pelajaran yang lain bagi Bung Karno. Kesan pertamanya di Sukamiskin adalah tidak adanya lagi perlakuan yang kejam dari kalangan petugas penjara. Tidak lama kemudian terasa bahwa cara seperti itu adalah untuk memisahkan Bung Karno dari para tahanan lainnya. Ketika para tahanan lainnya tidak ada lagi di pekarangan, barulah Bung Karno disuruh ke halaman selama setengah jam. Pengeluaran selama setengah jam pada waktu nara pidana lainnya sudah tidak ada, diperlakukan petugas khusus bagi Bung Karno dua kali sehari. Di Penjara Sukamiskin, seperti umumnya narapidana, Bung Karno juga diberi pekerjaan. Namun Bung Karno diberikan pekerjaan sebagai tukang cetak dan mensortir kertas, yang ruangan kerjanya berjauhan dari lokasi kerja para narapidana lainnya. Lokasi percetakan berdekatan dengan kantor kepala penjara dan di bidang cetak-mencetak ini hanya dipekerjakan narapidana orang Belanda. Jadi dengan adanya Bung Karno di sana maka dia sendirilah yang bukan orang Belanda di antara yang lainnya. Penempatan Bung Karno dipercetakan dan bersama dengan orang Belanda dimaksudkan agar supaya Bung Karno tidak mempengaruhi narapidana lain untuk menjadi patriot. Walaupun rekan sekerjanya orang Belanda, namun Bung Karno dengan bangga menjelaskan posisinya sebagai narapidana adalah akibat aksi politik dan bukan oleh aksi kriminal biasa. Bung Karno menggunakan berbagai cara untuk bisa tahu bagaimana keadaan diluar penjara. Kiriman nasi yang biasa diantar oleh Bu Inggit, diatur dengan kode–kode tertentu, yang setiap kode mengandung arti tersendiri. Dengan cara begini, Pemeriksaan yang ketat dari petugas penjara dapat diterobos. Kode–kode rahasia ini juga di kirim melalui Al Qur’an. Misalnya jika ada terdapat lipatan pada satu halaman sekian, maka artinya angka itu mempunyai makna tersendiri. Ada juga buku lain yang boleh dibawa ke penjara, asal tidak bersifat politik. Waktu di penjara Sukamiskin ini banyak dimanfaatkan untuk belajar termasuk mempelajari Islam. Dari Buku–buku Islam Bung Karno mempelajari sungguh-sungguh tentang Islam untuk dapat memahami pemikiran Nabi Muhammad S.A.W. Dari mempelajari Islam lewat buku-buku tersebut, Bung Karno merasa amat puas, sehingga tidak perlu lagi mencari–cari buku sosiologi untuk mendapat jawaban atas bagaimana dan mengapa semua ini terjadi. Di penjara Sukamiskin ini pulalah Bung Karno merasa menemukan Tuhan.1 Di dalam penjara Sukamiskin Bung Karno menyelami dirinya dan dunia, kemudian Bung Karno berkesimpulan:2 “Aku memaksakan diriku untuk menyadari bahwa cita–cita yang besar datangnya pada saat–saat yang sepi, lalu aku mencoba membuktikan kebenaran dari kata–kata mutiara ‘CITA–CITA YANG BESAR DAPAT MEMBELAH DINDING PENJARA.’ Ketika membangkitkan diri secara mental, aku tidak saja menjadi biasa dengan keadaanku, akan tetapi juga kupergunakan keadaan itu untuk menyusun rencana–rencana dimasa yang akan datang. Aku bahkan dapat berkata, bahwa aku berkembang dalam penjara. Ketetapan hatiku semakin kuat. Ruang penjara adalah sekolahku.” Setelah beberapa lama di penjara, melalui kode yang dikirim, Bung Karno mendapat kabar terpecahnya PNI. Bung Karno merasa sangat merana. Perpecahan ini menyebabkan persatuan dari potensi–potensi pergerakan menjadi berantakan. Bung Karno yang merasa dirinya adalah ‘Bapaknya’ PNI, tidak kuat menahan rasa sedih. Bung Karno malah meratap seperti ‘anak kecil’ menghadapi perpecahan dalam partai yang dia dirikan itu.3 Dibalik perasaannya yang merana itu, Bung Karno coba menguasai diri dan berjanji tidak akan menyerah pada keadaan. Bung Karno berdoa dan berharap agar nanti, pada satu waktu dia dapat mempersatukan potensi–potensi yang sedang berantakan
1 Ibid, Hal, 158.
2 Ibid. Hal, 155. 3 Ibid. Hal 158. itu, menjadi satu persatuan yang kokoh dan siap digunakan untuk perjuangan. Secara fisik, Bung Karno mendekam di balik terali. Sementara pikiran beliau mengguncang belahan dunia lain, menerobos batas Hindia Belanda, Gugatan Bung Karno dalam “INDONESIA MENGGUGAT” telah beredar kemana-mana, baik didalam negeri, juga keluar negeri, dan menggerakkan para ahli hukum untuk mengkomplain Pemerintah Belanda. Pengadilan Austria mengemukakan bahwa pengadilan Hindia Belanda tidak pernah dapat membuktikan tuduhannya tentang Soekarno, oleh karena itu keputusan pengadilan itu, tidak berperikemanusiaan. Suara dari Austria ini menggema ke Mancanegera dan resonansinya kembali ke Hindia Belanda. Seorang ahli hukum orang Belanda di Batavia, membuat sebuah tulisan yang isinya mempermasalahkan pengadilan Belanda itu. Akibatnya, pemerintah Belanda mengeluarkan teguran khusus kepadanya, karena telah dianggap menentang keputusan Ratu Wilhelmina. (Ratu Belanda waktu itu) Protes–protes keras yang gencar terus mengalir, sehingga memaksa pemerintah Hindia Belanda terpaksa memberikan remisi kepada Bung Karno. Dan boleh jadi protes-protes dari berbagai kalangan itulah yang memaksa pemerintah kolonial mengurangi hukuman Bung Karno sebanyak 2 tahun. Dan akhirnya pada tanggal 31 Desember 1931, Bung Karno dinyatakan bebas dari hukuman. Tatkala Bung Karno berjalan melalui pintu gerbang penjara, ia melihat tertulis catatan di gerbang penjara yang berbunyi: “Saya memulai kehidupan baru.” Direktur Rumah Penjara yang mengiringi Bung Karno keluar dari rumah penjara Sukamiskin menanyakan bagaimana pendapat Bung Karno tentang kebenaran kata-kata tersebut. Menurut jalan perkiraan Direktur Rumah Penjara, Bung Karno akan memulai hidup baru dengan meninggalkan kegiatannya di masa lalu, yang menyebabkan dia masuk penjara. Namun jawaban Bung Karno atas bunyi tulisan yang ditunjuk oleh direktur Penjara amat berlainan. Bung Karno dengan suara tegas berkata;4 “Seorang Pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama.”