Anda di halaman 1dari 3

Resume dari film

“Ketika Bung di Ende”

Film ini menceritakan tentang kehidupan sang proklamator, sang orator ulung di
Indonesia yang diasingkan oleh Belanda di Ende dia adalah BUNG KARNO. Bung Karno di
asingkan di Ende Flores tidaklah sendirian melainnya bersamaan dengan Mertua, Istri, Anak
dan juga 2 orang pembantunya. Ketika itu istri yang menemani Bung Karno di Ende ialah
Inggit Karnasih.

Pada awal kehidupan Bung Karno di Ende, Bung Karno tinggal di asrama kantor
Belanda menjelang beberapa hari hingga mendapatkan tempat tinggal sewaan. Awalnya
Bung Protes kepada menir Belanda bahwa dia bukan tahanan kriminal namun Bung adalah
tahanan politik dan tidak sewajarnya di tahan di asrama Belanda oleh karena itu Bung
meminta tinggal bersama-sama masyarakat di Ende. Menir Belanda pun menyetujui
permintaan Bung Karno tetapi dengan syarat setiap pagi jam tujuh Bung Harus melapor ke
kantor Belanda dan Bung Karno juga mendapatkan imbalan setiap bulannya dari Belanda.
Meskipun Bung Karno dapat tinggal bersama masyarakat Ende tetapi juga di kawal 24 jam
oleh polisi Belanda.

Bung Karno amat lah sedih karena dia tidak bisa bersama-sama berjuang untuk
membuat negara Indonesia ini merdeka dengan teman-teman seperjuangan Bung Karno di
Bandung.
Selang beberapa hari Bung Karno tinggal di asrama Belanda dia pun mendapatkan
tempat tinggal sewaan di antara masyarakat Ende. Meskipun Bung Karno telah tinggal
bersama-sama rakyat Ende namun rakyat Ende tidak berani beramah tamah dengan Bung
Karno karena takut ketahuan oleh polisi Belanda yang mengawali Bung Karno kemana pun
Bung Karno pergi. Ini merupakan masa-masa sulit Bung Karno ketika di Ende.

Setelah beberapa hari tinggal bersama masyarakat Ende Bung Karno pun mengakat
seorang anak asli Ende untuk menjadi pembantu bung karno yang akan menemani Bung
Karno ketika berjalan-jalan keliling Ende, serta seorang perempuan asli Ende yang di
angkat menjadi pembatu rumah tanggal pula.

Hari demi hari Bung Karno dengan ramah nya menyapa masyarakat Ende meskipun
tiada satu pun yang di temui Bung membalas sapaan Bung Karno, namun ketika melewati
buruh buruh pekerjaan jalan Bung pun menyapa mandor dari buruh-buruh itu, dan mandor
buruh pun membalas sapaan Bung Karno, namun mandor itu mendapat teguran dari polisi
Belanda. Sesampai di tepi pantai Bung Karno mencoba untuk menyapa salah satu
pemancing yang ada di tepi pantai itu, namun hanya satu yang menyambut dengan ramah
sapaan Bung Karno itu. Dan dari situ lah gairah Bung hidup kembali.

Bung karno dan keluarga ketika hidup di Ende harus banyak penyesuaain, ketika di
Bandung dulu Bung Karno selalu di banjiri tamu yang  datang kerumahnnya sedangkan di
Ende beliau tidak mempunyai tamu, sejak dari itu lah Bung Karno kepikiran kalau dia akan
mengadakan pengajian rutin di rumah Bung Karno. Pengajian rutin di rumah Bung Karno
membuat rumah Bung Karno menjadi ramai lagi dan masyarakat Ende sudah mulai bisa
berbaur dengan Bung Karno. Bukan hanya dengan yang beragama islam saja bung karno
juga bisa berbaur dengan pendeta atau pastor asli Belanda yang ada di Ende tersebut,
dengan kepintaraan dan kecerdasan serta ketulusan Bung untuk membebaskan Indonesia
dari pengaruh Imperialisme, Kolonoalisme, Bung pun mendapat tempat di Hati Pendeta
atau Pastor itu, karena menurut agama yang di ajari pastor itu bahwa sebuah bangsa tidak
boleh menindas bangsa lain.

Setelah dapat mengambil hati rakyat Ende akhirnya Bung Karno membuat kelompok
teater atau drama hal ini bertujuan untuk agar komunikasi Bung dengan rakyat Ende
semakin dekat. Masyarakat Ende tidak ada satu pun yang tau apa itu terater atau drama
dan soekarno pun menjelaskan dan memberi contoh seperti apa itu terater atau drama
Banyak masyarakat yang tidak bisa membaca menjadi sedikit kendala Bung untuk
melatihnya bermain teater atau pun drama, namun kendala itu dapat di atasi Bung
sehingga jadilah sebuah kelompok drama yang siap tampil di hadapan masyarakat umujm
serta menir-menir Belanda.

Tema dari teater yang akan di tampilkan Bung ialah tentang Legenda Danau
Kalimutu, dalam teater ini Bung Karno berharap agar masyarakat Ende tidak boleh percaya
setan, roh halus dan lain sebagainya sebab masyarakat Ende tidak akan bisa maju jika
masih percaya akan hal-hal yang seperti itu.

Beberapa minggu sebelum pementasan drama Bung Karno meminta izin kepada
menir Belanda, tetapi menir Belanda tidak menyetujuinya, dan disinilah terjadi
perdebadatan antara Bung Karno dengan menir Belanda, menir Belanda khawatir kalau ada
unsur-unsur yang dapat mempengaruhi masyarakat Ende. Perdebatan pun semakin tegang
dan Bung pun mau di tangkap namun ketika itu Pastor atau Pendeta datang dan membatu
Bung akhir nya pertunjukan teater itu pun bisa di laksanakan aas izin pastor tersebut.
Beberapa hari setelah pementasan drama selesai Bung Karno pun mendapat kan
musibah yaitu meninggalnya mertua nya karena sakit, Bung Karno dan keluarga amat lah
sedih. Setelah meninggal nya mertua Bung, Bung pun mulai memikirkan kosep-konsep
negara yaitu PANCASILA, berhari-hari, berminggu-minggu Bung menyendiri di bawah pohon
yang dari daun nya Bung Karno menetapkan 5 poin penting dari pancasila, akhirnya pun
Bung Karno di serang penyakit malaria karena sering nya di gigit nyamuk ketika sedang
menyendiri di bawah pohon.
Setelah bung Karno sembuh, ia bertemu dengan seorang pastor. Mereka saling
berbincang. Setelah itu sang pastor bertanya, bagaimana cara anda menyatukan ibu anda
yang Hindu, Budha dan Katolik dalam lingkungan yang mayoritas muslim ? Bung Karno
menjawab, saya yakin kemerdekaan Indonesia bisa mempersatukan mereka. Selain itu
mereka bebas memilih keyakinan masing-masing.
Beberapa hari kemudian, bung Karno mendapat kabar bahwa ia dan keluarganya
harus dipindahkan ke Manado. Bung Karno masih menyempatkan untuk mengunjungi
sebuah gereja dan berterima kasih kepada beliau untuk segala kebaikan selama di Ende.
Inilah akhir kisah dari bung Karno selama pengasingan di Ende. Beliau walaupun dalam
pengasingan masih berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai