Anda di halaman 1dari 11

Nama : Mochamad Alfin R. F.

NIM : D1A017161
Kelas : B
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan belajar dalam arti psikologis (Nggili, 2015).
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku (Daryanto, 2010).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh
ilmu pengetahuan, kepandaian, atau keterampilan. Belajar berasal dari kata ajar yang artinya
petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui atau ditiru (Usman, 2015).
1. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran merupakan hasil akhir yang akan diperoleh oleh mahasiswa yang
sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Tujuan pembelajaran merupakan hal pokok yang
harus disampaikan dalam upaya untuk memberikan pedoman atau acuan tentang apa yang ingin
kita capai, tujuan pembelajaran juga dapat meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap materi
yang akan diajarkan, sehingga penyampaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar (Winerungan, 2013).
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat
pendapatannya semakin baik (Othman, 2011). Hal tersebut dimungkinkan karena orang yang
berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.
Produktivitas tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis. Oleh karena itu salah satu
tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah
sebenarnya arah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan life skill dan broad based
education yang dikembang di Indonesia akhir-sakhir ini (Hidayat, 2012).
Rosita (2011) menyatakan bahwa rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk
menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam. Rasa ingin tahu senantiasa akan
memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan
memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Nuramaliana (2016)
menyatakan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru.
1.1 Hanya Sekedar Ingin tahu
Tujuan belajar setiap orang berbeda-beda, namun pada umumnya tujuan belajar adalah
menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya merangsang adanya rasa keingintahuan.
Seperti menurut (Aritonang, 2008), yaitu timbulnya rasa ingin tahu dalam belajar karena dapat
dirangsang melalui hal-hal yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau
kompleks.
1.2 Pemenuhan Jangka Pendek
Ilmu Pengetahuan yang diperoleh seseorang tidak lain yaitu untuk bekal hidup yang akan
datang. Hartinah (2009) dengan perkembangan jaman sekarang ini banyak orang yang
mempunyai pandangan yang berbeda terhadap proses dari belajar, yaitu untuk memenuhi hasil
dari belajar tersebut yaitu diperolehnya nilai yang baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006)
mengungkapkan pemenuhan jangka pendek belajar yaitu untuk memotivasi belajar siswa agar
diperoleh sebuah prestasi.
1.3 Pemenuhan Jangka Panjang
Hasil dari proses belajar bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek,
namun lebih penting untuk kebutuhan jangka panjang. Menurut Subrata (2005) mengindikasikan
bahwa siswa dengan kemampuan spasial yang rendah justru lebih diuntungkan dengan animasi
dibanding siswa berkemampuan spasial tinggi, baik dalam pemahaman jangka panjang maupun
jangka pendek, jangka panjang dari proses belajar adalah mampu mengembangkan ilmu yang
didapatkan.
2. Tingkat Aspirasi atau Cita-Cita

Aspirasi adalah harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi
tertentu. Taraf aspirasi seseorang ditentukan oleh banyak hal, antara lain oleh keberhasilan yang
dialami pada masa lalu. Nirwana (2015) menjelaskan aspirasi sama dengan kemauan yaitu
dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh
pertimbangan akal budi. Aspirasi yang dikembangkan oleh siswa memiliki dampak yang
mendalam pada belajar. Aspirasi yang baik tentang pendidikan maka mendorong atau
memotivasi bagi anak remaja untuk berusaha keras agar dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan aspirasinya. Siswa perlu memiliki aspirasi yang positif dan realistis. Dengan
aspirasi yang positif dan realistis, maka kemungkinan mencapai sukses akan lebih besar daripada
aspirasi yang negatif dan idealis.
Gunarya (2012) mengemukakan cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama,
bahkan sepanjang hayat. Cita-cita mahasiswa untuk menjadi seseorang yang suskes akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
aktualisasi diri. Menurut Husain (2012) menyatakan bahwa manusia mempunyai motivasi yang
berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mappeasse, 2018).
Cita-cita yang bersumber dari diri sendiri akan membuat seseorang berupaya lebih banyak
yang dapat diindikasikan dengan : sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
(Pribadi, 2010). Menurut Purwanto (2006), cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat
menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar, cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar
dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun
ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
3. Pengetahuan Tentang Hal Yang Dipelajari
Motivasi seseorang akan berhasil dalam proses belajar pada dirinya sendiri ada keinginan
untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar itulah yang dinamakan dengan motivasi.
Motivasi dalam hal tersebut juga meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang dipelajari dan
memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari (Fauzi, 2010).
Pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dipelajarinya sehingga mendorong atau
menghambat proses belajarnya (Andi, 2011). Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses
menerima informasi melalui praktek dan latihan, tetapi juga proses transformasi ini terjadi
melalui pemahaman terhadap pengetahuan baru yang tidak lain merupakan pembentukan struktur
kognitif baru yang lebih luas dalam memori siswa (Siagian, 2015). Membangun pemahaman
siswa, diharapkan siswa sendiri yang memanipulasi objek-objek konkrit tentang apa yang
dipelajari, agar terbentuk pemahaman bermakna pada dirinya. Siswa dikatakan memahami
matematika secara bermakna apabila ia memahami secara materitual dan prosedural (Djamarah.,
2011).
Menurut Fiest (2010), menguatkan bahwa gangguan persepsi tersebut akan berpengaruh
terhadap pembelajaran individu secara observasi terutama terjadi gangguan perhatian individu
terhadap materi yang dipelajari secara observasi dan pada akhirnya akan terjadi produksi
perilaku yang berbeda pada individu yang bersangkutan. Menurut Hadi (2010), menyebutkan
bahwa mengetahui tentang hal yang dipelajari akan mendukung hasil atau prestasi belajar.
Mengetahui apa yang akan atau sedang dipelajari individu dapat membuka pikiran dan hatinya
guna menerima hal-hal yang diberikan untuk dipelajari. Jika individu tidak mampu mengetahui
tentang hal yang sedang dipelajari maka individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan belajar dan kegiatan belajar yang dilakukan tidak efektif. Berdasarkan hal
tersebut maka penyuluh atau pendidik disarankan untuk melakukan representasi verbal.

4. Pengetahuan Tentang Keberhasilan dan Kegagalan


Secara umum, keberhasilan belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai
setelah melakukan proses belajar (Djamarah, 2011). Jika diartikan menurut kosakatanya, yaitu
keberhasilan dan belajar, maka dapat difahami suatu pengertian keberhasilan belajar ialah suatu
hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas yang membawa pada perubahan individu atau
suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas belajar. Bila keberhasilan merupakan
damba‘an setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi pada setiap orang (Arief, 2012).
Keberhasilan dan kegagalan proses belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Secara garis besar Sobur (2015) membagi dalam dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern,
yang penjelasannya dirangkum sebagai berikut : faktor intern adalah faktor yang mem-pengaruhi
hasil belajar siswa yang berasal dari dalam dirinya dan faktor ekstern adalah faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar dirinya (Rosita, 2011).
Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar, telah sanggup menyampaikan atau
menerapkan ilmunya ke dalam bidang praktek sehari-hari. Proses belajar yang dikatakan gagal
adalah sebuah kemenangan yang tertunda atau keinginan kita yang belum tercapai. Biasanya
kegagalan disebabkan karena kita tidak mengetahui definisi atau arti dari belajar. Maksudnya,
kita tidak tahu apakah yang dimaksud dengan belajar, hal-hal yang kita dapatkan setelah belajar,
apakah kita butuh belajar atau tidak (Muliarsih, 2010).
Kepercayaan diri sering merupakan fungsi langsung dari interpretasi seseorang terhadap
keterampilan atau kemampuan yang dimilikinya. Lauster (1992) mendefinisikan kepercayaan
diri sebagai ekspresi aktif dan efektif dari perasaan bagian dalam dari harga diri, penghargaan
diri dan pemahaman diri. Pengertian ini mengandung maksud bahwa, orang yang percaya diri
akan lebih mungkin mendapatkan kualitas yang besar dalam hal harga diri, penghargaan diri dan
pemahaman diri (Jarvi, 2010). Tingkat kepercayaan diri seseorang menentukan derajat apa yang
besar, tanpa kepercayaan diri seseorang akan banyak mengalami hambatan dalam menyelesaikan
sesuatu sehingga dapat menghambat ketercapaian tujuan yang ia kerjakan (Jarvi, 2010).
5. Umur
Kemampuan belajar akan meningkat mulai usia 5-7 tahun kemudianberada pada puncak
perkembangannya pada usia 20-andimana usia tersebut merupakan masa puncak
kesehatannya dan akanmengalami penurunan secara nyata pada akhir usia 30-an (King, 2010).
Faktor Usia guru juga menjadi penyebab kurangnya penggunaan media pembelajaran berbasis
TIK dalam proses belajar mengajar, guru yang berusia diatas 30 tahun cenderung tidak mau
memahami media berbasis TIK dan lebih condong ke gaya mengajar yang monoton (Feldman,
2012).
Pencarian ilmu maupun mencari suatu informasi tentunya ada proses belajar didalamnya,
hal tersebut berkaitan dengan umur seseorang dalam pencarian ilmu itu karna tingkatan umur
sesorang dapat mempengaruhi hal apa yang akan dipelajari dan tingkatannya pun serta kesulitan
dalam belajarnya. Proses belajar pada anak SD umur 6 tahun berbeda dengan anak kuliah, karena
memiliki pola piker yang berbeda (Siagian, 2015). Menurut Sadirman (2012) mengemukakan
bahwa makin tua usia seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,
akantetapi pada usia tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berusia belasan tahun. Daya ingat seseorang salah satunya dipengaruhi oleh usia.
Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambhan pengetahuan yang
diperolehnya (Othman, 2011). Akan tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
6. Kapasitas Belajar

Kapasitas belajar merupakan suatu penyelidikan untuk meningkatkan kemampuan pelajar


untuk belajar dengan baik secara nyata. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda, sehingga sering timbulnya permasalahan akibat perbedaan itu (Sobur, 2015). Permasalahan
ini kita akan mengetahui berbagai macam perbedaan individu, diantaranya perbedaan kognitif,
perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang,
perbedaan bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaaan
lingkungan keluarga, latar belakang budaya dan etnis, dan faktor Pendidikan (Zaman dan Cucu,
2010).
Kapasitas belajar merupakan kemampuan potensial yang dimiliki anak dalam memenuhi
kebutuhan dan permasalahan hidupnya. Selain itu kapasitas belajar (inteligensi) sebagai keahlian
untuk memecahkan masalah serta kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman
hidup sehari-hari (Juntika Nurihsan, 2014). Harris dan Jones (2010) menyatakan bahwa kondisi
yang menunjukkan kecenderungan kepemimpinan itu lebih baik dari pada bagian-bagian dan
dengan cara mendistribusikan dan membagi kepemimpinan secara lebih luas, kesempatan untuk
mencapai kapasitas belajar yang saling berhubungan satu sama lain dalam sebuah sekolah dan
diantara sekolah-sekolah dapat dimaksimalkan.
Individu yang meningkatkan kapasitas regulasi dirinya, turut meningkatkan efikasi dalam
belajar. Adanya keyakinan yang tinggi dalam dirinya bahwa akan mampu menyelesaikan
berbagai tugas sesulit apapun dalam belajar. Metakognitif dan kognitif dalam regulasi diri
merupakan strategi yang tepat dalam mendukung efikasi diri seseorang. Oleh karena itu, individu
yang mampu mempertahankan kapasitas belajar berdasar regulasi diri turut meningkatkan
kapasitas efikasi diri dalam belajar (Thohari, 2009). Seluruh hasil belajar seseorang akan dalam
memori otak untuk digunakan pada waktu selanjutnya. Memori otak memiliki beberapa area
yang dapat menyimpan informasi dengan durasi yang cukup lama dan kapasitas yang banyak
yang disebut memori jangka panjang (Suryabrata, 2002). Pemilihan strategi pembelajaran
berdasarkan kondisi orang dewasa disesuaikan dengan kapasitas peserta didik. Peserta adalah
orang dewasa yang memiliki berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman berbagai
tingkat umur. Pembelajaran orang dewasa tidak akan berkembang apabila meninggalkan ideal
dasar orang dewasa (Yasinta, 2012).
7. Bakat
Bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus dan lebih dominan yang dimiliki
seseorang, yang dapat berkembang melalui proses pelatihan dan pendidikan intensif. Dengan
proses ini, bakat akan menjadi sebuah kemampuan dan kecakapan nyata. Mengembangkan bakat
dan minat bertujuan agar seseorang bisa bekerja di bidang yang diminatinya dan sesuai dengan
kemampuan serta bakat dan minat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan
kapabilitas untuk bekerja secara optimal dengan penuh antusias (Marthalita, 2014).
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan
khusus (Sitepu, 2008). Bakat berdasarkan fungsinya : kemampuan pada bidang khusus (talent),
misalnya bakat musik atau lukis dan bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk
mewujudkan kemampuan khusus, misalnya bakat melihar ruang (dimensi) dibutuhkan dibidang
tehnik arsitek. Bakat merupakan kemampuan dari dalam yang dimiliki oleh mahasiswa,
mahasiswa yang berbakat akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa yang kurang berbakat, jika bahan yang dipelajari sesuai dengan bakat mahasiswa
maka prestasi belajar akan lebih baik karena mahasiswa yang bersangkutan akan lebih giat
belajarnya (Sutisna, 2008).

Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan
seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin dilakukan. (Arief, 2012)
mengganti istilah bakat dengan “ kecerdasan “ yang berupa kecerdasan umum maupun
kecerdasan khusus. Sedikitnya ada sembilan kecerdasan atau bakat yang mungkin dimiliki
seseorang, yakni logical mathematical, linguistic atau verbal, visual spatial, musical, bodily-
kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, natural, dan moral/ spiritual. Teori Gardner ini menjadi
pegangan bahwa setiap orang memiliki bakat unik dan berbeda (Djamarah, 2011). Bakat adalah
potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan
menjadi kecakapan yang nyata. Proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik (Mappeasse, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Andi. Kurnia. 2011. Aspirasi dalam Belajar. Kanisius: Bandung.

Arief. 2012.Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Orang Dewasa. Jurnal Pendidikan.
8(2): 40-56.

Aritonang, Keke T., 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Penabur - No.10.

Daryanto. 2010. Panduan Proses Pembelajaan Kreatif Dan Inovatif. Jav Publisher. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono., 2006. Belajar dan Pembelajran. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauzi. H. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Ghalia Indonesia.

Feist. J dan Gregory. 2010. Teori Kepribadian Edisi ke-7 Buku 2. Penerjemah Smitha Prathita
Sjahputri. Salemba Humanika. Jakarta.

Feldman. R.S. 2012. Pengantar Psikologi. Penerjemah: Petty Gina Gayatri dan Putri Nurdina
Sofyan. Jakarta: Salemba Humanika.

Gunarya. Arlina. 2012. Model perilaku belajar. TOT Basic Study skills. Makassar: Universitas
Hasanudin.

Hadi, W. 2010. Efektivitas Belajar. Alfabeta: Bandung.

Harris, A. dan Jones, M. 2010. Professional Learning Communities And System Improvement.
Volume 13 Number 2 July 2010 172–181. Pp 172 – 181.
Hartinah Sitti, 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok 2009, Bandung:P.T Reflika Aditama

Hidayat. 2012. Identifikasi hambatan perkembangan belajar dan pembelajarannya. Jurnal Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Vol. 9 No.4 Hal. 371-390.

Husain. R. 2012. Peranan Pendidikan Nonformal dalam Pemberdayaan Masyarakat, I Edition,


Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Jarvi, T. 2010. Kelompok Kerja Yang Efektif. Kanisius. Yogyakarta.

Juntika Nurihsan. 2014. Pengembangan Kapasitas Belajar Siswa Melalui Bimbingan dan
Hypnoconseling. Makalah Seminar Nasional Prodi Psikologi SPs UPI Tgl. 20 Februari
2014.

King. L.A .2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandang Apresiatif Buku 1. Salemba Humanika.
Jakarta.

Lauster 1992. Tes kepribadian (Terjemahan D.H. Gulo). Jakarta: PT. Gramedia Bumi Aksara

Mappeasse, M.Y. 2018. Pengaruh Cara Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Programmable Logic Controller (Plc) Siswa Kelas Iii Jurusan Listrik Smk Negeri 5 Makassar.
Jurnal Medtek. Vol. 1.

Marthalita. P.2014. Pengukuran Bakat Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Membentuk Bakat Pada
Pekerja Dengan Menggunakan Structural Equation Modeling. Jurusan Statistika Fmipa.
Institut Tekhnologi Sepuluh November Surabaya.

Muliarsih.H. 2010. Strategi Pembelajaran, Tipe Kepribadian, dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Makara Sosial Humaniora 14(1).

Nggili.R. A. 2015. Belajar Any Where. Salatiga.

Nirwana, H. 2015. Perbedaan Tingkat Aspirasi dan Persepsi tentang Belajar Matematika antara
Siswa Berlatar Budaya Minangkabau dan Batak. Jurnal Ilmu Pendidikan, 12(2) : 153- 167.
Nuramaliana, S. 2016. Konsentrasi Belajar Dan Penyesuaian Diri Pada Siswa Kelas Vii Di Smpn
1 Ciawigebang Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(1) : 1-8.

Othman.H. 2011. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Berasaskan Pengtalaman Bagi


Meningkatkan Kemahiran Insaniah Pelajar. Jakarta: Salemba Humanika.

Othman.H. 2011. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Berasaskan Pengtalaman Bagi


Meningkatkan Kemahiran Insaniah Pelajar. Jakarta: Salemba Humanika.

Pribadi, B.A. dan E. Sjarif. 2010. Pendekatan Konstruktivistik Dan Pengebangan Bahan Ajar
Pada System Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidika Terbuka Dan Jarak Jauh: 11(2)

Purwanto. 2006. Psikologi Sosial. Resika Aditama. Bandung

Rosita. 2011. Pendidikan Orang Dewasa dalam Masyarakat Belajar. Bandung: Penerbit
Binacipta

Rosita.E. 2011. Pemahaman Perilaku dan Strategi Pembelajaran bagi Orang Dewasa. Kanisius.
Yogyakarta.

Sadirman.A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Siagian. R.E.F. 2015. Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terrhadap Prestasi Belajar
Matematika. Jurnal Formatif. 2 (1).

Sitepu., 2008. Pengembangan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur - No.11Tahun ke-7.

Sobur. 2015. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.

Subrata, H. 2005. Materi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta, Universitas Terbuka

Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.

Sutisna, Oteng. 2008. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional.
Bandung: Angkasa.
Thohari. 2009. Pembelajaran orang dewasa dalam kediklatan. Surabaya. Jurnal widyaswara
pada balai diktat keagamaan

Usman, Mia. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPS di Kelas V SDN 104 Kota Utara, Kota Gorontalo. Jurnal mia Usman. 1(4).

Winerungan, OL. 2013. Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan
terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Vol. 1 No.3, 2013, hal.960-970

Yasinta Ika. 2012. Hakekat Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta, jurnal Perencanaan Pendidikan

Zaman. B. dan Cucu. E. 2010. Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru Media.

Anda mungkin juga menyukai