0
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kesehatan sehingga Laporan Akhir Pekerjaan Jasa Konsultansi Penyusunan Masterplan Destinasi
Wisata Buntu Singki’ serta Laporan Produknya dapat diselesaikan tepat waktu untuk memenuhi
kewajiban pelaporan sebagaimana disebutkan dalam kontrak.
Akhirnya dengan segenap harapan dari semua pihak, kami berharap laporan ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Toraja Utara. Dengan kerendahan hati kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam seluruh rangkaian proses
pekerjaan. Demikian kami sampaikan laporan ini atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
3.1 Gambaran Umum Wilayah ....................................................................................................... 27
3
5.4.12 Penataan Walking Track/Jalur Via Dolorosa ...................................................................... 54
7.2 SARAN..................................................................................................................................... 61
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
DAFTAR FOTO
6
BAB I
PENDAHULUAN
• Pariwisata pasca pandemi mempunyai paradigma baru sehingga perlu stratgei yang tepat
untuk untuk mengembangkannya dengan memperhatikan kearifan lokal dan dikelola
dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.
• Pariwisata merupakan urusan yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai kegiatan
seperti pertanian, kehutanan, industri, perikanan, komponen rekreasi dan lain-lain
sehingga dibutuhkan perencanaan pembangunan yang terintegrasi agar dapat
menimbulkan dampak ekonomi baik secara Langsung maupun tidak langsung disemua
sektor pembangunan.
• Pengembangan pariwisata, baik dalam konteks sektoral maupun spasial tidak hanya
berhenti pada perumusan kebijakan, tetapi seharusnya berlanjut dengan kegiatan
perencanaan pada tingkat yang lebih teknis sebagai acuan dalam pembangunan fisik
kawasan wisata. Sebuah masterplan atau rencana induk yang menyeluruh dan terpadu,
dapat memberikan arahan kepada daerah untuk melakukan langkah - langkah
pengembangan destinasi wisata.
7
Untuk maksud tersebut di atas Pemerintah Kabupaten Toraja Utara melaksanakan Kegiatan
PENYUSUNAN MASTERPLAN DESTINSI WISATA SINGKI’ melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) Perubahan SKPD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tahun Anggaran 2022.
Maksud dari Penyusunan Masterplan Destinasi Wisata adalah agar Pemerintah Kabupaten
Toraja Utara memiliki acuan teknis dalam melaksanakan pengembangan dan pembangunan di
kawasan yang mempunyai potensi wisata dan wilayah pendukungnya.
Tujuan kegiatan ini adalah agar kawasan wisata mempunyai konsep desain dan arahan
pengembangan yang terintegrasi dan terpadu sehingga memudahkan bagi Pemerintah Kabupaten
Toraja Utara untuk merencanakan pengembangannya.
Sasaran
a. Teridentifikasinya potensi dan masalah pengembangan kawasan dari aspek fisik, ekonomi,
dan sosial budaya.
b. Teridentifikasinya kebutuhan jenis komponen ruang dan kebutuhan ruang untuk setiap jenis
komponen ruang.
c. Teridentifikasinya kebutuhan jenis, besaran, dan kualitas prasarana lingkungan untuk
menunjang pengembangan kawasan.
d. Teridentikasainya kebutuhan prasarana dan sarana wisata baik yang umum ataupun wisata
secara khusus di wilayah Kawasan.
e. Tersusunnya rancangan tapak pengembangan Kawasan.
f. Tersusunnya rencana penyediaan prasarana lingkungan untuk menunjang pengembangan
Kawasan.
8
Manfaat
9
13. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota
14. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi
Pariwisata Berkelanjutan
15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2028
16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2023
17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015-2030;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Toraja Utara Tahun 2010-2030
19. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Toraja Utara Tahun 2012-2032;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Toraja Utara Tahun 2015-2030.
21. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 524/Kpts/M/2022
Tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli
Untuk Layanan Jasa Konsultansi
Ruang lingkup wilayah kegiatan adalah di Destinasi Wisata Buntu Singki’ Kecamatan Rantepao
Kabupaten Toraja Utara dengan luas keselurahan area sekitar 7332.2 m2.
10
1.6.2 Ruang Lingkup Materi
Lingkup materi dalam Penyusunan Masterplan Destinasi Wisata Buntu Singki’ Kecamatan
Rantepao Kabupaten Toraja Utara meliputi :
a. Tata ruang, khususnya terkait dengan kesesuaian spasial secara hirarkis dengan kebijakan
dan rencana tata ruang
b. Tata tapak dan lansekap kawasan, khususnya terkait dengan desain teknis dan desain
lansekap kawasan pada skala 1:1.000 / menyesuaikan/ skala informatif
c. Infrastruktur kawasan, khususnya terkait dengan sistem dan desain teknis penyediaan
infrastruktur kawasan serta perhitungan analisa tingkat kebutuhan dan urgensi
pengembangan.
1.7 METODOLOGI
Pendekatan metodologi yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini mengacu pada
Kerangka Acuan kerja yang menyebutkan tahapan kajian mencakup kajian di atas meja (desk study)
dan kajian di lapangan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder dengan
mempertimbangkan seluruh aspek untuk mencapai tujuan pekerjaan meliputi :
1. Mengacu pada sumber hukum dan seluruh dokumen perencanaan yang telah ada.
2. Melibatkan seluruh stakeholders atau pemangku kepentingan dalam seluruh proses pengumpulan
data agar dokumen yang dihasilkan dapat sejalan dengan seluruh stakeholders terkait di daerah.
3. Pemahaman menyeluruh tentang kondisi fisk, sosialbudaya, lingkungan dan ekonomi kawasan
untuk bahan analisis dan konsep pengembangan yang akan menjadi tujuan akhir dari dokumen
ini.
1) Tahap Persiapan yang meliputi kegiatan adminisi dan persuratan/ perijinan dan persiapan
teknis.
11
2) Tahap Pengumpulan Data :
• Sekunder terkait dasar hukum, dokumen perencanaan dan kebijakan perencanaan
terkait Pariwisata Toraja Utara
• Pengumpulan data primer meliputi kondisi fisik kawasan perencanaan, data sosial
ekonomi dan sosial-budaya masyarakat di sekitar kawasan perencanaan
3) Tahapan Analisis dengan mempertimbangkan potensi dan masalah dalam pengembangan
kawasan; kebutuhan pengembangan kawasan;
4) Tahapan Perancangan meliputi perancangan tapak dan infrastruktur kawasan; perumusan
Rencana Tapak Kawasan termasuk Perencanaan Sarana dan Prasarana Kawasan dengan
dukungan gambar dan peta.
Untuk mempermudah memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang pekerjaan
Penyusunan Masterplan Destinasi Wisata Rohani Buntu Singki’ ini, dapat diuraikan dalam 7 (Tujuh)
bab dengan garis besar isi setiap bab yang diuraikan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai latar belakang penyusunan, maksud dan tujuan kegiatan, sasaran dan
manfaata kegiatan, dasar hukum pelaksanan kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, metodologi
pendekatan, tahapan kegiatan dan sistematika pembahasan.
Menguraikan kedudukan wilayah perencanaan dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan
(RIPPAR), serta RTRW, RPJP, RPJM, dan RIPPAR Kabupaten Toraja Utara.
12
BAB III KONDISI EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN
Pada bab ini akan dijelaskan kondisi eksisting wilayah perencanaan yang dijabarkan
berdasarkan aspek fisik dan aspek kepariwisataannya.
BAB IV ANALISIS
Pada bab ini akan dijelaskan analisis yang dilakukan sehingga menghasilkan konsep dan
strategi pengembangan Destinasi Wisata Rohani Buntu Singki’. Analisis yang dilakukan berupa
analisis potensi dan masalah menggunakan SWOT, serta analisis deskriptif kualitatif.
Bab ini berisi penjabaran tentang konsep dan rancangan tapak dari Destinasi Wisata Rohani
Buntu Singki’ yang didapatkan dari hasil analisis pada bab sebelumnya. Konsep pengembangan
destinasi wisata juga dijabarkan berdasarkan fasilitas penunjangnya.
Bab ini berisi Rencana Anggaran Belanja (RAB) untuk destinasi wisata yang direncanakan.
Kalkulasi RAB didasarkan pada Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2022 tentang Dana Alokasi
Khusus Kegiatan Pariwisata.
Pada bab ini terdapat Kesimpulan dan Saran yang disertai lampiran foto dan kegiatan.
13
BAB II
Sebagaimana tertuang dalam dokuemen Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan 2009-2029, Kawasan Strategis yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan meliputi
Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Wilayah Kabupaten Toraja
Utara termasuk dalam KSP Sulawesi Selatan adalah kawasan yang diarahkan untuk pengembangan
budidaya alternatif komoditi perkebunan unggulan kakao, kelapa sawit, kopi robusta, jambu mete,
dan jarak. Kawasan perkotaan Rantepao ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang
berfungsi sebagai kawsan utama dalam melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota serta beberapa
kecamatan disekitarnya. Kawasan Wisata Buntu Singki’ termasuk dalam koridor ini.
Berdasarkan rencana pola ruang Sulawesi Selatan, Kabupaten Toraja Utara termasuk dalam
Kawasan Andalan Palopo dan sekitarnya dengan sektor unggulan pariwisata, perkebunan, pertanian,
dan perikanan. Untuk bahasan ini, pada wilayah Kabupaten Toraja Utara terdapat kawasan hutan
lindung dengan luasan + 53.022,26 hektar. Di dalam wilayah Kabupaten Toraja Utara juga terdapat
peruntukan ruang untuk: kawasan hutan produksi dan hutan rakyat; kawasan pertanian dan
perikanan, khususnya kawasan potensial budidaya padi sawah, padi ladang, budidaya kakao, kelapa
sawit, kopi robusta, jambu mete dan jarak, serta peternakan sapi kandang; kawasan pertambangan
tembaga; kawasan tambang batubara; kawasan pariwisata berupa Taman Wisata Budaya (TWB)
perdesaan tradisional; dan kawasan permukiman.
14
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Toraja Utara 2015-2035, tujuan penataan
ruang dalah untuk mewujudkan penataan ruang Kabupaten Toraja Utara yang produktif dan
berkelanjutan sebagai daerah tujuan wisata internasional yang berkualitas di mata dunia
internasional, memiliki daya tarik yang kuat dan berdaya saing tinggi dengan pelayanan kenyamanan
dan keamanan, serta menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber peningkatan kesejahteraan
masyarakat Toraja Utara. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Toraja Utara meliputi:
Strategi peningkatan aksesibilitas PKL meliputi pembangunan dan peningkatan jaringan jalan
yang menjadi akses penghubung PKL kabupaten dengan prasarana transportasi berskala nasional
dan internasional, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana transportasi penghubung
antar PKL dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), peningkatan keterkaitan antara pusat-pusat
kegiatan ekonomi PKL dengan daerah sekitarnya, peningkatan prasarana dan sarana kegiatan
15
ekonomi dan sosial budaya pada PPK. Strategi peningkatan kualitas peran PKL meliputi peningkatan
keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan ekonomi PKL dengan daerah sekitarnya, serta peningkatan
prasarana dan sarana kegiatan ekonomi dan sosial budaya pada PPK.
Strategi peningkatan fungsi ekologis kawasan lindung meliputi peningkatan pola penanganan
lahan kritis, peningkatan pengendalian kegiatan dan fungsi pengawasan areal lindung, peningkatan
sosialisasi ke masyarakat sekitar tentang pentingnya keberadaan kawasan lindung, peningkatan
upaya diversifikasi lahan usaha baru di perdesaan; perwujudan kawasan budidaya yang sesuai
dengan karakteristik lingkungan dan perubahan kondisi lahannya, peningkatan upaya pencegahan
terjadinya alih fungsi lahan di kawasan lindung, serta peningkatan pengendalian aktivitas kegiatan
budidaya yang berpotensi merusak ekosistem.
Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan terdiri dari
mendorong partisipasi masyarakat setempat untuk mempertahankan keberadaan hutan lindung,
mengendalikan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan,
mengoptimalkan nilai ekonomis kegiatan budidaya dengan meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan, mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan dalam kawasan perkotaan, dan
mengendalikan pertumbuhan permukiman.
Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi warisan budaya lokal dan rona alam sebgai obyek
wisata dunia terdiri dari meningkatkan peran warisan budaya lokal dan rona alam dalam kegiatan
pariwisata, menambah khasanah saya tarik wisata melalui pengelolaan dan publikasi obyek wisata
yang saat ini telah ada, mengembangkan keunggulan komparatif dan kompetitif kepariwisataan
dareah berupa keunikan budaya dan alam, mengembangkan unsur-unsur yang berkaitan dengan
upaya peningkatan budaya lokal, serta melakukan intervensi iptek dalam pengelolaan kawasan
budidaya pariwisata yang selaran dengan kondisi budaya lokal setempat.
16
pengembangan sarana dan prasarana lingkungan permukiman pada klaster-klaster permukiman
yang tersebar.
Strategi peningkatan sektor unggulan pada kawasan strategis antara lain mengembangkan
upaya yang berkaitan dengan penguatan kawasan andalan nasional sesuai dengan potensi unggulan
wilayah, dan mengembangkan upaya yang berkaitan dengan konservasi wilayah sungai dengan
mempertahankan potensi sumber daya air sebagai salah satu potensi sumber daya alam unggulan
wilayah.
Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara terdiri atas
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan,
mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis
nasional dengan fungsi khusus pertahanan, mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan
budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan,
serta turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
Rencana struktur ruang Kabupaten Toraja Utara terdiri dari rencana pusat-pusat kegiatan,
rencana sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Pusat kegiatan yang
ada di Kabupaten Toraja Utara terdiri dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Rencana pola ruang Kabupaten Toraja Utara terdiri
dari rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya. Khusus untuk rencana peruntukan
kawasan pariwisata, terdapat tiga jenis peruntukan kawasan pariwisata yakni kawasan peruntukan
pariwisata budaya, kawasan peruntukan pariwisata alam, dan kawasan peruntukan pariwisata buatan.
Kawasan peruntukan pariwisata budaya terdiri atas wisata Upacara Adat Pemakaman (rambu
solo’), Upacara Adat Syukuran (rambu tuka’), Upacara pembersihan kuburan (Ma’nene’), Kawasan
perkampungan rumah adat, kawasan pemakaman kuburan alam dan kuburan batu, yang tersebar
pada seluruh wilayah adat Toraja Utara. Kawasan peruntukan pariwisata alam terdiri atas Wisata
Panorama alam, Agrowisata, Air terjun, Arum Jeram, Padang savana, Situs purbakala, Gunung batu
(KARS), habitat Kelelawar dan permandian alam. Kawasan peruntukan pariwisata buatan terdiri atas
wisata benteng pertahanan Pahlawan Nasional Pongtiku dan Benteng pertahanan rakyat melawan
17
penjajah, perlawanan rakyat lepongan bulan terhadap invasi kerajaan Bone, bangunan peninggalan
Penjajah dan Misionaris , museum budaya dan kawasan pekuburan keluarga (patane).
18
2.2. ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RANTEPAO
Dalam rencana struktur ruang Kabupaten Toraja Utara (halaman 25), Kawasan Perkotaan
Rantepao yang meliputi seluruh wilayah Kecamatan Rantepao, dan sebagian wilayah Kecamatan
Tallunglipu, Tondon, Tikala, Kesu, dan Sopai merupakan Pusat Kegiatan Lokal. Rencana
pengembangan jaringan prasarana yang ada di Kecamatan Rantepao meliputi: (1) rencana jaringan
jalan kolektor primer (jalan provinsi) yang menghubungkan kawasan perkotaan Makale – kawasan
perkotaan Rantepao – Kota Palopo sepanjang kurang lebih 54 (lima puluh empat) kilometer, dan
jaringan jalan kolektor primer (jalan provinsi) yang menghubungkan kawasan perkotaan Rantepao –
Pelabuhan Belang-Belang melalui Kecamatan Tikala, Kecamatan Kapala Pitu, Kecamatan Rindingallo
dan Kecamatan Baruppu sepanjang kurang lebih 70 (tujuh puluh) kilometer; (2) rencana trayek
angkutan barang Rantepao – Makassar,Trayek Rantepao – Parepare, Trayek Rantepao – Mamuju
dan Trayek Rantepao – Palopo; (3) rencana trayek angkutan penumpang antar kota dalam provinsi
(AKDP) Rantepao – Makassar, Rantepao – Palopo, Rantepao – Sorowako, Rantepao – Makale,
Rantepao – Enrekang, dan Rantepao – Masamba; (4) rencana trayek angkutan penumpang antar
kota antar provinsi Rantepao – Palu; Rantepao – Mamuju, Rantepao – Parigi, Rantepao – Kolonodale,
Rantepao – Kendari, dan Rantepao – Manado; (5) rencana jaringan transmisi tenaga listrik berupa
Saluran Udara Tegangan Tinggi; (6) rencana Sentral Telepon Otomat (STO) Toraja Utara di Kawasan
Perkotaan Rantepao; (7) rencana Bendung Batualang; (8) rencana unit produksi air minum berupa
Instalasi Pengolahan Air Minum Rantepao yang melayani Kecamatan Rantepao dan Tallunglipu, dan
unit distribusi air minum; dan (9) rencana jalur evakuasi bencana banjir.
Berdasarkan Rencana Pola Ruang (halaman 26), dalam wilayah Kecamatan Rantepao terdapat:
kawasan sempadan Sungai Saddang; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; kawasan rawan banjir; kawasan peruntukan wilayah
pertambangan mineral komoditas batuan berupa kerikil berpasir alami dan pasir urug; kawasan
industri rumah tangga; kawasan peruntukan permukiman perkotaan; kawasan peruntukan pertahanan
dan keamanan berupa kantor Komando Distrik Militer Toraja Utara dan kantor Kepolisian Resort
Toraja Utara; serta Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) perdagangan dan jasa.
19
Berdasarkan RTRW Kabupaten Toraja Utara 2015-2035, tepatnya dalam Rencana Pola Ruang
(halaman 26), di wilayah Kecamatan Rantepao terdapat peruntukan ruang sebagai kawasan hutan
lindung sebesar 469 hektar; kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan; kawasan rawan longsor; kawasan peruntukan hutan rakyat seluas
465 hektar; kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan; kawasan peruntukan pengembangan
ternak besar komoditas sapi dan kerbau; kawasan peruntukan budidaya perikanan air tawar; kawasan
peruntukan wilayah pertambangan mineral komoditas batuan berupa kerikil berpasir alami dan pasir
urug; kawasan industri rumah tangga; kawasan peruntukan permukiman perdesaan; serta KSP
dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Dalam bidang pariwisata, Sulawesi Selatan memiliki visi menjadikan ‘Sulawesi Selatan
Sebagai Tujuan Wisata Yang Berdaya Saing Di Indonesia Dalam Mendorong Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat’ yang diturunkan menjadi beberapa misi:
20
1. DPD Kawasan Selatan, yang terdiri dari KSPD Makassar dan sekitarnya, KSPD Bulukumba
dan sekitarnya, serta KSPD Kepulauan Selayar dan sekitarnya
2. DPD Kawasan Tengah, yang terdiri dari KSPD Wajo dan sekitarnya, serta KSPD Pare-Pare
dan sekitarnya
3. DPD Kawasan Utara, yang terdiri dari KSPD Palopo dan sekitarnya, serta KSPD Toraja dan
sekitarnya.
Kabupaten Toraja Utara berada di Destinasi Pariwisata Daerah Utara yang merupakan
Kawasan Strategis Provinsi Daerah Toraja dan sekitarnya. Dalam perkembangannya seperti yang
telah dijelaskan pada peninjauan terkait UU Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,
pembangunan kepariwisataan bukan hanya tentang destinasi atau atraksi wisata, juga terkait industri
pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata. Arahan pengembangan pariwisata dalam
rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi antara lain:
3. Kelembagaan Pariwisata
• Memfasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas SDM Pariwisata.
21
• Memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi SDM Pariwisata melalui Lembaga Sertifikasi
Profesi Bidang Pariwisata.
• Melakukan penelitian dan pengembangan dalam meningkatkan kualitas destinasi dan
pelayanan Pariwisata Daerah.
Pembangunan kepariwisataan Kabupaten Toraja Utara mengacu pada visi dan misi rencana
pembangunan kepariwisataan provinsi Sulawesi Selatan untuk mengintegrasikan setiap komponen
pariwisata dan menciptakan Kabupaten Toraja Utara sebagai tujuan wisata yang berdaya saing dan
mensejahterakan masyarakat dalam mengembangkan potensi wisata yang dimiliki. Selain diarahkan
untuk mengacu pada visi dan misi rencana pembangunan kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan,
pembangunan kepariwisataan Kabupaten Toraja Utara juga diarahkan untuk mendukung terwujudnya
visi pembangunan kepariwisataan nasional, yaitu ‘Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan
pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah
dan kesejahteraan rakyat’. Hal tersebut diwujudkan melalui arahan perwilayahan destinasi pariwisata
nasional yang menetapkan Kabupaten Toraja Utara dalam dua Destinasi Pariwisata Nasional (DPN),
yaitu DPN Toraja-Lorelindu dan DPN Makassar-Takabonerate, dsk. Kabupaten Toraja Utara
ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dengan prioritas ke-11 dari KSPN
prioritas bersama Kabupaten Toraja Utara.
Visi Pembangunan Kepariwisataan KSPN Toraja dan sekitarnya adalah “Terwujudnya Toraja
sebagai destinasi hijau berkualitas dan berbasis masyarakat”, dimana untuk mencapai visi tersebut
diturunkan ke beberapa misi, yaitu:
22
2.4. ARAHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KECAMATAN RANTEPAO
23
24
25
26
BAB III
Destinasi wisata Singki secara administratif terletak di Kelurahan Laang Tanduk yang berada
dalam wilayah Kecamatan Rantepao, terdiri dari empat lingkungan, yaitu Pangrante, Pangrante Timur,
Tampak Utara, dan Tampak Selatan. Secara administratif, Kelurahan Laang Tanduk dibatasi oleh
Kelurahan Mentirotiku di sebelah utara, Kelurahan Saloso di sebelah Barat, Kelurahan Nonongan
Utara di sebelah selatan, dan Kelurahan Karassik di sebelah Timur (Gambar 3.1). Kelurahan Laang
Tanduk dapat diakses menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dari pusat Kecamatan
Rantepao dengan durasi perjalanan + 5 menit.
27
Kelurahan Laang Tanduk memiliki jumlah penduduk sebesar 2.309 jiwa (690 KK), yang terdiri
dari 1.187 penduduk laki-laki, dan 1.122 penduduk perempuan (Tabel 3.1). Penduduk Kelurahan
Laang Tanduk didominasi oleh penduduk usia produktif (Tabel 3.2).
Usia
No Lingkungan 0-4 5-9 10-14 15-24 25-49 > 50
L P L P L P L P L P L P
1 Pangrante 10 12 19 20 37 19 39 31 42 41 41 67
2 Pangrante Timur 12 24 18 29 43 77 82 180 102 160 78 92
3 Tampak Utara 16 19 56 40 34 48 54 86 104 80 97 116
4 Tampak Selatan 15 12 20 10 32 35 25 50 30 35 25 30
Jumlah 53 67 113 99 146 179 200 347 278 316 241 305
Penduduk Kelurahan Laang Tanduk mayoritas beragama Kristen Protestan (Tabel 3.3) dan
dominasi mata pencaharian di sektor pertanian (Tabel 3.4).
28
Tabel 3.3 Penduduk Kelurahan Laang Tanduk Berdasarkan Agama
Agama
No Lingkungan
Protestan Katolik Islam Lainnya
1 Pangrante 366 8 6 0
2 Pangrante Timur 664 6 22 0
3 Tampak Utara 663 69 18 0
4 Tampak Selatan 313 155 21 0
Jumlah 2.006 238 67 0
Mayoritas penduduk Kelurahan Laang Tanduk merupakan lulusan SMA/SLTA sederajat (Tabel
3.5).
29
Tabel 3.5 Penduduk Kelurahan Laang Tanduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
No Lingkungan
SD SLTP SLTA D1 S1 S2
1 Pangrante 42 46 214 38 15 3
2 Pangrante Timur 57 120 262 7 72 13
3 Tampak Utara 151 90 253 57 57 0
4 Tampak Selatan 66 80 133 18 18 3
Jumlah 316 336 862 120 121 19
Secara astronomis, Destinasi Wisata Salib Singki’ terletak pada koordinat 2°58'23.2"S dan
119°53'32.7"E Destinasi Wisata Salib Singki’ merupakan bukit yang dapat dilihat secara langsung
dari Rantepao yang merupakan ibukota Kabupaten Toraja Utara.
Tugu Salib Singki’ dibangun pada tahun 2012 dengan fasilitas pendukung berupa gerbang
masuk, loket, toilet umum, walking track menuju pusat atraksi, railing di sepanjang walking track,
gazebo, dan pusat atraksi berupa bangunan tugu salib yang sekaligus berfungsi sebagai menara
pandang dengan view kawasan perkotaan Kecamatan Rantepao dan lansekap yang mengelilinginya.
Saat ini, kondisi Destinasi Wisata Salib Singki’ dalam keadaan terbengkalai.
Secara jelas, gambaran Destinasi Wisata Tugu Salib Singki’ dan fasilitas pendukungnya
dijabarkan sebagai berikut :
30
Foto 1. Kondisi eksisting gerbang dan loket retribusi
31
Foto 2. Kondisi eksisting atraksi utama Buntu Singki’
Pagar pembatas tidak tersedia di seluruh walking track. Hal ini berpotensi
membahayakan pengunjung mengingat beberapa ruas walking track langsung
berhadapan dengan jurang
32
4) Landmark Tulisan Toraja Utara
Fungsi awal : Sebagai landmark Toraja Utara
Kondisi : Tiang dan besi penyanagga perlu perawatan, sudah memperlihatkan korosi
padabeberapa tempat dan dapat membahayaakan
5) Parkiran Lokasi parkir saat ini terbatas pada halaman rumah dan warung warga sekitar.
33
6) Gazebo Secara fisik, kondisi gazebo saat ini kurang layak untuk digunakan meskipun
masih berdiri. Letak dari gazebo juga tidak mencerminkan harmonisasi dengan pusat
atraksi wisata.
7) Toilet Secara fisik bangunan, toilet yang ada di sebelah pusat atraksi wisata utama
memiliki desain yang baik. Akan tetapi, toilet tidak diletakkan pada tempat yang sesuai.
Saat ini, kondisi toilet juga sudah terbengkalai. Salah satu penyebabnya adalah karena
rusaknya jaringan air bersih serta tidak adanya tempat pembuangan limbah.
34
8) Lokasi Sekitar
Saat ini, loket masuk menuju DTW Salib Singki’ tergabung dengan warung milik warga
sekitar. Bangunan yang awalnya menjadi loket saat ini terbengkalai.
35
BAB IV
Adanya obyek wisata religi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan usaha
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan peningkatan ekonomi atau pengahasilan ini akan
terasa cukup signifikan apabila ada moment-moment yang dilakukan oleh pihak pengelola
pariwisata, dampak yang cukup signifikan lainya bagi kehidupan masyarakat adalah dapat terciptanya
lapangan pekerjaan baru untuk warga di sekitar tempat wisata baik untuk keluarga maupun untuk
orang lain.
1) UMKM berbasis seni kriya lokal seperti ukiran kayu, kerajinan tenun, kerajinan berbasis
bambu yang di kolaborasikan dengan thema religi
2) Event Organiser berbasis budaya, rohani dan sport tourism utamanya sepeda, karena
destinasi wisata ini akan diintegrasikan dengan jalur sepeda wisata mengelilingi Kawasan
Buntu Singki’.
36
Gambar 4.1. Ilustrasi UMKM bertema religi
37
4.2. ANALISIS PERUBAHAN LINGKUNGAN SEKITAR
Menurut peta pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Toraja Utara, daerah
Buntu Singki’ merupakan Kawasan Budidaya. Adapun tutupan lahan di lokasi ini berupa Hutan
Bambu, Kondisi lingkungan fisik di dalam kawasan wisata Singki’ maupun di lingkungan sekitarnya
masih dirasa tidak menggangu bagi masyarakat sekitar kawasan wisata mengingat ini mweupakan
Kawasan wisata yang sidah lama beroperasi tetapi terdampak covid sehinga tidak terawatt dan
kunjungan wisatawan jauh menurun.
Secara umum dampak yang ditimbulkan dari aspek fisik lingkungan termasuk kategori kecil
dan perubahan ke arah negatif yang dirasakan masyarakat tidak terasa secara luas. Karakteristik
sampah yang ditimbulkan di kawasan wisata Singki’ yaitu kertas dan plastik bungkus makanan dan
minuman. Sampah padat berasal dari kegiatan makan dan minum pengunjung dan kegiatan
berdagang. Pengelolaan yang dilakukan yaitu hanya dengan membuang di TPA di dalam kawasan
dan tidak ada pemilahan jenis-jenis sampah seperti yang ada pada tempat sampah yang sudah
disediakan sesuai dengan jenis sampahnya. Sampah padat selain dihasilkan oleh pengunjung juga
dihasilkan dari aktivitas berjualan yang dilakukan oleh masyarakat. Jenis sampah yang dihasilkan
berupa sampah padat berupa plastik, dan sebagian menghasilkan sampah organik. Jenis sampah
yang dominan yaitu sampah plastik dan sedikit sampah organik. Yang perlu dilakukan adalah
pengelolaan sampah dengan mengumpulkannya dan diangkut oleh petugas kebersihan ke TPA.
Permasalahan yang mungkin akan timbul untuk jangka panjang yaitu semakin banyaknya sampah
padat yang ditumpuk di TPA, sedangkan tidak ada pengelolaan lebih lanjut terhadap sampah -
sampah tersebut. Lokasi TPA sampah yang berada di lereng bagian atas dapat berdampak pada
timbulnya pencemaran air dan udara di bagian bawah lereng/ lahan. Kontur lahan pembuangan
sampah yang miring kearah lahan pertanian akan berdampak pada lahan pertanian yang ada, dimana
pada musim hujan air lindi yang ada di TPA dapat terbawa menuju ke bagian bawah bersama
dengan air hujan. Secara estetika adanya TPA di bagian ujung kawasan wisata ini juga tidak bagus
sehingga perlu penataan ulang. Pengelolaan persampahan diarahkan dengan sistem Satuan
Operasional Kebersihan Lingkungan (SOKLI)
38
4.3. ANALISIS PROSPEK PENGEMBANGAN
Objek Wisata Buntu Singki’ adalah objek wisata lama yang pernah menarik minat wisatawan
karena menawarkan panorama alam kota Rantepao dan jaraknya yang relatif dekat dari pusat kota.
Data kunjungan dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada table di bawah
Tabel 4.1. Data Pemasiukan Objek Wisata Singki’ (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Toraja Utara)
Dari data kujungan dapat dilihat bahwa sejak tahun 2017 terjadi penurunan dan mencapai titik
terendah ketika masa pandemic covid 19. Setelah masa pandemic covid berakhir terlihat kenaikan
jumlah kunjungan yang cukup berarti sekitar 14% dari tahun sebelumnya.
Maksud dan tujuan utama pengembangan objek ini adalah agar Toraja Utara mempunyai
objek wisata baru dengan konsep berbeda guna mendukung pertumbuhan sektor pariwisata.
Pengembanagan objek awisata Buntu Singki’ adalah salah satu rencana pemerintah daerah
Kabupaten Toraja Utara untuk memberikan jawaban terhadap masalah pengembangan destinasi yang
selama ini menjadi salah satu masalah di kabupaten Toraja Utara.
Objek wisata ini mempunyai potensi yang besar untuk dikenal luas jika diarahkan dengan
strategi yang tepat misalnya menjadi pusat kegiatan wisata rohani kristiani serta aktivitas sosial
budaya. Pengembangan ini merupakan upaya alternatif untuk obyek-obyek wisata yang telah ada
selama ini. Wisatawan akan diberikan suatu pilihan atraksi wisata baru yang akan dikembangkan di
sekitar Buntu Singki’ disamping menikmati panorama alam.
39
4.4. ANALISIS SWOT
Identifikasi potensi dan masalah penting dilakukan sebagai langkah awal dalam merumuskan
rekomendasi untuk pengembangan destinasi wisata. Dalam tahap ini, identifikasi potensi dan
masalah dilakukan melalui identifikasi Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats (SWOT).
Identifikasi SWOT dilakukan berdasarkan aspek-aspek berpengaruh pada pengembangan obyek
wisata. Aspek yang dipertimbangkan antara lain aspek industri pariwisata, pemasaran obyek wisata,
dan kelembagaan pariwisata. Industri pariwisata terdiri dari kondisi fisik dari fasilitas-fasilitas yang
ada di obyek wisata, aksesibilitas dari obyek wisata, serta investasi obyek wisata. Pemasaran obyek
wisata terdiri dari kegiatan promosi pariwisata. Kelembagaan pariwisata meliputi sumber daya
manusia yang mengelola kegiatan pariwisata.
STRONG / Kekuatan • Dalam kota Rantepao, Terletak pada lokasi yang strategis (S1)
Internal • Akses transportasi menuju lokasi sudah baik (S2)
• Akses telekomunikasi di lokasi sudah baik (S3)
Weakness / Kelemahan • Desain bangunan utama atau tugu salib tidak mencerimkan
Internal harmonisasi dengan elemen-elemen di sekitarnya (W1)
• Bangunan utama atau tugu salib sudah dalam keadaan rusak
(W2)
• Fasilitas pendukung obyek wisata sudah tidak terawat (W3)
• Prasarana pendukung aktivitas pariwisata tidak lengkap (W4)
• Tidak memiliki struktur organisasi pengelola pariwisata yang
jelas (W5)
Opportunity/Kesempatan • Pernah menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Toraja
Eksternal Utara (O1)
Threat / Ancaman • Tidak melakukan berbagai kegiatan promosi yang baik (T1)
Eksternal
Dari hasil analisis SWOT kemudian dihasilkan identifikasi potensi, masalah, peluang, dan
ancaman pada lokasi pengembangan.
40
No Strategi Komponen SWOT
3 Peningkatan promosi ODTW Salib Singki’ S1, S2, S3, T1
4 Redesign bangunan utama tugu salib yang lebih bernilai secara W1, W2, O1
estetik dan harmonis dengan elemen-elemen di sekitarnya
5 Revitalisasi serta pengadaan fasilitas pendukung ODTW Salib W3, O1
Singki’ untuk meningkatkan amenitas obyek wisata
6 Pengembangan prasarana pendukung kegiatan pariwisata di W4, O1
ODTW Salib Singki’
7 Pembentukan organisasi pengelola ODTW Salib Singki’ dengan W5, O1
mengutamakan sinergitas para pemangku kepentingan
(masyarakat-Pemerintah-swasta/investor)
8 Penguatan peran serta pemangku kepentingan yang terlibat W5, T1
dalam pengembangan kegiatan pariwisata di ODTW Salib Singki’
41
BAB V
Menurut dokumen Rencana Induk Pariwisata Kabupaten Toraja Utara 2015-2030 dan
karakteristik kepariwisataannya sekarang, konsep pengembangan pariwisata yang sesuai untuk
diterapkan di Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Salib Singki’ adalah wisata heritage dengan sentuhan
religi. Tema heritage disesuaikan dengan arahan tema pengembangan pariwisata daerah Rantepao
yang termasuk dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) A. Sentuhan religi yang diterapkan
mengikuti potensi obyek wisata yang sudah ada di sana, yaitu Tugu Salib. Tema religi yang akan
diangkat pada ODTW Salib Singki’ adalah perjalanan hidup Yesus Kristus.
Strategi pengembangan Destinasi Wisata Buntu Pempon didasarkan pada analisis potensi
masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya meliputi:
2. Redesign bangunan utama tugu salib yang lebih bernilai secara estetika dan harmonis
dengan elemen-elemen di sekitarnya.
Bangunan tugu salib yang diunggulkan di Kabupaten Toraja Utara pada kenyataannya
didesain dengan tidak mempertimbangkan harmonisasi antar elemen di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan bangunan tugu salib kurang menarik untuk menjadi obyek fotografi.
Mendesain ulang bangunan tugu salib harus dilakukan agar ikon Kabupaten Toraja Utara
menjadi lebih menarik.
42
3. Revitalisasi serta pengadaan fasilitas pendukung ODTW Salib Singki’ untuk meningkatkan
amenitas obyek wisata.
Kondisi fasilitas pendukung ODTW Salib Singki’ yang kurang memadai merupakan salah
satu penyebab obyek wisata ini mulai ditinggalkan wisatawan. Revitalisasi fasilitas
pendukung ODTW Salib Singki’ akan meningkatkan amenitas obyek wisata sehingga
nantinya dapa menarik minat wisatawan.
4. Kolaborasi Pentahelix dan penguatan kelembagaan pengelola ODTW Salib Singki’ yang
melibatkan peran serta para pemangku kepentingan baiak dari unsur pemerintah,
masyarakat termasuk kelompok pemuda, media, akademisi dan sektor wasta (Pentahelix)
perlu dikembangkan untuk mempercepat kemajuan pembangunan keberlanjutan di ODTW
Singki’.
5. Peningkatan promosi ODTW Salib Singki’
Obyek Daya Tarik Wisata Tugu Salib Singki’ saat ini merupakan obyek wisata unggulan
Kabupaten Toraja Utara, namun kondisinya yang terbengkalai, disertai dengan minimnya
promosi yang dilakukan menjadikan ODTW Tugu Salib Singki’ jadi ditinggalkan.
Peningkatan promosi ODTW Tugu Salib Singki’ jadi hal vital yang harus dilakukan pasca
kegiatan revitalisasi.
Rencana pengembangan ODTW Salib Singki’ dikelompokkan ke dalam beberapa zona sebagai
dasar pembuatan rancangan tapak. ODTW Salib Singki’ dibagi ke dalam enam zona (Gambar 5.1) :
43
4. Zona 4, yang merupakan klaster atraksi wisata utama.
5. Zona walking track, yang merupakan jalur menuju zona 4 dan zona 3.
6. Zona jalan desa wisata, yang merupakan jalur tracking sepeda dan fasilitas shelternya.
Gambar 5.2 Rancangan Tapak Obyek Daya Tarik Wisata Tugu Salib Singki’
44
5.3 KONSEP SARANA DAN PRASARANA KAWASAN
Pengembangan sarana dan prasarana kawasan pariwisata merupakan salah satu kunci
keberhasilan dari suatu objek wisata karena menyangkut kenyamanan yang akan ditawarkan kepada
calon wisatawan.Untuk itu beberapa hal pokok yang penting untuk ditingkatkan adalah :
45
tangga. Pengembangan lahan terbangun harus disesuaikan dengan aturan KDB
kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
b) Penerapan teknik memanen air hujan (rainwater harvesting) pada wilayah
permukiman dan unit terbangun lainnya, termasuk pada bangunan penunjang
wisata. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap air tanah.
c) Revitalisasi kawasan sungai dan pengendalian daerah sempadan sungai sesuai
dengan arahan RTRW Kabupaten Toraja Utara.
d) Pengembangan jaringan perpipaan PDAM pada kawasan sulit air, pada kawasan
dengan kemiringan tertentu (tidak datar) direkomendasikan untuk menggunakan
mesin penarik air yang digunakan secara kolektif.
e) Peningkatan mutu pelayanan air bersih oleh PDAM.
f) Membuka peluang pengelolaan air bersih oleh pihak swasta.
5. Pengelolaan sanitasi dan kebersihan lingkungan, Arahan pengembangan pengelolaan
persamapahan di ODTW Salib Singki’ dan kawasan sekitarnya diupayakan pada sistem
pengelolaan ramah lingkungan. Pengelolaan persampahan diarahkan dengan sistem
Satuan Operasional Kebersihan Lingkungan (SOKLI). Pengelolaan sampah secara
tradisional dengan ditimbun serta dibakar di pekarangan rumah tidak direkomendasikan
bagi kawasan ini. Selain itu, tempat penampungan sampah yang baik serta memenuhi
nilai estetika dan keindahan kawasan perlu ditambahkan di kawasan ini.
6. Sarana pelayanan dasar dalam Kawasan
7. Peningkatan fasilitas dalam Kawasan. Revitalisasi fasilitas pendukung ODTW Salib
Singki’ meliputi:
a) Penataan bangunan tugu salib
b) Pembangunan gedung pos retribusi dan kantor pengelola / tourism center
c) Pembangunan gapura
d) Pembangunan toilet umum
e) Pembangunan tempat parkir
f) Pengadaan fasilitas mitigasi bencana dan signboard
g) Pengadaan fasilitas kebersihan
46
h) Penataan lansekap dan pengadaan lampu taman
i) Pembangunan gazebo
j) Penataan plaza utama
k) Pembangunan pusat kuliner DAN UMKM
l) Penataan walking track (jalur Via Dolorosa)
m) Pembangunan jalur pesepeda dilengkapi shelter
n) Penerapan failitas air bersih
Bangunan tugu salib di Bukit Singki’ akan dipertahankan sebagaimana fungsinya sebagai
landmark, namun perbaikan struktur bangunan perlu dilakukan. Atap bangunan salib yang
mengadaptasi atap tongkonan akan diganti dengan desain yang lebih modern untuk menciptakan
kesan harmonis dengan tugu salib. Selain sebagai landmark, bangunan tugu salib juga akan
difungsikan sebagai museum religi. Ilustrasi bangunan tugu salib Singki’’ yang terbaru terdapat
dalam Gambar 5.3.
47
5.4.2. Pembangunan gedung kantor pengelola dan pos retribusi
Kantor pengelola wawasan wisata Singki’ direncanakan memiliki fungsi sebagai pos retribusi
dan layanan informasi pariwisata. Lokasi Kantor Pengelola direncanakan berada pada Zona 3 dengan
luas tanah 30 m2. Ilustrasi gedung kantor pengelola ODTW Singki’ dapat dilihat dalam Gambar 5.4.
Gambar 5.4 Ilustrasi konsep design kantor pengelola kawasan wisata Singki’
Saat ini gapura ODTW Singki’ sudah usang sehingga perlu adanya pembangunan gapura baru
yang lebih estetik dan menggambarkan situasi seperti di timur tengah untuk meneguatkan kesan
wisata religi dengan thema kehidupan Yesus Kristus seperti ilustrasi pada Gambar 5.5.
48
5.4.4 Pembangunan Toilet Umum
Toilet umum direncanakan di dua lokasi, yang pertama berada di Zona 4 (zona pusat atraksi),
dan yang kedua berada di Zona 2. Toilet umum yang berada di Zona 4 merupakan toilet umum yang
saat ini sudah ada dan memiliki luas + 20 m2. Toilet umum yang direncanakan ada di Zona 2
direncanakan memiliki luas 22,5 m2. Ilustrasi toilet umum yang ada di ODTW Salib Singki’ dapat
dilihat dalam Gambar 5.6.
Kondisi tempat parkir eksisting saat ini tidak memadai karena itu pembangunan tempat parkir
sangat diperlukan. Alokasi ruang untuk lahan parkir berada pada Zona 2 yang memiliki luas 519 m2.
Lahan parkir direncanakan memiliki luas 300 m2. Untuk mendapatkan lahan parkir dengan luas 300
m2, maka tindakan cut and fill perlu dilakukan mengingat lokasi berada pada lahan berkontur. Perlu
adanya penimbunan tanah sebesar 2.400 m3 (penimbunan untuk lahan 300 m2 dengan ketebalan
sebesar 8 meter) untuk membangun tempat parkir.
49
Gambar 5.7 Ilustrasi konsep parkiran ODTW Buntu Singki’
Fasilitas mitigasi bencana alam merupakan sarana yang harus ada di obyek wisata. Potensi
bencana yang mengancam obyek wisata Salib Singki’ antara lain gempa bumi, longsor, dan
kebakaran. Rencana pengadaan fasilitas mitigasi bencana alam dirinci berdasarkan masing-masing
zona sebagaimana tercantum dalam Tabel 5.1 berikut.
Adapun sebaran fasilitas mitigasi bencana alam dapat dilihat pada lampiran peta sebaran
fasilitas mitigasi bencana.
50
5.4.7 Fasilitas Kebersihan
Fasilitas kebersihan yang direncanakan untuk ada di ODTW Singki’ antara lain tempat sampah
yang memiliki 3 kompartemen untuk memisahkan masing-masing jenis sampah, serta TPS sebagai
penampungan sementara (Gambar 5.8). Manajemen persampahannya seperti sudah dijelaskan pada
bab sebelumnya yaitu dengan menggunakan system Satuan Operasional Kebersihan Lingkungan
(SOKLI).
SAMPAH SINGKI'
Gazebo adalah salah satu fasilitas dengan ruang-ruang terbuka sebagai alternatif tempat
berkumpul dan melakukan kegiatan santai dalam suasana alami, keakraban, kenyamanan dan
keindahan sambal menikmati pemandangan taman dengan lebih bebas. Gazebo biasanya menjadi
pelengkap taman yang membentuk peneduh pada jalur pedestrian dan berfungsi menghubungkan
antar fasilitas atau area. Dalam kaitannya dengan taman dan fasilitas lainnya, desain gazebo harus
selaras dengan konsep perencanaan taman secara keseluruhanIlustrasi gazebo pada ODTW Salib
Singki’ dapat dilihat dalam Gambar 5.9.
51
Gambar 5.9 Ilustrasi Gazebo ODTW Salib Singki’
Area pengunjung di ODTW Salib Singki’ memiliki dua fungsi, sekaligus sebagai plaza
amfiteater saat ada pertunjukan di ODTW Salib Singki’. Mahkota duri menghias di puncak plaza
sebagai perlambang bahwa pentas yang diselenggarakan ditempat itu adalah bentuk ucapan syukur
kepada pengorbanan-Nya. Ilustrasi plaza pengunjung dapat dilihat dalam Gambar 5.10
52
Gambar 5.10 Ilustrasi Plaza Pengunjung ODTW Buntu Singki’
Plaza pusat jajanan/ kuliner merupakan fasilitas dimana terdapat kegiatan layanan jual beli
makanan dan minuman. Lokasi plaza pusat jajanan/kuliner harus mudah diakses dan tidak
menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas. Lokasi pada atraksi wisata alam seperti tepi hutan dapat
dipertimbangkan sepanjang tidak menimbulkan tekanan atau dampak negatif terhadap lingkungan.
Plaza kuliner ODTW Salib Singki’ direncanakan ada di Zona 2 dengan luasan 150 m2. Ilustrasi plaza
kuliner dan kios UMKM terdapat dalam Gambar 5.11.
53
5.4.11. Pusat UMKM
Cinderamata adalah sesuatu yang dibawa oleh wisatawan ke tempat tinggalnya sebagai oleh-
oleh, souvenir, tanda mata, atau kenang-kenangan. Sebuah destinasi wisata perlu memiliki ciri khas
tersendiri sehingga berbeda dengan destinasi wisata lainnya dan menunjukkan identitas dari
destinasi wisata tersebut. Klaster kios cinderamata di ODTW Salib Singki’ direncanakan berada di
samping jalur keluar. Masing-masing kios cinderamata memiliki luas 9 m2. Ilustrasi kios UMKM
terdapat dalam Gambar 5.12.
Walking track pada ODTW Salib Singki’ adalah jalur untuk menuju zona pusat atraksi, yakni
monumen religi Salib Singki’. Jalur walking track direncanakan tetap sesuai dengan jalur walking
track eksisting namun terdapat peningkatan kualitas sehingga kenyamanan wisatawan menjadi
bertambah. Konsep pengembangan ODTW Salib Singki’ adalah berbasis religi, dengan konsep yang
berkaitan dengan kehidupan Yesus. Di sepanjang walking track akan dibangun patung maupun
pahatan pada dinding batu yang menggambarkan fase kehidupan Yesus, mulai dari kelahirannya,
hingga kematiannya. Ilustrasi penataan walking track dapat dilihat dalam Gambar 5.13.
54
Gambar 5.13 Ilustrasi Konsep Walking Track dengan relief pahatan menuju puncak Bukit Singki’.
Lokasi ODTW Salib Singki’ yang berada di atas bukit dan dikelilingi persawahan
melatarbelakangi pentingnya menambahkan atraksi wisata yang berhubungan dengan alam.
Pembuatan jalur sepeda yang dilengkapi dengan shelter dirasa cocok untuk dikembangkan di ODTW
Salib Singki’. Pembuatan jalur sepeda dilakukan melalui peningkatan kualitas jalan desa wisata dan
pembangunan shelter sepeda beserta tempat istirahat di tiga spot terpilih. Ilustrasi jalur pesepeda
dan shelter terdapat dalam Gambar 5.14.
55
5.4.14 Penerapan Rainwater Harvesting
Gambar 5.15 Ilustrasi Konsep Fasilitas Rainwater Harvesting ODTW Salib Singki’
56
BAB VI
Detail Engineering Design Kawasan seperti pada penjelasan pada bab sebelumnya di susun
bedasarkan :
1. Ketersediaan lahan
2. Konsep pengembangan wisata
3. Perhitungan anggaran didasarkan pada Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Dana Alokasi Khusus Kegiatan Pariwisata.
Seluruh Gambar Desain Kawasan dilampirkan pada bagian akhir laporan ini
C at ata n : R A B b el u m m e n c a nt u m k a n : 1) P aj a k b aik P P N m a u p u n P P H ; 2)
Bi a y a P ere n c a n a a n d a n Bia y a P e n g a w a s a n.
2. R A B
57
Set meja kursi kantor 1 paket 3.000.000 3.000.000
Set Sofa 1 paket 5.000.000 5.000.000
TV LED 42" 1 unit 5.000.000 5.000.000
Set komputer dan printer 1 paket 6.500.000 6.500.000
Set rak materi promosi 6 paket 1.000.000 6.000.000
Jumlah 41.500.000
Perlengkapan Kantor Pengelola
P3k 1 paket 1.000.000 1.000.000
APAR 1 paket 3.000.000 3.000.000
Set meja kursi resepsionis 1 paket 4.000.000 4.000.000
Set meja kursi kantor 10 paket 3.000.000 30.000.000
TV LED 42" 2 unit 5.000.000 10.000.000
Set komputer 10 paket 5.000.000 50.000.000
Set Printer & Scanner 3 unit 1.500.000 4.500.000
Set Sofa 1 paket 5.000.000 5.000.000
Rak Arsip 1 paket 1.000.000 1.000.000
Set Meeting Table 1 paket 20.000.000 20.000.000
White Board 1 paket 1.000.000 1.000.000
Layar Infokus 1 paket 750.000 750.000
Infocus set 1 paket 3.000.000 3.000.000
Jumlah 133.250.000
Sign board TIC 1 paket 5.000.000 5.000.000
Jumlah I 1.154.750.000
2 .Toilet umum :
Bangunan termasuk jaringan air bersih, sumur, pompa, jaringan listrik, dan jalur pembuangan/ septic
tank)
Pembangunan toilet di zona 4 20 m2 6.500.000 130.000.000
Pembangunan toilet di zona 2 23 m2 6.500.000 146.250.000
2
Cut and fill zona 2 (22,5 x 8) 180 m3 70.000 12.600.000
Pembangunan talud zona 2 (19 x 1
19 m3 994.000 18.886.000
x 1)
Rainwater harvesting (u/ air bersih) 3 paket 10.000.000 30.000.000
Jumlah II 337.736.000
3. Tempat parkir
Pembangunan lahan parkir 300 m2 1.250.000 375.000.000
3 Pekerjaan cut and fill 2.400 m3 70.000 168.000.000
Pembangunan talud 50 m3 994.000 49.700.000
Jumlah III 592.700.000
4 4. Fasilitas mitigasi bencana
58
Alat Komunikasi darurat (HT/Handy
Transciever), Power supply, Antene
1 paket 60.000.000 60.000.000
VHF dan HF, Public Address
System (PA System)
Rambu Bencana/ Papan Informasi
Bencana (volume sesuai 15 paket 2.000.000 30.000.000
kebutuhan, contoh 15 unit)
Papan titik kumpul 4 unit 1.500.000 6.000.000
Papan jalur evakuasi bencana 12 unit 2.000.000 24.000.000
Hydrant 3 unit 6.500.000 19.500.000
Jumlah IV 139.500.000
5. Fasilitas kebersihan
Pengadaan tempat sampah utdoor
20 unit 4.000.000 80.000.000
3 kompartemen
Pengadaan TPS 25 m2 5.750.000 143.750.000
5
Kendaraan pengumpulan tipe motor 1 unit 35.000.000 35.000.000
Kendaraan pengumpulan tipe
2 unit 4.500.000 9.000.000
gerobak besar
Jumlah V 267.750.000
6. Penataan Landskap
Penataan Taman termasuk
Pengerjaan media tanam,
penanaman pohon, penanaman 336 m2 1.025.000 344.400.000
semak & pohon pelindung,
6 penanaman rumput
Pengadaan lampu taman 34 unit 7.500.000 255.000.000
Papan interpretasi 4 paket 3.000.000 12.000.000
Rambu petunjuk 2 unit 7.500.000 15.000.000
Jumlah VI 626.400.000
7. Gazebo
Pembangunan gazebo (8) 38 m2 3.500.000 131.250.000
7
Pembangunan talud (60 x 1 x 3) 180 m2 994.000 178.920.000
Jumlah VII 310.170.000
8. Main Attraction
59
Redesign tugu salib 1 unit 10.000.000.000 10.000.000.000
Interior museum 246 m2 30.000.000 7.392.000.000
Jumlah 17.392.000.000
Jumlah VIII 17.624.442.000
9. Plaza kuliner
Pembangunan plaza kuliner 60 m2 1.250.000 75.000.000
Pembangunan kios kuliner (10 unit) 90 m2 5.000.000 450.000.000
9
Pekerjaan cut and fill (150 x 8) 1.200 m3 70.000 84.000.000
Pembangunan talud (70 x 1 x 1) 70 m3 994.000 69.580.000
Jumlah IX 678.580.000
10. Kios Cinderamata
Pembangunan kios (10 unit) 90 m2 4.500.000 405.000.000
Pekerjaan cut and fill (90 m2 x 2
10 180 m3 70.000 12.600.000
m)
Pembangunan talud (78 x 1 x 1,5) 117 m3 994.000 116.298.000
Jumlah X 533.898.000
11. Amphitheatre
60
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis dan hasil perencanaan antara lain:
1. Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Destinasi Wisata Buntu Singki’ Kelurahan Laang
Tanduk kecamatan Rantepao Kabupaten Toraja Utara memerlukan peningkatan promosi
agar tercipta keberlanjutan kegiatan pariwisata.
2. Peningkatan insfrasturktur pendukung dalam Kawasan, aksesibilitas transportasi dan
telekomunikasi merupakan hal yang vital untuk dilakukan
3. Penguatan kelembagaan pariwisata perlu dilakukan untuk menjamin kelangsungan kegiatan
pariwisata.
7.2 SARAN
1. Buntu Sinki’ telah terkenal sebagai Bukit Salib dan menjadi landmark kota Rantepao. Untuk
itu saran pengembangan adalah dengan menjadikan buntu Singki’ sebagai wisata religi
namun terbka untuk semua kalangan.
2. Hal yang perlu di lakUkan adalah penguatan terhadap desain untuk memperkuat kesan
wisata religi tersebut.
3. Peta batas administrasi yang digunakan sebagai acuan kerja amaupun analisis hasil
lapangan bersumber dari Kemendagri. Namun demikian jika dilakukan pengecekan
lapangan terhadap keterangan penduduk dan bangunan pemerintah, terdapat perbedaan
yang cukup signifikan sehingga diperlukan suatu kegiatan untuk penentuan batas
administrasi yang lebih valid.
61