Anda di halaman 1dari 20

Hukum dan Hak Asasi

Manusia
Pasal 20: Hak untuk tidak
diperbudak
Achmad Dhani Maulana 1806233966
Audrey Jessica Natalia 1806234104
Farhan Azzahra Edwin 1806234180
Farhan Khairi Akhdan 1806183053
Irene Rahma Artanti 1806234243
Karsten Maruli Rogate Hutauruk 1806182776
Muhammad Azka Raihan B. 1806183173
Rana Khairunnisa 1806182971
Syarifah Shamira 1806182864
Vanya Amanda Filza Yunas 1806182896
Perbudakan

“Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain.


Praktik serupa perbudakan adalah tindakan menempatkan seseorang dalam
kekuasaan orang lain sehingga orang tersebut tidak mampu menolak suatu
pekerjaan yang secara melawan hukum diperintahkan oleh orang lain itu
kepadanya, walaupun orang tersebut tidak menghendakinya.”
—Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak
Pidana Perdagangan Orang

“ forced or compulsory labour is: "all work or service which is


exacted from any person under the threat of a penalty and for
which the person has not offered himself or herself voluntarily."”
—ILO Forced Labour Convention, 1930 (No. 29)
Dasar Hukum Anti Perbudakan
Pasal 1
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.

Pasal 3
DUHAM Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu.

(Deklarasi Universal Pasal 4


Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan; perhambaan dan perdagangan
Hak-Hak Asasi budak dalam bentuk apa pun mesti dilarang.
Manusia) Pasal 5
Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, diperlakukan atau
dikukum secara tidak manusiawi atau dihina.

Pasal 23 ayat (3)


Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang
memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri maupun
keluarganya, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya.

Pasal 24
Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam
kerja yang layak dan hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah.
Dasar Hukum Anti Perbudakan

ICCPR
(International
Covenant on Civil
and Political Rights)
Dasar Hukum Anti Perbudakan
Berkaitan dengan hak atas kebebasan pribadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
Pasal 28-28J menyebutkan, yaitu:
Amandemen UUD “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk
1945 kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun”
(1) “Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba”
Pasal 4 & Pasal 20
(2) “Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak,
UU 39/1999 tentang
perdagangan perempuan dan segala perbauatan apapun
Hak Asasi Manusia
yang tujuannya serupa dilarang”
Dasar Hukum Anti Perbudakan

Pasal 2 UU 21/2007 Pelaku perbudakan dapat dijerat pidana,


tentang penjara dan pidana denda
Perdagangan Orang
(1) Pasal 74 ayat (2) huruf a jo. Pasal 183 UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan

(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang


Dalam hal Pengesahan ILO Convention No. 182 Concerning the
melibatkan anak : Prohibition and Immediate Action for the Elimination of the
Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182
Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan
Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak)
Modern Slavery
Pengertian

Perbudakan modern (modern slavery) dapat didefinisikan


sebagai kondisi di mana seseorang memperlakukan orang lain
sebagai properti miliknya, sehingga kemerdekaan orang itu
dirampas lalu dieksploitasi demi kepentingan orang lain. Pada
dasarnya perbudakan modern tidak selalu menyerang
keadaan fisik seseorang, namun juga psikologis seseorang.
Bentuknya tidak sebatas bekerja pada sebuah instansi, tapi
juga termasuk perdagangan manusia, eksploitasi seksual dan
buruh atau pekerja migran.
Secara umum dikenal beberapa bentuk modern
slavery :
1. Perdagangan manusia (Human Trafficking). Penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaan untuk
mengangkut, merekrut atau menyembunyikan orang untuk mengeksploitasinya untuk tujuan seperti prostitusi
paksa, perburuhan, kriminalitas, perkawinan atau pengambilan organ.
2. Kerja paksa (Forced Labour). Pekerjaan atau layanan apa pun yang dipaksa dilakukan orang yang
bertentangan dengan keinginan mereka di bawah ancaman hukuman. Kerja paksa mencakup berbagai
kegiatan — merekrut, menyembunyikan, mengangkut, menyediakan, atau memperoleh — yang terlibat ketika
seseorang menggunakan kekerasan atau ancaman fisik, paksaan psikologis, penyalahgunaan proses hukum,
penipuan, atau cara memaksa lainnya untuk memaksa seseorang bekerja.
3. Terikat jeratan hutang (Debt Bondage). Bentuk perbudakan yang paling luas di dunia. Orang-orang yang
terjebak dalam kemiskinan meminjam uang dan dipaksa bekerja untuk melunasi hutang, yang menyebabkan
kehilangan kendali atas kondisi pekerjaan dan hutang mereka.
4. Perbudakan anak (Slavery of Children). Kondisi dimana seorang anak dieksploitasi untuk keuntungan
orang lain. Ini bisa termasuk perdagangan anak, perkawinan anak dan perbudakan rumah tangga anak.
5. Pernikahan paksa dan pernikahan dini (Forced Marriage) Ketika seseorang menikah bertentangan
dengan keinginan mereka dan tidak bisa pergi sesuai keinginan mereka. Kebanyakan pernikahan anak dapat
dianggap sebagai perbudakan
Hubungan Perbudakan dengan modern Slavery
Seperti yang telah dijelaskan Perdagangan Manusia, dimana terdapat
sebelumnya mengenai modern unsur paksaan dan ancaman serta eksploitasi
slavery, bahwa terdapat unsur dsb yang memenuhi unsur perbudakan itu
dalam Modern Slavery yang sendiri yaitu tidak mampu menolak suatu
memenuhi dari perbudakan itu pekerjaan yang secara melawan hukum
sendiri seperti contohnya adalah diperintahkan oleh orang lain itu kepadanya,

Adapun umumnya hubungan dari perbudakan modern dengan perbudakan itu


sendiri adalah biasanya terdapat satu unsur yang terpenuhi dari perbudakan itu
sendiri seperti Paksaan, Ancaman, dan Bekerja tanpa upah yang layak
Perbedaan Perbudakan dengan Modern Slavery
● Perbudakan Modern biasanya dilakukan secara diam-diam dan
terselubung, seperti perdagangan manusia, kurangnya upah yang
dibayarkan dan Overwork
● Pada masa lalu perbudakan diatur oleh negara sedangkan pada masa
kini perbudakan dilarang oleh negara
● Pada perbudakan Modern paling tidak memenuhi salah satu unsur
dari perbudakan di masa lalu
● Pada masa lalu perbudakan tidak dianggap kejahatan, namun hal
yang bergengsi sedangkan kini hal tersebut dianggap kejahatan
Forced Labour (Kerja Paksa)
- Kerja paksa sendiri merupakan bentuk paling umum dari perbudakan di zaman
modern ini.
- Kerja paksa ini memiliki banyak bentuk, beberapanya adalah pekerjaan rumah
tangga, prostitusi dan pekerjaan di sektor perikanan.
- Biasanya, pekerja migran gampang menjadi target kerja paksa karena mereka tidak
mengerti bahasa di tempat mereka bekerja, hak mereka terbatas, dan sangat
bergantung kepada pemberi kerja mereka (majikan).
- Kerja paksa terjadi karena kemiskinan, kurangnya lapangan pekerjaan dan
pendidikan yang berkelanjutan, aturan hukum yang lemah, dll.
UU Nomor 19 Tahun 1999
Dasar Hukum tentang Pengesahan ILO
International Convention No. 105 mengenai
Penghapusan Kerja Paksa
UU Nomor 1 Tahun 2000 tentang Konvensi ini meminta setiap negara anggota ILO untuk
Pengesahan ILO Convention No. 182 menghapuskan dan melarang kerja paksa yang
mengenai Pelarangan dan Tindakan digunakan sebagai :
Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk
Pekerjaan Terburuk Untuk Anak a. alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai
hukuman atas pemahaman atau pengungkapan
Pengesahan konvensi ini dimaksudkan untuk pandangan politik atau ideologi yang bertentangan
menghapuskan segala bentuk terburuk dalam praktek dengan sistem politik, sosial, dan ekonomi yang berlaku;
mempekerjakan anak serta meningkatkan
perlindungan dan penegakan hukum secara efektif b. cara mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja
sehingga akan lebih menjamin perlindungan anak dari untuk tujuan pembangunan ekonomi;
segala bentuk tindakan perbudakan dan tindakan atau
pekerjaan yang berkaitan dengan praktek pelacuran, c. alat untuk mendisiplinkan pekerja;
pornografi, narkotika, dan psikotropika. Perlindungan
ini juga mencakup perlindungan dari pekerjaan yang d. hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokan;
sifatnya dapat membahayakan kesehatan,
keselamatan atau moral anak-anak. e. cara melakukan diskriminasi atas dasar ras, sosial,
kebangsaan, atau agama.
Dasar Hukum
Dalam Negeri UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat Buruh/Pekerja
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Berikut adalah pasal-pasal di dalam undang-undang ini terkait
Ketenagakerjaan forced labour:
Pasal 32 ayat (1):
Pasal 1 → Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang
(1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas dibentuk dan, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan
terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
diskriminasi. mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
Dalam Penjelasan ayat tersebut, disebutkan bahwa yang kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
dimaksud dengan terbuka adalah pemberian informasi pekerja/buruh dan keluarganya.
kepada pencari kerja secara jelas antara lain jenis pekerjaan, Pasal 3 → Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
besarnya upah, dan jam kerja. Hal ini diperlukan untuk konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai sifat
melindungi pekerja/buruh serta untuk menghindari terjadinya bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung
perselisihan setelah tenaga kerja ditempatkan. Yang dimaksud jawab.
dengan bebas adalah pencari kerja bebas memilih jenis Pasal 9 → Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
pekerjaan dan pemberi kerja bebas memilih tenaga kerja, konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk atas
sehingga tidak dibenarkan pencari kerja dipaksa untuk kehendak bebas pekerja/buruh tanpa tekanan atau campur
menerima suatu pekerjaan dan pemberi kerja tidak tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dan pihak
dibenarkan dipaksa untuk menerima tenaga kerja yang manapun.
ditawarkan.
Contoh Kasus Analisis terhadap
Kasus Perbudakan Perbudakan ABK
ABK di Kapal Ikan
Asing Dalam hal tersebut, apa yang
Pada 2020, terdapat kasus terjadi menyalahkan terhadap
mengenai empat Anak Buah pasal 79 UU Ketenagakerjaan
Kapal (“ABK”) asal Indonesia yang ada di Indonesia. Namun,
yang dipekerjakan selama 18 jam sebagaimana hal ini terjadi di
lebih, dengan waktu istirahat fishing vessel di bawah flag of
yang hanya berkisar 6 jam. convenience negara lain, dan
Berdasarkan Global kepemilikan kapal tersebut
Slavery Index, ada merupakan milik negara lain,
736.000 orang yang maka Indonesia hanya dapat
berada dibawah modern mengusahakan cara diplomatik.
slavery di Indonesia
Analisis Terhadap Telah Melanggar
Pasal 20 UU No 39
Modern Slavery Tahun 1999 → Hak
Untuk tidak
Domestic diperbudak
Dalam permasalahan dalam negeri
sendiri sudah banyak regulasi yang Bahwa kasus perbudakan ABK
mengatur terhadap perbudakan asal Indonesia di Kapal Ikan
seperti halnya UUD RI 1945, UU milik Asing yang dipekerjakan
39/1999 UU 13/2003, UU 21/2007 selama 18 jam lebih telah
ataupun UU 21/2000. Namun, dalam melanggar ketentuan Pasal 20
penegakan yang masih menjadi UU No 39 Tahun 1999 yang
bermasalah, dan maraknya kasus
menyatakan bahwa tidak boleh
bentuk dari modern slavery yang
siapapun diperbudak dan
masih dilakukan hingga sekarang.
perbuatan perbudakan tersebut
dilarang.
DUHAM
UUD 1945
Pasal 4
Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan..:
Pasal 23 ayat (3)
● Berdasarkan ketentuan pada Pasal Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan
28I ayat (1) UUD 1945 maka setiap menguntungkan, yang memberikan jaminan kehidupan yang
bermartabat baik ….
individu memiliki “hak untuk tidak
Pasal 24
diperbudak”. Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk
Sehingga telah terjadi pelanggaran pembatasan-pembatasan jam kerja yang layak dan hari liburan
berkala, dengan tetap menerima upah.
HAM pada kasus perbudakan ABK
Indonesia di kapal ikan tersebut, >> ABK dipekerjakan hingga 18 jam perhari, bahkan terkadang hingga 30 jam <<
>> tidak boleh istirahat maupun duduk kecuali ketika makan nasi yang keluar
dan diperlukan penegakan hukum setiap 6 jam<<
>> Sebagian dari mereka belum menerima gaji sama sekali. <<
yang tegas agar setiap orang bisa >>Sebagian lainnya menerima gaji namun tidak sesuai dengan angka yang
mendapatkan hak nya. disebutkan dalam kontrak yang mereka tandatangani (ABK hanya mendapatkan
USD 120 atau Rp 1,7 juta setelah bekerja selama 13 bulan. Padahal seharusnya
ABK berhak mendapatkan minimum 300 USD setiap bulan)<<
>> Diberi makanan berupa sayur-sayur dan daging ayam yang sudah berada di
freezer sejak 13 bulan, disuruh minum air laut<<

Permasalahan : Jam Kerja yang tidak manusiawi, Upah tidak layak, Perlakuan
tidak manusiawi

https://dunia.tempo.co/read/1339574/abk-indonesia-di-kapal-asing-bekerja-18-jam-dan-minum-air-laut/full&view=ok
ICCPR International
Bentuk permasalahan dari
Article 8
perbudakan internasional
1. No one shall be held in slavery; slavery and sendiri bukan dikarenakan
the slave-trade in all their forms shall be kurangnya regulasi, namun
prohibited. sama dengan halnya domestik,
2. No one shall be held in servitude. adalah kurangnya dari
penegakan antar aparat yang
3. (a) No one shall be required to perform
berkewanangan dari wilayah
forced or compulsory labour;
yurisdiksi tersebut.
Contoh Kasus (2) Analisis terhadap
Pekerja Anak dan Perbudakan Anak
Perbudakan di Industri Industri Kokoa
Kokoa di Pantai Gading Tidak kurangnya regulasi internasional
terhadap modern slavery khusus terhadap
Laporan dari US Department of child labor seperti halnya Worst forms of
Labor menyatakan bahwa ada 2 Child Labour Convetion 1999, Protocol to
the 1930 Forced Labour Convention, dll.
juta tenaga anak dalam Industri Namun ini tidak menjadi jaminan disaat
perkebunan kokoa, yang dengan banyak pihak sendiri tidak determinant
lingkungan kerja yang tidak baik. untuk menyelesaikan masalah tersebut,
ataupun dalam tingkat negara sebagai
aktor utama, yang turun kepada
Berdasar Laporan subjek-subjek dari negara tersebut
layaknya perusahaan.
ILO, terdapat 40
Juta dibawah slavery
di seluruh Dunia
Kesimpulan
Bahwa perbudakan tetap ada dalam zaman modern ini, dan berkembang
mengikuti zaman, dengan sekarang dikenal sebagai modern slavery. Pembedaan ini
adalah dimana modern slavery mengikuti terhadap banyak bentuk seperti halnya
forced labour, debt bondage, forced marriage, human trafficking, sexual exploitation
and children slavery.
Indonesia, layaknya negara modern lainnya telah meratifikasi dan menjalankan
regulasi terhadap perlindungan dari segala jenis bentuk slavery. Namun, hal ini
menjadi masalah sebagaimana dalam penegakaannya menjadi sulit, dikarenakan
banyaknya jumlah kasus, dan penelusuran yang sulit. Hal ini juga terjadi dalam
lingkup Internasional, yang dimana regulasi dari slavery ini sendiri sulit ditegakan
dalam kondisi ataupun lingkungan yang dimana regulasi ini susah untuk ditegakan.

“Man is born free but everywhere is in chains”


- Jean-Jacques Rousseau

Anda mungkin juga menyukai