Anda di halaman 1dari 14

DIORAMA SOEKARNO

No. peristiwa keterangan


9 Pertumbuhan PNI Partai Nasional Indonesia lahir
sebagai organisasi untuk
mengekspreksikan rasa
nasionalisme Indonesia pada masa
pra kemerdekaan. Kemudian pada 4
Juli 1927, Soekarno, membentuk
sebuah gerakan yang dinamakan
Persatuan Nasional Indonesia.
Kemudian pada Mei 1928, terjadi
perubahan nama menjadi Partai
Nasional Indonesia. Tujuan adanya
organisasi ini adalah kemandirian
ekonomi dan politik untuk
kepulauan Indonesia. PNI sendiri
dibentuk didasarkan pada gagasan
untuk tidak bekerja sama dengan
pemerintah Hindia Belanda
sehingga Pada akhir Desember
1929, PNI memiliki sebanyak 10.000
anggota. Hal ini kemudian
membuat para pihak berwenang
merasa khawatir, sehingga
Soekarno dan tujuh pemimpin
partai lainnya ditangkap pada
Desember 1929. Mereka diadili
karena dianggap mengancam
ketertiban umum. Akibat
permasalahan ini, PNI pun
dibubarkan pada 25 April 1931.
Sampai akhirnya, pada 19 Agustus
1945, Soekarno yang baru saja
dilantik menjadi Presiden dalam
rapat bersama PPKI mengusulkan
untuk membentuk negara partai
sebagai media bagi rakyat dalam
mendukung pemerintah. PPKI
kemudian mendirikan partai negara
yang dinamai Partai Nasional
Indonesia, diambil dari nama partai
pra-kemerdekaan.
10 Penangkapan Pemimpin PNI PNI dianggap membahayakan
Belanda karena menyebarkan
ajaran-ajaran pergerakan
kemerdekaan. Kemudian,
Pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan perintah
DIORAMA SOEKARNO
penangkapan. Perintah
penangkapan diberikan pada 24
Desember 1929 dan penangkapan
dilakukan tanggal 29 Desember
1929 terhadap para tokoh PNI di
Yogyakarta. Mereka adalah
Soekarno, Gatot Mangkupraja,
Soepriadinata, dan Maskun
Sumadiredja.
11 Indonesia Menggugat, Desember 1930 Indonesia Menggugat adalah judul
pidato pembelaan atau pledoi yang
dibacakan Soekarno di pengadilan
pemerintah kolonial Belanda pada
18 Agustus 1930 yang ditulis
Soekarna saat berada di penjara
Banceuy, Bandung. Soekarno
dipenjara bersama tiga orang
rekannya di PNI, yaitu Gatot
Mangkupraja, Maskun, dan
Supriadinata karena dituduh ingin
menggulingkan pemerintah Hindia
Belanda.
Dalam pembukaan sidang Dewan
Rakyat, Gubernur Jendral Hindia
Belanda mengumumkan bahwa
Soekarno diadili karena tuduhan
hendak menggulingkan
pemerintahan kolonial. Pada 18
Agustus 1930, Soekarno akhirnya
dihadapkan di muka pengadilan
kolonial Belanda. Bung Karno
dituding telah menjalankan
organisasi yang bertujuan
menjalankan kejahatan dengan
usaha menggulingkan kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda.
Menjawab tuduhan itu, Soekarno
kemudian membacakan naskah
Indonesia Menggugat yang menjadi
pledoi atau pembelaannya di
hadapan pengadilan Belanda.
Dalam otobiografinya, Soekarno
juga menceritakan kembali isi
pidato Indonesia Menggugat saat
dibacakan di hadapan pengadilan
pemerintah kolonial Belanda.
"Pengadilan menuduh kami telah
DIORAMA SOEKARNO
menjalankan kejahatan. Kenapa?
Dengan apa kami menjalankan
kejahatan, tuan-tuan hakim yang
terhormat? Dengan pedang?
Dengan bedil? Dengan bom?"
Senjata kami adalah rencana,
rencana untuk mempersamakan
pemungutan pajak, sehingga rakyat
Marhaen yang mempunyai
penghasilan maksimum 60 rupiah
setahun tidak dibebani pajak yang
sama dengan orang kulit putih yang
mempunyai penghasilan minimum
9.000 setahun."
"Tujuan kami adalah exorbitante
rechten, hak-hak luar biasa dari
Gubernur Jendral, yang singkatnya
secara peri kemanusiaan tidak lain
daripada pengacauan yang
dihalalkan. Satu-satunya dinamit
yang pernah kami tanamkan adalah
suara jeritan penderitaan kami.
Medan perjuangan kami tak lain
daripada gedung-gedung
pertemuan dan surat-surat kabar
umum. Tidak pernah kami
melanggar batas-batas yang
ditentukan oleh undang-undang.
Tidak pernah kami mencoba
membentuk pasukan serdadu-
serdadu rahasia, yang berusaha
atas dasar nihilisme."
12 Aktif di Partai Indonesia Raya (Partindo) Pasca pembubaran PNI, para
anggota PNI terpecah dua, ada
yang setuju pembubaran dan ada
yang tidak setuju. Para anggota
yang setuju dengan pembubaran
bersama dengan mantan pengurus
PNI yang dimotori oleh Mr. Sartono
membentuk Partai Indonesia
(Partindo). Sementara itu para
anggota PNI yang tidak setuju
dengan pembubaran PNI
bergabung dengan Mohammad
Hatta dan Sutan Sjahrir membentuk
PNI-Baru. Metode perjuangan
politik Partindo dengan PNI-Baru
DIORAMA SOEKARNO
kadangkala bertentangan. Setelah
Soekarno dibebaskan dari penjara
Sukamiskin, ia berusaha keras
menyatukan kedua belah pihak
yang bertikai, namun tidak berhasil.
Partindo pada mulanya dipimpin
oleh Mr. Sartono. Pada 28 Juli 1932,
setelah Soekarno masuk Partindo,
dengan suara bulat, ia terpilih
sebagai ketua. Pergerakan itu hidup
Kembali. Sebagai pemimpin partai,
ia mendapat gaji sebesar 70 rupiah
per bulan.
13 Ditangkap dan dibuang ke Ende (Flores) Pengasingan Ir. Soekarno diawali
dengan pertemuan politik di rumah
Muhammad Husni Thamrin di
Jakarta, pada tanggal 1 Agustus
1933. Ir. Soekarno ditangkap oleh
seorang Komisaris Polisi ketika ke
luar dari rumah Muhammad Husni
Thamrin dan kemudian
dipenjarakan selama delapan bulan
tanpa proses pengadilan.
Pada tanggal 28 Desember 1933,
Gubernur Jenderal Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda, De Jonge,
mengeluarkan surat keputusan
pengasingan Ir. Soekarno ke Ende,
Flores, Nusa Tenggara Timur. Ir.
Soekarno diasingkan atau dibuang
ke Ende karena kegiatan politiknya
membahayakan Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda.
Ir. Soekarno dan keluarganya
bertolak dari Surabaya menuju
Flores dengan kapal barang KM van
Riebeeck. Setelah berlayar selama
delapan hari, mereka tiba di sebuah
pulau terpencil bernama Pulau
Bunga. Mereka lalu dibawa ke
rumah pengasingan yang terletak di
Kampung Ambugaga, Kelurahan
Kotaraja. Di rumah pengasingan
inilah Ir. Soekarno berserta istrinya,
Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu
Amsi yang kemudian meningeal
karena sakit arteriosclerosis; dan
DIORAMA SOEKARNO
kedua anak angkatnya, Ratna Juami
menghabiskan waktu mereka
selama empat tahun. Ir. Soekarno
dan keluarganya menempati rumah
yang tidak ada listrik dan air ledeng.
Jika hendak mandi, Soekarno
membawa sabun ke Sungai Wola
Wona yang airnya dingin dan
berbatu. Di sekeliling rumahnya
terdapat kebun pisang, kelapa, dan
jagung.
Selama di Ende dari tahun 1934-
1938 salah satu hal yang paling
penting adalah ketika Ir. Soekarno
di tengah keterasingannya di bawah
pohon sukun, melamun di sana
selama berjam-jam. Hingga suatu
hari dia tidak mampu lagi berjalan
jauh dari rumahnya untuk duduk di
bawah pohon sukun itu seperti
biasanya. Ia tidak dapat bangun dari
tempat tidur. Dokter mengatakan,
ia terkena penyakit Malaria.
14 Menjadi Tahanan Buangan di Bengkulu Pada saat Soekarno diasingkan di
Flores, ia mengalami penurunan
mental dan juga kesehatan karena
diserang oleh penyakit Malaria
hingga hampir merenggut
nyawanya. Berita itu didengar oleh
Muhammad Husni Thamrin,
sehingga ia mengajukan protes
kepada Volksraad, agar Soekarno
dapat dipindahkan dari Flores untuk
mendapatkan perawatan yang
layak. Protes M. H. Thamrin samapi
ke Den Haag Belanda dan disetujui
agar Soekarno dipindahkan.
Soekarno tiba di Bengkulu pada 9
Mei 1938.
Pemerintah Hindia Belanda tidak
menyiapkan atau menyewakan
rumah untuk tempat tinggal
buangan politik. Sebagai buangan
politik, Bung Karno harus mencari
sendiri rumah sewaan untuk tempat
tinggalnya. Sesuai dengan
peraturan yang dikeluarkan oleh
DIORAMA SOEKARNO
Pemerintah Hindia Belanda,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda
hanya memberikan jaminan berupa
tunjangan bulanan untuk
memenuhi kebutuhan hidup setiap
bulan. Tunjangan perbulannya sama
ketika Bung Karno diasingkan di
Ende, yaitu sebesar f.150 (seratus
limapuh gulden). Oleh karena itu,
begitu Bung Karno tiba di Bengkulu
sasaran utamanya adalah mencari
tempat penginapan dulu. Kebetulan
ada sebuah tempat penginapan
bernama Hotel Centrum yang
letaknya tidak bergitu jauh dari
tempat pemberhentian bis.
15 Bertemu dengan Fatmawati Fatmawati adalah putri asli
Bengkulu keturunan Minangkabau.
Saat itu Fatmawati masih dalam
usia yang sangat remaja, 16 tahun.
Fatmawati merupakan teman dari
anak angkat Bung Karno yang
bernama Ratna Gioni. Ketika itu
Fatmawati dan kedua orangtuanya
silaturrahmi ke rumah Bung Karno.
Selain silaturrahmi, ayah Fatmawati,
Hasan Din yang merupakan salah
seorang tokoh Muhammadiyah di
kota tersebut. Saat itu,
Muhammadiyah menyelenggerakan
sekolah rendah agama dan sedang
kekurangan guru. Hasan Din
kemudian menawarkan Soekarno
untuk menjadi guru disana.
Tawaran itu pun diterima. Di kelas
itulah pertama kali Soekarno
bertemu Fatmawati. Soekarno
menyukai Fatmawati, dia sering
mengajak Fatamawati berjalan-jalan
sepanjang tepi pantai, mengajarinya
bulu tangkis, berbincang-bincang
tentang kehidupan, Ketuhanan, dan
Agama Islam.
12 Kapitulasi Kalijati; Awal Pendudukan Untuk mewujudkan impian
Jepang menyatukan seluruh Asia Timur di
bawah kekuasaannya, Jepang
terlebih dahulu harus
DIORAMA SOEKARNO
menghancurksn kekuatan armada
Amerika di Pasifik yang
berpangkalan di Pearl Harbour,
Hawai, sebelum mengerahkan
kekuatan penuh mereka ke selatan
yakni Hindia Belanda.
Serangan Jepang terhadap Pearl
Harbour terjadi dalam dua
gelombang. Gelombang pertama
dimulai pukul 07.30 pagi. Sebanyak
183 pesawat pembom diterbangkan
dari kapal induk. Sasarannya adalah
kapal-kapal perang Amerika Serikat
yang berlabuh di sekitar Pulau Ford.
Serangan gelombang kedua, terjadi
satu jam kemudian dengan 170
pesawat pembom dan penempur.
Selain melakukan pengeboman,
pesawat-pesawat tersebut juga
melakukan straffing di udara. Kapal-
kapal perang dan pesawat-pesawat
terbang Amerika Serikat, gudang
perbekalan, dan bahan bakar
kembali menjadi sasaran.
Invasi Jepang ke Indonesia diawali
dengan serangan udara kemudian
pendaratan pasukan. Serangan
pertama dilakukan dari Davao pada
10 Januari 1942. Sasarannya adalah
instalasi minyak di Tarakan. 11
Januari 1942 dilakukan pendaratan.
Setelah Tarakan berhasil dikuasai,
secara berturut-turut, wilayah
Jepang juga menguasai wilayah
Manado, Balikpapan, Pontianak,
Samarinda, Banjarmasin.
Serangan berikutnya dilakukan ke
wilayah bagian Timur Indonesia.
Wilayah yang berhasil dikuasai
Jepang di antaranya Ambon,
Kendari, Makasar.
Adapun wilayah barat Indonesia
yang berhasil dikuasai oleh pasukan
Jepang yang bermarkas di Laut Cina
Selatan di antaranya Sumatera.
Setelah melewati pertempuran laut
di dekat Kangean, Selat Malaka, dan
DIORAMA SOEKARNO
Selat Bali, sepanjang tanggal 28
Februari 1942 hingga 1 Maret 1942
Jepang berhasil mendarat di tiga
tempat di pantai utara Jawa, yaitu
di sebelah barat Eretan, Teluk
Banten, dan Kragan dekat Tuban
pada 1 Maret 1942.
Pasukan yang mendarat di Eretan
langsung bergerak ke Subang dan
Lapangan terbang Kalijati. Jepang
berhasil menduduki wilayah
tersebut. Belanda berusaha
merebut kembali Kalijati namun
gagal. Akhirnya, pada 9 Maret 1942
melalui radio NIROM, ter Poorten
menyatakan bahwa Belanda
menyerah tanpa syarat. Pernyataan
tersebut ditandai dengan
ditandatanganinya dokumen
penyerahan tanpa syarat dan daftar
kekuatan yang memuat jumlah
pasukan, kendaraan, dan senjata.
17 Gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Untuk merebut hati rakyat
diperlukan tokoh nasional yang saat
itu sudah dipercaya rakyat. Jepang
pun akhirnya membentuk Pusat
Tenaga Rakyat atau Putera pada 16
April 1943. Empat Serangkai
memimpin Putera – Soekarno, Moh.
Hatta, Ki Hajar Dewantara, KH Mas
Mansyur – Soekarno dan Hatta saat
itu sudah dikenal sebagai tokoh
politik dari golongan nasionalis.
Tujuan Putera adalah membangun
dan menghidupkan kembali hal-hal
yang dihancurkan Belanda.
Menurut Jepang, Putera bertugas
untuk memusatkan segala potensi
rakyat guna membantu Jepang
dalam perang. Selain tugas
propaganda, Putera juga bertugas
memperbaiki bidang sosial
ekonomi. Dengan cara ini, para
pemimpin dapat berkomunikasi
secara leluasa kepada rakyat. Pada
akhirnya, gerakan ini ternyata
berhasil mempersiapkan mental
DIORAMA SOEKARNO
masyarakat untuk menyambut
kemerdekaan dua tahun kemudian.
18 Memimpin Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
merupakan salah satu organisasi
yang dibuat oleh Jepang pada saat
menjajah Indonesia. Sebelum
dibentuknya Jawa Hokokai, Jepang
juga sempat membentuk
organisasi-organisasi sosial lainnya
seperti Gerakan Tiga A dan Putera.
Namun pada masa itu, pihak Jepang
menyadari kalau organisasi sosial
Putera lebih memiliki manfaat besar
bagi pihak Indonesia ketimbang
Jepang sendiri, sehingga
dibentuklah Jawa Hokokai. Anggota
Jawa Hokokai mencakup semua
golongan masyarakat, diantaranya
Cina, Arab dan Pribumi.
Jawa Hokokai didirikan 8 Januari
tahun 1944 oleh Jenderal Kumakici
Harada yang merupakan Panglima
Tentara XVI. Organisasi sosial ini
dimaksudkan untuk menggerakkan
rakyat secara luas. Pimpinan pusat
Jawa Hokokai dipegang langsung
oleh Gunseikan. Gunseikan
merupakan kepala pemerintahan
militer pada masa penjajahan. Ir.
Soekarno dan Hasyim Asyari juga
merupakan anggota Jawa Hokokai
yang memegang peran sebagai
penasehat. Dalam praktiknya, Jawa
Hokokai terdiri dari berbagai
macam himpunan kebaktian sesuai
dengan bidang profesinya masing-
masing, seperti Kyoib Hokokai
(kebaktian para pendidik guru-
guru) dan Isi Hokokai (wadah
kebaktian para dokter).

Peran Jawa Hokokai sendiri


mengerahkan tenaga dan mobilisasi
potensi sosial ekonomi, contohnya
dengan melakukan penarikan hasil
bumi sesuai target yang ditentukan.
Hasil bumi tersebut diperuntukkan
DIORAMA SOEKARNO
sebagai pemenuh kebutuhan
pangan tentara Jepang pada masa
perang, namun penarikan hasil
bumi kian lama kian mempersulit
rakyat.

19 Terbang ke Dalat (Vietnam) Perbedaan sikap antara pemimpin


yang lebih tua dan golongan muda
terutama berkisar pada persoalan
apakah kemerdeaan seharusnya
diperoleh tanpa atau dengan
“pemberian” Jepang. Pada 7
Agustus 1945, Marsekal Terauchi,
selaku panglima umum Tentara
Selatan yang membawahi seluruh
serdad Jepang di Asia Tenggara,
Mengumumkan pembentukan
Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) dari Dalat, Saigon,
Vietnam. Pada 9 Agustus 1945,
Soekarno, Moh. Hatta, dan
Radjiman Wediodingrat diminta
Jepang datang ke Dalat, Vietnam.
Pada 12 Agustus 1945, ketiga tokoh
itu berangkat ke Dalat bertemu
dengan Marsekal Terauchi untuk
suatu upacara peresmian PPKI dan
mengangkat Ir. Soekarno sebagai
ketua serta Moh. Hatta sebagai
wakilnya. Keesokan harinya, ketiga
pemimpin itu Kembali ke Jakarta via
Singapura.
20 Menggagas Dasar Negara di BPUPKI Sidang pertama Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
diselenggarakan pada 29 Mei 1945
dan berlangsung sampai 1 Juni 1945.
Pidato pembukaan siding oleh
ketua siding, dokter K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat, antara
lain, memberi pandangan dan
pengarahan agar seluruh peserta
siding mencurahkan perhatian
DIORAMA SOEKARNO
khusus pada soal dasar negara
Indonesia merdeka yang akan
dibentuk. Permintaan ini rupanya
mendapat respons yang baik dari
para anggota. Ada empat orang
yang tampil menyampaikan
pandangannya mengenai dasar
negara yaitu Mr. Muhammad
Yamin, Ki Bagus Hadikusumo, Prof.
Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Soekarno.
Berbeda dengan pidato 3 tokoh lain
Ketika menyampaikan usulan dasar
negara – mereka tidak memberikan
nama pada dasar negara yang
diusulkannya – Soekarno justru
memberikan nama Pancasila.
Menurutnya, nama itu diusulkan
temannya yang ahli bahasa. Dalam
kesempatan itu, Soekrno juga
menawarkan pilihan lain bagi yang
tidak menyukai bilangan lima.
Kelima bilangan itu dapat “diperas”
menjadi tiga “trisila” yang terdiri
dari sosio-nasionalisme, sosio-
demokrasi, dan ketuhanan.
Sekiranya kedua dasar negara itu
masih belum bisa diterima,
Soekarno menawarkan lagi yang
dinamakan Ekasila, yaitu gotong
royong.
21 Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan PPKI dibentuk oleh Marsekal
Indonesia (PPKI) Terauchi, Pada 7 Agustus 1945, di
Dalat, Saigon, Vietnam. PPKI adalah
badan pengganti BPUPKI yang
dibentuk beberapa bulan
sebelumnya. Di Jakarta, Kepala
Gunseikan “Pemerintahan Militer”,
Jenderal MoichiroYamamoto
menanggapi usul atasannya itu
dengan menambahkan bahwa PPKI
didirikan di Jawa untuk
menyempurnakan persiapan
kemerdekaan Indonesia secara
keseluruhan. Jika segala persiapan
di Jawa selesai, berarti seluruh
wilayah Indonesia bisa menjadi
sebuah negara bangsa yang baru.
DIORAMA SOEKARNO
Untuk menangkis tuduhan
golongan muda bahwa PPKI
merupakan alat Jepang, Soekarno
mengatakan “Bdan Penyelidik
boleh saya namakan ‘Bdan
Pemerintah Balatentara’, tetapi
panitia persiapan adalah satu
“Badan Indonesia sendiri”. Pada 12
Agustus 1945, Soekarno dilantik
sebagai ketua PPKI dan Moh. Hatta
sebagai wakilnya di Dalat, Saigon,
Vietnam, pada 13 Agustus 1945
mereka (bersama dr. Radjiman
Wediodiningrat) kembali ke Jakarta
via Singapura dengan menjemput
lebih dulu tiga anggota PPKI wakil
Sumatera yang telah ditunjuk
Jepang, yaitu Teuku Moh. Hasan,
putera Aceh yang bekerja di Medan;
dr. Mohammad Amir, Tokoh
Minangkabau yang bekerja di
Kesultanan Deli; Mr. A. Abbas
putera Batak yang bekerja di
Lampung. Pada hari berikutnya,
mereka meneruskan perjalanan ke
Jakarta dan disambut dengan
hangat oleh Jenderal Nagano dan
Laksamana Tadashi Maeda.
22 Jepang Menyerah kepada Sekutu Tanda-tanda akhir dari Perang
Dunia II mulai terlihat sejak
memasuki tahun 1945. Angin
kemenangan telah menyelimuti
pihak sekutu. Benar saja, pada 7 Mei
1945, Jerman mengakui
kekalahannya dan menyerah
kepada sekutu Barat di Reims.
Menginjak 9 Mei 1945, Jerman
kembali menyerah kepada Uni
Soviet di Berlin. Meskipun perang
telah berakhir di Eropa, peperangan
di Pasifik sedang mencapai
puncaknya dan itu terjadi pada
pertengahan 1945. Dengan
kekuatan yang tersisa, Jepang terus
berjuang mengalahkan Amerika.
Kegigihan yang diperlihatkan
Jepang menunjukkan bahwa
DIORAMA SOEKARNO
mereka memiliki karakter yang tak
gampang menyerah.
Para pemimpin sekutu yang telah
menang dalam perang mengadakan
pertemuan di Jerman. Pertemuan
itu dikenal dengan nama Konferensi
Postdam. Pemimpin sekutu yang
menghadiri pertemuan itu, di
antaranya Harry S. Truman
(Presiden AS), Winston Churchill
(PM Inggris), Joseph Stalin (PM Uni
Soviet). Selain itu, hadir juga
pemimpin nasionalis Cina Chiang
Kai Sek.
Jepang memutuskan untuk
menolak Deklarasi Postdam. Atas
keputusan tersebut, akhirnya AS
menjatuhkan bom nuklir di Kota
Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan
berlanjut di Kota Nagasaki pada 9
Agustus 1945.
Jepang menyerah kepada Sekutu
tanpa syarat pada 14 agustus 1945.
Penyataan kekalahan Jepang ini
disampaikan langsung oleh Kaisar
Hirohito melalui siaran di radio NHK.
Secara resmi, Jepang menyerah
pada 2 September 1945. Jepang
menandatangani pernyataan
menyerah di atas kapal USS
Missouri yang berlabuh di Teluk
Tokyo.
Tidak mudah bagi Jepang untuk
menyerah begitu saja pada Sekutu.
Sebab, perlawanan Jepang sangat
gigih dengan kekuatan militernya.
Jepang bahkan berhasil
menghancurkan pangkalan militer
angkatan laut Pearl Harbor milik
Amerika Serikat (AS) di Hawaii,
pada 8 Desember 1941. Posisi
Jepang sebenarnya sudah di atas
angin saat itu. Berbagai
kemenangan telah diraih. Impian
untuk mendirikan Persemakmuran
Asia Timur Raya perlahan mulai
diwujudkan.
DIORAMA SOEKARNO

Anda mungkin juga menyukai