Anda di halaman 1dari 433

Asian Centre for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE)

The Universal Treatment Curriculum for Substance Use Disorders (UTC)

Pelatihan Kurikulum Seri 3


Gangguan Mental dan Medis
Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
untuk Profesional Adiksi

Panduan Peserta
Ucapan Terima Kasih
Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar untuk Profesional
Adiksi adalah bagian dari sembilan volume rangkaian pelatihan yang dikembangkan oleh U.S.
Department of State’s Bureau of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL).
Publikasi ini dikembangkan di bawah nomor kontrak SAQMPD07D0116, Layanan Dukungan
Pengurangan Permintaan (Demand Reduction Support Services), antara INL dan Alvarez &
Associates, dengan JBS International, Inc. (JBS), yang berperan sebagai sub-kontraktor.

Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office of
Anticrime Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan dan
kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project Director
dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand Reduction
Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker, sebagai
Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry W. Mens,
M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy Caron,
sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire Macdonald
sebagai Senior Graphic Designer.

Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Cynthia Moreno Tuohy, Executive Director dari NCAC II, CCDC III, SAP; Shirley Beckett
Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison dari
NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti Storie,
M.A., Education & Training Consultant. Para contributor lain, termasuk Suzanne Hall-Westcott,
M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams Hymons,
M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services; Phyllis Mayo,
Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W., Ruscavage Consulting.

Beberapa materi di dalam kurikulum ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family
Health International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for
International Development.

Panduan ini diterjemahkan dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi profesional oleh
tenaga instruktur Indonesia.

Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan anggota
pilot-test group (lihat Appendix C), yang menyediakan banyak masukan berharga. Partisipasi
antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi penyelesaian
publikasi ini.

Untuk Kepentingan Umum


Seluruh materi di dalam kurikulum ini, kecuali yang diambil langsung dari sumber hak
ciptanya, merupakan domain public dan dapat diproduksi atau diperbanyak tanpa izin dari
U.S. Department of State’s INL atau penulisnya. Kutipan dari sumber ini wajib dihargai. Namun
demikian, publikasi ini tidak dapat diproduksi atau didistribusikan untuk dijual tanpa izin tertulis
dari INL.

Sangkalan
Intervensi terapi gangguan penggunaan zat yang dijelaskan di sini, tidak mencerminkan posisi
resmi dari INL atau The U.S Department of State . Panduan dalam dokumen ini tidak boleh
dianggap pengganti untuk perawatan klien individual.

Publikasi 2012
ii
DAFTAR ISI

Bagian I—Orientasi Peserta


Orientasi Peserta. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Part II—Modul Pelatihan


Modul 1—Introduksi Pelatihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko-Okuring. . . . 39
Modul 3—Asesmen, Model dan Pilihan Terapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
Modul 4—Gangguan Mental Khusus dan Isu-Isu Umum. . . . . . . . . . . . . . 117
Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 317
Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis yang Sering Terjadi . . . . . . . . . 353
Modul 7—Integrasi Pembelajaran Ke Dalam Praktek . . . . . . . . . . . . . . . . 409

Bagian III—Lampiran
Lampiran A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 413
Lampiran B—Sumber Rujukan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 419
Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 423

iii
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
ORIENTASI PESERTA
Introduksi
Selamat datang! Pelatihan ini akan memberikan ikhtisar mengenai gangguan medis
dan gangguan mental yang biasa menyertai dalam gangguan penggunaan zat (GPZ).
Kurikulum ini juga akan mengajarkan tentang hubungan antara gangguan mental dan
GPZ, dan memberikan informasi mengenai masalah dan model-model terapinya.
Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum ― Suatu Ikhtisar untuk
Profesional Adiksi merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang dibentuk melalui
pendanaan dari the U.S. Department of State kepada The Colombo Plan for the Asian
Centre for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE). Informasi
selengkapnya tentang Colombo Plan dan ACCE dapat ditemui di http://www.colombo-
plan.org. Indonesia mengadopsi kurikulum ini untuk meningkatkan kompetensi
konselor yang bekerja membantu orang dengan gangguan penggunaan zat (GPZ)
di Indonesia melalui kerjasama antara Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia
(DSKAI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Colombo Plan for Asian Center
for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE).
Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait gangguan penggunaan zat (GPZ),
dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional melalui pelatihan,
menumbuhkan sikap profesional, dan memperbanyak tenaga kerja terapi global.
Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
profesional dalam tahap dasar dengan menyediakan informasi terkini tentang GPZ dan
terapi, dan memfasilitasi aktivitas secara langsung untuk mengembangkan keahlian,
kepercayaan diri dan kompetensi.
Selamat karena telah meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak lagi mengenai
pekerjaan anda!

Pelatihan
Ketujuh modul dalam rangkaian pelatihan ini mungkin akan menghabiskan waktu
kursus lebih dari 3 (tiga) hari penuh, atau mungkin lebih dari beberapa minggu atau
bulan. Para instruktur telah menyediakan jadwal spesifik untuk anda.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini mencakup:
 Presentasi dan diskusi yang dipandu oleh instruktur;

 Aktifitas belajar kreatif terarah secara berulang kali, seperti latihan-latihan dalam
kelompok kecil,dan latihan dengan sesama rekan dan presentasi;

 Latihan menulis reflektif;

 Ulasan berkala untuk meningkatkan retensi pembelajaran; dan

 Latihan asesmen pembelajaran


Partisipasi aktif Anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!
1
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Tujuan dan Objektif dari Kurikulum 3
Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan ikhtisar mengenai gangguan ko-okuring mental dan medis
yang biasa terjadi; dan
 Untuk memberikan ikhtisar mengenai prinsip-prinsip dan model-model terapi
untuk gangguan ko-okuring.

Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan penuh Kurikulum 3 akan mampu untuk:

 Memahami terminology penting dan konsep-konsep yang digunakan di dalam


lingkup gangguan ko-okuring;
 Menjelaskan resiko lingkungan dan biologis, serta factor-faktor protektif yang
berkaitan dengan gangguan ko-okuring;
 Menjelaskan enam gangguan mental mayor dan pendekatan-pendekatan
konseling SUD untuk setiap gangguan tersebut;
 Menjelaskan makna dari gangguan mental yang disebabkan oleh zat;
 Menjelaskan tiga gangguan medis mayor yang merupakan dampak dari GPZ; dan
 Mengintegrasikan konsep-konsep tersebut kedalam lingkup pekerjaan peserta
sebagai konselor GPZ.

Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini termasuk:

 Buku panduan peserta;


 Sebuah buku catatan; dan
 Buku dari “Technical Assistance Publication (TAP) 21: Addiction Counseling
Competencies—The Knowledge, Skills, and Attitudes of Professional Practice”.
Setiap modul dari Manual Peserta mencakup:

 Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran dari modul;


 Jadwal kegiatan;
 Lembar Power Point yang dicetak menjadi dua bagian di dalam satu halaman
dengan ruang bagi anda untuk menulis catatan;
 Halaman penjelasan yang mencakup informasi tambahan atau instruksi latihan
dan materi-materi; dan

2
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Ringkasan modul.
Panduan Peserta juga memiliki daftar istilah (lampiran A), daftar dari sumber-
sumber referensi (lampiran B), dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini (lampiran C).
Instruktur anda akan memberikan anda sebuah buku catatan untuk digunakan sebagai
jurnal pribadi anda. Anda dapat menggunakan jurnal ini dengan beberapa cara,
seperti anda dapat mencatat:

 Topik-topik yang ingin anda baca lebih lanjut;


 Prinsip-prinsip yang ingin anda pikirkan lebih lanjut;
 Teknik yang ingin anda coba;
 Cara-cara yang mungkin bisa anda tambahkan dari beberapa hal yang anda
pelajari dalam praktek anda; dan
 Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam penerapan pengetahuan baru.
Kemungkinan hambatan untuk menggunakan pengetahuan baru.
Instruktur juga akan meminta anda untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis singkat.
TAP 21 disusun di Amerika Serikat untuk menyediakan landasan umum yang
menjadi dasar pelatihan dan sertifikasi professional bidang adiksi. Publikasi tersebut
menjelaskan tentang beberapa pertanyaan berikut:

 Apa standar profesional yang seharusnya dapat membimbing konselor bekerja


dengan klien GPZ?
 Apa ruang lingkup praktek yang sesuai bagi bidang konseling GPZ?
 Kompetensi-kompetensi manakah yang berhubungan dengan terapi yang
berhasil?
 Apa pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh professional
dalam terapi GPZ secara umum?
TAP 21 dapat diberikan sebagai referensi yang berguna untuk anda. Simpan dalam
ingatan anda, bagaimanapun juga, membutuhkan waktu dan pengalaman untuk
membangun kompetensi konseling. TAP 21 merepresentasikan sebuah tatanan ideal
dari tujuan, bukan menjadi sebuah titik awal. Jangan berkecil hati! Anda akan–sampai
kesana.

Mendapatkan Manfaat dari Pengalaman Pelatihan Anda


Untuk mendapatkan banyak hal dari pengalaman pelatihan anda, maka:

 Jika anda memiliki atasan (supervisor), bicaralah kepadanya sebelum mengikuti


pelatihan. Ketahuilah apa yang ia diharapkan dari anda setelah mengikuti
pelatihan ini.
 Berpikir tentang apa yang ingin anda pelajari dari tiap-tiap modul.
 Datanglah pada setiap sesi dengan persiapan yang baik; mengulas halaman demi
halaman manual dari modul untuk dipresentasikan.
3
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Jadilah peserta yang aktif. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan, mengajukan
pertanyaan, menulis di dalam jurnal anda, dan memikirkan tentang informasi apa
yang anda inginkan.
 Berbicaralah dengan atasan, supervisor atau rekan kerja anda jika anda tidak
memiliki atasan) setelah menjalani pelatihan. Sampaikan tentang apa yang telah
anda pelajari untuk memastikan bahwa anda memahami bagaimana informasi
tersebut berhubungan dengan pekerjaan anda.
 Diskusikan dengan atasan atau rekan kerja anda tentang bagaimana cara
mempraktekkan apa yang telah dipelajari secara berkesinambungan untuk
mendorong perkembangan anda.
 Belajarlah dengan senang hati. Selamat bersenang-senang!

4
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

5
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Acara Pembukaan 20 menit
Sambutan Pelatih, Housekeeping, dan Penentuan Peraturan 10 menit
Latihan Berpasangan: Perkenalan 45 menit
Presentasi: Materi Pelatihan 10 menit
Presentasi: Kenapa Pelatihan ini 15 menit
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok-Besar: Harapan Pelatihan 15 menit
Latihan Kelompok-Besar: Introduksi Karakteristik dan Gaya Konselor 40 menit
Presentasi: Karakteristik dan Gaya Konselor 10 menit
Jurnal: Karakteristik Konselor – Asesmen Diri 15 menit

Modul 1 Tujuan dan Objektif

Tujuan Pelatihan
 Menciptakan komunitas dan lingkungan pembelajaran yang positif.
 Memberikan latar belakang informasi mengapa pelatihan ini dilaksanakan.
 Memberikan sebuah ringkasan dari keseluruhan tujuan pelatihan, sasaran, dan
pendekatan pembelajaran dari kurikulum; dan
 Memberikan informasi mengenai apa itu krisis.

Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk:

 Menjelaskan tentang tujuan dari keseluruhan pelatihan dan setidaknya empat


sasaran dari 2-hari pelaksanaan pelatihan;
 Menyatakan setidaknya satu tujuan personal yang ingin dicapai; dan
 Menjelaskan dua elemen dari sebuah krisis dan siklus hidup atau pola dari krisis.

7
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Menjelaskan tujuan umum dan menjelaskan minimal 4
objektif dari pelatihan 3 hari ini
 Peserta menyatakan 1 tujuan pribadi
 Memperoleh 1 fakta pembelajaran menarik dari minimal
4 peserta lainnya
 Menjelaskan mengenai 2 alasan perlunya konselor
GPZ memahami gangguan medis dan mental
 Menjelaskan secara singkat konsep PZ,GPZ,kesehatan
jiwa, dan gangguan jiwa

1.2

8
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Siapa nama Anda ?
 Apa pekerjaan Anda ?
 Di kota mana Anda tinggal dan bekerja ?
 Apa nilai-nilai yang paling penting bagi Anda dalam
menjalani hidup ?

1.3

9
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
1.4

 Sekitar
149–272 juta orang di dunia pernah
setidaknya sekali menggunakan zat terlarang
pada tahun 2009

Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.

1.5

10
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Gangguan Terkait Penggunaan Zat
 Gangguan penggunaan zat
 Penyalahgunaan zat
 Ketergantungan zat
 Gangguan yang dipicu karena penggunaan zat
 Intoksikasi
zat
 Sindroma putus zat
 Gangguan mental yang diinduksi oleh penggunaan zat

Source: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. (4th ed., text
revisions). Washington, DC: Author.
1.6

11
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Termasuk kategori-kategori Penggunaan
Berbahaya dan Sindrom Ketergantungan—World
Health Organization’s International Classification
of Diseases (ICD)-10.

Source: World Health Organization. (2007). International statistical classification of disease and related health
matters (10th revision). Geneva: Author. 1.7

 15–39 juta orang dengan “masalah


penggunaan zat”
 “Masalah penggunaan zat” didefinisikan
berdasarkan:
 Jumlah orang yang dilaporkan mengalami masalah
ketergantungan zat (narkoba)
 Jumlah orang yang menyuntikkan zat (narkoba)
 Jumlah orang yang mengunakan opioids,
amfetamin, atau kokain dalam waktu yang lama

1.8
Source: UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.

12
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 11–21 juta orang menyuntikkan narkoba pada
tahun 2009

 Sekitar 18% dari mereka yang menyuntikkan


narkoba, mengidap HIV positif
 Sekitar 50% dari mereka yang menyuntikkan
narkoba, terinfeksi hepatitis C

Source: UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations. 1.9

13
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Konsekuensi global dari GPZ sangat luas,
mencakup:
 Tingginya angka hepatitis and tuberculosis
 Hilangnya produktivitas
 Kecacatan dan kematian terkait kecelakaan mobil dan
kecelakaan lainnya
 Overdosis dan kematian terkait penggunaan zat
 Bunuh diri
 Kekerasan

1.10

 “Ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak


terpenuhi yang sangat besar dalam hal
pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi
masalah NAPZA, terutama di negara
berkembang”
—Yuri Fedotov, Direktur Eksekutif, UNODC

Source: UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.
1.11

14
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Diperkirakan pada tahun 2009 terdapat 3,6
juta pengguna narkoba, dimana 900 ribu
orang diantaranya menjadi pecandu.
 Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna napza suntik)
menyumbangkan angka penularan sebanyak
37.9%.

Sumber: Badan Narkotika Nasional (2010) & Kementerian Kesehatan RI (2011).


1.12

15
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna narkotika
suntik) menyumbangkan angka penularan
sebanyak 37.9%.

Sumber: Kementerian Kesehatan RI (2011).


1.13

 Membangun kapasitas terapi bertaraf


internasional dalam:
Melatih
Menjadi profesional
Menyebar luaskan

1.14

16
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk
Profesional Adiksi” (3 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
 Tinjauan tentang fisiologi adiksi sebagai penyakit
otak dan farmakologi zat psikoaktif

1.15

17
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Kurikulum 2 : “Terapi Gangguan Penggunaan Zat –
Perawatan Berkelanjutan untuk Profesional
Adiksi” (5 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
 Ikhtisar tentang pemulihan dan manajemen
pemulihan; tahap perubahan perilaku; faktor yang
mempengaruhi hasil terapi; prinsip terapi efektif;
komponen terapi; dan praktik berbasis bukti, termasuk
konseling pasangan dan keluarga.

1.16

 Kurikulum 4A : “Psiko-edukasi untuk KLIEN DAN


Keluarga ” (5 hari)
 Rangkaian pelajaran berbasis ketrampilan
 Psiko-edukasi adiksi dan kepulihan, peningkatan
ketrampilan hidup; pencegahan kekambuhan

1.17

18
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kurikulum 5 : “Asesmen dan Wawancara,
Perencanaan Terapi dan Pendokumentasian,
untuk Profesional Bidang Adiksi”
 Pelatihan berbasis ketrampilan.
 Asesmen yang efektif dan terintegrasi, perencanaan
terapi dan pendokumentasian sebagai perangkat
dalam terapi.

1.18

19
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Kurikulum 6 : “Manajemen Kasus untuk
Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek.
 Ikhtisar manajemen kasus dalam terapi GPZ dan
keterampilan praktik dalam fungsi manajemen kasus
(perencanaan, jejaring, monitoring, advokasi,
konsultasi, dan kolaborasi).

1.19

 Kurikulum7 : “Intervensi Krisis untuk Para


Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pelatihan dasar dan juga berbasis-ketrampilan.
 Krisis merupakan bagian dari kehidupan;
pedoman manajemen krisis; manajemen
risiko bunuh diri; dan menghindarkan dari
krisis diri melalui perawatan diri konselor
sendiri.

1.20

20
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kurikulum 8: Etika untuk Profesional Adiksi (4
hari)
 Pelatihan dasar
 Perilaku profesional dan perilaku etis,kerahasiaan,
prinsisp-prinsip etika dan kode etika
profesional,pengambilan keputusan beretika, dan
supervisi dan praktek beretika

1.21

21
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Jika seseorang didiagnosis sebagai GPZ dan
gangguan mental atau gangguan medis
(sekurang-kurangnya1)

1.22

 Lebih dari 450 juta orang di dunia menderita


gangguan jiwa yang dapat ditegakkan
diagnosisnya; bahkan lebih banyak lagi kalau
dimasukkan yang memiliki masalah kesehatan
jiwa ringan
 Antara 15 dan 39 juta orang berumur antara
15 dan 64 tahun menggunakan zat illegal
pada taraf penggunaan zat bermasalah
Sources:
WHO. (2010). Mental health: Strengthening our response. Retrieved July 17, 2011, from http://
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs220/en/index.html

UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
1.23

22
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan
Gangguan
Penggunaan
Mental
Zat

Lebih kurang 50 % dari orang dengan GPZ


juga memiliki sekurangnya 1 gangguan
mental 1.24

23
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Efeknegatif pada hasil terapi GPZ dan Gangguan
Mental
 Seorang klien dengan GPZ dan Gangguan Mental
cenderung memiliki:
 Hubungan-hubungan yang sedikit dan kurang
memadai
 Jaringan dukungan sosial yang lemah
 Rumah, pekerjaan dan riwayat penghasilan yang
tidak stabil

1.25

 Penggunaan zat illegal merupakan 1 dari 20 faktor


risiko teratas bagi kesehatan di dunia

1.26

24
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan
Penggunaan
Zat

Gangguan Gangguan
Mental Medis

1.27

25
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Memahami konsep-konsep dan terminologi kunci
 Menjelaskan faktor-faktor risiko dan protektif
biologis dan lingkungan pada co-occurring
disorders
 Menjelaskan saran-saran konseling bagi 6
gangguan mental utama dan GPZ

1.28

 Menerangkan makna “substance-induced mental


disorders”
 Menjelaskan 3 gangguan medis utama yang
mempengaruhi GPZ
 Mengintegrasikan konsep-konsep ini kedalam
peran Anda sebagai seorang konselor GPZ

1.29

26
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Break
15 minutes

1.30

27
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Tuliskan 2 harapan-harapan dari pelatihan pada
kartu index Anda

1.31

 Tunjuklah seorang pencatat


 Beri Label pada 2 halaman newsprint Anda seperti
dibawah ini dan buat definisi istilah berikut
Kesehatan Gangguan PZ GPZ
Mental Mental

1.32

28
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kesehatan mental tidak hanya didefinisikan
dengan muncul atau adanya gangguan
mental, tetapi sebagai kesejahteraan mental
(mental wellness):
“Kesehatan mental . . . adalah suatu kondisi
kesejahteraan dimana setiap individu mengetahui
potensi dirinya, dapat mengatasi stres kehidupan
normal,dapat bekerja produktif dan bermanfaat,
dan mampu berkontribusi bagi lingkungannya”

Source: WHO. (2007). What is mental health? Retrieved on December 12, 2010, from http://www.who.int/ 1.33
features/qa/62/en/index.html

29
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Penggunaan zat psikoaktif yang tidak berlebihan
atau menyebabkan masalah dalam kehidupannya

1.34

 Pola atau sindroma psikologis atau perilaku


yang terjadi pada seorang individu

Source: American Psychiatric Association. (2010). Definition of a mental disorder: Proposed revision.
APA DSM-V Development Website. Retrieved February 3, 2012 from http://www.dsm5.org

1.35

30
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Atasdasar adanya kekurangan atau adanya
masalah dalam satu atau lebih aspek fungsi
mental, meliputi dan tidak terbatas pada:
 Fungsi Umum/Global (contohnya, kesadaran,
orientasi,intellect, atau temperamen)
 Fungsi Khusus/Specific (contohnya, atensi, memori,
emosi, psikomotor, persepsi, pikiran)

1.36

31
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Adanya kekurangan atau adanya masalah dalam
aspek fungsi tersebut tidaklah hanya:
 Suatu respon terhadap stresor dan kehilangan yang
umum (misalnya kehilangan orang yang dicintai) atau
 Suatu respon yang biasa terjadi secara budaya
terhadap suatu peristiwa (misalnya, keadaan trance
dalam ritual agama) atau
 Utamanya sebagai akibat penyimpangan atau konflik
dengan masyarakat

1.37

 Suatukategori umum yang meliputi


penyalahgunaan zat, ketergantungan fisiologis,
dan adiksi
Abuse
Dependence

Addiction

1.38

32
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
33
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 1.1: The Colombo Plan Asian Centre
for Certification and Education of Addiction Professionals
Training Series

Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk


Profesional Adiksi

Kurikulum 2: Terapi untuk Gangguan Penggunaan


Zat—Rawatan Berkelanjutan dari
Profesional Adiksi

Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis yang Sering


Menyertai pada Gangguan Penggunaan
Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi
(kurikulum ini)

Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk


Profesional Adiksi

Kurikulum 4A: Psikoedukasi untuk Klien dan Keluarga

Kurikulum 5: Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan


Terapi, dan Pendokumentasian untuk
Profesional Adiksi

Kurikulum 6: Manajemen Kasus untuk Profesional


Adiksi

Kurikulum 7: Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi

Kurikulum 8: Etika untuk Profesional Adiksi

35
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Modul 1—Introduksi Pelatihan, Ringkasan
Masalah Global
 Penggunaan zat psikoaktif berlanjut menjadi masalah global. Sebuah survei yang
dilakukan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan
bahwa pada tahun 2009, sekitar 149 hingga 272 juta orang berusia antara 15 dan
64 tahun, telah menggunakan zat ilegal setidaknya 1 kali.1
 Zat ilegal yang dimaksud di dalam survei tersebut, termasuk opioids, kanabis,
kokain, stimulan tipe amfetamin lainnya, halusinogen, dan ekstasi, diantara lainnya.
 Beberapa orang dalam jumlah signifikan yang menggunakan zat psikoaktif,
mengalami gangguan penggunaan zat (dikenal dengan istilah GPZ).
 Gangguan Penggunaan Zat, disingkat menjadi GPZ, adalah pengertian umum untuk
menjelaskan rentang masalah terkait dengan penggunaan zat (termasuk obat-
obatan terlarang dan penyalahgunaan obat yang diresepkan), dari penyalahguna
zat hingga ketergantungan zat dan adiksi.
 GPZ juga merupakan sub-kategori dari gangguan terkait zat yang dijelaskan di
dalam dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (or DSM-IV-TR)”2.
 GPZ mencakup penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
 Kategori luas dari gangguan terkait zat juga mencakup sub-kategori dari gangguan
induksi zat, yang termasuk:
• Intoksikasi zat;
• Putus zat; dan
• Gangguan mental yang diinduksi oleh zat
 GPZ disebut “Penggunaan Berbahaya” dan “Sindroma Ketergantungan” dalam
“World Health Organization’s (WHO’s) International Statistical Classification of
Diseases (ICD) , 10th revision3.
 Survei dari PBB menyatakan bahwa sekitar 15 hingga 39 juta orang berusia antara 15
dan 64 tahun, dapat didefinisikan sebagai “pengguna zat (narkoba) bermasalah”:
• Survei tersebut mendefinisikan “pengguna zat bermasalah” tersebut
berdasarkan pada:
• Jumlah orang yang dilaporkan mengalami masalah ketergantungan zat
(narkoba);
• Jumlah orang yang menyuntikkan zat (narkoba); dan
• Jumlah orang yang mengunakan opioids, amfetamin, atau kokain dalam jangka
waktu yang lama
1 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author
3 World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva,
Switzerland: Author.
36
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Survei PBB yang lain juga menyebutkan bahwa1:
• Sekitar 11 hingga 21 juta orang menyuntikkan narkoba pada tahun 2009.
• Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.
• Sekitar separuh dari yang menyuntik tersebut, terinfeksi virus Hepatitis-C.
 Konsekuensi global dari GPZ telah berkembang dan susah dikendalikan, seperti
diantaranya:
• Tingginya angka hepatitis dan tuberkolosis;
• Kehilangan produktivitas;
• Cidera hingga kematian akibat dari kecelakaan dalam berkendara dan
kecelakaan lainnya;
• Overdosis, yang berakibat kematian;
• Bunuh diri; dan
• Tindak kekerasan
 Jumlah tersebut sangat signifikan. Direktur Ekesekutif UNODC mengatakan
bahwa “ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak terpenuhi yang sangat
besar dalam hal pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi masalah NAPZA,
terutama di negara berkembang”.
 Ada beberapa alasan mengenai hal tersebut, tapi alasan utamanya adalah
kurangnya kapasitas dari program terapi yang memadai.

Serial Pelatihan
 Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui
pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the
Asia Center for Certification and Education of Addiction Professionals.
 Tujuan keseluruhan dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah
kesehatan, sosial dan ekonomi yang terkait GPZ dengan membangun kapasitas
terapi ternasional melalui pelatihan, membangun keprofesionalan-, dan
memperbanyak tenaga kerja terapi global.
 Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
profesional pada tahap awal dengan memberikan informasi yang penting untuk
diketahui dan pelatihan keterampilan khusus.
 Kurikulum di dalam serial ini meliputi:

Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk Profesional Adiksi” , merupakan


pelatihan yang memberikan ikhtisar komprehensif mengenai adiksi, pemahaman
mengenai fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak, dan farmakologi zat psikoaktif.

1 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.

37
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
• Kurikulum 2: “Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan
dari Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 5 hari yang
memberikan dasar atau landasan untuk mempelajari konseling GPZ. Kurikulum
ini tidak mengajarkan latihan keterampilan, namun lebih pada konteks kurikulum
berbasis keterampilan pada kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini.
Kurikulum 2 menjelaskan tentang ikhtisar pemulihan, manajemen pemulihan,
tahap perubahan, prinsip-prinsip efektif dari terapi, komponen-komponen
dari terapi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi dan praktek-praktek
berbasis bukti, termasuk didalamnya konseling keluarga dan pasangan.
• Kurikulum 3: “Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada
Gangguan Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi”; merupakan
pelatihan selama 2 hari yang juga memberikan dasar dan ikhtisar bagi hubungan
dari gangguan mental yang menyertai dari satu ke yang lainnya dan berkaitan
dengan isu terapi, seperti halnya sebuah garis besar penjelasan singkat dari
gangguan medis dan mental yang menyertai pada umumnya.
• Kurikulum 4: “Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi”;
merupakan pelatihan berbasis keterampilan selama 5 hari. Kurikulum ini
memberikan ikhtisar tentang hubungan yang membantu dan intensional, atau
fokus, di dalam konseling. Juga memberikan kesempatan untuk mempelajari
dan melatih teknik-teknik konseling cross-cutting. Dengan menggunakan cross-
cutting, ini dimaksudkan bahwa ketrampilan tersebut merupakan esensi dari
setiap tahapan dalam terapi dan dalam semua jenis situasi konseling, termasuk
ketika bekerja dengan keluarga. Kurikulum ini juga mengajarkan tentang dasar
keterampilan wawancara motivasional dan latihan mengajarkan klien tentang
keterampilan pemulihan, yang merupakan sebuah aspek penting dari terapi.
Keterampilan konseling kelompok dasar (bagi klien dan anggota keluarga) dan
kelompok psikoedukasi juga tercakup di dalam kurikulum ini.
• Kurikulum 5: “Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan Terapi, dan
Pendokumentasian untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar
selama 4 hari yang mengajarkan tentang efektifitas integrasi antara asesmen
dengan rencana rawatan, juga memaparkan tentang pendokumentasian
sebagai bagian bari alat rawatan.
• Kurikulum 6: “Manajemen Kasus untuk Profesional Adiksi”; merupakan
pelatihan dasar dan berbasis keterampilan selama 2 hari yang memberikan
ikhtisar dari manajemen kasus bagi rawatan GPZ, dan juga memberikan
keterampilan praktek dalam fungsi manajemen kasus, seperti perencanaan,
jejaring, monitoring, advokasi, konsultasi, dan berkolaborasi.
• Kurikulum 7: “Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan
2 hari yang mengetengahkan konsep bahwa krisis sebagai bagian dalam
kehidupan, dan menyediakan panduan untuk mempraktekkan manajemen
krisis, termasuk mengelola resiko bunuh diri. Pelatihan ini juga mengetengahkan
cara-cara konselor dalam menghindari krisis situasi personal dengan
mengembangkan latihan-latihan dan informasi-informasi tentang perawatan
diri bagi konselor.
• Kurikulum 8: “Etika untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 4 hari yang
mengetengahkan panduan profesional dan etika perilaku, kerahasiaan, prinsip-
prinsip etika dan kode etik profesional, serta etika dalam membuat keputusan.
Kurikulum ini juga memaparkan mengenai pentingnya supervisi sebagai bagian
dari penegakkan etika di dalam praktek.
38
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Kurikulum 9: “Bekerja dengan Keluarga dalam Rawatan bagi Gangguan
Penggunaan Zat”; adalah 3-hari kursus yang menyediakan tentang ikhtisar dari
dampak yang ditimbulkan GPZ bagi system di dalam keluarga, dan juga manfaat
dari penglibatan anggota keluarga di dalam rawatan. Kurikulum ini memaparkan
tentang cara-cara dalam melibatkan anggota keluarga di dalam suatu rawatan
dan menyediakan informasi serta praktek dalam penyelenggaraan rangkaian
layanan bagi keluarga, seperti psiko-edukasi, sesi bersama keluarga, dan
konseling kelompok dari berbagai keluarga. Kursus ini pun mengetengahkan
tentang perbedaan antara konseling keluarga dengan terapi untuk keluarga,
dan bagaimana membuat rujukan yang sebaiknya untuk menambah layanan
secara intensif apabila diperlukan.

Mengapa Kurikulum ini Penting?


 Kurikulum ini (Kurikulum3: Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum—
Suatu Ikhtisar untuk Profesional Adiksi) dimasukkan kedalam serial Kurikulum
karena gangguan ko-okuring sering terjadi dan menjadi tantangan yang serius
bagi pemberi layanan terapi
 Jika dikatakan bahwa seseorang memiliki gangguan ko-okuring, kita maksudkan
bahwa orang tersebut telah didiagnosis sebagai GPZ dan paling kurang satu
gangguan mental atau gangguan medis.
 Menurut WHO (World Health Organization), lebih dari 450 juta penduduk dunia
menderita gangguan jiwa, dimana bahkan lebih banyak menderita masalah mental
yang kurang ekstrim1. Dan, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, antara 15
dan 39 juta penduduk berusia 15 – 64 tahun menggunakan zat illegal pada taraf
yang dapat didefinisikan sebagai penggunaan zat bermasalah2.
 Pada beberapa hal, masalah-masalah ini saling terkait. Laporan U.N. Comission
on Narcotic Drugs 2010 menekankan bahwa dari beberapa riset secara konsisten
ditemukan tingginya angka gangguan ko-okuring penggunaan zat dan gangguan
mental pada penduduk dunia: secara umum, riset telah membuktikan bahwa 50%
orang dengan GPZ juga memiliki paling kurang satu gangguan mental3.
 Gangguan mental dan medis ko-okuring menjadi tantangan yang serius bagi
konselor. Pada akhir 1970an, praktisi adiksi telah mulai mengakui adanyagangguan
ko-okuring yang menyebabkan efek negatif yang nyata pada hasil terapi untuk
kedua gangguan penggunaan zat dan gangguan mental.
 Sebagai tambahan,pasien gangguan ko-okuring GPZ dan gangguan mental
cenderung kurang memiliki hubungan interpersonal dan lemahnya jaringan
dukungan sosial, dan riwayat pekerjaan, penghasilan maupun perumahan yang
tidak stabil4.

1 World Health Organization. (2010). Mental health: Strengthening our response. Retrieved July 17, 2011, from http://www.who.int/
mediacentre/factsheets/fs220/en/index.html
2 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
3 UNODC. (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Retrieved February 25, 2011, from http://www.
unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
4 ibid.

39
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
 Laporan dari The Commission on Narcotic Drugs juga memaparkan tingginya
prevalensi gangguan medis ko-okuring, dengan catatan bahwa penggunaan zat
ilegal adalah 1 dari 20 faktor-faktor risiko tertinggi terhadap masalah kesehatan
diseluruh dunia1.
 Hal-hal rumit berikutnya, adalah merupakan sesuatu yang biasa bila seorang klien
memiliki gangguan-gangguan ko-okuring GPZ,mental dan medis.

Definisi-Definisi Penting Terkait Gangguan Ko-Okuring


 WHO (The World Health Organization) mendefinisikan kesehatan jiwa atau mental
(mental health) sebagai suatu kondisi yang bukan hanya tidak adanya gangguan
mental, tetapi lebih sebagai kesejahteraan mental (mental wellness).
“Kesehatan mental adalah suatu kondisi kesejahteraaan ( well-being)
dimana setiap individu menyadari potensi dirinya, mampu mengatasi stres
kehidupan normal, mampu bekerja secara produktif dan berhasil, dan
mampu berkontribusi bagi komunitasnya.2”
 Definisi-definisi lainnya menerangkan kesehatan mental ( mental health) sebagai
suatu kondisi keseimbangan psikologis, dimana seseorang mampu mengendalikan
pikiran, impuls dan perilakunya ketika berhadapan dengan tuntutan kehidupan
biasa sehari-hari.
 Berbagai populasi di seluruh dunia menambahkan kesehatan spiritual ( spiritual
health) dan kesejahteraan terhadap definisi ini.
 Gangguan Mental (Mental disorder) dapat didefinisikan sebagai berikut;
Suatu penyakit, gangguan psikologis yang bermakna secara klinis yang
disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis atau psikososial yang ditandai
oleh adanya gejala-gejala stres, proses pikir, emosi-emosi, pendapat, atau
persepsi terhadap realitas yang mengakibatkan gangguan perilaku.
 Demikian pula, banyak populasi memandang anggota masyarakat dengan gejala-
gejala diatas hanya sebagai hilangnya keseimbangan spiritualitas atau dibawah
kendali kekuatan spiritual negatif.
 Penting untuk diingat bahwa setiap masyarakat membuat definisi sendiri tentang
kesehatan mental dan gangguan mental dengan cara yang berbeda-beda.

1 UNODC. (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Retrieved February 25, 2011, from http://www.
unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
2 World Health Organization. (2007). What is mental health? Retrieved July 15, 2011, from http://www.who.int/features/qa/62/en/index.html

40
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 2
RIWAYAT, KERENTANAN, DAN DAMPAK DARI GANGGUAN
KO-OKURING

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70

41
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 2 5 menit
Presentasi: Gangguan Ko-okuring—Riwayat dan dampak 10 menit
Presentasi: Mengapa gangguan penggunaan zat terjadi bersamaan
20 menit
dengan penyakit mental lainnya
Latihan kelompok kecil: Menelusuri kerentanan gangguan ko-okuring 60 menit
ISHOMA 60 menit

Modul 2 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Memberikan ikhtisar hubungan gangguan penggunaan zat dan gangguan mental;
 Menjelaskan dampak gangguan ko-okuring (GKO);
 Menjelaskan riwayat terapi gangguan ko-okuring; dan
 Membantu peserta pelatihan memahami kerentanan terhadap komorbiditas.

Objektif Pembelajaran
Peserta pelatihan setelah menyelesaikan Modul 2 akan mampu untuk:

 Mengidentifikasi terjadinya dan riwayat terapi gangguan ko-okuring(GKO);


 Menjelaskan mengapa gangguan penggunaan zat (GPZ) sering timbul bersama
dengan gangguan mental lainnya; dan
 Mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan klien dalam timbulnya
GKO.

43
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
MODUL 2
RIWAYAT, KERENTANAN, DAN DAMPAK DARI
GANGGUAN KO–OKURING

Modul 2 Objektif Pembelajaran

 Identifikasiperkembangan dan upaya-upaya


penting dalam riwayat terapi Gangguan Ko-
okuring(GKO)
 Menjelaskan mengapa gangguan penggunaan
zat sering terjadi bersamaan dengan gangguan
mental lain
 Mendiskusikan faktor-faktor yang
memengaruhi kerentanan klien sehingga
terjadi komorbiditas

2.2

44
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Riwayat Istilah GKO

 Istilah GKO/Gangguan Ko-Okuring (Co-Occuring Disorder)


merupakan istilah baru bagi terapis kesehatan jiwa dan
konselor gangguan penggunaan zat (GPZ)
 Istilah-istilah lain yang telah dikenal selama lebih dari 40
tahun adalah :
 Gangguan. mental penyalahgunaan zat kimia (Mentally
ill chemical abuser/MICA)
 Ketergantungan kimia dan gangguan mental
(Chemically addicted and mentally ill/CAMI )
 Gangguan Diagnosis Ganda (Dual disorders)
 Gangguan Komorbiditas (Comorbid disorders)

2.3

45
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Gangguan Dual (Dually Disordered)

 Digunakan untuk individu yang didiagnosis


memiliki satu gangguan mental dan satu GPZ
 Tidak termasuk mereka yang memiliki lebih dari
satu macam GPZ atau lebih dari satu
Gangguanmental
 Istilah ini jarang digunakan sekarang

2.4

Komorbiditas

 istilahini digunakan oleh komunitas medis dan


psikologi untuk menggambarkan dua atau lebih
penyakit atau kondisi yang terjadi bersamaan
pada seseorang
 Terkadang digunakan untuk menggambarkan
gangguan mental yang terjadi bersamaan
dengan GPZ
 Gangguan Ko-Okurens (GKO) adalah istilah
yang paling banyak digunakan saat ini

2.5

46
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diagnosis Gangguan Ko-Okuring (GKO)

 Diagnosis GKO ditegakkan saat :


 terdapat
sedikitnya satu gangguan mental atau
Gangguanmedis yang didiagnosis sebagai
tambahan pada GPZ, dan tidak berhubungan
dengan GPZ
 Seorang profesional adiksi harus memperhatikan
bahwa:
 Kumpulan gejala-gejala tersebut tidak dihasilkan
dari satu jenis gangguan saja.
 Gejala-gejala gangguan mental tersebut tidak hilang
saat penggunaan zat dihentikan 2.6

47
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Riwayat

 Tahun 1970-an, terapis kesehatan jiwa dan


konselor GPZ mendapati bahwa kombinasi hal
tersebut mengakibatkan dampak yang serius
 Intervensi dini difokuskan pada depresi dan
GPZ
 Tahun 1980 dan 1990-an banyak didapati
gangguan mental yang berhubungan dengan
GPZ
 Depresi dan cemas sering terjadi pada GPZ

2.7

Insiden GKO

Ko-okuring GPZ dan 42.8 % dewasa


Gangguan Mental dengan GPZ juga
memiliki gangguan
mental

19.7 % dewasa
dengan gangguan
Gangguan Mental mental juga memiliki
GPZ GPZ

Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2010). Results from the 2009
National Survey on Drug Use and Health: Mental Health Findings. Office of Applied Studies, NSDUH Series
H-39, HHS Publication No. SMA 10-4609. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.
2.8

48
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Jender dan GKO

 Pria lebih banyak mengalami penyalahgunaan


dan ketergantungan zat dibandingkan wanita
 Pria cenderung memiliki gangguan kepribadian
antisosial
 Wanita lebih banyak didiagnosis mengalami
gangguan alam perasaan (mood) dan cemas
dibandingkan laki-laki.

2.9

49
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Riwayat GKO

 Tahun
2000, baik organisasi kesehatan mental
dan GPZ di Amerika Serikat :
 Mengenalkan kriteria diagnosis GKO
 Mengadakan pelatihan yang meliputi kedua hal
diatas.
 Mengoordinasikan upaya-upaya penelitian

2.10

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

 Tahun2000, WHO menggabungkan 2


departemen menjadi Departemen Kesehatan
Mental dan Penyalahgunaan Zat karena
banyak memiliki pendekatan yang sama (Dept.
of Mental Health and Substance Abuse/
DMHSA)

2.11

50
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
WHO Peduli terhadap GKO

 Dampak dari GPZ pada Gg. Mental :


 “Gangguan penggunaan zat merupakan kondisi
komorbiditas penting yang dapat mengubah
perjalanan penyakit, terapi dan hasil. Komorbiditas
Gangguan penggunaan zat atau penyalahgunaan zat
dapat meningkatkan angka kesakitan dan
menurunkan fungsi individu, serta dapat
memengaruhi jenis layanan yang diperlukan.”

Sumber: WHO. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions (p. 10).
Geneva: Author.

2.12

51
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Penyebab GKO

 Tingginya prevalensi ko-okurens GPZ dan


Gangguanmental bukanlah berarti satu kondisi
mengakibatkan timbulnya kondisi yang lain
 Kausalitas atau direksionalitas sulit dijelaskan
karena berbagai alasan

2.13

Kausalitas – Skenario 1

 Penyalahgunaan zat dapat :


 Menyebabkan timbulnya gejala-gejala psikiatrik atau
kerusakan kognitif.
 Memfasilitasi timbulnya “gejala laten”yaitu orang
yang memiliki potensial biologis atau rentan
menderita gangguan mental.

2.14

52
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Contoh skenario 1

 Ganja yang dihisap/dirokok dengan dosis tinggi


dapat menginduksi timbulnya gejala psikotik
pada individu yang memiliki kerentanan menjadi
psikosis
 Ekstasi cenderung menimbulkan gangguan
mood di kemudian hari

Sumber:
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction.
Vienna: Commission on Narcotic Drugs. Retrieved February 25, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/
CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
Maxwell, J. (n.d.). Implications of research for treatment: Ecstasy. Austin, TX: U.S. Gulf Coast Addiction Technology Transfer Center. Retrieved
March 15, 2011, from http://www.utexas.edu/research/cswr/gcattc/Ecstasy.pdf 2.15

53
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Kausalitas – Skenario 2

 Gangguan Mental dapat menimbulkan GPZ:


 Karena obat digunakan sebagai medikasi sendiri
(self medication) untuk gangguan mental ringan.
 Karena produk tembakau digunakan oleh penderita
skizofrenia untuk mengurangi gejala dan
memperbaiki fungsi kognitifnya
 Karena Gangguanmental dapat mengurangi
kemampun untuk mengendalikan impuls

Sumber: US-DHHS. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.
2.16

Kausalitas – Skenario 3, Bagian I

 BaikGPZ dan gangguan mental dapat


disebabkan oleh faktor-faktor yang saling
tumpang tindih :
 Kerusakan atau trauma otak, termasuk
menggunakan obat-obat pada masa kehamilan
 Kerentanan genetik.

Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author.

2.17

54
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kausalitas – Skenario 3, Bagian II

 Keduanya dapat disebabkan faktor yang


saling bertumpang tindih :
 Mengalami stres atau trauma pada masa kecil
atau pengaruh lingkungan yang serupa seperti
kekerasan fisik atau seksual dan/atau keluarga
yang berantakan
 Hingga 75% individu dengan gangguan kepribadian
ambang memiliki pengalaman kekerasan seksual di
masa kanaknya

Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision).
Washington, DC: Author.
Dziegielewski, S. F. (2002). DSM-IV-TR™ in action (p. 327). New York: John Wiley & Sons. 2.18

55
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Kausalitas – Skenario 4

 Baik GPZ maupun Gangguan mental kurang


lebih terjadi pada waktu yang bersamaan
 Tidak satupun menjadi penyebab timbulnya
yang lain
 Kebanyakan gangguan mental terjadi pada masa
dewasa muda/remaja akhir.
 Hal ini bersamaan waktunya dengan saat mereka
mulai menggunakan atau meningkatnya penggunaan
zat

2.19

Dampak pada Otak Remaja

 Perubahan otak yang signifikan terjadi pada masa


remaja dapat meningkatkan kerentanan
mengalami GPZ dan Gangguanmental
 GPZ mempengaruhi sirkuit otak, diantaranya:
 Pembelajaran dan memori
 Reward
 Pembuatan keputusan
 Perkembangan emosi
 Pengendalian perilaku

2.20

56
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak Jangka Panjang dari
Penggunaan Zat pada Usia Muda

 Penelitian komorbiditas memperlihatkan :


 penggunaan zat pada usia muda merupakan faktor
risiko mengalami Gangguan penggunaan zat.
 penggunaan zat pada usia muda juga merupakan
faktor risiko mengalami Gangguan mental di masa
mendatang.

2.21

57
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Dampak Jangka Panjang dari Mata Rantai
Penggunaan Zat pada Usia Muda

 Tidak sederhana, tergantung pada :


 Kerentanan genetik
 Pengalaman psikososial
 Pengaruh lingkungan secara Umum
 Penelitian 2005 memperlihatkan bahwa peningkatan
frekuensi penggunaan ganja pada masa remaja akan
meningkatkan faktor risiko psikosis pada masa dewasa,
tetapi hanya terjadi pada individu yang memiliki kerentanan
bawaan/genetik
Sumber: Caspi, A., Moffitt, T. E., Cannon, M., McClay, J., Murray, R., Harrington, H., et al. (2005). Moderation of the effect of adolescent-onset
cannabis use on adult psychosis by a functional polymorphism in the catechol-O-methyltransferase gene: Longitudinal evidence of a gene x
environment interaction. , 57(10) 1117–1127.
Hall, W., & Degenhardt, L. (2009). Adverse health effects of non-medical cannabis use. Lancet, 374(9698), 1383–1391. 2.22

Dampak Jangka Panjang dari Gangguan


Mental pada Usia Muda

 Gangguan Tingkah laku dan Gangguan


Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) yang tidak diterapi dapat
meningkatkan faktor risiko menggunakan zat di
masa mendatang

Sumber: US-DHHS. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication
Number 10-5771. Bethesda, MD: Author. 2.23

58
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Ko-Okuring (GKO) pada Remaja

 Terlepasdari bagaimana timbulnya GKO,


program tatalaksana GPZ pada remaja harus
mencakup :
 SkriningGangguan mental
 Terapi Gangguan mental bila diperlukan

2.24

59
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Penelitian Terkini Mengenai GKO

 Pencarian gen yang menjadi predisposisi


seorang individu untuk:
 Mengalami adiksi dan Gangguanmental lainnya
 Memiliki risiko tinggi mengalami gangguan kedua
setelah timbulnya gangguan yang telah lebih dulu
ada
 Estimasi bahwa setengah dari kerentanan
menjadi adiksi dipengaruhi oleh genetik

Sumber: US-DHHS. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity. NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author. 2.25

Aksi dari Gen

 Interaksi
gen menghasilkan kerentanan menjadi
GPZ dan Gangguan mental secara langsung:
 Proteinmemengaruhi bagaimana respons seseorang
terhadap zat.
 Berapa lama narkoba menetap dalam tubuh.
 Menghasilkan kerentanan secara tak langsung :
 Merubah respons individu terhadap stres
 Meningkatkan perilaku risiko tinggi

2.26

60
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak pada Otak

 Sirkuit
otak yang menggunakan neurotransmiter
dopamin dipengaruhi oleh zat adiktif, dan
berhubungan dengan:
 Depresi
 Skizofrenia
 Gangguan psikiatri lain

2.27

61
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Efek Lainnya pada Otak

 Sirkuit
otak yang berkaitan dengan dopamin
dipengaruhi oleh obat-obat :
 Antidepresan dan antipsikotik secara langsung
memengaruhi regulasi dopamin
 Jalur dopamin yang berkaitan dengan timbulnya stres
akan meningkatkan kerentanan mengalami
ketergantungan zat
 Stres merupakan faktor risiko lingkungan dari
penggunaan zat dan Gangguan mental

2.28

Efek Tambahan pada Otak

 Tumpang tindihnya area otak yang terlibat pada


GPZ dan Gangguanmental memberi kesan
bahwa perubahan pada suatu keadaan
memengaruhi keadaan lainnya :
 Penggunaan zat yang mendahului gejala-gejala
Gangguan mental dapat merubah struktur dan fungsi
otak yang menjadi pencetus timbulnya Gangguan
mental.

2.29

62
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak Otak dari Gangguan Mental

 Gangguanmental dapat mengubah aktivitas


otak, meningkatkan kerentanan untuk
menyalahgunakan zat dengan :
 Menguatkan efek positif yang ada
 Mengurangi kesadaran terhadap efek negatif yang
timbul.
 Meringankan efek tak menyenangkan dari
gangguan mental yang mereka alami atau obat
yang digunakan untuk terapi hal tersebut.

2.30

63
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Latihan Kelompok Kecil: Eksplorasi
Kerentanan Ko-Okuring

 Baca Halaman Penjelasan yang telah ditetapkan


 Lakukan diskusi selama 10 menit dalam
kelompok Anda, tentang bagaimana hal tersebut
mempengaruhi program yang Anda lakukan di
pekerjaan Anda
 Disediakan waktu 15 menit dengan waktu
presentasi 5 menit

2.31

ISHOMA
60 menit

2.32

64
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
65
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Halaman Penjelasan 2.1: Merokok dan Skizofrenia—
Medikasi-Diri atau Berbagi Saluran Sirkuit Otak?1

Pasien dengan skizofrenia memiliki taraf penyalahgunaan alkohol, tembakau dan


penyalahgunaan zat lainnya yang lebih tinggi dari populasi umum. Bardasarkan data
survei nasional di Amerika Serikat, 41 % responden yang sebulan lalu terdapat penyakit
mental (mental illness) sekarang adalah perokok, dua kali lebih tinggi dari orang-orang
yang tidak memiliki penyakit mental (mental illness). Sampel klinis menunjukkan bahwa
taraf perokok pada pasien skizofrenia mencapai angka 90%.
Berbagai hipotesis medikasi-diri telah diusulkan sebagai penjelasan bagi kuatnya
hubungan antara skizofrenia dan merokok, walaupun belum satupun yang disepakati.
Sebagian besar hipotesis ini terkait dengan adanya nikotin dalam tembakau. Nikotin
dapat:

 Membantu memperbaiki hendaya kognitif akibat skizofrenia; dan


 Melawan gejala-gejala psikotik; atau
 Menghilangkan efek samping tak menyenangkan dari obat-obat antipsikotik.
Perilaku merokok juga dapat membantu orang dengan skizofrenia mengatasi
anxietasnya dan stigma sosial dari penyakit ini.
Riset bagaimana nikotin dan skizofrenia mempengaruhi otak telah menghasilkan
berbagai penjelasan kemungkinan tingginya taraf perokok pada penderita skizofrenia.
Adanya abnormalitas pada sirkuit-sirkuit tertentu di otak dapat;

 Menjadi predisposisi terjadinya skizofrenia pada seseorang;


 Meningkatkan efek ganjaran zat seperti nikotin misalnya; atau
 Mengurangi kemampuan individu untuk berhenti merokok.
Adanya mekanisme yang umum, konsisten dengan observasi bahwa nikotin dan
medikasi dengan clozapine (yang juga bertindak sebagai reseptor nikotin, diantaranya)
dapat:

 Memperbaiki perhatian dan memori kerja pada model hewan skizofrenia: dan
 Mengurangi taraf merokok pada hewan.
Memahami bagaimana dan mengapa pasien skizofrenia menggunakan nikotin dapat
membantu kita mengembangkan terapi baru bagi skizofrenia dan ketergantungan
nikotin.

1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.

66
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 2.2: ADHD di Masa Kanak-Kanak dan
Masalah Penyalahgunaan Narkoba di Masa Mendatang1

Sudah banyak penelitian yang menemukan meningkatnya risiko GPZ pada remaja
akibat tidak diberikan terapi untuk ADHD (Attention Disorder and Hiperactivity Disorder
/ Gangguan Pemusatan Perhatian dan Gangguan Hiperaktifitas) yang dialami ketika
masa kanak, walaupun beberapa berpendapat bahwa hanya sebagian individu yang
rentan: yaitu mereka yang juga mengalami gangguan tingkah laku. Dengan kaitan ini,
maka penting untuk memastikan apakah terapi ADHD yang efektif dapat mencegah
GPZ dan masalah perilaku dikemudian hari. Terapi ADHD masa kanak dengan medikasi
stimulan seperti methylphenidate atau amfetamin dapat mengurangi:

 Perilaku impulsif;
 Gelisah; dan
 Ketidakmampuan konsentrasi.
Semua ini adalah ciri-ciri khas anak dan remaja yang didiagnosis dengan ADHD.
Namun, banyak dokter dan orang tua khawatir kalau anak ADHD diterpi dengan
stimulan akan meningkatkan risiko untuk menjadi penyalahguna zat dikemudian hari..
Dari penelitian jangka panjang terhadap anak dengan ADHD yang diterapi dengan
obat stimulan tidak terbukti meningkatkan GPZ. Obat stimulan seperti;

 Adderal;
 Ritalin; dan
 Concerta.
Walaupun demikian, banyak penelitian itu memiliki keterbatasan, dan perlu penelitian
lebih lanjut, terutama dengan remaja.

1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author

67
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Halaman Penjelasan 2.3: Akibat Penggunaan Ganja Masa
Remaja pada Psikosis Masa Dewasa yang Dipengaruhi oleh
Faktor Genetik1

Variasi gen dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya psikosis ketika dewasa,


setelah terpapar ganja ketika remaja.
Gen catechol-O-methyltransferase mengatur enzim yang merusak dopamin, zat kimia
otak yang mempengaruhi terjadinya skizofrenia.
Ada 2 jenis; Met dan Val. Ilustrasi dibawah memperlihatkan, individu dengan 1 atau 2
pasang jenis Val berisiko tinggi menjadi gangguan tipe skizofrenia kalau pakai ganja
ketika remaja.
Mereka dengan jenis Met tidak menjadi skizofrenia walaupun pakai ganja. Penemuan
ini menandai kompleksnya faktor-faktor penyebab GKO.
Grafik dibawah menggambarkan efek gen Met dan Val untuk terjadinya gangguan
skizofreniform.

Persentase Individu dengan Gangguan


Skizofreniform pada usia 26 tahun

15
Remaja Bukan
Pengguna Ganja
12 Remaja Pengguna
Kanabis
Persen

0
Met/Met Val/Met Val/Val
Variasi Gen

1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH
Publication Number 10-5771. Bethesda, MD: Author.
68
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 2.4: Kondisi Tumpang Tindih—Berbagi
Kerentanan1

Gangguan Mood, Kecemasan dan Penggunaan Zat


Gangguan mood dan GPZ sangat terkait : Gangguan mood seperti depresi major
dan gangguan bipolar, meningkatkan kerentanan untuk GPZ, dan GPZ dapat juga
meningkatkan kerentanan terjadinya gangguan mood. Walaupun demikian, diagnosis
dan terapi gangguan mood dapat mengurangi risiko terjadinya penggunaan zat
setelah itu..
Karena penggunaan zat dapat meningkatkan kerentanan terjadinya gangguan mood,
diagnosis dan terapi GPZ dapat:

 Menjelaskan bahwa hal ini adalah dua sisi dari satu koin;
 Mengurangi risiko terjadinya gangguan mental lain; dan
 Mengurangi beratnya gangguan atau membuatnya lebih responsif terhadap terapi
jika keduanya terjadi.
Grafik berikut menggambarkan hubungan GPZ dengan gangguan mood dan anxietas
dan sebaliknya.

Prevalensi Tinggi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat


pada Orang-Orang dengan Gangguan Mood dan Kecemasan
25
Seluruh responden

20 Setiap Gangguan Mood


Setiap Gangguan
Persen

15

10

0
Any Drug Opioid Amphet. Cocaine Marijuana

1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author. Reprinted in source document from National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (Conway et
al., 2006).

69
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Ringkasnya, dibanding orang tanpa gangguan mood, orang dengan gangguan mood :

 Lebih dari dua kali kemungkinannya menggunakan salah satu jenis narkoba;
 Lebih dari tujuh kali kemungkinannya menggunakan opiat;
 Sedikit lebih besar kemungkinannya menggunakan baik amfetamin atau kokain;
dan
 Lebih kurang dua kali kemungkinannya menggunakan ganja.
Demikian pula, dibanding orang tanpa gangguan anxietas,orang dengan gangguan
anxietas:

 Hampir dua kali kemungkinannya menggunakan narkoba tertentu;


 Lebih dari tujuh kali kemungkinannya menggunakan opiat;
 Sedikit lebih besar kemungkinannya menggunakan baik amfetamin atau kokain;
dan
 Lebih kurang dua kali kemungkinannya menggunakan ganja.

Prevalensi Gangguan Mental Lebih Tinggi pada Orang


dengan GPZ

50
Semua Responden

40 Setiap GPZ
Persen

30

20

10

0
Mood Disorders Anxiety Disorders

Penderita gangguan mood dibanding orang tanpa GPZ. Demikian pula orang dengan
GPZ dan gangguan anxietas.

70
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Merokok dan Gangguan Mental
Lebih dari 40% rokok yang diisap di Amerika diisap oleh individu dengan gangguan
mental, seperti;

 Gangguan depresi major;


 Gangguan penggunaan alkohol;
 Gangguan stres pasca trauma (PTSD);
 Skizofrenia; atau
 Gangguan bipolar.
Merokok pada klien dengan gangguan jiwa menyebabkan tingginya morbiditas
dan mortalitas. Grafik dibawah menggambarkan hubungan merokok, Gangguan
penggunaan alkohol (GPA), GPZ, dan gangguan mental. Walaupun tidak dicantumkan
dalam grafik, orang dengan skizofrenia prevalensi merokok tarafnya hampir 90%1.

Higher Prevalence of Smoking Among Patients With Mental Disorders

80

70 Perokok

60
Persen

50

40

30

20

10

0
No Mental Dep* AUD** PTSD*** SUD Bipolar
Disorders Disorders
* Depression
**Alcohol use disorder
***Post-traumatic stress disorder

1 Lasser, K., Boyd, J. W., Woolhandler, S., Himmelstein, D. U., McCormick, D., & Bor, D. H. (2000). Smoking and mental illness: A population-
based prevalence study. JAMA, 284(20), 2606–2610.

71
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Modul 2—Riwayat, Kerentanan,
dan Dampak GKO
Gangguan Ko-Okuring—Riwayat dan dampak
 Istilah GKO (Gangguan Ko-Okuring) relatif baru baik bagi terapis kesehatan mental
dan konselor GPZ. Selama 40 tahun yang lalu, banyak istilah telah digunakan
untuk GKO, ketika praktisi mulai memahami bahwa isu kesehatan mental dan
penyalahgunaan zat terjadi tumpang tindih pada beberapa klien.
 Anda mungkin pernah mendengar istilah “mentally ill chemical abuser” atau MICA,
dan “chemically addicted and mentally ill,” atau CAMI. Istilah-istilah ini tidak lagi
digunakan secara umum sekarang.
 Dua istilah yang tetap ada: “gangguan dual” (dual disorders) dan “gangguan
komorbiditas” (comorbid disorders).
 “Gangguan dual” (dually disordered) adalah istilah yang menjelaskan bahwa
seseorang didiagnosis menderita gangguan mental dan GPZ. Dengan demikian
mengecualikan orang dengan lebih dari satu GPZ dan lebih dari satu gangguan
mental dan sekarang sudah jarang digunakan.
 Komorbiditas adalah istilah yang masih digunakan komunitas medis dan
psikologis untuk menjelaskan eksistensi dua atau lebih penyakit atau kondisi pada
satu individu pada waktu yang sama. Istilah ini terus digunakan seringkali ketika
gangguan medis terjadi (co-occur) bersama GPZ atau gangguan mental, tetapi
istilah ini kadangkala masih digunakan untuk menjelaskan adanya gangguan
mental dan GPZ.
 Saat ini, Gangguan Ko-okuring (co-occurring disorders) adalah istilah yang paling
sering digunakan.
 Diagnosis GKO dibuat ketika setidaknya ada satu gangguan mental atau gangguan
medis dipastikan terjadi sebagai tambahah pada GPZ dan tidak disebabkan oleh
GPZ (ketergantungan karena GPZ).
 Seorang konselor harus waspada bahwa apa yang diamati bukan hanya semata-
mata sekumpulan gejala-gejala dari suatu tipe gangguan, misalnya pikiran paranoid
muncul akibat ketergantungan amfetamin. Banyak gejala-gejala seperti ini hilang
ketika seseorang berhenti pakai narkoba. Hanya ketika gejala-gejala tidak hilang
dan seseorang itu memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan mental
sebagai tambahan untuk GPZ, maka dia dipertimbangkan memiliki GKO.
 Pemahaman GKO telah semakin maju dan terus berkembang. Pada akhir tahun
1970an terapis kesehatan mental dan konselor GPZ mulai mengakui bahwa adanya
GPZ dan gangguan mental sangat mempengaruhi hasil terapi.
 Intervensi dini, dahulu fokus pada depresi dan GPZ. Walaupun adanya kaitan antara
depresi dan GPZ pada masa lalu menjadi bahan kajian, barulah pada 1980an dan
1990an komunitas kesehatan mental dan komunitas GPZ mulai memahami bahwa
gangguan mental, bukan hanya depresi, sering terkait dengan GPZ.

72
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Walaupun demikian, depresi dan anxietas masih cenderung menjadi gangguan
mental yang sering terjadi bersama GPZ1.
 Di Amerika, dalam Survey Nasional Penggunaan Narkoba dan Kesehatan tahun
20092 menemukan bahwa 42,8% orang dewasa dengan GPZ juga memiliki
gangguan mental. Sebagai pembanding, orang dewasa yang tidak memiliki GPZ,
17,6% yang memiliki gangguan mental.
 Publikasi UNODC/United Nations Office on Drug Use and Crime3 melaporkan
temuan yang sama: taraf ko-okuring adalah 45%.
Orang dewasa dengan gangguan mental lebih mungkin memiliki juga GPZ dibanding
orang dewasa yang tidak memiliki gangguan mental: 19,7% berbanding 6,5%.

 Gender adalah pola spesifik ko-okuring. Misalnya4:


• Secara umum taraf penyalahgunaan atau ketergantungan zat cenderung lebih
tinggi pada pria dibanding wanita;
• Pria cenderung menderita gangguan kepribadian antisosial; dan
• Prevalensi gangguan mood dan gangguan anxietas seperti gangguan bipolar
lebih tinggi pada wanita..
 Pada tahun 2000, organisasi kesehatan mental dan GPZ di Amerika:
• Menerbitkan kriteria diagnosis GKO;
• Memulai pelatihan silang diantara dua bidang ini; dan
• Mengoordinasikan upaya riset.
 Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) telah mengakui adanya
kaitan ini. WHO menggabung departemen kesehatan mental dan departemen
penyalahgunaan zat menjadi satu Department of Mental Health and Substance
Abuse karena banyak kesamaan pendekatan pada kedua bidang ini.

1 UNODC. (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Vienna: Commission on Narcotic Drugs.
Retrieved February 25, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/ CND-53-RelatedFiles/ECN72010_
CRP3eV1051349.pdf

2 Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2010). Results from the 2009 National Survey on Drug Use and Health: Mental
Health Findings (Office of Applied Studies, NSDUH Series H-39, HHS Publication No. SMA 10-4609). Rockville, MD: Author.

3 UNODC Commission on Narcotic Drugs, 53rd Session (2010). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Retrieved
July 25, 2010 from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf

4 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author

73
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
 WHO terus menjelaskan bahwa penyalahgunaan zat sebagai:
• Isu kesehatan mental yang penting;
• Faktor utama berkontribusi pada penyakit global; dan
• Penyebab utama gangguan mental, kecelakaan, dan luka/injury.
 Faktanya, WHO jelas-jelas menyatakan keprihatinannya akan dampak GPZ pada
gangguan mental:
 GPZ juga merupakan kondisi komorbid signifikan yang dapat merubah perjalanan
penyakit, terapi dan hasil.....
Gangguan penggunaan komorbid atau penyalahgunaan zat komorbid
menambah secara dramatis derajat morbiditas dan ketidakmampuan fungsional
seorang individu, dan mempengaruhi layanan yang diperlukan1.

Mengapa GPZ Terjadi Bersama dengan Penyakit Mental


Lainnya
 Tingginya prevalensi komorbiditas antara GPZ dan gangguan mental tidaklah
berarti yang satu menyebabkan yang lain, bahkan jika salah satu muncul lebih
dahulu. Faktanya, menetapkan apa yang disebut sebagai penyebab (apakah yang
satu menyebabkan yang lain?) atau urutan kejadian/directionality(jika demikian,
gangguan mana yang menyebabkan gangguan yang lainnya?) sulit, karena
beberapa alasan.
 Diagnosis gangguan mental tidak dapat ditegakkan hingga semua gejala-gejala
berkembang hingga taraf tertentu( seperti didefinisikan the Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders/DSM).2 Walaupun demikian, gejala-gejala
yang belum mencapai taraf tertentu untuk dapat didiagnosis sebagai gangguan
mental sudah dapat mendorong seseorang menggunakan narkoba.
 Sebagai tambahan, temuan yang belum sempurna tentang kapan penyalahgunaan
atau penggunaan zat mulai terjadi dapat membuat bingung apakah gangguan
mental atau GPZ yang muncul pertama kali.
 Ada 4 skenario yang dapat dipertimbangkan. Keempatnya mungkin berkontribusi
secara bervariasi, terhadap bagaimana dan apakah ada ko-okuring yang khas.
 Skenario pertama terjadi ketika penyalahgunaan zat:
• Menyebabkan gejala-gejala psikiatri dan hendaya kognitif;atau
• Memfasilitasi munculnya gangguan mental yang laten pada individu yang
rentan.
 “Gangguan Laten” (latent disorder) adalah orang yang potensial dan secara
biologis rentan gangguan mental walaupun belum menunjukkan gejala-gejala.
Misalnya, riset menunjukkan bahwa:

1 WHO. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions (p. 10). Geneva: Author.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author.
74
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Ganja, terutama pada perokok berat dan dengan dosis tinggi, dapat
menyebabkan psikosis pada individu yang rentan1; dan
• Ecstasy membuat individu cenderung mengalami gangguan mood dikemudian
hari2.
 Skenario kedua gangguan mental dapat menjadi GPZ. Individu dengan gangguan
mental ringan yang secara klinis belum memenuhi kriteria DSM dapat saja
menggunakan narkoba sebagai bentuk medikasi diri/”self-medication”. Misalnya,
penggunaan produk tembakau oleh klien skizofrenia dipercaya dapat mengurangi
gejala dan memperbaiki kognitif3. Sebagai tambahan, gangguan mental dapat
mengurangi kemampuan seseorang untuk mengendalikan impuls, mengakibatkan
meningkatnya penggunaan zat yang tidak terkontrol.
 Skenario ketiga adalah GPZ dan gangguan mental disebabkan oleh faktor-faktor
yang saling tumpang tindih/overlapping seperti:
• Defisit atau luka di otak, termasuk terpapar narkoba selagi dalam kandungan
atau terpapar timah hitam yang ada dalam cat atau zat kimia lain dalam masa
pertumbuhan;dan
• Kerentanan Genetik, seperti ditunjukkan oleh individu dengan gangguan
bipolar seringkali memiliki riwayat keluarga gangguan bipolar, terutama orang
tua atau kakak adik4.
 Pengalaman diabaikan dan disakiti ketika masa kanak merupakan faktor risiko.
Misalnya: stres atau trauma pada masa kecil seperti pelecehan seksual atau
siksaan fisik, terorisme atau perang, atau kehancuran keluarga juga merupakan
faktor risiko. Misalnya, 75% individu menderita gangguan kepribadian borderline
ketika kecil mengalami berbagai bentuk pelecehan seksual.5 Pengabaian adalah
kondisi kronik yang dalam beberapa kasus jauh lebih menjadi masalah dibanding
episoda trauma.
 Akhirnya, GPZ dan gangguan mental dapat timbul pada saat bersamaan, tanpa
yang satu menyebabkan yang lainnya. Misalnya, masa remaja/dewasa awal adalah
masa yang khas dimana banyak gangguan mental mulai muncul. Masa ini juga
merupakan waktu dimana seseorang mulai menggunakan narkoba. Seringkali, GPZ
dan gangguan mental berbagi kerentanan yang tumpang tindih, sebagaimana
skenario ketiga..
 Sehingga tidaklah mengherankan kalau GKO dapat muncul pada masa remaja.
Perubahan-perubahan di otak yang cukup signifikan terjadi dimasa remaja, yang
dapat meningkatkan kerentanan terhadap GPZ dan gangguan mental lainnya.GPZ
mempengaruhi sirkuit-sirkuit otak yang ada kaitannya dengan:

1 United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction.
Vienna: Commission on Narcotic Drugs. Retrieved February 25, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/
CND-53-relatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
2 Maxwell, J. (n.d.). Implications of research for treatment: Ecstasy. Austin, TX: U.S. Gulf Coast Addiction Technology Transfer Center. Retrieved
March 15, 2011, from http://www.utexas.edu/research/cswr/gcattc/Ecstasy.pdf
3 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda: Author.
4 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
5 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.

75
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
• Pembelajaran dan daya ingat/Learning and memory;
• Ganjaran (Reward);
• Pengambilan keputusan (Decision-making);
• Perkembangan emosi (Emotional development); dan
• Kendali perilaku (Behavioral control).
 Sirkuit-sirkuit di otak masih dalam proses maturasi hingga awal masa dewasa.
 Pemahaman dampak jangka panjang terpapar dini narkoba merupakan bidang
riset yang penting. Ada bukti kuat bahwa terpapar dini narkoba merupakan faktor
risiko masalah GPZ dikemudian hari. Temuan lain juga menyebutkan bahwa dapat
juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya gangguan mental dikemudian hari.
 Walaupun demikian kaitan tersebut bukanlah hal yang sederhana dan dapat
dipengaruhi oleh:
• Kerentanan genetik;
• Pengalaman psikososial; dan/atau
• Pengaruh lingkungan umum.
 Riset 20051 menunjukkan kompleksitas ini, dimana ditemukan bahwa seringnya
mengisap ganja ketika remaja meningkatkan risiko terjadinya psikosis ketika
dewasa, tetapi hanya pada individu dengan gen tertentu. Riset terbaru juga
menyimpulkan risiko ini tidak terbatas pada orang dengan kerentanan genetik
tertentu, tetapi juga berpengaruh pada populasi umum2.
 Juga benar kalau kalau ada gangguan mental ketika masa kanak atau remaja
dapat meningkatkan risiko timbulnya masalah GPZ dikemudian hari, sebagaimana
sering terjadi pada anak dengan gangguan tingkahlaku dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas(ADHD) yang tidak diobati3.
 Bagaimanapun terjadinya, GKO umum terjadi ketika remaja dan dewasa. Tingginya
prevalensi GKO dan dampaknya yang buruk terhadap hasil terapi GPZ, program
terapi GPZ bagi remaja haruslah meliputi skrining dan terapi untuk gangguan
mental ko-okuring sesuai kebutuhan.
 Riset GKO yang penting saat ini meliputi riset tentang gen yang dapat
mempengaruhi individu untuk:
• Mengalami adiksi dan gangguan mental lainnya; atau
• Memiliki risiko tinggi mengalami gangguan kedua setelah gangguan pertama
terjadi.Diperkirakan lebih kurang setengahnya dari kerentanan individu
terhadap adiksi karena faktor genetik. Kerentanan ini akibat interaksi yang
kompleks dari berbagai gen dan interaksi gen dan pengaruh lingkungan.

1 aspi, A., Moffitt, T. E., Cannon, M., McClay, J., Murray, R., Harrington, H., et al. (2005). Moderation of the effect of adolescent-onset cannabis
use on adult psychosis by a functional polymorphism in the catechol-O-methyltransferase gene: Longitudinal evidence of a gene x
environment interaction. Biological Psychiatry, 57(10) 1117–1127.
2 Hall, W., & Degenhardt, L. (2009). Adverse health effects of non-medical cannabis use. Lancet 374(9698):1383-1391.
3 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.

76
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Pada beberapa keadaan, produk gen dapat berpengaruh langsung. Misalnya,
protein gen mempengaruhi bagaimana seseorang merespon narkoba (misalnya,
apakah pakai narkoba menyenangkan atau tidak) dan seberapa cepat tubuh
memetabolisir dan mengeluarkan narkoba dari tubuh1.

• Merubah bagaimana individu merespons stres; atau

• Meningkatkan kemungkinan perilaku berisiko dan perilaku kreatif.

 Kerentanan ini dapat mempengaruhi terjadinya GPZ dan gangguan mental.

 Beberapa area otak dipengaruhi oleh GPZ dan gangguan mental. Misalnya, sirkuit
di otak yang menggunakan neurotransmitter dopamin—seperti yang dipelajari di
Kurikulum1—dipengaruhi oleh zat adiktif dan dopamin ini juga berperan dalam:

• Depresi;

• Skizofrenia; dan

• Gangguan psikiatrik lainnya.

 Sesungguhnya, beberapa antidepresan dan obat-obat antipsikotik secara


langsung mempengaruhi sistim dopamin, sedangkan yang lainnya secara tidak
langsung. Penting untuk dicatat bahwa jaras dopamin/dopamine pathways juga
terlibat dalam meningkatnya kerentanan terhadap adiksi narkoba akibat stres.

 Stres juga merupakan faktor risiko lingkungan untuk berbagai gangguan mental
dan karenanya memberikan satu kemungkinan kaitan neurobiologis umum antara
proses penyakit dari GPZ dan gangguan mental.

 Tumpang tindih area otak yang terlibat dalam GPZ dan gangguan mental
menguatkan dugaan bahwa perubahan-perubahan otak pada satu gangguan
dapat mempengaruhi gangguan lainnya. Misalnya penyalahgunaan zat yang
mendahului gejala pertama gangguan mental dapat menghasilkan perubahan
dalam struktur dan fungsi otak yang memicu kecenderungan yang sudah ada
untuk terjadinya gangguan mental.

 Jika gangguan mental terjadi duluan, perubahan aktifitas di otak tersebut dapat
meningkatkan kerentanan untuk menyalahgunakan narkoba melalui:

1 U.S. Department of Health and Human Services (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.

77
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
• Menguatkan efek-efek positifnya;
• Mengurangi kesadaran akan efek-efek negatifnya; atau
• Menghilangkan efek-efek yang tidak menyenangkan terkait gangguan mental
atau obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati gangguan jiwa..
Lihat Halaman Penjelasan 2.1-2.4 untuk contoh-contoh singkat hingga penelitian
mengenai gangguan ko-okuring.

78
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 3
ASESMEN, MODEL DAN PILIHAN TERAPI

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 110
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 3 5 menit
Presentasi: Definisi Klinis untuk Gangguan Ko-Okuring 30 menit
Diskusi Kelompok–Besar : Prosedur dan Protokol untuk Program
30 menit
Gangguan Ko-Okuring
Presentasi: Konsep Kunci untuk Terapi Gangguan Ko-Okuring 5 menit
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok – Kecil : Efek-Efek dari Asesmen Gangguan Ko-
45 menit
Okuring dan Terapi pada Konselor Terapi Gangguan Penggunan Zat

Modul 3 Tujuan dan Objektif

Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan ikhtisar mengenai konsep asesmen penting di dalam lingkup
gangguan ko-okuring; dan
 Untuk memberikan ikhtisar dari model-model terapi dan kesempatan bagi
partisipan untuk menguji pendekatan program mereka.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 3 mampu untuk:

 Menjelaskan mengenai parameter dari DSM-IV-TR untuk “gangguan mental”;


 Menjelaskan mengenai perbedaan antara terapi dan intervensi yang terpadu
(terintegrasi), parallel dan berurutan (sekuensial).
 Menjelaskan “pemulihan” seperti yang digunakan pada terapi gangguan ko-
okuring;
 Mendiskusikan konsep “kuadran perawatan”; dan
 Mendiskusikan hubungan antara keparahan gejala, kapital pemulihan dan
tingkatan perawatan.

81
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Modul 3 Objektif Pembelajaran

 Menjelaskan parameter DSM -!V-TR untuk


“gangguan mental”
 Menjelaskan perbedaan antara intervensi dan
tatalaksana terintegrasi, paralel dan sekuensial
 Menjelaskan “pemulihan “(recovery)

1.2

82
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Modul 3 Objektif Pembelajaran

 Mendiskusikan konsep kuadran pengobatan


(quadrants of care)
 Mendiskusikan hubungan antara keparahan
gejala, pemulihan total, dan tingkatan perawatan

1.3

83
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Gangguan Ko-Okuring (GKO)

 Telahmeluas secara cepat sejak 40 tahun


terakhir, karena :
 Adanya data prevalensi yang bermakna.
 Munculnya terapi terbaru pada populasi dengan
GKO.
 Perubahan terapi, termasuk meningkatnya program
untuk tatalaksana individu dengan GKO

1.4

DSM-IV-TR

 Disusun oleh Asosiasi Psikiatrik Amerika

1.5

84
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Sistem WHO ICD-10

 DSM selaras dengan ICD-10 yang disusun oleh


WHO

WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems 1.6
(10th revision). Geneva: Author.

85
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Terminologi Gangguan Mental berdasarkan
DSM-IV-TR

 Digunakan oleh seluruh profesional kesehatan


mental dan medis untuk diagnosis :
 Menyediakan kesamaan persepsi para klinisi dengan
istilah umum yang baku.
 Menjelaskan kriteria untuk diagnosis gangguan yang
spesifik.

1.7

Parameter Gangguan Mental

 DSM tidak dapat mendefinisikan “gangguan


mental” dengan sangat tepat
 Tidak ada definisi atau parameter yang dapat
dengan tepat menjelaskan konsep “gangguan
mental”

1.8

86
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Nudaya

 Gangguan mental yang terjadi pada suatu


budaya dapat dianggap sebagai berkah
intelektual/spiritual di budaya yang lain

1.9

87
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Definisi Gangguan Mental berdasarkan
DSM-IV TR (Lanjutan)

 Menggambarkan gangguan mental sebagai


suatu kumpulan gejala (sindrom) perilaku dan
psikologis yang bermakna signifikan yang
mengakibatkan:
 Hendaya dan disfungsi pada satu atau lebih fungsi
seseorang
 Dapat meningkatkan risiko kematian, kesakitan,
disabilitas atau kehilangan kebebasan

1.10

Definisi Gangguan Mental berdasarkan


DSM-IV TR (Lanjutan)

 Kumpulan gejalan ini disebabkan oleh disfungsi


perilaku, psikologis atau biologi dari individu.

1.11

88
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Definisi Gangguan Mental berdasarkan
DSM-IV TR (Lanjutan)

 Sindrom atau keadaan ini bukanlah sebagai


respons budaya dari suatu peristiwa, seperti
misalnya kematian orangtua atau anak
 Penyimpangan sosial politik, agama, atau
perilaku seksual tidak perlu dipertimbangkan
sebagai gangguan mental

1.12

89
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Tidak Memberi Label (labeling)

 Mengidentifikasi individu dengan gangguan


mental spesifik lebih baik daripada memberi
label pada individu bersangkutan, seperti:
 Orang
dengan gangguan skizofrenia lebih baik
daripada dikatakan “seorang skizofrenik ”
 Orang dengan masalah ketergantungan heroin lebih
baik dikatakan dari pada “Pecandu Heroin
 Mengakui bahwa semua klien adalah individu dengan
karakteristik unik, dengan menggunakan bahasa yang
diterima individu tersebut.
1.13

Tiga Tipe Program

 Penatalaksanaan GPZ – program tersendiri yang khusus


(only programs)
 GKO – program yang sesuai dengan kondisi dan berkaitan
dengan kemampuan/kecakapan (capable programs)
 GKO – program lanjutan (enhanced programs)

American Society of Addiction Medicine. (2001). Patient placement criteria for the treatment of substance-related 1.14
disorders (2nd revised ed.). Chevy Chase, MD: Author.

90
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terapi GPZ saja

 Tidak dapat dilakukan pada pasien dengan


gangguan mental yang membutuhkan perhatian
lebih
 Rujuk klien dengan GKO pada program GPZ lain
yang memiliki layanan GKO, atau pada penyedia
layanan terapi gangguan mental

1.15

91
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
GKO – Yang Mumpuni

 Tatalaksana primer GPZ, tetapi dapat melakukan


penatalaksanaan ko-okurensi gangguan mental
ringan sampai sedang
 Meliputi kebijakan dan prosedur, asesmen,
rencana terapi dan program untuk GKO
 Dapat merujuk klien pada penyedia layanan
kesehatan mental ataupun layanan lainnya

1.16

GKO – Program Peningkatan

 Leveltertinggi integrasi dari layanan terapi GPZ


dan gangguan mental
 Menyediakan terapi primer GPZ dan gangguan
mental hingga GKO berat
 Fokus pada integrasi layanan untuk
penggunaan zat dan gangguan mental

1.17

92
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pertanyaan untuk Didiskusikan pada
Kelompok Besar

 Apakah layanan untuk klien dengan gangguan


ko-okuring dilakukan atau tersedia di program
Anda?

1.18

93
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Model Terapi:
Terapi Sekuensial/Berkelanjutan

 Lebih dulu mengobati satu gangguan, dan


kemudian mengobati gangguan lainnya
 Dilakukan pada tatanan atau tempat yang
terpisah

1.19

Kerugian Terapi Sekuensial/ Berkelanjutan

 Profesional (petugasnya) tidak selalu


berpendapat sama mengenai gangguan mana
yang lebih dulu harus ditangani
 Hal ini terkadang membuat klien tidak
mendapatkan terapi
 Tidak masalah gangguan mana yang akan
diterapi lebih dahulu, gejala dari gangguan lain
seringkali berespons terhadap terapi

1.20

94
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Model Terapi: Terapi Paralel

 Menyediakan terapi pada kedua gangguan pada


saat bersamaan, tetapi dalam tempat yang
terpisah

1.21

95
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Kerugian Terapi Paralel

 Pemberi layanan pada gangguan mental sering


tidak mengerti GPZ, begitu juga sebaliknya
 Berpotensi cepat membingungkan klien
 Dapat menimbulkan konflik serius pada
penatalaksanaannya

1.22

Model Terapi: Terapi Terintegrasi

 Paling efektif dalam penatalaksanaan GKO


 Diberikan pada mereka yang membutuhkan
intervensi simultan terhadap kedua gangguannya
 Umumnya disediakan pada satu layanan,
sehingga klien menjalani proses dan terapi yang
terkoordinir dengan baik

1.23

96
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Mengapa Terapi yang Terintegrasi Dapat
Berjalan?

 Hubungan klien hanya pada 1 konselor atau tim


 Klien tidak perlu repot membangun “sense” (rasa/
nilai) pada 2 konselor yang bekerja terpisah
 Klien cenderung merasa lebih dimengerti dan
diobati secara menyeluruh

1.24

97
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Mengapa Terapi yang Terintegrasi Dapat
Berjalan? (lanjutan)

 Adanya upaya untuk melakukan asesmen dan


terapi saat klien mulai memasuki program terapi
 Pastikan konsultasi tetap tersedia di tempat
tersebut meskipun penyedia layanan tidak
memiliki keahlian sesuai dengan isu yang dibawa
oleh klien
 Meningkatkan kompetensi konselor dan program
dalam penatalaksanaan individu dengan GKO

1.25

Mengapa Terapi yang Terintegrasi Dapat


Berjalan? (lanjutan)

 Memperkuat pengobatan yang aman dengan


memberi pemahaman kepada klien mengenai
interaksi antara obat yang digunakan pada kedua
gangguan penggunaan zat dan gangguan
mental, dan antara obat dengan zat yang
dilarang lainnya

1.26

98
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Latihan Berlandaskan Fakta atau
Hasil Penelitian

 Pusat Penelitian Psikiatri Dartmouth di AS:


 Klien dan konselor saling berdiskusi dalam membuat
keputusan
 Pelayanan dilakukan dengan terintegrasi
 Tatalaksana yang komprehensif sesuai dengan
kebutuhan klien
 Jangkauan komunitas yang asertif

1.27

99
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Latihan Berlandaskan Fakta atau
Hasil Penelitian (lanjutan)

 Fokus pada upaya untuk mengurangi


konsekuensi negatif, seperti hepatitis C
 Menerima bahwa pemulihan membutuhkan
waktu yang lama
 Menggunakan intervensi yang dilandaskan
pada motivasi untuk berubah
 Mengadaptasi intervensi sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan klien

1.28

Definisi Pemulihan

“Suatu proses perubahan dimana individu


berupaya untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraannya dan untuk hidup lebih
bermakna dalam suatu komunitas sesuai dengan
pilihannya sambil berjuang untuk mencapai
potensi tertinggi yang dapat mereka capai”

SAMHSA Blog. (2011, May 20). Recovery defined—A unified working definition and set of principles.
Retrieved July 27, 2011, from http://blog.samhsa.gov/2011/05/20/recovery-defined-a-unified-working-
definition-and-set-of-principles
1.29

100
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terapi Terintegrasi

 Terapi terintegrasi untuk GKO belum tersusun


baku

1.30

101
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Kuadran Pengobatan

 Kerja sama antara:


 U.S. National Association of State Alcohol and Drug
Abuse Directors (NASADAD)
 U.S. National Association of State Mental Health
Program Directors
Mengklasifikasikan koordinasi layanan
berdasarkan tingkat keparahan GPZ dan Gangguan
Mental.

U.S. NASADAD. (1998). National dialog on co-occurring mental health and substance abuse disorders.
Washington, DC: Author. Retrieved January 31, 2011, from
http://nasadad.org/national-dialogue-co-occurring-mental-health 1.31

Kuadran Pengobatan

Keparahan Kuadran III Kuadran IV


tinggi

Gg. Mental ringan Gg. Mental berat


+ +
GPZ berat GPZ berat
Gg. Penggunaan Zat

Kuadran I Kuadran II

Gg. Mental ringan Gg. Mental berat


+ +
GPZ ringan GPZ ringan

Keparahan Keparahan
rendah Gangguan Mental tinggi

Sumber: U.S. NASADAD. (1998). National dialog on co-occurring mental health and substance abuse disorders. Washington, DC: 1.32
Author. Retrieved January 31, 2011, from http://nasadad.org/national-dialogue-co-occurring-mental-health

102
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perhatian!

 Asesmen dan terapi harus disesuaikan dengan


masing-masing individu dengan memperhatikan
berbagai faktor
 Diskusikan dengan menggunakan ilustrasi
bagaimana model kuadran dapat membantu
konselor membuat keputusan mengenai
tatalaksana klien bukan resep pengobatan

1.33

103
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
3 Tipe Program

 Terapi
GPZ – Program Saja
 GKO – Program Mumpuni
 GKO – Program Ditingkatkan

American Society of Addiction Medicine. (2001). Patient placement criteria for the treatment of substance-related 1.34
disorders (2nd revised ed.). Chevy Chase, MD: Author.

Kerugian

 Kuadran pengobatan berorietasi pada masalah,


bukan berorientasi pada kekuatan klien
 Konsep pemulihan total memerlukan dimensi
kekuatan klien yang bermakna dalam
menentukan keputusan

1.35

104
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pemulihan Total

 Pengetahuan akan sumber internal dan eksternal


dari klien sangat diperlukan untuk mencapai dan
mempertahankan penyembuhan GPZ :
 Kemampuan diri/Pribadi klien
 Dukungan keluarga dan sosial
 Dukungan komunitas (termasuk budaya)

Sumber: White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals
Counselor, 9(5), 22–27. 1.36

105
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Pemulihan Total dan Matriks Tingkat
Keparahan Masalah

Kuadran III Kuadran IV

Masalah Keparahan Masalah Keparahan


Tinggi dan Kompleks Tinggi dan Kompleks
+ +
Pemulihan Total Tinggi Pemulihan Total Rendah

Kuadran I Kuadran II

Masalah Keparahan Masalah Keparahan


Rendah dan Kompleks Rendah dan Kompleks

+ +
Pemulihan Total Tinggi Pemulihan Total Rendah

Sumber: White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions
1.37
professionals, Counselor, 9(5), 22–27.

Faktor-Faktor dalam Pemulihan Total

 Tingkat keparahan masalah rendah + tingkat


pemulihan sedang sampai tinggi = intervensi
singkat

tetapi

 Tingkat keparahan masalah rendah + tingkat


pemulihan rendah = intervensi yang lebih
intensif seperti program rawat jalan
1.38

106
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Faktor-Faktor dalam Pemulihan Total
(lanjutan )

 Tingkat keparahan masalah tinggi + rendahnya


tingkat pemulihan = dirawat inap atau diberikan
terapi berlandaskan rumah sakit

tetapi

 Tingkat keparahan masalah tinggi + tingginya


tingkat pemulihan = terapi rawat jalan intensif

1.39

107
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Sumber Referensi Pemulihan Total

 Recovery Management and Recovery-Oriented


Systems of Care: Scientific Rationale and
Promising Practices http://
www.facesandvoicesofrecovery.org/pdf/White/
recovery_monograph_2008.pdf
 Recovery Capital: A Primer for Addictions
Professionals
http://dbhids.org/assets/Forms--Documents/
transformation/BillWhite/
2008RecoveryCapitalPrimer.pdf

1.40

Penelitian Mengenai GKO Masih Terbilang Baru

 Penelitiandilakukan dan menguji:


- Perangkat asesmen
- Intervensi terapi
- Petunjuk terapi

1.41

108
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
REHAT
15 menit

1.42

109
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Latihan Kelompok Kecil: Dampak GKO pada
Konselor GPZ

 Apa masalah paling besar yang Anda hadapi


dalam bekerja dengan klien yang memiliki
gangguan ko-okurens?
 Konsep mana yang paling berguna untuk Anda
gunakan
 Konsep mana yang ingin Anda ketahui lebih
jauh?

1.43

110
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
1
Keparahan
Tinggi Quadrant III Quadrant IV
Less severe mental disorder + More severe SUD More severe mental disorder + More severe SUD

Recommended Care Recommended Care


SUD treatment (intensive outpatient, residential, Intensive, comprehensive, integrated treatment
or inpatient), in collaboration with mental disorder (residential or inpatient) for both disorders.
treatment provider as needed. Emergency care as needed.

SUD only or COD capable COD enhanced

Quadrant I Quadrant II

Less severe mental disorder + Less severe SUD More severe mental disorder + Less severe SUD

Recommended Care Recommended Care

Gangguan Penggunaan Zat


Brief SUD intervention or SUD treatment (outpatient) Mental disorder treatment provider in collaboration
with mental disorder treatment provider as needed. with SUD treatment provider or COD-enhanced
SUD treatment in collaboration with mental
disorder treatment. Emergency care as needed.
Halaman Penjelasan 3.1: Kuadran Perawatan1

SUD only or COD capable COD enhanced

Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi


Keparahan Keparahan
Rendah

substance use and mental disorders: A guide for primary care providers. Substance Abuse in Brief Fact Sheet, 4(2).
Gangguan Mental Tinggi

Adapted from U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2006, Fall). Identifying and helping patients with co-occurring

111
Modul 3—Asesmen, Model dan Pilihan Terapi,
Rangkuman

Definisi Klinis dari Gangguan Ko-Okuring


 Bidang GKO (Gangguan Ko-Okuring) telah berkembang pesat dalam 40 tahun
terakhir. Perkembangan penting ini termasuk:
• Ketersediaan data yang signifikan pada prevalensi GKO;
• Munculnya populasi terapi baru dengan GKO, termasuk tunawisma, orang
dengan HIV/AIDS, atau terlibat dalam sistem peradilan pidana, dan
• Perubahan dalam pemberian pengobatan, termasuk peningkatan jumlah
program yang melayani orang dengan GKO.
 Banyak kalangan menganggap bahwa orang dengan GKO yang khas memiliki
gangguan jiwa berat kombinasi dengan gangguan penggunaan zat yang parah.
Namun kita belajar dalam Modul 2, bahwa setiap orang memiliki kedua faktor
risiko genetik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi, baik terjadinya maupun
tingkat keparahan dari gangguan tersebut.
 Dalam Modul 1, kita belajar bahwa GPZ adalah subkategori dari gangguan
terkait zat yang tertulis di DSM-IV-TR1. Meskipun DSM-IV-TR dikembangkan oleh
American Psychiatric Association (APA), mereka telah mengadakan pertemuan
panel penasihat internasional untuk memastikan bahwa informasi spesifik tidak
hanya ke Amerika Serikat, tetapi juga ke negara-negara lain. Pembuatan alat
diagnostik tersebut telah berlangsung terus-menerus, yang merupakan proses
60-tahun, dengan revisi dan pembaharuan secara berkala.
 APA juga bekerja sama dengan WHO sehingga DSM-IV-TR cocok (kompatibel)
dengan kategori dan kriteria yang digunakan dalam “WHO’s International
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems”2.
 Istilah GKO yang digunakan dalam kurikulum ini berasal dari DSM-IV-TR, yang juga
digunakan di seluruh bidang kesehatan mental dan bidang medis di dunia untuk
mendiagnosis gangguan mental. DSM-IV-TR:
• Menyediakan klinisi dengan bahasa umum untuk berkomunikasi tentang
gangguan ini, dan
• Menetapkan kriteria untuk mendiagnosis gangguan tertentu.
 DSM-IV-TR menyatakan bahwa meskipun di dalamnya menyediakan sistem
klasifikasi untuk gangguan mental, namun tidak ada definisi sepenuhnya yang
membahas atau menjelaskan parameter yang tepat dari konsep “gangguan
mental.” Sebaliknya, DSM-IV-TR mendeskripsikan indikator yang digunakan
untuk menentukan batas antara “normal” dan “patologi.” Bahkan para ahli klinis
berjuang untuk mendefinisikan garis kompleks antara gangguan mental dan
kesehatan mental.
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
2 WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems (10th revision). Geneva: Author.

112
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Menambahkan tentang kesulitan dalam mendefinisikan gangguan mental,
perilaku yang dianggap sebagai sebuah gangguan mental di dalam suatu budaya,
justru dapat dipertimbangkan sebagai sebuah hadiah intelektual maupun spiritual
di dalam sisi lain. Sebagai contoh, DSM-IV-TR menyatakan bahwa jika seorang
klien tidak dapat mendefinisikan perbedaan antara realita dengan fantasi di usia
12 tahun, klien tersebut dapat dianggap memiliki psikosis atau skizofrenia. Namun
begitu di dalam banyak budaya, berbicara dengan ruh-ruh gaib dianggap sebagai
sebuah hal yang normal, malahan dianggap sakti .
 DSM-IV-TR menjelaskan gangguan mental sebagai sebuah perilaku “klinis yang
signifikan” atau sindroma psikologi atau pola-pola yang mengarah pada:
• Kesulitan atau penurunan satu atau lebih bidang fungsi, dan
• Suatu peningkatan risiko kematian, sakit, cacat, atau banyak kehilangan
kebebasan secara khusus.
 DSM-IV-TR memperluas definisi ini dengan menyatakan bahwa sindroma atau
pola-pola tersebut pasti awalnya disebabkan oleh disfungsi perilaku, psikologis,
atau biologis di dalam individu.
 Sangat penting untuk dicatat bahwa kebudayaan menyetujui bahwa kegiatan-
kegiatan seperti kematian orang tua atau anak tidak dianggap sebagai gangguan
mental. Selain itu, perilaku politik, agama, atau seksual sosial menyimpang tidak
selalu dianggap sebagai gangguan mental. Perilaku dan konflik lainnya tersebut,
yang terutama antara individu dan masyarakat, dianggap merupakan gangguan
mental hanya ketika perilaku jelas merupakan gejala dari sindroma yang disebabkan
oleh disfungsi perilaku, psikologis, atau biologis.
 Sebelum kita melanjutkan, perlu kita bahas catatan singkat tentang penggunaan
istilah. Di dalam Kurikulum 1 kita berbicara tentang stigma dan dampak dari
istilah yang kita gunakan. Kelompok advokasi konsumen telah menyatakan
keprihatinan tentang bahasa atau istilah yang digunakan untuk mendiskusikan atau
menggambarkan klien dengan gangguan mental. Banyak kelompok mengambil
pengecualian untuk terminologi yang tampaknya menempatkan orang-orang
dalam “suatu kotak” memberi mereka label yang mengikuti mereka sepanjang
hidup mereka dan bahwa tidak menjelaskan identitas mereka secara penuh.
Sebagai contoh, seseorang dengan GKO juga mungkin adalah:
• Seorang ibu;
• Seorang tukang kayu, atau
• Seseorang dengan diabetes.
 Dengan demikian, penting untuk merujuk kepada seseorang sebagai orang yang
memiliki kelainan khusus daripada sebagai label. Jadi, kita akan mengatakan:
• “Dia memiliki skizofrenia” daripada “Dia skizofrenia”, atau
• “Dia mengalami kecanduan heroin” daripada “Dia seorang pecandu heroin.”
 Bahasa ini berpusat pada orangnya, yang lebih dapat diterima oleh banyak klien,
karena mengakui bahwa mereka memiliki banyak karakteristik, termasuk sehat,
terlindungi, selain karakteristik dari penyakit yang distigma. Menggunakan bahasa
ini berarti kita tidak mendefinisikan orang hanya dengan penyakit mereka. Di
seluruh seri pelatihan ini, kita telah menggunakan pandangan ini.
113
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Tipe – Tipe dari Program
 Bidang GKO merupakan hal yang cukup baru. Program GPZ mungkin masih dalam
proses menentukan bagaimana mereka dapat bekerja dengan klien dengan GKO.
Pada tahun 2001, the American Society of Addiction Medicine mengidentifikasi
tiga jenis dasar dari program, yaitu1:
• Program Terapi GPZ saja;
• Program GKO – mampu; dan
• Program GKO – tingkat lanjut/disempurnakan
 Program terapi GPZ saja, tidak dapat menampung klien yang memiliki gangguan
mental yang memerlukan perhatian/penanganan khusus, bahkan jika gangguannya
bersifat stabil dan klien berfungsi dengan baik. Program jenis ini merujuk klien
dengan GKO ke program lain, baik ke penyedia layanan lain yang mampu atau ke
penyedia layanan kesehatan mental.
 Program GKO – mampu, dipersiapkan terutama untuk merawat masalah GPZ dan
juga menangani gangguan mental ringan sampai sedang. Program ini membahas
GKO dalam kebijakan dan prosedur, penilaian, dan perencanaan perawatan. Para
petugas programnya “mampu mengatasi interaksi antara gangguan mental dan
gangguan terkait zat, serta efeknya pada kesiapan perubahan dari klien, sama
halnya dengan isu relaps dan pemulihan lingkungan, melalui muatan program
individu maupun kelompok. Program-program ini dapat merujuk klien kepada
penyedia layanan kesehatan mental lain untuk layanan tertentu, seperti manajemen
pengobatan atau perawatan harian tapi bekerja sama secara erat dengan program
asalnya.
 Program GKO – tingkat lanjut/disempurkanan, memiliki tingkat integrasi yang
lebih tinggi dari layanan terapi gangguan mental dan GPZ. Program-program ini
dapat memberikan terapi penyalahgunaan zat utama kepada klien, dibandingkan
dengan mereka yang diobati di level “program GKO – mampu”, maka program ini
“lebih simtomatis dan, atau secara fungsi terganggu” sebagai hasil dari terjadinya
gangguan mental mereka. . Program ini fokus terutama pada integrasi layanan
untuk penggunaan narkoba/zat dan gangguan mental.

Konsep Penting untuk Terapi Gangguan Ko-Okuring


 Secara historis, terapi GKO telah tersedia baik secara sekuensial atau paralel.
 Terapi berurutan (sekuensial) berarti memberikan terapi untuk satu gangguan
pertama, dan kemudian yang lainnya. Terapi sekuensial disediakan dalam
pengaturan benar-benar terpisah. Pendekatan ini terbukti menimbulkan kesulitan
untuk sejumlah alasan, seperti misalnya, professional dalam bidang terapi GPZ
dan gangguan mental tidak selalu berpendapat sama tentang gangguan mana
yang harus ditangani terlebih dahulu. Klien akhirnya jatuh diantara celah-celah
dalam sistem terapi tersebut dan akhirnya malah menjadi tidak menerima
perawatan sama sekali. Apapun jenis gangguan yang diprioritaskan untuk dirawat
lebih dahulu, munculnya gejala gangguan lain juga sering mengganggu terapi.
Ini bukan hal yang mengherankan dimana kita tahu bahwa GKO secara signifikan
terjalin dan berinteraksi.
1 American Society of Addiction Medicine. (2001). Patient placement criteria for the treatment of substance-related disorders (2nd revised ed.).
Chevy Chase, MD: Author.

114
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Memberikan terapi secara paralel berarti menangani kedua gangguan yang ada
pada saat yang sama, tetapi dalam pengaturan yang berbeda. Perlakuan paralel
memiliki keuntungan lebih baik dari terapi berurutan karena tidak ada perdebatan
tentang mana gangguan harus diperlakukan pertama, dan klien cenderung untuk
tidak terjebak jatuh diantara celah-celah dalam sistem terapi. Kerugiannya adalah
biasanya program yang menangani gangguan mental sering tidak memahami
GPZ, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini terkadang menciptakan kebingungan bagi
klien maupun menghasilkan konflik terapi yang serius. Sebagai contoh, penyedia
layanan terapi gangguan mental mungkin meresepkan benzodiazepin untuk klien
dengan gangguan kecemasan yang parah. Penyedia perawatan GPZ kemudian
dapat mempertimbangkan klien untuk menjadi tidak abstinensia dan melanggar
aturan program.
 Program COD-mampu atau COD-yang disempurnakan, yang telah disebutkan
sebelumnya, dapat menghindari atau mengalami konflik di atas dalam tingkat
sedang.
 Penelitian membuktikan bahwa cara yang paling efektif penanganan GKO adalah
melalui program terapi terpadu (program GKO-yang disempurnakan, yang telah
disebutkan sebelumnya). Terapi terpadu mengatasi keseluruhan klien secara efektif
dengan menyediakan intervensi untuk kedua gangguan secara bersamaan. Terapi
terpadu paling sering disediakan di dalam satu tempat, sehingga klien hanya
melalui satu proses admisi dan satu orang petugas utama yang mengkoordinasikan
proses terapinya.
 Secara umum, pengobatan GKO terpadu bekerja efektif karena:
• Klien mengembangkan hubungan dengan hanya satu konselor atau tim;
• Klien tidak perlu mengalami kebingungan akibat intervensi dari dua layanan
yang bekerja secara terpisah, dan
• Klien merasa lebih sepenuhnya dipahami karena masalahnya diperlakukan
secara holistik.
 Keuntungan lainnya dari kerangka perawatan terpadu adalah:
• Mendukung penilaian dan terapi dapat diselesaikan dimanapun klien masuk
ke dalam system terapi, mengurangi kemungkinan klien akan jatuh diantara
kekurangan dalam sistem;
• Memastikan bahwa pengaturan untuk memfasilitasi konsultasi di tempat
layanan jika petugas tidak memiliki keahlian khusus pada isu-isu klien tertentu,
dan
• Mendorong semua konselor dan program untuk meningkatkan kompetensi
mereka dalam mengobati klien dengan GKO.
 Akhirnya, pengelolaan medikasi untuk kedua gangguan mental dan GPZ dapat
lebih efektif dalam program terpadu, mengurangi kemungkinan interaksi obat
yang berpotensi berbahaya atau pengurangan keefektivitasan obat. Petugas
program terintegrasi juga dapat lebih siap untuk memahami risiko yang terkait
dengan interaksi antara obat yang diresepkan dengan zat terlarang yang dapat
digunakan klien ketika ia kambuh, atau masih menggunakan.

115
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
 Para pengajar di Dartmouth Psychiatric Research Center, Amerika Serikat, menyebutkan
beberapa fitur penting tentang praktik berbasis bukti untuk terapi terpadu GKO1, yaitu:
• Pengambilan keputusan bersama antara klien dengan konselor;
• Integrasi layanan, karena tim konselor yang sama atau tim yang menyediakan
mereka;
• Terapi komprehensif untuk menangani semua kebutuhan klien, mulai dari
perumahan, pekerjaan hingga pelatihan keterampilan;
• Penjangkauan masyarakat “asertif”, di mana konselor bertanggung jawab untuk
bekerja sama dengan rekan di masyarakat untuk mendukung klien;
• Fokus pada mengurangi konsekuensi negatif, seperti dapat melakukan tes untuk
penyakit seperti hepatitis C, dll;
• Menerima pemulihan yang mungkin memakan waktu yang sangat lama untuk
beberapa klien;
• Menggunakan intervensi yang didasarkan pada motivasi klien untuk perubahan;
dan
• Beradaptasi dengan intervensi terapeutik untuk kebutuhan unik dan tujuan dari
setiap klien.
 Pada akhirnya tujuan dari semua praktik berbasis bukti adalah untuk membantu
klien dengan untuk pengembangan dan penggunaan capital pemulihan mereka
untuk menciptakan proses perubahan dan bergerak menuju kesejahteraan mereka.
Seperti telah disebutkan di dalam Kurikulum 2, organisasi SAMHSA di Amerika Serikat
baru-baru ini dikembangkan definisi terpadu dari pemulihan untuk kedua gangguan
kesehatan mental dan GPZ, yaitu sebagai2:
Suatu proses perubahan dimana individu bekerja untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan mereka sendiri, dan hidup bermakna dalam lingkungan yang
mereka tentukan, sambil terus berusaha untuk mencapai potensi kemampuan
penuh mereka.
 Definisi ini memungkinkan untuk penggunaan obat psikoaktif dalam penanganan
GPZ, mental gangguan, atau kondisi medis tertentu (seperti operasi) bila diperlukan,
meskipun orang tersebut berada dalam fase dalam pemulihan.

Tingkatan Perawatan
 Terapi terpadu belum menjadi hal yang umum di banyak tempat (atau sebagian
besar). Terapi ini jelas merupakan tujuan yang layak, namun konselor seringkali masih
harus membuat yang terbaik dari sistem yang tidak sempurna. Untuk melakukan hal
ini, konselor perlu tahu setidaknya bagaimana mengenali GKO ketika mereka melihat
indikasinya.
 Hal ini juga membantu untuk memahami konsep tingkat perawatan, terutama jika
Anda perlu untuk merujuk klien ke program lain untuk penanganan gangguan mental
mereka. Kita akan berbicara lebih banyak tentang menilai dan mencocokkan klien ke
tingkat perawatan yang tepat di dalam “Kurikulum 5: Intake dan Asesmen, Perencanaan
Terapi, dan Dokumentasi”. Tetapi untuk modul ke depan ini, kita akan melihat sekilas
beberapa cara umum untuk menentukan terapi bagi klien dengan tepat.
1 Fox, L., Drake, R. E., Mueser, K. T., Brunette, M. F., Becker, D. R., McGovern, M. R., et al. (2010). Integrated dual disorders treatment: Best practices,
skills, and resources for successful client care (p. 13). Center City, MN: Hazelden.
2 SAMHSA Blog. (2011, May 20). Recovery defined—A unified working definition and set of principles. Retrieved July 27, 2011, from http://blog.
samhsa.gov/2011/05/20/recovery-defined-a-unified-working-definition-and-set-of-principles

116
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Salah satu cara untuk melihat kecocokan terapi adalah dengan konsep kuadran
perawatan untuk GKO. Konsep kuadran perawatan dikembangkan di Amerika
Serikat pada tahun 1998 sebagai upaya bersama antara National Association
of State Alcohol and Drug Abuse Directors (NASADAD) dengan The National
Association of State Mental Health Program Directors1.
 Tujuannya adalah untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengembangkan
konsultasi, kolaborasi, dan integrasi antara sistem terapi GPZ, gangguan mental,
dan penyedia, sehingga masing-masing dapat memberikan perawatan yang
paling tepat untuk setiap klien dengan GKO.
 Kerangka konseptual dari kuadran perawatan ini mengklasifikasikan klien menjadi
empat kelompok berdasarkan tingkat keparahan gejala, bukan merupakan
diagnosis:
• Kuadran I: Klien memiliki gangguan mental lebih ringan dan GPZ lebih ringan;
• Kuadran II: Klien memiliki gangguan mental yang lebih parah tetapi GPZ lebih
ringan;
• Kuadran III: Klien memiliki gangguan mental lebih ringan tetapi GPZ lebih
parah; dan
• Kuadran IV: Klien memiliki gangguan mental lebih parah dan GPZ lebih parah.
 Harap diingat bahwa asesmen dan penempatan terapi harus sangat individual
dan berdasarkan sejumlah faktor; diskusi ini menggambarkan bagaimana model
kuadran dapat membantu konselor membuat keputusan terapi dengan klien
mereka. Namun perlu digarasibawahi bahwa ini bukan resep untuk pengobatan!
 Tentu saja, tidak setiap komunitas/lingkungan akan memiliki berbagai pilihan
yang tersedia. Namun model kuadran dapat membantu konselor mengidentifikasi
tingkat usahanya, termasuk manajemen kasus, yang mungkin diperlukan untuk
meningkatkan perawatan untuk klien dengan GKO.
 Halaman Penjelasan 3.1 menjelaskan tentang diagram kuadran dengan tingkat
perawatan dan jenis program yang disarankan (terapi GPZ – hanya mampu GKO
– GKO tingkat lanjut/yang disempurnakan). Salah satu kelemahan dari kuadran
ini adalah lebih berorientasi kepada masalah daripada kekuatan. Menambahkan
konsep kapital pemulihan pada kerangka kerja akan menambah dimensi kekuatan
penting untuk keputusan penempatan klien.
Dalam Kurikulum 2, kita mendefinisikan kapital pemulihan secara luas, dan kedalaman
sumber daya internal dan eksternal yang dapat dipakai untuk memulai dan
mempertahankan pemulihan GPZ2. Kapital Pemulihan meliputi antara lain:

• Sumber daya pribadi;


• Keluarga dan sumber daya sosial, dan
• Masyarakat sumber daya (dan budaya).

1 U.S. NASADAD. (1998). National dialog on co-occurring mental health and substance abuse disorders. Washington, DC: Author. Retrieved
January 31, 2011, from http://nasadad.org/national-dialogue-co-occurring-mental-health
2 White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals. Counselor, 9(5), 22–27.

117
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
 Ada sebuah konsep kuadran lainnya untuk kapital pemulihan, yaitu1:
• Kuadran I: keparahan masalah dan kompleksitas rendah ditambah kapital
pemulihan yang tinggi;
• Kuadran II: keparahan masalah dan kompleksitas rendah ditambah kapital
pemulihan rendah;
• Kuadran III: Masalah keparahan tinggi dan kompleksitas ditambah kapital
pemulihan yang tinggi, dan
• Kuadran IV: masalah keparahan tinggi dan kompleksitas ditambah kapital
pemulihan rendah.
 Sebagai contoh:
• Seorang klien dengan keparahan masalah tinggi dan kapital pemulihan rendah,
yang berarti beberapa sumber daya, membutuhkan intervensi perawatan intensif
berbasis residensial atau program berbasis rumah sakit. Namun, klien dengan
tingkat tinggi yang sama keparahan masalah tapi dengan kapital pemulihan
yang tinggi juga, dapat cocok untuk menjalani terapi dengan intensitas lebih
rendah, seperti program harian (daycare) atau program rawat jalan intensif.
• Seorang klien dengan keparahan masalah rendah dan kapital pemulihan yang
sedang hingga tinggi, mungkin dapat dilakukan intervensi singkat. Sedangkan
klien dengan tingkat keparahan masalah rendah yang relatif sama, namun
kapital pemulihannya rendah, mungkin akan berhasil dengan melakukan
intervensi yang lebih intensif, seperti program rawat jalan.
 Penelitian terkait GKO dan metode terbaik untuk memperlakukan mereka,
merupakan hal yang relatif baru dan masih terus dilakukan penelitiannya. Masih
banyak yang harus dipelajari, namun kini para peneliti sedang mengembangkan
dan menguji tentang:
• Instrumen asesmen;
• Terapi intervensi; dan
• Pedoman terapi.

1 White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals. Counselor, 9(5), 22–27.

118
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 4
MASALAH – MASALAH UTAMA DAN GANGGUAN MENTAL
SPESIFIK
Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 258
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 279

119
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 4 10 menit
Presentasi Interaktif: Gangguan Mood 75 menit
Evaluasi dan Kesimpulan 10 menit
Selesai Hari Pertama
Ulasan Materi Hari Pertama 5 menit
Latihan Kelompok-Kecil: Studi Kasus, Gangguan Mood 30 menit
Presentasi: Gangguan Anxietas, Bagian 1 75 menit
Rehat 15 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan Anxietas, Bagian 2 60 menit
Latihan Kelompok-Kecil : Studi Kasus, Gangguan Anxietas 30 menit
Diskusi Kelompok-Besar : Tanya Jawab dan Rangkuman 10 menit
ISHOMA 60 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan Psikotik 45 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan Kepribadian 75 menit
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok-Kecil : Studi Kasus, Gangguan Kepribadian 30 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan yang Banyak Terdiagnosa pada Bayi,
45 menit
Masa Kanak-Kanak, atau Remaja
Evaluasi dan Kesimpulan Hari Kedua 10 menit
Selesai Hari Kedua
Pembukaan Hari Ketiga 5 menit
Latihan Kelompok-Kecil : Studi Kasus, Gangguan yang Banyak
30 menit
Terdiagnosa pada Bayi, Masa Kanak-Kanak, atau Remaja
Diskusi Kelompok-Besar : Tanya Jawab dan Rangkuman 10 menit

Modul 4 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Memberikan ulasan pemahaman dasar mengenai gangguan mental mayor.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk:
 Mengidentifikasi komponen penting dari enam kategori gangguan mental;
 Menjelaskan pendekatan-pendekatan sederhana untuk Konselor GPZ yang
digunakan dengan klien yang mengalami gangguan mental; dan
 Mendemonstrasikan kemampuan untuk mengenali gejala-gejala dari gangguan
mental melalui pendekatan studi kasus.

121
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Modul 4 Objektif Pembelajaran

 Mengidentifikasi komponen-komponen utama


dari 6 kategori gangguan mental
 Menjelaskan pendekatan sederhana yang dapat
digunakan konselor GPZ terhadap klien dengan
gangguan mental
 Mendemonstrasikan kemampuan dasar untuk
mengenal gejala-gejala gangguan mental,
melalui pendekatan studi kasus

4.2

122
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Keterbatasan dalam Modul ini

 Tidak meliputi semua gangguan utama


 Tidak mengganti pelatihan profesional untuk
diagnosis dan terapi
 Hanya berisi saran-saran singkat untuk
pendekatan dan tindakan

4.3

123
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Keterbatasan Lainnya

 Orang dengan “Co-Occurring Disorders” atau


Gangguan Ko-Okuring, mungkin memiliki
kombinasi masalah GPZ tertentu dengan 1 atau
lebih gangguan lain, sehingga membuat
rumitnya proses diagnosis dan terapi

4.4

Struktur Modul

 Presentasi studi kasus


 Deskripsi dan kriteria diagnostik gangguan
 Kriteria diagnostik kasus tertentu
 Latihan studi kasus kelompok kecil
 Prevalensi gangguan
 Isu-isu utama dan perhatian utama yang mungkin
muncul
 Hubungan antara GPZ dan gangguan mental
 Saran-saran untuk konselor GPZ
4.5

124
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ingatlah!

 Prinsip-prinsipdan keterampilan dasar dari


konseling GPZ yang juga berlaku efektif, sama
untuk diterapkan untuk klien dengan gangguan
mental, seperti :
 Mendengar aktif; mendengar penuh penghargaan
 Affirmasi; gaya pemberian rasa aman
 Pendekatan sesuai dengan tahapan perubahan
klien
 Melibatkan klien dalam perencanaan terapi
 Pace; berproses sesuai dengan “kecepatan” klien
4.6

125
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
Komunikasi Profesional

 Mengembangkan hubungan kerja yang kuat


dengan pemberi layanan lain :
 Dokter pemberi resep
 Layanan medis lain
 Profesional dalam bidang kesehatan
mental (psikiater, perawat jiwa, dll)
 Dll.

4.7

Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
Medikasi (Pengobatan)

 Konselor GPZ dapat merupakan orang


pertama yang tahu bahwa klien berhenti
mengkonsumsi obat, adanya efek samping,
atau jika klien tidak mengkonsumsi obat
sesuai anjuran
 Mendukung klien dengan GKO untuk dapat
terus disiplin dalam terapi atau medikasi
kejiwaannya, akan berpengaruh besar dalam
pemulihan GPZ

4.8

126
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Publikasi untuk Medikasi

 Psychotherapeutic Medications
2011: What Every Counselor
Should Know

http://www.attcnetwork.org/userfiles/file/MidAmerica/Psychmeds%202011_FINAL%20as%20of
%203-1-11.pdf
4.9

127
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
“Pace” (Kecepatan atau Ritme)

 Pantau respon klien terhadap konseling dan


lakukan penyesuaian sesuai kebutuhan
 Berproses dan mendorong perubahan secara
perlahan. Fokus pada topik-topik umum dan
sebaiknya tidak melakukan intervensi
provokatif terlebih dahulu
 Tunggu hingga terbangunnya suatu hubungan
kepercayaan sebelum mengatasi isu-isu serius

4.10

Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
Memonitor Gejala-Gejala

 Amati setiap perubahan atau memburuknya


gejala-gejala gangguan mental
 Atasi hal-hal yang menjadi perhatian bersama
klien dan dokter

4.11

128
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :
Menyiapkan Klien Bekerja di Dalam Kelompok

 Banyak klien dengan GKO berhasil mengakami


kemaujuan yang baik di dalam kelompok;
dimana klien lain memerlukan bantuan
tambahan
 Jika dianggap perlu, kenalkan dan ajarkan cara
berpartisipasi dalam konseling kelompok dan
kelompok saling-bantu/kelompok bantu-diri

4.12

129
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :
Memonitor Risiko Bunuh Diri

 Orang dengan gangguan mental memiliki


risiko bunuh diri 15 kali lebih besar
 Orang yang melakukan bunuh diri, 65‒95%
memiliki beberapa jenis gangguan mental
tertentu, terutama depresi atau gangguan
stres pasca trauma (post-traumatic stress
disorder – PTSD)

Sumber: World Heath Organization. (2009). Preventing suicide: A reSumber for police,
firefighters and other first line responders. Geneva: Author. 4.13

Gangguan Mood

 Gangguan mood (gangguan alam perasaan atau


gangguan suasana hati) memiliki gangguan
suasana hati sebagai ciri utamanya, seperti :
 Gangguan Mood akibat kondisi medis umum
 Gangguan Depresi
 Gangguan Bipolar
 Dua gangguan lain yang dapat dijelaskan dari
penyebabnya, seperti :
• Gangguan Mood akibat kondisi medis umum
• Gangguan Mood yang disebabkan oleh penggunaan zat
atau Narkoba 4.14

130
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Rangkaian Episode Mood

 Rangkaian episode mood tidak dapat


didiagnosis sebagai gangguan yang terpisah
 Mereka dimasukkan sebagai kriteria dalam
diagnosis gangguan mood
 Episode-episode tersebut dapat
dipandang sebagai unsur pendukung
dalam membangun pondasi dalam
diagnosis gangguan mood

4.15

131
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Prevalensi Gangguan Mood

 Gangguan Mood adalah tipe gangguan yang


paling sering terjadi, dimana:
 Depresi dialami oleh 121 juta orang dan menjadi
penyebab disabilitas utama di seluruh dunia
 Gangguan Mood dapat terjadi pada setiap usia,
dimana usia rata-ratanya dimulai pada usia 20-an
 Wanita memiliki risiko dua kali lebih besar
mengalami gangguan depresi mayor dibandingkan
dengan laki-laki

Sumber:
World Health Organization. (n.d.). What is depression? Accessed February 17, 2012 at http://www.who.int/mental_health/management/
depression/definition/en/
4.16
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.

Hubungan Genetik

 Klien dengan orang tua atau saudara


kandungnya yang mengalami gangguan mood,
memiliki kemungkinan 1,5 – 3 kali lebih besar
mengalami gangguan mood

Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text 4.17
revision) (p. 373). Washington, DC: Author.

132
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Depresi Mayor

 Orang ini mengalami ekpresi perasaan yang


sangat rendah, terus merasa sedih atau
merasa tidak memiliki harapan yang
mempengaruhi aktivitas sehari-harinya

4.18

133
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kriteria Diagnostik Depresi Mayor

 Kriteria A: Adanya satu atau lebih episode depresi

Handout

4.19

Kriteria Diagnostik Depresi Mayor


(lanjutan)

 Kriteria B: Tidak disebabkan oleh gangguan


skizoafektif atau gangguan psikotik lain
 Kriteria C: Tidak memiliki episode manik,
campuran atau episode mood hipomanik

4.20

134
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Episode Mood Depresif
Kriteria A

1. Perasaan sedih mendalam atau mood depresif


2. Berkurangnya minat atau rasa senang
3. Perubahan nafsu makan dan berat badan yang
bermakna
4. Perubahan pola tidur
5. Gelisah, agitasi atau rasa malas
6. Kelelahan berlebihan atau tidak ada tenaga
7. Perasaan tidak berguna
8. Konsentrasi berkurang
9. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri yang
berulang 4.21

135
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Episode Mood Depresif
Kriteria B‒E

 Kriteria B: Gejala-gejala tidak memenuhi


kriteria “episode campuran”
 Kriteria C: Gejala-gejala menyebabkan stress
atau hendaya bermakna
 Kriteria D: Gejala-gejala tidak disebabkan
pengaruh fisik dari GPZ, atau kondisi medis
lainnya
 Kriteria E: Gejala-gejala tidak disebabkan
oleh rasa kehilangan atau duka cita
4.22

Penyebab Depresi

 Tidak dapat diidentifikasi melalui satu


penyebab tunggal saja
 Ada kontribusi faktor-faktor biologis,
lingkungan dan psikologis

4.23

136
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penyebab Depresi: Faktor Biologis

 Gangguan keseimbangan kimiawi otak, yang


disebabkan oleh:
 Faktor Genetik
 Pengaruh lingkungan dini terhadap perkembangan
otak
 Dapat terjadi pada janin, ketika kelahiran, atau pada
masa anak usia dini
 Kombinasi dari faktor genetik dan faktor lingkungan

4.24

137
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Penyebab Depresi:
Faktor Lingkungan dan Psikologis

 Akibat trauma masa kecil, seperti mengalami


tindak kekerasan, ditelantarkan atau tidak ada
hubungan keterikatan yang aman/tidak terjamin
 Kehilangan seseorang yang bermakna di masa
kecil
 Misalnya,anak atau remaja yang kehilangan orang
tua atau saudara kandung, lebih rentan menderita
depresi dikemudian harinya

4.25

Penyebab Lain Depresi

 Menderita akibat kehilangan seseorang yang


secara pribadi bermakna / dekat
 Kejadian atau kondisi traumatik di usia senja
 Tidak memiliki dukungan sosial yang baik

4.26

138
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Depresif Terkait GPZ

 Adalah umum seseorang menjadi depresi


apabila :
 Memiliki
kebiasaan mengkonsumsi alkohol
 Dalam kondisi putus zat kokain

4.27

139
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Putus Zat

 Klien
perlu dimonitor paling tidak 1 bulan
dalam kondisi abstinensia, untuk menentukan
apakah:
 Gejala-gejala depresi hilang atau mood klien pulih
setelah putus zat
atau
 Perlu terapi tambahan untuk gejala-gejala yang
muncul, karena tidak kunjung membaik atau
menjadi lebih depresif

4.28

Interaksi GPZ dan Depresi Lainnya

 Cara lain dapat saling berinteraksi :


 Orang cenderung untuk menggunakan zat atau
kambuh kembali bila mengalami perasaan negatif
(sedih, marah, dll)
 Mengalami depresi dan mengalami perasaan
negatif membuat kecenderungan seseorang untuk
semakin menggunakan alkohol,
kokain, atau zat lainnya untuk
merasa lebih baik/lebih nyaman

4.29

140
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Depresi Tak Diketahui

 Pada pemulihan awal, munculnya perasaan


negatif dan mood yang depresi adalah hal yang
umum terjadi
 Bilamana depresi tidak diketahui, klien mungkin
beresiko untuk :
 Bunuh diri di awal pemulihan
 Putus terapi secara dini
 Mengalami relaps
 Bunuh diri ketika terjadi relaps setelah menjalani
periode abstinen yang bermakna
4.30

141
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Depresi dan Relaps

 Depresi tak diketahui dan tak diberikan terapi


dapat memprovokasi terjadinya relaps melalui:
 Hasrat seseorang untuk melakukan pengobatan
diri sendiri dan meredakan depresi
 Menjadi tidak peduli mengenai apa yang terjadi
pada dirinya saat itu

4.31

Statistik Bunuh Diri dan GPZ

 Penyalahgunaan Alkohol berasosiasi dengan


terjadinya 25‒50% tindakan bunuh diri
 10% individu dengan ketergantungan zat dan
melakukan upaya bunuh diri, seringkali
melakukannya ketika mengalami gangguan mood
akibat penggunaan zat
 Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor 3

.
tertinggi di dunia pada remaja
Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons
with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. HHS Publication No. (SMA) 05-3992. Rockville, MD: U.S.
Department of Health and Human Services.
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision).
Washington, DC: Author.
World Heath Organization. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions. 4.32
Geneva: Author

142
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bunuh Diri dan GKO

 Kejadian bunuh diri diakibatkan terutama oleh


gangguan mood berat, tapi tidak semata-mata
hanya karena itu
 Deteksi dini, terapi GPZ dan terapi gangguan
mental dini, dapat mencegah upaya bunuh diri
dan perilaku bunuh diri
 25% pelaku bunuh diri biasanya melakukan
kontak dengan program kesehatan jiwa setahun
sebelum kematiannya
Sumber: World Health Organization (2009). Preventing suicide: A reSumber for police, firefighters and other first line
responders. Geneva: Author. 4.33

143
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Bunuh Diri dan GPZ

 Penggunaan zat dapat:


 Memperburuk gejala-gejala gangguan depresi
 Meningkatkan risiko memburuknya depresi, ide-ide
bunuh diri, dan upaya bunuh diri
 Penggunaan zat dapat mengurangi manfaat dari
medikasi untuk mengatasi depresi

4.34

Skrining Bunuh Diri

 Lakukan skrining rutin tentang pikiran-pikiran


atau rencana bunuh pada pasien-pasien depresi
akan, terutama jika klien:
 Membuat komentar-komentar bunuh diri
 Tampak mengalami depresi berat
 Memiliki riwayat upaya bunuh diri
 Atasiancaman terjadinya bunuh diri dengan
serius !!!

4.35

144
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Asesmen Bunuh diri

 Beberapa pertanyaan-pertanyaan penting


asesmen harus segera ditanyakan :
 Apa yang terjadi?
 Mengapa terjadi sekarang?
 Apakah Anda punya rencana khusus untuk bunuh
diri?
 Pernahkah Anda mencoba untuk melakukan
bunuh diri di masa lalu?
 Apakah Anda merasa seperti membunuh diri Anda
sekarang?
4.36

145
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Rencana Intervensi Bunuh Diri

 Kembangkan proses manajemen keamanan


dan manajemen risiko yang meliputi komitmen
dari klien untuk :
 Mengikuti petunjuk/nasehat
 Hilangkan semua cara yang memungkinkan
terjadinya upaya bunuh diri
 Menyetujui untuk mencari pertolongan dan terapi
 Nilailah
risiko kemungkinan klien untuk
membahayakan orang lain

4.37

Monitoring dan Tindak Lanjut Bunuh Diri

 Berikan perhatian selama 24-jam penuh


sebelum dapat dilakukan rujukan kepada
psikiater
 Lakukan rujukan kepada layanan psikiatri
profesional jika klien :
 Memiliki rencana bunuh diri yang serius
 Sudah membuat usaha-usaha pendahuluan
 Memiliki gangguan mental berat

4.38

146
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Monitoring dan Tindak Lanjut Lainnya

 Kembangkan strategi monitoring untuk


memastikan kepatuhan minum obat klien
 Kembangkan rencana pemulihan jangka
panjang untuk terapi GPZ
 Tinjau ulang semua tindakan dengan
supervisor, dan/atau dengan tim terapi
 Buat dokumentasi dari semua laporan dan
rekomendasi yang sudah diberikan

4.39

147
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Bipolar

 Ditandai oleh berubah-ubahnya mood yang


besar (mood swing) diluar proporsi yang biasa
dalam kehidupan normal
 Dua tipe utama Gangguan Bipolar :
 Bipolar I
 Bipolar II

4.40

Gangguan Bipolar (lanjutan)

 Terdapat pada kurang lebih 3% warga Amerika


 Umur rata-rata mulai terjadi pada awal usia 20-an
 Gejala-gejala dapat mulai timbul pada usia
remaja atau setelah usia 50

Sumber:
Peters, R. H. (2008). Importance of early diagnosis and appropriate care. St. Petersburg, FL: Florida Policy Summit on
Emerging Trends in Mental Health. Retrieved August 22, 2011, from nhttp://www.csg.org/knowledgecenter/docs/Mental
%20Health%20Summits/FL%20Peters.pdf
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision).4.41
Washington, DC: Author.

148
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar I

 Kriteria A: Saat ini mengalami episode mood


manik

Handout

4.42

149
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala Manik Ekstrim

 Orangdengan episode manik dapat


melakukan hal-hal yang ekstrim :
 Pindah-pindah lokasi secara impulsif tanpa
memberi tahu siapapun
 Merubah tampilan fisik atau gaya berpakaian
secara berlebihan
 Melakukan aktivitas-aktivitas aneh dan kacau

4.43

Mania dan Penyangkalan

 Orang dalam episode manik jarang mengakui


bahwa gejala-gejalanya merupakan masalah
dan menolak untuk dilakukan upaya-upaya
intervensi

4.44

150
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar I

 Kriteria B: Sekurangnya ada 1 episode mood


depresif mayor, episode mood manik, atau
episode mood campuran
 Kriteria C: Episode-episode mood pada
Kriteria A dan B tidak disebabkan oleh
gangguan skizoafektif atau gangguan psikotik
lain.

4.45

151
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Episode Mood Manik
Kriteria A

 Keadaan mood yang meningkat secara menetap


(persisten), abnormal dan ekspansif, atau mudah
marah, berlangsung setidaknya dalam waktu 1
minggu (atau dalam waktu berapapun lamanya,
jika diduga membutuhkan perawatan di rumah
sakit)

4.46

Episode Mood Manik


Kriteria B

1. Harga diri meningkat


2. Kebutuhan tidur berkurang
3. Jadi lebih banyak bicara; ada tekanan untuk bicara terus
menerus
4. Ide melompat-lompat; ide pikiran datang silih berganti
dengan cepat
5. Perhatian mudah beralih
6. Meningkatnya aktifitas dengan tujuan
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktifitas yang
menyenangkan, dengan potensi kuat menimbulkan
akibat-akibat negatif
4.47

152
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Episode Mood Manik
Kriteria C‒E

 Kriteria C: Gejala-gejalanya tidak memenuhi


kriteria episode campuran
 Kriteria D: Gejala-gejalanya cukup berat
sehingga menyebabkan gangguan fungsi yang
bermakna
 Kriteria E: Gejala-gejala tidak disebabkan
oleh pengaruh fisik zat secara langsung atau
kondisi medis umum

4.48

153
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Bipolar I
Kriteria Diagnostik B dan C

 Kriteria B: Setidaknya ada 1 episode depresi


mayor, episode manik, atau episode campuran
 Kriteria C: Episode mood dalam Kriteria A dan
B tidak disebabkan oleh gangguan skizoafektif
atau gangguan psikotik lainnya

4.49

Gangguan Bipolar II

 Ditandaioleh 1 atau lebih episode depresi mayor,


dengan diikuti paling kurang 1 episode
hipomanik, tetapi tidak ada episode manik atau
episode campuran
 Gangguan Bipolar II berbeda dari Bipolar I,
terutama karena adanya episode mood
hipomanik, bukannya episode mood manik

4.50

154
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar II

A: Saat ini mengalami episode mood


 Kriteria
hipomanik

Handout

4.51

155
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Siklus Bipolar

 Siklus dari depresi dan mania tidak sama, dimana


siklus bervariasi dari menit ke minggu
 Momen dimana merasa “normal” jauh terdapat di
antara siklus tidak menentu (ekstrim) ini
 Gangguan bipolar sering diibaratkan seperti
menaiki wahana “roller-coaster “ seumur hidupnya

4.52

Gangguan Bipolar dan GPZ

 Lebih dari separuh orang yang mengalami


gangguan bipolar, juga mengalami masalah GPZ
 Penggunaan Narkoba dan alkohol berkontribusi
pada:
 Baik mania maupun depresi dapat menjadi lebih
ekstrem
 Resistensi terhadap terapi
 Hasil terapi yang lebih buruk

Sumber: Sonne, S. C., & Brady, K. T. (2002). Bipolar disorder and alcoholism. Retrieved July 27, 2011, from http://
pubs.niaaa.nih.gov/publications/arh26-2/103-108.html 4.53

156
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hubungan Antara Gangguan Bipolar
dengan GPZ

 Intoksikasi akut dan/atau sindroma putus zat Narkoba


maupun alkohol, dapat atau ada yang memiliki gejala
mirip gangguan bipolar
 Mariyuana, alkohol, sedatif, and opioid dapat
mengurangi perubahan suasana hati/mood secara
sesaat
 Stimulant seperti kokain dapat memicu keadaan manik,
memperburuk manik atau gejala depresi lainnya
 Jika setelah selesainya proses detoksikas gejala manik
dan depresi tetap muncul, kemungkinan hal itu adalah
merupakan gangguan mood
4.54

157
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Saran-Saran

 Waspadai tanda-tanda gangguan mood pada


klien yang tidak di diagnosis
 Bersiap-siap untuk merujuk klien bila diperlukan
 Diskusikan dengan klien hubungan antara
gangguan mood dengan GPZ
 Waspadai indikator-indikator bunuh diri,
terutama pada tahap awal pemulihan

4.55

Penutup Hari 1

 Untuk besok :
 Latihankelompok kecil : Gangguan Mood
 Gangguan Kecemasan (Anxietas)
 Gangguan Psikotik
 Gangguan Kepribadian
 Gangguan-gangguan yang biasanya didiagnosis
pertama kali pada masa bayi, kanak, atau remaja

4.56

158
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
159
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Latihan Kelompok Kecil: Gangguan Mood

 Baca studi kasus, Halaman Penjelasan 4.4


 Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dalam
tugas kelompok :
 Apakah gejala-gejala yang mengindikasikan
bahwa klien GPZ ini juga memiliki gangguan
mood?
 Gangguan mood manakah yang tampak pada
klien ini?
 Intervensi apakah yang dapat Anda coba untuk
mencegahnya melakukan upaya bunuh diri ?
4.58

Penting!

 Selalu tanya kepada klien yang Anda duga


mengalami gangguan mood, apakah dia berpikir
untuk melakukan bunuh diri.
 Pertanyaan-pertanyaan itu tidak justru akan
meningkatkan kemungkinan dia untuk
melakukan bunuh diri
 Klien umumnya akan merasa lebih tenang
ketika persoalan tersebut ditanyakan

4.59

160
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bunuh Diri dan Zat

 Catatlah,apakah klien mengatakan bahwa dia


minum alkohol atau makan obat anti nyeri
 Alkohol mengganggu kemampuan berpikir
(judgment), menekan fungsi otak dan fungsi-fungsi
tubuh lainnya
 Kombinasi zat meningkatkan risiko bunuh diri dan
overdosis

4.60

161
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Anxietas (Kecemasan) Positif

 Semua manusia mengalami anxietas dan stres


 Anxietas dapat benar-benar berguna untuk:
 Memotivasi kita untuk mengatasi masalah
 Memotivasi kita untuk bersiap menghadapi suatu
peristiwa
 Mempersiapkan tubuh untuk merespon situasi
bahaya

4.61

Anxietas adalah Masalah

 Ketika mengganggu fungsi sehari-hari:


 Di tempat kerja atau sekolah
 DI masyarakat
 Di rumah

4.62

162
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bahaya Anxietas

 Ketikananxietas terjadi terus menerus, yang


dapat membahayakan :
 Tubuh
 Kesehatan
emosi dan kesejahteraan
 Kemampuan berpikir jernih

4.63

163
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Bahaya Anxietas (lanjutan)

 Ketika menyebabkan kekhawatiran berlebihan


 Ketika kejadiannya :
 Berlangsung lama
 Dalam situasi-situasi dengan tingkat stres di luar
kendali diri

4.64

Prevalensi Gangguan Anxietas

 Diseluruh
dunia, gangguan anxietas terdapat
pada 8% klien yang datang ke layanan
kesehatan dasar

Sumber: World Health Organization. (2001). Mental health: A new understanding, new hope. Geneva: Author. 4.65

164
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Jenis-jenis Gangguan Anxietas

 Banyak jenis-jenis dari gangguan ini


 Jenis yang umum terjadi :
 Gangguan panik
 Gangguan cemas sosial atau sosial fobia
 Gangguan cemas menyeluruh
 Gangguan stres pasca trauma (Post-traumatic
stress disorder)

4.66

165
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Panik

 Ditandai dengan rangkaian serangan panik


berulang dan tak terduga
 Sewaktu-waktu mengalami rasa takut
berlebihan atau rasa tidak nyaman walaupun
tidak ada bahaya yang nyata
 Dua jenis gangguan panik :
 Dengan agorafobia
 Tanpa agorafobia

4.67

Gangguan Panik (lanjutan)

 Serangan-serangan panik berulang dan tak


terduga selalu bersamaan dengan
keprihatinan menetap akan datangnya
serangan panik
 Serangan-serangan panik tidak dianggap
sebagai suatu gangguan oleh mereka
 Tetapi gejala-gejala itu harus ada untuk
menegakkan diagnosis gangguan panik

4.68

166
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Panik Kriteria A

 Serangan-serangan panik berulang dan tak terduga


 Sekurang-kurangnya ada 1 serangan panik yang
diikuti oleh gejala-gejala berikut (1 atau lebih)
selama 1 bulan atau lebih:
 Keprihatinan menetap akan terjadinya serangan
panik
 Kekhawatiran akan pengaruh atau akibat serangan
panik
 Perubahan bermakna perilaku terkait dengan
serangan panik
4.69

167
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala-Gejala Serangan Panik

 Berdebar-debar (jantung berdegup atau


denyut jantung cepat)
 Berkeringat
 Gemetaran atau menggigil

4.70

Gejala-Gejala Serangan Panik (lanjutan)

 Nafas pendek atau rasa tercekik


 Perasaan dicekik
 Nyeri dada atau rasa tidak enak didada
 Mual atau sakit perut
 Pusing, limbung, sempoyongan, atau pingsan

4.71

168
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala-gejala Serangan Panik (lanjutan)

 Derealisasi (perasaan kenyataan berubah) atau


depersonalisasi (merasa terpisah dari diri)
 Ketakutan hilang kontrol atau menjadi gila
 Takut mati
 Parestesi (rasa ba’al atau sensasi raba)
 Kedinginan atau muka terasa panas

4.72

169
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Panik Kriteria B‒D

 Kriteria B: Tanpa agorafobia


 Kriteria C: Serangan panik tidak disebabkan
pengaruh fisiologis zat atau kondisi medis
 Kriteria D: Serangan-serangan panik tidak
disebabkan oleh gangguan mental lain

4.73

Serangan Panik

 Zat tertentu (kafein atau stimulan lain)


dapat memicu serangan panik dengan
meniru gejala-gejalanya dan menimbulkan
rasa takut

4.74

170
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Progresi Serangan Panik

 Khas mulainya tiba-tiba


 Cepat mencapai puncak, biasanya dalam 10
menit atau kurang
 Diikuti oleh timbulnya ketakutan datangnya
bahaya, ajal, atau menjadi gila
 Dapat timbul dorongan untuk lari dari lokasi
datangnya serangan panik

4.75

171
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Fobia Sosial

 Situasi
yang “normal” bagi kebanyakan orang,
namun menimbulkan “anxietas” bagi mereka yang
menderita gangguan anxietas sosial :
 Makan di depan orang lain
 Menghadiri pesta besar atau acara kumpul-kumpul
dengan beberapa orang
 Berbicara dengan atasan atau orang dengan
kedudukan lebih tinggi
 Menggunakan toilet umum

4.76

Fobia Sosial – Kriteria A

 Rasa takut yang kuat dan menetap terhadap 1


atau lebih dari situasi/keadaan sosial dimana
seseorang bertemu dengan orang-orang yang
tidak dikenal, atau dimana dia menjadi perhatian
orang lain
 Timbul rasa takut bahwa dia akan berbuat
sesuatu (memperlihatkan gejala-gejala anxietas)
yang kelihatan memalukan atau dipandang
rendah

4.77

172
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Fobia Sosial – Kriteria A pada Anak

 Anak sudah memiliki kemampuan mengadakan


hubungan sosial sesuai umur perkembangannya
dengan orang yang sudah dikenalnya
 Gejala anxietas juga terjadi dalam lingkungan
sebayanya, tidak hanya ketika berinteraksi
dengan orang dewasa

4.78

173
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Fobia Sosial – Kriteria Diagnostik B

 Menghadapi situasi sosial yang menakutkan


hampir selalu menimbulkan anxietas, yang
berbentuk serangan panik – khas situasi tertentu
(sebagaimana definisi gejala-gejala yang
didiskusikan sebelumnya)
 Pada anak, anxietas dapat diperlihatkan dalam
bentuk menangis, tantrum (mengamuk), dingin,
atau merasa ciut didepan orang yang belum
dikenalnya

4.79

Fobia Sosial – Kriteria Diagnostik C dan D

 Kriteria C: Menyadari bahwa rasa takut yang


timbul sangat berlebihan dan tidak masuk akal
 Kriteria D: Situasi-situasi sosial tertentu
dihindari atau dialami dengan rasa anxietas
yang kuat atau tekanan (distres)

4.80

174
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Fobia Sosial – Kriteria Diagnostik E

 Anxietas dan distres sangat mengganggu


kehidupan normal sehari-hari, fungsi kerja, atau
kegiatan maupun hubungan sosial lainnya
 Menunjukkan suatu distres yang jelas dengan
adanya fobia

4.81

175
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Anxietas Sosial – Kriteria Diagnostik F‒H

 Kriteria F: Jika dibawah umur 18, gejala


berlangsung paling tidak selama 6 bulan
 Kriteria G: Efek fisiologis zat yang digunakan,
kondisi medis, atau gangguan mental lain tidak
menyebabkan rasa takut atau keinginan
menghindar
 Kriteria H: Jika ada kondisi medis umum atau
gangguan mental, rasa takut yang ada pada
kriteria A tidak ada hubungannya dengan hal
tersebut
4.82

Fakta-fakta tentang Fobia Sosial

 Terjadi pada 3‒13% dari populasi dunia di saat-


saat tertentu
 Wanita sedikit lebih berisiko dibanding laki-laki
 Lari (kabur) dari keluarga
 Dapat mulai terjadi segera setelah adanya suatu
situasi stres
 Seringkali berlanjut sepanjang hidup

Sumber: Moore, K., Matthews, C., Hunt, W. M., Pape, B. S., Fox, M., & Mueser, K. (2002). Co-occurring disorders
treatment manual. Tampa, FL: University of South Florida Department of Mental Health Law & Policy, Louis de la Parte 4.83
Florida Mental Health Institute.

176
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Elemen Esensial dari
Gangguan Anxietas Menyeluruh

 Anxietas dan kekhawatiran berlebihan


(ekspektasi ketakutan) yang sulit dikendalikan
seseorang
 Anxietas ini dapat terpusat pada beberapa hal
atau aktifitas (seperti pada kegiatan sekolah
atau pekerjaan)

4.84

177
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Anxietas Menyeluruh
Kriteria A dan B

 Kriteria A: Anxietas dan kekhawatiran


berlebihan terjadi lebih sering dalam beberapa
hari, selama setidaknya dalam periode 6 bulan,
terhadap sejumlah kejadian atau aktifitas
 Kriteria B: Orang tersebut sulit mengendalikan
kekhawatirannya

4.85

Gangguan Anxitas Menyeluruh Kriteria C

 Anxietas
dan kekhawatiran ada kaitannya
dengan 3 atau lebih gejala-gejala berikut :
 Gelisah atau perasaan terpojok atau seperti berada
di ujung tanduk
 Mudah menjadi lelah
 Susah konsentrasi
 Mudah marah
 Ketegangan otot
 Gangguan tidur

4.86

178
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria D

 Anxietas
tidak hanya terbatas seperti ciri-ciri pada
gangguan kecemasan lain, seperti
mengkhawatirkan tentang:
 Memiliki serangan panik (seperti dalam gangguan
panik)
 Merasa malu didepan umum (seperti dalam fobia
sosial)
 Merasa kotor atau terkontaminasi (seperti dalam
gangguan obsesif-kompulsif )
 Ketika jauh dari rumah atau keluarga dekat (seperti
dalam anxietas perpisahan) 4.87

179
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria D
(lanjutan)

 Berat badan bertambah (seperti dalam


anorexia nervosa)
 Memiliki keluhan fisik macam-macam (seperti
dalam gangguan somatisasi)
 Memiliki penyakit yang serius (seperti dalam
hipokondriasis )
 Anxietas dan kekhawatiran bukan merupakan
bagian dari gangguan stres pasca trauma

4.88

Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria E

 Anxietas,
kekhawatiran, dan gejala-gejala fisik
menyebabkan tekanan bermakna secara klinis
di:
 Lingkungan sosial
 Lingkungan kerja
 Lingkungan penting lainnya

4.89

180
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria F

 Gangguan tidak disebabkan oleh :


 Pengaruh fisiologis langsung zat
 Kondisi medis umum
 Gangguan bukan merupakan bagian tertentu
dari:
 Gangguan mood
 Gangguan Perkembangan Pervasif

4.90

181
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
REHAT
15 menit

4.91

Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)

 Individuterpapar kejadian traumatik tertentu


 Kejadian tersebut dialami kembali berulang kali
dengan:
 Mengingat lagi kejadian traumatik atau dipicu oleh
bau atau suara dari trauma tersebut
 Mimpi kejadian tersebut
 Berindak atau merasa seakan-akan trauma itu
terjadi kembali
 Sangat merasa distres psikologis atau fisik ketika
mengingat kejadian traumatik
4.92

182
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Kriteria A

 Orang pernah terpapar kejadian traumatik


antara lain karena:
 Orang mengalami, menyaksikan, atau berhadapan
dengan kejadian/peristiwa yang mengancam nyawa
atau kematian atau trauma serius, atau suatu
ancaman integritas fisik pada dirinya atau orang lain
 Respon individu meliputi ketakutan hebat, tiada
harapan, atau horor

4.93

183
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
PTSD – Kriteria B

 Kejadian traumatik dialami secara menetap (terus-


menerus) dengan 1 atau lebih cara-cara berikut ini:
1. Pengumpulan kembali kejadian-kejadian distres
secara berulang dan intrusif kejadian/peristiwa
traumatik, termasuk gambara,pikiran, dan
persepsinya
2. Mimpi-mimpi menakutkan tentang kejadian
tersebut secara berulang

4.94

PTSD – Kriteria B (lanjutan)

3. Berbuat dan merasa seakan-akan kejadian


traumatik berulang, termasuk :
 Mengalami rasa hidupnya kembali pengalaman
tersebut
 Ilusi-ilusi
 Halusinasi-halusinasi
 Episode-episode kilas-balik (flashback) disosiatif

4.95

184
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Kriteria B (lanjutan)

4. Distres psikologis kuat ketika terpapar tanda-


tanda internal atau eksternal yang
melambangkan, atau mirip aspek tertentu dari
kejadian/peristiwa traumatik
5. Reaksi fisiologis ketika terpapar tanda-tanda
internal atau eksternal yang melambangkan atau
mirip aspek tertentu dari kejadian/peristiwa
traumatik

4.96

185
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
PTSD – Kriteria C

 Menghindari rangsangan terkait trauma yang


menetap dan tanpa respon umum (yang tidak
ada sebelum trauma), sebagaimana ditandai
oleh 3 atau lebih dari 7 gejala-gejala berikut,
pada halaman selanjutnya

4.97

PTSD – Gejala-Gejala Kriteria C

 Usaha-usaha menghindari pikiran,perasaan,


atau pembicaraan terkait trauma
 Usaha-usaha menghindari kegiatan, tempat atau
orang-orang yang dapat menimbulkan lagi
ingatan akan trauma
 Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari
trauma
 Berkurangnya minat atau partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan yang bermakna
4.98

186
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Gejala-gejala Kriteria C (lanjutan)

 Merasa terpisah atau merasa asing dari


orang lain
 Ruang lingkup kehidupan afektif yang
terbatas/menyempit
 Perasaan akan masa depan yang sudah di
depan mata

4.99

187
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
PTSD – Kriteria D

 Gejala-gejala mudah terangsang yang


menetap, dan ditandai oleh 2 atau lebih hal-hal-
hal berikut ini :
1. Susah jatuh tidur atau mempertahankan tidur
2. Mudah tersulut emosinya atau serangan marah
3. Sulit berkonsentrasi
4. Kewaspadaan yang berlebihan (Hypervigilance)
5. Respons kaget/kebingungan yang berlebihan

4.100

PTSD – Kriteria E dan F

 Kriteria E: Lamanya gangguan lebih dari 1


bulan
 Kriteria F: Gangguan ini menyebabkan distres
atau hendaya sosial, pekerjaan, atau bidang
fungsi penting lainnya

4.101

188
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Gejala-Gejala

 Rasa terpisah dari orang lain


 Ketidakmampuan mengingat kejadian
 Rasa kiamat akan masa depan
 Susah jatuh tidur atau mempertahankannya
 Sulit berkonsentrasi
 Mudah emosional atau tiba-tiba menjadi
marah
 Perasaan selalu waspada, atau respons
bingung yang meningkat
4.102

189
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Onset PTSD

 PTSD dapat terjadi :


 Pada semua usia
 Pada siapapun yang pernah mengalami trauma
berat
 Tingkatan dan lamanya trauma merupakan
faktor yang sangat menentukan terjadinya PTSD

4.103

Hubungan antara GPZ dan Gangguan-


Gangguan Anxietas

 Zat seperti kokain dan amfetamin dapat meningkatkan


anxietas hingga taraf membahayakan
 Penyalahgunaan obat anti-anxietas, seringkali
disebabkan oleh resep dokter untuk gangguan
anxietas itu sendiri:
 Anxietas berkurang, tapi obatnya sangat adiktif
 Gejala putus zat menyerupai anxietas, berakibat
penggunaan terus berlanjut
 Gejala-gejala paradoks sering terjadi pada
penyalahgunaan benzodiazepin
 Anxietas dan agresifitas dapat meningkat 4.104

190
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hubungan antara GPZ dan Gangguan-
Gangguan Anxietas (lanjutan)

 Zat lainnya, seperti ganja, dapat mengurangi


anxietas bahkan hingga berkurangnya motivasi
seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan
normal biasanya
 Kadang-kadang orang menggunakan zat untuk
mencegah timbulnya serangan-serangan anxietas,
atau untuk menghambat timbulnya memori traumatik
 Sebagian lain lagi menggunakan zat untuk
membantu menghindari situasi yang dapat
memprovokasi anxietas
4.105

191
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Hal-Hal yang Perlu Diingat

 Putus zat depresan, opiat, dan stimulan seringkali


berakibat timbulnya gejala anxietas yang berat
 Masalah medis dan penggunaan obat-obatan
dapat menimbulkan gejala-gejala anxietas
 Orang dengan gangguan anxietas dan GPZ
biasanya menggunakan berbagai jenis zat

4.106

Hal-hal yang Perlu Diingat (lanjutan)

 Penggunaan zat seringkali menimbulkan


gejala-gejala anxietas daripada
menyembuhkan gejala-gejala anxietas
 Karena gejala-gejala anxietas dapat terjadi
karena penggunaan zat, tidak hanya karena
adanya gangguan mental, maka penting sekali
dilakukan asesmen secara terus menerus

4.107

192
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hal-hal yang Perlu Diingat (lanjutan)

 Depresi dan anxietas dapat terlihat


mirip
 Tanya pada Anda diri sendiri:
 Apakah ini merupakan gambar
ekspresi anxietas yang umum?
 Apakah anxietas pada klien ada
kaitannya dengan gangguan
mental, kondisi medis, efek
samping obat, atau perubahan
yang terjadi akibat penggunaan
zat?
4.108

193
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Hal-hal yang Perlu Diingat (lanjutan)

 Klien yang mengalami anxietas memiliki


sensitifitas khusus, terutama pasien yang
mengalami anxietas sosial
 Konseling kelompok mungkin tidak cocok
 Klien yang terpapar situasi yang menyebabkan
anxietas, mungkin butuh bantuan khusus untuk
mengembangkan rencana koping untuk
menghindari relaps

4.109

Studi Kasus : Gangguan Anxietas

 Bacalah studi kasus, Halaman Penjelasan 4.8


 Dalam tugas kelompok, jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut :
 Gejala-gejala apakah yang mengindikasikan
bahwa klien dengan GPZ ini juga memiliki
gangguan anxietas ?
 Gangguan anxietas manakah yang mungkin
dimiliki oleh klien ini ?
 Intervensi apakah yang dapat Anda coba untuk
mencegah klien ini meninggalkan terapi ?
4.110

194
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diskusi Kelompok Besar

 Apa yang dilakukan oleh program Anda dalam


mengatasi kebutuhan klien dengan gangguan
depresi dan anxietas?
 Menurut Anda apa yang dapat diperbuat oleh
program Anda agar lebih efektif lagi dalam
mengatasi kebutuhan klien GPZ dengan
gangguan depresi atau anxietas?

4.111

195
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ISHOMA
60 menit

4.112

Gangguan Psikotik

 Gejala-gejala
berasal dari masalah berpikir
dan menerima rangsangan

4.113

196
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skizofrenia

 Merupakan jenis gangguan psikotik yang


paling banyak
 Didefinisikan sebagai gangguan otak kronis,
berat, dan membuat orang tidak berdaya
 Ditandai oleh disintegrasi proses berpikir dan
respon emosional

4.114

197
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala-gejala“Positif” dan “Negatif”

 Orang dengan skizofrenia menunjukkan gejala-


gejala yang disebut sebagai gejala “positif” atau
gejala “negatif”:
 Gejala-gejala positif adalah gejala yang
ditambahkan
 Gejala-gejala negatif adalah gejala yang
dihilangkan

4.115

Gejala-Gejala Positif

 Terdapat pada orang dengan skizofrenia,


tetapi tidak pada orang yang bukan skizofrenia
 Gejala disebut “positif” karena dia merupakan
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang
ditambahkan pada apa yang disebut normal
dalam berpikir dan berperasaan

4.116

198
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala-Gejala Positif (lanjutan)

 Gejala-gejala positif meliputi :


 Waham-waham
 Halusinasi-halusinasi
 Bicara kacau atau tidak menentu
 Perilaku kacau atau tidak menentu

4.117

199
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala-Gejala Negatif

 Gejala-gejalayang memperlihatkan kurangnya


respons emosional normal atau proses pikir
lainnya
 Disebut negatif karena gejala-gejala tersebut
merupakan sesuatu yang “dihilangkan dari
sesuatu yang normal:
 Berkurangnya atau hilangnya fungsi normal

4.118

Gejala-Gejala Negatif (lanjutan)

 Gejala-gejala negatif meliputi :


 Kurangnya hasrat atau motivasi untuk mencapai
tujuan
 Buruknya keterampilan sosial
 Kurangnya hasrat untuk membuat hubungan
 Emosi tumpul
 Terbatasnya pikiran dan bicara

4.119

200
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Statistik Skizofrenia

 Saat mulainya gejala-gejala di masa remaja


muda :
 Pertengahan usia 20-an untuk laki-laki
 Akhir usia 20-an pada wanita
 Prevalensi kejadian sepanjang hidup 0.5–1.5%
 Anggota keluarga terdekat memiliki risiko 10 kali
lebih besar menderita skizofrenia

Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author. 4.120

201
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Skizofrenia – Kriteria A

 Gejala-gejala khas :
 2 (atau lebih) dari 5 gejala-gejala
 Setiap gejala ada selama jangka waktu 1 bulan
(atau kurang jika pengobatan berhasil)

4.121

Skizofrenia – Kriteria A (lanjutan)

 Gejala-gejala :
 Waham-waham
 Halusinasi-halusinasi
 Bicara kacau
 Perilaku kacau sekali atau perilaku katatonik
 Gejala-gejala negatif (misalnya, afek datar, alogia/ /
ketidak mampuan bicara/avolisi, tidak adanya
dorongan atau motivasi menyeluruh)

4.122

202
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skizofrenia – Kriteria A (lanjutan)

 Hanya perlu adanya 1 dari gejala-gejala berikut


ini:
 Waham-waham yang aneh
 Halusinasi-halusinasi berupa suara yang terus
menerus mengomentari pikiran dan perilaku
seseorang
 Dua atau lebih suara-suara yang saling bercakap-
cakap satu sama lain

4.123

203
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Waham-Waham Aneh

 Sulitdidefinisikan, karena ada perbedaan budaya


 Waham-waham secara umum dapat
dikategorikan aneh jika:
 Jelas tidak masuk akal
 Tidak dapat dipahami
 Tidak berasal dari pengalaman hidup yang biasa

4.124

Skizofrenia – Kriteria B

 Disfungsi sosial dan pekerjaan :


 Terjadi dalam waktu yang cukup bermakna sejak
mulai timbul gangguan, 1 atau lebih fungsi utama
kehidupan (pekerjaan, hubungan interpersonal,
mengurus diri) jelas sekali berada dibawah
kemampuan sebelum gangguan terjadi

4.125

204
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skozofrenia – Kriteria C

 Durasi :
 Gejala-gejala
dari gangguan terus menerus
menetap sekurangnya selama 6 bulan
 Dalam masa 6 bulan tersebut, harus terdapat
paling tidak 1 bulan munculnya gejala-gejala
yang memenuhi kriteria A

4.126

205
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Skozofrenia – Kriteria C

 Dapat termasuk periode gejala-gejala prodromal


atau residual
 Selama masa prodromal atau residual ini :
 Tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya
dalam bentuk gejala-gejala negatif
atau
2 atau lebih gejala-gejala yang terdapat dalam
kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan

4.127

Terminologi Kriteria C

 Gejala-gejala fase aktif :


 Gejala-gejala dalam kriteria A yang khas, atau primer
 Masa prodromal :
 Suatu
prodromal (prodrome) adalah gejala awal atau
sekumpulan gejala, yang mengindikasikan dimulainya
penyakit sebelum gejala-gejala primer timbul
 Masa residual :
 Residual” berarti sisa-sisa atau yang tertinggal
 Bentuk yang ringan (attenuated form):
 “Attenuated” berarti menjadi lemah suatu kekuatan atau
pengaruh 4.128

206
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skizofrenia – Kriteria D

 Gangguan skizoafektif dan gangguan mood


dengan ciri psikotik telah dikesampingkan:
 Tidak ada gejala depresi mayor, manik, atau episode
campuran yang terjadi secara bersamaan dengan
gejala-gejala fase aktif (Kriteria A)
 Jika terjadi episose gangguan mood selama gejala-
gejala fase aktif, lama kejadiannya relatif singkat
dibandingkan lamanya masa aktif atau residual

4.129

207
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Skizofrenia – Kriteria E dan F

 Kriteria E: Gangguan tidak disebabkan efek


fisiologis langsung zat (selama
penyalahgunaan atau obat-obat resep dokter)
atau kondisi medis umum
 Kriteria F: Jika didiagnosis gangguan
perkembangan pervasif, diagnosis skizofrenia
dibuat hanya jika waham-waham atau
halusinasi-halusinasi ada selama paling
kurang 1 bulan

4.130

Yang Menyertai (Co-Occurrence)

 47%orang dengan Skizofrenia juga memiliki GPZ


 Gangguan Anxietas dan depresi juga umum terjadi

4.131

208
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Yang Menyertai (lanjutan)

 Gangguan anxietas, depresi, dan GPZ dapat


menyebabkan komplikasi pada skizofrenia :
 Depresi dapat memperburuk gejala-gejala negatif
skizofrenia
 Seranagan Panik dapat mendorong timbulnya
waham-waham paranoid
 Penyalahgunaan ganja dapat memicu atau
memperburuk gejala-gejala positif

Sumber: Buckley, P. F., Miller, B. J., Lehrer, D. S., & Castle, D. J. (2009). Psychiatric comorbidities and schizophrenia.
Schizophrenia Bulletin, 35(2), 383–402. Retrieved August 3, 2011, from http://www.medscape.com/viewarticle/706244
4.132

209
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Ingatlah!

 Jika tidak diterapi, gejala-gejala positif


menyebabkan seseorang tidak mungkin fokus
 Bahkan walaupun diterapi, gejala-gejala negatif
skizofrenia (yang kurang baik responnya terhadap
obat-obatan dibanding gejala-gejala positif) dapat
membuat klien sulit bekerja dalam tatanan
kelompok atau mengikuti terapi secara konsisten
 Apa yang kelihatannya seperti resistensi atau
penyangkalan, mungkin sebenarnya adalah
gejala-gejala negatif
4.133

Ingatlah

 Zat-zat dapat menyerupai skizofrenia


 Mariyuana
 LSD
 Ketamin
 DOM (STP)
 DOB (Bromo-DMA)
 Metamfetamin

4.134

210
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ingatlah! (lanjutan)

 Tidak ada pola penggunaan zat yang jelas pada


klien dengan skizofrenia
 Pengecualian :
 Koneksi yang kuat antara gangguan psikotik dan
nikotin
 Orang dengan skizofrenia yang juga memiliki adiksi
terhadap nikotin, 3 kali lebih tinggi dibanding
populasi umum (75–90% vs. 25–30%)

Sumber: Jones, R. T., & Benowitz, N. L. (2002). Therapeutics for nicotine addiction. In K. L. Davis, D. Charney, J. T.
Coyle, & C. Nemeroff, C. (Eds.), Neuropsychopharmacology: The fifth generation of progress (pp. 1533–1544). Nashville,
TN: American College of Neuropsychopharmacology. 4.135

211
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Ingatlah! (lanjutan)

 Asesmen mendalam diperlukan untuk benar-


benar memahami peran GPZ pada kondisi
psikosis klien
 Psikosis dan GPZ cenderung menjadi suatu
gangguan kronis dengan relaps dan remisi
berkali-kali (multipel), sehingga perlu terapi
jangka panjang

4.136

Kebutuhan-Kebutuhan Manajemen Kasus

 Klien
dengan gangguan mental penyerta atau
bersamaan, termasuk psikosis, rentan terhadap:
 Menjadi gelandangan atau berpindah-pindah tempat
tinggal
 Menjadi korban dalam situasi tertentu
 Mengalami nutrisi buruk
 Kurangnya sumber daya keuangan

4.137

212
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Psikotik Lainnya

 Gangguan-gangguan berikut jarang ditemukan


secara klinis :
 Gangguan Skizofreniform
 Gangguan Skizoafektif
 Gangguan Waham (Delusional disorder)
 Ganggua Psikotik Singkat
 Gangguan Psikotik berbagi (Shared psychotic
disorder)
 Gangguan Psikotik akibat kondisi medik

4.138

213
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian

 Sering ditemukan oleh konselor GPZ


 Ciri-ciri dan pola-pola perilaku yang :
 Dialami atau menetap
 Kaku atau tidak mudah berubah
 Maladaptif
 Menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi
sosial dan pekerjaan
 Menyebabkan tekanan pribadi yang signifikan

4.139

Gejala-Gejala Muncul dalam Bentuk

 Pikiran atau cara memandang dunia


 Pikiran tentang diri dan orang lain
 Emosi-emosi—kesesuaian, intensitas, dan
luasnya
 Fungsi interpersonal, termasuk keterampilan
interpersonal dan hubungan interpersonal
 Kontrol impuls

4.140

214
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian: Kluster A

 Ciri-ciri meliputi perilaku aneh dan eksentrik :


 Paranoid—Pola curiga dan ketidakpercayaan terhadap
motif orang lain sebagai sesuatu yang dengki
(malevolent); punya atau menunjukkan sesuatu yang
menyakitkan atau menginginkan bahaya
 Skizoid—Keterpisahan dari hubungan-hubungan sosial ;
ekspresi emosi menyempit (restricted)
 Skizotipal—Pola ketidaknyamanan akut dalam
hubungan-hubungan dekat, distorsi persepsi dan
kognitif, perilaku eksentrik (aneh)

Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental
disorders (4th edition, text revision). Washington, DC: Author. 4.141

215
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian: Kluster B

 Ciri-ciri
meliputi perilaku dramatik, emosional,
atau aneh :
 Antisosial—Pola pengabaian dan melanggar hak-hak
orang lain
 Borderline—Impulsifitas ketidakstabilan dalam
hubungan interpersonal, citra diri, afek
 Histrionik—Emosi berlebihan dan mencari perhatian
 Narsisistik—Rasa kebesaran, kebutuhan dikagumi,
dan kurangnya empati

4.142

Gangguan Kepribadian: Kluster C

 Ciri-ciri
meliputi perilaku kecemasan atau
ketakutan :
 Menghindar—Pola inhibisi sosial, perasaan
ketidakmampuan,hipersensitif hingga evaluasi negatif
 Dependen—Perilaku manut dan tergantung berkaitan
dengan kebutuhan berlebihan untuk diperhatikan
 Obsesif‒Kompulsif—Adanya preokupasi dengan
keteraturan, kesempurnaan dan pengendalian diri

4.143

216
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Prioritas WHO

 World Health Organization memasukkan


gangguan kepribadian sebagai salah satu isu
kesehatan utama (top health issues) di dunia

Sumber: World Health Organization. (2000). Preventing suicide: A reSumber for general
physicians. Retrieved August 17, 2011, from http://www.who.int/mental_health/media/en/
56.pdf 4.144

217
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Umum
Kriteria A

 Polapengalaman internal dan perilaku yang


menetap yang menyimpang dari harapan-harapan
budaya individu tersebut dan bermanifestasi
paling kurang dalam 2 dari 4 bidang berikut :
 Kognisi (pikiran)
 Afek (respons emosional)
 Fungsi interpersonal (hubungan-hubungan)
 Kontrol Impuls

4.145

Gangguan Kepribadian Umum


Kriteria B dan C

 Kriteria B: Pola menetap adalah tidak luwes dan


pervasif dalam rentang luas situasi personal dan
sosial
 Kriteria C: Pola menetap menjurus pada distres
yang signifikan secara klinis atau hendaya dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau bidang penting
lainnya

4.146

218
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Umum
Kriteria D dan E

 Kriteria D: Pola stabil dan berlangsung lama, dan


saat mulai timbulnya dapat ditelusuri paling
kurang ke masa remaja atau masa dewasa muda
 Kriteria E: Pola menetap tidak disebabkan
sebagai manifestasi atau akibat gangguan mental
lain

4.147

219
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Umum Kriteria F

 Pola menetap tidak disebabkan oleh efek


fisiologis langsung zat atau kondisi medis umum
(misalnya trauma kepala)

4.148

Gangguan Kepribadian dalam Terapi GPZ

 Gangguan kepribadian Antisosial dan Gangguan


kepribadian ambang (borderline) sering dijumpai
pada klien yang menjalani terapi GPZ

4.149

220
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Gender

 Seluruh dunia, laki-laki 3 kali lebih banyak


didiagnosis sebagai gangguan kepribadian
antisosial dibanding wanita.
 Hal sebaliknya terjadi untuk gangguan
kepribadian ambang (borderline):
 Wanita didiagnosis lebih sering dibanding laki-laki

Sumber: World Health Organization. (n.d.). Gender and women's mental health: Gender disparities and mental health
—The facts. Retrieved February 28, 2011, from http://www.who.int/mental_health/prevention/genderwomen/en
4.150

221
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Antisosial
Kriteria A

 Polapervasif pengabaian dan pelanggaran hak-


hak orang lain yang terjadi sejak usia 15 tahun

4.151

Gangguan Kepribadian Antisosial Kritria A


(lanjutan)

 Pola ini diindikasikan oleh 3 (atau lebih) dari hal


berikut :
 Kegagalan memenuhi norma-norma sosial
sehubungan dengan perilaku taat hukum
sebagaimana diindikasikan oleh berulangkalinya
melakukan tindakan yang beralasan untuk ditahan
 Kecurangan, sebagaimana diindikasikan oleh
kebohongan berulang, penggunaan alias, menipu
orang lain demi keuntungan dan kesenangan diri
 Impulsifitas atau kegagalan membuat rencana
kedepan
4.152

222
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Antisosial Kriteria A
(lanjutan)

 Mudah marah dan aggresif, ditandai oleh


berulangnya perkelahian fisik atau serangan fisik
 Pengabaian ugal-ugalan atas keamanan diri atau
orang lain
 Tidak memiliki tanggung jawab yang menetap,
ditandai oleh kegagalan berulang mempertahankan
perilaku kerja yang konsisten atau menghargai
kewajiban keuangan
 Kurang memiliki rasa menyesal, ditandai oleh sikap
tidak peduli atau selalu membuat rasionalisasi
dengan alasan disakiti, diperlakukan buruk, atau
kecurigaan 4.153

223
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Antisosial
Kriteria B–D

 Kriteria B: Individu paling kurang berusia 18


 Kriteria C: Ada bukti adanya gangguan perilaku
yang mulai terjadi (onset) sebelum usia 15
 Kriteria D: Perilaku antisosial tidak terjadi secara
eksklusif selama perjalanan penyakit skizofrenia
atau episode manik

4.154

Gangguan Perilaku
Kriteria A

 Pola perilaku berulang dan menetap dimana hak-


hak dasar orang lain atau norma-norma sosial
atau aturan-aturan dilanggar, yang bermanifestasi
dengan adanya 3 (atau lebih) kriteria dalam
periode 12 bulan

4.155

224
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)

 Agresi terhadap orang atau binatang :


 Sering berkelahi, mengancam, atau
mengintimidasi orang lain
 Sering memulai perkelahian fisik
 Pernah menggunakan senjata yang dapat
menyebabkan bahaya fisik serius bagi orang
lain (mis; pentungan, bata, pecahan botol,
pisau, senjata api)
 Pernah melakukan kekejaman fisik pada orang
lain
4.156

225
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)

 Kejam secara fisik terhadap binatang


 Mencuri ketika melakukan konfrontasi korban
(mis; merampok, menjambret, memeras,
perampokan bersenjata)
 Memaksa seseorang melakukan kegiatan
seksual

4.157

Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)

 Merusak hak milik orang lain:


 Dengan sengaja membakar dengan maksud
menyebabkan kerusakan serius
 Dengan sengaja merusak milik/property orang lain
(selain membakar)
 Menipu atau mencuri :
 Merusak rumah, bangunan , atau mobil orang lain

4.158

226
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)

 Sering bohong untuk memperoleh barang-barang


atau pujian-pujian, atau untuk menghindari
kewajiban (misalnya menipu orang lain)
 Pernah mencuri barang-barang yang nilainya kecil
tanpa menghadang korban( misalnya mengutil
tanpa merusak dan masuk ; memalsukan)

4.159

227
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)

 Pelanggaran aturan serius :


 Sering keluar rumah malam hari walaupun dilarang
orang tua, sejak umur sebelum 13 tahun
 Pernah lari dari rumah semalaman paling kurang 2
kali ketika tinggal dengan orang tua atau wali (atau
pernah tidak pulang ke rumah untuk waktu yang
cukup lama)
 Seringkali nakaldi sekolah, sejak sebelum umur 13
tahun

4.160

Gangguan Perilaku
Kriteria B

 Gangguan perilaku ini menyebabkan hendaya


sosial, akademis atau fungsi kerja secara
bermakna

4.161

228
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Antisosial dan
Kekerasan

 Berlawanan dengan gambaran yang ada di


media, kebanyakan orang yang di diagnosis
gangguan kepribadian antisosial bukanlah
pemangsa yang menggunakan intimidasi dan
kekerasan untuk mengendalikan orang lain dan
memuaskan kebutuhan dirinya

4.162

229
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Antisosial dan GPZ

 Membedakan gangguan kepribadian antisosial


dari GPZ kadangkala sulit
 Orang dengan GPZ seringkali memperlihatkan
perilaku antisosial sebagai bagian dari perilaku
GPZ nya:
 Kegiatan ilegal untuk membeli zat
 Ketidakjujuran dan manipulasi untuk melindungan
penggunaan zat
 Menyakiti orang lain secara emosional

4.163

Saran-Saran Assesmen

 Sadari kemungkinan dimanipulasi dan ditipu


 Integrasikan informasi dari asesmen klinis dengan
informasi dari sumber lain terkait
 Kembangkan hubungan saling percaya disamping
mempertahankan batasan yang jelas
 Pelajari riwayat sebelum penggunaan zat dimulai
 Teruskan menilai perilaku ketika klien memasuki
terapi

4.164

230
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Saran-saran

 Membina hubungan terapeutik adalah kunci


keberhasilan terapi :
 Hindari argumentasi dan adu kekuatan
 Gunakan empati dan mendengar aktif
 Buat batasan yang jelas
 Kurangi aktivitas mendengar laporan klien saja, tapi
lebih kepada pada ukuran-ukuran objektif

4.165

231
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Ambang

 Seringkaliditemukan oleh konselor GPZ


 Gambaran Utama gangguan kepribadian ambang
adalah pola ketidakstabilan pervasif dalam :
 Hubungan interpersonal
 Citra
diri
 Respons emosional

4.166

Gangguan Kepribadian Ambang


Kriteria

 Pola pervasif ketidakstabilan hubungan


interpersonal, citra diri, dan afek
 Impulsifitas berlebihan sejak dewasa muda dan
terdapat dalam berbagai situasi, sebagaimana
ditandai oleh 5 (atau lebih) gejala-gejala atau
perilaku-perilaku

4.167

232
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria
(lanjutan)

1. Upaya gila-gilaan untuk menghindari


bayangan dibuang atau nyata dibuang (tidak
termasuk perilaku bunuh diri atau melukai diri
yang ada dalam kriteria 5)
2. Suatu pola hubungan interpersonal yang
dicirikan oleh pergantian antara idealisasi
yang ekstrim dan devaluasi

4.168

233
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Idealisasi dan Devaluasi

 Idealisasi : Melebih-lebihkan kualitas positif orang


lain dan tidak melihat kualitas negatif apapun
 Devaluasi: Melebih-lebihkan kualitas negatif dan
tidak melihat sama sekali kualitas positif apapun

4.169

Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria


(lanjutan)

3. Kekacauan identitas : citra diri atau rasa diri/


sense of self sangat tidak stabil dan menetap
4. Impulsifitas paling kurang dalam 2 bidang yang
potensial merusak diri (misalnya; boros,aktivitas
seks, mengendarai mobil ugal-ugalan, makan
berlebihan)
Tidak termasuk perilaku bunuh diri atau melukai diri
yang terdapat dalam kriteria 5

4.170

234
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria
(lanjutan)

5. Perilaku bunuh diri berulang, sikap-sikap, atau


ancaman-ancaman atau perilaku melukai diri
7. Ketidakstabilan afek akibat reaktifitas mood yang
hebat (misalnya dysforia episodik yang kuat,
iritabilitas, atau anxietas yang biasanya
berlangsung beberapa jam dan jarang sekali
sampai berhari-hari )
8. Perasaan hampa yang kronis

4.171

235
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria
(lanjutan)

8. Rasa amarah yang kuat, tidak sesuai atau sulit


dikendalikan (misalnya;sering menunjukkan
amarah/temper, sering marah-marah, berkelahi
fisik berulangkali )
9. Ide-ide paranoid terkait stres, selintas atau
gejala-gejala dissosiatif

4.172

Gangguan Kepribadian Ambang dan GPZ

 Klien bisa minum atau menggunakan berbagai


narkoba untuk mengatasi ketegangan yang
meningkat atau hilang kendali pada awal
episode krisis
 Mereka sangat rentan terhadap pengaruh
sebaya dan dapat menggunakan narkoba yang
sama, cara yang sama dan dengan frekuensi
yang sama dengan teman sebaya
 Mereka dapat menggunakan zat dengan pola-
pola idiosinkratik dan tak terduga
4.173

236
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Ambang dan GPZ
(lanjutan)

 Penggunaan narkoba multipel seringkali dan bisa


bersama alkohol, maupun hipnotik sedatif untuk
pengobatan diri sendiri (self-medication)
 Klien dapat mencari sumber-sumber pengobatan
multipel, dan sekali diresepkan, mereka terus
menerus menuntut diberi obat tersebut

4.174

237
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Break
15 minutes

4.175

Studi Kasus : Gangguan Kepribadian

 Baca studi kasus dalam Halaman Penjelasan


4.12
 Sebagai Kelompok, jawablah pertanyaan
pertanyaan-pertanyaan berikut :
 Gejala-gejala apakah yang menunjukkan bahwa klien
dengan GPZ ini juga memiliki gangguan
kepribadian ?
 Gangguan kepribadian apakah yang Anda lihat
dipertunjukkan oleh pasien ini ?

4.176

238
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bagian Gambaran Umum

 Gangguan-gangguan yang biasanya


didiagnosis pertama kali ketika bayi, masa
kanak, atau remaja
 Bagian ini akan :
 Menjelaskan bagaimana gangguan-gangguan ini
berhubungan dengan gangguan-gangguan yang terjadi
pada masa dewasa
 Memberikan uraian singkat tentang gangguan-gangguan ini
 Memberikan gambaran lebih rinci tentang gangguan
hiperaktifitas dan pemusatan perhatian (ADHDs)
4.177

239
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Interelasi dengan Gangguan “Dewasa”

 Banyak orang dengan Gangguan masa kanak


(childhood) tidak terdiagnosis hingga dewasa
 Banyak Gangguan masa dewasa (adult)
ternyata onset sudah muncul ketika masih
kanak atau remaja
 Seorang anak dapat didiagnosis sebagai
gangguan masa dewasa dan sebaliknya

4.178

Gangguan-Gangguan dalam Kategori

 Retardasi Mental :
 Fungsi intelektual dibawah rata-rata secara signifikan
(IQ kira-kira 70 atau kurang)
 Onset sebelum usia 18
 Defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif

4.179

240
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)

 Gangguan belajar :
 Fungsi akademis secara substantif lebih rendah dari
usia kronologisnya, ukuran inteligensi,dan pendidikan
sesuai usia

4.180

241
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)

 Gangguan keterampilan gerak :


 Dicirikanoleh koordinasi gerak yang lebih rendah
secara substansial dari usia kronologis dan ukuran
intelegensinya
 Gangguan komunikasi :
 Kesulitan berbicara atau berbahasa

4.181

Gangguan-Gangguan dalam Kategori


(lanjutan)

 Gangguan perkembangan pervasif :


 Hendaya dalam interaksi sosial
 Hendaya dalam komunikasi
 Perilaku,minat dan aktivitas stereotipi (Stereotyped)
 Gangguan-gangguan ini meliputi autisme dan
syndroma Asperger

4.182

242
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)

 Gangguan pemusatan perhatian dan disruptif :


 ADHD—Dicirikan oleh gejala-gejala tidak adanya
perhatian dan hiperaktifitas atau impulsif
 Gangguan perilaku—Dicirikan oleh pola perilaku
yang melanggar hak-hak dasar orang lain atau
norma-norma sosial utama sesuai usia atau aturan-
aturan
 Gangguan Sikap menantang/membangkang—
Dicirikan oleh pola perilaku negatifistik, bermusuhan
dan menantang/membangkang

4.183

243
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)

 Gangguan makan pada masa bayi atau kanak:


 Dicirikan oleh gangguan makan menetap (tidak
termasuk gangguan makan masa dewasa (seperti
anorexia nervosa dan bulimia)
 “Tic” dan gangguan pembuangan

4.184

Gangguan-Gangguan dalam Kategori


(lanjutan)

2 gangguan anxietas khas untuk anak dan


remaja didaftarkan dibawah seksi gangguan
mental dewasa karena gejala-gejalanya mirip:
 Gangguan cemas berlebihan (dalam gangguan
anxietas menyeluruh)
 Gangguan menghindar pada anak (dalam fobia
sosial)

4.185

244
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD

 Dialami oleh banyak anak dan orang dewasa :


 DSM memperkirakan 3–7% anak usia sekolah
 Riset CDC terbaru 9.5% dari anak Amerika berusia
4–17 telah didiagnosis dengan ADHD. Hal ini
merupakan peningkatan sebesar 22% dalam 4
tahun

Sumbers: American Psychiatric Association (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th edition,
text revision) (p. 90). Washington, DC: Author.
U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2010). Attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD) data 4.186
and
statistics. Retrieved August 3, 2011, from http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html

245
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Dampak ADHD pada Anak

 Studi CDC menemukan bahwa :


 Anak laki-laki risikonya 2.5 kali lebih besar
 Anak dengan riwayat ADHD 3 kali kemungkinan
memiliki masalah sebaya
 Anak wanita dengan riwayat ADHD hampir 10 kali
kemungkinannya memiliki kesulitan-kesulitan yang
akhirnya mengganggu persahabatan

Sumber: U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2010). Attention-deficit/hyperactivity disorder
(ADHD) data and statistics. Retrieved August 3, 2011, from http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html

4.187

ADHD secara Global

 Prevalensi ADHD kelihatannya paling kurang


sama tingginya pada anak Amerika dan bukan
Amerika

Sumber: Faraone, S. V., Sergeant, J., Gillberg, C., & Biederman, J. (2003). The worldwide
prevalence of ADHD: Is it an American condition? World Psychiatry, 2(2), 104‒113. 4.188

246
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD pada Masa Dewasa

 Banyak orang dewasa terus berlanjut memiliki


masalah terkait ADHD
 Gangguan ini seringkali tidak disadari adanya
hingga dewasa

4.189

247
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria A

Pola perilaku termasuk baik


 Tidak ada perhatian
atau
 Hiperaktivitas-impulsivitas

Tidak ada keharusan bagi seseorang untuk


mengalami gejala-gejala tidak ada perhatian
dan hiperaktivitas sekaligus
Pola-pola ADHD dapat berupa tidak ada
perhatian, hiperaktivitas, atau kombinasi
keduanya 4.190

ADHD Kriteria A-1

6 (atau lebih) dari 9 gejala-gejala tidak adanya


perhatian (inattention) yang menetap selama
paling kurang 6 bulan hingga tingkat maladaptif
dan tidak konsisten dengan taraf perkembangan

4.191

248
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD kriteria A-1: Gejala-Gejala Tidak Ada
Perhatian

 Sering gagal memperhatikan detail atau


kesalahan karena ceroboh pada tugas
sekolah,pekerjaan, atau aktivitas lain
 Seringkali kesulitan mempertahankan perhatian
pada tugas atau bermain
 Seringkali sepertinya tidak mendengar ketika
ditegur langsung

4.192

249
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria A-1: Gejala-Gejala Tidak Ada
Perhatian (lanjutan)

 Seringkali tidak mengikuti perintah dan gagal


menyelesaikan pekerjaan sekolah, tugas rumah
tangga, atau tugas di tempat kerja
 Seringkali kesulitan mengatur tugas-tugas dan
kegiatan-kegiatan
 Seringkali menghindari, benci, atau enggan
terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan
upaya mental berkelanjutan (seperti tugas
sekolah)

4.193

ADHD Kriteria A-1: Gejala-Gejala Tidak Ada


Perhatian (lanjutan)

 Sering kehilangan barang-barang yang penting


untuk melaksanakan tugas atau kegiatan
(mainan, tugas sekolah, pensil, buku, atau alat-
alat lainnya)
 Seringkali mudah berpindah perhatian akibat
stimuli dari luar
 Sering lupa ketika melakukan kegiatan-kegiatan
sehari-hari

4.194

250
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD Kriteria A-2

6 (atau lebih) dari 8 gejala-gejala hiperaktivitas-


impulsivitas yang menetap paling kurang 6 bulan
hingga tingkat maladaptif dan tidak konsisten
dengan taraf perkembangan

4.195

251
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria A-2: Gejala-gejala
Hiperaktivitas dan Impulsifitas

 Sering kali gelisah dengan tangan atau kaki


menggeliat-geliat di kursi
 Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau
situasi lain dimana seharusnya diharapkan tetap
duduk diam

4.196

ADHD Kriteria A-2: Gejala –gejala


Hiperaktivitas dan Impulsivitas (lanjutan)

 Seringkali lari-lari atau manjat-manjat berlebihan


pada situasi yang tidak pada tempatnya (pada
remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada
perasaan gelisah)
 Seringkali kesulitan untuk tenang dalam bermain
atau kegiatan bersenang-senang

4.197

252
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD Kriteria A-2: Gejala-gejala
Hiperaktivitas dan Impulsivitas (lanjutan)

 Sering bicara berlebihan


 Sering sudah menjawab sebelum pertanyaan
selesai
 Sering kesulitan menunggu giliran
 Sering menginterupsi atau memotong orang lain
(memotong pembicaraan atau permainan)

4.198

253
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria B dan C

 Kriteria B: Gejala Hiperaktif-impulsif atau tidak


ada perhatian yang menyebabkan hendaya
sudah ada sejak sebelum usia 7
 Kritieria C: Beberapa hendaya yang merupakan
gejala, terdapat dalam 2 atau lebih bidang (di
sekolah, kerja dan/atau di rumah)

4.199

ADHD Kriteria D dan E

 Kriteria D: Bukti nyata adanya hendaya yang


secara klinis bermakna dalam fungsi sosial,
akademis, atau pekerjaan
 Kriteria E: Gejala-gejala tidak terjadi hanya
selama perjalanan gangguan perkembangan
pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain
dan tidak disebabkan gangguan mental lain

4.200

254
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD dan GPZ

 Risiko GPZ meningkat pada remaja dengan


ADHD yang tidak diterapi
 Lebih kurang 1/3 orang dewasa dengan ADHD
memiliki riwayat penyalagunaan atau
ketergantungan alkohol
 20% memiliki riwayat GPZ, terutama ganja

Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for
persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health
and Human Services. 4.201

255
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD dan Terapi GPZ

 ADHD jadi penghambat terapi GPZ, karena klien


dapat:
 Memiliki kesulitan bertahan dalam terapi
 Bersusah payah belajar keterampilan abstinensia
 Memiliki risiko besar untuk relaps
 Memiliki akibat penyalahgunaan zat yang buruk

Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for
persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and
Human Services.
4.202

Saran-Saran

 Waspadai tanda-tanda ADHD yang tidak


terdiagnosis
 Klarifikasi berulangkali pada klien elemen-elemen
pertanyaan manakah yang dapat dijawabnya dan
yang manakah yang perlu penjelasan
 Hilangkan rangsang yang dapat mengalihkan
perhatiannya sebanyak mungkin yang berasal
dari lingkungan sekitar

4.203

256
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Saran-Saran (lanjutan)

 Gunakan alat bantu fisikal dan visual dalam


memberikan informasi
 Buat lamanya pertemuan secara singkat dan
kurangi percakapan verbal
 Dorong penggunaan alat-alat pengorganisir/
“organizational tools” (misalnya, jurnal kegiatan,
jadwal tertulis, dan daftar kegiatan) untuk
mempertahankan kegiatan-kegiatan penting dan
informasi tetap pada tempatnya

4.204

257
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Penutupan Hari Kedua

 Besok :
 Selesai Modul 4!
 Modul 5, Gangguan-gangguan Mental Akibat Zat
 Modul 6, Gangguan-gangguan medis Ko-Okuring
umum
 Latihan integrasi pembelajaran

4.205

258
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Studi Kasus : Gangguan-gangguan
timbul dini

 Bacalah studi kasus, Halaman Penjelasan 4.14


 Dalam Kelompok, jawablah pertanyaan-
pertanyaan berikut :
 Gejala-gejalaapakah yang mengindikasikan bahwa
klien dengan GPZ juga memiliki gangguan masa
bayi/kanak/remaja ?
 Gangguan apakah yang Anda temukan yang
dipertunjukkan klien ini ?

4.207

259
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Diskusi

 Apa yang dilakukan program Anda untuk


mengatasi kebutuhan-kebutuhan klien dengan
gangguan psikotik dan gangguan kepribadian dan
klien dengan gangguan seperti ADHD ?
 Menurut Anda apa yang dapat diimplementasikan
program Andam agar lebih efektif lagi mengatasi
kebutuhan-kebutuhan klien GPZ dengan
gangguan-gangguan tersebut?

4.208

260
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.1: Latihan Tanda-Tanda Peringatan
Bunuh Diri1

Halaman Penjelasan 4.1: Berbicara dengan Klien


tentang penggunaan Obat-obatan
Masalah psikiatrik yang tidak diterapi merupakan penyebab umum kegagalan
program terapi GPZ.Mendukung klien dengan gangguan mental agar terus makan
obat psikiatrik mempengaruhi hasil terapi GPZ secara bermakna.
Memulai: Sisihkan 5 hingga 10 menit bersama klien dalam setiap sesi untuk:

 Ingatkan bahwa dengan memperhatikan kesehatan mental akan mencegah relaps.


 Tanyakan apakah manfaat obat psikiatriknya
 Memberitahu bahwa minum obat setiap hari masih jadi perdebatan.
 Memberitahu bahwa setiap orang kadangkala lupa makan obat.
 Tanya, “Berapa kali Anda pernah lupa makan obat ?” bukannya “Pernahkan Anda
lupa makan obat ?”
 Tanya apakah perasaan mereka berubah atau kelakuannya berubah ketika lupa
makan obat.
 Tanya apakah lupa makan obat ada hubungannya dengan relaps GPZ.
 Tanpa menghakimi, tanyakan,”Mengapa lupa makan obat ?Apakah lupa, atau
Anda sengaja tidak makan obat waktu itu ?”
Untuk klien yang lupa makan obat, minta dia untuk mempertimbangkan strategi
berikut :

 Letakkan obat dimana selalu terlihat , seperti di rak samping tivi, dekat kulkas, atau
lekatkan di tangkai sikat gigi. Setiap orang punya 3 hal yang tidak pernah lupa
dilakukannya setiap hari. Letakkan obat di dekat kegiatan yang tidak pernah dia
lupa, tapi ingat agar jauh dari jangkauan anak kecil.
 Sarankan menggunakan alarm jam untuk waktu makan obat. Atur alarm sesuai
kebutuhan.
 Sarankan pakai Mediset atau box plastik kecil untuk menyimpan obat untuk
dimakan setiap hari dalam seminggu. Mediset berguna sebagai pengingat dan
membantu menelusuri apakah obat sudah dimakan.

1 Reproduced from Mid-America Addiction Technology Transfer Center. (2011). Psychotherapeutic medications 2011: What every counselor
should know (8th ed.), (p. 43). Retrieved August 10, 2011, from http://www.attcnetwork.org/userfiles/file/MidAmerica/Psychmeds%202011_
FINAL%20as%20of%203-1-11.pdf

261
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Bagi klien yang menyatakan bahwa dia memilih untuk tidak makan obat:

 Beritahukan bahwa dia berhak untuk tidak makan obat apapun.


 Tekankan bahwa dia bertanggung jawab dan keputusan tersebut telah dipikirkannya
dengan baik.Ini merupakan keputusan penting untuk kesehatannya, dan dia perlu
mendiskusikan hal ini dengan dokter yang memberikannya resep.
 Tanya apa alasannya untuk tidak makan obat.
 Jangan terima alasan “Saya hanya tidak suka obat itu”. Katakan kepada mereka
bahwa Anda yakin keputusannya tersebut tidak beralasan.
 Berikan contoh alasan yang dapat diterima yang menyebabkan dia tidak mau
makan obat. Misalnya,mereka:
• Tidak yakin bawa mereka butuh obat itu(bukan untuk pasien gangguan jiwa);
• Tidak yakin mereka masih butuh obat tersebut (sudah sembuh);
• Tidak tahan efek samping obat;
• Takut obat tersebut membahayakan mereka ;
• Melawan keberatan,atau ejekan teman dan keluarga;atau
• Merasa kalau makan obat berarti mereka tidak mampu mengendalikan diri.
 Pindah topik selain soal makan obat psikiatrik. Tanya apa teknik atau dukungan
yang dapat meringankan emosi dan perilaku ketika mereka memutuskan untuk
makan obat.
Pendekatan Umum. Pendekatan yang digunakan ketika bicara dengan klien
tentang obat psikiatrik persis sama caranya ketika bicara tentang keputusan untuk
menyalahgunakan zat:

 Cari pemicu atau petunjuk yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan
(menyalahgunakan zat, tidak makan obat yang diresepkan psikiater, dll).
 Pelajari mengapa perilaku tak diinginkan kelihatannya seperti ide bagus waktu itu.
 Pelajari akibat yang terjadi akibat pilihan klien.
 Tanyakan apakah pilihannya sudah sesuai dengan keinginannya.
 Buatlah strategi bersama klien apa yang dapat diperbuatnya lebih baik lagi dimasa
depan.

262
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.2: Studi Kasus Gangguan Depresi
Major, Mali

Mali wanita 35-tahun dengan riwayat penyalahgunaan zat, terutama ganja,digunakan


terutama untuk melawan depresi.Dia melaporkan bulan lalu, sebelum dia mencari
terapi, depresinya semakin berat dan sehari-harinya menjadi sulit tidur, nafsu makan
turun, dan sukar konsentrasi;dia menjelaskan bahwa moodnya terus menerus sedih.
Dia buat janji dengan klinik dengan harapan mendapat obat yang dapat membantu
memperbaiki perasaanya.Dia telah bercerai 5 tahun (setelah 5 tahun perkawinan
penuh kesulitan) dan tidak punya anak.Dia tinggal sendirian dan bekerja sebagai kasir
disebuah toko grosir.Selama bulan lalu, dia mengalami beberapa hal berikut; bolos
kerja, sulit tidur, lelah sekali dan letih, mood depresi, dan gak mampu bangkit dipagi
hari (dia mengtakan bahwa mood depresinya lebih berat pagi hari). Keluhan lain tidak
ada minat sosialisasi, rasa bersalah yang kuat, dan BB berkurang (hilang 30 punds
dalam 2-3 bulan yang lalu).
Mali, anak tunggal, dibesarkan oleh ibunya, janda cerai dengan suaminya ketika
usia Mali 8 tahun. Dia mengatakan bahwa ibunya juga sering depresi dan mungkin
ini yang menyebabkan dia ditinggal suaminya.Walaupun demikian dia masih ingat
dia sering dikunjungi ayahnya dan hal ini merupakan kenangan masa kecilnya yang
menyenangkan. Dia menerangkan bahwa ayahnya seorang yang tenang dan peduli dan
selalu menunggu kunjungan-kunjungan ayahnya karena hal ini dapat membawanya
keluar dari lingkungan rumah yang muram. Ayahnya meninggal secara tragis dalam
kecelakaan mobil ketika Mali berusia 14 tahun.Dia mengatakan ketika kanak dia suka
sedih, tetapi dia pertama kali merasa depresi ketika ayahnya meninggal.Dia mulai
pakai narkoba dengan teman-temannya sebagai “pelarian”.Ketika remaja depresi
terus berlanjut, lebih dari sekali berpikir untuk bunuh diri, dan berlanjut terus pakai
narkoba.
Mali mulai meninggalkan rumah umur 18, dapat kerjaan, kenal teman-teman baru,
dan mulai ada rasa senang.DIa terus pakai narkoba, terutama ganja, ketemu calon
suami melalui pertemanan ketika umur 21 tahun.Dia merasa calon suaminya tenang
dan peduli/ “calm and caring”—persis ayahnya.Tetapi jika diingat-ingat lagi, dia
menyadari mereka hanya punya satu kesamaan; sama-sama punya keinginan kuat untuk
teler/”to get high on drugs”.Mereka menikah ketika dia berusia 25 tahun, dan dalam
beberapa tahun penggunaan narkoba mereka mulai berkurang. Dia mengatakan hal
itu ketika dia menyadari bahwa mereka sedikit sekali memiliki kesamaan.Dia menjadi
lebih depresi secara bertahap, dan setelah 5 tahun menikah suaminya minggat.Mali
mengatakan, “dia tidak dapat menghilangkan rasa depresiku”. Dia menjelaskan
bahwa gejala-gejalanya pada waktu itu persis sama dengan apa yang dirasakannya
sekarang dan bulan lalu.Dia mengatakan bahwa gejala-gejala ini telah berlangsung
selama lebih kurang setahun setelah perkawinannya berakhir.Dia kemudian mencari
terapi, mendapat antidepresan dan perasaannya membaik.
Saat ini, di punya beberapa teman, dan prihatin atas kinerjanya karena sering bolos kerja,
dan hampir tidak kontak dengan orang lain. Sebelumnya dia mendapat terapi untuk
depresi (sebagaimana diceritakan diatas) dan tidak lagi datang berobat setelah mulai
merasa baik.Dua tahun yang lalu dia kembali pakai ganja “sebagai cara mengatasi”,
dan depresi kembali timbul, dan tak satupun kelihatannya dapat membantu.
Sebagai ringkasan, gejala-gejala yang tampak adalah rasa sedih, insomnia, susah
konsentrasi, nafsu makan hilang, tak bertenaga, dan isolasi sosial. Gejala-gejala
ini telah terjadi selama paling kurang sebulan.Dia punya riwayat pakai ganja untuk
melawan gejala-gejala tersebut tapi sekarang katanya tidak lagi dapat menolong.

263
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.3: Studi Kasus Gangguan Bipolar I,
Suharto

Suharto duda berusia 43 tahun yang dibawa ke dokter oleh anak wanitanya yang
berumur 21 tahun yang sangat prihatin dengan perilaku ayahnya akhir-akhir ini.Dia
sekarang nganggur karena dipecat baru-baru ini, dan ada riwayat penggunaan zat
kadang-kadang. Ketika anaknya membawanya berobat, dia curiga ayahnya pakai
kokain berlebihan karena selama 2 minggu sebelum menjalani terapi, dia susah tidur
(hanya 2 jam semalam) karena selalu keluar malam dengan teman-temannya berpesta
hampir setiap malam. Dia menyangkal pakai narkoba, dan staf yang memasukkannya
ke klinik Anda melakukan test urine dan ternyata apa yang dikatakannya benar.
Wawancara berikutnya dengan anaknya, anaknya itu mengatakan kepada Anda bahwa
2 minggu terakhir ini, moodnya baik sekali, sering mengatakan kepada anaknya itu
bahwa feelingnya baik.Sebelumnya dia juga sangat aktif, sering ke junkyards mencari
onderdil untuk mobil tua yang dibelinya.Dia mengatakan dia berencana memperbaiki
kendaraan itu agar bisa jalan. Anak wanitanya mengatakan itulah yang selalu
dikatakannya: memperlihatkan kepadanya garis besar rencana untuk menyelesaikan
projeknya dan melihatkan gambar-gambar bagaimana hasilnya nanti. Anaknya
mengatakan bahwa ayahnya terobsesi dengan proyek itu, tapi dia khawatir ayahnya
akan menghabiskan uang sia-sia karena biasanya tak dapat menyelesaikannya. Anaknya
mengomentari dia pernah melakukan hal yang sama di masa lalu dan kerjaannya gak
pernah beres.
Dalam wawancara dengan Suharto, Anda mendengar dia bercerai 5 tahun yang lalu.
Ketika ditanya bagaimana hubungan mereka, Suharto mengatakan banyak ketegangan
diantara mereka karena dia tidak dapat mempertahankan kerjaannya untuk waktu yang
cukup.Dia mengatakan mulai 10 tahun yang lalu dia menjadi depresi, sulit tidur, dan
hilang nafsu makan.Depresinya kelihatannya datang dan pergi, akibatnya dia tidak
dapat bertahan bekerja.Ketika ditanya soal depresinya, dia mengatakan depresinya
hilang timbul dan meliputi rasa sedih, hilang nafsu makan, insomnia, dan letih.Dia
mengatakan itu adalah kelelahan yang membuat dia tidak bisa mempertahankan
pekerjaannya.
Suharto mengatakan akhirnya perasaannya mulai membaik ketika energinya meledak,
siap melakukan apa saja (ikut ketika diajak melakukan sesuatu) dan rasa percaya
diri yang meningkat. Ketika itulah isterinya minggat karena mengeluh keterusan
menganggur—bahkan setelah keluar dari depresinya. Ketika ditanya apakah dia
mengalami depresi seperti apa yang dialaminya 10 tahun yang lalu, dia mengatakan
bahwa itu terjadi setahun yang lalu, ketika dia mengalami gejala-gejala yang sama
sebagaimana dirasakannya di masa lalu, dan hal itu tidak ada kaitannya dengan
kejadian tertentu atau kondisi hidup tertentu.nce. Ketika ditekan lebih lanjut, dia
mengakui merasa depresi setiap hari selama 2 minggu, dimana dia kehilangan minat
ketemu orang atau melakukan sesuatu diluar rumah, hilang nafsu makandan susah
tidur, dan merasa sedih mendalam. Dia menambahkan rasa percaya dirinya rendah
dari biasanya—bahkan lebih rendah dari saat serangan awal depresi.

264
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ketika ditanya tentang riwayat keluarganya, Suharto mengatakan bahwa ayahnya
minggat ketika Suharto umur 10 tahun.Keluarganya mengatakan bahwa ayahnya
minggat karena ibunya punya masalah psikiatrik serius.Suharto dan adik kecilnya
akhirnya tinggal ddengan bibinya dan pamannya karena ibunya ibunya selalu keluar
masuk RS ketika dia kecil dan remaja.Dia mengatakan hubungannya dengan ibunya
kurang dekat.Ibunya meninggal ketika Suharto berumur 20 tahun.Suharo ketika
kecil mengalami masalah dalam penyesuaian diri tapi dapat menyelesaikan sekolah
menengahnya dan mulai bekerja yang memberikan harapan untuk sukses sebagai
mekanik mobil. Sayangnya, berakhir dengan pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lain ketika usia 20an dan 30an. DIa tidak pernah bertahan kerja hingga 1 tahun ( ketika
terakhir kalinya dia mengalami depresi)
Ringkasan, gejala-gejala yang diperlihatkannya adalah dia sangat verbal dentgan
energi yang sangat tinggi dan citra diri yang sangat positif (walaupun banyak kegagalan
dalam bekerja). Dia juga mempunyai pandangan yang tidak realistik mengenai apa
yang dapat dia selesaikan. Dia juga mengakui memiliki gejala-gejala episode depresi
major setahun sebelum dia memasuki/menjalani terapi.

265
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.4: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus — Gangguan Mood

Angella pekerja sex umur 25-tahun, telah nyebur dalam perdagangan sex sejak usia
16. Ibunya juga pekerja sex dan meninggal karena AIDS pada usia 42 tahun, setahun
yang lalu.
Angella mulai pakai ganja dan minum alkohol umur 12. Dengan berjalannya waktu
, dia telah pakai bermacam-macam narkoba. Dia pernah 6 bulan di tempat rehab
ketika berumur 20, tetapi hanya bertahan pulih 9 bulan. Ketika menjalani terapi dan
pulih, Angella mencoba merobah hidupnya, tetapi dia tidak mendapat pekerjaan
yang langgeng.Dia mengatakan bahwa dia mulai ketemu pelanggan lama lagi dan
pakai narkoba lagi setiap kehilangan pekerjaan.Dia mulai nyuntik heroin 4 tahun yang
lalu.Dia melakukan itu karena pekerjaan sebagai pelacur begitu sulit kecuali dalam
keadaan “giting”.
Angella kadangkala pergi ke drop-in center. Dia mengtakan kepada petugas disana
bahwa dia sudah cape dan tua/”tired and old” dan ingin berhenti sebagai pekerja
sex. Tetapi dia tidak begitu percaya pada petugas drop-in center atau relawan disana
dan merasa tidak ada harapan.
Angella kehilangan pekerjaan sebagai pelalyan toko sebulan yang lalu dan kembali
ke jalanan.Dia sekarang gelandangan, tinggal bersama pelanggan atau pelacur
lainnya jika mampu.Dia mengatakan dia sering nginap dengan siapapun yang mau
memberinya putau atau tempat untuk nginap.
Angella kembali datan ke drop-in center minggu lalu dan mengatakan kepada konselor
disana bahwa dia beberapa hari tidak tidur, makan tidak teratur, dan sepanjang
hari mengangis ketika tidak bersama langganan dan mikir gimana bisa giting.Dia
mengatakan bahwa dia dipukuli dan diperkosa minggu lalu.Petugas drop-in melihat
adanya memar dimuka dan tangannya.
Dia mengatakan bahwa dia telah makan obat anti nyeri yang dia “pinjam” dari
temannya untuk menghilangkan nyeri punggung, yang telah menambah masalahnya.
Konselor juga mencium bau alkohol dari nafasnya.
Koselor mengatakan pada Angella untuk menjalani terapi lagi, tetapi dia menjawab
bahwa dia tidak melihat itu ada manfaatnya, karena hidupnya sudah kacau tanpa
harapan. Dia setuju untuk datang dua hari lagi untuk membicarakan masalah terapi.
Konselor mengatakan bahwa dia sudah benar ketika mendatangi drop-in center
dan memberinya dorongan bahwa dia mampu untuk berhenti pakai putau dan
meninggalkan dunia pelacuran.
Angella tidak datang pada hari yang dijanjikan. Ketika konselor menelepon rumah
dimana dia tinggal terakhir kali, seorang lelaki menjawab bahwa Angella mencoba
bunuh diri sepulangnya dari drop-in center. Dia overdosis obat antinyeri (gol opiat),
tetapi lelaki itu membawanya ke UGD dan berhasil pulih di RS.

266
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.5: Studi Kasus, Geeta—Gangguan
Panik

Geeta wanita lajang usia 25 yang bekerja di perusahaan asuransi dan dirujuk ke program
terapi gangguan mental untuk pengobatan “serangan panik”/ “panic attacks.”Dia
pernah pergi ke dokter karena dia merasa jantungnya berdetak cepat seakan rasanya
mau mendapat serangan jantung. Walaupun dia pernah mengalami pengalaman yang
sama sebelumnya, tetapi gejalanya tidak seberat sekarang. Ketika dia mengalami
serangan setahun yang lalu, dia menduga itu akibat hari dan pekerjaan yang penuh
stres, tetapi setelah serangan semakin sering dan lebih berat, dia mencoba mencari
pertolongan.Dengan suatu perjanjian yang ditanda tangani, konselor mendapat
informasi lebih lanjut dari dokter yang pernah merawat Geeta yang menyataka bahwa
tidak terdapat suatu kondisi medis tertentu yang menyebabkan timbulnya serangan.
Dia mengatakan bahwa Geeta secara fisik sehat dan merekomendasikan psikoterapi
dan suatu evaluasi medis oleh psikiater.
Ketika diminta menjelaskan serangan yang dirasakan, Geeta mengatakan bahwa
serangan dapat datang kapan saja dalam satu hari dan terakhir serangan datang tengah
malami, yang membuat dia ketakutan sehingga memanggil dokter.Dia mengatakan
bahwa serangan datang gak tahu dari mana dan rasanya jantung berdebar cepat,
gemetaran, berkeringat, nyeri dada dan sulit bernafas, dan limbung. Dia sangat
khawatir apa yang dialaminya dan apa akibatnya kelak. Dia menambahkan ketika
terjadi, dia sangat takut akan kehilangan kendali atau bahkan mati tiba-tiba.
Ketika ditanya riwayat keluarga, dia merasa normal dan tidak ada hal luar biasa
pada masa kecilnya, pelajar yang baik, dan orang pertama dalam keluarga yang jadi
mahasiswa.Tdak ada anggota keluarganya yang pernah didiagnosa atau diobati
sebagai pecandu atau gangguan mental.Ketika ditanya tentang serangan panik
yang pertama, dia mengatakan itu terjadi di kampus sebelum ujian akhir pada tahun
pertama kuliah. Walaupun gejalanya berat, serangan singkat dan dia tidak berobat ke
dokter, juga tidak menceritakan kejadian itu pada orang lain. Dia menduga serangan
panik itu akibat ujian akhir itu.Dia kembali mendapat serangan panik beberapa kali
pada tahun keduanya di kampus dan berhenti kuliah pada akhir tahun kedua karena
masalah keuangan.
Dia juga mengatakan, bahwa serangan panik itu meyakinkan dia bahwa kampus
membuat dia stres, dan peranannya besar yang membuat dia tidak kembali kuliah.
Walaupun demikian 5 tahun kemudian sejak meninggalkan kampus, dia terus menerus
mendapat serangan panik.
Geeta telah bekerja dengan mantap sejak dia mahasiswa dan mengatakan bahwa
kadang-kadang dia tidak bisa kerja karena datang serangan panik berat. Dia
menjelaskan serangan itu semakin berat saja dan samasekali tidak terduga karena
dapat terjadi dimana dan kapan saja: di rumah tempat kerja, di jalan ke kantor, dan
ketika bersama teman. Ketika ditanyakan tentang alkohol atau narkoba, dia mengakui
pernah mengisap ganja di kampus, dan dia kadangkala minum alkohol.Dia mengatakan
bahwa dapat menghabiskan segelas anggur tiga kali seminggu setelah makan atau
bersama teman.
Ringkasan, gejala-gejala hilang timbul, semakin kuat dan sering yang ditandai oelah
denyut jantung cepat, gemetaran, berkeringat, nyeri dada, sulit bernafas dan limbung/
sempoyongan
267
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.6: Studi Kasus, Lee—Fobia Sosial

Lee 34 tahun guru sekolah dasar. Menikah dan punya dua anak kecil dan dirujuk
untuk mendapat terapi atas anxietas, baik di tempat kerja maupun di situasi sosial.
Dia mengatakan bahwa dia orang yang santai dan ramah tetapi sebagai tambahan
dia mengatakan bahwa dia bekerja keras untuk bisa santai karena hal itu tidak biasa
baginya. Dia mengatakan bahwa dia menghargai isterinya yang menurut dia orangnya
santai dan percaya diri, yang membantu dia mengatasi anxietasnya tetapi akhir-akhir
ini anxietasnya bertambah berat. Dia mengatakan bahwa dia selalu cemas ketika
dia berada dalam pusat perhatian, tetapi akhir-akhir ini rasa cemasnya dalam situasi
tertentu jadi lebih ekstrim. Dia memberi contoh ketika memberi presentasi baru-baru
ini bagi orang tua murid-muridnya dan anxietasnya membuat dia tampil tidak seperti
biasanya. Faktanya, menurut dia, “gawatlah”. Ketika ditanya apa yang dia maksud, dia
mengatakan bahwa “jantungnya berdebar kencang” dan dia keringatan sampai basah,
mual, dan sangat ketakutan merasa tidak mampu menyelesaikan presentasi;dia pikir
dia sampai hilang kendali. Ketika ditanya mengapa dia sampai begitu, dia menjawab
dia takut mempermalukan dirinya, kemudian mengatakan, “akhirnya dia benar-benar
mempermalukan dirinya”

Lee mengatakan bahwa setelah kejadian itu,dia menjadi stres kalau tampil dan
kecenderungan merasa sangat cemas.Dia mengatakan kalau di kelas dengan murid-
muridnya dia tenang, tapi dalam pertemuan dengan orang tua murid dan guru-
guru lain dan dalam pertemuan profesi dimana dia harus berpartisipasi, dia sangat
takut kalau sampai salah bicara dan kelihatan jelek. Dalam situasi ini, dia takut kalau
dihakimi orang lain. Lee menambahkan dalam pertemuan dengan orang tua murid
baru-baru ini, dia begitu takut selama 2 minggu dan ketika pertemuan, rasa takutnya
benar terjadi sehingga dia begitu tegang sehingga dia gagal memberikan presentasi
yang baik bagi orang tua.

Lee dibesarkan dalam keluarga yang berharap dia jadi orang sukses. Dia berprestasi
baik di sekolah tetapi pada awalnya dia pemalu dan sensitif. Dia atletis dan senang
terlibat dalam olahraga tim seperti sepakbola, tetapi karena larinya cepat, dia juga
menjadi pelari, lebih sebagai individu. Dia mengatakan ketika akan bertanding lari
dia menjadi sangat cemas dan biasanya sampai muntah di ruang ganti sebelum
bertanding. Ditanya mengapa demikian, katanya dia takut kalau tidak lari dengan
baik, atau jatuh di lintasan lari. Juga sebagai murid yang baik dia mengalami gejala
yang sama ketika ujian atau presentasi di depan kelas. Dia menambahkan bahkan
sampai menceret sebelum ujian atau presentasi.

Secara sosial, Lee selalu punya teman, tetapi dia mengatakan bahwa dia selalu sebagai
pengikut saja dan jarang punya inisiatif memulai pertemanan. Dia pernah pacaran
semasa kuliah, tetapi selalu merasa dinilai kurang baik oleh pacarnya. Dia tidak pernah
serius dengan wanita hingga ketemu calon isteri dalam usia 25. Dia mengatakan bahwa
isterinya lebih santai orangnya. Dia mengatakan isterinya yang mulai ingin kenal dan
dia merasa nyaman bersamanya. Dia menambahkan itulah pertama kali dia merasa
nyaman berhubungan dengan wanita.

268
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ketika ditanya apakah dia minum atau pakai narkoba, dia mengakui kadangkala
minum sedikit banyak ketika menghadiri pertemuan sosial. Dia mengaku sering ditarik-
tarik oleh isterinya ke pesta atau pertemuan sosial lain dan terpaksa minym untuk
mengurangi cemas; dan baru dapat menikmati pertemuan itu. Dia juga mengakui
kadangkala makan obat penenang (diberikan oleh isterinya) agar bisa merasa nyaman
bersosialisasi.
Ringkasan, gejala-gejala yang tampak adalah tegang, masalah gastrointestinal,
keringatan dan ketakutan kalau kelihatan buruk atau memalukan di pekerjaan atau
situasi sosial.Dia juga mengalami serangan panik yang dicirikan oleh debar jantung
yang cepat, keringatan, mual dan takut hilang kendali. Dia pernah minum dan
makan obat penenang untuk mengatasi rasa cemas, tetapi tidak pernah menjadi
ketergantungan. Suatu assesmen menyeluruh harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya ketergantungan dan penyalahgunaan kalau ada.

269
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.7: Studi Kasus, Chinh—Gangguan
Anxietas Menyeluruh

Chinh laki-laki 30 tahun, dirujuk oleh atasannya yang menduga dia ada masalah
alkohol. Bos tersebut menelepon Anda sebelum merujuk, menginformasikan
alasannya menduga adanya masalah alkohol karena Chinh sering bolos kerja, mudah
marah sama teman, sulit konsentrasi dan akhir-akhir ini terlihat sangat kelelahan dalam
jam kerja.
Ketika Chinh masuk untuk wawancara, dia tampak tegang dan kaku dan sulit duduk
tenang. Dia juga defensif ketika diduga ada masalah alkohol tetapi mengakui dia suka
bolos kerja akhir-akhir ini dan sulit tidur. Dia juga bilang sulit konsentrasi ketika kerja,
letih seharian, badan pegal-pegal, dan tidak bisa santai walapun tidak bekerja.
Chinh mengakui dia pernah makan obat penenang yang diberikan temannya
dan minum alkohol, tetapi hanya untuk bisa santai setelah kerja. Dia mengatakan
masalah terbesarnya dan merupakan alasan dari semua yang dialaminya adalah
kekhawatirannya setiap waktu. Dia menikah dan punya anak tiga dan mengatakan
bahwa selama 18 bulan terakhir dia khawatir dia bisa terus bekerja dan menopang
kehidupan keluarga. Ini juga menyebakan stres dalam perkawinannya dan sering
bertengkar dengan isterinya bahkan didepan anak-anaknya . Sekarang Bos nya sudah
tahu, membuat dia tambah khawatir. Ketika ditanya mana yang timbul duluan, gejala
cemas (insomnia, pegal-pegal, sulit konsentrasi) atau minum alkohol, dia menjawab
bahwa gejala timbul duluan-sudah berlangsung 2 tahun dan minum baru 6 bulan.
Chinh mengatakan walaupun baru pertama kali ketemu konselor, dia pernah konsultasi
dengan profesi medis selama setahun untuk mengatasi masalahnya. Dia juga pernah ke
dokter keluarga untuk test darah, ke dokter syaraf untuk insomnia, dan ke chiropractor
untuk pegal-pegalnya. Dia mengatakan bahwa test darahnya tidak ada masalah, tidak
ada masalah dengan syarafnya yang menyebabkan gangguan tidur, dan hasil terapi
chiropractor hanya sedikit membantu.
Chinh selalu merasa khawtir. Apakah dia dapat menghidupi keluarga, masalah keuangan,
masalah kerja, dan gejala-gejala fisik yang dirasakannya serta akibatnya. Menjadi
jelas bahwa dia sulit mencegah munculnya rasa khawatir apalagi menghilangkan rasa
khawatir itu.
Ringkasan, gejala-gejala yang timbul adalah anxietas yang berlebihan(tidak dapat
mengendalikan anxietas dan kekhawatiran), dan gejala-gejala yang menyebabkan
stress berlebihan di tempat kerja dan dalam keluarga.

270
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.8: Studi Kasus Gangguan Stres
Pasca Trauma, Paul

Paul, laki-laki 25 tahun ketergantungan pada depresan Susunan Syaraf Pusat, yang
biasa diresepkan dokter (benzodiazepin dan penenang lainnya) yang pernah diberi
teman atau dibeli dari bandar. Stres perkawinan mendorong dia menjalani terapi;
awalnya dia menderita cemas, tampak gelisah dan tidak bisa duduk diam. Keluhan
lain, rasa tidak mampu, malu, tidak ada harapan, menarik diri, dan merasa terancam.
Dia juga mengeluh ada keluhan fisik dan sangat takut dengan rasa curiga dimana dia
tidak punya rasa percaya pada figur otoritas.
Kika kecil, Paul tinggal bersama orang tuanya di Rwanda dan menyaksikan kekejaman
termasuk kematian beberapa tetangga dan penahanan orang tuanya yang sejak itu
tidak ketemu lagi dan diduganya telah meninggal. Dia melarikan diri dari Rwanda 1994
dengan bantuan pamannya. Dia telah menikah selama 3 tahun. Ketika meninggalkan
Rwanda dia berumur 8 tahun dan dibesarkan oleh keluarga di negara dimana dia
mendapat terapi. Dia kelihatan tegar ketika ditanya tentang kehidupannya sebelum
usia 8 tahun, menghindari diskusi tentang kejadian dimasa lalu yang kelihatannya
berkaitan dengan masalahnya sekarang. Walaupun dia mengatakan dia merasa
malu dan ada rasa bersalah dengan keselamatannya sementara banyak yang lainnya
terbunuh, dia hanya sedikit menunjukkan emosi. Gejala-gejalanya berdampak negatif
terhadap kehidupan perkawinannya.
Informasi dari isterinya dia semakin tergantung obat karena depresi, insomnia, dan
memori masa kanak yang begitu nyata yang sesekali muncul-sesuatu yang tidak mau
diceritakannya pada isterinya. Isterinya menyebutkan beberapa gejala lain seperti sulit
konsentrasi, serangan marah tiba-tiba, dan rasa bersalah dan paranoia.
Kerjaan Paul sangat terganggu oleh gejala sulit konsentrasi dan ketegangannya
dengan teman sesama kerja. Dia juga jadi penyendiri dan tidak mau terlibat dalam
aktiviatas sosial, sehingga timbul masalah dalam hubungan sosial bahkan dengan
teman dekatnya dulu. Selama setahun terakhir dia mengalami gejala-gejala diatas dan
sesekali menjadi gelisah ketakutan, terutama ketika melewati kumpulan anak-anak
muda dipinggir jalan.
Dia menjelaskan situasi yang menyebabkan gejala semakin berat ketika dia kerja di
lapangan dan banyak remaja dengan suara ribut dan keras berjalan di dekat rumahnya.
Kejadian itu menimbulkan ingatan kembali kejadian tragis yang dialaminya semasa
kanak, dan reaksinya waktu itu adalah lari dan sembunyi di belakang rumah. Ingatan
lama ini semakin sering muncul kembali.
Ringkasan, Paul memperlihatkan gejala anxietas, emosi berkurang, insomnia, sulit
konsentrasi, serangan marah tiba-tiba, flashback, rasa bersalah, isolasi sosial, dan ide-
ide paranoid. Dia mulai makan obat penenang yang didapat dari temannya untuk
mengurangi gejala ini, tetapi sekarang menjadi masalah karena dia ingin terus makan
obat ini.

271
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.9: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus-Gangguan Anxietas

Amando usia 23 dan lajang. Ibunya membesarkannya, setelah ayahnya meninggalkan


keluarga ketika Lee berumur 12. Dia punya seorang kakak wanita dan 2 saudara laki-
laki. Amando sekarang tinggal dengan ibunya. Dia menjadi mahasiswa, tetapi drop
out setelah sebulan, dia mengatakan ke ibunya dia tidak tahan stres. Dia selama ini
bekerja sebagai penjaga malam selama 3 tahun. Dia menyenangi pekerjaan itu karena
tak seorangpun yang mengganggu dia.
Amando sudah pakai ganja sejak usia 13. Akhir-akhir ini Amando ketahuan serung
tertidur dalam jam kerja. Ini perilaku baru dan bos nya telah bicara dengan Amando
tentang hal ini, Amando hanya menjawab “Saya janji tidak akan mengulangi lagi”.
Bos mengancam bila terjadi lagi dia akan dipecat . Bosnya adalah teman ibunya dan
mengatakan bahwa dia khawatir akan keadaan Amando
Ibu Amando juga khawatir keadaan anaknya ini. Dia tampak penyendiri dan punya
sedikit teman di sekolah. Dia tidak pernah punya pacar walaupun dia pintar dan
menarik. Ibunya mengatakan pada temannya bahwa dia adalah anak yang sensitif.
Sekarang malah dia banyak diam dikamarnya. Dia tidak mau kemana-mana, bahkan
ketika diajak oleh saudara-saudranya. Seminggu yang lalu, ibu Amando membersihkan
kamarnya dan menemukan tas berisi banyak pil warna warni. Ketika ditanya, Amando
mengatakan bahwa itu adalah obat penenang untuk mengurangi rasa cemasnya.
Setelah diskusi lebih lanjut, ibunya mengetahui bahwa dia telah membeli obat
penenang dari bandar dan dosis yang digunakan semakin meningkat. Dia mengakui
bahwa dia butuh bantuan karena kadangkala dia makan terlalu banyak dan tertidur
di tempat kerja. Ibunya setuju dia butuh bantuan dan membawa dia ke tempat
rehabilitasi.
Konselor di tempat terapi melihat Amando menggigil dan tegang dan menduga
dia mulai mengalami gejala putus zat. Konselor menjelaskan tentang program dan
jadwal konselong kelompok. Amando kaget dan mengatakan bahwa dia tidak mau
ikut konseling kelompok. “Dapatkah saya bicara secara individual?” katanya. Konselor
meyakinkan dia bahwa dia akan menyukai konseling kelompok dan keadaannya akan
membaik. Amando mengikuti 2 sesi pertama. Dia hanya bicara kalau diminta, dan
itupun terbatas. Dia cenderung menarik kursinya keluar kelompok. Selama sesi kedua,
konselor kelompok mendorong dia agar lebih aktif, “Anda hanya akan memperoleh
sesuatu dari kelompok sesuai dengan apa yang Anda berikan pada kelompok”
Amando tidak kembali lagi mengikuti program. Dia juga tidak segera memberi tahu
ibunya bahwa dia telah keluar dari program, dan ketika ibunya tahu, dia bilang kepada
ibunya bahwa dia tidak tahan mengikuti konseling kelompok dan merasa yakin dia
bisa berhenti dengan usaha sendiri.

272
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.10: Studi Kasus Skizofrenia, Han

Han 45 tahun, pria lajang yang dibawa ke UGD oleh polisi setelah tetangganya di
apartemen mendengar suara ribut dari ruangannya. Takut terjadi hal terburuk dan
sebelumnya melihat perilaku aneh Han, tetangganya menelepon polisi. Ketika polisi
datang Han sendirian dikamarnya, tapi apartemennya kacau dan furnitur dirobah-
robah letaknya, sebagian malah dibalik-balikkannya. Ketika ditanya mengapa kacau,
Han mengatakan bahwa ada kamera tersembunyi diletakkan di apartemennya dan
dia harus mencari itu karena orang yang ingin membahayakan dia sedang mengamat-
amatinya. Dia mengatakan bahwa dia menemukan orang itu ketika dia berada dalam
bus tadi pagi dan melihat 2 artikel koran di halaman yang sama dengan judul “Kamera
Cepat” dan “Apartemen Rahasia”. Menurut Han ini merupakan sinyal bahwa memang
ada kamera tersembunyi diletakkan di apartemennya dan ingin cepat pulang untuk
menemukannya.

Anda menemui Han dan mengetahui dari catatan medik di RS bahwa ini bukanlah kali
pertama dia dibawa ke UGD. Dari catatan medik diketahui bahwa dia pernah dibawa
2 tahun yang lalu. Anda juga tahu bahwa dia punya pola perilaku yang sama selama
beberapa tahun sebelum kunjungan pertamanya ke UGD dan telah mendapatkan
obat-obat anti psikotik. Ketika ditanya apakah dia masih makan obat. Han mengatakan
tidak, dan menambahkan bahwa orang yang menginginkan dia agar makan obat
adalah bagian dari konspirasi untuk membahayakan dia.Ketika ditanya apakah dia
minum alkohol atau pakai narkoba, dia mengakui pakai ganja ketika usia 20an, tetapi
kemudian tidak lagi, dan mengatakan bahwa dia tidak minum dan pakai narkoba
dengan alasan yang sama mengapa dia berhenti pakai obat resep dokter.

Dia mengatakan pada Anda bahwa orang sering mengirim sinyal padanya bahwa akan
ada sesuatu yang akan terjadi dengan dirinya. Ketika ditanya, apakah benar pernah
terjadi, dia menjawab, “Tidak, saya selalu waspada sebelum sesuatu terjadi”. Ketika
ditanya hal apa yang dia waspadai, dia mengatakan mungkin serangan fisik, penculikan
atau pembunuhan. Dia menambahkan ada peringatan berupa pesan tertulis yang
dia lihat di koran, di billboard, atau di TV atau melalui orang lain bisa di jalan atau
dalam bus. Lain kali, dia diingatkan melalui suar-suara yang sangat jelas seakan-akan
ada orang yang bicara dengannya dalam kamar yang sama. Contohnya ketika dia
sedang berbaring di tempat tidur, tidak dapat tidur dan dia mendengar suara yang
memperingatkan supaya jangan keluar dari pintu depan pada pagi hari. Dia akhirnya
keluar melalui pintu belakang aparemennya dan memang tidak terjadi apa-apa.

Selama wawancara, Han terus bicara dengan cara yang kacau, pindah-pindah topik,
tanpa menyelesaikan topik tertentu. Pembicaraannya selalu kembali bahwa ada orang
yang mencarinya dan dia beruntung dapat menghindari bahaya tetapi itu bisa terjadi
kapan saja. Dia mengatakan kamera tersembunyi itu sangat menakutkan, karena
siksaannya mungkin telah dapat mengetahui gerak geriknya, tetapi dia yakin dengan
memindah-mindahkan furniturnya dia dapat memblok kamera tersebut.

273
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Anda juga tahu bahwa Han tidak pernah dapat mempertahankan pekerjaannya untuk
waktu yang bermakna dan dia menganggur setahun yang lalu. Pamannya selalu
mengirim uang ke rekening dia dan selalu membayar sewa apartemennya untuk
membantunya. Dalam catatan medik tampak bahwa pamannya ini yang membawa
dia ke UGD 2 tahun yang lalu. Juga ada catatan bahwa dia tidak menunjukkan gejala
seperti ini sebelum usia 30 dan juga tidak ada masalah perkembangan ketika dia
kecil. Ketika ditanya apakah dia punya teman, dia menjawab, sekarang tidak punya
teman lagi karena teman tidak dapat dipercaya-setiap orang yang saya jadikan teman
akhirnya mencoba mengendalikan dia.
Ringkasan, Han memperlihatkan gejala waham bahwa ada yang mengancam dia
dan halusinasi dengar. Karena ada gangguan jiwa, dia tidak bisa betah bekerja dan
tidak punya hubungan interpersonal. Terbukti dari catatan mediknya dia punya
gejala yang sama selama beberapa tahun dan telah diterapi sekurangnya sekali 2
tahun yang lalu. Catatan mediknya juga memperlihatkan bahwa dia tidak memiliki
masalah perkembangan di masa kanak dan remaja. Walaupun dia mendapat obat
anti psikotik 2 tahun yang lalu, dia tidak makan obat cukup lama dan gejala-gejalanya
terus saja menetap sejak itu. Dia tidak memperlihatkan gejala depresi dan menyangkal
menyalahgunakan narkoba.

274
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.11: Studi Kasus Gangguan
Kepribadian Antisosial, Marcus

Marcus laki-laki 28 tahun yang datang datang ke tempat terapi setelah berkelahi di bar.
Dia dikirim ke tempat terapi oleh hakim sebagai alternatif penjara. Dia dibawa oleh
kakak wanitanya, Adele. Ketika bicara dengan konselor, Adele mengeluhkan perilaku
Marcus yang aggresif yang kadang menjadi kekerasan. Sifatnya selalu licik dan ketika
kecil suka uring uringan, suka mencari perhatian dan kadangkala ngamuk gak wajar.
Adele mengeluh mengenai perilakunya saat ini yang tidak jujur, tidak tanggung jawab,
dan makin kecanduan narkoba.
Sementara itu, Marcus tidak mau berubah tetap tidak mau menjalani terapi, tetapi
dia tahu bahwa dia akan dipenjara kalau tidak mau diterapi. Sikapnya ini membuat
Anda berkesimpulan bahwa dia tidak serius untuk berobat, dan fakta ini meyakinkan
ucapannya bahwa ditempat terapi hanyalah cara dia main-main dengan sistem. Dari
kakaknya Adele, konselor dapat informasi bahwa ketika kecil Marcus lari dari rumah
beberapa kali, diusir pulang dari sekolah karena mengancam teman dan berkelahi,
tidak tamat SMU, dan dihadapkan ke pengadilan anak karena mencuri. Dia santai saja
menceritakan hal ini seakan bangga akan masa lalunya dan tanpa penyesalan; dia
kelihatan cuek akan perasaan orang lain. Terakhir dia diusir dari sekolah (pada umur
15) dan drop out.
Melihat riwayat pekerjaan Marcus, konselor mengetahui bahwa catatan kerjanya tidak
konsisten terutama karena dipecat akibat sering bertengkar dengan bos nya. Ketika
ditanya apa maksudnya, dia mengatakan bahwa dia bertengkar dengan bos jika
mereka tidak setuju dengan kerjaannya.Pernah dia berantem dengan supervisor, dan
dia tidak peduli dipecat karena memang itu yang diinginkan supervisor. Dia nganggur
lagi dan mengatakan bahwa dia selalu lebih tahu dari siapapun yang jadi supervisor
dan selalu marah jika supervisor mengatakan hal yang tidak logis.Dia mengatakan
selalu dituduh mencuri bahan kerjaan dan itu menurutnya tidak benar.
Konselor menilai Marcus tidak punya rasa bersalah dan selalu merasa benar sendiri
karena minat utamanya adalah kepuasan diri: merasa puas begitu bisa memperdaya
orang lain dan merasa benar. Konselor melihat juga dalam percakapan mereka, Marcus
pintar dan manipulatif:menunjukkan kelicikan dan kepuasannya dengan sebelah mata
dalam merugikan orang lain.
Kesimpulan, gejala-gejalanya merupakan preokupasi dengan dirinya sendiri, tidak
jujur, tidak ada rasa menyesal, catatan kerja buruk, dan cenderung memanipulasi
orang lain.

275
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.12: Studi Kasus Gangguan
Kepribadian Ambang, Kim

Kim wanita 22 tahun yang datang ke terapi setelah putus dengan pacarnya. Dia bilang
ke konselor dia suka minum banyak alkohol, tapi berhenti setahun yang lalu ketika
diancam ibunya akan diusir. Dia mengatakan dia merasa ingin minum lagi.

Kim mengatakan pacarnya yang memulai putus hubungan dan dia merasa direjek,
kesepian dan depresi. Kim mengatakan kita saling mengerti dan saling tertarik ketika
pertama bertemu: cinta pada pandangan pertama. Mereka sangat akrab dan saling
berbagi. Walaupun demikian, setahun setelah pacaran dia takut telah menjauhi
pacarnya karena pacarnya tidak cukup memberi dalam hubungan itu, dan dia kurang
perhatian padanya. Dia marah pada pacarnya, mengeluh telah banyak memberi dan
apa yang diterimanya wajar saja sebagai balasan. Dia mengatakan pada konselor
itu adalah hubungan paling akrab yang dia pernah rasakan, dan dia mengidolakan
pacarnya tapi sering tiba-tiba muncul amarah padanya kalau dia merasa dicuekin.
Sekarang ketakutan paling hebat menjadi kenyataan. Dia menerangkan dari dulu dia
merasa takut ditinggalkan dan sekarang terbukti dilakukan oleh pacarnya.

Kim mengatakan dirinya seorang yang sensitif dan tidak dapat membayangkan hidup
tanpa pacar. Dalam sesi konsultasi dia selalu berubah-ubah dari sedih dan mudah
nangis menjadi demikian marah dan ngamuk merasa ditolak/rejected. Kadangkala
rasa marahnya sampai membuat dia pukul-pukul meja. Dia mengatakan dia perlu
refleksi diri dan tidak tahan hidup sendiri. Dia khawatir , tanpa dukungan dalam suatu
hubungan akrab, dia tidak berarti.

Ketika ditanya riwayatnya sebelum hubungan terakhir ini, ternyata dia pernah kawin
sebentar dan ketika suaminya minggat (kira-kira 2 tahun sebelumnya) dia merasa
dibuang. Ketika ditanya apa maksudnya, dia merasa hilang kendali, depresi sekali,
dan berusaha bunuh diri dengan memotong nadi. Dia lalu menjalani terapi dan
mendapat anti depresan, dan merasa tidak ada manfaat obat tersebut dan segera
putus konseling.

Konselor menemukan bahwa ketika kecil Kim pernah di abused secara fisik oleh ayahnya,
seorang alkoholik. Dia melaporkan bahwa ayahnya yang sudah lama meninggal, meng
abused dia dan ibunya. Dia juga merasa diabaikan oleh ibunya yang menurutnya
mengendalikan ibunya. Dia masih ingat ketika ayahnya cemburu melihat ibunya mesra
dengan dia.Ini terjadi setelah ayahnya memukul dia dan ibunya merangkulnya. Lalu
ayahnya menjambak ibunya dari dia, dan ingin agar ibunya memperhatikan ayahnya
itu.

Sebagai remaja, Kim ngisap kokain, minum, dan pakau apa saja yang ada. Dia
mengatakan sangat menguasai pasangannya dan melakukan apa saja sebagai cara
membina hubungan.Sayang, hubungan hanya singkat dan penuh perasaan ditolak
dilukai dan amarah Kim mengakui dia sering melukai tangan dan kakinya; katanya
untuk menghilangkan sakit emosi.

276
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Konselor menilai Kim kesulitan dalam hubungan interpersonal sebagai remaja dan
wanita muda. Dia merasa takut ditinggalkan, rendah diri, citra diri buruk, dan tergantung
secara tidak realistik pada orang lain untuk membuat dia nyaman. Dia ingin dimanja,
tapi takut ditolak karena ketahuan kekurangan yang ada dalam bayangannya. Dia
punya pola membina hubungan interpersonal akrab dan tidak stabil yang ditandai
oleh pengidolaan dan pelecehan bergantian, dan berakhir dengan rasa marah dan
kadang melukai diri.
Dia juga bilang punya riwayat kerja tidak stabil. Kim menyelesaikan SMA dan mulai
bekerja sebagai pekerja toko. Itu tidak berlangsung lama karena konflik dengan
atasannya. Dia pindah-pindah kerja sampai 4 kali dalam 2 tahun terakhir, dan
mengatakan kondisi kerjanya akhirnya tidak dapat ditolerir dan dia harus cabut.

277
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.13: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus— Gangguan Kepribadian

David 23 tahun ketika ditahan tabrakan dengan vespanya. Dia ternyata dibawah
pengaruh kokain dan heroin pada saat itu. Pengadilan memerintahkan dia ke
pengadilan menjumpai konselor GPZ untuk evaluasi terapi GPZ setelah divonis
pengadilan.
David datang tepat waktu untuk perjanjian dan agak marah ketika harus menunggu 20
menit sebelum konselor siap menemui dia.
Menyangkal ada masalah narkoba walaupun ini merupakan penahanan kedua karena
mengendarai dibawah pengaruh zat, David bilang dia pakai narkoba dengan teman-
teman setelah kerja sekali sampai dua kali seminggu untuk senang-senang dan
mendapatkan sedikit masalah seperti layaknya lelaki, dan ngisap ganja seperti anak-
anak. Dia menyangkal riwayat adanya pikiran atau percobaabunuh diri kecuali ketika
baru ditahan ketika dia pikir dia akan kehilangan pekerjaan karena itu.
David mengakui bahwa dia dulu suka uring-uringan dan dia bangga mampu melakukan
sesuatu ketika dibutuhkan-sesuatu yang dipelajarinya ketika kecil. Dia menyangkal
trauma masa kecil dan mengatakan ibunya orang suci. Ayahnya katanya orang yang
tidak pedulian dan menolak memberikan informasi lainnya.
Ketika menjelaskan keadaan sebelum ditahan, David mengatakan dia korban,
menggunakan istilah “Orang yang naik sepeda itu adalah idiot harusnya melihat
jalan” dan “Perwira polisi memberitahu saya” dan “sikapnya baik”. Dia terus saja
mengecilkan tanggung jawabnya selama wawancara.
David menikah sebentar dengan seorang dari negara lain. Komentarnya tentang
perkawinan David was married briefly to someone from another country. His only
comment about the marriage was that “dia yang ngajak saya kawin tapi saya hanya
nurut saya”. Dia menolak untuk bicara banyak apa yang dia maksud. Dia bilang sama
konselor “punya banyak pacar dibungkus di jari kelingkingnya”. Dia tidak punya anak
dan tinggal sendiri di apartemen kecil.
Selama sesi, David selalu melihat jamnya dan dua kali bertanya apakah sesi sudah
hampir selesai, menjelaskan bahwa dia “punya urusan bisnis yang harus diselesaikan”.
Hampir sepanjang waktu duduk dengan berpangku tangan.
Setakag wawancara dengan David, konselor menemui ibunya dan saudara
perempuannya. Keduanya mengatakan David “anak yang sulit”, sering membuat
masalah karena berkelahi, ngutil, dan vandalisme. Ibunya mulai nangis, mengatakan
“Saya gak tahu salah saya; saya tak bisa berbuat apa-apa dengannya”.

278
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.14: Gangguan Hiperaktivitas dan
Pemusatan Perhatian, Studi Kasus, Karin

Karin wanita 35 tahun yang datang sendiri ke terapi karena merasa sulit konsentrasi
dan susah fokus dengan teman dan pekerjaan sebagai cook di restoran. Dia telah
hilang kerjaan beberapa kali dan tidak mau kehilangan kerjaan lagi. Dia dirujuk ke
program terapi GPZ setelah skrining di klinik kesehatan mental karena masalah zat.
Karin mengakui dia khawatir dengan penggunaan zatnya.
Ketika didalami oleh konselor tentang pengalaman kerjanya, jelas bahwa kesulitan
konsentrasi hanyalah sebagian dari masalah kerjanya. Dia mengakui kadang-kadang
dia mudah marah dan uring-uringan, tapi ngakunya tidak sedang dibawah pengaruh
narkoba waktu itu. Dia jadi marah karena dikonfront hasil kerjanya dan dia jadi “hilang
kontrol”
Ketika konselor mengumpulkan informasi tentang masa kecilnya, Karin mengatakan
ketika keci dia mudah teralih perhatiannya dan dan sering sering ngelamun disekolah.
Dia mengatakan dia benci sekolah karena membosankan dan, akhirnya dia jarang
memperhatikan guru dan sering tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Dia
juga mengatakan kalau dia mengerjakan tugas sekolah sering banyak salahnya,
sehingga dia sering ditegur guru. Dia juga gak bisa diam dan suka ngobrol dengan
temannya, akibatnya sering timbul masalah. Dia sering dipanggil kepala sekolah untuk
mendisiplinkan perilakunya. Kalau ditanya sejak kapan perilaku seperti ini muncul,
sejauh yang dia ingat mungkin pada umur 6 tahun ketika pertama kali sekolah.
Ketika remaja, dia mulai pakai narkoba-awalnya coba-coba, kemudian sebagai
mekanisme koping untuk kecenderungannya jadi marah. Dia terus pakai narkoba hingga
remaja, dan Karin mengakui bawa pakai narkoba sebagai cara untuk menghindarkan
tantangan yang ada yang dapat membuatnya frustrasi atau marah. Ketika ditanya
narkoba apa yang biasanya dia pakai, dia menjawab “apa saja yang ada” tetapi ganja,
alkohol, dan obat penenang adalah pilihan utama. Dia menambahkan bahwa setahun
yang lalu dia mencoba amfetamin dan dia suka karena membuat dia jadi tenang dan
fokus. Sejak itu dia kadangkala pakai amfetamin kalau diberi teman.
Karin sering menyimpang pembicaraannya seakan tidak mendengar, padahal dia
mudah terpengaruh hal lain. Konselor menilai Karin sukar memusatkan perhatian
dengan kecenderungan menghindari situasi, tugas atau keadaan-keadaan sulit,
dan dalam hal tertentu mudah marah dan hilang kendali. Karin tidak tampak punya
gangguan mood, gangguan kepribadian,atau ganguan mental lainnya.

279
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.15: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus Gangguan masa Bayi, Kanak, dan Remaja

Linah, wanita 22 tahun, mencari terapi. Dia pernah ikut program terapi tapi drop out
dalam minggu pertama. Dia mengatakan pada konselor dia keluar karena kalau dia
tidak bisa konsentrasi dalam sesi kelompok dia mulai mengalami suges.
Linah mengatakan dia tidak bisa fokus dalam sesi kelompok intensif yang lamanya
hingga 3 jam. Selama sesi pimpinan kelompok sepertinya selalu nyalahkan dia karena
selalu ngomong dengan yang lain walaupun dia membicarakan topik diskusi. Dia juga
mengatakan dia datang di kelompok tepat waktu dan ditegur karena tidak membawa
catatan dan bahan lainnya.
Ketika konselor mengevaluasi dia bagaimana sekolahnya dulu, katanya dia ada masalah
besar disekolah beberapa tahun sebelum mulai pakai alkohol dan narkoba. Linah
mengatakan dia gak bisa diam dan mudah sekali terpengaruh/berubah perhatiannya
selama kegiatan di kelas.
Demikian pula, katanya walaupun dia senang bekerja di beberapa restoran sebagai
pelayan ,dia tidak pernah bertahan lama di pekerjaan itu. Linah melaporkan dia tidak
pernah dipecat, tetapi ketika dia bosan, dia lupa apa pesanan pelanggan.
Linah mengatakan dia tidak tahu mengapa itu terjadi, tetapi yang jelas dia tidak
bekerja baik disekolah dan sedikit teman. Dia mengatakan dia akhirnya drop out dari
sekolah setelah mendapat tindakan disiplin karena sering bolos dan setelah mulai
minum alkohol dan narkoba secara teratur.
Pada waktu luang, Linah mengatakan dia senang main video games diruangannya
atau di handphone.Ketika konselor bertanya riwayat anxietas atau depresi, Linah
menyangkal dia ada masalah.

280
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Modul 4: Gangguan Mental Khusus dan Isu-isu
Umum, Ringkasan

Introduksi
 Ada beberapa limitasi dari modul ini:
• Materi modul ini bukanlah ringkasan komplit dari semua gangguan mental
yang terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fourth Edition, Text
• Revision (DSM-IV-TR). Modul 4 fokus pada co-occuring mental disorder yang
sering terjadi.
• Modul ini tidak memberikan pelatihan profesional yang komprehensif agar
secara tepat mendiagnosis dan menerapi klien dengan kombinasi-kombinasi
co-occuring disorder yang demikian banyaknya. Walaupun demikian, dapat
membantu Anda mengenalnya jika klien menunjukkan gejala-gejala gangguan
ko-okuring yang membutuhkan layanan tambahan ,dukungan atau rujukan.
• Modul hanya menawarkan saran singkat bagi tindakan dan pendekatan untuk
konselor GPZ ketika bekerja dengan gangguan mental tertentu.
• Akhirnya dapat dikatakan ini adalah modul yang susah. The American Psychiatric
Association, penerbit DSM IV – TR, menghendaki kriteria gangguan mental
dicetak sama persis dengan apa yang ada dalam DSM. Ini berarti bahasa itu
kadangkala sulit . Definisi-definisi istilah dan penjelasan konsep diberikan
dalam tanda kurung.
 Orang dengan gangguan ko-okuring bisa punya kombinasi GPZ dan satu atau
lebih gangguan mental (misalnya seseorang dapat punya GPZ, Skizofrenia, dan
masalah gambling patologis), menyulitkan diagnosis dan terapi.
 Ada beberapa petunjuk dasar yang dapat digunakan dalam bekerja dengan
gangguan ko-okuring. Pertama, ingatlah prinsip dan keterampilan dasar konseling
GPZ yang efektif berlaku juga pasien dengan gangguan mental ko-okuring.
Misalnya:
• Mendengar aktif dengan penghargaan;
• Gaya afirmasi, dan reassuring;
• Attending stadium perubahan klien; dan
• Melibatkan klien dalam perencanaan terapi dan kelanjutan terapi yang sesuai
dengan kemajuan klien.
 Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bekerja dengan gangguan ko-
okuring. Pertama, karena terapi terintegrasi masih berupa norma, konselor GPZ
perlu untuk:

281
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Mengembangkan hubungan kerja yang kuat dengan layanan lain seperti
dengan dokter yang mengeluarkan resep, layanan medis lain dan profesional
Kesehatan Mental.

 Karena itu, konselor perlu mendapat izin dari klien sebelum berkomunikasi dengan
profesional lain.

 Terapi GPZ lebih efektif jika konselor GPZ mengerti terapi yang diterima klien untuk
gangguan mentalnya dan kemajuan terapinya. Dokter dan profesional kesehatan
mental dapat menjadi lebih efektif jika mereka memahami GPZ dan terapinya.

 Klien dengan gangguan ko-okuring sangat mungkin mendapat terapi obat-


obatan. Konselor GPZ dapat mengawasi obat yang dimakan klien, karena konselor
punya banyak waktu bersama klien dibanding dokter.

 Misalnya konselor bisa jadi orang pertama yang mengetahui bahwa klien berhenti
makan obat , ada efek samping, atau makan obat tidak teratur. Mensupport
klien dengan gangguan ko-okuring untuk teratur makan obat psikiatrik dapat
memperbaiki hasil terapi GPZ secara bermakna.

 Modul 4 tidak membahas obat khusus untuk gangguan mental. Walaupun demikian,
publikasi terbaik dibuat oleh lembaga Addiction Technology Transfer Centers di
Amerika Serikat : Psychotherapeutic Medications 2011: What Every Counselor
Should Know.’1 Publikasi ini diperbaharui setiap tahun; versi 2011 version dapat
dijumpai di ://www.attcnetwork.org/userfiles/file/MidAmerica/Psychmeds%20
2011_ FINAL%20as%20of%203-1 -11 .pdf

 Sebagian publikasi ini, “Talking With Clients About Their Medication,” disajikan
dalam Halaman Penjelasan 4.1.

 Klien dengan Gangguan ko-okuring butuh kemajuan perjalanan terapi yang lebih
lambat dibanding klien tanpa GKO. Misalnya klien perlu waktu lebih lama dalam
menumbuhkan hubungan kepercayaan. Konselor harus memonitor respon klien
terhadap pendekatan konseling dan membuat penyesuaian sesuai kebutuhan.
Dapat membantu dengan maju perlahan, fokuslah pada topik umum dan tidak
provokatif lebih dahulu dan tunggulah untuk mendiskusikan topik yang lebih
serius, ketika klien sudah nyaman bicara soal masalahnya.

 Konselor juga dapat memonitor gejala gangguan mental klien dan memberikan
respon dengan segera terhadap setiap perbaikan atau memburuknya gejala.
Sekali lagi, konselor GPZ lebih banyak menghabiskan waktu bersama klien
dibandingkan dokter (dan kadang-kadang lebih lama dari profesional kesehatan

282
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
mental) dan dapat memperhatikan perubahan gejala-gejala lebih cepat. Konselor
dapat mengatasi keprihatinan klien dan dokter.

 Banyak klien dengan GKO hasilnya bagus dalam kelompok. Beberapa juga perlu
bantuan tambahan mempersiapkan untuk masuk kegiatan kelompok atau bahkan
perlu melanjutkan dengan konseling individual. Bila diperlukan, konselor dapat
secara bertahap mengenalkan dan mengajarkan keterampilan partisipasi dalam
konseling kelompok dan kelompok saling bantu seperti Narkotik Anonimus.
Walaupun demikian penting untuk fokus pada kebutuhan klien individual. Untuk
beberapa klien, mendorong mereka untuk aktif dalam kelompok tanpa persiapan
bibisa kontraproduktif.

 Akhirnya, diseluruh dunia, orang dengan gangguan mental memiliki risiko 15


kali lebih besar sukses melakukan bunuh diri. Orang yang melakukan bunuh diri,
65-95% punya gangguan jiwa tertentu, yang paling sering adalah depresi atau
gangguan stres pasca trauma (PTSD)1.

 Walaupun bunuh diri tidak selalu dapat dicegah, konselor GPZ berada dalam
posisi unik untuk menyaring klien dengan pikiran atau perilaku bunuh diri.

Gangguan Mood
 Gangguan Mood termasuk gangguan depresi major, gangguan bipolar, dan dua
gangguan lainnya berdasarkan asalnya:
• Gangguan Mood akibat kondisi medis umum, yang tidak dibicarakan dalam
kurikulum ini ; dan
• Gangguan Mood akibat zat, yang dibicarakan dalam Modul 6.
 DSM-IV –TR memberikan garis besar kriteria diagnostik untuk episode mood
dan gangguan mood. Mood episode tidak dapat didiagnosis sebagai suatu
gangguan yang berdiri sendiri. Mereka dimasukkan sebagai kriteria diagnosis-
diagnosis gangguan mood dan dipandang sebagai penyusun/”building blocks”
bagi diagnosis-diagnosis gangguan mood2. Kriteria episode-episode mood
dijabarkan pada akhir ringkasan ini.
 Gangguan-gangguan Mood adalah jenis gangguan mental yang sering terjadi:
• WHO mencatat depresi saja mengenai 121 juta penduduk dan merupakan
penyebab utama disabilitas diseluruh dunia3.
• Gangguan Mood dapat terjadi pada umur berapa saja, onset umur rata-rata
pertengahan 20 tahun.2
• Wanita berisiko dua kali lebih besar menderita gangguan depresi major.
• Orang yang ortunya atau saudaranya mengalami gangguan depresi, 1,5 sampai
3 kali lebih besar kemungkinan mengalami gangguan depresi dibanding
populasi umum.2
1 World Health Organization. (2009). Preventing suicide: A resource for police, firefighters and other first line responders. Geneva: Author.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
3 World Health Organization. (n.d.). What is depression? Accessed February 17, 2012 at http://www.who.int/mental_health/management/
depression/definition/en

283
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Depresi Mayor
Untuk mendiagnosis gangguan depresi major, seseorang harus memenuhi 3 kriteria
utama:
Kriteria A: Adanya satu episode depresi major(lihat kriteria episode mood di akhir
ringkasan ini ).
Kriteria B: Episode depresi major tidak disebabkan oleh gangguan Skizoafektif dan
tidak tumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham,
atau gangguan psikotik yang tidak dispesifikasi ditempat lain.
Kriteria C: Tidak pernah ada episode manik, episode campuran, atau episode
hipomanik.

 Apa penyebab depresi major? Sama seperti kebanyakan gangguan mental,


peneliti menemukan bahwa tidak ada penyebab tunggal. Walaupun demikian,
faktor-faktor biologikal, lingkungan, dan psikologikal dapat berkontribusi dalam
menyebabkan timbulnya gangguan depresi.
 Yang utama diantara faktor-faktor ini adalah ketidakseimbangan kimiawi di otak.
Ketidakseimbangan itu terutama unsur kimiawi seperti serotonin yang pernah
Anda pelajari dalam Kurikulum 1, yang mungkin disebabkan oleh:
• Faktor Genetik;
• Pengaruh lingkungan dini pada perkembangan otak, seperti masa janin, selama
proses persalinan, atau masa kanak dini; atau
• Kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
 Faktor lingkungan dan psikologis dini meliputi:
• Jenis-jenis trauma masa kanak seperti abuse, penelantaran anak, atau
kelengketan tidak aman (insecure attachment); dan
• Menderita kehilangan dini yang sangat bermakna. Misalnya, anak atau remaja
yang kehilangan ortu atau saudara kandung dapat lebih rentan mengalami
depresi dikemudian hari.
 Faktor-faktor lingkungan dan psikologi yang sama dikemudian hari dapat
meningkatkan kemungkinan depresi juga:
• Menderita kehilangan bermakna, seperti meninggalnya orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, atau perceraian atau mengalami stres kehidupan seperti;
• Kejadian atau kondisi traumatik dalam hidup; dan
• Tidak adanya/terbatasnya sistim dukungan. Hanya punya beberapa anggota
keluarga atau teman dekat yang dapat memberikan support ketika ada krisis
meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi.

284
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Depresi Major dan GPZ
 Ada banyak kaitan antara gangguan depresi dan GPZ. Misalnya, seringnya orang
menjadi depresi bila minum alkohol atau putus kokain.

 Ketika klien putus zat, konselor GPZ harusnya memonitor paling kurang selama
sebulan abstinensia untuk melihat apakah:

• Gejala depresi hilang atau mood klien membaik setelah putus zat; atau

• Gejala-gejala butuh terapi tambahan karena klien tidak membaik atau bahkan
menjadi tambah depresi.

 Setelah masa observasi, harus jelas apakah alkohol atau zat lain menjadi penyebab
depresi, seperti contoh pertama, atau tidak, sebagaimana yang kedua:

• Orang mungkin akan pakai narkoba atau relaps jika mereka mengalami
perasaan negatif; dan

• Keadaan depresi atau punya perasaan negatif dapat membuat orang mungkin
akan pakai alkohol atau narkoba agar merasa lebih baik.

 Jelas siklus ini dapat menuju suatu depresi yang lebih serius dan pengunaan zat.

 Walaupun demikian, tidaklah mudah untuk mengenal depresi pada tahap awal
pemulihan karena perasaan negatif dan mood depresi sering terjadi dalam waktu
ini. Jika gejala-gejala tidak dikenal, klien dengan depresi major yang tidak diterapi
memiliki risiko besar untuk:

• Bunuh diri pada awal pemulihan;

• Keluar dari terapi lebih awal;

• Relaps; dan

• Bunuh diri ketika terjadi relaps setelah masa abstinensia yang cukup panjang.

 Depresi yang tidak dikenal dan diterapi dapat memprovokasi relaps melalui hasrat
seseorang untuk mengobati sendiri dan mengurangi depresi atau karena tidak
peduli terhadap apa yang terjadi pada dirinya semata-mata.

 Bunuh diri sangat erat kaitannya dengan gangguan depresi. Diantara orang
dengan GPZ, statistiknya amat dramatik :

• Penyalahgunaan Alkohol ada asosiasinya dengan 25 hingg 50 % bunuh diri1.

1 U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons with co-occurring disorders.
Treatment Improvement Protocol 42. HHS Publication No. (SMA) 05-3992. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.

285
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• 10% individu dengan ketergantungan zat melakukan bunuh diri, sering ketika
mengalami gangguan mood akibat zat (substance-induced mood disorder)1.

• Seluruh dunia, bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga pada remaja2.

 Walaupun pikiran dan perilaku bunuh diri ada hubungannya terutama dengan
gangguan mood serius, dia tidak terbatas pada gangguan itu saja. Penelitian
menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mencegah bunuh diri dan perilaku bunuh
diri adalah melalui deteksi dini dan terapi dini GPZ dan setiap gangguan mental.

 Faktanya, lebih kurang 25 % orang yang berhasil bunuh diri akan membuat kontak
dengan program kesehatan mental tertentu pada tahun sebelum kematiannya3,
sehingga ada peluang untuk melakukan intervensi.

 Penggunaan zat dapat:

• Memperburuk gejala gangguan depresi; dan

• Meningkatkan risiko memburuknya depresi klien, ide-ide bunuh diri, dan


percobaan bunuh diri.

 Bahkan bilamana klien diterapi dengan obat antidepresan, penggunaan zat dapat
menghambat efek obat-obat tersebut.

 Konselor yang bekerja dengan klien dengan gangguan depresi harus melakukan
skrining secara rutin adanya pikiran atau rencana bunuh diri, terutama bila klien :

• Membuat komentar-komentar bunuh diri, walaupun secara tidak sengaja ;

• Tampak sangat depresi; atau

• Ada riwayat percobaan bunuh diri.

 Semua ancaman bunuh diri harus diperlakukan dengan serius. Ada beberapa
pertanyaan mendesak yang harus segera ditanyakan ke klien yang tampaknya
berisiko untuk bunuh diri. Pertama, adalah penting untuk menilai risiko klien untuk
membahayakan dirinya dengan pertanyaan sebagai berikut :

• Apa yang salah ?

• Mengapa sekarang?

• Apakah Anda punya rencana khusus untuk bunuh diri ? (jika ya, lakukan follow
up untuk mengetahui lebih dalam.)

• Apakah pernah mencoba bunuh diri ?

• Anda merasa seperti ingin membunuh diri sekarang?

1 World Health Organization. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions. Geneva: Author
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
3 World Health Organization. (2009). Preventing suicide: A resource for police, firefighters and other first line responders. Geneva: Author.

286
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Langkah berikutnya dengan klien yang ingin bunuh diri adalah membuat
rencana pengamanan. Penting untuk mengembangkan proses pengamanan dan
manajemen risiko yang melibatkan komitmen klien untuk:
• Mengikuti nasehat ;
• Hilangkan alat-alat yang dapat digunakan untuk bunuh diri(misalnya,
senjata);dan
• Setuju untuk mencari pertolongan dan mencari terapi.
 Juga penting untuk menilai risiko klien untuk membahayakan orang lain.
 Akhirnya, adalah penting untuk melakukan monitoring dan langkah-langkah follow
up:
• Sediakan adanya kontak 24 jam sehari hingga rujukan psikiatrik dapat dilakukan.
• Rujuk klien dengan rencana bunuh diri yang serius, yang pernah mencoba
bunuh diri, atau dengan gangguan mental serius untuk intervensi psikiatrik
atau mendapat bantuan konsultasi psikiatrik untuk manajemen klien ini.
• Kembangkan dan monitor strategi untuk menjamin keberlangsungan
pengobatan.
• Kembangkan rencana pemulihan jangka panjang untuk menerapi GPZ
• Tinjau ulang semua tindakan dengan supervisor Anda dan/atau anggota tim
terapi.
• Dokumentasikan semua laporan klien dan setiap saran yang dibuat.

Gangguan Bipolar
 Orang dengan gangguan bipolar mengalami pergantian mood yang besar diluar
biasanya dalam kehidupan normal.Dulu gangguan ini disebut “manik

 depresi.”

 Ada dua tipe gangguan bipolar: bipolar I and bipolar II.

 Gangguan Bipolar diderita oleh 3 % populasi di Amerika1.

 Umur rata-rata awitan awal 20 tahun, tetapi gejala-gejala dapat mulai di usia remaja
atau setelah usia 50 tahun pada beberapa kasus.1

 Ada dua tipe utama gangguan bipolar I, tergantung episode mood apa yang saat
ini dialami klien.Guna memudahkan, kita fokus pada gangguan bipolar I, episode
mood saat ini manik. Ada tiga kriteria untuk gangguan ini2:

Kriteria A: Orang pada saat ini dalam episode manik.

1 Peters, R. H. (2008). Importance of early diagnosis and appropriate care. St. Petersburg, FL: Florida Policy Summit on Emerging Trends in
Mental Health. Retrieved February 17, 2012, from http://www.csg.org/knowledgecenter/docs/Mental%20Health%20Summits/FL%20Peters.
pdf
2

287
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kriteria B: Paling tidak ada satu episode mood depresif major,episode mood manik,
atau episode mood campuran/mixed (kita akan bicarakan episode mood campuran/
mixed ini setelah ini).
Kriteria C: Episode-episode mood Kriteria A dan B tidak disebabkan gangguan
skizoafektif dan tidak tumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofrenifreniform,
gangguan waham, atau gangguan psikotik YTT.

 Ada dua jenis gangguan bipolar: bipolar I dan bipolar II.


 Gangguan Bipolar I dicirikan oleh satu atau lebih manik atau episode campuran,
biasanya diikuti oleh satu atau lebih episode-episode depresi major. Bipolar II
disorder, disisi lain, ditandai oleh satu atu lebih episode-episode depresi major
diikuti oleh paling kurang satu episode manik tetapi tidak manik atau episode
campuran( lihat kriteria untuk episode –episode mood yang dijabarkan di akhir
ringkasan ini).
 Karena bipolar II berbeda dengan bipolar I terutama dalam hal episode mood,
kita tidak akan membahas semua kriteria diagnostik.
 Secara umum, orang dengan gangguan bipolar mengalami pola berulang/”cycling”
diantara depresi, mania, dan hipomania, dengan periode perasaan normal
diantaranya. Biasanya tidak ada pola yang konsisten dan episode-episode
bervariasi lama berlangsungnya.
 Gejala-gejala depresi atau mania biasanya menimbulkan gangguan besar dalam
kehidupan manusia. Siklus gangguan bipolar seringkali diumpamakan seperti
menaiki roller coaster sepanjang hidup.

Gangguan Bipolar dan GPZ:


 Lebih dari setengah orang dengan gangguan bipolar juga mengalami GPZ.
Penggunaan zat secara bermakna berkontribusi pada1:
• Gejala-gejala gangguan bipolar, seringkali membuat mania dan/atau depresi
semakin berat;
• Resisten terhadap terapi; dan
• Hasil terapi buruk.
 Jelasnya perbedaan antara gejala-gejala gangguan bipolar dan GPZ dapat
menyulitkan karena intoksikasi akut dan gejala putus zat dapat menyerupai
gangguan bipolar. Sebagai tambahan:
• Ganja, alkohol, sedatif, dan opiat dapat mengurangi berubah-rubahnya mood
sementara waktu, tetapi kemudian gejalanya memburuk; dan
• Orang kadangkala pakai stimulan seperti kokain untuk memicu keadaan manik
ketika dia depresi, karena keadaan manik secara subjektif dirasakan lebih baik
dari depresi.

1 Sonne, S. C., & Brady, K. T. (2002). Bipolar disorder and alcoholism. Retrieved July 27, 2011, from http://pubs.niaaa.nih.gov/publications/
arh26-2/103-108.htm

288
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Penggunaan zat oleh orang dengan gangguan bipolar dapat mengurangi gejala
manik atau depresi sementara waktu, tetapi sebenarnya tidak mengatasi penyakit
sesungguhnya.
 Jika gejala manik atau depresi menetap atau memburuk setelah detoksifikasi,
gangguan mood dapat merupakan problem utama.
 Konselor harusnya:
• Waspada tanda-tanda ganguan mood pada klien yang tidak terdiagnosis,
karena gangguan mood sering terjadi bersama GPZ;
• Siap-siap untuk merujuk jika perlu;
• Diskusikan dengan klien interrelasionsip antara gangguan mood dan GPZ; dan
• Waspadai tanda-tanda pikiran atau perilaku bunuh diri, terutama di awal
pemulihan.

Ganguan Anxietas
 Semua kita pernah mengalami perasaan anxietas (cemas) atau stres dan khawatir
kadangkala. Faktanya, baik anxietas dan stess adalah normal dalam kehidupan.
Anxietas dapat bermanfaat kalau :
• Memotivasi kita untuk menyelesaikan masalah yang kita alami (seperti konflik
yang harus diselesaikan ditempat kerja atau ketidak sepahaman dengan teman);
• Memotivasi kita bersiap untuk peristiwa penting (misalnya, belajar untuk ujian
sertifikasi GPZ atau merencanakan perkawinan); dan
• Menyiapkan tubuh kita untuk situasi sulit dan bahaya (dengan meningkatkan
denyut jantung dan pernafasan dan memicu reaksi “fight or flight” kita.)
 Walaupun demikian, sama seperti gangguan depresi major, anxietas dapat menjadi
masalah jika sampai mengganggu fungsi sehari-hari:
• Di tempat kerja atau sekolah:
• Di masyarakat; atau
• Di rumah.
 Jika anxietas terjadi sepanjang waktu, akan menimbulkan efek buruk pada;
• Tubuh ;
• Kesehatan emosional dan kesejahteraan; dan
• Kemampuan berpikir jernih.
 Lebih lanjut, anxietas berbahaya ketika dia menyebabkan kita menjadi cemas
berlebihan dan terjadinya :

289
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Dalam jangka panjang; atau

• Dalam situasi dimana kita tidak punya kemampuan mengendalikan situasi yang
mungkin sangat menegangkan.

 Diseluruh dunia, gangguan anxietas diderita oleh 8% klien yang datang ke


Puskesmas di negara-negara yang disurvei oleh WHO 2001.1

 Ada 12 jenis gangguan anxietas yang berbeda, yang masing-masing punya kriteria.
Kita akan membicarakan 4 gangguan anxietas yang sering terjadi:

• Gangguan panik;

• Fobia sosial (kadangkala disebut gangguan anxietas sosial);

• Gangguan anxietas menyeluruh; dan

• Gangguan stres pasca-trauma.

Gangguan Panik
 Salah satu gambaran penting gangguan panik adalah berulangnya serangan panik
tak terduga. Serangan panik adalah ketakutan luar biasa atau rasa tidak nyaman
yang terjadi ketika tidak ada bahaya nyata2.

 Ada dua diagnosis berbeda untuk gangguan panik; dengan agorafobia dan tanpa
agorafobia. Agorafobia adalah kondisi yang dapat terjadi ketika orang mulai
menghindari ruang terbuka atau situasi-situasi terkait anxietas. Beberapa orang
sampai terkungkung hingga tidak mampu lagi keluar rumah, yang lain ada yang
bisa berfungsi “normal” tapi dengan susah payah. Untuk memudahkan, kita akan
melihat gangguan panik tanpa agorafobia.

 Gangguan panik ditandai oleh serangan panik berulang dan tak terduga dengan
menetapnya kekhawatiran akan datangnya serangan panik.

 Serangan panik tidaklah dianggap sebagai sebuah gangguan tersendiri, tetapi dia
harus ada untuk diagnosis gangguan panik.

 Ada 5 kriteria gangguan panik tanpa agorafobia:

Kriteria A: Keduanya (1) dan (2)3:

1. Serangan panik berulang tak terduga (kriteria serangan panik mengikuti kriteria
gangguan panik)

2. Paling kurang ada 1 serangan panik yang diikuti oleh 1 bulan (atau lebih) satu (atau
lebih) hal-hal berikut:

1 World Health Organization. (2001). Mental health: A new understanding, new hope. Geneva: Author.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

290
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Keprihatinan menetap kalau datang serangan tambahan;
• Khawatir tentang pengaruh serangan atau akibatnya (misalnya, hilang kendali,
mendapat serangan jantung, “jadi gila”); dan
• Perubahan perilaku yang bermakna sehubungan dengan serangan.
Kriteria B: Tidak ada agorafobia (tidak begitu cemas atau takut berada di tempat-
tempat atau situasi dimana sulit untuk melarikan diri).

Kriteria C: Serangan panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hiperthyroidisme).

Kriteria D: Serangan panik tidak disebabkan oleh gangguan mental lain.

 Kriteria serangan panik adalah1 adanya rasa takut atau tidak nyaman dalam
periode waktu tertentu dimana 4 (atau lebih) gejala-gejala berikut timbul tiba-tiba
dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:
• Berdebar-debar (jantung berdegup atau denyut jantung cepat);

• Keringatan ;

• Gemetaran atau menggigil;

• Sensasi nafas pendek atau tertekan;

• Perasaan tercekik;

• Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada ;

• Mual atau rasa tidak nyaman di perut ;

• Merasa pusing, goyah, limbung, atau pingsan ;

• Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa bukan dirinya) ;

• Takut hilang kendali atau jadi gila ;

• Takut mati;

• Baal (kebas atau rasa tebal);dan

• Menggigil atau rasa panas di wajah.

 Obat-obat tertentu, seperti kafein atau stimulan lain, dapat memicu serangan
panik dengan gejala yang mirip. Sekali orang merasakan gejalanya, serangan
panik semakin berat karena ketakutan akan mendapat serangan kembali.

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

291
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 Serangan panik dapat dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang dirasakan tidak
nyaman oleh orang tertentu.
 Perkembangan serangan panik meliputi hal-hal sebagai berikut :
• Serangan mulai tiba-tiba, dan orang jarang menyadari adanya kejadian atau
pikiran yang memicu.
• Serangan mencapai puncaknya dalam 10 menit atau kurang.
• Serangan sering diikuti oleh rasa adanya bahaya yang hebat, kiamat, atau
seperti mau gila.
• Individu sering merasa ada dorongan untuk melarikan diri dari lokasi serangan
datang.

Fobia Sosial
 Fobia sosial kadangkala disebut juga gangguan anxietas sosial.
 Berada dalam situasi sosial atau tampil didepan publik dapat merangsang
timbulnya anxietas pada beberapa orang. Bahkan situasi ini dapat melumpuhkan
secara emosional pada orang yang memiliki gangguan ini dimana mereka menjadi
begitu cemas bahkan ketika hanya memikirkan situasi tertentu. Sebagai tambahan,
bahkan situasi “normal” yang tidak memicu anxietas pada banyak orang dirasakan
sebagai sesuatu yang menyakitkan pada orang dengan fobia sosial.1
 Contoh situasi “normal” yang menimbulkan anxietas pada orang dengan fobia
sosial meliputi:
• Makan di depan orang banyak;
• Menghadiri pesta besar atau pertemuan-pertemuan kecil;
• Berbicara dengan figur otoritas; dan bahkan
• Menggunakan WC umum.
Ada 8 kriteria fobia sosial.2
Kriteria A: Rasa takut jelas dan menetap dalam situasi tampil atau situasi sosial dimana
seseorang terpapar pada orang-orang tak dikenal atau kemungkinan diperiksa oleh
orang lain. Ketakutan bahwa dia akan berbuat dengan cara(atau menampakkan gejala
cemas) yang akan membuat dia memalukan atau terlihat kikuk. Pada anak-anak, harus
ada bukti kemampuan membina hubungan sosial sesuai umurnya dengan orang yang
sudah dikenal dan anxietas mesti terjadi dalam setting sebaya, tidak hanya dalam
interaksi dengan orang dewasa.
Kriteria B: Terpapar pada situasi sosial yang menakutkan hampir selalu menimbulkan
anxietas, yang berbentuk serangan panik terkait situasi atau serangan panik dengan
predisposisi terkait situasi. Pada anak, anxietas ekspresinya adalah nangis, uring-
uringan, cuek, ataumenjauh dari situasi sosial dimana banyak orang yang tidak dikenal.
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
2 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

292
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria C: Orang itu menyadari bahwa rasa takut itu berlebihan dan tidak beralasan.

Kriteria D: Situasi sosial atau tampilan sosial yang ditakuti itu dihindari atau dirasakan
dengan rasa cemas yang kuat atau distres.

Kriteria E: Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau tekanan dalam situasi kerja atau
sosial atau yang ditakuti, mengganggu secara signifikan terhadap rutinitas orang
normal, fungsi pekerjaan (akademik), kegiatan sosial, hubungan, atau ditandai dengan
adanya tekanan fobia.

Kriteria F: Pada individu lebih muda dari usia 18 tahun, lamanya belangsung paling
kurang 6 bulan.

Kriteria G: Ketakutan atau penghindaran tidaklah disebabkan efek fisiologis langsung


dari zat (misalnya penyalahgunaan narkoba, obat) atau kondisi medik umum dan tidak
disebabkan gangguan mental lainnya.

Kriteria H: Jika kondisi medik umum atau gangguan mental lain ada, rasa takut dalam
kriteria A tidaklah terkait terkait dengan itu (misalnya, rasa takut itu bukanlah gagap,
gemetar pada penyakit Parkinson, atau menunjukkan perilaku makan abnormal seperti
anoreksia nervosa atau bulimia nervosa).

 Beberapa fakta tentang fobia sosial:1


• Kejadiannya 3 sampai 13% dari populasi.
• Wanita sedikit lebih berisiko dibanding laki-laki.
• Cenderung terjadi dalam keluarga.
• Gejalanya mulai biasanya segera setelah situasi stres atau situasi yang membuat
malu.
• Seringkali berlanjut seumur hidup.

Gangguan Kecemasan Menyeluruh


 Unsur utama gangguan kecemasan menyeluruh adalah anxietas berlebihan dan
khawatir (jangan-jangan rasa takut akan datang) yang sulit dikendalikan oleh
seseorang. Anxietas ini terpusat pada sejumlah kejadian atau kegiatan (seperti
kerja atau kinerja sekolah).
 Ada 6 kriteria utama gangguan cemas menyeluruh:2
Kriiteria A: Rasa cemas berlebihan dan khawatir (jangan-jangan rasa takut akan
datang) yang terjadi selama beberapa hari dalam waktu paling kurang selama 6 bulan,
tentang beberapa kejadian atau kegiatan ( seperti kerja atau kinerja sekolah).
Kriteria B: Orang tersebut sulit mengendalikan rasa khawatir itu.

1 Moore, K., Matthews, C., Hunt, W. M., Pape, B. S., Fox, M., & Mueser, K. (2002). Co-occurring disorders treatment manual. Tampa, FL:
University of South Florida Department of Mental Health Law & Policy, Louis de la Parte Florida Mental Health Institute.
2 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition,
Text Revision (Copyright ©2000). American Psychiatric Association.
293
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kriteria C: Kecemasan dan kekhawatiran seseorang terkait dengan 3 atau lebih
gejala-gejala berikut (dimana beberapa gejala ada beberapa hari dalam waktu 6
bulan). Hanya satu gejala pada anak, sudah cukup:

 Gelisah atau rasa tidak bisa berbuat apapun, atau rasa dipinggir jurang;
 Mudah lelah;
 Sukar konsentrasi;
 Mudah marah;
 Otot tegang;dan
 Gangguan tidur.
Kriteria D: Fokus rasa cemas tidaklah merupakan gambaran dari gangguan cemas
lainnya, seperti kekhawatiran mengenai:

 Adanya serangan panik (seperti pada gangguan panik);


 Timbulnya rasa malu tiba-tiba di depan umum (seperti pada fobia sosial);
 Rasa terkontaminasi(seperti pada gangguan obsesi- kompulsif);
 Merasa jauh dari rumah atau keluarga dekat (seperti pada gangguan cemas
perpisahan);
 Bertambahnya berat badan, seperti pada anoreksia nervosa( gangguan makan
yang ditandai oleh penolakan mempertahankan berat badan normal dan takut
berat badan bertambah);
 Memiliki keluhan fisik multipel(seperti pada gangguan somatisasi, dimana
seseorang selalu mengeluh bahwa dia mempunya gejala-gejala fisik macam-
macam yang asal usulnya tidak dapat ditemukan); atau
 Memiliki penyakit serius (seperti pada hipokondriasis, dimana seseorang yakin
bahwa gejala-gejala fisik adalah tanda adanya penyakit serius walaupun tidak ada
bukti secara medis).
 Rasa cemas dan khawatir juga tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan stres
pasca trauma/PTSD.
Kriteria E: Rasa cema,khawatir, dan gejala-gejala fisik menyebabkan menyebabkan
distres bermakna secara klinis atau hendaya dalam:
 Masyarakat ;
 Pekerjaan; dan
 Fungsi penting lainnya.
Kriteria F: Gangguan tidak disebabkan oleh:

 Efek fisiologis langsung dari zat(narkoba yang disalahgunakan, obat, atau terpapar
racun);
 Kondisi medis umum; atau
294
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Terpisah sama sekali dari:
• Gangguan Mood ;
• Gangguan psikotik; atau
• Gangguan perkembangan pervasif (seperti autisme).

Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)


 PTSD dapat terjadi setelah seseorang terpapar kejadian traumatis,seperti ancaman
serangan seksual atau nyata-nyata mengalami serangan seksual atu kekerasan
fisik semasa kanak, kecelakaan mobil seriius, atau pengalaman perang. Kejadian
tersebut berulang kembali dialami melalui:

• Mengingat kejadian lama bahkan walaupun hanya bau atau suara kejadian
tersebut;
• Mimpi kejadian tersebut;
• Tindakan atau perasaan seakan trauma terjadi lagi; dan
• Perasaan distres fisik dan psikologis berat oleh sesuatu yang mengingatkan
kejadian tersebut.
 Ada 6 kriteria utama untuk diagnosis PTSD.1
Kriteria A: Orang pernah terpapar kejadian traumatik dimana kedua hal berikut ada:

1. Orang mengalami, menyaksikan, atau menghadapi suatu kejadian yang benar-


benar terjadi atau berupa ancaman serius atau dapat menyebabkan kematian atau
ancaman kerusakan tubuh sendiri atau orang lain; dan

2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang hebat, tidak berdaya, atau rasa
horor. Catatan: Pada anak, gejalanya dapat berupa perilaku kacau atau agitasi.
Kriteria B: Kejadian traumatik dialami kembali secara menetap dalam bentuk 1(atau
lebih) dari 5 cara berikut:

1. Teringatnya kembali kejadian distres berulangkali, termasuk bayangannya, pikiran-


pikiran, dan persepsi; pada anak, pengulangan kejadian dapat berupa ekspresi
tema-tema atau aspek-aspek trauma;

2. Berulangnya mimpi mengerikan tentang kejadian (Catatan: Pada anak, dapat


berupa mimpi-mimpi menakutkan tentang hal yang tidak dikenal.);

3. Tindakan atau perasaan seakan kejadian traumatis berulang kembali (termasuk


rasa pengalaman itu hidup kembali, ilusi-ilusi, halusinasi-halusinasi, dan episode
flashback dissosiatif, termasuk apa yang terjadi ketika sadar atau waktu intoksikasi)
(Catatan: pada anak, berulangnya trauma khas dapat terjadi.);

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

295
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
4. Distres psikologis kuat ketika terpapar tanda-tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau mirip aspek tertentu kejadian traumatis; dan
5. Reaksi fisiologis ketika terpapar tanda-tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau mirip aspek tertentu kejadian traumatis.
Kriteria C: Menghindari secara menetap terhadap rangsang yang terkait trauma dan
tanpa respon menyeluruh( tidak ada sebelum terjadi trauma), sebagaimana ditandai
oleh paling kurang 3 atau lebih gejala-gejala berikut:

1. Upaya-upaya menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan terkait trauma;


2. Upaya-upaya menghingari kegiatan, tempat, atau orang-orang yang dapat
menimbulkan ingatan pada trauma;
3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting trauma;
4. Hilangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan bermakna yang jelas terlihat;
5. Perasaan terpisah atau terasing dari orang lain;
6. Rentang afek yang sempit( misalnya tidak mampu memiliki rasa mencintai); dan
7. Rasa masa depan sudah dekat(tidak berharap punya karir, perkawinan, anak, atau
usia hidup yang normal).
Kriteria D: Gejala-gejala mudah terjaga yang menetap yang ditandai oleh 2( atau
lebih) hal berikut:

1. Sulit tertidur dan mempertahankan tidur;


2. Mudah marah atau ledakan amarah;
3. Sulit konsentrasi Difficulty concentrating;
4. Waspada berlebihan; dan
5. Respon terkejut berlebihan.
“Waspada berlebihan/Hypervigilance” berarti tegang terus menerus dan siaga/ “on
guard.”
Kriteria E: Lamanya gangguan lebih dari 1 bulan.
Kriteria F: Gangguan menyebabkan distres bermakna secara klinis atau hendaya
dalam fungsi sosial, kerja, atau fungsi penting lainnya.

 Sebagai ikhtisar gejala-gejala PTSD, ingatlah individu dengan PTSD dapat memiliki
perasaan sebagai berikut:
• Rasa terpisah dari orang lain;
• Ketidakmampuan mengingat kejadian;
• Rasa masa depan sudah habis;
• Sulit tertidur atau mempertahankan tidur; Sulit konsentrasi;

296
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Mudah marah atau mudah meledak amarah; dan
• Perasaan berjaga-jaga, mudah terkejut.
 PTSD dapat terjadi pada setiap umur dan pada orang yang mengalami trauma
berat.
 Berat dan lamanya trauma adalah faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan gangguan.

Gangguan Anxietas dan GPZ


 Beberapa zat, seperti kokain dan amfetamin, dapat mendorong cemas ke taraf
yang membahayakan.
 Penyalahgunaan obat anti cemas seperti benzodiazepin seringkali akibat
pemberian resep untuk gangguan cemas:
• Obat dapat mengurangi rasa cemas tetapi sangat adiktif;
• Gejala putus zat mirip gejala cemas—seseorang bisa menafsirkan bahwa dia
masih mengalami perasaan cemas dan perlu melanjutkan obat; dan
• Gejala-gejala paradoks seringkali terjadi pada penyalahgunaan benzodiazepin—
sekali ketergantungan, klien bisa mengalami rasa cemas dan aggresifitas yang
lebih meningkat.
 Zat lain, seperti ganja, dapat mengurangi cemas hingga mengurangi motivasi
untuk melakukan kegiatan, seperti mencari kerja ketika menganggur.
 Kadang-kadang orang menggunakan zat untuk mencegah datangnya serangan
panik atau menghambat memori traumatik.
 Ada juga yang menggunakan zat untuk keluar dari situasi yang mencemaskan,
seperti sedikit minum alkohol sebelum ketemu orang baru ketika makan malam
atau mengisap ganja sebelum bicara sama supervisor.
 Putus zat depresan, opiat, dan stimulan sering menimbulkan gejala cemas yang
hebat.
 Masalah-masalah medis dan obat-obatan dapat menimbulkan gejala-gejala
cemas.
 Orang dengan ganguan ko-okuring cemas dan GPZ seringkali menggunakan
bermacam-macam zat.
 Konselor GPZ harus selalu ingat bahwa:
• Penggunaan zat seringkali menyebabkan gejala cemas dari pada memulihkan
gejala cemas.
• Karena gejala cemas dapat berasal dari GPZ, bukan karena gangguan mental
tertentu, sehingga assesmen yang teliti dan terus menerus penting.

297
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 Depresi dan cemas dapat kelihatan mirip, sehingga penting untuk mencoba
membedakan keduanya. Tanya diri Anda:

• Apakah ini gejala cemas yang umum ?

• Apakah cemas ini ada hubungannya dengan gangguan mental yang lebih
serius, kondisi medis, efek samping obat, atau perubahan-perubahan akibat
obat ?

 Kerentanan khusus klien yang punya gejala cemas, terutama fobia sosial, berarti
konseling kelompok tidak cocok.

 Klien yang akan terpapar situasi yang dapat menimbulkan cemas mungkin perlu
bantuan khusus untuk mengembangkan rencana koping untuk menghindari relaps.

Gangguan psikotik
 Karakteristik utama gangguan psikotik adalah gejala-gejala yang berpusat pada
masalah pikiran dan persepsi.

Skizofrenia
 Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang paling sering. Dapat didefinisikan
sebagai gangguan otak kronis, berat dan melumpuhkan yang ditandai oleh
terganggunya proses pikir dan respons emosional.

 Klien dengan skizofrenia memperlihatkan gejala-gejala yang dideskripsikan


sebagai gejala “positif” atau “negatif”. Cara mudah untuk memahami perbedaan
antara gejala positif dan negatif adalah melihat gejala positif sebagai gejala yang
“ditambahkan” dan gejala negatif sebagai gejala yang “dikurangkan”.

 Gejala-gejala positif dijumpai pada orang dengan skizofrenia tetapi tidak terdapat
pada orang yang bukan menderita skizofrenia.

 Disebut “positif” karena merupakan pikiran dan perasaan yang ditambahkan


pada bagaimana orang normal berpikir dan merasa (suatu yang berbihan atau
penyimpangan fungsi normal seseorang).Gejala-gejala positif meliputi:

• Waham-waham;
• Halusinasi-halusinasi;
• Berbicara kacau;dan
• Perilaku kacau.
 Gejala-gejala negatif adalah gejala kurangnya respon emosional normal atau
proses pikir normal lain.
 Disebut gejala negatif karena merupakan hilangnya sesuatu dari yang dianggap
normal—berkurang atau hilangnya fungsi normal:

298
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Kurangnya keinginan atau motivasi untuk mencapai tujuan ;

• Keterampilan sosial buruk;

• Kurangnya keinginan untuk membina hubungan sosial;

• Emosi tumpul; dan

• Menyempitnya pikiran dan pembicaraan.

 Gejala-gejala skizofrenia secara umum muncul pertama kalinya pada dewasa


muda, pertengahan 20an untuk laki-laki dan akhir 20an pada wanita. Prevalensi
sepanjang hidup secara global skizofrenia adalah 0,5 hingga 1,5 %.

 Faktor genetik berperan besar dalam terjadinya skizofrenia. Keluarga dekat orang
dengan skizofrenia memiliki risiko 10 kali lebih besar menjadi skizofrenia dibanding
populasi umum.1

 Suatu meta-analisa 2011 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara


penggunaan ganja dan awitan dini gangguan psikotik (2 tahun lebih awal dari
bukan pengguna ganja).

 Temuan ini mendukung hipotesis bahwa penggunaan ganja berperan besar dalam
menyebabkan psikosis pada banyak orang.2

 6 kriteria diagnostik skizofrenia:3

Kriteria A: Gejala-gejala khas: Dua(atau lebih) dari 5 gejala-gejala berikut, masing-


masing ada dalam waktu yang cukup bermakna selama periode 1-bulan (atau
kurang) bila berhasil diterapi):

1. Waham-waham;

2. Halusinasi-halusinasi;

3. Bicara kacau (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren);

4. Perilaku sangat kacau atau perilaku katatonik (perilaku katatonik artinya pasien
tidak bergerak untuk waktu yang lama); dan

5. Gejala-gejala negatif (misalnya, afek datar, alogia (tidak bisa bicara), atau avolusi
(hilangnya dorongan atau motivasi).
Hanya dibutuhkan satu gejala Kriteria A jika waham-waham aneh atau halusinasi
berupa suara yang terus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien
atau 2 atau lebih suara-suara saling bercakap satu sama lain.

1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
2 arge, M., Sharma, S., Compton, M., Slade, T., Nielssen, O., & McRim, F. (2011). Cannabis use and earlier onset of psychosis. Archives of
General Psychiatry, 68(6), 555–561.
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

299
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 Waham aneh (bizarre) sulit didefinisikan, terutama dalam hal pertimbangan
perbedaan kultural. Waham dikatakan aneh/bizarre jika jelas aneh dan tidak
dimengerti dan tidak berasal dari pengalaman hidup yang umum.

 Contoh waham aneh adalah keyakinan bahwa ada orang asing yang telah
memindahkan organ dalam tubuhnya dan diganti dengan organ tubuh orang lain
tanpa meninggalkan luka atau jaringan parut. Contoh waham yang tidak aneh
adalah keyakinan salah bahwa dia dimata-matai polisi.
Kriteria B: Disfungsi sosial/okupasional. Untuk waktu yang cukup lama sejak
awitan gangguan, satu atau lebih bidang kehidupan seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau mengurus diri berada dibawah taraf yang pernah dicapai
sebelum awitan gangguan (atau jika awitan semasa kanak atau remaja, gagal
mencapai taraf hubungan interpersonal,akademik atau pekerjaan yang diharapkan.

 Contoh, banyak penderita skizofrenia tidak dapat mempertahankan pekerjaan


untuk waktu yang lama. Kebanyakan orang dengan skizofrenia (60-70%) tidak
menikah, dan kebanyakan memiliki sedikit kontak sosial.1
Kriteria C: Durasi. Tanda-tanda gangguan menetap paling kurang selama 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk paling kurang 1 bulan gejala-gejala (atau kurang,
jika terapi berhasil) yang memenuhi kriteria A (misalnya, gejala fase aktif). Periode
6 bulan dapat mencakup periode prodromal atau gejala-gejala residual. Selama
periode prodromal atau residual, tanda-tanda gangguan dapat berupa gejala-gejala
negatif saja atau dua atau lebih gejala-gejala yang terdapat dalam Kriteria A dalam
bentuk ringan (misalnya keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang aneh).

 Ada beberapa istilah dalam Kriteria C untuk didefinisikan:

• Gejala-gejala fase aktif: Adalah gejala-gejala khas atau primer, gejala-gejala


dalam kriteria A;

• Periode prodromal: Prodroma (prodrome) adalah gejala awal (seperangkat


gejala-gejala) yang menandai mulainya suatu penyakit sebelum gejala-gejala
primer terjadi;

• Periode residual: “Residual” berarti sisa-sisa atau yang tertinggal; dan

• Bentuk attenuated: “Attenuated” berarti dilemahkan kekuatan atau efeknya.

 Kriteria C pada dasarnya menyatakan bahwa gejala-gejala khas dan berat dalam
daftar Kriteria A mesti berlangsung selama 1 bulan dari periode 6 bulan tetapi
gejala-gejala tersebut kurang begitu kuat dalam periode prodromal atau residual,
Gejala-gejala ini termasuk gejala-gejala negatif yang dibicarakan sebelumnya dan
gejala dari Kriteria A yang lebih ringan (misalnya , keyakinan yang aneh,pengalaman
persepsi aneh).
Kriteria D: Pengecualian gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan gambaran psikotik telah disingkirkan
karena:

1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.

300
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
1. Tidak ada episode depresif major, manik, atau campuran terjadi bersamaan
dengan gejala-gejala fase aktif (Kriteria A); atau

2. Jika episode mood terjadi selama gejala-gejala fase- aktif, lamanya gejala hanya
singkat dibanding lamanya periode aktif atau residual.

 Ini tidak berarti bahwa orang dengan skizofrenia tidak dapat memiliki gangguan
mood. Ini hanya berarti bahwa gangguan mood harus ditegakkan tersendiri.
Faktanya, 50% orang dengan skizofrenia juga memiliki depresi.1
Kriteria E: Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (
penyalahgunaan narkoba atau obat yang diresepkan) atau kondisi medis umum.
Kriteria F: Jika ditegakkan gangguan perkembangan pervasif, diagnosis skizofrenia
dibuat hanya jika waham atau halusinasi ada selama paling kurang sebulan.

Skizofrenia dan GPZ


 Angka GPZ pada skizofrenia sangat tinggi: 47%. Gangguan anxiety dan depresi
juga sering.

 Gangguan anxietas, depresi dan GPZ dapat menjadi penyulit skizofrenia. Misalnya:

• Depresi dapat memperburuk gejala-gejala negatif skizofrenia.

• Serangan-serangan panik dapat menimbulkan waham paranoid.

• Penyalagunaan ganja dapat memicu atau memperburuk gejala-gejala positif


(seperti halusinasi dan disorganisasi).

 Konselor GPZ harus tahu bahwa skizofrenia menyulitkan terapi GPZ;

• Bila tidak diterapi, gejala-gejala positif membuat orang tidak mungkin fokus
pada terapi apapun.

• Bahkan bila klien mendapat terapi obat, gejala negatif skizofrenia(yang kurang
memberikan respon terhadap obat-obatan dibandingkan gejala positif)
membuat klien sulit berpartisipasi dalam setting kelompok atau menghadiri
sesi terapi secara konsisten. Program perlu membuat kegiatan-kegiatan khusus.

• Apa yang kelihatannya seperti resisten atau denial, sebenarnya adalah gejala
negatif.

 Konselor GPZ harus juga menyadari bahwa efek beberapa narkoba dapat
menyerupai skizofrenia. Narkoba tersebut meliputi:

• Ganja: Walaupun merupakan halusinogen ringan, efeknya mirip skizofrenia


pada beberapa orang.

• LSD: Narkoba psikedelik kuat, efeknya sangat mirip skizofrenia.

1 Buckley, P. F., Miller, B. J., Lehrer, D. S., & Castle, D. J. (2009). Psychiatric comorbidities and schizophrenia. Schizophrenia Bulletin, 35(2),
383–402. Retrieved February 13, 2012, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2659306

301
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Ketamin: Obat anestesi umum (juga dikenal dengan nama Special K) untuk
hewan.

• DOM: Suatu narkoba psikedelik/amfetamin, dikenal sebagai STR.

• DOB: Suatu narkoba psikedelik/amfetamin, dikenal juga sebagai Bromo-DMA.

• Metamfetamin: Suatu narkoba psikostimulan diproduksi secara ilegal, juga


dikenal sebagai meth.

 Penting dilakukan segera test urine ketika klien memulai terapi untuk menyingkirkan
kemungkinan gejala-gejala efek obat yang mirip gejala-gejala gangguan mental.

 Tidak ada pola penggunaan narkoba yang jelas pada klien dengan skizofrenia;
klien dengan gangguan ini pakai apapun zat yang ada atau yang lagi populer.
Kecuali, ada suatu hubungan yang kuat antara gangguan psikotik dan nikotin.
Riset menunjukkan adiksi nikotin sering dijumpai pada klien dengan skizofrenia.
Orang dengan skizofrenia adiksi terhadap nikotin tiga kali lebih besar dibanding
populasi umum (75-90% vs 25-30%).1

 Assesmen terus menerus diperlukan untuk lebih mengerti peran GPZ pada klien
psikosis.

 Psikosis dan GPZ cenderung menjadi gangguan kronis dengan beberapa kali
relaps dan remisi, sehingga butuh terapi jangka panjang.

 Klien dengan gangguan psikotik ko-okuring juga punya kebutuhan manajemen


kasus tertentu karena mereka rentan dalam hal:

• Tidak punya rumah atau tempat tinggal tetap;

• Menjadi korban;

• Nutrisi buruk; dan

• Keuangan terbatas.

 Ada 6 gangguan psikotik lain selain skizofrenia:

• Gangguan Skizofreniform: Dengan gejala sama seperti skizofrenia tetapi


dengan dampak yang tidak begitu berat terhadap fungsi dan durasinya singkat
(1-6 bulan);

• Gangguan Skizoafektif: Suatu gangguan dimana episode mood dan gejala fase
aktif skizofrenia terjadi bersama dan didahului atau diikuti oleh paling kurang 2
minggu adanya waham atau halusinasi tanpa gejala-gejala mood major;

• Gangguan Waham: Ditandai oleh paling kurang 1 bulan waham yang tidak
aneh/bizarre tanpa gejala fase aktif skizofrenia;

1 ones, R. T., & Benowitz, N. L. (2002). Therapeutics for nicotine addiction. In K. L. Davis, D. Charney, J. T. Coyle, & C. Nemeroff
(Eds.), Neuropsychopharmacology: The fifth generation of progress (pp. 1533–1544). Nashville, TN: American College of
Neuropsychopharmacology

302
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Gangguan psikotik singkat: Gangguan dengan gejala-gejala fase aktif
skizofrenia yang berlangsung lebih dari satu hari dan gejala hilang setelah 1
bulan;

• Gangguan psikotik bersama/”Shared psychotic disorder” : Ditandai oleh


adanya waham pada individu akibat dipengaruhi oleh orang lain yang memiliki
waham yang sudah lama dengan tema yang sama; dan

• Gangguan psikotik akibat kondisi medik.

 Tidak satupun dari gangguan-gangguan ini yang sering dijumpai di klinik; informasi
lebih lanjut tentang setiap gangguan psikotik diatas dapat dilihat di DSM-IV-TR.1

Gangguan Kepribadian
 Gangguan kepribadian sering ditemukan oleh konselor GPZ. Orang dengan
gangguan kepribadian memiliki ciri-ciri kepribadian maladaptif dan pola perilaku
kaku, sulit berubah, yang :

• Sudah lama atau menetap;

• Kaku atau sulit berubah;

• Sulit menyesuaikan diri;

• Menyebabkan hendaya bermakna dalam fungsi sosial dan okupasional; dan

• Menyebabkan distres personal bermakna.

 Klien dengan gangguan kepribadian, gejala-gejalanya terlihat dari:

• Pikiran-pikiran atau cara dia memandang dunia;

• Pilkiran mereka tentang dirinya dan orang lain;

• Emosi-emosi, dalam hal kesesuaian, intensitas, dan luasnya;

• Fungsi interpersonal, termasuk keterampilan interpersonal dan keterampilan


membina; hubungan; dan

• Mengendalikan impuls.

 DSM-IV-TR membagi gangguan kepribadian dalam 3 bidang yang berbeda,


disebut sebagai kelompok/kluster. Kelompok ini dibentuk atas dasar jenis gejala-
gejala atau ciri-ciri.

 Kelompok A menunjukkan ciri-ciri aneh atau eksentrik. Termasuk 3 gangguan


kepribadian:

• Paranoid, dengan pola tidak mudah percaya dan curiga pada maksud orang
lain sebagai tidak baik( ada maksud jahat, ingin mencederai);

1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.

303
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Skizoid, dengan ciri terpisah dari hubungan sosial dan miskin ekspresi emosi;
dan

• Skizotipal, dengan pola rasa tak nyaman akut dalam hubungan akrab, distorsi
persepsi atau kognitif, dan perilaku eksentrik.

 Gangguan personaliti ini sering terdapat pada GPZ.

 Kelompok B menunjukkan ciri-ciri dramatik, perilaku emosional dan berubah-


rubah. Termasuk dalam kelompok ini:

• Antisosial, dengan pola mengabaikan dan melanggar hak-hak orang lain;

• Ambang/Borderline, dengan ketidakstabilan dalam hubungan interpersonal,


citra diri, dan alam perasaan/afek yang ditandai oleh impulsifitas;

• Histrionik, dengan emosional berlebihan dan selalu mencari perhatian; dan

• Narsisitik, dengan perasaan lebih dari orang lain/grandiosity, butuh dikagumi,


dan kurang empati.

 Kelompok C menunjukkan ciri-ciri meliputi perilaku cemas atau penakut. Ada 3


kelompok gangguan kepribadian:

• Menghindar, dengan pola hambatan sosial, rasa tidak mampu, dan sangat
sensitif terhadap penilaian negatif dari orang lain;

• Dependen, dengan perilaku tunduk/submissive dan perilaku ketergantungan/


clinging behavior sehubungan dengan kebutuhan untuk diperhatikan; dan

• Obsesif-kompulsif, dengan preokupasi pada keteraturan, kesempurnaan, dan


pengendalian.1

 Ada sebuah data penelitian kecil mengenai peringkat dunia dari gangguan
kepribadian (personal). Namun demikian, dalam rangka mengadvokasi sumber-
sumber terkait kesehatan mental, WHO menempatkan gangguan kepribadian
sebagai salah satu masalah kesehatan tertinggi di dunia.2

 DSM-IV-TR membuat 6 kriteria umum untuk gangguan kepribadian yang dapat


mencakup semua gangguan kepribadian:3
Kriteria A: Pola pengalaman diri dan perilaku yang dipertahankan yang jelas
menyimpang dari harapan budaya seorang individu. Pola ini muncul dalam dua (atau
lebih) bidang berikut:

1. Pikiran/Kognisi (misalnya, cara melihat dan menilai diri, orang lain dan peristiwa-
peristiwa);

2. Alam perasaan/Affectivity (misalnya, respon emosi; luasnya, intensitasnya, mudah


berubahnya ,dan kesesuaiannya);

1 merican Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
2 World Health Organization. (2000). Preventing suicide: A resource for general physicians. Retrieved August 17, 2011, from http://www.who.
int/mental_health/media/en/56.pdf
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

304
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
3. Fungsi interpersonal;dan

4. Kendali impuls.

 Mudah berubah/”Lability” berarti reaksi emosional berlebih dan mood yang


sering berubah.
Kriteria B: Adalah pola sulit berubah dan pervasif dalam luasnya ruang lingkup situasi
personal dan sosial.
Kriteria C: Adalah pola yang mengarah pada distres bermakna secara klinis atau
hendaya dalam fungsi sosial, okupasional, atau fungsi dalam bidang penting lainnya.
Kriteria D: Adalah pola yang stabil dan berlangsung lama, dan awitannya dapat
ditelusuri ke masa remaja atau dewasa muda.
Kriteria E: Polanya tidak merupakan manifestasi atau akibat gangguan mental lain.
Kriteria F: Adalah pola yang tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya, trauma kepala).

 Modul ini secara khusus membahas dua gangguan kepribadian: gangguan


kepribadian antisosial, karena orang dengan gangguan ini jumlahnya banyak yang
masuk ke terapi GPZ,1 dan gangguan kepribadian ambang, karena ini juga serign
ditemukan di layanan terapi GPZ.

 Adalah menarik untuk dicatat, bahwa menurut WHO/World Health Organization:

• Laki-laki 3 kali lebih banyak didiagnosis sebagai gangguan kepribadian sosial


dibanding wanita.

• Sebaliknya, gangguan kepribadian ambang: wanita didiagnosis lebih sering


dibanding laki-laki.2

Gangguan Kepribadian Antisosial


 Ada 4 kriteria untuk gangguan kepribadian antisosial, yaitu:3
Kriteria A: Suatu pola pengabaian dan pelanggaran hak-hak orang lain yang pervasif
dan terjadi sejak umur 15. Pengabaian ini ditandai oleh 3 (atau lebih) dari hal-hal
berikut:

1. Gagal memenuhi norma-norma sosial sehubungan dengan perilaku taat hukum


sebagaimana ditandai oleh berulangnya melakukan tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan penahanan;Ketidakjujuran, ditandai oleh berulangnya kebohongan,
penggunaan nama lain, atau menipu orang lain demi keuntungan atau kesenangan
sendiri;

1 Flynn, P. M., Craddock, S. G., Luckey, J. W., Hubbard, R. L., & Dunteman, G. H. (1996). Comorbidity of antisocial personality and mood
disorders among psychoactive substance-dependent treatment clients. Journal of Personality Disorders, 10(1), 56–67.
2 World Health Organization. (n.d.). Gender and women’s mental health: Gender disparities and mental health—The facts. Retrieved February
28, 2011, from http://www.who.int/mental_health/prevention/genderwomen/en
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

305
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
2. Impulsif atau gagal membuat rencana kedepan;

3. Mudah marah dan aggresif, yang ditandai oleh berulangnya berkelahi fisik atau
serangan fisik;

4. Pengabaian yang nekad untuk keamanan diri dan orang lain;

5. Tidak bertanggung jawab yang konsisten, ditandai oleh berulangnya kegagalan


mempertahankan perilaku kerja konsisten atau menghormati kewajiban keuangan;
dan

6. Kurangnya rasa penyesalan, sebagaimana diindikasikan oleh sikap acuh atau


membuat rasionalisasi telah menyakiti orang lain, menganiaya, atau mencuri.

Kriteria B: Individu berumur paling kurang 18.

Kriteria C: Ada bukti adanya gangguan perilaku dengan awitan sebelum 15.

Kriteria D: Perilaku antisosial tidak terjadi secara terpisah selama perjalanan gangguan
skizofrenia atau episode manik.

 Kita perlu melihat lebih dekat Kriteria C, adanya bukti gangguan tingkahlaku yang
awitannya sebelum 15. Gangguan tingkahlaku terutama adalah gangguan yang
terjadi masa kanak atau awal masa remaja. Jika melakukan assesmen pada orang
dewasa untuk gangguan tingkah laku, perlu 2 kriteria:1

Kriteria A: untuk gangguan tingkah laku: Adanya pola perilaku berulang dan menetap
dimana hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial sesuai umur yang utama
atau aturan-aturan dilanggar, yang bermanifestasi berupa adanya 3 (atau lebih) kriteria
berikut ( dalam periode waktu 12 bulan):

 Agresi terhadap orang dan hewan:

• Sering berkelahi, mengancam, atau mengintimidasi orang lain;

• Sering memulai perkelahian fisik;

• Menggunakan senjata yang dapat membahayakan orang lain (misalnya,


pentungan, batubata, botol pecah, pisau, senjata api);

• Kejam secara fisik terhadap orang lain;

• Kejam secara fisik terhadap hewan;

• Mencuri ketika berhadapan dengan korban (misalnya, membegal, menjambret,


memeras, merampok); atau

• Memperkosa .

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

306
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Merusak rumah:
• Dengan sengaja membakar dengan maksud merusak; atau
• Dengan sengaja merusak rumah orang (selain dengan membakar).
 Ketidakjujuran atau mencuri:
• Membobol rumah , bangunan tanpa izin, atau membobol mobil;
• Sering berbohong untuk mendapatkan barang-barang atau persetujuan atau
untuk menghindari kewajiban (misalnya, menipu orang lain); atau
• Mencuri barang-barang yang nilainya kecil tanpa berhadapan dengan korban
(misalnya,ngutil, tetapi tanpa merusak dan membobol; pemalsuan).
 Pelanggaran aturan-aturan yang serius:
• Sering keluar malam walaupn dilarang orang tua, mulai ketika umur sebelum
13;
• Pernah lari dari rumah semalaman paling kurang 2 kali walaupun masih tinggal
bersama orang tua atau orang tua angkat (atau sekali tetapi tidak kembali
pulang untuk waktu lama);
• Sering membolos dari sekolah, biasanya dimulai sebelum usia 13 tahun.
Kriteria B untuk gangguan tingkah laku: Gangguan perilaku mengakibatkan hendaya
fungsi sosial, akademik, atau okupasional yang bermakna.

 Bertolak belakang dengan gambaran yang ada di media, kebanyakan orang


yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian antisosial (terutama yang biasa
dijumpai di terapi GPZ) bukanlah pemangsa yang menggunakan intimidasi dan
kekerasan untuk memperdaya orang lain dan memuaskan kebutuhannya sendiri.

Gangguan kepribadian antisosial dan GPZ


 Membedakan gangguan kepribadian antisosial dari GPZ kadangkala sulit.
Orang dengan GPZ sering menunjukkan perilaku antisosial sebagai bagian dari perilaku
GPZ. Misalnya:

• Terlibat dalam kegiatan ilegal untuk mendapatkan dan membeli narkoba;


• Ketidakjujuran dan manipulasi untuk bisa tetap pakau; dan
• Melukai orang secara emosional.
 Karena manipulasi dan berbohong adalah gambaran utama gangguan kepribadian
antisosial, sehingga dibutuhkan asesmen yang teliti. Terutama sangat membantu
untuk mengintegrasikan informasi yang didapat dari asesmen klinis dengan
informasi yang diperoleh dari sumber lain (keluarga, atasan) ketika bekerja dengan
klien yang memiliki gangguan ini. Membina hubungan saling percaya merupakan
faktor penting. Walaupun demikian adalah penting untuk mempertahankan
batasan yang jelas dengan klien dengan gangguan kepribadian antisosial.

307
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 Adalah juga penting untuk:
• Dengan melihat riwayat hidupnya sebelum menyalahgunakan zat dapat dilihat
apakah pola gangguan tingkahlaku mendahului GPZ (apakah ia pernah punya
riwayat agresif, impulsif, dan rasa bermusuhan sebelum usia 15); dan
• Terus melakukan asesmen perilaku ketika klien melalui masa terapi dan pemulihan.
 Konselor GPZ dapat menggunakan beberapa pendekatan ketika bekerja dengan
klien gangguan kepribadian antisosial. Klien dengan gangguan kepribadian antisosial
seringkali sedikit atau tidak pernah mendapatkan suatu hubungan emosional yang
hangat dalam hidupnya. Karena itu hubungan terapeutik dapat merupakan suatu
hubungan hangat pertama yang dialaminya. Awalnya , ini merupakan hal yang sulit
bagi klien dan tantangan bagi konselor.
 Membangun aliansi terapeutik merupakan kunci keberhasilan terapi. Hubungan
terapeutik yang baik hanya dapat terjadi bila rapport yang baik dan solid sudah
terbina dengan klien dan klien dapat mempercayai terapisnya. Konselor harusnya:
• Menghindari perdebatan dan debat kusir;
• Gunakan empati dan mendengar aktif untuk membangun rapor;
• Batasan program dan batasan personal dibuat jelas dan konsisten, termasuk
menghindari konselor melakukan curhat atau pembukaan tentang diri yang
berlebihan (counselor self-disclosure); dan
• Jangan hanya tergantung pada laporan klien, tapi mempertimbangkan pada
tindakan objektif seperti tes urin.

Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline)


 Gambaran utama gangguan kepribadian ambang adalah pola ketidakstabilan
pervasif dalam:
• Hubungan interpersonal
• Citra diri; dan
• Respon emosi.
 Ada satu kriteria untuk gangguan kepribadian ambang:
Kriteria A: Pola ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, [emosional] afek, dan
impulsifitas nyata yang mulai timbul ketika usia dewasa muda dan terjadi dalam berbagai
konteks, sebagaimana ditandai oleh 5 (atau lebih) gejala-gejala atau perilaku berikut ini:1
1. Upaya gila-gilaan untuk menghindari bayangan akan dibuang atau benar-benar
dibuang (tidak termasuk perilaku bunuh diri atau perilaku merusak diri tercantum
dibawah ini);
2. Pola hubungan interpersonal tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh pertukaran
ekstrim antara idealisasi dan devaluasi.2

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
2 Because the concepts of idealization and devaluation are critical to understanding borderline personality disorder, let’s be sure we understand
what they mean:
Idealization means that a person exaggerates the positive qualities of others and does not “see” any negative qualities. Devaluation means that
a person exaggerates the negative qualities of others and doesn’t see any positive qualities. The person with borderline personality disorder
will alternately idealize and devalue the same person: the person is either “all good” or “all bad.” This valuation can change in an instant if the
idealized person does or says something that triggers a negative emotional reaction.

308
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
3. Gangguan identitas: citra diri dan rasa diri/sense of self yang tidak stabil menetap
dan menyolok;
4. Impulsifitas dalam paling kurang 2 bidang yang potensial merusak diri (misalnya
belanja, sex, penyalahgunaan zat, mengemudi ugal-ugalan, makan berlebihan)
(Tidak termasuk bunuh diri atau perilaku merusak diri tercantum dibawah ini.);
5. Perilaku bunuh diri berulang, sikap-sikap, atau perilaku mengancam atau merusak
diri;
6. Ketidakstabilan afektif akibat reaksi mood yang mencolok (misalnya, disforia
episodik kuat, mudah marah, atau rasa cemas selama beberapa jam dan jarang
lebih dari beberapa hari);
7. Perasaan hampa kronis;
8. Rasa marah kuat dan tidak sesuai atau kesulitan mengendalikan amarah (misalnya,
sering emosi, amarah konstan, berulangkali berkelahi fisik); dan
9. Ide-ide paranoid terkait stres atau gejala-gejala disosiatif berat yang timbul
selintas.

Gangguan Kepribadian Ambang dan GPZ


 Konselor GPZ harus waspada bahwa orang dengan gangguan kepribadian
ambang:
• Sering menggunakan zat untuk meredakan rasa tegang yang meningkat atau
hilang kendali pada awal episode krisis;
• Sangat rentan pada pengaruh teman sebaya dan bisa menggunakan narkoba
yang sama, cara pakai yang sama, dan frekuensi yang sama dengan siapa dia
berinteraksi; atau
• Menggunakan zat dengan pola tidak biasa/idiosinkratik dan tak terduga.
 Penggunaan narkoba multipel sering terjadi, termasuk alkohol dan hipnotik-
sedatif untuk mengobati diri sendiri.
 Orang dengan gangguan kepribadian ambang terampil dalam mencari berbagai
sumber obat-obataan yang disukainya, seperti benzodiazepin, dan sekali mereka
mendapat resep obat ini, mereka menuntut untuk terus melanjutkan obat ini
untuk menghindarkan gejala putus zat yang membahayakan. Karena konsep
idealisasi dan devaluasi sangat penting untuk pemahaman gangguan kepribadian
borderline, maka pastikan kita mengerti apa yang dimaksud:
• Idealisasi berarti bahwa seseorang melebih-lebihkan kualitas positif orang lain
dan tidak “melihat” segala sifat negatifnya.
• Devaluasi berarti bahwa seseorang melebih-lebihkan kualitas negatif orang
lain dan tidak melihat kualitas positif.
 Orang dengan gangguan kepribadian borderline bergantian akan menjunjung
tinggi dan mendevaluasi orang yang sama: orang tersebut baik “semua baik”
atau “semuanya buruk.” Penilaian ini dapat berubah dalam sekejap jika orang
diidealkan melakukan atau mengatakan sesuatu yang memicu reaksi emosional
yang negatif.

309
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Yang biasanya Pertama kali Didiagnosis
Pada masa Bayi, Kanak, atau Remaja
Kategori final dari gangguan mental yang akan kita diskusikan termasuk gangguan-
gangguan yang biasanya didiagnosis pertama kali ketika bayi, kanak, dan remaja.

 Banyak konselor GPZ tidak pernah menemukan akak atau remaja dalam prakteknya.
Walaupun demikian, konselor yang bekerja di pedesaan dan yang bekerja di
lingkungan komunitas haruslah menyiapkan diri untuk dapat mengatasi kebutuhan
seluruh lapisan masyarakat.

 Alasan utama untuk melihat gangguan pada anak karena beberapa gangguan
menetap hingga masa dewasa dan terjadi bersamaan dengan GPZ.

 DSM-IV-TR menyatakan bahwa tidak ada pembedaan yang nyata antara gangguan
pada masa kanak (childhood) dan dewasa. Walaupun beberapa individual dengan
gangguan awitan masa bayi, kanak, dan remaja datang pada konselor pada usianya
itu, banyak yang tidak terdiagnosis hingga dia dewasa. Sebagai tambahan, banyak
gangguan dewasa masa awitannya ketika kanak atau remaja. Sehingga, seorang
anak dapat didiagnosis sebagai gangguan masa dewasa dan sebaliknya.1

 Gangguan-gangguan yang termasuk kategori ini adalah:

• Retardasi Mental yang ditandai fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ 70 atau
kurang), dengan awitan sebelum usia 18 dan secara bersamaan terdapat defisit
atau hendaya dalam fungsi adaptif;

• Gangguan belajar yang ditandai oleh fungsi akademik yang secara substansial
berada dibawah umur kronologisnya, Iqnya, dan pendidikan sesuai usianya;

• Gangguan keterampilan motorik yang ditandai oleh kemampuan koordinasi


motorik yang berada dibawah umur kronologisnya dan IQ;

• Gangguan komunikasi yang ditandai oleh kesulitan berbicara dan berbahasa;

• Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh defisit berat dan hendaya
pervasif dalam berbagai bidang perkembangan, termasuk:
o Hendaya dalam interaksi sosial;
o Hendaya dalam komunikasi; dan
o Adanya perilaku,minat, dan aktivitas stereotip.

 Perilaku streotip adalah gerakan-gerakan,sikap, atau cara bicara ritualistik dan


streotipi. Contoh gerakan stereotipi adalah membenturkan kepala, mengoyang-
goyang, dan mondar mandir.

 Gangguan perkembangan pervasif meliputi autisme dan sindroma Asperger.

1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.

310
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Gangguan pemusatan perhatian dan perilaku disruptif termasuk:

• ADHD ditandai oleh gejala-gejala tidak adanya perhatian yang menonjol dan
hiperaktivitas atau impulsivitas;

• Gangguan perilaku disruptif, termasuk :


o Gangguan tingkah laku ditandai oleh pola perilaku yang melanggar hak-
hak dasar orang lain atau norma-norma atau aturan-aturan sosial utama
sesuai umur; ingatlah bahwa gangguan tingkahlaku masa kanak adalah
bagian kriteria gangguan kepribadian antisosial; dan
o Gangguan defian opposisional ditandai oleh pola negatifistik, bermusuhan,
dan perilaku menentang.

 Gangguan pemberian makan dan makan masa bayi atau masa kanak ditandai oleh
gangguan menetap dalam pemberian makan dan makan (tetapi tidak termasuk
anoreksia nervosa dan bulimia yang tercantum sebagai gangguan makan masa
dewasa/”adult”.

 DSM-IV-TR juga menjelaskan gangguan tic dan gangguan eliminasi, sebagai


tambahan kategori umum dari gangguan lain masa bayi, kanak, dan remaja.

 Dua gangguan cemas yang khas untuk anak dan remaja dimasukkan sebagai sub-
gangguan pada gangguan mental dewasa/”adult” karena gejala-gejalanya egitu
mirip. Gejala-gejalanya :

• Gangguan cemas berlebihan masa kanak (sub-gangguan gangguan cemas


menyeluruh); dan

• Gangguan menghindar masa kanak (sub-gangguan fobia sosial).

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD)


 DSM-IV-TR meperkirakan 3 hingga 7 % anak usia sekolah menderita ADHD.1
 The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) in the United States atau
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di USA, melaporkan bahwa 9.5%
anak usia 4-17 tahun didiagnosis sebagai ADHD pada 2007
 The CDC study juga melaporkan bahwa:2
• Anak laki-laki 2,5 kali berisiko lebih besar menderita ADHD dibanding anak
perempuan.
• Anak dengan riwayat ADHD 3 kali lebih besar punya masalah sebaya dibanding
anak lainnya.
• Anak dengan riwayat ADHD memiliki kemungkinan 10 kali punya kesulitan-
kesulitan yang mengganggu persahabatan.

1 merican Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
2 U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2010). Attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD) data and statistics. Retrieved
August 3, 2011, from http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html

311
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 ADHD seringkali dipandang sebagai “American Disease.” Walaupun demikian,
tampaknya lebih luas dari itu. Survei 2003 menyimpulkan bahwa prevalensi ADHD
sama tingginya baik pada anak di US maupun diluar US.1
 Dulu diduga ADHD hilang dengan bertambahnya umur. Sekarang diketahui
bahwa banyak orang dewasa tetap punya masalah terkait ADHD, dan gangguan
ini seringkali tidak dikenal hingga masa dewasa.
 Ada 5 kriteria dasar ADHD:2

Kriteria A: Pola perilaku meliputi baik (1) gangguan pemusatan perhatian atau (2)
hiperaktivitas-impulsivitas.

 Penting untuk mencatat kata baik (either). Tidak perlu seseorang mengalami kedua
gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Pola-pola ADHD dapat
berupa gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, atau kombinasi keduanya.

Kriteria A-1: 6 (atau lebih) dari gejala-gejala gangguan pemusatan perhatian berikut
menetap selama paling kurang 6 bulan hingga mencapai taraf maladaptif dan tidak
konsisten dengan taraf perkembangan:

 Seringkali gagal memberi perhatian serius pada hal-hal kecil atau membuat
kekeliruan karena kurang perhatian pada tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas
lainnya;
 Sering kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas-tugas atau aktivitas
bermain;
 Sering tidak mendengar jika ditegur langsung;
 Sering tidak patuh kepada instruksi dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah,
kerja rumah tangga atau tugas-tugas di tempat kerja (tidak karena perilaku
menentang atau gaga mengerti instruksi);
 Sering kesulitan mengatur tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas;
 Sering menghindari, benci, atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang
membutuhkan upaya mental terus menerus (seperti pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah);
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
atau aktivitas (misalnya, mainan, alat-alat, tugas sekolah, pensil, buku);
 Sering mudah teralih perhatian karena rangsang dari sekitar; dan
 Sering lupa mengerjakan ativitas sehari-hari.

Kriteria A-2: 6 (atau lebih) gejala-gejala hiperaktivitas-impulsivitas menetap


selama paling kurang 6 bulan hingga taraf maladaptif dan inkonsisten dengan taraf
perkembangan:

1 araone, S. V., Sergeant, J., Gillberg, C., & Biederman, J. (2003). The worldwide prevalence of ADHD: Is it an American condition? World
Psychiatry, 2(2), 104–113.
2 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

312
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Sering kaki dan tangan tidak bisa diam atau menggeliat di tempat duduk;
 Seringkali meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain dimana
seseorang diharapkan duduk diam;
 Sering lari-lari atau memanjat berlebihan dalam situasi dimana hal itu tidak pantas
lagi (ketika remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan gelisah subjektif);
 Sering sulit bermain atau bergabung dalam kegiatan menyenangkan dengan
tenang (misalnya, sering ingin bergerak atau sering bertindak seakan digerakkan
oleh mesin);
 Sering bicara berlebihan;
 Sering menjawab tanpa mikir sebelum pertanyaan selesai;
 Sering sulit menunggu giliran; dan
 Seringkali menginterupsi atau mencampuri orang lain (misalnya,memotong
pembicaraan atau permainan).
Kriteria B: Beberapa gejala-gejala hiperaktif-impulsif atau gangguan pemusatan
perhatian yang menyebabkan hendaya tamp;ak pada usia sebelum 7 tahun.
Kriteria C: Beberapa hendaya dari gejala-gejala muncul dalam 2 atau lebih setting
(misalnya, di sekolah [atau kerja] dan di rumah).
Kriteria D: Harus ada bukti yang jelas hendaya fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
yang bermakna secara klinis.
Kriteria E: Gejala-gejala tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain dan tidak disebabkan
oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan mood, gangguan cemas, gangguan
disosiatif, atau gangguan kepribadian).

 Dalam Modul 2 Anda belajar bahwa banyak penelitian menunjukkan meningkatnya


risiko GPZ pada anak muda dengan ADHD yang tidak diterapi.
 Anda juga belajar bahwa beberapa peneliti menyarankan bahwa risiko ini ada
hanya untuk sebagian individu: orang dengan keadaan impulsif dan gangguan
tingkah laku komorbid. Peneliti saat ini mendalami kaitan komorbid tersebut
karena gejala-gejala malajusment emosional dan behavioral seringkali mengarah
ke derajat tumpang tindih/overlapping yang bermakna antara gangguan tingkah
laku dan ADHD.

ADHD dan GPZ


 Kita tahu bahwa lebih kurang sepertiga orang dewasa dengan ADHD memiliki
riwayat penyalahgunaan alkohol atau ketergantungan alkohol, dan 20% memiliki
riwayat GPZ lainnya, terutama dengan ganja.1

1 U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons with co-occurring disorders.
Treatment Improvement Protocol series 42. HHS Publication No. (SMA) 05-3992. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human
Services.

313
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 Adanya ADHD mempersulit terapi GPZ, karena klien dengan GKO ini bisa jadi:
• Memiliki banyak kesulitan terikat dengan terapi;
• Bersusah payah untuk belajar keterampilan abstiinensia;
• Memiliki risiko lebih besar untuk relaps; dan
• Mengalami akibat penggunaan zat yang lebih buruk.
 Konselor GPZ dapat membantu klien dengan ADHD berhasil dalam terapi dengan
mengikuri saran-saran berikut ini:
• Waspada terhadap tanda-tanda ADHD yang tidak terdiagnosis;
• Klarifikasilah kepada klien berulangkali elemen-elemen pertanyaan apakah
yang telah dia respon dan apakah yang masih perlu diselesaikan;
• Hilangkan rangsang yang dapat mengalihkan perhatian yang berasal dari
lingkungan sebisa mungkin (seperti suara bising dan warna-warna sangat
terang);
• Gunakan alat bantu visual dan fisikal dalam memberikan informasi;
• Buat pertemuan singkat saja dan kurangi lamanya percakapan ; dan
• Doronglah klien untuk menggunakan alat-alat pencatat kegiatan (misalnya,
jurnal kegiatan, jadwal, daftar apa yang harus dikerjakan) agar tetap mengetahui
peristiwa penting dan informasi penting.

Kriteria DSM-IV-TR untuk Episoda-Episode Mood1


Episode Mood Depresi Major
Adanya episode depresi major ditegakkan berdasarkan 5 kriteria:

A. 5 (atau lebih) gejala-gejala berikut sudah ada selama periode 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan dari fungsi sebelumnya ; paling kurang satu dari gejala-
gejala adalah (1) mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang(Catatan:
jangan masukkan gejala-gejala yang jelas-jelas akibat kondisi medis umum atau
waham dan halusinasi tak serasi mood.):
1. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagai diindikasikan oleh
laporan subjektif (misalnya, perasaan sedih atau hampa) atau observasi yang
dilakukan oleh orang lain (misalnya,kelihatan keluar air mata) (Catatan: Pada
anak dan remaja, dapat berupa mudah jadi marah/ irritable mood.);
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang menyolok pada semua kegiatan
hampir seharian, setiap hari ( seperti ditandai oleh baik perasaan subjektif
atau observasi oleh orang lain);

1 eprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

314
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
3. Hilangnya berat badan yang bermakna walaupun tidak diet atau berat
badan bertambah (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5% dalam
sebulan) atau berkurangnya atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap
hari (Catatan: Pada anak, pertimbangkan jika gagal untuk memperoleh berat
badan yang diharapkan.);
4. Insomnia atau hypersomnia [rasa kantuk berlebihan sepanjang siang hari]
hampir setiap hari;
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dapat dilihat oleh orang
lain, tidak semata perasaan gelisah subjektif atau merasa tidak berdaya);
6. Letih atau hilang tenaga hampir setiap hari;
7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah berlebihan atau rasa bersalah yang
tidak pada tempatnya ( yang dapat berupa waham) hampir setiap hari (tidak
hanya menyalahkan diri atau rasa bersalah karena menjadi sakit);
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi atau tidak mampu
mengambil keputusan, hampir setiap hari ( perasaan subjektif maupun seperti
dilihat oleh orang lain); dan
9. Pikiran-pikiran tentang kematian berulang (tidak hanya takut mati), ide-ide
bunuh diri tanpa rencana khusus, atau percobaan bunuh diri atau rencana
khusus untuk melakukan bunuh diri.
A. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.
B. Gejala-gejala menyebabkan distres bermakna secara klinis atau hendaya dalam
fungsi sosial, okupasional, atau bidang fungsi lainnya.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (misalnya, penyalahgunaan
zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya, hipothyroidisme).
D. Gejala-gejala tidak disebabkan karena berduka, yaitu setelah kehilangan orang yang
dicintai, gejala-gejala menetap lebih dari 2 bulan atau dicirikan oleh hendaya fungsi
yang nyata, preokupasi tidak sehat tentang rasa tidak berguna, ide-ide bunuh diri,
gejala-gejala psikotik, atau psikomotor retardasi.

Episode Mood Manic


Adanya episode mood manik ditegakkan berdasarkan 5 kriteria:
A. Adanya periode mood yang meningkat, ekspansif, atau mudah marah yang
abnormal dan menetap, berlangsung paling kurang 1 minggu ( atau berapapun
lamanya jika membutuhkan perawatan di rumah sakit). (Catatan:Seseorang dengan
mood yang ekspansif dapat mengekspresikan perasaan-perasaan tanpa hambatan,
menganggap diri superior atau sikap kebesaran, berpakaian dan berperilaku
menyolok, dan bertingkah laku dengan cara lebih besar.)
B. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih)dari 7 gejala-gejala berikut yang
menetap (empat jika mood hanyalah mudah marah) dan ada pada taraf bermakna:
1. Rasa percaya diri sangat besar atau rasa diri besar;
2. Kurangnya kebutuhan tidur (misalnya, merasa cukup istirahat hanya setelah 3
jam tidur);
3. Lebih lancar bicara dari biasanya atau dorongan untuk terus bicara;

315
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
4. Ide-ide mudah pindah (flight of ideas) atau pengalaman subjektif bahwa
pikiran berlomba, atau berarti arus bicara hampir tiada putusnya dengan
topik berubah-ubah tiba-tiba, biasanya akibat adanya asosiasi yang bisa
dimengerti, rangsang mengalihkan, atau permainan kata-kata;
5. Perhatian mudah pindah (misalnya, perhatian mudah berpindah karena
rangsang yang tidak penting dan tidak relevan.);
6. Meningkatnya aktivitas bertujuan (baik secara sosial, ditempat kerja atau
secara seksual) atau agitasi psikomotor; dan
7. Terlibat berlebihan dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang
memiliki potensi tinggi akibatnya menyakitkan ( misalnya, kesenangan
berbelanja tanpa kendali, kegiatan seksual sesukanya atau investasi bisnis
tanpa perhitungan).

A. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.

B. Gangguan mood cukup berat untuk menyebabkan hendaya bermakna dalam fungsi
okupasional atau dalam aktivitas sosial biasa atau hubungan-hubungan dengan
orang lain atau perlunya perawatan rumah sakit untuk mencegah membahayakan
diri atau orang lain, atau adanya gambaran psikotik.

C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisik langsung zat ( misalnya, penyalahgunaan


zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya, hipothyroidisme).

Episode Mood Hipomanik


Adanya episode mood hipomanik ditegakkan berdasarkan 6 kriteria:

A. A. Adanya periode mood meningkat, ekspansif, atau mudah marah yang menetap,
berlangsung paling kurang 4 hari, yang jelas berbeda dari mood depresi biasa.

B. B. Selama periode gangguan mood, tiga ( atau lebih ) dari gejala berikut menetap
(empat jika mood hanyalah mudah marah) dan ada hingga derajat cukup bermakna:
1. Harga diri membesar atau rasa kebesaran;
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar setelah tidur hanya 3 jam);
3. Lebih mudah bicara dari biasa atau dorongan untuk terus bicara;
4. Ide-ide mudah melayang atau pengalaman subjektif bahwa pikiran berlomba;
5. Perhatian mudah beralih (misalnya, perhatian mudah pindah akibat rangsang
eksternal tidak penting dan tidak relevan);
6. Meningkatnya aktifitas bertujuan ( baik secara sosial, di tempat kerja atau
sekolah, atau secara seksual) atau agitasi psikomotor; dan

316
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
A. Terlibat berlebihan dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang memiliki
potensi tinggi akibatnya menyakitkan ( misalnya, kesenangan berbelanja tanpa
kendali, kegiatan seksual sesukanya atau investasi bisnis tanpa perhitungan).
B. Episode terkait dengan perubahan jelas dalam fungsi seseorang yang tidak
merupakan ciri-cirinya ketika dia tidak menunjukkan gejala.
C. Gangguan mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain.
D. Episode tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya bermakna dalam fungsi
sosial atau okupasional atau membutuhkan perawatan rumah sakit, dan tidak ada
gambaran psikotik.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya,
hyperthyroidisme).

317
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
MODUL 5
PRINSIP ETIKA NAADAC KE VI – X

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 319


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 319
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 320
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 330
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 350

319
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 5 5 menit
Presentasi: Apa yang dimaksud dengan gangguan mental akibat zat? 15 menit
Presentasi kelompok kecil: Zat spesifik yang mengakibatkan gangguan
70 menit
mental
Rehat 15 menit

Modul 5 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Memberikan ikhtisar mengenai konsep gangguan mental yang diakibatkan oleh
zat, dan
 Memberikan ikhtisar mengenai zat yang dapat mengakibatkan gangguan mental.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 5 akan mampu untuk:

 Mendiskusikan minimal tiga cara zat mengakibatkan timbulnya gangguan mental


 Mengidentifikasi sedikitnya dua karakteristik diagnostik gangguan mental yang
diakibatkan oleh zat, dan
 Mendiskusikan zat-zat yang umum digunakan yang dapat mengakibatkan
gangguan mental dalam komunitas dan lingkungan pekerjaan GPZ.

321
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Modul 5 Objektif Pembelajaran

 Diskusikan minimal 3 cara mengidentifikasi


gangguan akibat zat yang Anda anggap sulit
 Identifikasi minimal 2 karakteristik diagnostik
dari 11 gangguan mental akibat zat
 Diskusikan penggunaan diagnosis gangguan
mental akibat zat dalam pekerjaan Anda dengan
GPZ dan di masyarakat

5.2

322
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bentuk Kelompok Kecil

 Hitung 1 hingga 4
 Ingat nomor Anda hingga kita siap melakukan
latihan dalam Kelompok Kecil

5.3

323
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Apa itu Gangguan Mental Akibat Zat?

 Efek toksik zat dapat menyerupai gejala


gangguan mental sedemikian rupa sehingga
sulit untuk mengidentifikasi penyebab
gangguan mental tersebut
 Gangguan yang diakibatkan oleh zat (GAZ)
berbeda dari Gangguan Mental yang terjadi
bersama GPZ
 Gejala-gejala GAZ terjadi akibat langsung
penggunaan zat

5.4

Gejala-Gejala GMAZ
(Substance-Induced Mental Disorders)

 Terjadipada waktu khusus


 Sebagai akibat penggunaan zat,
penyalahgunaan zat, intoksikasi, atau
withdrawal
 Tidak disebabkan adanya gangguan mental
yang mendasari (walaupun mungkin ada
gangguan mental tambahan lainnya)

5.5

324
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala-Gejala GMAZ

 Mulaidari anxietas ringan dan depresi (gejala ini


yang paling sering terjadi diakibatkan oleh
hampir semua zat)
 Hingga reaksi manik dan psikotik hebat (full-
blown), namun jarang terjadi)

5.6

325
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Prinsip Teeter-Totter

 Apapun yang naik, pasti akan turun juga: Putus


zat menimbulkan gejala-gejala yang berlawanan
dengan efek zat
 Bermanfaat untuk memprediksi gejala-gejala
withdrawal yang mungkin terjadi akibat zat
tertentu

Sumber: U.S Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons
with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human5.7
Services.

Prinsip Teeter-Totter (contoh)

 Gejala-gejala putus zat akut akibat zat


depresan fisiologis (alkohol dan
benzodiazepin) umumnya adalah
hiperaktifitas, tekanan darah meningkat,
agitasi, dan anxietas (menggigil)
 Gejala-gejala putus zat stimulan adalah rasa
lelah dan depresi

5.8

326
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Prediksi Limitasi-Limitasi

 Klien bervariasi dalam hal responnya terhadap


terjadinya intoksikasi dan putus zat walaupun
sama-sama terpapar dengan zat yang sama
 Klien mungkin menggunakan beberapa zat
dalam waktu yang sama

5.9

327
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Evaluasi Berkelanjutan adalah Penting

 Teruskan evaluasi gejala-gejala dan


hubungannya dengan abstinensia atau
penggunaan berkelanjutan sepanjang waktu
 Kebanyakan gejala-gejala yang terjadi akibat zat
membaik dalam beberapa jam atau beberapa hari
setelah penggunaan zat dihentikan

5.10

Gejala-gejala yang Tidak Segera


Membaik

 Gejala-gejala psikotik akibat penyalahgunaan


amfetamin berat dan jangka panjang
 Demensia (masalah-masalah memori,
konsentrasi, dan problem-solving) akibat
menggunakan zat yang berefek toksik
langsung terhadap otak (alkohol, inhalan, dan
amfetamin)

5.11

328
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penggunaan Zat dapat Menutupi
Gangguan Mental

 Penggunaan zat dapat menutupi atau


“menopengi” gejala-gejala gangguan mental :
 Yang dapat berakibat krisis perilaku
 Yang dapat menunda terapi yang sesuai

5.12

329
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Instruksi Presentasi Kelompok Kecil

 Lihat Halaman Penjelasan 5.1 untuk penugasan


 40 menit persiapan untuk 3-menit presentasi
topik-topik yang ditugaskan
 Gunakan kertas kerja, spidol, kertas warna, dan
bahan-bahan lain untuk presentasi
 Bentuklah kelompok-kelompok kecil jika perlu
 Tunjuk yang akan menjadi juru bicara

5.13

REHAT
15 menit

5.14

330
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
331
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.1: Tugas Presentasi Kelompok Kecil

Kelompok 1

 Halaman Penjelasan 5.2 : Intoksikasi Zat


 Halaman Penjelasan 5.3 : Keadaan Putus Zat
 Halaman Penjelasan 5.4 : Delirium Intoksikasi Zat

Kelompok 2

 Halaman Penjelasan 5.5 : Demensia yang Diakibatkan Zat


 Halaman Penjelasan 5.6 : Gangguan Amnestik yang Diakibatkan Zat
 Halaman Penjelasan 5.7 : Gangguan Psikotik yang Diakibatkan Zat

Kelompok 3

 Halaman Penjelasan 5.8 : Gangguan Mood yang Diakibatkan Zat


 Halaman Penjelasan 5.9 : Gangguan Ansietas yang Diakibatkan Zat
 Halaman Penjelasan 5.10: Disfungsi Seksual yang Diakibatkan Zat

Kelompok 4

 Halaman Penjelasan 5.11: Gangguan Tidur yang Diakibatkan Zat


 Halaman Penjelasan 5.12: Gangguan Persepsi Menetap Akibat Halusinogen

CATATAN: Informasi mengenai Halaman Penjelasan ini dikutip langsung dari


DSM IV-TR, Asosiasi Psikiater Amerika. Definisi dan penjelasan dari beberapa
terminolog ditambahkan di dalam kurung.

332
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.2: Intoksikasi Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. Sindrom spesifik zat yang reversibel adalah akibat dari pemakaian (terpajan) suatu
zat. Catatan; Zat yang berbeda akan menghasilkan sindrom yang sama atau serupa

B. Perilaku atau perubahan psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna


(disfungsional, tidak sesuai atau tidak produktif) diakibatkan oleh efek zat pada
sistem saraf pusat (ch.tingkah laku kacau, mood yang berubah-ubah, hendaya
kognitif, daya nilai, sosial dan disfungsi pekerjaan) dan terjadi sesaat setelah
penggunaan zat.

C. Gejala bukan akibat kondisi medis umum dan tidak terjadi bersamaan dengan
gangguan mental lain.

Gambaran Diagnostik
Perubahan umum terjadi meliputi gangguan pada:

 Persepsi (kesadaran/awareness atau pengenalan lingkungan yang diorganisiir dan


diinterpretasi oleh informasi sensorik)

 Keadaan bangun/terjaga (wakeful ness)

 Atensi

 Pikiran

 Daya nilai

 Perilaku psikomotorik, dan

 Perilaku interpersonal
Gambaran klinis intoksikasi zat bervariasi diantara 350 orang dan tergantung pada:

 Zat yang digunakan

 Jumlah zat

 Durasi dan tingkat kronis penggunaan zat (berapa lama dan berapa sering
seseorang menggunakan zat)

 Toleransi seseorang terhadap zat

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision, (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

333
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
 Waktu penggunaan zat
 Efek yang diharapkan dari zat tersebut
 Lingkungan atau tempat penggunaan zat
Intoksikasi jangka pendek atau akut dapat memperlihatkan tanda dan gejala yang
berbeda dengan intoksikasi kronis. Sebagai contoh, kokain dosis sedang dapat
menyebabkan seseorang menjadi lebih suka bersosialisasi (ramah), tetapi isolasi
sosial dapat terjadi jika dosis berulangkali digunakan dalam jangka waktu harian atau
mingguan
Zat yang berbeda (terkadang dari golongan yang berlainan) dapat mengakibatkan
gejala yang sama. Sebagai contoh, intoksikasi amfetamin dan kokain dapat
menyebabkan kebesaran (perasaan lebih besar, superior dan merasa diri penting), dan
hiperaktivitas yang diikuti dengan takikardi (denyut jantung menjadi cepat), dilatasi
pupil, peningkatan tekanan darah, dan banyak berkeringat dingin.
Dalam pengertian psikologikal, terminologi intoksikasi memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan pengertian intoksikasi zat disini. Banyak zat menghasilkan
perubahan fisiologis dan psikologis yang maladaptif. Sebagai contoh, seseorang
dengan takikardi akibat penggunaan kafein yang berlebihan disebut sebagai intoksikasi
fisiologis, tetapi jika ini adalah satu-satunya gejala tanpa adanya perilaku maladaptif
maka intoksikasi kafein tidak dapat digunakan (hal ini sama dengan intoksikasi
nikotin). Perubahan perilaku/ perilaku maladaptif akibat zat tergantung pada sosial
dan lingkungan. Perilaku maladaptif secara umum terjadi pada individu yang secara
bermakna berisiko mengalami efek yang merugikan seperti (seperti kecelakaan,
komplikasi medis umum, rusaknya hubungan sosial dan keluarga, pekerjaan dan
kesulitan financial, dan masalah hokum). Tanda dan gejala intoksikasi dapat terjadi
selama berjam-jam atau berhari-hari selama zat berada dalam cairan tubuh. Hal ini
mungkin disebabkan oleh efek zat dalam konsentrasi kecil di beberapa area otak, atau
efek “hit and run” yang merupakan proses fisiologis, sehingga waktu pemulihan lebih
lama dibandingkan dengan waktu eliminasi zat. Efek ini harus dibedakan dengan gejala
putus zat (contoh: gejala yang diakibatkan oleh turunnya konsentrasi zat dalam darah
atau jaringan).

334
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.3: Keadaan Putus Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. Sindrom khusus zat yang berat dan berlangsung lama yang diakibatkan oleh
penghentian atau pengurangan zat

B. Sindrom khusus zat tersebut secara bermakna menyebabkan distres atau hendaya
sosial, pekerjaan, atau fungsi area penting lainnya.

C. Gejala bukan akibat kondisi medis umum dan tidak terjadi bersamaan dengan
gangguan mental lain.

Gambaran Diagnostik
Kebanyakan (hampir semua) individu dengan putus zat memiliki suges untuk memakai
zat kembali untuk mengurangi gejala. Diagnosis putus zat biasanya berasal dari
kelompok zat:

• Alkohol
• Amfetamin dan zat lain yang berhubungan
• Kokain
• Nikotin
• Opioid, dan
• Hipnotik sedative atau anti cemas
Tanda dan gejala putus zat bervariasi tergantung dari zat yang digunakan, dengan
tampilan gejala berlawanan dengan yang terlihat pada keadaan intoksikasi zat yang
sama. Dosis dan durasi penggunaan serta faktor lainnya seperti ada tidaknya penyakit
lain juga memengaruhi gejala putus zat. Keadaan putus zat terjadi bila dosis dikurangi
atau dihentikan sementara tanda dan gejala intoksikasi akan membaik bila zat dihentikan
(pada beberapa kasus terjadi secara bertingkat).

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

335
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.4: Delirium Akibat Intoksikasi Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. Gangguan kesadaran (contoh. kesadaran berkabut terhadap lingkungan) dengan


penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian

B. Perubahan kognisi (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa)


bukan merupakan akibat demensia (ch. penyakit Alzheimer atau demensia yang
berhubungan dengan trauma otak). (Persepsual adalah suatu proses rekognisi dan
interpretasi dari stimulus sensorik).

C. Gangguan terjadi dalam periode singkat (biasanya dalah jam sampai hari) dan
berkecenderungan untuk berfluktualisasi sepanjang hari.

D. Adanya temuan (1) atau (2) dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium:

(1) Gejala dalam kriteria A dan B terjadi selama intoksikasi zat.


(2) Penggunaan zat merupakan penyebab timbulnya gangguan.

Gambaran Diagnostik
Diagnosis ini merupakan bagian dari diagnosis intoksikasi zat hanya bila gangguan
kognitif berat yang terjadi bersamaan dengan gejala intoksikasi dan dan ketika gejala
yang cukup berat tersebut memerlukan lebih banyak perhatian klinis
Delirium akibat intoksikasi zat dapat terjadi pada golongan zat:

 Alkohol
 Amfetamin dan zat yang berhubungan
 Kanabis
 Kokain
 Halusinogen
 Inhalan, opiod, phencyclidine, dan zat yang berhubungan, dan
 Sedatif, hipnotik, dan anticemas

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition,
Text Revision (Copyright ©2000). American Psychiatric Association.
336
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.5: Demensia yang Menetap Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. Berbagai defisit kognitif dimanifestasikan oleh kedua hal berikut:


(1) Hendaya memori (kegagalan kemampuan untuk mempelajari informasi baru
atau untuk mengingat kembali hal yang baru saja dipelajari)
(2) Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut ini:
(a) Afasia (gangguan berbahasa)
(b) Apraksia (kegagalan kemampuan untuk melakukan kegiatan motorik
meskipun fungsi motorik baik)
(c) Agnosia (kegagalan mengidentifikasi objek meskipun fungsi sensorik tetap
baik)
(d) Gangguan fungsi eksekutif (ch. merencanakan, mengorganisir,
mengurutkan, dan abstraksi)

B. Defisit kognitif dalam kriteria A (1) dan A (2) masing-masing menyebabkan


kegagalan bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dan memperlihatkan
penurunan bermakna dari level fungsi

C. Defisit tidak diakibatkan oleh delirium dan menetap selama durasi intoksikasi atau
putus zat

D. Adanya temuan dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium bahwa defisit
secara etiological berhubungan dengan efek penggunaan zat yang menetap (ch.
penyalahgunaan obat, medikasi)

Gambaran Diagnostik
Demensia yang menetap akibat zat dapat terjadi pada golongan zat:

 Alkohol
 Inhalan
 Sedatif, hipnotik, atau anticemas, atau
 Zat lain atau zat yang tidak diketahui

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

337
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.6: Gangguan Amnestik Akibat Zat

Kriteria Diagnostik:

A. Hendaya memori yang dimanifestasi dengan kegagalan kemampuan untuk


mempelajari informasi baru atau kegagalan untuk mengingat kembali informasi
yang telah dipelajari.

B. Gangguan memori menyebabkan kegagalan bermakna dalam fungsi sosial dan


pekerjaan dan memperlihatkan penurunan bermakna dari level fungsi

C. Gangguan memori tidak terjadi akibat dari delirium atau demensia (seperti yang
dijelaskan dalam halaman penjelasan 5.4 dan 5.5) dan terjadi selama durasi
intoksikasi dan putus zat.

D. Adanya temuan dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium bahwa


gangguan memori secara etiological berhubungan dengan efek penggunaan zat
yang menetap (ch. penyalahgunaan obat, medikasi).

Gambaran Diagnostik
Gangguan amnestik menetap akibat zat dapat terjadi pada golongan zat:

 Alkohol

 Sedatif

 Hipnotik

 Anticemas, dan

 Zat lain atau zat yang tidak dikenal

Gangguan amnestik menetap akibat alkohol terjadi akibat kekurangan vitamin


(terutama vitamin B) yang berhubungan dengan pemakaian alkohol yang berat dan
lama. Gangguan neurologikal seperti:

 Neuropati saraf tepi yang terjadi di luar otak dan sumsum tulang belakang. Saraf ini
membawa informasi ked an dari otan dan dari sumsum tulang belakang ke kesluruh
tubuh. Neuropati saraf tepi adalah beberapa saraf ini mengalami kerusakan dan
tidak bekerja baik);

 Ataksia serebelar (mendadak, pergerakan otot yang tidak terkoordinir akibat


trauma serebelum), dan

 Miopati (adalah penyakit dengan serat otot yang tidak berfungsi, mengakibatkan
kelemahan otot)

338
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan amnestik menetap akibat alkohol yang terjadi akibat kekurangan tiamin/
vitamin B (sindrom Korsakoff) sering diikuti oleh episode akut enselopati We mi eke,
kondisi neurologikal yang dimanifestasi oleh kebingungan, ataksia, abnormalitas
pergerakan mata (gaza palsi, nistagmus), dan tanda neurologikal lain. (Gaze palsi
adalah ketidakmampuan mata untuk melihat objek langsung atau ketidakmampuan
mata untuk bergerak langsung pada saat bersamaan. Nistagmus adalah pergerakan
mata yang cepat dan involunter)

Secara bertahap, manifestasi ini dapat hendaya memori masih bertahan. Jika enselopati
Wernicke diterapi dini dengan thiamin dosis tinggi, gangguan amnestik menetap
akibat alkohol bisa tidak terjadi

Gangguan amnestik menetap akibat alkohol dapat terjadi dalam jangka waktu tidak
terbatas, meskipun gejala membaik, dan pada beberapa kasus dapat menghilang.
Hendaya dapat memberat, dan perawatan seumur hidup dapat diperlukan

Gangguan amnestik menetap akibat hipnotik sedatif dan golongannya dapat terjadi
dalam jangka waktu lama dan berat. Gejala dapat bervariasi dan dapat mencapai remisi
penuh berbeda halnya dengan gangguan amnestik menetap akibat alkohol

339
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.7: Gangguan Psikotik Akibat Zat

Kriteria Diagnostik:

A. Halusinasi atau waham yang menonjol. Catatan: Tidak termasuk halusinasi jika
seseorang memiliki tilikan bahwa mereka diinduksi oleh zat

B. Adanya temuan (1) atau (2) dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium:

(1) Gejala dalam kriteria A terjadi selama, dalam waktu 1 bulan intoksikasi dan
putus zat

(2) Penggunaan zat merupakan penyebab timbulnya gangguan

C. Gangguan tersebut tidak diakibatkan oleh gangguan psikotik yang bukan akibat
zat. Gejala dapat digolongkan gangguan psikotik bukan akibat zat bila:

• Gejala mendahului waktu awitan pemakaian zat/obat

• Gejala menetap pada periode waktu yang jelas (ch.satu bulan) setelah putus
zat akut atau intoksikasi berat, atau gejala yang tampak melebihi efek zat dalam
kaitannya dengan dosis dan lama penggunaannya, atau

• Terdapat gangguan psikotik lain bukan akibat zat (ch. riwayat episode berulang
bukan akibat zat)

D. Gangguan tidak terjadi/bukan bagian dari delirium

Gambaran Diagnostik

Diagnosis ini ditegakkan sebagai bagian dari diagnosis intoksikasi zat atau putus zat
hanya ketika gejala psikotik berhubungan dengan keadaan tersebut, dan ketika gejala
berat yang terjadi memerlukan perhatian klinis yang lebih.

Gangguan psikotik akibat intoksikasi terjadi pada golongan zat:

 Alkohol

 Amfetamin dan zat terkait lainnya

 Kanabis

340
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kokain
 Halusinogen
 Inhalan
 Opioid (mesperidin)
 Phencyclidine dan zat terkait lainnya
 Sedatif, hipnotik, dan anticemas; dan zat lain atau zat yang belum dikenal

Gangguan psikotik akibat putus zat terjadi pada golongan zat:

 Alkohol
 Sedatif, hipnotik, dan anticemas, dan
 Zat lain atau zat yang belum diketahui
Variasi gejala tergantung dari zat yang digunakan. Sebagai contoh, merokok kokain /
alkohol/ sedatif dosis tinggi dapat mengakibatkan psikosis dalam hitungan menit, hari
atau minggu,

• Alkohol: gangguan psikotik dengan halusinasi akibat alkolhol umum terjadi


setelah pemakaian alkohol yang berat dan lama pada seseorang dengan
ketergantungan alkohol. Halusinasi auditorik berupa suara-suara
• Stimulan; gangguan psikotik akibat intoksikasi amfetamin dan kokain
memperlihatkan gambaran klinis yang sama. Waham kejar dapat terjadi segera
setelah penggunaaan amfetamni atau sejenisnya yang bersifat simpatomimetik
(zat yang menghasilkan efek yang mirip dengan neurotransmitter sistem saraf
simpatis. Distorsi tentang bentuk tubuh dan mispersepsi wajah umum terjadi.
Halusinasi berupa kumbang atau cacing dalam/dibawah kulit (formikasi)
mengakibatkan kulit luka akibat garukan, lecet atau lainnya.
• Kanabis: Gangguan psikotik akibat kanabis dapat terjadi segera setelah
pemakaian kanabis dosis tinggi dan menyebabkan timbulnya waham kejar.
Gangguan ini jarang terjadi. Ditandai oleh cemas, emosi labil (emosi yang
sering beralih), depersonalisasi ( perasaan terlepas dari pikiran dan tubuhnya,
dan amnesia. Gangguan ini dapat berkurang dalam waktu satu hari, tetapi
pada beberapa kasus gejala dapat bertahan selama beberapa hari.
Gangguan psikotik akibat zat dapat bertahan saat zat dihentikan. Golongan zat
amfetamin, phencyclidine, dan kokain dilaporkan menimbulkan keadaan psikotik
yang temporer yang kadang menetap selama beberapa minggu atau lebih setelah zat
dihentikan dan telah mendapat obat neuroleptik (antipsikotik). Hal ini sulit dibedakan
dengan gangguan psikotik yang bukan disebabkan zat.

341
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.8: Gangguan Mood Akibat Zat

Kriteria Diagnostik:

A. Gambaran klinis yang didominasi gangguan menonjol dan menetap pada mood
dan dikarakteristikan oleh salah satu hal berikut:
(1) Mood depresi atau sangat berkurangnya minat atau kenikmatan semua atau
sebagian besar aktifitas.

(2) Mood yang meningkat, meluas, atau menjadi mudah tersinggung.

B. Tersedia bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboraturium


menemukan salah satu dari berikut:
(1) Gejala-gejala dalam kriteria A berkembang saat sedang berlangsung atau
dalam jangka waktu satu bulan dari intoksikasi atau putus zat

(2) Penggunaan medikasi berkaitan dengan sebab gangguan tidur.

C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mood yang tidak
diakibatkan zat. Bukti gejala-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
kecemasan yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:

• Gejala-gejalanyanya muncul lebih awal dari awitan penggunaan zat (atau


medikasi).
• Gejala-gejalanya menetap untuk jangka waktu yang memadai (mis., sekitar satu
bulan) setelah berhentinya putus zat akut atau intoksikasi berat atau melebihi
dari apa yang diharapkan dari akibat suatu jenis atau jumlah zat yang digunakan
atau durasi penggunaan: atau
• Terdapat bukti lain yang menunjukkan keberadaan suatu gangguan tidur yang
tidak diakibatkan zat (mis., sejarah berulangnya episode yang tidak diakibat
zat).
D. Gangguan tidak hanya terjadi saat delirium sedang berlangsung.

E. Gangguan tidur menyebabkan distres dan hendaya klinis signifikan dalam fungsi
sosial, okupasi, dan area penting lainnya.

Gambaran Diagnostik
Diagnosa gangguan kecemasan akibat zat harus lebih dipilih daripada diagnosis
intoksikasi zat atau putus zat, hanya ketika gejala-gejala kecemasannya dinilai telah
berlebihan dari yang biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi atau putus zat dan ketika
gejalanya telah cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.

342
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan mood dapat terjadi selama intoksikasi dengan golongan zat berikut:

 Alkohol;
 Amfetamin danzat terkait lainnya;
 Kokain;
 Halusinogen;
 Inhalan;
 Opioid;
 Phencyclidinedan zat terkait lainnya; dan
 Sedatif, hipnotik, dan anxiolytics (anti cemas); dan
 Zat lain atau zat belum diketahui.

Gangguan mood dapat terjadi berkaitan dengan putus obat dari golongan zat berikut:

 Alkohol;
 Amfetamin dan zat terkait lainnya;
 Kokain;
 Sedatif, hipnotik, dan anxiolytics (anti cemas); dan
 Zat lain atau zat belum diketahui.

343
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.9: Gangguan Kecemasan Akibat Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. Gambaran klinis didominasi dengan kecemasan yang menonjol, serangan panik,


atau obsesi atau kompulsif.

B. Tersedia bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboraturium


menemukan salah satu dari berikut:
(1) Gejala-gejala dalam kriteria A berkembang saat sedang berlangsung atau
dalam jangka waktu satu bulan dari intoksikasi atau putus zat

(2) Penggunaan medikasi berkaitan dengan sebab gangguan tidur.

C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan kecemasan yang


tidak diakibatkan zat. Bukti gejala-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan
gangguan kecemasan yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:

• Gejala-gejalanyanya muncul lebih awal dari awitan penggunaan zat (atau


medikasi);
• Gejala-gejalanya menetap untuk jangka waktu yang memadai (mis., sekitar satu
bulan) setelah berhentinya putus zat akut atau intoksikasi berat atau melebihi
dari apa yang diharapkan dari akibat suatu jenis atau jumlah zat yang digunakan
atau durasi penggunaan: atau
• Terdapat bukti lain yang menunjukkan keberadaan suatu gangguan tidur yang
tidak diakibatkan zat (mis., sejarah berulangnya episode yang tidak diakibat
zat).
D. Gangguan tidak hanya terjadi saat delirium sedang berlangsung.

E. Gangguan tidur menyebabkan distres dan hendaya klinis signifikan dalam fungsi
sosial, okupasi, dan area penting lainnya.

Gambaran Diagnostik
Diagnosa gangguan kecemasan akibat zat harus lebih dipilih daripada diagnosis
intoksikasi zat atau putus zat, hanya ketika gejala-gejala kecemasannya dinilai telah
berlebihan dari yang biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi atau putus zat dan ketika
gejalanya telah cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

344
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan kecemasan dapat terjadi selama intoksikasi dengan golongan zat berikut:

 Alkohol;
 Amfetamindan zat terkait lainnya;
 Kafein;
 Kanabis;
 Kokain;
 Halusinogen;
 Inhalan;
 Phencyclidinedan zat terkait lainnya;
 Zat lain atau zat belum diketahui.
Gangguan kecemasan dapat terjadi berkaitan dengan putus obat dari golongan zat
berikut:

 Alkohol;
 Kokain;
 Sedatif, hipnotik, dan anxiolytic (anti cemas); dan
 Zat lain atau zat belum diketahui.

345
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.10: Disfungsi Seksual Akibat Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. A. Disfungsi seksual signifikan secara klinis yang ditandai dengan gambaran klinis
yang didominasi distres dan kesulitan interpesonal.

B. B. Tersedia bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboraturium


menemukan bahwa disfungsi seksual dapat dijelaskan oleh penggunaan zat yang
bermanisfestasi dengan salah satu dari berikut:
(1) Gejala-gejala dalam kriteria A berkembang saat sedang berlangsung atau
dalam jangka waktu satu bulan dari intoksikasi zat.

(2) Penggunaan medikasi berkaitan dengan sebab gangguan.

C. C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan seksual yang tidak
diakibatkan zat. Bukti gejala-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
tidur yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:

• Gejala-gejalanyanya muncul lebih awal dari awitan penggunaan zat atau


penyalahgunaan (atau penggunaan medikasi);
• Gejala-gejalanya menetap untuk jangka waktu yang memadai (mis., sekitar satu
bulan) setelah berhentinya intoksikasi atau melebihi dari apa yang diharapkan
dari akibat suatu jenis atau jumlah zat yang digunakan atau durasi penggunaan:
atau
• Terdapat bukti lain yang menunjukkan keberadaan suatu gangguan tidur yang
tidak diakibatkan zat (mis., sejarah berulangnya episode yang tidak diakibatkan
zat).

Gambaran Diagnostik
Diagnosa ini harus lebih dipilih daripada diagnosis intoksikasi zat hanya ketika gangguan
seksualnya dinilai telah berlebihan dari yang biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi
dan ketika gejalanya telah cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.
Gangguan seksual dapat terjadi selama intoksikasi dengan golongan zat berikut:

 Alkohol;
 Amfetamin dan stimulan lainnya;
 kokain;

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

346
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Opioid;
 Sedatif, hipnotik, dan anxiolitik (anti cemas); dan
 Zat lain atau zat yang belum diketahui.
Intoksikasi akut, penyalahgunaan kronis, atau ketergantungan zan telah dolaporkan
menurunkan minal sks dan menyebabkan gangguan gairah seksual pada pria dan
wanita.
Pengalaman klinis saat ini dengan kuat menunjukkan bahwa disfungsi seksual akibat
zat umumnya tergeneralisasi (mis., tidak terbatas pada beberapa jenis stimulasi, situasi,
atau pasangan).

347
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.11: Gangguan Tidur Akibat Zat1

Kriteria Diagnostik:

A. Gangguan tidur menonjol yang cukup berat sehingga layak mendapatkan


perhatian klinis lebih banyak.

B. Tersedia bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboraturium


menemukan salah satu dari berikut.
(1) Gejala-gejala dalam kriteria A berkembang saat sedang berlangsung atau
dalam jangka waktu satu bulan dari intoksikasi atau putus zat.

(2) Penggunaan medikasi berkaitan dengan sebab gangguan tidur.

C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan tidur yang tidak
diakibatkan zat. Bukti gejla-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
tidur yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:

• Gejala-gejalanyanya muncul lebih awal dari awitan penggunaan zat (atau


medikasi);
• Gejala-gejalanya menetap untuk jangka waktu yang memadai (mis., sekitar satu
bulan) setelah berhentinya putus zat akut atau intoksikasi berat atau melebihi
dari apa yang diharapkan dari akibat suatu jenis atau jumlah zat yang digunakan
atau durasi penggunaan: atau
• Terdapat bukti lain yang menunjukkan keberadaan suatu gangguan tidur yang
tidak diakibatkan zat (mis., sejarah berulangnya episode yang tidak diakibat
zat).
D. Gangguan tidak hanya terjadi saat delirium sedang berlangsung.

E. Gangguan tidur menyebabkan distres dan hendaya klinis dalam fungsi sosial,
okupasi, dan area penting lainnya secara signifikan.

Gambaran Diagnostik
Diagnosa gangguan tidur akibat zat harus lebih dipilih daripada diagnosis intoksikasi
zat atau putus zat, hanya ketika gangguan tidurnya dinilai telah berlebihan dari yang
biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi atau putus zat dan ketika gejalanya telah
cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.
Gangguan tidur akibat zat umumnya banyak terjadi selama intoksikasi dengan
golongan zat berikut:

 Alkohol;
 Amfetamin dan zat turunannya;

1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

348
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kafein;
 Kokain;
 Opioid; dan
 Sedatif, hipnotik, and anxiolitik (anti cemas).

Gangguan tidur akibat zat dapat juga terjadi berkaitan dengan putus obat dari
golongan zat berikut:

 Alkohol;
 Amfetamin and stimulan lain;
 Kokain;
 Opioid; dan
 Sedatif, hipnotik, and anxiolitik (anti cemas).

Alkohol
Gangguan tidur akibat alkohol biasanya terjadi sebagai jenis insomnia. Selama intoksikasi
akute, umumnya alkkohol menghasilkan efek sedatif dengan segera, dengan sebuah
period peningkatan rasa kantuk dan berkurangnya keterjagaan selama 3 sampai 4 jam.
Mengikuti efek-efek awal ini, seseorang mengalami peningkatan keterjagaan, tidur
yang gelisah, dan (seringkali) mimpi yang terasa nyata dan sarat kecemasan untuk sisa
periode tidur. Alkohol dapat memperburuk gangguan tidur terkait pernapasan dengan
meningkatkan jumlah kejadian apnea obstruktif (jeda pernapasan yang tidak normal).
Selama putus alkohol berlangsung, tidur akan sangat terganggu. Seseorang biasanya
mengalami kesinambungan tidur yang amat terganggu (sering terbangun), disertai
dengan peningkatan jumlah dan intensitas dari tidur REM (rapid eye movement). Ini
sering disertai juga dengan peningkatan jumlah mimpi yang terasa nyata dan dalam
beberapa contoh yang ekstrim merupakan bagian dari delirium putus alkohol. Setalah
putus zat akut, seorang pengguna alkohol kronis mungkin akan terus mengeluh
akan tidur ringan yang terpotong-potong selama berminggu-minggu atau bertahun-
tahun. Studi tidur menggunakan EEG mengkonfirmasikan kekurangan tidur dengan
gelombang-lambat yang persisten dan gangguan kesinambungan tidur yang juga
persisten dalam kasus-kasus ini.

Amfetamin and Stimulan lainnya


Gangguan tidur akibat amfetamin dikarakteristikan dengan insomnia selama intoksikasi
dan dengan hipesomnia (kantuk berlebihan disiang hari) selama putus zat. Saat periode
intoksikasi berlangsung, amfetamin mengurangi jumlah total tidur dan meningkatkan
latensi tidur (waktu yang diperlukan sejak mulainya periode tidur siang sampai ke tanda
tidur yang pertama), peningkatan gerak tubuh, dan penurunan tidur REM.
Saat putus zat dari penggunaan amfetamin kronis berlangsung, seseorang umumnya
mengalami hipersomnia (kantuk berlebihan), dengan durasi tidur nokturnal (tidur
malam) dan rasa kantuk berlebihan disiang hari.

349
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kafein
Gangguan tidur akibat kafein umunya membuat insomnia, meskipun beberapa
individu mungkin mengeluh hipersomnia dan rasa kantuk disiang hari pada saat putus
zat. Kafein membuat efek ketergantungan jumlah, meningkatnya jumlah menyebabkan
peningkatan keterjagaan dan penurunan kesinambungan tidur.
Putus zat tiba-tiba dari penggunaan kafein kronis dapat membuat hipersomnia (kantuk
berlebihan). Beberapa individu juga dapat mengalami hipersomnia antara dosis kafein
disiang hari, sejalan dengan menurunnya efek stimulan kafein.

Kokain
Seperti stimulan lain, kokai umunya membuat insomnia saat intoksikasi akut dan
hipersomnia saat putus zat. Saat intoksikasi akut, jumlah total tidur mungkin berkurang
dastik, dengan hanya periode tidur pendek yang sangat terganggu. Sebaliknya, putus
zat setelah penggunaan zat umumnya adalah durasi tidur yang sangat berlebihan.

Opioid
Saat penggunaan jangka pendek akut (beberapa minggu sampai beberapa bulan),
opioid biasanya membuat peningkatan rasa kantuk dan kedalaman tidur secara
subyektif. Tidur REM (tahap ketika mimpi terjadi) umumnya berkurang dengan
penggunaan opioid, durasi keterjagaan atau tidur secara umum tidak banyak berubah.
Dengan penggunaan berlanjut, banyak individual yang mengalami peningkatan
toleransi terhadap efek sedatif opioid dan mungkin mulai mengeluhkan insomnia
(keterjagaan dan berkurangnya waktu tidur). Putus zat dari opioid umumnya disertai
keluhan hipersomnia, meskipun hanya sedikit penilitian yang mendokumentasikan hal
ini.

Sedatif, hipnotik, dan medikasi anti-cemas


Zat dalam golongan ini (mis., barbiturat, benzodiazepines, meprobamate, glutethimide,
and methyprylon) memiliki efek yang mirip tetapi tidak sama persis terhadap tidur. Saat
intoksikasi akut, obat sedatif dan hipnotik menghasilkan peningkatan rasa kantuk dan
penurunan keterjagaan yang diharapkan. Penggunaan kronis (terutama barbiturat dan
zat nonbarbiturat, bonbenzodiazepine jenis lama) dapat menimbulkan toleransi yang
menyebabkan kembalinya insomnia. Jika seseroang meningkatkan dosis, hipersomnia
pada siang hari dapat terjadi. Zat sedatif-hipnotik dapat memperburuk gangguan tidur
terkait pernapasan dengan meningkatkan frekuensi dan keparahan kejadian henti
napas (apnea) akibat sumbatan saat tidur.
Pemutusan penggunaan sedatif-hipnotik kronis secara tiba-tiba dapat membuat
munculnya gejala putus zat berupa insomnia. Umumnya, zat sedatif-hipnotik dengan
reaksi berdurasi pendek lebih mungkin dikeluhkan membuat insomnia putus zat,
sedangkan jenis yang memiliki reaksi berdurasi lebih lama seringkali dikaitkan dengan
hipersomnia disiang hari saat penggunaan aktif. Namun, zat sedatif-hipnotik manapun
secara potensial dapat menyebabkan sedasi disiang hari atau insomnia putus zat.

350
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.12: Gangguan Persepsi Menetap
Akibat Halusinogen (Kilas Balik)1

Kriteria Diagnostik:

A. Munculnya satu atau dua gejala persepi yang mengikuti berhentinya penggunaan
halusinogen seperti yang dialami ketika intoksikasi halusinogen, misalnya:

• Halusinasi geometri (melihat pola geometri dan bentuk yang tidak nyata di
lingkungan);
• Persepsi gerakan yang salah dalam bagian visual tepi;
• Kilas-kilasan warna (Flashes of color);
• Warna terlihat sangat mencolok (Intensified colors);
• Melihat gambar lintasan benda bergerak;
• Pasca-citra positif/Positive afterimages [bayangan berwarna sama atau
berwarna komplementer dari sebuah benda setelah benda sudah tidak berada
ditempat itu];
• Melihat halos (lingkaran bercahaya) di sekitar benda;
• Makropsia (gangguan persepsi visual dimana benda terlihat lebih besar dari
ukuran sebenarnya); dan
• Mikropsia (gangguan persepsi visual dimana benda terlihat lebih kecil dari
kuran sebenarnya).
B. Gejala-gejala dalam kriteria A menyebabkan distres atau hendaya klinis di fungsi
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.

C. Gejala-gejalanya bukanlah akibat dari kondisi medis umum (mis., lesi anatomi dan
infeksi otak, epilepsi visual) dan tidak dapat dijelaskan gangguan mental lain (mis.,
delirium, demensia, schizophrenia) atau halusinasi hypnopompic (keadaan semi-
sadar sebelum sadar total).

Gambaran Diagnostik
Persepsi abnormal yang berkaitan dengan gangguan menetap akibat halusinogen
terjadi secara episodik dan mungkin akibat oleh diri sendiri (mis., dengan berpikir
mengenai hal itu) atau dipicu oleh lingkungan gelap, beragam zat, kecemasan atau
fatigue, atau stresor lain.
Episode-episode umumnya mereda setelah beberapa bulan tapi dapat bertahan lebih
lama. Kemampuan untuk menilai realitas tetap baik (mis., seseorang menyadari bahwa
persepsi itu adalah efek Narkoba yang tidak menggambarkan realita). Sebaliknya, jika
seseorang memiliki interpretasi delusional mengenai akibat dari gangguan persepsi,
diagnosa yang tepat adalah gangguan psikotik yang yang tidak tergolongkan.
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.

351
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat, Rangkuman
 Pengaruh toksik zat yang digunakan oleh klien dapat terlihat seperti gangguan
mental yang dapat menyulitkan identifikasi penyebab dari perilaku tertentu.

 Namun, gangguan mental akibat zat (GMAK) sangat berbeda dengan gangguan
mental yang terjadi bersamaan dengan GPZ. Seluruh atau sebagian besar gejala
dari GAK adalah akibat langsung dari penggunaan zat.

 GMAK dapat diidentifikasi dengan gejala-gejala unik yang terjadi pada suatu waktu
spesifik yang membuatnya kemungkinan besar adalah akibat dari penggunaan zat,
penyalahgunaan zat, intoksikasi zat, atau putus zat daripada sebuah gangguan
mental lain, meskipun mungkin terdapat gangguan mental tambahan yang tidak
diakibatkan oleh zat.

 Gejala-gejala GMAK dapat mulai dari kecemasan ringan dan depresi (yang paling
umum bagi semua zat) sampai kepada gejala manik lengkap atau reaksi psikotik
(lebih jarang terjadi).

 “Prinsip jungkat-jungkit”1 (sesuatu yang naik pasti akan turun) sangat membantu
memprediksikan jenis gejala yang disebabkan oleh putus obat dari suatu zat. Ini
terjadi karena putus zat biasanya menghasilkan gejala-gejala yang berlawanan
dengan efek zat tersebut. Misalnya:

• Gejala putus zat akut dari depresan seperti alkohol dan benzodiazepine adalah
hiperaktifitas, tekanan darah meningkat, agitasi, dan kecemasan (gemetaran);
dan

• Gejala putus zat dari stimulan adalah fatigue dan depresi.

 Namun, prediksi dari gejala terkait-zat tertentu memiliki batasan-batasan karena:

• Klien-klien memiliki respon yang beragam pada intoksikasi dan putus zat pada
jenis zat yang sama; dan

• Klien seringkali menggunakan beberapa zat pada saat yang sama.

 Penting untuk terus mengevaluasi gejala gangguan mental dan hubungannya


dengan abstinensia atau berlangsungnya penggunaan zat disepanjang waktu.
Banyak gejala akibat zat untuk gangguan mental mulai berkembang dalam
hitungan jam atau hari setelah penggunaan zat dihentikan.

 Terdapat beberapa pengecualian. Beberapa gejala akibat zat dapat bertahan


selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Misalnya:

• Gejala-gejala psikotik yang disebabkan penyalahgunaan-amfetamin parah dan


lama; dan

1 Center for Substance Abuse Treatment. (2005). Substance abuse treatment for persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement
Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.

352
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Demensia (masalah dengan memori, konsentrasi, dan penyelesaian masalah)
yang disebabkan oleh penggunaan zat yang secara langsung meracuni otak
(seperti alkohol, beberapa inhalansia, dan amfetamin).
 Meskipun GMAZ memiliki efek-efek negatif sendiri, perlu diingat bahwa terkadang
zat dapat menutupi gejala-gejala dari sebuah gangguan mental utama.
 Situasi ini berpotensi membahayakan. Sejalan dengan sistim tubuh klien bersih
dari zat, klien mungkin mengalami krisis perilaku akibat munculnya gejala-gejala
dari gangguan mental yang tertutupi. Tentunya, efek menutupi ini juga dapat
menunda pemberian perawatan yang memadai untuk gangguan mental tersebut.
 Konselor harus tetap waspada pada gejala-gejala yang muncul sejalan dengan
klien menjadi abstinen.
 Lihat Halaman Penjelasan 5.2—5.12 untuk deskripsi lebih lanjut mengenai
gangguan akibat zat.

353
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
MODUL 6
GANGGUAN MEDIS YANG UMUM TERJADI PADA
GANGGUAN KO-OKURING

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 355


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 355
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 356
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 398

355
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 6 5 menit
Presentasi: Tiga Jenis Gangguan Medis yang Umum Terjadi pada
30 menit
Gangguan Ko-Okuring
ISHOMA 15 menit
Latihan Kelompok Kecil: Insiden dan Sumber yang dapat di Komunitas 25 menit

Modul 6 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Menjelaskan ikhtisar mengenai tiga gangguan medis yang umum pada GKO; dan
 Memberikan kesempatan pada partisipan untjk mendiskusikan bagaimana
gangguan medis ko-okuring dapat terjadi pada GPZ dan komunitas.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 6 akan mampu untuk:

 Menjelaskan tiga gangguan medis yang umum pada GKO


 Menjelaskan hubungan ketiga gangguan tersebut dengan GPZ
 Mendiskusikan insiden dan sumber layanan yang dapat diakses untuk ketiga
gangguan tersebut dalam komunitasnya.

357
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Ko-Okuring Gangguan Medis

 Hiv/ AIDS
 Hepatitis
 Tuberkulosis (TB)

5.2

358
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Prioritas PBB

 UNODC memiliki daftar 6 tantangan yang


berhubungan dengan penggunaan dan
ketergantungan zat yang dapat merusak
ketentraman dunia, perkembangan, kesehatan
dan kohesi sosial
 HIV, hepatitis, dan TBC terdapat dalam daftar
tersebut

UNODC Commission on Narcotic Drugs. (2010). New challenges, strategies, and programmes in demand reduction
(pp. 1‒2). Geneva: Author. Retrieved February 27, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/
CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
5.3

359
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Modul 6 Objektif Pembelajaran

 Menjelaskan 3 gangguan medis yang umum


terjadi secara ko-okuring
 Menjelaskan hubungan setiap gangguan dengan
GPZ
 Mendefinisikan resistensi obat
 Mendiskusikan insiden dan sumber yang dapat
diakses yang berkaitan dengan gangguan medis
tersebut dalam komunitas di sekitar kita

5.4

Terminologi HIV/ AIDS

 HIV= Human Immunodeficiency Virus. HIV


menyerang sel T dan CD 4
 Sel T= golongan sel darah putih yang menyokong
simtem pertahanan tubuh
 Kehilangan sel CD 4 = penurunan kemampuan
untuk melawan infeksi
 Penghitungan CD 4 = jumlah sel CD 4 dalam
sampel darah
 AIDS = Acquired Immunodeficiency Syndrome =
Sindrom Penurunan Kekebalan Tubuh

5 5.5

360
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Transmisi HIV

 Transmisi / Perpindahan HIV dari seseorang ke


orang yang lain adalah melalui cairan tubuh:
- darah
- cairan sperma
- cairan kelamin
- ASI
 Pemakaian bersama jarum suntik dan kegiatan
seksual yang tidak aman pada mereka yang
terinfeksi merupakan jalur penyebaran HIV yang
paling umum

6 5.6

361
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Transmisi HIV

 HIV tidak dapat bertahan diluar tubuh


 HIV tidak dapat berpindah melalui kegiatan rutin
seperti duduk di toilet, berbagi tempat makan dan
minum, berjabatan tangan dan berciuman
 Virus dapat berpindah hanya dari orang ke orang,
bukan melalui hewan atau gigitan serangga
 Orang yang terinfeksi HIV yang mendapatkan terapi
anti-retroviral masih dapat menginfeksi orang lain
melalui pemakaian bersama jarum suntik, kegiatan
seksual yang tidak aman, dll
5.7

Gejala Dini HIV

 Fase pertama infeksi HIV: sedikit atau bahkan tidak


memperlihatkan gejala
 Dalam 1-2 bulan setelah terinfeksi, dapat terjadi:
 Demam
 Sakit kepala
 Lelah dan lesu
 Pembesaran kelenjar limfa di leher dan lipat paha
Gejala dapat menghilang dalam 1minggu-1 bulan dan
sering salah didiagnosis sebagai flu
Individu dalam periode ini berpotensi tinggi untuk
menularkan
5.8

362
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala Lanjut HIV

 Kehilangan berat badan secara cepat


 Demam berulang atau keringat malam berlebihan
 Kelelahan yang ekstrim dan tanpa sebab
 Pembengkakan kelenjar limfa di lipat ketiak, lipat
paha atau leher dalam waktu yang lama
 Diare minimal/lebih dari 1 minggu

5.9

363
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gejala Lanjut HIV

 Luka di mulut, anus, atau alat kelamin


 Pneumonia
 Bercak kemerahan, coklat, atau ungu di bawah
kulit atau didalam mulut, hidung atau kelopak
mata
 Kehilangan memori, depresi dan gangguan
neurologis lain

5.10

Gejala HIV

 Setiapgejala yang timbul dapat disebabkan oleh


penyakit lain
 Satu-satunya cara untuk menentukan apakah
seseorang terinfeksi virus HIV adalah dengan
melakukan tes deteksi virus tersebut

5.11

364
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala dan Transmisi HIV

 Gejala dapat bermanifestasi setelah bertahun-tahun


 Penularan terjadi pada berbagai tahapan infeksi HIV
 Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat dengan
cara:
- deteksi dini pada fase awal
- memulai terapi sebelum gejala bermanifestasi
Terapi saat ini hanya mampu mempertahankan
hidup seseorang (bukan menghilangkan) risiko
penularan

5.12

365
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Terapi HIV: HAART

 Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART)


diberikan sejak 1996
 Menggunakan 3 atau lebih regimen obat anti HIV
yang diminum setiap hari untuk mencegah
pengurangan dan perusakan sel

5.13

Terapi HIV: HAART

 Obatantiretroviral membantu seseorang untuk:


- melawan infeksi dan kanker
- memperlambat timbulnya gejala AIDS
- memperpanjang hidup sehat

5.14

366
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terapi HIV: Kapan dimulai

 Terapi dimulai saat seseorang:


- jumlah CD 4 kurang dari 500 sel/mm darah;
terkadang dimulai lebih awal bila pasien
termotivasi untuk mendapatkan terapi
- hamil (terlepas dari berapapun jumlah CD 4)
- memiliki gejala AIDS atau masalah kesehatan
lain yang serius

U.S. Department of Health and Human Services. (2011). AIDSinfo fact sheets. Author. Retrieved
February 2, 2012, from http://www.aidsinfo.nih.gov/ContentFiles/
HIVandItsTreatment_cbrochure_en.pdf
5.15

367
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Resistensi Obat

 Bakteri/virus(seperti HIV) dapat tetap tumbuh


meski telah mendapatkan terapi/bahan kimia
 Pada kasus HIV, resistensi obat sering terjadi
karena kemampuan virus untuk bermutasi
sehingga menjadi resisten terhadap beberapa
obat

5.16

Prinsip Pemberian Medikasi HIV

• Melakukan tes resistensi obat

• Monitor terapi yang sukses/nyaman

• Mengganti medikasi bila diperlukan

• Mengulang proses

HIV Resistance Response Database Initiative. (n.d.). Selecting and changing HIV treatments. Retrieved 5.17
January 18, 2012, from http://www.hivrdi.org/selecting-and-changing-hiv-treatments.htm

368
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak luas HIV

 Terapi antiretroviral tidak selalu tersedia

WHO. (n.d.). Antiretroviral therapy. Retrieved January 15, 2012, from http://www.who.int/
hiv/topics/treatment/en/index.html

5.18

369
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Dampak luas HIV

 2009; 33,3 juta orang didunia terinfeksi virus HIV


 Setiap tahunnya 2.8 juta orang terinfeksi virus
 Setiap tahunnya 1.8 juta orang meninggal karena
AIDS

Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2010). UNAIDS report on the global AIDS epidemic: 2010 (p. 21). Geneva:
Author. Retrieved August 11, 2011, from http://www.unaids.org/globalreport/documents/20101123_GlobalReport_full_en.pdf

AVERTing HIV and AIDS. (2011). Worldwide HIV and AIDS statistics. West Sussex, UK: Author. Retrieved August 20, 2011, from
http://www.avert.org/worldstats.htm

5.19

Dampak luas HIV

 10 % infeksi HIV terjadi akibat penggunaan zat


yang disuntik
- diluar Saharan Afrika, 30% terjadi akibat injeksi
- estimasi bahwa 3 juta terinfeksi HIV dari 15,9
juta orang yang menggunakan zat dengan
disuntikkan

UNODC. (2010). Facts about drug use and the spread of HIV. Geneva: Author. Retrieved February 2, 2012,
from http://www.unodc.org/documents/frontpage/Facts_about_drug_use_and_the_spread_of_HIV.pdf

5.20

370
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV

 Terdapat perbedaan penting antara pria dan


wanita:
- terkait mekanisme infeksi HIV/AIDS
- konsekuensi sosial dan ekonomi dari HIV/AIDS

21 5.21

371
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV

 Perbedaan biologis
 Perbedaan perilaku seksual
 Perbedaan menyangkut aturan sosial,budaya
dan tanggung jawab
 Perbedaan tingkatan untk mengakses sumber
dan kekuatan untuk membuat keputusan

5.22

Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV

 Tidak ada perbedaan bermakna mengenai angka


prevalensi HIV antara pria dan wanita
 Wanita muda (usia 15-24 tahun) memperlihatkan
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria
pada usia yang sama

5.23

372
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV

 Penelitian awal memperlihatkan bahwa wanita


lebih mudah mengidap HIV dibandingkan laki-laki
 Kemungkinan ini berhubungan dengan jumlah
virus, bukan akibat perbedaan jenis kelamin

5.24

373
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Isu Kehamilan dan Hubungannya dengan Anak

 Di negara berkembang, tingginya risiko kematian


bayi berhubungan dengan ibu yang mengalami
infeksi HIV
 Komplikasi kehamilan seperti: perdarahan,
membuat wanita lebih mudah terinfeksi HIV
karena menerima transfusi darah
 HIV juga dapat ditularkan melalui ASI

5.25

Isu Kehamilan dan Hubungannya dengan Anak

 Ibuyang menghentikan pemberian ASI pada


bayinya akan:
- mengurangi risiko penularan HIV kepada anak
- menyebabkan bayi sakit karena pemberian air
yang tidak bersih hingga terjadi malnutrisi
Menggunakan petunjuk baku akan membuat
orang lebih peduli pada status, stigma dan
diskrimasi terhadap HIV

5.26

374
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Norma Jender/ Jenis Kelamin

 Norma yang menyangkut jenis kelamin dapat


meningkatkan risiko terinfeksi HIV, terutama pada
anak muda
 Studi internasional memperlihatkan bahwa:
 Minimnya pengetahuan yang dimiliki wanita muda
terkait tubuh mereka, kontrasepsi, dan infeksi yang
ditularkan melalui seksual
 Terdapat kekhawatiran untuk dilabel sebagai pelaku
seksual aktif bila mencari informasi menyangkut
seks/ kondom
WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author.
Retrieved January 20, 2012, from http://whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf
5.27

375
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Kekerasan

 Kekerasan pada wanita akan meningkatkan


risiko untuk terinfeksi:
- pelecehan atau pemerkosaan
- anjuran untuk menggunakan kondom sebagai
pengaman adalah salah satu bentuk pencegahan

5.28

Akses Gender dan Layanan Kesehatan

 Program kesehatan tampaknya lebih terbatas


pada wanita
 Penelitian UNAIDS memperlihatkan bahwa:
 Pria dengan HIV lebih banyak ditanya mengenai
bagaimana cara terinfeksi dan penatalaksanaannya
 Wanita sering dituduh memiliki kegiatan seksual
diluar pernikahan dan mendapatkan layanan/
perawatan yang kurang memadai

WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author.
Retrieved January 20, 2012, from http://whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf
5.29

376
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Apa yang Dapat Dilakukan Konselor GPZ?

 Memberikan edukasi mengenai:


- pencegahan HIV secara seksual
- pengertian yang salah terkait penularan HIV
 Mendorong klien untuk patuh dalam mengobati
HIV

5.30

377
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Latihan Kelompok Kecil: HIV

 Diskusiselama 10 menit mengenai 3 pertanyaan:


- Apa insiden HIV/AIDS dalam komunitas Anda?
- Apa sumber di komunitas Anda terkait dengan
rujukan dan penatalaksanaan ODHA?
- Apakah anda melihat perbedaan pria dan
wanita yang mendapatkan terapi HIV dalam
komunitas Anda?

5.31

ISHOMA
15 menit

5.32

378
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Tuberkulosis (TB)

 Penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mycobakteria
- biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat
berdampak pada bagian tubuh lain
- penularan dengan perantaraan batuk, bersin
atau paparan air liur orang yang terinfeksi
 Karena TBC menular melalui udara, maka perlu
dilakukan skrining atau terapi pada mereka yang
kontak dengan pasien
5.33

379
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gejala

 Batuk kronis disertai riak bercampur darah


 Demam
 Keringat malam
 Kehilangan berat badan
 Berbagai gejala infeksi dari organ dalam lain

5.34

Infeksi Tuberkulosis

 10% infeksi TB bersifat aktif, yang apabila tidak


diobati dengan baik akan mengakibatkan
kematian hingga 50%

5.35

380
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diagnosis dan Penatalaksanaan

 Diagnosis:
- Rontgen dada (toraks)
- tes kulit TB
- pemeriksaan mikroskopis dari cairan tubuh
 Terapi sulit,karena:
- memerlukan pengunaan variasi antibiotik
dalam jangka waktu yang lama
- adanya masalah resistensi antibiotik

5.36

381
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Kasus TB

 1/3 dari populasi seluruh dunia terinfeksi TB


 Tiap 1 menit terjadi infeksi baru:
- tahun 2007, estimasi 14 juta kasus kronik aktif,
9 juta kasus baru, dan 2 juta meninggal
- kurang lebih 80 % populasi di Asia dan Afrika
memiliki hasil tes yang positif

WHO. (2010). Tuberculosis: Fact sheet number 104. Geneva: Author. Retrieved July 26, 2011, from
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/
Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Michell, R. N. (2007). Robbins basic pathology (8th ed).
Philadelphia: Elsevier.
5.37

Hubungan antara TB dan GPZ

 59% dari mereka yang menggunakan zat


dinyatakan terinfeksi TB
 Penggunaan zat dalam jangka panjang dan usia
yang lebih tua sering berkaitan dengan TB

5.38

382
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Obat yang Resisten Terhadap TB

 Obat yang resisten terhadap TB merupakan


masalah kesehatan utama saat ini
 Pemakaian antibiotik yang tidak sesuai aturan
adalah penyebab utama timbulnya resistensi

5.39

383
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Bagaimana TB menjadi Resisten
Terhadap Obat?

 Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan


pada pasien yang dicurigai mengidap TB:
- pemberian terapi yang tidak sesuai aturan oleh
pekerja kesehatan
- kegagalan mendorong pasien untuk
menyelesaikan program terapi
 Resistensi TB juga terjadi akibat kurangnya
kontrol terhadap program kesehatan

5.40

Kombinasi Obat untuk TB yang Resisten

 Penggunaan kombinasi obat digunakan saat


obat-obatan lini pertama tidak diberikan menurut
aturan yang berlaku
 Pemakaian obat-obat lini kedua dapat memakan
waktu yang lebih lama dan membutuhkan biaya
yang lebih mahal
 Obat lini kedua juga memiliki lebih banyak efek
samping

5.41

384
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Obat Ekstensif untuk TB yang Resisten?

 Terdapat obat-obat ekstensif untuk


menatalaksana TB yang telah resisten
 Pada kasus ini, obat lini kedua tidak memberi
efek yang diinginkan
 Pilihan terapi ini sangat terbatas
 Masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut
sehubungan dengan obat ekstensif ini

5.42

385
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Masalah Terkait dengan GPZ

 Dengan GPZ:
- berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh
- cenderung ditegakkan diagnosisnya lebih
lambat karena sedikitnya akses untuk
mendapatkan layanan kesehatan
- TB yang tidak ditatalaksana dengan baik
akan menyebabkan masalah resistensi terapi
- Tingginya angka penularan penyakit

Oeltmann, J. E., Kammerer, S., Pevzner, E, S., & Moonan, P. K. (2009). Tuberculosis and substance
abuse in the United States, 1997–2006. Archives of Internal Medicine, 169(2), 189–197. Retrieved
August 20, 2011, from http://archinte.ama-assn.org/cgi/content/abstract/169/2/189 5.43

Konselor dapat Membantu

 Memberikan edukasi mengenai penyakit


 Membantu klien menghadapi masalah terkait
dengan kepatuhan terapi
 Memberikan kontribusi dalam masyarakat terkait
dengan masalah kesehatan

5.44

386
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Latihan Kelompok Kecil: TB

 Diskusi selama 7 menit mengenai 2 pertanyaan


berikut:
 InsidenTB apa yang ada dalam komunitas Anda?
 Sumber rujukan dan terapi apa yang tersedia dalam
komunitas Anda terkait dengan TB ini?

5.45

387
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
ISHOMA
60 Menit

5.46

Hepatitis

 Hepatitis adalah infeksi virus yang ditandai


dengan adanya inflamasi (peradangan) pada
hati
 Jenis Hepatitis adalah tipe A, B, C, D, E
 Hepatitis yang umum terjadi adalah Hepatitis A,
B, dan C
 Hepatitis B dan C merupakan penyakit kronis
dan menyebabkan kerusakan hati yang serius

5.47

388
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Transmisi Infeksi Hepatitis

 Hepatitis A: kontak dengan kotoran/feses - oral


 Hepatitis B: melalui darah dan cairan tubuh
dengan perantaraan seksual
 Hepatitis C: darah - penularan melalui seksual
dapat terjadi meskipun jarang

5.48

389
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gejala Hepatitis

 Pasien dengan hepatitis kronis tidak merasakan


gejala
 Gejala antara lain:
- lelah
- merasa tidak sehat
- gejala menyerupai flu (sakit kepala, nyeri otot,
demam ringan)
- penurunan nafsu makan, kehilangan berat badan
U.S. Institute of Medicine. (2010). Hepatitis and liver cancer: A national strategy for prevention and control of
hepatitis B and C. Washington, DC: National Academies Press.
5.49

Gejala Hepatitis

- mual dan muntah, nyeri perut


- kekuningan(terutama pada kulit dan selaput
mukosa)
- diare
- kulit gatal
- air seni berwarna gelap menyerupai teh
-menurunnya pergerakan usus

5.50

390
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hepatitis: Infeksi dengan Gejala yang Samar

 Seseorang dengan hepatitis kronis dapat tidak


memperlihatkan gejala selama bertahun-tahun,
meskipun hatinya berangsur rusak

5.51

391
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Problematik Hepatitis C

 Seseorang dapat tidak merasakan gejala


sehingga tidak mengetahui bahwa dirinya telah
terinfeksi
 Virus menjadi kronis pada kebanyakan mereka
yang terinfeksi sehingga menyebabkan sirosis
yang mengakibatkan kegagalan hati dan
komplikasi lainnya
 Terapi menjadi lebih sulit dan membutuhkan
waktu yang panjang

5.52

Penatalaksanaan Hepatitis

 Kebanyakan Hepatitis B sembuh tanpa terapi


 Hanya 1-5 orang pasien dengan Hepatitis C
terbebas dari infeksi tanpa terapi
 Terapi standar untk Hepatitis C :
- kombinasi injeksi interferon dan ribavirin
- medikasi oral dapat diberikan

5.53

392
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penatalaksanaan Hepatitis

 Terapi antiviral sulit:


 Diberikan selama 6 bulan- 1 tahun dan dapat
diperpanjang lebih lama (bahkan seumur hidup)
 Rumitnya protokol medikasi
 Terkadang sulit untuk mengatasi efek samping

Pada kasus kerusakan hati yang ekstrim,


pengobatan yang paling memungkinkan adalah
transplantasi hati

5.54

393
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Dampak Luas Hepatitis

 Menurut UNODC, hepatitis C:


- dialami oleh 130 – 170 juta orang di dunia
(hampir mencapai 3% dari populasi)
- ditemukan pada 8 juta orang yang
menggunakan injeksi zat

Lavanchy, D. (2009). The global burden of hepatitis C. Liver International, 29(Suppl l), 74–81.

5.55

Dampak Luas Hepatitis

 Penelitian menyimpulkan bahwa:


- prevalensi Hepatitis-C pada pengguna jarum
suntik adalah 50%
- di Afrika dan Oceania adalah 73.2% dan 63.8%

Lavanchy, D. (2009). The global burden of hepatitis C. Liver International, 29 (Suppl l), 74–81.

5.56

394
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hepatitis C dan HIV: Jalurnya Paralel

 Penggunaan jarum suntik dan perilaku seksual


merupakan faktor resiko terjadinya penularan
pada kedua infeksi ini
 Resiko Hepatitis-C berada 5 kali lebih banyak
dari HIV karena:
 Lebih infeksius
 Bertahan lebih lama

5.57

395
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
GPZ dan Gangguan Medis yang Infeksius

 GPZ meningkatkan kemungkinan terjadinya:


 Perilaku seksual berisiko seperti seks yang tidak
aman, berganti-ganti pasangan karena kurangnya
kontrol dan daya nilai
 Transaksi seks (seks untuk mendapatkan uang/zat)
 Penyebaran penyakit infeksi seperti TB karena
kurangnya perawatan diri dan layanan kesehatan

5.58

Penatalaksanaan GPZ akan Sangat Membantu

 Penelitian memperlihatkan bahwa


penatalaksanaan GPZ akan:
- mengurangi risiko terinfeksi HIV
- meningkatkan terapi HAART sehingga
memperlambat progresivitas HIV
- biaya terapi menjadi lebih efektif, terutama bila
dibandingkan dengan biaya terapi untuk
mengobati konsekuensi AIDS

U.S. Department of Health and Human Services. (2006). NIDA Research Report Series: HIV/AIDS.
Bethesda, MD: Author.
5.59

396
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Konselor GPZ dapat Membantu

 Mengedukasi klien terutama mengenai penularan


dan terapi HIV, TB dan hepatitis
 Mengajarkan klien mengenai seks yang aman
 Mendistribusikan kondom dan pelicin
 Menyediakan rujukan medis dan perawatan
sebagai bagian dari terapi

5.60

397
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Konselor GPZ dapat Membantu

 Menjalin hubungan dengan penyedia tatalaksana


medis
 Memberikan dorongan untuk menjalani
pemeriksaan dan terapi
 Membantu memonitor kepatuhan terapi

5.61

Program dapat Membantu

 Memberikan edukasi mengenai penyakit


infeksius
 Memberikan informasi mengenai pilihan
pemeriksaan dan terapi
 Memberikan informasi tatalaksana GPZ

5.62

398
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Latihan Kelompok Kecil: Hepatitis

 Diskusi 15 menit untuk menjawam 3 pertanyaan


berikut:
- kasus hepatitis apa yang terjadi dalam
komunitas Anda?
- bagaimana perbandingannya dengan laporan
awal Anda mengenai HIV/AIDS dan TB?
- sumber rujukan apa yang sesuai untuk rujukan
dan terapi hepatitis atau mereka yang mengalami
lebih dari 1 gangguan?
5.63

399
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Modul 6—Gangguan Medis yang Umum Terjadi pada
Gangguan Ko-Okuring, Rangkuman
Pendahuluan
 HIV/AIDS, Hepatitis, dan Tuberkulosis (TB) berhubungan langsung dengan
penggunaan zat (terutama penggunaan zat dengan disuntikkan) atau berhubungan
dengan gaya hidup.

 Pada kenyataannya, tahun 2010 United Nations Commission on Narcotic Drugs


menyatakan terdapat 6 tantangan yang berhubungan dengan penggunaan dan
ketergantungan zat yang dapat merusak ketentraman, perkembangan, kesehatan
dan kohesi sosial dunia.1

 Tiga dari enam tantangan teratas itu adalah HIV/AIDS, Hepatitis, dan TB.

HIV/AIDS
TERMINOLOGI
 HIV = Human Immunodeficiency Virus. HIV menyerang dan merusak sel-T.

 Sel-T adalah tipe sel darah putih yang menyokong sistem pertahanan tubuh.

 Sel-T yang mempengaruhi HIV adalah sel CD-4.

 Kehilangan sel CD 4 akan menurunkan kemampuan tubuh untuk melindungi diri


dari infeksi atau masalah kesehatan lain.

 Penghitungan CD-4 dilakukan dengan menghitung jumlah sel CD 4 dalam sampel


darah. Jumlah CD4 menandakan sejauh mana sistem imunologi bekerja.

 Tanpa terapi yang tepat, seseorang yang terinfeksi HIV umumnya akan berkembang
menjadi AIDS, yang merupakan tahapan tertinggi dari infeksi HIV.

TRANSMISI
 Transmisi/ Perpindahan HIV dari seseorang ke orang yang lain adalah melalui cairan
tubuh: darah, sperma, cairan kelamin, dan ASI. Pemakaian bersama jarum suntik
dan kegiatan seksual yang tidak aman pada mereka yang terinfeksi merupakan
jalur penyebaran HIV yang paling umum.

 Yang harus diperhatikan mengenai penularan adalah:

• HIV tidak dapat bertahan diluar tubuh;

1 UNODC Commission on Narcotic Drugs. (2010). New challenges, strategies, and programmes in demand reduction (pp. 1–2). Geneva:
Author. Retrieved February 27, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_
CRP3eV1051349.pdf

400
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• HIV tidak dapat berpindah melalui kegiatan rutin seperti duduk di toilet,
berbagi tempat makan dan minum, berjabatan tangan dan berciuman;
• Virus dapat berpindah hanya dari orang ke orang, bukan melalui hewan atau
gigitan serangga; dan
• Orang yang terinfeksi HIV, meskipun sudah menjalani terapi antiretroviral,
masih dapat menginfeksi orang lain melalui pemakaian bersama jarum suntik
dan kegiatan seksual yang tidak aman.

Gejala
 Fase pertama infeksi HIV, gejala yang terlihat dapat sedikit atau bahkan tidak
memperlihatkan gejala . Dalam 1-2 bulan setelah terinfeksi, dapat terjadi gejala
menyerupai flu, seperti:
• Demam;
• Sakit kepala;
• Lelah dan lesu;
• Pembesaran kelenjar limfa di leher dan lipat paha; dll.
 Gejala dapat menghilang dalam 1minggu- 1 bulan dan sering salah didiagnosis
sebagai inveksi virus yang lain seperti flu. Individu dalam periode ini berpotensi
tinggi untuk menginfeksi karena jumlah HIV sangat banyak di cairan kelamin dan
darah. Beberapa orang yang terinfeksi HIV dapat memiliki gejala yang berat
pada periode awal, dan sebaliknya ada yang tidak memperlihatkan gejala selama
bertahun-tahun.
 Pada fase lanjut infeksi HIV, virus akan semakin memperlemah sistem imunologi,
dan orang yang terinfeksi virus dapat memperlihatkan gejala-gejala seperti:
• Kehilangan berat badan secara cepat;
• Demam berulang atau keringat malam berlebihan;
• Kelelahan yang ekstrim dan tanpa sebab;
• Pembengkakan kelenjar limfa di lipat ketiak, lipat paha atau leher dalam waktu
yang lama;
• DIare minimal atau lebih dari 1 minggu;
• Luka di mulut, anus, atau alat kelamin;
• Pneumonia;
• Bercak kemerahan, coklat, atau ungu di bawah kulit atau didalam mulut, hidung
atau kelopak mata; dan
• Kehilangan memori, depresi dan gangguan neurologis lain.
 Setiap gejala yang timbul dapat disebabkan oleh penyakit lain. Satu-satunya
cara untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi virus HIV adalah dengan
melakukan tes deteksi virus tersebut.

401
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
 Meskipun gejala dapat bermanifestasi setelah bertahun-tahun, seseorang yang
terinfeksi dapat menyebabkan penyularan pada berbagai tahapan infeksinya.
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat dengan cara:
• Deteksi dini pada fase awal infeksi (virus dapat dideteksi hanya melalui tes darah
untuk melhat antibodi terhadap virus; antibodi ini terlihat antara 6 minggu dan
6 bulan setelah terpajan), dan
• Memulai terapi sebelum gejala bermanifestasi .

Terapi
 Terapi akan mengurangi (bukan menghilangkan) risiko penularan HIV, terutama
pada wanita dan bayinya.
 Sejak 1996, Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) terapi aktiretroviral
dengan tingkat keaktivan yang tinggi telah memperlihatkan efek yang dramatis
terhadap HIV/AIDS. Menggunakan 3 atau lebih regimen obat anti HIV yang
diminum setiap hari untuk mencegah pengurangan dan perusakan sel. Obat
antiretroviral membantu seseorang untuk:
• Melawan infeksi dan kanker;
• Memperlambat timbulnya gejala AIDS; dan
• Memperpanjang hidup sehat.
 Penatalaksanaan HIV/AIDS membutuhkan komitmen jangka panjang. Untuk alasan
ini, penundaan terapi sangatlah mungkin. Terapi dimulai jika:1
• Jumlah CD 4 kurang dari 500 sel/mm darah; terkadang dapat dimulai lebih
awal bila pasien termotivasi untuk mendapatkan terapi dan dengan alas an
klinis tertentu;
• Hamil (terlepas dari berapapun jumlah CD 4); dan
• Memiliki gejala AIDS atau masalah kesehatan lain yang serius.
 Tiga puluh satu medikasi antiretroviral telah disetujui untuk digunakan di AS.
Perkembangan saat ini telah mendeterminasi terapi mana yang paling sesuai
dengan setiap pasien.
 Salah satu komplikasi terapi HIV adalah resistestensi obat. Meskipun digunakan
terminologi “medikasi” untuk menyebut obat-obat yang diresepkan, namun
literature menyebutnya sebagai “resistensi obat” sehingga kita akan menyebutnya
dengan terminologi ini.
 Resistensi obat adalah bakteri maupun virus yang merupakan target terapi masih
dapat tumbuh meskipun telah mendapatkan zat kimia (obat) yang seharusnya
membuatnya mati atau membatasi pertumbuhannya. Pada kasus HIV, resistensi
obat sering terjadi karena kemampuan virus untuk bermutasi sehingga menjadi
resisten terhadap beberapa obat.

1 U.S. Department of Health and Human Services. (2011). AIDSinfo fact sheets. Author. Retrieved February 2, 2012, from http://www.aidsinfo.
nih.gov/ContentFiles/HIVandItsTreatment_cbrochure_en.pdf

402
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Terdapat protokol yang mengatur resistensi obat. Sebagai contoh, tes resistensi
dapat digunakan untuk membantu memutuskan obat mana yang harus mulai
diberikan karena pasien kemungkinan telah terinfeksi virus yang telah resisten
terhadap beberapa obat.

 Tes resistensi yang paling umum adalah genotip virus, yaitu dengan mendeteksi
dan menitikberatkan kode genetik virus yang bermutasi. Informasi ini kemudian
diinterpretasikan untuk menentukan mutasi tersebut menyebabkan virus resisten
terhadap beberapa obat.

 Sekali pasien terobati, maka keberhasilan terapi dimonitor dengan memeriksakan


jumlah virus dalam darah dan level sel CD$ dalam tubuh secara teratur. Bila
penilaian ini menunjukkan bahwa terapi tidak berjalan baik, atau jika toleransi
pasien terhadap terapi tidak memperlihatkan hasil yang baik, maka klinisi harus
mengganti obat.

 Pada kasus demikian tes genotip lain dapat dilakukan untuk mendeterminasi obat
mana yang menyebabkan resisten dan memberikan kombinasi obat yang telah
dikenal dan diseleksi sebelumnya.

 Proses ini harus diulang bila terapi tidak berjalan baik.1

Insiden
 Meskipun terapi antiretroviral telah umum diberikan pada pasien HIV/AIDS, tetapi
terapi tersebut tidak selalu tersedia. WHO dan UNAIDS mengestimasikan bahwa
sedikitnya 15 juta orang membutuhkan terapi antiretroviral pada tahun 2010. Pada
akhir 2010 tidak lebih dari setengahnya, atau hanya 6.6 juta dari 15 juta yang telah
mendapatkan terapi antiretroviral pada Negara-negara berpendapatan rendah-
menengah.2

 HIV/AIDS telah menjadi masalah global utama. Tahun 2009 diestimasikan 33,3 juta
orang didunia terinfeksi virus HIV 3. Setiap tahunnya 2.8 juta orang terinfeksi virus,
dan 1.8 juta orang meninggal karena AIDS setiap tahunnya.4

 Lebih dari 10 % infeksi HIV terjadi akibat penggunaan zat yang disuntikkan:5

• Diluar Saharan Afrika, 30% terjadi akibat injeksi zat.

• Berdasarkan estimasi 3 juta orang terinfeksi HIV dari 15,9 juta orang yang
menggunakan zat dengan disuntikkan.

1 HIV Resistance Response Database Initiative. (n.d.). Selecting and changing HIV treatments. Retrieved January 18, 2012, from http://www.
hivrdi.org/selecting-and-changing-hiv-treatments.htm
2 WHO. (n.d.). Antiretroviral therapy. Retrieved January 15, 2012, from http://www.who.int/hiv/topics/treatment/en/index.html
3 Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2010). UNAIDS report on the global AIDS epidemic: 2010 (p. 21). Geneva: Author. Retrieved
February 2, 2012, from http://www.unaids.org/globalreport/documents/20101123_GlobalReport_full_en.pdf
4 AVERTing HIV and AIDS. (2011). Worldwide HIV and AIDS statistics. West Sussex, UK: Author. Retrieved August 20, 2011, from http://www.
avert.org/worldstats.htm
5 UNODC. (2010). Facts about drug use and the spread of HIV. Geneva: Author. Retrieved February 2, 2012, from http://www.unodc.org/
documents/frontpage/Facts_about_drug_use_and_the_spread_of_HIV.pdf

403
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gender
 Terdapat perbedaaan penting antar pria dan wanita yang mendasari mekanisme
infeksi HIV dan AIDS dan dalam konsekwensi sosial dan ekonomi dari HIV dan
AIDS.
 Perbedaan ini muncul dari:
• Perbedaan biologis;
• Perbedaaan perilaku seksual;
• Perbedaan gender antara pria dan wanita dalam peranan sosial, budaya, serta
tanggung jawab; dan
• Perbedaaan tingkat akses terhadap sumber daya dan kekuatan pembuatan-
keputusan.
 Didunia, kesenjangan angka prevalensi HIV diantara pria dan wanita dari segala
umur semakin sempit. Wanita muda (umur 15-24) memperlihatkan angka prevalensi
lebih tinggi daripada pria pada umur yang sama.
 Studi-studi terdahulu menunjukkan lebih mudah bagi wanita untuk terinfeksi HIV
secara seksual dibandingkan pria. Penelitian lebih lanjut menunjukan hal ini terjadi
karena viral loading, atau jumlah virus yang ditularkan daripada karena perbedaan
gender.
 Kehamilan dan melahirkan menjadi isu yang khusus untuk wanita:1
• Di negara berkembang, ada risiko tinggi kematian bayi yang terkait dengan ibu
yang terinfeksi HIV;
• Komplikasi terkait kehamilan, seperti pendarahan membuat wanita berisiko
lebih tinggi terkait transfusi darah; dan
• Karena HIV dapat ditularkan melalui ASI , menyusui menjadi dilema untuk
banyak wanita.
 Ibu yang memutuskan berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula
mungkin mengurangi risiko penularan HIV, tapi mereka juga mungkin mengekspos
bayinya pada penyakit akibat air tidak bersih, dan juga dengan malnutrisi.
 Penggunaan susu formula juga dapat memberi tahukan orang lain akan status HIV
ibu yang dapat berakibat stigma dan diskriminasi.
 Sebagai tambahan, norma-norma gender meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi HIV, terutama pada orang muda. Sebuah contoh untuk hal ini adalah
penelitian yang dilakukan di Brazil, India, Mauritius, dan Thailand yang menemukan
bahwa banyak wanita muda tidak mengetahui banyak tentang tubuh mereka,
kontrasepsi, dan infeksi menular seksual. Banyak melaporkan rasa takut untuk
mencari informasi tentang seks atau kondom, karena hal ini akan membuat mereka
dilabel sebagai katif seksual, tanpa melihat telah sejauh mana pengalaman seksual
mereka.

1 WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author. Retrieved January 20, 2012, from http://
whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf

404
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Kekerasan terhadap wanita juga menempatkan mereka pada meningkatnya
risiko infeksi, bukan hanya seks yang dipaksa atau perkosaan, tapi juga ancaman
kekerasan ketika bernegosiasi penggunaan kondom untuk seks yang aman.1
 Stigma dan norma-norma tentang pembuatan keputusan dapat mempengaruhi
wanita dalam mencari layanan atau informasi kesehatan dibanyak negara.
 Akses program kesehatan mungkin lebih terbatas bagi wanita atau terdapat
hambatan yang tidak dimiliki oleh pria. Misalnya, studi UNAIDS di tujuh tempat
menemukan bahwa disetiap tempat tersebut pria dengan HIV jarang sekali
dipertanyakan tentang bagaimana mereka terinfeksi dan bahwa pria pada umumnya
mendapatkan perawatan. Sebaliknya, wanita seringkali dituduh melakukan seks
diluar nikah (diluar apakah ini benar atau tidak dan menerima tingkat dukungan
yang lebih rendah.
 Dua hal konselor GPZ dapat lakukan untuk mempengaruhi penularan HIV adalah:
• Memberikan edukasi tentang pencegahan penularan HIV dan konsepsi salah
mengenai penularan HIV; dan
• Mendorong kepatuhan pengobatan HIV secara konsisten karena kepatuhan
sangat mengurangi kemungkinan virus HIV berkembang dan membantu
pencegahan perkembangan jenis virus resisten obat.

Tuberculosis
Penularan dan perkembangan
 Orang dengan GPZ juga memiliki risiko terinfeksi oleh penyakit menular dan
berbahaya lainnya, seperti TB.
 TB adalah penyakit infeksi yang umumnya disebabkan oleh berbagai jenis
mikrobakteria yang:
• Biasanya menyerang paru tapi dapat juga mempengaruhi bagian tubuh yang
lain; dan
• Menular melalui udara ketika seseorang dengan infeksi-aktif batuk, bersin, atau
mengeluarkan saliva ke udara.
 Karena TB dapat ditularkan melalui udara, kontak sosial seseorang juga memerlukan
skrining dan diobati jika dibutuhkan.
 Gejala TB termasuk batuk kronik dengan sputum yang terdapat bercak darah,
demam, keringat malam, dan ragam gejala dari infeksi organ internal lain.
 Sepuluh persen infeksi TB berkembang ke penyakit aktif, yang jika tidak ditangani
akan mematikan lebih dari 50 persen korban TB.
 Diagnosa dilakukan dengan rontgen dada, tes kulit TB, tes darah, dan pemeriksaan
mikroskopik cairan tubuh. Pengobatan medis merupakan hal sulit, karena
membutuhkan obat-obatan antibiotik untuk jangka waktu panjang. Sebagai
tambahan, terdapat masalah dengan resistensi antibiotik terhadap TB jenis baru.
1 WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author. Retrieved January 20, 2012, from http://
whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf

405
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Insiden
 Sepertiga populasi dunia diperkirakan terinfeksi kuman TB, dan terjadi satu infeksi
baru setiap menit:1
• Pada 2007, diperkirakan terdapat 14 juta kasus kronis aktif, 9 juta kasus baru,
dan 2 juta kematian, dimana, sebagian besar terjadi di negara berkembang.
• Sekitar 80 persen populasi di banyak negara Asia dan Afrika mendapatkan hasil
positif pada tes TB.2
 Penggunaan Narkoba terutama yang disuntikkan adalah faktor penting dalam
insiden TB baik di negara berkembang maupun negara maju. Tinjauan artikel pada
tahun 2009 mencatat bahwa secara global para peniliti melaporkan angka infeksi
TB berada pada angka 59 persen bagi orang yang menggunakan Narkoba. Dalam
studi ini, semakin lama menyuntik Narkoba ditemukan berkaitan dengan TB.3
 Penting untuk diketahui bahwa “infeksi” berarti seseorang memiliki hasil tes positif
untuk mikrobakterium, bukan berarti dia memiliki gejala penyakitnya.

Resistensi Obat TB
 Resistensi obat TB adalah masalah kesehatan-publik besar. Dimana mutasi virus
adalah penyebab utama resistensi obat pada HIV, sedangkan penyebab utama
resitensi obat TB adalah karena penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat.

 Resistensi obat timbul karena penggunaan antibiotik yang tidak benar dalam
pasioen kemoterapi dengan TB sensitif-obat. Penggunaan tak tepat ini adalah
hasil dari beberapa perilaku, termasuk:

• Pemberian pengobatan yang tidak tepat oleh petugas kesehatan; dan

• Kegagalan memastikan pasien menyelesaikan pengobatan secara lengkap.

 Pada dasarnya, resistensi obat muncul di daerah-daerah dengan program


pengendalian TB yang lemah.

 Multiple drug-resistant TB (MDR-TB) dapat berkembang ketika terdapat masalah


kepatuhan regimen. Jika satu atau dua obat lini-pertama disalahgunakan atau
salah kelola dan MDR-TB berkembang, akan membutuhkan waktu lebih lama dan
biaya lebih besar untuk pengobatan dengan obat lini-kedua. Obat-obatan lini-
kedua ini sedapat mungkin dihindari, karena tingkat efektifitas atau memiliki lebih
banyak efek samping.

 Sayangnya, extensively drug-resistant TB (XDR-TB) juga telah berkembang. Untuk


kasus-kasus seperti ini, obat lini-kedua juga sudah bekerja. Pilihan pengobatan
untuk ini amat terbatas.4

1 WHO. (2010). Tuberculosis: Fact sheet number 104. Geneva: Author. Retrieved July 26, 2011, from http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs104/en/
2 Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Michell, R. N. (2007). Robbins basic pathology (8th ed.). Philadelphia: Elsevier.
3 Deiss, R. G., Rodwell, T. C., & Garfein, R. S. (2009). Tuberculosis and illicit drug use: Review and update. Clinical Infectious Diseases, 48(1),
72–82.
4 WHO. (n.d.). Extensively drug-resistant TB. Geneva: Author. Retrieved January 16, 2012, from http://www.who.int/tb/challenges/mdr/xdr/en/
index.html

406
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Dan juga, kasus totally drug-resistant TB (TDR-TB) telah dilaporkan, yang
terjadi baru-baru ini di India, meskipun hal ini dibantah oleh pihak berwenang
disana. Pelaporan kasus TDR-TB di Italidan Iran juga tidak berhasil menghadapi
pemeriksaan ketat.1

TB dan Penyalahgunaan Zat


 Masalah-masalah yang terkait dengan penggunaan zat antara lain:

• Penurunah kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan TB;

• Diagnosa terlambat karena kurangnya akses ke perawatan medis rutin oleh


orang dengan penyalahgunaan zat;

• Orang dengan GPZ kemungkinan kecil menyelesaikan pengobatan TB, yang


artinya penyakit Tbnya akan lebih lama atau menjadi kebal obat; dan

• Peningkatan angka penularan pada orang dengan GPZ karena mereka


cenderung hidup dalam dan berasosiasi dalam kelompok komunitas yang
terlokalisasi.2

 Konselor GPZ dapat membantu menghentikan penularan TB dengan:

• Memberikan edukasi mengenai penyakit ini pada klien;

• Membantu klien menghadapi masalah dengan kepatuhan minum obat; dan

• Bekerja sama dengan pihak lain di komunitas yang juga menanangi TB untuk
membatu pastikan masalah kesehatan publik diatasi.

Hepatitis
Jenis dan Penularan
 Mereka yang menggunakan NAPZA, terutama yang sudah terpapar TB atau HIV,
juga memiliki risiko tinggi terinfeksi virus hepatitis B atau C.

 Hepatitis C adalah infeksi virus yang dikarakteristikan dengan inflamasi hati.


Hepatitis terdiri dari berbagai bentuk (A, B, C, D, dan E). Jenis yang umum terjadi
adalah A, B, dan C. Pada beberapa kasus, tubuh dapat menghilangkan sendiri
infeksinya. Jika sistim kekebalan tubuh tidak dapat melawan virus selama 6 bulan,
jenis B dan C dapat menjadi kronis.

 Hepatitis B dan C kronis dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius—


bahkan kematian—disebabkan karena kegagalan hati atau kondisi medis lainnya.

 Hepatitis A tidak pernah menjadi kronik, dan kebanyakan individu pulih dalam
jangka waktu 6 bulan. Ketika sudah sembuh, seseorang tidak lagi dapat menularkan
dan menjadi kebal terhadap infeksi ulang virus hepatitis A.

1 BBC News. London, England. (2012, January). India rejects total drug-resistant TB claim. Retrieved January 20, 2012, from http://www.bbc.
co.uk/news/world-asia-india-16644500
2 Oeltmann, J. E., Kammerer, S., Pevzner, E. S., & Moonan, P. K. (2009). Tuberculosis and substance abuse in the United States, 1997–2006.
Archives of Internal Medicine, 169(2), 189–197. Retrieved August 20, 2011, from http://archinte.ama-assn.org/cgi/content/abstract/169/2/189

407
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
 Hepatitis A, B, and C memiliki rute penularan yang berbeda:

• Hepatitis A ditularkan melalui kontak feses dengan makanan atau anggota


tubuh.

• Hepatitis B ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain, termasuk cairan
seksual.

• Hepatitis C ditularkan utamanya melalui darah. Misalnya:


o Menerima darah yang terkontaminasi;
o Prosedur medis invasif menggunakan peralatan yang terkontaminasi; dan
o Menyuntikkan NAPZA dengan berbagi jarum suntik.

 Penularan hepatitis C melalui seksual bukanlah hal yang umum tapi dapat terjadi.

Gejala-Gejala
 Kebanyakan orang dengan hepatitis kronis tidak mengetahui kondisinya1. Dalam
banyak kasus, orang dengan infeksi tidak memiliki gejala-gejala, atau gejalanya
begitu ringan sehingga mereka tidak menemui dokter. Gejala hepatitis termasuk:

• Kelelahan (fatigue);

• Merasa tidak sehat (malaise);

• Gejala seperti flu (mis., pusing, sakit otot, demam ringan); dan

• Kurang nafsu makan, kehilangan berat badan.

• Mual dan muntal, nyeri perut;

• Jaundis, (kulit dan mukosa berwarna kekuningan);

• Diare;

• Kulit gatal-gatal;

• Urin berwarna teh atau gelap; dan

• Pergerakan usus menurun.

 Seseorang dengan hepatitis kronis dapat mengalami tanpa gejala untuk waktu yang
lama, sementara hatinya perlahan-lahan rusak. Dengan hepatitisnya berkembang
dan menyebabkan kerusakan lebih lagi, hingga dapat terjadi kerusakan hati,
sebuah kondisi yang disebut fibrosis. Fibrosis dapat berkembang menjadi sirosis
(cirrhosis).

1 U.S. Institute of Medicine. (2010). Hepatitis and liver cancer: A national strategy for prevention and control of hepatitis B and C. Washington,
DC: National Academies Press.

408
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
 Hepatitis C bermasalah karena:
• Seseorang mungkin tidak mengalami gejala untuk periode yang lama sejak
teinfeksi sehingga membuat orang itu tidak mengetahui dia terinfeksi.
• Kebanyakan kasus infeksi virus hepatitis C menjadi kronis.
• Seseorang dengan sirosis dapat mengalami kegagalan hati dan komplikasi
lainnya.
• Pengobatannya sulit dan sering kali membutuhkan waktu panjang.

Terapi
 Kebanyakan kasus hepatitis B berakhir tanpa pengobatan, meskipun ada beberapa
obat antiviral yang digunakan untuk merawat hepatitis B kronis.
 Namun, hasnya satu dari lima orang dengan hepatitis C dapat sembuh tanpa
pengobatan. Standar pengobatan yang direkomendasikan untuk hepatitis C
adalah kombinasi pegylated interferon dan ribavirin, meskipun saat ini terdapat
beberapa obat oral yang tersedia dibeberapa tempat
 Sebagaimana dengan pengobatan HIV dan AIDS, pengobatan antiviral untuk
hepapatitis merupakan hal yang sulit:
• Umumnya berlangsung antara 6 bulan dan 1 tahun bahkan dapat bertahun-
tahun (mungkin seumur hidup).
• Orang yang menjalani pengobatan harus mematuhi protokol medikasi dengan
tepat.
• Mengelola efek samping dapat menjadi sulit.
 Dalam beberapa kasus dengan kerusakan hati berat, transplantasi hati mungkin
menjadi satu-satunya cara pengobatan.

Insiden
 Menurut studi UNODC, hepatitis C saja mempengaruhi 130 sampai 170 juta orang
diseluruh dunia (sekitar 2,2 sampai 3 persen dari populasi global). Dari jmlah itu,
sekitar 8 juta orang yang menyuntik Narkoba.
 Studi UNODC juga menyimpulkan prevalensi global hepatitis C diantara pengguna
NAPZA suntik adalah sekitar 50 persen, dengan Afrika dan Oceania melaporkan
masing-masing angka 73,2 persen dan 63,8 persen.1
 Hepatitis C dan HIV berbagi jalur yang sama karena perilaku menyuntik dan seksual
berisiko diantara orang dengan GPZ menciptakan risiko tinggi penularan hepatitis
C dan HIV, terutama pada populasi termarginalkan dan berisiko tinggi.
 Namun, saat ini hepatitis C lima kali lebih luas penularannya didunia dibandingkan
dengan HIV karena lebih mudah menular dan telah ada lebih ada lebih lama.

1 Lavanchy, D. (2009). The global burden of hepatitis C. Liver International, 29(Suppl l), 74–81.

409
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Hepatitis and GPZ
 Meskipun menyuntikkan Narkoba adalah sebuah faktor risiko besar untuk HIV,
hepatitis B dan C, ini hanyalah salah satu faktorsaja. GPZ meningkatkan risiko untk
HIV, TB, dan hepatitis dengan beberapa cara juga, seperti:

• Meningkatkan kemungkinan praktek seksual berisiko tinggi seperti seks tidak


aman dan berpasangan lebih dari satu karena perubahan daya nilai dan
penurunan kontrol diri.

• Meningkatkan risiko seks “transaksional” (menukar seks untuk uang atau


Narkoba); dan

• Meningkatnya risiko penularan penyakit infeksi seperti TB karena kurangnya


perawatan diri dan rendahnya akses layanan medis.

 Terapi GPZ dapat berperan besar dalam penurunan insiden dan dampak dari
gangguan medis ko-okuring. Contohnya, penilitian membuktikan bahwa terapi
GPZ dapat:

• Mengurangi risiko infeksi HIV;

• Meningkatkan kemugkinan perawatan HAART, melambatkan perkembangan


HIV dan konsekuensinya, terutama di otak; dan

• Terapi GPZ adalah hal yang efektif dari segi biaya, terutama dibandingkan
dengan biaya merawat akibat dari AIDS.1

 Konselor GPZ dapat:

• Mengedukasi klien mengenai penularan dan pengobatan HIV, hepatitis, dan


TB;

• Mengajarkan klien mengenai praktek seks yang aman;

• Mendistribusikan kondom dan pelumas;

• Memberikan rujukan pemeriksaan dan perawatan medik sebagai bagian dari


terapi;

• Menjaga hubungan dekat dengan penyedia rawatan medik;

• Memberikan dukungan pada klien yang menjalani pemeriksaan atau perawatan;

• Membantu mengawasi kepatuhan minum obat.

 Petugas program atau pendidik sebaya dapat juga menjangkau masyarakat


dengan memberikan edukasi mengenai penyakit infeksi dan informasi tentang
pilihan dan perawatan, termasuk ketersediaan terapi GPZ.

1 U.S. Department of Health and Human Services. (2006). NIDA Research Report Series: HIV/AIDS. Bethesda, MD: Author.

410
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 7
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN KE DALAM PRAKTEK

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 411


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 411
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 412

411
Panduan Peserta: Modul 7—Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktek
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Latihan Kelompok–Kecil: Mengembangkan Sebuah Rencana Integrasi
60 menit
Pelatihan
Evaluasi Hari Kedua dan Keseluruhan Pelatihan 15 menit
Seremoni Berakhirnya Program dan Sosialisasi 30+ menit

Modul 7 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Mendorong para peserta untuk memikirkan berbagai sumber daya, hambatan-
hambatan dan strategi untuk berubah.
 Memberikan peluang untuk mengembangkan rencana integrasi pembelajaran ke
dalam praktek perorangan.

Objektif pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 7 mampu untuk:

 Peserta-peserta yang melengkapi Modul 7 akan mampu mengembangkan rencana


integrasi pembelajaran ke dalam praktik perorangan.

413
Panduan Peserta: Modul 7—Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktek
Halaman Penjelasan 7.1: Rencana Integrasi Praktek

1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan,
adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang
telah saya pelajari adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3. Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi
hambatan):
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan
sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam cara-
cara berikut ini:

Orang atau Sumber Cara-Cara yang Dapat Membantu Saya

414
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
LAMPIRAN A—DAFTAR ISTILAH
Gangguan Anxietas Gangguan bervariasi yang melibatkan perasaan
(Kecemasan) berlebihan atau kecemasa/kekhawatiran yang tidak
tepat. Contohnya seperti gangguan kecemasan
sosial, gangguan panik, dan gangguan stres pasca-
trauma (PTSD).

Gangguan Bipolar Sebuah gangguan mood yang ditandai dengan


perubahan silih-berganti dari episode depresi dan
mania (mirip seperti kondisi senang yang berlebihan);
Dapat melihat pada bagian bab pembahasan episode
manik.

Gangguan Ambang/ Sebuah penyakit yang ciri utamanya adalah pola


Garis Batas (Borderline) meresap dari ketidakstabilan hubungan interpersonal,
citra diri, dan efek-efeknya, bersama dengan sifat
impulsif nyata, yang dimulai dari awal masa dewasa
dan hadir pada masa kini (kemudian) dalam berbagai
konteks.

Gangguan Hiperaktif Sebuah gangguan yang biasanya mucul pada anak


dan Pengurangan usia dini (masa kanak-kanak), ditandai dengan
Perhatian (ADHD) perilaku kurangnya perhatian (respon), hiperaktif, dan
impulsif.

Gangguan Kepribadian Sebuah jenis gangguan yang ditandai oleh perilaku


Anti-Sosial antisosial yang meliputi ketidakpedulian pad
banyak hal, seperti pelanggaran hak, perasaan, dan
keselamatan orang lain. Perilaku ini dimulai pada
anak usia dini (gangguan perilaku) atau masa-masa
awal remaja dan menerus hingga masa dewasa.

Penghitungan CD-4 Jumlah sel CD-4 (sejenis sel T; lihat di bagian


penjelasan) dalam sampel darah. Jumlah CD-4
menentukan atau mengukur seberapa baik sistem
kekebalan tubuh seseorang bekerja.

Terapi Kombinasi Pengobatan untuk infeksi HIV/AIDS yang


Antiretroviral menggunakan beberapa kombinasi obat untuk
menekan virus HIV, atau menunda perkembangan
virus yang resisten maupun munculnya gejala AIDS.
Salah satu bentuknya adalah terapi antiretroviral
(ART), atau dikenal juga dengan istilah HAART (highly
active antiretroviral therapy).

415
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
Kapital Meliputi sikap / kebijakan / sumber daya terkait dengan adiksi dan
Pemulihan pemulihan yang mempromosikan resolusi masalah alkohol dan
Komunitas1 narkoba lainnya. Kapital pemulihan masyarakat meliputi:

 Upaya aktif untuk mengurangi adiksi / pemulihan terkait


stigma;
 Panutan pemulihan lokal yang beragam dan tampak;
 Suatu rangkaian penuh dari sumber daya terapi adiksi;
 Sumber daya bantuan pemulihan yang saling menguntungkan,
yang dapat diakses dan beragam;
 Lembaga dukungan komunitas pemulihan setempat/
lokal (pusat pemulihan/clubhouse, kelompok alumni pusat
rehabilitasi, rumah pemulihan, sekolah pemulihan, industri
pemulihan, layanan pemulihan hingga gerakan masjid atau
gereja); dan
 Sumber daya dukungan pemulihan dan re-intervensi awal
(misalnya, pemeriksaan pemulihan melalui program terapi,
program bantuan kerja, program bantuan profesional,
pengadilan narkoba, atau organisasi komunitas pemulihan).
Kapital budaya adalah bentuk kapital masyarakat. Ini ditentukan
dari ketersediaan pemulihan lokal yang ditentukan oleh jalur
budaya, yang bersentuhan dengan keluarga dan individu tertentu.

Gangguan Pola berulang-ulang dan terus-menerus terkait perilaku pada anak-


Perilaku anak atau remaja, di mana hak-hak dasar orang lain atau norma-
norma sosial atau aturan umum sesuai dengan umurnya dilanggar.

Gangguan Ko- Memiliki penggunaan gangguan zat dan gangguan mental atau
Okuring medis (ataupun keduanya).

Komorbiditas Sebuah istilah yang digunakan di kalangan medis dan psikologis


untuk menggambarkan adanya dua atau lebih penyakit atau
kondisi pada individu yang sama pada waktu yang sama.

Delirium Sebuah kondisi sementara dimana menurunnya kesadara dari


lingkungan seseorang dan berpikir bingung, kadang disertai
halusinasi dan delusi.

Depresi Sebuah gangguan yang ditandai dengan kesedihan, ketidakaktifan


(diam saja), memiliki kesulitan berpikir dan konsentrasi, peningkatan
atau penurunan nafsu makan yang signifikan dan menghabiskan
waktu untuk tidur, perasaan kekesalan dan keputusasaan, dan
terkadang memiliki pikiran untuk bunuh diri atau sudah ke arah
upaya bunuh diri.
1 White, W. & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals. Counselor, 9(5), 22-27.

416
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Demensia Sekelompok gejala yang mempengaruhi kemampuan intelektual
dan sosial yang cukup berat dalam mengganggu fungsi sehari-
hari. Gejalanya termasuk masalah dengan memori, konsentrasi,
dan pemecahan masalah. Bisa disebabkan oleh proses penyakit
(misalnya, penyakit Alzheimer) atau karena efek dari zat beracun
yang secara langsung berefek ke otak.
Depersonilisasi Perasaan seperti terlepas dari badan atau proses mental seseorang.
Dereliasisasi Perasaan tak nyata. Sebuah perubahan dalam persepsi atau
pengalaman dari alam eksternal seseorang sehingga tampak tidak
nyata.
Detoksifikasi Sebuah pembersihan racun dari tubuh. Prosedur medis dan
biopsychoso-finansial yang membantu seseorang yang mengalami
adiksi pada satu atau lebih zat untuk pulih dari ketergantungan dari
semua jenis penyalahgunaan zat.
Gangguan Penyakit atau gangguan dari suatu proses mental atau fisik.
Dopamin Sebuah bahan kimia otak, diklasifikasikan sebagai neurotransmitter,
terdapat pada daerah otak yang mengatur gerakan, emosi, motivasi,
dan kesenangan.
Resistensi Obat Situasi di mana target bakteri atau virus dapat tumbuh dengan
adanya bahan kimia (obat), yang biasanya akan membunuh atau
membatasi pertumbuhannya. Resistensi obat dapat disebabkan oleh
mutasi virus atau penyalahgunaan obat antibiotik.
Gangguan Dual Sebuah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang
yang telah didiagnosis dengan gangguan mental dan gangguan
penggunaan narkoba. Namun, istilah ini tidak termasuk orang
yang memiliki lebih dari satu GPZ a,tau lebih dari satu gangguan
mental. Gangguan dual (dually disorder) masih digunakan untuk
mendefinisikan seseorang dengan dua gangguan mental, seperti
gangguan bipolar dan gangguan stres pasca-trauma.
Etiologi Sumber atau asal, yang dalam konteks ini adalah sumber dari
gangguan mental.
Formikasi Halusinasi serangga atau hama yang merayap di kulit atau di bawah
kulit. Dapat menyebabkan goresan dan kerusakan kulit yang luas.
Hepatitis Peradangan hati, dengan kerusakan sel hati yang menyertainya hingga
risiko kematian. Hepatitis mungkin memiliki waktu terbatas atau
kondisi kronis. Ini mungkin disebabkan oleh infeksi virus, atau kronis
keterpaparan terhadap racun, bahan kimia, atau penyalahgunaan
zat, seperti alkohol.
Highly Active Regimen mengambil tiga atau lebih obat anti-HIV setiap hari. ART
Anti-Retroviral mencegah HIV berkembang biak dan menghancurkan infeksi,
Therapy (HAART) meningkatkan CD-4.

417
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
Kewaspadaan Terus-menerus tegang dan, atau berjaga-jaga
yang Berlebih
(Hypervigilance)
Episode Manik Seperti episode manik, episode hipomanik adalah periode yang
ditandai dengan normal dan terus menerus tinggi, ekspansif, atau
mood yang berubah-uban, hiperaktif mental dan fisik, dan, atau
disorganisasi perilaku. Tidak seperti episode manik, perubahan lebih
ringan dan tidak menyebabkan disfungsi yang signifikan.
Infeksius Mampu menyebar dengan agen seperti virus atau bakteri.
(Menular)
Terapi Terintegrasi Sebuah mekanisme dari terapi intervensi untuk gangguan ko-okuring
dalam konteks hubungan terapi primer atau pengaturan layanan. Hal
ini mengakui perlunya pendekatan terapi terpadu untuk memenuhi
penyalahgunaan zat, kesehatan mental, dan kebutuhan terkait klien,
dan merupakan model terapi yang disukai atau dipilih oleh klien.
Intervensi Meliputi strategi khusus terapi, perawatan atau teknik yang digunakan
untuk mengobati satu atau beberapa jenis gangguan.
Sindrom Sebuah gangguan neurologis yang mempengaruhi memori,
Korsakoff’s disebabkan oleh alkohol-yang disebabkan penurunan thiamine,
yang umumnya tidak dapat dikembalikan (reversible).
Labil, Emosional Sebuah kondisi reaksi emosional yang berlebihan dan perubahan
mood sering.
Gangguan Laten Ketika seseorang memiliki potensi biologis, atau rentan terhadap,
(Terpendam) gangguan mental, tetapi belum memiliki gejala yang dialami.
Gangguan Sebuah gangguan mood memiliki perjalanan klinis dari satu atau
Depresif Mayor lebih episode depresi serius yang bertahan hingga dua minggu
terakhir atau lebih. Episode ditandai dengan kehilangan minat atau
kesenangan dalam hampir semua kegiatan, gangguan nafsu makan,
tidur, atau fungsi psikomotor, penurunan energi, kesulitan dalam
berpikir atau membuat keputusan, hilangnya harga diri atau perasaan
bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri atau usaha.
Perilaku Perilaku yang disfungsional, tidak sesuai dengan situasi, atau non-
Maladaptif produktif.
Episode Manik Sebuah periode ditandai dengan kondisi abnormal dan terus
menerus meningkat, ekspansif, atau suasana hati berubah-ubah,
hiperaktif mental dan fisik, dan, atau disorganisasi tentang perilaku
yang menyebabkan disfungsi yang signifikan.
Gangguan Mental Sebuah kondisi mental yang nyata terutama oleh disorganisasi
kepribadian yang cukup, pikiran, dan emosi untuk bersungguh-
sunguh mengganggu fungsi psikologis atau perilaku normal idari
seseorang.

418
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Program Serangkaian layanan dan intervensi terorganisir dengan fokus utama
Kesehatan Mental pada mengobati gangguan kesehatan mental, baik itu memberikan
stabilisasi akut atau perawatan berkelanjutan.
Gangguan Mood Mencakup gangguan depresi ("unipolar depresi"), gangguan
(Alam Perasaan) bipolar, dan dua gangguan berdasarkan etiologi-gangguan mood
karena kondisi medis umum dan substansi yang disebabkan oleh
gangguan mood.
Neurotransmitter Zat kimia di dalam orak yang diproduksi oleh neuron untuk membawa
pesan dari satu sel saraf yang lain.
Paranoia Suatu jenis delusi, atau ide palsu, yang tidak berubah dengan
argumentasi atau bukti yang bertentangan. Paranoia klinis melibatkan
khayalan bahwa orang atau suatu peristiwa, dalam beberapa cara
khusus, yang berkaitan dengan diri sendiri. Orang yang paranoid
mungkin percaya bahwa orang lain sedang berbicara tentang diri
mereka, merencanakan rencana licik untuk mereka, atau berencana
untuk menyakiti mereka. Paranoia sering terjadi selama episode
penggunaan stimulan kronis dengan dosis tinggi, dan, atau mungkin
terjadi selama masa putus zat dari sedatif hipnotik-seperti alkohol.
Persepsi Kesadaran atau pemahaman dari lingkungan dengan mengatur dan
menafsirkan informasi sensorik.
Neuropati Perifer Saraf perifer membawa informasi ke dan dari otak, dan dari sumsum
tulang belakang ke seluruh tubuh. Neuropati perifer berarti saraf ini
tidak bekerja dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kerusakan saraf.
Gangguan Kaku, tidak fleksibel, dan pola perilaku maladaptif dari tingkat
Kepribadian keparahan yang cukup untuk menyebabkan penderitaan internal
(Personaliti) atau penurunan yang signifikan dalam fungsi. Gangguan kepribadian
adalah gaya abadi dan gigih tentang perilaku dan berpikir, daripada
peristiwa langka atau tidak biasa dalam kehidupan seseorang.
Gangguan Stress Sebuah gangguan yang berkembang setelah terpapar peristiwa
Pasca Trauma yang sangat menegangkan atau membuat tertekan (misalnya, ikut
(PTSD) berperang, mengalami kekerasan fisik, atau bencana alam). Gejala-
gejalanya termasuk kesulitan tidur, kewaspadaan yang berlebih,
menghindari untuk teringat akan sebuah kejadian, dan mengalami
kembali trauma melalui kilas balik peristiwa atau mimpi buruk yang
berulang.
Psikosis Sebuah gangguan mental yang ditandai dengan distorsi yang
berbeda dari kapasitas mental seseorang, kemampuan untuk
mengenali realitas, dan hubungan dengan orang lain yang dalam
tingkat sedemikian rupa mengganggu kemampuan seseorang untuk
berfungsi dalam kehidupan sehari-harinya.

419
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
Medikasi Setiap obat yang mampu mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku.
(Obat-obatan) Medikasi psikotropika yang sering digunakan untuk mengobati
Psikotropik gangguan mental.
Kapital Pemulihan Kapital Pemulihan adalah sumber daya internal dan eksternal
yang dapat diambil oleh seorang individu untuk memulai dan
mempertahankan pemulihan dari masalah GPZ parah. Ada tiga jenis
modal pemulihan yang dapat dipengaruhi oleh para profesional
adiksi, yaitu: pribadi, keluarga / sosial, dan masyarakat.
Skizofrenia Sebuah gangguan psikotik ditandai dengan gejala yang terbagi
dalam dua kategori: (1) gejala positif, seperti distorsi dalam pikiran
(delusi), persepsi (halusinasi), dan bahasa dan pemikiran dan (2)
gejala negatif, seperti reaksi emosional diratakan dan penurunan
diarahkan pada tujuan perilaku
Sel-T Sejenis sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem
kekebalan tubuh. HIV menyerang salah satu jenis tertentu sel-T, yaitu
sel CD-4

420
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
LAMPIRAN B—SUMBER REFERENSI
Data Statistik Penggunaan Narkoba Global
United Nations Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011. New York:
United Nations. http://www.unodc.org/documents/data-and-analysis/WDR2011/
World_Drug_Report_2011_ebook.pdf
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: The global
burden. Geneva: Author. http://www.who.int/substance_abuse/facts/global_burden/
en/index.html
World Health Organization. (2011). Management of substance abuse: Facts and
figures. Geneva: Author. http://www.who.int/substance_abuse/facts/en/

Gangguan Mental Ko-Okuring


American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental
disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
Dziegielewski, S. F. (2002). DSM-IV-TR™ in action. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Funk, M., Drew, N., & Freeman, M. (2010). Mental health and development: Targeting
people with mental health conditions as a vulnerable group. Geneva: World Health
Organization. http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241563949_eng.pdf
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). Research Report series: Comorbidity—
Addiction and other mental illnesses. Bethesda, MD: National Institutes of Health.
http://www.drugabuse.gov/sites/default/files/rrcomorbidity.pdf
U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance
abuse treatment for persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement
Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK14528
U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2011). Recovery
defined—A unified working definition and set of principles. Rockville, MD: U.S.
Department of Health and Human Services.http://blog.samhsa.gov/2011/05/20/
recovery-defined-a-unified-working-definition-and-set-of-principles
U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration’s Co-occurring
Disorders Web Site http://www.samhsa.gov/co-occurring
World Health Organization. (2003). Caring for children and adolescents with mental
disorders: Setting WHO directions. Geneva: Author. http://www.who.int/mental_
health/media/en/785.pdf
World Health Organization. (2006). Preventing suicide: A resource for counsellors.
Geneva: Author. http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9241594314_eng.pdf

421
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases
and related health problems, (10th revision). Geneva: Author. http://apps.who.int/
classifications/apps/icd/icd10online
World Health Organization. (2009). Improving health systems and services for mental
health. Geneva: Author. http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598774_
eng.pdf
World Health Organization. (2009). Pharmacological treatment of mental
disorders in primary health care. Geneva: Author. http://whqlibdoc.who.int/
publications/2009/9789241547697_eng.pdf

Gangguan Mental Ko-Okuring


Burrows, D. (2003). Training guide for HIV outreach prevention with injecting drug
users: Workshop manual. Geneva: World Health Organization. http://www.who.int/
hiv/pub/prev_care/en/MANUALweb.pdf
Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2010). UNAIDS report on the
global AIDS epidemic: 2010. Geneva: Author. http://www.unaids.org/globalreport/
documents/20101123_GlobalReport_full_en.pdf
United Nations Office on Drugs and Crime. (2010). Facts about drug use and the spread
of HIV. New York: United Nations. http://www.unodc.org/documents/frontpage/Facts_
about_drug_use_and_the_spread_of_HIV.pdf
U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2005). Coinfection with HIV and
hepatitis C virus. Atlanta, GA: Author. http://www.cdc.gov/hiv/resources/factsheets/
PDF/HIV-Viral-Hepatitisacc.pdf
U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2011). HIV and TB. Atlanta, GA:
Author. http://www.cdc.gov/hiv/resources/factsheets/PDF/hivtb.pdf
U.S. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. (n.d.). Hepatitis. http://www.
niaid.nih.gov/topics/hepatitis/Pages/default.aspx
U.S. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. (n.d.). HIV/AIDS. http://www.
niaid.nih.gov/topics/HIVAIDS/Understanding/Pages/Default.aspx
U.S. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. (n.d.). Tuberculosis. http://
www.niaid.nih.gov/topics/tuberculosis/Pages/default.aspx
World Health Organization. (2008). Hepatitis B fact sheet. Number 204. Geneva:
Author. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/index.html
World Health Organization. (2010). Tuberculosis fact sheet. Number 104. Geneva:
Author. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en
World Health Organization. (2011). Hepatitis C Fact sheet. Number 164. Geneva:
Author. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs164/en/index.html

422
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
World Health Organization. (2011). HIV/AIDS fact sheet. Number 360. Geneva: Author.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/index.html

Manajemen Pemulihan
Treatnet—International Network of Drug Dependence Treatment and Rehabilitation
Resource Centres. (2008). Drug dependence treatment: Sustained recovery
management. New York: United Nations Office on Drugs and Crime. http://www.
unodc.org/docs/treatment/111SUSTAINED_RECOVERY_MANAGEMENT.pdf
White, W. L. (2008). Recovery management and recovery-oriented systems of care:
Scientific rationale and promising practices. Philadelphia: Northeast Addiction
Technology Center, Great Lakes Addiction Technology Center, and Department of
Behavioral Health/Mental Retardation Services. http://www.facesandvoicesofrecovery.
org/pdf/White/recovery_monograph_2008.pdf
White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals.
Counselor, 9(5). http://www.williamwhitepapers.com/pr/2008RecoveryCapitalPrimer.
pdf

423
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
424
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
APPENDIX C—SPECIAL
ACKNOWLEDGMENTS
A special thank you to the following individuals who participated in pilot testing this
curriculum and created client case studies for the curriculum series. Their input was
invaluable.

425
Panduan Peserta: Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus
426
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan juga kepada pihak BNN (Badan
Narkotika Nasional), DSKAI (Dewan Sertfikasi Konselor Indonesia), IKAI (Ikatan
Konselor Adiksi Indonesia) dan pihak-pihak lainnya di Indonesia, yang secara khusus
telah membantu dan berperan serta dalam pengembangan kurikulum ini ke dalam
versi bahasa Indonesia. Bantuan dan dukungan yang diberikan sangat berharga dalam
pengembangan kurikulum ini.

Irjen. Pol. Anang Iskandar Achmad ICACI


Kepala Pelaksana Harian Direktur, Yayasan KARISMA
Badan Narkotika Nasional Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Indonesia Trainer, The Colombo Plan ACCE
Indonesia

Dr. Kusman Suriakusumah, Sp.KJ, MPH Erry Wijoyo, S.Ikom


Deputi Rehabilitasi Direktur Program, Yayasan Karya Peduli
Badan Narkotika Nasional Kita
Indonesia Trainer, The Colombo Plan ACCE
Indonesia

Dr. Benny Ardjil, Sp.KJ Dr.Nia


Ketua Kasie.Bidang Rehabilitasi Instansi
Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia Pemerintahan
Trainer, The Colombo Plan ACCE Badan Narkotika Nasional
Indonesia Indonesia

Narendra Narotama, ST Dr.Ayesha, Sp.KJ


Konselor Adiksi Psikiater
Ikatan Konselor Adiksi Indonesia RSJ Jakarta
Indonesia Indonesia

427
Panduan Peserta: Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus

Anda mungkin juga menyukai