9 Pertumbuhan PNI Partai Nasional Indonesia lahir sebagai organisasi untuk mengekspreksikan rasa nasionalisme Indonesia pada masa pra kemerdekaan. Kemudian pada 4 Juli 1927, Soekarno, membentuk sebuah gerakan yang dinamakan Persatuan Nasional Indonesia. Kemudian pada Mei 1928, terjadi perubahan nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Tujuan adanya organisasi ini adalah kemandirian ekonomi dan politik untuk kepulauan Indonesia. PNI sendiri dibentuk didasarkan pada gagasan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pada akhir Desember 1929, PNI memiliki sebanyak 10.000 anggota. Hal ini kemudian membuat para pihak berwenang merasa khawatir, sehingga Soekarno dan tujuh pemimpin partai lainnya ditangkap pada Desember 1929. Mereka diadili karena dianggap mengancam ketertiban umum. Akibat permasalahan ini, PNI pun dibubarkan pada 25 April 1931. Sampai akhirnya, pada 19 Agustus 1945, Soekarno yang baru saja dilantik menjadi Presiden dalam rapat bersama PPKI mengusulkan untuk membentuk negara partai sebagai media bagi rakyat dalam mendukung pemerintah. PPKI kemudian mendirikan partai negara yang dinamai Partai Nasional Indonesia, diambil dari nama partai pra-kemerdekaan. 10 Penangkapan Pemimpin PNI PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan. Kemudian, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah DIORAMA SOEKARNO penangkapan. Perintah penangkapan diberikan pada 24 Desember 1929 dan penangkapan dilakukan tanggal 29 Desember 1929 terhadap para tokoh PNI di Yogyakarta. Mereka adalah Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. 11 Indonesia Menggugat, Desember 1930 Indonesia Menggugat adalah judul pidato pembelaan atau pledoi yang dibacakan Soekarno di pengadilan pemerintah kolonial Belanda pada 18 Agustus 1930 yang ditulis Soekarna saat berada di penjara Banceuy, Bandung. Soekarno dipenjara bersama tiga orang rekannya di PNI, yaitu Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata karena dituduh ingin menggulingkan pemerintah Hindia Belanda. Dalam pembukaan sidang Dewan Rakyat, Gubernur Jendral Hindia Belanda mengumumkan bahwa Soekarno diadili karena tuduhan hendak menggulingkan pemerintahan kolonial. Pada 18 Agustus 1930, Soekarno akhirnya dihadapkan di muka pengadilan kolonial Belanda. Bung Karno dituding telah menjalankan organisasi yang bertujuan menjalankan kejahatan dengan usaha menggulingkan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Menjawab tuduhan itu, Soekarno kemudian membacakan naskah Indonesia Menggugat yang menjadi pledoi atau pembelaannya di hadapan pengadilan Belanda. Dalam otobiografinya, Soekarno juga menceritakan kembali isi pidato Indonesia Menggugat saat dibacakan di hadapan pengadilan pemerintah kolonial Belanda. "Pengadilan menuduh kami telah DIORAMA SOEKARNO menjalankan kejahatan. Kenapa? Dengan apa kami menjalankan kejahatan, tuan-tuan hakim yang terhormat? Dengan pedang? Dengan bedil? Dengan bom?" Senjata kami adalah rencana, rencana untuk mempersamakan pemungutan pajak, sehingga rakyat Marhaen yang mempunyai penghasilan maksimum 60 rupiah setahun tidak dibebani pajak yang sama dengan orang kulit putih yang mempunyai penghasilan minimum 9.000 setahun." "Tujuan kami adalah exorbitante rechten, hak-hak luar biasa dari Gubernur Jendral, yang singkatnya secara peri kemanusiaan tidak lain daripada pengacauan yang dihalalkan. Satu-satunya dinamit yang pernah kami tanamkan adalah suara jeritan penderitaan kami. Medan perjuangan kami tak lain daripada gedung-gedung pertemuan dan surat-surat kabar umum. Tidak pernah kami melanggar batas-batas yang ditentukan oleh undang-undang. Tidak pernah kami mencoba membentuk pasukan serdadu- serdadu rahasia, yang berusaha atas dasar nihilisme." 12 Aktif di Partai Indonesia Raya (Partindo) Pasca pembubaran PNI, para anggota PNI terpecah dua, ada yang setuju pembubaran dan ada yang tidak setuju. Para anggota yang setuju dengan pembubaran bersama dengan mantan pengurus PNI yang dimotori oleh Mr. Sartono membentuk Partai Indonesia (Partindo). Sementara itu para anggota PNI yang tidak setuju dengan pembubaran PNI bergabung dengan Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir membentuk PNI-Baru. Metode perjuangan politik Partindo dengan PNI-Baru DIORAMA SOEKARNO kadangkala bertentangan. Setelah Soekarno dibebaskan dari penjara Sukamiskin, ia berusaha keras menyatukan kedua belah pihak yang bertikai, namun tidak berhasil. Partindo pada mulanya dipimpin oleh Mr. Sartono. Pada 28 Juli 1932, setelah Soekarno masuk Partindo, dengan suara bulat, ia terpilih sebagai ketua. Pergerakan itu hidup Kembali. Sebagai pemimpin partai, ia mendapat gaji sebesar 70 rupiah per bulan. 13 Ditangkap dan dibuang ke Ende (Flores) Pengasingan Ir. Soekarno diawali dengan pertemuan politik di rumah Muhammad Husni Thamrin di Jakarta, pada tanggal 1 Agustus 1933. Ir. Soekarno ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi ketika ke luar dari rumah Muhammad Husni Thamrin dan kemudian dipenjarakan selama delapan bulan tanpa proses pengadilan. Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Ir. Soekarno ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Ir. Soekarno diasingkan atau dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya membahayakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Ir. Soekarno dan keluarganya bertolak dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck. Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di sebuah pulau terpencil bernama Pulau Bunga. Mereka lalu dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja. Di rumah pengasingan inilah Ir. Soekarno berserta istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi yang kemudian meningeal karena sakit arteriosclerosis; dan DIORAMA SOEKARNO kedua anak angkatnya, Ratna Juami menghabiskan waktu mereka selama empat tahun. Ir. Soekarno dan keluarganya menempati rumah yang tidak ada listrik dan air ledeng. Jika hendak mandi, Soekarno membawa sabun ke Sungai Wola Wona yang airnya dingin dan berbatu. Di sekeliling rumahnya terdapat kebun pisang, kelapa, dan jagung. Selama di Ende dari tahun 1934- 1938 salah satu hal yang paling penting adalah ketika Ir. Soekarno di tengah keterasingannya di bawah pohon sukun, melamun di sana selama berjam-jam. Hingga suatu hari dia tidak mampu lagi berjalan jauh dari rumahnya untuk duduk di bawah pohon sukun itu seperti biasanya. Ia tidak dapat bangun dari tempat tidur. Dokter mengatakan, ia terkena penyakit Malaria. 14 Menjadi Tahanan Buangan di Bengkulu Pada saat Soekarno diasingkan di Flores, ia mengalami penurunan mental dan juga kesehatan karena diserang oleh penyakit Malaria hingga hampir merenggut nyawanya. Berita itu didengar oleh Muhammad Husni Thamrin, sehingga ia mengajukan protes kepada Volksraad, agar Soekarno dapat dipindahkan dari Flores untuk mendapatkan perawatan yang layak. Protes M. H. Thamrin samapi ke Den Haag Belanda dan disetujui agar Soekarno dipindahkan. Soekarno tiba di Bengkulu pada 9 Mei 1938. Pemerintah Hindia Belanda tidak menyiapkan atau menyewakan rumah untuk tempat tinggal buangan politik. Sebagai buangan politik, Bung Karno harus mencari sendiri rumah sewaan untuk tempat tinggalnya. Sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh DIORAMA SOEKARNO Pemerintah Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Hindia Belanda hanya memberikan jaminan berupa tunjangan bulanan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap bulan. Tunjangan perbulannya sama ketika Bung Karno diasingkan di Ende, yaitu sebesar f.150 (seratus limapuh gulden). Oleh karena itu, begitu Bung Karno tiba di Bengkulu sasaran utamanya adalah mencari tempat penginapan dulu. Kebetulan ada sebuah tempat penginapan bernama Hotel Centrum yang letaknya tidak bergitu jauh dari tempat pemberhentian bis. 15 Bertemu dengan Fatmawati Fatmawati adalah putri asli Bengkulu keturunan Minangkabau. Saat itu Fatmawati masih dalam usia yang sangat remaja, 16 tahun. Fatmawati merupakan teman dari anak angkat Bung Karno yang bernama Ratna Gioni. Ketika itu Fatmawati dan kedua orangtuanya silaturrahmi ke rumah Bung Karno. Selain silaturrahmi, ayah Fatmawati, Hasan Din yang merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah di kota tersebut. Saat itu, Muhammadiyah menyelenggerakan sekolah rendah agama dan sedang kekurangan guru. Hasan Din kemudian menawarkan Soekarno untuk menjadi guru disana. Tawaran itu pun diterima. Di kelas itulah pertama kali Soekarno bertemu Fatmawati. Soekarno menyukai Fatmawati, dia sering mengajak Fatamawati berjalan-jalan sepanjang tepi pantai, mengajarinya bulu tangkis, berbincang-bincang tentang kehidupan, Ketuhanan, dan Agama Islam. 12 Kapitulasi Kalijati; Awal Pendudukan Untuk mewujudkan impian Jepang menyatukan seluruh Asia Timur di bawah kekuasaannya, Jepang terlebih dahulu harus DIORAMA SOEKARNO menghancurksn kekuatan armada Amerika di Pasifik yang berpangkalan di Pearl Harbour, Hawai, sebelum mengerahkan kekuatan penuh mereka ke selatan yakni Hindia Belanda. Serangan Jepang terhadap Pearl Harbour terjadi dalam dua gelombang. Gelombang pertama dimulai pukul 07.30 pagi. Sebanyak 183 pesawat pembom diterbangkan dari kapal induk. Sasarannya adalah kapal-kapal perang Amerika Serikat yang berlabuh di sekitar Pulau Ford. Serangan gelombang kedua, terjadi satu jam kemudian dengan 170 pesawat pembom dan penempur. Selain melakukan pengeboman, pesawat-pesawat tersebut juga melakukan straffing di udara. Kapal- kapal perang dan pesawat-pesawat terbang Amerika Serikat, gudang perbekalan, dan bahan bakar kembali menjadi sasaran. Invasi Jepang ke Indonesia diawali dengan serangan udara kemudian pendaratan pasukan. Serangan pertama dilakukan dari Davao pada 10 Januari 1942. Sasarannya adalah instalasi minyak di Tarakan. 11 Januari 1942 dilakukan pendaratan. Setelah Tarakan berhasil dikuasai, secara berturut-turut, wilayah Jepang juga menguasai wilayah Manado, Balikpapan, Pontianak, Samarinda, Banjarmasin. Serangan berikutnya dilakukan ke wilayah bagian Timur Indonesia. Wilayah yang berhasil dikuasai Jepang di antaranya Ambon, Kendari, Makasar. Adapun wilayah barat Indonesia yang berhasil dikuasai oleh pasukan Jepang yang bermarkas di Laut Cina Selatan di antaranya Sumatera. Setelah melewati pertempuran laut di dekat Kangean, Selat Malaka, dan DIORAMA SOEKARNO Selat Bali, sepanjang tanggal 28 Februari 1942 hingga 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat di pantai utara Jawa, yaitu di sebelah barat Eretan, Teluk Banten, dan Kragan dekat Tuban pada 1 Maret 1942. Pasukan yang mendarat di Eretan langsung bergerak ke Subang dan Lapangan terbang Kalijati. Jepang berhasil menduduki wilayah tersebut. Belanda berusaha merebut kembali Kalijati namun gagal. Akhirnya, pada 9 Maret 1942 melalui radio NIROM, ter Poorten menyatakan bahwa Belanda menyerah tanpa syarat. Pernyataan tersebut ditandai dengan ditandatanganinya dokumen penyerahan tanpa syarat dan daftar kekuatan yang memuat jumlah pasukan, kendaraan, dan senjata. 17 Gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Untuk merebut hati rakyat diperlukan tokoh nasional yang saat itu sudah dipercaya rakyat. Jepang pun akhirnya membentuk Pusat Tenaga Rakyat atau Putera pada 16 April 1943. Empat Serangkai memimpin Putera – Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur – Soekarno dan Hatta saat itu sudah dikenal sebagai tokoh politik dari golongan nasionalis. Tujuan Putera adalah membangun dan menghidupkan kembali hal-hal yang dihancurkan Belanda. Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang. Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi. Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi secara leluasa kepada rakyat. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental DIORAMA SOEKARNO masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian. 18 Memimpin Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) merupakan salah satu organisasi yang dibuat oleh Jepang pada saat menjajah Indonesia. Sebelum dibentuknya Jawa Hokokai, Jepang juga sempat membentuk organisasi-organisasi sosial lainnya seperti Gerakan Tiga A dan Putera. Namun pada masa itu, pihak Jepang menyadari kalau organisasi sosial Putera lebih memiliki manfaat besar bagi pihak Indonesia ketimbang Jepang sendiri, sehingga dibentuklah Jawa Hokokai. Anggota Jawa Hokokai mencakup semua golongan masyarakat, diantaranya Cina, Arab dan Pribumi. Jawa Hokokai didirikan 8 Januari tahun 1944 oleh Jenderal Kumakici Harada yang merupakan Panglima Tentara XVI. Organisasi sosial ini dimaksudkan untuk menggerakkan rakyat secara luas. Pimpinan pusat Jawa Hokokai dipegang langsung oleh Gunseikan. Gunseikan merupakan kepala pemerintahan militer pada masa penjajahan. Ir. Soekarno dan Hasyim Asyari juga merupakan anggota Jawa Hokokai yang memegang peran sebagai penasehat. Dalam praktiknya, Jawa Hokokai terdiri dari berbagai macam himpunan kebaktian sesuai dengan bidang profesinya masing- masing, seperti Kyoib Hokokai (kebaktian para pendidik guru- guru) dan Isi Hokokai (wadah kebaktian para dokter).
Peran Jawa Hokokai sendiri
mengerahkan tenaga dan mobilisasi potensi sosial ekonomi, contohnya dengan melakukan penarikan hasil bumi sesuai target yang ditentukan. Hasil bumi tersebut diperuntukkan DIORAMA SOEKARNO sebagai pemenuh kebutuhan pangan tentara Jepang pada masa perang, namun penarikan hasil bumi kian lama kian mempersulit rakyat.
19 Terbang ke Dalat (Vietnam) Perbedaan sikap antara pemimpin
yang lebih tua dan golongan muda terutama berkisar pada persoalan apakah kemerdeaan seharusnya diperoleh tanpa atau dengan “pemberian” Jepang. Pada 7 Agustus 1945, Marsekal Terauchi, selaku panglima umum Tentara Selatan yang membawahi seluruh serdad Jepang di Asia Tenggara, Mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dari Dalat, Saigon, Vietnam. Pada 9 Agustus 1945, Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wediodingrat diminta Jepang datang ke Dalat, Vietnam. Pada 12 Agustus 1945, ketiga tokoh itu berangkat ke Dalat bertemu dengan Marsekal Terauchi untuk suatu upacara peresmian PPKI dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai ketua serta Moh. Hatta sebagai wakilnya. Keesokan harinya, ketiga pemimpin itu Kembali ke Jakarta via Singapura. 20 Menggagas Dasar Negara di BPUPKI Sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) diselenggarakan pada 29 Mei 1945 dan berlangsung sampai 1 Juni 1945. Pidato pembukaan siding oleh ketua siding, dokter K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, antara lain, memberi pandangan dan pengarahan agar seluruh peserta siding mencurahkan perhatian DIORAMA SOEKARNO khusus pada soal dasar negara Indonesia merdeka yang akan dibentuk. Permintaan ini rupanya mendapat respons yang baik dari para anggota. Ada empat orang yang tampil menyampaikan pandangannya mengenai dasar negara yaitu Mr. Muhammad Yamin, Ki Bagus Hadikusumo, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno. Berbeda dengan pidato 3 tokoh lain Ketika menyampaikan usulan dasar negara – mereka tidak memberikan nama pada dasar negara yang diusulkannya – Soekarno justru memberikan nama Pancasila. Menurutnya, nama itu diusulkan temannya yang ahli bahasa. Dalam kesempatan itu, Soekrno juga menawarkan pilihan lain bagi yang tidak menyukai bilangan lima. Kelima bilangan itu dapat “diperas” menjadi tiga “trisila” yang terdiri dari sosio-nasionalisme, sosio- demokrasi, dan ketuhanan. Sekiranya kedua dasar negara itu masih belum bisa diterima, Soekarno menawarkan lagi yang dinamakan Ekasila, yaitu gotong royong. 21 Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan PPKI dibentuk oleh Marsekal Indonesia (PPKI) Terauchi, Pada 7 Agustus 1945, di Dalat, Saigon, Vietnam. PPKI adalah badan pengganti BPUPKI yang dibentuk beberapa bulan sebelumnya. Di Jakarta, Kepala Gunseikan “Pemerintahan Militer”, Jenderal MoichiroYamamoto menanggapi usul atasannya itu dengan menambahkan bahwa PPKI didirikan di Jawa untuk menyempurnakan persiapan kemerdekaan Indonesia secara keseluruhan. Jika segala persiapan di Jawa selesai, berarti seluruh wilayah Indonesia bisa menjadi sebuah negara bangsa yang baru. DIORAMA SOEKARNO Untuk menangkis tuduhan golongan muda bahwa PPKI merupakan alat Jepang, Soekarno mengatakan “Bdan Penyelidik boleh saya namakan ‘Bdan Pemerintah Balatentara’, tetapi panitia persiapan adalah satu “Badan Indonesia sendiri”. Pada 12 Agustus 1945, Soekarno dilantik sebagai ketua PPKI dan Moh. Hatta sebagai wakilnya di Dalat, Saigon, Vietnam, pada 13 Agustus 1945 mereka (bersama dr. Radjiman Wediodiningrat) kembali ke Jakarta via Singapura dengan menjemput lebih dulu tiga anggota PPKI wakil Sumatera yang telah ditunjuk Jepang, yaitu Teuku Moh. Hasan, putera Aceh yang bekerja di Medan; dr. Mohammad Amir, Tokoh Minangkabau yang bekerja di Kesultanan Deli; Mr. A. Abbas putera Batak yang bekerja di Lampung. Pada hari berikutnya, mereka meneruskan perjalanan ke Jakarta dan disambut dengan hangat oleh Jenderal Nagano dan Laksamana Tadashi Maeda. 22 Jepang Menyerah kepada Sekutu Tanda-tanda akhir dari Perang Dunia II mulai terlihat sejak memasuki tahun 1945. Angin kemenangan telah menyelimuti pihak sekutu. Benar saja, pada 7 Mei 1945, Jerman mengakui kekalahannya dan menyerah kepada sekutu Barat di Reims. Menginjak 9 Mei 1945, Jerman kembali menyerah kepada Uni Soviet di Berlin. Meskipun perang telah berakhir di Eropa, peperangan di Pasifik sedang mencapai puncaknya dan itu terjadi pada pertengahan 1945. Dengan kekuatan yang tersisa, Jepang terus berjuang mengalahkan Amerika. Kegigihan yang diperlihatkan Jepang menunjukkan bahwa DIORAMA SOEKARNO mereka memiliki karakter yang tak gampang menyerah. Para pemimpin sekutu yang telah menang dalam perang mengadakan pertemuan di Jerman. Pertemuan itu dikenal dengan nama Konferensi Postdam. Pemimpin sekutu yang menghadiri pertemuan itu, di antaranya Harry S. Truman (Presiden AS), Winston Churchill (PM Inggris), Joseph Stalin (PM Uni Soviet). Selain itu, hadir juga pemimpin nasionalis Cina Chiang Kai Sek. Jepang memutuskan untuk menolak Deklarasi Postdam. Atas keputusan tersebut, akhirnya AS menjatuhkan bom nuklir di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan berlanjut di Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat pada 14 agustus 1945. Penyataan kekalahan Jepang ini disampaikan langsung oleh Kaisar Hirohito melalui siaran di radio NHK. Secara resmi, Jepang menyerah pada 2 September 1945. Jepang menandatangani pernyataan menyerah di atas kapal USS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo. Tidak mudah bagi Jepang untuk menyerah begitu saja pada Sekutu. Sebab, perlawanan Jepang sangat gigih dengan kekuatan militernya. Jepang bahkan berhasil menghancurkan pangkalan militer angkatan laut Pearl Harbor milik Amerika Serikat (AS) di Hawaii, pada 8 Desember 1941. Posisi Jepang sebenarnya sudah di atas angin saat itu. Berbagai kemenangan telah diraih. Impian untuk mendirikan Persemakmuran Asia Timur Raya perlahan mulai diwujudkan. DIORAMA SOEKARNO