Manusia
Pasal 20: Hak untuk tidak
diperbudak
Achmad Dhani Maulana 1806233966
Audrey Jessica Natalia 1806234104
Farhan Azzahra Edwin 1806234180
Farhan Khairi Akhdan 1806183053
Irene Rahma Artanti 1806234243
Karsten Maruli Rogate Hutauruk 1806182776
Muhammad Azka Raihan B. 1806183173
Rana Khairunnisa 1806182971
Syarifah Shamira 1806182864
Vanya Amanda Filza Yunas 1806182896
Perbudakan
Pasal 3
DUHAM Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu.
Pasal 24
Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam
kerja yang layak dan hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah.
Dasar Hukum Anti Perbudakan
ICCPR
(International
Covenant on Civil
and Political Rights)
Dasar Hukum Anti Perbudakan
Berkaitan dengan hak atas kebebasan pribadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
Pasal 28-28J menyebutkan, yaitu:
Amandemen UUD “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk
1945 kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun”
(1) “Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba”
Pasal 4 & Pasal 20
(2) “Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak,
UU 39/1999 tentang
perdagangan perempuan dan segala perbauatan apapun
Hak Asasi Manusia
yang tujuannya serupa dilarang”
Dasar Hukum Anti Perbudakan
Permasalahan : Jam Kerja yang tidak manusiawi, Upah tidak layak, Perlakuan
tidak manusiawi
https://dunia.tempo.co/read/1339574/abk-indonesia-di-kapal-asing-bekerja-18-jam-dan-minum-air-laut/full&view=ok
ICCPR International
Bentuk permasalahan dari
Article 8
perbudakan internasional
1. No one shall be held in slavery; slavery and sendiri bukan dikarenakan
the slave-trade in all their forms shall be kurangnya regulasi, namun
prohibited. sama dengan halnya domestik,
2. No one shall be held in servitude. adalah kurangnya dari
penegakan antar aparat yang
3. (a) No one shall be required to perform
berkewanangan dari wilayah
forced or compulsory labour;
yurisdiksi tersebut.
Contoh Kasus (2) Analisis terhadap
Pekerja Anak dan Perbudakan Anak
Perbudakan di Industri Industri Kokoa
Kokoa di Pantai Gading Tidak kurangnya regulasi internasional
terhadap modern slavery khusus terhadap
Laporan dari US Department of child labor seperti halnya Worst forms of
Labor menyatakan bahwa ada 2 Child Labour Convetion 1999, Protocol to
the 1930 Forced Labour Convention, dll.
juta tenaga anak dalam Industri Namun ini tidak menjadi jaminan disaat
perkebunan kokoa, yang dengan banyak pihak sendiri tidak determinant
lingkungan kerja yang tidak baik. untuk menyelesaikan masalah tersebut,
ataupun dalam tingkat negara sebagai
aktor utama, yang turun kepada
Berdasar Laporan subjek-subjek dari negara tersebut
layaknya perusahaan.
ILO, terdapat 40
Juta dibawah slavery
di seluruh Dunia
Kesimpulan
Bahwa perbudakan tetap ada dalam zaman modern ini, dan berkembang
mengikuti zaman, dengan sekarang dikenal sebagai modern slavery. Pembedaan ini
adalah dimana modern slavery mengikuti terhadap banyak bentuk seperti halnya
forced labour, debt bondage, forced marriage, human trafficking, sexual exploitation
and children slavery.
Indonesia, layaknya negara modern lainnya telah meratifikasi dan menjalankan
regulasi terhadap perlindungan dari segala jenis bentuk slavery. Namun, hal ini
menjadi masalah sebagaimana dalam penegakaannya menjadi sulit, dikarenakan
banyaknya jumlah kasus, dan penelusuran yang sulit. Hal ini juga terjadi dalam
lingkup Internasional, yang dimana regulasi dari slavery ini sendiri sulit ditegakan
dalam kondisi ataupun lingkungan yang dimana regulasi ini susah untuk ditegakan.