MELANJUTKAN PERJUANGAN
3 Moh. Hatta. “Memoir”, (Jakarta. Tintamas Indonesa, Singapure; 1979) Hal, 163.
Karno menyadari bahwa pidato yang diucapkannya kepada rakyat
itu, diterima rakyat, bukan karena kehebatan retorikanya,
melainkan karena problem yang diutarakannya itu, memang
menyentuh hati nurani rakyat.
Di luar arena gerakan Bung Karno, sekitar tahun 1932
muncul peristiwa “Pemberontakan Kapal 7” (seven provincien).
Kapal itu adalah kapal perang milik Belanda, yang semua
perwiranya terdiri dari orang Belanda dan anak buahnya adalah
orang Indonesia.59 Peristiwa Kapal 7 itu membawa pengaruh bagi
kaum pergerakan. Para propagandis (yang biasa berpidato di
depan rakyat), sangat diincar oleh PID dan bila terdapat isi pidato
yang menyinggung “Kapal 7” pembicara itu langsung ditangkap.
Dalam satu rapat umum di kota Solo, Bung Karno
menyaksikan kehadiran beberapa orang dari kalangan Keraton
dan rakyat banyak lainnya. Bung Karno bicara paling pertama
dengan perkiraan, bila nanti masalah kapal 7 dibicarakan,
sebaiknya yang mengutarakannya adalah Bung Karno. Sebab jika
pembicaraan lain yang berpidato dan menyinggung Kapal 7, polisi
langsung membubarkan rapat umum. Walau Bung Karno
menyinggung “Peristiwa Kapal 7“ Ia hanya dibawa ke kantor polisi,
setelah rapat di bubarkan. Bung Karno tidak ditahann, ia hanya
diberi peringatan keras. Tidak lama setelah Peristiwa di Solo itu,
pemerintah Belanda mengeluarkan larangan:60
“Dilarang membaca Koran ‘Pikiran Rakyat’, dan dilarang memakai
peci”
Salah seorang anggota Partindo menanyakan mengenai
kehebatan suara Bung Karno ketika berpidato di depan puluhan
ribu rakyat. Lalu kata Bung Karno:61
“Kusampaikan kepadanya, sebabnya ialah karena ini bukan
kemauan saya pribadi untuk memperjuangkan kemerdekaan. Ini
adalah kemauan Tuhan. Saya menjalankan kata–kata Tuhan.
Untuk pekerjaan inilah saya dilahirkan.”
Walau Bung Karno sadar bahwa tugasnya
membangkitkan semangat rakyat adalah “Kemauan Tuhan”,
52 Saifuddin Zuhri. “Berangkat dari Pesantren.” (Jakarta. Gunung Agung, 1987) Hal, 76.
53 Cindy Adams. Op,cit.Hal, 169.
Polisi langsung membawa Bung Karno ke Kantor
Hofpbiro, (Kadapol) (yang pada waktu itu terletak di lapangan
Monas sekarang). Sebelum terjadi tanya jawab, pihak polisi
membiarkan Bung Karno duduk di ruang depan, dikawal oleh
polisi bersenjata lengkap. Dalam menanti panggilan untuk
pemeriksaan, Bung Karno membandingkan antara dirinya dengan
Nehru, termasuk tentang apa yang bakal dihadapinya setelah
penangkapan sekarang ini. Lalu terlintas dalam pikiran :54
”Satu–satunya yang dapat kulihat dalam pikiranku hanyalah
permainan bulu tangkis dan bolanya yang terbang kian kemari
menurut kemauan dari pemainnya. Nehru yang telah sebelas kali
keluar masuk penjara pada satu kurun waktu menyamakan dirinya
dengan dengan bola Bulu Tangkis
Sambil duduk disana aku berkata kepada diriku, ”Tidak Karno!
engkau lebih menyerupai sebuah ranting dalam unggun kayu bakar
yang sedang menyala.” kenapa begitu?
”Aku bertanya kepada diriku sendiri,” karena ranting itu turut
mengambil bagian dalam menyalakan api yang berkobar–kobar,
akan tetapi di balik itu, iapun dimakan api yang hebat itu. Keadaan
ini sama dengan keadaanmu. Engkau turut mengambil bagian
dalam mengobarkan apinya revolusi, akan tetapi “percakapan
dengan diriku sendiri terputus.”
Pemeriksaan di Hopbiro tidak berlangsung lama dan
kemudian Bung Karno dibawah ke Rumah Penjara Sukamiskin.
Di penjara ini Bung Karno tidak lagi ditempatkan pada sel yang
lama, melainkan pada sebuah sel isolasi yang terpisah dari
penghuni penjara lainnya. Bung Karno melukiskan dirinya selama
delapan bulan dalam sel isolasi itu bagaikan pertapa bisu, karena
selama itu sama sekali tidak berhubungan dengan siapa pun.
Setelah itu pemeriksaan mulai dilakukan. Bung Karno
dihujani dengan beribu pertanyaan, padahal Gubernur Jenderal
cukup dengan keputusan sendiri, mampu memerintahkan
’Pembuangan. Tanpa diadili lebih dahulu, hukuman sudah
dijatuhkan dan Bung Karno dibuang ke tempat yang jauh. Secara
rahasia, Bung Karno dikeluarkan dari rumah Penjara Sukamiskin,
dimasukkan ke dalam gerbong khusus pada kereta api expres