran agar dapat memberikan pendapat atau berkomentar untuk membantu menemukan kesepakatan bersama. Waktu yang disediakan untuk kursi panas sangat terbatas, untuk memberikan kesempatan peserta lain terlibat dan berpendapat. Sisa peserta lainnya sebagai pengamat. c. Hentikan kegiatan, apabila diskusi dinilai telah mencukupi mendapatkan masukan tentang demand dan need. d. Lakukan pembahasan bersama untuk memahami tentang demand dan need. 4. Setelah dirasa cukup, hentikan kegiatan, dan bahas makna dari pengalaman kegiatan tersebut : Apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan tersebut ? Apa kelebihannya ? Apa kekurangannya ? Sebaiknya kapan digunakan ?
Fasilitator
Bahan
Spidol Selotif Format perkenalan Manila karton
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Caranya bagaimana ? 5. Bahas makna ketiga kegiatan dengan menggunakan matriks dengan menggunakan metaplan : Kapan Caranya Nama kegiatan Kelebihan Kekurangan digunakan bagaimana
Fasilitator
Bahan
Ajak peserta untuk menambahkan metoda apa lagi biasa digunakan dalam sebuah lokakarya dan atau lokalatih, apabila cukup waktu, lakukan uji coba pelaksanaan metoda tersebut. Bahas dengan menggunakan format diatas. 7. Diskusikan juga mengenai efektifitas pemanfaatan berbagai metoda dalam sebuah lokakarya. 8. Ingatkan juga bahwa pemilihan metoda juga berkaitan dengan ketersediaan sumber daya lokakarya, dan atau lokalatih yang diselenggarakan 9. Tutup dengan rangkuman : yang terpenting adalah menemukan metoda yang paling pas sesuai dengan ketersediaan sumber daya kita untuk menyampaikan sebuah topik tertentu. Fasilitator utama : NT Co Fasilitator : NA Notulen : SYAF & BP 15.00 15.30 15.30 17.30 Rehat kopi Etika fasilitator Peserta mengetahui etika fasilitator, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang fasilitator 1. Fasilitator menjelaskan tentang pentingnya memahami etika seorang fasilitator. 2. Bagi peserta kedalam 3 kelompok, untuk membahas tentang : apa yang boleh ditampilkan/dilakukan dan tidak boleh ditampilkan/dilakukan oleh seorang fasilitator dalam sebuah kegiatan fasilitasi. 3. Kegiatan diskusi kelompok : a. Fasilitator menugaskan pada peserta untuk menulis apa yang boleh ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator dalam sebuah kegiatan fasilitasi b. Apa yang boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator, pada metaplan warna hijau c. Apa tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator, pada metaplan warna merah d. Tempelkan di kain rekat masing masing kelompok e. Lakukan diskusi kelompok, minta kepada masing masing peserta untuk menyepakati dan memilih masing masing 5 metaplan apa yang boleh ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator dalam sebuah kegiatan fasilitasi 4. Ajak semua peserta untuk menempelkan pilihan 5 metaplan apa yang boleh ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator di kain rekat yang baru. 5. Ajak peserta untuk mengelompokkan metaplan merah dan hijau secara terpisah dari 5 metaplan pilihan dan kesepakatan kelompok tersebut . Setelah mengelompok, ajak peserta untuk memberi judul pada hasil pengelompokkan tersebut. 6. Kemudian ingatkan kepada peserta pada sisa metaplan yang ada di kelompoknya masing masing, silahkan bawa, dan tempelkan pada hasil pengelompokkan tadi, yang dianggap Pokja AMPL WASPOLA Kain rekat Metaplan Spidol Selotif
6.
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
paling relevan. 7. Ingatkan peserta tentang apa yang boleh ditampilkan dan tidak boleh ditampilkan oleh seorang fasilitator, arahkan pembahasan tentang Etika Fasilitator yang ditekankan sesuai dengan hasil kesepakatan kita dalam lokalatih ini Fasilitator utama : NA Fasilitator kelompok 1: AP Fasilitator kelompok 2 : NT Fasilitator kelompok 3 : SYAF Notulen : BP & NG
Fasilitator
Bahan
17.30 19.30
Waktu
19.30 - 21.30
Agenda
Teknik komunikasi
Keluaran
Peserta mengetahui jenis jenis komunikasi dan keterampilan teknis komunikasi 1. 2.
Proses
Fasilitator menjelaskan tentang hal lain yang perlu dikuasai oleh fasilitator : komunikasi Jelaskan kepada peserta tentang permainan yang akan dilakukan : Broken T
Fasilitator
Pokja AMPL WASPOLA
Bahan
Permainan Broken T Kertas manila karton, halaman Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Gambar mendengar, bertanya dan fasilitator
3.
Jelaskan aturan main pelaksanaan permainan Broken T : a. Bagi peserta kedalam kelompok yang terdiri dari 3 orang; minta seoang menjadi komunikator, 2 orang menjadi komunikan b. Atur tempat duduk seperti : - Komunikator duduk di lantai dibelakang sandaran kursi - Komunikan duduk berdua di lantai di depan tempat duduk kursi - Diatas tempat duduk kursi tersebut, ditutup dengan kertas ukuran setengah plano, dengan sasaran agar komunikator tidak dapat melihat komunikator bekerja atas dasar perintah komunikator
k u r s i
c. Permainan dilakukan dalam tiga tahap : i. Tahap pertama, komunikator hanya memberikan instruksi, komunikator tidak dapat bertanya, dan langsung harus mengerjakan tugasnya ii. Tahap kedua, komunikator boleh menjawab pertanyaan komunikan secukupnya, lalu komunikan harus langsung mengerjakan tugasnya iii. Tahap ketiga, komunikator dan komunikan dapat berdialog, agar tugas yang harus dikerjakan dapat diselesaikan dengan sempurna d. Tugas yang harus diselesaikan komunikan adalah : menyusun Broken T e. Dengan aturan main tersebut, peserta melakukan permainan Broken T selama tiga babak, sesuai dengan instruksi fasilitator. 4. Lakukan pembahasan dengan menggunakan matriks berikut:
Jenis komunikasi Kelebihan Kekurangan Kapan digunakan Caranya bagaimana
5.
Bahas dengan peserta bahwa komunikasi dialogislah yang paling cocok dalam pendekatan partisipatori, untuk pelaksanaan fasilitasi pelaksanaan kebijakan ini. 6. Lanjutkan pembahasan, agar pendapat peserta dalam sebuah kegiatan lokakarya keluar semua peserta aktif, ada dua hal yang harus diperhatikan : Teknik Mendengar dan Teknik bertanya 7. Simpulkan pembahasan komunikasi dengan 3 gambar berikut ini :
Waktu
21.30 06.00 06.00 08.00 08.00 08.15
Agenda
Istirahat
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
08.15 10.00
Media fasilitasi
Bola karet Kain rekat Metaplan Amplop besar Kertas flipchart Spidol Selotif Format
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
pelatihan dalam kerangka peningkatan kapasitas untuk pelaksanaan kebijakan didaerah. d. Setelah itu, metaplan dimasukkan kedalam amplop besar yang telah disediakan sebelumnya e. Peserta yang telah memasukkan metaplan tadi, kemudian melemparkan bola seperti tadi, sampai bola benar benar sampai tepat di orang paling belakang f. Kegiatan diteruskan, sampai setiap orang mendapatkan kesempatan untuk melempar bola dan menuliskan kebutuhannya dalam metaplan 4. Berdasarkan aturan main tersebut, minta setiap kelompok untuk memainkan lempar bola karet. 5. Setelah selesai, ajak peserta berdiri melingkar, ajak peserta untuk mengungkapkan makna dari lempar bola : a. Pentingnya untuk melihat langsung, makna dari bola sampai di ujung peserta paling belakang b. Pentingnya untuk tetap ingat pada tujuan, makna lain dari bola tidak boleh terkena dikaki peserta yang bukan terletak diujung c. Voice dan choice, makna menulis dan memasukkan metaplan kedalam amplop, setiap orang yang hadir memiliki hak yang sama d. Dlsb 6. Kembalikan kedalam kelompok, buka amplop, dan minta peserta untuk menempelkan metaplan tersebut di kain rekat kelompoknya. Lakukan pengelompokkan. 7. Minta setiap kelompok untuk mengambil 10 jenis kebutuhan : pelatihan dalam kerangka peningkatan kapasitas untuk pelaksanaan kebijakan didaerah. Tempelkan dikain rekat baru. 8. Ajak peserta untuk mengelompokkan keebutuhan tersebut. Beri judul dari pengelompokkan tersebut. 9. Kemudian ingatkan kepada peserta pada sisa metaplan yang ada di kelompoknya masing masing, silahkan bawa, dan tempelkan pada hasil pengelompokkan tadi, yang dianggap paling relevan. 10. Jelaskan bahwa pada dasarnya ada tiga pengelompokkan kebutuhan pelatihan dan atau lokakarya, atau lokalatih : g. Aspek sikap h. Aspek pengetahuan i. Aspek keterampilan 11. Setelah itu, jelaskan pula format penjajagan kebutuhan untuk ketiga aspek tersebut : Mengapa anda membutuhkan suatu pelatihan untuk lembaga/institusi anda? (Pilih jawaban yang tepat) Adanya kebutuhan untuk memperoleh ketrampilan baru Adanya kebutuhan untuk menyiapkan tenaga untuk tugas atau posisi baru
Fasilitator
Bahan
penjajagan kebutuhan
Waktu
Agenda
Keluaran
Adanya kebutuhan untuk perubahan sikap Adanya kebutuhan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru Contoh:
Proses
Adanya kebutuhan untuk mempersiapkan tenaga untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, mempelajari bagaimana meningkatkan performance yang lebih baik, dan peningkatan hasil dari upaya yang dilakukan.
Fasilitator
Bahan
1. NEED ASSESSMENT UNTUK PELATIHAN KETERAMPILAN 1. Apa peran dan tugas yang akan dilakukan?
2.
Apa keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan peran dan tugas ini?
3.
4.
5.
Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh di atas, rumuskan tujuan anda sendiri untuk pelatihan ini?
2. NEED ASSESSMENT UNTUK PELATIHAN PENGEMBANGAN SIKAP 1. Mengapa anda berkeinginan untuk merubah sikap kelompok atau institusi anda?
2.
3.
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
4.
5.
Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh di atas, sebutkan tujuan pribadi anda untuk pelatihan ini?
3. NEED ASSESSMENT UNTUK SALING TUKAR INFORMASI DAN PENGETAHUAN 1. Pengetahuan apa yang anda harapkan untuk disampaikan agar dapat menjadi pelajaran untuk kelompok/institusi?
2.
Mengapa anda menginginkan mereka agar mereka belajar tentang pengetahuan seperti yang disebutkan di atas?
3.
Apa yang telah mereka ketahui tentang pengetahuan yang disebutkan di atas?
4.
Informasi atau pengetahuan lainnya yang dibutuhkan selain yang telah disebutkan di atas ?
5.
Berdasarkan assesmen yang telah dilakukan di atas, rumuskan tujuan pelatihan ini menurut anda?
4. NEED ASSESSMENT UNTUK PELATIHAN PERAN DAN TUGAS BARU DALAM PEKERJAAN
Waktu
Agenda
Keluaran
APA PERAN DAN TUGAS YANG HARUS DILAKSANAKAN?
Proses
PENGETHAUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP APA YANG DIPERLUKAN AGAR PERAN DAN TUGAS DAPAT BERJALAN? Pengetahu an DARI YANG TELAH TERCANTUM YANG MANA YANG TELAH MEREKA MILIKI? YANG MANA YANG BELUM MEREKA MILIKI
Fasilitator
Bahan
5. NEED ASSESSMENT UNTUK PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK 1. Lakukan identifikasi kelompok/institusi anda pada tingkat apa pada saat ini dalam hubungannya dengan fungsi dn tugas, hubungan antar manusia. Dengan menggunakan model pertumbuhan dan perkembangan kelompok. 2. Berikan indikasi kelompok/institusi anda pada tingkat mana berdasarkan identifikasi yang anda lakukan FUNGSI DAN TUGAS:
Sikap
Ketrampilan
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
1. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap apa yang menurut anda dibutuhkan untuk meningkatkan pada tingkat pertumbuhan yang diharapkan? PENGETAHUAN
KETRAMPILAN
SIKAP
2.
Fasilitator utama : DJOKO WARTOMO DEPKES Fasilitator kelompok 1: NA Fasilitator kelompok 2 : NT Fasilitator kelompok 3 : BP Notulen : AP & NG 12.15 13.30 13.30 15.30 Istirahat, makan siang Menyusun kerangka acuan fasilitasi
1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam menyusun kerangka acuan fasilitasi 2. Fasilitator menugaskan pada masing-masing peserta untuk : a. Minta kepada peserta untuk mempersiapkan alat tulisnya. b. Jelaskan bahwa setiap peserta diminta untuk menulis sebuah cerita yang menggambarkan tentang upaya yang ingin dilakukan untuk mencapai kondisi AMPL yang ideal c. Minta kepada 1-2 relawan untuk membacakan ceritanya. Kemudian bahas, dan arahkan pada pentingnya menyusun Kerangka Acuan Fasilitasi. 3. Fasilitator menjelaskan mengenai sistematika penulisan Kerangka Acuan Fasilitasi : a. Latar belakang b. Tujuan c. Materi
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
d. Strategi pelaksanaan e. Peserta f. Lokasi, waktu dan tempat g. Biaya h. Bagan alir i. Jadual 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang dianggap kurang dimengerti 5. Berdasarkan uraian tersebut diatas, berikan kesempatan kepada peserta untuk menulis draft kerangka acuan pertemuan untuk menemukan isu pembangunan AMPL daerah 6. Fasilitator memberikan penegasan mengenai pokok-pokok materi dan dihubungkan dengan materi sebelumnya Fasilitator utama : NT Co Fasilitator : BP Notulen : SYAF
Fasilitator
Bahan
1.
Fasilitator memberikan penjelasan mengenai : tujuan sessi menyusun kurikulum kegiatan fasilitasi 2. Tugas kelompok : a. Minta 6 orang sukarelawan untuk tampil kedepan untuk memainkan : Memasukan gantungan paku kedalam botol. b. Ajak peserta lainnya untuk mengamati jalannya permainan ini. c. Bahas makna permainan ini kearah : tujuan, penggunaan alat, cara, dlsb. Arahkan pembicaraan kepada penyusunan kurikulum, yang ada kaitannya dengan masalah masalah tersebut diatas. 3. Fasilitator menjelaskan kepada peserta mengenai kurikulum dengan menggunakan tabel berikut ini : Pokok bahasan Tujuan Proses Media/alat Fasilitator Waktu
4.
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang dianggap kurang dimengerti 5. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Adapun tugasnya: Sesuai dengan format tersebut diatas, minta peserta secara berkelompok untuk menyusun kurikulum pertemuan untuk menemukan isu pembangunan AMPL daerah 6. Fasilitator memberikan penegasan mengenai intisari menyusun kurikulum Fasilitator utama : NA Co Fasilitator : BP Notulen : NG 17.30 19.30 Istirahat, makan malam
Waktu
19.30 - 21.30
Agenda
Acara kreatifitas kelompok
Keluaran
Peserta menampilkan kreatifitas kelompok mengenai isu AMPL dengan menggunakan berbagai metoda dan atau media fasilitasi 1.
Proses
Peserta per kelompok diminta untuk menyiapkan kegiatan kreatif yang akan dibawakan selama 5 menit yang menampilkan salah satu isu AMPL dengan menggunakan meoda dan atau media fasilitasi 2. Acara Kreatifitas Kelompok dipertunjukkan selama 5 menit setiap kelompok 3. Pemberian hadiah untuk kelompok paling kreatif Pembawa acara : BP Juri : Tim WASPOLA dan Pokja AMPL Catatan : Sebagai persiapan jelaskan sejak Alur Pelaksanaan Lokakarya, sehingga pada saat acara kreatif ini betul betul akan mengekspresikan isu, metoda dan media yang dipilih. Acara dapat dilanjutkan dengan kegiatan hiburan lainnya.
Fasilitator
Pokja AMPL WASPOLA
Bahan
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Gift untuk hadiah
Istirahat Persiapan diri, makan pagi Review hari ketiga Pemahaman tentang pokok pokok hasil lokakarya hari 3
08.15 17.00
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Panduan simulasi fasilitasi lapangan Perlengkapa n simulasi
Penyusunan skala prioritas Berdasarkan skema tersebut, sessi sessi simulasi dirancang sebagai berikut : - Sessi 1, 60 menit, identifikasi isu AMPL lainnya setelah pelaksanaan program
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses
selama ini, seperti issue yang berkaitan dengan sanitasi seperti jamban, PHBS dan lain sebagainya yang relevan dengan program yang akan dilakukan dengan ISSDP - Sessi 2, 60 menit, menyusun skala prioritas untuk melaksanakan program selanjutnya - Sessi 3, 60 menit, menyusun rencana kerja sesuai dengan kemampuan masyarakat c. Peserta, akan dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari sekitar 9 orang d. Praktek akan dilakukan malam hari, selama 3 jam efektif 3. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 9 orang, disesuaikan dengan kemampuan peserta, sejauh yang berhasil direkam tim fasilitator 4. Kelompok simulasi mengorganisasikan diri untuk persiapan simulasi : i. Pembagian tugas ii. Pengorganisasian kelompok iii. Mempersiapkan materi dan perlengkapan simulasi iv. Uji coba simulasi apabila memungkinkan v. Persiapkan inform choice untuk membantu masyarakat 5. Setelah selesai, fasilitator berdiskusi dengan peserta tentang pengalaman bagaimana mempersiapkan simulasi lapangan, agar dapat diaplikasikan di daerahnya masing masing Catatan : Apabila kelompok simulasi telah menyelesaikan tugasnya, peserta dapat melakukan acara bebas, dengan catatan, jam 17 harus sudah kembali ke hotel, untuk persiapan berangkat ke lokasi simulasi Fasilitator utama : NA Kelompok 1 : NT Kelompok 2 : BP Kelompok 3 : AP Kelompok 4 : SYAF Kelompok 5 : NG Perekam gambar : AH
Fasilitator
Bahan
Istirahat, makan malam Pelaksanaan Peserta mendapatkan praktek fasilitasi kesempatan simulasi fasilitasi di lapangan
1.
Fasilitator melakukan pengecekan kelengkapan anggota kelompok simulasi dan pelengkapan yang dibutuhkan 2. Rombongan sesuai dengan kendaraannya berangkat menuju lokasi, jam 18.30 3. Kelompok melakukan fasilitasi di kelurahan selama 3 jam 4. Rombongan kembali ke hotel, jam 22.00 Fasilitator utama : NA Kelompok 1 : NT Kelompok 2 : BP Kelompok 3 : AP Kelompok 4 : SYAF Kelompok 5 : NG
21.30 06.00
Istirahat
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
Persiapan diri, makan pagi Review hari Pemahaman tentang keempat pokok pokok hasil lokakarya hari 4
08.15 09.45
Review : 1. Introduksi tentang review pokok pokok hasil lokakarya hari kedua 2. Minta kepada salah satu peserta untuk menyampaikan review tentang pokok pokok hasil lokakarya hari 4 3. Minta peserta lainnya untuk menambahkan Fasilitator : NT Notulen : NG 1. Fasilitator menjelaskan tentang manfaat yang akan diperoleh dari refleksi simulasi lapangan 2. Fasilitator mempersilahkan masing masing kelompok menyampaikan hasil pengamatannya, kelompok lain dapat menambahkan. 3. Fasilitator memutarkan cuplikan gambar pelaksanaan simulasi. 4. Fasilitator mengajak peserta untuk diskusi hal hal apa yang sudah baik untuk dipertahankan, serta hal hal apa yang masih harus ditingkatkan. 5. Tim fasilitator menyampaikan beberapa hal kunci mengenai pelaksanaan simulasi di lapangan. 6. Fasilitator memberikan penjelasan bahwa : pengalaman, jam terbang, akan membuat kita semua semakin memahami dan matang dalam melaksanakan kegiatan fasilitasi Fasilitator utama : NT Co Fasilitator : BP Notulen : SYAF Pembulatan 1. Fasililitator menjelaskan pentingnya melakukan pembulatan materi pelatihan 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya tentang pengalaman, pengetahuan, keterampilan yang diperolehnya selama loka latih ini. Pendapat peserta ditulis di metaplan lalu ditempelkan di kain rekat 3. Fasilitator menambahkan hal hal yang terlupakan oleh peserta. Untuk kemudian fasilitator merangkainya menjadi sebuah kesatuan yang utuh : dasar dasar fasilitasi. 4. Fasilitator kemudian mengajak peserta membandingkannya dengan alur lokakarya yang dijelaskan diawal lokalatih. RKTL 1. Fasilitator mengingatkan kembali tentang roud maping pelaksanaan kebijakan di daerah, serta langkah langkah fasilitasi yang harus dilakukan 2. Fasilitator membagi peserta kedalam propinsinya masing masing. 3. Peserta dengan propinsinya masing menyusun RKTL sesuai dengan ketersediaan dana tahun ini, serta sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan kebijakan selanjutnya di daerahnya masing masing; misal : propinsi mengadakan TOT, WASPOLA dan Pokja AMPL Pusat sebagai nara sumber. 4. Satu copy rencana kerja diserahkan kepada fasilitator untuk kepentingan monitoring dan evaluasi Fasilitator utama : NA
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Rekaman gambar simulasi & pengamatan
Peserta mendapatkan kesimpulan umum terhadap materi pelatihan Peserta mempunyai RKTL
Kain rekat Metaplan Spidol Selotif Roadmaping pelaksanaan kebijakan Format RKTL
Waktu
11.00 11.30
Agenda
Post test Evaluasi akhir
Keluaran
Peserta mengerti pencapaian lokakarya saat itu
Proses
Co Fasilitator : BP Notulen : NG 1. Fasilitator menjelaskan pentingnya dilaksanakan post test, sebagaimana yang telah dilakukan pada saat pre-test 2. Fasilitator memberikan kesempatan untuk melakukan pengisian kembali kain rekat post test :
Fasilitator
Pokja AMPL WASPOLA
Bahan
Lembar postest Kertas dot
Etika fasilitato r
Media fasilitasi
11.30 12.00
Penutupan
Peserta mendapatkan arahan tentang apa yang harus dilakukan pasca lokalatih
3. Selepas post test, peserta diajak untuk melakukan evaluasi akhir lokakarya dengan menggunakan lembar evaluasi akhir. Note: Perlu penekanan bahwa yang paling penting hasil lokakarya ini bukan ditentukan hanya didalam kelas ini tetapi bagaimana penerapannya di daerah masing-masing Fasilitator : NT Notulen : NG Sambutan arahan dari Pokja AMPL Moderator : NA Notulen : AP
Keterangan : Tim Fasilitator : RI : Ratna Indrawati, AP, Agus Priatna, NA : Nur Apriatman, BP : Bambang Pujiatmoko, NG : Nasthain Gasba, SYAF : Syarifuddin, NT : Nugroho Tomo, AH : Anto Hardiyanto Pembagian tugas : Penanggung jawab : NA Tim fasilitasi : NA, NT, BP dan AP Tim notulensi dan dokumentasi : AP, NG, SYAF dan AH Supporting staf : Jenny Mamuaya
Buku 5
Panduan Pelaksanaan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat di Daerah
MODUL 3
Waspola
Bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Jakarta 2008
MODUL 3
BUKU 5
Kata Pengantar
okumen Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Indonesia telah disusun melalui program Penyusunan Kebijakan dan Penyusunan Rencana Kerja bidang AMPL (WASPOLA), yang berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2003. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia melalui AusAID yang difasilitasi oleh Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific World Bank. Serangkaian kegiatan partisipatif penyusunan kebijakan dilaksanakan oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasi Bappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Sampai saat ini dokumen kebijakan telah disepakati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (Project Coordination Committee) yang terdiri dari para pejabat Eselon 1 dari masing-masing instansi tersebut. . Uji coba pelaksanaan kebijakan di empat propinsi terpilih telah dilaksanakan pada tahun 2002/2003, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan kebijakan tahap selanjutnya, sehingga sekarang berhasil mencapai 49 kabupaten/kota di 9 propinsi. Dari proses tersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalam penyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalam metodologi pelaksanaannya di daerah. Berdasarkan pengalaman implementasi pelaksanaan kebijakan inilah akhirnya terkumpul berbagai panduan kegiatan fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah, untuk kemudian ditulis ulang, sehingga akhirnya menjadi kumpulan panduan operasionalisasi kebijakan AMPL di daerah, sebagaimana naskah panduan ini. Untuk itu, agar memudahkan pada tingkat operasional, disusunlah Panduan Fasilitasi Orientasi MPA-PHAST bagi Pokja AMPL di daerah. Dengan panduan ini, mudah mudahan semua fihak yang akan memanfaatkan panduan ini akan menjadi lebih mudah untuk memanfaatkannya di lapangan. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Mitra Samya dan rekan rekan fasilitator MPA-PHAST yang telah memberikan kontribusi bagi tersusunnya panduan ini. Demikian, semoga panduan ini dapat menjadi alat bagi pembelajaran kita semua.
Modul 3
Panduan Fasilitasi Orientasi MPA-PHAST
Kerangka Acuan
Lokakarya Orientasi MPA-PHAST
Gambaran umum
Keberlanjutan pembangunan AMPL akan dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek. Terlibatnya masyarakat dalam seluruh proses terbukti dapat meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap sarana sehingga mereka akan merasa bertanggung jawab dalam keberlanjutan sarana. Dari serangkaian proses diskusi dan lokakarya partisipatif mengenai isu pembangunan AMPL di daerah, terdapat beberapa temuan dari pelajaran penting yang dipetik dari proyek AMPL yang tidak berkelanjutan di beberapa daerah antara lain dikarenakan adanya beberapa tahapan yang hilang dalam proses pembangunan AMPL berbasis masyarakat tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh tidak adanya proses keterlibatan masyarakat untuk memilih dan bersuara terutama mereka yang masuk golongan miskin,ini mengakibatkan kurang akuratnya perencanaan kegiatan, yang berujung pada tidak adanya alokasi anggaran untuk pendampingan masyarakat sejak persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring dan evaluasi. MPA-PHAST adalah salah satu piranti perencanaan pembangunan AMPL yang pendekatannya dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas perencanaan agar masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan di dalam pembangunan AMPL. Penerapan MPA-PHAST ini antara lain dilakukan oleh proyek WSLIC-2 di beberapa propinsi di Indonesia. Dalam kerangka operasionalisasi kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat, pemahaman mengenai MPA-PHAST dan penerapannya dalam proyek AMPL dirasa penting untuk dimiliki oleh pelaku
pembangunan AMPL. hal ini dirasakan untuk memenuhi terjadinya keberlanjutan dalam pembangunan AMPL. Untuk itu perlu ada: Perubahan pola berfikir pengelolaan pembangunan AMPL berbasis masyarakat yang harus menitik beratkan pada Pendekatan Tanggap terhadap Kebutuhan atau Demand Responsive, yang akan menghasilkan peningkatan penggunaan efektif dan keberlanjutan Perlunya masukan bagi anggota Kelompok Kerja AMPL Daerah yang baru, baik di lokasi lama yang dikarenakan adanya mutasi, maupun lokasi baru operasionalisasi kebijakan, serta untuk konsultan baru dari WASPOLA. Orientasi ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai MPAPHAST mencakup; kerangka kerja dan piranti yang digunakan, teknik penggunannya, proses penerapannya dalam perencanaan dan monitoring serta evaluasi pembangunan AMPL berbasis masyarakat. Objektif Meningkatkan pemahaman peserta tentang MPA-PHAST (konsep dan penerapaannya) dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan AMPL berbasis masyarakat Keluaran - Pemahaman peserta terhadap konsep dan metode MPA-PHAST sebagai piranti perencanaan, monitoring, evaluasi dan pengambilan keputusan pembangunan AMPL yang berkelanjutan. - Pemahaman kerangka kerja MPA-PHAST - Pengetahuan peserta tentang tata cara penggunaan piranti MPA-PHAST - Pemahaman peserta mengenai keterkaitan MPA-PHAST dengan kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat - Komitmen untuk penerapan prinsip partisipatori dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan AMPL berbasis masyarakat sesuai dengan relevansi antara MPA-PHAST dengan kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat. Sasaran - Pokja AMPL Pusat dan Daerah - Pemegang andil lainnya dalam bidang AMPL Lokasi Tergantung kesepakatan bersama dan ketersediaan dana Waktu - Durasi, 6 malam 7 hari Peserta 1 batch lokakarya, 45 orang
Agenda Orientasi
Waktu Hari pertama 12.00 15.30 15.30 16.00 16.00 17.30 17.30 19.30 19.30 21.30 Hari kedua 08.00 08.10 08.10 10.00 10.00 10.15 10.15 12.00 12.00 13.00 13.00 15.00 15.00 15.30 15.30 17.30 17.30 19.30 19.30 - 21.30 Hari ketiga 08.00 08.10 08.10 10.00 10.00 10.15 10.15 12.00 12.00 13.00 13.00 15.00 15.00 15.30 15.30 17.30 17.30 19.00 19.00 21.00 Hari keempat 08.00 17.30 17.30 19.30 19.30 - 21.30 Hari kelima 08.00 17.30 17.30 19.30 19.30 - 21.30 Hari keenam 08.00 08.10 08.10 10.00 10.00 10.15 10.15 12.00 12.00 13.00 13.00 15.00 15.00 15.30 15.30 17.30 17.30 19.00 19.00 21.00 Hari ketujuh 08.00 08.10 08.10 10.00 10.00 10.10 Agenda Check in Pembukaan Penjelasan alur lokakarya Perkenalan, penyegaran suasana, menggali harapan peserta Persiapan diri, makan malam Acara bebas Review hasil dan proses hari I Konsep pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan AMPL yang berkelanjutan Istirahat sejenak Konsep kesetaraan akses dalam pembangunan AMPL Istirahat makan malam, salat Dhuhur Kerangka kerja MPA-PHAST Istirahat sejenak, shalat Ashar Keterkaitan MPA-PHAST dengan kebijakan Persiapan diri, makan malam Acara bebas Review hasil dan proses hari II Pengenalan piranti MPA-PHAST Istirahat sejenak Simulasi piranti MPA-PHAST Istirahat sejenak, salat Dhuhur Simulasi piranti MPA-PHAST Istirahat sejenak, shalat Ashar Simulasi piranti MPA-PHAST untuk outcomes Persiapan praktek lapangan Persiapan diri, makan malam Acara kelompok praktek lapangan secara mandiri Praktek lapangan MPA-PHAST Persiapan diri, makan malam Acara kelompok praktek lapangan secara mandiri Penyusunan laporan hasil Praktek lapangan MPA-PHAST Praktek lapangan MPA-PHAST Persiapan diri, makan malam Acara kelompok praktek lapangan secara mandiri Penyusunan laporan hasil Praktek lapangan MPA-PHAST Review hasil dan proses hari V Meneruskan Penyusunan laporan hasil Praktek lapangan MPA-PHAST Istirahat sejenak Presentasi hasil Praktek lapangan MPA-PHAST Desa Praktek 1 Istirahat sejenak, salat Dhuhur Presentasi hasil Praktek lapangan MPA-PHAST Desa Praktek 2 Istirahat sejenak Presentasi hasil Praktek lapangan MPA-PHAST Desa Praktek 3 Persiapan diri, makan malam Acara bebas Review hasil dan proses hari IV Review Hasil Praktek lapangan MPA-PHAST dan pembelajaran yang diperoleh Istirahat sejenak Fasilitator Peserta Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Narasumber
Fasilitator
Fasilitator
Agenda Orientasi
Waktu 10.10 10.30 10.30 11.00 11.00 11.15 11.15 11.30 11.30 ......... Agenda Review hasil lokakarya secara keseluruhan Penyusunan rencana kerja aplikasi MPA PHAST dalam operasionalisasi kebijakan dan implementasi pembangunan AMPL berbasis masyarakat Evaluasi Akhir Lokakarya Penutupan Peserta, fasilitator dan panitia kembali ke daerah masing masing Narasumber Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator
1. Pastikan peserta masuk kelas pada jam tertentu. 2. Pada kisaran jam tsb peserta yang datang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan dalam ruangan yang ditulis besar-besar atau dengan menggunakan lembar sketsa ruangan :
Layar Meja LCD & Laptop Sticky Cloths Sticky Cloths
Baner
Meja ATK
Meja Panitia Sticky Cloths Sticky Cloths Tumpukan Kursi & Meja
3. Siapkan 1 atau 2 orang yang memulai supaya yang lain mengikuti. 4. Mendorong terus setiap peserta untuk melakukan sesuatu dalam setting ruangan yang bisa mendukung proses belajar dalam kelas secara nyaman dan informal
Catatan : (ide ini masih opsional). Opsi lain adalah panitia dan Tim Fasilitator mempersiapkan setting ruangan sehingga peserta masuk, siap memulai proses belajar dan mengajar.
SESSI 01 TUJUAN
: PEMBUKAAN : Pemahaman tentang : 1. Prinsip dasar lokakarya orientasi MPA-PHAST 2. Apa dan bagaimana Pokja AMPL 3. Apa, Siapa dan bagaimana WASPOLA 4. Mengapa ada Lokakarya Orientasi MPA-PHAST 5. Konsep umum strategi dan metode yang akan dilalui selama lokakarya orientasi MPA-PHAST : Upacara seremonial : 30 menit : Sambutan pengarahan :
1. Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. 2. Presentasi Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas 3. Dialog dan tanya jawab. Moderator : Notulen :
SESSI 02 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENGANTAR LOKAKARYA : 1. Pencairan suasana agar menjadi rileks dan informal. 2. Kejelasan tentang tujuan lokakarya 3. Agenda lokakarya disepakati oleh semua peserta. 4. Kesepakatan aturan main pelaksanaan lokakarya : 1. Penugasan, 2. Diskusi Tanya Jawab, 3. Presentasi : 90 menit : 1. Kain rekat 2. Kertas metaplan 3. Spidol 4. Kertas flipchart 5. Selotif 6. Bagan alir pelatihan 7. Dot sticker 8. LCD dan komputer :
1. Intoduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini. 2. Pemetaan kemampuan peserta, jelaskan model pemetaan kemampuan yang akan dilakukan : a. Siapkan di kain rekat tabel berikut ini :
Aspek Pengetahuan tentang konsep kesinambungan program AMPL Pemahaman tentang konsep gender dan kemiskinan Pengetahuan tentang konsep DRA (demand responsive approach) Pengetahuan tentang Konsep-konsep dasar MPA/PHAST Pemahaman tentang perangkat MPA/PHAST 0 25 50 75 100
b. Jelaskan tata cara evaluasi yang akan dilakukan : - Bagikan kepada setiap orang stiker dot, sesuai dengan jumlah kolom yang merupakan aspek aspek yang akan dievaluasi - Jelaskan arti dari skala penilaian : 0 artinya tidak paham sama sekali, 25 artinya kurang paham, 50 artinya cukup memahami, 75 artinya memahami serta 100 artinya sangat memahami. - Minta kepada setiap peserta untuk menempelkan kertas dot-nya masing masing pada setiap kolom aspek penilaian - Lakukan penghitungan ketika acara evaluasi telah diikuti oleh seluruh peserta - Jika ingin detail, penilaian dapat dilakukan berdasarkan daerah asal, dengan membedakan warna stiker dot-nya
3. Perkenalan, jelaskan model perkenalan yang akan dilakukan : Bagi peserta kedalam beberapa kelompok, dengan jumlah anggota kelompok sekitar 10 12 orang Berikan pada setiap kelompok untuk berkenalan : nama, asal, jabatan, umur, jumlah anak, dlsb. Setelah selesai, minta kepada peserta untuk berbaris kembali. Jelaskan bahwa selanjutnya kita akan main lempar bola melalui selangkangan kita kebelakang, sampai anggota paling belakang menerima bola. Permainan dimulai oleh anggota paling depan, yang menerima lemparan bola, akan menuliskan nama dan keterangan lainnya yang diketahuinya tentang orang yang melemparkan bola, di papan flipchart Begitu seterusnya, sampai semua menerima lemparan bola, serta menuliskan nama temannya di papan flipchart. Bahas apa yang dirasakan, serta makna dari acara perkenalan ini. 4. Identifikasi harapan dan kekhawatiran selama lokakarya berlangsung: a. Ajak kembali peserta untuk ke melingkar di ruangan tengah lokakarya b. Bagikan kertas metaplan dan spidol c. Minta setiap peserta untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran pada kertas metaplan. Tempelkan pada kain rekat. d. Lakukan pengelompokan, sepakati mana saja harapan yang dapat dipenuhi. Bahas pula tentang kekhawatiran. Ingatkan bahwa antara harapan dan kekhawatiran yang dibahas adalah dalam kerangka memanfaatkan MPA-PHAST dalam implementasi kebijakan nasional AMPL. 5. Presentasi alur lokakarya, agar semua fihak memahami apa saja yang akan dibahas selama lokakarya berlangsung. 6. Berdasarkan alur tersebut, bahas tentang aturan main pelaksanaan lokakarya, sampai semua fihak menyepakati aturan main lokakarya. Aturan main yang disepakati menyangkut : jadual dan tata tertib pelaksanaan lokakarya.
SESSI 03 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: KONSEP DASAR KESINAMBUNGAN : 1. Peserta mengerti dan faham tentang konsep dasar kesinambungan dalam program AMPL. 2. Peserta memahami hubungan antar aspek dalam kesinambungan dan mampu memberikan contohcontoh pengalaman riil lapangan tentang hubungan antar aspek kesinambungan. : 1. Diskusi kelompok 2. Diskusi pleno 3. Ceramah dan Tanya jawab : 45 menit : Metaplan warna-warni, spidol, plano, flow chart, LCD, tali dari potongan kertas plano, tulisan dalam kartu oval (Sosial, Teknis, Kelambagaan, Financial, Lingkungan). :
1. Fasilitator menjelaskan bahwa pembahasan konsep kesinambungan akan menggunakan kasus pengalaman program SAB sesuai dengan pengalaman sehari-hari peserta dalam membangun SAB di daerahnya. 2. Bagi peserta menjadi 2-3 kelompok dan minta setiap kelompok menghadap ke kain tempel yang akan didampingi seorang fasilitator. 3. Dalam setiap kelompok ditempel pertanyaan yang ditulis dalam metaplan besar dan panjang Mengapa program SAB seperti dalam kasus bisa berhasil dan sinambung?. Dalam pengalaman sehari-hari, mengapa proyek SAB/S gagal dan tidak sinambung?: a. Minta setiap peserta menuliskan jawaban atas pertanya-an tsb dalam kartukartu, 1 kartu untuk 1 jawaban. b. Setiap kartu pendapat ditempel dalam kain rekat. Fasilitator mengupayakan pengelompokan, selanjutnya minta perwakilan kelompok untuk mengambil peran dalam pengelompokan kartu-kartu tsb. c. Jika sudah menemukan beberapa kelompok berdasarkan aspek-aspek tertentu, tulis judul aspek dalam kartu yang berbentuk lain. Uji dengan pertanyaan apakah ada hubungan antara satu kelompok kartu (misalnya sosial dengan SDM/Kelembagaan)?. Jika ada pengalaman minta peserta memberikan contoh riil yang berhubungan antara satu aspek dengan aspek lain. d. Buat hubungan dengan menarik garis dari satu aspek ke aspek lain dengan menggunakan kertas.
e. Ajak peserta untuk menarik kesimpulan Kalau begitu apa sebenarnya yang disebut dengan berkesinambungan?. f. Berikan penegasan sebagai berikut :
SESSI 04 TUJUAN
: :
: : :
KONSEP SOSIAL, GENDER EQUITY, PEMBERDAYAAN, DRA. Peserta memahami konsep kesetaraan akses (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dalam pembangunan AMPL 1. Quiz Gender 2. Diskusi dan tanya jawab 105 menit 1. Bahan tulisan : Konsep kesetaraan akses dalam pembangunan AMPL 2. Tabel perhitungan Quiz Gender 3. Kain rekat 4. Empat lembar metaplan : biru, hijau, kuning dan merah untuk setiap peserta 5. Spidol 6. Selotif 7. LCD dan komputer
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi pentingnya konsep kesetaraan akses dalam pembangunan AMPL 2. Lakukan Quiz Gender untuk membahas kesetaraan akses dalam pembangunan AMPL, dengan tata cara : a. Bagikan empat lembar kertas metaplan : merah, kuning, hijau, biru untuk menunjukkan secara berturut turut : laki laki, perempuan, kaya dan miskin; kepada setiap peserta. b. Jelaskan bahwa setiap orang diminta untuk menunjukkan pilihannya sesuai dengan persepsi dan pengalamannya masing masing untuk setiap pertanyaan yang diberikan dengan cara menunjukkan dan mengangkat tangan dari 4 pilihan warna metaplan yang dibagikan c. Lakukan pilihan tentang akses perempuan dan kemiskinan tersebut, sampai semua pertanyaan terjawab oleh peserta. d. Lakukan perhitungan dan tuliskan dari setiap pertanyaan yang diberikan dalam tabel berikut ini :
No
Pertanyaan
Jawaban berdasarkan jenis kelamin dan kaya miskin Laki-laki Perempuan Kaya Miskin
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9. 10.
Siapa yang biasanya diundang dalam rapat membicarakan rencana program Siapa yang biasanya mendapat informasi mengenai suatu program Sarana Air Bersih Siapa yang biasanya terlibat dalam penentuan jenis pilihan teknologi sarana Siapa yang sering terlibat dalam menentukan lokasi dan rancang bangun sarana yg akan dibangun Siapa yang sering terlibat dalam pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan sarana Siapa yang sering dilibatkan dalam proses pembangunan sarana? Siapa yang biasanya terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap tahapan pembangunan Siapa yang paling sering duduk dalam badan pengelola sarana Siapa yang paling banyak dilibatkan dalam proses monitoring dan evaluasi program Siapa yang paling banyak berhubungan / menggunakan air
3. Setelah selesai lakukan perhitungan, serta lakukan pembahasan klasifikasi kaya miskin dalam kesetaraan akses dalam pembangunan AMPL 4. Setelah itu fasilitator mengundang 2 peserta (laki dan perempuan, upayakan yang laki besar dan gemuk dan yang perempuan kurus dan kecil), yang laki-laki berdiri didepan dan perempuan dibelakang, kemudian fasilitator menanyakan pada peserta apakah melihat secara utuh keduanya? Kemudian minta peserta perempuan berdiri sejajar. Tanyakan hal yang sama. Kemudian fasilitator bertanya apa akibatnya jika perempuan tidak ditempatkan sejajar dengan laki ? 5. Lakukan kegiatan yang sama dengan relawan yang berbeda untuk membahas : ada atau tidak adanya keadilan antara kaya dan miskin ?. Tanyakan kepada peserta apa yang terjadi terhadap pembangunan sarana SAB/S bila keseteraan gender dan kesetaraan sosial itu tidak terjadi. Tulis jawaban peserta pada kertas plano. Tanyakan kembali apa yang terjadi bila Kesetaraan Gender dan Kesetaraan Sosial di mainstremingkan pada suatu program/proyek. 6. Lakukan pembahasan, ini adalah contoh pandangan kita terhadap perempuan yang tidak setara dengan laki-laki, serta antara kaya dan miskin. 7. Lakukan diskusi dan tanya jawab secukupnya, simpulkan jawaban peserta untuk menjawab pertanyaan mengapa kesetaraan Gender dan Sosial sangat penting yaitu : untuk kesinambungan sarana SAB/S dan keadilan sosial.
SESSI 05 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: KERANGKA KERJA MPA-PHAST DAN TOOLS-NYA : 1. Pemahaman yang baik semua peserta tentang pendekatan tanggap kebutuhan. 2. Pemahaman yang baik semua peserta tentang kerangka dasar MPA untuk keberlanjutan dan efektifitas pemakaian serta pelayanan serta kaitannya dengan implementasi konsep DRA. : 1. Diskusi metoda Fish Bowl 2. Presentasi 3. Diskusi dan tanya jawab : 120 menit : 1. Bahan tulisan tentang Kerangka Kerja MPA-PHAST. 2. Kain rekat 3. Kertas metaplan 4. Tulisan atau simbol kursi panas 5. Spidol 6. Selotif 7. LCD dan komputer :
1. Introduksi tentang pentingnya difahami konsep dan kerangka kerja MPA-PHAST. 2. Jelaskan bahwa untuk memahami hal ini, langkah awal kita akan berdiskusi dengan metoda Fish Bowl dengan cara : a. Siapkan kursi secara melingkar ditengah ruangan, usahakan ada kursi untuk setiap perwakilan tiap daerah untuk mendiskusikan tentang perbedaan antara demand dan need dalam diskusi sebagai peserta tetap sampai akhir diskusi. b. Serta disiapkan 1 kursi panas untuk peserta dari luar lingkaran agar dapat memberikan pendapat atau berkomentar untuk membantu menemukan kesepakatan bersama. Waktu yang disediakan untuk kursi panas sangat terbatas, untuk memberikan kesempatan peserta lain terlibat dan berpendapat. c. Sisa peserta lainnya sebagai pengamat. d. Hentikan kegiatan, apabila diskusi dinilai telah mencukupi mendapatkan masukan tentang demand dan need. e. Lakukan pembahasan bersama untuk memahami tentang demand dan need. 3. Berdasarkan masukan dari diskusi tadi, lakukan ceramah singkat tentang konsep dan kerangka kerja MPA-PHAST. 4. Berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab
SESSI 06
TUJUAN METODE
: :
WAKTU ALAT/BAHAN
: :
PENGENALAN PIRANTI MPA-PHAST TAHAP I : Inventaris data komunitas, Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan sosial, Perencanaan TW dan FGD ( 3 tahap diatas dilakukan sesuai sekuensi diatas ), Transek, Tinjauan Badan Pengelola ( Card Sorting CM), Tinjauan pengelolaan keuangan ( Card Sorting Fin ), Penilaian pelatihan, Kontribusi, Kantong suara SAB dan SS, Conroute, Pengambilan keputusan, Ladder 2, Ladder 1 dan Pleno masyarakat Peserta memahami piranti MPA-PHAST dan tata cara penggunaannya. 1. Ceramah singkat 2. Simulasi kelompok 3. Diskusi dan tanya jawab 120 menit 1. Bahan tulisan : Inventaris data komunitas, Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan sosial, Perencanaan TW dan FGD ( 3 tahap diatas dilakukan sesuai sekuensi diatas ), Transek, Tinjauan Badan Pengelola ( Card Sorting CM), Tinjauan pengelolaan keuangan ( Card Sorting Fin ), Penilaian pelatihan, Kontribusi, Kantong suara SAB dan SS, Conroute, Pengambilan keputusan, Ladder 2, Ladder 1 dan Pleno masyarakat 2. Kain rekat 3. Kertas metaplan 4. Spidol 5. Selotif 6. LCD dan komputer
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi tentang pentingnya pengenalan piranti MPA-PHAST 2. Bagi peserta kedalam kelompok terdiri dari 12 15 orang, dengan 1 orang fasilitator untuk setiap kelompok.Dalam setiap kelompok : Jelaskan secara bertahap piranti MPA-PHAST dan tata cara penggunaannya, sesuai dengan jumlah tools yang terpilih untuk dijelaskan yaitu : 3. Inventaris Sosial Masyarakat : a. Fasilitator memulai dengan metode brainstorming, menggali pendapat peserta tentang inventaris sosial masyarakat b. Fasilitator memperkenalkan tools-tools MPA untuk proses inventaris sosial masyarakat; pertemuan dengan aparat desa/kelurahan, inventaris data komunitas, sejarah SAB/S dan promosi kesehatan, klasifikasi kesejahteraan, pemetaan sosial, Rapid Technical Assessment (RTA), Perencanaan Transect Walks.
c. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan penggunaan tools-tools tsb satu persatu d. Fasilitator mensimulasikan alat-alat kajian tsb satu persatu hingga peserta benarbenar faham dan merasa yakin dapat melakukannya. e. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan kemudian melakukan penegasan f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi g. Fasilitator memberikan penegasan akhir dan tips-tips yang harus dilakukan saat penerapan tools. 4. Tinjauan Pengelolaan Sarana a. Fasilitator mengawali kegiatan dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang tinjauan pengelolaan sarana b. Fasilitator memperkenalkan tools-tools MPA untuk melakukan tinjauan pengelolaan sarana yaitu; pengelolaan dan pengambilan keputusan (CM), sejarah partisipasi saat pembangunan sarana (H), penilaian pelatihan (TR), dan pengelolaan keuangan (FIN). c. Fasilitator mendemonstrasikan ke-empat tools tsb satu persatu hingga peserta benar-benar faham dan merasa yakin dapat melakukannya d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan e. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi dalam beberapa kelompok yang didampingi seorang fasilitator. f. Fasilitator memberikan penegasan akhir dan tips-tips dalam menerapkan tools tsb 5. Untuk piranti lainnya, didiskusikan langkah langkah operasional memakai piranti MPA-PHAST tersebut. 6. Tahap-Tahap Monitoring Kesinambungan a. Fasilitator memulai proses dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang tahap-tahap pelaksanaan monitoring kesinambungan b. Fasilitator menjelaskan 4 tahapan pelaksanaan monitoring kesinambungan dalam proyek WSLIC-2 c. Fasilitator menjelaskan piranti MPA-PHAST yang digunakan untuk setiap tahapan monitoring kesinambungan tsb. d. Fasilitator menerangkan tentang MIS dan grafik kesinambungan e. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan 7. Diakhir acara, buat rangkuman bersama tentang : pengenalan piranti MPA-PHAST tahap awal yang akan dipakai pada praktek lapangan, dan nanti akan diperdalam di persiapan praktek lapangan.
SESSI 07 TUJUAN
: :
: : :
PERSIAPAN PRAKTEK LAPANGAN I Pembagian Kelompok Lapangan dan tugas-tugas kelompok Peserta mengetahui tata cara praktek lapangan, terdiri : Pembagian Kelompok Lapangan dan tugas-tugas kelompok : 1. Peserta terbagi dalam 7 kelompok lapangan (desa). 2. Setiap kelp memahami tugas-tugas yang akan dijalankan selama kerja lapangan. Persiapan Lapangan I : 1. Peserta memahami gambaran umum lokasi WSLIC-2 2. Adanya desain (informasi tahap I-IV & pembagian tugas fasilitasi 3. Adanya jadwal kerja lapangan 4. Adanya format visualisasi dan pelaporan 5. ATK dan material lainnya Penugasan kelompok 120 menit Metaplan, plano, spidol, lembar informasi awal kondisi lapangan, data baseline, RKM, format laporan & paket ATK praktik lapangan
LANGKAH PENYAJIAN
1. Jelaskan tata cara praktek lapangan MPA-PHAST : b. Setiap kelas dibagi menjadi beberapa kelompok @ 5-10 orang, tergantung jumlah peserta secara keseluruhan yang menghadiri lokakarya orientasi MPAPHAST-nya ini. c. Setiap kelompok akan melaksanakan praktek di lapangan di dusun pada desa lokasi praktek d. Setiap kelompok akan menyusun laporan hasil praktek untuk dipresentasikan besoknya 2. Pembagian Kelompok Lapangan dan tugas-tugas kelompok : a. Panitia membacakan siapa yang masuk dalam kelompok desa yang mana. b. Fasilitator menjelaskan tugas-tugas berdasarkan tahapan monitoring kesinambungan yang harus dilakukan di lapangan. 3. Persiapan Lapangan I : Gambaran umum lokasi, Desain (informasi tahap I-IV & pembagian tugas fasilitasi), Jadwal kerja lapangan, Format visualisasi dan pelaporan, ATK dan material lainnya : a. Fasilitator menjelaskan tentang status kegiatan di desa & komunitas yang akan menjadi lokasi try out
b. Fasilitator membagi peserta menjadi 7 kelompok (@ 5-6 orang) sekaligus menetapkan lokasi prakteknya masing-masing. c. Fasilitator membagikan lembar informasi awal mengenai desa lokasi praktek (print out), dan setiap kelompok juga akan mendapatkan RKM masing-masing desa lokasi praktek. d. Fasilitator membagikan data baseline untuk desa tahap II-IV, sehingga bisa digunakan untuk membaca kecenderungan perubahan yang terjadi e. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menyusun jadwal kerja lapangan f. Fasilitator membagikan lembar format pelaporan dan menjelaskan visualisasi yang harus dibuat serta bagaimana menyusun pelaporan lapangan g. Membagikan ATK dan material kebutuhan praktik lapangan 4. Persiapan mandiri setiap tim/kelompok desa. Fasilitator mendampingi setiap kelompok mempersiapkan terutama terkait dengan tools dan pembagian tugas, format scoring dan lain sebagainya.
Catatan : 1. Perlu dipersiapkan kondisi desa untuk menampung peserta praktek yang berkisar 12-15 orang. Selain itu, transportasi untuk berangkat dari hotel di hari pertama, serta kembali ke hotel di hari kedua. 2. Apabila tidak memungkinkan, peserta bolak balik dari hotel ke tempat praktek, untuk itu perlu dipersiapkan transportasi untuk 2 hari berturut turut.
SESSI 08
TUJUAN
: : : :
PRAKTEK LAPANGAN MPA-PHAST, FASILITASI DI MASYARAKAT : 1. Monitoring kesinambungan Tahap I (Klp I dan Kelp II) Baseline Desa Jontlak dan Desa Batujai 2. Monitoring kesinambungan Tahap II (Klp III) Draft RKM Desa Mertak Tombok 3. Monitoring kesinambungan Tahap III (Klp IV dan Klp V) Konstruksi, Desa Teruwai dan Desa Gapura. 4. Monitoring kesinambungan Tahap IV (Klp VI dan Klp VII) Pasca Konstruksi, Desa Perina dan Desa Aik Darek. Peserta mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan piranti MPA-PHAST di tengah tengah masyarakat, untuk tahapan I sampai IV Praktek fasilitasi masyarakat 1 hari Perlengkapan praktek lapangan MPA-PHAST
1. Peserta berangkat ke lokasi praktek jam 08.00 ke lokasi prakteknya masing masing. 2. Peserta melaksanakan praktek piranti MPAPHAST di tengah tengah masyarakat : a. Monitoring kesinambu-ngan Tahap I (Klp I dan Kelp II) Baseline Desa Jontlak dan Desa Batujai : Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap I (Baseline) b. Monitoring kesinambungan Tahap II (Klp III) Draft RKM Desa Mertak Tombok Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap II (Draft RKM)
c. Monitoring kesinambungan Tahap III (Klp IV dan Klp V) Konstruksi, Desa Teruwai dan Desa Gapura. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap III (Konstruksi) d. Monitoring kesinambungan Tahap IV (Klp VI dan Klp VII) Pasca Konstruksi, Desa Perina dan Desa Aik Darek. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap IV(Pasca Konstruksi) 3. Peserta akan kembali ke hotel untuk penyusunan laporan praktek lapangan hari pertama. Sehingga, peserta bolak balik dari hotel ke desa untuk 2 hari praktek.
: PENDOKUMENTASIAN (PROSES, HASIL DAN PEMBELAJARAN) : 1. Peserta dapat membuat pelaporan desa (site) 2. Adanya draft laporan desa : Penugasan : 90 menit : Kertas A4, mistar, spidol kecil warna, :
1. 2.
3.
4.
Peserta bergabung dengan kelompoknya masing masing, untuk penyusunan laporan hasil praktek lapangan MPA-PHAST Masing-masing kelompok melakukan pendokumentasian (proses, hasil dan pembelajaran) dengan memakai recording book MPA-PHAST dan catatan-catatan lapangan. Setiap peserta secara khusus diminta untuk menuliskan pembelajaran utama dari proses praktik lapangan yang sudah dilakukannya. Lakukan asistensi sesuai dengan kebutuhan.
SESSI 10
TUJUAN
: : : :
PRESENTASI DAN REFLEKSI PRAKTEK I 1. Proses & hasil praktik monitoring kesinambungan (deskripsi & grafik) 2. Refleksi pembelajaran 1. Kelompok dapat mempresentasikan proses & hasil praktik monitoring kesinambungan (deskripsi & grafik) 2. Kelompok dapat merefleksikan pembelajaran yang telah diperoleh dalam try out Presentasi Ceramah singkat dan Tanya jawab 90 menit Laporan hasil praktek lapangan, baik dalam bentuk deskripsi & grafik
1. Fasilitator meminta masingmasing kelompok untuk mempresentasikan laporan proses dan hasil praktik lapangan termasuk pembelajaran yang didapat secara bergantian 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya/klarifikasi 3. Dst, fasilitator kemudian memberikan penegasan akhir
SESSI 11 TUJUAN
: :
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
: :
PENGENALAN PIRANTI MPA-PHAST TAHAP II : meneruskan penjelasan Tahap I Peserta memahami piranti MPA-PHAST dan tata cara penggunaannya. Transect Walks : 1. Peserta mengerti tentang transect walks perjalanan transect beserta maksud dan tujuannya 2. Peserta mengetahui dan dapat menerapkan tools-tools dalam melakukan transect walks FGD Menurut Gender dan Kelas Sosial : 1. Peserta mengerti tentang FGD menurut gender dan kelas sosial beserta maksud dan tujuannya 2. Peserta mengetahui dan dapat menerapkan tools-tools dalam melakukan FGD menurut gender dan kelas sosial 1. Ceramah singkat 2. Simulasi kelompok 3. Diskusi dan tanya jawab 120 menit 1. Bahan tulisan : sama dengan penjelasan Tahap I 2. Kain rekat 3. Kertas metaplan 4. Spidol 5. Selotif 6. LCD dan komputer
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi tentang pentingnya pengenalan piranti MPA-PHAST 2. Bagi peserta kedalam kelompok terdiri dari 12 15 orang, dengan 1 orang fasilitator untuk setiap kelompok.Dalam setiap kelompok : Jelaskan secara bertahap piranti MPA-PHAST dan tata cara penggunaannya, sesuai dengan jumlah tools yang terpilih untuk dijelaskan yaitu : a. Transect walks Fasilitator mengawali proses dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang maksud dan tujuan perjalanan transect Fasilitator memperkenalkan beberapa tools MPA untuk pelaksanaan transect walks yaitu; pengelolaan sumber air (SM), penilaian tingkat kualitas kerja (WR), penilaian pelayanan oleh kelompok pengguna laki & perempuan (TW), dan kunjungan masyarakat yang tidak terlayani (UP).
Fasilitator mensimulasikan ke-empat tools tsb satu persatu hingga peserta benar-benar faham dan merasa yakin dapat melakukannya Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan halhal yang kurang jelas dan melakukan penegasan Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi Fasilitator memberikan penegasan akhir dan tips-tips dalam menerapkan tools tsb b. FGD menurut Gender dan Status Sosial Fasilitator memulai kegiatan dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang maksud dan tujuan dari FGD menurut gender dan kelas sosial Fasilitator memperkenalkan tools-tools MPA yang digunakan dalam FGD menurut gender dan kelas sosial yaitu; efektifitas penggunaan SAB/S (EU), manfaat, kebutuhan dan nilai terhadap biaya (BC), pembagian kerja berdasarkan gender dan waktu kerja (DIV), hak suara dan pilihan dalam pengambilan keputusan (VC), alur penularan penyakit dan penghambatnya1, serta pertemuan pleno masyarakat. Fasilitator mensimulasikan tools-tools tsb satu persatu hingga peserta benarbenar faham dan merasa yakin dapat melakukannya Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi Fasilitator memberikan penegasan akhir dengan tips-tips penerapan tools tsb 3. Diakhir acara, buat rangkuman bersama tentang : pengenalan piranti MPAPHAST tahap awal yang akan dipakai pada praktek lapangan, dan nanti akan diperdalam di persiapan praktek lapangan.
SESSI 12
TUJUAN
: PERSIAPAN LAPANGAN II 1. Desain jadwal kerja lapangan 2. Format visualisasi dan pelaporan 3. ATK dan material lainnya : 1. Peserta mendesain jadwal kerja lapangan 2. Peserta membuat format visualisasi dan pelaporan 3. Persiapan ATK dan material lain yang dibutuhkan : Penugasan : 120 menit : 1. Laporan deskripsi dan grafik praktek I 2. Bahan praktek II sesuai dengan kebutuhan :
1. Kelompok Monitoring Kesinambungan Tahap II yang pada hari ini tidak kembali ke lapangan, anggotanya akan dipecah dan bergabung dengan Kelompok I dan II ( Monitoring kesinambungan Tahap I ). Sementara Kelompok VI (Monitoring kesinambungan Tahap IV ) akan bergabung ke Klp IV ( Monitoring kesinambungan Tahap III ), dan Klp VII ( Monitoring kesinambungan Tahap IV ) bergabung ke Klp V (Monitoring kesinambungan Tahap III ). 2. Fasilitator meminta kepada kelompok untuk mendesain rencana kegiatan praktik lapangan II untuk menerapkan tools-tools MPA-PHAST yang belum dilakukan pada praktik lapangan I 3. Fasilitator membagikan lembar format pelaporan dan menjelaskan visualisasi yang harus dibuat serta bagaimana menyusun pelaporan 4. Membagikan ATK yang dibutuhkan untuk try out lapangan II kepada masingmasing kelompok
SESSI 13
: : : : :
FASILITASI DI MASYARAKAT : 1. Monitoring kesinambungan Tahap I (lanjutan) (Kelompok I dan Kelompok II) Baseline, Desa Jontlak dan Desa Batujai. 2. Monitoring kesinambungan Tahap III (lanjutan) (Kelompok IV dan Kelompok V) Konstruksi, Desa Teruwai dan Desa Gapura. Peserta melakukan praktik lapangan di desa dengan tools MPA untuk monitoring tahap I dan III Simulasi 5 x 60 menit Hasil praktek tahap I Bahan dan materi praktek tahap II
1. Peserta berangkat ke lokasi praktek jam 08.00 ke lokasi prakteknya masing masing. 2. Peserta melaksanakan praktek piranti MPA-PHAST di tengah tengah masyarakat : a. Monitoring kesinambungan Tahap I Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPAPHAST Tahap I (Baseline) yang belum dilakukan pada try out lapangan I b. Monitoring kesinambungan Tahap III Setiap kelompok berangkat ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi Peserta (kelp) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan tools dan field book MPA-PHAST Tahap III (Konstru-ksi) yang belum dilakukan pada try out lapangan I 3. Peserta akan kembali ke hotel untuk penyusunan laporan praktek lapangan hari pertama. Sehingga, peserta bolak balik dari hotel ke desa untuk 2 hari praktek.
SESSI 14
TUJUAN
: : : :
PRESENTASI DAN REFLEKSI HASIL PRAKTEK LAPANGAN MPA-PHAST : 1. Proses & hasil praktik monitoring kesinambungan (deskripsi & grafik) 2. Refleksi pembelajaran 1. Kelompok dapat mempresen-tasikan proses & hasil praktik monitoring kesinambungan (deskripsi & grafik) 2. Kelompok dapat merefleksikan pembelajaran yang telah diperoleh dalam try out Presentasi, diskusi dan tanya jawab. 3 x 120 menit. Hasil praktek lapangan MPA-PHAST
1. Introduksi tentang tata cara presentasi hasil praktek lapangan MPA-PHAST 2. Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasikan laporan proses & hasil praktik lapangan termasuk pembelajaran yang didapat secara bergantian 3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya/klarifikasi 4. Dst, fasilitator kemudian memberikan penegasan akhir.
SESSI 15
: PENYUSUNAN RENCANA KERJA APLIKASI MPA PHAST DALAM OPERASIONALISASI KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT : Peserta memiliki rencana kerja pasca lokakarya dalam rangka memanfaat MPA PHAST : Diskusi kelompok, presentasi dan diskusi Tanya jawab : 30 menit : Format rencana kerja :
1. Fasilitator bersama sama peserta membuat rangkuman tentang orientasi MPAPHAST 2. Kembalikan peserta kedalam kelompok propinsinya masing masing. Minta pada setiap kelompok untuk menggali gagasan pemanfaatan MPA PHAST dalam operasionalisasi kebijakan. Lakukan prioritasi pelaksanaan gagasan tersebut sesuai dengan kebutuhan daerahnya masing masing. Masukkan kedalam format yang tersedia. 3. Lakukan presentasi rencana kerja untuk pengkayaan wawasan dan penyempurnaan rencana kerja. 4. Tutup sessi ini dengan penegasan semoga rencana kerja ini dapat diimplementasikan di lapangan.
SESSI 16
TUJUAN
LANGKAH PENYAJIAN
: EVALUASI LOKAKARYA 1. Pemetaan pemahaman akhir setiap peserta 2. Evaluasi Akhir Peserta : 1. Terpetakannya pemahaman akhir peserta thd konsep kesinambu-ngan program AMPL, konsep gender dan kemiskinan, konsep DRA (demand responsive approach), konsep dasar MPA- PHAST, dan perangkat MPA-PHAST 2. Peserta dapat melakukan penilaian secara partisipatif terhadap penyelenggaraan orientasi MPA-PHAST 3. Melakukan penegasan seluruh proses dan hasil orientasi dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan : Penugasan individual : Secukupnya sesuai dengan kebutuhan jenis evaluasi : - Kain rekat - Metaplan - Spidol - Stiker dot - Kertas dan kantung suara - Lambang skala penilaian - Kertas flipchart :
1. Evaluasi Pemetaan pemahaman akhir setiap peserta : Fasilitator menjelaskan tentang postest dengan metode penempelan dot sticker pada sticky cloths yang sudah disiapkan sebelumnya dalam matriks :
Aspek Pengetahuan tentang konsep kesinambungan program AMPL Pemahaman tentang konsep gender dan kemiskinan Pengetahuan tentang konsep DRA (demand responsive approach) Pengetahuan tentang Konsep-konsep dasar MPA/PHAST Pemahaman tentang perangkat MPA/PHAST
25
50
75
100
2. Evaluasi akhir Fasilitator menjelaskan tentang tata cara melakukan evaluasi akhir dengan format yang sudah disediakan Fasilitator membagikan lembar evaluasi kepada peserta untuk diisi. Apabila sudah selesai, lakukan perhitungan bersama fasilitator mempersiapkan format besar untuk diisi bersama sebelumnya, berdasarkan evaluasi dari masingmasing peserta. Fasilitator membuat penegasan atas hasil evaluasi dari seluruh peserta Fasilitator meminta kepada peserta (wakil dari masing-masing daerah) untuk membuat rekomendasi bagi diri dan daerahnya masing-masing terkait dengan implementasi kebijakan partisipatif berbasis masyarakat dalam kerangka AMPL.
SCORE
3
1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Proses Tabulasi a. b. c. d. e. f. Pindahkan isi format evaluasi ke dalam format rekap hasil evaluasi kolom 4, 6, 8, 10,12 Isi kolom 5,7,9,11,13 dengan mengalikan nilai score dengan nilai pada kolom 4,6,8,10,12 Isi kolom 14 dengan cara menjumlahkan isi pada kolom 5,7,9,11 dan 13 Isi kolom 15 dengan cara membagi isi kolom 14 dengan jumlah peserta/suara pada kolom 3 Isi kolom 16 dengan cara berikut : Kolom (15)/5 x 100 % Komentar dan saran ditulis pada kertas tersendiri.
SESSI 17 TUJUAN
: PENUTUPAN : Peserta mendapatkan penegasan tentang pentingnya pemanfaatan MPA PHAST untuk implementasi kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat di daerahnya masing masing : Upacara semi seremonial : 15 menit : Sambutan penutupan lokakarya :
1. 2. 3. 4. 5.
Pengantar dari panitia Penyampaian kesan kesan dari peserta Sambutan penutupan lokakarya Penyampaian doa Foto bersama seluruh peserta, fasilitator dan panitia
Sticky cloths, dot sticker, metaplan, selotipe, kertas HVS, Spidol, lembar sketsa setting ruangan
Baner
3. Siapkan 1 atau 2 orang yang memulai supaya yang lain mengikuti. 4. Mendorong terus setiap peserta untuk melakukan sesuatu dalam setting ruangan yang bisa mendukung proses belajar dalam kelas secara nyaman dan informal
16.00-16.30 (30)
Pembukaan
Peserta memahami : Prinsip dasar lokakarya orientasi MPAPHAST Apa dan bagaimana Pokja AMPL Apa, Siapa dan bagaimana WASPOLA Mengapa ada Lokakarya Orientasi MPA-PHAST Konsep umum strategi dan metode yang akan dilalui selama lokakarya orientasi MPA-PHAST
Pokja AMPL, Powerpoint ; WASPOLA, Prinsip Dasar Lokakarya, Pokja AMPL, WASPOLA, Latar Belakang & Konsep Umum Strategi Metode Lokakarya.
Agenda Perkenalan
Keluaran 1. Peserta saling mengenal nama dan asal (utusan dari mana) 2. Tercipta suasana yang rileks dan informal
Proses 1. Fasilitator menjelaskan teknik/game perkenalan yang akan dilakukan termasuk sosiogram dengan diagram venn 2. Panduan Sosiogram/Diagram Venn berdasarkan daerah asal dengan warna kartu lingkaran yang disepakati bersama 3. Setiap peserta diminta mengambil satu kertas lingkaran berdasarkan warna daerahnya 4. Kartu lingkaran tsb ditulisi nama dengan spidol besar 5. Disiapkan satu tempat lebar yang berisi kain rekat, setiap peserta menempelkan lingkaran namanya dengan melihat & merekatkan di dekat nama peserta lain yang paling dekat dengan dirinya, dst. 6. Peta tsb akan melihat interaksi antar peserta yang perlu dibangun. 1. Setelah cukup akrab dan saling mengenal satu sama lainnya, fasilitator mengajak para peserta untuk menggali harapan dan kekhawatiran peserta selama lokakarya 2. Setiap peserta diberikan 3 warna kartu (@ jumlahnya maksimal 3 kartu). Sehingga setiap peserta akan mendapat 6 kartu dari 3 warna. Setiap warna menunjukkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap sedangkan 3 menunjukkan jumlah maksimal setiap orang menulis harapannya. 1. Dijelaskan alur lokakarya, ditawarkan agenda dan waktunya. Jika menggunakan Baliho besar, kartu-kartu bertuliskan (materi, metode, peserta, dll-nya) dari setiap tahapan ditempel dalam gambar tsb. 2. Brainstorming per daerah tentang aturan main sela-ma proses lokakarya. Pertanyaan kuncinya adalah Apa dan bagaimana cara mengelola kegiatan lokakarya ini supaya berjalan lancar, dinamis dan penuh semangat.
Fasilitator Tim
Bahan Kartu lingkaran (dot sticker) warna-warni, kain rekat (sticky cloths), spidol besar, selotipe
17.15-17.45 (30)
Negosiasi
1. Pemetaan Harapan Peserta (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) apa yang diharap-kan selama 5 hari bisa dicapai) 2. Hal-hal yang perlu diantisipasi selama lokakarya
Alur lokakarya dibuat dalam kertas plano atau menggunakan baliho besar milik WSLICNTB sebagai media menuliskan alur.
Keluaran Terpetakannya pemahaman awal peserta tentang konsep kesinambungan program AMPL, konsep gender dan kemiskinan, konsep DRA (demand responsive approach), konsep dasar MPA/PHAST, dan perangkat MPA/PHAST
Proses 1. Fasilitator menjelaskan cara pemetaan kondisi awal peserta dengan metode penempelan dot sticker pada sticky cloths yang sudah disiapkan sebelumnya dalam matriks :
Aspek 100 Sanga Tidak Kuran Cuku Luma t paha g p yan paha m m 0 25 50 75
Fasilitator Tim
Pengetahuan tentang konsep kesinambungan program AMPL Pemahaman tentang konsep gender dan kemiskinan dalam program AMPL Pengetahuan tentang konsep DRA (demand responsive approach) Pengetahuan tentang Konsep-konsep dasar MPA/PHAST Pemahaman tentang perangkat MPA/PHAST
Istirahat, Makan Malam Konsep Dasar Kesinambungan 1. Peserta mengerti dan faham tentang konsep dasar kesinambungan dalam program AMPL. 2. Peserta memahami hubungan antar aspek dalam kesinambungan dan mampu memberikan contoh-contoh pengalaman riil lapangan tentang hubungan antar aspek kesinambungan. 1. Fasilitator menjelaskan bahwa pembahasan konsep kesinambungan akan menggunakan kasus pengala-man program SAB dan akan dibahas dalam kelom-pok. Sumber belajar lain adalah pengalaman sehari-hari peserta dalam membangun SAB di desa. 2. Bagikan kasus kepada setiap peserta, minta peserta membaca kasus tsb selama 5 menit. 3. Bagi peserta menjadi 2-3 kelompok dan minta setiap kelompok menghadap ke kain tempel yang akan didampingi seorang fasilitator. 4. Dalam setiap kelompok ditempel pertanyaan yang ditulis dalam metaplan besar dan panjang Mengapa program SAB seperti dalam kasus bisa berhasil dan sinambung?. Dalam pengalaman sehari-hari, mengapa proyek SAB/S gagal dan tidak sinambung?: 5. Minta setiap peserta menuliskan jawaban atas pertanya-an tsb dalam kartu-kartu, 1 kartu untuk 1 jawaban. 6. Setiap kartu pendapat ditempel dalam kain rekat. Fasilitator mengupayakan pengelompokan, selanjutnya minta perwakilan kelompok untuk mengambil peran dalam pengelompokan kartu-kartu tsb. 7. Jika sudah menemukan beberapa kelompok berdasarkan Tim Metaplan warna-warni, spidol, plano, flow chart, LCD, tali dari potongan kertas plano, tulisan dalam kartu oval (Sosial, Teknis, Kelambagaan, Financial, Lingkungan).
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses aspek-aspek tertentu, tulis judul aspek dalam kartu yang berbentuk lain. Uji dengan pertanyaan apakah ada hubungan antara satu kelompok kartu (misalnya sosial dengan SDM/Kelembagaan)?. Jika ada pengalaman minta peserta memberikan contoh riil yang berhubungan antara satu aspek dengan aspek lain. 8. Buat hubungan dengan menarik garis dari satu aspek ke aspek lain dengan menggunakan kertas. 9. Ajak peserta untuk menarik kesimpulan Kalau begitu apa sebenarnya yang disebut dengan berkesinambungan?. 10. Berikan penegasan sebagai berikut :
Fasilitator
Bahan
RINGKASAN KONSEP KESINAMBUNGAN DALAM SAB/S 1. Pelayanan SAB/S yang berkesinambungan secara efektif adalah sarana yang dapat secara teratur dan handal menyediakan cukup air bersih dengan kualitas yang dapat diterima, sehingga pengguna mendapat kepuasan yang tinggi serta bersedia menggunakan & memelihara sarana. 2. Secara teknis kerusakan jarang terjadi dan perbaikan cepat dilakukan, serta keuangan setempat menutupi setidaknya biaya yang dibutuhkan secara teratur untuk operasional, pemeliharaan dan perbaikan. 3. Rumah tangga atau sebagian besar masyarakat selalu menggunakan SAB minimal untuk minum dan penggunaannya ramah lingkungan (ada drainase dan tidak ada air yang menggenang). 4. Secara sosial, masyarakat menerima teknologi SAB/S dan digunakan untuk menunjang serta memperoleh manfaat kesehatan atau tingkat perubahan kebiasaan penggunaan SAB serta melestarikan lingkungan.
21.30-21.35 (5) Self Monitoring Harian - Setiap peserta bisa memberikan pendapat atas apa yang mereka rasakan dalam sehari. - Sebagai input untuk proses selanjutnya. 1. Dengan menggunakan metode Kantung Suara seperti panduan TERLAMPIR. Aspek-aspek opsional yang dinilai setiap peserta yaitu (Bagaimana situasi kelas hari ini?, Bagaimana peran serta peserta dalam proses hari ini?, Bagaimana fasilitator membangun dinamika hari ini?, Bagaimana Peningkatan pemahaman sampai hari ini?, Pengetahuan konsep kesinambungan sampai saat ini?, dll. Visual dalam kertas flipchart besar dan ditempel di kain rekat.
Waktu Agenda Hari Kedua, Senin 28 Agustus 2006 08.00-09.30 (90) Konsep Sosial, Gender equity, Pemberdayaan, DRA.
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
1. Peserta mengerti dan faham tentang konsep sosial, gender equity dan pemberdayaan. 2. Peserta memahami tentang pentingnya maninstream konsep gender dan sosial dalam proyek AMPL. 3. Peserta mengerti dan faham tentang pendekatan tanggap kebutuhan (DRA)
1. Fasilitator memulai kegiatan dengan polling pendapat peserta tentang; kesinambungan, sosial, gender equity, pemberdayaan. Pertanyaannya adalah : Siapa yang paling banyak berhubungan atau yang menggunakan air? Siapa yang biasanya diundang dalam rapat pertemuan membicaran suatu rencana program? Siapa yang biasanya mendapat informasi mengenai rincian suatu program/proyek? Siapa yang terlibat dalam penentuan jenis pilihan teknologi sarana? Siapa yang terlibat dalam penempatan loksi, dan rancang bangun dari sarana yang akan terbangun? Siapa yang sering terlibat dalam pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan sarana? Siapa yang biasanya terlibat dalam pengambilan keputusan dalam tahapan perumusan dan perencanaan kegiatan di tingkat masyarakat? Siapa yang sering dilibatkan dalam proses pembangunan sarana? Siapa yang lebih sering duduk dalam badan pengelola untuk mengelola ksinambungan sarana? Siapa yang paling banyak dilibatkan dalam proses monitoring dan evaluasi suatu program/proyek? 2. Minta 2 peserta laki-laki dan perempuan untuk maju ke depan kelas (upayakan yang laki besar dan gemuk dan yang perempuan kurus dan kecil). Bariskan mereka depan-belakang, yang di depan laki-laki dan si kaya, sedangkan yang dibelakang perempuan dan si miskin. Role-playkan 2 orang tsb untuk memberi pengerti Kesetaraan Gender dan Kesetaraan Sosial. 3. Tanyakan kepada peserta apa yang terjadi terhadap pembangunan sarana SAB/S bila keseteraan gender dan kesetaraan sosial itu tidak terjadi. Tulis jawaban peserta pada kertas plano. Tanyakan kembali apa yang terjadi bila Kesetaraan Gender dan Kesetaraan Sosial di mainstremingkan pada suatu program/proyek. 4. Simpulkan jawaban peserta untuk menjawab pertanyaan mengapa kesetaraan Gender dan Sosial sangat penting yaitu : untuk kesinambungan sarana SAB/S dan keadilan sosial.
Keluaran 1. Peserta mengerti dan faham tentang kerangka kerja MPA/PHAST kaitannya dengan implementasi konsep DRA.
Proses 1. Fasilitator menjelaskan kerangka kerja MPA-PHAST dengan skema dan alur secara bertahap. 2. Setelah kerangka kerja dijelaskan, berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan klarifikasi. 3. Lanjutkan dengan menguraikan tools yang digunakan dalam setiap bagian kerangka dan sub indikator dalam skema. Tempel satu per satu dan jelaskan secara ringkas.
Fasilitator Tim
Bahan 1 set kartu yang berisi tulisan bagian A sampai G dari kerangka kerja MPAPHAST lengkap dengan namanama tools. Metaplan warna-warni, plano, A4, spidol, bijibijian, tali/benang, spi-dol kecil warna-warni, lem, pensil, karet penghapus, selotipe, mistar, gunting/cater, lembar skoring, format tools
1. Peserta mengerti tentang tahap inventaris sosial masyarakat beserta maksud dan tujuannya 2. Peserta mengetahui dan dapat menerapkan tools MPA untuk melakukan inventaris sosial masyarakat
1. Fasilitator memulai dengan metode brainstorming, menggali pendapat peserta tentang inventaris sosial masyarakat 2. Fasilitator memperkenalkan tools-tools MPA untuk proses inventaris sosial masyarakat; pertemuan dengan aparat desa/kelurahan, inventaris data komunitas, sejarah SAB/S dan promosi kesehatan, klasifikasi kesejahteraan, pemetaan sosial, Rapid Technical Assessment (RTA), Perencanaan Transect Walks. 3. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan penggunaan toolstools tsb satu persatu 4. Fasilitator mensimulasikan alat-alat kajian tsb satu persatu hingga peserta benar-benar faham dan merasa yakin dapat melakukannya. 5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan kemudian melakukan penegasan 6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi 7. Fasilitator memberikan penegasan akhir dan tips-tips yang harus dilakukan saat penerapan tools.
Tim
1. Peserta mengerti tentang tinjauan pengelolaan sarana beserta maksud dan tujuannya 2. Peserta mengetahui dan dapat menerapkan tools MPA untuk melakukan tinjauan pengelolaan sarana
1. Fasilitator mengawali kegiatan dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang tinjauan pengelolaan sarana 2. Fasilitator memperkenalkan tools-tools MPA untuk melakukan tinjauan pengelolaan sarana yaitu; pengelolaan dan pengambilan keputusan (CM), sejarah partisipasi saat pembangunan sarana (H), penilaian pelatihan (TR), dan pengelolaan keuangan (FIN). 3. Fasilitator mendemonstrasikan ke-empat tools tsb satu persatu hingga peserta benar-benar faham dan merasa yakin dapat
Tim
Metaplan warna-warni, plano, spidol, dot sticker/ bijibijian, format tools, lembar skoring (CM, FIN, TR, H), gambar MPA
Waktu
Agenda
Keluaran
Proses melakukannya 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan 5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi dalam beberapa kelompok yang didampingi seorang fasilitator. 6. Fasilitator memberikan penegasan akhir dan tips-tips dalam menerapkan tools tsb 1. Fasilitator memulai proses dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang tahap-tahap pelaksanaan monitoring kesinambungan 2. Fasilitator menjelaskan 4 tahapan pelaksanaan monitoring kesinambungan dalam proyek WSLIC-2 3. Fasilitator menjelaskan piranti MPA-PHAST yang digunakan untuk setiap tahapan monitoring kesinambungan tsb. 4. Fasilitator menerangkan tentang MIS dan grafik kesinambungan 5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan 1.
2.
Fasilitator
Bahan
16.30-17.30 (60)
1. Peserta mengetahui tentang tahaptahap pelaksanaan monitoring kesinambungan proyek SAB/S 2. Peserta mengetahui cara dan piranti yang digunakan dalam monitoring kesinambungan
Tim
Metaplan, plano, A4, spidol, lem, gunting, tabel MIS (Tahap IIV), contoh grafik kesinambungan
17.30-18.00 (30)
1. Pembagian Kelp Lapangan dan Tugastugas kelompok Isshoma Persiapan Lapangan I 1. Gambaran umum lokasi 2. Desain (informasi tahap I-IV & pem-bagian tugas fasilitasi 3. Jadwal kerja lapangan 4. Format visualisasi dan pelaporan
1. Peserta terbagi dalam 7 kelompok lapangan (desa). 2. Setiap kelp memahami tugas-tugas yang akan dijalankan selama kerja lapangan.
Panitia membacakan siapa yang masuk dalam kelompok desa yang mana. Fasilitator menjelaskan tugas-tugas berdasarkan tahapan monitoring kesinambungan yang harus dilakukan di lapangan.
Tim
1. Peserta memahami gambaran umum lokasi WSLIC-2 2. Adanya desain (informasi tahap I-IV & pembagian tugas fasilitasi 3. Adanya jadwal kerja lapangan 4. Adanya format visualisasi dan pelaporan 5. ATK dan material lainnya
1. Fasilitator menjelaskan tentang status kegiatan di desa & komunitas yang akan menjadi lokasi try out 2. Fasilitator membagi peserta menjadi 7 kelompok (@ 5-6 orang) sekaligus menetapkan lokasi praktiknya masingmasing. 3. Fasilitator membagikan lembar informasi awal mengenai desa lokasi praktik (print out), dan setiap kelompok juga akan mendapatkan RKM masing-masing desa lokasi praktik. 4. Fasilitator membagikan data baseline untuk desa tahap II-IV, sehingga bisa digunakan untuk membaca kecenderungan perubahan yang terjadi 5. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menyusun jadwal
Metaplan, plano, spidol, lembar informasi awal kondisi lapangan, data baseline, RKM, format laporan & paket ATK praktik lapangan
Waktu
Keluaran
Proses kerja lapangan 6. Fasilitator membagikan lembar format pelaporan dan menjelaskan visualisasi yang harus dibuat serta bagaimana menyusun pelaporan lapangan 7. Membagikan ATK dan material kebutuhan praktik lapangan 1. Fasilitator mendampingi setiap kelompok mempersiapkan terutama terkait dengan tools dan pembagian tugas, format scoring dan lain sebagainya.
Fasilitator
Bahan
21.00-21.30 (30)
Persiapan mandiri setiap tim/kelompok desa. Hari Ketiga, Selasa 29 Agustus 2006 07.30-17.30 Fasilitasi di Masyarakat Monitoring Peserta melakukan praktik lapangan di kesinambu-ngan desa dengan tools MPA untuk monitoring Tahap I (Klp I dan tahap I Kelp II) Baseline Desa Jontlak dan Desa Batujai Monitoring kesinambu-ngan Tahap II (Klp III) Draft RKM Desa Mertak Tombok Monitoring kesinambu-ngan Tahap III (Klp IV dan Klp V) Konstruksi, Desa Teruwai dan Desa Gapura. Monitoring kesinambu-ngan Tahap IV (Klp VI dan Klp VII) Pasca Konstruksi, Desa Perina dan Desa Aik Darek. Peserta melakukan praktik lapangan di desa dengan tools MPA untuk monitoring tahap II
Tim
1. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi 2. Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap I (Baseline) 1. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi 2. Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap II (Draft RKM) 1. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi 2. Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap III (Konstruksi) 1. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi 2. Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap IV(Pasca Konstruksi)
Paket ATK Praktik Lapangan, material lainnya . Paket ATK Praktik Lapangan, material lainnya . Paket ATK Praktik Lapangan, material lainnya . Paket ATK Praktik Lapangan, material lainnya .
Kelompok, Fasilitator, CF
Peserta melakukan praktik lapangan di desa dengan tools MPA untuk monitoring tahap III
Kelompok, Fasilitator, CF
Peserta melakukan praktik lapangan di desa dengan tools MPA untuk monitoring tahap IV
Kelompok, Fasilitator, CF
Agenda Keluaran Perjalanan Ke Hotel Ishoma Pendokumentasian 1. Peserta dapat membuat pelaporan (Proses, Hasil dan desa (site) Pembelajaran) 2. Adanya draft laporan desa
Proses
Fasilitator
Bahan
1. Masing-masing kelompok melakukan pendokumen-tasian (proses, hasil dan pembelajaran) dengan memakai recording book MPA-PHAST dan catatan-catatan lapangan. 2. Setiap peserta secara khusus diminta untuk menuliskan pembelajaran utama dari proses praktik lapangan yang sudah dilakukannya.
Hari Keempat, 30 Agustus 2006 07.30-10.00 Presentasi dan Refleksi 1. Proses & hasil 1. praktik monitoring kesinambung 2. an (deskripsi & grafik) 2. Refleksi pembelajaran Break Piranti MPA-PHAST 1. Transect Walks 1.
Kelompok dapat mempresen-tasikan proses & hasil praktik monitoring kesinambungan (deskripsi & grafik) Kelompok dapat merefleksi-kan pembelajaran yang telah diperoleh dalam try out
1. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan laporan proses dan hasil praktik lapangan termasuk pembelajaran yang didapat secara bergantian 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya/klarifikasi 3. Dst, fasilitator kemudian memberikan penegasan akhir
10.00-10.15 10.15-12.30
Peserta mengerti tentang transect walks perjalanan transect beserta maksud dan tujuannya 2. Peserta mengetahui dan dapat menerapkan tools-tools dalam melakukan transect walks
1. Fasilitator mengawali proses dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang maksud dan tujuan perjalanan transect 2. Fasilitator memperkenalkan beberapa tools MPA untuk pelaksanaan transect walks yaitu; pengelolaan sumber air (SM), penilaian tingkat kualitas kerja (WR), penilaian pelayanan oleh kelompok pengguna laki & perempuan (TW), dan kunjungan masyarakat yang tidak terlayani (UP). 3. Fasilitator mensimulasikan ke-empat tools tsb satu persatu hingga peserta benar-benar faham dan merasa yakin dapat melakukannya 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan 5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi 6. Fasilitator memberikan penegasan akhir dan tips-tips dalam menerapkan tools tsb
Mitra Samya
Metaplan, spidol, plano, A4, tali, meteran (rating scale), lembar skoring (SM, WR, TW), format ca-tatan skoring (SM, WR, TW, UP)
12.30-14.00 14.00-18.00
Waktu
Keluaran 1. Peserta mengerti tentang FGD menurut gender dan kelas sosial beserta maksud dan tujuannya 2. Peserta mengetahui dan dapat menerapkan tools-tools dalam melakukan FGD menurut gender dan kelas sosial
Proses 1. Fasilitator memulai kegiatan dengan metode brainstorming, menggali pemahaman peserta tentang maksud dan tujuan dari FGD menurut gender dan kelas sosial 2. Fasilitator memperkenalkan tools-tools MPA yang digunakan dalam FGD menurut gender dan kelas sosial yaitu; efektifitas penggunaan SAB/S (EU), manfaat, kebutuhan dan nilai terhadap biaya (BC), pembagian kerja berdasarkan gender dan waktu kerja (DIV), hak suara dan pilihan dalam pengambilan keputusan (VC), alur penularan penyakit dan penghambatnya1, serta pertemuan pleno masyarakat. 3. Fasilitator mensimulasikan tools-tools tsb satu persatu hingga peserta benar-benar faham dan merasa yakin dapat melakukannya 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas dan melakukan penegasan 5. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bersimulasi 6. Fasilitator memberikan penegasan akhir dengan tips-tips penerapan tools tsb
Bahan Metaplan, plano, spidol, gambar MPA (EU, DIV, VC, Cont-Route & Block), lembar skoring (EU, BC, DIV, VC), format catatan skoring, gunting, bijibijian
18.00-19.30 19.30-21.30
Isshoma Persiapan Lapangan II 1. Desain jadwal 1. kerja lapangan 2. 2. Format visualisasi dan 3. pelaporan 3. ATK dan material lainnya
Peserta mendesain jadwal kerja lapangan Peserta membuat format visualisasi dan pelaporan Persiapan ATK dan material lain yang dibutuhkan
1. Kelompok III yang pada hari ini tidak kembali ke lapangan, anggotanya akan dipecah dan bergabung dengan Kelompok I dan II. Sementara Kelompok VI akan bergabung ke Klp IV, dan Klp VII bergabung ke Klp V. 2. Fasilitator meminta kepada kelompok untuk mendesain rencana kegiatan praktik lapangan II untuk menerapkan toolstools MPA-PHAST yang belum dilakukan pada praktik lapangan I 3. Fasilitator membagikan lembar format pelaporan dan menjelaskan visualisasi yang harus dibuat serta bagaimana menyusun pelaporan 4. Membagikan ATK yang dibutuhkan untuk try out lapangan II kepada masing-masing kelompok
Peserta dibedakan menurut jenis kelamin dan usia (sekolah/ masyarakat) tetapi tidak dibedakan berdasarkan kelas sosial
Keluaran
Proses
Fasilitator
Bahan
15.00-16.00
Fasilitasi di Masyarakat Monitoring Peserta melakukan praktik lapangan di kesinambungan desa dengan tools MPA untuk monitoring Tahap I (lanjutan) tahap I (Klp I dan Klp II) Baseline, Desa Jontlak dan Desa Batujai. Monitoring Peserta melakukan praktik lapangan di kesinambngan desa dengan tools MPA untuk monitoring Tahap III (lanjutan) tahap III (Klp IV dan Klp V) Konstruksi, Desa Teruwai dan Gapura. Pendokumentasian 1. Peserta dapat membuat pelaporan (Proses, Hasil dan desa (site) Pembelajaran) 2. Adanya draft laporan desa (gabungan dengan hasil try out I)
1. Masing-masing kelompok berangkat menuju ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC-2 yang bertugas di lokasi 2. Peserta (kelompok) melakukan fasilitasi di masyarakat dengan menggunakan tools dan field book MPA-PHAST Tahap I (Baseline) yang belum dilakukan pada try out lapangan I 1. Setiap kelp berangkat ke desa dengan didampingi 1 orang fasilitator, 1 orang assistant fasilitator, dan 1 orang CF WSLIC2 yang bertugas di lokasi 2. Peserta (kelp) melakukan fasilitasi di masy dengan tools dan field book MPA-PHAST Tahap III (Konstru-ksi) yang belum dilakukan pada try out lapangan I 1. Masing-masing kelompok melakukan pendokumentasian (proses, hasil dan pembelajaran) dengan menggunakan recording book MPA-PHAST dan catatan-catatan lapangan. 2. Setiap peserta secara khusus diminta untuk menuliskan pembelajaran utama dari proses praktik lapangan yang sudah dilakukannya.
Kelompok, Fasilitator, CF
Paket ATK Praktik Lapangan, material lainnya . Paket ATK Praktik Lapangan, material lainnya . Kertas A4, mistar, spidol kecil warna, .
Kelompok, Fasilitator, CF
Kelompok, Fasilitator, CF
16.00-16.30 16.30-18.30
Break Presentasi & Refleksi 1. Proses & hasil 1. Kelompok dapat mempresen-tasikan praktik proses & hasil praktik monitoring monitoring kesinambungan (deskripsi & grafik) kesinambungan 2. Kelompok dapat merefleksikan (deskripsi & pembelajaran yang telah diperoleh grafik) dalam try out 2. Refleksi pembelajaran Isshoma Lanjutan Presentasi & Refleksi 1. Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasi-kan laporan proses & hasil praktik lapangan terma-suk pembelajaran yang didapat secara bergantian 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya/klarifikasi 3. Dst, fasilitator kemudian memberikan penegasan akhir
18.30-20.00 20.00-21.30
Hari Keenam, 1 September 2006 07.30-09.45 Evaluasi & Penutupan Pemetaan Terpetakannya pemahaman akhir peserta
Mitra
Matriks
Waktu
Keluaran thd konsep kesinambu-ngan program AMPL, konsep gender dan kemiskinan, konsep DRA (demand responsive approach), konsep dasar MPA- PHAST, dan perangkat MPA-PHAST
Proses penempelan dot sticker pada sticky cloths yang sudah disiapkan sebelumnya dalam matriks : Aspek 0 25 50 75 100 Pengetahuan tentang konsep kesinambungan program AMPL Pemahaman tentang konsep gender dan kemiskinan Pengetahuan tentang konsep DRA (demand responsive approach) Pengetahuan tentang Konsepkonsep dasar MPA/PHAST Pemahaman tentang perangkat MPA/PHAST 1. Fasilitator menjelaskan tentang tata cara melakukan evaluasi akhir dengan format yang sudah disediakan 2. Fasilitator membagikan lembar evaluasi kepada peserta dan mempersiapkan format besar untuk diisi bersama berdasarkan evaluasi dari masing-masing peserta. (Lembar terlampir). 3. Fasilitator membuat penegasan atas hasil evaluasi dari seluruh peserta 4. Fasilitator meminta kepada peserta (wakil dari masing-masing daerah) untuk membuat rekomendasi bagi diri dan daerahnya masing-masing terkait dengan implementasi kebijakan partisipatif berbasis masyarakat dalam kerangka AMPL.
Fasilitator Samya
Peserta dapat melakukan penilaian secara partisipatif terhadap penyelenggaraan orientasi MPA-PHAST Melakukan penegasan seluruh proses dan hasil orientasi dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan
Tim
Lembar evaluasi peserta, Format evaluasi akhir (kertas besar), metaplan, plano, spidol, mistar
Break Penutupan
BUKU KERJA
MPA - PHAST
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN MONITORING KESINAMBUNGAN DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SARANA AIR BERSIH DAN SANITASI (OUTCOME AND PROCESS MONITORING) 1 TAHAP I (BASELINE DATA)
Disiapkan Oleh :
MITRA SAMYA
Lembaga Studi Partisipasi Dan Demokrasi Institute Study for Research and Democracy
Jl. Sultan Salahudin 17 Tanjung Karang Mataram Lombok NTB Telp./Fax ; 0370-624232, Email ; Mitrasamya@indo.net.id
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TAHAP I
ANALISIS SITUASI (BASELINE DATA)
TUJUAN
Merekam data (situasi baseline) berdasarkan kondisi yang terjadi saat ini terhadap sarana yang sudah ada, termasuk kondisi keuangan dan pengelolaannya. Dari analisa bersama masyarakat, keinginan untuk peningkatan SAB/S biasanya muncul dengan jelas. Selama pembangunan masyarakat berkeinginan membayar/membiayai demi perbaikan atas kebutuhan mereka. Mendorong masyarakat untuk merencanakan sendiri dan membuat sarana pelayanan baru yang lebih berkesinambungan dan merata, secara proporsional bagi semua bagian/ organisasi lokal di desa dan semua kelompok masyarakat merasa puas.
2 3 4
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
1
TUJUAN
Mengklasifikasi penduduk desa kedalam kategori tingkatan ekonomi (seperti kaya, miskin, menengah, dst) menurut kriteria setempat dan sesuai istilah lokal. Klasifikasi ini digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang terlibat dalam diskusi (FGD), pemetaan akses orang miskin dan kaya terhadap sarana air bersih dan sanitasi, fungsi dan pekerjaannya, serta mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi masyarakat, dsb.
BAHAN-BAHAN
Kertas/karton Spidol/alat tulis Kertas Flip chart Batu/benih/kacang
PROSES
1. Mulailah diskusi kelompok (dengan menyertakan perempuan dari masyarakat dan perwakilan setiap lingkungan) tentang bagaimana membedakan rumah tangga dalam penduduk desa. 2. Fasilitator menyediakan kertas kosong dan meminta satu kelompok membuat gambar orang kaya di desa, kelompok lainnya membuat gambar orang menengah dan miskin. Kegiatan ini sekaligus sebagai ice breaking, karena biasanya hasil gambar bisa memecahkan kebekuan. Untuk istilah kaya/miskin/menengah dan lainnya diambil dari istilah lokal agar dapat dimengerti dan diterima. 3. Minta masing-masing kelompok menjelaskan ciri setiap kategori satu persatu. Letakkan jawaban yang muncul di bawah gambar yang sesuai. Akan cukup menolong, jika dimulai dengan kategori kaya, miskin dan selanjutnya menengah. Langkah ini dilanjutkan hingga sekurangnya ada 6 - 7 ciri yang muncul dari setiap kategori. 4. Fasilitator harus menggali keterangan yang rasional atau alasan khusus dari mayarakat di balik ciri-ciri yang muncul. Juga dapat diklarifikasi dengan menayakan kepada setiap KK, Bagaimana kebiasanaan mereka? Bagaimana keadaan sosial ekonomi mereka? 5. Minta kelompok mendistribusikan 100 biji/kerikil (yang menunjukkan total populasi masyarakat) menurut kategori yang muncul dimana jumlah biji akan menunjukan proporsi setiap kategori dalam populasi penduduk. 6. Kemudian kelompok menunjukkan karakteristik dan persentase hasil diskusi dalam lembaran kertas besar sebagai acuan untuk memulai kegiatan selanjutnya yang membutuhkan pengelompokan orang kaya dan miskin.
5 6 7
Tim Kerja Masyarakat Management Information System District Project Management Unit
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
LEMBAR SKOR DAN KODE
Nama Desa : ..................................................................................................................................................... Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ........................................................................................................ Proyek : WSLIC-2
Tanggal : ..................................................................................................................................................... Nama Pimpinan Tim : Bpk/Ibu ........................................................................................... Nama Anggota Tim : Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Jumlah Peserta Perempuan Yang Hadir : ..................... Orang Jumlah Peserta Anak Perempuan Yang Hadir : ...................... Orang Jumlah Peserta Laki-laki Yang Hadir : ..................... Orang 10. Jumlah Peserta Anak Laki-Laki Yang Hadir : .................... Orang
Waktu Mulai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Deskripsi indikator dan istilah lokal yang diajukan masyarakat Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Tidak Mampu Menengah Mampu
Akses Terhadap Pelayanan Pendidikan Formal dan NonFormal Rasa Aman Sosial dan Psikologis dalam Masyarakat Lain-lain**
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Waktu Selesai
Catatan Gambar asli tentang kelas mampu, tidak mampu dan menengah, tetap ditinggal untuk masyarakat
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
2
TUJUAN :
Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi (tradisional maupun dari proyek tertentu), Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana air bersih Mengetahui dari keluarga sosial apa (kaya, menengah atau miskin) anggota badan pengelola baik laki maupun perempuan yang bekerja dalam bidang pelayanan air bersih, sanitasi dan promosi hidup bersih/sehat, dan Mengetahui siapa yang pernah dan atau akan mendapatkan pelatihan
PROSES :
1. Mulailah dengan menjelaskan tujuan kegiatan, kemudian minta kepada kelompok untuk membuat peta desa dengan menggunakan bahan yang diperlukan, terutama bahan-bahan setempat yang dikenal masyarakat dan dapat ditambahkan bahan yang lain 2. Pertama yang harus digambarkan dalam peta adalah batas desa 3. Kemudian tentukan legenda : Bangunan fisik yang penting (sekolah, sarana ibadah, sarana kesehatan serta batas-batasnya) Jalan, gang, lorong, ladang, sawah, hutan, kebun,dll Sumber air, tempat pembuangan limbah Rumah dari klasifikasi masyarakat (kaya, sedang, miskin) 4. Mintalah kelompok untuk menjelaskan : Sarana air bersih dan sanitasi yang ada (beserta akses masyarakat) Letak rumah kader, pengurus air 5. Pastikan untuk menyalin peta kedalam kertas A4 setelah kegiatan ini selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Tingkat pendistribusian titik-titik air terhadap semua kebutuhan air bersih, baik laki-laki maupun perempuan, selama satu tahun unytuk pemakain oleh perempuan, laki-laki atau keduanya Keteraturan pelayanan dapat diketahui serta apa pengaruhnya khususnya bagi perempuan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
PEMETAAN SOSIAL
LEMBAR KODE DAN SKORING
1. Nama Desa : ... 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : .. 5. Jumlah peserta perempuan : .... 6. Jumlah peserta laki-laki : ..
Waktu Mulai
Jumlah rumah tangga dengan akses rendah* terhadap sarana air bersih Kode M2.1 M2.2 M2.3 Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Pertanyaan Jumlah
M2.4 Total jumlah rumah tangga Jauh dari sarana air dan air sangat kurang Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air bersih Kode M3.1 M3.2 M3.3 M3.4 Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M3
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
M4
Alasan mengapa rumah tangga tidak menggunakan Layanan Sarana Air Bersih Kode M4.1 M4.2 M4.3 M4.4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan teknis Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan keuangan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan sosial Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena ada alternatif sumber air lain Jumlah
M5 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air yang ada karena ada sumber alternatif Kode M5.1 M5.2 M5.3 M5.4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Jenis Sumber Air Alternatif Jumlah
M6S Jumlah rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia Kode M6.1S M6.2S M6.3S M6.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M7S Jumlah rumah tangga yang memiliki dan membangun sendiri sarana sanitasi pribadi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia Kode M7.1S M7.2S M7.3S M7.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M8S Jumlah rumah tangga tanpa akses terhadap sarana jamban Kode M8.1S M8.2S M8.3S M8.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
Anggota masyarakat menggunakan analisa pada peta untuk menghitung skor akses
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
M9
Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang memilki akses baik pada sarana air bersih
Pilihan Kurang dari dan sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
Komentar/Catatan
M9S Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang punya akses terhadap sarana jamban
Pilihan Kurang dari , sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor Pilihan (M9S) Komentar/Catatan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Waktu Selesai
CATATAN :
Pada akhirnya salinan peta sosial dibuat di halaman terpisah dan dimasukkan dalam folder (Peta asli tetap di masyarakat).
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
PROSES
1. Lakukan pertemuan dengan anggota badan pengelola, baik dalam satu sesi penuh atau beberapa kali sesi pendek selama tim fasilitator di lokasi, mana yang termudah dilakukan. Hal terpenting yaitu kehadiran beberapa anggota pengurus untuk triangulasi, baik jika anggota perempuan maupun laki-laki turut ambil bagian. 2. Gunakan pilihan kartu (card sorting) atau wawancara terbuka bagi pengelola setempat. Untuk pilihan kartu, anggota pengurus membaca, atau dibacakan pilihan pada kartu. Mereka kemudian memilih kartu yang paling mendekati keadaan di sekitarnya. 3. Fasilitator menempatkan kartu-kartu dalam urutan skala, kemudian grup mendiskusikan pilihan dan skala serta menyetujui skor. Ingat skor lebih tinggi atau lebih rendah (skor diantaranya) adalah mungkin, jika keadaan sesungguhnya dinilai lebih baik atau buruk daripada pilihan yang diambil. Yang penting alasan pilihan peserta harus didokumentasi (catat), mengapa skor tersebut diberikan. 4. Diskusikan skala tersebut agar ada pengertian dua arah dengan rincian yang sesuai keadaan setempat, pendapat-pendapat mengenai kemungkinan pengembangan, dst. Catat hal-hal yang relevan dari diskusi tersebut. 5. Gunakan Tabel CM1 dan gambar-gambar klasifikasi kesejahteraan untuk mengisi komposisi organisasi pengelola setempat dengan mempertimbangkan gender dan kelas sosial. Alternatif lain yaitu dengan menggunakan matriks voting. Jika ada lebih dari satu organisasi yang melakukan tugas pengelolaan, contohnya pengurus dan suatu badan, catat keduanya. Diskusikan pola dalam kompo-sisi dan pembagian fungsi. Catat pandangan anggota laki dan perempuan tentang aspek tersebut. 6. Kembalilah pada pilihan kartu/wawancara terbuka untuk aspek lain, gunakan prosedur yang sama seperti sebelumnya. 7. Diskusikan pengalaman pengelola setempat dalam merawat dan memperluas akses rumah tangga terhadap pelayanan. Gunakan peta sosial sebagai bahan rujukan. 8. Diakhir sesi, tanyakan secara terpisah pada anggota perempuan tentang pengalaman mereka sebagai anggota pengurus. Dapatkan juga pandangan dari laki-laki, namun berhati-hatilah karena dapat menciptakan konflik dan malah memperbesar bukan menghilangkan masalah.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Waktu Mulai
CM 1
Fungsi dalam Pengelolaan Skor (Perempuan=1, Laki-laki=0) Skor (Kaya=1, Menengah=2, Miskin=3)
Fungsi dalam Pengelolaan (1) Ketua (2) Sekretaris (3) Bendahara Fungsi lain (Sebutkan) (4) (5) (6) Teknis dan fungsi perawatan Operator 1 Operator 2
CM 1.70 CM 1.80
CM 1.71 CM 1.81
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
CM 2
Siapa yang mengelola dan memperbaiki sistem? (anggota masyarakat menggunakan hasil Pilihan kartu untuk memberikan skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (CM2)
Lembaga luar saja; masyarakat tidak mempunyai peran Pengelolaan dibagi antara lembaga luar dan masyarakat Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana tidak ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana telah ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, dan semua perbaikan dapat dilakukan oleh pengguna baik dengan lembaga swasta atau lembaga pemerintah CM 3
0 1 2
75 3 100 4
Kesetaraan dalam Pengelolaan (anggota pengelola menggunakan hasil untuk memberikan skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 Skor yg dikonversi (CM3)
Tidak ada badan pengelola sarana khusus; keberlangsungan pelayanan air bersih dipegang oleh kantor desa dan tokoh Tokoh setempat Anggota badan pengelola sarana air bersih dan sanitasi semuanya laki-laki, yang mewakili para pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Anggota badan pengelola sarana semuanya laki-laki, yang mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas CM 4 Tingkat Perbaikan yang dilakukan oleh Organisasi Pengelola Pilihan Tidak ada perbaikan yang dilakukan masyarakat; dilakukan oleh lembaga luar atau tidak dilakukan Beberapa perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; juga beberapa perbaikan besar Semua perbaikan ringan dan berat dilakukan atau dikelola masyarakat
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
25 50 75
2 3
100
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
CM 5
Jangka waktu perbaikan saat terjadi kerusakan Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM5)
Lebih dari 4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman 3-4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman Penyediaan air bersih pulih dalam 2 hari tetapi tidak ada alternatif sumber yang aman Sumber alternatif tersedia dalam jangka waktu kerusakan pelayanan Air tersedia kembali pada hari yang sama CM 6 Deskripsi tentang alternatif sumber yang aman (jika ada) :
CM 7
Pelaporan tentang keuangan dan pelaksanaan lainnya Pilihan Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (CM7)
Tidak ada pelaporan dan diskusi mengenai pelaksanaan pelayanan dan keuangan Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa, tetapi tidak rutin, dan tidak diumumkan dalam suatu pertemuan dengan seluruh masyarakat Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa secara rutin tetapi tidak disebarluaskan, dan tidak setiap orang dapat mengetahui atau ikut serta Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa pada pertemuan rutin dengan masyarakat, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memberi kemudahan bagi kelompok tidak mampu dan perempuan untuk ikut serta dalam pertemuan; sehingga mereka yang seharusnya ada tidak hadir Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa dan kegiatan periode berikutnya direncanakan menjadi pertemuan rutin yang baik dengan terwakilinya kelompok tidak mampu dan perempuan
50
75
100
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
CM 8
Tidak pernah dilakukan Dilakukan hanya sekali atau kadang-kadang, untuk demi-, pengambilan keputusan tidak efektif Dilakukan rutin; pengambilan keputusan efektif tapi bisa lebih baik, hanya sedikit anggota kunci/penting yang perhatian dan hadir serta berpartisipasi Rutin dan sesering yang diperlukan, pengambilan keputusan sudah efektif tapi bisa lebih baik; kebanyakan anggota hadir dan berpartisipasi Sesering yang diperlukan; seluruh anggota hadir dan berpartisipasi; pengambilan keputusan efektif
100
NB : Pengukuran akuntabilitas dilakukan dalam Pertemuan Grup Terfokus dengan Gender dan Kelas
CM 9
Aturan-aturan tentang pengelolaan sarana?8 Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM9)
Tidak ada aturan Aturan telah dibuat; tetapi tidak diketahui dan dipatuhi Aturan telah dibuat; tetapi hanya beberapa orang yang mematuhi aturan atau hanya beberapa aturan dipatuhi Aturan telah dibuat; kebanyakan orang sudah mematuhi beberapa aturan atau semua aturan sudah dipatuhi oleh kebanyakan orang Aturan telah dibuat; semua aturan dipatuhi
CM 10 Keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan Piihan Sama sekali tidak terdapat perempuan dalam badan pengelola air di tingkat masyarakat, atau hanya sekedar tercantum namanya Perempuan menjadi anggota dari badan pengelola air di tingkat masyarakat, tetapi tidak secara teratur mengikuti pertemuan Perempuan menjadi anggota dari badan pengelola air dan ikut pertemuan, tetapi tidak turut serta dalam pengambilan keputusan Perempuan menjadi anggota badan pengelola air, ikut pertemuan dan dapat memberi pengaruh pada keputusan Laki-laki dan perempuan, keduanya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap pengelolaan air pada pertemuan yang diadakan baik tidak maupun dengan masyarakat Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM10)
Catat bahwa jika sebagian aturan dipatuhi dan sebagian tidak, skor antara 0 25 dapat diberikan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Analisis Temuan dan Diskusi Pandangan dan permasalahan terhadap : (catat secara terpisah untuk anggota perempuan dan laki-laki jika mereka punya pandangan yang berbeda) Pengelolaan :
Pemeliharaan :
Peningkatan akses/jangkauan :
Pengembangan apa yang mungkin dilakukan : Oleh mereka? Oleh masyarakat? Oleh proyek?
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
PROSES
1. Temui para petugas yang bertanggungjawab untuk keuangan dan bersama mengulas buku keuangan dan catatan pembayaran. Berdasarkan ulasan catatan, petugas kemudian memilih skor yang cocok dengan keadaan pada pembiayaan dan kualitas pembukuan, dan berikan skor yang relevan untuk kedua indikator tersebut. 2. Ajak para petugas menggambarkan sistem pembayaran, termasuk pengawasan pembayaran. Diskusikan bagaimana sistem mengakomodir perbedaan kemampuan membayar dari setiap rumah tangga dalam masyarakat 3. Jika rumah tangga miskin memberikan kontribusi yang lebih rendah atau tidak harus membayar, bagaimana mereka dipilih. Juga tanyakan apakah hal tersebut membuat mereka kehilangan suara terhadap pengelolaan pelayanan. (Berikan penilaian terhadap hal ini dalam pertemuan kelompok terfokus nanti). 4. Bantulah para perugas untuk memilih opsi dari dari kartu yang menggambarkan keadaan yang paling cocok. Ingatkan bahwa petugas dapat memberikan skor diantaranya. Dalam kasus ini catat mengapa terdapat skor yang lebih tinggi atau lebih rendah diberikan. 5. Catat skor di dalam lembar kode dan nilai yang relevan dari diskusi. Ucapkan terima kasih
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
PENGELOLAAN KEUANGAN
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Interview dengan Badan Pengelola, Ulasan Pembukuan)
1. Nama Desa : ......................................................................................................................................... 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ......................................................................................... 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : ............................................................................................................................................... 5. Jumlah peserta perempuan : ............................................................................................................. 6. Posisi dalam organisasi : ................................................................................................................... 7. Jumlah peserta laki-laki : ................................................................................................................... 8. Posisi dalam organisasi : ...................................................................................................................
Waktu Mulai
FIN 1 Tanggung jawab masyarakat terhadap iuran pelayanan air Pilihan Lembaga luar yang membiayai semua pelayanan (100% subsidi dari luar) Masyarakat dan Lembaga luar membagi pembiayaan (sebagian subsidi dari luar) Desa yang membiayai, berasal dari pajak yang dibayarkan pengguna dan sumber lainnya (tidak ada subsidi dari luar, tetapi tidak ada iuran dari pengguna secara langsung) Desa dan pengguna membagi pembiayaan (tidak ada subsidi dari luar, dan sebagian langsung dari iuran pengguna) Semua dibiayai oleh keluarga pengguna FIN 2 Kecukupan biaya yang diterima dari iuran para pengguna Pilihan Tidak ada iuran yang diterima dari para pengguna Iuran diterima, tetapi tidak menutupi biaya O&M (operasi dan pemeliharaan) Iuran hanya menutupi biaya O&M tahunan Iuran menutupi biaya O&M tahunan dan perbaikan kerusakan Iuran menutupi seluruh biaya O&M tahunan dan perbaikan kerusakan dan ada sisa
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Skor 0 1 2
Konversi ke 0 25 50
3 4
75 100
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
FIN 3 1. 2. 3. FIN 4
Perencanaan keuangan yang telah dilakukan untuk pelayanan Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (FIN4)
Tidak ada perkiraan biaya (budget) yang dibuat Perkiraan biaya (budget) dibuat satu kali; hanya mencukupi untuk biaya langsung Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, tetapi hanya mencukupi untuk sebagian biaya (tidak semuaseperti pengeluaran pengelola untuk perjalanan, snack, dsb) Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, mencukupi untuk seluruh biaya Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, mencukupi untuk seluruh biaya termasuk biaya yang tidak hitung FIN 5 Tingkat keterbukaan dalam pembukuan keuangan Pilihan Tidak ada catatan keuangan yang dibuat Catatan keuangan dibuat, tetapi tidak yang terbaru atau tidak lengkap, salah, atau tidak ada pembukuan, dsb Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru dan lengkap, tetapi tidak disebarluaskan kepada umum dan anggota badan pengelola, hanya bendahara yang bisa menjelaskan isian Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru, lengkap dan benar, disebarluaskan kepada umum tetapi hanya bisa dimengerti oleh bendahara dan beberapa anggota masyarakat Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru, lengkap dan benar, disebarluaskan kepada umum dan semua anggota masyarakat yang bisa mengerti isian
Skor 0 1 2
Konversi ke 0 25 50
75
100
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
FIN 6
Kesetaraan biaya dalam sistem iuran Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (FIN6)
Tidak ada iuran Iuran tidak didasari biaya pelayanan sesungguhnya Iuran disamakan untuk semua, tetapi didasari oleh biaya pelayanan sesungguhnya Iuran didasari oleh jumlah pemakaian air dan biaya pelayanan, pada jumlah yang sama untuk seluruh pengguna Iuran didasarkan dari jumlah pemakaian air dan biaya pelayanan, tetapi jumlah iuran didasari pada kemampuan membayar. FIN 7 Pengalaman ketepatan dalam sistem pembayaran Pilihan Pengguna tidak diminta untuk membayar Pengguna diminta untuk membayar, tapi tidak satupun yang membayar Pengguna harus membayar, tetapi beberapa tidak membayar (kurang dari setengah) Pengguna harus membayar, dan hampir semua membayar (tetapi tidak semua) Pengguna harus membayar, dan semua membayar FIN 8 Apakah si kaya membayar? Jika tidak, alasan: FIN 9 Apakah si miskin membayar? Jika tidak, alasan: 1. YA 2. TIDAK
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
FIN 10 Adakah alasan lain untuk tidak membayar (sebagai contoh; orang yang memiliki sumber sendiri, atau tidak dapat dicapai karena alasan teknis) : FIN 11 Jumlah pengguna yang tidak membayar Jumlah pengguna seharusnya membayar Jumlah pengguna yang tidak membayar setahun terakhir FIN 11.1 FIN 11.2
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Oleh petugas keuangan yang bertanggung jawab Oleh masyarakat Oleh proyek
Kesetaraan dalam sistem pembayaran untuk kelom-pok miskin dan kaya (dan dimana memungkinkan bagi perempuan dan laki-laki) Disiplin pembayaran
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
4
TUJUAN
Untuk menilai dan mengalisa pembagian kerja, jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dibayar maupun tidak. Berkaitan dengan pelayanan sarana antara perempuan dan laki-laki serta kaya dan miskin
PROSES
1. Kegiatan ini dilakukan dengan kelompok diskusi terfokus laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin 2. Minta kelompok menentukan tugas/pekerjaan yang berhubungan dengan sarana air yang ada. Peserta menulis setiap macam pekerjaan pada sebuah kartu. Peserta dengan kemampuan baca tulis rendah dapat membuat gambar dari pekerjaan atau tugas yang berkaitan dengan konstruksi, pemeliharaan dan managemen sarana yang telah dibangun. 3. Kelompok tersebut kemudian mendiskusikannya dimana pekerjaan yang membutuhkan keahlian/pelatihan (seperti pengelolaan adminatrasi keuangan, menarik iuran dan memimpin rapat yang merupakan pekerjaan dnegan status tinggi) dan pekerjaan yang tidak membujtuhkan ketrampilan atau keahlian/ berstatus rendah. 4. Tunjukan gambar-gambar yang berkaitan dengan pembangunan dan pemeliharaan sarana. Jika kelompok diskusi tidak setuju dengan arti sebuah gambar sisihkan gambar tersebut. Sebaliknya jika ada ide kelompok yang belum ditunjukkan oleh gambar maka buatlah gambar tersebut atau tulis di kertas baru. 5. Gunakan potongan kertas berwarna, batu, biji-bijian atau bahan local lainnya, kemudian pesretamenandakan pekerjaanyang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, serta pekerjaan yang dibayar dan tidak dibayar. Juga tentukan waktu dan frekuensi yang dibutuhkan untuk masing-masing pekerjaan. 6. Bantu kelompok untuk mendiskusikan temuan dan hasil dari pertemuan.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Waktu Mulai
DIV 10 Keseimbangan beban kerja antara perempuan, laki-laki, kaya dan miskin selama masa pelaksanaan pemeliharaan sarana Pilihan Perempuan miskin hanya melakukan pekerjaan berstatus rendah (tanpa ketrampilan). Semua pekerjaan dengan status tinggi (perlu ketrampilan) dilakukan laki-laki menengah ke atas/kaya Pekerjaan dengan ketrampilan hanya dikerjakan laki-laki (baik kaya maupun miskin), sedangkan perempuan meng-erjakan pekerjaan yang tidak membutuhkan ketrampilan Pekerjaan dengan ketrampilan dilakukan laki-laki (kaya dan miskin) dan perempuan berpendidikan, sedangkan perempu-an miskin melaksanakan pekerjaan tanpa ketrampilan Baik laki-laki dan perempuan dari tingkat sosio-ekonomi tinggi dan rendah melakukan pekerjaan dengan ketrampilan Pekerjaan dengan ketrampilan maupun tanpa ketrampilan dibagi secara seimbang antara laki-laki dan perempuan dari semua tingkatan sosio-ekonomi Skor 0 Konversi ke 0 Skor yg dikonversi (DIV 10)
25
50
3 4
75 100
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
DIV 11 Keseimbangan dalam pembayaran upah kerja (dalam bentuk uang, in-kind, dll) selama pengoperasian Pilihan Tak ada pekerjaan yang dibayar, atau jika ada, pekerjaan tersebut untuk laki-laki yang mampu; perempuan miskin melakukan pekerjaan yang bersifat sukarela Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh laki-laki (baik mampu maupun miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela Pekerjaan dengan upah dilakukan oleh laki-laki (baik mampu maupun miskin) dan oleh perempuan berpendidikan, sedangkan perempuan miskin tidak melakukan atau hanya melakukan pekerjaan sukarela untuk sarana air dan sanitasi Baik laki-laki dan perempuan dari kelompok sosial-ekonomi rendah dan tinggi melakukan pekerjaan yang dibayar Pekerjaan dengan dan tanpa bayaran dibagi secara seimbang antara laki dan perempuan dari semua tingkatan ekonomi Analisis temuan dan diskusi Kesetaraan dalam pembagian kerja dan remunerasi Berdasarkan gender : Skor 0 Konversi ke 0 Skor yg diberikan (DIV 11)
25
50
3 4
75 100
Oleh proyek :
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TRANSECT WALKS 5.1. PENGELOLAAN SUMBER AIR 5.2. PENILAIAN TINGKAT KUALITAS KERJA, DAN 5.3. PENILAIAN SARANA
TUJUAN
Untuk memeriksa ulang informasi pada peta yang dibuat oleh masyarakat Untuk menentukan seberapa jauh sarana air bersih dan sanitasi yang ada telah dibangun, dipelihara dan dikelola dengan baik di masyarakat Untuk tujuan monitoring dan evaluasi proyek kegiatan ini akan memfokuskan hanya pada sarana dan sistem yang disediakan oleh proyek Untuk tujuan perencanaan dan perancangan, kegiatan ini sebaiknya melihat pada sarana dan sistem yang ada yang digunakan oleh segmen kaya dan miskin di masyarakat
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Perhatikan bahwa dalam MPA keberfungsian dinilai pada musim hujan dan kemarau secara terpisah. Suatu kualitas sarana air yang baik akan memberikan cukup air yang berkualitas guna kebutuhan domestik bahkan pada musim kemarau. Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
9
TRANSECT WALKS
5.1. PENGELOLAAN SUMBER AIR
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Pengamatan dengan Checklist)
Nama Desa : . Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : . Proyek : WSLIC-2 Tanggal : .. Jumlah peserta perempuan : . 5A. Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut) Jumlah peserta laki-laki : .. 6A. Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut)
Waktu Mulai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
SM 1.2 Jenis kontaminasi pada sumber air 1 (jika ada pemeriksaan air) Pilihan Air tidak cocok untuk dikonsumsi manusia Air terkontaminasi dengan bahan kimia dan kotoran manusia dalam konsentrasi yang rendah, sebaiknya tidak diminum kalau mungkin Terkontaminasi dengan bahan kimia untuk pertanian dan kotoran hewan, tetapi masih bisa untuk diminum Hanya kontaminasi biasa dan bisa diminum Tidak ada kontaminasi bahkan debu dan daun Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (SM1.2)
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TRANSECT WALKS
5.2. PENILAIAN TINGKAT KUALITAS KERJA
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Pengamatan, Penilaian oleh Pengguna)
1. Nama Desa : . 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : . 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : ... 5. Jumlah peserta perempuan : . 5A. Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut) 6. Jumlah peserta laki-laki : ... 6A. Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut)
Waktu Dimulai
Lembar terpisah diisi untuk tiap bagian utama sistem perpipaan, atau titik sumber indvidual - seperti sumur, pompa tangan WR 1 Jenis pengerjaan Pilihan Sistem air bersih perpipaan Sarana penangkap air Bak pengendap Bak atau menara penampung air Titik sarana pengambilan air Lainnya Sumur terbuka Pompa tangan pada sumur bor Kode Kode yg relevan (WR 1)
IW ST ESR WP W HP
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
WR 2 WR 3 WR 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. WR5
Nomor sarana air pada peta sosial masyarakat Apakah sistem berfungsi ? 1. Ya 2. Tidak
Pendapat pengguna mengenai kualitas rancangan bangunan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) Puas Tidak puas
Penjelasan/ jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap rancangan) 1. Perempuan 2. Laki-laki Tenaga ahli 1. 2. 1. 2.
WR 6
Kualitas rancangan menurut kelompok Jumlah kesalahan Skor 0 25 50 75 100 Skor yang diberikan Perempuan (WR 6.1) Skor yang diberikan Lakilaki (WR6.2)
WR 7 Kesalahan utama dalam perancangan/perencanaan (menurut tenaga ahli) Pilihan Kesalahan utama dalam perancangan/perencanaan, sistem tidak berfungsi (seperti kesalahan penghitungan hidrolis) Kesalahan utama, sistem bekerja tetapi membutuhkan perbaikan yang besar/mahal Kesalahan kecil yang mengganggu sistem Satu kesalahan kecil yang memberikan dampak yang rendah pada sistem Tidak ada kesalahan dalam perancangan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
WR 8 Apakah konstruksi sesuai dengan rancangan Pilihan Skor Konversi ke 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (WR8)
Banyak terdapat sambungan liar dibandingkan rancangan aslinya, buruknya tekanan pada sistem Banyak terdapat sambungan legal tetapi lebih banyak dari rancangan, turunnya tekanan air dalam sistem Konstruksi sesuai dengan rancangan, tidak ada penambahan sambungan, ada penurunan tekanan saat sistem mulai usang Tidak ada penambahan sambungan, walau tanpa pompa sistem masih berjalan dengan baik, tidak ada penurunan tekanan pada sistem Ada penambahan sambungan, ada pengembangan sistem , sistem masih berjalan baik WR9
0 1 2 3
100
Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap ketidaksesuaian perancangan) 1. Perempuan 2. Laki-laki Tenaga ahli 1. 2. 1. 2.
WR 10 Kualitas bahan-bahan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) 1. 2. 3. 4. 5. 6. WR 11 Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap bahan) Perempuan 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. Puas Tidak puas
Laki-laki
Tenaga ahli
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
WR 12 Kualitas bahan-bahan menurut kelompok Jumlah kesalahan >5 4 5 2 3 1 0 Kesalahan = ketidakpuasan Skor 0 25 50 75 100 Skor yg diberikan perempuan (WR 12.1) Skor yg diberikan Lakilaki (WR 12.2)
WR14 Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap pengerjaan)
Perempuan Laki-laki Tenaga ahli 1. 2. 1. 2. 1. 2.
WR 15 Kualitas pengerjaan menurut kelompok Jumlah kesalahan >5 4 5 2 3 1 0 Kesalahan = ketidakpuasan Skor 0 25 50 75 100 Skor yg diberikan perempuan (WR 15.1) Skor yg diberikan laki-laki (WR 15.2)
WR 16 Pengamatan kondisi drainase menurut tim dan pengguna Pilihan Tidak ada drainase air kotor di sarana umum (atau pribadi), ada genangan air atau air juga mengalir ke jalan Ada drainase tetapi rancangannya buruk, rusak atau mampet, ada genangan air atau air juga mengalir ke jalan Ada drainase, tetapi air masih tertampung dalam kolam (tidak mengalir) dan sedikit mengalir ke jalan, sebelum mengering Ada drainase, rancangannya baik, dibersihkan secara rutin dan berfungsi dengan baik, tidak ada genangan air dalam waktu lama Ada drainase, rancangannya baik, dibersihkan secara rutin dan berfungsi dengan baik, tidak ada genangan sama sekali
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Skor 0 1 2 3 4
WR 17 Adakah jadwal untuk membersihkan drainase ? Analisis temuan dan kesimpulan 1. Apakah perbedaan penilaian antara laki-laki dan perempuan ? Mengapa ?
Waktu Selesai
WR18S Kualitas konstruksi, O&M, dan penggunaan jamban rumah tangga (sebagaimana dinilai dan didiskusikan bersama dengan pengguna rumahtangga) Skor 1= ya/ada, 0=tidak/tidak ada Jamban berfungsi dengan baik Jamban digunakan untuk BAB Kloset/dudukan dibuat dengan baik Kualitas pengerjaan sarana Sumur penampung kotoran dengan jarak aman >7m & tidak mencemari sumber air Jamban diluar rumah memberikan privasi untuk pengguna Ada penutup pada lubang baik kering atau dengan air Tidak ada feses di lantai/dinding/dudukan Jamban yang dibangun oleh proyek 1 2 3 4 5 6 Jamban yang dibangun yang lain* 1 2 3 4 5 6
1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
9. Ada air dan sabun/ penggantinya di jamban atau dekat (buktikan penggunaan untuk mencuci tangan) 10. Tidak ada kotoran manusia (khususnya anak-anak) di halaman, ditimbunan sampah, di saluran air TOTAL SKOR * Pilih contoh yang dibutuhkan, sehingga bisa dibandingkan antara jamban pribadi dan jamban yang dibangun oleh proyek sebelumnya, untuk menilai perubahan dan penggunaannya. Jumlah titik harus disesuaikan dengan jumlah total sampel. Apa kekurangan yang ada pada sarana jamban :
WR19S Kualitas konstruksi, O&M, dan penggunaan jamban pada Sekolah Skor 1= ya/ada, 0=tidak/tidak ada 1. 2. 3. 4. 5. Jamban berfungsi dengan baik Jamban digunakan utk BAB Kloset/dudukan dibuat dengan baik Kualitas pengerjaan Sumur penampung kotoran dengan jarak aman >7m dan tidak mencemari sumber air 6. Jamban diluar rumah memberikan privasi untuk pengguna 7. Ada penutup pada lubang baik kering atau dengan air 8. Tidak ada feses di lantai/dinding/dudukan 9. Ada air dan sabun/penggantinya di jamban atau dekat (buktikan penggunaan untuk mencuci tangan) 10. Tidak ada kotoran manusia (khususnya anak-anak) di halaman, ditimbunan sampah, di saluran air Total Skor WR20S Seberapa besar kegunaan dan fungsi jamban yang dimiliki (dari rating scale perorangan) Pengguna Jamban Skor (cm) % skor (titik pilihan (cm) 2) 1 2 3 4 5 6 Jamban dibangun proyek yang lalu Sekolah 1 Sekolah 2 Jamban dibangun setelah proyek yang lalu selesai Sekolah 1 Sekolah 2
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TRANSECT WALKS
5.3. PENILAIAN PELAYANAN OLEH KELOMPOK PENGGUNA PEREMPUAN & LAKI-LAKI
ISI PADA LEMBAR TERPISAH UNTUK SETIAP TITIK SARANA AIR YANG DIKUNJUNGI TW 1 Nomor titik sarana pada peta: Jumlah titik air pada peta TW 2 Jenis lokasi Kode 1 2 3 Kode 1 2 3 Miskin Campuran Kaya Pilihan Air tidak pernah sulit Kadang-kadang air sulit Air selalu sulit Kode yg relevan (TW3) Pilihan Kode yg relevan (TW2)
TW 3 Jenis daerah
TW 4 Pemenuhan jumlah air pada titik sarana air di musim kemarau (skor dari pengguna) Skor aktual Jumlah Perempuan/skor Jumlah laki-laki/skor 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TW 5
Pemenuhan kualitas air pada titik sarana air di musim hujan (skor dari pengguna) Skor aktual 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah perempuan/skor Jumlah laki-laki/skor Skor hasil konsensus Perempuan Laki-laki TW 5.1 TW 5.2
TW 5.3 Alasan untuk nilai konsensus, atau sebaliknya, di antara perempuan: TW 5.4 Alasan untuk nilai konsensus, atau sebaliknya, di antara laki-laki: TW 6 Penggunaan domestik yang dirasakan perempuan airnya tidak cukup
Pilihan Minum dan memasak Minum, memasak dan mencuci piring Minum, memasak dan mencuci piring dan baju Minum, memasak dan mencuci piring dan baju serta kebersihan pribadi Minum, memasak dan mencuci piring dan baju serta kebersihan pribadi, memberi minum ternak dan menyiram tanaman Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW7)
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
TW 8 Periode waktu kekurangan air untuk kebutuhan rumah tangga Jumlah bulan dalam setahun ketika kuantitas air tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga dari laki-laki dan perempuan Kode TW 9 Jumlah hari dimana tidak ada air pada titik air di musim kemarau (TW9) Jumlah bulan di musim kemarau Jumlah hari dimana tidak ada air pada sumber air selama bulan tersebut TW 10 Jumlah hari dimana tidak ada air pada titik air di musim hujan (TW10) Jumlah bulan di musim hujan Jumlah hari dimana tidak ada air pada sumber air selama bulan tersebut TW 11 Kualitas air pada titik air di musim kemarau Pilihan Keluhan terjadi pada semua faktor (bau, rasa, warna, kekeruhan) Keluhan untuk dua faktor, kecuali kaporit/klorin Keluhan untuk satu faktor (sebagai contoh bau), kecuali kaporit/klorin Hanya keluhan kecil (pemberian kaporit/klorin) Tidak ada keluhan mengenai bau, rasa, warna, dan kekeruhan TW 12 Kualitas air pada titik air di musim hujan Pilihan Keluhan terjadi pada semua faktor (bau, rasa, warna, tampilan) Keluhan untuk dua faktor, kecuali tawas Keluhan untuk satu faktor (sebagai contoh bau), kecuali tawas Hanya keluhan kecil (pemberian tawas) Tidak ada keluhan mengenai bau, rasa, warna, dan tampilan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 12) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 11)
(TW8)
TW 13 Kesadaran pengguna terhadap sarana air yang telah diperiksa kualitasnya Pilihan Air tidak pernah diperiksa Air diperiksa pada permulaan saja atau kadang-kadang, tetapi banyak pengguna tidak tahu hasilnya Diperiksa secara kadang-kadang, tetapi banyak pengguna tahu hasilnya Diperiksa secara berkala, dan banyak pengguna tahu hasilnya Diperiksa secara rutin, semua pengguna tahu hasilnya Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 13)
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TW 14 Drainase dan kebersihan disekeliling titik air di musim kemarau Pilihan Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur dan daerah sekitarnya berlumpur Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering setelah keran/pompa air digunakan Ada saluran, tetapi tetap ada genangan air yang tidak tersalur ketika keran/pompa air digunakan, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering Ada saluran, tidak ada genangan air tetapi daerah sekitarnya masih berlumpur Ada saluran, tidak ada genangan air, atau daerah sekitarnya tidak berlumpur TW 15 Drainase dan kebersihan disekeliling titik air di musim hujan Pilihan Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur dan daerah sekitarnya berlumpur Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering setelah keran/pompa air digunakan Ada saluran, tetapi tetap ada genangan air yang tidak tersalur ketika keran/pompa air digunakan, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering Ada saluran, tidak ada genangan air tetapi daerah sekitarnya masih berlumpur Ada saluran, tidak ada genangan air, atau daerah sekitarnya tidak berlumpur TW 16 Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (TW 15) Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (TW 14)
50
3 4
75 100
50
3 4
75 100
Apakah perempuan punya pengaruh dalam penentuan waktu mengambil/mengantri untuk air pada titik air ? 1. YA 2. TIDAK Beri contoh (baik positif atau negatif): ........ ........ ........ ........ ........ ........
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
TW 21 Perkiraan penyediaan air dari keran di musim hujan Pilihan Penyediaan air tidak dapat diperkirakan, tidak diketahui kapan air ada atau tidak Penyediaan air diketahui setiap hari, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan air diketahui baik siang/ malam, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan biasanya di jadwal, tetapi tidak selalu Penyediaan selalu di jadwal atau selalu ada Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 21)
Menurut laki-laki :
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah NTB, 27 Agustus - 1 September 2006
6
TUJUAN
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN
PROSES :
1. Tunjukan gambar-gambar yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan penggunaan air bersih dan tempat untuk BAB 2. Tanyakan apa dan bagaimana keadaan di daerah mereka, kemudian dipilih gambar yang sesuai dengan kondisi setempat, pasang secara horizontal 3. Pasang gambar jenis penggunaan air bersih (minum/masak, mandi/cuci dan keperluan lain) atau untuk sanitasi (kakek, nenek, bapak, ibu, anak-anak serta bayi) secara vertikal 4. Tempatkan amplop di masing-masing pilihan 5. Masukan tanda suara untuk memperlihatkan bagaimana menggunakannya. Pemberian suara dilakukan seorang demi seorang. Akhirnya setelah semua peserta memasukan pilihan, mintalah peserta menghitung hasil pilihan. Lakukan ini semua dihadapan semua orang agar dapat terlihat kebenarannya 6. Pastikan mereka dapat memberikan suara sesuai dengan keadaan mereka masing-masing 7. Buat dalam chart dan letakkan sedemikian rupa, hingga orang bisa membahas hasil yang diperoleh 8. Fasilitatsikan diskusi kelompok mengenai : Apa yang telah diperlihatkan oleh kantung suara Apakah hasil tersebut menggambarkan kemajuan Bagaimana hasil ini jika dibandingkan dengan rencana yang dibuat oleh kelompok
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
(KANTONG SUARA SAB/S)
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Kantung Suara)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Desa : ........ Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ..... Proyek : WSLIC-2 Tanggal : .......... Jumlah rumah tangga pengguna yang mewakili cluster pada titik air : ... Jumlah peserta perempuan dalam diskusi : ...... Jumlah peserta laki-laki dalam diskusi : .....
Waktu Dimulai
Jumlah Ttitik Air Pada Peta EU 1 Jenis Lokasi Pilihan Kelompok Miskin Campuran Kelompok Kaya Pilihan Air tidak pernah sulit Air kadang sulit Air selalu sulit Kode Relevan (EU 2) Kode Relevan (EU 1)
Kode 1 2 3 EU 2 Kode 1 2 3 EU 4
Jenis Daerah
Jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih untuk minum dan memasak sepanjang tahun Kelompok kaya Skor Konversi ke 0 1 2 3 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (EU 4.1) Pilihan Kelompok miskin Skor Konversi ke 0 1 2 3 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (EU 4.2)
Pilihan Kurang dari Antara - Antara - Lebih dari , tetapi belum semua Semua
100
Kurang dari Antara - Antara - Lebih dari , tetapi belum semua Semua
100
EU 5S Pola penggunaan jamban yang aman Skor yg dikonversi Pilihan Skor Konversi ke 0 25 Perempuan muda + remaja Lakilaki muda + remaja Perempuan tua Lakilaki Tua Anakanak (5 12 th) Bayi + Balita*
BAB di sembarang 0 tempat 1 Kurang dari masy selalu memakai jamban 2 masy selalu memakai jamban 3 > tetapi belum semua selalu memakai jamban Semua selalu 4 memakai jamban Kode * Feses dibuang oleh ibu/lainnya
50 75
Analisis temuan dan diskusi ISU-ISU Pandangan terhadap ketidakmampuan mengganti air minum yang aman oleh kelompok pengguna tertentu Tindakan yang potensial untuk dilakukan Oleh pengguna perempuan : Oleh pengguna laki-laki : Oleh badan pengelola : Oleh proyek Pandangan terhadap ketidakmampuan mengganti tempat buang air besar oleh kelompok pengguna tertentu Tindakan yang potensial untuk dilakukan Oleh pengguna perempuan : Oleh pengguna laki-laki : MENURUT PEREMPUAN MENURUT LAKI-LAKI
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Oleh badan pengelola : Oleh proyek: Pandangan terhadap ketidakmampuan mengadopsi sarana cuci tangan yang aman pada waktu yang penting Tindakan yang potensial untuk dilakukan Oleh pengguna perempuan : Oleh pengguna laki-laki : Oleh badan pengelola : Oleh proyek:
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
7
TUJUAN
Untuk mengidentifikasi dan menganalisa akses perempuan dan kelompok miskin terhadap informasi Untuk menilai partisipasi, aspek gender dan kemiskinan dalam pengambilan keputusan dan lingkup proses pengambilan keputusan dan dalam akses terhadap informasi yang dibutuhkan untuk berpartisiapsi dalam pengambilan keputusan Untuk monitoring dan evaluasi proyek gunakan untuk menilai seberapa partisipatif, tanggap kebutuhan, dan sensitif terhadap gender dan kemiskinan proses dari proyek Untuk perencanaan dan perancangan proyek, gunakan kegiatan ini untuk menilai sejarah partisipasi sarana yang ada, sehingga intervensi yang tepat dapat direncanakan untuk meningkatkan ketanggapan terhadap kebutuhan proses proyek, dan menambah partisipasi dari semua kelompok stakeholder dalam pengambilan keputusan yang diinformasikan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
5. Siapkan kain atau papan dengan matriks pengambil keputusan dan jenis keputusan. Taruh gambar pengambil keputusan pada sisi atas-horizontal dan jenis keputusan pada sisi vertikal. Suatu matriks pada tanah juga dapat dibuat. Tempatkan amplop atau lembaran kertas dibawah tiap gambar untuk pengambilan suara (kotak pada tabel) dan ambil token dalam dua kode warna untuk kelompok yang sesuai. Jenis keputusan VC 2* VC 3 VC 4 VC 5 * Lihat Lembar Kode dibawah 6. Jelaskan pada kelompok bahwa mereka akan memberikan suara untuk setiap jenis keputusan yang akan diambil di masyarakat dan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi. Untuk tiap jenis keputusan, kelompok akan memberikan suara pada orang dan/atau kelompok yang mereka pikir membuat keputusan. 7. Minta kelompok untuk memilih warna token sesuai dengan jenis kelamin dan taruh suara mereka satu per satu. Diskusikan dengan kelompok (perempuan atau laki-laki) siapa yang memberikan suara terlebih dahulu. Akan ada diskusi sat orang menetukan siapa yang terlibat dalam tiap jenis keputusan. Untuk memfasilitasi voting, anda dapat meminta orang untuk memberikan suara pada suatu jenis keputusan satu per satu. Ini berarti anda akan menunjukkan semua pembuat keputusan yang mereka telah pilih tapi hanya satu jenis keputusan pada satu waktu. Matriks akan secara gradual dikembangkan, baris demi baris. 8. Minta kelompok mencatat komentar tentang pola dan fasiliatsi diskusi untuk memperoleh alasan. Penting untuk dimengerti mengapa beberapa orang atau kelompok (orang miskin atau perempuan) tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan keputusan, dan apa yang dapat dilakukan untuk mengikutsertakan mereka di masa yang akan datang. Tanya pula pada mereka tentang tool dan bagaimana hal ini membantu mereka. Dapatkah mereka menggunakannya, dan tool lain sendiri? Dapatkah perempuan dan laki menggunakannya? 9. Bantu kelompok untuk mengguanakan temuan untuk menyetujui skor untuk akses terhadap informasi dan dalam pengambilan keputusan. Buat diskusi terbuka dengan perempuan pada seberapa jauh pengambil keputusan lokal pada pengelolaan sarana dan seberapa jauh mereka terlibat. (Perempuan seringkali mendapat sedikit informasi dan lebih sedikit terlibat dibandingkan laki-laki). 10. Beritahukan pengaturan untuk pertemuan review masyarakat dimana kelompok dari masyarakat akan mempresentasikan semua tool dan hasilnya dan dimana orang dan anggota staf proyek pada tim penilaian akan mendiskusikan tindakan lebih jauh. (Anda harus mengatur presentasi ini. Pastikan bahwa tempat dan waktunya diketahui oleh semua kelompok dan masyarakat secara keseluruhan dan bahwa hasil kerja kelompok ditampilkan. Lihat kegiatan terakhir, 6, Pertemuan Review Masyarakat). Pengambil keputusan 1 Pengambil keputusan 1 Pengambil keputusan 1
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Waktu Mulai
VC1 Jenis Kelompok Diskusi Terfokus Pilihan Perempuan miskin Perempuan kaya Laki-laki miskin Laki-laki kaya VC2 1 2 3 4 Skor yang diberikan Perp (VC2.1) Laki (VC2.2) Kode Kode yg relevan (VC1)
Siapa yang memprakarsai adanya proyek untuk masyarakat? Pilihan Skor Konversi ke
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) 0 0 Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang 1 20 diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain 2 40 yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, 3 60 tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki 4 80 miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan 5 100 perempuan NB: Ingat bahwa skor di antara dimungkinkan untuk kombinasi lainnya
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
VC3.
Siapa yang mendapat informasi mengenai rincian proyek? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC3.1) (VC3.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb), tidak menginformasikan masyarakat desa Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diinformasikan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diinformasikan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diinformasikan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diinformasikan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit laki-laki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan diinformasikan
VC4.
Siapa yang terlibat dalam penentuan jenis pilihan teknologi sarana (sebelum Badan pengelola
terbentuk)?
Pilihan
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit laki-laki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan
Skor 0 1 2 3 4 5
Konversi ke 0 20 40 60 80 100
VC5.
Siapa yang terlibat dalam penentuan tingkat pelayanan air bersih? Piihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC5.1) (VC5.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit laki-laki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
VC6.
Siapa yang terlibat dalam penentuan lokasi sarana air bersih? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yg diberikan Perp Laki (VC6.1) (VC6.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit laki-laki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan
VC7.
Siapa yang terlibat dalam penentuan komposisi/orang yang tergabung dalam badan pengelola sarana air bersih? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yg diberikan Perp (VC7.1) Laki (VC7.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit laki-laki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan
VC8.
Siapa menentukan pengaturan untuk operasi dan pemeliharaan pelayanan air bersih? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC8.1) (VC8.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit laki-laki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
VC9.
Siapa yang terlibat dalam penentuan sistem keuangan pelayanan (seperti : waktu pembayaran, pembebasan, penunggakan, cara pengumpulan iuran, penyimpanan uang, dll)? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp (VC9.1) Laki (VC9.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan VC10
Keputusan apa yang diambil oleh masyarakat, perihal keuangan untuk pelayanan air bersih:
VC 11 Siapa yang terlibat dalam penentuan orang yang dilatih? Pilihan Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC11.1) (VC12.2)
VC 12 Jangka waktu diadakan pertemuan masyarakat tentang pengelolaan sarana : (tanyakan kepada pihak perempuan dulu untuk mencari tahu apakah mereka diberi informasi)
VC13
Apakah pertemuan tersebut dilakukan secara rutin atau tidak ? (tanyakan kepada pihak perempuan dulu, lingkari jawaban yang tepat) 1. 2. 3. 4. Tidak pernah/Tidak tahu Kadang kala Sering kali Selalu
VC14
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
VC15
Pembagian fungsi dan pengambilan keputusan pada pertemuan (tanyakan pada perempuan dan laki-laki)
VC 16 Apakah lebih atau berkurang, kehadiran perempuan pada pertemuan masyarakat? Total jumlah perempuan di masyarakat Sebelum Proyek Setelah Proyek Kode Jumlah perempuan yang hadir pada pertemuan masyarakat Kode
VC 16.1 VC 16.2
VC 16.3 VC 16.4
VC 17 Apakah lebih atau berkurang, perempuan berbicara pada pertemuan masyarakat? Total jumlah perempuan yang dapat bicara di pertemuan desa Secara bebas Kode Melalui orang lain Kode VC 17.1 VC 17.3 VC 17.2 VC 17.4
Menurut laki-laki
Oleh proyek
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Analisis temuan dan diskusi Isu-isu Menurut perempuan Keterwakilan dalam pengambilan keputusan Tindakan yang potensial yang dapat dilakukan Oleh pengguna perempuan
Menurut laki-laki
Oleh proyek
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN MONITORING KESINAMBUNGAN DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SARANA AIR BERSIH DAN SANITASI (OUTCOME AND PROCESS MONITORING) TAHAP II (SETELAH RKM SELESAI)
10
Disiapkan Oleh :
MITRA SAMYA
Lembaga Studi Partisipasi Dan Demokrasi Institute Study for Research and Democracy
Jl. Sultan Salahudin 17 Tanjung Karang Mataram Lombok NTB Telp./Fax ; 0370-624232, Email ; Mitrasamya@indo.net.id
10
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
TAHAP II
SETELAH RKM SELESAI (BELUM DISETUJUI)
TUJUAN
Memonitor kualitas dari proses perencanaan masyarakat dan RKM sebelum disetujui untuk didanai. Dalam hal ini seluruh masyarakat adalah sebagai pelaksana proyek yang dapat melakukan identifikasi masalah dalam rangka kesinambungan terhadap pelayanan. Masyarakat dapat merubah RKM guna memperkecil resiko dan agar berkesinambungan. Melihat bagaimana perencanaan yang dilakukan masyarakat dituangkan dalam RKM atau sarana yang direncanakan. Aspek yang ditinjau meliputi pendanaan (biaya/iuran) untuk OM, bagaimana aksesibilitas SAB yang direncanakan, bagaimana perubahan PHBS diidentifikasi dan direncanakan untuk diubah, bagaimana keterlibatan kelompok masyarakat (L/P, K/M) dalam pengambilan keputusan, pemilihan opsi, pelatihan dan kegiatan lainnya yang dituangkan dalam RKM.
Community Facilitator Process Monitoring Consultant 13 Rencana Kerja Masyarakat 14 Tim Kerja Masyarakat 15 Process Monitoring Consultant 16 Management Information System 17 District Project Management Unit
11 12
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
1
TUJUAN:
Mengklasifikasi penduduk desa kedalam kategori tingkatan ekonomi (seperti kaya, miskin, menengah, dst) menurut kriteria khusus setempat dan sesuai istilah lokal. Klasifikasi ini digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang terlibat dalam diskusi (FGD) untuk pemetaan akses orang miskin dan kaya terhadap sarana penyediaan air bersih dan sanitasi, fungsi dan pekerjaannya, serta mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi di masyarakat, dsb
BAHAN-BAHAN :
Kertas/karton Spidol/alat tulis Kertas Flip chart Batu/benih/kacang
PROSES :
1. Mulailah diskusi dengan kelompok (menyertakan perempuan dari masyarakat dan perwakilan dari setiap lingkungan) tentang bagaimana membedakan rumah tangga dalam penduduk desa mereka. 2. Fasilitator menyediakan kertas kosong dan meminta satu kelompok membuat gambar orang kaya di desa mereka, kelompok lainnya membuat gambar orang menengah dan miskin. Kegiatan ini juga sekaligus sebagai ice breaking, karena biasanya hasil gambar tampak lucu dan bisa memecahkan kebekuan yang ada. Untuk istilah kaya/miskin/menengah dan lainnya diambil dari istilah lokal agar dapat dimengerti dan diterima mereka. 3. Minta masing-masing kelompok menjelaskan ciri-ciri setiap kategori satu persatu. Letakkan jawaban yang muncul di bawah gambar yang sesuai. Akan cukup menolong, apabila dimulai dengan kategori kaya, kemudian miskin dan selanjutnya menengah. Langkah ini dilanjutkan hingga sekurangnya ada 6 atau 7 ciri yang muncul dari setiap kategori. 4. Fasilitator harus menggali keterangan yang rasional atau alasan khusus dari mayarakat dibalik ciri-ciri yang muncul. Juga dapat diklarifikasi dengan menayakan kepada setiap kepala keluarga? Bagaimana kebiasanaan mereka? Bagaimana keadaan sosial ekonomi mereka? 5. Minta kelompok mendistribusikan 100 biji/kerikil (yang menunjukkan total populasi masyarakat) menurut kategori yang muncul dimana jumlah biji akan menunjukan proporsi setiap kategori dalam populasi penduduk. 6. Kemudian kelompok menunjukkan karakteristik dan persentase hasil diskusi dalam lembaran kertas besar sebagai acuan untuk memulai kegiatan selanjutnya yang membutuhkan pengelompokan orang kaya dan miskin.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
LEMBAR SKOR DAN KODE
1. 2. 3. Nama Desa : ........................................................................................................................................................ Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ........................................................................................................ Proyek : WSLIC-2
4. 5. 6.
Tanggal : ............................................................................................................................................................. Nama Pimpinan Tim : Bpk/Ibu ........................................................................................... Nama Anggota Tim :
Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... 7. Jumlah Peserta Perempuan Yang Hadir : ..................... Orang
8.
9.
Waktu Mulai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Aset/ Kepemilikan
Pekerjaan
* Termasuk apabila kepala rumah tangga seorang Perempuan ** Periksa tentang kesehatan, suku dan kelompok agama, kelas sosial
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Komposisi Masyarakat Berdasarkan Klasifikasi Kesejahteraan (Dihitung Dari Hasil Pemetaan Sosial Based Line Setelah Diklarifikasi Pada Tahap-3) : Kode P1 P2 P3 P4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga kelompok mampu Jumlah rumah tangga kelompok menengah Jumlah rumah tangga kelompok tidak mampu Jumlah total rumah tangga Pengamatan, Komentar dan Catatan : Jumlah (Rumah atau RT)
Waktu Selesai
Catatan Gambar asli tentang kelas mampu, tidak mampu dan menengah, tetap ditinggal untuk masyarakat
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
2
TUJUAN :
Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi (tradisional maupun dari proyek tertentu), Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana air bersih Mengetahui dari keluarga sosial apa (kaya, menengah atau miskin) anggota badan pengelola baik laki maupun perempuan yang bekerja dalam bidang pelayanan air bersih, sanitasi dan promosi hidup bersih/sehat, dan Mengetahui siapa yang pernah dan atau akan mendapatkan pelatihan
PROSES :
1. Mulailah dengan menjelaskan tujuan kegiatan, kemudian minta kepada kelompok untuk membuat peta desa dengan menggunakan bahan yang diperlukan, terutama bahan-bahan setempat yang dikenal masyarakat dan dapat ditambahkan bahan yang lain 2. Pertama yang harus digambarkan dalam peta adalah batas desa 3. Kemudian tentukan legenda : Bangunan fisik yang penting (sekolah, sarana ibadah, sarana kesehatan serta batas-batasnya) Jalan, gang, lorong, ladang, sawah, hutan, kebun,dll Sumber air, tempat pembuangan limbah Rumah dari klasifikasi masyarakat (kaya, sedang, miskin) 4. Mintalah kelompok untuk menjelaskan : Sarana air bersih dan sanitasi yang ada (beserta akses masyarakat) Letak rumah kader, pengurus air
5. Pastikan untuk menyalin peta kedalam kertas A4 setelah kegiatan ini selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Rumah tangga yang pernah menerima pelatihan tentang pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi berdasarkan tingkatan sosial Tingkat kecukupan sumber air terhadap kebutuhan air bersih selama satu tahun, contohnya apakah hanya sebagian kebutuhan yang terpenuhi dalam beberapa bulan atau benar-benar kering Tingkat pendistribusian titik-titik air terhadap semua kebutuhan air bersih, baik laki-laki maupun perempuan, selama satu tahun unytuk pemakain oleh perempuan, laki-laki atau keduanya Keteraturan pelayanan dapat diketahui serta apa pengaruhnya khususnya bagi perempuan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PEMETAAN SOSIAL
LEMBAR KODE DAN SKORING
1. Nama Desa : ... 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : .. 5. Jumlah peserta perempuan : .... 6. Jumlah peserta laki-laki : ..
Waktu Mulai
M2 Jumlah rumah tangga dengan akses rendah* terhadap sarana air bersih Kode M2.1 M2.2 M2.3
*
Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin
Jumlah
M2.4 Total jumlah rumah tangga Jauh dari sarana air dan air sangat kurang
M3 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air bersih Kode M3.1 M3.2 M3.3 M3.4 Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
M4 Alasan mengapa rumah tangga tidak menggunakan Layanan Sarana Air Bersih Kode M4.1 M4.2 M4.3 M4.4 Pertanyaan
Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan teknis Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan keuangan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan sosial Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena ada alternatif sumber air lain
Jumlah
M5 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air yang ada karena ada sumber alternatif
Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga
Jumlah
M6S Jumlah rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi yang telah terpasang untuk pembuangan
kotoran manusia
Pertanyaan
Jumlah
Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga
M7S Jumlah rumah tangga yang memiliki dan membangun sendiri sarana sanitasi pribadi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia
Pertanyaan
Jumlah
Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga
M8S Jumlah rumah tangga tanpa akses terhadap sarana jamban Kode M8.1S M8.2S M8.3S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Pertanyaan Jumlah
M8.4S Total jumlah rumah tangga Anggota masyarakat menggunakan analisa pada peta untuk menghitung skor akses
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
M9 Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang memilki akses baik pada sarana air bersih
Pilihan Kurang dari dan sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
Komentar/Catatan
M9S Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang punya akses terhadap sarana jamban Pilihan Kurang dari , sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor Pilihan (M9S) Komentar/Catatan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Waktu Selesai
CATATAN :
Pada akhirnya, salinan peta sosial dibuat pada halaman terpisah dan dimasukkan ke dalam folder. Peta asli tetap di masyarakat.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PROSES
1. Lakukan pertemuan dengan anggota badan pengelola, baik dalam satu sesi penuh atau beberapa kali sesi pendek selama tim fasilitator di lokasi, mana yang termudah dilakukan. Hal terpenting yaitu kehadiran beberapa anggota pengurus untuk triangulasi, baik jika anggota perempuan maupun laki-laki turut ambil bagian. 2. Gunakan pilihan kartu (card sorting) atau wawancara terbuka bagi pengelola setempat. Untuk pilihan kartu, anggota pengurus membaca, atau dibacakan pilihan pada kartu. Mereka kemudian memilih kartu yang paling mendekati keadaan di sekitarnya. 3. Fasilitator menempatkan kartu-kartu dalam urutan skala, kemudian grup mendiskusikan pilihan dan skala serta menyetujui skor. Ingat skor lebih tinggi atau lebih rendah (skor diantaranya) adalah mungkin, jika keadaan sesungguhnya dinilai lebih baik atau buruk daripada pilihan yang diambil. Yang penting alasan pilihan peserta harus didokumentasi (catat), mengapa skor tersebut diberikan. 4. Diskusikan skala tersebut agar ada pengertian dua arah dengan rincian yang sesuai keadaan setempat, pendapat-pendapat mengenai kemungkinan pengembangan, dst. Catat hal-hal yang relevan dari diskusi tersebut. 5. Gunakan Tabel CM1 dan gambar-gambar klasifikasi kesejahteraan untuk mengisi komposisi organisasi pengelola setempat dengan mempertimbangkan gender dan kelas sosial. Alternatif lain yaitu dengan menggunakan matriks voting. Jika ada lebih dari satu organisasi yang melakukan tugas pengelolaan, contohnya pengurus dan suatu badan, catat keduanya. Diskusikan pola dalam kompo-sisi dan pembagian fungsi. Catat pandangan anggota laki dan perempuan tentang aspek tersebut. 6. Kembalilah pada pilihan kartu/wawancara terbuka untuk aspek lain, gunakan prosedur yang sama seperti sebelumnya. 7. Diskusikan pengalaman pengelola setempat dalam merawat dan memperluas akses rumah tangga terhadap pelayanan. Gunakan peta sosial sebagai bahan rujukan.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
8. Diakhir sesi, tanyakan secara terpisah pada anggota perempuan tentang pengalaman mereka sebagai anggota pengurus. Dapatkan juga pandangan dari laki-laki, namun berhati-hatilah karena dapat menciptakan konflik dan malah memperbesar bukan menghilangkan masalah.
Waktu Mulai
CM 1 Fungsi dalam Pengelolaan Skor (Perempuan=1, Laki-laki=0) Skor (Kaya=1, Menengah=2, Miskin=3)
Fungsi dalam Pengelolaan 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Bendahara Fungsi lain (Sebutkan) 4. 5. 6. Teknis dan fungsi perawatan Operator 1 Operator 2
CM 1.70 CM 1.80
CM 1.71 CM 1.81
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
CM 2
Siapa yang mengelola dan memperbaiki sistem? (anggota masyarakat menggunakan hasil Pilihan kartu untuk memberikan skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (CM2)
Lembaga luar saja; masyarakat tidak mempunyai peran Pengelolaan dibagi antara lembaga luar dan masyarakat Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana tidak ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana telah ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, dan semua perbaikan dapat dilakukan oleh pengguna baik dengan lembaga swasta atau lembaga pemerintah
CM 3
0 1 2
75 3 100 4
Kesetaraan dalam Pengelolaan (anggota pengelola menggunakan hasil untuk memberikan skor)
Pilihan Tidak ada badan pengelola sarana khusus; keberlangsungan pelayanan air bersih dipegang oleh kantor desa dan tokoh Tokoh setempat Anggota badan pengelola sarana air bersih dan sanitasi semuanya laki-laki, yang mewakili para pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Anggota badan pengelola sarana semuanya laki-laki, yang mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas CM 4
Skor
Konversi ke 0
25 50 75
2 3
100
Tingkat Perbaikan yang dilakukan oleh Organisasi Pengelola Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM4)
Tidak ada perbaikan yang dilakukan masyarakat; dilakukan oleh lembaga luar atau tidak dilakukan Beberapa perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; juga beberapa perbaikan besar Semua perbaikan ringan dan berat dilakukan atau dikelola masyarakat
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
CM 5
Lebih dari 4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman 3-4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman Penyediaan air bersih pulih dalam 2 hari tetapi tidak ada alternatif sumber yang aman Sumber alternatif tersedia dalam jangka waktu kerusakan pelayanan Air tersedia kembali pada hari yang sama
CM 6
CM 7
Tidak ada pelaporan dan diskusi mengenai pelaksanaan pelayanan dan keuangan Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa, tetapi tidak rutin, dan tidak diumumkan dalam suatu pertemuan dengan seluruh masyarakat Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa secara rutin tetapi tidak disebarluaskan, dan tidak setiap orang dapat mengetahui atau ikut serta Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa pada pertemuan rutin dengan masyarakat, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memberi kemudahan bagi kelompok tidak mampu dan perempuan untuk ikut serta dalam pertemuan; sehingga mereka yang seharusnya ada tidak hadir Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa dan kegiatan periode berikutnya direncanakan menjadi pertemuan rutin yang baik dengan terwakilinya kelompok tidak mampu dan perempuan
50
75
100
CM 8
Tidak pernah dilakukan Dilakukan hanya sekali atau kadang-kadang, untuk demi-, pengambilan keputusan tidak efektif Dilakukan rutin; pengambilan keputusan efektif tapi bisa lebih baik, hanya sedikit anggota kunci/penting yang perhatian dan hadir serta berpartisipasi Rutin dan sesering yang diperlukan, pengambilan keputusan sudah efektif tapi bisa lebih baik; kebanyakan anggota hadir dan berpartisipasi Sesering yang diperlukan; seluruh anggota hadir dan berpartisipasi; pengambilan keputusan efektif
3 4
75 100
NB : Pengukuran akuntabilitas dilakukan dalam Pertemuan Grup Terfokus dengan Gender dan Kelas
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
CM 9
Aturan-aturan tentang pengelolaan sarana?18 Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM9)
Tidak ada aturan Aturan telah dibuat; tetapi tidak diketahui dan dipatuhi Aturan telah dibuat; tetapi hanya beberapa orang yang mematuhi aturan atau hanya beberapa aturan dipatuhi Aturan telah dibuat; kebanyakan orang sudah mematuhi beberapa aturan atau semua aturan sudah dipatuhi oleh kebanyakan orang Aturan telah dibuat; semua aturan dipatuhi
CM 10 Keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan Piihan Sama sekali tidak terdapat perempuan dalam badan pengelola air di tingkat masyarakat, atau hanya sekedar tercantum namanya Perempuan menjadi anggota dari badan pengelola air di tingkat masyarakat, tetapi tidak secara teratur mengikuti pertemuan Perempuan menjadi anggota dari badan pengelola air dan ikut pertemuan, tetapi tidak turut serta dalam pengambilan keputusan Perempuan menjadi anggota badan pengelola air, ikut pertemuan dan dapat memberi pengaruh pada keputusan Laki-laki dan perempuan, keduanya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap pengelolaan air pada pertemuan yang diadakan baik tidak maupun dengan masyarakat Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM10)
18
Catat bahwa jika sebagian aturan dipatuhi dan sebagian tidak, skor antara 0 25 dapat diberikan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Analisis Temuan dan Diskusi Pandangan dan permasalahan terhadap : (catat secara terpisah untuk anggota perempuan dan laki-laki jika mereka punya pandangan yang berbeda) Pengelolaan :
Pemeliharaan :
Peningkatan akses/jangkauan :
Pengembangan apa yang mungkin dilakukan : Oleh mereka? Oleh masyarakat? Oleh proyek?
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PROSES
1. Temui para petugas yang bertanggungjawab untuk keuangan dan bersama mengulas buku keuangan dan catatan pembayaran. Berdasarkan ulasan catatan, petugas kemudian memilih skor yang cocok dengan keadaan pada pembiayaan dan kualitas pembukuan, dan berikan skor yang relevan untuk kedua indikator tersebut. 2. Ajak para petugas menggambarkan sistem pembayaran, termasuk pengawasan pembayaran. Diskusikan bagaimana sistem mengakomodir perbedaan kemampuan membayar dari setiap rumah tangga dalam masyarakat 3. Jika rumah tangga miskin memberikan kontribusi yang lebih rendah atau tidak harus membayar, bagaimana mereka dipilih. Juga tanyakan apakah hal tersebut membuat mereka kehilangan suara terhadap pengelolaan pelayanan. (Berikan penilaian terhadap hal ini dalam pertemuan kelompok terfokus nanti). 4. Bantulah para perugas untuk memilih opsi dari dari kartu yang menggambarkan keadaan yang paling cocok. Ingatkan bahwa petugas dapat memberikan skor diantaranya. Dalam kasus ini catat mengapa terdapat skor yang lebih tinggi atau lebih rendah diberikan. 5. Catat skor di dalam lembar kode dan nilai yang relevan dari diskusi. Ucapkan terima kasih
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PENGELOLAAN KEUANGAN
LEMBAR KODE DAN SKORING (Dari Interview dengan Badan Pengelola, Ulasan Pembukuan)
1. Nama Desa : ......................................................................................................................................... 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ......................................................................................... 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : ............................................................................................................................................... 5. Jumlah peserta perempuan : ............................................................................................................. 6. Posisi dalam organisasi : ................................................................................................................... 7. Jumlah peserta laki-laki : ................................................................................................................... 8. Posisi dalam organisasi : ...................................................................................................................
Waktu Mulai
FIN 1
Tanggung jawab masyarakat terhadap iuran pelayanan air Pilihan Skor 0 1 2 Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (FIN 1)
Lembaga luar yang membiayai semua pelayanan (100% subsidi dari luar) Masyarakat dan Lembaga luar membagi pembiayaan (sebagian subsidi dari luar) Desa yang membiayai, berasal dari pajak yang dibayarkan pengguna dan sumber lainnya (tidak ada subsidi dari luar, tetapi tidak ada iuran dari pengguna secara langsung) Desa dan pengguna membagi pembiayaan (tidak ada subsidi dari luar, dan sebagian langsung dari iuran pengguna) Semua dibiayai oleh keluarga pengguna FIN 2 Kecukupan biaya yang diterima dari iuran para pengguna Pilihan Tidak ada iuran yang diterima dari para pengguna Iuran diterima, tetapi tidak menutupi biaya O&M (operasi dan pemeliharaan) Iuran hanya menutupi biaya O&M tahunan Iuran menutupi biaya O&M tahunan dan perbaikan kerusakan Iuran menutupi seluruh biaya O&M tahunan dan perbaikan kerusakan dan ada sisa
3 4
75 100
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
FIN 3 1. 2. 3. FIN 4
Perencanaan keuangan yang telah dilakukan untuk pelayanan Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (FIN4)
Tidak ada perkiraan biaya (budget) yang dibuat Perkiraan biaya (budget) dibuat satu kali; hanya mencukupi untuk biaya langsung Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, tetapi hanya mencukupi untuk sebagian biaya (tidak semuaseperti pengeluaran pengelola untuk perjalanan, snack, dsb) Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, mencukupi untuk seluruh biaya Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, mencukupi untuk seluruh biaya termasuk biaya yang tidak hitung FIN 5 Tingkat keterbukaan dalam pembukuan keuangan Pilihan Tidak ada catatan keuangan yang dibuat Catatan keuangan dibuat, tetapi tidak yang terbaru atau tidak lengkap, salah, atau tidak ada pembukuan, dsb Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru dan lengkap, tetapi tidak disebarluaskan kepada umum dan anggota badan pengelola, hanya bendahara yang bisa menjelaskan isian Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru, lengkap dan benar, disebarluaskan kepada umum tetapi hanya bisa dimengerti oleh bendahara dan beberapa anggota masyarakat Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru, lengkap dan benar, disebarluaskan kepada umum dan semua anggota masyarakat yang bisa mengerti isian FIN 6 Kesetaraan biaya dalam sistem iuran Pilihan Tidak ada iuran Iuran tidak didasari biaya pelayanan sesungguhnya Iuran disamakan untuk semua, tetapi didasari oleh biaya pelayanan sesungguhnya Iuran didasari oleh jumlah pemakaian air dan biaya pelayanan, pada jumlah yang sama untuk seluruh pengguna Iuran didasarkan dari jumlah pemakaian air dan biaya pelayanan, tetapi jumlah iuran didasari pada kemampuan membayar.
Skor 0 1 2
Konversi ke 0 25 50
75
100
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
FIN 7
Pengalaman ketepatan dalam sistem pembayaran Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (FIN7)
Pengguna tidak diminta untuk membayar Pengguna diminta untuk membayar, tapi tidak satupun yang membayar Pengguna harus membayar, tetapi beberapa tidak membayar (kurang dari setengah) Pengguna harus membayar, dan hampir semua membayar (tetapi tidak semua) Pengguna harus membayar, dan semua membayar FIN 8 FIN 9 Apakah si kaya membayar? Jika tidak, alasan: Apakah si miskin membayar? Jika tidak, alasan: 1. YA 2. TIDAK
FIN 10 Adakah alasan lain untuk tidak membayar (sebagai contoh; orang yang memiliki sumber sendiri, atau tidak dapat dicapai karena alasan teknis) : FIN 11 Jumlah pengguna yang tidak membayar Jumlah pengguna seharusnya membayar Jumlah pengguna yang tidak membayar setahun terakhir Analisis temuan dan diskusi Komentar FIN 11.1 FIN 11.2
Apa yang dapat dilakukan? Oleh petugas keuangan yang bertanggung jawab Oleh masyarakat Oleh proyek
Kesetaraan dalam sistem pembayaran untuk kelom-pok miskin dan kaya (dan dimana memungkinkan bagi perempuan dan laki-laki) Disiplin pembayaran
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PROSES
1. Menilai sejarah pelatihan yang pernah diikuti oleh perempuan dan laki-laki dalam kelompok yang berbeda di masyarakat 2. Buatlah sebuah matriks dengan menggunakan gambar seorang perempuan dan laki-laki secara horizontal dan gambar pelatihan secara vertikal. Dengan kelompok yang buta huruf, kegiatan ini sebaiknya dilakukan di tanah sehingga orang bisa membuat gambar di tanah, hasilnya kemudian dipindahkan kedalam kertas catatan, gunakan gambar atau simbol untuk mengganti benih 3. Diskusikan bagaimana peserta mengerti gambar-gambar terhadap kategori pelatihan sehingga mencapai satu persepsi 4. Gunakan benih dengan warna atau bentuk yang berbeda untuk anggota masyarakat dan badan pengelola (jika ada). Ajak peserta untuk menandai seberapa banyak perempuan dan laki-laki dalam badan pengelola dan di dalam masyarakat yang pernah dilatih untuk setiap fungsi. Jika anda memilih untuk melakukan satu persatu dari fungsi, pastikan bahwa perempuan dan laki-laki terlibat secara adil. 5. Diskusikan hasil terhadap aspek gender, kesetaraan dan stereotype apa yang dibutuhkan untuk merubah suatu stereotype yang muncul 6. Gunakan gambar/indikator klasifikasi kesejahteraan, ajak kelompok untuk mempertimbangkan bagi kelompok mana sebaiknya pelatihan diberikan dan masukkan skor TR3 7. Ajaklah kelompok untuk memisahkan benih dalam setiap kotak dalam matriks pada jumlah orang yang pernah dilatih dan masih mempraktikkan dan siap yang tidak. Diskusikan alasan mengapa tidak menggunakan keterampilan. Isi hasilnya pada TR3.1-39 dan TR4 8. Diskusikan hasil dan tools, apakah mereka menyukainya, dan apakah ada reaksi yang menarik dari perempuan dan laki-laki, catat bila ada. 9. Diskusikan hal-hal lain yang menyangkut suara dan pilihan dalam pelatihan dan gunakan kartu skor dengan kelompok untuk mengisi TR 6-9. ucapkan terima kasih pada kelompok .
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Waktu Mulai
TR 1 Pelatihan yang diterima sampai saat ini Jenis Program Pelatihan Teknik Manajemen/ Kepemimpinan /Or-mas Manajemen Keuangan/Pembukuan Kesehatan dan Kebersihan * 1. Proyek pemerintah 2. Proyek Donor 3. LSM independen (jika bukan dari pemerintah atau donor) Nama Program Pelatihan Diadakan oleh?* Jumlah orang yang menerima pelatihan Thn Total Laki Perp Kaya Menengah Miskin
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
TR 2 Keseimbangan gender terhadap jenis pelatihan yang diterima Pilihan Tidak ada yang menerima pelatihan Satu atau lebih laki-laki yang menerima pelatihan Satu atau lebih perempuan yang menerima pelatihan Baik laki dan perempuan menerima pelatihan, tetapi jumlahnya tidak seimbang Ada keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan yg menerima pelatihan Kode Skor Konversi ke 0 1 2 3 0 25 50 75 Skor yg dikonversi untuk setiap topik pelatihan Manajemen/ Manajemen Kesehatan Teknik Kepemimpin- keuangan/ dan an/ Or-mas pembukuan kebersihan
100
TR 2.1
TR 2.2
TR 2.3
TR 2.4
TR 3 Keseimbangan sosial terhadap jenis pelatihan yang diterima Pilihan Tidak ada yang dilatih Pelatihan diberikan hanya pada anggota dari kelompok kaya Pelatihan diberikan pada anggota dari kelompok menengah dan kaya Pelatihan diberikan pada anggota dari golongan bawah dan menengah/atas Pelatihan diberikan sebagian besar pada anggota dari golongan bawah Badan Pengelola (dulu & sekarang) Lk Pr Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TR3)
TR 4 Jumlah orang yang menggunakan keahlian yang didapat dari pelatihan Jenis pelatihan Teknik Manajemen/Kepemimpinan/Or-mas Manajemen Keuangan/ Pembukuan Kesehatan dan Kebersihan * Hanya untuk total TR 5 Alasan mengapa tidak menggunakan ketrampilan yang diperoleh : Perempuan : Laki-laki: Anggota masyarakat (di luar badan pengelola) Lk Pr Total Kode* TR 4.1 TR 4.2 TR 4.3 TR 4.4
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
TR 6
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan tetapi tidak disebarluaskan, dan hanya sedikit orang tertentu yang tahu tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan tetapi tidak disebarluaskan, dan hanya orang kaya dan menengah yang tahu Ada kesempatan untuk pelatihan yang disebarluaskan, dengan usaha khusus untuk memberikan informasi kepada orang miskin tetapi masih beberapa orang miskin tidak tahu Ada kesempatan untuk pelatihan yang disebarluaskan, dengan usaha khusus berulang-ulang untuk memberikan informasi kepada orang miskin, dan semua tahu
TR 7
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan, tetapi diambil alih oleh elit desa Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan tetapi informasi yang cukup tidak diberikan kepada masya-rakat (terutama perempuan dan orang miskin) untuk ikut pelatihan Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan dan informasi yang cukup, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memudahkan perempuan dan orang miskin untuk ikut pelatihan Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan dan informasi yang cukup, dan ada usaha khusus untuk memudahkan perempuan dan orang miskin untuk ikut pelatihan
100
TR 8
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Pelatihan diterima tetapi tidak digunakan Pelatihan yang diterima hanya digunakan oleh sedikit orang, tetapi hanya beberapa yang baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Pelatihan yang diterima digunakan oleh sebagian besar orang, dan kebanyakan baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Pelatihan yang diterima digunakan oleh semua orang, dan semua baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Untuk laki-laki :
Waktu Selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN MONITORING KESINAMBUNGAN DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SARANA AIR BERSIH DAN SANITASI (OUTCOME AND PROCESS MONITORING) 19 TAHAP III (SETELAH KONSTRUKSI SELESAI)
Disiapkan Oleh :
MITRA SAMYA
Lembaga Studi Partisipasi Dan Demokrasi Institute Study for Research and Democracy
Jl. Sultan Salahudin 17 Tanjung Karang Mataram Lombok NTB Telp./Fax ; 0370-624232, Email ; Mitrasamya@indo.net.id
19
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
TAHAP III
BEGITU KONSTRUKSI SELESAI
TUJUAN
Melihat kesesuaian antara RKM dengan pelaksanaan kegiatan setelah kontruksi selesai terkait dengan kualitas dan potensi akses masyarakat (sebaiknya dimengerti seluruh manajemen proyek dan masyarakat). Melihat kemajuan proyek, misalnya bagaimana kualitas sarana (technical sustainability), cara perlindungan sumber air, cara pengelolaan limbah, keterlibatan kelompok masyarakat (L/P, K/M) dalam setiap kegiatan (social suistainability). Melihat bagaimana pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan RKM, bagaimana iuran untuk biaya OM (financial suistainability), bagaimana pelaksanaan pelatihan apakah sudah sesuai dengan profesi badan pengelola dn keterlibatan L/P, K/M (institutional sustainability). Membantu masyarakat melihat kemungkinan untuk merubah atas kebutuhan pengelolaan, keuangan, operasional, dan perawatan praktis untuk kesinambungan dan pemerataan akses.
20
Community Facilitator
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
1
KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
TUJUAN
Mengklasifikasi penduduk desa kedalam kategori tingkatan ekonomi (seperti kaya, miskin, menengah, dst) menurut kriteria setempat dan sesuai istilah lokal. Klasifikasi ini digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang terlibat dalam diskusi (FGD), pemetaan akses orang miskin dan kaya terhadap sarana air bersih dan sanitasi, fungsi dan pekerjaannya, serta mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi masyarakat, dsb.
BAHAN-BAHAN
Kertas/karton Spidol/alat tulis Kertas Flip chart Batu/benih/kacang
PROSES
1. Mulailah diskusi kelompok (dengan menyertakan perempuan dari masyarakat dan perwakilan setiap lingkungan) tentang bagaimana membedakan rumah tangga dalam penduduk desa. 2. Fasilitator menyediakan kertas kosong dan meminta satu kelompok membuat gambar orang kaya di desa, kelompok lainnya membuat gambar orang menengah dan miskin. Kegiatan ini sekaligus sebagai ice breaking, karena biasanya hasil gambar bisa memecahkan kebekuan. Untuk istilah kaya/miskin/menengah dan lainnya diambil dari istilah lokal agar dapat dimengerti dan diterima. 3. Minta masing-masing kelompok menjelaskan ciri setiap kategori satu persatu. Letakkan jawaban yang muncul di bawah gambar yang sesuai. Akan cukup menolong, jika dimulai dengan kategori kaya, miskin dan selanjutnya menengah. Langkah ini dilanjutkan hingga sekurangnya ada 6 - 7 ciri yang muncul dari setiap kategori. 4. Fasilitator harus menggali keterangan yang rasional atau alasan khusus dari mayarakat di balik ciri-ciri yang muncul. Juga dapat diklarifikasi dengan menayakan kepada setiap KK, Bagaimana kebiasanaan mereka? Bagaimana keadaan sosial ekonomi mereka? 5. Minta kelompok mendistribusikan 100 biji/kerikil (yang menunjukkan total populasi masyarakat) menurut kategori yang muncul dimana jumlah biji akan menunjukan proporsi setiap kategori dalam populasi penduduk. 6. Kemudian kelompok menunjukkan karakteristik dan persentase hasil diskusi dalam lembaran kertas besar sebagai acuan untuk memulai kegiatan selanjutnya yang membutuhkan pengelompokan orang kaya dan miskin.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
LEMBAR SKOR DAN KODE
1. Nama Desa : ..................................................................................................................................................... 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ........................................................................................................ 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : ..................................................................................................................................................... 5. Nama Pimpinan Tim : Bpk/Ibu ........................................................................................... 6. Nama Anggota Tim : Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ...............................................................................
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... 7. Jumlah Peserta Perempuan Yang Hadir : ..................... Orang 8. Jumlah Peserta Anak Perempuan Yang Hadir : ...................... Orang 9. Jumlah Peserta Laki-laki Yang Hadir : ..................... Orang 10. Jumlah Peserta Anak Laki-Laki Yang Hadir : .................... Orang
Waktu Mulai
Aset/ Kepemilikan
Pekerjaan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
* Termasuk apabila kepala rumah tangga seorang Perempuan ** Periksa tentang kesehatan, suku dan kelompok agama, kelas sosial
Komposisi Masyarakat Berdasarkan Klasifikasi Kesejahteraan (Dihitung Dari Hasil Pemetaan Sosial Based Line Setelah Diklarifikasi Pada Tahap-3) : Kode P1 P2 P3 P4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga kelompok mampu Jumlah rumah tangga kelompok menengah Jumlah rumah tangga kelompok tidak mampu Jumlah total rumah tangga Pengamatan, Komentar dan Catatan : Jumlah (Rumah atau RT)
Waktu Selesai
Catatan Gambar asli tentang kelas mampu, tidak mampu dan menengah, tetap ditinggal untuk masyarakat
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
2
TUJUAN
PEMETAAN SOSIAL
Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi (tradisional maupun dari proyek tertentu), Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana air bersih Mengetahui dari keluarga sosial apa (kaya, menengah atau miskin) anggota badan pengelola baik laki maupun perempuan yang bekerja dalam bidang pelayanan air bersih, sanitasi dan promosi hidup bersih/sehat, dan Mengetahui siapa yang pernah dan atau akan mendapatkan pelatihan
PROSES
1. Mulailah dengan menjelaskan tujuan kegiatan, kemudian minta kepada kelompok untuk membuat peta desa dengan menggunakan bahan yang diperlukan, terutama bahan-bahan setempat yang dikenal masyarakat dan dapat ditambahkan bahan yang lain 2. Pertama yang harus digambarkan dalam peta adalah batas desa 3. Kemudian tentukan legenda : Bangunan fisik yang penting (sekolah, sarana ibadah, sarana kesehatan serta batas-batasnya) Jalan, gang, lorong, ladang, sawah, hutan, kebun,dll Sumber air, tempat pembuangan limbah Rumah dari klasifikasi masyarakat (kaya, sedang, miskin) 4. Mintalah kelompok untuk menjelaskan : Sarana air bersih dan sanitasi yang ada (beserta akses masyarakat) Letak rumah kader, pengurus air
5. Pastikan untuk menyalin peta kedalam kertas A4 setelah kegiatan ini selesai
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Tingkat pendistribusian titik-titik air terhadap semua kebutuhan air bersih, baik laki-laki maupun perempuan, selama satu tahun unytuk pemakain oleh perempuan, laki-laki atau keduanya Keteraturan pelayanan dapat diketahui serta apa pengaruhnya khususnya bagi perempuan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PEMETAAN SOSIAL
LEMBAR KODE DAN SKORING
1) Nama Desa : ... 2) Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : 3) Proyek : WSLIC-2 4) Tanggal : .. 5) Jumlah peserta perempuan : .... 6) Jumlah peserta laki-laki : ..
Waktu Mulai
M2 Jumlah rumah tangga dengan akses rendah* terhadap sarana air bersih Kode M2.1 M2.2 M2.3
*
Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin
Jumlah
M2.4 Total jumlah rumah tangga Jauh dari sarana air dan air sangat kurang
M3 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air bersih Kode M3.1 M3.2 M3.3 M3.4 Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
M4
Alasan mengapa rumah tangga tidak menggunakan Layanan Sarana Air Bersih Kode M4.1 M4.2 M4.3 M4.4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan teknis Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan keuangan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan sosial Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena ada alternatif sumber air lain Jumlah
M5 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air yang ada karena ada sumber alternatif Kode M5.1 M5.2 M5.3 M5.4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Jenis Sumber Air Alternatif Jumlah
M6S Jumlah rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia Kode M6.1S M6.2S M6.3S M6.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M7S Jumlah rumah tangga yang memiliki dan membangun sendiri sarana sanitasi pribadi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia Kode M7.1S M7.2S M7.3S M7.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M8S Jumlah rumah tangga tanpa akses terhadap sarana jamban Kode M8.1S M8.2S M8.3S M8.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
Anggota masyarakat menggunakan analisa pada peta untuk menghitung skor akses
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
M9 Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang memilki akses baik pada sarana air bersih
Pilihan Kurang dari dan sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
Komentar/Catatan
M9S Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang punya akses terhadap sarana jamban Pilihan Kurang dari , sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor Pilihan (M9S) Komentar/Catatan
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Waktu Selesai
CATATAN :
Pada akhirnya, salinan peta sosial dibuat pada halaman terpisah dan dimasukkan ke dalam folder. Peta asli tetap di masyarakat.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
PROSES
1. Lakukan pertemuan dengan anggota badan pengelola, baik dalam satu sesi penuh atau beberapa kali sesi pendek selama tim fasilitator di lokasi, mana yang termudah dilakukan. Hal terpenting yaitu kehadiran beberapa anggota pengurus untuk triangulasi, baik jika anggota perempuan maupun laki-laki turut ambil bagian. 2. Gunakan pilihan kartu (card sorting) atau wawancara terbuka bagi pengelola setempat. Untuk pilihan kartu, anggota pengurus membaca, atau dibacakan pilihan pada kartu. Mereka kemudian memilih kartu yang paling mendekati keadaan di sekitarnya. 3. Fasilitator menempatkan kartu-kartu dalam urutan skala, kemudian grup mendiskusikan pilihan dan skala serta menyetujui skor. Ingat skor lebih tinggi atau lebih rendah (skor diantaranya) adalah mungkin, jika keadaan sesungguhnya dinilai lebih baik atau buruk daripada pilihan yang diambil. Yang penting alasan pilihan peserta harus didokumentasi (catat), mengapa skor tersebut diberikan. 4. Diskusikan skala tersebut agar ada pengertian dua arah dengan rincian yang sesuai keadaan setempat, pendapat-pendapat mengenai kemungkinan pengembangan, dst. Catat hal-hal yang relevan dari diskusi tersebut. 5. Gunakan Tabel CM1 dan gambar-gambar klasifikasi kesejahteraan untuk mengisi komposisi organisasi pengelola setempat dengan mempertimbangkan gender dan kelas sosial. Alternatif lain yaitu dengan menggunakan matriks voting. Jika ada lebih dari satu organisasi yang melakukan tugas pengelolaan, contohnya pengurus dan suatu badan, catat keduanya. Diskusikan pola dalam kompo-sisi dan pembagian fungsi. Catat pandangan anggota laki dan perempuan tentang aspek tersebut. 6. Kembalilah pada pilihan kartu/wawancara terbuka untuk aspek lain, gunakan prosedur yang sama seperti sebelumnya.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
7. Diskusikan pengalaman pengelola setempat dalam merawat dan memperluas akses rumah tangga terhadap pelayanan. Gunakan peta sosial sebagai bahan rujukan. 8. Diakhir sesi, tanyakan secara terpisah pada anggota perempuan tentang pengalaman mereka sebagai anggota pengurus. Dapatkan juga pandangan dari laki-laki, namun berhati-hatilah karena dapat menciptakan konflik dan malah memperbesar bukan menghilangkan masalah.
Panduan Proses MPA/PHAST Disampaikan pada Orientasi MPA/PHAST bagi Kelompok Kerja AMPL Daerah Novotel Lombok, 27 Agustus - 1 Septeber 2006
Waktu Mulai
CM 1
Fungsi dalam Pengelolaan Skor (Perempuan=1, Laki-laki=0) Skor (Kaya=1, Menengah=2, Miskin=3)
Fungsi dalam Pengelolaan 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Bendahara Fungsi lain (Sebutkan) 4. 5. 6. Teknis dan fungsi perawatan Operator 1 Operator 2
CM 1.70 CM 1.80
CM 1.71 CM 1.81
CM 2
Siapa yang mengelola dan memperbaiki sistem? (anggota masyarakat menggunakan hasil Pilihan kartu untuk memberikan skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (CM2)
Lembaga luar saja; masyarakat tidak mempunyai peran Pengelolaan dibagi antara lembaga luar dan masyarakat Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana tidak ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana telah ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, dan semua perbaikan dapat dilakukan oleh pengguna baik dengan lembaga swasta atau lembaga pemerintah CM 3
0 1 2
75 3 100 4
Kesetaraan dalam Pengelolaan (anggota pengelola menggunakan hasil untuk memberikan skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 Skor yg dikonversi (CM3)
Tidak ada badan pengelola sarana khusus; keberlangsungan pelayanan air bersih dipegang oleh kantor desa dan tokoh Tokoh setempat Anggota badan pengelola sarana air bersih dan sanitasi semuanya laki-laki, yang mewakili para pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Anggota badan pengelola sarana semuanya laki-laki, yang mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas
25 50 75
2 3
100
CM 4
Konversi ke
0 25 50 75 100
Tidak ada perbaikan yang dilakukan masyarakat; dilakukan oleh lembaga luar atau tidak dilakukan Beberapa perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; juga beberapa perbaikan besar Semua perbaikan ringan dan berat dilakukan atau dikelola masyarakat
CM 5
Konversi ke
0 25 50 75 100
Lebih dari 4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman 3-4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman Penyediaan air bersih pulih dalam 2 hari tetapi tidak ada alternatif sumber yang aman Sumber alternatif tersedia dalam jangka waktu kerusakan pelayanan Air tersedia kembali pada hari yang sama
CM 6
CM 7
Tidak ada pelaporan dan diskusi mengenai pelaksanaan pelayanan dan keuangan Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa, tetapi tidak rutin, dan tidak diumumkan dalam suatu pertemuan dengan seluruh masyarakat Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa secara rutin tetapi tidak disebarluaskan, dan tidak setiap orang dapat mengetahui atau ikut serta Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa pada pertemuan rutin dengan masyarakat, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memberi kemudahan bagi kelompok tidak mampu dan perempuan untuk ikut serta dalam pertemuan; sehingga mereka yang seharusnya ada tidak hadir Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa dan kegiatan periode berikutnya direncanakan menjadi pertemuan rutin yang baik dengan terwakilinya kelompok tidak mampu dan perempuan
25
50
75
100
CM 8
Tidak pernah dilakukan 0 Dilakukan hanya sekali atau kadang-kadang, untuk demi-, pengambilan keputusan tidak efektif Dilakukan rutin; pengambilan keputusan efektif tapi bisa lebih baik, hanya sedikit anggota kunci/penting yang perhatian dan hadir serta berpartisipasi Rutin dan sesering yang diperlukan, pengambilan keputusan sudah efektif tapi bisa lebih baik; kebanyakan anggota hadir dan berpartisipasi Sesering yang diperlukan; seluruh anggota hadir dan berpartisipasi; pengambilan keputusan efektif 0
1 2
25 50
75
100
NB : Pengukuran akuntabilitas dilakukan dalam Pertemuan Grup Terfokus dengan Gender dan Kelas
CM 9
Tidak ada aturan Aturan telah dibuat; tetapi tidak diketahui dan dipatuhi Aturan telah dibuat; tetapi hanya beberapa orang yang mematuhi aturan atau hanya beberapa aturan dipatuhi Aturan telah dibuat; kebanyakan orang sudah mematuhi beberapa aturan atau semua aturan sudah dipatuhi oleh kebanyakan orang Aturan telah dibuat; semua aturan dipatuhi
21
Catat bahwa jika sebagian aturan dipatuhi dan sebagian tidak, skor antara 0 25 dapat diberikan
Analisis Temuan dan Diskusi Pandangan dan permasalahan terhadap : (catat secara terpisah untuk anggota perempuan dan laki-laki jika mereka punya pandangan yang berbeda) Pengelolaan :
Pemeliharaan :
Peningkatan akses/jangkauan :
Pengembangan apa yang mungkin dilakukan : Oleh mereka? Oleh masyarakat? Oleh proyek?
Waktu Selesai
PROSES
1. Menilai sejarah pelatihan yang pernah diikuti oleh perempuan dan laki-laki dalam kelompok yang berbeda di masyarakat 2. Buatlah sebuah matriks dengan menggunakan gambar seorang perempuan dan laki-laki secara horizontal dan gambar pelatihan secara vertikal. Dengan kelompok yang buta huruf, kegiatan ini sebaiknya dilakukan di tanah sehingga orang bisa membuat gambar di tanah, hasilnya kemudian dipindahkan kedalam kertas catatan, gunakan gambar atau simbol untuk mengganti benih 3. Diskusikan bagaimana peserta mengerti gambar-gambar terhadap kategori pelatihan sehingga mencapai satu persepsi 4. Gunakan benih dengan warna atau bentuk yang berbeda untuk anggota masyarakat dan badan pengelola (jika ada). Ajak peserta untuk menandai seberapa banyak perempuan dan laki-laki dalam badan pengelola dan di dalam masyarakat yang pernah dilatih untuk setiap fungsi. Jika anda memilih untuk melakukan satu persatu dari fungsi, pastikan bahwa perempuan dan laki-laki terlibat secara adil. 5. Diskusikan hasil terhadap aspek gender, kesetaraan dan stereotype apa yang dibutuhkan untuk merubah suatu stereotype yang muncul 6. Gunakan gambar/indikator klasifikasi kesejahteraan, ajak kelompok untuk mempertimbangkan bagi kelompok mana sebaiknya pelatihan diberikan dan masukkan skor TR3 7. Ajaklah kelompok untuk memisahkan benih dalam setiap kotak dalam matriks pada jumlah orang yang pernah dilatih dan masih mempraktikkan dan siap yang tidak. Diskusikan alasan mengapa tidak menggunakan keterampilan. Isi hasilnya pada TR3.1-39 dan TR4 8. Diskusikan hasil dan tools, apakah mereka menyukainya, dan apakah ada reaksi yang menarik dari perempuan dan laki-laki, catat bila ada. 9. Diskusikan hal-hal lain yang menyangkut suara dan pilihan dalam pelatihan dan gunakan kartu skor dengan kelompok untuk mengisi TR 6-9. ucapkan terima kasih pada kelompok .
Manajemen/ Kepemimpinan /Or-mas Manajemen Keuangan/Pembukuan Kesehatan dan Kebersihan * 1. Proyek pemerintah 2. Proyek Donor 3. LSM independen (jika bukan dari pemerintah atau donor) TR 2 Keseimbangan gender terhadap jenis pelatihan yang diterima Pilihan Tidak ada yang menerima pelatihan Satu atau lebih laki-laki yang menerima pelatihan Satu atau lebih perempuan yang menerima pelatihan Baik laki dan perempuan menerima pelatihan, tetapi jumlahnya tidak seimbang Ada keseimbangan jumlah lakilaki dan perempuan yg menerima pelatihan Kode Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi untuk setiap topik pelatihan Manajemen/ Manajemen Kesehatan dan Teknik Kepemimpinkeuangan/ kebersihan an/ Or-mas pembukuan
TR 2.1
TR 2.2
TR 2.3
TR 2.4
TR 3 Keseimbangan sosial terhadap jenis pelatihan yang diterima Pilihan Tidak ada yang dilatih Pelatihan diberikan hanya pada anggota dari kelompok kaya Pelatihan diberikan pada anggota dari kelompok menengah dan kaya Pelatihan diberikan pada anggota dari golongan bawah dan menengah/atas Pelatihan diberikan sebagian besar pada anggota dari golongan bawah Badan Pengelola (dulu & sekarang) Lk Pr Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TR3)
TR 4 Jumlah orang yang menggunakan keahlian yang didapat dari pelatihan Jenis pelatihan Teknik Manajemen/Kepemimpinan/Or-mas Manajemen Keuangan/ Pembukuan Kesehatan dan Kebersihan * Hanya untuk total TR 5 Alasan mengapa tidak menggunakan ketrampilan yang diperoleh : Perempuan : Anggota masyarakat (di luar badan pengelola) Lk Pr Total Kode* TR 4.1 TR 4.2 TR 4.3 TR 4.4
Laki-laki:
TR 6
Apakah masyarakat diberi informasi tentang pelatihan ? Pilihan Skor 0 1 2 3 Konversi ke 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (TR6)
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan tetapi tidak disebarluaskan, dan hanya sedikit orang tertentu yang tahu tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan tetapi tidak disebarluaskan, dan hanya orang kaya dan menengah yang tahu Ada kesempatan untuk pelatihan yang disebarluaskan, dengan usaha khusus untuk memberikan informasi kepada orang miskin tetapi masih beberapa orang miskin tidak tahu Ada kesempatan untuk pelatihan yang disebarluaskan, dengan usaha khusus berulang-ulang untuk memberikan informasi kepada orang miskin, dan semua tahu
100
TR 7
Apakah masyarakat diberi kesempatan untuk ikut pelatihan ? Pilihan Skor 0 1 2 Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (TR7)
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan, tetapi diambil alih oleh elit desa Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan tetapi informasi yang cukup tidak diberikan kepada masya-rakat (terutama perempuan dan orang miskin) untuk ikut pelatihan Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan dan informasi yang cukup, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memudahkan perempuan dan orang miskin untuk ikut pelatihan Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan dan informasi yang cukup, dan ada usaha khusus untuk memudahkan perempuan dan orang miskin untuk ikut pelatihan TR 8 Apakah pelatihan digunakan dengan efektif ? Pilihan
75
100
Skor
Konversi ke 0 25 50 75 100
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Pelatihan diterima tetapi tidak digunakan Pelatihan yang diterima hanya digunakan oleh sedikit orang, tetapi hanya beberapa yang baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Pelatihan yang diterima digunakan oleh sebagian besar orang, dan kebanyakan baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Pelatihan yang diterima digunakan oleh semua orang, dan semua baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Analisis temuan dan diskusi Kecukupan dalam pelatihan :
0 1 2 3 4
Waktu Selesai
TRANSECT WALKS 4.1. PENGELOLAAN SUMBER AIR 4.2. PENILAIAN TINGKAT KUALITAS KERJA 4.3. PENILAIAN PELAYANAN SARANA
TUJUAN
Untuk memeriksa ulang informasi pada peta yang dibuat oleh masyarakat Untuk menentukan seberapa jauh sarana air bersih dan sanitasi yang ada telah dibangun, dipelihara dan dikelola dengan baik di masyarakat Untuk tujuan monitoring dan evaluasi proyek kegiatan ini akan memfokuskan hanya pada sarana dan sistem yang disediakan oleh proyek Untuk tujuan perencanaan dan perancangan, kegiatan ini sebaiknya melihat pada sarana dan sistem yang ada yang digunakan oleh segmen kaya dan miskin di masyarakat
22
Perhatikan bahwa dalam MPA keberfungsian dinilai pada musim hujan dan kemarau secara terpisah. Suatu kualitas sarana air yang baik akan memberikan cukup air yang berkualitas guna kebutuhan domestik bahkan pada musim kemarau.
TRANSECT WALKS
4.1. PENGELOLAAN SUMBER AIR
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Pengamatan dengan Checklist)
Nama Desa : . Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : . Proyek : WSLIC-2 Tanggal : .. Jumlah peserta perempuan : . Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut) Jumlah peserta laki-laki : .. Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut)
Waktu Mulai
SM 1.2 Jenis kontaminasi pada sumber air 1 (jika ada pemeriksaan air) Pilihan Air tidak cocok untuk dikonsumsi manusia Air terkontaminasi dengan bahan kimia dan kotoran manusia dalam konsentrasi yang rendah, sebaiknya tidak diminum kalau mungkin Terkontaminasi dengan bahan kimia untuk pertanian dan kotoran hewan, tetapi masih bisa untuk diminum Hanya kontaminasi biasa dan bisa diminum Tidak ada kontaminasi bahkan debu dan daun KUANTITAS AIR PADA SUMBER SM 2 Kuantitas sumber air Pilihan Air pada sumber hanya ada untuk 6 bulan dalam setahun Air pada sumber hanya ada untuk 6-9 bulan dalam setahun, tapi untuk 3-6 bulan tidak cukup Air pada sumber cukup kecuali 2-3 bulan di musim kemarau Air pada sumber cukup untuk 11 bulan (kecuali untuk 1 bulan di musim kemarau) Air pada sumber cukup untuk setahun Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (SM 2) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (SM1.2)
Waktu Selesai
TRANSECT WALKS
4.2. PENILAIAN TINGKAT KUALITAS KERJA
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Pengamatan, Penilaian oleh Pengguna)
1. 2. 3. 4. 5. Nama Desa : . Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : . Proyek : WSLIC-2 Tanggal : ... Jumlah peserta perempuan : . Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut) 6. Jumlah peserta laki-laki : ... Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut)
Waktu Dimulai
Lembar terpisah diisi untuk tiap bagian utama sistem perpipaan, atau titik sumber indvidual - seperti sumur, pompa tangan WR 1 Jenis pengerjaan Pilihan Sistem air bersih perpipaan Sarana penangkap air Bak pengendap Bak atau menara penampung air Titik sarana pengambilan air Lainnya Sumur terbuka Pompa tangan pada sumur bor Kode Kode yg relevan (WR 1)
IW ST ESR WP W HP
WR 2 WR 3 WR 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. WR5
Nomor sarana air pada peta sosial masyarakat Apakah sistem berfungsi ? 1. Ya 2. Tidak
Pendapat pengguna mengenai kualitas rancangan bangunan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) Puas Tidak puas
Penjelasan/ jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap rancangan) 1. Perempuan 2. 3. Laki-laki 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Tenaga ahli
WR 6
Kualitas rancangan menurut kelompok Jumlah kesalahan Skor 0 25 50 75 100 Skor yang diberikan Perempuan (WR 6.1) Skor yang diberikan Lakilaki (WR6.2)
WR 7 Kesalahan utama dalam perancangan/perencanaan (menurut tenaga ahli) Pilihan Kesalahan utama dalam perancangan/perencanaan, sistem tidak berfungsi (seperti kesalahan penghitungan hidrolis) Kesalahan utama, sistem bekerja tetapi membutuhkan perbaikan yang besar/mahal Kesalahan kecil yang mengganggu sistem Satu kesalahan kecil yang memberikan dampak yang rendah pada sistem Tidak ada kesalahan dalam perancangan WR 8 Apakah konstruksi sesuai dengan rancangan Pilihan Skor Konversi ke 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (WR8) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (WR7)
Banyak terdapat sambungan liar dibandingkan rancangan aslinya, buruknya tekanan pada sistem Banyak terdapat sambungan legal tetapi lebih banyak dari rancangan, turunnya tekanan air dalam sistem Konstruksi sesuai dengan rancangan, tidak ada penambahan sambungan, ada penurunan tekanan saat sistem mulai usang Tidak ada penambahan sambungan, walau tanpa pompa sistem masih berjalan dengan baik, tidak ada penurunan tekanan pada sistem Ada penambahan sambungan, ada pengembangan sistem , sistem masih berjalan baik WR9
0 1 2 3
100
Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap ketidaksesuaian perancangan) 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Perempuan
Laki-laki
Tenaga ahli
WR 10 Kualitas bahan-bahan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Puas Tidak puas
WR 11 Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap bahan) Perempuan Laki-laki 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2.
Tenaga ahli
WR 12 Kualitas bahan-bahan menurut kelompok Jumlah kesalahan >5 4 5 2 3 1 0 Kesalahan = ketidakpuasan Skor 0 25 50 75 100 Skor yg diberikan perempuan (WR 12.1) Skor yg diberikan Lakilaki (WR 12.2)
WR 13 Kualitas terhadap pengerjaan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) Puas Tidak puas
WR14 Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap pengerjaan) Perempuan 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Laki-laki
Tenaga ahli
WR 15 Kualitas pengerjaan menurut kelompok Jumlah kesalahan >5 4 5 2 3 1 0 Kesalahan = ketidakpuasan Skor 0 25 50 75 100 Skor yg diberikan perempuan (WR 15.1) Skor yg diberikan laki-laki (WR 15.2)
WR 16 Pengamatan kondisi drainase menurut tim dan pengguna Pilihan Tidak ada drainase air kotor di sarana umum (atau pribadi), ada genangan air atau air juga mengalir ke jalan Ada drainase tetapi rancangannya buruk, rusak atau mampet, ada genangan air atau air juga mengalir ke jalan Ada drainase, tetapi air masih tertampung dalam kolam (tidak mengalir) dan sedikit mengalir ke jalan, sebelum mengering Ada drainase, rancangannya baik, dibersihkan secara rutin dan berfungsi dengan baik, tidak ada genangan air dalam waktu lama Ada drainase, rancangannya baik, dibersihkan secara rutin dan berfungsi dengan baik, tidak ada genangan sama sekali WR 17 Adakah jadwal untuk membersihkan drainase ? Analisis temuan dan kesimpulan 1. Apakah perbedaan penilaian antara laki-laki dan perempuan ? Mengapa ? Skor 0 1 2 3 4 Skor yg Konversi ke dikonversi (WR 16) 0 25 50 75 100
Waktu Selesai
WR18S Kualitas konstruksi, O&M, dan penggunaan jamban rumah tangga (sebagaimana dinilai dan didiskusikan bersama dengan pengguna rumahtangga) Skor 1= ya/ada, 0=tidak/tidak ada 1) Jamban berfungsi dengan baik 2) Jamban digunakan untuk BAB 3) Kloset/dudukan dibuat dengan baik 4) Kualitas pengerjaan sarana 5) Sumur penampung kotoran dengan jarak aman >7m & tidak mencemari sumber air 6) Jamban diluar rumah memberikan privasi untuk pengguna 7) Ada penutup pada lubang baik kering atau dengan air 8) Tidak ada feses di lantai/dinding/dudukan 9) Ada air dan sabun/ penggantinya di jamban atau dekat (buktikan penggunaan untuk mencuci tangan) 10) Tidak ada kotoran manusia (khususnya anak-anak) di halaman, ditimbunan sampah, di saluran air TOTAL SKOR Jamban yang dibangun oleh proyek 1 2 3 4 5 6 Jamban yang dibangun yang lain* 1 2 3 4 5 6
* Pilih contoh yang dibutuhkan, sehingga bisa dibandingkan antara jamban pribadi dan jamban yang dibangun oleh proyek sebelumnya, untuk menilai perubahan dan penggunaannya. Jumlah titik harus disesuaikan dengan jumlah total sampel. Apa kekurangan yang ada pada sarana jamban :
WR19S Kualitas konstruksi, O&M, dan penggunaan jamban pada Sekolah Skor 1= ya/ada, 0=tidak/tidak ada Jamban berfungsi dengan baik Jamban digunakan utk BAB Kloset/dudukan dibuat dengan baik Kualitas pengerjaan Sumur penampung kotoran dengan jarak aman >7m dan tidak mencemari sumber air 6) Jamban diluar rumah memberikan privasi untuk pengguna 7) Ada penutup pada lubang baik kering atau dengan air 8) Tidak ada feses di lantai/dinding/dudukan 9) Ada air dan sabun/penggantinya di jamban atau dekat (buktikan penggunaan untuk mencuci tangan) 10) Tidak ada kotoran manusia (khususnya anak-anak) di halaman, ditimbunan sampah, di saluran air Total Skor WR20S Seberapa besar kegunaan dan fungsi jamban yang dimiliki (dari rating scale perorangan) Pengguna Jamban Skor (cm) % skor (titik pilihan (cm) 2) 1 2 3 4 5 6 1) 2) 3) 4) 5) Jamban dibangun proyek yang lalu Sekolah 1 Sekolah 2 Jamban dibangun setelah proyek yang lalu selesai Sekolah 1 Sekolah 2
TRANSECT WALKS
4.3. PENILAIAN PELAYANAN OLEH KELOMPOK PENGGUNA PEREMPUAN & LAKI-LAKI
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Rating Scale)
1) 2) 3) 4) 5) 6) Nama Desa : ................... Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ............ Proyek : WSLIC-2 Tanggal : ....................... Jumlah peserta perempuan : ................. Jumlah peserta laki-laki : ...................
Waktu Dimulai
ISI PADA LEMBAR TERPISAH UNTUK SETIAP TITIK SARANA AIR YANG DIKUNJUNGI
TW 1 Nomor titik sarana pada peta: Jumlah titik air pada peta TW 2 Jenis lokasi Kode 1 2 3 Kode 1 2 3 Miskin Campuran Kaya Pilihan Air tidak pernah sulit Kadang-kadang air sulit Air selalu sulit Kode yg relevan (TW3) Pilihan Kode yg relevan (TW2)
TW 3 Jenis daerah
TW 4 Pemenuhan jumlah air pada titik sarana air di musim kemarau (skor dari pengguna) Skor aktual Jumlah Perempuan/skor Jumlah laki-laki/skor Skor hasil konsensus Perempuan Laki-laki TW 4.1 TW 4.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
TW 5
Pemenuhan kualitas air pada titik sarana air di musim hujan (skor dari pengguna) Skor aktual 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah perempuan/skor Jumlah laki-laki/skor Skor hasil konsensus Perempuan Laki-laki TW 5.1 TW 5.2
TW 6 Penggunaan domestik yang dirasakan perempuan airnya tidak cukup Pilihan Minum dan memasak Minum, memasak dan mencuci piring Minum, memasak dan mencuci piring dan baju Minum, memasak dan mencuci piring dan baju serta kebersihan pribadi Minum, memasak dan mencuci piring dan baju serta kebersihan pribadi, memberi minum ternak dan menyiram tanaman TW 7 Kecukupan air untuk kebutuhan rumah tangga Pilihan Air tidak cukup untuk minum Air hanya cukup untuk minum Air hanya cukup untuk minum, masak, dan mencuci piring Air hanya cukup untuk minum, masak, mencuci piring dan pakaian, dan mandi Air cukup untuk semua kebutuhan dan juga persediaan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW7) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW7)
TW 8 Periode waktu kekurangan air untuk kebutuhan rumah tangga Jumlah bulan dalam setahun ketika kuantitas air tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga dari laki-laki dan perempuan Kode TW 9 Jumlah hari dimana tidak ada air pada titik air di musim kemarau (TW9) Jumlah bulan di musim kemarau Jumlah hari dimana tidak ada air pada sumber air selama bulan tersebut TW 10 Jumlah hari dimana tidak ada air pada titik air di musim hujan (TW10) Jumlah bulan di musim hujan Jumlah hari dimana tidak ada air pada sumber air selama bulan tersebut TW 11 Kualitas air pada titik air di musim kemarau Pilihan Keluhan terjadi pada semua faktor (bau, rasa, warna, kekeruhan) Keluhan untuk dua faktor, kecuali kaporit/klorin Keluhan untuk satu faktor (sebagai contoh bau), kecuali kaporit/klorin Hanya keluhan kecil (pemberian kaporit/klorin) Tidak ada keluhan mengenai bau, rasa, warna, dan kekeruhan TW 12 Kualitas air pada titik air di musim hujan Pilihan Keluhan terjadi pada semua faktor (bau, rasa, warna, tampilan) Keluhan untuk dua faktor, kecuali tawas Keluhan untuk satu faktor (sebagai contoh bau), kecuali tawas Hanya keluhan kecil (pemberian tawas) Tidak ada keluhan mengenai bau, rasa, warna, dan tampilan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 13) Skor yg dikonversi (TW 12) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 11)
(TW8)
TW 13 Kesadaran pengguna terhadap sarana air yang telah diperiksa kualitasnya Pilihan Air tidak pernah diperiksa Air diperiksa pada permulaan saja atau kadang-kadang, tetapi banyak pengguna tidak tahu hasilnya Diperiksa secara kadang-kadang, tetapi banyak pengguna tahu hasilnya Diperiksa secara berkala, dan banyak pengguna tahu hasilnya Diperiksa secara rutin, semua pengguna tahu hasilnya Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100
TW 14 Drainase dan kebersihan disekeliling titik air di musim kemarau Pilihan Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur dan daerah sekitarnya berlumpur Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering setelah keran/pompa air digunakan Ada saluran, tetapi tetap ada genangan air yang tidak tersalur ketika keran/pompa air digunakan, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering Ada saluran, tidak ada genangan air tetapi daerah sekitarnya masih berlumpur Ada saluran, tidak ada genangan air, atau daerah sekitarnya tidak berlumpur TW 15 Drainase dan kebersihan disekeliling titik air di musim hujan Pilihan Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur dan daerah sekitarnya berlumpur Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering setelah keran/pompa air digunakan Ada saluran, tetapi tetap ada genangan air yang tidak tersalur ketika keran/pompa air digunakan, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering Ada saluran, tidak ada genangan air tetapi daerah sekitarnya masih berlumpur Ada saluran, tidak ada genangan air, atau daerah sekitarnya tidak berlumpur TW 16 Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (TW 15) Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (TW 14)
50
3 4
75 100
50
3 4
75 100
Apakah perempuan punya pengaruh dalam penentuan waktu mengambil/mengantri untuk air pada titik air ? 1. YA 2. TIDAK Beri contoh (baik positif atau negatif): ........ ........ ........ ........ ........ ........
Penyediaan air diketahui baik siang/ malam, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan biasanya di jadwal, tetapi tidak selalu Penyediaan selalu di jadwal atau selalu ada
2 3 4
50 75 100
Menurut laki-laki :
Waktu Selesai
5
TUJUAN
Pengambil keputusan 1
Pengambil keputusan 1
Pengambil keputusan 1
Lihat Lembar Kode dibawah Jelaskan pada kelompok bahwa mereka akan memberikan suara untuk setiap jenis keputusan yang akan diambil di masyarakat dan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi. Untuk tiap jenis keputusan, kelompok akan memberikan suara pada orang dan/atau kelompok yang mereka pikir membuat keputusan. Minta kelompok untuk memilih warna token sesuai dengan jenis kelamin dan taruh suara mereka satu per satu. Diskusikan dengan kelompok (perempuan atau laki-laki) siapa yang memberikan suara terlebih dahulu. Akan ada diskusi sat orang menetukan siapa yang terlibat dalam tiap jenis keputusan. Untuk memfasilitasi voting, anda dapat meminta orang untuk memberikan suara pada suatu jenis keputusan satu per satu. Ini berarti anda akan menunjukkan semua pembuat keputusan yang mereka telah pilih tapi hanya satu jenis keputusan pada satu waktu. Matriks akan secara gradual dikembangkan, baris demi baris. Minta kelompok mencatat komentar tentang pola dan fasiliatsi diskusi untuk memperoleh alasan. Penting untuk dimengerti mengapa beberapa orang atau kelompok (orang miskin atau perempuan) tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan keputusan, dan apa yang dapat dilakukan untuk mengikutsertakan mereka di masa yang akan datang. Tanya pula pada mereka tentang tool dan bagaimana hal ini membantu mereka. Dapatkah mereka menggunakannya, dan tool lain sendiri? Dapatkah perempuan dan laki menggunakannya? Bantu kelompok untuk mengguanakan temuan untuk menyetujui skor untuk akses terhadap informasi dan dalam pengambilan keputusan. Buat diskusi terbuka dengan perempuan pada seberapa jauh pengambil keputusan lokal pada pengelolaan sarana dan seberapa jauh mereka terlibat. (Perempuan seringkali mendapat sedikit informasi dan lebih sedikit terlibat dibandingkan laki-laki). Beritahukan pengaturan untuk pertemuan review masyarakat dimana kelompok dari masyarakat akan mempresentasikan semua tool dan hasilnya dan dimana orang dan anggota staf proyek pada tim penilaian akan mendiskusikan tindakan lebih jauh. (Anda harus mengatur presentasi ini. Pastikan bahwa tempat dan waktunya diketahui oleh semua kelompok dan masyarakat secara keseluruhan dan bahwa hasil kerja kelompok ditampilkan. Lihat kegiatan terakhir, 6, Pertemuan Review Masyarakat).
Waktu Mulai
VC1
Jenis Kelompok Diskusi Terfokus Pilihan Kode 1 2 3 4 Skor yang diberikan Perp (VC2.1) Laki (VC2.2) Kode yg relevan (VC1)
Siapa yang memprakarsai adanya proyek untuk masyarakat? Pilihan Skor Konversi ke
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) 0 0 Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang 1 20 diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain 2 40 yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, 3 60 tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki 4 80 miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan 5 100 perempuan NB: Ingat bahwa skor di antara dimungkinkan untuk kombinasi lainnya
VC3.
Siapa yang mendapat informasi mengenai rincian proyek? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC3.1) (VC3.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb), tidak menginformasikan masyarakat desa Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diinformasikan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diinformasikan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diinformasikan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diinformasikan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan diinformasikan VC4.
Siapa yang terlibat dalam penentuan jenis pilihan teknologi sarana (sebelum Badan pengelola terbentuk)? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp (VC4.1) Laki (VC4.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan VC5.
Siapa yang terlibat dalam penentuan tingkat pelayanan air bersih? Piihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 20 40 60 80 Skor yang diberikan Perp Laki (VC5.1) (VC5.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan
Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan VC6.
100
Siapa yang terlibat dalam penentuan lokasi sarana air bersih? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yg diberikan Perp Laki (VC6.1) (VC6.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan VC7.
Siapa yang terlibat dalam penentuan komposisi/orang yang tergabung dalam badan pengelola sarana air bersih? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yg diberikan Perp (VC7.1) Laki (VC7.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan
VC8.
Siapa menentukan pengaturan untuk operasi dan pemeliharaan pelayanan air bersih? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC8.1) (VC8.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan VC9.
Siapa yang terlibat dalam penentuan sistem keuangan pelayanan (seperti : waktu pembayaran, pembebasan, penunggakan, cara pengumpulan iuran, penyimpanan uang, dll)? Pilihan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp (VC9.1) Laki (VC9.2)
Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan VC10
Keputusan apa yang diambil oleh masyarakat, perihal keuangan untuk pelayanan air bersih:
VC 11 Siapa yang terlibat dalam penentuan orang yang dilatih? Pilihan Lembaga dari luar desa (proyek, kontraktor, LSM,dsb) Hanya tokoh masyarakat sendiri, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Hanya tokoh laki-laki dan perempuan, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan dan kelompok elit laki-laki, tidak ada oranglain yang diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, kelompok elit dan laki-laki miskin. Perempuan miskin tidak diikutsertakan Tokoh laki-laki dan perempuan, bersama kelompok elit lakilaki dan perempuan, serta masyarakat biasa laki-laki dan perempuan Skor 0 1 2 3 4 5 Konversi ke 0 20 40 60 80 100 Skor yang diberikan Perp Laki (VC11.1) (VC12.2)
VC 12 Jangka waktu diadakan pertemuan masyarakat tentang pengelolaan sarana : (tanyakan kepada pihak perempuan dulu untuk mencari tahu apakah mereka diberi informasi)
VC13
Apakah pertemuan tersebut dilakukan secara rutin atau tidak ? (tanyakan kepada pihak perempuan dulu, lingkari jawaban yang tepat) 5. 6. 7. 8. Tidak pernah/Tidak tahu Kadang kala Sering kali Selalu
VC14 VC15
Siapa yang ikut pertemuan tersebut ? (tanyakan kepada pihak perempuan) Pembagian fungsi & pengambilan keputusan di pertemuan (tanya pada perempuan & laki-laki)
VC 16 Apakah lebih atau berkurang, kehadiran perempuan pada pertemuan masyarakat? Total jumlah perempuan di masyarakat Sebelum Proyek Setelah Proyek Kode VC 16.1 VC 16.2 Jumlah perp yg hadir di pertemuan masyarakat Kode VC 16.3 VC 16.4
VC 17 Apakah lebih atau berkurang, perempuan berbicara pada pertemuan masyarakat? Total jumlah perempuan yang dapat bicara di pertemuan desa Secara bebas Kode Melalui orang lain Kode VC 17.1 VC 17.3 VC 17.2 VC 17.4
Menurut laki-laki
Oleh proyek
Isu-isu Keterwakilan dalam pengambilan keputusan Tindakan yang potensial yang dapat dilakukan Oleh pengguna perempuan
Menurut laki-laki
Oleh proyek
Waktu Selesai
IV.
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN MONITORING KESINAMBUNGAN DAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SARANA AIR BERSIH DAN SANITASI (OUTCOME AND PROCESS MONITORING) 23 TAHAP IV (SETELAH 1 TAHUN KONSTRUKSI)
Disiapkan Oleh :
MITRA SAMYA
Lembaga Studi Partisipasi Dan Demokrasi Institute Study for Research and Democracy
Jl. Sultan Salahudin 17 Tanjung Karang Mataram Lombok NTB Telp./Fax ; 0370-624232, Email ; Mitrasamya@indo.net.id
23
MONITORING TAHAP IV
SETELAH 1 TAHUN KONSTRUKSI
TUJUAN
Mengetahui dampak atau hasil dari kegiatan yang dilakukan TKM dan masyarakat melalui RKM terhadap sarana yang dibangun bersama proyek WSLIC-2. Membantu masyarakat untuk melakukan identifikasi kemungkinan yang akan terjadi jika sistem yang dibangun bermasalah sehingga dapat membuat keputusan untuk mengambil langkah pengamanan agar berkesinambungan. Meninjau kembali kesinambungan sistem yang dibangun, efetifitas penggunaan dan pengelolaannya oleh masyarakat, akses yang diperoleh masyarakat (kelp miskin), pembagian peran masyarakat (L/P, K/M) dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana, konsistensi penggunaan sarana, dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap sarana, termasuk perubahan PHBS.
24
Community Facilitator
1
TUJUAN
KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
Mengklasifikasi penduduk desa kedalam kategori tingkatan ekonomi (seperti kaya, miskin, menengah, dst) menurut kriteria setempat dan sesuai istilah lokal. Klasifikasi ini digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang terlibat dalam diskusi (FGD), pemetaan akses orang miskin dan kaya terhadap sarana air bersih dan sanitasi, fungsi dan pekerjaannya, serta mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi masyarakat, dsb.
BAHAN-BAHAN
Kertas/karton Spidol/alat tulis Kertas Flip chart Batu/benih/kacang
PROSES
1. Mulailah diskusi kelompok (dengan menyertakan perempuan dari masyarakat dan perwakilan setiap lingkungan) tentang bagaimana membedakan rumah tangga dalam penduduk desa. 2. Fasilitator menyediakan kertas kosong dan meminta satu kelompok membuat gambar orang kaya di desa, kelompok lainnya membuat gambar orang menengah dan miskin. Kegiatan ini sekaligus sebagai ice breaking, karena biasanya hasil gambar bisa memecahkan kebekuan. Untuk istilah kaya/miskin/menengah dan lainnya diambil dari istilah lokal agar dapat dimengerti dan diterima. 3. Minta masing-masing kelompok menjelaskan ciri setiap kategori satu persatu. Letakkan jawaban yang muncul di bawah gambar yang sesuai. Akan cukup menolong, jika dimulai dengan kategori kaya, miskin dan selanjutnya menengah. Langkah ini dilanjutkan hingga sekurangnya ada 6 - 7 ciri yang muncul dari setiap kategori. 4. Fasilitator harus menggali keterangan yang rasional atau alasan khusus dari mayarakat di balik ciri-ciri yang muncul. Juga dapat diklarifikasi dengan menayakan kepada setiap KK, Bagaimana kebiasanaan mereka? Bagaimana keadaan sosial ekonomi mereka? 5. Minta kelompok mendistribusikan 100 biji/kerikil (yang menunjukkan total populasi masyarakat) menurut kategori yang muncul dimana jumlah biji akan menunjukan proporsi setiap kategori dalam populasi penduduk. 6. Kemudian kelompok menunjukkan karakteristik dan persentase hasil diskusi dalam lembaran kertas besar sebagai acuan untuk memulai kegiatan selanjutnya yang membutuhkan pengelompokan orang kaya dan miskin.
KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
LEMBAR SKOR DAN KODE
1. 2. 3. Nama Desa : ......................................................................................................................................... Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ........................................................................................................ Proyek : WSLIC-2
4. 5. 6.
Tanggal : ..................................................................................................................................................... Nama Pimpinan Tim : Bpk/Ibu ........................................................................................... Nama Anggota Tim :
Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... Bpk/Ibu ...................................... Asal ............................................................................... 7. 8. 9. Jumlah Peserta Perempuan Yang Hadir : ..................... Orang Jumlah Peserta Anak Perempuan Yang Hadir : ...................... Orang Jumlah Peserta Laki-laki Yang Hadir : ..................... Orang
Waktu Mulai
Aset/ Kepemilikan
Pekerjaan
* Termasuk apabila kepala rumah tangga seorang Perempuan ** Periksa tentang kesehatan, suku dan kelompok agama, kelas sosial
Komposisi Masyarakat Berdasarkan Klasifikasi Kesejahteraan (Dihitung Dari Hasil Pemetaan Sosial Based Line Setelah Diklarifikasi Pada Tahap-3) : Kode P1 P2 P3 P4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga kelompok mampu Jumlah rumah tangga kelompok menengah Jumlah rumah tangga kelompok tidak mampu Jumlah total rumah tangga Pengamatan, Komentar dan Catatan : Jumlah (Rumah atau RT)
Waktu Selesai
Catatan Gambar asli tentang kelas mampu, tidak mampu dan menengah, tetap ditinggal untuk masyarakat
2
TUJUAN
PEMETAAN SOSIAL
Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan sanitasi (tradisional maupun dari proyek tertentu), Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana air bersih Mengetahui dari keluarga sosial apa (kaya, menengah atau miskin) anggota badan pengelola baik laki maupun perempuan yang bekerja dalam bidang pelayanan air bersih, sanitasi dan promosi hidup bersih/sehat, dan Mengetahui siapa yang pernah dan atau akan mendapatkan pelatihan
PROSES
1. Mulailah dengan menjelaskan tujuan kegiatan, kemudian minta kepada kelompok untuk membuat peta desa dengan menggunakan bahan yang diperlukan, terutama bahan-bahan setempat yang dikenal masyarakat dan dapat ditambahkan bahan yang lain 2. Pertama yang harus digambarkan dalam peta adalah batas desa 3. Kemudian tentukan legenda : Bangunan fisik yang penting (sekolah, sarana ibadah, sarana kesehatan serta batas-batasnya) Jalan, gang, lorong, ladang, sawah, hutan, kebun,dll Sumber air, tempat pembuangan limbah Rumah dari klasifikasi masyarakat (kaya, sedang, miskin) 4. Mintalah kelompok untuk menjelaskan : Sarana air bersih dan sanitasi yang ada (beserta akses masyarakat) Letak rumah kader, pengurus air 5. Pastikan untuk menyalin peta kedalam kertas A4 setelah kegiatan ini selesai
Tingkat pendistribusian titik-titik air terhadap semua kebutuhan air bersih, baik laki-laki maupun perempuan, selama satu tahun unytuk pemakain oleh perempuan, laki-laki atau keduanya Keteraturan pelayanan dapat diketahui serta apa pengaruhnya khususnya bagi perempuan
PEMETAAN SOSIAL
LEMBAR KODE DAN SKORING
1. Nama Desa : ... 2. Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : 3. Proyek : WSLIC-2 4. Tanggal : .. 5. Jumlah peserta perempuan : .... 6. Jumlah peserta laki-laki : ..
Waktu Mulai
M2 Jumlah rumah tangga dengan akses rendah* terhadap sarana air bersih Kode M2.1 M2.2 M2.3
*
Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin
Jumlah
M2.4 Total jumlah rumah tangga Jauh dari sarana air dan air sangat kurang
M3 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air bersih Kode M3.1 M3.2 M3.3 M3.4 Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M4 Alasan mengapa rumah tangga tidak menggunakan Layanan Sarana Air Bersih Kode M4.1 M4.2 M4.3 M4.4 Pertanyaan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan teknis Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan keuangan Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena alasan sosial Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan pelayanan karena ada alternatif sumber air lain Jumlah
M5 Jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan sarana air yang ada karena ada sumber alternatif
Pertanyaan Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga
Jumlah
M6S Jumlah rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia Kode M6.1S M6.2S M6.3S M6.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M7S Jumlah rumah tangga yang memiliki dan membangun sendiri sarana sanitasi pribadi yang telah terpasang untuk pembuangan kotoran manusia Kode M7.1S M7.2S M7.3S M7.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
M8S Jumlah rumah tangga tanpa akses terhadap sarana jamban Kode M8.1S M8.2S M8.3S M8.4S Jumlah rumah tangga kaya Jumlah rumah tangga menengah Jumlah rumah tangga miskin Total jumlah rumah tangga Pertanyaan Jumlah
Anggota masyarakat menggunakan analisa pada peta untuk menghitung skor akses
M9 Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang memilki akses baik pada sarana air bersih
Pilihan Kurang dari dan sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
Komentar/Catatan
M9S Proporsi & jenis tingkat kesejahteraan masyarakat yang punya akses terhadap sarana jamban Pilihan Kurang dari , sebagian besar masyarakat mampu Antara dan , sebagian besar menengah ke atas Antara dan dari semua tingkatan masyarakat Lebih dari semua tingkatan masyarakat Semua rumah tangga Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor Pilihan (M9S) Komentar/Catatan
Waktu Selesai
CATATAN :
Pada akhirnya, salinan peta sosial dibuat pada halaman terpisah dan dimasukkan ke dalam folder. Peta asli tetap di masyarakat.
PROSES
1. Lakukan pertemuan dengan anggota badan pengelola, baik dalam satu sesi penuh atau beberapa kali sesi pendek selama tim fasilitator di lokasi, mana yang termudah dilakukan. Hal terpenting yaitu kehadiran beberapa anggota pengurus untuk triangulasi, baik jika anggota perempuan maupun laki-laki turut ambil bagian. Gunakan pilihan kartu (card sorting) atau wawancara terbuka bagi pengelola setempat. Untuk pilihan kartu, anggota pengurus membaca, atau dibacakan pilihan pada kartu. Mereka kemudian memilih kartu yang paling mendekati keadaan di sekitarnya. Fasilitator menempatkan kartu-kartu dalam urutan skala, kemudian grup mendiskusikan pilihan dan skala serta menyetujui skor. Ingat skor lebih tinggi atau lebih rendah (skor diantaranya) adalah mungkin, jika keadaan sesungguhnya dinilai lebih baik atau buruk daripada pilihan yang diambil. Yang penting alasan pilihan peserta harus didokumentasi (catat), mengapa skor tersebut diberikan. Diskusikan skala tersebut agar ada pengertian dua arah dengan rincian yang sesuai keadaan setempat, pendapatpendapat mengenai kemungkinan pengembangan, dst. Catat hal-hal yang relevan dari diskusi tersebut. Gunakan Tabel CM1 dan gambar-gambar klasifikasi kesejahteraan untuk mengisi komposisi organisasi pengelola setempat dengan mempertimbangkan gender dan kelas sosial. Alternatif lain yaitu dengan menggunakan matriks voting. Jika ada lebih dari satu organisasi yang melakukan tugas pengelolaan, contohnya pengurus dan suatu badan, catat keduanya. Diskusikan pola dalam kompo-sisi dan pembagian fungsi. Catat pandangan anggota laki dan perempuan tentang aspek tersebut. Kembalilah pada pilihan kartu/wawancara terbuka untuk aspek lain, gunakan prosedur yang sama seperti sebelumnya. Diskusikan pengalaman pengelola setempat dalam merawat dan memperluas akses rumah tangga terhadap pelayanan. Gunakan peta sosial sebagai bahan rujukan. Diakhir sesi, tanyakan secara terpisah pada anggota perempuan tentang pengalaman mereka sebagai anggota pengurus. Dapatkan juga pandangan dari laki-laki, namun berhati-hatilah karena dapat menciptakan konflik dan malah memperbesar bukan menghilangkan masalah.
2.
3.
4. 5.
6. 7. 8.
Waktu Mulai
CM 1
Fungsi dalam Pengelolaan Skor (Perempuan=1, Laki-laki=0) Skor (Kaya=1, Menengah=2, Miskin=3)
Fungsi dalam Pengelolaan (4) Ketua (5) Sekretaris (6) Bendahara Fungsi lain (Sebutkan) (4) (5) (6) Teknis dan fungsi perawatan Operator 1 Operator 2
CM 1.70 CM 1.80
CM 1.71 CM 1.81
CM 2
Siapa yang mengelola dan memperbaiki sistem? (anggota masyarakat menggunakan hasil Pilihan kartu untuk memberikan skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (CM2)
Lembaga luar saja; masyarakat tidak mempunyai peran Pengelolaan dibagi antara lembaga luar dan masyarakat Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana tidak ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, tetapi harus melalui pemerintahan desa atau lembaga administrasi (untuk perijinan, penyelesaian pekerjaan, dll) dimana telah ada petugas/unit khusus untuk pelayanan air bersih Para pengguna sendiri yang mengelola sistem, dan semua perbaikan dapat dilakukan oleh pengguna baik dengan lembaga swasta atau lembaga pemerintah
CM 3
0 1 2
75 3 100 4
Kesetaraan dalam Pengelolaan (anggota pengelola menggunakan hasil untuk memberikan skor)
Pilihan Tidak ada badan pengelola sarana khusus; keberlangsungan pelayanan air bersih dipegang oleh kantor desa dan tokoh Tokoh setempat Anggota badan pengelola sarana air bersih dan sanitasi semuanya laki-laki, yang mewakili para pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Anggota badan pengelola sarana semuanya laki-laki, yang mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan menengah ke atas Ada badan pengelola sarana khusus yang beranggotakan lebih dari 50% perempuan dan mewakili pengguna dari masyarakat golongan bawah, menengah dan atas CM 4
Skor
Konversi ke 0
25 50 75
2 3
100
Tingkat Perbaikan yang dilakukan oleh Organisasi Pengelola Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM4)
Tidak ada perbaikan yang dilakukan masyarakat; dilakukan oleh lembaga luar atau tidak dilakukan Beberapa perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; tapi tidak untuk perbaikan besar Semua perbaikan ringan dilakukan/dikelola masyarakat; juga beberapa perbaikan besar Semua perbaikan ringan dan berat dilakukan atau dikelola masyarakat
CM 5
Jangka waktu perbaikan saat terjadi kerusakan Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM5)
Lebih dari 4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman 3-4 hari tanpa pelayanan air bersih, dan tidak ada alternatif sumber yang aman Penyediaan air bersih pulih dalam 2 hari tetapi tidak ada alternatif sumber yang aman Sumber alternatif tersedia dalam jangka waktu kerusakan pelayanan Air tersedia kembali pada hari yang sama CM 6 Deskripsi tentang alternatif sumber yang aman (jika ada) :
CM 7
Pelaporan tentang keuangan dan pelaksanaan lainnya Pilihan Skor Konversi ke 0 Skor yg dikonversi (CM7)
Tidak ada pelaporan dan diskusi mengenai pelaksanaan pelayanan dan keuangan Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa, tetapi tidak rutin, dan tidak diumumkan dalam suatu pertemuan dengan seluruh masyarakat Pelaksanaan pelayanan atau keuangan diperiksa secara rutin tetapi tidak disebarluaskan, dan tidak setiap orang dapat mengetahui atau ikut serta Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa pada pertemuan rutin dengan masyarakat, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memberi kemudahan bagi kelompok tidak mampu dan perempuan untuk ikut serta dalam pertemuan; sehingga mereka yang seharusnya ada tidak hadir Pelaksanaan pelayanan dan keuangan diperiksa dan kegiatan periode berikutnya direncanakan menjadi pertemuan rutin yang baik dengan terwakilinya kelompok tidak mampu dan perempuan
25
50
75
100
CM 8
Dilakukan hanya sekali atau kadang-kadang, untuk demi-, pengambilan keputusan tidak efektif Dilakukan rutin; pengambilan keputusan efektif tapi bisa lebih baik, hanya sedikit anggota kunci/penting yang perhatian dan hadir serta berpartisipasi Rutin dan sesering yang diperlukan, pengambilan keputusan sudah efektif tapi bisa lebih baik; kebanyakan anggota hadir dan berpartisipasi Sesering yang diperlukan; seluruh anggota hadir dan berpartisipasi; pengambilan keputusan efektif
25
50
75
100
NB : Pengukuran akuntabilitas dilakukan dalam Pertemuan Grup Terfokus dengan Gender dan Kelas CM 9 Aturan-aturan tentang pengelolaan sarana?25 Pilihan Tidak ada aturan Aturan telah dibuat; tetapi tidak diketahui dan dipatuhi Aturan telah dibuat; tetapi hanya beberapa orang yang mematuhi aturan atau hanya beberapa aturan dipatuhi Aturan telah dibuat; kebanyakan orang sudah mematuhi beberapa aturan atau semua aturan sudah dipatuhi oleh kebanyakan orang Aturan telah dibuat; semua aturan dipatuhi Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (CM9)
CM 10 Keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan Piihan Sama sekali tidak terdapat perempuan dalam badan pengelola air di tingkat masyarakat, atau hanya sekedar tercantum namanya Perempuan menjadi anggota dari badan pengelola air di tingkat masyarakat, tetapi tidak secara teratur mengikuti pertemuan Perempuan menjadi anggota dari badan pengelola air dan ikut pertemuan, tetapi tidak turut serta dalam pengambilan keputusan Skor 0 1 2 Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (CM10)
25
Catat bahwa jika sebagian aturan dipatuhi dan sebagian tidak, skor antara 0 25 dapat diberikan
Perempuan menjadi anggota badan pengelola air, ikut pertemuan dan dapat memberi pengaruh pada keputusan Laki-laki dan perempuan, keduanya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap pengelolaan air pada pertemuan yang diadakan baik tidak maupun dengan masyarakat
3 4
75 100
Analisis Temuan dan Diskusi Pandangan dan permasalahan terhadap : (catat secara terpisah untuk anggota perempuan dan laki-laki jika mereka punya pandangan yang berbeda) Pengelolaan : Pemeliharaan : Perempuan dan kelompok Miskin dalam organisasi : Peningkatan akses/jangkauan : Partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan : Pengembangan apa yang mungkin dilakukan : Oleh mereka? Oleh masyarakat? Oleh proyek?
Waktu Selesai
PROSES
1. Temui para petugas yang bertanggungjawab untuk keuangan dan bersama mengulas buku keuangan dan catatan pembayaran. Berdasarkan ulasan catatan, petugas kemudian memilih skor yang cocok dengan keadaan pada pembiayaan dan kualitas pembukuan, dan berikan skor yang relevan untuk kedua indikator tersebut. 2. Ajak para petugas menggambarkan sistem pembayaran, termasuk pengawasan pembayaran. Diskusikan bagaimana sistem mengakomodir perbedaan kemampuan membayar dari setiap rumah tangga dalam masyarakat 3. Jika rumah tangga miskin memberikan kontribusi yang lebih rendah atau tidak harus membayar, bagaimana mereka dipilih. Juga tanyakan apakah hal tersebut membuat mereka kehilangan suara terhadap pengelolaan pelayanan. (Berikan penilaian terhadap hal ini dalam pertemuan kelompok terfokus nanti). 4. Bantulah para perugas untuk memilih opsi dari dari kartu yang menggambarkan keadaan yang paling cocok. Ingatkan bahwa petugas dapat memberikan skor diantaranya. Dalam kasus ini catat mengapa terdapat skor yang lebih tinggi atau lebih rendah diberikan. 5. Catat skor di dalam lembar kode dan nilai yang relevan dari diskusi. Ucapkan terima kasih
PENGELOLAAN KEUANGAN
LEMBAR KODE DAN SKORING (Dari Interview dengan Badan Pengelola, Ulasan Pembukuan)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. NamaDesa : ......................................................................................................................................... NamaKecamatan/Kabupaten/Propinsi : ......................................................................................... Proyek : WSLIC-2 Tanggal: ............................................................................................................................................... Jumlah peserta perempuan : ............................................................................................................. Posisi dalam organisasi : ................................................................................................................... Jumlah peserta laki-laki : ................................................................................................................... Posisi dalam organisasi : ...................................................................................................................
Waktu Mulai
FIN 1
Tanggung jawab masyarakat terhadap iuran pelayanan air Pilihan Skor 0 1 2 Konversi ke 0 25 50 Skor yg dikonversi (FIN 1)
Lembaga luar yang membiayai semua pelayanan (100% subsidi dari luar) Masyarakat dan Lembaga luar membagi pembiayaan (sebagian subsidi dari luar) Desa yang membiayai, berasal dari pajak yang dibayarkan pengguna dan sumber lainnya (tidak ada subsidi dari luar, tetapi tidak ada iuran dari pengguna secara langsung) Desa dan pengguna membagi pembiayaan (tidak ada subsidi dari luar, dan sebagian langsung dari iuran pengguna) Semua dibiayai oleh keluarga pengguna FIN 2 Kecukupan biaya yang diterima dari iuran para pengguna Pilihan Tidak ada iuran yang diterima dari para pengguna Iuran diterima, tetapi tidak menutupi biaya O&M (operasi dan pemeliharaan) Iuran hanya menutupi biaya O&M tahunan Iuran menutupi biaya O&M tahunan dan perbaikan kerusakan Iuran menutupi seluruh biaya O&M tahunan dan perbaikan kerusakan dan ada sisa
3 4
75 100
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
FIN 3 1. 2. 3. FIN 4
Perencanaan keuangan yang telah dilakukan untuk pelayanan Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (FIN4)
Tidak ada perkiraan biaya (budget) yang dibuat Perkiraan biaya (budget) dibuat satu kali; hanya mencukupi untuk biaya langsung Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, tetapi hanya mencukupi untuk sebagian biaya (tidak semuaseperti pengeluaran pengelola untuk perjalanan, snack, dsb) Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, mencukupi untuk seluruh biaya Perkiraan biaya (budget) dibuat tahunan, mencukupi untuk seluruh biaya termasuk biaya yang tidak hitung FIN 5 Tingkat keterbukaan dalam pembukuan keuangan Pilihan Tidak ada catatan keuangan yang dibuat Catatan keuangan dibuat, tetapi tidak yang terbaru atau tidak lengkap, salah, atau tidak ada pembukuan, dsb Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru dan lengkap, tetapi tidak disebarluaskan kepada umum dan anggota badan pengelola, hanya bendahara yang bisa menjelaskan isian Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru, lengkap dan benar, disebarluaskan kepada umum tetapi hanya bisa dimengerti oleh bendahara dan beberapa anggota masyarakat Catatan keuangan dibuat, berisi catatan terbaru, lengkap dan benar, disebarluaskan kepada umum dan semua anggota masyarakat yang bisa mengerti isian FIN 6 Kesetaraan biaya dalam sistem iuran Pilihan Tidak ada iuran Iuran tidak didasari biaya pelayanan sesungguhnya Iuran disamakan untuk semua, tetapi didasari oleh biaya pelayanan sesungguhnya Iuran didasari oleh jumlah pemakaian air dan biaya pelayanan, pada jumlah yang sama untuk seluruh pengguna Iuran didasarkan dari jumlah pemakaian air dan biaya pelayanan, tetapi jumlah iuran didasari pada kemampuan membayar.
Skor 0 1 2
Konversi ke 0 25 50
75
100
Skor 0 1 2 3 4
Konversi ke 0 25 50 75 100
FIN 7
Pengalaman ketepatan dalam sistem pembayaran Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (FIN7)
Pengguna tidak diminta untuk membayar Pengguna diminta untuk membayar, tapi tidak satupun yang membayar Pengguna harus membayar, tetapi beberapa tidak membayar (kurang dari setengah) Pengguna harus membayar, dan hampir semua membayar (tetapi tidak semua) Pengguna harus membayar, dan semua membayar FIN 8 FIN 9 Apakah si kaya membayar? Jika tidak, alasan: Apakah si miskin membayar? Jika tidak, alasan: 1. YA 2. TIDAK
FIN 10 Adakah alasan lain untuk tidak membayar (sebagai contoh; orang yang memiliki sumber sendiri, atau tidak dapat dicapai karena alasan teknis) : FIN 11 Jumlah pengguna yang tidak membayar Jumlah pengguna seharusnya membayar Jumlah pengguna yang tidak membayar setahun terakhir Analisis temuan dan diskusi Komentar FIN 11.1 FIN 11.2
Oleh petugas keuangan yang bertanggung jawab Oleh masyarakat Oleh proyek
Kesetaraan dalam sistem pembayaran untuk kelom-pok miskin dan kaya (dan dimana memungkinkan bagi perempuan dan laki-laki) Disiplin pembayaran
Waktu Selesai
PROSES
1. Menilai sejarah pelatihan yang pernah diikuti oleh perempuan dan laki-laki dalam kelompok yang berbeda di masyarakat 2. Buatlah sebuah matriks dengan menggunakan gambar seorang perempuan dan laki-laki secara horizontal dan gambar pelatihan secara vertikal. Dengan kelompok yang buta huruf, kegiatan ini sebaiknya dilakukan di tanah sehingga orang bisa membuat gambar di tanah, hasilnya kemudian dipindahkan kedalam kertas catatan, gunakan gambar atau simbol untuk mengganti benih 3. Diskusikan bagaimana peserta mengerti gambar-gambar terhadap kategori pelatihan sehingga mencapai satu persepsi 4. Gunakan benih dengan warna atau bentuk yang berbeda untuk anggota masyarakat dan badan pengelola (jika ada). Ajak peserta untuk menandai seberapa banyak perempuan dan laki-laki dalam badan pengelola dan di dalam masyarakat yang pernah dilatih untuk setiap fungsi. Jika anda memilih untuk melakukan satu persatu dari fungsi, pastikan bahwa perempuan dan laki-laki terlibat secara adil. 5. Diskusikan hasil terhadap aspek gender, kesetaraan dan stereotype apa yang dibutuhkan untuk merubah suatu stereotype yang muncul 6. Gunakan gambar/indikator klasifikasi kesejahteraan, ajak kelompok untuk mempertimbangkan bagi kelompok mana sebaiknya pelatihan diberikan dan masukkan skor TR3 7. Ajaklah kelompok untuk memisahkan benih dalam setiap kotak dalam matriks pada jumlah orang yang pernah dilatih dan masih mempraktikkan dan siap yang tidak. Diskusikan alasan mengapa tidak menggunakan keterampilan. Isi hasilnya pada TR3.1-39 dan TR4 8. Diskusikan hasil dan tools, apakah mereka menyukainya, dan apakah ada reaksi yang menarik dari perempuan dan laki-laki, catat bila ada. 9. Diskusikan hal-hal lain yang menyangkut suara dan pilihan dalam pelatihan dan gunakan kartu skor dengan kelompok untuk mengisi TR 6-9. ucapkan terima kasih pada kelompok .
Waktu Mulai
TR 1 Pelatihan yang diterima sampai saat ini Jenis Program Pelatihan Teknik Manajemen/ Kepemimpinan /Or-mas Manajemen Keuangan/Pembukuan Kesehatan dan Kebersihan * 1. Proyek pemerintah 2. Proyek Donor 3. LSM independen (jika bukan dari pemerintah atau donor) Nama Program Pelatihan Diadakan oleh?* Jumlah orang yang menerima pelatihan Thn Total Laki Perp Kaya Menengah Miskin
TR 2 Keseimbangan gender terhadap jenis pelatihan yang diterima Pilihan Tidak ada yang menerima pelatihan Satu atau lebih laki-laki yang menerima pelatihan Satu atau lebih perempuan yang menerima pelatihan Baik laki dan perempuan menerima pelatihan, tetapi jumlahnya tidak seimbang Ada keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan yg menerima pelatihan Kode Skor Konversi ke 0 1 2 3 0 25 50 75 Skor yg dikonversi untuk setiap topik pelatihan Manajemen/ Manajemen Kesehatan Teknik Kepemimpin- keuangan/ dan an/ Or-mas pembukuan kebersihan
100
TR 2.1
TR 2.2
TR 2.3
TR 2.4
TR 3 Keseimbangan sosial terhadap jenis pelatihan yang diterima Pilihan Tidak ada yang dilatih Pelatihan diberikan hanya pada anggota dari kelompok kaya Pelatihan diberikan pada anggota dari kelompok menengah dan kaya Pelatihan diberikan pada anggota dari golongan bawah dan menengah/atas Pelatihan diberikan sebagian besar pada anggota dari golongan bawah Badan Pengelola (dulu & sekarang) Lk Pr Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TR3)
TR 4 Jumlah orang yang menggunakan keahlian yang didapat dari pelatihan Jenis pelatihan Teknik Manajemen/Kepemimpinan/Or-mas Manajemen Keuangan/ Pembukuan Kesehatan dan Kebersihan * Hanya untuk total TR 5 Alasan mengapa tidak menggunakan ketrampilan yang diperoleh : Perempuan : Laki-laki: Anggota masyarakat (di luar badan pengelola) Lk Pr Total Kode* TR 4.1 TR 4.2 TR 4.3 TR 4.4
TR 6
Apakah masyarakat diberi informasi tentang pelatihan ? Pilihan Skor 0 1 2 3 Konversi ke 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (TR6)
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan tetapi tidak disebarluaskan, dan hanya sedikit orang tertentu yang tahu tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan tetapi tidak disebarluaskan, dan hanya orang kaya dan menengah yang tahu Ada kesempatan untuk pelatihan yang disebarluaskan, dengan usaha khusus untuk memberikan informasi kepada orang miskin tetapi masih beberapa orang miskin tidak tahu Ada kesempatan untuk pelatihan yang disebarluaskan, dengan usaha khusus berulang-ulang untuk memberikan informasi kepada orang miskin, dan semua tahu TR 7 Apakah masyarakat diberi kesempatan untuk ikut pelatihan ? Pilihan Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Ada kesempatan untuk pelatihan, tetapi diambil alih oleh elit desa Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan tetapi informasi yang cukup tidak diberikan kepada masya-rakat (terutama perempuan dan orang miskin) untuk ikut pelatihan Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan dan informasi yang cukup, tetapi tidak ada usaha khusus untuk memudahkan perempuan dan orang miskin untuk ikut pelatihan Semua diberi kesempatan untuk mendaftar untuk pelatihan dan informasi yang cukup, dan ada usaha khusus untuk memudahkan perempuan dan orang miskin untuk ikut pelatihan TR 8 Apakah pelatihan digunakan dengan efektif ? Pilihan
100
Skor 0 1 2
Konversi ke 0 25 50
75
100
Skor
Konversi ke 0 25 50
Tidak ada kesempatan untuk pelatihan atau tidak ada orang yang diberi informasi tentang pelatihan Pelatihan diterima tetapi tidak digunakan Pelatihan yang diterima hanya digunakan oleh sedikit orang, tetapi hanya beberapa yang baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Pelatihan yang diterima digunakan oleh sebagian besar orang, dan kebanyakan baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan Pelatihan yang diterima digunakan oleh semua orang, dan semua baik dalam menggunakan ketrampilan dari pelatihan
0 1 2
3 4
75 100
Untuk laki-laki :
Waktu Selesai
4
TUJUAN
Untuk menilai dan mengalisa kesetaraan dan transparansi kontribusi pengguna saat pembangunan sarana Untuk menilai, mengalisa komposisi dan pengaruh badan pengelola selama pembangunan sarana termasuk keterwakilan gender, kemiskinan dan kontrol mereka saat pelaksanaan
PROSES
1. Pemberian penilaian tentang sejarah pembangunan pelayanan dilakukan perempuan dan laki-laki yang tinggal dalam masyarakat dan tahu sejarah dari pengalamannya. Oleh karena itu penting untuk mengikutsertakan anggota masyarakat dalam penilaian, sebagai contoh perempuan dan laki-laki yang terlibat dalam badan pengelola setempat atau masyarakat yang terlibat dalam pembangunan. 2. Pertama berikan penilaian untuk anggota badan pengelola pada saat pembangunan layanan (jika ada). Beri hasil skor dalam H1. 3. Kelompok kemudian membahas tentang siapa berkontribusi apa pada saat pembangunan. Kontribusi bisa dalam bentuk tenaga (sebagai contoh menggali lubang) dan bahan-bahan setempat serta uang, disamping itu juga bisa berbentuk bahan makanan untuk pekerja dan tukang. Tanyakan bagaimana peserta mengartikan kontribusi laki-laki dan perempuan? Apakah peserta perempuan dan laki-laki mempunyai pengertian yang berbeda tentang kontribusi? Kelompok kemudian memberikan hasil skor dalam H2 dan H3. 4. Kelompok juga menilai apakah sistem kontribusi yang digunakan untuk pembayaran uang tunai dan untuk kontribusi in-kind. 5. Jika kelompok miskin memberikan kontribusi lebih kecil, penting untuk mencari tahu bagaimana keputusan tersebut dibuat; oleh 1 orang, tokoh elit setempat, atau oleh seluruh perempuan dan laki anggota masyarakat. Jika hanya elit yang menentukan variasi kontribusi yang disesuaikan dengan kemampuan membayar, mereka yang memberikan kontribusi lebih besar mungkin akan menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk melakukan kontrol terhadap layanan. (Triangulasi ini nanti pada pertemuan kelompok terfokus). 6. Di beberapa lingkungan masyarakat, perempuan dan laki-laki biasanya memiliki sumber pendapatan masing-masing. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sumber-sumber tersebut, bagaimana pengelolaan pengeluaran rumah tangga dan bagaimana pola kontribusinya untuk pelayanan sarana air dan sanitasi ? 7. Minta kelompok memilih kartu pilihan sesuai dengan kondisi yang paling mendekati
Waktu Mulai
H1 Badan pengelola pada saat pembangunan Skor Fungsi dalam Pengelolaan (Perempuan=1, Laki-laki=0) Ketua Sekretaris Bendahara Fungsi lain (Sebutkan) (4) (5) (6) Teknis dan fungsi perawatan Operator 1 Operator 2 Skor (Kaya=1, Menengah=2, Miskin=3)
H2
Jenis dan divisi kontribusi dari sudut pandang gender dan kemiskinan (anggota masyarakat menggunakan hasil card sorting untuk memberi skor) Skor Konversi ke 0 25 Perempuan Miskin Skor yg dikonversi Laki-laki Perempuan Miskin Kaya Laki-laki Kaya
Tipe Kontribusi
Tidak berkontribusi Satu jenis kontribusi saja (uang, bahan-bahan, atau tenaga) Dua jenis kontribusi Tiga jenis kontribusi Lebih dari tiga jenis kontribusi KODE
0 1
2 3 4
H3
Sistem kontribusi dalam bentuk uang pada saat pembangunan dari rumah tangga/laki-laki dan perempuan dewasa (anggota masyarakat menggunakan hasil card sorting untuk memberi skor) Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yang dikonversi (H 3)
Tidak berkontribusi Pengumpulan dana secara bebas: tidak ada penetapan jumlah dan tidak ada keharusan untuk berkontribusi Semua harus berkontribusi, tetapi jumlahnya terserah pada masing-masing rumah tangga (tidak penting bila kelompok kaya membayar lebih banyak) Semua harus berkontribusi dengan jumlah yang sama Semua harus berkontribusi, tetapi dengan jumlah yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan membayar (dan hal itu disetujui oleh semua bahwa kelompok kaya akan membayar lebih banyak) H4
Sistem kontribusi dalam bentuk in-kind (tenaga, bahan-bahan, makanan, dsb) oleh rumah tangga/laki-laki dan perempuan dewasa Pilihan Skor
0 1 2 3 4
Tidak berkontribusi Tidak ada penetapan jumlah dan tidak ada keharusan untuk berkontribusi Semua harus berkontribusi, tetapi jumlahnya terserah pada masingmasing rumah tangga (tidak penting bila kelompok kaya membayar lebih banyak) Semua harus berkontribusi dengan jumlah yang sama Semua harus berkontribusi, tetapi dengan jumlah yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan membayar (dan hal itu disetujui oleh semua bahwa kelompok kaya akan membayar lebih banyak)
Konversi ke 0
25 50 75 100
H5
Sistem pengawasan kontribusi dari rumah tangga dalam bentuk uang, tenaga dan bahanbahan selama pembangunan sarana Pilihan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (H 5)
Tidak ada pengawasan dan kontrol Kontribusi diawasi, tetapi tidak ada sanksi bagi yang tidak membayar Kontribusi diawasi dan ada sanksi bagi beberapa yang tidak membayar Kontribusi diawasi dan ada sanksi bagi sebagian besar yang tidak membayar (tapi beberapa tidak terkena) Kontribusi diawasi dan ada sanksi bagi semua yang tidak membayar; tidak ada diskriminasi Untuk membedakan tipe hukuman/sanksi H6 H7
Apabila ada masyarakat yang tidak berkontribusi, apa tindakan yang diambil--jika adaapa bentuknya dan dijatuhkan kepada siapa ? Apakah perempuan turut serta dalam pengawasan dan kontrol ? Jika ya, apa yang dilakukan ? 1. Ya 2. Tidak
H8
Tingkat pengawasan/kontrol dalam masyarakat terhadap kualitas rancangan dan kontruksi (anggota masyarakat menggunakan hasil card sorting untuk memberi skor) Pilihan Skor Konversi ke 0 Skor yg dikonversi (H 8)
Badan pengelola ataupun pengguna tidak memiliki kontrol 0 terhadap pelaksanaan; dilakukan oleh badan/orang luar Hanya beberapa tokoh laki-laki tertentu yang memiliki kontrol 1 25 terhadap kualitas rancangan dan konstruksi Hanya beberapa tokoh laki-laki tertentu dan Tokoh masyarakat 2 50 yang memiliki kontrol Tokoh masyarakat, perempuan dan laki-laki memiliki kontrol 3 75 Laki-laki dan perempuan pengguna sarana terlibat penuh dalam 4 100 memastikan kualitas rancangan dan konstruksi H 9 Contoh para pengguna/anggota badan pengelola melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan : Perempuan : Laki-laki : Analisis Temuan dan Diskusi Apa pandangan anggota badan pengelola laki-laki dan perempuan atas skor pada : Kesetaraan dalam kontribusi, termasuk oleh perempuan dan kelompok miskin : Monitoring dan kontrol terhadap kontribusi dari dalam (dari sumbangan rumah tangga) : Monitoring dan kontrol terhadap pengerjaan oleh pihak luar (kontraktor, instansi lain) : Peranan perempuan dalam monitoring : Apa pengembangan yang mungkin dilakukan : - Oleh mereka? Oleh masyarakat? Oleh proyek?
Waktu Selesai
5
TUJUAN
Untuk menilai dan mengalisa pembagian kerja, jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dibayar maupun tidak. Berkaitan dengan pelayanan sarana antara perempuan dan laki-laki serta kaya dan miskin
PROSES
1. Kegiatan ini dilakukan dengan kelompok diskusi terfokus laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin 2. Minta kelompok menentukan tugas/pekerjaan yang berhubungan dengan sarana air yang ada. Peserta menulis setiap macam pekerjaan pada sebuah kartu. Peserta dengan kemampuan baca tulis rendah dapat membuat gambar dari pekerjaan atau tugas yang berkaitan dengan konstruksi, pemeliharaan dan managemen sarana yang telah dibangun. 3. Kelompok tersebut kemudian mendiskusikannya dimana pekerjaan yang membutuhkan keahlian/pelatihan (seperti pengelolaan adminatrasi keuangan, menarik iuran dan memimpin rapat yang merupakan pekerjaan dnegan status tinggi) dan pekerjaan yang tidak membujtuhkan ketrampilan atau keahlian/ berstatus rendah. 4. Tunjukan gambar-gambar yang berkaitan dengan pembangunan dan pemeliharaan sarana. Jika kelompok diskusi tidak setuju dengan arti sebuah gambar sisihkan gambar tersebut. Sebaliknya jika ada ide kelompok yang belum ditunjukkan oleh gambar maka buatlah gambar tersebut atau tulis di kertas baru. 5. Gunakan potongan kertas berwarna, batu, biji-bijian atau bahan local lainnya, kemudian pesretamenandakan pekerjaanyang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, serta pekerjaan yang dibayar dan tidak dibayar. Juga tentukan waktu dan frekuensi yang dibutuhkan untuk masing-masing pekerjaan. 6. Bantu kelompok untuk mendiskusikan temuan dan hasil dari pertemuan.
Waktu Mulai
DIV 10 Keseimbangan beban kerja antara perempuan, laki-laki, kaya dan miskin selama masa pelaksanaan pemeliharaan sarana Pilihan Perempuan miskin hanya melakukan pekerjaan berstatus rendah (tanpa ketrampilan). Semua pekerjaan dengan status tinggi (perlu ketrampilan) dilakukan laki-laki menengah ke atas/kaya Pekerjaan dengan ketrampilan hanya dikerjakan laki-laki (baik kaya maupun miskin), sedangkan perempuan meng-erjakan pekerjaan yang tidak membutuhkan ketrampilan Pekerjaan dengan ketrampilan dilakukan laki-laki (kaya dan miskin) dan perempuan berpendidikan, sedangkan perempu-an miskin melaksanakan pekerjaan tanpa ketrampilan Baik laki-laki dan perempuan dari tingkat sosio-ekonomi tinggi dan rendah melakukan pekerjaan dengan ketrampilan Pekerjaan dengan ketrampilan maupun tanpa ketrampilan dibagi secara seimbang antara laki-laki dan perempuan dari semua tingkatan sosio-ekonomi Skor 0 Konversi ke 0 Skor yg dikonversi (DIV 10)
25
50
3 4
75 100
DIV 11 Keseimbangan dalam pembayaran upah kerja (dalam bentuk uang, in-kind, dll) selama pengoperasian Pilihan Tak ada pekerjaan yang dibayar, atau jika ada, pekerjaan tersebut untuk laki-laki yang mampu; perempuan miskin melakukan pekerjaan yang bersifat sukarela Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh laki-laki (baik mampu maupun miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela Pekerjaan dengan upah dilakukan oleh laki-laki (baik mampu maupun miskin) dan oleh perempuan berpendidikan, sedangkan perempuan miskin tidak melakukan atau hanya melakukan pekerjaan sukarela untuk sarana air dan sanitasi Baik laki-laki dan perempuan dari kelompok sosial-ekonomi rendah dan tinggi melakukan pekerjaan yang dibayar Pekerjaan dengan dan tanpa bayaran dibagi secara seimbang antara laki dan perempuan dari semua tingkatan ekonomi Analisis temuan dan diskusi Kesetaraan dalam pembagian kerja dan remunerasi Berdasarkan gender : Skor 0 Konversi ke 0 Skor yg diberikan (DIV 11)
25
50
3 4
75 100
Oleh proyek :
Waktu Selesai
TRANSECT WALKS 6.1. PENGELOLAAN SUMBER AIR 6.2. PENILAIAN TINGKAT KUALITAS KERJA 6.3. PENILAIAN PELAYANAN SARANA
TUJUAN
Untuk memeriksa ulang informasi pada peta yang dibuat oleh masyarakat Untuk menentukan seberapa jauh sarana air bersih dan sanitasi yang ada telah dibangun, dipelihara dan dikelola dengan baik di masyarakat Untuk tujuan monitoring dan evaluasi proyek kegiatan ini akan memfokuskan hanya pada sarana dan sistem yang disediakan oleh proyek Untuk tujuan perencanaan dan perancangan, kegiatan ini sebaiknya melihat pada sarana dan sistem yang ada yang digunakan oleh segmen kaya dan miskin di masyarakat
26
Perhatikan bahwa dalam MPA keberfungsian dinilai pada musim hujan dan kemarau secara terpisah. Suatu kualitas sarana air yang baik akan memberikan cukup air yang berkualitas guna kebutuhan domestik bahkan pada musim kemarau.
TRANSECT WALKS
6.1. PENGELOLAAN SUMBER AIR
LEMBAR KODE DAN SKORING (Dari Pengamatan dengan Checklist)
Nama Desa : . Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : . Proyek : WSLIC-2 Tanggal : .. Jumlah peserta perempuan : . Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut) Jumlah peserta laki-laki : .. Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut)
Waktu Mulai
SM 1.2 Jenis kontaminasi pada sumber air 1 (jika ada pemeriksaan air) Pilihan Air tidak cocok untuk dikonsumsi manusia Air terkontaminasi dengan bahan kimia dan kotoran manusia dalam konsentrasi yang rendah, sebaiknya tidak diminum kalau mungkin Terkontaminasi dengan bahan kimia untuk pertanian dan kotoran hewan, tetapi masih bisa untuk diminum Hanya kontaminasi biasa dan bisa diminum Tidak ada kontaminasi bahkan debu dan daun Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100
Waktu Selesai
TRANSECT WALKS
6.2. PENILAIAN TINGKAT KUALITAS KERJA
LEMBAR KODE DAN SKORING (Dari Pengamatan, Penilaian oleh Pengguna)
1. 2. 3. 4. 5. Nama Desa : . Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : . Proyek : WSLIC-2 Tanggal : ... Jumlah peserta perempuan : . Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut) Jumlah peserta laki-laki : ... Campuran kelompok menengah ke atas dan miskin: Ya Tidak, kaya/menengah/miskin (lingkari yang ikut)
6. 7.
8.
Waktu Dimulai
Lembar terpisah diisi untuk tiap bagian utama sistem perpipaan, atau titik sumber indvidual - seperti sumur, pompa tangan WR 1 Jenis pengerjaan Pilihan Sistem air bersih perpipaan Sarana penangkap air Bak pengendap Bak atau menara penampung air Titik sarana pengambilan air Lainnya Sumur terbuka Pompa tangan pada sumur bor Kode Kode yg relevan (WR 1)
IW ST ESR WP W HP
WR 2 WR 3
Nomor sarana air pada peta sosial masyarakat Apakah sistem berfungsi ? 1. Ya 2. Tidak
WR 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. WR5
Pendapat pengguna mengenai kualitas rancangan bangunan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) Puas Tidak puas
Penjelasan/ jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap rancangan) 1. Perempuan 2. 3. Laki-laki 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Tenaga ahli
WR 6
Kualitas rancangan menurut kelompok Jumlah kesalahan Skor 0 25 50 75 100 Skor yang diberikan Perempuan (WR 6.1) Skor yang diberikan Lakilaki (WR6.2)
WR 7 Kesalahan utama dalam perancangan/perencanaan (menurut tenaga ahli) Pilihan Kesalahan utama dalam perancangan/perencanaan, sistem tidak berfungsi (seperti kesalahan penghitungan hidrolis) Kesalahan utama, sistem bekerja tetapi membutuhkan perbaikan yang besar/mahal Kesalahan kecil yang mengganggu sistem Satu kesalahan kecil yang memberikan dampak yang rendah pada sistem Tidak ada kesalahan dalam perancangan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (WR7)
Skor
Konversi ke 0 25 50 75
Banyak terdapat sambungan liar dibandingkan rancangan aslinya, buruknya tekanan pada sistem Banyak terdapat sambungan legal tetapi lebih banyak dari rancangan, turunnya tekanan air dalam sistem Konstruksi sesuai dengan rancangan, tidak ada penambahan sambungan, ada penurunan tekanan saat sistem mulai usang Tidak ada penambahan sambungan, walau tanpa pompa sistem masih berjalan dengan baik, tidak ada penurunan tekanan pada sistem Ada penambahan sambungan, ada pengembangan sistem , sistem masih berjalan baik WR9
0 1 2 3
100
Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap ketidaksesuaian perancangan) 1. Perempuan 2. 3. Laki-laki 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Tenaga ahli
WR 10 Kualitas bahan-bahan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) 1. 2. 3. 4. 5. 6. WR 11 Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap bahan) Perempuan Laki-laki Tenaga ahli 1. 2. 1. 2. 1. 2. Puas Tidak puas
WR 12 Kualitas bahan-bahan menurut kelompok Jumlah kesalahan >5 4 5 2 3 1 0 Kesalahan = ketidakpuasan Skor 0 25 50 75 100 Skor yg diberikan perempuan (WR 12.1) Skor yg diberikan Lakilaki (WR 12.2)
WR 13 Kualitas terhadap pengerjaan (menurut pengguna) Pertimbangan aspek (maks 6) 1. 2. 3. 4. 5. 6. WR14 Penjelasan/jenis kesalahan yang disebutkan oleh perempuan, laki-laki, tenaga ahli (apa saja ketidakpuasan terhadap pengerjaan) Perempuan 1. 2. 3. Laki-laki 1. 2. 3. Tenaga ahli 1. 2. 3. WR 15 Kualitas pengerjaan menurut kelompok Jumlah kesalahan >5 4 5 2 3 1 0 Kesalahan = ketidakpuasan Skor 0 25 50 75 100 Skor yg diberikan perempuan (WR 15.1) Skor yg diberikan laki-laki (WR 15.2) Puas Tidak puas
WR 16 Pengamatan kondisi drainase menurut tim dan pengguna Pilihan Tidak ada drainase air kotor di sarana umum (atau pribadi), ada genangan air atau air juga mengalir ke jalan Ada drainase tetapi rancangannya buruk, rusak atau mampet, ada genangan air atau air juga mengalir ke jalan Ada drainase, tetapi air masih tertampung dalam kolam (tidak mengalir) dan sedikit mengalir ke jalan, sebelum mengering Ada drainase, rancangannya baik, dibersihkan secara rutin dan berfungsi dengan baik, tidak ada genangan air dalam waktu lama Ada drainase, rancangannya baik, dibersihkan secara rutin dan berfungsi dengan baik, tidak ada genangan sama sekali WR 17 Adakah jadwal untuk membersihkan drainase ? Skor 0 1 2 3 4 Skor yg Konversi ke dikonversi (WR 16) 0 25 50 75 100
Analisis temuan dan kesimpulan 1) Apakah perbedaan penilaian antara laki-laki dan perempuan ? Mengapa ?
2)
3)
Waktu Selesai
WR18S Kualitas konstruksi, O&M, dan penggunaan jamban rumah tangga (sebagaimana dinilai dan didiskusikan bersama dengan pengguna rumahtangga) Skor 1= ya/ada, 0=tidak/tidak ada 1. Jamban berfungsi dengan baik 2. Jamban digunakan untuk BAB 3. Kloset/dudukan dibuat dengan baik 4. Kualitas pengerjaan sarana 5. Sumur penampung kotoran dengan jarak aman >7m & tidak mencemari sumber air 6. Jamban diluar rumah memberikan privasi untuk pengguna 7. Ada penutup pada lubang baik kering atau dengan air 8. Tidak ada feses di lantai/dinding/dudukan 9. Ada air dan sabun/ penggantinya di jamban atau dekat (buktikan penggunaan untuk mencuci tangan) 10. Tidak ada kotoran manusia (khususnya anak-anak) di halaman, ditimbunan sampah, di saluran air TOTAL SKOR Jamban yang dibangun oleh proyek 1 2 3 4 5 6 Jamban yang dibangun yang lain* 1 2 3 4 5 6
* Pilih contoh yang dibutuhkan, sehingga bisa dibandingkan antara jamban pribadi dan jamban yang dibangun oleh proyek sebelumnya, untuk menilai perubahan dan penggunaannya. Jumlah titik harus disesuaikan dengan jumlah total sampel. Apa kekurangan yang ada pada sarana jamban :
WR19S Kualitas konstruksi, O&M, dan penggunaan jamban pada Sekolah Skor 1= ya/ada, 0=tidak/tidak ada 1. 2. 3. 4. 5. Jamban berfungsi dengan baik Jamban digunakan utk BAB Kloset/dudukan dibuat dengan baik Kualitas pengerjaan Sumur penampung kotoran dengan jarak aman >7m dan tidak mencemari sumber air 6. Jamban diluar rumah memberikan privasi untuk pengguna 7. Ada penutup pada lubang baik kering atau dengan air 8. Tidak ada feses di lantai/dinding/dudukan 9. Ada air dan sabun/penggantinya di jamban atau dekat (buktikan penggunaan untuk mencuci tangan) 10. Tidak ada kotoran manusia (khususnya anak-anak) di halaman, ditimbunan sampah, di saluran air Total Skor WR20S Seberapa besar kegunaan dan fungsi jamban yang dimiliki (dari rating scale perorangan) Pengguna Jamban Skor (cm) % skor (titik pilihan (cm) 2) 1 2 3 4 5 6 Jamban dibangun proyek yang lalu Sekolah 1 Sekolah 2 Jamban dibangun setelah proyek yang lalu selesai Sekolah 1 Sekolah 2
TRANSECT WALKS
6.3. PENILAIAN PELAYANAN OLEH KELOMPOK PENGGUNA PEREMPUAN & LAKI-LAKI
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Rating Scale)
1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Desa : ................... Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ............ Proyek : WSLIC-2 Tanggal : ....................... Jumlah peserta perempuan : ................. Jumlah peserta laki-laki : ...................
Waktu Dimulai
ISI PADA LEMBAR TERPISAH UNTUK SETIAP TITIK SARANA AIR YANG DIKUNJUNGI
TW 1 Nomor titik sarana pada peta: Jumlah titik air pada peta TW 2 Jenis lokasi Kode 1 2 3 Kode 1 2 3 Miskin Campuran Kaya Pilihan Air tidak pernah sulit Kadang-kadang air sulit Air selalu sulit Kode yg relevan (TW3) Pilihan Kode yg relevan (TW2)
TW 3 Jenis daerah
TW 4 Pemenuhan jumlah air pada titik sarana air di musim kemarau (skor dari pengguna) Skor aktual Jumlah Perempuan/skor Jumlah laki-laki/skor Skor hasil konsensus Perempuan Laki-laki TW 4.1 TW 4.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
TW 4.3 Alasan untuk nilai konsensus, atau sebaliknya, di antara perempuan: TW 4.4 Alasan untuk nilai konsensus, atau sebaliknya, di antara laki-laki:
TW 5
Pemenuhan kualitas air pada titik sarana air di musim hujan (skor dari pengguna) Skor aktual 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jumlah perempuan/skor Jumlah laki-laki/skor Skor hasil konsensus Perempuan Laki-laki TW 5.1 TW 5.2
TW 6 Penggunaan domestik yang dirasakan perempuan airnya tidak cukup Pilihan Minum dan memasak Minum, memasak dan mencuci piring Minum, memasak dan mencuci piring dan baju Minum, memasak dan mencuci piring dan baju serta kebersihan pribadi Minum, memasak dan mencuci piring dan baju serta kebersihan pribadi, memberi minum ternak dan menyiram tanaman TW 7 Kecukupan air untuk kebutuhan rumah tangga Pilihan Air tidak cukup untuk minum Air hanya cukup untuk minum Air hanya cukup untuk minum, masak, dan mencuci piring Air hanya cukup untuk minum, masak, mencuci piring dan pakaian, dan mandi Air cukup untuk semua kebutuhan dan juga persediaan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW7) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW7)
TW 8 Periode waktu kekurangan air untuk kebutuhan rumah tangga Jumlah bulan dalam setahun ketika kuantitas air tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga dari laki-laki dan perempuan Kode
(TW8)
TW 9 Jumlah hari dimana tidak ada air pada titik air di musim kemarau (TW9) Jumlah bulan di musim kemarau Jumlah hari dimana tidak ada air pada sumber air selama bulan tersebut TW 10 Jumlah hari dimana tidak ada air pada titik air di musim hujan (TW10) Jumlah bulan di musim hujan Jumlah hari dimana tidak ada air pada sumber air selama bulan tersebut TW 11 Kualitas air pada titik air di musim kemarau Pilihan Keluhan terjadi pada semua faktor (bau, rasa, warna, kekeruhan) Keluhan untuk dua faktor, kecuali kaporit/klorin Keluhan untuk satu faktor (sebagai contoh bau), kecuali kaporit/klorin Hanya keluhan kecil (pemberian kaporit/klorin) Tidak ada keluhan mengenai bau, rasa, warna, dan kekeruhan TW 12 Kualitas air pada titik air di musim hujan Pilihan Keluhan terjadi pada semua faktor (bau, rasa, warna, tampilan) Keluhan untuk dua faktor, kecuali tawas Keluhan untuk satu faktor (sebagai contoh bau), kecuali tawas Hanya keluhan kecil (pemberian tawas) Tidak ada keluhan mengenai bau, rasa, warna, dan tampilan Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 13) Skor yg dikonversi (TW 12) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 11)
TW 13 Kesadaran pengguna terhadap sarana air yang telah diperiksa kualitasnya Pilihan Air tidak pernah diperiksa Air diperiksa pada permulaan saja atau kadang-kadang, tetapi banyak pengguna tidak tahu hasilnya Diperiksa secara kadang-kadang, tetapi banyak pengguna tahu hasilnya Diperiksa secara berkala, dan banyak pengguna tahu hasilnya Diperiksa secara rutin, semua pengguna tahu hasilnya Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100
TW 14 Drainase dan kebersihan disekeliling titik air di musim kemarau Pilihan Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur dan daerah sekitarnya berlumpur Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering setelah keran/pompa air digunakan Ada saluran, tetapi tetap ada genangan air yang tidak tersalur ketika keran/pompa air digunakan, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering Ada saluran, tidak ada genangan air tetapi daerah sekitarnya masih berlumpur Ada saluran, tidak ada genangan air, atau daerah sekitarnya tidak berlumpur TW 15 Drainase dan kebersihan disekeliling titik air di musim hujan Pilihan Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur dan daerah sekitarnya berlumpur Tidak ada saluran, ada genangan air yang tidak tersalur, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering setelah keran/pompa air digunakan Ada saluran, tetapi tetap ada genangan air yang tidak tersalur ketika keran/pompa air digunakan, daerah sekitarnya yang berlumpur cepat mengering Ada saluran, tidak ada genangan air tetapi daerah sekitarnya masih berlumpur Ada saluran, tidak ada genangan air, atau daerah sekitarnya tidak berlumpur TW 16 Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (TW 15) Skor 0 1 Konversi ke 0 25 Skor yg dikonversi (TW 14)
50
3 4
75 100
50
3 4
75 100
Apakah perempuan punya pengaruh dalam penentuan waktu mengambil/mengantri untuk air pada titik air ? 1. YA 2. TIDAK Beri contoh (baik positif atau negatif): ........ ........ ........ ........ ........ ........
TW 18 Keteraturan penyediaan air di musim hujan Pilihan Tidak pernah ada air pada titik sarana air Air keluar tidak tentu Air keluar sekali dalam sehari Air keluar sekali lebih dari sehari Air selalu tersedia pada sistem perpipaan TW 19 Adakah kebocoran air pada keran ? Pilihan Bocor terus menerus Banyak kebocoran kadang-kadang Selalu ada kebocoran tetapi sedikit Sedikit kebocoran kadang-kadang Tidak ada kebocoran sama sekali TW 20 Perkiraan penyediaan air dari keran di musim kemarau Pilihan Penyediaan air tidak dapat diperkirakan, tidak diketahui kapan air ada atau tidak Penyediaan air diketahui setiap hari, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan air diketahui baik siang/ malam, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan biasanya di jadwal, tetapi tidak selalu Penyediaan selalu di jadwal atau selalu ada Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 20) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 19) Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 18)
TW 21 Perkiraan penyediaan air dari keran di musim hujan Pilihan Penyediaan air tidak dapat diperkirakan, tidak diketahui kapan air ada atau tidak Penyediaan air diketahui setiap hari, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan air diketahui baik siang/ malam, tetapi waktu tepatnya tidak dapat dipastikan Penyediaan biasanya di jadwal, tetapi tidak selalu Penyediaan selalu di jadwal atau selalu ada Skor 0 1 2 3 4 Konversi ke 0 25 50 75 100 Skor yg dikonversi (TW 21)
Menurut laki-laki :
Waktu Selesai
7
TUJUAN
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN
Mempelajari/mengetahui dan memahami pola atau perubahan dalam perilaku untuk mengambil keputusan, memilih cara-cara yang berkaitan dengan kebiasaan pemakaian sumber air dan tempat untuk buang air besar (BAB)
PROSES :
1. Tunjukan gambar-gambar yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan penggunaan air bersih dan tempat untuk BAB 2. Tanyakan apa dan bagaimana keadaan di daerah mereka, kemudian dipilih gambar yang sesuai dengan kondisi setempat, pasang secara horizontal 3. Pasang gambar jenis penggunaan air bersih (minum/masak, mandi/cuci dan keperluan lain) atau untuk sanitasi (kakek, nenek, bapak, ibu, anak-anak serta bayi) secara vertikal 4. Tempatkan amplop di masing-masing pilihan 5. Masukan tanda suara untuk memperlihatkan bagaimana menggunakannya. Pemberian suara dilakukan seorang demi seorang. Akhirnya setelah semua peserta memasukan pilihan, mintalah peserta menghitung hasil pilihan. Lakukan ini semua dihadapan semua orang agar dapat terlihat kebenarannya 6. Pastikan mereka dapat memberikan suara sesuai dengan keadaan mereka masing-masing 7. Buat dalam chart dan letakkan sedemikian rupa, hingga orang bisa membahas hasil yang diperoleh 8. Fasilitatsikan diskusi kelompok mengenai : Apa yang telah diperlihatkan oleh kantung suara Apakah hasil tersebut menggambarkan kemajuan Bagaimana hasil ini jika dibandingkan dengan rencana yang dibuat oleh kelompok
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
(KANTONG SUARA SAB/S)
LEMBAR KODE DAN SKORING
(Dari Kantung Suara)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Desa : ........ Nama Kecamatan/Kabupaten/Propinsi : ..... Proyek : WSLIC-2 Tanggal : .......... Jumlah rumah tangga pengguna yang mewakili cluster pada titik air : ... Jumlah peserta perempuan dalam diskusi : ...... Jumlah peserta laki-laki dalam diskusi : .....
Waktu Dimulai
Jumlah Ttitik Air Pada Peta EU 1 Jenis Lokasi Pilihan Kelompok Miskin Campuran Kelompok Kaya Pilihan Air tidak pernah sulit Air kadang sulit Air selalu sulit Kode Relevan (EU 2) Kode Relevan (EU 1)
Kode 1 2 3 EU 2 Kode 1 2 3 EU 4
Jenis Daerah
Jumlah rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih untuk minum dan memasak sepanjang tahun Kelompok kaya Skor Konversi ke 0 1 2 3 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (EU 4.1) Pilihan Kelompok miskin Skor Konversi ke 0 1 2 3 0 25 50 75 Skor yg dikonversi (EU 4.2)
Pilihan Kurang dari Antara - Antara - Lebih dari , tetapi belum semua Semua
100
Kurang dari Antara - Antara - Lebih dari , tetapi belum semua Semua
100
EU 5S Pola penggunaan jamban yang aman Skor yg dikonversi Pilihan Skor Konversi ke 0 25 Perempuan muda + remaja Lakilaki muda + remaja Perempuan tua Lakilaki Tua Anakanak (5 12 th) Bayi + * Balita
BAB di sembarang 0 tempat 1 Kurang dari masy selalu memakai jamban 2 masy selalu memakai jamban 3 > tetapi belum semua selalu memakai jamban Semua selalu 4 memakai jamban Kode * Feses dibuang oleh ibu/lainnya
50 75
Analisis temuan dan diskusi ISU-ISU Pandangan terhadap ketidakmampuan mengganti air minum yang aman oleh kelompok pengguna tertentu Tindakan yang potensial untuk dilakukan Oleh pengguna perempuan : Oleh pengguna laki-laki : Oleh badan pengelola : Oleh proyek Pandangan terhadap ketidakmampuan mengganti tempat buang air besar oleh kelompok pengguna tertentu Tindakan yang potensial untuk dilakukan Oleh pengguna perempuan : Oleh pengguna laki-laki : Oleh badan pengelola : MENURUT PEREMPUAN MENURUT LAKI-LAKI
Oleh proyek: Pandangan terhadap ketidakmampuan mengadopsi sarana cuci tangan yang aman pada waktu yang penting Tindakan yang potensial untuk dilakukan Oleh pengguna perempuan : Oleh pengguna laki-laki : Oleh badan pengelola : Oleh proyek:
Waktu Selesai
8
TUJUAN :
Untuk menilai keberadaan permintaan para pengguna yang terlayani dan sejauh mana mereka mempertimbangkan kesesuaian manfaat terhadap biaya yang telah mereka keluarkan. Kegiatan tersebut dilakukan secara terpisah dengan masyarakat laki-laki dan perempuan
PROSES :
1. Memulai diskusi mengenai layanan mempengaruhikehidupan masyarakat. Apakah terdapat manfaat atau dampak negatyif yang masyarakat rasakan dari layanan dan selama pembangunan? Manfaat yang dirasakan masyarakat ditulis pada kartu atau kertas plano. Sementara kegiatan berjalan, pastikan untuk meminta masyarakat memikirkan kemungkinan manfaat yang diterima selama mereka terlibat pada proses pembangunan sarana, juga dirasakan saat terlibat dalam pengelolaan, pemeliharaan atau kegiatan yang berjaitan dengan hygiene. Kelompok manfaat-manfaat yang sama pada satu kelompok. 2. Setiap kelompok diminta memberikan nilai pada manfaat tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan memberikan skor pada setiap manfaat antara 10 (skor tertinggi) dan 0 (skor terendah). Setelah selesai, urutkan kartu manfaat mulai dari skor yang tertinggi ke skor yang terendah dan anggota tim membantu menghitung jumlah skor actual terhadap skor maksimum yang mungkin (jumlah manfaat dikali 10). Misal, jika para pengguna menyebutkan 10 manfaat, maka skor maksimum yang mungkin 10 dikali 10, yaitu 100. Skor actual merupakan jumlah nilai manfaat sebagai persentase terhadap 100. 3. Masyarakat kemudian diminta untuk melihat nilai manfaat tadi., tetapi sekarang mendiskusikan kesesuaian manfaat dengan kontibusi mereka seperti dalam bentuk iuran, waktu, usaha dan hal lain yang mereka berikan untuk kesinambungan layanan. Dengan kata lain jika ada hal yang mereka rasa kontribusi yang mereka berikan lebih besar daripada manfaat yang diterima, mereka dapat mengurangi skornya (minimal 0) .Dan jika manfaat tertentu yang dirasakan lebih besar daripada kontribusi yang mereka berikan maka tambahkan skornya hingga mencapai skormaksimal 10 (bila ada manfaat yang memiliki skor 10, dan dirasakan manfaatnya lebih besar dari kontribusi yang diberikan tandai dengan +1). Anggota tim membantu menghitung kembali skor total sebagai presentase terhadap skor maksimum yang mungkin. 4. Hasil akhirnya bandingkan presentase manfaat dengan presentase manfaat yang dibandingkan dengan kontribusi yang dikeluarkan. Bila terjadi kenaikan maka dapat disimpulkan masyarkat merasakan manfaat yang lebih besar daripara kontribusi yang mereka keluarkan seperti iuran, waktu, usaha dan lain-lain. Sebaliknya bnila terjadi penurunan presentase berarti manfaat yang dirasakan masyarakat lebih kecil daripada kontribusi yang mereka keluarkan.
Waktu Dimulai
NO 1 2 3 4 5 6 Skor Maksimum Total Skor Aktual Presentase Skor Manfaat Yang Dirasakan Nilai Manfaat (0-10) Nilai Thd Biaya (010)
Analisis Temuan dan Kesimpulan Pandangan pada dampak praktis proyek bagi : Perempuan : Laki-laki : Anak perempuan : Anak laki-laki : Kelompok miskin : Pandangan pada dampak strategis proyek bagi : Perempuan : Laki-laki : Anak perempuan : Anak laki-laki : Kelompok miskin :
Waktu Selesai
No
Miskin Pr Mix Lk
Kaya Pr Mix
Lk Pr Mix Lk Pr Mix SM1.1 SM1.2 SM2 WR6.1 WR6.2 WR7 WR8 WR12.1 WR12.2 WR15.1 WR15.2 WR16 WR20.1S WR20.2S TW 1 TW 21, dibuat dalam lembar tersendiri EU4.1 EU4.2 EU5.1S EU5.2S EU5.3S EU5.4S EU5.5S EU5.6S H2.1 H2.2 H2.3 H2.4 H3 H4 H5 H8
VC11.1
Kelompok Diskusi No Kode Skoring Lk VC2.2 VC2.3 VC2.4 VC3.1 VC3.2 VC3.3 VC3.4 VC4.1 VC4.2 VC4.3 VC4.4 VC5.1 VC5.2 VC5.3 VC5.4 VC6.1 VC6.2 VC6.3 VC6.4 VC7.1 VC7.2 VC7.3 VC7.4 VC8.1 VC8.2 VC8.3 VC8.4 VC9.1 VC9.2 VC9.3 VC9.4 Miskin Pr Mix Lk Kaya Pr Mix Lainny No a Kode Skoring Lk VC11.2 VC11.3 VC11.4 DIV10.1 DIV10.2 DIV10.3 DIV10.4 DIV11.1 DIV11.2 DIV11.3 DIV11.4 TR2
Teknik Kepemimpina n Keuangan Kesehatan
g. Tingkat pendidikan dan fasilitas pendidikan. h. Fasilitas kesehatan dan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan.
Analisis akses masyarakat terhadap sarana sanitasi dari skor M9S. (Peta Sosial dan Transect Walks)
b. Efektifitas penggunaan sarana sanitasi dan pola perilaku buang air besar Uraian tentang pola perilaku buang air besar/penggunaan sarana sanitasi dari proses tool kantung suara sanitasi (Tabel/matriks pocket voting sarana sanitasi dan analisis skor EU5S). Diuraikan dari hasil isian checklist evaluasi PHBS. Gambaran tentang pola penggunaan sarana sanitasi dari masyarakat pada saat ini. (Efektifitas Penggunaan Sarana Sanitasi) c. Tingkat kepuasan terhadap sarana sanitasi Uraian analisis terhadap kualitas sarana sanitasi baik pribadi maupun institusi/umum (dari skor WR18S dan WR19S), serta tingkat kepuasaan pengguna terhadap fungsi sarana sanitasi (skor WR20S). Uraian tiap titik sarana sanitasi yang diamati, seperti siapa yang membangun, biaya yang dibutuhkan, keberfungsiannya, dsb. (Transect Walks dan Rating Scale Sarana Sanitasi)
d. Sejarah dan trend analysis dampak pembangunan sarana air bersih dan sanitasi
Waktu Mulai
SH-1 Faktor-faktor penting dari lembaga dalam menciptakan suatu pelayanan yang dimanfaatkan dan berkesinambungan. Faktor Staf Sosial Staf Teknis Perwakilan Masyarakat Pr Lk Pr Lk Pr Lk Faktor Positif (Mendukung, memecahkan masalah) Faktor Negatif (Menghambat, menambah masalah)
SH-2 Strategi lembaga/organisasi untuk proyek air bersih/sanitasi Masyarakat Perempuan SH 2.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH2.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH2.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH2.4 Perempuan SH2.5 Teknis Laki-laki SH2.6
SH-3 Tingkat ketanggapan terhadap kebutuhan (demand responsive) pada strategi lembaga/organisasi atau proyek Masyarakat Perempuan SH 3.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 3.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 3.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 3.4 Perempuan SH 3.5 Teknis Laki-laki SH 3.6
SH-4 Strategi proyek atau lembaga/organisasi pada adanya pengelolaan masyarakat Masyarakat Perempuan SH 4.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 4.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 4.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 4.4 Perempuan SH 4.5 Teknis Laki-laki SH 4.6
Analisis Temuan dan Diskusi Diskusi tentang apa hasil skoring dari ketiga topik tersebut. Apakah kelompok dan individu memiliki perbedaan atau setuju? Jika Ya, mengapa? Apa hasil dari diskusi untuk setiap topik ? 1. Alasan untuk tidak menyetujui (atau menyetujui) tentang sasaran proyek? 2. Apakah hasil dari diskusi? 3. Alasan untuk tidak menyetujui (atau menyetujui) tentang pilihan yang diinformasikan? 4. Apakah hasil dari diskusi? 5. Alasan untuk tidak menyetujui (atau menyetujui) tentang pengelolaan sarana? 6. Apakah hasil dari diskusi?
SH-5 Pendekatan proyek dari lembaga terhadap partisipasi orang miskin Masyarakat Perempuan SH 5.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 5.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 5.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 5.4 Perempuan SH 5.5 Teknis Laki-laki SH 5.6
SH-6 Pendekatan proyek dari lembaga terhadap perempuan dan gender Masyarakat Perempuan SH 6.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 6.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 6.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 6.4 Perempuan SH 6.5 Teknis Laki-laki SH 6.6
SH-7 Cara-cara lembaga/organisasi/proyek mengumpulkan dan melaporkan data proyek Masyarakat Perempuan SH 7.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 7.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 7.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 7.4 Perempuan SH 7.5 Teknis Laki-laki SH 7.6
Analisis Temuan dan Diskusi Diskusikan tentang apa hasil skoring tentang masyarakat miskin dan gender. Apakah kelompok dan individu memiliki perbedaan pendapat atau menyetujui? Jika Ya, mengapa? Apa hasil dari diskusi untuk setiap topik ? 1. Alasan untuk tidak menyetujui (atau menyetujui) tentang fokus proyek terhadap masyarakat miskin? 2. Apakah hasil dari diskusi? 3. Alasan untuk tidak menyetujui (atau menyetujui) tentang fokus proyek pada perempuan/gender? 4. Apakah hasil dari diskusi? 5. Alasan untuk tidak menyetujui (atau menyetujui) tentang pengumpulan dan pelaporan data? 6. Apakah hasil dari diskusi? SH-8 Keahlian dari pekerja/petugas lapangan Masyarakat Perempuan SH 8.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 8.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 8.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 8.4 Perempuan SH 8.5 Teknis Laki-laki SH 8.6
SH-9 Cara yang dilakukan staf sosial dan teknis bekerja di lapangan Masyarakat Perempuan SH 9.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 9.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 9.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 9.4 Perempuan SH 9.5 Teknis Laki-laki SH 9.6
SH-10 Jenis/tipe pelatihan yang telah diberikan kepada staf proyek Masyarakat Perempuan SH 10.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 10.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 10.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 10.4 Perempuan SH 10.5 Teknis Laki-laki SH 10.6
SH-11 Adakah pelatihan tentang gender yang pernah diberikan? 1. TIDAK 2. YA, untuk staf sosial (berikan sebulan/berbulan-bulan atau setahun/bertahun-tahun) 3. YA, untuk staf sosial dan teknis (diberikan sebulan/berbulan-bulan atau setahun/ ber tahun-tahun). SH-12 Kegunaan dan dampak pelatihan (Pelatihan tentang ...) Masyarakat Perempuan SH 12.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 12.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 12.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 12.4 Perempuan SH 12.5 Teknis Laki-laki SH 12.6
SH-13 Apa masalah yang dihadapi dari pelatihan yang telah diterima sejauh ini?
SH15 Apa tindakan yang diambil untuk memperkuat pelatihan dan dampaknya? Analisis Temuan dan Diskusi tentang Pelatihan Kesimpulan dari analisis hasil pertemuan?
SH-16 Sikap dan kebiasaan manajemen dalam pelaksanaan proyek terhadap isu perempuan/gender Masyarakat Perempuan SH 16.1 Skor pilihan Laki-laki SH 16.2
Alasan
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 16.3 Skor pilihan Laki-laki SH 16.4 Perempuan SH 16.5 Teknis Laki-laki SH 16.6
Alasan
SH-17 Langkah-langkah/tindakan yang diambil oleh pengelola untuk menunjukkan isu perempuan/gender:
SH-18 Sikap manajemen/pengelola proyek untuk mengembangkan pendekatanpendekatan baru Masyarakat Perempuan SH 18.1 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 18.2
Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 18.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 18.4 Perempuan SH 18.5 Teknis Laki-laki SH 18.6
SH-19 Contoh-contoh belajar dari percobaan? SH-20 Kemungkinan staf proyek untuk memonitor/mengawasi dan mendukung pelayanan sarana yang sudah selesai secara menyeluruh. Masyarakat Perempuan SH 20.1 Skor pilihan Alasan Staf Lembaga Sosial Perempuan SH 20.3 Skor pilihan Alasan Laki-laki SH 20.4 Perempuan SH 20.5 Teknis Laki-laki SH 20.6 Laki-laki SH 20.2
Analisis Hasil Temuan 1. Analisis temuan pada dukungan terhadap pendekatan-pendekatan yang inovatif : Kesimpulan dari tindakan/kegiatan yang diperlukan?
2. Analisis temuan pada dukungan terhadap pendekatan gender: Kesimpulan dari tindakan/kegiatan yang diperlukan?
3. Analisis temuan sebagai pelajaran selanjutnya, dukungan dan monitoring: Kesimpulan dari tindakan yang diperlukan?
Waktu Selesai
SH 2.1
SH2 .2
SH2 .3
SH2 .4
SH2 .5
SH 2.6
SH3
Proyek menentukan semua hal/segala nya; masyarakat pengguna, teknologi, tingkat layanan, dll Proyek hanya memberikan satu pilihan pada masyarakat/pengguna; ikut serta atau tidak Proyek memungkinkan masyarakat/ pengguna untuk memilih pilihan/opsi yang diinginkan dan dapat dilaku-kan; tetapi tidak ada penyediaan laya-nan khusus untuk kelompok miskin Proyek memungkinkan masyarakat/ pengguna untuk memilih pilihan/opsi yang diinginkan & dapat dilakukan; dan ada penyediaan layanan khusus untuk kelompok miskin. Kode SCORE KESEPAKATAN/ PILIHAN
SH 3.1
SH3 .2
SH3 .3
SH3 .4
SH3 .5
SH 3.6
SH-5 Pendekatan proyek dari lembaga/organisasi thd adanya partisipasi kelompok masyarakat miskin
Pilihan Proyek tidak menyebutkan kelompok miskin secara khusus dalam dokumen proyek Proyek menyebutkan kelompok miskin pada kebijakan proyek dan strategi dokumen namun hanya sebagai penerima keuntungan pasif atau kelompok sasaran/target. Proyek mendukung kelompok miskin untuk ikut serta secara aktif dalam proyek, namun tidak memahami kebutuhan mereka secara khusus. Proyek mendukung kelompok miskin untuk berpartisipasi secara aktif dalam proyek, mempermudah keikutsertaan mereka guna mengetahui kebutuhan mereka secara khusus, tetapi tidak bertujuan mencegah kelompok kaya untuk menggunakan kekuatan mereka terhadap kelompok miskin. Proyek mendukung kelompok miskin untuk berpartisipasi secara aktif dalam proyek, mempermudah keikutsertaan mereka untuk mengetahui kebutuhan mereka secara khusus, dan bertujuan untuk mencegah kelompok kaya dari penggunaan kekuasaan mereka terhadap kelompok miskin. Kode SCORE KESEPEKATAN/PILIHAN Skor Jumlah Suara Staf Lembaga Masyarakat Sosial Teknis Pr Lk Pr Lk Pr Lk
0 25
50
75
100
SH 5.1
SH5 .2
SH5 .3
SH5 .4
SH5 .5
SH 5.6
0 25
50
75
25
50 75
0 25
50
75
*Lingkari keahlian khusus yang ada SH-9 Cara yang dilakukan staf sosial dan teknis bekerja di lapangan
Pilihan Para petugas tidak berasal dari multi-disiplin ilmu, mereka hanya staf teknis ATAU staf sosial saja. Terdapat staf sosial dan teknis, tetapi mereka bekerja sendirisendiri. Terdapat beberapa staf sosial dan teknis yang bekerja sama, tetapi tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk bekerjasama (tidak ada sistiem organisai yang mendukung). Terdapat staf sosial dan teknis, yang menyadari keterbatasan disiplin ilmu mereka dan butuh untuk bekerjasama dalam tim dengan anggota lainnya dari disiplin ilmu lainnya, tetapi merasa bahwa mereka tidak cukup menggunakan pendekatan dasar kelompok. Terdapat staf sosial dan teknis, kedua kategori ini menyadari keterbatasan disiplin ilmu mereka dan mereka butuh untuk bekerjasama dalam kelompok dari disiplin ilmu lainnya, dan mereka merasa bahwa mereka melakukannya tugas tersebut dengan efektif. Kode SCORE KESEPAKATAN/PILIHAN Skor Jumlah Suara Staf Lembaga Masyarakat Sosial Teknis Pr Lk Pr Lk Pr Lk
0 25 50
75
0 25 50 75
100 SH 10. 1 SH1 0.2 SH1 0.3 SH1 0.4 SH1 0.5 SH 10.6
SCORE KESEPAKATAN/PILIHAN
0 25 50 75 100 SH1 2.1 SH1 2.2 SH1 2.3 SH1 2.4 SH1 2.5 SH 12.6
SH-16 Sikap dan kebiasaan manajemen dalam pelaksanaan proyek terhadap isu perempuan/gender
Pilihan Pengelola/manajemen proyek tidak peduli akan pentingnya partisipasi perempuan dalam proyek air bersih/ sanitasi. Pengelola/manajemen proyek mengetahui tetapi tidak mempertimbangkan bahwa hal tersebut cukup penting untuk dilakukan (contoh : upah layanan). Pengelola/manajemen proyek, peduli dan mengambil tindakan untuk melibatkan perempuan, tetapi hanya dalam tingkat terbatas (contoh: hanya sekedar datang). Pengelola/manajemen proyek peduli dan menempatkan masalah perempuan secara sistematis, tetapi tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya (contoh: lebih banyak tanggungjawab berarti lebih banyak pekerjaan). Pengelola/manajemen proyek peduli pada kesetaraan peran antara perempuan dan laki-laki dalam berbagi pengaruh, kekuasaan dan beban kerja dalam proyek. Secara teratur mengulas kembali situasi untuk meningkatkan hal tersebut. Kode SCORE KESEPAKATAN/PILIHAN Skor Masyaraka t Pr Lk Jumlah Suara Staf Lembaga Sosial Teknis Pr Lk Pr Lk
0 25
50
75
100 SH1 6.1 SH1 6.2 SH1 6.3 SH1 6.4 SH1 6.5 SH 16.6
25
50
75
100 SH1 8.1 SH1 8.2 SH1 8.3 SH1 8.4 SH1 8.5 SH 18.6
SH-20 Kemungkinan staf proyek untuk memonitor/mengawasi dan mendukung pelayanan sarana yang sudah selesai secara menyeluruh.
Pilihan Lembaga/organisasi tidak pernah mengunjungi masyarakat untuk pendampingan dan monitoring/mengawasi setelah pelayanan berakhir. Kadang-kadang lembaga/organisasi mengadakan monitoring/ pendampingan masyarakat secara penuh tetapi ini adalah keputusan sepihak. Organisai/lembaga mungkin sewaktu-waktu mengadakan monitoring/ pendampingan masyarakat secara penuh atau masyarakat dapat meminta untuk itu, tetapi tidak dapat dipastikan kapan kunjungan tersebut dilaksanakan. Staf proyek menyediakan dukungan tindaklanjut secara rutin & ada pen-dampingan masyarakat secara penuh Staf proyek menyediakan dukungan tindaklanjut secara rutin dan ada pendampingan masyarakat secara penuh, dan bila ada kebutuhan mendesak, masyarakat dapat meminta pendampingan khusus. Kode SCORE KESEPAKATAN/PILIHAN Skor Masyaraka t Pr Lk Jumlah Suara Staf Lembaga Sosial Teknis Pr Lk Pr Lk
25
50 75
100 SH2 0.1 SH2 0.2 SH2 0.3 SH2 0.4 SH2 0.5 SH 20.6
BAHAN BACAAN
MPA-PHAST
KONSEP KESINAMBUNGAN
Tujuan akhir dari semua proyek sarana air bersih dan sanitasi adalah tercapainya peningkatan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah. Untuk dapat mencapai tujuan itu diperlukan pelayanan SAB/S yang berkesinambungan dan dapat memuaskan sebagian besar pengguna termasuk mereka yang berpenghasilan rendah. Program dapat memuaskan apabila ada manfaatnya. Dan terlihat efektif, karena dari penggunaan SAB/S yang terjadi, sebagian besar masyarakat memiliki akses (paling tidak 80%) dan berkesinambungan. Pelayanan yang bersinambungan dan penggunaan yang effektif disebut sebagai variabel tidak bebas (dependent) dan keduanya hanya akan terjadi kalau ada tiga variabel bebas (independent) yang ada kaitannya satu sama lain. Yaitu program tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan ini bisa terjadi kalau dari awal para pengguna dilibatkan dalam perencanaan untuk memberikan suara dan mempunyai hak pilih. Berikutnya adanya kesetaraan dalam pengelolaan sarana dan berbagi beban kerja dan manfaat Dan adanya partisipasi masyarakat dalam berkontribusi, pengawasan pada pelaksanaan proyek, dan berbagi tanggung jawab secara transparan. Semua itu dapat terjadi bila didukung oleh sistem dan lingkungan kelembagaan proyek yang sensitif kemiskinan dan kesetaraan gender, dan memiliki akuntabilitas terhadap masyarakat pengguna dan ada sektor kebijakan yang memperkuat dukungan kelembagaan tersebut (Mukherjee, Nilanjana dan Christin Van Wijk. 2003) Deepa Narayan, 1993 mengartikan kesinambungan sebagai : Sustainability is the capacity to maintain service and benefits, both at community and agency levels, without detrimental effects on the environment, even after "special assistance" (managerial, financial andtechnical) has been phased out. (Sebuah kapasitas untuk melakukan pemeliharan sarana dan manfaat yang dilakukan baik ditingkat masyarakat maupun agency tanpa menggang lingkungan, sekalipun bimbingan dari proram sudah selesai). Dijelaskan pula bahwa kesinambungan dapat dicapai melalui pengembangan kapasitas dan kemampuan diri dalam masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Narayan, Deepa (1993 : 27) ada cara untuk melihat dan menilai kemampuan memecahkan masalah tersebut. Pertama, melalui ukuran statis dari keluasan sarana yang berfungsi pada sautu waktu. Misalnya apakah jamban atau pompa air berfungsi pada saat ini? Apakah tenaga kerja dan keuangan di atur secara efektif?. Kedua, melalui indikator yang lebih dinamis. Indikator yang dimaksud difokuskan pada kemampuan memecahkan masalah termasuk kemampuan mengorganisasikan dan memobilisasi sumberdaya, mangambil inisiatif, memperkirakan sendiri,menyelesaikan konflik dan membangkit pengetahuan dan sistem administrasi. Indikator dinamis ini juga termasuk peningkatan kepercayaan diri, kompetensi, kebanggaan dan orientasi masa depan.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa untuk memastikan kesinambungan sebuah sarana air bersih dan sanitasi dapat dilihat dari kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan sarana air bersih/sanitasi yang ada, artinya mereka dapat mengelola, mengoperasikan dan memelihara sarana tersebut dengan baik. Mukherje, Nilanjana, 2001 menjelaskan bahwa yang disebut dengan Suatu pelayanan yang berkesinambungan secara efektif adalah sarana yang dapat secara teratur dan handal menyediakan cukup air bersih dengan kualitas yang dapat diterima, dari sudut pandang pengguna seperti halnya oleh otoritas, paling tidak untuk kegunaan domestik. Kegunaan domestik mencakup air bersih untuk minum, memasak, kebersihan pribadi, mencuci baju, membersihkan, dan produksi domestik skala kecil (menanam sayuran dan memelihara ternak). Kerusakan jarang terjadi dan perbaikan cepat dilakukan (dalam 48 jam) serta keuangan setempat menutupi setidaknya biaya yang dibutuhkan secara teratur untuk operasional, pemeliharaan dan perbaikan. Suatu pelayanan yang digunakan secara efektif adalah kombinasi dari persentase rumah tangga dengan kemudahan akses terhadap sarana air bersih yang telah dibangun, persentase tersebut selalu menggunakan sarana air bersih yang telah dibangun paling tidak untuk minum, dan penggunaan sistem sarana air bersih yang ramah lingkungan (ada drainase dan tidak ada air yang menggenang). Untuk mengevaluasi kesinambungan sebuah sarana air bersih/sanitasi ada lima indikator kunci yang perlu diperhatikan baik ditingkat masyarakat maupun tingkat perencana program (Narayan, Deepa, 1993). Kelima indikator tersebut adalah : 1. Kualitas sistem, meliputi kualitas sumber air, jumlah pekerja, dan jenis pemeliharaannya. 2. Pengembangan kapasitas manusia, meliputi kemampuan manajemen, pengetahuan dan ketrampilan, serta kepercayaan pada diri sendiri. 3. Kemampuan lembaga lokal meliputi otonomi, dukungan pemimpin, dan sistem untuk belajar dan memecahkan masalah. 4. Pembagian unit biaya meliputi kontribusi masyarakat, kontribusi pemerintah dan besarnya unit cost 5. Kolaborasi antar organisasi meliputi kegiatan perencanaan dan implementasi Sedangkan Mukherjee, Nilanjana, 2001 menyebutkan bahwa ada lima faktor yang perlu diperhatikan untuk melihat dan menilai kesinambungan sebuah sarana air bersih dan sanitasi, yaitu : 1. Kesinambungan Teknis Mencakup kepada berfungsinya secara benar dan dapat diandalkan terhadap teknologi serta pelayanan sitim air bersih dan dapat memberikan pelayanan dengan jumlah air yang memadai secara kontinu dengan kualitas air yang memenuhi standar kesahatan. Equity/Kesetaraan mencakup pelayanan diberikan kepada
seluruh kelompok masyarakat dengan prioritas orang miskin. Pemenuhan untuk tercapainya faktor kesinambungan teknis sbb: Perencanaan yang baik sesuai dengan standar-standar teknis Pemilihan tenaga-tenaga pelaksana yang mampu dan terampil untuk pelaksanaan Pelaksanaan yang baik sesuai kuantitas clan kualitas yang direncanakan Operasi dan pemeliharaan 2. Kesinambungan Financial Sistem hanya dapat berfungsi bila sumber pendanaan/financial paling tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk operasional, pemeliharaan dan perbaikan. Equity/kesetaraan berhubungan dengan siapa yang akan menjadi sumber pendanaan, bagaiamana secara adil asal sumber pendanaan ini akan ditanggung secara bersama diantara para pemanfaat yang mempunyai tingkat kesejahteraan yang berbeda. 3. Kesinambungan Kelembagaan Apakah dalam proses pembentukan badan pengelola telah memperhatikan kesetaraan gender dan pelibatan kelompok miskin, serta mewujudkan nilainilai demokrasi dan transparansi. Kelembagaan yang ada harus mempunyai karakteristik lokal, aturan dan akuntabilitas. Equity/kesetaraan mempertimbangkan suara semua golongan, terutama masyarakat miskin dan wanita didalam organisasi yang akan mengelola dan mengkontrol sistem. Selain itu dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan juga harus melibatkan kelompok miskin dan kesetaraan gender, baik dalam menentukan jenis pelatihan maupun peserta pelatihan. 4. Kesinambungan Sosial Pemanfaat akan mendukung kesinambungan sistem bila harapan mereka dapat terpenuhi, ini berarti bahwa pelayanan yang ada harus mudah mereka akses, yang mana pemanfaat diberikan pilihan untuk teknologi pelayanan sesuai dengan kemampuan pembiayaan, budaya dan tata cara keseharian. Aspek equity/kesetaraan melihat bagaimana keuntungan dari pemanfaatan sistem dapat dibagi secara adil sesuai dengan perbedaan kondisi sosio-ekonomi, gender dan kemisikinan. 5. Kesinambungan Lingkungan Sumber air akan menghadapi banyak ancaman, seperti terlalu besarnya penyadapan, kontaminasi, penggundulan hutan, dan fasilitas/sarana air bersih dan sanitasi sendiri juga akan menjadikan ancaman terhadap lingkungan seperti tidak tersedianya drainase yang memadai sehingga minimbulkan genangan yang memungkinkan tempat berkembang biaknya serangga pembawa penyakit seperti malaria dsb. Halhal tersebut diatas yang harus diperhatikan untuk dilaksanakan atau dihindari. Aspek equity/kesetaraan mencakup pembagian tanggung jawab secara adil diantara
pemanfaat untuk melindungi sumber air dan lingkungan. Demand atau yang membutuhkan adalah orang-orang/kelompok masyarakat yang terdiri dari laki-laki, perempuan, kaya dan miskin yang mempunyai kemauan untuk mengeluarkan pembiayaan baik in-cash dan in-kind untuk pembangunan, operasi, pemeliharaan dan pengelolaan pelayanan sesuai dengan sistem pelayanan dan teknologi sarana yang mereka pilih. Sedang tanggap/reponsiveness demand adalah memberikan pilihan-pilihan atau memungkinkan kelompok masyarakat untuk memilih berapa besar air yang akan digunakan, teknologi dan tingkat pelayanan dengan didasari pengertian bahwa setiap pilihan disertai kesanggupan yang harus dilaksanakan sesuai dengan pilihan. Antara satu aspek dengan aspek yang lain dari kelima aspek diatas saling terkait dan mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Hal ini berarti ini menjamin kesinambungan sebuah sarana air bersih dan sanitasi, tidak dapat hanya melihat pada satu aspek saja tertapi harus secara overal atau menyeluruh. Bila hubungan tersebut digambarkan maka akan terbentuk hubungan seperti pentagon kesinambungan.
kelembagaan
sosial
teknologi
keuangan
Lingk.
Pelayanan SABS yang berkesinambungan adalah : Sarana yang yang dapat secara teratur dan handal menyediakan cukup air bersih dengan kualitas yang dapat diterima, sehingga pengguna mendapatkan kepuasaan yang tinggi dan bersedia untuk menggunakan dan memelihara sarana Secara teknis kerusakan jarang terjadi dan perbaikan cepat dilakukan, serta keuangan setempat menutupi setidaknya biaya yang dibutuhkan secara
teratur untuk operasional, pemeliharaan dan perbaikan Rumah tangga atau sebagian besar masyarakat selalu menggunakan sab minimal untuk minum dan penggunaannya ramah lingkungan (ada drainase dan tidak ada air yang menggenang Secara sosial, masyarakat menerima teknologi sab/s dan digunakan untuk menunjang serta memperoleh manfaat kesehatan atau tingkat perubahan kebiasaan penggunaan sab serta melestarikan lingkungan
Mukherje, Nilanja, 2001 menjelaskan bahwa pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan memberikan jenis sarana yang komunitas dan pengguna inginkan, bersedia untuk membayarnya, dan dapat dikelola dan pelihara. Dalam menawarkan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan, lembaga yang terkait harus menemukan dari berbagai kelompok yang berbeda apa yang mereka inginkan dan siap untuk membayarnya. Lembaga yang terkait perfu untuk menawarkan beberapa opsi, sehingga semua dapat memilih jenis sarana yang sesuai dengan kebutuhannya, dapat mereka sanggupi untuk dibayar, dan dalam kapasitas mereka untuk memelihara. Semakin suatu sarana sesuai dengan keinginan pengguna, tampaknya semakin pelayana tersebut akan memberikan manfaat yang diharapkan oleh kelompok pengguna, dan kemudian pengguna akan menginginkan pelayanan untuk terus berfungsi. Oleh karena itu, semakin tanggap terhadap kebutuhan suatu pelayanan atau semakin suara dan pilihan (serta kontrol) dimiliki oleh komunitas dan pengguna dalam seluruh aspek proses pembangunan sarana, tampaknya semakin terpelihara sarana tersebut sepanjang waktu.
WASPOLA 7 WA SPO LA 20 0 07
Tahapannya
Data Komunitas FGD
Tinjauan Pengelolaan Pelayanan Efektifitas Penggunaan SAB Efektifitas penggunaan S Sanitasi Alur penularan Penyakit dan Blocking Pemilihan opsi air bersih Opsi Air Bersih Pleno persetujuan opsi + kesepakatan kontribusi + diskusi dan kesepakatan pembiyaan OM
Opsi PHBS
Klasifikasi kesejahteraan
Opsi Sanitasi
RTA
Transect Walk
A lur sejarah pengembangan Sar ana A ir Alur Sarana Air Ber sih dan Sanit asi , sert a Kesehat an Bersih ( Timeline)
U nt uk Unt
memper oleh inf or masi t ent ang infor pengalaman yang lalu ber k ait an dengan sar ana air bersih dan sanit asi U nt uk mendorong Unt masyarak at melihat bagaimana bant uan dar i luar dari dit anggapi pada masa lalu , hasil bant uan t er sebut dan pengalaman mer ek a t ent ang merek k egiat an yang mer upak an merupak inisiat if merek a sendiri
2 . Analisis Situasi
dan I dentifikasi M asalah
M emerik sa ulang
menganalisa pola dan per ilak u masyarak at perilak dari k elompok k aya dan misk in, in, per empuan dan lak iperempuan ilak i yang berk ait an dengan k ebiasaan pemak aian sumber air ber sih, , ser t a halbersih sert hal hal yang perlu unt uk dit ingk at k an. an.
menganali sa menganalisa pembagian k er ja, erj a, jenis pek er jaan erj aan dan pek erjaan er jaan yang dibayar maupun t idak . Ber k ait an dengan pelayanan sar ana ant ara per empuan dan lak i -lak i ser t a k aya dan misk in. i n. Sebagai alat k ajian ulang bagi data dat a dar i t ool s lain. ools
dan menganalisa ak ses ( k emudahan unt uk mendapat k an k esempat an) an) dari perempuan dan k elompok misk mi sk in t erhadap inf ormasi t ent ang pengambilan k eput usan U nt uk meningk at k an part isipasi masyarak at dalam proses pengambi lan pengambil an k eput usan pada wak t u perencanaan dan perancangan proyek .
3 . Pemilihan O psi
dan
Penilaian Kebutuhan Pelatihan
efek t if dan seber apa seberapa suk ar / mudah t indak an penghambat alur penular an penyak it dan t indak an perubahan per ilak peri lak u bagi k esehat an unt uk dilak uk an. an. Unt uk mengident ifik i fik asi k esenj angan penget ahuan di ant ara perempuan per empuan, , lak l ak i - lak i , dan anak - anak di masyarak masyar ak at , sehingga dapat di k et ahui r encana yang t epat dalam progr am perubahan program per ubahan peri lak u hidup bersih dan sehat . Unt uk memper oleh pr ogram ogr am promosi k esehat an yang diingink an oleh masyarak at yang ak an di masuk k an dalam Rencana Ker ja M asyarak at .
M enyepak at i opsi
t er pilih unt uk menyelesaik an masalah air, air , sanit asi dan per ilak u hidup perilak ber sih dan sehat yang ak an dibawa k edalam penyusunan Rencana Kerja M asyar ak at , asyarak t er masuk per hit ungan perhit biayanya
O psi Pembiayaan
Unt uk
merencanak an pilihan dari dar i sist em pembiayaan yang ak an dilak uk an dalam pengoperasian dan pemelihar aan sar sarana ana Unt uk meningk at k an k esadar an di ant ara ar a masyar ak at bahwa pilihan unt uk membiayai sarana harus secar a set ar a diput usk an oleh selur uh anggot a masyar ak at ( perempuan, per empuan, lak iilak i dari dar i k elompok k aya dan misk in) in)
Penyusunan RKM
Berdasark Ber dasark an
dat a dasar , per masalahan permasalahan yang dihadapi , pot ensi yang dimilik i, i, pilihan opsi yang disepak at i ser t a opsi sert pembiayaan, pembiayaan, disusunlah Rencana Ker ja Kerja M asyarak at
Pert Per t emuan Pleno M asyarak at unt uk membahas DED dan RKM
M enyepak at i
draft Rencana Kerja M asyarak at , yang t elah disusun lengk ap dengan Det ail Engineering Design lengk ap dengan Rencana A nggaran Anggaran Biayanya
Terima kasih .
2. Pelayanan-pelayanan yang lebih menawarkan akses kepada kelompokkelompok masyarakat (baik keluarga miskin maupun keluarga yang lebih berkecukupan) perempuan clan juga laki-laki, serta kelompok-kelompok lain yang kurang beruntung secara setara/sama. Kesetaraan yang lebih besar juga berarti bahwa beban clan biaya yang terkait dengan pembangunan dan pemeliharaan serta manfaat yang diperoleh para pemakai akan bertanggungjawab bersama diantara kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan yang lebih besar telah menjadi tujuan pembangunan di Indonesia. Pendekatan sensitive gender dan sensitive kemiskinan merupakan jalan untuk pelayanan yang lebih setara serta lebih berkesinambungan clan dilaksanakan secara efektif. Beberapa contoh hasil dari pendekatan sensitive gender dan sensitive kemiskinan dari studi global: o Ketika perempuan mempunyai suara dan pilihan dalam jenis teknologi dan pemeliharaannya, maka pengawasan setempat clan juga pemulihan/pengembalian biayanya ternyata lebih berhasil. Kesetaraan pada permulaan proyek bagi perempuan dan orang miskin ternyata punya korelasi yang signifikan dengan permintaan pemakai dalam jumlah besar (yakni sumbangan pemakai alam bentuk cash/tunai clan atau sejenisnya dalam pembangunan). o Ketika kelompok perempuan clan laki-laki miskin turut menyumbang dalam pembangunan semua pelayanan, maka ternyata sumbangan mereka sering kali berjumlah lebih tinggi disbanding sumbangan keluarga-keluarga kelas menengah dan atas, dan sumbangan itu tidak tercermin dalam pemakaian air bersih, termasuk untuk keperluan yang bersifat produktif dalam rumah tangga. o Memberikan perempuan kesempatan bersuara dalam memilih lokasi fasilitas sangat signifikan/penting bila dikaitkan dengan akses yang lebih baik clan pemakaian suplai air yang lebih baik dan perlindungan yang lebih baik dari sumber air. Perencanaan pemeliharaan setempat yang sensitive gender ternyata punya korelasi yang signifikan dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi clan berulangkali. o Dalam studi selama ini terbukti bahwa perempuan kurang terwakili dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan, begitu juga dalam pelatihan dan dalam pekerjaan (yang dibayar). Namun ketika perempuan clan orang miskin terwakili dalam organisasi pengelolaan setempat maka semakin besar proporsi rumah tangga yang dapat akses pada pelayanan air bersih. Ketidaksetaraan dalam suara, pilihan dan akses mempunyai dampak negatif terhadap posisi perempuan dan keluarga miskin serta berdampak juga terhadap derajat keefektifan penggunaan pelayanan air bersih dan fasilitas-fasilitas penyehatan lingkungan. Kurang akses dalam penggunaan air bersih ditambah dengan perilaku hidup sehat yang tidak memadai menyebabkan penyebaran/penularan penyakit yang terkait dengan air bersih dan sanitasi cepat dan berjangkit.
Kenyataan, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air ini sejauh ini merupakan penyebab tingginya tingkat kesakitan dan kematian, baik di tingkat rumah tangga, komunitas maupun secara keseluruhan di tingkat nasional. Barulah ketika seluruh anggota masyarakat atau sekurang-kurangnya wakil dari tiaptiap komponen masyarakat, kaya, miskin, laki-laki dan perempuan memperolah manfaat dari layanan yang memadai, terlihat adanya tanda-tanda menurunnya prevalensi penularan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air.
Dalam hal pengelolaan, kesinambungan akan tercapai/ terjadi bila ada Kesetaraan Gender dan Kemiskinan (INCLUSIVE)
SEHINGGA.! !!!!
Pendekatan partisipatori yang dianut Proyek AMPL didasarkan pada prinsip Demand Responsive Approach dan Kesetaraan Gender serta kemiskinan
Equity/keadilan/fairness adalah bagian dari sustainability/ kesinambungan. kesinambungan. Service/layanan dapat dikatakan berlanjut jika ketika pelayanan tersebut secara terus menerus melayani mayoritas pengguna dengan tingkat layanan yang dapat diterima Layanan yang lebih adil/fair adil/fair akan berlanjut dengan lebih baik Equity adalah sesuatu yang penting, penting, tetapi equity saja tidak cukup untuk mencapai kesinambungan. kesinambungan.
Apakah MPA itu ? Sebuah metodologi untuk membantu masyarakat, lembaga sektoral dan pembuat kebijakan mencapai sarana yang lebih berkesinambungan dan lebih setara. Seperangkat indikator spesifik sektoral untuk kesinambungan, permintaan, sensitif-jender dan kemiskinan. Serangkaian tools partisipatori untuk menilai indikator. Sebuah sistem skoring untuk mengkuantifisir data dari asesmen partisipatori. Kerangka kerja lintas sektoral untuk menganalisa kesinambungan dan hubungannya dengan permintaan, jender dan kemiskinan.
Asumsi yang digunakan dalam MPA Ketika sektor institusi dan kebijakan mengijinkan semua kelompok dalam masyarakat (kaya, miskin, pria, perempuan) untuk memulai sebuah layanan yang berlanjut (hal itu, dapat dimulai dengan keputusan tentang jenis layanan dan system management dan keuangan yang mereka inginkan dan dapat berlanjut) dan membantu mereka untuk membangun kapasitas yang dibutuhkan (untuk menjaga dan mengelola layanan sehingga hambatan dan manfaat dapat dengan fair dibagi), kemudian hal tersebut menjadi wilayah otoritas masyarakat untuk menjaga, menggunakan sarana dan membuatnya berlanjut dengan lebih baik. Mengapa Partisipatori ? Aktifitas Partisipatori merupakan proses belajar bagi masyarakat dan institusi. Diskusi terbuka dalam kelompok terfokus memberikan informasi yang kredibel dan relevan. Metode Partisipatori menghasilkan lebih banyak informasi dalam waktu singkat. Prosesnya menimbulkan rasa kepemilikan terhadap temuan-temuan dan komitmen terhadap tindakan. MPA dapat dipergunakan untuk apa saja ? Merancang Keberlanjutan Pengawasan Keberlanjutan Peningkatan Kapasitas Setempat Perbaikan Instusional dan Kebijakan Pengutaman Gender dan Kemiskinan Siapa yang dapat mempergunakan MPA ? Masyarakat : a. Untuk mengidentifikasi tindakan untuk meningkatkan keberlanjutan. b. Untuk mengurangi ketidaksetaraan gender dan kemiskinan.
Staf Proyek : a. Untuk pendekatan tingkat komunitas dari sudut pandang pengguna. Manajer Proyek : a. Untuk membandingkan komunitas dalam hal keberlanjutan kesetaraan. b. Untuk mengidentifikasi dan mengakses faktor institusional mempengaruhi keberlanjutan Perumus Kebijakan Sektor : a. Untuk perencanaan dan keberlanjutan. b. Pengawasan untuk keberlanjutan. Designer Proyek/Donors a. Mendesain proyek supaya berkelanjutan b. Monitoring proyek untuk berkelanjutan
dan yang
Demand Responsive Approach : DRA memberikan perhatian bahwa mungkin setiap kelompok pengguna yang berbeda (kaya, miskin, laki-laki dan perempuan) menginginkan jenis sarana yang berbeda. DRA menyediakan informasi dan memberi kesempatan kepada suara/pilihan pengguna untuk mengantar menjadi investasi keputusan utama, sehingga memastikan bahwa sarana/layanan telah dikonfirmasikan terhadap apa yang diinginkan oleh masyarakat dimana mereka mau untuk membayar layanan tersebut (WTP). Dalam setiap hal kontribusi (cash/selain cash) untuk layanan yang memuaskan, setiap kelompok memiliki suara dan pilihan dalam : a. Jenis teknologi b. Tingkat layanan c. Pelaksana pembuatan saran d. Sistem manajemen dan keuangan e. Pengaturan/pembagian keuntungan & beban f. Keputusan terhadap penyesuaian layanan dan pengembangan. Equity (Kesetaraan) Equity/Fairness/kesetaraan adalah : Setiap orang (laki-laki, perempuan, kaya dan miskin, minoritas sosial dan kelompok mayoritas) memiliki suara dan kesempatan untuk memilih yang sama dalam proses pengambilan keputusan, akses yang sama terhadap informasi/masukan dari luar/manfaat dari proyek, dan pembagian beban dan tanggung jawab secara merata.
Sustainability = Kesinambungan adalah: Berlanjut, terus menerus, berfungsi secara memuaskan dan secara efektif digunakan/ effective use. Efektif digunakan/effective use = digunakan oleh mayoritas dalam konteks mendorong upaya penyehatan dan ramah lingkungan. Hubungan antara Equity dan Sustainability: Equity/kesetaraan/fairness adalah bagian dari sustainability/ kesinambungan. Layanan dapat dikatakan berlanjut jika ketika pelayanan tersebut secara terus menerus melayani mayoritas pengguna dengan tingkat layanan yang dapat diterima Layanan yang lebih adil/fair akan berlanjut dengan lebih baik Equity adalah sesuatu yang penting, tetapi equity saja tidak cukup untuk mencapai kesinambungan. Mengapa Gender ? Gender merupakan parameter spesifik untuk analisis sosioekonomi. Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggungjawab berbeda di masyarakat. Mereka mungkin memberikan penilaian berbeda terhadap jasa dan keuntungan yang dihasilkannya. Akibatnya, permintaan dan akses mereka terhadap jasa dan pola perekonomian berbeda. Bantuan Visual dalam Metodologi Partisipatori Bantuan Visual adalah : Komponen penting dari metode partisipatory. Semua gambar yang digunakan seharusnya dikembangkan oleh illustrator lokal sebelum pelaksanaan. Pastikan bahwa illustrator menggambarkan kondisi lokal, pakaian, lingkungan dan budaya setempat Keuntungan dari Self Scoring Mengurangi bias dari jawaban yang diharapkan dari individu responden. Mengurangi bias akibat dari pengkodean oleh peneliti. Proses yang datang pada saat konsensus tentang skor membiarkan proses diskusi pada permukaan dan dapat dipecahkan dan sampai dengan isi dari informasi dapat ditemukan. Skor akhir adalah yang hanya telah dikonfirmasikan oleh semua orang yang berpartisipasi. Dengan secara alamiah, proses pemberdayaan kelompok untuk menganalisis dan meningkatkan situasi mereka. Fungsi dan Tugas fasilitator Pertemuan kelompok dengan konteks partisipan yang diharapkan adalah sebuah tantangan khusus bagi fasilitator. Semua upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa hirarki sistem tidak terdapat pada saat pelaksanaan, sehingga masyarakat miskin/partisipan perempuan tidak terpinggirkan pada saat kelompok elit dan
proyek staff berada di pusat perhatian. Perhatian khusus perlu diberikan untuk memastikan partisipasi yang sama dari semua pihak MPA adalah metodologi yang berorientasi pada proses. Hal ini membutuhkan pendekatan yang berbeda ketika bekerja bersama masyarakat. Anggota tim harus mengenal bahwa masyarakat memiliki pengetahuan dan kretifitasnya tersendiri dan bahwa hubungan gender mempengaruhi partisipasi, kontrol dan manfaat. Disini, tim harus memiliki pengalaman yang luas dalam penggunaan partisipatory tools dan aktivitas dan mengetahui bagaimana untuk melaksanakan sebuah analysis gender Jika tim belum memiliki pengalaman dalam pendekatan partisipatory dan masalah gender, lokakarya perlu diperluas sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan dalam aspek tersebut Indikator MPA untuk SAB Variabel Indikator dan Sub-indikator A.1. KUALITAS SISTEM Desain, kualitas material dan ketenagakerjaan A.2. BERFUNGSI EFEKTIF Kuantitas, kualitas, perkiraan jumlah dan tingkat kepercayaan yang diharapkan A.3. PENDANAAN EFEKTIF Cakupan Vs Besarnya investasi yang dilakukanKeseragaman & ketepatan waktu pembayaran A.4. MANAJEMEN EFEKTIF Tingkat dan ketepatan waktu perbaikan penganggaran dan pencatatan keuangan PENGGUNAAN OLEH LINGKUNGAN SEKITAR DAN PENGGUNAAN YANG HIGIENIS Proporsi dan jumlah populasi pengguna Perkembangan perilaku penggunaan air Persetujuan mengenai pembuangan air limbah C.1. PERMINTAAN PENGGUNA Jenis dan proporsi kontribusi saat pembangunan C.2. RESPON PROYEK TERHADAP PERMINTAAN Pendapat dan pilihan pengguna dalam perencanaan dan desain Kepuasan pada permintaan pengguna Ratio Biaya-Manfaat
D.1. ADANYA FOKUS JENDER DAN KEMISKINAN SAAT PEMBANGUNAN Jumlah pembayaran saat pembangunan SAB. Pembagian biaya/kontribusi saat pembangunan D.2. ADANYA FOKUS JENDER DAN KEMISKINAN SAAT D. Pembagian OPERASIONAL beban kerja dan manfaat yang Pembagian pekerjaan yang dibayar/tidak; membutuhkan didapat ketrampilan/tidak antara P/W, K/M saat pengoperasian dan pemeliharaan Pembagian biaya/kontribusi untuk pengoperasian dan pemeliharaan Pembagian fungsi dan pengambilan keputusan antara P/W, K/M E.1. KESETARAAN DALAM MANAJEMEN MASYARAKAT Pembagian tanggung jawab pemeliharaan, perbaikan dan manajemen E.2. PARTISIPASI DISERTAI DENGAN PEMBERDAYAAN E. Partisipasi dalam tahap pembangunan Pengawasan terhadap jadwal konstruksi dan kualitas pekerjaan dan operasional SAB Komposisi, status, peraturan dan alat control untuk badan pengurus Jenis ketrampilan yang diciptakan dan dipraktekkan Transparansi catatan keuangan F.1. MEMBERDAYAKAN SISTEM ORGANISASIONAL Kesinambungan, kesetaraan, gender sensitif, responsif terhadap permintaan dan manajemen komunitas, secara F. Dukungan eksplisit tersirat dalam tujuan, strategi dan kriteria evaluasi kelembagaan kinerja terhadap isu jender dan kemiskinan, Perencanaan dan monitoring yang tidak menyatukan partisipasi yang jender dan kelas social responsif terhadap Keahlian terlihat pada pihak yang terlibat permintaan. F.2. MEMBERDAYAKAN IKLIM ORGANISASIONAL Pembangunan kapasitas, dukungan manajerial insentif kinerja staf KEBIJAKAN SEKTORAL YANG G. Dukungan MENDUKUNG DAN STRATEGI kebijakan untuk Kebijakan nasional untuk air dan sanitasi menjabarkan isu jender dan secara eksplisit kesinambungan dan kesamaan sebagai kemiskinan, tujuan. partisipasi yang responsif terhadap Strategi nasional untuk memandu pencapaian tujuan kebijakan dan partisipasi, responsif terhadap permintaan, permintaan perspektif jender dan kemiskinan.
I. II. III.
Pendahuluan Gambaran Umum Lokasi WSLIC-2 Hasil Kesinambungan H. Efektifitas Kesinambungan SAB (Variabel A) 1. Kualitas Sistem (Sub Variabel A.1) - Pengelolaan Sumber Air - Tingkat Kualitas Kerja 2. Efektifitas Keberfungsian SAB (Sub Variabel A.2) - Kualitas Air 2. Efektifitas Keuangan (Sub Variabel A.3) - Penerapan Sistem Iuran I. Efektifitas Kesinambungan (Sanitasi) (Variabel A) 1. Tingkat Kualitas Kerja Sarana Sanitasi (Sub Variabel A.1.) 2. Efektifitas Keberfungsian Sarana Sanitasi (Sub Variabel A.2) Efektifitas Penggunaan SAB dan Sanitasi (Variabel B) Akses Aktual Air Bersih dan Sanitasi 1. Akses KK miskin pada SAB dan Sanitasi 2. Akses KK sedang pada SAB dan Sanitasi 3. Akses KK kaya pada SAB dan Sanitasi
J.
K. Ketanggapan Program Terhadap Kebutuhan Masyarakat SAB dan Sanitasi (Variabel C) 1. Inisiatif WSLIC-2 masuk desa 2. Akses Masyarakat pada Informasi Proyek 3. Pilihan Jenis Teknologi Sarana oleh Masyarakat 4. Pilihan Tingkat Pelayanan 5. Pilihan Lokasi SAB 6. Pilihan Anggota Badan Pengelola Sarana 7. Pilihan Iuran (pola pembayaran dan besarnya iuran) 8. Pilihan Pelatihan L. Kesetaraan dalam Pengelolaan (Variabel D) 1. Kesetaraan dalam komposisi BPS 2. Pelatihan yang diterima M. Partisipasi Masyarakat melalui Pemberdayaan (Variabel E) 1. Kesetaraan Pelatihan yang diterima 2. Kesepakatan Aturan/sanksi pengguna sarana N. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Perencanaan PHBS yang sudah dilakuk 1.1. Di Rumah Tangga 1.2. Di Sekolah 1.3. Di Masyarakat IV. Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan B. Rekomendasi
Alur lokakarya :
Hari Pertama Materi Pembukaan dan Orientasi Sub Materi Pembukaan Alur Lokakarya dan Pemahaman Awal Metode Ceramah dan Tanya Jawab Game, Curah Pendapat dan Penjelasan Disko. Curah Pendapat, Visual Bersama, Kuis Gender Curah Pendapat dan Penjelasan
Kedua
Ketiga
Perangkat MPA-PHAST
Demand Responsive Approach MPA Framework Perencanaan dalam rangka identifikasi masalah dan analisis situasi : a. Inventaris data komunitas b. Klasifikasi Kesejahteraan, c. Pemetaan sosial, d. Perencanaan Transek Walk dan FGD (3 tahap diatas dilakukan sesuai sekuensi diatas) e. Transek f. Tinjauan Badan Pengelola ( Card Sorting CM) g. Tinjauan pengelolaan keuangan ( Card Sorting Fin) h. Penilaian pelatihan i. Kontribusi j. Kantong suara SAB dan SS k. Conroute l. Pengambilan keputusan m. Ladder 2 n. Pleno masyarakat
Monitoring dan Evaluasi : a. Inventaris data komunitas b. Klasifikasi Kesejahteraan, c. Pemetaan sosial, d. Transek e. Tinjauan Badan Pedngelola ( Card Sorting CM ) f. Tinjauan pengelolaan keuangan (Card Sorting Fin ) g. Penilaian pelatihan h. Kontribusi i. Kantong suara SAB dan SS j. Conroute k. Pengambilan keputusan l. Ladder 2 m. Ladder-1, n. Pleno masyarakat
Persiapan lapangan
Memahami gambaran umum lokasi WSLIC-2 Desain (Informasi Tahap 3 dan pembagian Tugas Fasilitasi) Jadwal kerja lapangan Format-format Visualisasi dan Pelaporan ATK dan Material lainnya 3 Kelompok masing-masing di 1 desa memfasilitasi proses monitoring kesinambungan tahap III Proyek WSLIC 2 Pendokumentasian (Proses dan hasil serta pembelajaran lapangan) Proses dan Hasil Praktek Monitoring Kesinambungan Tahap 3 ( Deskripsi dan grafik ) Refleksi pembelajaran Penilaian Partisipatif terhadap penyelengaraan Orientasi Penegasan seluruh proses dan hasil orientasi dalam kaitan inplementasi kebijakan
Penjelasan Disko
dan
Buku 5
Panduan Pelaksanaan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat di Daerah
Panduan Fasilitasi Lokakarya dan Pelatihan (Lokalatih) Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM)
MODUL 4
Waspola
Bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Jakarta 2008
Panduan Fasilitasi Lokakarya dan Pelatihan (Lokalatih) Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM)
MODUL 4
BUKU 5
Kata Pengantar
okumen Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Indonesia telah disusun melalui program Penyusunan Kebijakan dan Penyusunan Rencana Kerja bidang AMPL (WASPOLA), yang berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2003. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia melalui AusAID yang difasilitasi oleh Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific World Bank. Serangkaian kegiatan partisipatif penyusunan kebijakan dilaksanakan oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasi Bappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Sampai saat ini dokumen kebijakan telah disepakati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (Project Coordination Committee) yang terdiri dari para pejabat Eselon 1 dari masing-masing instansi tersebut. . Uji coba pelaksanaan kebijakan di empat propinsi terpilih telah dilaksanakan pada tahun 2002/2003, dan dilanjutkan sampai sekarang, sehingga jumlah lokasi sampai saat ini adalah 49 kabupaten/kota di 9 propinsi. Dari proses tersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalam penyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalam metodologi pelaksanaannya di daerah. Berdasarkan pengalaman implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut diatas, akhirnya terkumpul berbagai panduan kegiatan fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah, untuk kemudian ditulis ulang, sehingga akhirnya menjadi kumpulan panduan operasionalisasi kebijakan AMPL di daerah, sebagaimana naskah panduan ini Panduan ini secara garis besar berisikan petunjuk penyelenggaraan lokakarya dan pelatihan (lokalatih) atau fasilitasi lokalatih penyusunan dokumen rencana strategis pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat. Tujuan lokalatih ini adalah mengembangkan kemampuan Pokja AMPL Daerah dalam menyusun Rencana Strategis Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, yang berdimensi pengetahuan, ketrampilan dan sikap perencana yang berpadangan jauh kedepan untuk mencapai pelayanan optimal di bidang air minum dan peyehatan lingkungan bagi masyarakat marginal di daerah. Secara khusus lokalatih ini ditujukan untuk: Memberikan pemahaman bagian-bagian strategis dari kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat sebagai landasan pengembangan kerangka strategi pembangunan AMPL yang berkelanjutan di daerah, Memberikan pememahaman tentang arah dan pola pembangunan AMPL berdasarkan aturan dan perundangan yang berlaku sebagai acuan dalam operasionalisasi
BUKU 5
kebijakan. Memberikan pemahaman konsep dasar dan arti pentingnya perencanaan strategis untuk mengimplementasikan kebijakan pembangunan AMPL di daerah. Membekali pengetahuan dan keterampilan menyusun perencanaan strategis, sesuai dengan kaidah dan tahapan-tahapannya. Panduan ini dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sebagai bahan untuk mendorong peningkatan pelayanan pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan yang berbasis masyarakat dengan melibatkan dukungan dan kepedulian pihak swasta yang berorientasi kepada efektifitas penggunaan dan keberlanjutan sarana dan prasarananya, melalui rute lokakarya dan pelatihan. Panduan ini menjadi suatu panduan yang tidak terpisahkan dengan Panduan Penyusunan Rencana strategis Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, yang diususun oleh WASPOLA. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Pokja AMPL Pusat, Pemerintah Australia melalui lembaga donornya AusAid, Bank Dunia melalui WASPOLA dan WSP-EAP The Wolrd Bank, Pokja AMPL Daerah, serta segenap pelaku AMPL yang telah memberikan kontribusi nyata sehingga panduan ini bisa tersusun. Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi panduan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat menyempurnakan panduan ini akan disambut baik dan senang hati. Akhirnya semoga panduan ini dapat digunakan dalam mendukung upaya operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di daerah, sebagai bagian dari penguatan kapasitas daerah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor air minum dan penyehatan lingkungan.
Modul 4
Panduan Fasilitasi Lokakarya dan Pelatihan (Lokalatih) Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM) I. Mengenal Renstra Pembangunan AMPL-BM
1.1. Mengenal Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. Pelayanan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang berkelanjutan merupakan platform bersama dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Upaya tersebut telah dilakukan Pemerintah Indonesia dengan disusunnya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, yang disusun oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasi Bappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Dokumen kebijakan tersebut telah pula disepakati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (Project Coordination Committee) yang terdiri dari para pejabat Eselon 1 dari masing-masing instansi tadi. Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat berisikan tentang 11 Kebijakan Umum dan 16 Strategi Pelaksanaannya, yaitu; Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi Pilihan Yang Diinformasikan sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap Kebutuhan Pembangunan Berwawasan Lingkungan Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Keberpihakan pada Masyarakat Miskin Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan Akuntabilitas Proses Pembangunan Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator Peran Aktif Masyarakat Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran
Serta; Mengembangkan kerangka peraturan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan parasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan Meningkatkan investasi untuk pengembangan kapasitas sumber daya masyarakat pengguna Mendorong penerapan pilihan-pilihan pembiayaan untuk pembangunan, dan pengelolaan parasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan Menempatkan kelompok pengguna dalam pengambilan keputusan pada seluruh tahapan pembangunan serta pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan Meningkatkan kemampuan masyarakat dibidang teknik, pembiayaan, dan kelembagaan, dalam pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan Menyusun Norma, Estndar, Pedoman dan Manual (NSPM) sektor air minum dan penyehatan lingkungan sebagai upaya memperbaiki kualitas pelayanan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, operasi, pemeliharaan dan pengelolaan Mendorong konsolidasi penelitian, pengembangan, dan diseminasi pilihan teknologi untuk mendukung prinsip pemberdayaan masyarakat Mengembangkan motivasi masyarakat melalui pendidikan formal dan informal Meningkatkan pelestarian dan pengelolaan lingkungan, khususnya sumber daya air Mempromosikan perubahan pendekatan dalam pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan, dari pendekatan berdasarkan administrasi menjadi pendekatan sistem Meningkatkan kualitas pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat pengguna Meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna Menerapkan upaya khusus pada masyarakat yang kurang beruntung untuk mencapai kesetaraan pelayananan air minum dan penyehatan lingkungan Mengembangkan pola monitoring dan evaluasi hasil pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang berorientasi kepada pencapaian tujuan dan ketepatan sasaran Mengembangkan komponen kegiatan monitoring dan evaluasi dalam empat tingkat Mengembangkan dan menyebarluaskan indikator kinerja pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan Kebijakan Nasional tersebut selanjutnya disosialisasikan dan diseminasikan melalui kegiatan operasionalisasi kebijakan yang terarah di daerah. Tujuan operasionalisasi kebijakan ini adalah, 1). Membantu daerah dalam memahami kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat, 2). Membantu daerah dalam memahami
aspek keberlanjutan pembangunan AMPL, 3). Membantu daerah dalam penyamaan persepsi terhadap 11 pokok kebijakan dan strategi pelaksanaannya di daerah. Uji coba pelaksanaan kebijakan pada tahun 2002/2003 dan saat ini telah dilaksanakan di 49 kabupaten/kota di 9 propinsi. Dari proses tersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalam penyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalam metodologi pelaksanaannya di daerah. Salah satu rangkaian media untuk operasionalisasi kebijakan tersebut adalah melalui rute lokakarya dan pelatihan penyusunan Rencana Strategis Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. 1.2. Mengenal Renstra Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. Rencana Strategis, atau disingkat menjadi Renstra adalah suatu perencanaan bersifat visioner, realistik, mengantisipasi keadaan masa depan yang dicita-citakan dan memungkinkan untuk dapat di capai cita-cita tersebut, dengan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia. Renstra memberikan suatu struktur untuk pembuatan keputusan praktek dan langkahlangkah yang harus diikuti oleh organisasi atau lembaga. Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat adalah, salah satu pendekatan pelayanan pembangunan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, dengan melibatkan seluruh dukungan dan partisipasi komponen (stakeholders) daerah, dalam sektor air minum dan penyehatan lingkungan, yang bertumpu pada penerapan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat.
Mengapa Daerah Membutuhkan Perencanaan Strategis Kepemimpinan strategis di daerah, merupakan satu elemen kunci yang efektif dalam manajemen strategis. Pemimpin daerah, memfokuskan organisasi mereka pada arah strategis. Mereka menciptakan suatu agenda untuk perubahan strategis. Pemimpin daerah menjaga kemajuan organisasi menuju visi strategis. Pemimpin-pemimpin strategis di daerah memberdayakan para staf, manajer dan karyawan mereka untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pelayanan publik mereka. Berkaitan dengan hal ini, para pemimpin dalam sektor publik (di daerah) membutuhkan desain sistem perencanaan strategis yang tepat. Manfaat Perencanaan Strategis Berguna bagi perencanaan untuk perubahan dalam lingkungan dinamik yang kompleks. Perencanaan strategis adalah proaktif, sehingga pemimpin daerah dianjurkan untuk proaktif mencari dan melakukan perubahan, dan bukannya bersikap reaktif terhadap situasi.
Berguna untuk pengelolaan hasil-hasil (managing for results). Perencanaan strategis merupakan suatu proses dari diagnosis, penetapan tujuan (objective setting), dan pembangunan strategi (strategy building) yang merupakan bagian penting dari manajemen yang berorientasi pada hasil. Perencanaan strategis berlandaskan pada pertimbangan yang hati-hati dari suatu kapasitas dan lingkungan organisasi daerah, yang mengarahkan pada keputusan-keputusan pengalokasian sumber-sumber daya yang signifikan. Perencanaan strategis merupakan suatu alat manajerial yang penting. Daerah diharapkan untuk memfokuskan perhatian pada pencapaian dan peningkatan outcomes setiap tahun. Dengan kata lain, hasil-hasil seyogyanya mulai difokuskan pada efisiensi dan efektivitas operasional. Perencanaan strategis memungkinkan daerah mengembangkan suatu sistem yang memfasilitasi peningkatan terus-menerus (continuous improvement) pada semua tingkat dalam manajemen organisasi atau lembaga. Perencanaan strategis berorientasi masa depan. Perencanaan strategis melibatkan suatu usaha yang disiplin untuk membantu membentuk dan membimbing pada apa yang diharapkan oleh manajemen, apa yang harus dilakukan, dan mengapa itu dilakukan. Perencanaan strategis membutuhkan pengumpulan informasi berskala makro, suatu eksplorasi alternatif-alternatif, dan merupakan suatu landasan bagi implikasi masa depan dari keputusan-keputusan sekarang. Perencanaan strategis mampu beradaptasi (adaptable). Meskipun perencanaan dilakukan untuk jangka panjang, peninjauan ulang dan pembaharuan secara teratur (regular reviews and updates) untuk menentukan kemajuan dan menilai ulang validitas dari rencanaberdasarkan pada isu-isu strategis yang tidak tercakup dalam penilaian internal maupun eksternalakan membuat perencanaan strategis menjadi fleksibel dan mampu beradaptasi. Dengan demikian rencana dapat diperbaharui untuk membuat penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk menanggapi lingkungan yang berubah dan memanfaatkan peluang atau kesempatan yang menguntungkan. Perencanaan strategis menetapkan target untuk kinerja (targets for performance), memfasilitasi caracara untuk memeriksa kemajuan, dan memberikan panduan atau petunjuk untuk rencana-rencana operasional dan anggaran (budgets) yang sedang berlangsung. Perencanaan strategis adalah penting untuk mendukung masyarakat pengguna. Perencanaan strategis menetapkan hal-hal yang dapat dilakukan oleh organisasi atau lembaga untuk memenuhi ekspektasi masyarakat pengguna. Daerah sebaiknya menyadari bahwa mereka memiliki masyarakat pengguna (customers) dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Hal ini mengedepankan adanya perubahan sikap yang didukung oleh proses perencanaan strategis, di mana identifikasi kebutuhan masyarakat pengguna menjadi hal yang mendasar. Perencanaan strategis mempromosikan komunikasi. Perencanaan strategis memudahkan komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi keinginan dan nilainilai yang berbeda, membantu pembuatan keputusan yang teratur, dan menjamin keberhasilan dari implementasi sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan {goals and objectives). Perencanaan strategis meningkatkan komunikasi tidak
hanya dari manajer atas kepada staff/karyawan atau sebaliknya, tetapi juga lintas fungsi/divisi dan program-program. Singkatnya, daerah akan memiliki kerangka tindak menuju keberlanjutan pembangunan AMPL, serta daerah akan mendapatkan bahan-bahan untuk perumusan rencana strategis pembangunan AMPL daerah.
Renstra AMPL Inklusif Rencana staretgis pembangunan AMPL berbasis masyarakat adalah bersifat Inklusif dan bukan bersifat eklusif. Penegasan perbedaan sederhana tentang pengertaian antar keduanya (Renstra Inklusif dan Renstra Eklusif) adalah sebagai berikut; Secara umum setiap perencanaan startegis atau disingkat menjadi Renstra, adalah bersifat eklusif. Hal ini karena, pada dasarnya Renstra disusun untuk kepentingan tertentu dan tujuan tertentu, oleh kelompok, orang, etnis, bangsa tertentu, untuk maksud kepentingan dan kemenagan sendiri kelompok tersebut. Secara praktek penyusunan, Renstra Eksklusif lebih sederhana untuk di lakukan bila dibanding dengan penyusunan Renstra Inklusif, walaupun format dan tahapannya mungkin hampir sama/mirip. Idiologi Renstra Eksklusif, lebih berorientasi pada keunggulan kelompok, keunggulan group, keunggulan perorangan, keunggulan satu etnis/Negara. Idiologi Renstra Inklusif adalah beroreientasi kepada kesejahteraan bersama antar sesama mahluk hidup dialam semesta, dengan menghormati dinamika yang penuh harmoni dan semangat cinta kasih sesama, secara berkelanjutan. Menegakkan prinsip kesetaraan, pruralitas, dan kebebasan berkehidupan dari segala bentuk penindasan dari sesama mahluk hidup. Mengedepankan sinergi elemen pelaku dan transparansi yang bertanggung jawab. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan, bagi Renstra Eksklusif hanya meraka yang berkepentingan/punya maksud, atau cenderung kelompok terbatas; sedangkan Renstra Inklusif adalah semua pihak yang berkepentingan pada kesejahteraan bersama tersebut, atau lebih luas lagi. Prinsip yang dikembangkan dalam Renstra Inklusif adalah, sejak dalam tahapan pikiran kita sudah bersama-sama, dalam tahapan ucapan kita juga tulus bersama-sama, dan dalam tindakan kita juga jujur bersama-sama demi kesejahteraan bersama mengabadikan kelestarian kehidupan. Sehingga mendorong terbukanya kesetaraan peran antar pihak, partisipasi antar pihak dan sinergitas antar pihak, secara berkesinambungan dalam pembangunan AMPL. Penyusunan rencana pembangunan AMPL secara inklusif menjadi penting agar sejak dini sudah ada kesadaran bagi semua stakeholders, utamanya Pemda untuk
menempatkan sektor AMPL menjadi sektor prioritas pembangunan di daerah (suatu kondisi yang belum pernah terjadi dalam sejarah pembangunan daerah di Indonesia). Renstra AMPL inklusif bukan lagi milik Pemda saja, akan tetapi menjadi milik bersama Pemda, Swasta dan Masyarakat. Implementasinya menjadi tanggungjawab bersama stakeholder tersebut.
program strategis yang dilengkapi rencana tindak strategis sebagai kerangka kerja pencapaian visi dan misi, yang memiliki daya koreksi diri. Menyadari kenyataan dan kebutuhan tersebut, penting penyelenggaraan lokalatih Penyusunan Rencana Strategis Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat. Desain lokalatih disesuaikan dengan sifat serta hubungan dialektis kondisi internal dan eksternal daerah, prinsip-prinsip pendekatan interaksi sosial dalam analisis kebijakan, dan model Renstra organisasi publik dan nir-laba.
2.2. Mengelola Lokakarya dan Pelatihan. Pengelolaan lokalatih yang tidak baik diyakini akan berdampak pada; 1). Capaian tujuan dari lokalatih tersebut, tidak dapat tercapai dengan sempurna, 2). Mengakibatkan kehadiran peserta tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh penyelenggara, 3). Fasilitatornya tidak akan mampu memfasilitasi lokalatih yang diselenggarakan secara optimal, 4). Peserta yang hadirpun selama proses lokalatih menjadi tidak bersemangat, dll. Namun demikian sebaliknya, jika pengelolaan lokalatih dilakukan secara baik, maka diyakini akan terjadi hal hal; 1). Tujuan lokalatih dapat tercapai sempurna, 2). Peserta lokalatih yang hadir sesuai dengan yang diharapkan, 3). Fasilitasinya dapat dilakukan secara optimal, 4). Peserta yang mengikuti lokalatih terus semangat sehingga partisipatif. Oleh karena itu pengelolaan lokalatih yang baik menjadi kebutuhan dalam menunjang sukses pelaksanaan lokalatih penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan lokalatih adalah; Penyiapan lokalatih yang baik, Kelengkapan material pendukung lokalatih, Ketepatan metodologi fasilitasi, Teknik-teknik pendukung fasilitasi, Pemanfaatan media lokalatih, 2.2.1. Persiapan Lokalatih Kegiatan yang mencakup persiapan lokalatih umumnya adalah, penyusunan kerangka acuan lokalatih atau yang sering disebut sebagai TOR (Term of Reference), didalamnya berisi latar belakang, tujuan, hasil yang ingin diperoleh, materi, nara sumber, peserta, waktu dan tempat, alur, jadwal dan rencana pembiayaan (contoh TOR terlampir). Juga penting kapan Tor tersebut selesai dikerjakan, siapa
yang bertugas menyelesaikan, dan kapan ditindak lanjuti dengan pembahasan bersama baik panitia maupun tim fasilitatornya, dst. Dalam tahapan persiapan juga penting melakukan identifikasi peserta, agar capaian dan metode yang digunakan dalam proses fasilitasi sesuai. Juga penting memastikan undangan sampai kepada peserta, samapai ada kepastian peserta akan hadir tanpa halangan. Dll. Semua tahapan ini memerlukan penanggung jawab, ketersediaan waktunya, proses mengkomonikasikan dan mungkin masukan-masukan penting selama proses persiapan dilakukan. Untuk memudahkan monitoring persiapan lokalatih, format dibawah ini dapat digunakan sebagai contoh dan masih memerlukan pengembangan sesuai dengan kebutuhannya; Persiapan Lokalatih, Contoh Format No Kegiatan Waktu 1 Penyusunn TOR 2 Pertemuan Tim Fasilitator 3 Persiapan Peserta 4 Identifikasi Peserta 5 Distribusi undangan 6 Dll
PJ
Ket
Panitia Pelaksana dalam pengelolaan lokalatih, bertugas untuk memastikan agar pelayanan terhadap peserta berjalan dengan baik dan menyenagkan, serta menjamin dan memastikan agar kebutuhan suppot dan akomodasi selama penyelenggaraan tersedia lancar; kegiatan rinci dalam tahapan ini adalah, mencari tempat lokalatih, membandingkan harga-harga, mengambil keputusan yang logis, mengusulkan pembiayaan, membayar uang muka, pemesanan tiket, alat trasnportasi, dll. Sedangkan bagi, Tim Fasilitator dalam pengelolaan lokalatih, bertugas untuk; Menjamin semua kebutuhan fasilitasi tersedia dengan baik. Menjamin proses pelatihan berjalan sesuai dengan TOR yang tersusun Melakukan evaluasi proses lokalatih Melakukan analisis hasil evaluasi Melakukan review proses dan hasil lokalatih 2.2.2. Proses Fasilitasi Dalam tahapan pelaksanaan lokalatih atau proses fasilitasi, hal-hal penting yang patut mendapatkan perhatian adalah; 1). Memastikan ruang atau tempat lokalatih memungkinkan fasilitator dapat melakukan fasilitasi secara partisipatif, 2). Memastikan alat atau media yang diperlukan fasilitator tersedia dan ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau peserta dan fasilitator, sehingga berguna dalam meningkatkan capaian tujuan lokalatih, 3). Merekam proses dan poin penting selama fasilitasi berlangsung, agar dokumen proses dan hasil dapat digunakan pembelajaran bagi semua pihak yang berkepentingan, dst.
Untuk memudahkan monitoring proses fasilitasi, format dibawah ini dapat digunakan sebagai contoh dan masih memerlukan pengembangannya sesuai dengan kebutuhan;
Pelaksanaan lokalatih, contoh format No Kegiatan Waktu 1 Pelaksanaan lokalatih 2 Penyiapan materi 3 Penyiapan ice breacking 4 Review Jadwal 5 Laporan Lokalatih 6 Penyiapan out-line 7 dsb
PJ
Ket
2.2.3. Evaluasi Tahapan evaluasi ini dimaksudkan untuk mengukur capaian tujuan lokalatih, sekaligus masukan untuk perbaikan penyelenggaraan lokalatih di kemudian. Jenis evaluasi sangat beragam dan variatif, namun yang umum digunakan adalah jenis-jenis; evaluasi harian, refleksi harian, dan evaluasi awal dan akhir lokalatih. Evaluasi harian, biasanya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh derajat peserta memahami, meningkat ketrampilannya, dll, terkait materi yang di sampaikan, selama hari tersebut. Refleksi harian, dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal penting dan hal-hal yang dirasakan peserta masih kurang (dari evaluasi harian) selama sahari kemarin, bersamasama telah melakukan kegiatan lokalatih. Evaluasi awal dan akhir lokalatih, dimaksudkan untuk melihat perbandingan dinamika perubahan dalam hal pemahaman, kesadaran-kesadaran baru, dll, peserta terkait proses lokalatih.
3.2. UU No 25/2005 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menegah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelanggara negara dan masyarakat ditingkat Pusat dan Daerah. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk; 1). Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, 2). Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, 3). Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, 4). Mengoptimalkan partisipasi masyarakat, 5). Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Pasal 33, ayat (1), Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan Daerah didaerahnya, ayat (2), Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Kepala Bappeda, ayat (3), Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya, ayat (4), Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan antarkabupaten/ kota, ayat (5), RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik, ayat (6), Renstra SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah setelah disesuaikan dengan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga). Berdasarkan pengalaman praktek penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat daerah dampingan WASPOLA, Status Renstra AMPL merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renstra Induk Daerah dan oleh karenanya, tidak boleh bertentangan. Renstra AMPL yang tersusun setelah RPJMD isinya menjabarkan program-program yang tertuang dalam RPJMD tersebut, dan kemudian dikembangkan menjadi SKPD, sebaliknya jika Renstra AMPL Berbasis Masyarakat tersusun terlebih dahulu, maka isi Renstra mengilhami RPJMD yang akan disusun, dan kemudian dikembangkan menjadi SKPD. Dengan pendekatan seperti ini konsistensi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan program AMPL daerah akan terjadi secara baik. 3.3. Undang-undang dan Peraturan Lainnya. Beberapa dasar hukum yang digunakan untuk menyusun Renstra AMPL Berbasis Masyarakat di daerah, meliputi; 1). Amandemen ke-4 UUD 1945, pasal 33, 2).UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan, 3).UU No. 23/1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, 4). UU No. 7/2004 Tentang Sumber Daya Air, 5). PP No. 16/2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, 6). Peraturan Daerah, 7). Peraturan Nagari, 8). Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat, 9). Keputusan Bupati/Walikota, 10). Peraturan Bupati/Walikota. Dan lainnya.
4.2. Pelaksanaan. Dalam tahapan fasilitasi ini pada segi material pendukung yang penting diperhatikan adalah ketersediaan berbagai media penunjang fasilitasi, misalnya kesiapan ruangan, perlu tidaknya meja dan kursi, perlu tidaknya meja presentasi, papan presentasi, pengeras suara, kesejukan ruangan, keterjangkauan material dengan peserta/fasilitator, gambar-gambar untuk kepentingan fasilitasi, dll. Sedangkan pada segi substansi materi, yang penting diperhatikan adalah TOR Lokalatih, kesiapan fasilitator dalam melaksanakan kegiatan fasilitasi, nara sumber dan peserta lokalatih. Dalam prakteknya TOR menjadi pedoman kunci selama melaksanakan fasilitasi, baik oleh peserta, nara sumber maupun fasilitator dan panitia. Fungsi TOR selanjutnya menjadi pedoman proses fasilitasi untuk mencapai tujuan pelaksanaan fasilitasi. Contoh model pelaksanaan fasilitasi dengan menggunakan TOR dan Panduan Proses Lokalatih Penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat sebagai berikut;
4. Membekali pengetahuan dan ketrampilan menyusun perencanaan strategis sesuai dengan kaidah dan tahapannya. 5. Menyepakati langkah-langkah kunci dan kegiatan dalam rangka penyusunan rencana strategis pembangunan AMPL di daerah. Hasil yang ingin diperoleh Pemahaman dasar mengenai kebijakan dan keterkaintannya dengan perencanaan strategis pembangunan AMPL di daerah Pemahaman dasar mengenai arah dan pola pembangunan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keterampilan teknis dalam pengembangan rencana strategis pembangunan AMPL daerah. Rencana tindak lanjut dalam operasionalisasi kebijakan khususnya dalam penyusunan rencana strategis AMPL di daerah.
Peserta Peserta lokakarya dan pelatihan ini terdiri dari unsur: - Pokja AMPL Pusat dan Daerah - Pemegang andil lainnya dalam bidang AMPL Waktu dan Tempat Indonesia Bagian Timur di Makasar Indonesia Bagian Barat di Bukittinggi Durasi 4 malam 5 hari Kondisi Seluruh biaya penyelenggaraan lokalatih ditanggung oleh WASPOLA termasuk akomodasi (hotel) dan konsumsi. Transportasi dari dan ketempat lokalatih di tanggung oleh masing-masing daerah. Fasilitator : Sekretariat WASPOLA
Bagan Alir Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
Pembukaan dan arahan
1. Analisis Pelaku
2. Klarifikasi Mandat
4. Analisis SWOT
6. Perumusan Strategi
7. Indikator Kinerja
Penutupan
Registrasi Pembukaan, Pengantar lokakarya dan pelatihan Makan malam Pengantar Pola Pembangunan Pengantar Rencana Strategis Rehat kopi Kaji ulang pelaku AMPL Daerah Klarifikasi Mandat Penyusunan Visi-Misi dan Nilai AMPL Daerah Istirahat, sholat, makan siang Analisis SWOT AMPL Perumusan Strategi : Analisa Isu Strategis, Perumusan Tujuan Strategis, Kebijakan Strategis , Program Strategis dan Kegiatan Istirahat, sholat, makan siang Lanjutan Perumusan Strategis Pengenalan Indikator Kinerja Penyusunan Rencana Tindak Lanjut di daerah Evaluasi Penutupan Istirahat, sholat Jumat, makan siang Peserta kembali ke daerahnya masing masing
Hari kedua
08.00 12.15 12.15 13.15 13.15 15.15 15.45 17.45
Hari ketiga
08.00 12.15 12.15 13.15 13.15 17.45
Hari keempat
08.00 12.15
Hari kelima
08.00 09.30 09.30 10.30 10.45 11.00 11.00 11.30 11.15 13.30 13.30 .......
4.2.2. Panduan Proses Pelaksanaan Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan Renstra AMPL
Berdasarkan contoh model TOR Lokalatih yang tersusun sebagaimana tersebut diatas, maka proses panduan fasilitasinya dapat dilaksanakan sebagai berikut;
SESSI 01 TUJUAN
: PEMBUKAAN : Pemahaman tentang arah dan tujuan lokakarya operasionalisasi kebijakan nasional AMPL berbasis masyarakat
: Acara semi seremonial : 30 menit : 1. Bahan sambutan Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas 2. LCD dan komputer :
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini dari panitia. 2. Presentasi Direktur Permukiman Bappenas 3. Dialog dan tanya jawab. Perumahan dan
SESSI 02 TUJUAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENGANTAR LOKAKARYA : 1. Pencairan suasana agar menjadi rileks dan informal. 2. Kejelasan tentang tujuan lokakarya 3. Agenda lokakarya disepakati oleh semua peserta. 4. Kesepakatan aturan main pelaksanaan lokakarya : 1. Penugasan individual 2. Diskusi dan tanya jawab : 90 menit : Kain rekat Kertas HVS ukuran kuarto Metaplan Spidol Selotif LCD dan computer :
1. Intoduksi dan ucapan selamat datang pada lokakarya ini. 2. Perkenalan, jelaskan model perkenalan yang akan dilakukan : a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk merenung, merefleksi diri selama 2-3 menit, mengingat kembali perjalanan hidup dan peran peran sosialnya di lingkungan keluarga, masyarakat dan di tempat kerjanya masing masing. b. Minta peserta untuk memvisualisasikan hasil persepsi dirinya dalam bentuk gambar apa saja pada kertas yang disediakan, yang menurut diri peserta dapat mewakili gambaran peran peran dirinya tanpa keterangan apapun, kecuali nama. c. Setelah selesai, minta peserta untuk menempelkan gambar tersebut pada kain rekat d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada setiap peserta secara bergiliran untuk menjelaskan identitas dirinya, serta arti gambar tersebut kepada seluruh peserta lainnya.
e. Lakukan pengecekan, apakah peserta sudah mulai mengenal siapa temannya yang akan secara bersama sama melaksanakan lokakarya ini. f. Tanyakan kepada peserta, apakah ada alternatif lain untuk acara perkenalan ? Lakukan inventarisasi model perkenalan untuk pengkayaan wawasan 3. Identifikasi harapan dan kekhawatiran selama lokakarya berlangsung: a. Ajak kembali peserta untuk ke melingkar di ruangan tengah lokakarya b. Bagikan kertas metaplan dan spidol c. Minta setiap peserta untuk menuliskan harapan dan kekhawatiran pada kertas metaplan. Tempelkan pada kain rekat. d. Lakukan pengelompokan, sepakati mana saja harapan yang dapat dipenuhi dalam lokakarya saat ini, dan yang tidak mungkin dipenuhi pada lokakarya saat ini. e. Bahas pula tentang kekhawatiran. Ingatkan bahwa antara harapan dan kekhawatiran yang dibahas adalah dalam kerangka persiapan implementasi kebijakan nasional AMPL di daerah, baik tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. 4. Presentasi alur lokakarya dan pelatihan, untuk memahami apa yang akan dibahas dalam lokakarya. 5. Berdasarkan alur tersebut, bahas tentang aturan main pelaksanaan lokalatih, sampai semua fihak menyepakati aturan main lokakarya. Aturan main yang disepakati menyangkut : jadual dan tata tertib pelaksanaan lokakarya.
SESSI 03 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
PENGANTAR POLA PEMBANGUNAN PENGANTAR RENCANA STRATEGIS Review tentang pola pembangunan Review tentang Renstra Daerah Pemahaman makna Renstra AMPL didalam upaya untuk mencapai MDG 2015 : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 240 menit : 1. Transparansi Perencanaan Pembangunan & Renstra AMPL 2. Kain rekat 3. Metaplan 4. Kertas flipchart 5. Spidol 6. Komputer & LCD :
: : 1. 2. 3.
Introduksi tentang tujuan yang ingin dicapai oleh sessi Pola Pembangunan dan Rencana Strategis. 1. Ceramah singkat tentang Pengantar Pola Pembangunan disertai dengan Diskusi dan tanya jawab. 2. Bagi peserta kedalam daerahnya masing masing. Minta kepada setiap kelompok untuk berdiskusi dengan panduan pertanyaan berikut ini :
1. Berapa kebutuhan investasinya ? 2. Fihak mana saja yang akan menanggung biaya investasinya ( sumber biaya ) ?
Proses penyusunan
1. Bagaimana proses penyusunannya ? 2. Siapa saja stakeholder yang terlibat ? Apa saja yang dirakan kurang dari rencana pembangunan AMPL tersebut ?
Apa yang perlu dilakukan ? 3. 4. Lakukan presentasi dan tanya jawab sesuai kebutuhan peserta. Introduksi tentang pentingnya penyusunan Renstra Strategis Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di daerah dihubungkan dengan UU 32 dan UU 25
ALUR PROSES PERENCANAAN STRATEGIS PROGRAM AMPL-BM
4 Eksternal
Analisis
Klarifikasi 2 Mandat
Isu Strategis
4 Internal
Analisis
Penyusunan Strategi Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Gagasan Strategi Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
A nalisis Pelaku
7 Pengukuran Kinderja
TINDAKAN
HA SIL
RENSTRA
manajemen
5. 6.
Diskusi dan tanya jawab Penegasan tentang pentingnya Renstra AMPL dan posisinya didalam upaya untuk mencapai MDG 2015
SESSI 04
TUJUAN
LANGKAH PENYAJIAN 1.
2.
3. 4.
5. 6.
Introduksi tentang pentingnya Identifikasi Contoh Penggambaran Identifikasi Pelaku Pelaku AMPL di daerahnya masing masing, sehingga setiap daerah mempunyai kejelasan Pelaku Eksternal tentang siapa dan perannya apa dalam pembangunan AMPL. Pelaku Internal Jelaskan secara singkat Identifikasi Pelaku AMPL, disertai dengan kesempatan untuk tanya jawab. Bagi peserta kedalam kelompok sesuai dengan daerahnya masing masing. Persiapkan tulisan di metaplan : Nomor, Pelaku, Instansi/lembaga dan Kegiatan utama sehingga membentuk tabel. Lakukan curah pendapat untuk mengisi tabel Identifikasi Pelaku AMPL tersebut. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, jelaskan tata cara melakukan analisis Pelaku AMPL. Minta kepada setiap daerah/kelompok untuk melakukan identifikasi pelaku pembangunan AMPL. Setelah selesai, bahas secara bersama di kelompoknya, serta minta untuk dipilah menjadi 2 kelompok : Lingkaran Inti dan Lingkaran Luar Tanyakan kembali apakah masih ada yang terlewatkan, sehingga semua pelaku AMPL teridentifikasi. Lakukan presentasi dan tanya jawab.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SESSI 05 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: Klarifikasi Mandat : 1. Pemahaman makna Klarifikasi Mandat sebagai proses yang harus dilalui dalam penyusunan Renstra AMPL 2. Tersusunnya klarifikasi mandat AMPL di daerah : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 120 menit : 1. Bahan tulisan : Klarifikasi Mandat 2. Kain rekat, metaplan, spidol 3. Kertas flipchart 4. LCD dan computer :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Introduksi tentang pentingnya Klarifikasi Mandat dalam pembangunan AMPL. Jelaskan secara singkat tentang Klarifikasi Mandat, berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab. Bagi peserta kedalam kelompok sesuai dengan daerahnya. Minta kepada setiap kelompok untuk berdiskusi sesuai dengan tabel yang sudah disiapkan. Persiapkan tulisan di metaplan : Nomor, Sumber Mandat dan Substansi Mandat sehingga membentuk tabel Minta kepada setiap peserta dengan kelompoknya untuk mengisi tabel Klarifikasi Mandat tersebut sesuai dengan kondisi daerahnya masing masing. Lakukan presentasi dan Tanya jawab. Bahas secara bersama Klarifikasi Mandat Tanyakan kembali apakah masih ada Klarifikasi Mandat Jateng yang terlewatkan, sehingga semua MANDAT SUBSTANSI MANDAT Mandat yang 1. UUD 45 Pasal 33 dan 34 Bumi, Air dan SDA untuk kemakmuran Rakyat 2. UU NO 24 / 1992 Ttg. Penataan Peruntukan kawasan lindung berhubungan dengan Ruang AMPL teridentifikasi 3. UU NO 23 / 1997 Ttg. PLH Pelestarian Sumber Daya Alam 4. UU NO 7 / 2004 Ttg. SDA Pelestarian Sumber Daya Air sesuai dengan 5. UU NO 25 / 2004 Ttg. SPN Pelibatan masy dalam Mekanisme Perencanaan 6. UU NO 32 / 2004 Ttg Pemda Kewenangan Pemda karakteristik 7. PP NO 16 / 2005 Ttg SPAM Kewajiban Penyediaan Air Minum daerahnya masing 8. Permendagri NO 13 / 2006 Ttg Penyediaan Air Minum merupakan urusan wajib Pengelolaan Keuangan Daerah masing. 9. Pergub NO. 9 / 2005 Ttg. Peningkatan Cakupan Pelayanan
Akselerasi Renstra 10. Kebijakan Nasional AMPL - BM 11. SK BUPATI 12. Aturan Adat Tahun 2015 50 % Pdkk terlayani AMPL scr layak SK Pokja AMPL Acara bersih desa, Jer Basuki Mowo Beo, Sepi Ing pamrih Rame ing Gawe
SESSI 06 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENYUSUNAN VISI AMPL DAERAH : 1. Pemahaman makna Visi sebagai proses yang harus dilalui dalam penyusunan Renstra AMPL 2. Rumusan Visi AMPL daerah : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 80 menit : 1. Transparansi Penyusunan Visi 2. Komputer & LCD 3. Kain rekat, metaplan, selotif 4. Kertas flipchart 5. Spidol :
1. Introduksi tentang pentingnya Penyusunan Visi AMPL dalam rangka penyusunan rencana strategis pembangunan AMPL daerah. 2. Jelaskan secara singkat apa itu visi. 3. Minta setiap peserta untuk Proses Penyusunan Visi merumuskan visi pribadi tentang AMPL didaerahnya Persiapan masing masing. 4. Kembalikan peserta kedalam Visi Individu kelompok propinsi/kabupaten masing masing. Minta setiap Visi Kelompok kelompok berdasarkan rumusan visi pribadi tentang AMPL, untuk menemukan Visi AMPL kata kuncinya. Daerah 5. Minta setiap propinsi/kabupaten untuk merumuskan visi AMPL sesuai dengan kata kunci yang disepakati. 6. Lakukan presentasi dan tanya jawab untuk penyempurnaan perumusan visi AMPL daerahnya masing masing.
SESSI 07 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENYUSUNAN MISI AMPL DAERAH : 1. Pemahaman makna Misi sebagai proses yang harus dilalui dalam penyusunan Renstra AMPL 2. Tersusunnya Rumusan Misi AMPL di daerah : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 80 menit : 1. Transparansi Penyusunan Misi 2. Komputer & LCD 3. Kain rekat, metaplan, selotif 4. Flipchart, spidol :
1. Introduksi tentang pentingnya Penyusunan Misi AMPL dalam rangka penyusunan rencana strategis Mewujudkan kota sejahtera & standar hidup pembangunan AMPL daerah. yang baik 2010 2. Jelaskan secara singkat apa itu misi. Pelayanan berkelanjutan & terjangkau 3. Minta setiap peserta untuk Pembangunan berwawasan lingkungan merumuskan misi pribadi tentang Meningkatkan pelestarian sumber daya air AMPL didaerahnya masing masing. sebagai basis 4. Kembalikan peserta kedalam Menetapkan standar kualitas air minum kelompok propinsi/kabupaten masing Peningkatan peranserta masyarakat masing. Minta setiap kelompok berdasarkan rumusan misi pribadi tentang AMPL, untuk menemukan kata kuncinya.
5. Minta setiap propinsi/kabupaten untuk merumuskan misi AMPL sesuai dengan kata kunci yang disepakati. 6. Lakukan presentasi dan tanya jawab untuk penyempurnaan perumusan misi AMPL daerahnya masing masing.
SESSI 08 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENYUSUNAN NILAI AMPL DAERAH : 1. Pemahaman makna Nilai sebagai proses yang harus dilalui dalam penyusunan Renstra AMPL 2. Peserta dapat merumuskan Nilai AMPL daerahnya : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 80 menit : 1. Transparansi Penyusunan Nilai 2. Komputer & LCD 3. Kain rekat, metaplan, selotif 4. Flipchart 5. Spidol :
1. Introduksi tentang pentingnya Penyusunan Nilai AMPL dalam rangka III. NILAI penyusunan rencana strategis pembangunan Structu AMPL daerah. re Strate System 2. Jelaskan secara singkat gy apa itu nilai. Shared 3. Kembalikan peserta Values kedalam kelompok Skills Style propinsi/kabupaten masing masing. Minta setiap kelompok untuk Staff merumuskan nilai AMPL sesuai dengan karakteristik daerahnya masing masing. 4. Lakukan presentasi dan tanya jawab untuk penyempurnaan perumusan nilai AMPL daerahnya masing masing.
SESSI 09 TUJUAN
METODE WAKTU
ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: ANALISIS SWOT : Pemahaman peserta tentang : Batasan dan pengertian analisis SWOT AMPL Pentingnya peran analisis SWOT AMPL Pengertian lingkungan AMPL Pengertian lingkungan internal AMPL Pengertian lingkungan eksternal AMPL : 240 menit : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : Bahan bacaan : Analisis SWOT dalam Penyusunan Renstra Program AMPL Berbasis Masyarakat Metaplan, spidol dan kain rekat LCD dan komputer :
1. Introduksi tentang pentingnya membuat analisis SWOT yang terkait dengan AMPL daerah dan dampaknya bagi keberlanjutan 2. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan urun rembug secara pleno melakukan analisis kondisi AMPL, secara bertahap : a. Kelebihan b. Kelemahan c. Peluang d. Ancaman Hasil urun rembug peserta ditulis di kertas plano. 3. Berdasarkan urun rembug tersebut, fasilitator menjelaskan konsep analisis SWOT. 4. Bagi peserta kedalam kelompok propinsi/kabupaten masing masing. Minta peserta untuk melakukan analisis faktor faktor eksternal dan internal yang terkait dengan AMPL daerah sesuai permasalahan masing masing daerah, misalnya : kemampuan keuangan, kondisi sosial, kelembagaan, teknologi, lingkungan, dlsb. Tulis di metaplan dan pasang di kain rekat.
Tabel Analisis SWOT
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES
THREATHS
5. Lakukan presentasi berkeliling, disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia 6. Tanyakan kepada peserta, apakah hasil Analisis SWOT sama dengan hasil Rating Signifikansi pada diskusi Pemahaman Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat
: PENYUSUNAN ISSUE STRATEGIS PEMBANGUNAN AMPL : Daerah memiliki Daftar Issue Strategis Pembangunan AMPL
: 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 120 menit : 1. Transparansi Isue Strategis Pemba-ngunan AMPL 2. Komputer & LCD 3. Kain rekat, meta-plan, selotif :
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
1.
Kekuatan
Kemampuan untuk mencapainya ? Sumber daya yg ada memadai untuk mengkovernya ?
Kelemahan
Seberapa besar resiko yg akan dihadapi ? Unsur apa yg masih diperlukan untuk mengkovernya ?
Visi
Bertentangan atau tidak ? Merupakan bagian Visi atau tidak ?
Misi
Mendukung pencapaian misi ? Mudah / Sulit dikembangkan dalam program ?
Orientasi Mandat
Seberapa besar keterkaitan dg mandat yg diberikan kpd forum ? Apa sdh di bicarakan bersama ?
Issue Strategis
Ancaman
Apa kemungkinan kesulitan2 yg akan dihadapi & seberapa berat tingkat kesulitannya ?
Nilai2
Apa kemungkinan yg bertentangan dg nilai2 setempat & yg lebih besar ?
Issue Strategis
2. 3.
4.
Kembalikan peserta kedalam kelompok propinsi/kabupatennya masing masing Minta kepada setiap kelompok untuk mengidentifikasi Issue Strategis Pembangunan AMPL yang terkait dengan aspek keberlanjutan. Ingatkan kembali tentang Rating Signifikasi sesuai kebutuhan daerah berdasarkan hasil diskusi kelompok pemahaman makna kebijakan. Pasang di kain rekat. Bandingkan dengan hasil analisis SWOT. Diskusikan kenapa sama, atau kenapa hasilnya berbeda. Tulis di metaplan dan pasang di kain rekat Lakukan presentasi berkeliling, disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
SESSI 11 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENETAPAN TUJUAN STRATEGIS PEMBANGUNAN AMPL : 1. Pemahaman makna penetapan tujuan dalam penyusunan Renstra AMPL, serta kaitannya dengan Target MDG 2015 2. Peserta dapat merumuskan tujuan yang ingin dicapai daerahnya dalam bidang AMPL : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 120 menit : 1. Transparansi Penetapan Tujuan Strategis AMPL Daerah 2. Komputer & LCD 3. Kain rekat 4. Kertas metaplan 5. Selotif 6. Kertas flipchart 7. Spidol :
1. Introduksi tentang penetapan tujuan strategis pembangunan AMPL. Jelaskan bahwa penetapan tujuan sangat berhubungan dengan hasil dari analisis isu strategis. 2. Lakukan permainan menempel nama setinggi mungkin 3. Jelaskan makna permainan, hubungkan dengan pentingnya menyelaraskan Tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi kemampuan kita serta konsekuensi upaya yang harus dilakukan 4. Jelaskan konsep penetapan tujuan strategis pembangunan AMPL. Berikan contohnya :
Contoh: Daftar Isu dan Tujuan Strategis
Tidak efektif & tidak kesinambungan Pembangunan AMPL di kab/kot. Tinggi Kapasitas PEMDA sebagai Fasilitator Pembangunan AMPL Daerah rendah Mengembangkan sistim pembangunan AMPL Daerah yang efektif dan berkesinambungan Memperkuat kapasitas PEMDA dengan melibatkan partisipasi multi pihak Memperbaiki & meningkatkan mutu lingkungan hidup secara terpadu dan berkesinambungan
Hilangnya/menurunnya sumber
13
5. Introduksi tentang pentingnya penetapan Tujuan Strategis AMPL Daerah 6. Kembalikan peserta kedalam kelompok berdasarkan propinsi/kabupatennya, minta kepada setiap kelompok untuk melakukan Penyusunan Rumusan Tujuan Strategis AMPL Daerah. Tempelkan di kain rekat 7. Lakukan presentasi berkeliling, disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
: PENETAPAN KEBIJAKAN UNTUK PENCAPAIAN TUJUAN STRATEGIS AMPL DAERAH : Daftar Kebijakan untuk Pencapaian Tujuan Strategis AMPL Daerah
: 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 80 menit : 1. Transparansi Rumusan Kebijakan untuk Pencapaian Tujuan Strategis AMPL Daerah 2. Komputer & LCD 3. Kain rekat, meta-plan, selotif, :
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi tentang pentingnya penetapan Kebijakan untuk Pencapaian Tujuan Strategis AMPL Daerah.
Tujuan Akhir
Menekan meminimalisi r inefektivitas dan tidak keberlanjutan pembanguna n AMPL Daerah.
Visi Praktis
Pada akhir tahun 2007, partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan sistem pembangunan AMPL efektif dan keberlanjutan menjadi mainstream pembangunan AMPL Daerah. Pada akhir tahun 2007, Pemda dalam Pembangunan AMPL memiliki kapasitas kelembagaan, program dan manajemen yang sustainabel.
Pendukung
Demokratisasi dan desentralisasi pembangunan. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak. Peran sebagai fasilitator. Dll. Demokratisasi dan desentralisasi pembangunan. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak. Dll.
Kebijakan Strategis
Perbaikan sistem kerja, prosedur dan pengawasan pembanguna n AMPL Daerah .
22
Tujuan Akhir
Menekan meminimalisir inefektivitas dan tidak keberlanjutan pembangunan AMPL Daerah.
Kebijakan
Perbaikan sistem kerja, prosedur dan pengawasan pembanguna n AMPL Daerah
Intervensi
Mendorong adanya perangkat kebijakan yang demokratis, yang membimbing dan mendukung terselenggarakannya pengelolaan pembangunan yang partisipatif, transparan, akuntabel,efektif dan berkelanjutan.
Asumsi
Sistem desentralisasi terus berlanjut. Politisasi pembangunan semakin menipis. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak terus berlanjut.
Meningkatkan kapasitas Pemda dalam Pembangunan AMPL , dalam aspek kelembagaan, program, dan manajemen.
Politisasi pembangunan semakin menipis. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak terus berlanjut.
23
2. Kembalikan peserta kedalam kelompok berdasarkan propinsi/kabupatennya, minta kepada setiap kelompok untuk melakukan Penyusunan Rumusan Kebijakan untuk Pencapaian Tujuan Strategis AMPL Daerah. Tempelkan di kain rekat. 3. Lakukan presentasi berkeliling, disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENYUSUNAN RUMUSAN PROGRAM STRATEGIS AMPL DAERAH : Daftar Rumusan Program Strategis AMPL Daerah : 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 80 menit : 1. Transparansi Rumusan Program Strategis AMPL daerah 2. Komputer &LCD 3. Kain rekat, meta-plan, selotif :
1. Introduksi tentang Penyusunan Rumusan Program Strategis AMPL Daerah 2. Ingatkan hasil analisis SWOT, analisis isu strategis serta rumusan tujuan strategis yang sudah dibahas sebelumnya. Berikan contoh :
Program
1) Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Daerah. 2) Menyusun perencanaan pembangunan AMPL partisipatif. 3) Pelaksanaan pembangunan AMPL partisipatif 4) Monev pembangunan AMPL partisipatif 5) Dll. 1) Penguatan aspek Kelembagaan. 2) Penguatan aspek Program. 3) Penguatan aspek Manajemen.
Tujuan Antara
1) Tersedianya perangkat /regulasi kebijakan pembangunan AMPL daerah yang partisipatif. 2) Terciptanya perencanaan pembangunan AMPL daerah partisipatif. 3) Terselenggarakannya pengelolaan pembangunan AMPL Daerah partisipatif. 4) Terselenggara-kannya Monev pembangunan AMPL Daerah partisipatif. 1) Tersedianya model kelembagaan & SDM profesional yang menjawab kebutuhan. 2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas program Pembangunan AMPL Daerah. 3) Meningkanya transparansi dan akuntabilitas program Pembangunan AMPL Daerah.
Waktu
03 04 03 04 04 05
Penanggung jawab
Pemda, Multi Pihak
Sumber daya
Multi pihak. APBD APBD Prov APBN BUMD Donor Swasta Masy. dll.
03 - 05
Kontrol Publik
03 04
Multi pihak. APBD APBD Prov APBN BUMD Donor Swasta Masy. dll.
03 05 03 - 05
24
3. Bagi peserta kedalam kelompok berdasarkan propinsi/kabupatennya, minta kepada setiap kelompok untuk melakukan Penyusunan Rumusan Program Strategis AMPL Daerah untuk menjawab pencapaian tujuan daerah. Pasang di kain rekat 4. Lakukan presentasi berkeliling, disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
: PENYUSUNAN MATRIKS RENCANA KEGIATAN STRATEGIS AMPL DAERAH : Matriks Rencana Kegiatan Strategis AMPL Daerah
: 1. Ceramah singkat 2. Diskusi kelompok 3. Presentasi dan tanya jawab : 80 menit : 1. Transparansi Matriks Rencana Kegiatan Strategis AMPL Daerah 2. Komputer &LCD 3. Kain rekat, meta-plan, selotif, flip-chart, dan spidol :
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi tentang tata cara penyusunan Matriks Rencana Kegiatan Strategis AMPL Daerah
Contoh: Matrik Kegiatan Strategis AMPL
Program 1) Operasion alisasi kebijakan nasional pembangu nan AMPL di Daerah Kegiatan a) Lokakarya dan desiminasi kebijakan nasional pembangunan AMPL di Daerah. b) Advokasi pembangunan AMPL di Daerah. a) Legitimasi Pemda dalam Pembangunan AMPL Daerah b) Koordinasi dan paduserasi antar dinas dan multi pihak. c) Round table Dialog melalui Musrenbang. Hasil Adobsi kebijakan Nasional pembangunan AMPL Daerah Pembangunan AMPL di Daerah menjadi prioritas Peraturan/ SK Waktu 03 Penanggungjawab Pokja AMPL Daerah. Sumber daya Pemda Multi pihak Monev Pertemuan Kordinasi.
04
Pemda Multi pihak . Pemda Multi pihak Pemda Multi pihak Pemda Multi pihak
Pertemuan Kordinasi.
03-04
03-04
03-04
25
2. Kembalikan peserta kedalam kelompok berdasarkan propinsi/kabupatennya, minta kepada setiap kelompok untuk melakukan Penyusunan Rencana Kegiatan Strategis AMPL Daerah. Tempelkan di kain rekat. Berikan asistensi sesuai kebutuhan
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
1. Introduksi tentang Penetapan Indikator Kinerja Rencana Strategis AMPL Daerah 2. Ingatkan hasil lokakarya yang sudah dibahas sejak hari pertama 3. Jelaskan secara singkat Penetapan Indikator Kinerja Rencana Strategis AMPL Daerah dan contohnya. 4. Berikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab, disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. 5. Ajaklah peserta untuk berlatih bersama mengisi dan menyusun format Indikator Kinerja, sampai memperoleh pemahaman yang lengkap.
1. Introduksi tentang Penyusunan Rencana Kerja Daerah Fasilitasi Operasionalisasi Kebijakan Tahun 2007. 2. Kembalikan peserta kedalam kelompok propinsi dan kabupatennya masing masing. Bagikan Format Rencana Kerja Daerah 3. Minta kepada setiap kelompok untuk menyusun rencana kerja daerah, ingatkan kembali tentang Kerangka Acuan Fasilitasi Operasionalisasi Kebijakan Tahun 2007 dan hasil pelatihan selama beberapa hari ini. 4. Lakukan pengecekan di tengah tengah sessi ini, kemudian lakukan presentasi salah satu kelompok sebagai contoh. Minta kepada peserta untuk memberikan masukan kepada kelompok tersebut untuk penyempurnaan. 5. Berdasarkan masukan tersebut, minta setiap kelompok untuk menyempurnakannya. 6. Minta kepada setiap kelompok untuk mengumpulkan satu berkas kepada fasilitator.
: EVALUASI : Masukan untuk perbaikan pelaksanaan lokakarya dan pelatihan dimasa mendatang
: Penugasan : 15 menit : Format evaluasi :
1. Introduksi pentingnya evaluasi akhir lokakarya dan pelatihan 2. Peserta mengisi format evaluasi 3. Format evaluasi dikumpulkan 4. Kalau mungkin, rangkuman hasil evaluasi disampaikan kepada peserta 5. Pembagian tugas :
Contoh Format; EVALUASI AKHIR LOKAKARYA PENYUSUNAN RENSTRA AMPL BAGI POKJA AMPL DAERAH
1. Apa saja yang terpenting yang telah dipelajari dalam lokakarya ini adalah :
2. Tulislah tiga hal penting yang akan segera dikerjakan setelah lokakarya ini :
Pengantar Pola Pembangunan Pengantar Rencana Strategis Kaji ulang pelaku AMPL Daerah Klarifikasi mandate Penyusunan Visi AMPL Daerah Penyusunan Misi AMPL Daerah Penyusunan Nilai AMPL Daerah Penetapan Tujuan Pembangunan AMPL Daerah Analisis SWOT Perumusan issue strategis Penetapan Tujuan Strategis AMPL Daerah Penetapan Kebijakan untuk Pencapaian Tujuan Strategis AMPL Daerah Penyusunan Rumusan Program Strategis AMPL Daerah Penyusunan Matriks Rencana Kegiatan Strategis AMPL Daerah Pengenalan indikator kinerja Penyusunan rencana kerja operasionalisasi kebijakan di daerah Evaluasi
2. Evaluasi umum : Evaluasi umum terhadap cara fasilitator dalam menyampaikan materi : ( ) sangat efektif ( ) secara umum efektif ( ) efektif ( ) tidak efektif Evaluasi terhadap manfaat lokakarya bagi anda : ( ) sangat berharga ( ) berharga ( ) tidak begitu berharga ( ) tidak berharga Evaluasi terhadap penyampaian materi lokakarya : ( ) seimbang antara praktek dan teori ( ) terlalu banyak teori ( ) banyak praktek tanpa pengertian ( ) terlalu sedikit praktek
3. Saran saran untuk meningkatkan lokakarya di masa mendatang adalah : TERIMA KASIH UNTUK WAKTU YANG ANDA BERIKAN UNTUK MENGISI FORMULIR INI !!!
SESSI 18 TUJUAN
: PENUTUPAN : Peserta mendapatkan arah-an tentang pentingnya im-plementasi kebijakan dan penyusunan Renstra AMPL didalam upaya untuk mencapai Target MDG 2015
: Upacara semi seremonial : 30 menit : Sambutan penutupan lokakarya :
1. 2. 3. 4. 5.
Pengantar dari panitia Penyampaian kesan kesan dari peserta Sambutan penutupan lokakarya Penyampaian doa Foto bersama seluruh peserta, fasilitator dan panitia
V. Penutup
Jika seluruh panduan proses tahapan lokakarya dan pelatihan telah dilakukan secara lengkap, maka usailah sudah pelaksanaan fasilitasi lokalatih ini. Seluruh capaian lokalatih adalah wujud pencapaian proses yang berkembang selama penyelenggaraan fasilitasi. Pelajaran berharga senantiasa dapat dipetik untuk penyempurnaan dan pengembangan fasilitasi di kemudian. Dialog dan klarifikasi dengan maksud melakukan penajaman pemahaman materi sangat penting untuk dilakukan selama proses lokalatih, agar peserta betul-betul mampu memahami seluruh tahapan dan proses pengisian matrik yang tersedia dalam format secara benar. Tugas lain bagi para peserta, setelah mengikuti lokalatih ini di daerah, selain memfasilitasi penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat, adalah melakukan sharing informasi, pengetahuan dan ketrampilan penyusunan Renstra kepada anggota Pokja AMPL daerah dan stakeholder yang tidak mengikuti lokalatih secara langsung. Panduan Penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat di daerah, disusun secara tersendiri dan menjadi bagian tak terpisahkan dengan panduan ini. Semoga panduan ini bermanfaat.
5/15/2006
Pemerintah Pusat sudah tidak memiliki kewenangan dalam investasi AMPL Pemerintah Daerah belum menyadari kewajiban dalam pembangunan AMPL
5/15/2006
5/15/2006
Perencanaan Pembangunan AMPL di Daerah Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi dasar bagi WASPOLA untuk mendampingi kelompok kerja propinsi dalam perencanaan pembangunan AMPL di daerah Kelompok kerja daerah diharapkan dapat mengidentifikasikan persoalan AMPL dan menyusun perencanaan pembangunan AMPL
5/15/2006
Perencanaan Pembangunan AMPL di Daerah Apakah sudah dimiliki? Kalau sudah, apa bentuknya? Diskusi kelompok untuk mengidentifikasi perencanaan yang ada di daerah masing-masing Apakah sudah mencakup aspek perencanaan pembiayaan? berapa kebutuhan investasinya? pihak mana saja yang akan menanggung biaya investasinya? Bagaimana proses penyusunannya? siapa saja stakeholders yang terlibat?
5/15/2006 WASPOLA Juni 2005,SI
Kalau belum ada, apakah perlu disusun perencanaan? Bagaimana akan menyusunnya? Kapan akan disusun? Apa bentuknya?
5/15/2006
Perpipaan komunal yang dibangun masyarakat, LSM, dan Proyek Pemerintah Non perpipaan yang dibangun masyarakat, LSM, dan Proyek Pemerintah
Memerlukan pembinaan teknis Memerlukan perlindungan dalam pengoperasiannya Perlu dikembangkan untuk menggali potensi yang ada dalam masyarakat, terutama pendanaan
Proporsinya besar, lebih dari 60% Memiliki potensi untuk dikembangkan Terbukti memberikan hasil yang lebih baik, terutama keberlanjutannya Memandirikan masyarakat, supaya tidak tergantung kepada pihak luar
Kondisi Eksisting
Teknis Cakupan AM: 20% terdiri dari PDAM 5% dan non PDAM 15% Cakupan AL: 10% terdiri dari jaga dilengkapi dengan cubluk/septik tank Banyak sarana yang dibangun oleh proyek tidak berfungsi Kelembagaan Dikelola oleh masyarakat, tidak ada lembaga khusus Pembinaan oleh pemda baru terbatas pada proyek yang didanai pemda selama masa konstruksi Pembiayaan Dibiayai oleh masyarakat sendiri Pembiayaan pemerintah terbatas
Kondisi Eksisting
Sosial Penyiapan masyarakat dilakukan terbatas pada sosialisasi program Pengambilan keputusan dalam pemilihan teknologi maupun penempatan sarana ditentukan oleh proyek Masyarakat miskin belum mendapat pelayanan Jumlah penduduk terus meningkat (dengan laju 2%/tahun, sekarang 100.000 jiwa), hal ini menambah beban target pelayanan Lingkungan Pembangunan sarana air limbah mengancam kualitas air tanah Penggundulan di kawasan hulu mengancam kontinuitas sumber air
Visi Tahun 2025 Seluruh penduduk Kabupaten mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan
Visi Tahun 2015 Setengah penduduk Kabupaten yang belum mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan dapat terlayani dengan kualitas yang memadai dan berkelanjutan
Visi Tahun 2010 Seperempat penduduk Kabupaten yang belum mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan dapat terlayani dengan kualitas yang memadai dan berkelanjutan
Target peningkatan AM: (100%-20%) x 50% = 40% Target pelayanan AM: 40% + 20 % = 60% Target peningkatan AL: (100%-10%) x 50% = 45% Target pelayanan AL: 45% + 10% = 55%
A
B
Target Pelayanan Air Limbah Tahun 2015 Target Pelayanan Air Limbah : 55% A:Dikelola lembaga : 5% Dari 0% menjadi 5%, peningkatan 5% C:Dikelola masyarakat : 40% Dari 10% menjadi 40%, peningkatan 30% B:Dikelola bersama : 10% Dari 0% menjadi 10%, peningkatan 10%
Perlu dicermati dan disepakati Pelayanan yang dianggap memenuhi standar Air minum : Apakah semua sumur gali dapat diperhitungkan Apakah hanya sumur gali dengan standar teknis tertentu Jarak untuk mendapatkan air minum Kualitas air minum yang digunakan
Perlu dicermati dan disepakati Pelayanan yang dianggap memenuhi standar Air limbah : Apakah jamban tanpa pengelolaan limbah yang memadai diperhitungkan Apakah cubluk/resapan septik tank yang tidak memenuhi standar teknis diperhitungkan
Bagaimana angka-angka target diperoleh? Analisis misalnya dengan SWAT Dilakukan dengan mengundang seluruh stakeholder kunci di daerah dalam lokakarya partisipatif (salah satu bentuk fasilitasi yang dapat diberikan oleh WASPOLA berupa pelatihan penguasaan teknik SWAT untuk AMPL)
Misi
A:Dikelola lembaga (PDAM) : 20% Mempertahankan kualitas pelayanan yang ada serta pengembangan pelayanan ke daerah rawan air di kawasan padat penduduk C:Dikelola masyarakat : 30% Mencapai pelayanan air minum yang berkelanjutan dengan meningkatkan peran serta masyarakat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, operasi, dan pemeliharaan. B:Dikelola bersama : 10% Meningkatkan kerjasama antara PDAM dengan kelompok masyarakat pengguna air minum
Strategi
A:Dikelola lembaga (PDAM) : 20% C:Dikelola masyarakat : 30% Peningkatan kapasitas kelompok kerja AMPL daerah dalam pembangunan sarana air minum berbasis masyarakat Peningkatan kapasitas kelompok kerja AMPL dalam kampanye penyadaran masyarakat Pengembangan program pembangunan AMPL berbasis masyarakat Pembinaan kelompok pengguna sarana yang sudah ada Memberikan perlindungan hukum terhadap upaya pengelolaan air minum oleh masyarakat B:Dikelola bersama : 10%
Perhitungan Biaya Investasi Pembangunan Air Minum Kabupaten Antah Berantah Kondisi Eksisting Jumlah Penduduk: 100.000 jiwa = 20.000 kk Cakupan AM: 20% = 20.000 jiwa= 4.000 kk Cakupan AL: 10% = 10.000 jiwa= 2.000 kk Target 2015 Jumlah Penduduk: 120.000 jiwa = 24.000 kk
Perhitungan Biaya Investasi Pembangunan Air Minum Kabupaten Antah Berantah Peningkatan pelayanan air minum dari 20% menjadi 60%, atau dari 20.000 jiwa pada tahun 2005 menjadi 72.000 jiwa pada tahun 2015 Dikelola PDAM 20%= 24.000 jiwa = 4.800 kk Dikelola Masyarakat 30% = 36.000 jiwa = 6.200 kk Dikelola bersama 10% = 12.000 jiwa = 2.400 kk
Lain-lain
Total
13.400
Beberapa model?
Sistem kompetisi untuk mendapatkan stimulan Penyediaan dana kredit yang mudah diakses oleh
TUJUAN UMUM
Memahami konsep dan proses perencanaan strategis Program AMPL Berbasis Masyarakat.
TUJUAN KHUSUS
Memahami konsep perencanaan strategis. Menyadari pentingnya perencanaan strategis. Memahami alur proses perencanaan strategis
KONSEP PERENCANAAN STRATEGIS 1.Perencanaan strategis adalah serangkaian upaya menghasilkan keputusan dan tindakan mendasar yang menuntun kinerja Program AMPL-BM dalam jangka waktu tertentu.
3
Mengkaji lingkungan eksternal dan internal. Menganalisis faktor dan kecenderungan yang mempengaruhi kinerja. Mengklarifikasi mandat dan merumuskan visi, misi dan nilai. Merumuskan isu strategis yang harus dipecahkan. Menyusun strategi dan indikator kinerja pengelolaan isu strategis. 4
3.Perencanaan strategis menjadi efektif apabila berorientasi tindakan dan terkait perencanaan taktis dan operasional.
5
4. Tipe perencanaan strategis: Perencanaan Strategis Induk: menghasilkan rencana strategis (Renstra) organisasi. Perencanaan Stategis Unit: menghasilkan Renstra bidang tertentu dalam organisasi.
REN STRA
UPAYA MENCAPAI
Memperkuat kemampuan Pemda untuk berfikir dan bertindak strategis dalam mengelola AMPL Berbasis Masyarakat.
10
4 Eksternal
Analisis
Analisis Pelaku
Klarifikasi 2 Mandat
Isu Strategis
4 Internal
Analisis
Penyusunan Strategi Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Gagasan Strategi Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
7 Pengukuran Kinderja
TINDAKAN HA SIL
RENSTRA
manajemen
KESEPAKATAN MENYUSUN RENSTRA Menyepakati rencana penyusunan/penyempurnaan Renstra Program AMPL Berbasis Masyarakat).
ANALISIS PELAKU Identifikasi dan pemetaan pelaku internal dan eksternal (bidang garapan, potensi, kepentingan, kepedulian terhadap AMPL, dll).
LK 3: Analisis Pelaku
Untuk setiap pelaku: 1) Apa kriteria penilaian pelaku terhadap kinerja AMPL dan tanggapan Pengelola AMPL? 2) Bagaimana cara pelaku mempengaruhi kinerja AMPL? 3) Apa kebutuhan AMPL terhadap pelaku? 4) Seberapa penting peran pelaku
bagi program AMPL?
LK 2: Identifikasi pelaku
1) Pelaku internal dan pengelompokan keahlian. 2) Pelaku eksternal dan pengelompokan bidang garapan.
KLARIFIKASI MANDAT
Menjernihkan amanat masyarakat dan pelaku terhadap program AMPL. LK 4: Identifikasi Mandat 1) Substansi mandat, 2) Sumber mandat, 3) Kriteria pemenuhan mandat, 4) Efek mandat terhadap program AMPL, dan 5) Kesesuaian dengan semangat jaman.
LK 5: Klarifikasi Mandat 1) Apa makna hakiki dan tujuan program AMPL berbasis masyarakat? 2) Apa implikasi mandat terhadap sumberdaya, strategi, dan kinerja program AMPL? 3) Kegiatan AMPL apa yang tidak sesuai dengan mandat? 4) Apa kaitan visi dan misi AMPL (jika sdh ada) sekarang dengan mandat? 5) Rumuskan kembali mandat AMPL! (mengubah, mengurangi, menambah)
PERUMUSAN VISI, MISI, DAN NILAI Merumuskan visi, misi, dan nilai .
LK 6: Pernyataan Visi
LK 8: Pernyataan Nilai
1) Apa saja nilai-nilai AMPL-BM sekarang? 2) Nilai-nilai baru apa yang perlu diadopsi oleh Program AMPL-BM? 3) Rumuskan nilai-nilai yang disepakati! 4) Pastikan bahwa nilai-nilai yang disepakati tercermin dalam visi dan misi program AMPL-BM!
ANALISIS SWOT
Menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan)
dalam konteks
lingkungan eksternal (kesempatan dan ancaman) sebagai faktor strategis pencapaian visi dan misi Program AMPL-BM.
Faktor Kekuatan: Apa saja? Ringkasan deskripsi? Pilihan upaya mengoptimalkan? Faktor Kelemahan: Apa saja? Ringkasan deskripsi? Pilihan upaya meminimalkan/menghilangkan? LK 12 Analisis Faktor Strategis Internal (IFAS) Faktor kekuatan dan kelemahan, Bobot, Rating, Skor, Catatan.
LK 13 Analisis Internal-Eksternal (SFAS) Faktor strategis internal dan eksternal, Bobot, Rating, Skor, Durasi, dan Catatan. LK 14 Isu Strategis Potensial dan Alternatif Strategi (TOWS) Faktor strategis internal versus faktor strategis eksternal.
tantangan mendasar
dalam upaya memenuhi mandat, mencapai visi dan misi, menghasilkan layanan/produk, memerankan pelaku, menggalang pendanaan, menata organisasi, manajemen, dll.
LK 15 Identifikasi Isu Strategis 1) Apa isu dan tantangan mendasar AMPL-BM? 2) Mengapa menjadi isu? (Kaitannya dengan mandat, visi, misi, kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman) 3) Apa konsekuensinya jika diabaikan? 4) Rekap hasilnya (long list)
LK 16 Pernyataan Isu Strategis 1) Pilih 5-10 isu paling strategis (short list). 2) Pastikan bahwa isu itu bukan isu operasional (manajerial, teknis). 3) Kaji ulang setiap isu secara tajam (sedikitnya seperti dalam LK 15). 4) Ubah pernyataan isu menjadi
PENYUSUNAN STRATEGI Menyusun strategi, yakni pola tujuan, kebijakan, program strategis, kegiatan strategis, keputusan, dan alokasi sumberdaya dalam upaya pencapaian visi dan misi AMPL-BM.
1) Apa kondisi alternatif yang harus terwujud sehingga isu strategis terjawab? (visi praktis) 2) Apa penghambat dan pendukung upaya mewujudkan visi praktis? 3) Apa gagasan pokok (strategi) dalam upaya mewujudkan visi praktis, atau mengatasi faktor penghambat dan memanfaatkan faktor pendukung? 4) Apa tindakan pokok implementasi strategi? 5) Apa langkah kunci implementasi strategi dan siapa penanggungjawabnya?
LK 18 Matrik strategi Strategi, Tujuan, Unsur strategi , Cara kerja strategi, Penanggungjawab, dan Asumsi. LK 19 Matrik Program Program, Tujuan, Waktu, Penanggungjawab, dan Sumberdaya.
LK 20 Matrik Kegiatan Kegiatan, hasil, waktu, penanggungjawab, sumberdaya, dan sistem monev. LK 21 Reviu strategi Menilai dan menyempurnakan proses dan hasil penyusunan strategi.
LK 22 Matrik Pengukuran Kinerja AMPL-BM Penetapan indikator kinerja,satuan rencana, realisasi, sumber pembuktian dan asumsi
LK 23 Matrik Evaluasi Kinerja Kegiatan AMPL-BM Evaluasi Berdasarkan Kelompok Indikator Kinerja
selanjutnya disebut RPJM daerah untuk jangka waktu 5 tahun merupakan penjabaran dari visi,misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional c. RPJM daerah sebagaimana dimaksud huruf b memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,kebijakan umum dan program satuan kerja Perangkat daerah,lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif
disebut RKPD, merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaan nya,baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah e. RJPJ daerah dan RJMD sebagaimana dimaksud huruf a dan b ditetapkan dengan Perda berpedoman pada peraturan daerah
Bab III Analisis Lingkungan A. Kondisi Daerah B. Kondisi AMPL C. Faktor-faktor keberhasilan D. Masalah dan Tantangan Strategis E. Asumsi-Asumsi Bab IV Strategi A. Tujuan Strategis B. Kebijakan Strategis C. Program Strategis E. Kegiatan Strategis
Bab IV Pengukuran Kinerja Bab V Penutup Kepustakaan Lampiran-lampiran (Indeks Substansi, Indeks Nama, Glosarium, Daftar Singkatan, Rekap Pertemuan, dll)
Klarifikasi
Lembar kerja dapat dikembangkan lebih lanjut dalam proses fasilitasi
ANALISIS PELAKU
DALAM PENYUSUNAN RENSRA PROGRAM AMPL-BM
Disiapkan oleh:
Langkah 1:
Team WASPOLA2 WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
4 Ekstern
Analisis al
Penyusunan Strategi
7 Pengukuran TINDAKANHA SIL Kinerja
Analisis Pelaku
Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat Mandat Isu dan Pendukung Strategis Visi, Arah Kebijakan Program Strategis 3 Misi Nilai Kegiatan Strategis Reviu Strategi Analisis
2
Klarifika si
4 Internal
RENSTRA
manajemen
Kesimpulan Umum 3
Internal
Identifikasi Pelaku
Contoh Tabel Identifikasi Pelaku (umum)
N o
Pelaku
Individu/ Lembaga
Kegiatan Utama
Pendidikan
Keahlian
Pekerjaan Utam a
Lainnya?
Pelaku
Jenis Lembaga
Kegiatan Utama
Lainnya?
Pe nd id ik an
K ea hlia n
P e ke rjaa n U tam a
Lainn ya ?
Pelaku
Jenis Lembaga
Kegiatan Utama
Lainnya?
----------------
Pelaku Internal
-------------------
--------------
---------------
------------------
Analisis Pelaku
Apa kreteria penilaian pelaku terhadap kinerja Institusi Pembangunan AMPL Daerah dan tanggapan Institusi Pembangunan AMPL Daerah terhadapnya? Bagaimana cara pelaku mempengaruhi kinerja Institusi Pembangunan AMPL Daerah? Apa yang Institusi Pembangunan AMPL Daerah butuhkan dari pelaku?
Analisis Pelaku
Seberapa penting peran dan sumbangan pelaku bagi Institusi Pembangunan AMPL Daerah? Apa, bagaimana dan kapan masingmasing pelaku dilibatkan dalam proses renstra? Apa kemampuan/potensi yang dimiliki pelaku yang berkaitan dengan kegiatan Institusi Pembangunan AMPL Daerah? dsb
lembar
lembar
B. Pelaku Eksternal
Klarifikasi mandat :
KLARIFIKASI MANDAT
DALAM PENYUSUNAN RENSRA PROGRAM AMPL-BM
Disiapkan oleh:
Langkah 2:
Team WASPOLA2 WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
Analisis Eksternal
Penyusunan Strategi Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Arah Kebijakan Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
Analisis Pelaku
Klarifikasi
Mandat
Isu Strategis
Pengukuran Kinerja
TINDAKAN HA SIL
Analisis Internal
RENSTRA
manajemen
Pengertian: Pengertian: Amanat pelaku (multi pihak) pemegang andil yang harus diperjuangkan bersama oleh Daerah terkait program AMPL.
B 8 9 10
Adat-Istiadat Serumpun,Sebalai, Sejahtera Nganggung Junjung Besaoh Guyup dalam kesatuan Tanggung persoalan secara bersama Gotong royong
IDENTIFIKASI MANDAT
adalah : suatu kesepakatan menyangkut pengaturan/penataan negara yang di susun/diciptakan bersama; oleh, pemerintah, individu, masyarakat madani, lembaga masyarakat, dan pihak- pihak swasta
Era Reformasi
COMMUNITY BASE DESENTRALISASI STAKE HOLDER FACILITATOR BOTTOM UP PARTISIPASI INKLUSIF EGALITER
Good Governance Good Society
Masyarakat berketuhanan yang bernaung dalam persaudaraan universal. Masyarakat yang mencintai musyawarah-dialog, berkeadilan, dan terbuka dalam hidup dan berkehidupan sehari-hari. Masyarakat merdeka dari segala bentuk penguasaan manusia atas manusia lainya. Masyarakat yang terbebas dari pertentangan yang anarkhis dan destruktif.
11
Versi B
Masyarakat gemah ripah loh jinawi, toto, titi, tentrem, kerto raharjo, sinurung ridloning Gusti Sing Moho Kuwoso.
12
Versi C Masyarakat plural, sinergis, inklusif, transparans, demokratis dan visioner yang merencanakan, melaksanakan dan melestarikan perikehidupanya secara bersama- sama. dll.
13
14
SUBSTANSI MANDAT
(sesuatu yang harus di lakukan, di tinggalkan)
Aspirasi dan kebutuhan multi pihak. Nilai-nilai moral dan budaya setempat. Inisiasi demokratisasi. Inisiasi percepatan capaian akses dan layanan AMPL daerah. Inisiasi pembangunan AMPL daerah efektif dan berkelanjutan. Dll.
16
Deklarasi Pembentukan Institusi Hak asal-usul Institusi Hasil-hasil kebijakan Institusi Aspirasi stakeholders Peraturan perundang-undangan Kebijakan nasional/daerah Dll.
17
KRITERIA PEMENUHAN
( PERSYARATAN ) Mandat tercermin dalam; Input Proses Output ( Keluaran) Outcome ( Hasil ) Benefit ( Manfaat ) Impact( Dampak/ Pengaruh Riil )
18
EFEK MANDAT
Konsekwensi yang harus di penuhi oleh Pemda setelah ada mandat AMPL.
KLARIFIKASI MANDAT
20
Apa makna hakiki dan tujuan AMPL? Apa Implikasi mandat tersebut pada Sumber Daya ?.
Kwalitas Sumberdaya Kwantitas Sumberdaya
21
REFLEKSI KE-MANDAT-AN Mandat apa yang perlu diubah. Mandat apa yang perlu di hapus. Mandat apa yang perlu di tambahkan.
23
LK-04
SUMBER SUBSTANSI EFEK
25
LK-05
Apakah mandat AMPL terkait dengan tujuan & hakekatnya pembanguan Daerah? Apa implikasi mandat AMPL pada sumberdaya ? Apa program, kegiatan Pemda yang tidak sesuai dengan Mandat AMPL ? Apakah Visi Pemda terkait/mencerminkan dengan mandat AMPL? Mandat apa yang perlu diubah, di hapus, di tambahkan ?.
26
Langkah 3:
Team WASPOLA2 WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
4 Analisis Pelaku
Analisis Eksternal 7 6 Isu Strategis Perumusan Strategi Sasaran Strategis Visi Praktis Strategi Program Strategis Kegiatan Strategis 8 Perumusan Indikator dan Standar Kinerja
Klarifikasi Mandat
TINDAKAN
HA SIL
RENSTRA
manajemen
menggairahkan. Perlu ditambahkan bahwa visi selalu mengacu pada kondisi masa depan, sebuah kondisi yang tidak hadir saat ini dan belum pernah ada sebelumnya. Dengan visi, pemimpin organisasi menyediakan jembatan dari kondisi sekarang ke arah masa depan organisasi).Dengan memusatkan perhatian pada visi, pemimpin mengoperasikan emosi dan sumber daya spiritual, pada nilai-nilai, komitmen, dan aspirasi organisasi. Sebaliknya para manajer tugasnya mengoperasikan sumber daya fisik, modal, keahlian sumber daya manusia, bahan mentah dan teknologi organisasi (Bennis dan Namus dalam Entrepreneurial School).
Bila ada kilatan jenius dalam fungsi kepemimpinan, maka ini terletak pada kemampuan transendatal, semacam keajaiban untuk menghimpun berbagai jenis gambaran, prakiraan dan pilihan, yaitu berupa visi yang jelas menggambarkan masa depan yang secara keseluruhan tampak sederhana, mudah dimengerti, secara jelas diinginkan dan mampu memberi semangat (Bennis dan Namus).
Visi adalah kategori niat menyeluruh, berpikiran tentang masa depan dan merupakan aspirasi masa datang tanpa menyebut cara pencapaiannya.Visi adalah kata-kata yang mampu memberi inspirasi dalam bentuk permintaan untuk menjadi yang terbaik, terhebat dan terbesar. Visi harus memiliki daya tarik emosional bagi anggota organisasi di luar ketentuan kebijakan insentif-disinsentif (Miller & Dess).
Tujuan :
1.
2. 3.
4.
5.
Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik Memiliki orientasi terhadap masa depan. Menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan organisasi. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
Cakupan penyusunan visi seharusnya mencakup : 1.Tujuan terluas dan terumum, termasuk semuanya yang berarti memperjelas arah yang akan dicapai organisasi. 2.Gambaran aspirasi di masa depan 3.Inspirasi untuk mendapatkan yang terbaik 4.Pencapaian pada hasil 5.Komunikasi pernyataan misi dan persuasif pimpinan.
Sebagai contoh bila dalam pernyataan visi sebuah institusi ada kata pelayanan, maka kata tersebut harus dibuatkan defenisi kerjanya, misalkan sebagai berikut: merupakan suatu bentuk kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat dalam kegiatan kepemerintahan dan pembangunan .
PROSES PENYUSUNAN VISI Melakukan persiapan-persiapan teknis, seperti pembentukan panitia, penentuan peserta, jadwal, penggandaan dokumen hasil analisis pelaku dan klarifikasi mandat, dsb. Sebelum memulai penyusunan visi, panitia sebaiknya membacakan hasil-hasil klarifikasi mandat dan hasil analisis pelaku atau kalau dimungkinkan masing-masing peserta mendapatkan copynya.
Mulailah penyusunan visi secara sendirisendiri dari seluruh peserta yang hadir. Setelah selesai, semua peserta membacakan visi individunya serta defenisi kerjanya.
Panitia mengajak peserta untuk membentuk tim kecil, guna membahas hasil-hasil visi kelompok dan menjadikannya draft final visi. Panitia dan peserta harus menyepakati tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh tim kecil dalam menyelesaikan tugasnya.
Visi Kelompok
II. MISI
A. DEFINISI MISI
Misi merupakan persyaratan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan bagaimana melakukannya. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh institusi agar tujuannya dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang mencakup seluruh stakholders peduli (Toma, LSM,Pengusaha, Dinas, DPRD, dsb) Menilai lingkungan yang sangat berguna untuk menentukan apakah misi Institusi AMPL daerah tidak bertentangan secara internal dan eksternal dengan kebijakan kebijakan publik. Menyelaraskan kegiatan, proses, utama dan sumberdaya untuk memungkinkan organisasi melakukan kegiatannya secara lebih baik dan dengan biaya yang lebih sedikit.
Dalam rangka menyusun misi, Miller dan Dess membuat rambu-rambu berikut: Menawarkan apa sekarang dan apa yang akan datang? Pemenuhan kebutuhan segmen apa? (di luar stakeholder) Melayani siapa? Kualitas/teknologi macam apa? Memuat aspirasi di masa datang
Rambu-rambu Penyusunan Misi (Miller & Dess) Jelas, memotivasi dan khas (menurut Kotler) Singkat Alasan dan tujuannya untuk apa? Apa yang akan berbeda dengan urusan orang 3-5 tahun lagi? Prinsip ekonomi apa yang dipegang? Apa kepercayaan, nilai-nilai, aspirasi, prioritas dan filosofi organisasi.
III. NILAI
Untuk dapat meraih visi-misi, Institusi AMPL daerah harus mempunyai atau mensepakati tentang nilai yang dianut. Nilai atau (Value) dalam rencana strategis (renstra) merupakan kunci dari pencapaian keseluruhan organorgan renstra . Seorang pakar manajemen (Mc Kinsey) menerangkan bahwa nilai dalam menejemen didapatkan dari kerangka 7 S, structure, system, style, staff, skills, strategy sebagai elemen dari shared values.
III. NILAI
Staff
III. NILAI
Dalam konteks Institusi Pembangunan AMPL Daerah penjabaran nilai-nilai diacu dalam tugas pokok institusi tersebut. Salah satu tugas pokok institusi tersebut adalah tugas di bidang pelayanan publik (yang sangat kompleks). Setiap aparat harus mempunyai nilai yang terinternalisasi dalam dirinya dalam rangka melakukan pelayanan publik.
IV. CONTOH VISI, MISI DAN NILAI INSTITUSI PEMBANGUNAN AMPL DAERAH KABUPATEN SOLOK
3.
Melestarikan Sumber Daya Air. Menyusun Kebijakan ABPL yang terpadu dengan pendekatan Kebutuhan dan Pemberdayaan. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang PHBS.
NILAI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PROFESIONAL TRANSPARAN PARTISIPATIF INKULISVE AKUNTABEL TANGGAP/RESPONSIF SEMANGAT PENGABDIAN SALING HORMAT MENGHORMATI SEMANGAT KERJASAMA,SALING MENDUKUNG DAN MEMPERKUAT, MENGISI DAN MELENGKAPI (SINERGI) SEMANGAT MAWAS DIRI, MEMBANGUN, PEMBERDAYAAN BERPIKIR POSITIF IKHLAS. Dsb.
Ru m u san Vi si Kel o m p o k
Def i n i si Kerj a
No Ru m u san Mi si Kel o m p o k
Def i n i si Ker j a
Analisis SWOT :
ANALISA SWOT
DALAM PENYUSUNAN RENSTRA PROGRAM AMPL-BM
Disiapkan oleh:
Langkah 4:
Team WASPOLA2 WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
Analisis
4 Eksternal OT 6
Analisis Pelaku
Klarifikasi 2 Mandat
Isu Strategis
Analisis Internal SW
4
Penyusunan Strategi Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Kebijakan Stragis Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
TINDAKAN HA SIL
RENSTRA
manajemen
TUJUAN KHUSUS
TUJUAN UMUM
Peserta mampu melakukan analisa SWOT (Strength = kekuatan, Weakness = kelemahan, Opportunity = kesempatan, dan Threat = ancaman).
1. Langkah-langkah:
Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data primer (terfokus) Analisa deskriptif (kuantitatif) Penulisan deskripsi
3. Lingkungan Eksternal:
2. Lingkungan Internal:
Sumberdaya: SDM, sarana dan prasarana, sumber pendanaan, dll. Strategi: Kebijakan, Program, Kegiatan. Kinerja: keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.
Kecenderungan: politik & hukum, ekonomi, sosial-budaya dan agama, keamanan, dan teknologi. Pelaku kunci: pelaku eksternal (utamanya masyarakat) yang kepentingannya menjadi taruhan kinerja AMPL. Pesaing: pelaku eksternal yang bidang garapannya sama dengan program AMPL, namun berbeda visi, misi dan strategi. Mitra: pelaku eksternal yang bekerjasama dengan program AMPL untuk isu yang sama.
LINGKUNGAN EKSTERNAL
Politik & Hukum, Ekonomi, Sosbud dan Agama, Keamanan, Teknologi
1. LangkahLangkah-langkah:
Pesaing Stakeholders kunci Mitra
Identifikasi faktor kesempatan dan ancaman. Seleksi faktor kesempatan dan ancaman. Penentuan ruang gerak AMPL dengan Matrik EFAS (External
2. Kategori Penilaian:
Faktor kesempatan: elemen lingkungan eksternal yang mendukung pencapaian visi dan misi. Faktor ancaman: elemen lingkungan eksternal yang menghambat pencapaian visi dan misi.
3. Kriteria Penilaian:
Umum: relevansi pencapaian visi dan misi. Kecenderungan: demokratisasi, desentralisasi, pemberdayaan masyarakat, dll. Pelaku kunci: akses sumberdaya, akses partisipasi kebijakan publik, budaya politik, dll. Pesaing: kekuatan dan kelemahan. Mitra: kekuatan dan kelemahan.
Respon Pemda
1. Uji Coba pelaksanaan pembangunan AMPL yang efektif dan berkelanjutan. 2. Pelestarian sumberdaya 3. Transparansi dan akuntable dalam pembangunan AMPL Daerah. 4. Penegakkan & keadilan HAM. 5. Sinergi peran multi pihak. 1. Pola pembanguna AMPL Daerah terpadu hulu dan hilir. 2. Penyadaran PHBS. 3. Singkronisasi Kebijakan AMPL. 17
Kesempatan 1. Demokratisasi dan Desentralisasi. 2. Tersedianya potensi pembangunan AMPL Daerah. 3. Daya dukung lembaga kemasyarakatan tinggi. 4. Kebijakan yang berorientasi pengentasan kemiskinan. 5. Tingginya tingkat toleransi antar umat beragama. 6. Dll.
Ancaman 1. Hilangnya sumber mata air baku tinggi. 2. Rendahnya kesadaran tentang PHBS. 3. Kebijakan AMPL yang tidak singkron.
1. Inefektifitas & inefisiensi pembangunan AMPL Daerah. 2. Mudah terserang penyakit. 3. Konflik implementasi pembangunan AMPL.
Kolom 3: Rating, yakni respon terhadap faktor kesempatan dan ancaman (1 sangat kecil; 2 kecil; 3 sedang; 4 besar; 5 sangat besar). Kolom 4: Skor diperoleh dari Bobot dikalikan Rating. Kolom 5: Catatan diisi kata kunci relevansi terhadap kinerja pencapaian visi dan misi.
Kinerja
Kekuatan dan Kelemahan
1. 2. 3.
20 10 20
4 4 5
80 40 100
Sumberdaya
Strategi
100
2. Kategori Penilaian:
1. Langkah kunci:
Identifikasi faktor kekuatan dan kelemahan. Seleksi faktor kekuatan dan kelemahan. Penentuan kapasitas Forum dengan Matrik IFAS (Internal
Faktor kekuatan: elemen lingkungan internal yang mendukung pencapaian visi dan misi. Faktor kelemahan: elemen lingkungan internal yang menghambat pencapaian visi dan misi.
3. Kriteria penilaian:
Umum: relevansi pencapaian visi dan misi. Sumberdaya: keunggulan, kelangkaan, kecanggihan, kepedulian. Strategi: partisipatif, transparan, sinergis, akuntabel, berkelanjutan. Kinerja: bermutu, sinergis, legitim, dan berkelanjutan.
Deskripsi
1. Menerima masukan baik. 2. Profesional.
Respon PEMDA
1. Memperbaiki kebijakan. 2. Orientasi non-profit, rame ing gawe sepi ing pamrih. 3. Sinergi elemen pelaku. 4. Perawatan yang optimal. 5. Silaturrahmi rutin terprogram. 6. Ringan tangan & reflektif 7. Capaian optimal. 1. Peningkatan legitimasi. 2. Peningkatan Anggaran AMPL. 3. Silaturrahmi rutin. 4. Peningkatan kemampuan fasilitasi. 26
3. Soliditas tim kerja. 4. Efisiensi & efektifitas. 5. Sinergis. 6. Peka (peduli) publik. 7. Kerja keras 1. Legitimasi rendah. 2. Program terbatas. 3. Komunikasi tidak lancar. 4. Program tidak optimal
Kelemahan 1. Pelayanan masy. kurang optimal. 2. Anggaran Daerah AMPL rendah. 3. Koordinasi antar program AMPL kurang 4. Kemamapuan fasilitasi kurang.
Kolom 3: Rating, yakni respon terhadap faktor kekuatan dan kelemahan (1 s/ d 5). Kolom 4: Skor diperoleh dari Bobot dikalikan Rating. Kolom 5: Catatan diisi kata kunci relevansi terhadap kinerja pencapaian visi dan misi.
6 6 10 10 15 10 15 100
3 4 5 5 5 3 5 -
18 24 50 50 75 30 75
5. Sinergi multi elemen. 6. Tanggap dan cekatan. 7. Optimalisasi capaian. 1.Penguatan kapasitas. 2.Peningkatan Anggaran. 3.Silaturrahmi terprogram. 4.Kontrol multi elemen. 5.Partisipasi multi elemen. 29
Analysis Summary).
2. Mendeskripsikan akses program AMPL.
Kolom 3: Rating, yakni respon terhadap faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (1 s/d 5). Kolom 4: Skor diperoleh dari Bobot dikali Rating. Kolom 5: Durasi, yakni usia faktor strategis dalam jangka waktu Renstra (A lebih dari 2/3: B 1/3 - 2/3; dan C kurang dari 1/3). Kolom 6: Catatan diisi kata kunci relevansi terhadap kinerja pencapaian visi dan misi.
Catatan
Internal:
S1. Pemda yang akomodatif. S3. Hubungan antar karyawan/staf Pemda harmonis. W1. Pelayanan masyarakat kurang optimal. W3. Koordinasi antar program AMPL kurang.
Inovasi. Tim kerja Swakelola program. Pertemuan rutin Pemenuhan kebutuhan. Partisipasi. Penyadaran & pendidikan koordinasi & singkronisasi.
Eksternal:
O2. Tersedianya potensi pembangunan AMPL Daerah. O3. Daya dukung lembaga kemasyarakatan tinggi. T2. Rendahnya kesadaran PHBS. T3. Kebijakan AMPL yang tidak singkron.
Total 1,00
3,70
33
MATRIK TOWS
Internal Eksternal
Kekuatan (S)
Strategi SO
Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada.
Kelemahan (W)
Strategi WO
Memanfaatkan kesempatan untuk meminimalkan kelemaham.
Strategi ST
Menggunakan kekuatan untuk menjauhi ancaman.
Strategi WT
Meminimalkan kelemahan dan menjuhi ancaman.
35
Kesempatan
1. 2. 3. 4. 5. Demokratisasi dan Desentralisasi. Tersedianya potensi pembangunan AMPL Daerah. Daya dukung lembaga kemasyarakatan tinggi. Kebijakan yang berorientasi pengentasan kemiskinan. Tingginya tingkat toleransi antar umat beragama. .
1. Inovasi kebijakan pembangunan AMPL Daerah. 2. Singkronisasi regulasi kebijakan pembangunan AMPL daerah. 3. Optimalisasi pelayanan dan akses pembangunan sarana prasarana AMPL Daerah. 4. Efektifitas dan keberlanjutan pembangunan sarana & prasarana AMPL Daerah 1. Meningkatkan sinergi partisipasi elemen pelaku dalam melestarikan sumber mata air baku. 2. Meningkatkan kampanye dan pendidikan PHBS. 3. Meningkatkan koordinasi dan singkronisasi program pembangunan AMPL Daerah. 4. Pembentukan Pokja AMPL Daerah.
Ancaman
1. 2. 3. Hilangnya sumber mata air baku tinggi. Rendahnya kesadaran tentang PHBS. Kebijakan AMPL yang tidak singkron.
1. Meningkatkan kemampuan SDM dengan terlibat aktif di pelatihanpelatihan. 2. Mengelola segala kuantitas potensi menjadi berkualitas. 3. Membuka ruang partisipasi multi pihak seluas-luasnya untuk peningkatan kualitas SDM. 4. Belajar dari pengalaman sukses AMPL
36
Perumusan strategis :
Langkah 5:
Team WASPOLA2 WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
Analisis
4 Eksternal OT 6 Penyusunan Strategi
Analisis Pelaku
Klarifikasi 2 Mandat 5
Isu Strategis
Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Gagasan Strategi Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
Analisis
4Internal SW
RENSTRA
manajemen
Batasan Pengertian
Issue Strategis adalah Gejala2 atau tantangan2 yang memiliki dampak vital, luas dan mendasar bagi masyarakat
dan/atau organisasi.
Catatan : Jumlah Issue Strategis yang ditetapkan dapat tidak terbatas dan dapat dibatasi hanya satu issue saja. Bergantung pada permasalahan yang ada sebagai pemicunya.
Kekuatan
Kemampuan untuk mencapainya ? Sumber daya yg ada memadai untuk mengkovernya ?
Kelemahan
Seberapa besar resiko yg akan dihadapi ? Unsur apa yg masih diperlukan untuk mengkovernya ?
Ancaman
Apa kemungkinan kesulitan2 yg akan dihadapi & seberapa berat tingkat kesulitannya ?
Issue Strategis
Visi
Bertentangan atau tidak ? Merupakan bagian Visi atau tidak ?
Misi
Mendukung pencapaian misi ? Mudah / Sulit dikembangkan dalam program ?
Orientasi Mandat
Seberapa besar keterkaitan dg mandat yg diberikan kpd Pokja ? Apa sdh di bicarakan bersama ?
Nilai2
Apa kemungkinan yg bertentangan dg nilai2 setempat & yg lebih besar ?
Issue Strategis
Contoh Visi
TERCIPTANYA MASYARAKAT SEHAT SEJAHTERA MELALUI PEMANFAATAN SARANA AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DAN BERKESINAMBUNGAN PADA TAHUN 2010
Contoh Misi
MELESTARIKAN SUMBER DAYA AIR MENYUSUN KEBIJAKAN AMPL YANG TERPADU DENGAN PENDEKATAN KEBUTUHAN DAN PEMBERDAYAAN MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TENTANG PHBS MENINGKATKAN ALOKASI ANGGARAN DAN MENGGALI SUMBER DANA DARI MASYARAKAT MENINGKATKAN PEMERATAAN CAKUPAN PELAYANAN AMPL
kebutuhan masyarakat. 2. Tidak ada sistim pengawasan. 3. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme , Mark up dll.
Contoh Hubungan Visi, Misi, Nilai, Mandat, Analisa SWOT dan Issue Strategis
Analisis Eksternal
Mandat, Visi, Misi Nilai& Mandat
Tidak efektif & tidak kesinambungan Mengembangkan sistim pembangunan AMPL Daerah yang Pembangunan AMPL di kab/kot. Tinggi efektif dan berkesinambungan Kapasitas PEMDA sebagai Fasilitator Memperkuat kapasitas PEMDA Pembangunan AMPL Daerah rendah dengan melibatkan partisipasi multi pihak
Hilangnya/menurunnya sumber mata air baku/debit air/kualitas air di Daerah semakin meningkat Memperbaiki & meningkatkan mutu lingkungan hidup secara terpadu dan berkesinambungan
PERUMUSAN STRATEGI
DALAM PENYUSUNAN RENSRA AMPL DAERAH
Disiapkan oleh:
Langkah 6:
Team WASPOLA2 WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
Analisis Eksternal
Penyusunan Strategi Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Arah Kebijakan Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
Analisis Pelaku
Klarifikasi
Mandat
Isu Strategis
Pengukuran Kinerja
TINDAKAN HA SIL
Analisis Internal
RENSTRA
manajemen 2
TUJUAN UMUM Menguasai konsep dan mampu menyusun strategi penguatan kapasitas Institusi Pembangunan AMPL Daerah
3
TUJUAN KHUSUS Memahami konsep strategi Menyadari manfaat strategi bagi penguatan kapasitas Institusi Pembangunan AMPL Daerah. Dapat menyusun kebijakan dan program strategis Institusi Pembangunan AMPL Daerah.
Perbedaan Strategi dan Taktik: STRATEGI Menurunkan Taktik Menyediakan landasan, arah, dan kerangka tindakan Bersifat lintas situasi & kondisi TAKTIK Merujuk kepada Strategi Bentuk tindakan itu sendiri Bersifat situasional & kondisional
6
Fungsi strategi:
Menjembatani hubungan dialektis organisasi dengan lingkungannya. Membumikan misi organisasi. Mengatasi isu strategis. Membimbing upaya mencapai tujuan strategis. Membimbing upaya mencapai visi praktis.
7
MANFAAT STRATEGI
1. Kejelasan kinerja yang dipersyaratkan dalam upaya memenuhi mandat, mencapai visi dan misi, dan merespon isu dan tantangan.
2. Kecermatan dalam pembuatan keputusan dan tindakan. 3. Memperkuat pijakan kinerja organisasi.
4. Memperkaya kapasitas organisasi. 5. Penghayatan jati diri organisasi.
8
MENYUSUN STRATEGI
6. Memperkuat moral dan ethos kerja. 7. Memperkuat tradisi berfikir strategis dalam pembuatan keputusan. 8. Memperkuat sinergi antar pelaku. 9. Memperkuat penerimaan dan dukungan publik (legitimasi). 10.Mengoptimalkan peluang keberhasilan mencapai visi dan misi.
9
3) Tahap Persiapan (a) Pelajari dan siapkan rujukan pokok: Hasil analisis pelaku Hasil klarifikasi mandat Hasil perumusan visi & misi dan nilai Hasil analisis SWOT Hasil analisis isu strategis.
12
Tidak efektif & tidak kesinambungan Pembangunan AMPL di kab/kot. Tinggi Kapasitas PEMDA sebagai Fasilitator Pembangunan AMPL Daerah rendah
Memperkuat kapasitas PEMDA dengan melibatkan partisipasi multi pihak Memperbaiki & meningkatkan mutu lingkungan hidup secara terpadu dan berkesinambungan
Hilangnya/menurunnya sumber mata air baku/debit air/kualitas air di Daerah semakin meningkat
(kebijakan strategis)
Apa tindakan pokok implementasi strategi?
(program strategis)
Apa langkah kunci implementasi strategi?
(kegiatan strategis)
13
14
Batasan-batasan Pengertian Visi praktis adalah suatu kondisi masa depan yang terukur, sebagai alternatif penyelesaian isu strategis dan pencapaian tujuan strategis dalam rangka mewujudkan visi dan misi Institusi Pembangunan AMPL Daerah.
15
Faktor penghambat adalah faktor kelemahan dan ancaman yang mengganggu atau menghalangi pencapaian visi praktis.
16
Faktor pendukung
adalah faktor kekuatan dan kesempatan yang memperlancar atau memperkuat pencapaian visi praktis
17
Kebijakan strategis adalah serangkaian program dalam upaya mewujudkan visi praktis dengan mengoptimalkan pemanfaatan faktor pendukung sekaligus menekan pengaruh faktor penghambat.
18
Program strategis adalah serangkaian kegiatan sebagai penjabaran kebijakan dalam upaya mewujudkan visi praktis.
Kegiatan strategis adalah serangkaian tindakan sebagai penjabaran program dalam upaya mewujudkan visi praktis.
19
20
Asumsi adalah faktor penghambat dan faktor pendukung yang tidak diintervensi, karena alasan keterbatasan yang masuk akal.
21
Tujuan Akhir
Menekan meminimalisir inefektivitas dan tidak keberlanjutan pembangunan AMPL Daerah.
Visi Praktis
Pada akhir tahun 2007, partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan sistem pembangunan AMPL efektif dan keberlanjutan menjadi mainstream pembangunan AMPL Daerah. Pada akhir tahun 2007, Pemda dalam Pembangunan AMPL memiliki kapasitas kelembagaan, program dan manajemen yang sustainabel.
Pendukung
Demokratisasi dan desentralisasi pembangunan. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak. Peran sebagai fasilitator. Dll.
Kebijakan Strategis
Perbaikan sistem kerja, prosedur dan pengawasan pembangunan AMPL Daerah .
Demokratisasi dan desentralisasi pembangunan. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak. Dll.
22
Tujuan Akhir
Menekan meminimalisir inefektivitas dan tidak keberlanjutan pembangunan AMPL Daerah.
Kebijakan
Perbaikan sistem kerja, prosedur dan pengawasan pembangunan AMPL Daerah
Intervensi
Mendorong adanya perangkat kebijakan yang demokratis, yang membimbing dan mendukung terselenggarakannya pengelolaan pembangunan yang partisipatif, transparan, akuntabel,efektif dan berkelanjutan.
Asumsi
Sistem desentralisasi terus berlanjut. Politisasi pembangunan semakin menipis. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak terus berlanjut.
Meningkatkan kapasitas Pemda dalam Pembangunan AMPL , dalam aspek kelembagaan, program, dan manajemen.
Politisasi pembangunan semakin menipis. Ruang sinergi dan partisipasi multi pihak terus berlanjut.
23
Program
1) Operasionalisasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL di Daerah. 2) Menyusun perencanaan pembangunan AMPL partisipatif. 3) Pelaksanaan pembangunan AMPL partisipatif 4) Monev pembangunan AMPL partisipatif 5) Dll. 1) Penguatan aspek Kelembagaan. 2) Penguatan aspek Program. 3) Penguatan aspek Manajemen.
Tujuan Antara
1) Tersedianya perangkat /regulasi kebijakan pembangunan AMPL daerah yang partisipatif. 2) Terciptanya perencanaan pembangunan AMPL daerah partisipatif. 3) Terselenggarakannya pengelolaan pembangunan AMPL Daerah partisipatif. 4) Terselenggara-kannya Monev pembangunan AMPL Daerah partisipatif.
Waktu 03 04 03 04 04 05
Sumber daya
Multi pihak. APBD APBD Prov APBN BUMD Donor Swasta Masy. dll.
03 - 05 03 04
1) Tersedianya model kelembagaan & SDM profesional yang menjawab kebutuhan. 2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas program Pembangunan AMPL Daerah. 3) Meningkanya transparansi dan akuntabilitas program Pembangunan AMPL Daerah.
Multi pihak. APBD APBD Prov APBN BUMD Donor Swasta Masy. dll.
03 05 03 - 05
24
04
Pemda Multi pihak . Pemda Multi pihak Pemda Multi pihak Pemda Multi pihak
Pertemuan Kordinasi.
03-04 03-04
03-04
25
5) Penyelesaian
a) Reviu dan rekomendasi: Mencakup proses dan hasil. Melibatkan pendukung maupun penentang. b) Penyempurnaan strategi: Proses Hasil
26
Deskripsi
1. Kesempatan berinovasi kebijakan dan program AMPL Daerah. 2. Kemudahan memenuhi kebutuhan pembangunan. 3. Kemampuan mengelola pembangunan AMPL Daerah 4. Dukungan program multi pihak. 5. Ketentraman dan kedamaian.
Respon Pemda
1. Uji Coba pelaksanaan pembangunan AMPL yang efektif dan berkelanjutan. 2. Pelestarian sumberdaya 3. Transparansi dan akuntable dalam pembangunan AMPL Daerah. 4. Penegakkan & keadilan HAM. 5. Sinergi peran multi pihak. 1. Pola pembanguna AMPL Daerah terpadu hulu dan hilir. 2. Penyadaran PHBS. 3. Singkronisasi Kebijakan AMPL. 27
Ancaman 1. Hilangnya sumber mata air baku tinggi. 2. Rendahnya kesadaran tentang PHBS. 3. Kebijakan AMPL yang tidak singkron.
1. Inefektifitas & inefisiensi pembangunan AMPL Daerah. 2. Mudah terserang penyakit. 3. Konflik implementasi pembangunan AMPL.
MATRIK EFAS
Faktor Strategi Eksternal Kesempatan Demokratisasi dan Desentralisasi. Tersedianya potensi pembangunan AMPL Daerah. Daya dukung lembaga kemasyarakatan tinggi. Kebijakan yang berorientasi pengentasan kemiskinan. Tingginya tingkat toleransi antar umat beragama. Ancaman Hilangnya sumber mata air baku tinggi. Rendahnya kesadaran tentang PHBS. Kebijakan AMPL yang tidak singkron. Total Bobot Rating Skor Rasional
1. 2. 3. 4. 5.
7 10 10 8 15
3 5 3 4 4
21 50 30 32 60
1. Aspiratif & partisipatif. 2. Optimalisasi SD. 3. Berpengaruh. 4. Inklusif & partisipatif 5. Kondusif, Tertib & damai. 1. Air bernilai ekonomi/ prinsip pemulihan biaya. 2. Kampanye & pendidikan PHBS formal & informal. 3.Singkronisasi kebijakan.
1. 2. 3.
20 10 20
4 4 5
80 40 100
100
28
Deskripsi
1. Menerima masukan baik. 2. Profesional.
Respon PEMDA
1. Memperbaiki kebijakan. 2. Orientasi non-profit, rame ing gawe sepi ing pamrih. 3. Sinergi elemen pelaku. 4. Perawatan yang optimal. 5. Silaturrahmi rutin terprogram. 6. Ringan tangan & reflektif 7. Capaian optimal. 1. Peningkatan legitimasi. 2. Peningkatan Anggaran AMPL. 3. Silaturrahmi rutin. 4. Peningkatan kemampuan fasilitasi. 29
3. Soliditas tim kerja. 4. Efisiensi & efektifitas. 5. Sinergis. 6. Peka (peduli) publik. 7. Kerja keras 1. Legitimasi rendah. 2. Program terbatas. 3. Komunikasi tidak lancar. 4. Program tidak optimal
MATRIK IFAS
Faktor Strategi Internal Kekuatan 1. Pemda yang akomodatif. 2. Pengalaman aparatur Pemda dalam mengelola administrasi. 3. Hubungan antar karyawan/staf Pemda yang harmonis. 4. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas administrasi. 5. Hubungan struktural dan fungsional antar sektor berjalan baik. 6. Responsibility terhadap masalah. 7. Motivasi maju- tinggi. . Kelemahan 1. Pelayanan masy. kurang optimal. 2. Anggaran Daerah AMPL rendah. 3. Koordinasi antar program AMPL kurang 4. Kemamapuan fasilitasi kurang. Total Bobot Rating Skor Rasional
6 8 6 8
3 4 3 5
18 32 18 40
1. Kebijakan baik & dinamis. 2. Kapabilitas. 3. Tim kerja solid. 4. Efisiensi & efektifitas.
6 6 10 10 15 10 15 100
3 4 5 5 5 3 5 -
18 24 50 50 75 30 75
5. Sinergi multi elemen. 6. Tanggap dan cekatan. 7. Optimalisasi capaian. 1.Penguatan kapasitas. 2.Peningkatan Anggaran. 3.Silaturrahmi terprogram. 4.Kontrol multi elemen. 5.Partisipasi multi elemen. 30
MATRIK SWOT
Eksternal Internal
Kesempatan
1. 2. 3. 4. 5. Demokratisasi dan Desentralisasi. Tersedianya potensi pembangunan AMPL Daerah. Daya dukung lembaga kemasyarakatan tinggi. Kebijakan yang berorientasi pengentasan kemiskinan. Tingginya tingkat toleransi antar umat beragama.
Ancaman
1. 2. 3. Hilangnya sumber mata air baku tinggi. Rendahnya kesadaran tentang PHBS. Kebijakan AMPL yang tidak singkron.
Kekuatan
1. Pemda Daerah yang akomodatif. 2. Pengalaman aparatur Pemda dalam mengelola administrasi. 3. Hubungan antar karyawan/staf Pemda harmonis. 4. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas administrasi. 5. Hubungan struktural dan fungsional antar sektor berjalan baik. 6. Responsibility terhadap masalah. 7. Motivasi maju- tinggi. .
1. Inovasi kebijakan pembangunan AMPL Daerah. 2. Singkronisasi regulasi kebijakan pembangunan AMPL daerah. 3. Optimalisasi pelayanan dan akses pembangunan sarana prasarana AMPL Daerah. 4. Efektifitas dan keberlanjutan pembangunan sarana & prasarana AMPL Daerah
1. Meningkatkan sinergi partisipasi elemen pelaku dalam pembangunan AMPL yang efektif dan keberlanjutan. Mengembangkan prinsip pemulihan biaya dalam pembangunan AMPL Daerah. Meningkatkan koordinasi antar program AMPL Daerah.. Peningkatan fasilitasi dalam mengembangkan konsep swakelola masyarakat dalam pembangunan AMPL Daerah.
1. Meningkatkan sinergi partisipasi elemen pelaku dalam melestarikan sumber mata air baku. 2. Meningkatkan kampanye dan pendidikan PHBS. 3. Meningkatkan koordinasi dan singkronisasi program pembangunan AMPL Daerah. 4. Pembentukan Pokja AMPL Daerah.
2. 3. 4.
1. Meningkatkan kemampuan SDM dengan terlibat aktif di pelatihanpelatihan. 2. Mengelola segala kuantitas potensi menjadi berkualitas. 3. Membuka ruang partisipasi multi pihak seluas-luasnya untuk peningkatan kualitas SDM. 4. Belajar dari pengalaman sukses AMPL
31
Indikator kinerja :
INDIKATOR KINERJA
Langkah 7:
Disiapkan oleh: Team WASPOLAWASPOLA-2 Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia
4 Eksternal
Analisis
Analisis Pelaku
2 Mandat
Klarifikasi
3 Nilai
Visi, Misi
Isu Strategis
4 Internal
Analisis
Tujuan Strategis Visi Praktis Faktor Penghambat dan Pendukung Arah Kebijakan Program Strategis Kegiatan Strategis Reviu Strategi
7 Pengukuran Kinerja
TINDAKAN HA SIL
RENSTRA
manajemen
MATRIK RENSTRA I
PERENCANAAN STRATEGIS
NO.
Visi
Misi
Tujuan
Sasaran
Cara Mencapai
Kebijakan Program Kegiatan
Ket
MATRIK RENSTRA I
PERENCANAAN STRATEGIS
NO .
Visi
Misi
Isu Strateg is
Tujuan Akhir
Visi Praktis
Cara Pencapaian
Kebijakan Program Kegiatan
Ket
MATRIK RENSTRA II
PERENCANAAN STRATEGIS
Cara Pencapaian NO. Visi Praktis Kebijakan Program Kegiatan Ket
mengidentifikasikan indikator kinerja dan nilai capaiannya sebagai dasar penilaian capaian kinerja kegiatan/program/kebijakakan strategis. strategis.
Indikator OutCome/Hasil Yaitu indikator kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan. Benefit/Manfaat Indikator Benefit/ Manfaat Yaitu indikator kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat dan stakeholders lain dari hasil Impact/Dampak Indikator Impact/ Dampak Yaitu indikator kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi manfaat. makro yang ingin dicapai dari manfaat.
Catatan Catatan : 1. 1. Indikator kinerja dapat untuk evaluasi baik Indikator kinerja dapat digunakan digunakan untuk baik dalam dalam tahap perencanaan, pelaksanaan. tahap perencanaan, , pelaksanaan pelaksanaan dan tahap paska paska pelaksanaan. 2. in-put kinerja in put dan out put put dapat dinilai sebelum 2. Indikator Indikator kinerja dan out dapat dinilai sebelum kegiatan selesai. untuk indikator kegiatan yang yang dilakukan dilakukan selesai. . Sedangkan Sedangkan untuk indikator outcome, outcome, benefit benefit dan impact akan akan diperoleh diperoleh setelah setelah kegiatan kegiatan dan impact selesai, selesai selesai, , namun perlu diantisipasi sejak tahap perencanaan.
3.Indikator 3.Indikator kinerja dapat dikaitkan dengan beberapa kategori,pengukuran kinerja seperti kategori teknis atau operasional,kelembagaan,ekonomi, operasional,kelembagaan,ekonomi, budaya, budaya, lingkungan dan atau kombinasi dua atau lebih kategorikategori-kategori tersebut. tersebut. Oleh karena itu indikator kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk unit yang dihasilkan, dihasilkan, waktu yang diperlukan, diperlukan, nilai yang dihasilkan,tingkat kualitas, kualitas, dana yang diperlukan, diperlukan, produktifitas, produktifitas, ketaatan tingkat kesalahan, kesalahan, frekwensi, frekwensi, dsb. dsb.
4. 4. Penetapan indikator kinerja kinerja harus didasarkan Penetapan indikator didasarkan pada perkiraan perkiraan yang yang realistis realistis dengan tujuan dan dengan memperhatikan memperhatikan tujuan sasaran yang yang dan sasaran ditetapkan. ditetapkan ditetapkan. . Indikator kinerja kinerja hendaknya hendaknya : a. a. Spesifik Spesifik dan dan Jelas Jelas b. b. Dapat diukur secara secara objektif objektif baik bersifat kuantitatif kuantitatif maupun maupun Dapat diukur baik bersifat kualitatif kualitatif c. c. Dapat Dapat dicapai berguna untuk untuk menunjukkan menunjukkan dicapai, , penting penting dan dan berguna keluaran, pencapaian keluaran, dampak pencapaian keluaran , hasil hasil, , manfaat manfaat dan dan dampak d. Harus Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap terhadap perubahan cukup fleksibel dan sensitif perubahan e. Efektif, dikumpulkan, diolah e. Efektif, diolah dan dan dianalisis dianalisis , yaitu dapat dapat dikumpulkan, datanya ekonomis. datanya secara secara efesien efesien dan dan ekonomis .
Buku 5
Panduan Pelaksanaan Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis Masyarakat di Daerah
MODUL 5
Waspola
Bekerjasama dengan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Jakarta 2008
MODUL 5
BUKU 5
Kata Pengantar
okumen Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Indonesia telah disusun melalui program Penyusunan Kebijakan dan Penyusunan Rencana Kerja bidang AMPL (WASPOLA), yang berlangsung dari tahun 1998 sampai dengan 2003. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia melalui AusAID yang difasilitasi oleh Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific World Bank. Serangkaian kegiatan partisipatif penyusunan kebijakan dilaksanakan oleh Tim Kerja AMPL dibawah koordinasi Bappenas dengan anggota seluruh departemen terkait yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan. Sampai saat ini dokumen kebijakan telah disepakati dan ditandatangani oleh Tim Pengarah Pusat (Project Coordination Committee) yang terdiri dari para pejabat Eselon 1 dari masing-masing instansi tersebut. . Uji coba pelaksanaan kebijakan di empat propinsi terpilih telah dilaksanakan pada tahun 2002/2003, dan dilanjutkan sampai sekarang, sehingga jumlah lokasi sampai saat ini adalah 49 kabupaten/kota di 9 propinsi. Dari proses tersebut telah diperoleh masukan yang berguna, baik dalam penyempurnaan substansi kebijakan, maupun dalam metodologi pelaksanaannya di daerah. Berdasarkan pengalaman implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut diatas, akhirnya terkumpul berbagai panduan kegiatan fasilitasi operasionalisasi kebijakan di daerah, untuk kemudian ditulis ulang, sehingga akhirnya menjadi kumpulan panduan operasionalisasi kebijakan AMPL di daerah, sebagaimana naskah panduan ini. Untuk itu, agar memudahkan pada tingkat operasional, disusunlah Panduan Fasilitasi Lokalatih Community Led Total Sanitation (CLTS) sebagai bagian dari Buku 5, MateriMateri Panduan Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Pembangunan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Dengan panduan ini, mudah mudahan semua fihak yang akan memanfaatkan panduan ini akan menjadi lebih mudah untuk memanfaatkannya di lapangan. Demikian, semoga panduan ini dapat menjadi alat bagi pembelajaran kita semua
Modul 5
Panduan Lokakarya dan Pelatihan (Lokalatih) Pengelolaan Community Led Total Sanitation (CLTS) Contoh Kerangka Acuan
Lokakarya dan Pelatihan Pengelolaan Community Led Total Sanitation (CLTS
Gambaran umum Pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) atau sanitasi yang secara total dipimpin oleh masyarakat, merupakan pendekatan baru untuk pengembangan sanitasi pedesaan. Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 di sebuah komunitas kecil di District Rajshahi Bangladesh oleh Kamal Kar, yang saat itu bekerja di sebuah lembaga yang bernama Daya Pendidikan Desa (VERC). CLTS merupakan suatu pendekatan yang diterapkan untuk memfasilitasi masyarakat dalam memahami permasalahan dan potensi peningkatan sanitasi di komunitasnya dengan prinsip : tanpa subsidi kepada masyarakat; tidak menggurui; tidak memaksa; tidak mempromosikan jamban; masyarakat sebagai pemimpin; masyarakat terlibat secara total dalam melakukan analisis permasalahan dan potensi, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan. Dengan bantuan Bank Dunia, pendekatan CLTS mulai diujicobakan di Indonesia pada bulan Juni Oktober 2005, di 6 kabupaten yakni Kabupaten Sambas (Kalbar), Lumajang (Jatim), Muara Enim (Sumsel), Muaro Jambi(Jambi), Bogor (Jabar) dan Sumbawa (NTB). Sedangkan atas kerja sama WASPOLA, Pokja AMPL Banten dan PCI telah terlaksana kegiatan pelatihan di Kabupaten Pandeglang. Di tahun 2006, pendekatan CLTS ini semakin disebarluaskan ke daerah lain di Indonesia. Keberhasilan pendekatan CLTS dalam memicu masyarakat untuk menyelesaikan sendiri masalah sanitasi di dalam komunitasnya dalam hal ini kebiasaan buruk berak di sembarang tempat yang telah dilaksanakan di beberapa negara antara lain India,
Bangladesh, Kamboja, dan Indonesia, telah menggugah semua pelaku pembangunan AMPL untuk mencoba menerapkannya di lingkungan pekerjaannya masing masing. Kita semua sangat menyadari bahwa untuk mencapai hasil yang optimal, suatu program harus djalankan dengan membangun sinergi antara masyarakat, pemerintah, LSM dan pihak-pihak lain yang terkait . Agar semua pihak terkait mempunyai pemahaman yang sama dan mempuyai keterampilan dalam memfasilitasi masyarakat, WASPOLA bersama Pokja AMPL berencana untuk memberikan pembekalan tentang pendekatan CLTS kepada pelaku pembangunan AMPL dalam skala yang lebih luas.
Objektif Membantu pemangku andil dalam memahami pengelolaan Community Led Total Sanitation dalam rangka mencapai pembangunan AMPL berbasis masyarakat yang berkelanjutan di daerah
Keluaran - Penguasaan tata cara pengelolaan Community Led Total Sanitation sebagai alternatif pembangunan AMPL berbasis masyarakat yang berkelanjutan di daerah - Rencana Kerja implmentasi Community Led Total Sanitation sebagai alternatif pembangunan AMPL berbasis masyarakat yang berkelanjutan di daerah
Pengorganisasian Untuk pelaksanaan Lokalatih CLTS ini Pokja AMPL Kabupaten Kebumen akan bekerja sama dengan Sekretariat WASPOLA.
Peserta 1. Peserta : a. 35 perwakilan seluruh Puskesmas Kabupaten Kebumen b. 11 tokoh masyarakat dari 11 desa percontohan Pokja AMPL Kabupaten Kebumen 2. Fasilitator WASPOLA : Nur Apriatman, Agus Priatna dan Bambang Pujiatmoko 3. Jumlah : 32 orang Pembiayaan 1. Pokja AMPL Kabupaten Kebumen menanggung biaya penyelenggaraan pelatihan 2. WASPOLA menanggung kehadiran fasilitator WASPOLA.
21 Maret 2007 Persiapan diri Pembukaan Perkenalan Perumusan harapan Tujuan & alur lokakarya Kontrak Belajar Rehat kopi Refleksi pengalaman sanitasi sebelumnya Pengenalan CLTS dan pengalaman di negara dan daerah lain Isoma
- Prinsip2 CLTS - Tiga pilar PRA dalam CLTS - Perubahan perilaku Rehat kopi - Elemen pemicu dan faktor penghambat - Apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan - Sanitation ladder
22 Maret 2007
23 Maret 2007
Kompilasi temuan praktek lapangan dan penyusunan laporan Refleksi temuan praktek lapang
10.00 10.30 10.30 11.30 11.30 12.30 12.30 13.30 13.30 15.00 15.00 15.30 15.30 17.30
dengan
Rencana
: PEMBUKAAN PELATIHAN : Pelatihan dibuka secara resmi dan memperoleh dukungan dari Pemerintah Kabupaten : Sesuai dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam
bentuk upacara sederhana
LANGKAH PENYAJIAN
Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Daerah setempat, namun secara umum proses pembukaan adalah sebagai berikut: Salam pembuka Laporan Ketua Panitia tentang Kerangka Acuan Pelatihan dan kesiapan pelaksanaan pelatihan Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan kebijakan-kebijakan khususnya yang terkait dengan pelaksanaan program uji coba CLTS dan pelatihan ini Sambutan untuk menegaskan dukungan Pemerintah Daerah setempat dalam rangka pelaksanaan program ini, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam mensukseskan program ini. Sekaligus pada kesempatan ini, Kepala Daerah membuka secara resmi pelatihan, juga peluncuran program ini. Pembacaan doa. Penjelasan singkat tentang Program Uji Coba CLTS oleh Konsultan. Salam penutup. Acara kemudian diistirahatkan (15 menit) untuk memberi waktu kepada para tamu undangan beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat pelatihan. CATATAN PENTING: Acara pembukaan ini bila perlu dapat dimanfaatkan untuk sosialisasi program uji coba CLTS ini kepada para pihak di tingkat kabupaten/kota, sehingga pemahaman dan dukungan terhadap program di tingkat kabupaten/kota dapat lebih optimal.
: PERKENALAN DAN PENCAIRAN SUASANA : Peserta, fasilitator dan panitia saling mengenal, sehingga terbangun komunikasi yang kondusif dalam pelatihan : Permainan : 45 menit : Metaplan, spidol, dlsb. :
1. Untuk acara perkenalan peserta bisa dilakukan dengan beberapa cara, berikut ini 2
alternatif yang bisa digunakan: Bagilah seluruh partisipan (peserta, fasilitator dan panitia) menjadi beberapa kelompok (5-6 kelompok). Di setiap kelompok setiap individu memperkenalkan dirinya kepada anggota kelompok lainnya (nama lengkap, nama panggilan dan lembaga asalnya serta bisa ditambahkan hal-hal lain seperti: tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, hobby, bintang film ynag disukai, dll.). Perkenalan bisa dilanjutkan ke tingkat pleno, misalnya dengan cara meminta kesediaan anggota-anggota kelompok yang memiliki keyakinan bisa memperkenalkan seluruh anggota kelompoknya. Jika seluruh anggota kelompok telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Dan mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu. Mintalah partisipan berpasang-pasangan, tetapi disarankan untuk berpasangan dengan partisipan lain yang belum/kurang dikenal. Kemudian setiap individu saling memperkenalkan diri kepada pasangannya (nama lengkap, nama panggilan, lembaga asal, tanggal lahir, status perkawinan, jumlah anak, dsb.). Jika setiap pasangan sudah selesai saling memperkenalkan dirinya, mintalah setiap pasangan untuk memperkenalkan ke tingkat pleno dengan cara setiap orang memperkenalkan secara rinci tentang pasangannya. Jika seluruh pasangan telah diperkenalkan, cobalah bersama dengan seluruh partisipan untuk menghafal bersama nama seluruh partisipan pelatihan. Perkenalan bisa dipuncaki dengan langkah menanyakan: siapa yang paling banyak hafal nama partisipan? Dan mintalah kepada partisipan yang mengatakan paling banyak hafal nama partisipan untuk membuktikan kemampuannya menghafal nama partisipan dengan cara menyebut nama dan menunjuk orangnya satu per satu.
Berhitung bersama cara India Dalam formasi lingkaran berdiri, mintalah peserta berhitung mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya dengan ketentuan sebagai berikut: - Saat menyebut angka setiap individu harus meletakkan salah satu tangannya di dada secara menyilang. Angka akan diteruskan oleh individu di sampingnya sesuai dengan arah silang tangannya. Jika tangan kanan yang diangkat dan menyilang ke kiri (atau sebaliknya), maka individu sebelah kiri (atau sebaliknya) harus meneruskan ke angka berikutnya. - Individu yang mendapati dirinya harus menyebut angka lima (dan kelipatannya) harus memperagakan aktivitas lain, misalnya: menunduk sembari memberi salam, kemudian angka berikutnya diteruskan sesuai dengan arah penghitungan yang sedang berkembang. - Partisipan yang salah atau terlambat dalam menyebut angka dirinya dikeluarkan dari lingkaran dan setelah terkumpul sekitar 3-5 orang diberikan hukuman sesuai kesepakatan. - Lakukan refleksi bersama tentang apa yang memperlancar dan menghambat dalam permainan ini. Tujuh meong Langkah-langkahnya sama, namun pada hitungan 7 (atau kelipatannya) peserta tidak menyebut angka melainkan berteriak meong. Berbaris sesuai kriteria Mintalah partisipan berbagi menjadi 4 atau 5 kelompok, dan mintalah setiap kelompok berbaris memanjang ke belakang. Tugaskanlah dalam beberapa kali tahapan agar setiap kelompok membuat barisan sesuai kriteria yang anda tentukan, misal: berurutan dari depan ke belakang dari yang paling tua sampai yang paling muda, dari yang paling pendek sampai yang paling tinggi, dari yang paling panjang rambutnya sampai yang paling pendek, dan seterusnya. Sediakan waktu 10 detik untuk setiap tugas (kriteria), kemudian periksalah kebenaran barisan setiap kelompok dan buatlah scoring di papan tulis. Setelah beberapa tahap, hitunglah bersama seluruh partisipan score masing-masing kelompok. Sepakatilah siapa Juara I, II, III dan seterusnya. Lakukan refleksi bersama dengan pertanyaan: Apa yang membuat sukses para juara? Apa yang menghambat kelompok dengan score terendah?
3. Pada akhir session ini, pastikanlah bahwa seluruh partisipan sudah saling mengenal
dan memiliki hubungan yang akrab. CATATAN PENTING: Ada kemungkinan beberapa partisipan tidak mau terlibat dalam perkenalan dan pencairan suasana ini. Ajaklah secara persuasif (dengan melibatkan partisipan lainnya) agar mereka mau terlibat. Jangan paksa mereka, tetapi jangan pula membatalkan proses karena beberapa individu tidak bersedia terlibat.
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: RUMUSAN HARAPAN DAN KEKHAWATIRAN PESERTA : - Diperolehnya gambaran harapan yang ingin dicapai peserta selama pelatihan - Diperolehnya gambaran ranah harapan peserta (pemahaman, ketrampilan, strategi, metode, langkah-langkah, dll.) - Diperolehnya gambaran kekhawatiran peserta yang perlu dieliminir selama pelatihan. : - Penugasan Individual - Diskusi Kelompok - Diskusi Pleno : 45 menit : - Kertas potong untuk menuliskan pernyataan (1 lembar untuk 1 pernyataan) sejumlah sesuai keperluan, dalam 2 warna yang berbeda untuk pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. - Spidol (jika mungkin untuk setiap peserta) - Sticky cloth untuk menempelkan kertas-kertas pernyataan. :
1. Bagilah peserta ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok diminta mendiskusikan tentang HARAPAN dan KEKHAWATIRAN setiap individu dalam pelatihan. Setiap pernyataan ditulis dalam 1 lembar kertas potong dengan membedakan antara pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. Pernyataan yang sama cukup dituliskan 1 kali, sehingga tidak perlu terjadi duplikasi dalam kelompok. 2. Mintalah peserta meletakkan hasil diskusinya di lantai, pisahkan dalam area yang berbeda antara pernyataan-pernyataan HARAPAN dan KEKHAWATIRAN. 3. Ajaklah peserta untuk berkonsentrasi pada pernyataan-pernyataan HARAPAN. Sambil mengklarifikasi kejelasan setiap pernyataan, ajaklah peserta mengelompokkan rumusan-rumusan tersebut ke dalam beberapa jenis, yakni: PEMAHAMAN, KETRAMPILAN, STRATEGI, METODE, LANGKAH-LANGKAH, dan lainlain. Tempelkanlah pernyataan-pernyataan sesuai jenisnya pada sticky cloth yang telah disiapkan. 4. Lanjutkan dengan membahas pernyataan-pernyataan KEKHAWATIRAN, namun sebatas mengklarifikasikan maksudnya dan membahas secara cepat tentang langkah untuk mengeliminirnya, serta kemudian menempelkannya di sticky cloth. CATATAN PENTING:
o Terdapat kemungkinan rumusan HARAPAN peserta ada yang hanya dapat dicapai pasca pelatihan. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena akan terklarifikasi pada saat pembahasan Tujuan dan Alur Pelatihan. Demikian pula untuk pernyataan KEKHAWATIRAN, ada kemungkinan muncul pernyataan yang terlalu jauh ke depan, misalnya: takut uji coba gagal. Tetaplah melakukan pembahasan pernyataan serupa itu, karena akan menjadi modal untuk implementasi program.
LANGKAH PENYAJIAN
: TUJUAN DAN ALUR PELATIHAN : Disepakatinya tujuan dan alur pelatihan, terkait dengan tujuan program CLTS serta rumusan harapan peserta : Presentasi/Penjelasan Diskusi Pleno : 30 menit : o Rumusan tujuan pelatihan o Lembar alur pelatihan. o OHP/LCD/Papan flipchart :
1.
Jelaskanlah rumusan tujuan pelatihan yang telah direncanakan. Kemudian lanjutkan dengan pembahasan sejauh mana rumusan tujuan tersebut mampu menjawab rumusan harapan peserta. Bilamana ada harapan-harapan yang tidak mungkin tercapai oleh tujuan pelatihan tersebut, bahaslah bagaimana pencapaiannya. Jelaskanlah alur pelatihan yang akan dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Buatlah kesepakatan untuk bersama-sama mencapai tujuan pelatihan dengan mengikuti alur yang sudah disusun.
2.
3.
Pembukaan
KONTRAK BELAJAR
Fasilitasi di Komunitas: - Alat-2 Utama PRA dalam CLTS - Elemen pemicu dan faktor penghambat - Yang harus dilakukan dan dihindari
SIMULASI
Penutupan
Sanitation Ladder
LANGKAH PENYAJIAN
: KONTRAK BELAJAR : Terbangunnya komitmen pembelajaran bersama seluruh komponen pelatihan, dalam bentuk : - Kesepakatan waktu/jadwal - Tata tertib dan sanksi. : - Presentasi/Penjelasan - Diskusi Pleno : 30 menit : - Jadwal pelatihan. - Papan dan kertas flipchart atau laptop dan LCD. :
1. Jelaskanlah jadwal pelatihan yang sudah dirancang. Berikanlah kesempatan kepada peserta untuk bertanya, tetapi lebih terfokus untuk mempertajam penjelasan, bukan untuk mengusulkan perubahan substansial atas jadwal. Buatlah kesepakatan jika jadwal telah dipahami peserta. 2. Diskusikanlah secara pleno berbagai hal yang perlu diatur bersama dan menentukan keberhasilan pelatihan, misalnya: penggunaan handphone, kebiasaaan merokok, pakaian, dan sebagainya. Buatlah kesepakatan tentang tata tertib pelatihan beserta sanksinya. Tuliskanlah dalam flipchart untuk ditempel di tempat strategis yang bisa dibaca semua partisipan. 3. Jelaskanlah pula peran berbagai pihak (peserta, fasilitator dan panitia) dalam rangka keberhasilan pelatihan ini.
SESSI 03 TUJUAN
METODE
: REFLEKSI PENGALAMAN PROYEK SANITASI SEBELUMNYA : - Peserta memperoleh informasi tentang keberhasilan, kekuatan, kelemahan dan sanitasi keberlanjutan proyek-proyek sebelumnya. - Peserta memahami perbedaan-perbedaan paradigma antara program-program sanitasi yang lalu dengan kecenderungan yang dikembangkan saat ini. : - Diskusi Kelompok - Presentasi Kelompok - Diskusi Pleno - Presentasi/Penjelasan Pengalaman pengelolaan proyek-proyek sanitasi pernah dilaksanakan di kabupaten dan telah selesai. : 120 menit : Kertas plano + spidol atau transparansi + spidol + proyektor, dll. :
Alternatif 1 (Jika mayoritas peserta telah memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program sanitasi sebelumnya): 1. Ajukan pertanyaan kepada peserta tentang proyek sanitasi yang pernah dan sudah selesai dilaksanakan di kabupaten ini. Sepakatilah dengan peserta 2-3 program/proyek yang akan dianalisa bersama tentang KELEBIHAN, KEKURANGAN, KEBERLANJUTAN dan PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI pasca proyek tersebut. 2. Mintalah peserta berbagi dalam 2-3 kelompok sesuai dengan keterlibatan atau pemahamannya terhadap program/proyek yang akan dianalisa. Mintalah kepada peserta yang tidak pernah terlibat atau kurang paham terhadap program/proyek yang akan dianalisa untuk bergabung di salah satu kelompok. Aturlah agar jumlah peserta setiap kelompok relatif berimbang. 3. Mintalah kepada setiap kelompok untuk menganalisa/mendiskusikan program/proyek yang menjadi pilihannya (selama 30 menit) dengan pokok-pokok kajian, sebagai berikut: a. KELEBIHAN b. KEKURANGAN c. KEBERLANJUTAN d. PERUBAHAN YANG TERJADI DI LOKASI 2. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya selama 10 menit. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi.
3. Kembangkanlah diskusi pleno untuk mengkaji setiap program/proyek yang sudah dipresentasikan terkait dengan hal-hal sebagai berikut: a. Perkembangan apa yang diharapkan terjadi di masyarakat? b. Dukungan apa yang diberikan oleh program/proyek kepada masyarakat? c. Siapa yang memberikan contoh-contoh model sarana? d. Siapa sasaran utama (penerima manfaat) program/proyek? e. Bagaimana pendekatan yang dikembangkan? f. Siapa yang merancang kegiatan program/proyek? 4. Di akhir diskusi, bersama-sama dengan peserta fasilitator merangkum perubahan paradigma proyek sanitasi pengalaman terdahulu dan orientasi ke depan. Sebagai contoh perubahan yang terjadi dari program terdahulu ke kecenderungan saat ini adalah Program-program terdahulu (biasanya Target Oriented)
Perkembangan jumlah sarana Subsidi Model-model sarana disarankan oleh pihak luar Sasaran utama adalah kepala keluarga Top down Fokus pada: Jumlah jamban Pendekatannya bersifat blue print
Alternatif 2 (Jika hanya sebagian kecil peserta yang memiliki pengalaman terlibat dalam pelaksanaan proyek/program sanitasi sebelumnya) Sebelum proses di dalam kelas (bisa sehari atau beberapa jam sebelumnya), mintalah kepada beberapa peserta (3-4 orang) yang berpengalaman dalam pengelolaan proyek/program sanitasi (yang telah selesai) untuk mempersiapkan presentasi pengalamannya tentang proyek/program tersebut, terutama mengenai hal-hal sebagai berikut: a. KELEBIHAN b. KEKURANGAN c. PENCAPAIAN PADA AKHIR PROYEK/PROGRAM
CATATAN PENTING: Berikanlah tekanan-tekanan pada beberapa hal berikut ini: Perubahan sikap dan perilaku lebih memungkinkan untuk terjadinya perkembangan sarana dibandingkan sebaliknya. Dukungan subsidi sanitasi mendorong ketergantungan, sehingga keberlanjutan melemah Program/proyek yang dirancang oleh masyarakat sendiri, akan meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab mereka.
SESSI 04 TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENGENALAN CLTS DAN PENGALAMAN DI BERBAGAI NEGARA DAN DAERAH : - Peserta mampu memahami CLTS - Peserta memperoleh gambaran pengalaman penerapan di berbagai negara/daerah : Pemutaran film/VCD CLTS di India Refleksi atas pengalaman program sanitasi di Indonesia Penjelasan konsep CLTS dan pengalaman di berbagai negara/daerah Diskusi Pleno : 150 menit : a. Film/VCD: CLTS di Maharashtra India b. Materi: CLTS c. Pengalaman CLTS di Lumajang dan Sumbawa. d. VCD Player, screen. :
1. Putarlah film/VCD CLTS di Maharashtra India (sebelumnya berikan pengantar bahwa peserta diminta untuk menyimak apa yang dilihatnya di film tersebut). 2. Diskusikan dengan peserta pengalaman atau pengetahuann apa yang didapat dari film tersebut. 3. Lanjutkanlah dengan penjelasan tentang Konsep CLTS dan Pengalaman di Berbagai Negara/Daerah (materi dari Kamal Kar) 4. Lengkapilan pemahaman dan komitmen peserta dengan penjelasan mengenai pengalaman penerapan CLTS di Indonesia. 5. Bukalah ruang bagi proses tanya jawab dan diskusi pleno untuk memperjelas berbagai hal yang mungkin diragukan oleh peserta.
SESSI 05
TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PRINSIP-PRINSIP CLTS, 3 PILAR PRA DALAM CLTS, PERUBAHAN PERILAKU DAN TINGKATAN PARTISIPASI DALAM CLTS : - Peserta menerima dan berkomitmen meme gang prinsip-prinsip CLTS - Peserta memahami konsep tiga pilar PRA dalam CLTS - Peserta memahami dan berkomitmen merubah sikap dalam memfasilitasi masyarakat dari konsep atas bawah menjadi pembela- jaraan bersama - Mengeksplorasi variasi dan wilayah sudut pandang peserta pelatihan tentang keikut sertaan masyarakat, dan mendapatkan pengertian umum pada tipe dan tingkat partisipasi masyarakat yang dibutuhkan pada CLTS. : - Presentasi/Penjelasan - Diskusi Kelompok - Penugasan - Diksusi Pleno : 120 menit. : Potongan potongan kartu (metaplan), spidol, flipchart, kertas A4 untuk menggambar dan sticky cloth. Tulisan tentang : Prinsip prinsip CLTS: - non subsidi, - masyarakat sebagai pemimpin, - tidak mengajari, tidak memaksa dan tidak mempromosikan, - totalitas Visualisasi 3 pilar PRA Segitiga komponen perubahan perilaku (personal, institusional dan profesional), sharing dan methode. Visualisasi 4 tingkatan partisipasi masyarakat :
1. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip dasar CLTS, dan membuka diskusi yang berkaitan dengan materi. 2. Fasilitator menjelaskan tentang 3 pilar PRA yang menjadi dasar CLTS. Fokuskan pada perubahan perilaku dan kebiasaan. Mulai arahkan peserta bahwa perubahan
sikap dan kebiasaan dari fasilitator (di komunitas) adalah hal yang terpenting, karena jika perubahan telah terjadi maka 2 komponenn lainnya yaitu akan terjadi sharing dan metode bisa dilaksanakan. Perubahan Perilaku 1. Minta peserta untuk membagi dalam 3 kelompok kecil, dan masing-masing kelompok membahas sekurang-kurangnya 5 point siapa yang dianggap upper dan lower (1 kelompok membahas personal, 1 kelompok membahas institusional dan yang lainnya membahas dari segi profesional). 2. Setelah diskusi dalam kelompok kecil, minta masing-masing mempresentasikan dan kelompok lain memanggapi atau memberi masukan. 3. Kembangkanlah diskusi tentang mengapa seseorang atau sesuatu dianggap upper dan yang lainnya dianggap lower. 4. Di akhir diskusi sepakati bahwa dalam pendekatan CLTS cara pandang tersebut harus diubah sehingga tidak ada pendapat siapa upper dan siapa lower (tidak ada yang memposisikan dirinya sebagai upper dan tidak ada pula pihak lain yang dipandang sebagai lower). 5. Setelah diskusi pleno 1 selesai, minta kelompok yang sama untuk membuat skenario melalui bahasa tubuh (gesture),, masing-masing kelompok menggambarkan kegiatan yang top down, partisipatif dan friendly. 6. Minta masing-masing kelompok untuk menampilkan skenarionya (hanya melalui bahasa tubuh) dan kelompok lain menjadi pengamat. 7. Di setiap akhir penampilan kelompok, tanyakan kepada kelompok pengamat apa yang menjadi karakteristik dari bahasa tubuh yang ditampilkan. 8. Pada diskusi pleno, tanyakan kepada peserta bahasa tubuh yang bagaimana yang sesuai untuk pendekatan CLTS (didasarkan pada pemahaman bahwa tidak ada yang dianggap upper dan lower). Tingkat partisipasi 1. Minta masing-masing peserta menggambarkan contoh partisipasi masyarakat dari pengalaman sendiri yang mereka pahami dalam bentuk gambar (masing-masing mengambil selembar kertas dan alat tulis/gambar). 2. Sementara mereka membuat gambar, trainer menyiapkan kartu-kartu yang bertuliskan tingkatan partisipasi yang terdiri dari 4 kriteria (tingkat terendah sampai dengan tertinggi): Menerima Informasi
Diajak Berunding
Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar Mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan
3. Tempelkan keempat tingkatan kelompok tersebut pada dinding atau kain yang sudah diberi perekat (sticky cloth). Tanpa memberikan tingkatan partisipasi 4. Saat peserta telah selesai menggambar, tempelkan gambar-gambar tersebut di dinding. Setelah itu minta mereka menjelaskan maksud dari gambar-gambar tersebut, lalu mereka diminta untuk mengelompokkan gambar mereka kedalam kelompok-kelompok tingkat partisipasi mana yang ada dalam keempat kelompok tersebut. 5. Minta peserta untuk membuat peringkat tingkat partisipasi dari yang terendah sampai tertinggi (dimulai dengan tingkat terendah dan tertinggi, baru kemudian yang ada diantaranya) 6. Tanyakan pada tingkat partisipasi mana yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan CLTS. Fasilitasikan beberapa diskusi tentang hal tersebut sekitar 510 menit, kemudian minta peserta untuk memilih (voting) tentang tingkatan yang seharusnya ada, Akhiri dengan konsensus dari hasil pilihan tersebut.
SESSI 06.1
TUJUAN
METODE
WAKTU ALAT/BAHAN
LANGKAH PENYAJIAN
: FASILITASI DI KOMUNITAS : Alat-alat Utama PRA dalam CLTS Elemen-elemen Pemicu dan Faktor-faktor Penghambat Pemicuan "Apa yang seharusnya Dilakukan dan Dihindari" dalam CLTS Simulasi Alat-Alat Utama PRA : Peserta memahami dan menyepakati alat- alat PRA utama yang tepat digunakan dalam memfasilitasi CLTS sesuai dengan setiap elemen yang akan dipicu Peserta menemukan dan menyepakati elemenelemen pemicu dan faktor-faktor penghambat pemicuan, baik yang berlaku umum maupun yang spesifik lokal Peserta memahami dan berkomitmen tentang "apa yang seharusnya dilakukan" dan "apa yang seharusnya dihindari" Peserta memiliki ketrampilan dasar memfasilitasi CLTS dengan alat-alat utama yang disepakati. : Diskusi kelompok Simulasi Diskusi Pleno : 270 menit : - Kertas potong (metaplan) untuk menuliskan pernyataan-pernyataan dan simulasi alur kontaminasi - Bubuk kapur/tepung beberapa warna (untuk peta sosial) - Air minum untuk peragaan kontaminasi - Air bersih untuk peragaan kontaminasi - Spidol warna-warni - Bahan tulisan : Pengalaman peserta dalam memfasilitasi masyarakat di bidang sanitasi :
3.
4.
5.
6.
SESSI 07 TUJUAN
: SANITATION LADDER : Peserta mampu menjelaskan tahapan perkembangan sanitasi yang bisa dikembang- kan oleh masyarakat : - Penjelasan - Diskusi Pleno : 30 menit : Matriks/Bagan Sanitation Ladder :
: PRAKTEK LAPANG : Pembentukan Kelompok : Tersusunnya kelompok-kelompok praktek lapang yang komposisinya mencakup seluruh komponen tim kabupaten : Pemilihan demokratis : 30 menit : Kertas plano dan spidol :
1.
Jelaskanlah kepada peserta, bahwa pada hari ketiga akan dilaksanakan Praktek Lapang Fasilitasi CLTS (Pemicuan dan Perencanaan) di Komunitas di 4-6 lokasi di 2 desa, sehingga peserta akan dibagi menjadi 4-6 kelompok. Setiap kelompok diharapkan merupakan gabungan dari individu-individu yang mewakili berbagai komponen yang ada, sehingga diharapkan semua kelompok memikili kapasitas yang berimbang. Laksanakanlah proses pembentukan/pembagian kelompok, dengan cara membentuk barisan memanjang ke belakang sebanyak 4-6 kelompok. Mulailah, misalnya dari peserta yang berbasis kerja bidang kesehatan berpencar dalam 4-6 kelompok tersebut, lalu lanjutkan dengan yang berbasis kerja bidang perencana, selanjutnya pengembangan masyarakat desa, teknis sanitasi, dst. Perhatikanlah pula aspek gender, sehingga tidak terjadi sebaran tidak merata jenis kelamin tertentu. Pastikanlah bersama seluruh peserta, bahwa seluruh kelompok telah mengambarkan kelengkapan berbagai komponen yang ada. Tulislah di papan tulis/ kertas plano daftar nama anggota setiap kelompok.
2.
3.
LANGKAH PENYAJIAN
: PRAKTEK LAPANG : Persiapan: Panduan dan Simulasi Praktek Lapang : Tersusunnya panduan praktek lapang Peserta siap memfasilitasi proses CLTS di masyarakat. : Simulasi Penugasan dan pendampingan : 2-4 jam : Bahan-bahan untuk simulasi Pemetaan Sosial Kertas potong (metaplan) Kertas plano Spidol besar dan kecil Flagband Ember berisi air bersih Air mineral dalam kemasan gelas (2 gelas) Komposisi tim dalam memfasilitasi CLTS di komunitas Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas :
1. Mintalah sekitar 10 orang peserta sukarelawan untuk berperan sebagai warga masyarakat suatu dusun dalam simulasi yang akan difasilitasi fasilitator pelatihan. 2. Sebelum proses simulasi dimulai, mintalah kepada peserta yang lain untuk menyimak proses simulasi dengan cermat, dan bila perlu mencatat langkahlangkahnya serta kata-kata kunci penting dalam proses ini. 3. Mulai simulasi dengan Pemetaan Sosial, sehingga tergambarkan: batas wilayah pemukiman dan lahan pertanian/usaha, sebaran rumah warga, lokasi jamban dan BAB terbuka, akses setiap rumah terhadap jamban atau lokasi BAB terbuka, lokasi dan jenis sumber air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya, serta informasi lain yang relevan. 4. Lanjutkan dengan simulasi Transect dalam bentuk yang sederhana, dengan tekanan pada kunjungan ke lokasi BAB terbuka, dan tekankan bahwa tidak seorang pun boleh menutup hidungnya saat kunjungan ini. 5. Lanjutkanlah simulasi: Menghitung jumlah tinja (per hari, minggu, bulan, tahun), alur oral faecal, kontaminasi air bersih, kontaminasi air minum, dan gangguan privacy pada perempuan serta pandangan agama tentang BAB terbuka. 6. Bangunlah suasana klimaks dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bertingkat dalam rangka mendorong perubahan: Bagaimana perasaan saudara-saudara hidup dengan suasana seperti ini? Apakah saudara-saudara ingin berubah? Bilamana komunitas menyatakan tak akan berubah, kembangkan pertanyaanpertanyaan yang lebih tajam untuk memicu rasa malu takut penyakit rasa bersalah, dst. Bila tetap tidak ada perubahan sikap, (ini upaya akhir) lanjutkan
dengan pernyataan: Ya sudah kalau saudara-saudara tidak mau berubah. Saya akan pulang dan menuliskan laporan ke kabupaten bahwa saudara-saudara tidak mau berubah. 7. Lanjutkanlah dengan proses memfasilitasi perencanaan oleh masyarakat, dengan pertanyaan-pertanyaan bertingkat: o Siapa saja yang akan memulai perubahan? o Dalam bentuk apa? o Kapan dimulai? Kapan selesai? o Kapan masyarakat mentargetkan komunitas ini bebas BAB di tempat terbuka? 8. Tegaskanlah pada bagian akhir simulasi ini, bahwa perwakilan masyarakat (sekitar 6 orang dari setiap dusun) akan diundang dalam lokakarya di kabupaten untuk membagikan pengalamannya kepada peserta lokakarya. Simulasi berakhir. 9. Jelaskanlah bahwa besok peserta akan melaksanakan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok harus mempersiapkan diri (menyusun panduan dan berlatih bila perlu). Berikanlah gambaran tentang komposisi tim fasilitasi yang biasanya digunakan dalam memfasilitasi CLTS di komunitas, sebagai berikut: o Lead facilitator Fasilitator utama, yang menjadi motor utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang o Co facilitator Membantu fasilitator utama dalam memfasilitasi proses sesuai dengan kesepakatan awal atau tergantung pada perkembangan situasi o Content recorder Perekam proses, bertugas mencatat proses dan hasil untuk kepentingan dokumentasi /pelaporan program o Process facilitator Penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar proses sesuai alur dan waktu, dengan cara mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi. o Environment Setter Penata suasana, menjaga suasana serius proses fasilitasi, misalnya dengan: mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu proses (sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat dalam kampanye sanitasi, misalnya dengan: menyanyi bersama, meneriakkan slogan, dsb.), mengajak berdiskusi terpisah partisipan yang mendominasi atau mengganggu proses, dsb. 10. Mintalah panitia untuk menjelaskan lokasi praktek lapang dan gambaran awal jika tersedia, rencana keberangkatan (waktu, perlengkapan yang harus dibawa, kendaraan, alur perjalanan, dll.) 11. Berikanlah penugasan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri dan dampingilah sesuai dengan keperluan. CATATAN PENTING: o Dalam fasilitasi sebenarnya, urutan tidaklah dibakukan, namun pemetaan sosial semestinya dilakukan pertama
o Lokasi pemetaan sosial sebaiknya di lahan terbuka (halaman), namun hasilnya hasrus segera dipindahkan ke kertas plano o Lokasi pemicuan dengan alat-alat oral faecal, menghitung tinja, dll. tidaklah harus di ruang pertemuan tertutup, tetapi sebaiknya di lokasi-lokasi yang bisa mengoptimalkan rasa jijik, takut penyakit, berdosa, dll.
METODE
: PRAKTEK LAPANG : Pelaksanaan Pemicuan dan Perencanaan : Peserta siap memfasilitasi proses CLTS di masyarakat, dengan sasaran : Masyarakat memahami permasalahan sanitasi di komunitasnya dan berkomitmen untuk memecahkannya secara swadaya Tersusunnya rencana kegiatan masyarakat dalam rangka pemecahan masalah sanitasi di komunitasnya Terpilihnya panitia lokal komunitas yang mengkoordinir kegiatan masyarakat. : Praktek Lapang: Pemetaan Transek FGD Simulasi Pemilihan demokratis Pemantauan: Observasi dan asistensi terhadap praktek fasilitasi yang dilakukan peserta. : 7-8 jam di komunitas : Sesuai dengan persiapan dan panduan praktek lapangan :
Karena kegiatan praktek lapang yang dilakukan peserta ini merupakan kegiatan riil (bukan simulasi), maka kesalahan proses dan hasil sedapat mungkin diminimalisir. Fungsi fasilitator yang melakukan observasi dan asistensi adalah menjamin agar proses dan hasil fasilitasi yang dilakukan peserta benar dan optimal. Langkah-langkah yang bisa ditempuh perlu disepakati dengan para peserta yang memfasilitasi di tingkat komunitas, agar proses dan hasil sesuai yang diharapkan namun eksistensi peserta sebagai fasilitator haruslah dijaga (apalagi akan terus memfasilitasi komunitas tersebut). Bila memungkinkan, setiap kelompok sebaiknya didampingi oleh 1-2 fasilitator yang hanya berkonsentrasi untuk kelompok tersebut. Ingatkanlah, bahwa esok hari perwakilan masyarakat (6 orang per dusun atau total 12 orang per desa, dengan perimbangan laki-laki dan perempuan) diundang dan akan dijemput (jam 09.00 pagi) untuk menyampaikan pengalamannya (kondisi sanitasi hingga saat ini) dan rencana ke depan kepada seluruh peserta pelatihan di tempat penyelenggaraan pelatihan, sekaligus makan siang bersama. Wakil masyarakat akan diantar kembali ke dusun/desa sekitar jam 14.00 dari tempat pelatihan. Untuk itu, peta lapangan dan rencana kegiatan sebaiknya disalin ke kertas (plano) sebagai bahan presentasi masyarakat.
LANGKAH PENYAJIAN
: PRAKTEK LAPANG : Kompilasi Temuan dan Pelaporan : Tersusunnya point point penting pembelajaran dari praktek lapang setiap kelompok Tersusunnya laporan proses dan hasil praktek lapang setiap kelompok : Diskusi Kelompok : 2 jam : Hasil praktek lapang. Kertas plano dan peralatan lain sesuai kreatifitas peserta :
1. Jelaskanlah, bahwa esok hari sebelum bertemu dengan masyarakat akan dilakukan refleksi temuan praktek lapang. Untuk itu setiap kelompok perlu menyusun laporan yang menggambarkan proses dan hasil serta pembelajaran yang diperoleh dari praktek lapang tersebut. Berikan penegasan, bahwa peserta boleh berkreasi dalam menyajikan laporannya. Untuk membantu dalam memetik pembelajaran, berikanlah penjelasan tentang analisis yang bisa membantu menemukan pembelajaran dimaksud, misalnya: analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). 2. Persilahkanlah masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya, tetapi tetaplah mendampingi agar tugas benar-benar terselesaikan dengan baik.
CATATAN PENTING: Fasilitator pendamping dalam penyusunan laporan sebaiknya adalah fasilitator yang mendampingi dalam praktek lapang.
: Praktek Lapang : Refleksi Temuan Praktek Lapang : Ditemukannya point point penting pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam proses memfasilitasi CLTS selanjutnya Ditemukannya item-item pembelajaran yang spesifik lokal yang perlu dikembangkan dalam rangka optimalisasi CLTS. : Presentasi Kelompok Diskusi Pleno : 2 jam : Laporan praktek lapang masing-masing kelompok :
1. Jelaskanlah tujuan dari session ini dan tegaskanlah bahwa waktu yang tersedia untuk setiap kelompok hanya sekitar 25 menit (10 menit presentasi dan 15 menit untuk diskusi penajaman) 2. Berikanlah kesempatan kepada kelompok yang ingin memulai presentasi dan tanya jawab pendalaman khususnya tentang pembelajaran yang diperoleh (total 25 menit), lanjutkan sampai seluruh kelompok mempresentasikan laporannya. 3. Diskusikanlah secara pleno tentang pembelajaran bersama yang diperoleh, khususnya tentang apa yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya dihindari serta apa yang spesifik bisa dikembangkan di daerah setempat.
SESSI 09 TUJUAN
METODE
: DISKUSI PLENO DENGAN MASYARAKAT : - Dipahaminya rencana kegiatan masyarakat oleh seluruh komponen tim kabupaten - Meningkatnya motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana kegiatan yang mereka susun - Disepakatinya komitmen semua pihak untuk keberhasilan pencapaian rencana kegiatan masyarakat. : - Presentasi Masyarakat - Diskusi Pleno - Feedback progresif : 2 jam : Bahan presentasi kondisi sanitasi saat ini dan rencana ke depan dari setiap komunitas. :
1. Jelaskanlah kepada seluruh partisipan tentang tujuan sessi ini, khususnya tujuan 1 dan 3. 2. Persilakanlah kepada wakil masyarakat yang akan memulai presentasi untuk mempresentasikan kondisi sanitasi di komunitasnya dan rencana mereka ke depan (waktu tersedia sekitar 20 menit untuk setiap kelompok). Jika diperlukan berikan kesempatan kepada peserta yang telah memfasilitasi kemarin untuk menambahkan. 3. Pada setiap akhir presentasi kelompok, lakukanlah penegasan-penegasan untuk meningkatkan motivasi masyarakat, misalnya: mengajak peserta memberi applaus, menegaskan tentang tanggal bebas BAB terbuka untuk setiap komunitas, menunjukkan para natural leader yang akan memotori gerakan masyarakat, dll. Pada akhir session berikanlah penegasan-penegasan untuk membangun komitmen bersama semua pihak dalam upaya pencapaian bebas BAB terbuka di tingkat yang lebih luas.
SESSI 10 TUJUAN
: PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT : Tersusunnya rencana tindak lanjut tim kabupaten/kota dalam rangka: - Pendampingan implementasi rencana kegiatan masyarakat yang telah terpicu - Pengembangan kegiatan CLTS di lokasi lainnya. : - Diskusi Kelompok - Diskusi Pleno : 2 jam : Kertas plano :
1. Jelaskanlah tujuan session ini, kemudian bagilah peserta ke dalam 3 kelompok: Kelompok Desa I, Kelompok Desa II dan Kelompok Kabupaten. Mintalah peserta yang lain untuk membagi diri ke dalam ketiga kelompok. 2. Tugaskanlah kepada setiap kelompok untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) dalam rangka pendampingan kepada palaksanaan rencana masyarakat yang telah terpicu dan pengembangan ke area yang lebih luas. Sediakan waktu 30 menit untuk menyusun RTL ini. Format yang bisa digunakan, contohnya: Kegiatan Tujuan Waktu Biaya Penanggungjawab
3. Mintalah setiap kelompok mempresentasikan RTLnya dan berikanlah kesempatan untuk klarifikasi bersama agar tidak terjadi tumpang tindih dan pertentangan rencana. Waktu setiap kelompok 20 menit. Catatan : Gunakanlah sisa waktu untuk memberikan penegasan-penegasan dan pengembangan yang mungkin dilakukan dalam RTL bersama di tingkat kabupaten. Tegaskanlah bahwa motor utama kegiatan adalah mereka, karena merekalah yang akan teus bersama masyarakat di kabupaten ini.
SESSI 11 TUJUAN
: EVALUASI : Diperolehnya masukan dari peserta tentang tingkat keberhasilan pelatihan dan saran-saran untuk perbaikan : - Pemilihan Demokratis - Diskusi Pleno : 30 menit : Kain rekat, kertasdot, kertas suara, spidol, kantung suara :
1. Evaluasi penjajagan kemampuan diawal dan diakhir lokakarya : a. Pada tahap awal, dilakukan setelah pembukaan, sebelum penjelasan alur proses lokakarya. Pada tahap akhir dilakukan sebelum evaluasi akhir dilakukan. b. Siapkan di kain rekat tabel berikut ini : 100 75 50 25 0
Skala Memahami latar belakang, rasional, pendekat-an, dan prinsip-prinsip CLTS (Sanitasi Total oleh Masyarakat). Memahami metodologi CLTS dan kebutuhan akan perubahan sikap dan perilaku dari setiap individu, profesi dan lembaga untuk menerapkannya. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan CLTS di desa/lapangan dengan keterampilan fasilitasi yang tepat. Mengembangkan sebuah rencana tindak untuk penerapan CLTS di kabupaten /propinsi untuk periode 6 bulan kedepan.
c. Jelaskan tata cara evaluasi yang akan dilakukan : - Bagikan kepada setiap orang stiker dot, sesuai dengan jumlah kolom yang merupakan aspek aspek yang akan dievaluasi - Jelaskan arti dari skala penilaian : 0 artinya tidak paham sama sekali, 25 artinya kurang paham, 50 artinya cukup memahami, 75 artinya memahami serta 100 artinya sangat memahami. - Minta kepada setiap peserta untuk menempelkan kertas dot-nya masing masing pada setiap kolom aspek penilaian - Lakukan penghitungan ketika acara evaluasi telah diikuti oleh seluruh peserta - Jika ingin detail, penilaian dapat dilakukan berdasarkan daerah asal, dengan membedakan warna stiker dot-nya 2. Evaluasi harian Setiap hari, pada sore hari setiap orang diminta untuk memberikan penilaian diri dengan memberikan suara pada kantung suara, serta memberikan komentar yang dituliskan pada kertas suaranya. Siapkan di kain rekat tabel berikut ini :
100
75
50
25
Skala Bagaimana situasi kelas saat ini ? Bagaimana peran serta saya pada hari ini ? Bagaimana fasilitator membangun dinamika kelas hari ini ? Bagaimana peningkatan pengetahuan hari ini Apalagi ???
Jelaskan tata cara evaluasi yang akan dilakukan : - Bagikan kepada setiap orang kertas suara, sesuai dengan jumlah kolom yang merupakan aspek aspek yang akan dievaluasi - Jelaskan arti dari skala penilaian : 0 artinya tidak baik, 25 artinya kurang, 50 artinya cukup, 75 artinya baik serta 100 artinya sangat baik. - Minta kepada setiap peserta untuk memasukkan kertas suara beserta komentarnya masing masing pada setiap kantung suara dari setiap aspek penilaian - Lakukan penghitungan ketika acara evaluasi telah diikuti oleh seluruh peserta - Jika ingin detail, penilaian dapat dilakukan berdasarkan daerah asal, dengan membedakan warna stiker dot-nya
3. Evaluasi akhir
Jelaskan maksud dan tujuan evaluasi akahir pelatihan. Jelaskan tata cara evaluasi yang akan dilakukan : - Jelaskan kriteria yang akan dipakai :
Minta semua peserta untuk berdiri secara menyeluruh di tengah ruangan pelatihan Jelaskan bahwa setiap orang untuk memberikan penilaian dengan cara berpindah tempat sesuai dengan lambang kriteria penilaian.
Jelaskan pula bahwa setiap penilaian pada setiap aspek dilakukan, juga akan diminta kepada setiap wakil kelompok penilaian yang dipilih peserta untuk menyampaikan komentarnya kenapa memilih kriteria penilaian tersebut. - Lakukan secara bertahap sampai keenam aspek yang dinilai tersebut dapat dilakukan hingga selesai. Siapkan table berikut di kain rekat :
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aspek yang dinilai Tujuan Materi Dinamika peserta Fasilitator Metodologi Alokasi waktu Sarana belajar Akomodasi dan panitia Apalagi ??? Tinggi Sedang Kurang
Lakukan penghitungan setelah seluruh aspek penilaian dilakukan. Berikan rangkuman tentang makna evaluasi pelatihan tersebut pada saat ini dan untuk kepentingan pelatihan dimasa mendatang. Alternatif lain, gunakan format evaluasi akhir berikut ini :
ITEM EVALUASI
Seberapa jauh pelatihan ini memenuhi harapan anda (harapan umum)
Seberapa jauh orientasi ini memberikan kejelasan dan wawasan wawasan tentang pengelolaan program sanitasi masyarakat secara swadaya dan kaitannya dengan konsep kesinambungan program AMPL Seberapa jauh anda mendapatkan informasi atau pemahaman yang bermanfaat bagi pekerjaan anda yang berkaitan dengan pengelolaan program sanitasi masyarakat secara swadaya untuk kesinambungan program AMPL Seberapa jauh metode atau teknik penyajian dalam pelatihan ini membantu anda dalam memahami materi yang disampaikan Seberapa keaktifan peran serta peserta dalam pelatihan ini
SCORE 2 3 4
1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bagaimana kemampuan fasilitator dalam membangun dinamika pembahasan Seberapa jauh materi yang disajikan dalam pelatihan ini sesuai dan memenuhi harapan anda Seberapa jauh pengaturan tempat pelatihan membantu anda dalam memperlancar proses dan hasil belajar anda Apakah waktu yang dialokasikan pada pelatihan ini mencukupi Apakah sarana belajar (bahan, peralatan belajar) yang disediakan cukup memadai untuk membantu anda dalam proses belajar Apakah fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi, konsumsi dan sebagainya untuk pelatihan ini memadai
SESSI 12 TUJUAN
LANGKAH PENYAJIAN
: PENUTUPAN : - Pelatihan ditutup secara resmi oleh Pemerintah Kabupaten - Pemerintah Kabupaten berkomitmen mendukung tindak lanjut penerapan CLTS : Sesuai dengan kebijakan lokal, namun umumnya dalam bentuk upacara sederhana : 30 menit : Laporan Ketua Panitia Sambutan Tim Pusat Sambutan Bupati Doa :
Sangat tergantung dengan pola acara yang ditentukan dan dipilih oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, namun secara umum proses penutupan adalah sebagai berikut: Salam pembuka Laporan Ketua Panitia tentang telah selesainya kegiatan pelatihan (proses dan hasilnya) Sambutan Tim Pusat untuk menegaskan dukungan dan harapan akan keberhasilan pelaksanaan program uji coba CLTS Sambutan Bupati untuk menegaskan kembali dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan program ini, sehingga meningkatkan motivasi peserta dan pihak terkait dalam mensukseskan program ini. Sekaligus pada kesempatan ini, Bupati menutup secara resmi pelatihan. Pembacaan doa. Salam penutup. Acara kemudian diistirahatkan (15 menit) untuk memberi waktu kepada para tamu undangan beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat pelatihan. CATATAN PENTING: Acara bisa dilanjutkan dengan penyelesaian administrasi peserta.
1.
c. d. e. f. g. h. i. j.
2.
Sambutan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Nasional pada Pembekalan Dosen Pembimbing KKM Tematik AMPL
mencuci dan mandi di sungai tercemar
Kerugian ekonomi yang terkait sanitasi yang buruk diperkirakan sekitar Rp 42,3 triliyun per tahun, atau 2% dari GDP, atau sekitar Rp. 120.000/KK/bulan
Kalau saja kondisi pelayanan sanitasi lebih baik..1 Dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat (GDP yang hilang berkurang) Biaya hidup yang harus ditanggung masyarakat miskin berkurang s/d Rp.120.000 / KK / bulan Meningkatkan penghasilan akibat bertambahnya waktu produktif.
Kalau saja kondisi pelayanan sanitasi lebih baik..2 Jumlah hari sekolah yang hilang akibat diare berkurang lebih dari separuhnya.
Penyediaan jamban yang baik dan sehat mencegah diare sampai dengan 15% dan Mencuci tangan setelah BAB dan sebelum makan mencegah resiko terjadinya diare sampai dengan 47%. Kombinasi dari penyediaan air bersih, jamban sehat dan perilaku hidup sehat mengurangi resiko diare sampai dengan 40%.
Pembelajaran
Ketika masyarakat Tidak membutuhkan Bukan menjadi bagian dari proses perencanaan dan pelaksanaan Tidak dilatih Tidak berkeinginan berkontribusi baik untuk investasi awal maupun biaya pemeliharaan maka usaha pembangunan sanitasi akan sia-sia
Desentralisasi/otonomi
peran pemerintah dari penyedia koordinator, dan pendukung fasilitator,
Juragan air??
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
1.438 Unit
2.366 KK
23 kampung
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
Pipa untuk mengeluarkan gas dari septic tank, dapat dibuat dari bahan lokal (bambu) ataupun bahan yang dibeli di toko (pipa paralon).
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
Terima kasih
20
30
40
50
60
70
80
Ket : Sanitasi dilihat dari tempat penampungan akhir kotoran (septic tank dan lobang di tanah)
PROGRAM TERDAHULU Utamakan Perkembangan Jumlah Sarana Subsidi Model Sarana disarankan Oleh Pihak Luar Masy. Sasaran Utama Program adalah Kepala Keluarga Top Down Fokus pada : Jumlah Jamban Pendekatannya bersifat Blue Print
KECENDERUNGAN SAAT INI Utamakan Perubahan Perilaku dan Kesehatan Solidaritas Sosial Model Sarana digagas dan dikembangkan oleh Masy. Sasaran Utama Program adalah Masy. Desa Total Bottom Up Fokus pada : Berhentinya BAB disembarang tempat Pendekatannya lebih Fleksibel
Pember dayaan M asyarak at dalam Gerak an Sanit asi Tot al di Bangladesh, India, Cambodia, N epal dan I ndonesia
WA SPO LA , 20 07
BUKAN DEMAND
MASYARAKAT
CLTS
Pemicuan ( Triggering) Analisa oleh masyarakat ( paticipatory) Masyarakat secara menyeluruh memahami kondisi sanitasi di sekitar tempat tinggalnya & akibat dari berakr sembarangan/terbuka Peta kondisi sanitasi yang menunjukkan Lokasi berak terbuka Hal yang alami muncul spt natural leader
Rencana aksi masy. untuk atasi berak secara terbuka di wilayah desa mereka Tindakan aksi , yang dipimpin oleh natural leader
Masy. menilai sendiri rating kepuasaan Kunj ungan silang antara desa yang yg sdh/blm terpicu Deklarasi masyarakat bhw desa mereka sekarang telah bebas berak sembarangan
Akan membentuk kelompok penekan positif dari dalam untuk meyakinkan lainnya untuk menggunakan jamban Kaya L
Sedang
Masyarakat tidak memiliki lahan untuk BAB. Pemilik lahan seringkali menyalahkan mereka untuk BAB sembarangan. Masyarakat miskin yg tidak memiliki lahan (khususnya wanita) adalah korban terburuk yang menginginkan keluar dari keterhinaan. X
X L
L L
X X
X
L
X
X X
X
X
X
L
X X
X X
X X X
X
X
X X
X X
P. R. A.
Bergerak menuju Desa yang bersanitasi 100%
10 KK
Pemilik jamban tdk dapat menghindar dari dampak negatif selama masyarakat lainnya BAB Perencanaan sembarangan. partisipatif
10 KK
CLTS melibatkan keseluruhan masyarakat dalam aksi kolektif untuk mengakhiri open defecationdengan membuat peta : District Kudappa, India dan Kabupaten Gorontalo, Indonesia; titik awal darimana kita akan berangkat menuju perubahan
Masyarakat di Hetauda, Nepal memetakan wilayah BAB dan sedang merencanakan untuk berhenti dari BAB sembarangan
Seorang perempuan sedang memperlihatkan wilayah BAB di desa pada sebuah peta di desa Bahirwadi di district Ahmednagar district Maharashtra, India.
Kelompok perempuan di desa-desa Siem Reap menyatakan bahwa mereka merasa lebih sehat setelah berhenti open defecation dan penghasilan harian mereka meningkat sekitar satu dollar dari mengumpulkan kayu bakar dari hutan.
Masyarakat Gucialit Lumajang, melakukan transek, melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya, sehingga berubah perilakunya menjadi BAB pada tempatnya.
Masyarakat menelusuri WC terapung di atas Sungai Musi di Desa Teluk Kijing di Kabupaten Muba Sumatra Selatan,Indonesia
Masyarakat Desa Ringinpitu Grobogan, sedang melihat alur kontaminasi untuk memutus penyakit yang diakibatkan kondisi sanitasi yang buruk
-
TAN GAN
LANTAI / TANAH
Toilet direnovasi setelah digunakan selama satu tahun di desa Skun of Tbeng Commune, district Banteay Srei Provinsi Siem Reap di Kamboja perempuan dengan tiga anaknya dapat berhemat setidaknya R 30,000 per bulan untuk obat-obatan dan dokter.
Pemimpin informal muncul dari aksi kolektif awal yang meningkatkan kondisi kehidupan semua orang, desa Skun of Tbeng Commune district Banteay Srei provinsi Siem Reap di Kamboja. Dapatkah kita membantu untuk mengembangkan banyak pemimpin informal seperti ini dan mengajak mereka sebagai konsultan masyarakat?
JambanJamban-jamban yang baru dibangun di desadesa-desa di BangladeshBangladesh- rasa kepemilikan dan kebanggaan yang tinggi . .
Menggunakan abu setelah BAB di jamban cubluk adalah praktik masyarakat di desa Skun of district Tbeng Commune provinsi Siem Reap di Kamboja. Pada akhirnya akan didapatkan pupuk yang kaya akan potasium. Ide siapa?
CLTS di district Ahmednagar dan Nanded di Maharashtra telah menjadi contoh untuk keseluruhan negara bagian di India
Bengkel Sanitasi di Kebumen memperlihatkan model-model bangunan bagian atas jamban yang yang sesuai dengan kemampuan masyarakat, karenanya dapat dicicil sesuai dengan kesepakatan bersama.
Kloset plastik terdapat di kios-kios di desa-desa wilayah pinggiran di Bangladesh dimanapun terdapat progress CLTS.
Lembaran seng, botolplastik bekas dan lempengan plastik digunakan untuk membangun jamban
Mr. Sinoeun, Deputy Chief of Commune Council takes the pride of showing locally innovated toilets to outsiders- Kampong Chhnang
Jamban dibangun oleh masyarakat untuk tamu yang datang ke desa. Siapa yang mendapat keuntungan dari pekerjaan siapa?
Kami telah membangunnya dan dan kami semua menggunakannya. Ide siapa yang tepat? Siapa yang dapat mereplikasi dengan lebih cepat?
Perubahan perilaku sedang berlangsung . Seorang anak kecil sedang belajar BAB Di Rumahnya di Dusun Suka Menanti-Muaro Jambi.
Monitoring partisipatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk memantau keluarga yang telah tidak melakukan kebiasaan BAB sembarangan
Jamban umum dibangun di sekitar kebun dan kandang ternak tanpa subsidi- semua inovasi lokal. Ide siapa?
60 0 50 0 40 0 30 0 20 0 10 0 0
Petugas Sanitasi Sedang melihat Perkembangan pembuatan Lubang septic tank WC di Dusun Suka Menanti. Menanti.
Jamban yang dibangun tanpa menggunakan dinding tembok, terlihat bersih ditempatkan disamping rumah.
Jamban ini terletak dibelakang rumah dan berbatasan dengan kebun
Jamban di dusun Ploso dibuat dalam bangunan yang permanen. Namun demikian dibangun sangat dekat dengan kandang kambing.
Jamban sederhana dengan penutup, dibangun oleh warga untuk seorang nenek (janda)-Dusun Margodadi
JAMBAN YANG DIBANGUN OLEH MASYARAKAT TANPA SUBSIDI DARI PIHAK LUAR
Pak Masduki, pemimpin informal yang menjadi motor di Dusun Ploso DesaTanggung. Berpose didepan jamban warga yang dibangun setelah pemicuan
Bu Sulastri dan Pak Masduki, mereka saling menjelaskan perkembangan perubahan kebiasaan dan rencana kerja kepada warga masyarakat lain- Dari mana datangnya solusi?
Penghanyutan Jamban Terakhir pada waktu Deklarasi Hasil Uji Coba CLTS di Kabupaten Muaro Jambi
Ibu Sulastri didepan Papan bertuliskan Dusun Margosari Wilayah sadar jamban, 100% penduduk menggunakan jamban bertutup/leher angsa
M odal dasar Pr ovinsi Bant en unt uk memicu pemanfaat an pendek at an CLTS dalam rangk a perluasan di daer ah lainnya
Terima k asih .
PRINSIP-PRINSIP Community Led Total Sanitation (CLTS) 1. TANPA SUBSIDI KEPADA MASYARAKAT 2. MASYARAKAT SEBAGAI PEMIMPIN 3. TIDAK MENGGURUI, TIDAK MEMAKSA DAN TIDAK MEMPROMOSIKAN JAMBAN 4. TOTALITAS, SELURUH KOMPONEN MASYARAKAT TERLIBAT DLM ANALISA PERMASALAHAN PERENCANAAN PELAKSANAAN SERTA PEMANFAATAN DAN PEMELIHARAAN.
TIGA PILAR PRA ( Participatory Rural Apraisal ) DALAM CLTS DAN PERUBAHAN PERILAKU
Atasan VS Bawahan Personal Bahasa Tubuh / Gesture
Memberi VS Menolong
Metode
Berbagi
Profesional
Institusional
ELEMEN PEMICUAN
Rasa jijik Rasa malu Takut sakit Aspek agama (rasa berdosa) Pribadi Kemiskinan
Alat pemicuan..2
TRANSEK Tujuan Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya.
Alat pemicuan..1
PEMETAAN Tujuan : Mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat Sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat)
Alat pemicuan..3
ALUR KONTAMINASI (ORAL FECAL) Tujuan : Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.
TANGAN
LANTAI / TANAH
Alat pemicuan..4
SIMULASI AIR YANG TELAH TERKONTAMINASI Simulasi dengan menggunakan air ini dapat dilakukan pada saat transek, saat pemetaan atau pada saat diskusi kelompok lainnya. Tujuan : Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehar hari.
Alat pemicuan..5
DISKUSI KELOMPOK TERARAH FGD ( Focus Group Discusion ). Tujuan : Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.
Alat pemicuan..6
Jenis diskusi kelompok terarah (FGD) : FGD untuk memicu rasa malu dan hal-hal yang bersifat pribadi FGD untuk memicu rasa jijik dan takut sakit FGD untuk memicu halhal yang berkaitan dengan keagamaan FGD menyangkut kemiskinan
Hal yang harus dipicu Rasa jijik Rasa malu
Elemen Pemicuan
Alat yang digunakan Transect walk Demo air yang mengandung tinja Transect walk (meng-explore pelaku open defecation) Focus Group Discusion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (terutama untuk perempuan) FGD Perhitungan jumlah tinja Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data puskesmas Alur kontaminasi (oral fecal) Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri. FGD (terutama dengan perempuan) Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan masyarakat termiskin seperti di Bangladesh atau India.
Takut sakit
3. MEMBUAT KEPUTUSAN SECARA BERSAMA-SAMA 4. MASYARAKAT MULAI MENDAPATKAN WEWENANG ATAS KONTROL SUMBER DAYA & KPTS.
ALAT-ALAT UTAMA PRA DALAM CLTS PEMETAAN TRANSECT WALK ALUR KONTAMINASI
SIMULASI AIR YG TELAH TERKONTAMINASI UTK TAHU PETA WIL. BAB. MASY & MONITORING UTK MELIHAT & TAHU TEMPAT PALING SERING DIJADIKAN TEMPAT BAB. MASY; MASY AKAN JIJIK & DIHARAPKAN TERPICU AJAK MASY. UTK MELIHAT BGMN KOTORAN MANUSIA DAPAT TERMAKAN OLEH MANUSIA LAINNYA AJAK MASY. UTK MELIHAT BGMN KOTORAN MANUSIA DAPAT TERMAKAN OLEH MANUSIA LAINNYA MENGHITUNG TINJA 1 HR, 1 MG, 1 BLN DST PRIVACY, AGAMA, KEMISKINAN, DLL.
BERSAMA MASY. MELIHAT KONDISI YG ADA & MENGANALISA SHG MASY. DPT MERUMUSKAN APA YG HRS DILAKUKAN & YG TDK DILAKUKAN
ELEMEN-ELEMEN PEMICU DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PEMICUAN PERASAAN JIJIK FAKTORFAKTOR YANG HARUS DIPICU PERASAAN TAKUT DOSA PERASAAN MALU PERASAAN TIDAK MAMPU PERASAAN TAKUT SAKIT
PENGHAMBAT PEMICUAN DI MASYARAKAT
LAKUKAN
Memicu kegiatan setempat
Menawarkan Subsidi/Bantuan
Jelaskan dari awal, keg. ini tanpa subsidi Masy. bersedia teruskan, masy. tidak bisa menerima hentikan proses pemicuan
SOLUSI
Memfasilitasi Memfasilitasi masy. menganalisa kondisi mereka, memicu, mendorong masy. utk BAB tidak disembarang tempat Melibatkan masy. dlm setiap pengadaan Alat utk proses fasilitasi/pemicuan Fasilitator hanya menyampaikan pertanyaan sebagai pancingan & masy. yg berdiskusi/berbicara ( masy. yg memimpin ) Membiarkan masy. menyadari sendiri Kembalikan setiap pertanyaan masy. ke masy. itu sendiri
Jelaskan dari awal, bahwa kita tidak punya apa-apa dan kita tidak membawa bantuan
Memberikan alat2 atau petunjuk kepada orang perorang Menjadi pemimpin, Mendominasi proses diskusi Memberi tahu yg baik & buruk Langsung memberi jawaban terhadap pertanyaan2
Gali model jamban menurut masy & jangan memberikan 1 pilihan model Munculkan Natural Leader, jangan ngajari & biarkan masyarakat mengerjakan sendiri
ALAT ALAT Partisipatory Rural Apparaisal (PRA) YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES MONITORING
UNTUK MELIHAT AKSES MASYARAKAT TERHADAP TEMPAT TEMPAT BAB DENGAN CARA MEMBANDINGKAN ANTARA TALI AKSES SEBELUM & PASCA PEMICUAN DAN TINDAK LANJUT MASYARAKAT. SKALA TINGKAT KENYAMANAN
UNTUK MELIHAT & MENGETAHUI APA YANG DIRASAKAN MASYARAKAT UNTUK MENGETAHUI YANG MASYARAKAT RASAKAN DENGAN SARANA SANITASI YANG DIPUNYAI SEKARANG & HAL LAIN YANG INGIN MEREKA LAKUKAN
PENGERTIAN
CEMPLUNG
PLENGSENGAN
LEHER ANGSA
Cemplung
- Bentuk bangunan sangat sederhana, hanya berupa lubang yang menyalurkan tinja ke dalam tanah. - Dapat menggunakan material setempat yang ada seperti batu, kayu, dll. - Tidak permanen, umur bangunan lebih pendek dibandingkan dengan jenis bangunan yang lain. - Hanya menyalurkan tinja ke dalam tanah. - Lubang tinja terlihat dari atas (secara estetis tidak nyaman).
Plengsengan
- Tidak terdapat air dalam kloset, tetapi permukaan kloset dibuat dengan kemiringan tertentu dengan permukaan halus. - Dapat dibuat sendiri dengan jumlah satuan, tanpa membutuhkan cetakan atau dibuat dalam jumlah yang banyak. - Kemiringan tersebut berguna supaya jatuhan tinja tidak langsung jatuh searah kebawah tetapi melalui media kloset. - Bau yang ditimbulkan tidak langsung menuju atas, karena terhalang media miring. - Lubang tinja tidak serta merta terlihat dari atas.
Leher Angsa
- Terdapat air di dalam kloset - Hanya dapat dibeli di toko (secara satuan), atau membuat sendiri tetapi membutuhkan cetakan/biasanya dibuat dalam jumlah yg besar.
Konstruksi
Fungsi
- Air berfungsi untuk menahan gas dari bawah. Sehingga bau yang ditimbulkan dari tinja dapat dikurangi dan tidak terdapat lalat yang dapat menjangkau tinja. - Media air bisa dilihat sebagai ciri kebersihan atau berfungsi tidaknya kloset.
- Biasa digunakan di daerah yang kurang air, karena kloset jenis ini tidak membutuhkan air untuk pembilasan. - Sebaiknya pada lubang disediakan penutup yang mudah untuk diangkat/ dipindahkan (tutup bergagang)
Syarat
- Sebaiknya pada lubang disediakan penutup yang mudah untuk diangkat/ dipindahkan (tutup bergagang)
- Penutup hanya dibutuhkan untuk menjaga kebersihan (misalnya: kloset terletak dibawah pohon, sehingga banyak daun gugur, adanya hewan spt: ayam, itik)
Keterangan Gambar Bangunan A.1. Tanpa dinding sama sekali A.2. Dinding gedeg/bilik A.3. <50% permanent, atau dinding hanya setengah A.4. Permanent luar rumah A.5. Dalam Rumah tapi tanpa pemisah (didapur, ruang tamu dll), tidak ada privacy A.6. Kamar mandi sendiri di dalam rumah (ada unsur privacy) Landasan B.1. Kayu/slab/bata B.2. Sanplat (slab/kloset) cemplung B.3. Kloset semen/plengsengan B.4. Leher angsa buatan dari semen (sentra produksi) B.5. Leher angsa keramik, polypropelene, toko (swadaya) Bawah Tanah C.1. Tanpa dinding (dapat dibuat jika kondisi tanah cukup stabil) C.2. Dengan dinding pasangan bata yang berfungsi untuk menahan longsoran dinding tanah, tanah dasar tidak dilapis campuran semen sehingga dasar cubluk tidak kedap air C.3. Dengan dinding cor semen berfungsi untuk menahan longsoran dinding, dasar tanah tidak kedap air C.4. Dengan dinding pasangan batu kali berfungsi untuk menahan longsoran dinding, dasar tanah tidak kedap air C.5. Dinding berpori (dari pasangan bata yang diberi jarak) C.6. Septic tank komplit berkompartemen, kedap air, dan dilengkapi dengan sumur resapan pada bangunan terpisah
LEAD FACILITATOR
FASILITATOR UTAMA, MOTOR UTAMA PROSES FASILITASI, BIASANYA 1 ORANG PEMBANTU FASILITATOR UTAMA DLM PROSES FASILITASI, JML SESUAI KESEPAKATAN PEREKAM PROSES FASILITASI, JML SESUAI KESEPAKATAN ( BIASANYA 2 ORANG )
CO - FACILITATOR
CONTENT RECORDER
PROCESS FACILITATOR
PENJAGA ALUR PROSES FASILITASI, MENGONTROL AGAR PROSES SESUAI ALUR & WAKTU (1 ORANG ).
ENVIRONMENT SETTER
PENATA SUASANA FASILITASI, MENJAGA SUASANA AGAR TETAP KONDUSIF ( > 1 ORANG )
DEMOGRAFI, GEOGRAFIS LOKASI PRAKTEK PELAKSANAAN PRAKTEK PEMICUAN ( FASILITASI ) : -TAHAPAN - HAMBATAN / MASALAH - MASYARAKAT TERPICU - COPY PEMETAAN - HAL-HAL LAIN ( KOMITE DLM MASY ? ).
HASIL PEMETAAN OLEH MASYARAKAT APA YANG DIRASAKAN MASYARAKAT DENGAN DATANGNYA TEAM FASILITATOR KE DESANYA KOMITMEN MASYARAKAT TENTANG : KESANGGUPAN MEMBUAT JAMBAN & SUSUNAN KOMITE DI MASYARAKAT
Edisi
11 Juli 2007
Edisi
11 Juli 2007
WASPOLA
2007
Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar
1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum 1.2 Alur Pemicuan 1.3 Hal - Hal Yang Harus Dipicu Dan Alat Pemicu Yang Digunakan 1.4 Langkah - Langkah Fasilitasi Di Masyarakat
2. PROSES ANALISA PARTISIPATIF, PEMICUAN DAN TINDAK LANJUT OLEH MASYARAKAT 2.1 Pemilihan Lokasi 2.2 Pemetaan 2.3 Transek ( Penelusuran Tempat Buang Air Besar ) 2.4 Alur Kontaminasi (Oral Fecal) 2.5 Simulasi Air Yang Telah Terkontaminasi 2.6 Diskusi Kelompok (Fgd, Focus Group Discusion) 2.7 Fasilitasi Di Akhir Pemicuan 2.8 Fasilitasi Untuk Rencana Tindak Lanjut Masyarakat 2.9 Tangga Sanitasi 2.10 Catatan Penting Untuk Fasilitator
3. TAHAP PENDAMPINGAN DAN MONITORING 3.1 Pendampingan 3.2 Penilaian Tingkat Kenyamanan 3.3 Monitoring 3.4 Pengembangan kegiatan lanjutan 3.5 Format Laporan Perkembangan Kemajuan Implementasi CLTS 3.6 Kunjungan Studi Banding 3.7 Deklarasi Daerah Bebas Buang Air Besar Sembarangan
4 PENUTUP
Kata Pengantar
Pemerintah sedang berupaya keras untuk memperbaiki status kesehatan : produktivitas dan kualitas hidup masyarakat adalah akumulasi dari tujuan sebuah program kesehatan, termasuk masalah air dan sanitasi dasar. Semuanya merupakan tujuan fungsional yang relatif berat, karena bentuk pendekatan dan metodologinya tidak hanya cukup dengan mengandalkan pendekatan pembangunan semata, melainkan mutlak dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan. Untuk mendukung kepentingan tersebut, Pemerintah terus mengadakan berbagai pelatihan baik bagi petugas maupun tokoh masyarakat sebagai bentuk upaya peningkatan kapasitas, dalam rangka memahami konsep-konsep pembangunan air dan sanitasi dasar yang berbasis partisipasi masyarakat. Khususnya yang terkait dengan metode partisipatif untuk melaksanakan identifikasi masalah dan perencanaan dalam pembangunan air dan sanitasi dasar, dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan dan peningkatan penggunaan sarana yang efektif. Salah satu hal penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan penggunaan sarana yang efektif adalah mempertimbangkan Pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS). Alasan dan pertimbangan inilah yang mendasari dilaksanakan berbagai pelatihan CLTS ini. Diharapkan, para peserta pelatihan meningkat pemahamannya sehingga dapat membantu mengarahkan aksesibiltas warga miskin terhadap kebutuhan sanitasi dasar bagi dirinya. Lebih jauh diharapkan dapat memperjelas arah pencapaian dan pemenuhan target MDG 2015. Panduan ini, yang merupakan penyempurnaan dari panduan yang telah ada, yang telah dikembangkan Departemen Kesehatan, kemudian masukan dari PCI Pandeglang yang mempunyai pengalaman yang cukup lengkap sejak pemicuan sampai kepada pelaporannya, serta Field Book MPA-PHAST; diharapkan dapat menjadi dokumen yang memuat proses pembelajaran dari berbagai pelatihan dan pelaksanaannya dilapangan, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi para pemerhati dan pelaksanana pembangunan sanitasi dasar di Indonesia. Secara umum panduan ini merupakan panduan proses fasilitasi di masyarakat. Tentu, tiada gading yang tak retak, untuk itu, segala masukan untuk perbaikan panduan proses pelatihan ini dengan senang hati kami terima. Semoga bermanfaat.
Sekretariat WASPOLA
1. PENDAHULUAN
1.1 Gambaran umum Pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) atau sanitasi yang secara total dipimpin oleh masyarakat, merupakan pendekatan baru untuk pengembangan sanitasi pedesaan. Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 di sebuah komunitas kecil di District Rajshahi Bangladesh oleh Kamal Kar, yang saat itu bekerja di sebuah lembaga yang bernama Daya Pendidikan Desa (VERC). CLTS merupakan suatu pendekatan yang diterapkan untuk memfasilitasi masyarakat dalam memahami permasalahan dan potensi peningkatan sanitasi di komunitasnya dengan prinsip : tanpa subsidi kepada masyarakat; tidak menggurui; tidak memaksa; tidak mempromosikan jamban; masyarakat sebagai pemimpin; masyarakat terlibat secara total dalam melakukan analisis permasalahan dan potensi, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan. Dengan bantuan Bank Dunia, pendekatan CLTS mulai diujicobakan di Indonesia pada bulan Juni Oktober 2005, di 6 kabupaten yakni Kabupaten Sambas (Kalbar), Lumajang (Jatim), Muara Enim (Sumsel), Muaro Jambi(Jambi), Bogor (Jabar) dan Sumbawa (NTB). Sedangkan atas kerja sama WASPOLA, Pokja AMPL Banten dan PCI telah terlaksana kegiatan pelatihan di Kabupaten Pandeglang. Di tahun 2006, pendekatan CLTS ini semakin disebarluaskan ke daerah lain di Indonesia. Keberhasilan pendekatan CLTS dalam memicu masyarakat untuk menyelesaikan sendiri masalah sanitasi di dalam komunitasnya dalam hal ini kebiasaan buruk buang air besar disembarang tempat yang telah dilaksanakan di beberapa negara antara lain : India, Bangladesh, Kamboja, dan Indonesia, telah menggugah semua pelaku pembangunan AMPL untuk mencoba menerapkannya di lingkungan pekerjaannya masing masing. Kita semua sangat menyadari bahwa untuk mencapai hasil yang optimal, suatu program harus dijalankan dengan membangun sinergi antara masyarakat, pemerintah, LSM dan pihak-pihak lain yang terkait . Agar semua pihak terkait mempunyai pemahaman yang sama dan mempunyai keterampilan dalam memfasilitasi masyarakat, disusunlah buku panduan ini untuk dipergunakan oleh pelaku pembangunan AMPL dalam skala yang lebih luas.
Proses fasilitasi CLTS di masyarakat pada prinsipnya adalah pemicuan terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit, rasa berdosa dan rasa tanggung jawab yang berkaitan dengan kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat. Dan untuk membantu proses pemicuan tersebut digunakan beberapa komponen Participatory Rural Apraisal (PRA) seperti pemetaan, transek, alur kontaminasi dan simulasi lainnya.
1.2 ALUR PEMICUAN Biasanya, alur proses pemicuan dilakukan sebagai berikut :
Pendampingan
Bina Suasana
Pemilihan lokasi pemicuan Menentukan Kelompok Sasaran Pemicuan CLTS Perkenalan dan penyampaian tujuan Monitoring dan evaluasi
Panduan ini bukan merupakan suatu alur yang harus diikuti atau dilakukan pada saat fasilitasi, karena tidak ada aturan yang baku dalam proses pemicuan. Proses implementasi di masyarakat lebih berkaitan dengan kemampuan dan inisiatif fasilitator. Fasilitator dapat memulai dengan kegiatan pemetaan dilanjutkan dengan transek, alur kontaminasi, kemudian ke pemetaan lagi, atau memulainya dengan penelusuran letak pembuangan tinja sembarangan (transect walk), kemudian ke pemetaan sosial, lalu transek lagi, dan seterusnya. Fasilitator tidak harus menunggu sampai 1 komponen, 2 atau 3 komponen PRA selesai, namun setiap saat bisa langsung melakukan pemicuan jika kesempatan terbuka (misalnya masyarakatnya sudah mulai menunjukkan ke arah itu).
1.3 HAL - HAL YANG HARUS DIPICU DAN ALAT PEMICU YANG DIGUNAKAN (selain pemetaan wilayah BAB) :
Hal yang harus dipicu Rasa jijik Alat yang digunakan Transect walk Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras, wudlu, dll Transect walk (meng-explore pelaku open defecation) FGD (terutama untuk perempuan)
Rasa malu
Takut sakit
FGD Perhitungan jumlah tinja Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data puskesmas Alur kontaminasi (oral fecal) Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri. FGD Terutama dengan perempuan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan masyarakat termiskin seperti di Bangladesh atau India.
Privacy
Kemiskinan
1.4.1 PEMILIHAN LOKASI PEMICUAN Pengalaman implementasi pendekatan CLTS selama ini biasanya dimulai dengan pemilihan lokasi untuk praktek pemicuan pelatihan CLTS. Kedepan, ketika sebuah daerah ingin melaksanakan pendekatan CLTS tentu harus dimulai dengan memilih lokasi tempat pelaksanaan CLTS. Dari pengalaman selama ini, akan lebih baik dengan memulai di tingkat RT. Sedangkan kenapa memilih desa tersebut, ada dua hal yang dapat dipakai sebagai pegangan : daerah rawan sanitasi, serta memiliki calon kader pemicuan CLTS. Sehingga, dari pengalaman di Pandeglang misalnya, ketika Desa Kramatmanik di Kecamatan Angsana telah terpicu, maka desa Padamulya yang sebelumnya bukan desa binaan, akhirnya terpicu juga untuk melakukan yang sama, persis seperti efek bola salju. Pembelajaran yang dapat dipetik dari sini adalah : bagaimana menemukan lokasi pertama pemicuan adalah hal yang utama.
1.4.2 PERKENALAN DAN PENYAMPAIAN TUJUAN Perkenalkan terlebih dahulu anggota tim fasilitator dan sampaikan tujuan bahwa tim ingin melihat dan belajar tentang kondisi sanitasi dari kampung tersebut, serta belajar bersama bagaimana kondisi tersebut dapat terjadi, serta diskusi bersama untuk menyelesaikan permasalahan, jika dirasakan dan disepakati bersama. Jelaskan dari awal bahwa kedatangan tim bukan untuk memberikan penyuluhan apalagi memberikan bantuan. Tim hanya ingin melihat dan mempelajari bagaimana kehidupan masyarakat, bagaimana masyarakat mendapat air bersih, bagaimana masyarakat melakukan kebiasaan buang air besar, dan lain-lain. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka mau menerima tim dengan maksud dan tujuan yang telah disampaikan
1.4.3 BINA SUASANA Untuk menghilangkan jarak antara fasilitator dan masyarakat sehingga proses fasilitasi berjalan lancar, sebaiknya lakukan pencairan suasana, dengan melakukan berbagai ice breaking yang ada kaitannya dengan proses pemicuan, perubahan perilaku, dlsb. Pada saat itu temukan istilah setempat untuk tinja (misalnya tai, dll) dan BAB (ngising, modol, naeng, dll)
1.4.4 ANALISA PARTISIPATIF DAN PEMICUAN Memulai proses pemicuan di masyarakat, biasanya diawali dengan analisa partisipatif bersama dengan masyarakat, misalnya melalui pembuatan peta desa/dusun/kampung yang akan menggambarkan dimana masyarakat melakukan BAB, termasuk yang masih melakukan BAB di sembarangan tempat. Dengan membuat peta, sebagai fasilitator mudah untuk melakukan proses pemicuan berikutnya, disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang akan dipicu tadi, sekaligus sebagai data dasar akses layanan sanitasi dasar di desa tersebut.
1.4.5 TINDAK LANJUT OLEH MASYARAKAT Jika masyarakat sudah terpicu dan kelihatan ingin berubah, maka saat itu juga susun rencana tindak lanjut oleh masyarakat. Semangati masyarakat bahwa mereka dapat 100% terbebas dari kebiasaan BAB di sembarang tempat.
1.4.6 PENDAMPINGAN Dari pengalaman implementasi pendekatan CLTS di berbagai daerah, terlihat ada yang berkembang seperti Pandeglang, sehingga sampai mendapatkan MURI, tetapi ada juga yang berhenti setelah praktek pemicuan sebagai sebuah tahapan dalam proses pelatihan. Setelah diamati, ternyata kuncinya adalah harus adanya pendampingan pasca pemicuan pertama, sampai masyarakat betul betul berubah perilakunya menjadi terbiasa dengan BAB pada tempatnya.
1.4.7 MONITORING Lebih kepada memberikan energi bagi masyarakat yang sedang dalam masa perubahan perilaku di bidang sanitasinya. Kegiatan monitoring akan sangat berkaitan erat dengan pendampingan. Untuk itu, tangga sanitasi dapat dimanfaatkan dalam memberikan energi bagi masyarakat tersebut. Jangan dilupakan juga pelaporan, yang juga akan memberikan energi bagi fasilitator untuk melihat hasil pekerjaannya dalam mendampingi masyarakat.
UNTUK MELIHAT AKSES MASYARAKAT TERHADAP TEMPAT TEMPAT BAB DENGAN CARA MEMBANDINGKAN ANTARA TALI AKSES SEBELUM & PASCA PEMICUAN DAN TINDAK LANJUT MASYARAKAT. TANGGA SANITASI DAN KENYAMANAN
UNTUK MELIHAT & MENGETAHUI APA YANG DIRASAKAN MASYARAKAT UNTUK MENGETAHUI YANG MASYARAKAT RASAKAN DENGAN SARANA SANITASI YANG DIPUNYAI SEKARANG & HAL LAIN YANG INGIN MEREKA LAKUKAN
Tujuan Mendapatkan lokasi dimana masyarakat melakukan BAB sembarangan yang akan menjadi lokasi pemicuan Fasilitator dan calon lokasi pemicuan menyepakati kriteria pemilihan lokasi pemicuan
Alat yang diperlukan Brosur pendekatan CLTS Naskah Renstra AMPL Kabupaten/Kota bagi yang sudah memiliki Kriteria pemilihan lokasi pemicuan CLTS : daerah rawan sanitasi, serta memiliki calon kader pemicuan CLTS
Proses 1. Pendekatan informal pada dinas terkait AMPL serta pemangku kepentingan AMPL Kabupaten/Kota lainnya yang peduli mengenai pentingnya perubahan perilaku masyarakat dari BAB sembarangan menjadi BAB pada tempatnya. 2. Pertemuan formal dinas terkait AMPL serta pemangku kepentingan AMPL Kabupaten/Kota lainnya yang telah mengetahui konsep, kelebihan dan manfaat CLTS untuk pelaksanaan pendekatan CLTS di daerah rawan sanitasi di daerahnya. Untuk daerah yang telah memiliki Renstra AMPL, ingatkan bahwa implementasi CLTS dapat merupakan terobosan dalam rangka implementasi Renstra AMPL untuk bidang sanitasi dasar. 3. Ajak peserta pertemuan untuk menyampaikan informasi desa mana saja di wilayahnya yang masuk kategori rawan sanitasi, yang ditandai dengan tingginya angka kesakitan sebagai akibat buruknya kondisi sanitasi 4. Jelaskan kriteria sederhana pemilihan lokasi pemicuan : daerah rawan sanitasi, serta memiliki calon kader pemicuan CLTS 5. Lakukan dialog, sehingga ada kesepakatan tentang lokasi pemicuan CLTS. 6. Buat rencana kerja pemicuan CLTS untuk desa terpilih, disarankan : akan lebih baik untuk memilih satuan wilayah terkecil di desa terpilih dalam melakukan pemicuan : RT dan RW. 2.2 PEMETAAN
Tujuan Mengetahui / melihat peta wilayah dimana masyarakat melakukan BAB, sekaligus sebagai peta data dasar layanan sanitasi dasar Sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat)
Alat yang diperlukan Tanah lapang atau halaman Bubuk putih untuk membuat batas desa. Potongan potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk. Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran atau tinja. Spidol. Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi Sesuaikan peralatan yang dipakai dengan kondisi tempat pemicuan, sehingga dapat dipergunakan : daun berwarna hijau, kuning, merah dlsb,
atau batu, ranting, prinsipnya sedapat mungkin gunakanlah alat alat yang ada di lokasi pemicuan Bahan tersebut dapat digantikan dengan bahan lokal seperti: daun, batu, ranting kayu, dll.
Proses 1. Ajak masyarakat untuk membuat garis batas desa / dusun / kampung, seperti batas desa/dusun/kampung, jalan, sungai dan lain-lain. Buat juga tanda untuk bangunan penting, seperti balai desa, mesjid, sekolah, posyandu, dlsb. 2. Siapkan potongan-potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga masingmasing dan menempatkannya sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas rumahnya masing-masing. Atau pergunakan alat lain, seperti daun, ranting ataupun batu, misalnya. 3. Minta mereka untuk menyebutkan tempat BAB-nya masing-masing. Jika seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun numpang di tetangga, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning. Beri tanda (garis akses) dari masing-masing KK ke tempat BAB nya tersebut. 4. Tanyakan pula di mana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti pada saat malam hari, saat hujan atau saat terserang sakit perut.
Pendalaman / analisa partisipatif dari kegiatan pemetaan. 1. Tanyakan berapa kira-kira jumlah tinja yang dihasilkan oleh setiap orang setiap harinya. Sepakati jumlah rata-ratanya. 2. Minta masyarakat untuk menulis jumlah anggota keluarga di atas kertas yang berisi nama KK dan berapa jumlah total tinja yang dihasilkan oleh 1 keluarga/rumah setiap harinya. 3. Ajak masyarakat untuk melihat rumah mana (yang masih BAB di sembarang tempat) yang paling banyak menghasilkan tinja. (beri tepuk tangan). 4. Pada penduduk yang BAB di sungai, tanyakan ke mana arah aliran airnya. 5. Pada penduduk yang berada di daerah hilir, tanyakan dimana mereka mandi. Picu masyarakat bahwa bapak/ibu telah mandi dengan air yang ada tinjanya.
6. Ajak masyarakat menghitung jumlah tinja dari masyarakat yang masih BAB di sembarang tempat per hari, dan kemudian per bulan. Berapa banyak tinja yang ada di desa / dusun tersebut dalam 1 tahun? Berapa lama kebiasaan BAB sembarang tempat berlangsung?. 7. Tanyakan kemana kira-kira perginya tinja tinja tersebut. 8. Di akhir kegiatan tanyakan: kira-kira kemana besok mereka akan BAB? Apakah mereka akan melakukan hal yang sama?
Catatan: Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor kondisi wilayahnya sendiri, peta di atas lahan harus disalin ke dalam kertas (flipchart). Jika tempat tidak memungkinkan, pemetaan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas yang cukup besar, seperti flipchart.
2.3 TRANSEK ( PENELUSURAN TEMPAT BUANG AIR BESAR ) Tujuan Melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan ke sana dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya, sehingga berubah perilakunya menjadi BAB pada tempatnya.
Alat yang diperlukan Peta sosial desa/dusun/kampung yang telah dibuat sebelumnya. Proses 1. Ajak masyarakat untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan). 2. Lakukan analisa partisipatif di tempat tersebut. 3. Tanyakan siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang hari ini telah BAB di tempat tersebut. 4. Jika di antara masyarakat yang ikut penelusuran atau transek ada yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut, tanyakan: bagaimana perasaannya ? berapa lama kebiasaan itu berlangsung ? apakah besok akan melakukan hal yang sama? 5. Jika di antara masyarakat yang ikut transek tidak ada satupun yang biasa melakukan BAB di tempat tersebut tanyakan pula bagaimana perasaannya melihat wilayah tersebut. Tanyakan hal yang sama pada warga yang rumahnya berdekatan dengan tempat yang sering dipakai BAB tersebut. 6. Jika ada anak kecil yang ikut dalam transek atau berada tidak jauh dengan tempat BAB itu, tanyakan apakah mereka senang dengan keadaan itu? Jika anak-anak kecil menyatakan tidak suka, ajak anak-anak itu untuk menghentikan kebiasaan itu, yang bisa dituangkan dalam nyanyian, slogan, puisi, dan bentuk-bentuk kesenian (lokal) lainnya. Misalnya di Cimande Bogor, anak anak menyanyikan lagu : Ulah modol di susukan, ulah modol di susukan !.
Catatan: Jika masyarakat sudah terpicu tetapi belum total (yang mau berubah baru sebagian), natural leader dan anggota masyarakat lainnya dapat melakukan kembali transek dengan membawa peta. Transek ini dapat dilakukan kembali dengan melakukan pendampingan dengan cara mengunjungi rumah-rumah dan menanyakan kepada mereka kapan mereka mau berubah seperti masyarakat lainnya yang sudah mulai berubah? Minta waktu yang rinci, misalnya tanggal berapa. Tandai rumah masing-masing dengan tanggal sesuai kesiapan mereka.
2.4 ALUR KONTAMINASI (ORAL FECAL) Tujuan Mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat termakan oleh dirinya sendiri serta manusia yang lainnya.
Alat yang digunakan Gambar tinja dan gambar mulut Potongan potongan kertas Spidol Proses 1. Tanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja dapat masuk ke dalam mulut? 2. Tanyakan bagaimana tinja termakan oleh kita? Serta melalui apa saja? 3. Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan hal hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut. Lalu mereka diminta untuk menyusun alurnya, sehingga menjadi alur kontaminasi. 4. Analisa hasilnya bersama sama dengan masyarakat dan kembangkan diskusi (misalnya FGD untuk memicu rasa takut sakit)
TANGAN
MAKANAN
LANTAI / TANAH
2.5 SIMULASI AIR YANG TELAH TERKONTAMINASI Simulasi dengan menggunakan air yang terkontaminasi ini dapat dilakukan pada saat transek, saat pemetaan atau pada saat diskusi kelompok lainnya.
Tujuan Mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehar hari.
Alat yang digunakan Ember atau gelas yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/minum); atau untuk lebih mudah pakai saja aqua gelas. Polutan air (tinja) Proses Dengan disaksikan oleh seluruh peserta, ambil 1 ember air sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumurkumur, cuci pakaian dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh warga di sungai. Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, dan minta salah seorang peserta untuk melakukan hal yang dilakukan sebelumnya.
Tunggu reaksinya. Jika ia menolak melakukannya, tanyakan apa alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi dalam kurun waktu tertentu? Apa yang akan dilakukan masyarakat di kemudian hari?
Peragaan ini dapat ditambahkan dengan hal-hal lain seperti mencampur sedikit kotoran ke dalam gelas dan minta mereka untuk meminumnya, meminta masyarakat untuk mencuci beras, sikat gigi atau berwudlu dengan air sungai yang telah dicampur dengan kotoran, dan lain-lain. Bila peragaan ini dilakukan pada saat transek ke wilayah sungai, untuk menunjukkan bahwa air telah terkontaminasi tidak perlu memasukkan kotoran ke dalam air dalam ember, melainkan bisa langsung mengambil air yang di sekitar air tersebut terdapat tinja. Kegiatan-kegiatan pemicuan tersebut dilakukan dengan cara simulasi dan dilanjutkan dengan pemicuan agar perilakunya segera berubah, menjadi terbiasa BAB pada tempatnya.
2.6 DISKUSI KELOMPOK (FGD, Focus Group Discusion). Tujuan Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.
Banyak hal yang harus dipicu yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan masyarakat, diantaranya:
2.6.1 FGD untuk memicu rasa malu dan hal-hal yang bersifat pribadi Tanyakan seberapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan alasannya mengapa mereka melakukan hal tersebut. Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat terbuka yang tidak terlindung, dimana kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat oleh setiap orang ? Bagaimana perasaan laki-laki ketika istrinya, anaknya atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka dan dapat dilihat oleh siapapun juga yang kebetulan melihatnya secara sengaja atau tidak sengaja? Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat terbuka) padahal ia sedang mendapatkan rutinitas bulanan. Apa yang dirasakan? Apa yang akan dilakukan besok hari? Apakah tetap akan melakukan kebiasaan yang sama?
Catatan Dalam hal kebiasaan BAB di sembarang tempat, perempuan adalah pihak yang paling terbebani (kehilangan privacy), jadi perempuan termasuk kelompok yang paling kompeten untuk dipicu.
2.6.2 FGD untuk memicu rasa jijik dan takut sakit Ajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah tinja di kampungnya, dan kemana perginya sejumlah tinja tersebut. Jika dalam diagram alur terdapat pendapat masyarakat bahwa lalat adalah salah satu media penghantar kotoran ke mulut, lakukan probing tentang lalat. Misalnya: jumlah dan anatomi kaki lalat, bagaimana lalat hinggap di kotoran dan terbang ke mana saja dengan membawa kotoran di kaki-kakinya, bagaimana memastikan bahwa rumahrumah dan makanan-makanan di dalam kampung itu dijamin bebas dari lalat, dan sebagainya. Ajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian tanyakan rumah mana saja yang pernah terkena diare (2 3 tahun lalu), berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, adakah anggota keluarga (terutama anak kecil) yang meninggal karena diare, bagaimana perasaan bapak/ibu atau anggota keluarga lainnya. Apa yang akan dilakukan kemudian? 2.6.3 FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (contohnya dalam komunitas yang beragama Islam) Dapat dilakukan dengan mengutip hadits atau pendapat para alim ulama yang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan, seperti yang dilakukan oleh salah seorang fasilitator di Sumbawa, yang intinya kurang lebih: bahwa ada 3 kelompok yang karena perbuatannya termasuk orang-orang yang terkutuk, yaitu orang yang biasa membuang air (besar) di air yang mengalir (sungai/kolam), di jalan dan di bawah pohon (tempat berteduh). Atau pengalaman di Bogor dimana ustadz di daerah Cimande mengatakan : kita mendzalimi orang lain yang berada di hilir sungai apabila kita BAB di hulu sungai. Dapat juga dilakukan dengan mengajak untuk mengingat hukum berwudlu, yaitu untuk menghilangkan najis. Tanyakan air apa yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk wudlu? Apakah benar-benar terbebas dari najis? Apa yang akan dilakukan kemudian?
2.6.4 FGD menyangkut kemiskinan FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban. Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar, fasilitator dapat menanyakan apakah benar jamban itu mahal? Bagaimana dengan bentuk ini (berikan alternatif yang paling sederhana). Apabila masyarakat tetap beralasan mereka cukup miskin untuk bisa membangun jamban (meskipun dengan bentuk yang paling sederhana), fasilitator dapat mengambil perbandingan dengan masyarakat yang jauh lebih miskin daripada masyarakat Indonesia, misalnya Bangladesh. Bagaimana masyarakat miskin di Bangladesh berupaya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat. Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan kepada mereka: tanggung jawab siapa masalah BAB ini? Apakah untuk BAB saja kita harus menunggu diurus oleh pemerintah dan pihak luar lainnya?
2.7 FASILITASI DI AKHIR PEMICUAN (dimana masyarakat sudah terpicu) Tujuan Memberikan dukungan, semangat dan apresiasi kepada masyarakat yang mau melakukan perubahan di bidang sanitasi.
Proses Jika masyarakat sudah kelihatan ingin berubah, minta masyarakat untuk merumuskan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Biarkan mereka merumuskan apa upaya yang harus mereka lakukan untuk berubah. Jika mereka menanyakan pendapat fasilitator, kembalikan pertanyaan itu kepada masyarakat, apa yang sebaiknya diupayakan? Atau jika masyarakat terlihat sangat mengharapkan solusi dari fasilitator, kita sebaiknya berpura-pura sibuk sendiri (sehingga bukan kita yang memberikan solusi) tetapi dengan tetap memperhatikan dan mendengarkan apa yang mereka diskusikan. Jika diskusi di antara mereka terlihat sudah selesai, tanyakan : siapa yang ingin berubah dan membuat jamban esok hari ? Buat daftar namanya. Berikan apresiasi dengan memberikan selamat dan bertepuk tangan. Orang yang pertama menyatakan ingin berubah, itulah yang diharapkan menjadi natural leader untuk memicu masyarakat lainnya untuk merubah kebiasaan BAB di sembarang tempat. Dorong masyarakat yang mampu untuk membantu keluarga yang kurang mampu dalam mencari jalan keluar untuk menghentikan kebiasaan BAB di sembarang tempat. Dukung masyarakat yang termasuk dalam pressure group untuk dapat memfasilitasi masyarakatnya agar terjadi perubahan kebiasaan secara total. Contoh di Sumbawa, masyarakat yang punya kebun dan kebunnya sering digunakan sebagai tempat BAB sementara ia sendiri sudah mempunyai jamban adalah salah seorang yang termasuk dalam pressure group karena ia merasa dirugikan dengan perilaku masyarakatnya tersebut. Jika sudah mencapai tahap ini dan masyarakat mengharapkan bantuan fasilitator dalam hal teknis, fasilitator dapat memulai dengan membantu mereka dengan menggambarkan bentuk-bentuk jamban, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling layak (sehat, aman dan nyaman) lihat TANGGA SANITASI
2.8 FASILITASI UNTUK RENCANA TINDAK LANJUT MASYARAKAT Tujuan Mendampingi masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kondisi sanitasinya.
Proses Tanyakan kembali siapa yang akan berubah (dengan membuat jamban) esok hari? Buat daftar nama orang-orang yang akan berubah. Tegaskan kepada orang-orang yang pertama kali akan berubah bahwa mereka adalah pemimpin yang diharapkan dapat membawa perubahan sanitasi secara keseluruhan di desanya (sepakati dengan mereka kemungkinan orang-orang tersebut untuk menjadi semacam panitia dalam rangka perubahan sanitasi ke arah yang lebih baik. Tanyakan pula, siapa yang akan mulai merubah kebiasaan BAB sembarangan 3 hari kemudian, 1 minggu kemudian, 10 hari, 2 minggu, 1 bulan, dan seterusnya. Berdasarkan kesepakatan, apa sebaiknya yang akan dilakukan oleh masyarakat (yang akan berubah) kepada masyarakat lain di desanya jika kesanggupan mereka untuk berubah (setelah masing-masing menyanggupi waktunya) tiba-tiba saja tertunda? - misalnya dengan membantu secara gotong royong, sanksi, dll sesuai kesepakatan. Tanyakan pula, kapan kira-kira seluruh masyarakat kampung/dusun/desa ini akan berubah dan menjadi salah satu desa yang menyatakan diri 100% telah bebas dari kebiasaan BAB sembarangan ? Fasilitasikan kepada mereka berdasarkan hasil analisa sebelumnya, bahwa sebagian kecil saja masyarakat yang masih BAB sembarangan dampaknya tetap akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tanyakan apakah yang dapat mereka lakukan terhadap masyarakat kampung lain di dalam desanya atau desa lain yang masih mempunyai kebiasaan BAB di sembarang tempat? (apakah mereka bersedia untuk menyebarkan kepada masyarakat kampung lain tentang upaya yang mereka lakukan untuk merubah kebiasaan?) Fasilitasikan kepada masyarakat bahwa fasilitator akan membantu masyarakat dalam mendeklarasikan kampung mereka sebagai kampung yang 100% bebas dari kebiasaan BAB sembarangan misalnya dengan mendatangkan kepala daerah (bupati), pers, masyarakat kampung lain, dan sebagainya.
Tujuan Melihat tangga/tahap-tahap sarana sanitasi masyarakat, dari sarana yang paling sederhana sampai sarana yang paling lengkap/layak (sehat, aman, nyaman)
Proses 1. Ajak masyarakat untuk menggambarkan sarana sanitasi apa yang mereka ketahui. 2. Atau, ajukan pertanyaan kepada mereka (yang sudah punya jamban) kirakira 10 tahun yang lalu BAB di mana, atau jamban seperti apa yang digunakan dulu, atau jamban apa yang digunakan sekarang? 3. Kembangkanlah diskusi yang berkaitan dengan sarana-sarana tersebut, tanyakan apakah faktor pendukung dan faktor penghambat setempat (teknis dan non teknis) dalam mewujudkan bentuk-bentuk sarana tersebut? 4. Lalu kembalikan kepada mereka, bentuk sarana apa yang dapat mereka wujudkan, yang sesuai dengan kondisi alam serta kemampuan mereka masingmasing. Apabila diperlukan, jelaskan tangga sanitasi.
Di Dalam Tanah/
Di Permukaan
Catatan Tangga sanitasi penting untuk diketahui dan menjadi bekal bagi fasilitator, namun baru disampaikan kepada masyarakat jika masyarakat memerlukannya, misalnya jika mereka merasa perlu saran atau pendapat yang berhubungan dengan sarana sanitasi yang akan mereka bangun. Fasilitator dapat membawa alat bantu tentang tangga sanitasi, biasanya dalam bentuk gambar dengan spesifikasi teknis, serta kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sarana tersebut.
PENGERTIAN
CEMPLUNG
PLENGSENGAN
LEHER ANGSA
2.10 PENTING UNTUK FASILITATOR Pada saat melakukan fasilitasi di masyarakat, ada hal-hal penting yang JANGAN DILAKUKAN dan HARUS DILAKUKAN oleh seorang fasilitator, diantaranya : JANGAN LAKUKAN Menawarkan subsidi LAKUKAN Memicu kegiatan setempat. Dari awal katakan bahwa tidak akan pernah ada subsidi dalam kegiatan ini. Jika masyarakat bersedia maka kegiatan dapat dilanjutkan tetapi jika mereka tidak dapat menerimanya, hentikan proses. Memfasilitasi Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka, yang memicu rasa jijik dan malu dan mendorong orang dari BAB di sembarang tempat menjadi BAB di tempat yang tetap dan tertutup. Melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk proses fasilitasi. Fasilitator hanya menyampaikan pertanyaan sebagai pancingan dan biarkan masyarakat yang berbicara/diskusi lebih banyak. (masyarakat yang memimpin).
Memberikan alat-alat atau petunjuk kepada orang perorangan Menjadi pemimpin, mendominasi proses diskusi. (selalu menunjukkan dan menyuruh masyarakat melakukan ini dan itu pada saat fasilitasi). Memberitahukan apa yang baik dan apa yang buruk Langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan masyarakat
Kembalikan setiap pertanyaan dari masyarakat kepada masyarakat itu sendiri, misalnya: jadi bagaimana sebaiknya menurut bapak/ibu?
Tujuan Sesuai dengan hasil pemicuan serta tangga sanitasi, sejumlah masyarakat yang terpicu sebaiknya didampingi oleh kader CLTS, sehingga masyarakat betul betul berubah perilakunya : buang air besar pada tempatnya akan menjadi kebiasaan sehari hari; dan oleh karena itu kader CLTS mendorong terus agar masyarakat segera membangun jamban keluarganya mulai dari sarana yang paling sederhana sampai sarana yang paling lengkap/layak (sehat, aman, nyaman)
Proses 1. Kader CLTS Kader CLTS bertanggung jawab dalam pendampingan, terutama untuk menjawab permasalahan teknis pembangunan sarana, serta monitoring dan pelaporan. 2. Natural leader Natural leader, biasanya berkembang dari masyarakat yang pertama kali terpicu, dan sudah merasakan manfaatnya buang air besar pada tempatnya, sehingga terpicu untuk mengajak masyarakat lainnya untuk melakukan hal yang sama. Natural leader diharapkan bertanggung jawab terhadap upaya pemicuan lanjutan bagi tetangganya agar berubah perilakunya tidak buang air besar sembarangan. 3. Panitia Untuk memudahkan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sarana, pada tingkatan komunitas tertentu, misalnya tingkat RT, sebaiknya dibentuk semacam Panitia Pembangunan. Hal ini terutama untuk pengorganisasian bantuan bagi warga yang kurang mampu secara fisik untuk membangun sendiri, atau kurang mampu secara finansial, tetapi memiliki lahan untuk membangun jamban sederhana, dengan melakukan gotong royong.
4. Kunjungan rumah Kunjungan rumah dapat dilakukan baik oleh Kader CLTS, maupun natural leader. Ada beberapa tujuan dari kunjungan rumah : pertama, terus memotivasi bagi yang sudah menyatakan mau berubah dan akan membangun jamban, tetapi belum menentukan tanggal kepastian kapan memulai pembangunan. Kedua, memberikan bantuan konsultasi teknis pembangunan sarana tahap awal jika dibutuhkan. Ketiga, memberikan bantuan konsultasi teknis pembangunan sarana tahap pengembangan sesuai dengan tangga sanitasi. 5. Penjelasan Tangga Sanitasi Ajak masyarakat untuk menggambarkan sarana sanitasi yang telah mereka bangun. Bandingkan dengan tangga sanitasi. Ajak diskusi masyarakat, posisi sarana jamban yang telah dibangun masyarakat saat ini dibandingkan dengan tangga sanitasi ini. Diskusi tentang bagaimana rencana masyarakat untuk mengembangkan dari kondisi sarana jambannya saat ini, sehingga menjadi sarana jamban yang sesuai dengan tangga sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan kenyamanan. Kalau perlu susun jadual pengembangannya.
3.2 PENILAIAN TINGKAT KENYAMANAN Tujuan Untuk melihat dan mengetahui apa yang dirasakan masyarakat (bandingkan antara yang dirasakan dulu ketika BAB di sembarang tempat dengan yang dirasakan sekarang ketika sudah BAB di tempat yang tetap dan tertutup). Untuk mengetahui apa yang masyarakat rasakan dengan sarana sanitasi yang dipunyai sekarang, dan hal lain yang ingin mereka lakukan Hal ini berkaitan dengan tangga sanitasi di masyarakat.
Proses Ajak masyarakat untuk menggambar sesuatu yang dapat menunjukkan perasaan puas/senang/bahagia, perasaan biasa-biasa saja, dan perasaan tidak puas/tidak senang/sedih, misalnya:
Sepakati makna dari masing-masing gambar tersebut, (bila perlu sepakati pula berapa nilai dari masing-masing gambar tersebut, misalnya gambar sedih nilainya 0 dan gambar tertawa nilainya 100, dan ada interval nilai di antara gambar-gambar tersebut). Minta masyarakat (satu persatu) untuk berdiri diantara gambar-gambar itu, tanyakan: o apa yang dirasakan dulu ketika BAB di sembarang tempat? o Apa yang dirasakan sekarang? o Tanyakan apa perasaannya terhadap sarana sanitasi yang mereka miliki (mungkin masyarakat ada yang menjawab senang punya jamban tetapi kurang senang karena masih belum dipasang dinding, dll) Bila diperlukan, sepakati juga dengan masyarakat, bahwa masyarakat tidak harus berdiri tepat pada gambar tersebut, tetapi mungkin dapat berdiri diantara 2 gambar yang ada untuk menunjukkan apa yang mereka rasakan. Untuk setiap pertanyaan, lihat jawaban mereka dengan melihat di gambar mana mereka berdiri. Perdalam alasannya, sehingga akan terbentuk sebuah diskusi yang dapat menggambarkan apa yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat secara umum berkaitan dengan kondisi sanitasinya.
3.3 MONITORING Dalam CLTS monitoring yang paling efektif adalah pengawasan diantara mereka sendiri, sehingga monitoring oleh pendamping lebih kepada memberikan energi atau dorongan kepada masyarakat. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka monitoring (energising) adalah: Cross visit di antara kelompok masyarakat (kelompok yang sudah terpicu kepada kelompok yang belum terpicu atau sebaliknya). Mengembangkan Kader CLTS; memfasilitasi masyarakat yang belum terpicu dengan mengundang natural leader yang ada untuk melakukan pemicuan di kelompok tersebut. Selain itu, beberapa tools PRA yang dapat digunakan dalam tahap monitoring (setelah 1 2 bulan perubahan kebiasaan), diantaranya:
PEMETAAN LANJUTAN ATAS HASIL PEMICUAN Tujuan Berdasarkan peta dasar yang dibuat masyarakat diawal kegiatan pemicuan CLTS, sebaiknya setiap ada perkembangan kemajuan hasil pemicuan untuk setiap kurun waktu tertentu, peta dasar tersebut diperbaiki sesuai dengan pertambahan jumlah jamban yang terbangun Berdasarkan peta yang terbarukan tersebut, masyarakat dapat melihat akses masyarakat terhadap tempat-tempat BAB (dengan cara membandingkan antara tali akses sebelum pemicuan dan akses yang terlihat pasca pemicuan dan tindak lanjut masyarakat).
Proses Ajak masyarakat untuk menandai rumahrumah mana saja yang telah berhasil merubah kebiasaan. (dimana pada peta awal tercantum kapan waktunya mereka akan berubah, sampai pada tanggal berapa mereka menyanggupi untuk terbebas dari kebiasaan BAB di
sembarang tempat ( kegiatan ini dapat dilengkapi dengan transect walk ). Mengajak masyarakat untuk menilai kondisi sanitasi di desa/dusunnya dengan menggunakan skoring (ada penilaian, misalnya ketika pencapaian dibawah 25% berapa skornya, pencapaian 20 40%, pencapaian 50% dan seterusnya sampai skor tertinggi untuk pencapaian 100% masyarakat telah mempunyai tempat yang tetap dan tertutup untuk melakukan BAB).
3.4. KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT LANJUTAN Tujuan Mengajak masyarakat untuk menggali manfaat yang diperoleh setelah terbiasa buang air besar pada tempatnya, sebagai dasar pijakan bersama untuk mengembangkan kegiatan kemasyaratan lainnya, baik di sektor AMPL maupun kegiatan lainnya.
Proses Ajak masyarakat untuk berdiskusi tentang manfaat yang diperoleh setelah terbiasa melakukan buang air besar pada tempatnya. Setelah itu, dengan dasar pencapaiannya tersebut, ajak masyarakat untuk mengembangkan kegiatan lanjutannya dalam kerangka program AMPL secara menyeluruh, misalnya : - program cuci tangan - program penyediaan air minum, - program pengelolaan sarana pembuangan air limbah rumah tangga, - serta, pengelolaan sampah. Tidak tertutup kemudian, ketika waktu yang dulu dipakai untuk memperoleh akses layanan sanitasi dasar yang memakan waktu cukup lama, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif.
Bagi masyarakat, yang terpenting adalah terjadinya perubahan perilaku, dari buang air besar sembarangan, menjadi buang air besar pada tempatnya. Selain mendapatkan akses, mereka memanfaatkan, memelihara, dan malahan terus mengembangkannya menuju sarana yang sehat, aman dan nyaman.
Keberhasilan pendekatan CLTS adalah adanya perubahan perilaku masyarakat sehingga menjadi terbiasa untuk buang air besar pada jambannya yang baru saja dibangun, dan kelak akan dikembangkannya tadi. Sehingga jamban yang terbangun adalah dampak dari adanya perubahan perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk penyusunan laporan, jumlah jamban yang terbangun yang akan menjadi ukuran adanya tentang perubahan perilaku tersebut. Dengan adanya peningkatan jumlah jamban, seperti contoh yang dicapai Pandeglang pada 5 kecamatan lokasi program, sampai bulan Maret 2007 bahkan pada 18 kampung telah terbebas dari sebaran tinja sembarangan; angka cakupan jamban di wilayah tersebut telah meningkat sekitar 28%. Sehingga bagi Pokja AMPL atau institusi yang berkepentingan lainnya, tentu saja sebagai akibat adanya perubahan perilaku tersebut, akan berujung pada meningkatnya angka cakupan sarana sanitasi dasar. Hal ini tentu saja akan mempermudah bagi kabupaten/kota dalam upaya untuk meningkatkan angka cakupan sarana AMPL, baik dalam rangka Indonesia Sehat 2010 maupun MDGs 2015. Oleh karena itu, hal ini tentu saja akan menuntut adanya sistem pelaporan hasil implementasi CLTS yang akurat, untuk itu berdasarkan pengalaman pelaksanaan CLTS di Kabupaten Pandeglang, dikembangkanlah sistem pelaporan berjenjang, sebagaima berikut ini, lengkap dengan formatnya : 1. Laporan RT Sebagai satuan wilayah lokasi pemicuan yang terkecil dimana sebaiknya lokasi pemicuan dimulai di tingkat RT, sebagai bahan untuk melihat perkembangan kemajuan implementasi CLTS, setiap RT diharapkan dapat menyusun laporan berdasarkan format laporan CLTS 01, untuk kemudian diteruskan ke tingkat RW.
2. Laporan RW Berdasarkan laporan yang dikirimkan RT, setiap RW di lokasi pemicuan membuat rekapitulasi laporan RW, dengan menggunakan format laporan CLTS 2, untuk kemudian diteruskan ke tingkat Dusun.
3. Laporan Dusun Berdasarkan laporan yang dikirimkan RW, setiap Dusun di lokasi pemicuan membuat rekapitulasi laporan Dusun, dengan menggunakan format laporan CLTS 3, untuk kemudian diteruskan ke tingkat Desa. 4. Laporan Desa Berdasarkan laporan yang dikirimkan Dusun, setiap Desa di lokasi pemicuan membuat rekapitulasi laporan Desa, dengan menggunakan format laporan CLTS 4, untuk kemudian diteruskan ke tingkat Kecamatan. 5. Laporan Kecamatan Berdasarkan laporan yang dikirimkan Desa, setiap Kecamatan di lokasi pemicuan membuat rekapitulasi laporan Kecamatan, dengan menggunakan format laporan CLTS 5, untuk kemudian diteruskan ke tingkat Kabupaten/kota. 6. Laporan Kabupaten/kota Berdasarkan laporan yang dikirimkan Kecamatan, setiap Kabupaten/kota di lokasi pemicuan membuat rekapitulasi laporan Kabupaten/kota, dengan menggunakan format laporan CLTS 6, untuk kemudian diteruskan ke tingkat Propinsi. 7. Laporan Propinsi Berdasarkan laporan yang dikirimkan kabupaten/kota, setiap propinsi di lokasi pemicuan membuat rekapitulasi laporan propinsi, dengan menggunakan format laporan CLTS 7, untuk kemudian diteruskan ke tingkat Nasional.
1. Laporan RT
Format CLTS 1
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007
Penambahan Jamban setelah pemicuan Kumulatif s/d bulan lalu Total (4+5) Jumlah Jamban 8 Jumlah pengguna 9 Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Nama RT
Punya Jamban
16
2. Laporan RW
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007 BULAN : MARET 2007
Format CLTS 2
Penambahan Jamban setelah pemicuan Kumulatif s/d bulan lalu Total (4+5) Jumlah Jamban 8 Jumlah pengguna 9 Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Nama RW
Punya Jamban
16
3. Laporan Dusun
Format CLTS 3
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007
Penambahan Jamban setelah pemicuan Kumulatif s/d bulan lalu Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Nama RW
Punya Jamban
Total (4+5)
Jumlah Jamban 8
Jumlah pengguna 9
16
4. Laporan Desa
Format CLTS 4
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007
Penambahan Jamban setelah pemicuan Kumulatif s/d bulan lalu Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Nama Dusun
Jumlah Kampung
Punya Jamban
Total (4+5)
Jumlah Jamban 8
Jumlah pengguna 9
16
5. Laporan Kecamatan
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007
Format CLTS 5
Penambahan Jamban setelah pemicuan Kumulatif s/d bulan lalu Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Jumlah Desa
Jumlah Dusun
Punya Jamban
Total (4+5)
Jumlah Jamban 8
Jumlah pengguna 9
16
6. Laporan Kabupaten/kota
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007
Format CLTS 6
Jumlah Kepala Keluarga No Nama Kecamatan Kumulatif s/d bulan lalu Total (4+5) Jumlah Jamban 8 Jumlah pengguna 9
Penambahan Jamban setelah pemicuan Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Punya Jamban
16
7. Laporan Propinsi
RANGKUMAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN ANGSANA, KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN PASCA PEMICUAN CLTS BULAN : MARET 2007
Format CLTS 7
Jumlah Kepala Keluarga No Nama Kabupaten/ kota Kumulatif s/d bulan lalu Total (4+5) Jumlah Jamban 8 Jumlah pengguna 9
Penambahan Jamban setelah pemicuan Selesai dibangun bulan ini Jumlah Jamban 10 Jumlah pengguna 11 Jumlah Jamban s/d bulan ini (8+10) 12 Jumlah Pengguna Jamban s/d bulan ini (9+11) 13
Punya Jamban
16
Dari jumlah jamban yang terbangun dan jumlah penggunanya, dapat ditelusuri lebih jauh efektifitas pemanfaatannya dengan menggunakan Kantung Suara Sanitasi yang merupakan bagian dari MPA-PHAST.
KANTUNG SUARA UNTUK SANITASI 1. Perilaku yang berhubungan dengan sanitasi dapat diidentifikasi dan dianalisis oleh kelompok dengan melakukan kegiatan yang sama dengan diatas tetapi menggunakan gambar tempat buang air besar pada kolom dan laki-laki, perempuan, anak-anak, dan bayi pada baris. Kantung suara cocok untuk menilai praktek sanitasi, yang lebih pribadi dan peka dibandingkan penggunaan sumber air. Suatu voting sebelum/setelah dapat menujukkan perubahan dalam perilaku sanitasi masyarakat, jika ada, setelah intervensi proyek untuk sanitasi. 2. Tempatkan kertas suara pada tumpukan yang terdiri dari empat warna. Jelaskan kode warna dan minta tiap orang untuk mengambli kertas suara suara yang dibutuhkan. Minta perempuan untuk memberikan suara pertama kali karena merekalah yang banyak berhubungan dengan sanitasi (anak-anak, bayi dan sendiri) di rumah tangga. Peserta sekarang hanya memberikan suara untuk anggota rumah tangganya sendiri dan sarana yang benar-benar digunakannya. Lakukan voting berdasarkan anggota keluarga (baris demi baris) tidak semua pada satu baris. Gunakan 2 bentuk (kotak dan segitiga) untuk membedakan keadaan Sebelum dan Setelah. Contoh matriks kantung suara untuk perilaku sanitasi: Tempat BAB Tempat BAB 2 1 (misalnya (hutan) pantai) Perempuan tua Laki-laki tua Perempuan dewasa Laki-laki dewasa Anak-anak Bayi
3. Saat melakukan kantung suara, anggota kelompok lain tidak diperbolehkan untuk berdekatan dengan daeran voting. Hal ini membuat voting menjadi rahasia. 4. Jelaskan pada kelompok bahwa mereka sekarang akan memberikan suara lagi tapi kali ini untuk sarana sanitasi yang mereka gunakan setelah proyek. Sediakan kertas suara suara yang berbeda bentuk (kotak atau segitiga) untuk keadaan SESUDAH. Sekali lagi minta perempuan dan laki-laki untuk memberikan suara.
5. Ambil suara untuk SEBELUM/SESUDAH dari amplop dan taruh hasil pada matriks kantung suara. Catat perubahan (jika ada) pada penggunaan sarana sanitasi di antara perempuan kaya, laki-laki kaya, perempuan miskin, dan lakilaki miskin, sebelum dan sesudah proyek. Lakukan diskusi tentang perbedaan diantara kelompok dan perubahan pada perilaku. 6. Minta perempuan dan laki-laki untuk secara sukarela mencatat hasil dan membantu menyalin matriks SEBELUM dan SESUDAH pada kertas. 7. Minta kelompok untuk menggunakan hasil unutk menskor penggunaan sanitasi dan catat temuan kualitatif yang timbul dari diskusi. MENCUCI TANGAN 1. Serupa dengan atas, letakkan jenis praktek cuci tangan yang berbeda pada kolom dan waktu mencuci tangan pada baris, untuk menilai efektifitas praktek perlindungan kesehatan. 2. Minta laki-laki dan perempuan dari kelompok terfokus untuk mengambil kertas suara dengan warna dan bentuk yang sesuai, dan berikan suara pada matriks waktu mencuci tangan dan bahan yang digunakan dalam keluarganya. Contoh matriks kantung suara gambar untuk efektifitas dari mencuci tangan Waktu mencuci tangan Setelah makan Sebelum Sebelum memberi makan makan bayi Mencuci dengan air Mencuci dengan air dan abu Mencuci tangan dengan air dan sabun 3. Tekankan bahwa kegiatan ini adalah untuk menunjukkan praktek yang sesungguhnya, bukan yang orang perlu pelajari. 4. Catat pola (jika ada) dari praktek yang aman atau tidak aman untuk perempuan kaya, laki-laki kaya, perempuan miskin, dan laki-laki miskin. Lakukan diskusi tentang perbedaan diantara kelompok dan perubahan dalam praktek. (Praktek yang aman untuk kedua tangan dengan air dan abu atau air dengan sabun, sebelum makan, penyiapan makanan dan setelah BAB dan membersihkan bayi. Mencuci pada atau mengguyur air dengan pada satu atau dua tangan tidak aman). 5. Diskusikan juga perbedaan dalam praktek dalam rumah tangga (ibu, bapak, anak laki-laki, anak perempuan, kakek-nenek). Apa imlikasinya dan kemungkinan untuk perubahan? 6. Minta perempuan dan laki-laki untuk secara sukarela mencatat hasil dan membantu menyalin matriks SEBELUM dan SESUDAH pada kertas. 7. Minta kelompok untuk menggunakan hasil untuk menskor cuci tangan yang aman. Lakukan pada tahap monitoring/evaluasi dan untuk tahap perencanaan dan perancangan. Catat temuan kualitatif yang timbul dari diskusi.
Keberhasilan suatu daerah dalam mengimplementasikan pendekatan CLTS tentu menarik untuk dipelajari : apa sebenarnya kunci yang menyebabkan masyarakat segera sadar bahwa menyebarkan tinja sembarangan, tidak saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga orang lain maupun lingkungannya.
Kunjungan studi banding, adalah salah satu media yang dapat dipakai untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan pendekatan CLTS bagi suatu daerah, setelah mempelajari kunci keberhasilan daerah lainnya. Oleh karena itu, bagi Kader CLTS maupun fihak luar yang sedang mendampingi masyarakat untuk proses perubahan perilaku tersebut, mengorganisasikan kegiatan studi banding adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan secara bersama sama. Dengan studi banding tersebut, diharapkan sebagai fihak luar dapat mempelajari apa yang menjadi kelebihan sehingga dapat diterapkan didaerahnya. Serta melihat apa yang menjadi kelemahannya, agar dapat dihindari dalam pelaksanaan CLTS di daerahnya. Begitu juga dengan daerah yang dikunjungi, mendapatkan kesempatan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan CLTS dari daerah tamunya. Dengan demikian akan ada pertukaran informasi tentang kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan CLTS. Dampaknya diharapkan akan ada percepatan terhadap hasil yang diperoleh dari proses pemicuan, sehingga hasil akhirnya terjadinya peningkatan akses masyarakat terhadap layanan sanitasi dasar.
3.7 DEKLARASI DAERAH BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN Sesuai dengan laporan perkembangan atas hasil yang diperoleh dari pemicuan, akan diperoleh hasil berupa jumlah jamban yang telah terbangun, sebagai wujud adanya perubahan perilaku masyarakat untuk terbiasa buang air besar pada tempatnya. Untuk menyemangati terhadap upaya yang berhasil dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, dapat dilakukan Deklarasi Daerah Bebas Buang Air Besar sembarangan, seperti contoh yang telah terjadi saat ini : Penghanyutan Jamban Terakhir pada waktu Deklarasi Hasil Uji Coba CLTS di Kabupaten Muaro Jambi; atau sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Sulastri didepan Papan bertuliskan Dusun Margosari Wilayah sadar jamban, 100% penduduk menggunakan jamban bertutup/leher angsa. Pada tataran yang lebih tinggi, untuk memberikan apresiasi terhadap upaya bersama para pemangku kepentingan dalam membebaskan lingkungannya dari sebaran tinja sembarangan dapat juga dilakukan upaya lain, sebagaimana yang dilakukan Pokja AMPL Pandeglang dengan dukungan WASPOLA, mendapatkan Penghargaan MURI atas Pembuatan Jamban Terbanyak Tanpa Subsidi Selama Satu Tahun. Hal ini wajar karena dalam jangka 1 tahun, di 5 kecamatan sampai bulan Maret 2007, telah terbangun 1840 jamban, dimana 18 kampung pada 5 kecamatan tersebut telah terbebas dari sebaran tinja sembarangan. Deklarasi ini akan lebih baik apabila diliput juga oleh mediamasa, baik cetak, maupun radio dan televisi, dengan demikian liputannya dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk menyebarluaskan pendekatan CLTS ini, sehingga menimbulkan keinginan baru untuk mengimplementasikan CLTS di daerahnya masing masing.
4. PENUTUP
Demikian, Panduan Fasilitasi CLTS di Masyarakat, yang disusun berdasarkan pengalaman lapangan sejak tahun 2005, sampai saat ini.
Sedangkan untuk mendapatkan infomasi lebih terperinci tentang bahan-bahan atau materi panduan ini, terutama peningkatan kapasitas tersebut diatas dapat dipelajari pada Buku Panduan Kegiatan Penunjang Operasionalisasi Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat beserta turunannya. Informasi dan layanan lebih lanjut tentang lokakarya dan pelatihan dari modul-modul diatas dapat menghubungi Sekretariat WASPOLA/Pokja AMPL Pusat, Jl. Cianjur No. 4 Menteng Jakarta Pusat. Telp dan Fax 021 314.2046.
Sekretariat WASPOLA