UTC-3 (Gangguan Mental Dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar Untuk Profesional Adiksi)
UTC-3 (Gangguan Mental Dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar Untuk Profesional Adiksi)
Panduan Peserta
Ucapan Terima Kasih
Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar untuk Profesional
Adiksi adalah bagian dari sembilan volume rangkaian pelatihan yang dikembangkan oleh U.S.
Department of State’s Bureau of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL).
Publikasi ini dikembangkan di bawah nomor kontrak SAQMPD07D0116, Layanan Dukungan
Pengurangan Permintaan (Demand Reduction Support Services), antara INL dan Alvarez &
Associates, dengan JBS International, Inc. (JBS), yang berperan sebagai sub-kontraktor.
Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office of
Anticrime Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan dan
kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project Director
dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand Reduction
Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker, sebagai
Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry W. Mens,
M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy Caron,
sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire Macdonald
sebagai Senior Graphic Designer.
Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Cynthia Moreno Tuohy, Executive Director dari NCAC II, CCDC III, SAP; Shirley Beckett
Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison dari
NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti Storie,
M.A., Education & Training Consultant. Para contributor lain, termasuk Suzanne Hall-Westcott,
M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams Hymons,
M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services; Phyllis Mayo,
Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W., Ruscavage Consulting.
Beberapa materi di dalam kurikulum ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family
Health International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for
International Development.
Panduan ini diterjemahkan dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi profesional oleh
tenaga instruktur Indonesia.
Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan anggota
pilot-test group (lihat Appendix C), yang menyediakan banyak masukan berharga. Partisipasi
antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi penyelesaian
publikasi ini.
Sangkalan
Intervensi terapi gangguan penggunaan zat yang dijelaskan di sini, tidak mencerminkan posisi
resmi dari INL atau The U.S Department of State . Panduan dalam dokumen ini tidak boleh
dianggap pengganti untuk perawatan klien individual.
Publikasi 2012
ii
DAFTAR ISI
Bagian III—Lampiran
Lampiran A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 413
Lampiran B—Sumber Rujukan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 419
Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 423
iii
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
ORIENTASI PESERTA
Introduksi
Selamat datang! Pelatihan ini akan memberikan ikhtisar mengenai gangguan medis
dan gangguan mental yang biasa menyertai dalam gangguan penggunaan zat (GPZ).
Kurikulum ini juga akan mengajarkan tentang hubungan antara gangguan mental dan
GPZ, dan memberikan informasi mengenai masalah dan model-model terapinya.
Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum ― Suatu Ikhtisar untuk
Profesional Adiksi merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang dibentuk melalui
pendanaan dari the U.S. Department of State kepada The Colombo Plan for the Asian
Centre for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE). Informasi
selengkapnya tentang Colombo Plan dan ACCE dapat ditemui di http://www.colombo-
plan.org. Indonesia mengadopsi kurikulum ini untuk meningkatkan kompetensi
konselor yang bekerja membantu orang dengan gangguan penggunaan zat (GPZ)
di Indonesia melalui kerjasama antara Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia
(DSKAI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Colombo Plan for Asian Center
for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE).
Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait gangguan penggunaan zat (GPZ),
dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional melalui pelatihan,
menumbuhkan sikap profesional, dan memperbanyak tenaga kerja terapi global.
Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
profesional dalam tahap dasar dengan menyediakan informasi terkini tentang GPZ dan
terapi, dan memfasilitasi aktivitas secara langsung untuk mengembangkan keahlian,
kepercayaan diri dan kompetensi.
Selamat karena telah meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak lagi mengenai
pekerjaan anda!
Pelatihan
Ketujuh modul dalam rangkaian pelatihan ini mungkin akan menghabiskan waktu
kursus lebih dari 3 (tiga) hari penuh, atau mungkin lebih dari beberapa minggu atau
bulan. Para instruktur telah menyediakan jadwal spesifik untuk anda.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini mencakup:
Presentasi dan diskusi yang dipandu oleh instruktur;
Aktifitas belajar kreatif terarah secara berulang kali, seperti latihan-latihan dalam
kelompok kecil,dan latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan penuh Kurikulum 3 akan mampu untuk:
Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini termasuk:
2
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ringkasan modul.
Panduan Peserta juga memiliki daftar istilah (lampiran A), daftar dari sumber-
sumber referensi (lampiran B), dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini (lampiran C).
Instruktur anda akan memberikan anda sebuah buku catatan untuk digunakan sebagai
jurnal pribadi anda. Anda dapat menggunakan jurnal ini dengan beberapa cara,
seperti anda dapat mencatat:
4
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN
5
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Acara Pembukaan 20 menit
Sambutan Pelatih, Housekeeping, dan Penentuan Peraturan 10 menit
Latihan Berpasangan: Perkenalan 45 menit
Presentasi: Materi Pelatihan 10 menit
Presentasi: Kenapa Pelatihan ini 15 menit
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok-Besar: Harapan Pelatihan 15 menit
Latihan Kelompok-Besar: Introduksi Karakteristik dan Gaya Konselor 40 menit
Presentasi: Karakteristik dan Gaya Konselor 10 menit
Jurnal: Karakteristik Konselor – Asesmen Diri 15 menit
Tujuan Pelatihan
Menciptakan komunitas dan lingkungan pembelajaran yang positif.
Memberikan latar belakang informasi mengapa pelatihan ini dilaksanakan.
Memberikan sebuah ringkasan dari keseluruhan tujuan pelatihan, sasaran, dan
pendekatan pembelajaran dari kurikulum; dan
Memberikan informasi mengenai apa itu krisis.
Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk:
7
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Menjelaskan tujuan umum dan menjelaskan minimal 4
objektif dari pelatihan 3 hari ini
Peserta menyatakan 1 tujuan pribadi
Memperoleh 1 fakta pembelajaran menarik dari minimal
4 peserta lainnya
Menjelaskan mengenai 2 alasan perlunya konselor
GPZ memahami gangguan medis dan mental
Menjelaskan secara singkat konsep PZ,GPZ,kesehatan
jiwa, dan gangguan jiwa
1.2
8
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Siapa nama Anda ?
Apa pekerjaan Anda ?
Di kota mana Anda tinggal dan bekerja ?
Apa nilai-nilai yang paling penting bagi Anda dalam
menjalani hidup ?
1.3
9
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
1.4
Sekitar
149–272 juta orang di dunia pernah
setidaknya sekali menggunakan zat terlarang
pada tahun 2009
Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.5
10
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Terkait Penggunaan Zat
Gangguan penggunaan zat
Penyalahgunaan zat
Ketergantungan zat
Gangguan yang dipicu karena penggunaan zat
Intoksikasi
zat
Sindroma putus zat
Gangguan mental yang diinduksi oleh penggunaan zat
Source: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. (4th ed., text
revisions). Washington, DC: Author.
1.6
11
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Termasuk kategori-kategori Penggunaan
Berbahaya dan Sindrom Ketergantungan—World
Health Organization’s International Classification
of Diseases (ICD)-10.
Source: World Health Organization. (2007). International statistical classification of disease and related health
matters (10th revision). Geneva: Author. 1.7
1.8
Source: UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
12
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
11–21 juta orang menyuntikkan narkoba pada
tahun 2009
Source: UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations. 1.9
13
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Konsekuensi global dari GPZ sangat luas,
mencakup:
Tingginya angka hepatitis and tuberculosis
Hilangnya produktivitas
Kecacatan dan kematian terkait kecelakaan mobil dan
kecelakaan lainnya
Overdosis dan kematian terkait penggunaan zat
Bunuh diri
Kekerasan
1.10
Source: UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.
1.11
14
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diperkirakan pada tahun 2009 terdapat 3,6
juta pengguna narkoba, dimana 900 ribu
orang diantaranya menjadi pecandu.
Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna napza suntik)
menyumbangkan angka penularan sebanyak
37.9%.
15
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna narkotika
suntik) menyumbangkan angka penularan
sebanyak 37.9%.
1.14
16
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk
Profesional Adiksi” (3 hari)
Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
Tinjauan tentang fisiologi adiksi sebagai penyakit
otak dan farmakologi zat psikoaktif
1.15
17
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Kurikulum 2 : “Terapi Gangguan Penggunaan Zat –
Perawatan Berkelanjutan untuk Profesional
Adiksi” (5 hari)
Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
Ikhtisar tentang pemulihan dan manajemen
pemulihan; tahap perubahan perilaku; faktor yang
mempengaruhi hasil terapi; prinsip terapi efektif;
komponen terapi; dan praktik berbasis bukti, termasuk
konseling pasangan dan keluarga.
1.16
1.17
18
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kurikulum 5 : “Asesmen dan Wawancara,
Perencanaan Terapi dan Pendokumentasian,
untuk Profesional Bidang Adiksi”
Pelatihan berbasis ketrampilan.
Asesmen yang efektif dan terintegrasi, perencanaan
terapi dan pendokumentasian sebagai perangkat
dalam terapi.
1.18
19
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Kurikulum 6 : “Manajemen Kasus untuk
Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek.
Ikhtisar manajemen kasus dalam terapi GPZ dan
keterampilan praktik dalam fungsi manajemen kasus
(perencanaan, jejaring, monitoring, advokasi,
konsultasi, dan kolaborasi).
1.19
1.20
20
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kurikulum 8: Etika untuk Profesional Adiksi (4
hari)
Pelatihan dasar
Perilaku profesional dan perilaku etis,kerahasiaan,
prinsisp-prinsip etika dan kode etika
profesional,pengambilan keputusan beretika, dan
supervisi dan praktek beretika
1.21
21
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Jika seseorang didiagnosis sebagai GPZ dan
gangguan mental atau gangguan medis
(sekurang-kurangnya1)
1.22
UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
1.23
22
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan
Gangguan
Penggunaan
Mental
Zat
23
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Efeknegatif pada hasil terapi GPZ dan Gangguan
Mental
Seorang klien dengan GPZ dan Gangguan Mental
cenderung memiliki:
Hubungan-hubungan yang sedikit dan kurang
memadai
Jaringan dukungan sosial yang lemah
Rumah, pekerjaan dan riwayat penghasilan yang
tidak stabil
1.25
1.26
24
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan
Penggunaan
Zat
Gangguan Gangguan
Mental Medis
1.27
25
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Memahami konsep-konsep dan terminologi kunci
Menjelaskan faktor-faktor risiko dan protektif
biologis dan lingkungan pada co-occurring
disorders
Menjelaskan saran-saran konseling bagi 6
gangguan mental utama dan GPZ
1.28
1.29
26
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Break
15 minutes
1.30
27
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Tuliskan 2 harapan-harapan dari pelatihan pada
kartu index Anda
1.31
1.32
28
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kesehatan mental tidak hanya didefinisikan
dengan muncul atau adanya gangguan
mental, tetapi sebagai kesejahteraan mental
(mental wellness):
“Kesehatan mental . . . adalah suatu kondisi
kesejahteraan dimana setiap individu mengetahui
potensi dirinya, dapat mengatasi stres kehidupan
normal,dapat bekerja produktif dan bermanfaat,
dan mampu berkontribusi bagi lingkungannya”
Source: WHO. (2007). What is mental health? Retrieved on December 12, 2010, from http://www.who.int/ 1.33
features/qa/62/en/index.html
29
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Penggunaan zat psikoaktif yang tidak berlebihan
atau menyebabkan masalah dalam kehidupannya
1.34
Source: American Psychiatric Association. (2010). Definition of a mental disorder: Proposed revision.
APA DSM-V Development Website. Retrieved February 3, 2012 from http://www.dsm5.org
1.35
30
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Atasdasar adanya kekurangan atau adanya
masalah dalam satu atau lebih aspek fungsi
mental, meliputi dan tidak terbatas pada:
Fungsi Umum/Global (contohnya, kesadaran,
orientasi,intellect, atau temperamen)
Fungsi Khusus/Specific (contohnya, atensi, memori,
emosi, psikomotor, persepsi, pikiran)
1.36
31
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Adanya kekurangan atau adanya masalah dalam
aspek fungsi tersebut tidaklah hanya:
Suatu respon terhadap stresor dan kehilangan yang
umum (misalnya kehilangan orang yang dicintai) atau
Suatu respon yang biasa terjadi secara budaya
terhadap suatu peristiwa (misalnya, keadaan trance
dalam ritual agama) atau
Utamanya sebagai akibat penyimpangan atau konflik
dengan masyarakat
1.37
Addiction
1.38
32
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
33
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 1.1: The Colombo Plan Asian Centre
for Certification and Education of Addiction Professionals
Training Series
35
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Modul 1—Introduksi Pelatihan, Ringkasan
Masalah Global
Penggunaan zat psikoaktif berlanjut menjadi masalah global. Sebuah survei yang
dilakukan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan
bahwa pada tahun 2009, sekitar 149 hingga 272 juta orang berusia antara 15 dan
64 tahun, telah menggunakan zat ilegal setidaknya 1 kali.1
Zat ilegal yang dimaksud di dalam survei tersebut, termasuk opioids, kanabis,
kokain, stimulan tipe amfetamin lainnya, halusinogen, dan ekstasi, diantara lainnya.
Beberapa orang dalam jumlah signifikan yang menggunakan zat psikoaktif,
mengalami gangguan penggunaan zat (dikenal dengan istilah GPZ).
Gangguan Penggunaan Zat, disingkat menjadi GPZ, adalah pengertian umum untuk
menjelaskan rentang masalah terkait dengan penggunaan zat (termasuk obat-
obatan terlarang dan penyalahgunaan obat yang diresepkan), dari penyalahguna
zat hingga ketergantungan zat dan adiksi.
GPZ juga merupakan sub-kategori dari gangguan terkait zat yang dijelaskan di
dalam dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (or DSM-IV-TR)”2.
GPZ mencakup penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Kategori luas dari gangguan terkait zat juga mencakup sub-kategori dari gangguan
induksi zat, yang termasuk:
• Intoksikasi zat;
• Putus zat; dan
• Gangguan mental yang diinduksi oleh zat
GPZ disebut “Penggunaan Berbahaya” dan “Sindroma Ketergantungan” dalam
“World Health Organization’s (WHO’s) International Statistical Classification of
Diseases (ICD) , 10th revision3.
Survei dari PBB menyatakan bahwa sekitar 15 hingga 39 juta orang berusia antara 15
dan 64 tahun, dapat didefinisikan sebagai “pengguna zat (narkoba) bermasalah”:
• Survei tersebut mendefinisikan “pengguna zat bermasalah” tersebut
berdasarkan pada:
• Jumlah orang yang dilaporkan mengalami masalah ketergantungan zat
(narkoba);
• Jumlah orang yang menyuntikkan zat (narkoba); dan
• Jumlah orang yang mengunakan opioids, amfetamin, atau kokain dalam jangka
waktu yang lama
1 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author
3 World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva,
Switzerland: Author.
36
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Survei PBB yang lain juga menyebutkan bahwa1:
• Sekitar 11 hingga 21 juta orang menyuntikkan narkoba pada tahun 2009.
• Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.
• Sekitar separuh dari yang menyuntik tersebut, terinfeksi virus Hepatitis-C.
Konsekuensi global dari GPZ telah berkembang dan susah dikendalikan, seperti
diantaranya:
• Tingginya angka hepatitis dan tuberkolosis;
• Kehilangan produktivitas;
• Cidera hingga kematian akibat dari kecelakaan dalam berkendara dan
kecelakaan lainnya;
• Overdosis, yang berakibat kematian;
• Bunuh diri; dan
• Tindak kekerasan
Jumlah tersebut sangat signifikan. Direktur Ekesekutif UNODC mengatakan
bahwa “ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak terpenuhi yang sangat
besar dalam hal pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi masalah NAPZA,
terutama di negara berkembang”.
Ada beberapa alasan mengenai hal tersebut, tapi alasan utamanya adalah
kurangnya kapasitas dari program terapi yang memadai.
Serial Pelatihan
Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui
pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the
Asia Center for Certification and Education of Addiction Professionals.
Tujuan keseluruhan dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah
kesehatan, sosial dan ekonomi yang terkait GPZ dengan membangun kapasitas
terapi ternasional melalui pelatihan, membangun keprofesionalan-, dan
memperbanyak tenaga kerja terapi global.
Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
profesional pada tahap awal dengan memberikan informasi yang penting untuk
diketahui dan pelatihan keterampilan khusus.
Kurikulum di dalam serial ini meliputi:
1 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
37
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
• Kurikulum 2: “Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan
dari Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 5 hari yang
memberikan dasar atau landasan untuk mempelajari konseling GPZ. Kurikulum
ini tidak mengajarkan latihan keterampilan, namun lebih pada konteks kurikulum
berbasis keterampilan pada kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini.
Kurikulum 2 menjelaskan tentang ikhtisar pemulihan, manajemen pemulihan,
tahap perubahan, prinsip-prinsip efektif dari terapi, komponen-komponen
dari terapi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi dan praktek-praktek
berbasis bukti, termasuk didalamnya konseling keluarga dan pasangan.
• Kurikulum 3: “Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada
Gangguan Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi”; merupakan
pelatihan selama 2 hari yang juga memberikan dasar dan ikhtisar bagi hubungan
dari gangguan mental yang menyertai dari satu ke yang lainnya dan berkaitan
dengan isu terapi, seperti halnya sebuah garis besar penjelasan singkat dari
gangguan medis dan mental yang menyertai pada umumnya.
• Kurikulum 4: “Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi”;
merupakan pelatihan berbasis keterampilan selama 5 hari. Kurikulum ini
memberikan ikhtisar tentang hubungan yang membantu dan intensional, atau
fokus, di dalam konseling. Juga memberikan kesempatan untuk mempelajari
dan melatih teknik-teknik konseling cross-cutting. Dengan menggunakan cross-
cutting, ini dimaksudkan bahwa ketrampilan tersebut merupakan esensi dari
setiap tahapan dalam terapi dan dalam semua jenis situasi konseling, termasuk
ketika bekerja dengan keluarga. Kurikulum ini juga mengajarkan tentang dasar
keterampilan wawancara motivasional dan latihan mengajarkan klien tentang
keterampilan pemulihan, yang merupakan sebuah aspek penting dari terapi.
Keterampilan konseling kelompok dasar (bagi klien dan anggota keluarga) dan
kelompok psikoedukasi juga tercakup di dalam kurikulum ini.
• Kurikulum 5: “Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan Terapi, dan
Pendokumentasian untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar
selama 4 hari yang mengajarkan tentang efektifitas integrasi antara asesmen
dengan rencana rawatan, juga memaparkan tentang pendokumentasian
sebagai bagian bari alat rawatan.
• Kurikulum 6: “Manajemen Kasus untuk Profesional Adiksi”; merupakan
pelatihan dasar dan berbasis keterampilan selama 2 hari yang memberikan
ikhtisar dari manajemen kasus bagi rawatan GPZ, dan juga memberikan
keterampilan praktek dalam fungsi manajemen kasus, seperti perencanaan,
jejaring, monitoring, advokasi, konsultasi, dan berkolaborasi.
• Kurikulum 7: “Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan
2 hari yang mengetengahkan konsep bahwa krisis sebagai bagian dalam
kehidupan, dan menyediakan panduan untuk mempraktekkan manajemen
krisis, termasuk mengelola resiko bunuh diri. Pelatihan ini juga mengetengahkan
cara-cara konselor dalam menghindari krisis situasi personal dengan
mengembangkan latihan-latihan dan informasi-informasi tentang perawatan
diri bagi konselor.
• Kurikulum 8: “Etika untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 4 hari yang
mengetengahkan panduan profesional dan etika perilaku, kerahasiaan, prinsip-
prinsip etika dan kode etik profesional, serta etika dalam membuat keputusan.
Kurikulum ini juga memaparkan mengenai pentingnya supervisi sebagai bagian
dari penegakkan etika di dalam praktek.
38
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Kurikulum 9: “Bekerja dengan Keluarga dalam Rawatan bagi Gangguan
Penggunaan Zat”; adalah 3-hari kursus yang menyediakan tentang ikhtisar dari
dampak yang ditimbulkan GPZ bagi system di dalam keluarga, dan juga manfaat
dari penglibatan anggota keluarga di dalam rawatan. Kurikulum ini memaparkan
tentang cara-cara dalam melibatkan anggota keluarga di dalam suatu rawatan
dan menyediakan informasi serta praktek dalam penyelenggaraan rangkaian
layanan bagi keluarga, seperti psiko-edukasi, sesi bersama keluarga, dan
konseling kelompok dari berbagai keluarga. Kursus ini pun mengetengahkan
tentang perbedaan antara konseling keluarga dengan terapi untuk keluarga,
dan bagaimana membuat rujukan yang sebaiknya untuk menambah layanan
secara intensif apabila diperlukan.
1 World Health Organization. (2010). Mental health: Strengthening our response. Retrieved July 17, 2011, from http://www.who.int/
mediacentre/factsheets/fs220/en/index.html
2 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
3 UNODC. (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Retrieved February 25, 2011, from http://www.
unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
4 ibid.
39
Panduan Peserta: Modul 1—Introduksi Pelatihan
Laporan dari The Commission on Narcotic Drugs juga memaparkan tingginya
prevalensi gangguan medis ko-okuring, dengan catatan bahwa penggunaan zat
ilegal adalah 1 dari 20 faktor-faktor risiko tertinggi terhadap masalah kesehatan
diseluruh dunia1.
Hal-hal rumit berikutnya, adalah merupakan sesuatu yang biasa bila seorang klien
memiliki gangguan-gangguan ko-okuring GPZ,mental dan medis.
1 UNODC. (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Retrieved February 25, 2011, from http://www.
unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
2 World Health Organization. (2007). What is mental health? Retrieved July 15, 2011, from http://www.who.int/features/qa/62/en/index.html
40
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 2
RIWAYAT, KERENTANAN, DAN DAMPAK DARI GANGGUAN
KO-OKURING
41
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 2 5 menit
Presentasi: Gangguan Ko-okuring—Riwayat dan dampak 10 menit
Presentasi: Mengapa gangguan penggunaan zat terjadi bersamaan
20 menit
dengan penyakit mental lainnya
Latihan kelompok kecil: Menelusuri kerentanan gangguan ko-okuring 60 menit
ISHOMA 60 menit
Objektif Pembelajaran
Peserta pelatihan setelah menyelesaikan Modul 2 akan mampu untuk:
43
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
MODUL 2
RIWAYAT, KERENTANAN, DAN DAMPAK DARI
GANGGUAN KO–OKURING
2.2
44
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Riwayat Istilah GKO
2.3
45
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Gangguan Dual (Dually Disordered)
2.4
Komorbiditas
2.5
46
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diagnosis Gangguan Ko-Okuring (GKO)
47
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Riwayat
2.7
Insiden GKO
19.7 % dewasa
dengan gangguan
Gangguan Mental mental juga memiliki
GPZ GPZ
Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2010). Results from the 2009
National Survey on Drug Use and Health: Mental Health Findings. Office of Applied Studies, NSDUH Series
H-39, HHS Publication No. SMA 10-4609. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.
2.8
48
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Jender dan GKO
2.9
49
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Riwayat GKO
Tahun
2000, baik organisasi kesehatan mental
dan GPZ di Amerika Serikat :
Mengenalkan kriteria diagnosis GKO
Mengadakan pelatihan yang meliputi kedua hal
diatas.
Mengoordinasikan upaya-upaya penelitian
2.10
2.11
50
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
WHO Peduli terhadap GKO
Sumber: WHO. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions (p. 10).
Geneva: Author.
2.12
51
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Penyebab GKO
2.13
Kausalitas – Skenario 1
2.14
52
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Contoh skenario 1
Sumber:
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction.
Vienna: Commission on Narcotic Drugs. Retrieved February 25, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/
CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
Maxwell, J. (n.d.). Implications of research for treatment: Ecstasy. Austin, TX: U.S. Gulf Coast Addiction Technology Transfer Center. Retrieved
March 15, 2011, from http://www.utexas.edu/research/cswr/gcattc/Ecstasy.pdf 2.15
53
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Kausalitas – Skenario 2
Sumber: US-DHHS. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.
2.16
Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author.
2.17
54
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kausalitas – Skenario 3, Bagian II
Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision).
Washington, DC: Author.
Dziegielewski, S. F. (2002). DSM-IV-TR™ in action (p. 327). New York: John Wiley & Sons. 2.18
55
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Kausalitas – Skenario 4
2.19
2.20
56
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak Jangka Panjang dari
Penggunaan Zat pada Usia Muda
2.21
57
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Dampak Jangka Panjang dari Mata Rantai
Penggunaan Zat pada Usia Muda
Sumber: US-DHHS. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication
Number 10-5771. Bethesda, MD: Author. 2.23
58
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Ko-Okuring (GKO) pada Remaja
2.24
59
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Penelitian Terkini Mengenai GKO
Sumber: US-DHHS. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity. NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author. 2.25
Interaksi
gen menghasilkan kerentanan menjadi
GPZ dan Gangguan mental secara langsung:
Proteinmemengaruhi bagaimana respons seseorang
terhadap zat.
Berapa lama narkoba menetap dalam tubuh.
Menghasilkan kerentanan secara tak langsung :
Merubah respons individu terhadap stres
Meningkatkan perilaku risiko tinggi
2.26
60
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak pada Otak
Sirkuit
otak yang menggunakan neurotransmiter
dopamin dipengaruhi oleh zat adiktif, dan
berhubungan dengan:
Depresi
Skizofrenia
Gangguan psikiatri lain
2.27
61
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Efek Lainnya pada Otak
Sirkuit
otak yang berkaitan dengan dopamin
dipengaruhi oleh obat-obat :
Antidepresan dan antipsikotik secara langsung
memengaruhi regulasi dopamin
Jalur dopamin yang berkaitan dengan timbulnya stres
akan meningkatkan kerentanan mengalami
ketergantungan zat
Stres merupakan faktor risiko lingkungan dari
penggunaan zat dan Gangguan mental
2.28
2.29
62
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak Otak dari Gangguan Mental
2.30
63
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Latihan Kelompok Kecil: Eksplorasi
Kerentanan Ko-Okuring
2.31
ISHOMA
60 menit
2.32
64
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
65
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Halaman Penjelasan 2.1: Merokok dan Skizofrenia—
Medikasi-Diri atau Berbagi Saluran Sirkuit Otak?1
Memperbaiki perhatian dan memori kerja pada model hewan skizofrenia: dan
Mengurangi taraf merokok pada hewan.
Memahami bagaimana dan mengapa pasien skizofrenia menggunakan nikotin dapat
membantu kita mengembangkan terapi baru bagi skizofrenia dan ketergantungan
nikotin.
1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.
66
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 2.2: ADHD di Masa Kanak-Kanak dan
Masalah Penyalahgunaan Narkoba di Masa Mendatang1
Sudah banyak penelitian yang menemukan meningkatnya risiko GPZ pada remaja
akibat tidak diberikan terapi untuk ADHD (Attention Disorder and Hiperactivity Disorder
/ Gangguan Pemusatan Perhatian dan Gangguan Hiperaktifitas) yang dialami ketika
masa kanak, walaupun beberapa berpendapat bahwa hanya sebagian individu yang
rentan: yaitu mereka yang juga mengalami gangguan tingkah laku. Dengan kaitan ini,
maka penting untuk memastikan apakah terapi ADHD yang efektif dapat mencegah
GPZ dan masalah perilaku dikemudian hari. Terapi ADHD masa kanak dengan medikasi
stimulan seperti methylphenidate atau amfetamin dapat mengurangi:
Perilaku impulsif;
Gelisah; dan
Ketidakmampuan konsentrasi.
Semua ini adalah ciri-ciri khas anak dan remaja yang didiagnosis dengan ADHD.
Namun, banyak dokter dan orang tua khawatir kalau anak ADHD diterpi dengan
stimulan akan meningkatkan risiko untuk menjadi penyalahguna zat dikemudian hari..
Dari penelitian jangka panjang terhadap anak dengan ADHD yang diterapi dengan
obat stimulan tidak terbukti meningkatkan GPZ. Obat stimulan seperti;
Adderal;
Ritalin; dan
Concerta.
Walaupun demikian, banyak penelitian itu memiliki keterbatasan, dan perlu penelitian
lebih lanjut, terutama dengan remaja.
1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author
67
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Halaman Penjelasan 2.3: Akibat Penggunaan Ganja Masa
Remaja pada Psikosis Masa Dewasa yang Dipengaruhi oleh
Faktor Genetik1
15
Remaja Bukan
Pengguna Ganja
12 Remaja Pengguna
Kanabis
Persen
0
Met/Met Val/Met Val/Val
Variasi Gen
1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH
Publication Number 10-5771. Bethesda, MD: Author.
68
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 2.4: Kondisi Tumpang Tindih—Berbagi
Kerentanan1
Menjelaskan bahwa hal ini adalah dua sisi dari satu koin;
Mengurangi risiko terjadinya gangguan mental lain; dan
Mengurangi beratnya gangguan atau membuatnya lebih responsif terhadap terapi
jika keduanya terjadi.
Grafik berikut menggambarkan hubungan GPZ dengan gangguan mood dan anxietas
dan sebaliknya.
15
10
0
Any Drug Opioid Amphet. Cocaine Marijuana
1 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author. Reprinted in source document from National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (Conway et
al., 2006).
69
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Ringkasnya, dibanding orang tanpa gangguan mood, orang dengan gangguan mood :
Lebih dari dua kali kemungkinannya menggunakan salah satu jenis narkoba;
Lebih dari tujuh kali kemungkinannya menggunakan opiat;
Sedikit lebih besar kemungkinannya menggunakan baik amfetamin atau kokain;
dan
Lebih kurang dua kali kemungkinannya menggunakan ganja.
Demikian pula, dibanding orang tanpa gangguan anxietas,orang dengan gangguan
anxietas:
50
Semua Responden
40 Setiap GPZ
Persen
30
20
10
0
Mood Disorders Anxiety Disorders
Penderita gangguan mood dibanding orang tanpa GPZ. Demikian pula orang dengan
GPZ dan gangguan anxietas.
70
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Merokok dan Gangguan Mental
Lebih dari 40% rokok yang diisap di Amerika diisap oleh individu dengan gangguan
mental, seperti;
80
70 Perokok
60
Persen
50
40
30
20
10
0
No Mental Dep* AUD** PTSD*** SUD Bipolar
Disorders Disorders
* Depression
**Alcohol use disorder
***Post-traumatic stress disorder
1 Lasser, K., Boyd, J. W., Woolhandler, S., Himmelstein, D. U., McCormick, D., & Bor, D. H. (2000). Smoking and mental illness: A population-
based prevalence study. JAMA, 284(20), 2606–2610.
71
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
Modul 2—Riwayat, Kerentanan,
dan Dampak GKO
Gangguan Ko-Okuring—Riwayat dan dampak
Istilah GKO (Gangguan Ko-Okuring) relatif baru baik bagi terapis kesehatan mental
dan konselor GPZ. Selama 40 tahun yang lalu, banyak istilah telah digunakan
untuk GKO, ketika praktisi mulai memahami bahwa isu kesehatan mental dan
penyalahgunaan zat terjadi tumpang tindih pada beberapa klien.
Anda mungkin pernah mendengar istilah “mentally ill chemical abuser” atau MICA,
dan “chemically addicted and mentally ill,” atau CAMI. Istilah-istilah ini tidak lagi
digunakan secara umum sekarang.
Dua istilah yang tetap ada: “gangguan dual” (dual disorders) dan “gangguan
komorbiditas” (comorbid disorders).
“Gangguan dual” (dually disordered) adalah istilah yang menjelaskan bahwa
seseorang didiagnosis menderita gangguan mental dan GPZ. Dengan demikian
mengecualikan orang dengan lebih dari satu GPZ dan lebih dari satu gangguan
mental dan sekarang sudah jarang digunakan.
Komorbiditas adalah istilah yang masih digunakan komunitas medis dan
psikologis untuk menjelaskan eksistensi dua atau lebih penyakit atau kondisi pada
satu individu pada waktu yang sama. Istilah ini terus digunakan seringkali ketika
gangguan medis terjadi (co-occur) bersama GPZ atau gangguan mental, tetapi
istilah ini kadangkala masih digunakan untuk menjelaskan adanya gangguan
mental dan GPZ.
Saat ini, Gangguan Ko-okuring (co-occurring disorders) adalah istilah yang paling
sering digunakan.
Diagnosis GKO dibuat ketika setidaknya ada satu gangguan mental atau gangguan
medis dipastikan terjadi sebagai tambahah pada GPZ dan tidak disebabkan oleh
GPZ (ketergantungan karena GPZ).
Seorang konselor harus waspada bahwa apa yang diamati bukan hanya semata-
mata sekumpulan gejala-gejala dari suatu tipe gangguan, misalnya pikiran paranoid
muncul akibat ketergantungan amfetamin. Banyak gejala-gejala seperti ini hilang
ketika seseorang berhenti pakai narkoba. Hanya ketika gejala-gejala tidak hilang
dan seseorang itu memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan mental
sebagai tambahan untuk GPZ, maka dia dipertimbangkan memiliki GKO.
Pemahaman GKO telah semakin maju dan terus berkembang. Pada akhir tahun
1970an terapis kesehatan mental dan konselor GPZ mulai mengakui bahwa adanya
GPZ dan gangguan mental sangat mempengaruhi hasil terapi.
Intervensi dini, dahulu fokus pada depresi dan GPZ. Walaupun adanya kaitan antara
depresi dan GPZ pada masa lalu menjadi bahan kajian, barulah pada 1980an dan
1990an komunitas kesehatan mental dan komunitas GPZ mulai memahami bahwa
gangguan mental, bukan hanya depresi, sering terkait dengan GPZ.
72
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Walaupun demikian, depresi dan anxietas masih cenderung menjadi gangguan
mental yang sering terjadi bersama GPZ1.
Di Amerika, dalam Survey Nasional Penggunaan Narkoba dan Kesehatan tahun
20092 menemukan bahwa 42,8% orang dewasa dengan GPZ juga memiliki
gangguan mental. Sebagai pembanding, orang dewasa yang tidak memiliki GPZ,
17,6% yang memiliki gangguan mental.
Publikasi UNODC/United Nations Office on Drug Use and Crime3 melaporkan
temuan yang sama: taraf ko-okuring adalah 45%.
Orang dewasa dengan gangguan mental lebih mungkin memiliki juga GPZ dibanding
orang dewasa yang tidak memiliki gangguan mental: 19,7% berbanding 6,5%.
1 UNODC. (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Vienna: Commission on Narcotic Drugs.
Retrieved February 25, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/ CND-53-RelatedFiles/ECN72010_
CRP3eV1051349.pdf
2 Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2010). Results from the 2009 National Survey on Drug Use and Health: Mental
Health Findings (Office of Applied Studies, NSDUH Series H-39, HHS Publication No. SMA 10-4609). Rockville, MD: Author.
3 UNODC Commission on Narcotic Drugs, 53rd Session (2010). New challenges, strategies and programmes in demand reduction. Retrieved
July 25, 2010 from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
4 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author
73
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
WHO terus menjelaskan bahwa penyalahgunaan zat sebagai:
• Isu kesehatan mental yang penting;
• Faktor utama berkontribusi pada penyakit global; dan
• Penyebab utama gangguan mental, kecelakaan, dan luka/injury.
Faktanya, WHO jelas-jelas menyatakan keprihatinannya akan dampak GPZ pada
gangguan mental:
GPZ juga merupakan kondisi komorbid signifikan yang dapat merubah perjalanan
penyakit, terapi dan hasil.....
Gangguan penggunaan komorbid atau penyalahgunaan zat komorbid
menambah secara dramatis derajat morbiditas dan ketidakmampuan fungsional
seorang individu, dan mempengaruhi layanan yang diperlukan1.
1 WHO. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions (p. 10). Geneva: Author.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author.
74
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Ganja, terutama pada perokok berat dan dengan dosis tinggi, dapat
menyebabkan psikosis pada individu yang rentan1; dan
• Ecstasy membuat individu cenderung mengalami gangguan mood dikemudian
hari2.
Skenario kedua gangguan mental dapat menjadi GPZ. Individu dengan gangguan
mental ringan yang secara klinis belum memenuhi kriteria DSM dapat saja
menggunakan narkoba sebagai bentuk medikasi diri/”self-medication”. Misalnya,
penggunaan produk tembakau oleh klien skizofrenia dipercaya dapat mengurangi
gejala dan memperbaiki kognitif3. Sebagai tambahan, gangguan mental dapat
mengurangi kemampuan seseorang untuk mengendalikan impuls, mengakibatkan
meningkatnya penggunaan zat yang tidak terkontrol.
Skenario ketiga adalah GPZ dan gangguan mental disebabkan oleh faktor-faktor
yang saling tumpang tindih/overlapping seperti:
• Defisit atau luka di otak, termasuk terpapar narkoba selagi dalam kandungan
atau terpapar timah hitam yang ada dalam cat atau zat kimia lain dalam masa
pertumbuhan;dan
• Kerentanan Genetik, seperti ditunjukkan oleh individu dengan gangguan
bipolar seringkali memiliki riwayat keluarga gangguan bipolar, terutama orang
tua atau kakak adik4.
Pengalaman diabaikan dan disakiti ketika masa kanak merupakan faktor risiko.
Misalnya: stres atau trauma pada masa kecil seperti pelecehan seksual atau
siksaan fisik, terorisme atau perang, atau kehancuran keluarga juga merupakan
faktor risiko. Misalnya, 75% individu menderita gangguan kepribadian borderline
ketika kecil mengalami berbagai bentuk pelecehan seksual.5 Pengabaian adalah
kondisi kronik yang dalam beberapa kasus jauh lebih menjadi masalah dibanding
episoda trauma.
Akhirnya, GPZ dan gangguan mental dapat timbul pada saat bersamaan, tanpa
yang satu menyebabkan yang lainnya. Misalnya, masa remaja/dewasa awal adalah
masa yang khas dimana banyak gangguan mental mulai muncul. Masa ini juga
merupakan waktu dimana seseorang mulai menggunakan narkoba. Seringkali, GPZ
dan gangguan mental berbagi kerentanan yang tumpang tindih, sebagaimana
skenario ketiga..
Sehingga tidaklah mengherankan kalau GKO dapat muncul pada masa remaja.
Perubahan-perubahan di otak yang cukup signifikan terjadi dimasa remaja, yang
dapat meningkatkan kerentanan terhadap GPZ dan gangguan mental lainnya.GPZ
mempengaruhi sirkuit-sirkuit otak yang ada kaitannya dengan:
1 United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2010, February). New challenges, strategies and programmes in demand reduction.
Vienna: Commission on Narcotic Drugs. Retrieved February 25, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/
CND-53-relatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
2 Maxwell, J. (n.d.). Implications of research for treatment: Ecstasy. Austin, TX: U.S. Gulf Coast Addiction Technology Transfer Center. Retrieved
March 15, 2011, from http://www.utexas.edu/research/cswr/gcattc/Ecstasy.pdf
3 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda: Author.
4 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
5 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
75
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
• Pembelajaran dan daya ingat/Learning and memory;
• Ganjaran (Reward);
• Pengambilan keputusan (Decision-making);
• Perkembangan emosi (Emotional development); dan
• Kendali perilaku (Behavioral control).
Sirkuit-sirkuit di otak masih dalam proses maturasi hingga awal masa dewasa.
Pemahaman dampak jangka panjang terpapar dini narkoba merupakan bidang
riset yang penting. Ada bukti kuat bahwa terpapar dini narkoba merupakan faktor
risiko masalah GPZ dikemudian hari. Temuan lain juga menyebutkan bahwa dapat
juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya gangguan mental dikemudian hari.
Walaupun demikian kaitan tersebut bukanlah hal yang sederhana dan dapat
dipengaruhi oleh:
• Kerentanan genetik;
• Pengalaman psikososial; dan/atau
• Pengaruh lingkungan umum.
Riset 20051 menunjukkan kompleksitas ini, dimana ditemukan bahwa seringnya
mengisap ganja ketika remaja meningkatkan risiko terjadinya psikosis ketika
dewasa, tetapi hanya pada individu dengan gen tertentu. Riset terbaru juga
menyimpulkan risiko ini tidak terbatas pada orang dengan kerentanan genetik
tertentu, tetapi juga berpengaruh pada populasi umum2.
Juga benar kalau kalau ada gangguan mental ketika masa kanak atau remaja
dapat meningkatkan risiko timbulnya masalah GPZ dikemudian hari, sebagaimana
sering terjadi pada anak dengan gangguan tingkahlaku dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas(ADHD) yang tidak diobati3.
Bagaimanapun terjadinya, GKO umum terjadi ketika remaja dan dewasa. Tingginya
prevalensi GKO dan dampaknya yang buruk terhadap hasil terapi GPZ, program
terapi GPZ bagi remaja haruslah meliputi skrining dan terapi untuk gangguan
mental ko-okuring sesuai kebutuhan.
Riset GKO yang penting saat ini meliputi riset tentang gen yang dapat
mempengaruhi individu untuk:
• Mengalami adiksi dan gangguan mental lainnya; atau
• Memiliki risiko tinggi mengalami gangguan kedua setelah gangguan pertama
terjadi.Diperkirakan lebih kurang setengahnya dari kerentanan individu
terhadap adiksi karena faktor genetik. Kerentanan ini akibat interaksi yang
kompleks dari berbagai gen dan interaksi gen dan pengaruh lingkungan.
1 aspi, A., Moffitt, T. E., Cannon, M., McClay, J., Murray, R., Harrington, H., et al. (2005). Moderation of the effect of adolescent-onset cannabis
use on adult psychosis by a functional polymorphism in the catechol-O-methyltransferase gene: Longitudinal evidence of a gene x
environment interaction. Biological Psychiatry, 57(10) 1117–1127.
2 Hall, W., & Degenhardt, L. (2009). Adverse health effects of non-medical cannabis use. Lancet 374(9698):1383-1391.
3 U.S. Department of Health and Human Services. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.
76
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pada beberapa keadaan, produk gen dapat berpengaruh langsung. Misalnya,
protein gen mempengaruhi bagaimana seseorang merespon narkoba (misalnya,
apakah pakai narkoba menyenangkan atau tidak) dan seberapa cepat tubuh
memetabolisir dan mengeluarkan narkoba dari tubuh1.
Beberapa area otak dipengaruhi oleh GPZ dan gangguan mental. Misalnya, sirkuit
di otak yang menggunakan neurotransmitter dopamin—seperti yang dipelajari di
Kurikulum1—dipengaruhi oleh zat adiktif dan dopamin ini juga berperan dalam:
• Depresi;
• Skizofrenia; dan
Stres juga merupakan faktor risiko lingkungan untuk berbagai gangguan mental
dan karenanya memberikan satu kemungkinan kaitan neurobiologis umum antara
proses penyakit dari GPZ dan gangguan mental.
Tumpang tindih area otak yang terlibat dalam GPZ dan gangguan mental
menguatkan dugaan bahwa perubahan-perubahan otak pada satu gangguan
dapat mempengaruhi gangguan lainnya. Misalnya penyalahgunaan zat yang
mendahului gejala pertama gangguan mental dapat menghasilkan perubahan
dalam struktur dan fungsi otak yang memicu kecenderungan yang sudah ada
untuk terjadinya gangguan mental.
Jika gangguan mental terjadi duluan, perubahan aktifitas di otak tersebut dapat
meningkatkan kerentanan untuk menyalahgunakan narkoba melalui:
1 U.S. Department of Health and Human Services (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity (p. 3). NIH Publication Number 10-5771.
Bethesda, MD: Author.
77
Panduan Peserta: Modul 2—Riwayat, Kerentanan dan Dampak dari Gangguan Ko–Okuring
• Menguatkan efek-efek positifnya;
• Mengurangi kesadaran akan efek-efek negatifnya; atau
• Menghilangkan efek-efek yang tidak menyenangkan terkait gangguan mental
atau obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati gangguan jiwa..
Lihat Halaman Penjelasan 2.1-2.4 untuk contoh-contoh singkat hingga penelitian
mengenai gangguan ko-okuring.
78
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 3
ASESMEN, MODEL DAN PILIHAN TERAPI
Tujuan Pelatihan
Untuk memberikan ikhtisar mengenai konsep asesmen penting di dalam lingkup
gangguan ko-okuring; dan
Untuk memberikan ikhtisar dari model-model terapi dan kesempatan bagi
partisipan untuk menguji pendekatan program mereka.
Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 3 mampu untuk:
81
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Modul 3 Objektif Pembelajaran
1.2
82
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Modul 3 Objektif Pembelajaran
1.3
83
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Gangguan Ko-Okuring (GKO)
1.4
DSM-IV-TR
1.5
84
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Sistem WHO ICD-10
WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems 1.6
(10th revision). Geneva: Author.
85
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Terminologi Gangguan Mental berdasarkan
DSM-IV-TR
1.7
1.8
86
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Nudaya
1.9
87
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Definisi Gangguan Mental berdasarkan
DSM-IV TR (Lanjutan)
1.10
1.11
88
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Definisi Gangguan Mental berdasarkan
DSM-IV TR (Lanjutan)
1.12
89
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Tidak Memberi Label (labeling)
American Society of Addiction Medicine. (2001). Patient placement criteria for the treatment of substance-related 1.14
disorders (2nd revised ed.). Chevy Chase, MD: Author.
90
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terapi GPZ saja
1.15
91
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
GKO – Yang Mumpuni
1.16
1.17
92
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pertanyaan untuk Didiskusikan pada
Kelompok Besar
1.18
93
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Model Terapi:
Terapi Sekuensial/Berkelanjutan
1.19
1.20
94
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Model Terapi: Terapi Paralel
1.21
95
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Kerugian Terapi Paralel
1.22
1.23
96
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Mengapa Terapi yang Terintegrasi Dapat
Berjalan?
1.24
97
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Mengapa Terapi yang Terintegrasi Dapat
Berjalan? (lanjutan)
1.25
1.26
98
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Latihan Berlandaskan Fakta atau
Hasil Penelitian
1.27
99
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Latihan Berlandaskan Fakta atau
Hasil Penelitian (lanjutan)
1.28
Definisi Pemulihan
SAMHSA Blog. (2011, May 20). Recovery defined—A unified working definition and set of principles.
Retrieved July 27, 2011, from http://blog.samhsa.gov/2011/05/20/recovery-defined-a-unified-working-
definition-and-set-of-principles
1.29
100
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terapi Terintegrasi
1.30
101
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Kuadran Pengobatan
U.S. NASADAD. (1998). National dialog on co-occurring mental health and substance abuse disorders.
Washington, DC: Author. Retrieved January 31, 2011, from
http://nasadad.org/national-dialogue-co-occurring-mental-health 1.31
Kuadran Pengobatan
Kuadran I Kuadran II
Keparahan Keparahan
rendah Gangguan Mental tinggi
Sumber: U.S. NASADAD. (1998). National dialog on co-occurring mental health and substance abuse disorders. Washington, DC: 1.32
Author. Retrieved January 31, 2011, from http://nasadad.org/national-dialogue-co-occurring-mental-health
102
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perhatian!
1.33
103
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
3 Tipe Program
Terapi
GPZ – Program Saja
GKO – Program Mumpuni
GKO – Program Ditingkatkan
American Society of Addiction Medicine. (2001). Patient placement criteria for the treatment of substance-related 1.34
disorders (2nd revised ed.). Chevy Chase, MD: Author.
Kerugian
1.35
104
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pemulihan Total
Sumber: White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals
Counselor, 9(5), 22–27. 1.36
105
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Pemulihan Total dan Matriks Tingkat
Keparahan Masalah
Kuadran I Kuadran II
+ +
Pemulihan Total Tinggi Pemulihan Total Rendah
Sumber: White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions
1.37
professionals, Counselor, 9(5), 22–27.
tetapi
106
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Faktor-Faktor dalam Pemulihan Total
(lanjutan )
tetapi
1.39
107
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Sumber Referensi Pemulihan Total
1.40
1.41
108
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
REHAT
15 menit
1.42
109
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Latihan Kelompok Kecil: Dampak GKO pada
Konselor GPZ
1.43
110
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
1
Keparahan
Tinggi Quadrant III Quadrant IV
Less severe mental disorder + More severe SUD More severe mental disorder + More severe SUD
Quadrant I Quadrant II
Less severe mental disorder + Less severe SUD More severe mental disorder + Less severe SUD
substance use and mental disorders: A guide for primary care providers. Substance Abuse in Brief Fact Sheet, 4(2).
Gangguan Mental Tinggi
Adapted from U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2006, Fall). Identifying and helping patients with co-occurring
111
Modul 3—Asesmen, Model dan Pilihan Terapi,
Rangkuman
112
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Menambahkan tentang kesulitan dalam mendefinisikan gangguan mental,
perilaku yang dianggap sebagai sebuah gangguan mental di dalam suatu budaya,
justru dapat dipertimbangkan sebagai sebuah hadiah intelektual maupun spiritual
di dalam sisi lain. Sebagai contoh, DSM-IV-TR menyatakan bahwa jika seorang
klien tidak dapat mendefinisikan perbedaan antara realita dengan fantasi di usia
12 tahun, klien tersebut dapat dianggap memiliki psikosis atau skizofrenia. Namun
begitu di dalam banyak budaya, berbicara dengan ruh-ruh gaib dianggap sebagai
sebuah hal yang normal, malahan dianggap sakti .
DSM-IV-TR menjelaskan gangguan mental sebagai sebuah perilaku “klinis yang
signifikan” atau sindroma psikologi atau pola-pola yang mengarah pada:
• Kesulitan atau penurunan satu atau lebih bidang fungsi, dan
• Suatu peningkatan risiko kematian, sakit, cacat, atau banyak kehilangan
kebebasan secara khusus.
DSM-IV-TR memperluas definisi ini dengan menyatakan bahwa sindroma atau
pola-pola tersebut pasti awalnya disebabkan oleh disfungsi perilaku, psikologis,
atau biologis di dalam individu.
Sangat penting untuk dicatat bahwa kebudayaan menyetujui bahwa kegiatan-
kegiatan seperti kematian orang tua atau anak tidak dianggap sebagai gangguan
mental. Selain itu, perilaku politik, agama, atau seksual sosial menyimpang tidak
selalu dianggap sebagai gangguan mental. Perilaku dan konflik lainnya tersebut,
yang terutama antara individu dan masyarakat, dianggap merupakan gangguan
mental hanya ketika perilaku jelas merupakan gejala dari sindroma yang disebabkan
oleh disfungsi perilaku, psikologis, atau biologis.
Sebelum kita melanjutkan, perlu kita bahas catatan singkat tentang penggunaan
istilah. Di dalam Kurikulum 1 kita berbicara tentang stigma dan dampak dari
istilah yang kita gunakan. Kelompok advokasi konsumen telah menyatakan
keprihatinan tentang bahasa atau istilah yang digunakan untuk mendiskusikan atau
menggambarkan klien dengan gangguan mental. Banyak kelompok mengambil
pengecualian untuk terminologi yang tampaknya menempatkan orang-orang
dalam “suatu kotak” memberi mereka label yang mengikuti mereka sepanjang
hidup mereka dan bahwa tidak menjelaskan identitas mereka secara penuh.
Sebagai contoh, seseorang dengan GKO juga mungkin adalah:
• Seorang ibu;
• Seorang tukang kayu, atau
• Seseorang dengan diabetes.
Dengan demikian, penting untuk merujuk kepada seseorang sebagai orang yang
memiliki kelainan khusus daripada sebagai label. Jadi, kita akan mengatakan:
• “Dia memiliki skizofrenia” daripada “Dia skizofrenia”, atau
• “Dia mengalami kecanduan heroin” daripada “Dia seorang pecandu heroin.”
Bahasa ini berpusat pada orangnya, yang lebih dapat diterima oleh banyak klien,
karena mengakui bahwa mereka memiliki banyak karakteristik, termasuk sehat,
terlindungi, selain karakteristik dari penyakit yang distigma. Menggunakan bahasa
ini berarti kita tidak mendefinisikan orang hanya dengan penyakit mereka. Di
seluruh seri pelatihan ini, kita telah menggunakan pandangan ini.
113
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Tipe – Tipe dari Program
Bidang GKO merupakan hal yang cukup baru. Program GPZ mungkin masih dalam
proses menentukan bagaimana mereka dapat bekerja dengan klien dengan GKO.
Pada tahun 2001, the American Society of Addiction Medicine mengidentifikasi
tiga jenis dasar dari program, yaitu1:
• Program Terapi GPZ saja;
• Program GKO – mampu; dan
• Program GKO – tingkat lanjut/disempurnakan
Program terapi GPZ saja, tidak dapat menampung klien yang memiliki gangguan
mental yang memerlukan perhatian/penanganan khusus, bahkan jika gangguannya
bersifat stabil dan klien berfungsi dengan baik. Program jenis ini merujuk klien
dengan GKO ke program lain, baik ke penyedia layanan lain yang mampu atau ke
penyedia layanan kesehatan mental.
Program GKO – mampu, dipersiapkan terutama untuk merawat masalah GPZ dan
juga menangani gangguan mental ringan sampai sedang. Program ini membahas
GKO dalam kebijakan dan prosedur, penilaian, dan perencanaan perawatan. Para
petugas programnya “mampu mengatasi interaksi antara gangguan mental dan
gangguan terkait zat, serta efeknya pada kesiapan perubahan dari klien, sama
halnya dengan isu relaps dan pemulihan lingkungan, melalui muatan program
individu maupun kelompok. Program-program ini dapat merujuk klien kepada
penyedia layanan kesehatan mental lain untuk layanan tertentu, seperti manajemen
pengobatan atau perawatan harian tapi bekerja sama secara erat dengan program
asalnya.
Program GKO – tingkat lanjut/disempurkanan, memiliki tingkat integrasi yang
lebih tinggi dari layanan terapi gangguan mental dan GPZ. Program-program ini
dapat memberikan terapi penyalahgunaan zat utama kepada klien, dibandingkan
dengan mereka yang diobati di level “program GKO – mampu”, maka program ini
“lebih simtomatis dan, atau secara fungsi terganggu” sebagai hasil dari terjadinya
gangguan mental mereka. . Program ini fokus terutama pada integrasi layanan
untuk penggunaan narkoba/zat dan gangguan mental.
114
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Memberikan terapi secara paralel berarti menangani kedua gangguan yang ada
pada saat yang sama, tetapi dalam pengaturan yang berbeda. Perlakuan paralel
memiliki keuntungan lebih baik dari terapi berurutan karena tidak ada perdebatan
tentang mana gangguan harus diperlakukan pertama, dan klien cenderung untuk
tidak terjebak jatuh diantara celah-celah dalam sistem terapi. Kerugiannya adalah
biasanya program yang menangani gangguan mental sering tidak memahami
GPZ, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini terkadang menciptakan kebingungan bagi
klien maupun menghasilkan konflik terapi yang serius. Sebagai contoh, penyedia
layanan terapi gangguan mental mungkin meresepkan benzodiazepin untuk klien
dengan gangguan kecemasan yang parah. Penyedia perawatan GPZ kemudian
dapat mempertimbangkan klien untuk menjadi tidak abstinensia dan melanggar
aturan program.
Program COD-mampu atau COD-yang disempurnakan, yang telah disebutkan
sebelumnya, dapat menghindari atau mengalami konflik di atas dalam tingkat
sedang.
Penelitian membuktikan bahwa cara yang paling efektif penanganan GKO adalah
melalui program terapi terpadu (program GKO-yang disempurnakan, yang telah
disebutkan sebelumnya). Terapi terpadu mengatasi keseluruhan klien secara efektif
dengan menyediakan intervensi untuk kedua gangguan secara bersamaan. Terapi
terpadu paling sering disediakan di dalam satu tempat, sehingga klien hanya
melalui satu proses admisi dan satu orang petugas utama yang mengkoordinasikan
proses terapinya.
Secara umum, pengobatan GKO terpadu bekerja efektif karena:
• Klien mengembangkan hubungan dengan hanya satu konselor atau tim;
• Klien tidak perlu mengalami kebingungan akibat intervensi dari dua layanan
yang bekerja secara terpisah, dan
• Klien merasa lebih sepenuhnya dipahami karena masalahnya diperlakukan
secara holistik.
Keuntungan lainnya dari kerangka perawatan terpadu adalah:
• Mendukung penilaian dan terapi dapat diselesaikan dimanapun klien masuk
ke dalam system terapi, mengurangi kemungkinan klien akan jatuh diantara
kekurangan dalam sistem;
• Memastikan bahwa pengaturan untuk memfasilitasi konsultasi di tempat
layanan jika petugas tidak memiliki keahlian khusus pada isu-isu klien tertentu,
dan
• Mendorong semua konselor dan program untuk meningkatkan kompetensi
mereka dalam mengobati klien dengan GKO.
Akhirnya, pengelolaan medikasi untuk kedua gangguan mental dan GPZ dapat
lebih efektif dalam program terpadu, mengurangi kemungkinan interaksi obat
yang berpotensi berbahaya atau pengurangan keefektivitasan obat. Petugas
program terintegrasi juga dapat lebih siap untuk memahami risiko yang terkait
dengan interaksi antara obat yang diresepkan dengan zat terlarang yang dapat
digunakan klien ketika ia kambuh, atau masih menggunakan.
115
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Para pengajar di Dartmouth Psychiatric Research Center, Amerika Serikat, menyebutkan
beberapa fitur penting tentang praktik berbasis bukti untuk terapi terpadu GKO1, yaitu:
• Pengambilan keputusan bersama antara klien dengan konselor;
• Integrasi layanan, karena tim konselor yang sama atau tim yang menyediakan
mereka;
• Terapi komprehensif untuk menangani semua kebutuhan klien, mulai dari
perumahan, pekerjaan hingga pelatihan keterampilan;
• Penjangkauan masyarakat “asertif”, di mana konselor bertanggung jawab untuk
bekerja sama dengan rekan di masyarakat untuk mendukung klien;
• Fokus pada mengurangi konsekuensi negatif, seperti dapat melakukan tes untuk
penyakit seperti hepatitis C, dll;
• Menerima pemulihan yang mungkin memakan waktu yang sangat lama untuk
beberapa klien;
• Menggunakan intervensi yang didasarkan pada motivasi klien untuk perubahan;
dan
• Beradaptasi dengan intervensi terapeutik untuk kebutuhan unik dan tujuan dari
setiap klien.
Pada akhirnya tujuan dari semua praktik berbasis bukti adalah untuk membantu
klien dengan untuk pengembangan dan penggunaan capital pemulihan mereka
untuk menciptakan proses perubahan dan bergerak menuju kesejahteraan mereka.
Seperti telah disebutkan di dalam Kurikulum 2, organisasi SAMHSA di Amerika Serikat
baru-baru ini dikembangkan definisi terpadu dari pemulihan untuk kedua gangguan
kesehatan mental dan GPZ, yaitu sebagai2:
Suatu proses perubahan dimana individu bekerja untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan mereka sendiri, dan hidup bermakna dalam lingkungan yang
mereka tentukan, sambil terus berusaha untuk mencapai potensi kemampuan
penuh mereka.
Definisi ini memungkinkan untuk penggunaan obat psikoaktif dalam penanganan
GPZ, mental gangguan, atau kondisi medis tertentu (seperti operasi) bila diperlukan,
meskipun orang tersebut berada dalam fase dalam pemulihan.
Tingkatan Perawatan
Terapi terpadu belum menjadi hal yang umum di banyak tempat (atau sebagian
besar). Terapi ini jelas merupakan tujuan yang layak, namun konselor seringkali masih
harus membuat yang terbaik dari sistem yang tidak sempurna. Untuk melakukan hal
ini, konselor perlu tahu setidaknya bagaimana mengenali GKO ketika mereka melihat
indikasinya.
Hal ini juga membantu untuk memahami konsep tingkat perawatan, terutama jika
Anda perlu untuk merujuk klien ke program lain untuk penanganan gangguan mental
mereka. Kita akan berbicara lebih banyak tentang menilai dan mencocokkan klien ke
tingkat perawatan yang tepat di dalam “Kurikulum 5: Intake dan Asesmen, Perencanaan
Terapi, dan Dokumentasi”. Tetapi untuk modul ke depan ini, kita akan melihat sekilas
beberapa cara umum untuk menentukan terapi bagi klien dengan tepat.
1 Fox, L., Drake, R. E., Mueser, K. T., Brunette, M. F., Becker, D. R., McGovern, M. R., et al. (2010). Integrated dual disorders treatment: Best practices,
skills, and resources for successful client care (p. 13). Center City, MN: Hazelden.
2 SAMHSA Blog. (2011, May 20). Recovery defined—A unified working definition and set of principles. Retrieved July 27, 2011, from http://blog.
samhsa.gov/2011/05/20/recovery-defined-a-unified-working-definition-and-set-of-principles
116
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Salah satu cara untuk melihat kecocokan terapi adalah dengan konsep kuadran
perawatan untuk GKO. Konsep kuadran perawatan dikembangkan di Amerika
Serikat pada tahun 1998 sebagai upaya bersama antara National Association
of State Alcohol and Drug Abuse Directors (NASADAD) dengan The National
Association of State Mental Health Program Directors1.
Tujuannya adalah untuk menyediakan kerangka kerja untuk mengembangkan
konsultasi, kolaborasi, dan integrasi antara sistem terapi GPZ, gangguan mental,
dan penyedia, sehingga masing-masing dapat memberikan perawatan yang
paling tepat untuk setiap klien dengan GKO.
Kerangka konseptual dari kuadran perawatan ini mengklasifikasikan klien menjadi
empat kelompok berdasarkan tingkat keparahan gejala, bukan merupakan
diagnosis:
• Kuadran I: Klien memiliki gangguan mental lebih ringan dan GPZ lebih ringan;
• Kuadran II: Klien memiliki gangguan mental yang lebih parah tetapi GPZ lebih
ringan;
• Kuadran III: Klien memiliki gangguan mental lebih ringan tetapi GPZ lebih
parah; dan
• Kuadran IV: Klien memiliki gangguan mental lebih parah dan GPZ lebih parah.
Harap diingat bahwa asesmen dan penempatan terapi harus sangat individual
dan berdasarkan sejumlah faktor; diskusi ini menggambarkan bagaimana model
kuadran dapat membantu konselor membuat keputusan terapi dengan klien
mereka. Namun perlu digarasibawahi bahwa ini bukan resep untuk pengobatan!
Tentu saja, tidak setiap komunitas/lingkungan akan memiliki berbagai pilihan
yang tersedia. Namun model kuadran dapat membantu konselor mengidentifikasi
tingkat usahanya, termasuk manajemen kasus, yang mungkin diperlukan untuk
meningkatkan perawatan untuk klien dengan GKO.
Halaman Penjelasan 3.1 menjelaskan tentang diagram kuadran dengan tingkat
perawatan dan jenis program yang disarankan (terapi GPZ – hanya mampu GKO
– GKO tingkat lanjut/yang disempurnakan). Salah satu kelemahan dari kuadran
ini adalah lebih berorientasi kepada masalah daripada kekuatan. Menambahkan
konsep kapital pemulihan pada kerangka kerja akan menambah dimensi kekuatan
penting untuk keputusan penempatan klien.
Dalam Kurikulum 2, kita mendefinisikan kapital pemulihan secara luas, dan kedalaman
sumber daya internal dan eksternal yang dapat dipakai untuk memulai dan
mempertahankan pemulihan GPZ2. Kapital Pemulihan meliputi antara lain:
1 U.S. NASADAD. (1998). National dialog on co-occurring mental health and substance abuse disorders. Washington, DC: Author. Retrieved
January 31, 2011, from http://nasadad.org/national-dialogue-co-occurring-mental-health
2 White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals. Counselor, 9(5), 22–27.
117
Panduan Peserta: Modul 3—Asesmen, Pilihan Terapi dan Model Terapi
Ada sebuah konsep kuadran lainnya untuk kapital pemulihan, yaitu1:
• Kuadran I: keparahan masalah dan kompleksitas rendah ditambah kapital
pemulihan yang tinggi;
• Kuadran II: keparahan masalah dan kompleksitas rendah ditambah kapital
pemulihan rendah;
• Kuadran III: Masalah keparahan tinggi dan kompleksitas ditambah kapital
pemulihan yang tinggi, dan
• Kuadran IV: masalah keparahan tinggi dan kompleksitas ditambah kapital
pemulihan rendah.
Sebagai contoh:
• Seorang klien dengan keparahan masalah tinggi dan kapital pemulihan rendah,
yang berarti beberapa sumber daya, membutuhkan intervensi perawatan intensif
berbasis residensial atau program berbasis rumah sakit. Namun, klien dengan
tingkat tinggi yang sama keparahan masalah tapi dengan kapital pemulihan
yang tinggi juga, dapat cocok untuk menjalani terapi dengan intensitas lebih
rendah, seperti program harian (daycare) atau program rawat jalan intensif.
• Seorang klien dengan keparahan masalah rendah dan kapital pemulihan yang
sedang hingga tinggi, mungkin dapat dilakukan intervensi singkat. Sedangkan
klien dengan tingkat keparahan masalah rendah yang relatif sama, namun
kapital pemulihannya rendah, mungkin akan berhasil dengan melakukan
intervensi yang lebih intensif, seperti program rawat jalan.
Penelitian terkait GKO dan metode terbaik untuk memperlakukan mereka,
merupakan hal yang relatif baru dan masih terus dilakukan penelitiannya. Masih
banyak yang harus dipelajari, namun kini para peneliti sedang mengembangkan
dan menguji tentang:
• Instrumen asesmen;
• Terapi intervensi; dan
• Pedoman terapi.
1 White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals. Counselor, 9(5), 22–27.
118
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 4
MASALAH – MASALAH UTAMA DAN GANGGUAN MENTAL
SPESIFIK
Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 258
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 279
119
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 4 10 menit
Presentasi Interaktif: Gangguan Mood 75 menit
Evaluasi dan Kesimpulan 10 menit
Selesai Hari Pertama
Ulasan Materi Hari Pertama 5 menit
Latihan Kelompok-Kecil: Studi Kasus, Gangguan Mood 30 menit
Presentasi: Gangguan Anxietas, Bagian 1 75 menit
Rehat 15 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan Anxietas, Bagian 2 60 menit
Latihan Kelompok-Kecil : Studi Kasus, Gangguan Anxietas 30 menit
Diskusi Kelompok-Besar : Tanya Jawab dan Rangkuman 10 menit
ISHOMA 60 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan Psikotik 45 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan Kepribadian 75 menit
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok-Kecil : Studi Kasus, Gangguan Kepribadian 30 menit
Presentasi Interaktif : Gangguan yang Banyak Terdiagnosa pada Bayi,
45 menit
Masa Kanak-Kanak, atau Remaja
Evaluasi dan Kesimpulan Hari Kedua 10 menit
Selesai Hari Kedua
Pembukaan Hari Ketiga 5 menit
Latihan Kelompok-Kecil : Studi Kasus, Gangguan yang Banyak
30 menit
Terdiagnosa pada Bayi, Masa Kanak-Kanak, atau Remaja
Diskusi Kelompok-Besar : Tanya Jawab dan Rangkuman 10 menit
Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk:
Mengidentifikasi komponen penting dari enam kategori gangguan mental;
Menjelaskan pendekatan-pendekatan sederhana untuk Konselor GPZ yang
digunakan dengan klien yang mengalami gangguan mental; dan
Mendemonstrasikan kemampuan untuk mengenali gejala-gejala dari gangguan
mental melalui pendekatan studi kasus.
121
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Modul 4 Objektif Pembelajaran
4.2
122
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Keterbatasan dalam Modul ini
4.3
123
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Keterbatasan Lainnya
4.4
Struktur Modul
124
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ingatlah!
125
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
Komunikasi Profesional
4.7
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
Medikasi (Pengobatan)
4.8
126
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Publikasi untuk Medikasi
Psychotherapeutic Medications
2011: What Every Counselor
Should Know
http://www.attcnetwork.org/userfiles/file/MidAmerica/Psychmeds%202011_FINAL%20as%20of
%203-1-11.pdf
4.9
127
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
“Pace” (Kecepatan atau Ritme)
4.10
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus:
Memonitor Gejala-Gejala
4.11
128
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :
Menyiapkan Klien Bekerja di Dalam Kelompok
4.12
129
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus :
Memonitor Risiko Bunuh Diri
Sumber: World Heath Organization. (2009). Preventing suicide: A reSumber for police,
firefighters and other first line responders. Geneva: Author. 4.13
Gangguan Mood
130
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Rangkaian Episode Mood
4.15
131
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Prevalensi Gangguan Mood
Sumber:
World Health Organization. (n.d.). What is depression? Accessed February 17, 2012 at http://www.who.int/mental_health/management/
depression/definition/en/
4.16
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
Hubungan Genetik
Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text 4.17
revision) (p. 373). Washington, DC: Author.
132
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Depresi Mayor
4.18
133
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kriteria Diagnostik Depresi Mayor
Handout
4.19
4.20
134
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Episode Mood Depresif
Kriteria A
135
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Episode Mood Depresif
Kriteria B‒E
Penyebab Depresi
4.23
136
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penyebab Depresi: Faktor Biologis
4.24
137
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Penyebab Depresi:
Faktor Lingkungan dan Psikologis
4.25
4.26
138
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Depresif Terkait GPZ
4.27
139
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Putus Zat
Klien
perlu dimonitor paling tidak 1 bulan
dalam kondisi abstinensia, untuk menentukan
apakah:
Gejala-gejala depresi hilang atau mood klien pulih
setelah putus zat
atau
Perlu terapi tambahan untuk gejala-gejala yang
muncul, karena tidak kunjung membaik atau
menjadi lebih depresif
4.28
4.29
140
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Depresi Tak Diketahui
141
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Depresi dan Relaps
4.31
.
tertinggi di dunia pada remaja
Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons
with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. HHS Publication No. (SMA) 05-3992. Rockville, MD: U.S.
Department of Health and Human Services.
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision).
Washington, DC: Author.
World Heath Organization. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions. 4.32
Geneva: Author
142
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bunuh Diri dan GKO
143
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Bunuh Diri dan GPZ
4.34
4.35
144
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Asesmen Bunuh diri
145
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Rencana Intervensi Bunuh Diri
4.37
4.38
146
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Monitoring dan Tindak Lanjut Lainnya
4.39
147
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Bipolar
4.40
Sumber:
Peters, R. H. (2008). Importance of early diagnosis and appropriate care. St. Petersburg, FL: Florida Policy Summit on
Emerging Trends in Mental Health. Retrieved August 22, 2011, from nhttp://www.csg.org/knowledgecenter/docs/Mental
%20Health%20Summits/FL%20Peters.pdf
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision).4.41
Washington, DC: Author.
148
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar I
Handout
4.42
149
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala Manik Ekstrim
4.43
4.44
150
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar I
4.45
151
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Episode Mood Manik
Kriteria A
4.46
152
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Episode Mood Manik
Kriteria C‒E
4.48
153
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Bipolar I
Kriteria Diagnostik B dan C
4.49
Gangguan Bipolar II
4.50
154
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar II
Handout
4.51
155
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Siklus Bipolar
4.52
Sumber: Sonne, S. C., & Brady, K. T. (2002). Bipolar disorder and alcoholism. Retrieved July 27, 2011, from http://
pubs.niaaa.nih.gov/publications/arh26-2/103-108.html 4.53
156
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hubungan Antara Gangguan Bipolar
dengan GPZ
157
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Saran-Saran
4.55
Penutup Hari 1
Untuk besok :
Latihankelompok kecil : Gangguan Mood
Gangguan Kecemasan (Anxietas)
Gangguan Psikotik
Gangguan Kepribadian
Gangguan-gangguan yang biasanya didiagnosis
pertama kali pada masa bayi, kanak, atau remaja
4.56
158
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
159
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Latihan Kelompok Kecil: Gangguan Mood
Penting!
4.59
160
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bunuh Diri dan Zat
4.60
161
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Anxietas (Kecemasan) Positif
4.61
4.62
162
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bahaya Anxietas
4.63
163
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Bahaya Anxietas (lanjutan)
4.64
Diseluruh
dunia, gangguan anxietas terdapat
pada 8% klien yang datang ke layanan
kesehatan dasar
Sumber: World Health Organization. (2001). Mental health: A new understanding, new hope. Geneva: Author. 4.65
164
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Jenis-jenis Gangguan Anxietas
4.66
165
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Panik
4.67
4.68
166
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Panik Kriteria A
167
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala-Gejala Serangan Panik
4.70
4.71
168
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala-gejala Serangan Panik (lanjutan)
4.72
169
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Panik Kriteria B‒D
4.73
Serangan Panik
4.74
170
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Progresi Serangan Panik
4.75
171
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Fobia Sosial
Situasi
yang “normal” bagi kebanyakan orang,
namun menimbulkan “anxietas” bagi mereka yang
menderita gangguan anxietas sosial :
Makan di depan orang lain
Menghadiri pesta besar atau acara kumpul-kumpul
dengan beberapa orang
Berbicara dengan atasan atau orang dengan
kedudukan lebih tinggi
Menggunakan toilet umum
4.76
4.77
172
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Fobia Sosial – Kriteria A pada Anak
4.78
173
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Fobia Sosial – Kriteria Diagnostik B
4.79
4.80
174
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Fobia Sosial – Kriteria Diagnostik E
4.81
175
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Anxietas Sosial – Kriteria Diagnostik F‒H
Sumber: Moore, K., Matthews, C., Hunt, W. M., Pape, B. S., Fox, M., & Mueser, K. (2002). Co-occurring disorders
treatment manual. Tampa, FL: University of South Florida Department of Mental Health Law & Policy, Louis de la Parte 4.83
Florida Mental Health Institute.
176
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Elemen Esensial dari
Gangguan Anxietas Menyeluruh
4.84
177
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Anxietas Menyeluruh
Kriteria A dan B
4.85
Anxietas
dan kekhawatiran ada kaitannya
dengan 3 atau lebih gejala-gejala berikut :
Gelisah atau perasaan terpojok atau seperti berada
di ujung tanduk
Mudah menjadi lelah
Susah konsentrasi
Mudah marah
Ketegangan otot
Gangguan tidur
4.86
178
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria D
Anxietas
tidak hanya terbatas seperti ciri-ciri pada
gangguan kecemasan lain, seperti
mengkhawatirkan tentang:
Memiliki serangan panik (seperti dalam gangguan
panik)
Merasa malu didepan umum (seperti dalam fobia
sosial)
Merasa kotor atau terkontaminasi (seperti dalam
gangguan obsesif-kompulsif )
Ketika jauh dari rumah atau keluarga dekat (seperti
dalam anxietas perpisahan) 4.87
179
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria D
(lanjutan)
4.88
Anxietas,
kekhawatiran, dan gejala-gejala fisik
menyebabkan tekanan bermakna secara klinis
di:
Lingkungan sosial
Lingkungan kerja
Lingkungan penting lainnya
4.89
180
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Anxietas Menyeluruh Kriteria F
4.90
181
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
REHAT
15 menit
4.91
182
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Kriteria A
4.93
183
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
PTSD – Kriteria B
4.94
4.95
184
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Kriteria B (lanjutan)
4.96
185
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
PTSD – Kriteria C
4.97
186
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Gejala-gejala Kriteria C (lanjutan)
4.99
187
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
PTSD – Kriteria D
4.100
4.101
188
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
PTSD – Gejala-Gejala
189
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Onset PTSD
4.103
190
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hubungan antara GPZ dan Gangguan-
Gangguan Anxietas (lanjutan)
191
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Hal-Hal yang Perlu Diingat
4.106
4.107
192
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hal-hal yang Perlu Diingat (lanjutan)
193
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Hal-hal yang Perlu Diingat (lanjutan)
4.109
194
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diskusi Kelompok Besar
4.111
195
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ISHOMA
60 menit
4.112
Gangguan Psikotik
Gejala-gejala
berasal dari masalah berpikir
dan menerima rangsangan
4.113
196
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skizofrenia
4.114
197
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala-gejala“Positif” dan “Negatif”
4.115
Gejala-Gejala Positif
4.116
198
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala-Gejala Positif (lanjutan)
4.117
199
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gejala-Gejala Negatif
4.118
4.119
200
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Statistik Skizofrenia
Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author. 4.120
201
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Skizofrenia – Kriteria A
Gejala-gejala khas :
2 (atau lebih) dari 5 gejala-gejala
Setiap gejala ada selama jangka waktu 1 bulan
(atau kurang jika pengobatan berhasil)
4.121
Gejala-gejala :
Waham-waham
Halusinasi-halusinasi
Bicara kacau
Perilaku kacau sekali atau perilaku katatonik
Gejala-gejala negatif (misalnya, afek datar, alogia/ /
ketidak mampuan bicara/avolisi, tidak adanya
dorongan atau motivasi menyeluruh)
4.122
202
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skizofrenia – Kriteria A (lanjutan)
4.123
203
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Waham-Waham Aneh
4.124
Skizofrenia – Kriteria B
4.125
204
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skozofrenia – Kriteria C
Durasi :
Gejala-gejala
dari gangguan terus menerus
menetap sekurangnya selama 6 bulan
Dalam masa 6 bulan tersebut, harus terdapat
paling tidak 1 bulan munculnya gejala-gejala
yang memenuhi kriteria A
4.126
205
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Skozofrenia – Kriteria C
4.127
Terminologi Kriteria C
206
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Skizofrenia – Kriteria D
4.129
207
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Skizofrenia – Kriteria E dan F
4.130
4.131
208
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Yang Menyertai (lanjutan)
Sumber: Buckley, P. F., Miller, B. J., Lehrer, D. S., & Castle, D. J. (2009). Psychiatric comorbidities and schizophrenia.
Schizophrenia Bulletin, 35(2), 383–402. Retrieved August 3, 2011, from http://www.medscape.com/viewarticle/706244
4.132
209
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Ingatlah!
Ingatlah
4.134
210
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ingatlah! (lanjutan)
Sumber: Jones, R. T., & Benowitz, N. L. (2002). Therapeutics for nicotine addiction. In K. L. Davis, D. Charney, J. T.
Coyle, & C. Nemeroff, C. (Eds.), Neuropsychopharmacology: The fifth generation of progress (pp. 1533–1544). Nashville,
TN: American College of Neuropsychopharmacology. 4.135
211
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Ingatlah! (lanjutan)
4.136
Klien
dengan gangguan mental penyerta atau
bersamaan, termasuk psikosis, rentan terhadap:
Menjadi gelandangan atau berpindah-pindah tempat
tinggal
Menjadi korban dalam situasi tertentu
Mengalami nutrisi buruk
Kurangnya sumber daya keuangan
4.137
212
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Psikotik Lainnya
4.138
213
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian
4.139
4.140
214
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian: Kluster A
Sumber: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental
disorders (4th edition, text revision). Washington, DC: Author. 4.141
215
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian: Kluster B
Ciri-ciri
meliputi perilaku dramatik, emosional,
atau aneh :
Antisosial—Pola pengabaian dan melanggar hak-hak
orang lain
Borderline—Impulsifitas ketidakstabilan dalam
hubungan interpersonal, citra diri, afek
Histrionik—Emosi berlebihan dan mencari perhatian
Narsisistik—Rasa kebesaran, kebutuhan dikagumi,
dan kurangnya empati
4.142
Ciri-ciri
meliputi perilaku kecemasan atau
ketakutan :
Menghindar—Pola inhibisi sosial, perasaan
ketidakmampuan,hipersensitif hingga evaluasi negatif
Dependen—Perilaku manut dan tergantung berkaitan
dengan kebutuhan berlebihan untuk diperhatikan
Obsesif‒Kompulsif—Adanya preokupasi dengan
keteraturan, kesempurnaan dan pengendalian diri
4.143
216
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Prioritas WHO
Sumber: World Health Organization. (2000). Preventing suicide: A reSumber for general
physicians. Retrieved August 17, 2011, from http://www.who.int/mental_health/media/en/
56.pdf 4.144
217
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Umum
Kriteria A
4.145
4.146
218
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Umum
Kriteria D dan E
4.147
219
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Umum Kriteria F
4.148
4.149
220
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Gender
Sumber: World Health Organization. (n.d.). Gender and women's mental health: Gender disparities and mental health
—The facts. Retrieved February 28, 2011, from http://www.who.int/mental_health/prevention/genderwomen/en
4.150
221
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Antisosial
Kriteria A
4.151
222
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Antisosial Kriteria A
(lanjutan)
223
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Antisosial
Kriteria B–D
4.154
Gangguan Perilaku
Kriteria A
4.155
224
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)
225
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)
4.157
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)
4.158
226
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)
4.159
227
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Perilaku
Kriteria A (lanjutan)
4.160
Gangguan Perilaku
Kriteria B
4.161
228
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Antisosial dan
Kekerasan
4.162
229
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Antisosial dan GPZ
4.163
Saran-Saran Assesmen
4.164
230
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Saran-saran
4.165
231
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Ambang
4.166
4.167
232
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria
(lanjutan)
4.168
233
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Idealisasi dan Devaluasi
4.169
4.170
234
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria
(lanjutan)
4.171
235
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Kepribadian Ambang Kriteria
(lanjutan)
4.172
236
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Kepribadian Ambang dan GPZ
(lanjutan)
4.174
237
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Break
15 minutes
4.175
4.176
238
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bagian Gambaran Umum
239
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Interelasi dengan Gangguan “Dewasa”
4.178
Retardasi Mental :
Fungsi intelektual dibawah rata-rata secara signifikan
(IQ kira-kira 70 atau kurang)
Onset sebelum usia 18
Defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif
4.179
240
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)
Gangguan belajar :
Fungsi akademis secara substantif lebih rendah dari
usia kronologisnya, ukuran inteligensi,dan pendidikan
sesuai usia
4.180
241
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)
4.181
4.182
242
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)
4.183
243
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan-Gangguan dalam Kategori
(lanjutan)
4.184
4.185
244
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD
Sumbers: American Psychiatric Association (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th edition,
text revision) (p. 90). Washington, DC: Author.
U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2010). Attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD) data 4.186
and
statistics. Retrieved August 3, 2011, from http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html
245
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Dampak ADHD pada Anak
Sumber: U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2010). Attention-deficit/hyperactivity disorder
(ADHD) data and statistics. Retrieved August 3, 2011, from http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html
4.187
Sumber: Faraone, S. V., Sergeant, J., Gillberg, C., & Biederman, J. (2003). The worldwide
prevalence of ADHD: Is it an American condition? World Psychiatry, 2(2), 104‒113. 4.188
246
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD pada Masa Dewasa
4.189
247
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria A
4.191
248
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD kriteria A-1: Gejala-Gejala Tidak Ada
Perhatian
4.192
249
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria A-1: Gejala-Gejala Tidak Ada
Perhatian (lanjutan)
4.193
4.194
250
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD Kriteria A-2
4.195
251
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria A-2: Gejala-gejala
Hiperaktivitas dan Impulsifitas
4.196
4.197
252
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD Kriteria A-2: Gejala-gejala
Hiperaktivitas dan Impulsivitas (lanjutan)
4.198
253
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD Kriteria B dan C
4.199
4.200
254
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
ADHD dan GPZ
Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for
persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health
and Human Services. 4.201
255
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD dan Terapi GPZ
Sumber: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for
persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and
Human Services.
4.202
Saran-Saran
4.203
256
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Saran-Saran (lanjutan)
4.204
257
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Penutupan Hari Kedua
Besok :
Selesai Modul 4!
Modul 5, Gangguan-gangguan Mental Akibat Zat
Modul 6, Gangguan-gangguan medis Ko-Okuring
umum
Latihan integrasi pembelajaran
4.205
258
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Studi Kasus : Gangguan-gangguan
timbul dini
4.207
259
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Diskusi
4.208
260
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.1: Latihan Tanda-Tanda Peringatan
Bunuh Diri1
Letakkan obat dimana selalu terlihat , seperti di rak samping tivi, dekat kulkas, atau
lekatkan di tangkai sikat gigi. Setiap orang punya 3 hal yang tidak pernah lupa
dilakukannya setiap hari. Letakkan obat di dekat kegiatan yang tidak pernah dia
lupa, tapi ingat agar jauh dari jangkauan anak kecil.
Sarankan menggunakan alarm jam untuk waktu makan obat. Atur alarm sesuai
kebutuhan.
Sarankan pakai Mediset atau box plastik kecil untuk menyimpan obat untuk
dimakan setiap hari dalam seminggu. Mediset berguna sebagai pengingat dan
membantu menelusuri apakah obat sudah dimakan.
1 Reproduced from Mid-America Addiction Technology Transfer Center. (2011). Psychotherapeutic medications 2011: What every counselor
should know (8th ed.), (p. 43). Retrieved August 10, 2011, from http://www.attcnetwork.org/userfiles/file/MidAmerica/Psychmeds%202011_
FINAL%20as%20of%203-1-11.pdf
261
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Bagi klien yang menyatakan bahwa dia memilih untuk tidak makan obat:
Cari pemicu atau petunjuk yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan
(menyalahgunakan zat, tidak makan obat yang diresepkan psikiater, dll).
Pelajari mengapa perilaku tak diinginkan kelihatannya seperti ide bagus waktu itu.
Pelajari akibat yang terjadi akibat pilihan klien.
Tanyakan apakah pilihannya sudah sesuai dengan keinginannya.
Buatlah strategi bersama klien apa yang dapat diperbuatnya lebih baik lagi dimasa
depan.
262
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.2: Studi Kasus Gangguan Depresi
Major, Mali
263
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.3: Studi Kasus Gangguan Bipolar I,
Suharto
Suharto duda berusia 43 tahun yang dibawa ke dokter oleh anak wanitanya yang
berumur 21 tahun yang sangat prihatin dengan perilaku ayahnya akhir-akhir ini.Dia
sekarang nganggur karena dipecat baru-baru ini, dan ada riwayat penggunaan zat
kadang-kadang. Ketika anaknya membawanya berobat, dia curiga ayahnya pakai
kokain berlebihan karena selama 2 minggu sebelum menjalani terapi, dia susah tidur
(hanya 2 jam semalam) karena selalu keluar malam dengan teman-temannya berpesta
hampir setiap malam. Dia menyangkal pakai narkoba, dan staf yang memasukkannya
ke klinik Anda melakukan test urine dan ternyata apa yang dikatakannya benar.
Wawancara berikutnya dengan anaknya, anaknya itu mengatakan kepada Anda bahwa
2 minggu terakhir ini, moodnya baik sekali, sering mengatakan kepada anaknya itu
bahwa feelingnya baik.Sebelumnya dia juga sangat aktif, sering ke junkyards mencari
onderdil untuk mobil tua yang dibelinya.Dia mengatakan dia berencana memperbaiki
kendaraan itu agar bisa jalan. Anak wanitanya mengatakan itulah yang selalu
dikatakannya: memperlihatkan kepadanya garis besar rencana untuk menyelesaikan
projeknya dan melihatkan gambar-gambar bagaimana hasilnya nanti. Anaknya
mengatakan bahwa ayahnya terobsesi dengan proyek itu, tapi dia khawatir ayahnya
akan menghabiskan uang sia-sia karena biasanya tak dapat menyelesaikannya. Anaknya
mengomentari dia pernah melakukan hal yang sama di masa lalu dan kerjaannya gak
pernah beres.
Dalam wawancara dengan Suharto, Anda mendengar dia bercerai 5 tahun yang lalu.
Ketika ditanya bagaimana hubungan mereka, Suharto mengatakan banyak ketegangan
diantara mereka karena dia tidak dapat mempertahankan kerjaannya untuk waktu yang
cukup.Dia mengatakan mulai 10 tahun yang lalu dia menjadi depresi, sulit tidur, dan
hilang nafsu makan.Depresinya kelihatannya datang dan pergi, akibatnya dia tidak
dapat bertahan bekerja.Ketika ditanya soal depresinya, dia mengatakan depresinya
hilang timbul dan meliputi rasa sedih, hilang nafsu makan, insomnia, dan letih.Dia
mengatakan itu adalah kelelahan yang membuat dia tidak bisa mempertahankan
pekerjaannya.
Suharto mengatakan akhirnya perasaannya mulai membaik ketika energinya meledak,
siap melakukan apa saja (ikut ketika diajak melakukan sesuatu) dan rasa percaya
diri yang meningkat. Ketika itulah isterinya minggat karena mengeluh keterusan
menganggur—bahkan setelah keluar dari depresinya. Ketika ditanya apakah dia
mengalami depresi seperti apa yang dialaminya 10 tahun yang lalu, dia mengatakan
bahwa itu terjadi setahun yang lalu, ketika dia mengalami gejala-gejala yang sama
sebagaimana dirasakannya di masa lalu, dan hal itu tidak ada kaitannya dengan
kejadian tertentu atau kondisi hidup tertentu.nce. Ketika ditekan lebih lanjut, dia
mengakui merasa depresi setiap hari selama 2 minggu, dimana dia kehilangan minat
ketemu orang atau melakukan sesuatu diluar rumah, hilang nafsu makandan susah
tidur, dan merasa sedih mendalam. Dia menambahkan rasa percaya dirinya rendah
dari biasanya—bahkan lebih rendah dari saat serangan awal depresi.
264
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ketika ditanya tentang riwayat keluarganya, Suharto mengatakan bahwa ayahnya
minggat ketika Suharto umur 10 tahun.Keluarganya mengatakan bahwa ayahnya
minggat karena ibunya punya masalah psikiatrik serius.Suharto dan adik kecilnya
akhirnya tinggal ddengan bibinya dan pamannya karena ibunya ibunya selalu keluar
masuk RS ketika dia kecil dan remaja.Dia mengatakan hubungannya dengan ibunya
kurang dekat.Ibunya meninggal ketika Suharto berumur 20 tahun.Suharo ketika
kecil mengalami masalah dalam penyesuaian diri tapi dapat menyelesaikan sekolah
menengahnya dan mulai bekerja yang memberikan harapan untuk sukses sebagai
mekanik mobil. Sayangnya, berakhir dengan pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lain ketika usia 20an dan 30an. DIa tidak pernah bertahan kerja hingga 1 tahun ( ketika
terakhir kalinya dia mengalami depresi)
Ringkasan, gejala-gejala yang diperlihatkannya adalah dia sangat verbal dentgan
energi yang sangat tinggi dan citra diri yang sangat positif (walaupun banyak kegagalan
dalam bekerja). Dia juga mempunyai pandangan yang tidak realistik mengenai apa
yang dapat dia selesaikan. Dia juga mengakui memiliki gejala-gejala episode depresi
major setahun sebelum dia memasuki/menjalani terapi.
265
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.4: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus — Gangguan Mood
Angella pekerja sex umur 25-tahun, telah nyebur dalam perdagangan sex sejak usia
16. Ibunya juga pekerja sex dan meninggal karena AIDS pada usia 42 tahun, setahun
yang lalu.
Angella mulai pakai ganja dan minum alkohol umur 12. Dengan berjalannya waktu
, dia telah pakai bermacam-macam narkoba. Dia pernah 6 bulan di tempat rehab
ketika berumur 20, tetapi hanya bertahan pulih 9 bulan. Ketika menjalani terapi dan
pulih, Angella mencoba merobah hidupnya, tetapi dia tidak mendapat pekerjaan
yang langgeng.Dia mengatakan bahwa dia mulai ketemu pelanggan lama lagi dan
pakai narkoba lagi setiap kehilangan pekerjaan.Dia mulai nyuntik heroin 4 tahun yang
lalu.Dia melakukan itu karena pekerjaan sebagai pelacur begitu sulit kecuali dalam
keadaan “giting”.
Angella kadangkala pergi ke drop-in center. Dia mengtakan kepada petugas disana
bahwa dia sudah cape dan tua/”tired and old” dan ingin berhenti sebagai pekerja
sex. Tetapi dia tidak begitu percaya pada petugas drop-in center atau relawan disana
dan merasa tidak ada harapan.
Angella kehilangan pekerjaan sebagai pelalyan toko sebulan yang lalu dan kembali
ke jalanan.Dia sekarang gelandangan, tinggal bersama pelanggan atau pelacur
lainnya jika mampu.Dia mengatakan dia sering nginap dengan siapapun yang mau
memberinya putau atau tempat untuk nginap.
Angella kembali datan ke drop-in center minggu lalu dan mengatakan kepada konselor
disana bahwa dia beberapa hari tidak tidur, makan tidak teratur, dan sepanjang
hari mengangis ketika tidak bersama langganan dan mikir gimana bisa giting.Dia
mengatakan bahwa dia dipukuli dan diperkosa minggu lalu.Petugas drop-in melihat
adanya memar dimuka dan tangannya.
Dia mengatakan bahwa dia telah makan obat anti nyeri yang dia “pinjam” dari
temannya untuk menghilangkan nyeri punggung, yang telah menambah masalahnya.
Konselor juga mencium bau alkohol dari nafasnya.
Koselor mengatakan pada Angella untuk menjalani terapi lagi, tetapi dia menjawab
bahwa dia tidak melihat itu ada manfaatnya, karena hidupnya sudah kacau tanpa
harapan. Dia setuju untuk datang dua hari lagi untuk membicarakan masalah terapi.
Konselor mengatakan bahwa dia sudah benar ketika mendatangi drop-in center
dan memberinya dorongan bahwa dia mampu untuk berhenti pakai putau dan
meninggalkan dunia pelacuran.
Angella tidak datang pada hari yang dijanjikan. Ketika konselor menelepon rumah
dimana dia tinggal terakhir kali, seorang lelaki menjawab bahwa Angella mencoba
bunuh diri sepulangnya dari drop-in center. Dia overdosis obat antinyeri (gol opiat),
tetapi lelaki itu membawanya ke UGD dan berhasil pulih di RS.
266
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.5: Studi Kasus, Geeta—Gangguan
Panik
Geeta wanita lajang usia 25 yang bekerja di perusahaan asuransi dan dirujuk ke program
terapi gangguan mental untuk pengobatan “serangan panik”/ “panic attacks.”Dia
pernah pergi ke dokter karena dia merasa jantungnya berdetak cepat seakan rasanya
mau mendapat serangan jantung. Walaupun dia pernah mengalami pengalaman yang
sama sebelumnya, tetapi gejalanya tidak seberat sekarang. Ketika dia mengalami
serangan setahun yang lalu, dia menduga itu akibat hari dan pekerjaan yang penuh
stres, tetapi setelah serangan semakin sering dan lebih berat, dia mencoba mencari
pertolongan.Dengan suatu perjanjian yang ditanda tangani, konselor mendapat
informasi lebih lanjut dari dokter yang pernah merawat Geeta yang menyataka bahwa
tidak terdapat suatu kondisi medis tertentu yang menyebabkan timbulnya serangan.
Dia mengatakan bahwa Geeta secara fisik sehat dan merekomendasikan psikoterapi
dan suatu evaluasi medis oleh psikiater.
Ketika diminta menjelaskan serangan yang dirasakan, Geeta mengatakan bahwa
serangan dapat datang kapan saja dalam satu hari dan terakhir serangan datang tengah
malami, yang membuat dia ketakutan sehingga memanggil dokter.Dia mengatakan
bahwa serangan datang gak tahu dari mana dan rasanya jantung berdebar cepat,
gemetaran, berkeringat, nyeri dada dan sulit bernafas, dan limbung. Dia sangat
khawatir apa yang dialaminya dan apa akibatnya kelak. Dia menambahkan ketika
terjadi, dia sangat takut akan kehilangan kendali atau bahkan mati tiba-tiba.
Ketika ditanya riwayat keluarga, dia merasa normal dan tidak ada hal luar biasa
pada masa kecilnya, pelajar yang baik, dan orang pertama dalam keluarga yang jadi
mahasiswa.Tdak ada anggota keluarganya yang pernah didiagnosa atau diobati
sebagai pecandu atau gangguan mental.Ketika ditanya tentang serangan panik
yang pertama, dia mengatakan itu terjadi di kampus sebelum ujian akhir pada tahun
pertama kuliah. Walaupun gejalanya berat, serangan singkat dan dia tidak berobat ke
dokter, juga tidak menceritakan kejadian itu pada orang lain. Dia menduga serangan
panik itu akibat ujian akhir itu.Dia kembali mendapat serangan panik beberapa kali
pada tahun keduanya di kampus dan berhenti kuliah pada akhir tahun kedua karena
masalah keuangan.
Dia juga mengatakan, bahwa serangan panik itu meyakinkan dia bahwa kampus
membuat dia stres, dan peranannya besar yang membuat dia tidak kembali kuliah.
Walaupun demikian 5 tahun kemudian sejak meninggalkan kampus, dia terus menerus
mendapat serangan panik.
Geeta telah bekerja dengan mantap sejak dia mahasiswa dan mengatakan bahwa
kadang-kadang dia tidak bisa kerja karena datang serangan panik berat. Dia
menjelaskan serangan itu semakin berat saja dan samasekali tidak terduga karena
dapat terjadi dimana dan kapan saja: di rumah tempat kerja, di jalan ke kantor, dan
ketika bersama teman. Ketika ditanyakan tentang alkohol atau narkoba, dia mengakui
pernah mengisap ganja di kampus, dan dia kadangkala minum alkohol.Dia mengatakan
bahwa dapat menghabiskan segelas anggur tiga kali seminggu setelah makan atau
bersama teman.
Ringkasan, gejala-gejala hilang timbul, semakin kuat dan sering yang ditandai oelah
denyut jantung cepat, gemetaran, berkeringat, nyeri dada, sulit bernafas dan limbung/
sempoyongan
267
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.6: Studi Kasus, Lee—Fobia Sosial
Lee 34 tahun guru sekolah dasar. Menikah dan punya dua anak kecil dan dirujuk
untuk mendapat terapi atas anxietas, baik di tempat kerja maupun di situasi sosial.
Dia mengatakan bahwa dia orang yang santai dan ramah tetapi sebagai tambahan
dia mengatakan bahwa dia bekerja keras untuk bisa santai karena hal itu tidak biasa
baginya. Dia mengatakan bahwa dia menghargai isterinya yang menurut dia orangnya
santai dan percaya diri, yang membantu dia mengatasi anxietasnya tetapi akhir-akhir
ini anxietasnya bertambah berat. Dia mengatakan bahwa dia selalu cemas ketika
dia berada dalam pusat perhatian, tetapi akhir-akhir ini rasa cemasnya dalam situasi
tertentu jadi lebih ekstrim. Dia memberi contoh ketika memberi presentasi baru-baru
ini bagi orang tua murid-muridnya dan anxietasnya membuat dia tampil tidak seperti
biasanya. Faktanya, menurut dia, “gawatlah”. Ketika ditanya apa yang dia maksud, dia
mengatakan bahwa “jantungnya berdebar kencang” dan dia keringatan sampai basah,
mual, dan sangat ketakutan merasa tidak mampu menyelesaikan presentasi;dia pikir
dia sampai hilang kendali. Ketika ditanya mengapa dia sampai begitu, dia menjawab
dia takut mempermalukan dirinya, kemudian mengatakan, “akhirnya dia benar-benar
mempermalukan dirinya”
Lee mengatakan bahwa setelah kejadian itu,dia menjadi stres kalau tampil dan
kecenderungan merasa sangat cemas.Dia mengatakan kalau di kelas dengan murid-
muridnya dia tenang, tapi dalam pertemuan dengan orang tua murid dan guru-
guru lain dan dalam pertemuan profesi dimana dia harus berpartisipasi, dia sangat
takut kalau sampai salah bicara dan kelihatan jelek. Dalam situasi ini, dia takut kalau
dihakimi orang lain. Lee menambahkan dalam pertemuan dengan orang tua murid
baru-baru ini, dia begitu takut selama 2 minggu dan ketika pertemuan, rasa takutnya
benar terjadi sehingga dia begitu tegang sehingga dia gagal memberikan presentasi
yang baik bagi orang tua.
Lee dibesarkan dalam keluarga yang berharap dia jadi orang sukses. Dia berprestasi
baik di sekolah tetapi pada awalnya dia pemalu dan sensitif. Dia atletis dan senang
terlibat dalam olahraga tim seperti sepakbola, tetapi karena larinya cepat, dia juga
menjadi pelari, lebih sebagai individu. Dia mengatakan ketika akan bertanding lari
dia menjadi sangat cemas dan biasanya sampai muntah di ruang ganti sebelum
bertanding. Ditanya mengapa demikian, katanya dia takut kalau tidak lari dengan
baik, atau jatuh di lintasan lari. Juga sebagai murid yang baik dia mengalami gejala
yang sama ketika ujian atau presentasi di depan kelas. Dia menambahkan bahkan
sampai menceret sebelum ujian atau presentasi.
Secara sosial, Lee selalu punya teman, tetapi dia mengatakan bahwa dia selalu sebagai
pengikut saja dan jarang punya inisiatif memulai pertemanan. Dia pernah pacaran
semasa kuliah, tetapi selalu merasa dinilai kurang baik oleh pacarnya. Dia tidak pernah
serius dengan wanita hingga ketemu calon isteri dalam usia 25. Dia mengatakan bahwa
isterinya lebih santai orangnya. Dia mengatakan isterinya yang mulai ingin kenal dan
dia merasa nyaman bersamanya. Dia menambahkan itulah pertama kali dia merasa
nyaman berhubungan dengan wanita.
268
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ketika ditanya apakah dia minum atau pakai narkoba, dia mengakui kadangkala
minum sedikit banyak ketika menghadiri pertemuan sosial. Dia mengaku sering ditarik-
tarik oleh isterinya ke pesta atau pertemuan sosial lain dan terpaksa minym untuk
mengurangi cemas; dan baru dapat menikmati pertemuan itu. Dia juga mengakui
kadangkala makan obat penenang (diberikan oleh isterinya) agar bisa merasa nyaman
bersosialisasi.
Ringkasan, gejala-gejala yang tampak adalah tegang, masalah gastrointestinal,
keringatan dan ketakutan kalau kelihatan buruk atau memalukan di pekerjaan atau
situasi sosial.Dia juga mengalami serangan panik yang dicirikan oleh debar jantung
yang cepat, keringatan, mual dan takut hilang kendali. Dia pernah minum dan
makan obat penenang untuk mengatasi rasa cemas, tetapi tidak pernah menjadi
ketergantungan. Suatu assesmen menyeluruh harus dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya ketergantungan dan penyalahgunaan kalau ada.
269
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.7: Studi Kasus, Chinh—Gangguan
Anxietas Menyeluruh
Chinh laki-laki 30 tahun, dirujuk oleh atasannya yang menduga dia ada masalah
alkohol. Bos tersebut menelepon Anda sebelum merujuk, menginformasikan
alasannya menduga adanya masalah alkohol karena Chinh sering bolos kerja, mudah
marah sama teman, sulit konsentrasi dan akhir-akhir ini terlihat sangat kelelahan dalam
jam kerja.
Ketika Chinh masuk untuk wawancara, dia tampak tegang dan kaku dan sulit duduk
tenang. Dia juga defensif ketika diduga ada masalah alkohol tetapi mengakui dia suka
bolos kerja akhir-akhir ini dan sulit tidur. Dia juga bilang sulit konsentrasi ketika kerja,
letih seharian, badan pegal-pegal, dan tidak bisa santai walapun tidak bekerja.
Chinh mengakui dia pernah makan obat penenang yang diberikan temannya
dan minum alkohol, tetapi hanya untuk bisa santai setelah kerja. Dia mengatakan
masalah terbesarnya dan merupakan alasan dari semua yang dialaminya adalah
kekhawatirannya setiap waktu. Dia menikah dan punya anak tiga dan mengatakan
bahwa selama 18 bulan terakhir dia khawatir dia bisa terus bekerja dan menopang
kehidupan keluarga. Ini juga menyebakan stres dalam perkawinannya dan sering
bertengkar dengan isterinya bahkan didepan anak-anaknya . Sekarang Bos nya sudah
tahu, membuat dia tambah khawatir. Ketika ditanya mana yang timbul duluan, gejala
cemas (insomnia, pegal-pegal, sulit konsentrasi) atau minum alkohol, dia menjawab
bahwa gejala timbul duluan-sudah berlangsung 2 tahun dan minum baru 6 bulan.
Chinh mengatakan walaupun baru pertama kali ketemu konselor, dia pernah konsultasi
dengan profesi medis selama setahun untuk mengatasi masalahnya. Dia juga pernah ke
dokter keluarga untuk test darah, ke dokter syaraf untuk insomnia, dan ke chiropractor
untuk pegal-pegalnya. Dia mengatakan bahwa test darahnya tidak ada masalah, tidak
ada masalah dengan syarafnya yang menyebabkan gangguan tidur, dan hasil terapi
chiropractor hanya sedikit membantu.
Chinh selalu merasa khawtir. Apakah dia dapat menghidupi keluarga, masalah keuangan,
masalah kerja, dan gejala-gejala fisik yang dirasakannya serta akibatnya. Menjadi
jelas bahwa dia sulit mencegah munculnya rasa khawatir apalagi menghilangkan rasa
khawatir itu.
Ringkasan, gejala-gejala yang timbul adalah anxietas yang berlebihan(tidak dapat
mengendalikan anxietas dan kekhawatiran), dan gejala-gejala yang menyebabkan
stress berlebihan di tempat kerja dan dalam keluarga.
270
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.8: Studi Kasus Gangguan Stres
Pasca Trauma, Paul
Paul, laki-laki 25 tahun ketergantungan pada depresan Susunan Syaraf Pusat, yang
biasa diresepkan dokter (benzodiazepin dan penenang lainnya) yang pernah diberi
teman atau dibeli dari bandar. Stres perkawinan mendorong dia menjalani terapi;
awalnya dia menderita cemas, tampak gelisah dan tidak bisa duduk diam. Keluhan
lain, rasa tidak mampu, malu, tidak ada harapan, menarik diri, dan merasa terancam.
Dia juga mengeluh ada keluhan fisik dan sangat takut dengan rasa curiga dimana dia
tidak punya rasa percaya pada figur otoritas.
Kika kecil, Paul tinggal bersama orang tuanya di Rwanda dan menyaksikan kekejaman
termasuk kematian beberapa tetangga dan penahanan orang tuanya yang sejak itu
tidak ketemu lagi dan diduganya telah meninggal. Dia melarikan diri dari Rwanda 1994
dengan bantuan pamannya. Dia telah menikah selama 3 tahun. Ketika meninggalkan
Rwanda dia berumur 8 tahun dan dibesarkan oleh keluarga di negara dimana dia
mendapat terapi. Dia kelihatan tegar ketika ditanya tentang kehidupannya sebelum
usia 8 tahun, menghindari diskusi tentang kejadian dimasa lalu yang kelihatannya
berkaitan dengan masalahnya sekarang. Walaupun dia mengatakan dia merasa
malu dan ada rasa bersalah dengan keselamatannya sementara banyak yang lainnya
terbunuh, dia hanya sedikit menunjukkan emosi. Gejala-gejalanya berdampak negatif
terhadap kehidupan perkawinannya.
Informasi dari isterinya dia semakin tergantung obat karena depresi, insomnia, dan
memori masa kanak yang begitu nyata yang sesekali muncul-sesuatu yang tidak mau
diceritakannya pada isterinya. Isterinya menyebutkan beberapa gejala lain seperti sulit
konsentrasi, serangan marah tiba-tiba, dan rasa bersalah dan paranoia.
Kerjaan Paul sangat terganggu oleh gejala sulit konsentrasi dan ketegangannya
dengan teman sesama kerja. Dia juga jadi penyendiri dan tidak mau terlibat dalam
aktiviatas sosial, sehingga timbul masalah dalam hubungan sosial bahkan dengan
teman dekatnya dulu. Selama setahun terakhir dia mengalami gejala-gejala diatas dan
sesekali menjadi gelisah ketakutan, terutama ketika melewati kumpulan anak-anak
muda dipinggir jalan.
Dia menjelaskan situasi yang menyebabkan gejala semakin berat ketika dia kerja di
lapangan dan banyak remaja dengan suara ribut dan keras berjalan di dekat rumahnya.
Kejadian itu menimbulkan ingatan kembali kejadian tragis yang dialaminya semasa
kanak, dan reaksinya waktu itu adalah lari dan sembunyi di belakang rumah. Ingatan
lama ini semakin sering muncul kembali.
Ringkasan, Paul memperlihatkan gejala anxietas, emosi berkurang, insomnia, sulit
konsentrasi, serangan marah tiba-tiba, flashback, rasa bersalah, isolasi sosial, dan ide-
ide paranoid. Dia mulai makan obat penenang yang didapat dari temannya untuk
mengurangi gejala ini, tetapi sekarang menjadi masalah karena dia ingin terus makan
obat ini.
271
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.9: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus-Gangguan Anxietas
272
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.10: Studi Kasus Skizofrenia, Han
Han 45 tahun, pria lajang yang dibawa ke UGD oleh polisi setelah tetangganya di
apartemen mendengar suara ribut dari ruangannya. Takut terjadi hal terburuk dan
sebelumnya melihat perilaku aneh Han, tetangganya menelepon polisi. Ketika polisi
datang Han sendirian dikamarnya, tapi apartemennya kacau dan furnitur dirobah-
robah letaknya, sebagian malah dibalik-balikkannya. Ketika ditanya mengapa kacau,
Han mengatakan bahwa ada kamera tersembunyi diletakkan di apartemennya dan
dia harus mencari itu karena orang yang ingin membahayakan dia sedang mengamat-
amatinya. Dia mengatakan bahwa dia menemukan orang itu ketika dia berada dalam
bus tadi pagi dan melihat 2 artikel koran di halaman yang sama dengan judul “Kamera
Cepat” dan “Apartemen Rahasia”. Menurut Han ini merupakan sinyal bahwa memang
ada kamera tersembunyi diletakkan di apartemennya dan ingin cepat pulang untuk
menemukannya.
Anda menemui Han dan mengetahui dari catatan medik di RS bahwa ini bukanlah kali
pertama dia dibawa ke UGD. Dari catatan medik diketahui bahwa dia pernah dibawa
2 tahun yang lalu. Anda juga tahu bahwa dia punya pola perilaku yang sama selama
beberapa tahun sebelum kunjungan pertamanya ke UGD dan telah mendapatkan
obat-obat anti psikotik. Ketika ditanya apakah dia masih makan obat. Han mengatakan
tidak, dan menambahkan bahwa orang yang menginginkan dia agar makan obat
adalah bagian dari konspirasi untuk membahayakan dia.Ketika ditanya apakah dia
minum alkohol atau pakai narkoba, dia mengakui pakai ganja ketika usia 20an, tetapi
kemudian tidak lagi, dan mengatakan bahwa dia tidak minum dan pakai narkoba
dengan alasan yang sama mengapa dia berhenti pakai obat resep dokter.
Dia mengatakan pada Anda bahwa orang sering mengirim sinyal padanya bahwa akan
ada sesuatu yang akan terjadi dengan dirinya. Ketika ditanya, apakah benar pernah
terjadi, dia menjawab, “Tidak, saya selalu waspada sebelum sesuatu terjadi”. Ketika
ditanya hal apa yang dia waspadai, dia mengatakan mungkin serangan fisik, penculikan
atau pembunuhan. Dia menambahkan ada peringatan berupa pesan tertulis yang
dia lihat di koran, di billboard, atau di TV atau melalui orang lain bisa di jalan atau
dalam bus. Lain kali, dia diingatkan melalui suar-suara yang sangat jelas seakan-akan
ada orang yang bicara dengannya dalam kamar yang sama. Contohnya ketika dia
sedang berbaring di tempat tidur, tidak dapat tidur dan dia mendengar suara yang
memperingatkan supaya jangan keluar dari pintu depan pada pagi hari. Dia akhirnya
keluar melalui pintu belakang aparemennya dan memang tidak terjadi apa-apa.
Selama wawancara, Han terus bicara dengan cara yang kacau, pindah-pindah topik,
tanpa menyelesaikan topik tertentu. Pembicaraannya selalu kembali bahwa ada orang
yang mencarinya dan dia beruntung dapat menghindari bahaya tetapi itu bisa terjadi
kapan saja. Dia mengatakan kamera tersembunyi itu sangat menakutkan, karena
siksaannya mungkin telah dapat mengetahui gerak geriknya, tetapi dia yakin dengan
memindah-mindahkan furniturnya dia dapat memblok kamera tersebut.
273
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Anda juga tahu bahwa Han tidak pernah dapat mempertahankan pekerjaannya untuk
waktu yang bermakna dan dia menganggur setahun yang lalu. Pamannya selalu
mengirim uang ke rekening dia dan selalu membayar sewa apartemennya untuk
membantunya. Dalam catatan medik tampak bahwa pamannya ini yang membawa
dia ke UGD 2 tahun yang lalu. Juga ada catatan bahwa dia tidak menunjukkan gejala
seperti ini sebelum usia 30 dan juga tidak ada masalah perkembangan ketika dia
kecil. Ketika ditanya apakah dia punya teman, dia menjawab, sekarang tidak punya
teman lagi karena teman tidak dapat dipercaya-setiap orang yang saya jadikan teman
akhirnya mencoba mengendalikan dia.
Ringkasan, Han memperlihatkan gejala waham bahwa ada yang mengancam dia
dan halusinasi dengar. Karena ada gangguan jiwa, dia tidak bisa betah bekerja dan
tidak punya hubungan interpersonal. Terbukti dari catatan mediknya dia punya
gejala yang sama selama beberapa tahun dan telah diterapi sekurangnya sekali 2
tahun yang lalu. Catatan mediknya juga memperlihatkan bahwa dia tidak memiliki
masalah perkembangan di masa kanak dan remaja. Walaupun dia mendapat obat
anti psikotik 2 tahun yang lalu, dia tidak makan obat cukup lama dan gejala-gejalanya
terus saja menetap sejak itu. Dia tidak memperlihatkan gejala depresi dan menyangkal
menyalahgunakan narkoba.
274
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.11: Studi Kasus Gangguan
Kepribadian Antisosial, Marcus
Marcus laki-laki 28 tahun yang datang datang ke tempat terapi setelah berkelahi di bar.
Dia dikirim ke tempat terapi oleh hakim sebagai alternatif penjara. Dia dibawa oleh
kakak wanitanya, Adele. Ketika bicara dengan konselor, Adele mengeluhkan perilaku
Marcus yang aggresif yang kadang menjadi kekerasan. Sifatnya selalu licik dan ketika
kecil suka uring uringan, suka mencari perhatian dan kadangkala ngamuk gak wajar.
Adele mengeluh mengenai perilakunya saat ini yang tidak jujur, tidak tanggung jawab,
dan makin kecanduan narkoba.
Sementara itu, Marcus tidak mau berubah tetap tidak mau menjalani terapi, tetapi
dia tahu bahwa dia akan dipenjara kalau tidak mau diterapi. Sikapnya ini membuat
Anda berkesimpulan bahwa dia tidak serius untuk berobat, dan fakta ini meyakinkan
ucapannya bahwa ditempat terapi hanyalah cara dia main-main dengan sistem. Dari
kakaknya Adele, konselor dapat informasi bahwa ketika kecil Marcus lari dari rumah
beberapa kali, diusir pulang dari sekolah karena mengancam teman dan berkelahi,
tidak tamat SMU, dan dihadapkan ke pengadilan anak karena mencuri. Dia santai saja
menceritakan hal ini seakan bangga akan masa lalunya dan tanpa penyesalan; dia
kelihatan cuek akan perasaan orang lain. Terakhir dia diusir dari sekolah (pada umur
15) dan drop out.
Melihat riwayat pekerjaan Marcus, konselor mengetahui bahwa catatan kerjanya tidak
konsisten terutama karena dipecat akibat sering bertengkar dengan bos nya. Ketika
ditanya apa maksudnya, dia mengatakan bahwa dia bertengkar dengan bos jika
mereka tidak setuju dengan kerjaannya.Pernah dia berantem dengan supervisor, dan
dia tidak peduli dipecat karena memang itu yang diinginkan supervisor. Dia nganggur
lagi dan mengatakan bahwa dia selalu lebih tahu dari siapapun yang jadi supervisor
dan selalu marah jika supervisor mengatakan hal yang tidak logis.Dia mengatakan
selalu dituduh mencuri bahan kerjaan dan itu menurutnya tidak benar.
Konselor menilai Marcus tidak punya rasa bersalah dan selalu merasa benar sendiri
karena minat utamanya adalah kepuasan diri: merasa puas begitu bisa memperdaya
orang lain dan merasa benar. Konselor melihat juga dalam percakapan mereka, Marcus
pintar dan manipulatif:menunjukkan kelicikan dan kepuasannya dengan sebelah mata
dalam merugikan orang lain.
Kesimpulan, gejala-gejalanya merupakan preokupasi dengan dirinya sendiri, tidak
jujur, tidak ada rasa menyesal, catatan kerja buruk, dan cenderung memanipulasi
orang lain.
275
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.12: Studi Kasus Gangguan
Kepribadian Ambang, Kim
Kim wanita 22 tahun yang datang ke terapi setelah putus dengan pacarnya. Dia bilang
ke konselor dia suka minum banyak alkohol, tapi berhenti setahun yang lalu ketika
diancam ibunya akan diusir. Dia mengatakan dia merasa ingin minum lagi.
Kim mengatakan pacarnya yang memulai putus hubungan dan dia merasa direjek,
kesepian dan depresi. Kim mengatakan kita saling mengerti dan saling tertarik ketika
pertama bertemu: cinta pada pandangan pertama. Mereka sangat akrab dan saling
berbagi. Walaupun demikian, setahun setelah pacaran dia takut telah menjauhi
pacarnya karena pacarnya tidak cukup memberi dalam hubungan itu, dan dia kurang
perhatian padanya. Dia marah pada pacarnya, mengeluh telah banyak memberi dan
apa yang diterimanya wajar saja sebagai balasan. Dia mengatakan pada konselor
itu adalah hubungan paling akrab yang dia pernah rasakan, dan dia mengidolakan
pacarnya tapi sering tiba-tiba muncul amarah padanya kalau dia merasa dicuekin.
Sekarang ketakutan paling hebat menjadi kenyataan. Dia menerangkan dari dulu dia
merasa takut ditinggalkan dan sekarang terbukti dilakukan oleh pacarnya.
Kim mengatakan dirinya seorang yang sensitif dan tidak dapat membayangkan hidup
tanpa pacar. Dalam sesi konsultasi dia selalu berubah-ubah dari sedih dan mudah
nangis menjadi demikian marah dan ngamuk merasa ditolak/rejected. Kadangkala
rasa marahnya sampai membuat dia pukul-pukul meja. Dia mengatakan dia perlu
refleksi diri dan tidak tahan hidup sendiri. Dia khawatir , tanpa dukungan dalam suatu
hubungan akrab, dia tidak berarti.
Ketika ditanya riwayatnya sebelum hubungan terakhir ini, ternyata dia pernah kawin
sebentar dan ketika suaminya minggat (kira-kira 2 tahun sebelumnya) dia merasa
dibuang. Ketika ditanya apa maksudnya, dia merasa hilang kendali, depresi sekali,
dan berusaha bunuh diri dengan memotong nadi. Dia lalu menjalani terapi dan
mendapat anti depresan, dan merasa tidak ada manfaat obat tersebut dan segera
putus konseling.
Konselor menemukan bahwa ketika kecil Kim pernah di abused secara fisik oleh ayahnya,
seorang alkoholik. Dia melaporkan bahwa ayahnya yang sudah lama meninggal, meng
abused dia dan ibunya. Dia juga merasa diabaikan oleh ibunya yang menurutnya
mengendalikan ibunya. Dia masih ingat ketika ayahnya cemburu melihat ibunya mesra
dengan dia.Ini terjadi setelah ayahnya memukul dia dan ibunya merangkulnya. Lalu
ayahnya menjambak ibunya dari dia, dan ingin agar ibunya memperhatikan ayahnya
itu.
Sebagai remaja, Kim ngisap kokain, minum, dan pakau apa saja yang ada. Dia
mengatakan sangat menguasai pasangannya dan melakukan apa saja sebagai cara
membina hubungan.Sayang, hubungan hanya singkat dan penuh perasaan ditolak
dilukai dan amarah Kim mengakui dia sering melukai tangan dan kakinya; katanya
untuk menghilangkan sakit emosi.
276
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Konselor menilai Kim kesulitan dalam hubungan interpersonal sebagai remaja dan
wanita muda. Dia merasa takut ditinggalkan, rendah diri, citra diri buruk, dan tergantung
secara tidak realistik pada orang lain untuk membuat dia nyaman. Dia ingin dimanja,
tapi takut ditolak karena ketahuan kekurangan yang ada dalam bayangannya. Dia
punya pola membina hubungan interpersonal akrab dan tidak stabil yang ditandai
oleh pengidolaan dan pelecehan bergantian, dan berakhir dengan rasa marah dan
kadang melukai diri.
Dia juga bilang punya riwayat kerja tidak stabil. Kim menyelesaikan SMA dan mulai
bekerja sebagai pekerja toko. Itu tidak berlangsung lama karena konflik dengan
atasannya. Dia pindah-pindah kerja sampai 4 kali dalam 2 tahun terakhir, dan
mengatakan kondisi kerjanya akhirnya tidak dapat ditolerir dan dia harus cabut.
277
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.13: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus— Gangguan Kepribadian
David 23 tahun ketika ditahan tabrakan dengan vespanya. Dia ternyata dibawah
pengaruh kokain dan heroin pada saat itu. Pengadilan memerintahkan dia ke
pengadilan menjumpai konselor GPZ untuk evaluasi terapi GPZ setelah divonis
pengadilan.
David datang tepat waktu untuk perjanjian dan agak marah ketika harus menunggu 20
menit sebelum konselor siap menemui dia.
Menyangkal ada masalah narkoba walaupun ini merupakan penahanan kedua karena
mengendarai dibawah pengaruh zat, David bilang dia pakai narkoba dengan teman-
teman setelah kerja sekali sampai dua kali seminggu untuk senang-senang dan
mendapatkan sedikit masalah seperti layaknya lelaki, dan ngisap ganja seperti anak-
anak. Dia menyangkal riwayat adanya pikiran atau percobaabunuh diri kecuali ketika
baru ditahan ketika dia pikir dia akan kehilangan pekerjaan karena itu.
David mengakui bahwa dia dulu suka uring-uringan dan dia bangga mampu melakukan
sesuatu ketika dibutuhkan-sesuatu yang dipelajarinya ketika kecil. Dia menyangkal
trauma masa kecil dan mengatakan ibunya orang suci. Ayahnya katanya orang yang
tidak pedulian dan menolak memberikan informasi lainnya.
Ketika menjelaskan keadaan sebelum ditahan, David mengatakan dia korban,
menggunakan istilah “Orang yang naik sepeda itu adalah idiot harusnya melihat
jalan” dan “Perwira polisi memberitahu saya” dan “sikapnya baik”. Dia terus saja
mengecilkan tanggung jawabnya selama wawancara.
David menikah sebentar dengan seorang dari negara lain. Komentarnya tentang
perkawinan David was married briefly to someone from another country. His only
comment about the marriage was that “dia yang ngajak saya kawin tapi saya hanya
nurut saya”. Dia menolak untuk bicara banyak apa yang dia maksud. Dia bilang sama
konselor “punya banyak pacar dibungkus di jari kelingkingnya”. Dia tidak punya anak
dan tinggal sendiri di apartemen kecil.
Selama sesi, David selalu melihat jamnya dan dua kali bertanya apakah sesi sudah
hampir selesai, menjelaskan bahwa dia “punya urusan bisnis yang harus diselesaikan”.
Hampir sepanjang waktu duduk dengan berpangku tangan.
Setakag wawancara dengan David, konselor menemui ibunya dan saudara
perempuannya. Keduanya mengatakan David “anak yang sulit”, sering membuat
masalah karena berkelahi, ngutil, dan vandalisme. Ibunya mulai nangis, mengatakan
“Saya gak tahu salah saya; saya tak bisa berbuat apa-apa dengannya”.
278
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 4.14: Gangguan Hiperaktivitas dan
Pemusatan Perhatian, Studi Kasus, Karin
Karin wanita 35 tahun yang datang sendiri ke terapi karena merasa sulit konsentrasi
dan susah fokus dengan teman dan pekerjaan sebagai cook di restoran. Dia telah
hilang kerjaan beberapa kali dan tidak mau kehilangan kerjaan lagi. Dia dirujuk ke
program terapi GPZ setelah skrining di klinik kesehatan mental karena masalah zat.
Karin mengakui dia khawatir dengan penggunaan zatnya.
Ketika didalami oleh konselor tentang pengalaman kerjanya, jelas bahwa kesulitan
konsentrasi hanyalah sebagian dari masalah kerjanya. Dia mengakui kadang-kadang
dia mudah marah dan uring-uringan, tapi ngakunya tidak sedang dibawah pengaruh
narkoba waktu itu. Dia jadi marah karena dikonfront hasil kerjanya dan dia jadi “hilang
kontrol”
Ketika konselor mengumpulkan informasi tentang masa kecilnya, Karin mengatakan
ketika keci dia mudah teralih perhatiannya dan dan sering sering ngelamun disekolah.
Dia mengatakan dia benci sekolah karena membosankan dan, akhirnya dia jarang
memperhatikan guru dan sering tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Dia
juga mengatakan kalau dia mengerjakan tugas sekolah sering banyak salahnya,
sehingga dia sering ditegur guru. Dia juga gak bisa diam dan suka ngobrol dengan
temannya, akibatnya sering timbul masalah. Dia sering dipanggil kepala sekolah untuk
mendisiplinkan perilakunya. Kalau ditanya sejak kapan perilaku seperti ini muncul,
sejauh yang dia ingat mungkin pada umur 6 tahun ketika pertama kali sekolah.
Ketika remaja, dia mulai pakai narkoba-awalnya coba-coba, kemudian sebagai
mekanisme koping untuk kecenderungannya jadi marah. Dia terus pakai narkoba hingga
remaja, dan Karin mengakui bawa pakai narkoba sebagai cara untuk menghindarkan
tantangan yang ada yang dapat membuatnya frustrasi atau marah. Ketika ditanya
narkoba apa yang biasanya dia pakai, dia menjawab “apa saja yang ada” tetapi ganja,
alkohol, dan obat penenang adalah pilihan utama. Dia menambahkan bahwa setahun
yang lalu dia mencoba amfetamin dan dia suka karena membuat dia jadi tenang dan
fokus. Sejak itu dia kadangkala pakai amfetamin kalau diberi teman.
Karin sering menyimpang pembicaraannya seakan tidak mendengar, padahal dia
mudah terpengaruh hal lain. Konselor menilai Karin sukar memusatkan perhatian
dengan kecenderungan menghindari situasi, tugas atau keadaan-keadaan sulit,
dan dalam hal tertentu mudah marah dan hilang kendali. Karin tidak tampak punya
gangguan mood, gangguan kepribadian,atau ganguan mental lainnya.
279
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 4.15: Latihan Kelompok Kecil, Studi
Kasus Gangguan masa Bayi, Kanak, dan Remaja
Linah, wanita 22 tahun, mencari terapi. Dia pernah ikut program terapi tapi drop out
dalam minggu pertama. Dia mengatakan pada konselor dia keluar karena kalau dia
tidak bisa konsentrasi dalam sesi kelompok dia mulai mengalami suges.
Linah mengatakan dia tidak bisa fokus dalam sesi kelompok intensif yang lamanya
hingga 3 jam. Selama sesi pimpinan kelompok sepertinya selalu nyalahkan dia karena
selalu ngomong dengan yang lain walaupun dia membicarakan topik diskusi. Dia juga
mengatakan dia datang di kelompok tepat waktu dan ditegur karena tidak membawa
catatan dan bahan lainnya.
Ketika konselor mengevaluasi dia bagaimana sekolahnya dulu, katanya dia ada masalah
besar disekolah beberapa tahun sebelum mulai pakai alkohol dan narkoba. Linah
mengatakan dia gak bisa diam dan mudah sekali terpengaruh/berubah perhatiannya
selama kegiatan di kelas.
Demikian pula, katanya walaupun dia senang bekerja di beberapa restoran sebagai
pelayan ,dia tidak pernah bertahan lama di pekerjaan itu. Linah melaporkan dia tidak
pernah dipecat, tetapi ketika dia bosan, dia lupa apa pesanan pelanggan.
Linah mengatakan dia tidak tahu mengapa itu terjadi, tetapi yang jelas dia tidak
bekerja baik disekolah dan sedikit teman. Dia mengatakan dia akhirnya drop out dari
sekolah setelah mendapat tindakan disiplin karena sering bolos dan setelah mulai
minum alkohol dan narkoba secara teratur.
Pada waktu luang, Linah mengatakan dia senang main video games diruangannya
atau di handphone.Ketika konselor bertanya riwayat anxietas atau depresi, Linah
menyangkal dia ada masalah.
280
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Modul 4: Gangguan Mental Khusus dan Isu-isu
Umum, Ringkasan
Introduksi
Ada beberapa limitasi dari modul ini:
• Materi modul ini bukanlah ringkasan komplit dari semua gangguan mental
yang terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fourth Edition, Text
• Revision (DSM-IV-TR). Modul 4 fokus pada co-occuring mental disorder yang
sering terjadi.
• Modul ini tidak memberikan pelatihan profesional yang komprehensif agar
secara tepat mendiagnosis dan menerapi klien dengan kombinasi-kombinasi
co-occuring disorder yang demikian banyaknya. Walaupun demikian, dapat
membantu Anda mengenalnya jika klien menunjukkan gejala-gejala gangguan
ko-okuring yang membutuhkan layanan tambahan ,dukungan atau rujukan.
• Modul hanya menawarkan saran singkat bagi tindakan dan pendekatan untuk
konselor GPZ ketika bekerja dengan gangguan mental tertentu.
• Akhirnya dapat dikatakan ini adalah modul yang susah. The American Psychiatric
Association, penerbit DSM IV – TR, menghendaki kriteria gangguan mental
dicetak sama persis dengan apa yang ada dalam DSM. Ini berarti bahasa itu
kadangkala sulit . Definisi-definisi istilah dan penjelasan konsep diberikan
dalam tanda kurung.
Orang dengan gangguan ko-okuring bisa punya kombinasi GPZ dan satu atau
lebih gangguan mental (misalnya seseorang dapat punya GPZ, Skizofrenia, dan
masalah gambling patologis), menyulitkan diagnosis dan terapi.
Ada beberapa petunjuk dasar yang dapat digunakan dalam bekerja dengan
gangguan ko-okuring. Pertama, ingatlah prinsip dan keterampilan dasar konseling
GPZ yang efektif berlaku juga pasien dengan gangguan mental ko-okuring.
Misalnya:
• Mendengar aktif dengan penghargaan;
• Gaya afirmasi, dan reassuring;
• Attending stadium perubahan klien; dan
• Melibatkan klien dalam perencanaan terapi dan kelanjutan terapi yang sesuai
dengan kemajuan klien.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bekerja dengan gangguan ko-
okuring. Pertama, karena terapi terintegrasi masih berupa norma, konselor GPZ
perlu untuk:
281
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Mengembangkan hubungan kerja yang kuat dengan layanan lain seperti
dengan dokter yang mengeluarkan resep, layanan medis lain dan profesional
Kesehatan Mental.
Karena itu, konselor perlu mendapat izin dari klien sebelum berkomunikasi dengan
profesional lain.
Terapi GPZ lebih efektif jika konselor GPZ mengerti terapi yang diterima klien untuk
gangguan mentalnya dan kemajuan terapinya. Dokter dan profesional kesehatan
mental dapat menjadi lebih efektif jika mereka memahami GPZ dan terapinya.
Misalnya konselor bisa jadi orang pertama yang mengetahui bahwa klien berhenti
makan obat , ada efek samping, atau makan obat tidak teratur. Mensupport
klien dengan gangguan ko-okuring untuk teratur makan obat psikiatrik dapat
memperbaiki hasil terapi GPZ secara bermakna.
Modul 4 tidak membahas obat khusus untuk gangguan mental. Walaupun demikian,
publikasi terbaik dibuat oleh lembaga Addiction Technology Transfer Centers di
Amerika Serikat : Psychotherapeutic Medications 2011: What Every Counselor
Should Know.’1 Publikasi ini diperbaharui setiap tahun; versi 2011 version dapat
dijumpai di ://www.attcnetwork.org/userfiles/file/MidAmerica/Psychmeds%20
2011_ FINAL%20as%20of%203-1 -11 .pdf
Sebagian publikasi ini, “Talking With Clients About Their Medication,” disajikan
dalam Halaman Penjelasan 4.1.
Klien dengan Gangguan ko-okuring butuh kemajuan perjalanan terapi yang lebih
lambat dibanding klien tanpa GKO. Misalnya klien perlu waktu lebih lama dalam
menumbuhkan hubungan kepercayaan. Konselor harus memonitor respon klien
terhadap pendekatan konseling dan membuat penyesuaian sesuai kebutuhan.
Dapat membantu dengan maju perlahan, fokuslah pada topik umum dan tidak
provokatif lebih dahulu dan tunggulah untuk mendiskusikan topik yang lebih
serius, ketika klien sudah nyaman bicara soal masalahnya.
Konselor juga dapat memonitor gejala gangguan mental klien dan memberikan
respon dengan segera terhadap setiap perbaikan atau memburuknya gejala.
Sekali lagi, konselor GPZ lebih banyak menghabiskan waktu bersama klien
dibandingkan dokter (dan kadang-kadang lebih lama dari profesional kesehatan
282
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
mental) dan dapat memperhatikan perubahan gejala-gejala lebih cepat. Konselor
dapat mengatasi keprihatinan klien dan dokter.
Banyak klien dengan GKO hasilnya bagus dalam kelompok. Beberapa juga perlu
bantuan tambahan mempersiapkan untuk masuk kegiatan kelompok atau bahkan
perlu melanjutkan dengan konseling individual. Bila diperlukan, konselor dapat
secara bertahap mengenalkan dan mengajarkan keterampilan partisipasi dalam
konseling kelompok dan kelompok saling bantu seperti Narkotik Anonimus.
Walaupun demikian penting untuk fokus pada kebutuhan klien individual. Untuk
beberapa klien, mendorong mereka untuk aktif dalam kelompok tanpa persiapan
bibisa kontraproduktif.
Walaupun bunuh diri tidak selalu dapat dicegah, konselor GPZ berada dalam
posisi unik untuk menyaring klien dengan pikiran atau perilaku bunuh diri.
Gangguan Mood
Gangguan Mood termasuk gangguan depresi major, gangguan bipolar, dan dua
gangguan lainnya berdasarkan asalnya:
• Gangguan Mood akibat kondisi medis umum, yang tidak dibicarakan dalam
kurikulum ini ; dan
• Gangguan Mood akibat zat, yang dibicarakan dalam Modul 6.
DSM-IV –TR memberikan garis besar kriteria diagnostik untuk episode mood
dan gangguan mood. Mood episode tidak dapat didiagnosis sebagai suatu
gangguan yang berdiri sendiri. Mereka dimasukkan sebagai kriteria diagnosis-
diagnosis gangguan mood dan dipandang sebagai penyusun/”building blocks”
bagi diagnosis-diagnosis gangguan mood2. Kriteria episode-episode mood
dijabarkan pada akhir ringkasan ini.
Gangguan-gangguan Mood adalah jenis gangguan mental yang sering terjadi:
• WHO mencatat depresi saja mengenai 121 juta penduduk dan merupakan
penyebab utama disabilitas diseluruh dunia3.
• Gangguan Mood dapat terjadi pada umur berapa saja, onset umur rata-rata
pertengahan 20 tahun.2
• Wanita berisiko dua kali lebih besar menderita gangguan depresi major.
• Orang yang ortunya atau saudaranya mengalami gangguan depresi, 1,5 sampai
3 kali lebih besar kemungkinan mengalami gangguan depresi dibanding
populasi umum.2
1 World Health Organization. (2009). Preventing suicide: A resource for police, firefighters and other first line responders. Geneva: Author.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
3 World Health Organization. (n.d.). What is depression? Accessed February 17, 2012 at http://www.who.int/mental_health/management/
depression/definition/en
283
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Depresi Mayor
Untuk mendiagnosis gangguan depresi major, seseorang harus memenuhi 3 kriteria
utama:
Kriteria A: Adanya satu episode depresi major(lihat kriteria episode mood di akhir
ringkasan ini ).
Kriteria B: Episode depresi major tidak disebabkan oleh gangguan Skizoafektif dan
tidak tumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham,
atau gangguan psikotik yang tidak dispesifikasi ditempat lain.
Kriteria C: Tidak pernah ada episode manik, episode campuran, atau episode
hipomanik.
284
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan Depresi Major dan GPZ
Ada banyak kaitan antara gangguan depresi dan GPZ. Misalnya, seringnya orang
menjadi depresi bila minum alkohol atau putus kokain.
Ketika klien putus zat, konselor GPZ harusnya memonitor paling kurang selama
sebulan abstinensia untuk melihat apakah:
• Gejala depresi hilang atau mood klien membaik setelah putus zat; atau
• Gejala-gejala butuh terapi tambahan karena klien tidak membaik atau bahkan
menjadi tambah depresi.
Setelah masa observasi, harus jelas apakah alkohol atau zat lain menjadi penyebab
depresi, seperti contoh pertama, atau tidak, sebagaimana yang kedua:
• Orang mungkin akan pakai narkoba atau relaps jika mereka mengalami
perasaan negatif; dan
• Keadaan depresi atau punya perasaan negatif dapat membuat orang mungkin
akan pakai alkohol atau narkoba agar merasa lebih baik.
Jelas siklus ini dapat menuju suatu depresi yang lebih serius dan pengunaan zat.
Walaupun demikian, tidaklah mudah untuk mengenal depresi pada tahap awal
pemulihan karena perasaan negatif dan mood depresi sering terjadi dalam waktu
ini. Jika gejala-gejala tidak dikenal, klien dengan depresi major yang tidak diterapi
memiliki risiko besar untuk:
• Relaps; dan
• Bunuh diri ketika terjadi relaps setelah masa abstinensia yang cukup panjang.
Depresi yang tidak dikenal dan diterapi dapat memprovokasi relaps melalui hasrat
seseorang untuk mengobati sendiri dan mengurangi depresi atau karena tidak
peduli terhadap apa yang terjadi pada dirinya semata-mata.
Bunuh diri sangat erat kaitannya dengan gangguan depresi. Diantara orang
dengan GPZ, statistiknya amat dramatik :
1 U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons with co-occurring disorders.
Treatment Improvement Protocol 42. HHS Publication No. (SMA) 05-3992. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.
285
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• 10% individu dengan ketergantungan zat melakukan bunuh diri, sering ketika
mengalami gangguan mood akibat zat (substance-induced mood disorder)1.
• Seluruh dunia, bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga pada remaja2.
Walaupun pikiran dan perilaku bunuh diri ada hubungannya terutama dengan
gangguan mood serius, dia tidak terbatas pada gangguan itu saja. Penelitian
menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mencegah bunuh diri dan perilaku bunuh
diri adalah melalui deteksi dini dan terapi dini GPZ dan setiap gangguan mental.
Faktanya, lebih kurang 25 % orang yang berhasil bunuh diri akan membuat kontak
dengan program kesehatan mental tertentu pada tahun sebelum kematiannya3,
sehingga ada peluang untuk melakukan intervensi.
Bahkan bilamana klien diterapi dengan obat antidepresan, penggunaan zat dapat
menghambat efek obat-obat tersebut.
Konselor yang bekerja dengan klien dengan gangguan depresi harus melakukan
skrining secara rutin adanya pikiran atau rencana bunuh diri, terutama bila klien :
Semua ancaman bunuh diri harus diperlakukan dengan serius. Ada beberapa
pertanyaan mendesak yang harus segera ditanyakan ke klien yang tampaknya
berisiko untuk bunuh diri. Pertama, adalah penting untuk menilai risiko klien untuk
membahayakan dirinya dengan pertanyaan sebagai berikut :
• Mengapa sekarang?
• Apakah Anda punya rencana khusus untuk bunuh diri ? (jika ya, lakukan follow
up untuk mengetahui lebih dalam.)
1 World Health Organization. (2003). Caring for children and adolescents with mental disorders: Setting WHO directions. Geneva: Author
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
3 World Health Organization. (2009). Preventing suicide: A resource for police, firefighters and other first line responders. Geneva: Author.
286
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Langkah berikutnya dengan klien yang ingin bunuh diri adalah membuat
rencana pengamanan. Penting untuk mengembangkan proses pengamanan dan
manajemen risiko yang melibatkan komitmen klien untuk:
• Mengikuti nasehat ;
• Hilangkan alat-alat yang dapat digunakan untuk bunuh diri(misalnya,
senjata);dan
• Setuju untuk mencari pertolongan dan mencari terapi.
Juga penting untuk menilai risiko klien untuk membahayakan orang lain.
Akhirnya, adalah penting untuk melakukan monitoring dan langkah-langkah follow
up:
• Sediakan adanya kontak 24 jam sehari hingga rujukan psikiatrik dapat dilakukan.
• Rujuk klien dengan rencana bunuh diri yang serius, yang pernah mencoba
bunuh diri, atau dengan gangguan mental serius untuk intervensi psikiatrik
atau mendapat bantuan konsultasi psikiatrik untuk manajemen klien ini.
• Kembangkan dan monitor strategi untuk menjamin keberlangsungan
pengobatan.
• Kembangkan rencana pemulihan jangka panjang untuk menerapi GPZ
• Tinjau ulang semua tindakan dengan supervisor Anda dan/atau anggota tim
terapi.
• Dokumentasikan semua laporan klien dan setiap saran yang dibuat.
Gangguan Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar mengalami pergantian mood yang besar diluar
biasanya dalam kehidupan normal.Dulu gangguan ini disebut “manik
depresi.”
Umur rata-rata awitan awal 20 tahun, tetapi gejala-gejala dapat mulai di usia remaja
atau setelah usia 50 tahun pada beberapa kasus.1
Ada dua tipe utama gangguan bipolar I, tergantung episode mood apa yang saat
ini dialami klien.Guna memudahkan, kita fokus pada gangguan bipolar I, episode
mood saat ini manik. Ada tiga kriteria untuk gangguan ini2:
1 Peters, R. H. (2008). Importance of early diagnosis and appropriate care. St. Petersburg, FL: Florida Policy Summit on Emerging Trends in
Mental Health. Retrieved February 17, 2012, from http://www.csg.org/knowledgecenter/docs/Mental%20Health%20Summits/FL%20Peters.
pdf
2
287
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kriteria B: Paling tidak ada satu episode mood depresif major,episode mood manik,
atau episode mood campuran/mixed (kita akan bicarakan episode mood campuran/
mixed ini setelah ini).
Kriteria C: Episode-episode mood Kriteria A dan B tidak disebabkan gangguan
skizoafektif dan tidak tumpang tindih dengan skizofrenia, gangguan skizofrenifreniform,
gangguan waham, atau gangguan psikotik YTT.
1 Sonne, S. C., & Brady, K. T. (2002). Bipolar disorder and alcoholism. Retrieved July 27, 2011, from http://pubs.niaaa.nih.gov/publications/
arh26-2/103-108.htm
288
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penggunaan zat oleh orang dengan gangguan bipolar dapat mengurangi gejala
manik atau depresi sementara waktu, tetapi sebenarnya tidak mengatasi penyakit
sesungguhnya.
Jika gejala manik atau depresi menetap atau memburuk setelah detoksifikasi,
gangguan mood dapat merupakan problem utama.
Konselor harusnya:
• Waspada tanda-tanda ganguan mood pada klien yang tidak terdiagnosis,
karena gangguan mood sering terjadi bersama GPZ;
• Siap-siap untuk merujuk jika perlu;
• Diskusikan dengan klien interrelasionsip antara gangguan mood dan GPZ; dan
• Waspadai tanda-tanda pikiran atau perilaku bunuh diri, terutama di awal
pemulihan.
Ganguan Anxietas
Semua kita pernah mengalami perasaan anxietas (cemas) atau stres dan khawatir
kadangkala. Faktanya, baik anxietas dan stess adalah normal dalam kehidupan.
Anxietas dapat bermanfaat kalau :
• Memotivasi kita untuk menyelesaikan masalah yang kita alami (seperti konflik
yang harus diselesaikan ditempat kerja atau ketidak sepahaman dengan teman);
• Memotivasi kita bersiap untuk peristiwa penting (misalnya, belajar untuk ujian
sertifikasi GPZ atau merencanakan perkawinan); dan
• Menyiapkan tubuh kita untuk situasi sulit dan bahaya (dengan meningkatkan
denyut jantung dan pernafasan dan memicu reaksi “fight or flight” kita.)
Walaupun demikian, sama seperti gangguan depresi major, anxietas dapat menjadi
masalah jika sampai mengganggu fungsi sehari-hari:
• Di tempat kerja atau sekolah:
• Di masyarakat; atau
• Di rumah.
Jika anxietas terjadi sepanjang waktu, akan menimbulkan efek buruk pada;
• Tubuh ;
• Kesehatan emosional dan kesejahteraan; dan
• Kemampuan berpikir jernih.
Lebih lanjut, anxietas berbahaya ketika dia menyebabkan kita menjadi cemas
berlebihan dan terjadinya :
289
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Dalam jangka panjang; atau
• Dalam situasi dimana kita tidak punya kemampuan mengendalikan situasi yang
mungkin sangat menegangkan.
Ada 12 jenis gangguan anxietas yang berbeda, yang masing-masing punya kriteria.
Kita akan membicarakan 4 gangguan anxietas yang sering terjadi:
• Gangguan panik;
Gangguan Panik
Salah satu gambaran penting gangguan panik adalah berulangnya serangan panik
tak terduga. Serangan panik adalah ketakutan luar biasa atau rasa tidak nyaman
yang terjadi ketika tidak ada bahaya nyata2.
Ada dua diagnosis berbeda untuk gangguan panik; dengan agorafobia dan tanpa
agorafobia. Agorafobia adalah kondisi yang dapat terjadi ketika orang mulai
menghindari ruang terbuka atau situasi-situasi terkait anxietas. Beberapa orang
sampai terkungkung hingga tidak mampu lagi keluar rumah, yang lain ada yang
bisa berfungsi “normal” tapi dengan susah payah. Untuk memudahkan, kita akan
melihat gangguan panik tanpa agorafobia.
Gangguan panik ditandai oleh serangan panik berulang dan tak terduga dengan
menetapnya kekhawatiran akan datangnya serangan panik.
Serangan panik tidaklah dianggap sebagai sebuah gangguan tersendiri, tetapi dia
harus ada untuk diagnosis gangguan panik.
1. Serangan panik berulang tak terduga (kriteria serangan panik mengikuti kriteria
gangguan panik)
2. Paling kurang ada 1 serangan panik yang diikuti oleh 1 bulan (atau lebih) satu (atau
lebih) hal-hal berikut:
1 World Health Organization. (2001). Mental health: A new understanding, new hope. Geneva: Author.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
290
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Keprihatinan menetap kalau datang serangan tambahan;
• Khawatir tentang pengaruh serangan atau akibatnya (misalnya, hilang kendali,
mendapat serangan jantung, “jadi gila”); dan
• Perubahan perilaku yang bermakna sehubungan dengan serangan.
Kriteria B: Tidak ada agorafobia (tidak begitu cemas atau takut berada di tempat-
tempat atau situasi dimana sulit untuk melarikan diri).
Kriteria C: Serangan panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hiperthyroidisme).
Kriteria serangan panik adalah1 adanya rasa takut atau tidak nyaman dalam
periode waktu tertentu dimana 4 (atau lebih) gejala-gejala berikut timbul tiba-tiba
dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:
• Berdebar-debar (jantung berdegup atau denyut jantung cepat);
• Keringatan ;
• Perasaan tercekik;
• Takut mati;
Obat-obat tertentu, seperti kafein atau stimulan lain, dapat memicu serangan
panik dengan gejala yang mirip. Sekali orang merasakan gejalanya, serangan
panik semakin berat karena ketakutan akan mendapat serangan kembali.
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
291
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Serangan panik dapat dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang dirasakan tidak
nyaman oleh orang tertentu.
Perkembangan serangan panik meliputi hal-hal sebagai berikut :
• Serangan mulai tiba-tiba, dan orang jarang menyadari adanya kejadian atau
pikiran yang memicu.
• Serangan mencapai puncaknya dalam 10 menit atau kurang.
• Serangan sering diikuti oleh rasa adanya bahaya yang hebat, kiamat, atau
seperti mau gila.
• Individu sering merasa ada dorongan untuk melarikan diri dari lokasi serangan
datang.
Fobia Sosial
Fobia sosial kadangkala disebut juga gangguan anxietas sosial.
Berada dalam situasi sosial atau tampil didepan publik dapat merangsang
timbulnya anxietas pada beberapa orang. Bahkan situasi ini dapat melumpuhkan
secara emosional pada orang yang memiliki gangguan ini dimana mereka menjadi
begitu cemas bahkan ketika hanya memikirkan situasi tertentu. Sebagai tambahan,
bahkan situasi “normal” yang tidak memicu anxietas pada banyak orang dirasakan
sebagai sesuatu yang menyakitkan pada orang dengan fobia sosial.1
Contoh situasi “normal” yang menimbulkan anxietas pada orang dengan fobia
sosial meliputi:
• Makan di depan orang banyak;
• Menghadiri pesta besar atau pertemuan-pertemuan kecil;
• Berbicara dengan figur otoritas; dan bahkan
• Menggunakan WC umum.
Ada 8 kriteria fobia sosial.2
Kriteria A: Rasa takut jelas dan menetap dalam situasi tampil atau situasi sosial dimana
seseorang terpapar pada orang-orang tak dikenal atau kemungkinan diperiksa oleh
orang lain. Ketakutan bahwa dia akan berbuat dengan cara(atau menampakkan gejala
cemas) yang akan membuat dia memalukan atau terlihat kikuk. Pada anak-anak, harus
ada bukti kemampuan membina hubungan sosial sesuai umurnya dengan orang yang
sudah dikenal dan anxietas mesti terjadi dalam setting sebaya, tidak hanya dalam
interaksi dengan orang dewasa.
Kriteria B: Terpapar pada situasi sosial yang menakutkan hampir selalu menimbulkan
anxietas, yang berbentuk serangan panik terkait situasi atau serangan panik dengan
predisposisi terkait situasi. Pada anak, anxietas ekspresinya adalah nangis, uring-
uringan, cuek, ataumenjauh dari situasi sosial dimana banyak orang yang tidak dikenal.
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
2 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
292
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kriteria C: Orang itu menyadari bahwa rasa takut itu berlebihan dan tidak beralasan.
Kriteria D: Situasi sosial atau tampilan sosial yang ditakuti itu dihindari atau dirasakan
dengan rasa cemas yang kuat atau distres.
Kriteria E: Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau tekanan dalam situasi kerja atau
sosial atau yang ditakuti, mengganggu secara signifikan terhadap rutinitas orang
normal, fungsi pekerjaan (akademik), kegiatan sosial, hubungan, atau ditandai dengan
adanya tekanan fobia.
Kriteria F: Pada individu lebih muda dari usia 18 tahun, lamanya belangsung paling
kurang 6 bulan.
Kriteria H: Jika kondisi medik umum atau gangguan mental lain ada, rasa takut dalam
kriteria A tidaklah terkait terkait dengan itu (misalnya, rasa takut itu bukanlah gagap,
gemetar pada penyakit Parkinson, atau menunjukkan perilaku makan abnormal seperti
anoreksia nervosa atau bulimia nervosa).
1 Moore, K., Matthews, C., Hunt, W. M., Pape, B. S., Fox, M., & Mueser, K. (2002). Co-occurring disorders treatment manual. Tampa, FL:
University of South Florida Department of Mental Health Law & Policy, Louis de la Parte Florida Mental Health Institute.
2 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition,
Text Revision (Copyright ©2000). American Psychiatric Association.
293
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kriteria C: Kecemasan dan kekhawatiran seseorang terkait dengan 3 atau lebih
gejala-gejala berikut (dimana beberapa gejala ada beberapa hari dalam waktu 6
bulan). Hanya satu gejala pada anak, sudah cukup:
Gelisah atau rasa tidak bisa berbuat apapun, atau rasa dipinggir jurang;
Mudah lelah;
Sukar konsentrasi;
Mudah marah;
Otot tegang;dan
Gangguan tidur.
Kriteria D: Fokus rasa cemas tidaklah merupakan gambaran dari gangguan cemas
lainnya, seperti kekhawatiran mengenai:
Efek fisiologis langsung dari zat(narkoba yang disalahgunakan, obat, atau terpapar
racun);
Kondisi medis umum; atau
294
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terpisah sama sekali dari:
• Gangguan Mood ;
• Gangguan psikotik; atau
• Gangguan perkembangan pervasif (seperti autisme).
• Mengingat kejadian lama bahkan walaupun hanya bau atau suara kejadian
tersebut;
• Mimpi kejadian tersebut;
• Tindakan atau perasaan seakan trauma terjadi lagi; dan
• Perasaan distres fisik dan psikologis berat oleh sesuatu yang mengingatkan
kejadian tersebut.
Ada 6 kriteria utama untuk diagnosis PTSD.1
Kriteria A: Orang pernah terpapar kejadian traumatik dimana kedua hal berikut ada:
2. Respon orang tersebut berupa rasa takut yang hebat, tidak berdaya, atau rasa
horor. Catatan: Pada anak, gejalanya dapat berupa perilaku kacau atau agitasi.
Kriteria B: Kejadian traumatik dialami kembali secara menetap dalam bentuk 1(atau
lebih) dari 5 cara berikut:
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
295
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
4. Distres psikologis kuat ketika terpapar tanda-tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau mirip aspek tertentu kejadian traumatis; dan
5. Reaksi fisiologis ketika terpapar tanda-tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau mirip aspek tertentu kejadian traumatis.
Kriteria C: Menghindari secara menetap terhadap rangsang yang terkait trauma dan
tanpa respon menyeluruh( tidak ada sebelum terjadi trauma), sebagaimana ditandai
oleh paling kurang 3 atau lebih gejala-gejala berikut:
Sebagai ikhtisar gejala-gejala PTSD, ingatlah individu dengan PTSD dapat memiliki
perasaan sebagai berikut:
• Rasa terpisah dari orang lain;
• Ketidakmampuan mengingat kejadian;
• Rasa masa depan sudah habis;
• Sulit tertidur atau mempertahankan tidur; Sulit konsentrasi;
296
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Mudah marah atau mudah meledak amarah; dan
• Perasaan berjaga-jaga, mudah terkejut.
PTSD dapat terjadi pada setiap umur dan pada orang yang mengalami trauma
berat.
Berat dan lamanya trauma adalah faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan gangguan.
297
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Depresi dan cemas dapat kelihatan mirip, sehingga penting untuk mencoba
membedakan keduanya. Tanya diri Anda:
• Apakah cemas ini ada hubungannya dengan gangguan mental yang lebih
serius, kondisi medis, efek samping obat, atau perubahan-perubahan akibat
obat ?
Kerentanan khusus klien yang punya gejala cemas, terutama fobia sosial, berarti
konseling kelompok tidak cocok.
Klien yang akan terpapar situasi yang dapat menimbulkan cemas mungkin perlu
bantuan khusus untuk mengembangkan rencana koping untuk menghindari relaps.
Gangguan psikotik
Karakteristik utama gangguan psikotik adalah gejala-gejala yang berpusat pada
masalah pikiran dan persepsi.
Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang paling sering. Dapat didefinisikan
sebagai gangguan otak kronis, berat dan melumpuhkan yang ditandai oleh
terganggunya proses pikir dan respons emosional.
Gejala-gejala positif dijumpai pada orang dengan skizofrenia tetapi tidak terdapat
pada orang yang bukan menderita skizofrenia.
• Waham-waham;
• Halusinasi-halusinasi;
• Berbicara kacau;dan
• Perilaku kacau.
Gejala-gejala negatif adalah gejala kurangnya respon emosional normal atau
proses pikir normal lain.
Disebut gejala negatif karena merupakan hilangnya sesuatu dari yang dianggap
normal—berkurang atau hilangnya fungsi normal:
298
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Kurangnya keinginan atau motivasi untuk mencapai tujuan ;
Faktor genetik berperan besar dalam terjadinya skizofrenia. Keluarga dekat orang
dengan skizofrenia memiliki risiko 10 kali lebih besar menjadi skizofrenia dibanding
populasi umum.1
Temuan ini mendukung hipotesis bahwa penggunaan ganja berperan besar dalam
menyebabkan psikosis pada banyak orang.2
1. Waham-waham;
2. Halusinasi-halusinasi;
4. Perilaku sangat kacau atau perilaku katatonik (perilaku katatonik artinya pasien
tidak bergerak untuk waktu yang lama); dan
5. Gejala-gejala negatif (misalnya, afek datar, alogia (tidak bisa bicara), atau avolusi
(hilangnya dorongan atau motivasi).
Hanya dibutuhkan satu gejala Kriteria A jika waham-waham aneh atau halusinasi
berupa suara yang terus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien
atau 2 atau lebih suara-suara saling bercakap satu sama lain.
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
2 arge, M., Sharma, S., Compton, M., Slade, T., Nielssen, O., & McRim, F. (2011). Cannabis use and earlier onset of psychosis. Archives of
General Psychiatry, 68(6), 555–561.
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
299
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Waham aneh (bizarre) sulit didefinisikan, terutama dalam hal pertimbangan
perbedaan kultural. Waham dikatakan aneh/bizarre jika jelas aneh dan tidak
dimengerti dan tidak berasal dari pengalaman hidup yang umum.
Contoh waham aneh adalah keyakinan bahwa ada orang asing yang telah
memindahkan organ dalam tubuhnya dan diganti dengan organ tubuh orang lain
tanpa meninggalkan luka atau jaringan parut. Contoh waham yang tidak aneh
adalah keyakinan salah bahwa dia dimata-matai polisi.
Kriteria B: Disfungsi sosial/okupasional. Untuk waktu yang cukup lama sejak
awitan gangguan, satu atau lebih bidang kehidupan seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau mengurus diri berada dibawah taraf yang pernah dicapai
sebelum awitan gangguan (atau jika awitan semasa kanak atau remaja, gagal
mencapai taraf hubungan interpersonal,akademik atau pekerjaan yang diharapkan.
Kriteria C pada dasarnya menyatakan bahwa gejala-gejala khas dan berat dalam
daftar Kriteria A mesti berlangsung selama 1 bulan dari periode 6 bulan tetapi
gejala-gejala tersebut kurang begitu kuat dalam periode prodromal atau residual,
Gejala-gejala ini termasuk gejala-gejala negatif yang dibicarakan sebelumnya dan
gejala dari Kriteria A yang lebih ringan (misalnya , keyakinan yang aneh,pengalaman
persepsi aneh).
Kriteria D: Pengecualian gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan gambaran psikotik telah disingkirkan
karena:
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
300
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
1. Tidak ada episode depresif major, manik, atau campuran terjadi bersamaan
dengan gejala-gejala fase aktif (Kriteria A); atau
2. Jika episode mood terjadi selama gejala-gejala fase- aktif, lamanya gejala hanya
singkat dibanding lamanya periode aktif atau residual.
Ini tidak berarti bahwa orang dengan skizofrenia tidak dapat memiliki gangguan
mood. Ini hanya berarti bahwa gangguan mood harus ditegakkan tersendiri.
Faktanya, 50% orang dengan skizofrenia juga memiliki depresi.1
Kriteria E: Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (
penyalahgunaan narkoba atau obat yang diresepkan) atau kondisi medis umum.
Kriteria F: Jika ditegakkan gangguan perkembangan pervasif, diagnosis skizofrenia
dibuat hanya jika waham atau halusinasi ada selama paling kurang sebulan.
Gangguan anxietas, depresi dan GPZ dapat menjadi penyulit skizofrenia. Misalnya:
• Bila tidak diterapi, gejala-gejala positif membuat orang tidak mungkin fokus
pada terapi apapun.
• Bahkan bila klien mendapat terapi obat, gejala negatif skizofrenia(yang kurang
memberikan respon terhadap obat-obatan dibandingkan gejala positif)
membuat klien sulit berpartisipasi dalam setting kelompok atau menghadiri
sesi terapi secara konsisten. Program perlu membuat kegiatan-kegiatan khusus.
• Apa yang kelihatannya seperti resisten atau denial, sebenarnya adalah gejala
negatif.
Konselor GPZ harus juga menyadari bahwa efek beberapa narkoba dapat
menyerupai skizofrenia. Narkoba tersebut meliputi:
1 Buckley, P. F., Miller, B. J., Lehrer, D. S., & Castle, D. J. (2009). Psychiatric comorbidities and schizophrenia. Schizophrenia Bulletin, 35(2),
383–402. Retrieved February 13, 2012, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2659306
301
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Ketamin: Obat anestesi umum (juga dikenal dengan nama Special K) untuk
hewan.
Penting dilakukan segera test urine ketika klien memulai terapi untuk menyingkirkan
kemungkinan gejala-gejala efek obat yang mirip gejala-gejala gangguan mental.
Tidak ada pola penggunaan narkoba yang jelas pada klien dengan skizofrenia;
klien dengan gangguan ini pakai apapun zat yang ada atau yang lagi populer.
Kecuali, ada suatu hubungan yang kuat antara gangguan psikotik dan nikotin.
Riset menunjukkan adiksi nikotin sering dijumpai pada klien dengan skizofrenia.
Orang dengan skizofrenia adiksi terhadap nikotin tiga kali lebih besar dibanding
populasi umum (75-90% vs 25-30%).1
Assesmen terus menerus diperlukan untuk lebih mengerti peran GPZ pada klien
psikosis.
Psikosis dan GPZ cenderung menjadi gangguan kronis dengan beberapa kali
relaps dan remisi, sehingga butuh terapi jangka panjang.
• Menjadi korban;
• Keuangan terbatas.
• Gangguan Skizoafektif: Suatu gangguan dimana episode mood dan gejala fase
aktif skizofrenia terjadi bersama dan didahului atau diikuti oleh paling kurang 2
minggu adanya waham atau halusinasi tanpa gejala-gejala mood major;
• Gangguan Waham: Ditandai oleh paling kurang 1 bulan waham yang tidak
aneh/bizarre tanpa gejala fase aktif skizofrenia;
1 ones, R. T., & Benowitz, N. L. (2002). Therapeutics for nicotine addiction. In K. L. Davis, D. Charney, J. T. Coyle, & C. Nemeroff
(Eds.), Neuropsychopharmacology: The fifth generation of progress (pp. 1533–1544). Nashville, TN: American College of
Neuropsychopharmacology
302
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Gangguan psikotik singkat: Gangguan dengan gejala-gejala fase aktif
skizofrenia yang berlangsung lebih dari satu hari dan gejala hilang setelah 1
bulan;
Tidak satupun dari gangguan-gangguan ini yang sering dijumpai di klinik; informasi
lebih lanjut tentang setiap gangguan psikotik diatas dapat dilihat di DSM-IV-TR.1
Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian sering ditemukan oleh konselor GPZ. Orang dengan
gangguan kepribadian memiliki ciri-ciri kepribadian maladaptif dan pola perilaku
kaku, sulit berubah, yang :
• Mengendalikan impuls.
• Paranoid, dengan pola tidak mudah percaya dan curiga pada maksud orang
lain sebagai tidak baik( ada maksud jahat, ingin mencederai);
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
303
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
• Skizoid, dengan ciri terpisah dari hubungan sosial dan miskin ekspresi emosi;
dan
• Skizotipal, dengan pola rasa tak nyaman akut dalam hubungan akrab, distorsi
persepsi atau kognitif, dan perilaku eksentrik.
• Menghindar, dengan pola hambatan sosial, rasa tidak mampu, dan sangat
sensitif terhadap penilaian negatif dari orang lain;
Ada sebuah data penelitian kecil mengenai peringkat dunia dari gangguan
kepribadian (personal). Namun demikian, dalam rangka mengadvokasi sumber-
sumber terkait kesehatan mental, WHO menempatkan gangguan kepribadian
sebagai salah satu masalah kesehatan tertinggi di dunia.2
1. Pikiran/Kognisi (misalnya, cara melihat dan menilai diri, orang lain dan peristiwa-
peristiwa);
1 merican Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
2 World Health Organization. (2000). Preventing suicide: A resource for general physicians. Retrieved August 17, 2011, from http://www.who.
int/mental_health/media/en/56.pdf
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
304
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
3. Fungsi interpersonal;dan
4. Kendali impuls.
1 Flynn, P. M., Craddock, S. G., Luckey, J. W., Hubbard, R. L., & Dunteman, G. H. (1996). Comorbidity of antisocial personality and mood
disorders among psychoactive substance-dependent treatment clients. Journal of Personality Disorders, 10(1), 56–67.
2 World Health Organization. (n.d.). Gender and women’s mental health: Gender disparities and mental health—The facts. Retrieved February
28, 2011, from http://www.who.int/mental_health/prevention/genderwomen/en
3 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
305
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
2. Impulsif atau gagal membuat rencana kedepan;
3. Mudah marah dan aggresif, yang ditandai oleh berulangnya berkelahi fisik atau
serangan fisik;
Kriteria C: Ada bukti adanya gangguan perilaku dengan awitan sebelum 15.
Kriteria D: Perilaku antisosial tidak terjadi secara terpisah selama perjalanan gangguan
skizofrenia atau episode manik.
Kita perlu melihat lebih dekat Kriteria C, adanya bukti gangguan tingkahlaku yang
awitannya sebelum 15. Gangguan tingkahlaku terutama adalah gangguan yang
terjadi masa kanak atau awal masa remaja. Jika melakukan assesmen pada orang
dewasa untuk gangguan tingkah laku, perlu 2 kriteria:1
Kriteria A: untuk gangguan tingkah laku: Adanya pola perilaku berulang dan menetap
dimana hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial sesuai umur yang utama
atau aturan-aturan dilanggar, yang bermanifestasi berupa adanya 3 (atau lebih) kriteria
berikut ( dalam periode waktu 12 bulan):
• Memperkosa .
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
306
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Merusak rumah:
• Dengan sengaja membakar dengan maksud merusak; atau
• Dengan sengaja merusak rumah orang (selain dengan membakar).
Ketidakjujuran atau mencuri:
• Membobol rumah , bangunan tanpa izin, atau membobol mobil;
• Sering berbohong untuk mendapatkan barang-barang atau persetujuan atau
untuk menghindari kewajiban (misalnya, menipu orang lain); atau
• Mencuri barang-barang yang nilainya kecil tanpa berhadapan dengan korban
(misalnya,ngutil, tetapi tanpa merusak dan membobol; pemalsuan).
Pelanggaran aturan-aturan yang serius:
• Sering keluar malam walaupn dilarang orang tua, mulai ketika umur sebelum
13;
• Pernah lari dari rumah semalaman paling kurang 2 kali walaupun masih tinggal
bersama orang tua atau orang tua angkat (atau sekali tetapi tidak kembali
pulang untuk waktu lama);
• Sering membolos dari sekolah, biasanya dimulai sebelum usia 13 tahun.
Kriteria B untuk gangguan tingkah laku: Gangguan perilaku mengakibatkan hendaya
fungsi sosial, akademik, atau okupasional yang bermakna.
307
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Adalah juga penting untuk:
• Dengan melihat riwayat hidupnya sebelum menyalahgunakan zat dapat dilihat
apakah pola gangguan tingkahlaku mendahului GPZ (apakah ia pernah punya
riwayat agresif, impulsif, dan rasa bermusuhan sebelum usia 15); dan
• Terus melakukan asesmen perilaku ketika klien melalui masa terapi dan pemulihan.
Konselor GPZ dapat menggunakan beberapa pendekatan ketika bekerja dengan
klien gangguan kepribadian antisosial. Klien dengan gangguan kepribadian antisosial
seringkali sedikit atau tidak pernah mendapatkan suatu hubungan emosional yang
hangat dalam hidupnya. Karena itu hubungan terapeutik dapat merupakan suatu
hubungan hangat pertama yang dialaminya. Awalnya , ini merupakan hal yang sulit
bagi klien dan tantangan bagi konselor.
Membangun aliansi terapeutik merupakan kunci keberhasilan terapi. Hubungan
terapeutik yang baik hanya dapat terjadi bila rapport yang baik dan solid sudah
terbina dengan klien dan klien dapat mempercayai terapisnya. Konselor harusnya:
• Menghindari perdebatan dan debat kusir;
• Gunakan empati dan mendengar aktif untuk membangun rapor;
• Batasan program dan batasan personal dibuat jelas dan konsisten, termasuk
menghindari konselor melakukan curhat atau pembukaan tentang diri yang
berlebihan (counselor self-disclosure); dan
• Jangan hanya tergantung pada laporan klien, tapi mempertimbangkan pada
tindakan objektif seperti tes urin.
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
2 Because the concepts of idealization and devaluation are critical to understanding borderline personality disorder, let’s be sure we understand
what they mean:
Idealization means that a person exaggerates the positive qualities of others and does not “see” any negative qualities. Devaluation means that
a person exaggerates the negative qualities of others and doesn’t see any positive qualities. The person with borderline personality disorder
will alternately idealize and devalue the same person: the person is either “all good” or “all bad.” This valuation can change in an instant if the
idealized person does or says something that triggers a negative emotional reaction.
308
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
3. Gangguan identitas: citra diri dan rasa diri/sense of self yang tidak stabil menetap
dan menyolok;
4. Impulsifitas dalam paling kurang 2 bidang yang potensial merusak diri (misalnya
belanja, sex, penyalahgunaan zat, mengemudi ugal-ugalan, makan berlebihan)
(Tidak termasuk bunuh diri atau perilaku merusak diri tercantum dibawah ini.);
5. Perilaku bunuh diri berulang, sikap-sikap, atau perilaku mengancam atau merusak
diri;
6. Ketidakstabilan afektif akibat reaksi mood yang mencolok (misalnya, disforia
episodik kuat, mudah marah, atau rasa cemas selama beberapa jam dan jarang
lebih dari beberapa hari);
7. Perasaan hampa kronis;
8. Rasa marah kuat dan tidak sesuai atau kesulitan mengendalikan amarah (misalnya,
sering emosi, amarah konstan, berulangkali berkelahi fisik); dan
9. Ide-ide paranoid terkait stres atau gejala-gejala disosiatif berat yang timbul
selintas.
309
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Gangguan Yang biasanya Pertama kali Didiagnosis
Pada masa Bayi, Kanak, atau Remaja
Kategori final dari gangguan mental yang akan kita diskusikan termasuk gangguan-
gangguan yang biasanya didiagnosis pertama kali ketika bayi, kanak, dan remaja.
Banyak konselor GPZ tidak pernah menemukan akak atau remaja dalam prakteknya.
Walaupun demikian, konselor yang bekerja di pedesaan dan yang bekerja di
lingkungan komunitas haruslah menyiapkan diri untuk dapat mengatasi kebutuhan
seluruh lapisan masyarakat.
Alasan utama untuk melihat gangguan pada anak karena beberapa gangguan
menetap hingga masa dewasa dan terjadi bersamaan dengan GPZ.
DSM-IV-TR menyatakan bahwa tidak ada pembedaan yang nyata antara gangguan
pada masa kanak (childhood) dan dewasa. Walaupun beberapa individual dengan
gangguan awitan masa bayi, kanak, dan remaja datang pada konselor pada usianya
itu, banyak yang tidak terdiagnosis hingga dia dewasa. Sebagai tambahan, banyak
gangguan dewasa masa awitannya ketika kanak atau remaja. Sehingga, seorang
anak dapat didiagnosis sebagai gangguan masa dewasa dan sebaliknya.1
• Retardasi Mental yang ditandai fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ 70 atau
kurang), dengan awitan sebelum usia 18 dan secara bersamaan terdapat defisit
atau hendaya dalam fungsi adaptif;
• Gangguan belajar yang ditandai oleh fungsi akademik yang secara substansial
berada dibawah umur kronologisnya, Iqnya, dan pendidikan sesuai usianya;
• Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh defisit berat dan hendaya
pervasif dalam berbagai bidang perkembangan, termasuk:
o Hendaya dalam interaksi sosial;
o Hendaya dalam komunikasi; dan
o Adanya perilaku,minat, dan aktivitas stereotip.
1 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.
310
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan pemusatan perhatian dan perilaku disruptif termasuk:
• ADHD ditandai oleh gejala-gejala tidak adanya perhatian yang menonjol dan
hiperaktivitas atau impulsivitas;
Gangguan pemberian makan dan makan masa bayi atau masa kanak ditandai oleh
gangguan menetap dalam pemberian makan dan makan (tetapi tidak termasuk
anoreksia nervosa dan bulimia yang tercantum sebagai gangguan makan masa
dewasa/”adult”.
Dua gangguan cemas yang khas untuk anak dan remaja dimasukkan sebagai sub-
gangguan pada gangguan mental dewasa/”adult” karena gejala-gejalanya egitu
mirip. Gejala-gejalanya :
1 merican Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
2 U.S. Centers for Disease Control and Prevention. (2010). Attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD) data and statistics. Retrieved
August 3, 2011, from http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/data.html
311
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
ADHD seringkali dipandang sebagai “American Disease.” Walaupun demikian,
tampaknya lebih luas dari itu. Survei 2003 menyimpulkan bahwa prevalensi ADHD
sama tingginya baik pada anak di US maupun diluar US.1
Dulu diduga ADHD hilang dengan bertambahnya umur. Sekarang diketahui
bahwa banyak orang dewasa tetap punya masalah terkait ADHD, dan gangguan
ini seringkali tidak dikenal hingga masa dewasa.
Ada 5 kriteria dasar ADHD:2
Kriteria A: Pola perilaku meliputi baik (1) gangguan pemusatan perhatian atau (2)
hiperaktivitas-impulsivitas.
Penting untuk mencatat kata baik (either). Tidak perlu seseorang mengalami kedua
gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Pola-pola ADHD dapat
berupa gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, atau kombinasi keduanya.
Kriteria A-1: 6 (atau lebih) dari gejala-gejala gangguan pemusatan perhatian berikut
menetap selama paling kurang 6 bulan hingga mencapai taraf maladaptif dan tidak
konsisten dengan taraf perkembangan:
Seringkali gagal memberi perhatian serius pada hal-hal kecil atau membuat
kekeliruan karena kurang perhatian pada tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas
lainnya;
Sering kesulitan mempertahankan perhatian dalam tugas-tugas atau aktivitas
bermain;
Sering tidak mendengar jika ditegur langsung;
Sering tidak patuh kepada instruksi dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah,
kerja rumah tangga atau tugas-tugas di tempat kerja (tidak karena perilaku
menentang atau gaga mengerti instruksi);
Sering kesulitan mengatur tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas;
Sering menghindari, benci, atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang
membutuhkan upaya mental terus menerus (seperti pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah);
Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
atau aktivitas (misalnya, mainan, alat-alat, tugas sekolah, pensil, buku);
Sering mudah teralih perhatian karena rangsang dari sekitar; dan
Sering lupa mengerjakan ativitas sehari-hari.
1 araone, S. V., Sergeant, J., Gillberg, C., & Biederman, J. (2003). The worldwide prevalence of ADHD: Is it an American condition? World
Psychiatry, 2(2), 104–113.
2 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
312
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Sering kaki dan tangan tidak bisa diam atau menggeliat di tempat duduk;
Seringkali meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain dimana
seseorang diharapkan duduk diam;
Sering lari-lari atau memanjat berlebihan dalam situasi dimana hal itu tidak pantas
lagi (ketika remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan gelisah subjektif);
Sering sulit bermain atau bergabung dalam kegiatan menyenangkan dengan
tenang (misalnya, sering ingin bergerak atau sering bertindak seakan digerakkan
oleh mesin);
Sering bicara berlebihan;
Sering menjawab tanpa mikir sebelum pertanyaan selesai;
Sering sulit menunggu giliran; dan
Seringkali menginterupsi atau mencampuri orang lain (misalnya,memotong
pembicaraan atau permainan).
Kriteria B: Beberapa gejala-gejala hiperaktif-impulsif atau gangguan pemusatan
perhatian yang menyebabkan hendaya tamp;ak pada usia sebelum 7 tahun.
Kriteria C: Beberapa hendaya dari gejala-gejala muncul dalam 2 atau lebih setting
(misalnya, di sekolah [atau kerja] dan di rumah).
Kriteria D: Harus ada bukti yang jelas hendaya fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
yang bermakna secara klinis.
Kriteria E: Gejala-gejala tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain dan tidak disebabkan
oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan mood, gangguan cemas, gangguan
disosiatif, atau gangguan kepribadian).
1 U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons with co-occurring disorders.
Treatment Improvement Protocol series 42. HHS Publication No. (SMA) 05-3992. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human
Services.
313
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Adanya ADHD mempersulit terapi GPZ, karena klien dengan GKO ini bisa jadi:
• Memiliki banyak kesulitan terikat dengan terapi;
• Bersusah payah untuk belajar keterampilan abstiinensia;
• Memiliki risiko lebih besar untuk relaps; dan
• Mengalami akibat penggunaan zat yang lebih buruk.
Konselor GPZ dapat membantu klien dengan ADHD berhasil dalam terapi dengan
mengikuri saran-saran berikut ini:
• Waspada terhadap tanda-tanda ADHD yang tidak terdiagnosis;
• Klarifikasilah kepada klien berulangkali elemen-elemen pertanyaan apakah
yang telah dia respon dan apakah yang masih perlu diselesaikan;
• Hilangkan rangsang yang dapat mengalihkan perhatian yang berasal dari
lingkungan sebisa mungkin (seperti suara bising dan warna-warna sangat
terang);
• Gunakan alat bantu visual dan fisikal dalam memberikan informasi;
• Buat pertemuan singkat saja dan kurangi lamanya percakapan ; dan
• Doronglah klien untuk menggunakan alat-alat pencatat kegiatan (misalnya,
jurnal kegiatan, jadwal, daftar apa yang harus dikerjakan) agar tetap mengetahui
peristiwa penting dan informasi penting.
A. 5 (atau lebih) gejala-gejala berikut sudah ada selama periode 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan dari fungsi sebelumnya ; paling kurang satu dari gejala-
gejala adalah (1) mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang(Catatan:
jangan masukkan gejala-gejala yang jelas-jelas akibat kondisi medis umum atau
waham dan halusinasi tak serasi mood.):
1. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagai diindikasikan oleh
laporan subjektif (misalnya, perasaan sedih atau hampa) atau observasi yang
dilakukan oleh orang lain (misalnya,kelihatan keluar air mata) (Catatan: Pada
anak dan remaja, dapat berupa mudah jadi marah/ irritable mood.);
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang menyolok pada semua kegiatan
hampir seharian, setiap hari ( seperti ditandai oleh baik perasaan subjektif
atau observasi oleh orang lain);
1 eprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
314
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
3. Hilangnya berat badan yang bermakna walaupun tidak diet atau berat
badan bertambah (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5% dalam
sebulan) atau berkurangnya atau bertambahnya nafsu makan hampir setiap
hari (Catatan: Pada anak, pertimbangkan jika gagal untuk memperoleh berat
badan yang diharapkan.);
4. Insomnia atau hypersomnia [rasa kantuk berlebihan sepanjang siang hari]
hampir setiap hari;
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dapat dilihat oleh orang
lain, tidak semata perasaan gelisah subjektif atau merasa tidak berdaya);
6. Letih atau hilang tenaga hampir setiap hari;
7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah berlebihan atau rasa bersalah yang
tidak pada tempatnya ( yang dapat berupa waham) hampir setiap hari (tidak
hanya menyalahkan diri atau rasa bersalah karena menjadi sakit);
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi atau tidak mampu
mengambil keputusan, hampir setiap hari ( perasaan subjektif maupun seperti
dilihat oleh orang lain); dan
9. Pikiran-pikiran tentang kematian berulang (tidak hanya takut mati), ide-ide
bunuh diri tanpa rencana khusus, atau percobaan bunuh diri atau rencana
khusus untuk melakukan bunuh diri.
A. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.
B. Gejala-gejala menyebabkan distres bermakna secara klinis atau hendaya dalam
fungsi sosial, okupasional, atau bidang fungsi lainnya.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (misalnya, penyalahgunaan
zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya, hipothyroidisme).
D. Gejala-gejala tidak disebabkan karena berduka, yaitu setelah kehilangan orang yang
dicintai, gejala-gejala menetap lebih dari 2 bulan atau dicirikan oleh hendaya fungsi
yang nyata, preokupasi tidak sehat tentang rasa tidak berguna, ide-ide bunuh diri,
gejala-gejala psikotik, atau psikomotor retardasi.
315
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
4. Ide-ide mudah pindah (flight of ideas) atau pengalaman subjektif bahwa
pikiran berlomba, atau berarti arus bicara hampir tiada putusnya dengan
topik berubah-ubah tiba-tiba, biasanya akibat adanya asosiasi yang bisa
dimengerti, rangsang mengalihkan, atau permainan kata-kata;
5. Perhatian mudah pindah (misalnya, perhatian mudah berpindah karena
rangsang yang tidak penting dan tidak relevan.);
6. Meningkatnya aktivitas bertujuan (baik secara sosial, ditempat kerja atau
secara seksual) atau agitasi psikomotor; dan
7. Terlibat berlebihan dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang
memiliki potensi tinggi akibatnya menyakitkan ( misalnya, kesenangan
berbelanja tanpa kendali, kegiatan seksual sesukanya atau investasi bisnis
tanpa perhitungan).
B. Gangguan mood cukup berat untuk menyebabkan hendaya bermakna dalam fungsi
okupasional atau dalam aktivitas sosial biasa atau hubungan-hubungan dengan
orang lain atau perlunya perawatan rumah sakit untuk mencegah membahayakan
diri atau orang lain, atau adanya gambaran psikotik.
A. A. Adanya periode mood meningkat, ekspansif, atau mudah marah yang menetap,
berlangsung paling kurang 4 hari, yang jelas berbeda dari mood depresi biasa.
B. B. Selama periode gangguan mood, tiga ( atau lebih ) dari gejala berikut menetap
(empat jika mood hanyalah mudah marah) dan ada hingga derajat cukup bermakna:
1. Harga diri membesar atau rasa kebesaran;
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar setelah tidur hanya 3 jam);
3. Lebih mudah bicara dari biasa atau dorongan untuk terus bicara;
4. Ide-ide mudah melayang atau pengalaman subjektif bahwa pikiran berlomba;
5. Perhatian mudah beralih (misalnya, perhatian mudah pindah akibat rangsang
eksternal tidak penting dan tidak relevan);
6. Meningkatnya aktifitas bertujuan ( baik secara sosial, di tempat kerja atau
sekolah, atau secara seksual) atau agitasi psikomotor; dan
316
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
A. Terlibat berlebihan dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang memiliki
potensi tinggi akibatnya menyakitkan ( misalnya, kesenangan berbelanja tanpa
kendali, kegiatan seksual sesukanya atau investasi bisnis tanpa perhitungan).
B. Episode terkait dengan perubahan jelas dalam fungsi seseorang yang tidak
merupakan ciri-cirinya ketika dia tidak menunjukkan gejala.
C. Gangguan mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain.
D. Episode tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya bermakna dalam fungsi
sosial atau okupasional atau membutuhkan perawatan rumah sakit, dan tidak ada
gambaran psikotik.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (misalnya,
hyperthyroidisme).
317
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
MODUL 5
PRINSIP ETIKA NAADAC KE VI – X
319
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 5 5 menit
Presentasi: Apa yang dimaksud dengan gangguan mental akibat zat? 15 menit
Presentasi kelompok kecil: Zat spesifik yang mengakibatkan gangguan
70 menit
mental
Rehat 15 menit
Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 5 akan mampu untuk:
321
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Modul 5 Objektif Pembelajaran
5.2
322
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Bentuk Kelompok Kecil
Hitung 1 hingga 4
Ingat nomor Anda hingga kita siap melakukan
latihan dalam Kelompok Kecil
5.3
323
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Apa itu Gangguan Mental Akibat Zat?
5.4
Gejala-Gejala GMAZ
(Substance-Induced Mental Disorders)
5.5
324
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala-Gejala GMAZ
5.6
325
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Prinsip Teeter-Totter
Sumber: U.S Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2005). Substance abuse treatment for persons
with co-occurring disorders. Treatment Improvement Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human5.7
Services.
5.8
326
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Prediksi Limitasi-Limitasi
5.9
327
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Evaluasi Berkelanjutan adalah Penting
5.10
5.11
328
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penggunaan Zat dapat Menutupi
Gangguan Mental
5.12
329
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Instruksi Presentasi Kelompok Kecil
5.13
REHAT
15 menit
5.14
330
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
331
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.1: Tugas Presentasi Kelompok Kecil
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
332
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.2: Intoksikasi Zat1
Kriteria Diagnostik:
A. Sindrom spesifik zat yang reversibel adalah akibat dari pemakaian (terpajan) suatu
zat. Catatan; Zat yang berbeda akan menghasilkan sindrom yang sama atau serupa
C. Gejala bukan akibat kondisi medis umum dan tidak terjadi bersamaan dengan
gangguan mental lain.
Gambaran Diagnostik
Perubahan umum terjadi meliputi gangguan pada:
Atensi
Pikiran
Daya nilai
Perilaku interpersonal
Gambaran klinis intoksikasi zat bervariasi diantara 350 orang dan tergantung pada:
Jumlah zat
Durasi dan tingkat kronis penggunaan zat (berapa lama dan berapa sering
seseorang menggunakan zat)
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision, (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
333
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Waktu penggunaan zat
Efek yang diharapkan dari zat tersebut
Lingkungan atau tempat penggunaan zat
Intoksikasi jangka pendek atau akut dapat memperlihatkan tanda dan gejala yang
berbeda dengan intoksikasi kronis. Sebagai contoh, kokain dosis sedang dapat
menyebabkan seseorang menjadi lebih suka bersosialisasi (ramah), tetapi isolasi
sosial dapat terjadi jika dosis berulangkali digunakan dalam jangka waktu harian atau
mingguan
Zat yang berbeda (terkadang dari golongan yang berlainan) dapat mengakibatkan
gejala yang sama. Sebagai contoh, intoksikasi amfetamin dan kokain dapat
menyebabkan kebesaran (perasaan lebih besar, superior dan merasa diri penting), dan
hiperaktivitas yang diikuti dengan takikardi (denyut jantung menjadi cepat), dilatasi
pupil, peningkatan tekanan darah, dan banyak berkeringat dingin.
Dalam pengertian psikologikal, terminologi intoksikasi memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan dengan pengertian intoksikasi zat disini. Banyak zat menghasilkan
perubahan fisiologis dan psikologis yang maladaptif. Sebagai contoh, seseorang
dengan takikardi akibat penggunaan kafein yang berlebihan disebut sebagai intoksikasi
fisiologis, tetapi jika ini adalah satu-satunya gejala tanpa adanya perilaku maladaptif
maka intoksikasi kafein tidak dapat digunakan (hal ini sama dengan intoksikasi
nikotin). Perubahan perilaku/ perilaku maladaptif akibat zat tergantung pada sosial
dan lingkungan. Perilaku maladaptif secara umum terjadi pada individu yang secara
bermakna berisiko mengalami efek yang merugikan seperti (seperti kecelakaan,
komplikasi medis umum, rusaknya hubungan sosial dan keluarga, pekerjaan dan
kesulitan financial, dan masalah hokum). Tanda dan gejala intoksikasi dapat terjadi
selama berjam-jam atau berhari-hari selama zat berada dalam cairan tubuh. Hal ini
mungkin disebabkan oleh efek zat dalam konsentrasi kecil di beberapa area otak, atau
efek “hit and run” yang merupakan proses fisiologis, sehingga waktu pemulihan lebih
lama dibandingkan dengan waktu eliminasi zat. Efek ini harus dibedakan dengan gejala
putus zat (contoh: gejala yang diakibatkan oleh turunnya konsentrasi zat dalam darah
atau jaringan).
334
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.3: Keadaan Putus Zat1
Kriteria Diagnostik:
A. Sindrom khusus zat yang berat dan berlangsung lama yang diakibatkan oleh
penghentian atau pengurangan zat
B. Sindrom khusus zat tersebut secara bermakna menyebabkan distres atau hendaya
sosial, pekerjaan, atau fungsi area penting lainnya.
C. Gejala bukan akibat kondisi medis umum dan tidak terjadi bersamaan dengan
gangguan mental lain.
Gambaran Diagnostik
Kebanyakan (hampir semua) individu dengan putus zat memiliki suges untuk memakai
zat kembali untuk mengurangi gejala. Diagnosis putus zat biasanya berasal dari
kelompok zat:
• Alkohol
• Amfetamin dan zat lain yang berhubungan
• Kokain
• Nikotin
• Opioid, dan
• Hipnotik sedative atau anti cemas
Tanda dan gejala putus zat bervariasi tergantung dari zat yang digunakan, dengan
tampilan gejala berlawanan dengan yang terlihat pada keadaan intoksikasi zat yang
sama. Dosis dan durasi penggunaan serta faktor lainnya seperti ada tidaknya penyakit
lain juga memengaruhi gejala putus zat. Keadaan putus zat terjadi bila dosis dikurangi
atau dihentikan sementara tanda dan gejala intoksikasi akan membaik bila zat dihentikan
(pada beberapa kasus terjadi secara bertingkat).
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
335
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.4: Delirium Akibat Intoksikasi Zat1
Kriteria Diagnostik:
C. Gangguan terjadi dalam periode singkat (biasanya dalah jam sampai hari) dan
berkecenderungan untuk berfluktualisasi sepanjang hari.
D. Adanya temuan (1) atau (2) dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium:
Gambaran Diagnostik
Diagnosis ini merupakan bagian dari diagnosis intoksikasi zat hanya bila gangguan
kognitif berat yang terjadi bersamaan dengan gejala intoksikasi dan dan ketika gejala
yang cukup berat tersebut memerlukan lebih banyak perhatian klinis
Delirium akibat intoksikasi zat dapat terjadi pada golongan zat:
Alkohol
Amfetamin dan zat yang berhubungan
Kanabis
Kokain
Halusinogen
Inhalan, opiod, phencyclidine, dan zat yang berhubungan, dan
Sedatif, hipnotik, dan anticemas
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition,
Text Revision (Copyright ©2000). American Psychiatric Association.
336
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.5: Demensia yang Menetap Zat1
Kriteria Diagnostik:
C. Defisit tidak diakibatkan oleh delirium dan menetap selama durasi intoksikasi atau
putus zat
D. Adanya temuan dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium bahwa defisit
secara etiological berhubungan dengan efek penggunaan zat yang menetap (ch.
penyalahgunaan obat, medikasi)
Gambaran Diagnostik
Demensia yang menetap akibat zat dapat terjadi pada golongan zat:
Alkohol
Inhalan
Sedatif, hipnotik, atau anticemas, atau
Zat lain atau zat yang tidak diketahui
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
337
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.6: Gangguan Amnestik Akibat Zat
Kriteria Diagnostik:
C. Gangguan memori tidak terjadi akibat dari delirium atau demensia (seperti yang
dijelaskan dalam halaman penjelasan 5.4 dan 5.5) dan terjadi selama durasi
intoksikasi dan putus zat.
Gambaran Diagnostik
Gangguan amnestik menetap akibat zat dapat terjadi pada golongan zat:
Alkohol
Sedatif
Hipnotik
Anticemas, dan
Neuropati saraf tepi yang terjadi di luar otak dan sumsum tulang belakang. Saraf ini
membawa informasi ked an dari otan dan dari sumsum tulang belakang ke kesluruh
tubuh. Neuropati saraf tepi adalah beberapa saraf ini mengalami kerusakan dan
tidak bekerja baik);
Miopati (adalah penyakit dengan serat otot yang tidak berfungsi, mengakibatkan
kelemahan otot)
338
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan amnestik menetap akibat alkohol yang terjadi akibat kekurangan tiamin/
vitamin B (sindrom Korsakoff) sering diikuti oleh episode akut enselopati We mi eke,
kondisi neurologikal yang dimanifestasi oleh kebingungan, ataksia, abnormalitas
pergerakan mata (gaza palsi, nistagmus), dan tanda neurologikal lain. (Gaze palsi
adalah ketidakmampuan mata untuk melihat objek langsung atau ketidakmampuan
mata untuk bergerak langsung pada saat bersamaan. Nistagmus adalah pergerakan
mata yang cepat dan involunter)
Secara bertahap, manifestasi ini dapat hendaya memori masih bertahan. Jika enselopati
Wernicke diterapi dini dengan thiamin dosis tinggi, gangguan amnestik menetap
akibat alkohol bisa tidak terjadi
Gangguan amnestik menetap akibat alkohol dapat terjadi dalam jangka waktu tidak
terbatas, meskipun gejala membaik, dan pada beberapa kasus dapat menghilang.
Hendaya dapat memberat, dan perawatan seumur hidup dapat diperlukan
Gangguan amnestik menetap akibat hipnotik sedatif dan golongannya dapat terjadi
dalam jangka waktu lama dan berat. Gejala dapat bervariasi dan dapat mencapai remisi
penuh berbeda halnya dengan gangguan amnestik menetap akibat alkohol
339
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.7: Gangguan Psikotik Akibat Zat
Kriteria Diagnostik:
A. Halusinasi atau waham yang menonjol. Catatan: Tidak termasuk halusinasi jika
seseorang memiliki tilikan bahwa mereka diinduksi oleh zat
B. Adanya temuan (1) atau (2) dalam riwayat, pemeriksaan fisik atau laboratorium:
(1) Gejala dalam kriteria A terjadi selama, dalam waktu 1 bulan intoksikasi dan
putus zat
C. Gangguan tersebut tidak diakibatkan oleh gangguan psikotik yang bukan akibat
zat. Gejala dapat digolongkan gangguan psikotik bukan akibat zat bila:
• Gejala menetap pada periode waktu yang jelas (ch.satu bulan) setelah putus
zat akut atau intoksikasi berat, atau gejala yang tampak melebihi efek zat dalam
kaitannya dengan dosis dan lama penggunaannya, atau
• Terdapat gangguan psikotik lain bukan akibat zat (ch. riwayat episode berulang
bukan akibat zat)
Gambaran Diagnostik
Diagnosis ini ditegakkan sebagai bagian dari diagnosis intoksikasi zat atau putus zat
hanya ketika gejala psikotik berhubungan dengan keadaan tersebut, dan ketika gejala
berat yang terjadi memerlukan perhatian klinis yang lebih.
Alkohol
Kanabis
340
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kokain
Halusinogen
Inhalan
Opioid (mesperidin)
Phencyclidine dan zat terkait lainnya
Sedatif, hipnotik, dan anticemas; dan zat lain atau zat yang belum dikenal
Alkohol
Sedatif, hipnotik, dan anticemas, dan
Zat lain atau zat yang belum diketahui
Variasi gejala tergantung dari zat yang digunakan. Sebagai contoh, merokok kokain /
alkohol/ sedatif dosis tinggi dapat mengakibatkan psikosis dalam hitungan menit, hari
atau minggu,
341
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.8: Gangguan Mood Akibat Zat
Kriteria Diagnostik:
A. Gambaran klinis yang didominasi gangguan menonjol dan menetap pada mood
dan dikarakteristikan oleh salah satu hal berikut:
(1) Mood depresi atau sangat berkurangnya minat atau kenikmatan semua atau
sebagian besar aktifitas.
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mood yang tidak
diakibatkan zat. Bukti gejala-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
kecemasan yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:
E. Gangguan tidur menyebabkan distres dan hendaya klinis signifikan dalam fungsi
sosial, okupasi, dan area penting lainnya.
Gambaran Diagnostik
Diagnosa gangguan kecemasan akibat zat harus lebih dipilih daripada diagnosis
intoksikasi zat atau putus zat, hanya ketika gejala-gejala kecemasannya dinilai telah
berlebihan dari yang biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi atau putus zat dan ketika
gejalanya telah cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.
342
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan mood dapat terjadi selama intoksikasi dengan golongan zat berikut:
Alkohol;
Amfetamin danzat terkait lainnya;
Kokain;
Halusinogen;
Inhalan;
Opioid;
Phencyclidinedan zat terkait lainnya; dan
Sedatif, hipnotik, dan anxiolytics (anti cemas); dan
Zat lain atau zat belum diketahui.
Gangguan mood dapat terjadi berkaitan dengan putus obat dari golongan zat berikut:
Alkohol;
Amfetamin dan zat terkait lainnya;
Kokain;
Sedatif, hipnotik, dan anxiolytics (anti cemas); dan
Zat lain atau zat belum diketahui.
343
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.9: Gangguan Kecemasan Akibat Zat1
Kriteria Diagnostik:
E. Gangguan tidur menyebabkan distres dan hendaya klinis signifikan dalam fungsi
sosial, okupasi, dan area penting lainnya.
Gambaran Diagnostik
Diagnosa gangguan kecemasan akibat zat harus lebih dipilih daripada diagnosis
intoksikasi zat atau putus zat, hanya ketika gejala-gejala kecemasannya dinilai telah
berlebihan dari yang biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi atau putus zat dan ketika
gejalanya telah cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
344
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gangguan kecemasan dapat terjadi selama intoksikasi dengan golongan zat berikut:
Alkohol;
Amfetamindan zat terkait lainnya;
Kafein;
Kanabis;
Kokain;
Halusinogen;
Inhalan;
Phencyclidinedan zat terkait lainnya;
Zat lain atau zat belum diketahui.
Gangguan kecemasan dapat terjadi berkaitan dengan putus obat dari golongan zat
berikut:
Alkohol;
Kokain;
Sedatif, hipnotik, dan anxiolytic (anti cemas); dan
Zat lain atau zat belum diketahui.
345
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.10: Disfungsi Seksual Akibat Zat1
Kriteria Diagnostik:
A. A. Disfungsi seksual signifikan secara klinis yang ditandai dengan gambaran klinis
yang didominasi distres dan kesulitan interpesonal.
C. C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan seksual yang tidak
diakibatkan zat. Bukti gejala-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
tidur yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:
Gambaran Diagnostik
Diagnosa ini harus lebih dipilih daripada diagnosis intoksikasi zat hanya ketika gangguan
seksualnya dinilai telah berlebihan dari yang biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi
dan ketika gejalanya telah cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.
Gangguan seksual dapat terjadi selama intoksikasi dengan golongan zat berikut:
Alkohol;
Amfetamin dan stimulan lainnya;
kokain;
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
346
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Opioid;
Sedatif, hipnotik, dan anxiolitik (anti cemas); dan
Zat lain atau zat yang belum diketahui.
Intoksikasi akut, penyalahgunaan kronis, atau ketergantungan zan telah dolaporkan
menurunkan minal sks dan menyebabkan gangguan gairah seksual pada pria dan
wanita.
Pengalaman klinis saat ini dengan kuat menunjukkan bahwa disfungsi seksual akibat
zat umumnya tergeneralisasi (mis., tidak terbatas pada beberapa jenis stimulasi, situasi,
atau pasangan).
347
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Halaman Penjelasan 5.11: Gangguan Tidur Akibat Zat1
Kriteria Diagnostik:
C. Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan gangguan tidur yang tidak
diakibatkan zat. Bukti gejla-gejala dapat dijelaskan lebih baik dengan gangguan
tidur yang tidak diakibatkan zat meliputi sebagai berikut:
E. Gangguan tidur menyebabkan distres dan hendaya klinis dalam fungsi sosial,
okupasi, dan area penting lainnya secara signifikan.
Gambaran Diagnostik
Diagnosa gangguan tidur akibat zat harus lebih dipilih daripada diagnosis intoksikasi
zat atau putus zat, hanya ketika gangguan tidurnya dinilai telah berlebihan dari yang
biasanya terjadi saat sindrom intoksikasi atau putus zat dan ketika gejalanya telah
cukup parah untuk mendapatkan perhatian klinis khusus.
Gangguan tidur akibat zat umumnya banyak terjadi selama intoksikasi dengan
golongan zat berikut:
Alkohol;
Amfetamin dan zat turunannya;
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
348
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kafein;
Kokain;
Opioid; dan
Sedatif, hipnotik, and anxiolitik (anti cemas).
Gangguan tidur akibat zat dapat juga terjadi berkaitan dengan putus obat dari
golongan zat berikut:
Alkohol;
Amfetamin and stimulan lain;
Kokain;
Opioid; dan
Sedatif, hipnotik, and anxiolitik (anti cemas).
Alkohol
Gangguan tidur akibat alkohol biasanya terjadi sebagai jenis insomnia. Selama intoksikasi
akute, umumnya alkkohol menghasilkan efek sedatif dengan segera, dengan sebuah
period peningkatan rasa kantuk dan berkurangnya keterjagaan selama 3 sampai 4 jam.
Mengikuti efek-efek awal ini, seseorang mengalami peningkatan keterjagaan, tidur
yang gelisah, dan (seringkali) mimpi yang terasa nyata dan sarat kecemasan untuk sisa
periode tidur. Alkohol dapat memperburuk gangguan tidur terkait pernapasan dengan
meningkatkan jumlah kejadian apnea obstruktif (jeda pernapasan yang tidak normal).
Selama putus alkohol berlangsung, tidur akan sangat terganggu. Seseorang biasanya
mengalami kesinambungan tidur yang amat terganggu (sering terbangun), disertai
dengan peningkatan jumlah dan intensitas dari tidur REM (rapid eye movement). Ini
sering disertai juga dengan peningkatan jumlah mimpi yang terasa nyata dan dalam
beberapa contoh yang ekstrim merupakan bagian dari delirium putus alkohol. Setalah
putus zat akut, seorang pengguna alkohol kronis mungkin akan terus mengeluh
akan tidur ringan yang terpotong-potong selama berminggu-minggu atau bertahun-
tahun. Studi tidur menggunakan EEG mengkonfirmasikan kekurangan tidur dengan
gelombang-lambat yang persisten dan gangguan kesinambungan tidur yang juga
persisten dalam kasus-kasus ini.
349
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Kafein
Gangguan tidur akibat kafein umunya membuat insomnia, meskipun beberapa
individu mungkin mengeluh hipersomnia dan rasa kantuk disiang hari pada saat putus
zat. Kafein membuat efek ketergantungan jumlah, meningkatnya jumlah menyebabkan
peningkatan keterjagaan dan penurunan kesinambungan tidur.
Putus zat tiba-tiba dari penggunaan kafein kronis dapat membuat hipersomnia (kantuk
berlebihan). Beberapa individu juga dapat mengalami hipersomnia antara dosis kafein
disiang hari, sejalan dengan menurunnya efek stimulan kafein.
Kokain
Seperti stimulan lain, kokai umunya membuat insomnia saat intoksikasi akut dan
hipersomnia saat putus zat. Saat intoksikasi akut, jumlah total tidur mungkin berkurang
dastik, dengan hanya periode tidur pendek yang sangat terganggu. Sebaliknya, putus
zat setelah penggunaan zat umumnya adalah durasi tidur yang sangat berlebihan.
Opioid
Saat penggunaan jangka pendek akut (beberapa minggu sampai beberapa bulan),
opioid biasanya membuat peningkatan rasa kantuk dan kedalaman tidur secara
subyektif. Tidur REM (tahap ketika mimpi terjadi) umumnya berkurang dengan
penggunaan opioid, durasi keterjagaan atau tidur secara umum tidak banyak berubah.
Dengan penggunaan berlanjut, banyak individual yang mengalami peningkatan
toleransi terhadap efek sedatif opioid dan mungkin mulai mengeluhkan insomnia
(keterjagaan dan berkurangnya waktu tidur). Putus zat dari opioid umumnya disertai
keluhan hipersomnia, meskipun hanya sedikit penilitian yang mendokumentasikan hal
ini.
350
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Halaman Penjelasan 5.12: Gangguan Persepsi Menetap
Akibat Halusinogen (Kilas Balik)1
Kriteria Diagnostik:
A. Munculnya satu atau dua gejala persepi yang mengikuti berhentinya penggunaan
halusinogen seperti yang dialami ketika intoksikasi halusinogen, misalnya:
• Halusinasi geometri (melihat pola geometri dan bentuk yang tidak nyata di
lingkungan);
• Persepsi gerakan yang salah dalam bagian visual tepi;
• Kilas-kilasan warna (Flashes of color);
• Warna terlihat sangat mencolok (Intensified colors);
• Melihat gambar lintasan benda bergerak;
• Pasca-citra positif/Positive afterimages [bayangan berwarna sama atau
berwarna komplementer dari sebuah benda setelah benda sudah tidak berada
ditempat itu];
• Melihat halos (lingkaran bercahaya) di sekitar benda;
• Makropsia (gangguan persepsi visual dimana benda terlihat lebih besar dari
ukuran sebenarnya); dan
• Mikropsia (gangguan persepsi visual dimana benda terlihat lebih kecil dari
kuran sebenarnya).
B. Gejala-gejala dalam kriteria A menyebabkan distres atau hendaya klinis di fungsi
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
C. Gejala-gejalanya bukanlah akibat dari kondisi medis umum (mis., lesi anatomi dan
infeksi otak, epilepsi visual) dan tidak dapat dijelaskan gangguan mental lain (mis.,
delirium, demensia, schizophrenia) atau halusinasi hypnopompic (keadaan semi-
sadar sebelum sadar total).
Gambaran Diagnostik
Persepsi abnormal yang berkaitan dengan gangguan menetap akibat halusinogen
terjadi secara episodik dan mungkin akibat oleh diri sendiri (mis., dengan berpikir
mengenai hal itu) atau dipicu oleh lingkungan gelap, beragam zat, kecemasan atau
fatigue, atau stresor lain.
Episode-episode umumnya mereda setelah beberapa bulan tapi dapat bertahan lebih
lama. Kemampuan untuk menilai realitas tetap baik (mis., seseorang menyadari bahwa
persepsi itu adalah efek Narkoba yang tidak menggambarkan realita). Sebaliknya, jika
seseorang memiliki interpretasi delusional mengenai akibat dari gangguan persepsi,
diagnosa yang tepat adalah gangguan psikotik yang yang tidak tergolongkan.
1 Reprinted with permission from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (Copyright ©2000).
American Psychiatric Association.
351
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat, Rangkuman
Pengaruh toksik zat yang digunakan oleh klien dapat terlihat seperti gangguan
mental yang dapat menyulitkan identifikasi penyebab dari perilaku tertentu.
Namun, gangguan mental akibat zat (GMAK) sangat berbeda dengan gangguan
mental yang terjadi bersamaan dengan GPZ. Seluruh atau sebagian besar gejala
dari GAK adalah akibat langsung dari penggunaan zat.
GMAK dapat diidentifikasi dengan gejala-gejala unik yang terjadi pada suatu waktu
spesifik yang membuatnya kemungkinan besar adalah akibat dari penggunaan zat,
penyalahgunaan zat, intoksikasi zat, atau putus zat daripada sebuah gangguan
mental lain, meskipun mungkin terdapat gangguan mental tambahan yang tidak
diakibatkan oleh zat.
Gejala-gejala GMAK dapat mulai dari kecemasan ringan dan depresi (yang paling
umum bagi semua zat) sampai kepada gejala manik lengkap atau reaksi psikotik
(lebih jarang terjadi).
“Prinsip jungkat-jungkit”1 (sesuatu yang naik pasti akan turun) sangat membantu
memprediksikan jenis gejala yang disebabkan oleh putus obat dari suatu zat. Ini
terjadi karena putus zat biasanya menghasilkan gejala-gejala yang berlawanan
dengan efek zat tersebut. Misalnya:
• Gejala putus zat akut dari depresan seperti alkohol dan benzodiazepine adalah
hiperaktifitas, tekanan darah meningkat, agitasi, dan kecemasan (gemetaran);
dan
• Klien-klien memiliki respon yang beragam pada intoksikasi dan putus zat pada
jenis zat yang sama; dan
1 Center for Substance Abuse Treatment. (2005). Substance abuse treatment for persons with co-occurring disorders. Treatment Improvement
Protocol 42. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services.
352
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• Demensia (masalah dengan memori, konsentrasi, dan penyelesaian masalah)
yang disebabkan oleh penggunaan zat yang secara langsung meracuni otak
(seperti alkohol, beberapa inhalansia, dan amfetamin).
Meskipun GMAZ memiliki efek-efek negatif sendiri, perlu diingat bahwa terkadang
zat dapat menutupi gejala-gejala dari sebuah gangguan mental utama.
Situasi ini berpotensi membahayakan. Sejalan dengan sistim tubuh klien bersih
dari zat, klien mungkin mengalami krisis perilaku akibat munculnya gejala-gejala
dari gangguan mental yang tertutupi. Tentunya, efek menutupi ini juga dapat
menunda pemberian perawatan yang memadai untuk gangguan mental tersebut.
Konselor harus tetap waspada pada gejala-gejala yang muncul sejalan dengan
klien menjadi abstinen.
Lihat Halaman Penjelasan 5.2—5.12 untuk deskripsi lebih lanjut mengenai
gangguan akibat zat.
353
Panduan Peserta: Modul 5—Gangguan Mental Akibat Zat
MODUL 6
GANGGUAN MEDIS YANG UMUM TERJADI PADA
GANGGUAN KO-OKURING
355
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 6 5 menit
Presentasi: Tiga Jenis Gangguan Medis yang Umum Terjadi pada
30 menit
Gangguan Ko-Okuring
ISHOMA 15 menit
Latihan Kelompok Kecil: Insiden dan Sumber yang dapat di Komunitas 25 menit
Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 6 akan mampu untuk:
357
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Ko-Okuring Gangguan Medis
Hiv/ AIDS
Hepatitis
Tuberkulosis (TB)
5.2
358
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Prioritas PBB
UNODC Commission on Narcotic Drugs. (2010). New challenges, strategies, and programmes in demand reduction
(pp. 1‒2). Geneva: Author. Retrieved February 27, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/
CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_CRP3eV1051349.pdf
5.3
359
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Modul 6 Objektif Pembelajaran
5.4
5 5.5
360
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Transmisi HIV
6 5.6
361
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Transmisi HIV
362
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala Lanjut HIV
5.9
363
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gejala Lanjut HIV
5.10
Gejala HIV
5.11
364
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Gejala dan Transmisi HIV
5.12
365
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Terapi HIV: HAART
5.13
5.14
366
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terapi HIV: Kapan dimulai
U.S. Department of Health and Human Services. (2011). AIDSinfo fact sheets. Author. Retrieved
February 2, 2012, from http://www.aidsinfo.nih.gov/ContentFiles/
HIVandItsTreatment_cbrochure_en.pdf
5.15
367
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Resistensi Obat
5.16
• Mengulang proses
HIV Resistance Response Database Initiative. (n.d.). Selecting and changing HIV treatments. Retrieved 5.17
January 18, 2012, from http://www.hivrdi.org/selecting-and-changing-hiv-treatments.htm
368
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dampak luas HIV
WHO. (n.d.). Antiretroviral therapy. Retrieved January 15, 2012, from http://www.who.int/
hiv/topics/treatment/en/index.html
5.18
369
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Dampak luas HIV
Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2010). UNAIDS report on the global AIDS epidemic: 2010 (p. 21). Geneva:
Author. Retrieved August 11, 2011, from http://www.unaids.org/globalreport/documents/20101123_GlobalReport_full_en.pdf
AVERTing HIV and AIDS. (2011). Worldwide HIV and AIDS statistics. West Sussex, UK: Author. Retrieved August 20, 2011, from
http://www.avert.org/worldstats.htm
5.19
UNODC. (2010). Facts about drug use and the spread of HIV. Geneva: Author. Retrieved February 2, 2012,
from http://www.unodc.org/documents/frontpage/Facts_about_drug_use_and_the_spread_of_HIV.pdf
5.20
370
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV
21 5.21
371
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV
Perbedaan biologis
Perbedaan perilaku seksual
Perbedaan menyangkut aturan sosial,budaya
dan tanggung jawab
Perbedaan tingkatan untk mengakses sumber
dan kekuatan untuk membuat keputusan
5.22
5.23
372
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Perbedaan Jenis Kelamin pada HIV
5.24
373
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Isu Kehamilan dan Hubungannya dengan Anak
5.25
5.26
374
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Norma Jender/ Jenis Kelamin
375
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Kekerasan
5.28
WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author.
Retrieved January 20, 2012, from http://whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf
5.29
376
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Apa yang Dapat Dilakukan Konselor GPZ?
5.30
377
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Latihan Kelompok Kecil: HIV
5.31
ISHOMA
15 menit
5.32
378
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Tuberkulosis (TB)
379
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gejala
5.34
Infeksi Tuberkulosis
5.35
380
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Diagnosis:
- Rontgen dada (toraks)
- tes kulit TB
- pemeriksaan mikroskopis dari cairan tubuh
Terapi sulit,karena:
- memerlukan pengunaan variasi antibiotik
dalam jangka waktu yang lama
- adanya masalah resistensi antibiotik
5.36
381
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Kasus TB
WHO. (2010). Tuberculosis: Fact sheet number 104. Geneva: Author. Retrieved July 26, 2011, from
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/
Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Michell, R. N. (2007). Robbins basic pathology (8th ed).
Philadelphia: Elsevier.
5.37
5.38
382
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Obat yang Resisten Terhadap TB
5.39
383
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Bagaimana TB menjadi Resisten
Terhadap Obat?
5.40
5.41
384
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Obat Ekstensif untuk TB yang Resisten?
5.42
385
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Masalah Terkait dengan GPZ
Dengan GPZ:
- berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh
- cenderung ditegakkan diagnosisnya lebih
lambat karena sedikitnya akses untuk
mendapatkan layanan kesehatan
- TB yang tidak ditatalaksana dengan baik
akan menyebabkan masalah resistensi terapi
- Tingginya angka penularan penyakit
Oeltmann, J. E., Kammerer, S., Pevzner, E, S., & Moonan, P. K. (2009). Tuberculosis and substance
abuse in the United States, 1997–2006. Archives of Internal Medicine, 169(2), 189–197. Retrieved
August 20, 2011, from http://archinte.ama-assn.org/cgi/content/abstract/169/2/189 5.43
5.44
386
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Latihan Kelompok Kecil: TB
5.45
387
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
ISHOMA
60 Menit
5.46
Hepatitis
5.47
388
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Transmisi Infeksi Hepatitis
5.48
389
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gejala Hepatitis
Gejala Hepatitis
5.50
390
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hepatitis: Infeksi dengan Gejala yang Samar
5.51
391
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Problematik Hepatitis C
5.52
Penatalaksanaan Hepatitis
5.53
392
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Penatalaksanaan Hepatitis
5.54
393
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Dampak Luas Hepatitis
Lavanchy, D. (2009). The global burden of hepatitis C. Liver International, 29(Suppl l), 74–81.
5.55
Lavanchy, D. (2009). The global burden of hepatitis C. Liver International, 29 (Suppl l), 74–81.
5.56
394
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hepatitis C dan HIV: Jalurnya Paralel
5.57
395
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
GPZ dan Gangguan Medis yang Infeksius
5.58
U.S. Department of Health and Human Services. (2006). NIDA Research Report Series: HIV/AIDS.
Bethesda, MD: Author.
5.59
396
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Konselor GPZ dapat Membantu
5.60
397
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Konselor GPZ dapat Membantu
5.61
5.62
398
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Latihan Kelompok Kecil: Hepatitis
399
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Modul 6—Gangguan Medis yang Umum Terjadi pada
Gangguan Ko-Okuring, Rangkuman
Pendahuluan
HIV/AIDS, Hepatitis, dan Tuberkulosis (TB) berhubungan langsung dengan
penggunaan zat (terutama penggunaan zat dengan disuntikkan) atau berhubungan
dengan gaya hidup.
Tiga dari enam tantangan teratas itu adalah HIV/AIDS, Hepatitis, dan TB.
HIV/AIDS
TERMINOLOGI
HIV = Human Immunodeficiency Virus. HIV menyerang dan merusak sel-T.
Sel-T adalah tipe sel darah putih yang menyokong sistem pertahanan tubuh.
Tanpa terapi yang tepat, seseorang yang terinfeksi HIV umumnya akan berkembang
menjadi AIDS, yang merupakan tahapan tertinggi dari infeksi HIV.
TRANSMISI
Transmisi/ Perpindahan HIV dari seseorang ke orang yang lain adalah melalui cairan
tubuh: darah, sperma, cairan kelamin, dan ASI. Pemakaian bersama jarum suntik
dan kegiatan seksual yang tidak aman pada mereka yang terinfeksi merupakan
jalur penyebaran HIV yang paling umum.
1 UNODC Commission on Narcotic Drugs. (2010). New challenges, strategies, and programmes in demand reduction (pp. 1–2). Geneva:
Author. Retrieved February 27, 2011, from http://www.unodc.org/documents/commissions/CND-Uploads/CND-53-RelatedFiles/ECN72010_
CRP3eV1051349.pdf
400
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
• HIV tidak dapat berpindah melalui kegiatan rutin seperti duduk di toilet,
berbagi tempat makan dan minum, berjabatan tangan dan berciuman;
• Virus dapat berpindah hanya dari orang ke orang, bukan melalui hewan atau
gigitan serangga; dan
• Orang yang terinfeksi HIV, meskipun sudah menjalani terapi antiretroviral,
masih dapat menginfeksi orang lain melalui pemakaian bersama jarum suntik
dan kegiatan seksual yang tidak aman.
Gejala
Fase pertama infeksi HIV, gejala yang terlihat dapat sedikit atau bahkan tidak
memperlihatkan gejala . Dalam 1-2 bulan setelah terinfeksi, dapat terjadi gejala
menyerupai flu, seperti:
• Demam;
• Sakit kepala;
• Lelah dan lesu;
• Pembesaran kelenjar limfa di leher dan lipat paha; dll.
Gejala dapat menghilang dalam 1minggu- 1 bulan dan sering salah didiagnosis
sebagai inveksi virus yang lain seperti flu. Individu dalam periode ini berpotensi
tinggi untuk menginfeksi karena jumlah HIV sangat banyak di cairan kelamin dan
darah. Beberapa orang yang terinfeksi HIV dapat memiliki gejala yang berat
pada periode awal, dan sebaliknya ada yang tidak memperlihatkan gejala selama
bertahun-tahun.
Pada fase lanjut infeksi HIV, virus akan semakin memperlemah sistem imunologi,
dan orang yang terinfeksi virus dapat memperlihatkan gejala-gejala seperti:
• Kehilangan berat badan secara cepat;
• Demam berulang atau keringat malam berlebihan;
• Kelelahan yang ekstrim dan tanpa sebab;
• Pembengkakan kelenjar limfa di lipat ketiak, lipat paha atau leher dalam waktu
yang lama;
• DIare minimal atau lebih dari 1 minggu;
• Luka di mulut, anus, atau alat kelamin;
• Pneumonia;
• Bercak kemerahan, coklat, atau ungu di bawah kulit atau didalam mulut, hidung
atau kelopak mata; dan
• Kehilangan memori, depresi dan gangguan neurologis lain.
Setiap gejala yang timbul dapat disebabkan oleh penyakit lain. Satu-satunya
cara untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi virus HIV adalah dengan
melakukan tes deteksi virus tersebut.
401
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Meskipun gejala dapat bermanifestasi setelah bertahun-tahun, seseorang yang
terinfeksi dapat menyebabkan penyularan pada berbagai tahapan infeksinya.
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat dengan cara:
• Deteksi dini pada fase awal infeksi (virus dapat dideteksi hanya melalui tes darah
untuk melhat antibodi terhadap virus; antibodi ini terlihat antara 6 minggu dan
6 bulan setelah terpajan), dan
• Memulai terapi sebelum gejala bermanifestasi .
Terapi
Terapi akan mengurangi (bukan menghilangkan) risiko penularan HIV, terutama
pada wanita dan bayinya.
Sejak 1996, Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART) terapi aktiretroviral
dengan tingkat keaktivan yang tinggi telah memperlihatkan efek yang dramatis
terhadap HIV/AIDS. Menggunakan 3 atau lebih regimen obat anti HIV yang
diminum setiap hari untuk mencegah pengurangan dan perusakan sel. Obat
antiretroviral membantu seseorang untuk:
• Melawan infeksi dan kanker;
• Memperlambat timbulnya gejala AIDS; dan
• Memperpanjang hidup sehat.
Penatalaksanaan HIV/AIDS membutuhkan komitmen jangka panjang. Untuk alasan
ini, penundaan terapi sangatlah mungkin. Terapi dimulai jika:1
• Jumlah CD 4 kurang dari 500 sel/mm darah; terkadang dapat dimulai lebih
awal bila pasien termotivasi untuk mendapatkan terapi dan dengan alas an
klinis tertentu;
• Hamil (terlepas dari berapapun jumlah CD 4); dan
• Memiliki gejala AIDS atau masalah kesehatan lain yang serius.
Tiga puluh satu medikasi antiretroviral telah disetujui untuk digunakan di AS.
Perkembangan saat ini telah mendeterminasi terapi mana yang paling sesuai
dengan setiap pasien.
Salah satu komplikasi terapi HIV adalah resistestensi obat. Meskipun digunakan
terminologi “medikasi” untuk menyebut obat-obat yang diresepkan, namun
literature menyebutnya sebagai “resistensi obat” sehingga kita akan menyebutnya
dengan terminologi ini.
Resistensi obat adalah bakteri maupun virus yang merupakan target terapi masih
dapat tumbuh meskipun telah mendapatkan zat kimia (obat) yang seharusnya
membuatnya mati atau membatasi pertumbuhannya. Pada kasus HIV, resistensi
obat sering terjadi karena kemampuan virus untuk bermutasi sehingga menjadi
resisten terhadap beberapa obat.
1 U.S. Department of Health and Human Services. (2011). AIDSinfo fact sheets. Author. Retrieved February 2, 2012, from http://www.aidsinfo.
nih.gov/ContentFiles/HIVandItsTreatment_cbrochure_en.pdf
402
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Terdapat protokol yang mengatur resistensi obat. Sebagai contoh, tes resistensi
dapat digunakan untuk membantu memutuskan obat mana yang harus mulai
diberikan karena pasien kemungkinan telah terinfeksi virus yang telah resisten
terhadap beberapa obat.
Tes resistensi yang paling umum adalah genotip virus, yaitu dengan mendeteksi
dan menitikberatkan kode genetik virus yang bermutasi. Informasi ini kemudian
diinterpretasikan untuk menentukan mutasi tersebut menyebabkan virus resisten
terhadap beberapa obat.
Pada kasus demikian tes genotip lain dapat dilakukan untuk mendeterminasi obat
mana yang menyebabkan resisten dan memberikan kombinasi obat yang telah
dikenal dan diseleksi sebelumnya.
Insiden
Meskipun terapi antiretroviral telah umum diberikan pada pasien HIV/AIDS, tetapi
terapi tersebut tidak selalu tersedia. WHO dan UNAIDS mengestimasikan bahwa
sedikitnya 15 juta orang membutuhkan terapi antiretroviral pada tahun 2010. Pada
akhir 2010 tidak lebih dari setengahnya, atau hanya 6.6 juta dari 15 juta yang telah
mendapatkan terapi antiretroviral pada Negara-negara berpendapatan rendah-
menengah.2
HIV/AIDS telah menjadi masalah global utama. Tahun 2009 diestimasikan 33,3 juta
orang didunia terinfeksi virus HIV 3. Setiap tahunnya 2.8 juta orang terinfeksi virus,
dan 1.8 juta orang meninggal karena AIDS setiap tahunnya.4
Lebih dari 10 % infeksi HIV terjadi akibat penggunaan zat yang disuntikkan:5
• Berdasarkan estimasi 3 juta orang terinfeksi HIV dari 15,9 juta orang yang
menggunakan zat dengan disuntikkan.
1 HIV Resistance Response Database Initiative. (n.d.). Selecting and changing HIV treatments. Retrieved January 18, 2012, from http://www.
hivrdi.org/selecting-and-changing-hiv-treatments.htm
2 WHO. (n.d.). Antiretroviral therapy. Retrieved January 15, 2012, from http://www.who.int/hiv/topics/treatment/en/index.html
3 Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2010). UNAIDS report on the global AIDS epidemic: 2010 (p. 21). Geneva: Author. Retrieved
February 2, 2012, from http://www.unaids.org/globalreport/documents/20101123_GlobalReport_full_en.pdf
4 AVERTing HIV and AIDS. (2011). Worldwide HIV and AIDS statistics. West Sussex, UK: Author. Retrieved August 20, 2011, from http://www.
avert.org/worldstats.htm
5 UNODC. (2010). Facts about drug use and the spread of HIV. Geneva: Author. Retrieved February 2, 2012, from http://www.unodc.org/
documents/frontpage/Facts_about_drug_use_and_the_spread_of_HIV.pdf
403
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Gender
Terdapat perbedaaan penting antar pria dan wanita yang mendasari mekanisme
infeksi HIV dan AIDS dan dalam konsekwensi sosial dan ekonomi dari HIV dan
AIDS.
Perbedaan ini muncul dari:
• Perbedaan biologis;
• Perbedaaan perilaku seksual;
• Perbedaan gender antara pria dan wanita dalam peranan sosial, budaya, serta
tanggung jawab; dan
• Perbedaaan tingkat akses terhadap sumber daya dan kekuatan pembuatan-
keputusan.
Didunia, kesenjangan angka prevalensi HIV diantara pria dan wanita dari segala
umur semakin sempit. Wanita muda (umur 15-24) memperlihatkan angka prevalensi
lebih tinggi daripada pria pada umur yang sama.
Studi-studi terdahulu menunjukkan lebih mudah bagi wanita untuk terinfeksi HIV
secara seksual dibandingkan pria. Penelitian lebih lanjut menunjukan hal ini terjadi
karena viral loading, atau jumlah virus yang ditularkan daripada karena perbedaan
gender.
Kehamilan dan melahirkan menjadi isu yang khusus untuk wanita:1
• Di negara berkembang, ada risiko tinggi kematian bayi yang terkait dengan ibu
yang terinfeksi HIV;
• Komplikasi terkait kehamilan, seperti pendarahan membuat wanita berisiko
lebih tinggi terkait transfusi darah; dan
• Karena HIV dapat ditularkan melalui ASI , menyusui menjadi dilema untuk
banyak wanita.
Ibu yang memutuskan berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula
mungkin mengurangi risiko penularan HIV, tapi mereka juga mungkin mengekspos
bayinya pada penyakit akibat air tidak bersih, dan juga dengan malnutrisi.
Penggunaan susu formula juga dapat memberi tahukan orang lain akan status HIV
ibu yang dapat berakibat stigma dan diskriminasi.
Sebagai tambahan, norma-norma gender meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi HIV, terutama pada orang muda. Sebuah contoh untuk hal ini adalah
penelitian yang dilakukan di Brazil, India, Mauritius, dan Thailand yang menemukan
bahwa banyak wanita muda tidak mengetahui banyak tentang tubuh mereka,
kontrasepsi, dan infeksi menular seksual. Banyak melaporkan rasa takut untuk
mencari informasi tentang seks atau kondom, karena hal ini akan membuat mereka
dilabel sebagai katif seksual, tanpa melihat telah sejauh mana pengalaman seksual
mereka.
1 WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author. Retrieved January 20, 2012, from http://
whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf
404
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Kekerasan terhadap wanita juga menempatkan mereka pada meningkatnya
risiko infeksi, bukan hanya seks yang dipaksa atau perkosaan, tapi juga ancaman
kekerasan ketika bernegosiasi penggunaan kondom untuk seks yang aman.1
Stigma dan norma-norma tentang pembuatan keputusan dapat mempengaruhi
wanita dalam mencari layanan atau informasi kesehatan dibanyak negara.
Akses program kesehatan mungkin lebih terbatas bagi wanita atau terdapat
hambatan yang tidak dimiliki oleh pria. Misalnya, studi UNAIDS di tujuh tempat
menemukan bahwa disetiap tempat tersebut pria dengan HIV jarang sekali
dipertanyakan tentang bagaimana mereka terinfeksi dan bahwa pria pada umumnya
mendapatkan perawatan. Sebaliknya, wanita seringkali dituduh melakukan seks
diluar nikah (diluar apakah ini benar atau tidak dan menerima tingkat dukungan
yang lebih rendah.
Dua hal konselor GPZ dapat lakukan untuk mempengaruhi penularan HIV adalah:
• Memberikan edukasi tentang pencegahan penularan HIV dan konsepsi salah
mengenai penularan HIV; dan
• Mendorong kepatuhan pengobatan HIV secara konsisten karena kepatuhan
sangat mengurangi kemungkinan virus HIV berkembang dan membantu
pencegahan perkembangan jenis virus resisten obat.
Tuberculosis
Penularan dan perkembangan
Orang dengan GPZ juga memiliki risiko terinfeksi oleh penyakit menular dan
berbahaya lainnya, seperti TB.
TB adalah penyakit infeksi yang umumnya disebabkan oleh berbagai jenis
mikrobakteria yang:
• Biasanya menyerang paru tapi dapat juga mempengaruhi bagian tubuh yang
lain; dan
• Menular melalui udara ketika seseorang dengan infeksi-aktif batuk, bersin, atau
mengeluarkan saliva ke udara.
Karena TB dapat ditularkan melalui udara, kontak sosial seseorang juga memerlukan
skrining dan diobati jika dibutuhkan.
Gejala TB termasuk batuk kronik dengan sputum yang terdapat bercak darah,
demam, keringat malam, dan ragam gejala dari infeksi organ internal lain.
Sepuluh persen infeksi TB berkembang ke penyakit aktif, yang jika tidak ditangani
akan mematikan lebih dari 50 persen korban TB.
Diagnosa dilakukan dengan rontgen dada, tes kulit TB, tes darah, dan pemeriksaan
mikroskopik cairan tubuh. Pengobatan medis merupakan hal sulit, karena
membutuhkan obat-obatan antibiotik untuk jangka waktu panjang. Sebagai
tambahan, terdapat masalah dengan resistensi antibiotik terhadap TB jenis baru.
1 WHO, Department of Gender and Women’s Health. (2003). Gender and HIV/AIDS. Geneva: Author. Retrieved January 20, 2012, from http://
whqlibdoc.who.int/gender/2003/a85585.pdf
405
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Insiden
Sepertiga populasi dunia diperkirakan terinfeksi kuman TB, dan terjadi satu infeksi
baru setiap menit:1
• Pada 2007, diperkirakan terdapat 14 juta kasus kronis aktif, 9 juta kasus baru,
dan 2 juta kematian, dimana, sebagian besar terjadi di negara berkembang.
• Sekitar 80 persen populasi di banyak negara Asia dan Afrika mendapatkan hasil
positif pada tes TB.2
Penggunaan Narkoba terutama yang disuntikkan adalah faktor penting dalam
insiden TB baik di negara berkembang maupun negara maju. Tinjauan artikel pada
tahun 2009 mencatat bahwa secara global para peniliti melaporkan angka infeksi
TB berada pada angka 59 persen bagi orang yang menggunakan Narkoba. Dalam
studi ini, semakin lama menyuntik Narkoba ditemukan berkaitan dengan TB.3
Penting untuk diketahui bahwa “infeksi” berarti seseorang memiliki hasil tes positif
untuk mikrobakterium, bukan berarti dia memiliki gejala penyakitnya.
Resistensi Obat TB
Resistensi obat TB adalah masalah kesehatan-publik besar. Dimana mutasi virus
adalah penyebab utama resistensi obat pada HIV, sedangkan penyebab utama
resitensi obat TB adalah karena penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat.
Resistensi obat timbul karena penggunaan antibiotik yang tidak benar dalam
pasioen kemoterapi dengan TB sensitif-obat. Penggunaan tak tepat ini adalah
hasil dari beberapa perilaku, termasuk:
1 WHO. (2010). Tuberculosis: Fact sheet number 104. Geneva: Author. Retrieved July 26, 2011, from http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs104/en/
2 Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Michell, R. N. (2007). Robbins basic pathology (8th ed.). Philadelphia: Elsevier.
3 Deiss, R. G., Rodwell, T. C., & Garfein, R. S. (2009). Tuberculosis and illicit drug use: Review and update. Clinical Infectious Diseases, 48(1),
72–82.
4 WHO. (n.d.). Extensively drug-resistant TB. Geneva: Author. Retrieved January 16, 2012, from http://www.who.int/tb/challenges/mdr/xdr/en/
index.html
406
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Dan juga, kasus totally drug-resistant TB (TDR-TB) telah dilaporkan, yang
terjadi baru-baru ini di India, meskipun hal ini dibantah oleh pihak berwenang
disana. Pelaporan kasus TDR-TB di Italidan Iran juga tidak berhasil menghadapi
pemeriksaan ketat.1
• Bekerja sama dengan pihak lain di komunitas yang juga menanangi TB untuk
membatu pastikan masalah kesehatan publik diatasi.
Hepatitis
Jenis dan Penularan
Mereka yang menggunakan NAPZA, terutama yang sudah terpapar TB atau HIV,
juga memiliki risiko tinggi terinfeksi virus hepatitis B atau C.
Hepatitis A tidak pernah menjadi kronik, dan kebanyakan individu pulih dalam
jangka waktu 6 bulan. Ketika sudah sembuh, seseorang tidak lagi dapat menularkan
dan menjadi kebal terhadap infeksi ulang virus hepatitis A.
1 BBC News. London, England. (2012, January). India rejects total drug-resistant TB claim. Retrieved January 20, 2012, from http://www.bbc.
co.uk/news/world-asia-india-16644500
2 Oeltmann, J. E., Kammerer, S., Pevzner, E. S., & Moonan, P. K. (2009). Tuberculosis and substance abuse in the United States, 1997–2006.
Archives of Internal Medicine, 169(2), 189–197. Retrieved August 20, 2011, from http://archinte.ama-assn.org/cgi/content/abstract/169/2/189
407
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Hepatitis A, B, and C memiliki rute penularan yang berbeda:
• Hepatitis B ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain, termasuk cairan
seksual.
Penularan hepatitis C melalui seksual bukanlah hal yang umum tapi dapat terjadi.
Gejala-Gejala
Kebanyakan orang dengan hepatitis kronis tidak mengetahui kondisinya1. Dalam
banyak kasus, orang dengan infeksi tidak memiliki gejala-gejala, atau gejalanya
begitu ringan sehingga mereka tidak menemui dokter. Gejala hepatitis termasuk:
• Kelelahan (fatigue);
• Gejala seperti flu (mis., pusing, sakit otot, demam ringan); dan
• Diare;
• Kulit gatal-gatal;
Seseorang dengan hepatitis kronis dapat mengalami tanpa gejala untuk waktu yang
lama, sementara hatinya perlahan-lahan rusak. Dengan hepatitisnya berkembang
dan menyebabkan kerusakan lebih lagi, hingga dapat terjadi kerusakan hati,
sebuah kondisi yang disebut fibrosis. Fibrosis dapat berkembang menjadi sirosis
(cirrhosis).
1 U.S. Institute of Medicine. (2010). Hepatitis and liver cancer: A national strategy for prevention and control of hepatitis B and C. Washington,
DC: National Academies Press.
408
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Hepatitis C bermasalah karena:
• Seseorang mungkin tidak mengalami gejala untuk periode yang lama sejak
teinfeksi sehingga membuat orang itu tidak mengetahui dia terinfeksi.
• Kebanyakan kasus infeksi virus hepatitis C menjadi kronis.
• Seseorang dengan sirosis dapat mengalami kegagalan hati dan komplikasi
lainnya.
• Pengobatannya sulit dan sering kali membutuhkan waktu panjang.
Terapi
Kebanyakan kasus hepatitis B berakhir tanpa pengobatan, meskipun ada beberapa
obat antiviral yang digunakan untuk merawat hepatitis B kronis.
Namun, hasnya satu dari lima orang dengan hepatitis C dapat sembuh tanpa
pengobatan. Standar pengobatan yang direkomendasikan untuk hepatitis C
adalah kombinasi pegylated interferon dan ribavirin, meskipun saat ini terdapat
beberapa obat oral yang tersedia dibeberapa tempat
Sebagaimana dengan pengobatan HIV dan AIDS, pengobatan antiviral untuk
hepapatitis merupakan hal yang sulit:
• Umumnya berlangsung antara 6 bulan dan 1 tahun bahkan dapat bertahun-
tahun (mungkin seumur hidup).
• Orang yang menjalani pengobatan harus mematuhi protokol medikasi dengan
tepat.
• Mengelola efek samping dapat menjadi sulit.
Dalam beberapa kasus dengan kerusakan hati berat, transplantasi hati mungkin
menjadi satu-satunya cara pengobatan.
Insiden
Menurut studi UNODC, hepatitis C saja mempengaruhi 130 sampai 170 juta orang
diseluruh dunia (sekitar 2,2 sampai 3 persen dari populasi global). Dari jmlah itu,
sekitar 8 juta orang yang menyuntik Narkoba.
Studi UNODC juga menyimpulkan prevalensi global hepatitis C diantara pengguna
NAPZA suntik adalah sekitar 50 persen, dengan Afrika dan Oceania melaporkan
masing-masing angka 73,2 persen dan 63,8 persen.1
Hepatitis C dan HIV berbagi jalur yang sama karena perilaku menyuntik dan seksual
berisiko diantara orang dengan GPZ menciptakan risiko tinggi penularan hepatitis
C dan HIV, terutama pada populasi termarginalkan dan berisiko tinggi.
Namun, saat ini hepatitis C lima kali lebih luas penularannya didunia dibandingkan
dengan HIV karena lebih mudah menular dan telah ada lebih ada lebih lama.
1 Lavanchy, D. (2009). The global burden of hepatitis C. Liver International, 29(Suppl l), 74–81.
409
Panduan Peserta: Modul 6— Gangguan Ko-Okuring Medis Yang Sering Terjadi
Hepatitis and GPZ
Meskipun menyuntikkan Narkoba adalah sebuah faktor risiko besar untuk HIV,
hepatitis B dan C, ini hanyalah salah satu faktorsaja. GPZ meningkatkan risiko untk
HIV, TB, dan hepatitis dengan beberapa cara juga, seperti:
Terapi GPZ dapat berperan besar dalam penurunan insiden dan dampak dari
gangguan medis ko-okuring. Contohnya, penilitian membuktikan bahwa terapi
GPZ dapat:
• Terapi GPZ adalah hal yang efektif dari segi biaya, terutama dibandingkan
dengan biaya merawat akibat dari AIDS.1
1 U.S. Department of Health and Human Services. (2006). NIDA Research Report Series: HIV/AIDS. Bethesda, MD: Author.
410
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
MODUL 7
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN KE DALAM PRAKTEK
411
Panduan Peserta: Modul 7—Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktek
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Latihan Kelompok–Kecil: Mengembangkan Sebuah Rencana Integrasi
60 menit
Pelatihan
Evaluasi Hari Kedua dan Keseluruhan Pelatihan 15 menit
Seremoni Berakhirnya Program dan Sosialisasi 30+ menit
Objektif pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 7 mampu untuk:
413
Panduan Peserta: Modul 7—Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktek
Halaman Penjelasan 7.1: Rencana Integrasi Praktek
1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan,
adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang
telah saya pelajari adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3. Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi
hambatan):
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan
sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam cara-
cara berikut ini:
414
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
LAMPIRAN A—DAFTAR ISTILAH
Gangguan Anxietas Gangguan bervariasi yang melibatkan perasaan
(Kecemasan) berlebihan atau kecemasa/kekhawatiran yang tidak
tepat. Contohnya seperti gangguan kecemasan
sosial, gangguan panik, dan gangguan stres pasca-
trauma (PTSD).
415
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
Kapital Meliputi sikap / kebijakan / sumber daya terkait dengan adiksi dan
Pemulihan pemulihan yang mempromosikan resolusi masalah alkohol dan
Komunitas1 narkoba lainnya. Kapital pemulihan masyarakat meliputi:
Gangguan Ko- Memiliki penggunaan gangguan zat dan gangguan mental atau
Okuring medis (ataupun keduanya).
416
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Demensia Sekelompok gejala yang mempengaruhi kemampuan intelektual
dan sosial yang cukup berat dalam mengganggu fungsi sehari-
hari. Gejalanya termasuk masalah dengan memori, konsentrasi,
dan pemecahan masalah. Bisa disebabkan oleh proses penyakit
(misalnya, penyakit Alzheimer) atau karena efek dari zat beracun
yang secara langsung berefek ke otak.
Depersonilisasi Perasaan seperti terlepas dari badan atau proses mental seseorang.
Dereliasisasi Perasaan tak nyata. Sebuah perubahan dalam persepsi atau
pengalaman dari alam eksternal seseorang sehingga tampak tidak
nyata.
Detoksifikasi Sebuah pembersihan racun dari tubuh. Prosedur medis dan
biopsychoso-finansial yang membantu seseorang yang mengalami
adiksi pada satu atau lebih zat untuk pulih dari ketergantungan dari
semua jenis penyalahgunaan zat.
Gangguan Penyakit atau gangguan dari suatu proses mental atau fisik.
Dopamin Sebuah bahan kimia otak, diklasifikasikan sebagai neurotransmitter,
terdapat pada daerah otak yang mengatur gerakan, emosi, motivasi,
dan kesenangan.
Resistensi Obat Situasi di mana target bakteri atau virus dapat tumbuh dengan
adanya bahan kimia (obat), yang biasanya akan membunuh atau
membatasi pertumbuhannya. Resistensi obat dapat disebabkan oleh
mutasi virus atau penyalahgunaan obat antibiotik.
Gangguan Dual Sebuah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seseorang
yang telah didiagnosis dengan gangguan mental dan gangguan
penggunaan narkoba. Namun, istilah ini tidak termasuk orang
yang memiliki lebih dari satu GPZ a,tau lebih dari satu gangguan
mental. Gangguan dual (dually disorder) masih digunakan untuk
mendefinisikan seseorang dengan dua gangguan mental, seperti
gangguan bipolar dan gangguan stres pasca-trauma.
Etiologi Sumber atau asal, yang dalam konteks ini adalah sumber dari
gangguan mental.
Formikasi Halusinasi serangga atau hama yang merayap di kulit atau di bawah
kulit. Dapat menyebabkan goresan dan kerusakan kulit yang luas.
Hepatitis Peradangan hati, dengan kerusakan sel hati yang menyertainya hingga
risiko kematian. Hepatitis mungkin memiliki waktu terbatas atau
kondisi kronis. Ini mungkin disebabkan oleh infeksi virus, atau kronis
keterpaparan terhadap racun, bahan kimia, atau penyalahgunaan
zat, seperti alkohol.
Highly Active Regimen mengambil tiga atau lebih obat anti-HIV setiap hari. ART
Anti-Retroviral mencegah HIV berkembang biak dan menghancurkan infeksi,
Therapy (HAART) meningkatkan CD-4.
417
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
Kewaspadaan Terus-menerus tegang dan, atau berjaga-jaga
yang Berlebih
(Hypervigilance)
Episode Manik Seperti episode manik, episode hipomanik adalah periode yang
ditandai dengan normal dan terus menerus tinggi, ekspansif, atau
mood yang berubah-uban, hiperaktif mental dan fisik, dan, atau
disorganisasi perilaku. Tidak seperti episode manik, perubahan lebih
ringan dan tidak menyebabkan disfungsi yang signifikan.
Infeksius Mampu menyebar dengan agen seperti virus atau bakteri.
(Menular)
Terapi Terintegrasi Sebuah mekanisme dari terapi intervensi untuk gangguan ko-okuring
dalam konteks hubungan terapi primer atau pengaturan layanan. Hal
ini mengakui perlunya pendekatan terapi terpadu untuk memenuhi
penyalahgunaan zat, kesehatan mental, dan kebutuhan terkait klien,
dan merupakan model terapi yang disukai atau dipilih oleh klien.
Intervensi Meliputi strategi khusus terapi, perawatan atau teknik yang digunakan
untuk mengobati satu atau beberapa jenis gangguan.
Sindrom Sebuah gangguan neurologis yang mempengaruhi memori,
Korsakoff’s disebabkan oleh alkohol-yang disebabkan penurunan thiamine,
yang umumnya tidak dapat dikembalikan (reversible).
Labil, Emosional Sebuah kondisi reaksi emosional yang berlebihan dan perubahan
mood sering.
Gangguan Laten Ketika seseorang memiliki potensi biologis, atau rentan terhadap,
(Terpendam) gangguan mental, tetapi belum memiliki gejala yang dialami.
Gangguan Sebuah gangguan mood memiliki perjalanan klinis dari satu atau
Depresif Mayor lebih episode depresi serius yang bertahan hingga dua minggu
terakhir atau lebih. Episode ditandai dengan kehilangan minat atau
kesenangan dalam hampir semua kegiatan, gangguan nafsu makan,
tidur, atau fungsi psikomotor, penurunan energi, kesulitan dalam
berpikir atau membuat keputusan, hilangnya harga diri atau perasaan
bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri atau usaha.
Perilaku Perilaku yang disfungsional, tidak sesuai dengan situasi, atau non-
Maladaptif produktif.
Episode Manik Sebuah periode ditandai dengan kondisi abnormal dan terus
menerus meningkat, ekspansif, atau suasana hati berubah-ubah,
hiperaktif mental dan fisik, dan, atau disorganisasi tentang perilaku
yang menyebabkan disfungsi yang signifikan.
Gangguan Mental Sebuah kondisi mental yang nyata terutama oleh disorganisasi
kepribadian yang cukup, pikiran, dan emosi untuk bersungguh-
sunguh mengganggu fungsi psikologis atau perilaku normal idari
seseorang.
418
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Program Serangkaian layanan dan intervensi terorganisir dengan fokus utama
Kesehatan Mental pada mengobati gangguan kesehatan mental, baik itu memberikan
stabilisasi akut atau perawatan berkelanjutan.
Gangguan Mood Mencakup gangguan depresi ("unipolar depresi"), gangguan
(Alam Perasaan) bipolar, dan dua gangguan berdasarkan etiologi-gangguan mood
karena kondisi medis umum dan substansi yang disebabkan oleh
gangguan mood.
Neurotransmitter Zat kimia di dalam orak yang diproduksi oleh neuron untuk membawa
pesan dari satu sel saraf yang lain.
Paranoia Suatu jenis delusi, atau ide palsu, yang tidak berubah dengan
argumentasi atau bukti yang bertentangan. Paranoia klinis melibatkan
khayalan bahwa orang atau suatu peristiwa, dalam beberapa cara
khusus, yang berkaitan dengan diri sendiri. Orang yang paranoid
mungkin percaya bahwa orang lain sedang berbicara tentang diri
mereka, merencanakan rencana licik untuk mereka, atau berencana
untuk menyakiti mereka. Paranoia sering terjadi selama episode
penggunaan stimulan kronis dengan dosis tinggi, dan, atau mungkin
terjadi selama masa putus zat dari sedatif hipnotik-seperti alkohol.
Persepsi Kesadaran atau pemahaman dari lingkungan dengan mengatur dan
menafsirkan informasi sensorik.
Neuropati Perifer Saraf perifer membawa informasi ke dan dari otak, dan dari sumsum
tulang belakang ke seluruh tubuh. Neuropati perifer berarti saraf ini
tidak bekerja dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kerusakan saraf.
Gangguan Kaku, tidak fleksibel, dan pola perilaku maladaptif dari tingkat
Kepribadian keparahan yang cukup untuk menyebabkan penderitaan internal
(Personaliti) atau penurunan yang signifikan dalam fungsi. Gangguan kepribadian
adalah gaya abadi dan gigih tentang perilaku dan berpikir, daripada
peristiwa langka atau tidak biasa dalam kehidupan seseorang.
Gangguan Stress Sebuah gangguan yang berkembang setelah terpapar peristiwa
Pasca Trauma yang sangat menegangkan atau membuat tertekan (misalnya, ikut
(PTSD) berperang, mengalami kekerasan fisik, atau bencana alam). Gejala-
gejalanya termasuk kesulitan tidur, kewaspadaan yang berlebih,
menghindari untuk teringat akan sebuah kejadian, dan mengalami
kembali trauma melalui kilas balik peristiwa atau mimpi buruk yang
berulang.
Psikosis Sebuah gangguan mental yang ditandai dengan distorsi yang
berbeda dari kapasitas mental seseorang, kemampuan untuk
mengenali realitas, dan hubungan dengan orang lain yang dalam
tingkat sedemikian rupa mengganggu kemampuan seseorang untuk
berfungsi dalam kehidupan sehari-harinya.
419
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
Medikasi Setiap obat yang mampu mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku.
(Obat-obatan) Medikasi psikotropika yang sering digunakan untuk mengobati
Psikotropik gangguan mental.
Kapital Pemulihan Kapital Pemulihan adalah sumber daya internal dan eksternal
yang dapat diambil oleh seorang individu untuk memulai dan
mempertahankan pemulihan dari masalah GPZ parah. Ada tiga jenis
modal pemulihan yang dapat dipengaruhi oleh para profesional
adiksi, yaitu: pribadi, keluarga / sosial, dan masyarakat.
Skizofrenia Sebuah gangguan psikotik ditandai dengan gejala yang terbagi
dalam dua kategori: (1) gejala positif, seperti distorsi dalam pikiran
(delusi), persepsi (halusinasi), dan bahasa dan pemikiran dan (2)
gejala negatif, seperti reaksi emosional diratakan dan penurunan
diarahkan pada tujuan perilaku
Sel-T Sejenis sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem
kekebalan tubuh. HIV menyerang salah satu jenis tertentu sel-T, yaitu
sel CD-4
420
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
LAMPIRAN B—SUMBER REFERENSI
Data Statistik Penggunaan Narkoba Global
United Nations Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011. New York:
United Nations. http://www.unodc.org/documents/data-and-analysis/WDR2011/
World_Drug_Report_2011_ebook.pdf
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: The global
burden. Geneva: Author. http://www.who.int/substance_abuse/facts/global_burden/
en/index.html
World Health Organization. (2011). Management of substance abuse: Facts and
figures. Geneva: Author. http://www.who.int/substance_abuse/facts/en/
421
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases
and related health problems, (10th revision). Geneva: Author. http://apps.who.int/
classifications/apps/icd/icd10online
World Health Organization. (2009). Improving health systems and services for mental
health. Geneva: Author. http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241598774_
eng.pdf
World Health Organization. (2009). Pharmacological treatment of mental
disorders in primary health care. Geneva: Author. http://whqlibdoc.who.int/
publications/2009/9789241547697_eng.pdf
422
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
World Health Organization. (2011). HIV/AIDS fact sheet. Number 360. Geneva: Author.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/index.html
Manajemen Pemulihan
Treatnet—International Network of Drug Dependence Treatment and Rehabilitation
Resource Centres. (2008). Drug dependence treatment: Sustained recovery
management. New York: United Nations Office on Drugs and Crime. http://www.
unodc.org/docs/treatment/111SUSTAINED_RECOVERY_MANAGEMENT.pdf
White, W. L. (2008). Recovery management and recovery-oriented systems of care:
Scientific rationale and promising practices. Philadelphia: Northeast Addiction
Technology Center, Great Lakes Addiction Technology Center, and Department of
Behavioral Health/Mental Retardation Services. http://www.facesandvoicesofrecovery.
org/pdf/White/recovery_monograph_2008.pdf
White, W., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addictions professionals.
Counselor, 9(5). http://www.williamwhitepapers.com/pr/2008RecoveryCapitalPrimer.
pdf
423
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
424
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
APPENDIX C—SPECIAL
ACKNOWLEDGMENTS
A special thank you to the following individuals who participated in pilot testing this
curriculum and created client case studies for the curriculum series. Their input was
invaluable.
425
Panduan Peserta: Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus
426
Gangguan Mental dan Medis Ko-Okuring Umum Suatu Ikhtisar
Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan juga kepada pihak BNN (Badan
Narkotika Nasional), DSKAI (Dewan Sertfikasi Konselor Indonesia), IKAI (Ikatan
Konselor Adiksi Indonesia) dan pihak-pihak lainnya di Indonesia, yang secara khusus
telah membantu dan berperan serta dalam pengembangan kurikulum ini ke dalam
versi bahasa Indonesia. Bantuan dan dukungan yang diberikan sangat berharga dalam
pengembangan kurikulum ini.
427
Panduan Peserta: Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus