Anda di halaman 1dari 8

Gender & Instrumen

Hukum Internasional
terkait Hak
Perempuan
Hwian Christianto
Subtopik
1. Konsep Gender
2. Kondisi Hukum Nasional terkait
Gender
3. Jenis konvensi/instrument hukum
internasional terkait hak
perempuan
Pemahaman ttg
GENDER
• Gender ≠ Jenis Kelamin
• Jenis Kelamin terkait erat dengan kondisi biologis
seseorang ketika lahir;
• Gender : “Konstruksi Sosial budaya yang dibuat oleh
suatu masyarakat, berupa konsep, ide, nilai, norma yang
dilekatkan pada perempuan dan laki-laki yang secara
biologis berbeda.” (Sulistyowati Irianto). Masyarakat
yang menciptakan konstruksi sosial budaya berupa
stigma, label, aturan tertentu pada laki-laki atau
perempuan dalam suatu masyarakat
• Misalnya: Tidak pantas bagi perempuan yang
sudah menikah untuk bekerja jika laki-laki sudah
bekerja.
Kondisi Hukum
Nasional terkait Gender
• Hukum Nasional saat ini berada dalam masa
transisi perbaikan dalam pengarusutamaan
gender;
• Beberapa produk hukum (ketentuan hukum)
memang masih timpang dalam mengatur relasi
antara laki-laki dan perempuan, misalnya UU
Perkawinan terkait poligami dan soal kepala
rumah tangga. (Sulistyowati Irianto)
• Penanganan perkara kesusilaan, seringkali tidak
berpihak kepada perempuan baik pada saat
berkedudukan sebagai korban maupun pelaku.
Perempuan dianggap memiliki ‘kontribusi/andil’
dalam perbuatan yang terjadi.
Jenis Konvensi terkait Hak Perempuan (1)

Protective Convention Corrective Convention


• Terkait dengan Isu ekonomi • Terkait dengan isu sosial
• Tujuan: Perlindungan atas hak reproduksi • Tujuan : meningkatkan status & kedudukan
perempuan perkawinan perempuan yg selama ini dianggap
obyek dan tidak punya status sedangkan laki-laki
• Kondisi : Masyarakat mempunyai kepentingan dianggap punya kekuatan
untuk melindungi perempuan dalam hal
keselamatan, moralitas dan waktu yang disediakan • Kondisi: perempuan dan anak tidak dapat
untuk keluarga. melindungi diri sendiri dan laki-laki pada umumnya
tidak menjadi korban eksploitasi seks.
• Contoh :
• Pelarangan Kerja di Waktu Malam- Konvensi ILO 1919; • Contoh:
• Larangan kerja di bawah tanah – Resolusi 1934 & 1948 • Larangan pengiriman perempuan dan anak-anak untuk
tujuan komersial walaupun ada persetujuan korban.
• Larangan kerja di Pertambangan dan di tempat alat
berat – Konvensi 1946 • Larangan membawa perempuan ke LN untuk tujuan
asusila sekalipun dengan persetujuan korban.
Jenis Konvensi terkait Hak Perempuan (2)

Non-Discrimination Convention Mixed Convention


• Dasar: • Konvensi yang memadukan tiga sifat
• Preambule Piagam PBB, Art. 1, 13 (1) (B), dari konvensi sebelumnya.
55 (c), 58, 62 (2), 76(c)
• Indikator: perubahan rumusan peran
• Pasal 2 DUHAM;
perempuan dari batasan yang semula
• Konvensi Internasional ttg Hak Sipil dan restriktif hanya sebagai ibu atau istri
Politik
ke konsep perempuan yang lebih
• Contoh: dinamis.
• Konvensi 1951 ttg Upah yang sama untuk
pekerjaaan yang sama nilainya;
• Konvensi Hak Politik Perempuan (1953);
• Konvensi ttg Persetujuan Kawin, Usia
Kawin dan Pencatatan Perkawinan, dll.
PRINSIP CEDAW (1)

Prinsip Persamaan Substantif Prinsip Non Diskriminasi


• Tujuan: menentang konsep kesamaan • Tindakan proaktif untuk menghapuskan non
(sameness– perempuan harus diperlakukan diskriminasi. Pasal 1 CEDAW
sama dengan laki-laki) dan konsep
proteksionis;
• Prinsip ini mengutamakan kebutuhan dasar
yang berbeda dari perempuan dibanding laki-
laki.
• Prinsip persamaan dipahami dari sisi
kedudukan dan fungsi walupun beda peran.
• Perempuan pada akhirnya memiliki kesamaan
dalam kesempatan (equality of opportunity),
kesamaan dalam kesempatan (equality of
accessa) dan kesamaan dalam mendapatkan
kemanfaatan (equality of result).
PRINSIP CEDAW (2)

Prinsip Kewajiban Negara


• Merumuskan kebijakan negara dalam mencegah,
melarang, mengidentifikasi dan melakukan
tindakan untuk memberikan sanksi kepada
perlakuan diskriminatif berikut mempromosikan
persamaan perempuan dan laki-laki;
• Formulasi alat dan sarana yang efektif untuk
melindungi hak perempuan;
• Mewujudkan tujuan penghapusan diskriminasi
baik di ruang privat maupun public;
• Membuat laporan pelaksanaan konvensi satu
tahun setelah konvensi dan berkala tiap 4 tahun
sekali (diajukan ke Sekjen PBB dipertimbangkan
oleh Komite Penghapusan Diskriminasi terhadap
Perempuan).

Anda mungkin juga menyukai