Anda di halaman 1dari 36

MENTAL HEALTH

• Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran B.indonesia dengan judul mental
health

KESEHATAN JIWA

Kesehatan jiwa (atau kesehatan mental) adalah keadaan sejahtera di mana individu
menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal,
bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi
lingkungannya Dengan demikian, kesehatan jiwa memiliki aspek-aspek fisik, psikologis,
sosial, dan bukan semata-mata tidak dialaminya penyakit kejiwaan.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan jiwa yang baik adalah
kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan tenang, sehingga
memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang
lain di sekitar Kesehatan jiwa dapat didefinisikan juga sebagai ranah yang mengurus
(mengelola dan sebagainya) suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional menjadi lebih optimal dari seseorang yang perkembangan itu
sendiri menjadi sejalan dan selaras dengan keadaan orang lain.
Pendekatan terkini dalam mengelola persoalan kesehatan jiwa adalah pendekatan
holisitik yang melampaui ataupun menerobos batasan psikologi klinis, medis, dan
psikiatris. Hal ini disebabkan karena kesehatan jiwa merupakan koordinat dari berbagai
peristiwa sosial, sehingga pengurusan kesehatan jiwa saat ini perlu melibatkan
perencana wilayah, arsitek, psikolog sosial, sosiolog, antropolog atau ahli budaya, ahli
filsafat sosial, pemuka agama, ekonomi, jurnalis dan pemain bisnis media, hingga
pembuat kebijakan publik

PENYEBAB GANGGUAN JIWA


Terdapat tiga teori tentang penyebab gangguan jiwa,
yaitu supranatural, psikologis dan biologis
1. Teori supranatural menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh
kerasukan atau gangguan oleh makhluk gaib, ketidaksenangan para dewa, gerhana,
gravitasi planet, kutukan, serta dosa. Secara harfiah supranatural berarti "alam
yang lebih tinggi daripada alam yang ditinggali manusia" (dari Bahasa Latin supra
"di atas" & nātūrālis "berkaitan dengan alam
2. Teori psikologis memfokuskan diri pada pengalaman yang menyebabkan stres
(perasaan tertekan) atau trauma (guncangan emosional karena pengalaman
buruk), perilaku dan pikiran yang tidak selaras dengan sekitarnya
(malasuai/maladaptif), atau persepsi yang terbiaskan (misalnya penerimaan
inderawiah yang sebenarnya tidak ada, seperti mendengar suara-suara yang tidak
nyata)
3. Teori biologis menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh
ketidakberfungsian ragawi, seperti akibat dari penyakit lain, pewarisan genetis
secara turun-temurun, atau ketidakseimbangan dan kerusakan otak

Teori mengenai penyebab-penyebab ini menjadi latar bagi tindak


pemulihan/penyembuhan dan perlakuan terhadap orang dengan gangguan jiwa itu
sendiri. Orang yang dianggap kerasukan makhluk gaib akan diperlakukan secara
berbeda dengan orang yang mengalami gangguan karena adanya ketidaksetimbangan
biologis dalam tubuhnya. Juga menjadi latar bagi perbedaan dari terapi yang diterima,
misalnya pengusiran makhluk gaib dibandingkan pengeluaran darah pada zaman
Hippokrates di Yunani kuna
Jika merunut riwayat perjalanan tiga penyebab gangguan jiwa di atas, maka sejarah
kesehatan jiwa tidaklah bergerak dalam arah yang linear, namun lebih mirip sebuah
lingkaran yang berulang Temuan-temuan paling modern, termasuk hasil-hasil
penelitian mutakhir tentang otak dengan menggunakan teknologi terkini, cenderung
menemukan jawaban dari sejumlah persoalan gangguan jiwa. Namun, tidak berarti
bahwa solusi yang benar-benar sempurna telah ditemukan Meskipun sejumlah
kalangan menganggapnya sebagai kendala dalam penerapan solusi (misalnya
merupakan kendala dalam membangun sebuah sistem dukungan alih-alih kendala
dalam penemuan gagasan yang mengarah pada solusi itu sendiri.
Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan, bagi sejumlah pihak di berbagai belahan
dunia, kesehatan jiwa adalah sebuah masa depan yang masih menunggu untuk
diwujudkan ketimbang sebuah masa lalu dan masa kini yang telah selesai didefinisikan
dan ditetapkan

ETIMOLOGI KATA JIWA


Kata dalam Bahasa Indonesia jiwa berasal dari Bahasa Sansekerta jiva yang artinya
“nyawa; zat hidup, kehidupan, makhluk hidup" serta "ruh manusia, ruh individual"
Dalam Bahasa Inggris jiwa disebut dengan istilah mental yang berasal dari akar kata
Proto-Indo-Eropa *men- yang artinya "berpikir" Akar kata tersebut juga menurunkan
kata dalam Bahasa Inggris mind yang artinya "pikiran" Selain itu, akar kata Proto-Indo-
Eropa tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan penurunan kata men (jamak
dari man) yang artinya "manusia, makhluk yang berpikir"

2
Maka, dalam hal ini dipandang dari sudut sejarah, kata jiwa dan mental tidak cuma erat
kaitannya dengan "hidup" dan "kehidupan manusia" tapi juga dengan "pikiran" dan
esensi sebagai "manusia" itu sendiri. Dalam Bahasa Inggris, kata mental
health atau kesehatan jiwa itu sendiri, dalam arti jiwa atau mental yang erat kaitannya
dengan kesejahteraan batiniah manusia, mulai digunakan sejak tahun 1803.
• Kata mental health (kesehatan jiwa) secara historis berasal dari kata mental
hygiene (sanitasi kejiwaan), yaitu semacam gerakan kesehatan jiwa yang mencoba
memperbaiki kondisi-kondisi perawatan kejiwaan di Amerika Serikat, setelah gerakan
yang disebut terapi moral, sukses membawa wacana pembebasan pasien jiwa dari
perantaian dalam berbagai rumah sakit jiwa yang ada di eropa barat

KAITAN ANTARA PIKIRAN DAN TUBUH


René Descartes (1596-1650) adalah filsuf yang berpendapat
bahwa pikiran dan tubuh adalah dua hal yang terpisah. Sehingga jika diuraikan maka
akan bisa dijelaskan dengan ciri-cirinya sebagai dua hal yang berbeda seperti berikut
ini:
1. Pikiran adalah sesuatu yang:
• non-fisik (abstrak);
• tidak berbentuk ruang, sehingga ukuran panjang, lebar dan tinggi tidak
dapat diterapkan kepadanya;
• merupakan tempat di mana kesadaran berada.
2. Tubuh adalah sesuatu yang sebaliknya, yaitu sesuatu yang sifatnya:
• fisik (badaniah);
• memiliki bentuk ruang, sehingga ukuran panjang, lebar dan tinggi dapat
diterapkan kepadanya;
• Merupakan tempat di mana kecerdasan berada.Phrenology dan
Ilmuwan Perilaku: Pikiran punya kaitan yang sangat erat
dengan

3

Sebuah contoh dari peta otak (phrenological maps) dengan keterangan spesifik mengenai
fungsi-fungsi pikiran yang berkaitan dengannya (yang ditandai dengan nomor-nomor dan
keterangan yang rinci). Ilustrasi ini terdapat dalam Webster's Academic Dictionary yang terbit
sekitar tahun 1895. Peta otak (phrenological maps) adalah salah satu upaya awal dalam
menemukan kaitan antara fungsi pikiran yang abstrak dengan lokasi-lokasi pada otak
yang sifatnya badaniah.

Pendapat René Descartes di atas jelas-jelas secara telak bertolak-belakang dengan


pendapat segolongan para ahli, yang dalam istilah lama disebut sebagai ranah
ilmu phrenology, yang berpendapat bahwa ada kaitan yang sangat erat antara fungsi-
fungsi pikiran dengan lokasi-lokasi tertentu pada area otak. Seorang dokter dari Italia
yang hidup pada abad ke-19, yang bernama Biagio Miraglia (1814-1885) bukan hanya
menyebutkan demikian, namun juga menyarankan bahwa klasifikasi gangguan jiwa
hendaknya dibuat berdasarkan fungsi-fungsi pada area otak yang seperti itu.
Temuan Paul Broca (1824-1880), seorang ilmuwan dari Perancis, mengenai kaitan
antara fungsi bahasa pada manusia dengan area tertentu pada otak -- sekaligus kaitan

4
antara gangguan dari fungsi berbahasa tersebut dengan area otak yang sama -- telah
memulai terbukanya sebuah kesempatan bahwa dapat dibuat sebuah peta otak yang
dapat menggambarkan secara akurat kaitan antara fungsi mental tertentu dengan
lokasi-lokasi tertentu pada otak.
Seorang ilmuwan Soviet yang bernama Ivan Pavlov (1849-1936), antara tahun 1884
hingga 1886 mengadakan percobaan terhadap binatang di sebuah laboratorium di
Rusia, dengan melakukan penelitian yang melibatkan faktor makanan sebagai
rangsang dan pengamatan pencernaan dari binatang tersebut; yang dikombinasikan
dengan berbagai faktor lainnya, seperti pemberian jenis rangsang yang tidak terduga.
Sehingga ia berhasil menemukan kaitan antara perilaku binatang dengan fungsi-fungsi
tubuhnya. Pavlov, sejak saat itu dianggap sebagai pelopor dalam hal penyelidikan
perilaku dalam Psikologi.
Sigmund Freud: Sesuatu yang abstrak disebabkan oleh hal yang abstrak
Pula

Jean-Martin Charcot (1825–1893) adalah seorang dokter yang sangat dihormati


oleh Sigmund Freud (1856-1939). Gagasan penelitian Freud mengenai pengaruh bawah-
sadar dalam perilaku manusia terinspirasi dari eksperimen Charcot seperti dalam lukisan
di atas, di mana Charcot berhasil melakukan hipnosis di muka sebuah perkuliahannya
yang dilangsungkan di Paris.

Sebaliknya dari hal tersebut, Sigmund Freud (1856-1939), seorang dokter dari Austria
menerbitkan karya-karya yang merupakan kesimpulan dari penelitiannya terhadap
pasien-pasiennya sendiri, yang mengungkapkan bahwa permasalahan kejiwaan
yang abstrak disebabkan oleh hal-hal yang abstrak pula; terutama berasal dari
konflik-konflik orang tersebut di masa lalu, yang ditekan sehingga menjadi konflik-
konflik bawah-sadar. Freud tidak hanya menerbitkan buku-buku yang terbatas
mengenai gangguan dan masalah kejiwaan, namun juga menerbitkan telaah mengenai
agama, masyarakat, budaya, dan kajian mengenai kehidupan berbagai tokoh
terkemuka, dengan landasan yang sama. Sehingga bisa dikatakan -- dalam hal

5
pembicaraan mengenai kaitan antara pikiran dan tubuh ini -- Freud membangkitkan
Filsafat ketimbang mengungkapkan kaitan antara hal-hal abstrak dengan hal-hal yang
badaniah.
Layak diketahui dalam hal ini, Freud bukanlah seorang yang berpendidikan budaya
atau ilmu abstrak lainnya, ia adalah seorang dokter (yang tentu saja banyak
menemukan kaitan antara penyakit dengan hal-hal yang badaniah); yang selama
kariernya sebagai peneliti terlatih untuk melakukan penelitian anatomi dan jaringan
tubuh. Bahkan Jean-Martin Charcot (1825-1893) -- tokoh yang menjadi guru yang
sangat ia hormati dan menjadi inspirasi awal bagi pemikiran Freud tersebut -- adalah
seorang ahli anatomi sekaligus ahli neurologi kelas dunia. Maka jelas-jelas bahwa
Freud mengambil penyikapan yang seperti demikian dalam Psikologi bukan
disebabkan oleh terasingnya dia dari berbagai temuan ilmiah yang menautkan antara
pikiran dengan tubuh. Namun memang demikianlah kesimpulannya sebagai ahli
Psikologi.

Rollo May (1909–1994) adalah pakar terkemuka dunia yang karya-karyanya banyak
membahas "makna" dan "nilai" sebagai manusia disertai cara-cara untuk meraih kedua
hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Pemikiran-pemikiran Rollo May yang demikian telah
membuat dirinya sering dianggap sebagai salah satu ahli Psikologi dalam ranah humanistik.

6
Psikologi Humanistik: Memahami untuk memaksimalkan semua yang
abstrak
Pada akhir dasawarsa 1930-an, sejumlah psikolog yang tertarik kepada masalah-
masalah psikologi yang unik mendirikan sebuah mazhab Psikologi yang
bernama Psikologi Humanistik sebagai reaksi terhadap apa yang dilakukan oleh Ivan
Pavlov dan Sigmund Freud di atas. Aliran yang dipelopori oleh Abraham
Maslow, Carl Rogers, and Clark Moustakas ini menekankan bahasan-bahasan yang
mereka sebut sebagai hal-hal yang akan mengarah pada pemahaman sejati mengenai
keberadaan manusia. Karya-karya mereka membahas tentang (perhatikan, semuanya
adalah hal yang abstrak) diri, pemaksimalan potensi
diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, alam, proses menjadi manusia
sejati, individualitas dan makna.
Psikologi Humanistik sering kali dianggap sebagai sebuah mazhab Psikologi yang
merupakan perluasan dari sebuah aliran Filsafat yang bernama eksistensialisme, yang
menekankan pengalaman manusia sebagai sudut pandangnya.
Psikologi Kognitif: Seluruhnya, untuk masa depan
Semua yang diungkapkan di atas bukanlah hal-hal yang termutakhir. Sebuah aliran
yang bernama Psikologi Kognitif, memisahkan diri dengan aliran perilaku yang
dimulai oleh Ivan Pavlov di atas, karena Pavlov dan penerusnya menolak menyelidiki
proses-proses mental dan bawah sadar dengan alasan bahwa dalam sebuah penelitian
perilaku, pikiran dan perasaan bukanlah hal-hal yang dapat diamati secara objektif.
Aliran Psikologi Kognitif ini menganggap bahwa kaitan antara pikiran dan otak bukan
hanya dapat dipelajari dan ditemukan banyak buktinya, namun juga hal tersebut dapat
dipelajari untuk kemudian diterapkan pada pembuatan sebuah teknologi
supermodern. Para pakar Psikologi Kognitif menganggap bahwa pikiran dan otak
manusia dapat dijadikan model untuk penciptaan peranti lunak (software)
dan peranti keras (hardware) komputer, dengan demikian pengetahuan Psikologi
mengenai pikiran dan otak tersebut dapat dijadikan pengetahuan untuk
membuat kecerdasan buatan (artificial intellligence). Sesuatu yang akhir-akhir ini
sudah tampak dalam wujud yang nyatanya, bahkan dipergunakan untuk kepentingan
banyak orang, misalnya untuk menganalisa penggunaan bahasa manusia pada aplikasi
di media sosial.
Setelah menjadi wacana selama berabad-abad, akhirnya perjalanan panjang
mengenai kaitan antara pikiran dan otak bukan hanya menemukan banyak solusi
bagi permasalahan manusia itu sendiri namun menghasilkan penciptaan sebuah model
yang mungkin dapat menjadi cerminan, dan dapat dijadikan refleksi, bagi diri manusia
itu sendiri, sebagai pembuatnya.

SEJARAH

Zaman pra-sejarah
"Trefinasi": Melubangi kepala untuk memulihkan
Zaman Batu Baru (Neolitikum) hingga pra-modern, 6.500 SM – 1500-an M

7
Pada sebuah tengkorak yang ditemukan pada Zaman Batu Baru (Neolitikum) terdapat
pertumbuhan jaringan tulang baru dari dalam liang trefinasi, yang menandakan bahwa
orang yang mengalami operasi tetap hidup setelah menjalani operasi tersebut. [4]

Salah satu pengobatan dalam gangguan jiwa sejak zaman pra-sejarah hingga ke Abad
Pertengahan adalah melubangi tengkorak untuk melepaskan roh jahat keluar tubuh.
Fosil tertua dengan tengkorak yang dilubangi adalah fosil berusia 6.500 SM dari Zaman
Batu Baru (Neolitikum) yang ditemukan di Perancis. Alat untuk mengebor (membuat
liang) pada tempurung kepala ini bernama trefin (Bahasa Inggris: trephine) dan operasi
pelubangan tengkorak ini disebut trefinasi (Bahasa Inggris: trephination).[16]
Tengkorak dengan lubang yang demikian disimpan dan dipelihara karena dianggap
memiliki tuah untuk mengusir ruh jahat. Bukti-bukti juga ditemukan yang memperkuat
dugaan bahwa trefinasi tersebut dilakukan untuk mengeluarkan pecahan tulang atau
gumpalan darah karena kecelakaan pada kepala, misalnya akibat kecelakaan ketika
berburu, terjatuh, luka akibat binatang buas/liar, dan akibat tusukan senjata (misalnya
tongkat atau tombak). Pelubangan tulang kepala ini mencakup pula tujuan
pengobatan spiritual, juga diduga dilakukan untuk mengobati epilepsi, nyeri kepala,
luka pada kepala, termasuk juga gangguan jiwa.

Trefinasi kemungkinan adalah metode pembedahan tertua di dunia yang didukung


dengan adanya bukti-bukti arkeologis.[4] Lebih dari 1.500 tengkorak tempurung kepala
dengan lubang semacam ini, yang mewakili 5 hingga 10 % dari keseluruhan fosil dari
Zaman Batu Baru (Neolitikum), telah ditemukan di seluruh dunia termasuk di Eropa,
Siberia, Tiongkok dan benua Amerika.[17] Banyak pasien prasejarah dan pra-modern
yang menjalani metode pembedahan semacam ini terbukti mampu bertahan dan
melanjutkan hidup (lihat gambar).

8
Zaman kuna

Lukisan ini menggambarkan bahwa trefin (perangkat di sebelah kiri) juga dipergunakan
pada zaman kedokteran Hippokrates di Yunani Kuna. Kumpulan perkakas dalam kotak di
sebelah kanan adalah perangkat pembedahan yang disebut sebagai skalpel dalam
kedokteran Yunani Kuna tersebut.[18]

Mesopotamia: Mencatat "Tangan para dewa"


4.000 SM
Mesopotamia adalah wilayah di Asia Barat yang berada di antara (dan di sekitar) Sungai
Eufrat dan Tigris (kini merupakan bagian dari wilayah yang bernama Irak). Peradaban
kuna di Mesopotamia sudah menggambarkan dan mengobati sejumlah gangguan
kejiwaan. Gangguan kejiwaan pada zaman Mesopotamia dipercaya sebagai disebabkan
oleh para dewa. Karena tangan merupakan simbol dari kendali atas orang lain, maka
gangguan jiwa dikenal sebagai "tangan" dari para dewa tersebut. Salah satu gangguan
jiwa disebut dengan istilah Qāt Ištar, yang berarti "Tangan Sang Ishtar". Yang lainnya
disebut dengan istilah "Tangan Sang Shamash", "Tangan Sang Hantu", "Tangan Para
Dewa" dan sebagainya.[19] Deskripsi dari penyakit-penyakit ini demikian wagunya
sehingga hampir-hampir tidak mungkin untuk menemukan kaitannya dengan
peristilahan pada masa modern.[19]
Para dokter di Mesopotamia menyimpan catatan-catatan rinci mengenai halusinasi
pasien-pasien mereka dalam bentuk tablet tembikar dengan menggunakan huruf-paku
(cuneiform) dan menafsirkannya sebagai hal yang memiliki makna spiritual bagi
mereka. Catatan-catatan penting mengungkapkan bahwa keluarga
kerajaan Elam memiliki anggota keluarga yang sering kali mengalami masalah
kejiwaan.[19]

9
Tiongkok
"Huangdi Nei Jing": Membahas penyakit nyata bersama kaisar mitologis
2674 SM

Salinan digital dari Su Wen yang kini tersedia secara daring.

Huangdi Nei Jing merupakan kitab kedokteran kuna yang dianggap sebagai peletak
landasan utama bagi kedokteran tradisional Tiongkok selama lebih dari 2.000 tahun.
Karya ini terdiri atas dua kelompok naskah, masing-masing terdiri atas 81 bab/risalah
yang berbentuk tanya-jawab antara Kaisar Kuning (Huangdi) dengan 6 menteri
legendarisnya.[20]
Naskah yang pertama, yaitu Su Wen, yang dikenal sebagai bagian Pertanyaan Dasariah,
mencakup landasan teoritis dari kedokteran tradisional Tiongkok beserta metode
penegakkan diagnosanya. Bagian kedua, yaitu Ling Shu, mendikusikan mengenai terapi
akupunktur dengan sangat rinci.[20]
Secara keseluruhan Nei Jing berdasarkan pada teori kesetimbangan internal tubuh, atau
berdasarkan prinsip yin dan yang. Tubuh manusia mengandung kekuatan positif (yang)
dan kekuatan negatif (yin). Keduanya merupakan elemen yang saling melengkapi dan

10
bertentangan satu sama lain. Jika keduanya setimbang, maka individu tersebut akan
sehat. Jika tidak, maka gangguan kesehatan, misalnya gangguan jiwa, akan timbul.[21]
"Vital air": Aliran "udara penting" sebagai arus kejiwaan
Emosi manusia dikendalikan oleh organ internal. Saat “udara penting” (vital air)
mengalir ke salah satu dari organ ini, individu akan mengalami emosi tertentu. Saat
mengalir ke jantung, orang tsb akan merasakan bahagia. Saat mengalir ke paru-
paru, sedih. Saat ke hati (liver), marah. Saat ke limpa, cemas. Saat ke ginjal, takut. Teori
ini menyarankan orang untuk hidup dengan baik dan selaras utk menjaga pergerakan
udara dalam tubuh.[21]
Taoisme & Buddhisme: Gangguan jiwa adalah angin jahat dan para hantu
pada periode Dinasti Chin dan T’ang (420 – 618 SM)
Kitab Nei Jing adalah kitab biologis, akan tetapi naik daunnya Taoisme dan Buddhisme
selama periode Dinasti Chin dan T’ang (420 – 618 SM) mengarah ke penafsiran religius
terhadap perilaku abnormal. Angin jahat dan hantu-hantu dituduh menjadi makhluk
pengganggu yang menyebabkan seseorang menjadi berperilaku tidak terkontrol dan
membuatnya menjadi punya aspek emosi yang tidak sesuai dengan sekitarnya
(malasuai/maladaptif). Teori religius tentang abnormalitas melemah di Tiongkok
setelah periode ini.[21]
Mesir dan Yunani
"Hysteria": Menyembuhkan "rahim" dengan dupa

Halaman 1 dan halaman 2 dari Papirus Kedokteran Kahun.

1.900 SM
Sebuah papirus Mesir yang disebut dengan nama Papirus Kedokteran Kahun (Kahun
Medical Papyrus)[22][23] dari sekitar tahun 1.900 Sebelum Masehi menggambarkan
bahwa perempuan dapat mengalami masalah kejiwaan karena berubahnya letak
"rahim" ("kandungan", "peranakan"), yang pada peradaban Yunani kemudian disebut
dengan istilah hysteria; sebuah istilah yang kemudian digunakan sebagai gangguan
jiwa yang khusus terjadi pada perempuan. Rahim tersebut bisa copot dan menjadi
melekat pada organ lain yang tidak seharusnya, misalnya menjadi menempel pada liver

11
atau rongga dada, yang menjadikannya berubahnya fungsi dari yang seharusnya atau
menjadikannya menghasilkan gejala-gejala yang bermacam-macam dan, kadang-
kadang, menimbulkan nyeri.[24]
Untuk menyembuhkannya, penulis papirus Mesir tersebut, yang kemudian juga
diadopsi oleh orang-orang Yunani, menggunakan semacam dupa (incense) agar sang
"rahim" kembali kepada lokasi yang seharusnya. Orang Mesir menggunakan wangi-
wangian yang menyenangkan untuk memancingnya agar mendekati sesuatu bagian
tubuh dan aroma yang tidak menyenangkan untuk menjauhkannya.[24]
Para filsuf dan dokter Yunani
Sebagai landasan bagi pembahasan gagasan para filsuf dan dokter Yunani, maka
bagian ini dibuka dengan keterangan mengenai Empedokles dan gagasan
pemikirannya.

Empedokles: "Empat unsur" yang membentuk alam

The Death of Empedocles, sebuah lukisan oleh Salvator Rosa (1615 – 1673 M), menggambarkan
kisah mitologis-legendaris yang merupakan catatan dari Diogenes Laërtius yang menuturkan
bahwa Empedokles tewas karena menjatuhkan dirinya ke mulut Gunung Etna di Sisilia.
Dengan demikian, menurut Diogenes, raga Empedokles sirna dan moksa menjadi dewa
yang abadi.

12
Empedokles (495 SM -435 SM) adalah seorang filsuf Yunani yang lahir di Pulau
Sisilia,[25] berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal
melainkan terdiri dari empat unsur atau zat.[26][27][28] Empat unsur tersebut
adalah air, tanah, api, dan udara.[26][29][30][27][28][31] Keempat unsur tersebut dapat
dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling
berlawanan.[29] Api dikaitkan dengan yang panas; udara dengan yang dingin.
Sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering, sementara air dikaitkan dengan
yang basah.[29]
Empedokles berpendapat bahwa semua unsur memiliki kuantitas yang persis
sama.[29] Unsur-unsur itu sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat
menjadi air.[29] Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari
keempat unsur tersebut, walaupun berbeda komposisinya.[29] Contohnya, Empedokles
menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat
bagian api.[31] Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat unsur tersebut
diubah.[31]
Hippokrates: "Empat cairan" yang membentuk "empat temperamen"
Hippokrates (460 SM - 370 SM) adalah tokoh medis paling berpengaruh sepanjang
masa sehingga ia dianggap layak mendapatkan gelar sebagai "Bapak Kedokteran".
Tulisannya yang terkenal dengan judul Corpus Hippocraticum telah membuang semua
takhayul Yunani kuna mengenai penyakit dan pengobatan.[32]

Lukisan dinding (mural) yang menggambarkan Galen and Hippokrates; dibuat pada abad
ke-12 M; terdapat di Anagni, Italia.

Dalam kaitannya dengan kesehatan jiwa, Hippokrates, adalah penemu tipe-tipe


kepribadian klasik. Teorinya tersebut berdasarkan pada gagasan pemikiran empat
unsur Empedokles di atas. Menurutnya, tubuh terdiri dari empat dasar cairan (humour),
yaitu darah, dahak, empedu kuning dan empedu hitam. Berbagai ragam dari kepribadian,
muncul disebabkan oleh ketidaksetimbangan dalam tubuh yang berkaitan dengan
cairan-cairan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang cermat dari banyak pasien,
termasuk mendengarkan impian mereka, Hippokrates menggolongkan kepribadian

13
menjadi empat macam temperamen, yaitu riang-gembira (sanguine), pemurung
(melancholic), bersemangat dan gesit (choleric), serta lamban (phlegmatic).
Pengobatan yang diresepkan oleh Hippokrates dimaksudkan untuk mengembalikan
kesetimbangan keempat cairan tersebut,[33] yaitu dengan cara pengeluaran
darah, relaksasi, pengubahan diet, atau pengubahan tempat dan iklim. Beberapa
perawatan non-medis yang diresepkan oleh Hippokrates mirip seperti yang ditentukan
oleh psikoterapis modern. Hippokrates, misalnya, percaya bahwa memisahkan pasien
dari keluarga malah mempersukar pemulihan kesehatan jiwa.[34]
Sumbangsih pemikiran empat cairan yang membentuk empat temperamen tersebut,
dilanjutkan oleh Galen, juga seorang dokter Yunani, yang banyak menggunakan ilmu
kedokteran Hippokrates.
Galen: Melakukan "terapi wicara" dalam bentuk "nasehat jiwa"
Aristoteles[pranala nonaktif permanen] (385-323) adalah filsuf Yunani yang menjadi guru bagi Kaisar
Iskandar Agung, seperti yang diperlihatkan dalam lukisan karya Jean Leon Gerome Ferris
ini.

Galen (129– sekitar 200/sekitar 216), selain melanjutkan


teori Hippokrates mengenai empat cairan pembentuk empat temperamen, juga adalah
penulis karya besar On the Diagnosis and Cure of the Soul's Passion, yang membahas
tentang bagaimana pendekatan dan penanganan masalah psikologis.[35] Hal ini
merupakan awal mula upaya Galen yang kemudian disebut sebagai psikoterapi atau
"terapi wicara".
Bukunya berisi petunjuk tentang bagaimana memberikan nasihat kepada mereka yang
memiliki masalah psikologis supaya mereka dapat mengungkapkan hasrat (passion)
dan rahasia terdalam mereka, dan akhirnya menyembuhkan mereka dari penyakit
mental. Sang terapis, biasanya adalah seorang pria dengan usia lebih tua, lebih bijak,
dan telah terbebas dari hasrat tersebut.[35] Hasrat ini, menurut Galen, adalah penyebab
masalah psikologis yang dialami oleh seseorang.
Plato: Pikiran Rasional untuk Mengatasi Gangguan Emosional
Plato (428/427 atau 424/423 – 348/347 SM) berpendapat bahwa gangguan jiwa
muncul ketika pikiran rasional terkalahkan oleh dorongan, gairah, atau nafsu makan.
Kewarasan, menurutnya, bisa kembali melalui diskusi dengan individu yang dirancang
untuk memulihkan pikiran rasional yang mengatasi emosi.[34]
Aristoteles: Tafsir Mimpi yang Mendahului Zamannya
Aristoteles (385-323) adalah filsuf Yunani yang percaya bahwa pengetahuan hanya
akan dapat diperoleh lewat penerimaan melalui panca-indera (seperti mendengar,
melihat, dan mencium aroma). Aristoteles adalah filsuf Yunani yang di waktu sangat
dini sudah mendahului tafsir mimpi (The Interpretation of Dreams), yang ditulis
oleh Sigmund Freud mulai tahun 1900, dengan mengatakan bahwa mimpi bukanlah
ilham yang diberikan oleh alam yang lebih tinggi daripada manusia namun hanyalah
kejadian sehari-hari atau sesuatu yang banyak dipikirkan ketika dalam keadaan terjaga.
Abad Pertengahan
Eropa: Menguji dengan menenggelamkan
400 – 1500 M

14
Lukisan[pranala nonaktif permanen] Thomas Colley yang menggambarkan bagaimana proses uji
tenggelam dilakukan terhadap mereka yang dituduh sebagai penyihir pada Abad
Pertengahan.

Pemikiran mengenai hal-hal gaib menentukan perilaku abnormal belum mendominasi


hingga abad ke-11 dan ke-15 M.[36] Perburuan terhadap para penyihir banyak
dilakukan pada zaman ini karena hal tersebut merupakan sesuatu yang dianggap sesat
menurut sudut pandang waktu itu dalam agama Kristen. Di Eropa Barat pada Abad
Pertengahan ini air dianggap sebagai media pembaptisan. Maka untuk menguji apakah
seseorang merupakan penyihir atau bukan caranya adalah melakukan tes tenggelam.
Jika seseorang diceburkan ke sungai dan tenggelam seperti batu maka ia pun akan
dibebaskan dari tuduhan. Sebaliknya jika air menolaknya maka ia akan didakwa
sebagai penyihir. Selama Abad Pertengahan ada banyak orang yang didakwa sebagai
penyihir, dan sebagai hukumannya adalah mereka dibakar hidup-hidup di tiang
dengan disaksikan oleh masyarakat setempat.
Pembakaran di tiang terhadap para penyihir di Abad Pertengahan tidak hanya
diterapkan kepada masyarakat biasa. Joan of Arc (atau nama Perancisnya, Jeanne
d'Arc) (sekitar 1412 – 1431) yang merupakan pahlawan bagi bangsa Perancis karena
memerangi dominasi Inggris, turut didakwa sebagai penyihir karena mengaku melihat

15
ruh para sanctus (orang suci) yang memerintahkannya melawan kekuasaan bangsa
Inggris. Ia dibakar di tiang setelah tertangkap dan diadili oleh seorang uskup yang pro-
Inggris, Pierre Cauchon. Joan of Arc meninggal karena eksekusi hukumannya tersebut
ketika masih berusia 19 tahun.
Kajian ilmu psikologi modern, menganggap bahwa Joan of Arc mengalami halusinasi
sebagai bagian dari skizofrenia ketimbang secara rill ia memang telah diilhami secara
ilahiah atau sebagai orang yang mendapatkan ilham dari ruh jahat. Sehingga
semestinya ia mendapatkan dukungan untuk pemulihan alih-alih dibakar sebagai
seorang yang sesat.

Asia Barat: Membangun rawat-inap di kota besar (Kesehatan jiwa


Islam)
705 – 1030 M

Halaman[pranala nonaktif permanen] pertama dari salinan Kitab Besar Pengobatan (Qānūn fī ath-Thibb)
karya Ibnu Sina atau Avicenna yang terbit pada tahun 1596/1597.

Telaah ilmiah adalah salah satu kekuatan dari literasi Islam mulai abad ke-8 M. Rumah
sakit jiwa pertama di dunia berdiri di Baghdad pada tahun 705. Terdapat bukti pula
bahwa rumah sakit jiwa beroperasi di Kairo pada tahun 805 dan di Fez (kota yang kini
berada di timur Kasablanka, Maroko) selama abad ke-8.

16
Salah satu dokter terkemuka dari RS Baghdad adalah Ar-Razi (865 – 925)
atau Rhazes. Ia adalah seorang dokter Persia, yang merupakan salah satu dokter
pertama yang menulis tentang penyakit kejiwaan dan psikoterapi. Ia adalah kepala
dokter dan juga direktur di rumah sakit jiwa Baghdad. Dua dari karyanya, El-
Mansuri dan Al-Hawi, mendeskripsikan pengobatan untuk penyakit kejiwaan.
Ibn-Sina (980-1030 M) atau Avicenna dalam Kitab Besar Pengobatan-nya (Qānūn fī ath-
Thibb) mendeskripsikan penyakit dan pengobatan untuk insomnia, mania, vertigo,
kelumpuhan, stroke, epilepsi, dan depresi. Ia adalah pelopor dalam ilmu psikosomatis.
Eropa: Menyembuhkan dalam Asilum
Abad ke-12 M

Buruknya[pranala nonaktif permanen] kondisi di dalam asilum Bedlam digambarkan oleh William
Hogarth (1697-1764) dalam lukisannya In The Madhouse — A Rake's Progress series.

Mulai abad ke-12 banyak kota di Eropa menyediakan tempat penampungan bagi
orang dengan gangguan jiwa.[37] Rumah sakit - rumah sakit mulai mengadakan
ruangan untuk mempertunjukkan perilaku abnormal. Perawatan sering kali dipaksakan
dengan kekerasan. Salah satu bangunan yang sangat terkenal yang seperti demikian
adalah Bedlam, yang telah menerima pasien gangguan jiwa sejak tahun 1377. Kondisi
perlakuan di dalamnya sangat buruk, pasien dipertontonkan untuk bayaran sejumlah
uang. Pasien sering kali dikekang dengan rantai dan juga mendapatkan "perlakuan"
fisik secara kasar lainnya sebagai bagian dari "pengobatan". Hal ini dilakukan karena
adanya dasar pemikiran bahwa orang dengan gangguan jiwa telah kehilangan akal
sehatnya sama sekali sebagai manusia, sehingga dianggap tidak lagi mampu
bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan dengan demikian martabatnya disetarakan
dengan binatang. Perlakuan buruk seperti ini berlanjut hingga akhir abad ke-19.
Di Amerika Serikat, Benjamin Rush percaya (yang kemudian terbukti salah) bahwa
gangguan jiwa disebabkan oleh terhambatnya peredaran darah, atau oleh karena
terlalu berlimpahnya penerimaan yang diterima oleh panca-indera, oleh karena itu ia
mengobati orang dengan gangguan jiwa dengan beberapa alat yang dimaksudkan
untuk melancarkan peredaran darah ke otak, antara lain kursi putar dan kursi

17
penenang. Rush juga menyarankan terapi air, terapi uap, serta jaket kekang
(straightjacket). Meskipun teorinya tersebut salah, dan beberapa alat yang
diciptakannya dianggap sangat stigmatif jika dipandang dari sudut pandang kesehatan
jiwa mutakhir, namun Rush berhasil menyerukan pentingnya perbaikan dalam
perawatan kejiwaan di negara bagian Pennsylvania pada waktu itu, yang juga mampu
membuatnya membangun rawat inap dengan kondisi yang lebih baik pada tahun
1792.
Menjelang dan awal era Modern
Abad ke-18 hingga abad ke-20
Terapi moral: Melepaskan jiwa dari kekangan

Sebuah lukisan oleh Robert-Fleury yang menggambarkan Philippe Pinel di Salpêtrière, 1795.
Pinel memerintahkan agar perantaian sebagai metode penyembuhan gangguan jiwa
dihapuskan di dua asilum di Paris, La Bicêtre, yang merupakan asilum khusus laki-laki, dan
di La Salpetrière, yang merupakan asilum khusus perempuan.

Terapi moral atau dalam Bahasa Perancisnya traitement moral, adalah sebuah istilah
yang secara umum dinisbatkan kepada Philippe Pinel (1745–1826) daripada tokoh-
tokoh yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena istilah ini dibuat oleh kepala Rumah
Sakit Jiwa La Bicêtre di Paris, Perancis, tersebut.
Pinel lebih banyak menganggap bahwa alasan dari dilakukannya terapi moral adalah
karena kewajiban moral, yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh keluarga
Tuke di Inggris, yang berlandaskan pada alasan keagamaan, dan berbeda dengan
pendapat William A.F. Browne (1805–1885) di Skotlandia, yang melandaskan dirinya
pada latar biologis. Secara umum, istilah terapi moral yang dibuat oleh Pinel telah telah
dipergunakan dalam makna yang bervariasi di Perancis dan secara internasional, baik
oleh para tokoh yang sezaman dengan Pinel maupun pada masa setelahnya.

18
Dorothea Dix sebuah lukisan yang dibuat sekitar tahun 1850-1855

Mantan-pasien Jean-Baptiste Pussin dan istrinya Margueritte Pussin, dan


dokter Philippe Pinel dianggap sebagai pelopor kondisi yang lebih manusiawi dalam
perawatan di asilum di Perancis. Sejak dasawarsa 1780-an Pussin dirawat-inap di
Rumah Sakit Jiwa La Bicêtre, yang merupakan sebuah asilum di Paris, bagi pasien laki-
laki. Pada tahun 1792 (yang tercatatkan secara resmi pada tahun 1793), Pinel menjadi
pimpinan para dokter di Bicetre. Pussin menunjukkan kepada Pinel bahwa mengetahui
kondisi pasien berarti mereka dapat dikelola dengan simpati dan sikap baik
sebagaimana juga pemberian wewenang dan hak pengendalian diri yang lebih besar
kepada para pasien tersebut.
Pada tahun 1797, untuk pertama kalinya Pussin membebaskan para pasien dari
perantaian mereka dan menangguhkan hukuman-hukuman fisik, meskipun jaket ketat
(straitjacket) masih dapat dipergunakan. Para pasien diperbolehkan untuk bergerak
secara bebas di pelataran rumah sakit, dan ruang bawah-tanah yang gelap digantikan
dengan ruangan-ruangan yang diterangi oleh sinar matahari dan berventilasi baik.
Pendekatan Pussin dan Pinel dilihat sebagai keberhasilan yang luar biasa, dan kelak
mereka membawa reformasi yang sama pada Rumah Sakit di Paris untuk pasien
perempuan yang bernama La Salpetrière. Salah satu murid Pinel, dan penggantinya
sebagai pimpinan para dokter kemudian, Jean Esquirol (1772–1840), mendirikan 10
Rumah Sakit Jiwa yang baru yang beroperasi dengan prinsip utama yang sama.
Terapi moral ini kelak menemukan momen yang sangat pentingnya ketika Dorothea
Dix (1802–1887) di Amerika Serikat menyaksikan sangat banyaknya kondisi yang
teramat buruk dalam rawat-inap kejiwaan, yang menyebabkannya tidak hanya
mengkritik dengan sangat lantang mengenai hal itu, namun juga mendirikan 32
Rumah Sakit yang menerapkan konsepnya mengenai kesehatan jiwa yang lebih baik.

19
Mental hygiene dan Kesehatan jiwa

Clifford[pranala nonaktif permanen] Beers (1876-1943).

Seiring dengan industrialisasi, asilum bertambah jumlahnya dan ukuran bangunan-


bangunannya diperbesar. Terkait dengan hal ini adalah pengembangan sistem
pengelolaannya, sehingga memungkinkan para pasien rawat-inap untuk dikumpulkan
dalam jumlah banyak. Pada akhir abad ke-19 dan memasuki abad ke-20, asilum-asilum
semacam ini, yang pada umumnya berada di luar kota, telah menjadi sangat menurun
kualitas perawatannya. Ruangan-ruangannya yang penuh-sesak dengan para pasien
menjadi permasalahan yang umum ditemui di banyak asilum. Sebagai contoh data,
pada tahun 1827 rata-rata jumlah penghuni setiap asilum di Inggris Raya (Britania)
adalah 166 orang, yang bertambah menjadi 1.221 orang pada tahun 1930.

Prinsip-prinsip dari terapi moral yang menggaungkan perawatan yang baik dan bersifat
kekeluargaan, menjadi terabaikan. Teknik-teknik pengobatan yang semula manusiawi
menjadi jatuh kualitasnya menjadi hanya sebuah lembaga tanpa pertimbangan pikiran
serta hanya menjalankan rutinitas belaka, dengan struktur di dalamnya yang otoriter
alih-alih bersikap ramah terhadap para pasien.
Pertimbangan mengenai pembiayaan secara cepat menggantikan idealisme.
Asilum/rumah sakit jiwa tidak lagi merupakan sesuatu yang mencerminkan suasana
keluarga dalam sebuah rumah seperti yang disarankan oleh gerakan terapi moral,
namun menjadi sangat menurun kualitas suasananya menjadi serba-terabaikan dan
minimalis. Menjadi ada penerapan yang sangat kuat dalam hal keamanan, penahanan,
dinding-dinding yang tinggi, pintu-pintu yang selalu tertutup, pengasingan dari
masyarakat, dan pengekangan secara fisik. Tercatat dalam sejarah bahwa hanya ada
kegiatan terapeutik yang sangat sedikit, obat lebih dianggap sebagai menjalankan
kepentingan administratif saja, serta hanya untuk menangani gejala-gejala yang
sifatnya fisik alih-alih merupakan sebuah terapi untuk gangguan kejiwaan.[38] Harapan

20
akan munculnya kondisi-kondisi untuk perawatan kejiwaan yang lebih baik telah
terhancurkan sama sekali karena kondisi-kondisi yang demikian.
Pada pergantian abad ke-20, banyak rumah sakit menjadi sangat mirip dengan gudang
penyimpanan.[39] Setelah abad ke-20 berjalan barulah ada perbaikan dalam hal kualitas
di berbagai rumah sakit - rumah sakit tersebut. Kondisi pada rumah sakit swasta
dengan tarif yang lebih mahal pada umumnya lebih baik. Hingga waktu tersebut, para
pasien yang kurang mampu tidak akan dimasukkan ke rumah sakit swasta tersebut,
namun akan ditempatkan dalam bangunan yang besar, penuh-sesak, dan secara fisik
terasing dari masyarakat, yang tidak menawarkan pengobatan apapun.
Clifford Beers (1876-1943), salah satu orang dengan gangguan jiwa yang pernah
dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan kualitas yang buruk seperti itu, menulis A Mind
that Found Itself (1908), yang menggugah banyak orang untuk mengubah kondisi-
kondisi dalam perawatan kejiwaan yang semacam itu. Pada masa-masa inilah lahir
sebuah istilah yang disebut sebagai mental hygiene (sanitasi jiwa) yang merupakan
istilah yang kelak berkembang menjadi kesehatan jiwa.[40]
Lahirnya bermacam-macam aliran dalam Kedokteran Jiwa/Psikologi
Biologis: Gangguan jiwa adalah hal yang materiil
Mulai abad ke-19

Eugen[pranala nonaktif permanen] Bleuler (1857–1939).

Pada tahun 1845, psikiater Jerman Wilhelm Griesinger (1817–1868) menerbitkan buku
patologi dan terapi gangguan jiwa, yang menyajikan argumen sistematis bahwa semua
gangguan jiwa bisa dijelaskan dalam cakupan penyakit otak.[41] Pada tahun 1883, salah
satu pengikut Griesinger, Emil Kraepelin (1856–1926), juga menerbitkan buku ajar

21
yang menekankan pentingnya kelainan pada otak tehadap gangguan jiwa. Kraepelin
juga mengembangkan penggolongan gangguan jiwa yang menjadi dasar bagi
panduan di era modern.

Sebuah iklan Thorazine (chlorpromazine) dari awal dasawarsa 1960-an. Thorazine adalah
obat kesehatan jiwa yang ditemukan pada tahun 1950 dan dirilis secara resmi sebagai
obat medis pada tahun 1953.[42] Obat ini telah membuat banyak pasien kesehatan jiwa
menjadi cukup pulih sehingga mereka dipulangkan dari berbagai rawat inap yang ada di
Amerika Serikat.[43]

Pada tahun 1896 Kraepelin menemukan istilah dementia praecox (kemunduran pikiran
di usia dini) yang menjadi dasar bagi konsep skizofrenia yang ditemukan (1908)
oleh Eugene Bleuler (1857-1939). Dalam karyanya Dementia Praecox, or Group of
Schizophrenias,[44] Bleuler membantah Kraepelin bahwa perjalanan penyakit
ini selalu memburuk seiring berjalannya waktu, meskipun ia juga berpendapat selaras
dengan Kraepelin bahwa ada hal-hal dalam skizofrenia yang berlandaskan biologis.
Risalah Bleuler yang diperluas dari waktu ke waktu alih-alih disimpulkan dan
diringkasnya, telah menimbulkan kerancuan penafsiran di mata para pembacanya
mengenai makna harfiah skizofrenia itu sendiri.[45] Tafsiran-tafsiran media massa pada
masa-masa awal gangguan ini mulai ramai dibicarakan di Amerika Serikat telah
menyebabkan pemahaman bahwa skizofrenia itu berarti kepribadian yang terbelah (dari
Bahasa Yunani schizo- "terbelah" dan phren yang artinya "pikiran") alih-alih terpisah-
pisahnya proses-proses pikiran, perasaan, dan perilaku seperti yang dimaksudkan oleh
Bleuler kemudian.[46]

22
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang paling banyak diperdebatkan di sepanjang
masa. Meskipun pengetahuan secara umum mengerucut dan membuahkan
kesimpulan akan gangguan dengan jenis yang tidak lebih dari 5 macam [yaitu
subtipe paranoid, hebefrenik, katatonik, sengkarut (disorganized), dan tidak terbedakan].
Namun perdebatan ilmiah di balik semua itu selama seabad lebih hingga saat ini tidak
menggambarkan kondisi yang demikian.[45] Skizofrenia, hingga saat ini, adalah salah
satu misteri dalam kesehatan jiwa yang terus menjadi pertanyaan dengan jawaban
yang tidak tertuntaskan, meski teknologi tinggi untuk pendeteksian masalah biologis
otak telah jauh lebih maju dibandingkan ketika Kraepelin pertama kali menerbitkan
risalah kedokterannya mengenai gangguan ini.[7]
Kelak pada penerbitan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fifth Edition (DSM 5) oleh Asosiasi Psikiater Amerika (APA) pada tahun 2013,
macam-macam jenis skizofrenia tersebut dihapuskan, karena dianggap tidak
menggambarkan pengelompokan alamiah dari penyakit skizofrenia
tersebut. Katatonia yang semula merupakan subtipe dari skizofrenia dijadikan sebuah
penggolong penyakit yang lebih luas, alih-alih sebuah jenis penyakit yang berada di
bawah judul skizofrenia.[47]
Psikoanalisis: Sebab gangguan kejiwaan adalah sesuatu yang abstrak
Mulai akhir abad ke-18

Jean-Martin Charcot (1825–1893) adalah seorang dokter yang sangat dihormati


oleh Sigmund Freud (1856-1939). Gagasan penelitian Freud mengenai pengaruh bawah-
sadar dalam perilaku manusia terinspirasi dari eksperimen Charcot seperti dalam lukisan
di atas, di mana Charcot berhasil melakukan hipnosis di muka sebuah perkuliahannya
yang dilangsungkan di Paris.

Jean-Martin Charcot (1825–1893), neurolog terkemuka yang menjadi kepala rumah


sakit La Salpetrière di Paris pada masa ini, menentang pendapat bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh gangguan pada otak. Charcot terkesan dengan kasus hysteria[48] yang
berakar pada gangguan psikis. Hal itu menjadikannya sebagai peneliti terkemuka
dalam hal perilaku abnormal disebabkan oleh gangguan psikis.

23
Salah satu murid Charcot, Sigmund Freud (1856–1939), percaya bahwa sebagian besar
sisi kehidupan manusia tersembunyi dalam wilayah bawah sadar. Bersama Josef
Breuer (1842–1925), ia kemudian menemukan bahwa pasien yang bicara secara bebas
ketika dihipnosis akan mengalami pelepasan emosi yang akan mengurangi beban dari
gangguan yang dialaminya. Breuer dan Freud kemudian menerbitkan sebuah publikasi
yang menjadi dasar dari psikoanalisis (analisa jiwa) yang menekankan aspek bawah
sadar pada kehidupan manusia.
Behavioristik: Gangguan jiwa dapat diatasi dengan obat medis

John[pranala nonaktif permanen] Broadus Watson (1878–1958).

Mulai abad ke-19


Ilmuwan amerika, John B. Watson (1878–1958) menolak menyelidiki pikiran dan
perasaan sebagai latar dari berbagai permasalahan psikologis, karena menurutnya
pikiran dan perasaan bukanlah sesuatu yang bisa diamati. Watson hanya melakukan
penelitian pada hal-hal yang konkret pada makhluk hidup misalnya perbuatan manusia
yang kasat mata atau sekresi kelenjar dalam tubuh hewan sebagai respon dari
sesuatu.[49]
Watson adalah orang yang percaya bahwa berbagai masalah kejiwaan hanya timbul
dari proses penyesuaian dengan sesuatu yang diterima dari sekitarnya. John
Watson kemudian mendirikan behaviorisme, sebuah mazhab psikologi yang tidak
percaya pada adanya jiwa, dan yakin bahwa diri manusia hanyalah sebuah kotak yang
bereaksi terhadap segala rangsang dari luar.
John Watson terkenal dengan ucapannya:
Berikan padaku selusin bayi sehat yang tanpa cacat, dan dunia yang bisa aku bentuk,
maka aku akan jamin mereka akan jadi ahli apapun yang diinginkan – dokter,

24
pengacara, saudagar, bahkan pengemis dan pencuri, tanpa peduli pada apapun
bakat, kecenderungan, kemampuan, dan ras dari leluhurnya.[49]
Meskipun para ilmuwan behaviorisme kadang-kadang tidak sepakat dengan para
ilmuwan dari aliran ilmu jiwa lain yang juga berlandaskan pada aspek biologis, namun
secara keseluruhan behaviorisme adalah salah satu penyumbang utama dalam ilmu
kesehatan jiwa yang berlandaskan pada fisik.
"Thorazine": Obat yang mampu membuat pemulangan massal
Mulai 1950
Pada tahun 1950 ditemukan Thorazine (chlorpromazine), obat yang terbukti dapat
menyembuhkan halusinasi pada orang dengan gangguan jiwa. Memungkinkan banyak
sekali pasien yang telah tinggal lama di rumah sakit menjadi dipulangkan. Temuan
Thorazine telah menginspirasi banyak ilmuwan untuk menemukan banyak obat
kesehatan jiwa yang lain. Dan telah meyakinkan banyak orang bahwa gangguan pada
otak memang memiliki peranan dalam terbentuknya gangguan jiwa, serta juga telah
memperkuat keteguhan banyak orang dengan gangguan jiwa dan keluarganya, bahwa
gangguan jiwa ternyata dapat dipulihkan, sehingga mereka dapat kembali hidup di
masyarakat.
Kognitif: Proses pikiran terletak antara rangsang dan respon
Mulai 1950-an
Pada tahun 1950-an, sejumlah psikolog menentang behaviorisme dan lebih percaya
bahwa ada proses dalam diri manusia antara rangsang dan respon. Sejak tahun 1970-
an ilmu psikologi mulai menitikberatkan pada studi kognisi (daya pikir) manusia yang
lebih dalam daripada apa yang dilakukan oleh John B Watson dan kawan-kawan.

Cortana[pranala nonaktif permanen], asisten daring buatan Microsoft yang terdapat pada sistem
operasi Windows 10. Asisten daring (online assistant) adalah sebuah kecerdasan buatan
yang dikembangkan dengan berlandaskan Psikologi Kognitif.

Di kemudian hari, penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan kognitif


terhadap daya pikir manusia ini kelak menimbulkan kesimpulan-kesimpulan bahwa
daya pikir manusia itu mirip komputer. Sebagai akibatnya maka kesimpulan-
kesimpulan dari penelitian ini dijadikan sebagai landasan pembuatan peranti lunak
(software) dan peranti keras (hardware) yang merupakan tiruan dari pikiran dan otak

25
manusia tersebut. Teknologi ini kini dinamakan kecerdasan buatan (artificial
intelligence), yang kini sudah merupakan sebuah wujud nyata.
Kecerdasan buatan pada masa pasca-modern ini, banyak digunakan sebagai pengganti
manusia, karena mereka dapat berpikir selayaknya manusia dengan kecepatan yang
berlipat-lipat. Uji dengan permainan (game) yang dilakukan di berbagai negara
terhadap kecerdasan buatan ini, telah menunjukkan bahwa hasil penelitian paduan
antara psikologi dan teknologi-tinggi ini dapat bersaing dengan manusia yang
merupakan para pemain game yang sangat berpengalaman.
Mulai dasawarsa kedua abad ke-21, kecerdasan buatan mulai banyak diterapkan
kepada berbagai aplikasi yang sifatnya publik, misalnya asisten daring (online assistant)
dalam telepon genggam, serta menjadi memungkinkan dibuatnya mobil yang dapat
menyetir sendiri (self-driving cars). Kecerdasan buatan juga telah digunakan untuk
meraih lalu-lintas pengguna (traffic) yang lebih tinggi pada aplikasi web media sosial.
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM): Pendekatan Baru untuk
Pemulihan
Mulai 1960-an

Presiden John F. Kennedy menandatangani The Community Mental Health Act of 1963.

Sekitar tahun 1960, gerakan besar dan kuat yang bernama gerakan hak-hak pasien
muncul yang berpendapat bahwa pasien jiwa dapat pulih secara penuh atau hidup
lebih memuaskan jika mereka terintegrasi dengan masyarakat, dan hidup dengan
dukungan dari masyarakat. Banyak dari pasien ini membutuhkan dukungan yang lebih,
tapi itu dapat dilakukan oleh pusat terapi di sekitar mereka daripada dalam rumah sakit
yang besar dan impersonal. Di Amerika Serikat, gerakan kesehatan jiwa komunitas
secara resmi dideklarasikan oleh Presiden John F. Kennedy sebagai “pendekatan baru”
dalam perawatan kesehatan jiwa dengan diundangkannya The Community Mental
Health Act of 1963.[50]

26
Beberapa jenis fasilitas terapi yang berbasis komunitas dibuat pada waktu ini, yang
kemudian dinamakan pusat kesehatan jiwa komunitas. sering kali mencakup pekerja
sosial, terapis, dan dokter yang memimpin perawatan. Rumah antara menawarkan
lingkungan yang mendukung bagi mereka yang keluar dari rumah sakit tapi belum
siap untuk tinggal di masyarakat. Pusat kegiatan di siang hari memungkinkan orang
dengan gangguan jiwa untuk menerima terapi di siang hari dengan terapi
keterampilan dan rehabilitatif, tapi tetap pulang ke rumah pada malam
hari.[50][51] Diberlakukannya The Community Mental Health Act of 1963 membawa
perubahan yang sangat dramatik dalam perawatan kesehatan jiwa.[51]
Perspektif Para Pengalam Kejiwaan: Layanan dari dan untuk Rekan-Sebaya
Dalam gerakan pembelaan terhadap orang dengan gangguan jiwa, para pengalam (orang-
orang yang mengalami gangguan jiwa) menyebut diri mereka ke dalam dua istilah yang
berbeda. Yang pertama menyebut diri mereka sebagai penyintas kesehatan jiwa (mental
health survivors), karena mereka kecewa terhadap psikiatri dan kesehatan jiwa dalam
beberapa hal. Mereka adalah individu-individu yang telah selamat (survived) dari
pengobatan psikiatrik. Sementara yang menyebut dirinya sebagai konsumen kesehatan
jiwa (mental health consumers) menganggap dirinya masih merupakan pengguna
layanan sistem kesehatan jiwa.[8]

Elizabeth[pranala nonaktif permanen] Packard (1816–1897).

Pasien kesehatan jiwa dari abad ke-19 mulai melakukan upaya-upaya untuk melakukan
perubahan terhadap hukum dan kebijakan. Sebagai contoh, mulai tahun
1868, Elizabeth Packard, pendiri Anti-Insane Asylum Society, menerbitkan rangkaian
buku dan pamflet yang menggambarkan pengalaman-pengalamannya di asilum
Illinois di mana suaminya dirawat-inap di sana.

27
Seperti yang telah diungkapkan di atas, beberapa dasawarsa berikutnya, Clifford W.
Beers, mendirikan National Committee on Mental Hygiene, yang kemudian
menjadi National Mental Health Association. Beers mencoba mencari cara untuk
meningkatkan kondisi-kondisi buruk dari orang-orang yang menerima layanan
psikiatrik publik, terutama mereka yang dirawat-inap di rumah sakit jiwa. Bukunya, A
Mind that Found Itself (1908), menggambarkan pengalamannya akan penanganan
gangguan jiwa di rumah sakit jiwa. Karya Beers telah memicu kesadaran khalayak luas
terhadap tanggung jawab yang lebih besar untuk perawatan dan pengobatan orang
dengan gangguan jiwa.
Pada dasawarsa 1940-an, sekelompok mantan pasien jiwa mendirikan We Are Not
Alone (WANA). Tujuan dari pendiriannya adalah untuk membantu mereka yang
kesulitan kembali dari rawat-inap rumah sakit ke masyarakat. Upaya mereka mengarah
kepada pendirian Fountain House, sebuah layanan rehabilitasi psikososial bagi orang-
orang yang meninggalkan rumah sakit jiwa.
Pada dasawarsa tahun 1950-an terlihat adanya kemunculan dan menyebarluasnya
penggunaan operasi otak (lobotomy) dan terapi kejut-listrik (electro-convulsive therapy).
Ini telah dikaitkan dengan munculnya kepedulian yang sangat kuat dan perlawanan
yang berlandaskan pada moralitas, efek samping yang membahayakan, atau
penyalahgunaan.
Menuju dasawarsa 1960-an, obat-obatan psikiatrik menjadi menyebar-luas
penggunaannya, yang menyebabkan kontroversi berkaitan dengan efek samping yang
merugikan serta penyalahgunaannya. Juga terlihat adanya jalinan-jalinan kelompok
pengalam gangguan jiwa yang menjauhi berbagai rumah sakit jiwa besar untuk beralih
ke layanan yang berbasis masyarakat, yang kadang-kadang memperteguh para
pengguna layanannya, meskipun layanan yang berbasis masyarakat sering kali kurang
memadai.

Pada awal tahun 1960-an, gerakan pengalam kejiwaan secara vokal mulai mengubah
klaim-klaim dan praktek-praktek fundamental yang dianggap salah dalam kesehatan
jiwa. Awal dari gerakan konsumen kesehatan jiwa sering kali dinisbatkan
kepada Howard Geld, or Howie the Harp, dan pendirian Insane Liberation Front di
Portland, Oregon, pada tahun 1969. Banyak para penggagas lokal mengikuti untuk
mendirikan, kebanyakan dari pendirian-pendirian lokal tersebut merupakan partisipasi
langsung dari Howie sendiri. Sebagian besar berhutang kepada kefasihannya yang
menyuarakan alternatif terhadap cara-cara pengobatan-pengobatan konvensional, dan
menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan pusat layanan yang dijalankan oleh
rekan-sebaya (peer-operated service centers). Koalisi dari program-program semacam ini
mengadakan pertemuan secara tahunan.
MindFreedom International dan World Network of Users and Survivors of
Psychiatry juga telah memainkan peranan yang penting dalam gerakan penyintas
kesehatan jiwa.
Pada dasawarsa 1970-an, gerakan perempuan dan gerakan hak-hak disabilitas telah
mulai tumbuh. Dalam konteks ini para mantan pasien kesehatan jiwa mulai
mengorganisasikan kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan utama

28
memperjuangkan hak-hak pasien atas rawat-paksa, stigma dan diskriminasi, dan sering
kali untuk mempromosikan layanan yang dijalankan oleh rekan-sebaya sebagai
alternatif terhadap sistem kesehatan jiwa yang konvensional.

Tidak seperti layanan yang dijalankan oleh profesional kesehatan jiwa, yang biasanya
berlandaskan pada model medis, layanan berbasiskan rekan-sebaya memegang prinsip
bahwa individu-individu yang memiliki pengalaman yang mirip dapat membantu diri
mereka sendiri dan juga membantu para penyintas lain melalui kegiatan swa-bantu
dan dukungan yang saling menguntungkan (mutual support). Banyak dari individu yang
mengelola kelompok-kelompok awal ini mengidentifikasikan diri mereka sendiri
sebagai penyintas kesehatan jiwa. Kelompok-kelompok mereka mengambil nama
seperti Insane Liberation Front and Network Against Psychiatric Assault. Mereka
melihat sistem kesehatan jiwa sebagai bersifat melemahkan diri mereka.
Pada dasawarsa 1980-an, individu-individu yang menganggap dirinya sebagai
konsumen dari layanan kesehatan jiwa telah memulai mengelola kelompok-kelompok
advokasi/kelompok swa-bantu dan menjalankan layanan yang dikelola oleh rekan-
sebaya. Ketika berbagi tentang tujuan-tujuan dari gerakan-gerakan awal ini, konsumen
tidak melakukan upaya-upaya untuk menghapuskan sistem kesehatan jiwa
konvensional, yang mereka percaya sebagai masih dibutuhkan, namun mereka mencari
cara untuk melakukan reformasi terhadapnya. Kelompok-kelompok konsumen
menyemangati anggota-anggota mereka untuk mempelajari sebanyak mungkin
mengenai sistem kesehatan jiwa sehingga mereka mampu untuk meraih akses menuju
layanan dan pengobatan terbaik yang tersedia. Penerima layanan kesehatan jiwa
menuntut kendali atas pengobatan dan mulai memiliki pengaruh terhadap sistem
kesehatan jiwa di masyarakat. Mereka sering kali mempromosikan model pemulihan
(recovery model) yang lebih memiliki ruang untuk pilihan-pilihan personal, alih-alih
model medis (medical model) yang menganggap bahwa kebutuhan dari satu pengalam
ke pengalam yang lainnya dianggap sama.
Apakah mereka menyebut diri mereka sebagai penyintas ataupun konsumen, para
pengalam kejiwaan telah memulai sebuah perubahan yang sama. Dan jika dilihat
dalam rangkaian sejarah kesehatan jiwa secara keseluruhan, maka wacana yang
mereka lakukan telah menciptakan dialog dalam kerangka waktu, antara para
penyembuh dan orang yang disembuhkan yang sifatnya paternalistik yang telah
dimulai sejak zaman pra-sejarah, menjadi sebuah dialog di mana suara-suara para
pengalam merupakan pertimbangan yang tidak boleh dilupakan gaungnya.

Meskipun Sejarah Kesehatan Jiwa merupakan jalan yang berliku-liku dan tidak setara
perkembangannya dari satu tempat ke tempat lain. Namun bagi orang-orang yang
terdampak langsung oleh gangguan jiwa, setidaknya secara global diri dan riwayat
mereka sebagai bagian paling utama dalam Sejarah Kesehatan Jiwa, akhirnya telah
dipulihkan.

Pengalam gangguan jiwa adalah bagian penting dalam Sejarah Kesehatan Jiwa yang
tidak boleh dilupakan hak dan peranannya, kapanpun dan di manapun ia berada.

29
ALASAN PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental merupakan hal penting yang perlu dijaga. Ini tidak hanya berlaku
pada orang dewasa yang sedang produktif, anak-anak, remaja, bahkan orang lanjut
usia pun harus peka dan sadar terhadap kesehatan mental.

Orang dengan kesehatan mental yang prima dapat beraktivitas secara produktif dan
menggunakan potensi yang dimilikinya dengan maksimal. Mereka juga akan
mampu berfikir secara positif dan jernih ketika dihadapkan dengan berbagai
persoalan. Hal ini akan menuntun dirinya untuk menjadi lebih baik dalam menyikapi
masalah.

Mental yang sehat juga baik untuk kehidupan sosial. Orang dengan mental yang sehat
akan dapat berkomunikasi lebih baik, mudah bergaul, dan memiliki pertemanan yang
sehat. Bahkan, mereka juga lebih mampu memberikan kontribusi yang baik pada
komunitas atau orang-orang di sekitarnya.

Tidak hanya itu, orang dahulu tidak main-main saat membuat pepatah “di dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Buktinya, seseorang dengan kesehatan mental
yang baik berisiko lebih rendah terhadap penyakit kronis, seperti stroke, diabetes tipe
2 , dan penyakit jantung

PENYAKIT MENTAL YANG PERLU DI WASPADAI

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang,
mulai dari faktor keturunan, trauma masa lalu, pelecehan seksual atau pelecehan fisik,
gaya hidup yang tidak sehat, hingga cedera pada otak. Selain itu, berada pada situasi
pandemi, seperti pandemi COVID-19 sekarang ini, juga bisa membuat orang lebih
rentan mengalami penyakit mental.

Berdasarkan gejalanya, penyakit mental dibagi menjadi 2, yaitu psikotik dan


nonpsikotik. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Penyakit mental psikotik

Penyakit mental psikotik atau psikosis adalah suatu kondisi mental yang membuat
penderitanya sulit membedakan realita. Seseorang yang mengalami kondisi ini juga
bisa mengalami halusinasi, yaitu melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Selain itu, penderita psikotik juga kerap meyakini suatu hal yang sebetulnya
tidak benar atau delusi.

Beberapa penyakit mental yang termasuk psikotik adalah:

30
• Gangguan bipolar
• Depresi berat dengan gejala psikotik
• Gangguan waham
• Skizofrenia

2. Penyakit mental nonpsikotik

Penyakit mental nonpsikotik tidak membuat penderitanya mengalami gangguan


realita. Namun, biasanya, penderita penyakit mental nonpsikotik mengalami gangguan
perasaan atau memiliki pola pikir yang tidak sesuai dengan hukum atau norma yang
berlaku. Penyakit ini biasanya berhubungan erat dengan stres dan trauma.

Contoh penyakit mental nonpsikotik antara lain:

• Depresi
• Gangguan kepribadian, seperti kepribadian antisosial
• Gangguan kecemasan umum
• Fobia
• Serangan panik
• Obsessive-compulsive disorder (OCD)

CARA MENJAGA KESEHATAN MENTAL


Agar dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan baik dalam masyarakat serta
terhindar dari penyakit mental, penting bagi kamu untuk senantiasa menjaga
kesehatan mental. Berikut ini adalah panduan umum yang bisa diterapkan untuk
menjaga kesehatan mental:

• Hargai diri sendiri, misalnya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan
orang lain.
• Usahakan untuk selalu melihat sisi positif dari suatu masalah.
• Perlakukan dirimu seperti kamu memperlakukan orang lain yang kamu sayangi.
• Temukan cara terbaik mengelola stres untuk diri sendiri, misalnya menulis buku
harian, berjalan-jalan, dan berbincang atau deep talk.
• Syukuri segala yang hal dimiliki agar dapat menerima dan mencintai diri sendiri.
• Terapkan pola hidup yang sehat, seperti konsumsi makanan sehat, rutin
berolahraga, dan istirahat yang cukup.
• Kembangkan potensi yang kamu miliki atau coba hal-hal baru yang belum
pernah dilakukan.
• Pelihara hubungan yang baik dengan orang lain.
• Lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia.
• Berhenti bersikap terlalu perfeksionis.

Penting untuk diingat, kesehatan mental merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
dan harus dipelihara sebaik mungkin. Lakukan cara menjaga kesehatan mental yang
telah dipaparkan di atas agar fisik, mental, emosi, dan kehidupan sosialmu senantiasa
dalam kondisi yang baik.

31
Jika kamu merasa mengalami tanda gangguan jiwa mental atau memiliki keluarga
maupun kerabat yang memiliki masalah ini, jangan malu untuk meminta bantuan
psikolog dan psikiater. Dengan penanganan yang tepat, gangguan mental akan bisa
dikendalikan dan kamu pun bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas dan bahagia

GEJALA KESEHATAN MENTAL


Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut
ini, antara lain:

• Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.


• Delusi, paranoia, atau halusinasi.

• Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.


• Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.

• Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.


• Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.

• Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.


• Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

• Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.


• Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
• Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
• Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam
hubungan dengan orang lain.
• Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan takut
yang tidak biasa.

• Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
• Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan
narkoba.
• Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
• Perubahan gairah seks.

• Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
• Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi
ke sekolah atau tempat kerja.
• Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.

32
FAKTOR RESIKO KESEHATAN MENTAL
Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain:

• Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap depresi dan kecemasan, sedangkan


laki-laki memiliki risiko mengidap ketergantungan zat dan antisosial.
• Perempuan setelah melahirkan.

• Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.


• Memiliki profesi yang memicu stres, seperti dokter dan pengusaha.

• Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit mental.


• Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.

• Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.


• Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau kehidupan kerja.
• Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang.

PENCEGAHAN KESEHATAN MENTAL


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan mental, yaitu:

• Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.


• Membantu orang lain dengan tulus.

• Memelihara pikiran yang positif.


• Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.

• Mencari bantuan profesional jika diperlukan.


• Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
• Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.

PENGOBATAN KESEHATAN MENTAL


Beberapa pilihan pengobatan yang akan dilakukan dokter dalam menangani gangguan
mental, antara lain:

• Psikoterapi. Psikoterapi merupakan terapi bicara yang memberikan media yang


aman untuk pengidap dalam mengungkapkan perasaan dan meminta saran.
Psikiater akan memberikan bantuan dengan membimbing pengidap dalam
mengontrol perasaan. Psikoterapi beserta perawatan dengan menggunakan

33
obat-obatan merupakan cara yang paling efektif untuk mengobati penyakit
mental. Beberapa contoh psikoterapi, antara lain cognitive behavioral therapy,
exposure therapy, dialectical behavior therapy, dan sebagainya.
• Obat-obatan. Pemberian obat-obatan untuk mengobati penyakit mental
umumnya bertujuan untuk mengubah senyawa kimia otak di otak. Obat-obatan
tersebut berupa golongan selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI), serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs), dan
antidepresan trisiklik. Obat-obatan ini umumnya dikombinasikan dengan
psikoterapi untuk hasil pengobatan yang lebih efektif.
• Rawat inap. Rawat inap diperlukan jika pengidap membutuhkan pemantauan
ketat terhadap gejala-gejala penyakit yang dialaminya atau terdapat
kegawatdaruratan di bidang psikiatri, misalnya percobaan bunuh diri.
• Support group. Support group umumnya beranggotakan pengidap penyakit
mental yang sejenis atau yang sudah dapat mengendalikan emosinya dengan
baik. Mereka berkumpul untuk berbagi pengalaman dan membimbing satu
sama lain menuju pemulihan.
• Stimulasi otak. Stimulasi otak berupa terapi elektrokonvulsif, stimulasi
magnetik transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi otak
dalam, dan stimulasi saraf vagus.
• Pengobatan terhadap penyalahgunaan zat. Pengobatan ini dilakukan pada
pengidap penyakit mental yang disebabkan oleh ketergantungan akibat
penyalahgunaan zat terlarang.
• Membuat rencana bagi diri sendiri, misalnya mengatur gaya hidup dan
kebiasaan sehari-hari, untuk melawan penyakit mental. Rencana ini bertujuan
untuk memantau kesehatan, membantu proses pemulihan, dan mengenali
pemicu atau tanda-tanda peringatan penyakit

DIAGNOSIS KESEHATAN MENTAL


Dokter ahli jiwa atau psikiater akan mendiagnosis suatu gangguan mental dengan
diawali suatu wawancara medis dan wawancara psikiatri lengkap mengenai riwayat
perjalanan gejala pada pengidap serta riwayat penyakit pada keluarga pengidap.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang menyeluruh untuk
mengeliminasi kemungkinan adanya penyakit lain.

Jika diperlukan, dokter akan meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan fungsi tiroid, skrining alkohol dan obat-obatan, serta CT scan untuk
mengetahui adanya kelainan pada otak pengidap. Jika kemungkinan adanya penyakit
lain sudah dieliminasi, dokter akan memberikan obat dan rencana terapi untuk
membantu mengelola

34
35
NAMA KELOMPOK
Hafidh Arf Musthofa
Mchael Farell
Muhammad Rifai
Muhammad Rafli
Muhammad Dhimas Desnanda

36

Anda mungkin juga menyukai