Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011

Mata Kuliah : Arkeologi


Hari/Tanggal : Selasa, 26 April 2011
Pengajar : Dr. Tony Djubiantono
Etty Saringendyanti, Dra., M.Hum.

Soal:
1. Sebutkan tujuan penelitian arkeologi ! Berkenaan dengan situs
Astana Gede, Kawali (Ciamis), bagaimana seorang arkeolog
menganalisis kemudian menginterpretasikan situs tersebut dari sudut
pandang tujuan penelitian arkeologi tersebut ?
2. Bagaimana prosedur survei pada suatu situs? Jelaskan melalui
contoh suatu situs yang Saudara ketahui !
3. Jelaskan inti sari dari ajaran agama Hindu dan Budha
4. Deskripsikan foto-foto berikut dan uraikan analisis Saudara !

a. b. c.

-------@@@@@-------

1
1. Tujuan Penelitian Arkeologi

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat

masa lalu melalui peninggalan yang terbatas. Ada tiga pokok tujuan

penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog, yaitu

a. Berusaha untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan

b. Menyusun kembali cara-cara hidup masyarakat masa lalu

c. Memusatkan perhatian pada proses dan berusaha memahami

proses perubahan budaya, sehingga dapat menjelaskan

bagaimana dan mengapa kebudayaan masa lalu mengalami

perubahan bentuk, arah dan kecepatan perkembangannya.

Situs Astana Gede di Kawali (Ciamis) memiliki teras bertingkat,

yaitu teras paling atas merupakan halaman yang dikelilingi pagar

bambu dan tanaman seluas 15 m X 13,5 m, terdapat makam Adipati

Singacala yaitu penguasa di Kawali setelah pusat pemerintahan

Kerajaan Sunda pindah ke Pakuan Pajajaran, di sebelah barat

makam Adipati Singacala terdapat makam Pangeran Usman. Teras

tengah yang mengelilingi teras paling atas seluas 27,5 m X 25,5 m

terdapat beberapa tinggalan berupa batu datar berinskripsi yang

disebut Prasasti Kawali I, II, III, dan VI yang tersebar di beberapa

tempat, juga terdapat beberapa makam dan sebaran batu berdiri

(menhir). Teras bawah yang merupakan halaman mengelilingi teras

tengah dan atas terdapat beberapa batu berdiri berinskripsi yaitu

Prasasti Kawali IV dan V.

2
Dari tinggalan arkeologis tersebut didapat gambaran

fenomena perubahan budaya yang pernah terjajdi. Tinggalan yang

ada menunjukkan ciri budaya tradisi megalitik, budaya masa klasik,

dan budaya masa Islam. Situs Astana Gede berdasarkan kandungan

isi Prasasti Kawali I menunjukkan sebagai bekas ibukota Kerajaan

Sunda pada masa pemerintahan Prabu Raja Wastu. Dalam prasasti

itu disebutkan bahwa Prabu Raja Wastu yang berkuasa di kota

Kawali, memperindah kedaton Surawisesa, membuat parit di

sekeliling ibukota (dayeuh) dan memakmurkan seluruh desa.

Bangunan di situs Astana Gede yang mengindikasikan

sebagai bangunan peribadatan bagi agama pra-Islam hancur tidak

tersisa kecuali beberapa menhir dan fondasi atau bagian batu.

Diduga hancurnya bangunan ini tidak disebabkan oleh tindakan

kekerasan (perang) tetapi karena bencana alam, mungkin letusan

Gunung Sawal, yang ditandai dengan lapisan tufa yang menutupi

struktur bangunan. Kehadiran Islam di Kawali mungkin berlangsung

setelah bencana alam terjadi. Kondisi tinggalan arkeologis di situs

Astana Gede menggambarkan adanya semacam pemanfaatan ajaran

moral dari budaya pra-Islam dalam sosialisasi Islam di Kawali.

Enam prasasti yang terdapat di situs Astana Gede ditemukan berada

di atas lapisan tufa. Kondisi ini memberi gambaran bahwa prasasti

tersebut mungkin dahulu tidak berada di tempat sekarang. Setelah

bencana alam terjadi, berbarengan dengan gerakan sosialisasi Islam,

prasasti itu ditempatkan di lokasi tersebut.

3
Penempatan prasasti ini tidak mungkin tanpa alasan.

Pemanfaatan ajaran moral dari budaya pra-Islam dalam sosialisasi

Islam terlihat pada penempatan prasasti ini. Prasasti tetap dipakai

dalam sosialisasi Islam di Kawali. Isi Prasasti Kawali I-VI berisi

dengan ajaran moral. Ajaran ini sangat relevan dengan ajaran Islam.

Peringatan larangan berjudi yang terdapat pada Prasasti Kawali VI

termasuk ajaran pokok dalam Islam.

Penempatan makam tokoh penyebaran Islam di situs Astana

Gede memiliki makna tersendiri, seperti halnya di beberapa daerah

Islamisasi yang ditandai dengan makam tokoh penyebar Islam yang

sebenarnya bukan makam dalam arti kuburan tetapi merupakan

petilasan. Adanya makam Adipati Singacala dan Pangeran Usman di

Astana Gede merupakan petilasan di tempat kedua tokoh ini

menyebarkan Islam, jadi bukan merupakan makam kubur.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa situs Astana Gede adalah

bagian dari kota Kawali yang merupakan ibukota Kerajaan Sunda

pada masa Niskala Wastu Kancana. Tinggalan yang terdapat di situs

Astana Gede memberikan gambaran proses perubahan budaya dari

masa klasik ke masa Islam. Bangunan yang terdapat di situs Astana

Gede berciri bangunan berundak sebagai tempat peribadatan di kota

Kawali pada masa pra-Islam. Setelah pusat pemerintahan Kerajaan

Islam pindah ke Pakuan Pajajaran, bangunan di Astana Gede

mengalami kerusakan akibat bencana alam. Perubahan budaya dari

pengaruh Hindu ke Islam berlangsung secara damai. Beberapa

4
prasasti yang memuat ajaran moral tetap dipakai dalam penyebaran

ajaran Islam.

2. Prosedur Survei pada suatu situs

Survei adalah pengamatan tinggalan arkeologi disertai dengan

analisis yang dalam, termasuk didalamnya adalah mencari informasi

dari penduduk. Tujuan survei untuk memperoleh benda atau situs

arkeologi yang belum pernah ditemukan sebelumnya atau penelitian

ulang terhadap benda atau situs yang pernah diteliti. Kegiatan survei

terdiri dari:

a. Survei Permukaan Tanah adalah kegiatan dengan cara mengamati

permukaan tanah dari jarak dekat. Pengamatan ini untuk

mendapatkan data arkeologi dalam konteksnya dengan

lingkungan sekitarnya.

- Contoh situs Astana Gede yang berada di kaki Gunung Sawal

bagian timur. Diapit dua sungai yaitu Cikadondong (utara)

dan Cibulan (selatan), kedua sungai bertemu di tenggara situs

yang mengalir menuju Cimuntur di desa Selacai. Seluruh situs

berupa hutan lindung seluas 5 ha., di sebelah selatan situs

terdapat aliran Sungai Cibulan yang mengalir dari barat ke

timur. Di sebelah timur terdapat parit yang mengalir ke

Sungai Cimuntur.

- Situs Karangkamulyan terletak di antara dua sungai yaitu

Sungai Citanduy (selatan) dan Sungai Cimuntur (utara), situs

terletak di dalam hutan lindung. Diatas ketinggian 400m dpl.

5
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengisi formulir

untuk deskripsi situs dan lingkungannya serta pengambilan

contoh. Sesuai dengan sifat situsnya terdapat 2 jenis formulir

yaitu formulir isian bentuk situs terbuka dan situs tertutup.

b. Survei Bawah Tanah merupakan suatu aktivita untuk mengetahui

adanya tinggalan arkeologi yang terdapat di bawah tanah dengan

menggunakan alat-alat tertentu. Teknik yang sering dilakukan

yaitu:

1) Pemantulan (dowsing)

2) Penusukan (probing)

3) Penggemaan (sounding)

4) Pengeboran (augering)

5) Geofisika

c. Survei Bawah Air, dilakukan dengan cara:

1) Penentuan lokasi situs

2) Teknik Survei

d. Survei Udara yaitu pengamatan dari udara terhadap gejala

permukaan tanah dan mendokumentasikannya dengan alat foto.

e. Wawancara yaitu proses interaksi dan komunikasi dalam

pengumpulan data. Dalam penelitian etnoarkeologi wawancara

merupakan salah satu pengumpulan yang paling efektif. Metode

wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

6
1) Wawancara tertutup (closed interview) berupa pertanyaan-

pertanyaan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga

informan terbatas hanya menjawab ya atau tidak;

2) Wawancara terbuka (opened interview) berupa pertanyaan

yang memungkinkan informan lebih leluasa di dalam

memberikan jawaban atau keterangan.

Ada tiga jenis pertanyaan yang dapat dilontarkan, yaitu:

1) Pertanyaan deskriptif, merupakan pertanyaan awal atau

penjajagan yang berfungsi untuk memperoleh keuntungan

informasi dari kekuatan bahasa local guna penafsiran

settingnya;

2) Pertanyaan struktural, merupakan pertanyaan yang berfungsi

melengkapi jawaban dari pertanyaan deskriptif;

3) Pertanyaan kontras, untuk membedakan berbagai objek dan

peristiwa dan merupakan penegasan dari pertanyaan

deskriptif dan struktural.

Jenis-jenis pencatatan data wawancara dilakukan dengan cara:

1) Pencatatan langsung ke dalam buku catatan saku;

2) Pencatatan dengan mengandalkan ingatan;

3) Pencatatan dengan menggunakan alat perekam.

- Contoh wawancara dengan mempergunakan alat rekam

dilakukan ketika mengadakan kuliah lapangan ke

7
Trowulan (November 2010) dan Astana Gede (Februari

2011) dan menggunakan metode wawancara terbuka.

f. Penarikan Contoh (Sampling) merupakan suatu kegiatan untuk

dapat memberikan gambaran yang representatif mengenai

kuantitas dan kualitas data arkeologi dari suatu situs.

Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan berbagai teknik,

yaitu:

1) Percontohan acak murni (random sampling);

2) Percontohan acak terlapis (stratified random sample);

3) Percontohan acak terlapis berbobot (stratified random sample

with unequal);

4) Percontohan geometris sistematis (systematic geometric

sample);

5) Percontohan interval sistematis (systematic interval sample);

6) Percontohan bertingkat atau berjenjang (hierarchical

sample);

7) Percontohan sistematis berlapis tidak sejajar (stratified

systematic unligned sample);

8) Percontohan pertanggalan C14;

9) Percontohan untuk analisis tepungsari (pollen).

8
3. Intisari ajaran agama Hindu dan Budha

Pada mulanya dalam Hindu tidak dikenal istilah agama,

namun kata agama dalam Hindu dapat diartikan sebagai dharma.

Karena itu agama Hindu disebut juga Dharma, Sanata Dharma, atau

agama yang langgeng, abadi, tanpa awal tanpa akhir. Ajaran agama

Hindu bersumber pada Weda. Ada berbagai kitab suci agama

Hindu, di antaranya Rigweda, Yajurweda, Samaweda,

Atharwaweda, Wedangga, Wedismrriti, Purana, Istihasa,

Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Sarasamusccaya,

Upanishada.

Dalam agama Hindu tidak ada istilah nabi. Yang ada adalah

Awatara. Awatara yang dapat diartikan sebagai nabi. Karena usia

agama ini sangat tua, terdapat banyak Awatara. Awatara ini turun

ke dunia jika dunia mengalami malapetaka, kehancuran material

dan spiritual, yang menurut agama Hindu bisa terjadi dalam satu

kalpa (sekitar 500 tahun). Awatara yang terkenal adalah Bagawan

Wyasa, Krishna, Rama.

Untuk menjalankan ibadah, umat Hindu percaya akan

berbagai cara yang dalam istilah Hindu disebut yoga. Ada lima yoga

untuk menyembah Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, yaitu bakti

yoga (berbakti), karma yoga (bekerja), Widta yoga (berilmu

pengetahuan), jnana yoga (berfalsafah), sanyasa yoga (semadi dan

bertapa). Tujuan akhir umat Hindu berbakti kepada Tuhan Yang

Maha Esa adalah untuk mencapai pelepasan (moksha).

9
Umat Hindu percaya akan adanya Hyang Widhi (Tuhan

Yang Maha Esa), Atman, hokum karma phala, punarbhawa atau

inkarnasi dan moksha. Hidup manusia di dunia membawa karma

phala, dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Karena

karma phala inilah seseorang terbelenggu dan mengalami lahir

berulang kali, purnabhawa atau inkarnasi (numitis). Untuk itu

seseorang diwajibkan untuk selalu melakukan kebajikan menurut

cara-cara yang tercantum dalam kitab suci.

Moksha, pembebasan atau pelebasan abadi, adalah

terbebasnya roh (jiwa) dari badan jasmani.Roh terbelenggu oleh

karma phala yang dibawa oleh manusia. Roh, disebut juga, atman,

bersemayam dalam diri manusia, sedangkan roh tertinggi atau

Paratman adalah Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa. Roh yang

bersemayam dalam tubuh manusia disebut buana alit, sedang roh

tertinggi disebut buana agung. Moksha adalah bersatunya roh

dalam diri manusia dengan roh tertinggi. Inilah tujuan tertinggi

umat Hindu, mengabdikan seluruh hidupnya kepada roh tertinggi,

Hyang Widhi.

Agama Budha bersumber pada Budha Gautama. Kitab suci

agama Budha adalah Tripitaka. Perbedaan yang jelas antara agama

Hindu dan Budha ialah bahwa Budha menolak kasta yang

membedakan derajat manusia menurut kelahirannya dan

menyangkal kepercayaan bahwa dewa-dewa mengatur nasib

manusia. Ciri agama Budha adalah ajaran tentang:

10
a. Ketuhanan Yang Maha Esa, Yang Mutlak, yang tidak

dipersonifikasikan. Sebutan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

berbeda-beda;

b. Triratna, yakni Budha, Dharma, dan Sangha. Guru Agung atau

Nabi agama Budha adalah Budha Gautama atau yang sering

pula dijuluki Sakyamuni (Petapa Agung suku Sakya). Dharma

merupakan keseluruhan ajaran Budha sesuai dengan kitab suci

Tripitaka. Sangha, pasamuan para siswa Budha yang telah

mencapai tingkat kesucian, kini merupakan lembaga yang

diwarisi oleh pasamuan biku (biksu) dari bermacam-macam

alirannya;

c. Empat Kebenaran Mulia berikut Jalan Mulia berjalur Delapan

yang terdapat di dalamnya;

d. Hukum Kejadian Bersyarat (Paticca-samuppada);

e. Tiga Corak Umum Keberadaan (Tilakkhana);

f. Hukum Karma;

g. Tumambal-lahir atau Punarbhava;

h. Nirwana;

i. Bodhisattva.

Ketika masih sebagai pangeran, Sidharta melihat Empat

Tanda Penedritaan Manusia: lelaki tua, orang sakit, mayat, dan

pengemis. Pemandangan itu sangat mengganggunya, ia tidak dapat

memahami ada kejahatan dan penedritaan demikian di dunia.

Masalah penderitaan (dukkha) yang menandai setiap jenis dan

11
tingkat perasaan tidak menyenangkan baik rohani maupun jasmani

merupakan pusat pemikiran Budha. Jawaban atas masalah

penderitaan diuraikan dalam ajaran pokok Budha, yang diringkas

menjadi Empat Kebenaran Agung dan Jalan Lapis Delapan.

Keempat Kebenaran Agung sering disebut Jalan Tengah karena

kebenaran-kebenaran itu menghindari kedua hal ekstrim yaitu

kesenangan hawa nafsu dan rasa malu diri. Sikap Jalan Tengah

meliputi tiga hal utama: panna, pengertian yang dalam atau

kebijaksanaan; sila, moral, dan samadi atau semadi. Delapan jalan

tersebut adalah Pengertian yang benar; Pikiran, aspirasi,

resolusiatau tujuan yang benar; Tutur kata yang benar; Tindakan

dan sikap yang benar; Mata pencaharian yang benar; Bekarja atau

berusaha yang benar; Waspada dan mengendalikan pikiran secara

benar; dan Konsentrasi secara benar. Budha menekankan

pentingnya menjalani hidup secara baik. Ia melarang pengikutnya

berada dalam kesalahan. Ia mendorong pengikutnya

mengembangkan empat jiwa positif:

a. Mengasihi semua makhluk yang mempunyai perasaan dengan

sepenuh hati (metta)

b. Bersuka cita dalam kebahagiaan makhluk lain, dan bukan

mendengkinya (mudita)

c. Berbagi penderitaan makhluk lain (karuna)

d. Tetap damai dan bebas (upekha)

12
Ada dua aliran utama yang berkembang dalam Budha yaitu

Theravada dan Mahayana.

4. Deskripsi foto dan analisis

a. Sekelompok patung batu, ukuran patung batu ada yang kecil dan

besar terdapat di alam terbuka, patung yang paling besar diapit

oleh patung-patung yang lebih kecil. Patung-patung tersebut

berbentuk manusia. Teknik pengerjaannya sangat sederhana,

terlihat dari bentuk ukiran yang terlihat tidak proposional

ukurannya. Kemungkinan kelompok patung batu tersebut

merupakan situs pemujaan tertentu dan kemungkinan merupakan

bentuk perwujudan nenek moyang.

b. Sekelompok batu di alam terbuka, terlihat ada batu besar yang

menyerupai meja batu, di dekatnya terdapat batu berdiri (menhir)

yang menghadap meja batu tersebut dan dikelilingi batu-batu di

sekitarnya, terlihat bukan suatu susunan yang terbentuk oleh

alam, tetapi disusun dengan sengaja. Kemungkinan merupakan

suatu situs pemujaan, terlihat di bagian atas meja batu tersebut

terdapat lubang-lubang.

c. Terdiri atas 3 deretan benda arkeologis yang berukuran kecil,

terlihat terbuat dari batu. Pada deretan terbawah terlihat seperti

alat serpih dari batu, mungkin tepatnya alat serpih bilah. Di

atasnya terlihat seperti kerang, kemungkinan tinggalan

arkeologis berupa kerang, sisa makanan.

Ani Ismarini - 180420100003

13

Anda mungkin juga menyukai