Anda di halaman 1dari 8

TERBATAS

PERILAKU ORANG PENTING DITINJAU


DARI PERSPEKTIF TEORI NILAI

Belum lama ini ada dua gejala yang menyita perhatian masyarakat bangsa
Indonesia yaitu beredarnya tayangan perilaku mesum oleh seorang anggota DPR RI yang
terhormat dengan seorang biduanita yang cantik serta adanya pernikahan yang kedua atau
yang disebut poligami yang dilakukan oleh seorang pendakwah kondang dengan seorang
janda cantik yang telah beranak.

Kasus skandal amoral yang menimpa kalangan DPR bukanlah hal baru. Kasus-
kasus serupa sudah sering terjadi di kalangan pejabat kita. Bersih dan jujur,  adalah ciri
moralitas yang sering diharapkan rakyat atas para pemimpin dan pejabatnya. Namun,
kenyataannya tidaklah demikian. Sebelum heboh beredarnya ‘video porno’ anggota DPR
RI, yang menjadi perhatian Badan Kehormatan (BK) DPR. Kasus-kasus serupa (meski
tidak sama) sudah puluhan kali terjadi. Barangkali, perselingkuhan, wanita “piaraan” dan
tempat-tempat tercela, seperti lokalisasi WTS “pekerjaan” sampingan pejabat kita.

Disamping itu adanya seorang pendakwah kondang yang menjadi panutan


masyarakat melakukan pernikahan yang kedua atau Poligami. Seluruh Indonesia menjadi
heboh, terjadilah kontroversi poligami di sana sini, anggota dewan turun tangan, aktivis
perempuan berteriak, bahkan undang-undang direncanakan untuk direvisi. Dari sekian
banyak orang yang sebelumnya mengkultuskan tidak mendukung poligami ada yang
berbalik 180° dengan membenci pendakwah kondang dan segala yang beliau lakukan , ada
yang kini menjadi pendukung poligami dan ada yang berhenti mengkultuskan pendakwah
kondang serta menyadari kalau pendakwah kondang tersebut bisa saja melakukan
kesalahan dan kita tidak harus setuju dengan semua yang beliau lakukan.

Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri
(sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan
dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu
saat). Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri
/ sekaligus .....

TERBATAS
TERBATAS
2

sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan
kelompok, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut
ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi.
Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian
kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap
poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. Pada prakteknya dalam sejarah,
hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.

Sebenarnya isu poligami sudah dibahas sejak tahun 1919 dalam gerakan perempuan
di Indonesia. Kemudian isunya menghangat sejak tahun 1935. Saat itu ada Kongres
Perempuan Indonesia yang salah satu tuntutannya adalah dihapuskannya praktek poligami.
Hanya saja, saat itu kaum perempuan terpecah dalam kubu-kubu. Kelompok yang sekuler
mendesakkan agenda itu untuk direspon negara, sementara kelompok Islam menolak. Ini
kemudian memecah gerakan perempuan Indonesia menjadi kubu sekuler dan kubu Islam.

Sebetulnya ada pergeseran yang cukup baik sejak disahkannya Undang-Undang


Perkawinan tahun 1974. Di dalam undang-undang itu sudah ditetapkan bahwa laki-laki
boleh berpoligami dengan persyaratan-persyaratan yang cukup ketat, di antaranya bila
istrinya sedang sakit atau tidak bisa memberi keturunan. Itu sebetulnya sudah bentuk
kemajuan. Sebelumnya, kaum perempuan relatif permisif atau menerima saja hitam-putih
nasibnya ditentukan oleh orang lain. Keberadaan undang–undang itu membawa
perubahan yang cukup signifikan dan berimbas ke kalangan masyarakat bawah dan priyayi
di Indonesia. Kemajuan itu ditambah lagi dengan Peraturan Pemerintah tahun 1990, yang
di era Soeharto ikut memperketat laki-laki dalam melakukan praktek poligami.

Dari dua gejala tersebut diatas dapat dianalisis dari perspektif teori nilai, nilai-nilai
yang terkandung dalam filsafat Pancasila yang bertumpu pada Pancasila pada sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa, keragaman sikap dan komentar masyarakat serta Pasis sebagai
pemimpin bangsa.

Analisis yang pertama adalah perilaku mesum dan porno kedua insan dan
penyiaran berita perilaku serupa jika dilihat dari perspektif teori nilai. Jika dilihat dari
/ perspektif ....

TERBATAS
TERBATAS
3

perspektif teori nilai tindakan yang dilakukan oleh kedua orang tersebut bahwa setiap nilai
menyangkut sikap, sering orang tidak sepakat mengenai nilai dan ada pula yang
menyatakan bahwa masalah nilai merupakan masalah pengutamaan dan masalah selera
orang tidak perlu mempertentangkannya. Tetapi, ada pula yang menyatakan bahwa
mengenai banyak nilai orang dapat memperoleh kesepakatan dan perasaan serta keinginan
senantiasa berhubungan erat dengan tanggapan-tanggapan penilaian. Jika saya
mengatakan "Ini baik", maka yang tersangkut ialah suatu sikap setuju. Jadi, saya
memberikan persetujuan kepada sesuatu yang saya sebut baik. Demikian pula, jika saya
mengatakan "Ini jelek", maka didalamnya terdapat sikap penolakan saya. Jadi, terhadap
tanggapan-tanggapan penilaian tentang barang sesuatu atau sesuatu tindakan, akan
dijumpai semacam "keadaan, perangkat, sikap atau kecenderungan untuk setuju atau
menentang: yang sama seperti diatas. Dalam hal ini, tersedia tiga macam kemungkinan
pilihan : a) Sikap setuju atau menentang tersebut sama sekali bersangkut paut dengan
masalah nilai; b) Sikap tersebut bersangkutan dengan sesuatu yang tidak hakiki; c) Sikap
tersebut merupakan "sumber pertama" serta ciri yang tetap dari segenap nilai. Nilai ialah
kepentingan setiap obyek yang ada dalam kenyataan maupun dalam pikiran, dapat
memperoleh nilai jika pada suatu ketika berhubungan dengan subyek-subyek yang
mempunyai kepentingan pada suatu apapun, maka hal tersebut mempunyai "nilai". Orang
yang tidak mempunyai kepentingan pada kesusilaan, maka etika tidak bernilai, bagi
mereka yang tidak mempunyai kepentingan pada keadilan, maka keadilan juga tidak
bernilai dan yang tidak mempunyai kepentingan pada kebenaran, maka kebenaran juga
tidak bernilai. Tetapi dalam kenyataan orang merasa bahwa kebenaran, kebaikan dan
keadilan mempunyai nilai atau bernilai tanpa mengingat ada atau tidak adanya kepentingan
seseorang terhadap hal-hal tersebut. Nilai didasarkan atas tatanan yang ada dan kegiatan
insani yang dilakukan oleh nilai. Perilaku mesum dan porno kedua insan tersebut
merupakan penyimpangan dari tatanan yang ada berarti non-nilai dan ini akhirnya
mengarah kepada kesalahan Moral. Sehubungan dengan prioritas satu nilai atas nilai
lainnya, derajat nilai bertautan dengan derajat yang ada.

Tindakan poligami bila dilihat dari teori nilai yang hedonistic dan teori teonom.
Dalam Teori Teonom Murni menyatakan bahwa tindakan yang baik dan benar adalah
yang sesuai dengan kehendak Allah dan tindakan buruk dan salah suatu tindakan yang
/ bertentangan .....

TERBATAS
TERBATAS
4

bertentangan dengan kehendak Allah.Allah memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan


apa yang baik dan buruk dilakukan oleh manusia. Tugas manusia menerima apa adanya
dari Allah.
Praktek poligami pada masa sekarang lebih didorong setidaknya oleh empat
motivasi. Pertama, untuk mewadahi keserakahan seksual. Kedua, para lelaki yang tertarik
poligami ingin tetap dianggap menarik secara seksual. Ketiga, untuk mencari kesenangan
lain karena sudah bosan dalam hubungan suami-istri yang sebelumnya. Keempat, laki-laki
ingin membuktikan bahwa dirinya masih kuat dan menarik. Jadi, jarang sekali yang punya
motivasi untuk benar-benar menopang yang lemah dan menegakkan keadilan. Padahal,
muaranya sebetulnya harus ke situ. Keempat hal itu umumnya terlihat jelas dari para pria
yang berpoligami.

Dalam konteks perkawinan zaman Nabi, pembolehan poligami sangat terkait


dengan fakta banyaknya perempuan-perempuan janda, anak yatim dan budak-budak yang
menjadi bebas sosial. Sekarang kan konteksnya sudah jauh berbeda. Kini kita tidak lagi
berada dalam konteks peperangan. Dalam faktanya saat ini, sebagian besar laki-laki yang
berpoligami, istri barunya jauh lebih cantik, lebih muda, lebih menarik. Dan sangat jarang
peminat poligami yang memilih orang-orang yang paling patut ditopang secara sosial-
ekonomi. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini menolak poligami. Kalaupun di
sebagian tempat ia sudah menjadi budaya, saya kira budaya pun dapat berubah. Budaya itu
tidak bersifat statis, tapi dinamis dan sangat mungkin berubah. Jadi, kebudayaan bisa
berubah, dan kaum elit bisa berperan besar dalam membentuknya.

Adapun di negara-negara barat dan negara kafir yang menjalankan aturan sekuler
maka kita dapati mereka sangat anti dan menentang poligami. Namun dalam waktu
bersamaan mereka melegalkan perzinaan, pelacuran dan berbagai tindakan keji lainnya.
Dan sangat kita sayangkan bahwa sebagian kaum muslimin pun ada yang mengikuti
pemikiran kaum kafir ini. Mereka menyangka bahwa segala yang datang dari barat adalah
kemajuan dan kebaikan meskipun itu berupa kebatilan. Sehingga tidak mengherankan jika
ada negara yang mengklaim sebagai negeri Islami atau penduduknya mayoritas muslim,
namun memberlakukan peraturan larangan poligami. Maka bukan rahasia lagi, jika orang-

/ orang .....

TERBATAS
TERBATAS
5

orang yang sebenarnya mampu berpoligami justru lebih memilih mencari " istri simpanan",
berselingkuh atau bahkan pergi ke pelacuran daripada menikah secara sah. Salah satu
penyebabnya adalah karena lingkungan dan sistem perundang-undangan tidak mendukung
dan tidak memberi toleransi terhadap poligami, bahkan bagi sebagian masyarakat poligami
sudah dianggap sebagai suatu tindakan kejahatan. Kita tidak mengingkari, bahwa
berpoligami terkadang mendatangkan berbagai problem, baik yang berkaitan dengan
suami-istri maupun anak-anak, dan ini merupakan sesuatu yang wajar. Dan masalah rumah
tangga tidak hanya dihadapi oleh mereka yang berpoligami saja, yang beristri satu pun
pasti akan menghadapinya, tinggal bagaimana para suami dan istri menyelesaikan masalah
tersebut.

Dari kejadian yang dilakukan oleh pendakwah kondang tersebut mendapatkan


sebuah pelajaran bahwa jangan pernah mengkultuskan seseorang. Sama seperti diri kita
bahwa pendakwah kondang tersebut hanyalah seorang manusia dan semua manusia tidak
luput dari kesalahan. Sebuah perbuatan menjadi baik dan benar karena perbuatan tersebut
memang baik dan benar, bukan karena dilakukan seorang pendakwah kondang (atau
siapapun).

Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat Pancasila yang bertumpu


pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dianalisa gejala tersebut sebagai
berikut :
Filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenai adanya
kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan
sekalipun mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoristis dan filsafat dalam arti praktis, filsafat
Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam
mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran
dan kebijaksanaan, tidak sekedar memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak
habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup,
way of life, weltanschaung dan sebagainya); sehingga dapat tercapai kebahagiaan lahir dan
bathin, baik dunia maupun akhirat.
/ Secara .....

TERBATAS
TERBATAS
6

Secara ontologik ada manusia sebagai yang diciptakan menunjukkan adanya


pencipta yaitu Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan otonom
terdiri atas jasmani dan rohani, mempunyai sifat sebagai individu sebagai makhluk sosial.
Karena Tuhan adalah sempurna maka manusia tidak sempurna. Namun diantara makhluk,
manusia adalah yang paling sempurna. Dalam bahasa Jawa terdapat istilah yang
menunjukkan sifat kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna yang apes, lalai,
murka dan rusak. Salah satu jawaban yang diberikan berupa pandangan hidup atau
kepercayaan bahwa alam ini ada yang menciptakan. Karena pengalaman hidup mereka
sehari-hari dan karena kemampuan yang mereka miliki, maka bentuk kepercayaan yang
menguasai alam, adanya kekuatan gaib yang terdapat pada alam ini dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut pengejawantahan dari keyakinan mereka pada sesuatu kekuasaan dan
kekuatan yang menguasai alam ini yang dapat dimintai tolong oleh manusia. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itupun sudah percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sejarah menunjukkan bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya pada Tuhan. Pancasila didudukan sebagai landasan ideal/jiwa
kepribadian. Dengan kerangka dasar itulah Pancasila mampu menjadi pengatur, pengisi
serta pengarah hubungan hidup manusia pribadi dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karenanya apabila kedua gejala kasus tersebut mengacu kepada kerangka
dasar Pancasila maka dapat dipastikan kedua kasus tersebut tidak akan terjadi.

Selanjutnya menganalisis keragaman sikap dan komentar masyarakat terhadap dua


gejala tersebut menunjukkan keragaman nilai yang dianut masyarakat dan sikap Pasis
sebagai pemimpin.
Pada umumnya sebagian besar masyarakat mengutuk keras atas kejadian yang
dilakukan oleh pasangan mesum seorang biduanita dengan seorang anggota DPR RI.
Apalagi anggota DPR RI tersebut merupakan wakil rakyat yang seharusnya dapat
mengayomi dan dapat menjadi tauladan bagi rakyatnya. Disisi lain adanya poligami yang
dilakukan oleh seorang pendakwah kondang tentunya sebagian besar masyarakat Indonesia
khususnya kaum wanita terutama ibu-ibu, tidak akan membenarkan poligami. Tidak hanya
perempuan, banyak juga kaum pria yang cukup tegas dalam penolakannya terhadap
poligami. Jadi kalau orang sangat berhasrat untuk melakukan poligami, sebaiknya jangan

/ bawa …..

TERBATAS
TERBATAS
7

bawa-bawa soal agama. Katakan saja bahwa ini adalah soal syahwat, bukan soal agama.
Padahal itu sangat menyakitkan bagi kaum perempuan, terutama istri dan ibu-ibu. Tak
jarang terjadi kenyataan bahwa bangunan rumah tangga yang sudah dibina bertahun-tahun
dalam ikatakan suami-istri, diterpa prahara setelah sang suami merasa kaya dan populer,
saat ia kembali terpikat dengan perempuan lain. Itu sangat menyakitkan bagi kebanyakan
istri. Dan saya kira, ajaran agama manapun tidak pantas membenarkan seorang istri
disakiti sedemikian rupa, apalagi Islam sebagaimana yang saya yakini. Islam tidak pernah
membenarkan laki-laki menyakiti istrinya. Bahkan seharusnya laki-laki selalu
memperlakukan istrinya dengan santun, baik, ramah, sembari menghargai
kemanusiaannya.

Sikap Pasis sebagai pemimpin bangsa dalam menganalisa kedua kejadian tersebut
terhadap beredarnya video porno yang melibatkan anggota DPR RI serta adanya pernikan
kedua (poligami) yang dilakukan oleh pendakwah kondang adalah :
Dengan beredarnya video porno yang melibatkan anggota DPR RI dengan seorang
biduanita tentunya hal ini sangat memalukan sekali apalagi yang melakukannya adalah
seorang anggota dewan yang terhormat yang seharusnya menjadi panutan bagi rakyatnya.
Jika hal tersebut benar-benar terjadi dilakukan oleh anggota DPR RI maka harus ditindak
lanjuti dan diproses sesuai hukum yang berlaku. Tetapi dalam mengusut kasus tersebut
harus dilakukan secara hati-hati sebab dalam dunia politik bisa saja ada pihak lain yang
ingin menjatuhkan citra seseorang dengan cara mengedarkan adegan video mesum tersebut
ke masyarakat luas seperti tersebut diatas.

Adanya pernikahan kedua atau poligami yang dilakukan oleh pendakwah kondang
tentunya harus disikapi bersama karena bagaimanapun keberadaan poligami di Indonesia
banyak yang menentang khususnya kaum wanita. Untuk itu pemerintah diharapkan dapat
merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin
istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang
menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya
memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh

/ tradisi .....

TERBATAS
TERBATAS
8

tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius
dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini.
Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah
sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih
mendesak. Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan
demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan
dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami.

Bandung, 21 Pebruari 2007


PERWIRA SISWA

HENDI SUHENDI
MAYOR KAV NOSIS. 45025

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai