NIM : D1A017161
Kelas : B
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan belajar dalam arti psikologis (Nggili, 2015).
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku (Daryanto, 2010).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh
ilmu pengetahuan, kepandaian, atau keterampilan. Belajar berasal dari kata ajar yang artinya
petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui atau ditiru (Usman, 2015).
1. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran merupakan hasil akhir yang akan diperoleh oleh mahasiswa yang
sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Tujuan pembelajaran merupakan hal pokok yang
harus disampaikan dalam upaya untuk memberikan pedoman atau acuan tentang apa yang ingin
kita capai, tujuan pembelajaran juga dapat meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap materi
yang akan diajarkan, sehingga penyampaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar (Winerungan, 2013).
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat
pendapatannya semakin baik (Othman, 2011). Hal tersebut dimungkinkan karena orang yang
berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.
Produktivitas tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis. Oleh karena itu salah satu
tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah
sebenarnya arah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan life skill dan broad based
education yang dikembang di Indonesia akhir-sakhir ini (Hidayat, 2012).
Rosita (2011) menyatakan bahwa rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk
menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam. Rasa ingin tahu senantiasa akan
memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan
memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Nuramaliana (2016)
menyatakan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru.
1.1 Hanya Sekedar Ingin tahu
Tujuan belajar setiap orang berbeda-beda, namun pada umumnya tujuan belajar adalah
menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya merangsang adanya rasa keingintahuan.
Seperti menurut (Aritonang, 2008), yaitu timbulnya rasa ingin tahu dalam belajar karena dapat
dirangsang melalui hal-hal yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau
kompleks.
1.2 Pemenuhan Jangka Pendek
Ilmu Pengetahuan yang diperoleh seseorang tidak lain yaitu untuk bekal hidup yang akan
datang. Hartinah (2009) dengan perkembangan jaman sekarang ini banyak orang yang
mempunyai pandangan yang berbeda terhadap proses dari belajar, yaitu untuk memenuhi hasil
dari belajar tersebut yaitu diperolehnya nilai yang baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006)
mengungkapkan pemenuhan jangka pendek belajar yaitu untuk memotivasi belajar siswa agar
diperoleh sebuah prestasi.
1.3 Pemenuhan Jangka Panjang
Hasil dari proses belajar bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek,
namun lebih penting untuk kebutuhan jangka panjang. Menurut Subrata (2005) mengindikasikan
bahwa siswa dengan kemampuan spasial yang rendah justru lebih diuntungkan dengan animasi
dibanding siswa berkemampuan spasial tinggi, baik dalam pemahaman jangka panjang maupun
jangka pendek, jangka panjang dari proses belajar adalah mampu mengembangkan ilmu yang
didapatkan.
2. Tingkat Aspirasi atau Cita-Cita
Aspirasi adalah harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi
tertentu. Taraf aspirasi seseorang ditentukan oleh banyak hal, antara lain oleh keberhasilan yang
dialami pada masa lalu. Nirwana (2015) menjelaskan aspirasi sama dengan kemauan yaitu
dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh
pertimbangan akal budi. Aspirasi yang dikembangkan oleh siswa memiliki dampak yang
mendalam pada belajar. Aspirasi yang baik tentang pendidikan maka mendorong atau
memotivasi bagi anak remaja untuk berusaha keras agar dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan aspirasinya. Siswa perlu memiliki aspirasi yang positif dan realistis. Dengan
aspirasi yang positif dan realistis, maka kemungkinan mencapai sukses akan lebih besar daripada
aspirasi yang negatif dan idealis.
Gunarya (2012) mengemukakan cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama,
bahkan sepanjang hayat. Cita-cita mahasiswa untuk menjadi seseorang yang suskes akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
aktualisasi diri. Menurut Husain (2012) menyatakan bahwa manusia mempunyai motivasi yang
berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mappeasse, 2018).
Cita-cita yang bersumber dari diri sendiri akan membuat seseorang berupaya lebih banyak
yang dapat diindikasikan dengan : sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
(Pribadi, 2010). Menurut Purwanto (2006), cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat
menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar, cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar
dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun
ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
3. Pengetahuan Tentang Hal Yang Dipelajari
Motivasi seseorang akan berhasil dalam proses belajar pada dirinya sendiri ada keinginan
untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar itulah yang dinamakan dengan motivasi.
Motivasi dalam hal tersebut juga meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang dipelajari dan
memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari (Fauzi, 2010).
Pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dipelajarinya sehingga mendorong atau
menghambat proses belajarnya (Andi, 2011). Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses
menerima informasi melalui praktek dan latihan, tetapi juga proses transformasi ini terjadi
melalui pemahaman terhadap pengetahuan baru yang tidak lain merupakan pembentukan struktur
kognitif baru yang lebih luas dalam memori siswa (Siagian, 2015). Membangun pemahaman
siswa, diharapkan siswa sendiri yang memanipulasi objek-objek konkrit tentang apa yang
dipelajari, agar terbentuk pemahaman bermakna pada dirinya. Siswa dikatakan memahami
matematika secara bermakna apabila ia memahami secara materitual dan prosedural (Djamarah.,
2011).
Menurut Fiest (2010), menguatkan bahwa gangguan persepsi tersebut akan berpengaruh
terhadap pembelajaran individu secara observasi terutama terjadi gangguan perhatian individu
terhadap materi yang dipelajari secara observasi dan pada akhirnya akan terjadi produksi
perilaku yang berbeda pada individu yang bersangkutan. Menurut Hadi (2010), menyebutkan
bahwa mengetahui tentang hal yang dipelajari akan mendukung hasil atau prestasi belajar.
Mengetahui apa yang akan atau sedang dipelajari individu dapat membuka pikiran dan hatinya
guna menerima hal-hal yang diberikan untuk dipelajari. Jika individu tidak mampu mengetahui
tentang hal yang sedang dipelajari maka individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan belajar dan kegiatan belajar yang dilakukan tidak efektif. Berdasarkan hal
tersebut maka penyuluh atau pendidik disarankan untuk melakukan representasi verbal.
Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan
seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin dilakukan. (Arief, 2012)
mengganti istilah bakat dengan “ kecerdasan “ yang berupa kecerdasan umum maupun
kecerdasan khusus. Sedikitnya ada sembilan kecerdasan atau bakat yang mungkin dimiliki
seseorang, yakni logical mathematical, linguistic atau verbal, visual spatial, musical, bodily-
kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, natural, dan moral/ spiritual. Teori Gardner ini menjadi
pegangan bahwa setiap orang memiliki bakat unik dan berbeda (Djamarah, 2011). Bakat adalah
potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan
menjadi kecakapan yang nyata. Proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik (Mappeasse, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Arief. 2012.Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Orang Dewasa. Jurnal Pendidikan.
8(2): 40-56.
Aritonang, Keke T., 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Penabur - No.10.
Daryanto. 2010. Panduan Proses Pembelajaan Kreatif Dan Inovatif. Jav Publisher. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono., 2006. Belajar dan Pembelajran. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Feist. J dan Gregory. 2010. Teori Kepribadian Edisi ke-7 Buku 2. Penerjemah Smitha Prathita
Sjahputri. Salemba Humanika. Jakarta.
Feldman. R.S. 2012. Pengantar Psikologi. Penerjemah: Petty Gina Gayatri dan Putri Nurdina
Sofyan. Jakarta: Salemba Humanika.
Gunarya. Arlina. 2012. Model perilaku belajar. TOT Basic Study skills. Makassar: Universitas
Hasanudin.
Harris, A. dan Jones, M. 2010. Professional Learning Communities And System Improvement.
Volume 13 Number 2 July 2010 172–181. Pp 172 – 181.
Hartinah Sitti, 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok 2009, Bandung:P.T Reflika Aditama
Hidayat. 2012. Identifikasi hambatan perkembangan belajar dan pembelajarannya. Jurnal Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Vol. 9 No.4 Hal. 371-390.
Juntika Nurihsan. 2014. Pengembangan Kapasitas Belajar Siswa Melalui Bimbingan dan
Hypnoconseling. Makalah Seminar Nasional Prodi Psikologi SPs UPI Tgl. 20 Februari
2014.
King. L.A .2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandang Apresiatif Buku 1. Salemba Humanika.
Jakarta.
Lauster 1992. Tes kepribadian (Terjemahan D.H. Gulo). Jakarta: PT. Gramedia Bumi Aksara
Mappeasse, M.Y. 2018. Pengaruh Cara Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Programmable Logic Controller (Plc) Siswa Kelas Iii Jurusan Listrik Smk Negeri 5 Makassar.
Jurnal Medtek. Vol. 1.
Marthalita. P.2014. Pengukuran Bakat Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Membentuk Bakat Pada
Pekerja Dengan Menggunakan Structural Equation Modeling. Jurusan Statistika Fmipa.
Institut Tekhnologi Sepuluh November Surabaya.
Muliarsih.H. 2010. Strategi Pembelajaran, Tipe Kepribadian, dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Makara Sosial Humaniora 14(1).
Nirwana, H. 2015. Perbedaan Tingkat Aspirasi dan Persepsi tentang Belajar Matematika antara
Siswa Berlatar Budaya Minangkabau dan Batak. Jurnal Ilmu Pendidikan, 12(2) : 153- 167.
Nuramaliana, S. 2016. Konsentrasi Belajar Dan Penyesuaian Diri Pada Siswa Kelas Vii Di Smpn
1 Ciawigebang Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(1) : 1-8.
Pribadi, B.A. dan E. Sjarif. 2010. Pendekatan Konstruktivistik Dan Pengebangan Bahan Ajar
Pada System Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidika Terbuka Dan Jarak Jauh: 11(2)
Rosita. 2011. Pendidikan Orang Dewasa dalam Masyarakat Belajar. Bandung: Penerbit
Binacipta
Rosita.E. 2011. Pemahaman Perilaku dan Strategi Pembelajaran bagi Orang Dewasa. Kanisius.
Yogyakarta.
Sadirman.A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Siagian. R.E.F. 2015. Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terrhadap Prestasi Belajar
Matematika. Jurnal Formatif. 2 (1).
Sitepu., 2008. Pengembangan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur - No.11Tahun ke-7.
Subrata, H. 2005. Materi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta, Universitas Terbuka
Sutisna, Oteng. 2008. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional.
Bandung: Angkasa.
Thohari. 2009. Pembelajaran orang dewasa dalam kediklatan. Surabaya. Jurnal widyaswara
pada balai diktat keagamaan
Usman, Mia. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPS di Kelas V SDN 104 Kota Utara, Kota Gorontalo. Jurnal mia Usman. 1(4).
Winerungan, OL. 2013. Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan
terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Vol. 1 No.3, 2013, hal.960-970
Yasinta Ika. 2012. Hakekat Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta, jurnal Perencanaan Pendidikan
Zaman. B. dan Cucu. E. 2010. Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru Media.