Anda di halaman 1dari 6

TUGAS REMIDI AGAMA

Oleh :
ICHWAN SUGIANTO
NPM : 11 02 14087 / TS

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2015

1. Sekularisasi

Pikiran dan perbuatan manusia digerakkan, di atur, dan dikendalikan


oleh agama. Kepercayaan-kepercayaan dalam agama, ajaran-ajaran
agama begitu kuat tertanam dalam hati setiap manusia beragama,
sampai-sampai manusia tidak berpikir lagi dengan menggunakan akal
sehat. Dogma dan ajaran -ajaran agama diterima Dogma dan ajaran
-ajaran agama diterima begitu saja, sehingga manusia belum memiliki jati
dirinya sebagai makhluk yang berpikir. Kekuatan dan cengkraman agama
yang begitu kuat dalam diri setiap manusia tentu juga berdampak
negatif. Tidak ada control kritis dari umat terhadap agama atau para
pemimpin agama. Terjadi penyelewengan-penyelewengan sosial: baik
keuangan, maupun perilaku. Oleh karena penyelewengan-penyelewengan
yang terjadi atas nama agama, maka agama digugat.
Dunia yang pada abad pertengahan begitu dikuasai oleh agama
terus menerus berproses untuk menemukan identitas sendiri sebagai
dunia (masyarakat) dengan terus menerus melepaskan diri dari campur
tangan agama. Proses demikian disebut Sekularisasi (berasal dari kata
saeculum yang berarti dunia). Sekularisasi adalah suatu proses bahwa
dunia semakin mewujudkan diri sebagai yang otonom dan terlepas dari
campur tangan agama.
Fundametalisme
Kata modern adalah sebutan untuk sebuah periode atau masa
yang menekankan industrialisasi dan teknologi, lebih-lebih di adad 19-20.
Industrialisasi muncul karena keinginan manusia untuk memproduksi hasil
karya dalam
jumlah yang besar. Manusia menjadi rakus dan ingin
meenguasai manusia lain dengan produksi dalam jumlah yang melebihi
kebutuhannya. Industrialisasi menggunakan mesin-mesin canggih.
Akibatnya tenaga manusia tidak dihargai atau dihargai amat redah
sebagai buruh saja. Yang dibutuhkan dari manusia adalah kecerdasan dan
kreativitasnya, yang kemudian menciptakan mesin-mesin canggih, yang
akhirnya menggusur nilai manusia sendiri. Modernisme adalah aliran
atauu paham yang memutlakkan segala sesuatu yang disebut modern.
Modernisme yang merendahkan nilai manusia tentu saja
beertentangan
dengan
agama.
Modernisme
dengan
sedirinya
menyingkirkan agama. Agama dianggap tidak perlu , karena segala
sesuatu dapat diselesaikan dengan mesin. Modernisme juga merasuki
kehidupan beragama dengan memunculkan pandangan-pandangan baru
tentang agama. Oleh karena itu muncullah gerakan untuk mengembalikan
agama kepada dasar-dasar atau fundamennya. Gerakkan ini kemudian
disebut Fundamentalisme.
fundamentalisme
semula
menunjuk
pada
lima
kebenaran/kepercayaan/ajaran pokok yang disebut funndametals, yaitu
Kitab Suci tidak dapat salah, kelahiran Yesus, Kebangkitan Kristus sebagai
penebus dosa, kebangkitan Kristus seluruh raganya, dan realitas historis
dari mukjijat-mukjijaat Yesus. Fundamentalisme kemudian menjadi
sebutan untuk aliran atau paham yang menuntut ketaatan mutlak pada
kebenaran/ajaran yang dianggap asli (fundamen, Kitab Suci). Maka

fundamentalisme dapat selalu bertentangan dengan pemikiran-pemikiran


yang mengikuti perkembangan zaman.

Radikalisme
Fundamentalisme yang extrem menginginkan perubahan cepat,
menyeluruh, dan mutlak masyarakat modern saat ini kembali ke keadaan
masa lalu selaras dengan kebenaran/ajaran asli agama(Kitab Suci).
Masyarakat modern saat ini dianggap salah mutlak dan harus diubah
secara total. Gerakan ini disebut Radikalisme (dari kata radix artinya
akar) yang menginginkan perubahan sampai ke akar-akarnya. Tuntutantuntutanperubahan-perubahan dilakukan dengan kekerasan. Radikalisme
menjadi sangat berani dan extrem karena dilandasi kepercayaan bahwa
tuntutan perubahan dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Bahkan segala
gerakan itu dilakukan demi Tuhan dan dengan kekuatan Tuhan.
Bila ditanggapi secara kritis, fundamentalisme dan radikalisme
adalah keliru. Apakah ada kebenaran agama yang sungguh-sungguh asli
dan mutlak benar tanpa mengikuti perkembangan pemikiran manusia dan
zaman? Sejak awal mula agama lahir dari pengalaman manusia, dan
berkembang bersama dengan pemikiran dan pperadaban manusia. Maka
tuntutan mutlak untuk kembali ke fundamen masa lalu, tidak dapat
dibenarkan. Apalagi di sertai dengan kekerasan dengan mendatangkan
penderitaan pada orang lain. Apalagi dengan mengatasnamakan Tuhan.
Tuhan tidak menghendaki kekerasan apapun.
2. Perceraian secara prinsipil juga layak ditolak oleh semua orang, terutama
mereka yang menjunjung tinggi kesucian perkawinan dan kesetiaan cinta
suami-istri. Perceraian berarti kegagalan dalam mengembangkan dan
menyempurnakan cinta suami-istri. Walaupun begitu, orang-orang yang
nyatanya sudah bercerai tidak dapat dinilai secara serba sama. Harus
dibedakan antara orang yang menceraikan dan diceraikan, antara orang
yang bercerai karena tidak tahan lagi menerima perlakuan kejam dari
patner dan orang yang bercerai karena tertarik pada orang lain. Tidak
banyaklah orang yang senang atau sengaja merusak hubungan mereka
dengan patner yang pernah mereka cintai. Perceraian sering terjadi
karena banyak faktor, bukan hanya karena kesalahan suami-istri ssendiri.
Karena itu, lebih berguna membantu mereka yang sudah bercerai dengan
pendamping yang penuh pengertian dari pada menjatuhkan nama baik
mereka atau melulu menyampaikan kecaman. Bila masih mungkin,
baiklah mereka di bantu suppaya dapat rujuk lagi. Siapa tahu, dengan
bantuan banyak orang yang mengenal mereka, mereka dapat dirukunkan
kembali.
Banyak angket telah dibuat untuk meyakinkan kita tentang
banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh suami atau istri,
terutama oleh suami. Mungkin hasil angket itu tidak mencerminkan
kenyataan secara sempurna. Namun tidak mustahil bahwa angket

tersebut toh menunjukkan kecenderungan yang nyata, yakin


meningkatnya penyelewengan di bidang seksual. Maka perlu diambil sikap
yang tepat terhadap masalah tersebut. Seperti halnya dengan poligami
dan perceraian, kiranya soal penyelewengan juga tak boleh
disamaratakan saja. Harus dicari motivasi dan lingkungan yang
mendorong ke arah ketidaksetiaan terhadap suami atau istri. Suami yang
menyeleweng karena lebih dahulu di tinggal istri tanpaa salah, lalu karena
tekanan pisikis, tidak layak disamakan dengan suami yang menyeleweng
tanpa rasa salah sama sekali sementara istrinya begitu setia dan begitu
manis terhadapnya. Suami yang ditinggal di llingkungan dengan kontrol
sosial tinggi. Maka yang terpenting adalah justru pembangunan
lingkungan yang mendukung kesetiaan suami-istri.
Masalah pengguguran/aborsi termasuk masalah modern yang
paling gawat. Pengguguran tanpa alasan yang amat berat sama sekali
tidak dapat dibenarkan dari segi moral hidup, yang menuntut kita untuk
menghormati hidup manusia sejak dalam kandungan ibunya. Seluruh
masyarakat harus disadarkan akan pentingnya perlindungan terhadap
janin dalam kandungan. Kalau bukan masyarakat, siapa lagi yang akan
mampu melindungi mereka yang tidak bersalah dan sama sekali tidak
mampu membela diri itu. Masyarakat tidak dapat mempercayakan nasib
mereka itu semata-mata kepada para dokter, sebab dokter pun ada yang
terang-terangan melakukan abortus tanpa indikasi medis fatal.
Pengguguran sengaja semacam itu harus di tolak dengan tegas. Walaupun
demikian, penilaian terhadap mereka yang ternyata sudah menggugurkan
janin juga tak dapat disamaratakan. Mereka yang menggugurkan janin
yang erkena kanker ganas tidak boleh disamakan dengan mereka yang
menggugurkan karena mau menjaga gengsinya sebagai pasangan teladan
dalam program KB.
3. Yang di sebut Seks adalah alat kelamin dan hal-hal yang langsung
menyangkut alat kelamin itu. Sedangkan Seksualitas adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian sebagai pria dan wanita.
Maka seksualitas jauh lebih luas dari pada seks. Seks hanyalah salah satu
bagian dari seksualitas. Kepriaan atau kewanitaan menyangkut segi fisik
maupun segi mental dan spiritual. Misalnya bagaimana pria atau wanita
menanggapi dunia atau menghayati hubungan dengan tuhan.
Onani atau masturbasi
Pandangan tradisional pada umumnya menganggap onani atau
masturbasi sebagai tabu, tak layak di bicarakan, apalagi dilakukan.
Segala macam tindakan onani dan masturbasi disamaratakan dan
dipandang sebagai dosa yang berat. Pandangan itu pada abad ini pelanpelan ternyata berubah, terutama karena pengaruh penemuan-penemuan
psikolog perkembangan, psikoanalisis, dan sosiologi. Pandangan modern
tidak lagi menganggap onani atau masturbasi sebagai sesuatu hal yang
tabu untuk di bicarakan secara terbuka. Tindakan masturbasi pun tidak
dinilai secara sama rata, seolah-olah semuanya layak di kategorikan
sebagai dosa berat.

Homoseksual, yang disebut juga lesbian apabila hubungan itu


menyangkut ikatan cinta antara sesama wanita, sebaiknya hanya
dikenakan pada hubungan cinta yang sudah amat mendalam antara dua
orang sejenis kelamin dan sudah amat mendalam antara dua orang
sejenis kelamin dan bila kemesraan mereka sudah begitu jauh, sehingga
mencangkup pula permainan seksual setingkat dengan senggama suamiistri. Hubungan semacam itu biasanya disebabkan karena adanya
kelainan mental seksual pada salah satu atau bahkan pada keduaduanya. Maka, seorang yang betul-betul bermental homoseksual lebih
layak dianggap sebagai penderita kelainan dari pada sebagai seorang
yang bertindak immoral. Ia lebih membutuhkan pengertian penuh kasih
dari pada teguran yang mendakwa. Lain halnya bain halnya bila orang
melakukan hubungan homoseksual padahal ia sebenarnya normal dan
tahu bahwa apa yang dilakukannya itu memang salah.

4. Beberapa pendapat yang berbeda tentang saat yang tepat mulainya


hidup seorang manusia. Ada 3 pendapat yang mempunyai argumentasi
kuat, sehingga cukup sulit kita tentukan manakah pendapat yang paling
sesuai dengan kebenaran.
Pendapat pertama menyatakan bahwa hidup seorang manusia
sudah dimulai sejak terbentuknya sel pertama hasil pertemuan
sperma suami dan sel telur istri.
Pendapat kedua menyatakan bahwa hidup seorang manusia barulah
mulai sekitar 11 hari setelah pembuahan, yakni ketika mulai muncul
individualitas yang jelas, ketika kumpulan sel-sel itu tidak mungkin
lagi terpisah menjadi beberapa anak kembar.
Sedangkan pendapat yang ketiga menyatakan bahwa hidup
manusia barulah muncul ketika embrio berusia sekitar 20 sampai 40
hari, yakni bila embrio itu sudah berhasil membentuk otak dalam
dirinya.
Kapankah manusia layak dinyatakan mati? Secara sederhana orang
menyebut kematian sebagai saat orang menghembuskan nafasnya yang
terakhir, atau saat jantungnya berhenti berdetak. Pernyataan sederhana
itu secara ilmiah kurang tepat. Sebab orang yang berhenti bernafas dapat
tetap hidup bila di bantu dengan alat pernafasan buatan, sedang orang
yang jantungnya berhenti berdetak pun dapat tetap hidup dengan
bantuan alat pemacu jantung atau dengan transplantasi jantung. Karena
itu secara ilmiah para ahli mengambil norma kematian manusia yang
lebih tegas dan pasti yakni saat berhentinya fungsi otak. Bila otak
mati, orang tak mungkin hidup terus atau hidup lagi, walaupun para ahli
menggunakan alat bantu yang paling canggih pun.
Penggunaan spiral dan sejenisnya, apalagi pemandulan secara
tetap, di tolak oleh cukup banyak moralis, karena alasan-alasan seperti

berikut: pemandulan merupakan investasi medis yang tidak bersifat


menyempurnakan atau memperbaiki kondisi fisik yang sebenarnya
normal. Pria atau wanita yang sebenarnya masih subur secara radikal;
kecuali itu dapat terjadi bahwa di kemmudian hari suami-istri itu
menginginkan anak lagi, padahal pengembalian kesuburan bukanlah
suatu hal yang mudah. Sementara itu penggunaan spiral dan
semacamnya di tentang oleh banyak moralis karena kemungkinan efek
abortifnya. Keterangannya adalah sebagai berikut: kebanyakan alat-alat
pencegahan kehamilan dalam rrahim seperti spiral itu pada umumnya
tidak berhasil membunuh sperma yang masuk ke dalam rahim istri;
karena itu, bila istri sedang subur, walaupun ia memakai IUD, dapat
terjadi pertemuan antara sperma dan telur; zygote yang terjadi oleh
proses pembuahan tersebut akhirnya toh akan mati, karena rahim di
kuasai oleh spiral atau alat IUD lainya. Tentu saja keberatan terhadap
penggunaan spiral terutama diajukan oleh mereka yang ingin membela
kehidupan manusia sebaik mungkin dan sejak saat sedini mungkin, yakni
sejak pembuahan. Mereka yang yakin bahwa hidup khas manusia baru
muncul sejak adanya individualitas atau bahkan sejak adanya otak dalam
janin tentu saja tidak mangajukan keberatan yang tegas terhadap
penggunaan spiral dan alat-alat dalam rahim semacamnya.
Perlunya kerja sama yang serasi antara suami-istri dalam usaha
pengaturan
kehamilan.
Motivasi
dan
metode
yangbaik
tidak
membenarkan moralitas pencegahan kehamilan, apabila hal itu hanya
ditentukan oleh suami atau oleh istri saja, tanpa persetujuan atau
sepengetahuan patnernya. Dalam dialog mereka akan dapat menemukan
cara terbaik untuk bersama-sama melaksanakan keluarga berencana
secara bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai