Anda di halaman 1dari 2

A.

Patofisiologi Obesitas
Obesitas merupakan kondisi dimana berat badan mengalami peningkatan
melebihi batas kebutuhan fisik dan skeletal yang terjadi akibat penimbunan lemak
berlebih dalam tubuh Obesitas juga dapat didefinisikan sebagai kelebihan berat badan
20% di atas standar akibat tidak seimbangnya konsumsi dan pengeluaran energi
Obesitas juga merupakan kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi (Salim et al., 2021).

Gambar 1. Pengaturan keseimbangan energi.

Gambar 2. Jalur neurohormonal di hipotalamus yang mengatur keseimbangan energi

Keseimbangan energi di dalam tubuh diatur oleh hipotalamus melalui 3


mekanisme yaitu pengaturan rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran
energi serta regulasi sekresi hormon. Proses pengaturan penyimpanan energi dimulai
ketika perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot) mengirimkan sinyal aferen ke
hipotalamus sehingga hipotalamus mengeluarkan sinyal-sinyal eferen. Sinyal-sinyal
tersebut dapat menyebabkan peningkatan rasa lapar sehingga mengurangi pengeluaran
atau penggunaan energi (bersifat anabolic) dan dapat menyebabkan peningkatan
pengeluaran atau penggunaan energi. (bersifat katabolic). Sinyal-sinyal tersebut
terbagi menjadi sinyal panjang dan sinyal pendek. Sinyal pendek akan berpengaruh
pada porsi makan, waktu makan dan berkaitan dengan factor distensi lambung dan
peptide gastrointestinal yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) yang akan
menstimulasi rasa lapar. Sedangkan sinyal panjang diperankan oleh lemak turunan
hormone leprin dan insulin yang berfungsi mengatur penyimpanan dan keseimbangan
energi. (Cahyaningrum, 2015) . Produksi leptin selalu akan seimbang dengan
tingginya simpanan energi berupa lemak jika simpanan lemak berlebih.
(Salim et al., 2021)
. Jika asupan energi berlebih, maka jaringan adiposa akan mengalami
peningkatan diikuti dengan meningkatnya kadar leptin di dalam darah. Hormon leptin
akan merangsang merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan
produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Jika
asupan lemak yang masuk ke dalam tubuh berlebih atau mengakami peningkatan
maka dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi adiposit, deposit lemak ektopik,
hipoksia dan stress kronis yang mengakibatkan sekresi adipokin menjadi terganggu.
Jaringan adiposit yang mengalami hipertrofi akan menyebabkan disekresinya factor
pro inflamasi yaitu leptin, IL-6 dan IL-8, penurunan adinopektin dan IL-10.
(Jennifer, 2022)
. Tingginya kadar lemak yang menyebabkan peningkatan sintesis leptin pada
penderita obesitas dapat mengakibatkan terjadinya resistensi leptin
(Cahyaningrum, 2015)
.

Anda mungkin juga menyukai