Anda di halaman 1dari 209

The Colombo Plan Asian Centre for Certification and Education

Addiction Professionals Training Series

Panduan Peserta

Kurikulum 1

Fisiologi dan Farmakologi untuk


Profesional Adiksl
The Colombo Plan Asian Centre for Certification and Education
of Addiction Professionals Training Series

Pelatihan Kurikulum Seri 1


Fisiologi dan Farmakologi untuk
Profesional Adiksl

Panduan Peserta
Ucapan Terima Kasih
Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksi adalah bagian dari sembilan
volume rangkaian pelatihan yang dikembangkan oleh U.S. Department of State’s Bureau
of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL). Publikasi ini dikembangkan
di bawah nomor kontrak SAQMPD07D0116, Layanan Dukungan Pengurangan Permintaan
(Demand Reduction Support Services), antara INL dan Alvarez & Associates, dengan JBS
International, Inc. (JBS), yang berperan sebagai sub-kontraktor.

Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office
of Anticrime Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan
dan kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project
Director dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand
Reduction Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker,
sebagai Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry
W. Mens, M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy
Caron, sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire
Macdonald sebagai Senior Graphic Designer.

Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Cynthia Moreno Tuohy, Executive Director dari NCAC II, CCDC III, SAP; Shirley Beckett
Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison
dari NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti
Storie, M.A., Education & Training Consultant. Para contributor lain, termasuk Suzanne Hall-
Westcott, M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams
Hymons, M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services;
Phyllis Mayo, Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W., Ruscavage Consulting.

Beberapa materi di dalam kurikulum ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family
Health International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for
International Development.

Panduan ini diterjemahkan dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi profesional oleh
tenaga instruktur Indonesia.

Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan
anggota pilot-test group (lihat Lampiran C), yang menyediakan banyak masukan berharga.
Partisipasi, antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi
penyelesaian publikasi ini.

Untuk Kepentingan Umum


Seluruh materi di dalam kurikulum ini, kecuali yang diambil langsung dari sumber hak ciptanya,
untuk kepentingan umum (domain publik) dan dapat diproduksi atau diperbanyak tanpa izin
dari U.S. Department of State’s INL atau penulisnya. Kutipan dari sumber ini wajib dihargai.
Namun demikian, publikasi ini tidak dapat diproduksi atau didistribusikan untuk dijual tanpa
izin tertulis dari INL.

Sangkalan
Intervensi terapi gangguan penggunaan zat yang dijelaskan di sini, tidak mencerminkan posisi
resmi dari INL atau The U.S Department of State . Panduan dalam dokumen ini tidak boleh
dianggap pengganti untuk perawatan klien individual.
Publikasi 2011
ii
DAFTAR ISI

Bagian I—Orientasi Peserta


Orientasi Peserta. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Part II—Modul Pelatihan


Modul 1—Introduksi Pelatihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Modul 2—Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
Modul 3—Sains Adiksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
Modul 4—Stigma Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113
Modul 5—Penyalahgunaan Zat: Karakteristik dan Konsekuensi . . . . . . . . 129
Modul 6—Integrasi Pembelajaran Ke Dalam Praktek . . . . . . . . . . . . . . . . 195

Bagian III—Lampiran
Lampiran A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199
Lampiran B—Sumber Rujukan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 201
Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 203

III
iii
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
ORIENTASI PESERTA
Introduksi
Selamat datang! Pelatihan ini akan menyediakan bagi anda akan pemahaman dari
fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak dan mengajarkan anda tentang efek dan
konsekuensi dari zat-zat psikoaktif.

Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional dalam Bidang Adiksi


merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang dibentuk melalui pendanaan dari
Departemen Pemerintah Amerika Serikat kepada Pusat Sertifikasi dan Edukasi Asia
dari Profesional dalam Bidang Adiksi Colombo Plan – The Colombo Plan for the Asian
Centre for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE). Informasi
selengkapnya tentang Colombo Plan dan ACCE dapat ditemui di http://www.colombo-
plan.org. Indonesia mengadopsi kurikulum ini untuk meningkatkan kompetensi konselor
yang bekerja membantu pecandu melalui di Indonesia melalui kerjasama antara Badan
Narkotika Nasional (BNN), Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia (DSKAI), dengan
Colombo Plan for Asian Center for Certification and Education of Addiction Professionals
(ACCE).

Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait Gangguan Penyalahgunaan Zat
(GPZ), dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional melalui pelatihan,
menumbuhkan sikap profesional, dan memperluas tenaga kerja terapi global. Pelatihan ini
mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat profesional dalam
tahap dasar dengan menyediakan informasi terkini tentang GPZ dan perawatannya, serta
memfasilitasi aktivitas secara langsung untuk mengembangkan keahlian, kepercayaan
diri dan kompetensi.

Selamat karena telah menyediakan waktu untuk belajar lebih lagi mengenai pekerjaan
anda!

Pelatihan
Keenam modul di rangkaian pelatihan ini mungkin akan menghabiskan waktu kursus lebih
dari 3 hari penuh atau mungkin lebih dari beberapa minggu atau bulan. Para instruktur
telah menyediakan jadwal spesifik untuk anda.
Pendekatan yang digunakan di dalam pelatihan ini mencakup:
 Presentasi dan diskusi yang diberikan oleh instruktur;
 Seringnya penggunaan metode belajar kreatif dan aktivitas langsung, seperti dalam
kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
 Penggunaan metode belajar kreatif yang terarah dan berulang-ulang, seperti dalam
kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
 Latihan menulis reflektif;
 Review berkala untuk meningkatkan retensi pembelajaran; dan
 Latihan pembelajaran asesmen.
Partisipasi aktif dari anda menjadi bagian penting untuk membuat ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!
Partisipasi aktif Anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!
1
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan dan Objektif dari Kurikulum 1
Tujuan Pelatihan
Partisipasi aktif anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif.

Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan penuh Kurikulum 2 akan mampu untuk:
 Menyebutkan dan menjelaskan dengan singkat dua tujuan keseluruhan dari terapi;
 Menyebutkan enam tahapan perubahan dan menjelaskan setidaknya satu
karakteristik klien di tiap tahapan tersebut;
 Menyebutkan delapan prinsip-prinsip efektif terapi dari U.S. National Institute on
Drug Abuse (NIDA);
 Menjelaskan tentang komponen-komponen terapi;
 Mendefenisikan dan memberikan contoh dari rawatan berkelanjutan;
 Menjelaskan secara singkat tentang bagaimana penggunaan zat dapat
mempengaruhi komunikasi otak normal.
 Mendefenisikan dan menjelaskan konsep stigma.
 Menjelaskan efek dan konsekuensi dari setidaknya enam zat-zat psikoaktif.

Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini termasuk:
 Panduan peserta ini
 Sebuah buku catatan; dan
 Buku dari “Technical Assistance Publication (TAP) 21: Addiction Counseling
Competencies—The Knowledge, Skills, and Attitudes of Professional Practice”.
Setiap modul dari Manual Peserta mencakup:
 Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran dari modul;
 Jadwal kegiatan;

 Lembar PowerPoint yang dicetak (di print) menjadi dua bagian di dalam satu
halaman dengan ruang bagi anda untuk menulis catatan;

 Halaman penjelasan yang mencakup informasi tambahan atau instruksi latihan


dan materi-materi; dan

2
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Ringkasan modul.
Panduan Peserta juga memiliki daftar istilah (lampiran A), daftar dari sumber-
sumber referensi (lampiran B), dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini (lampiran C).

Instruktur anda akan memberikan anda sebuah buku catatan untuk digunakan sebagai
jurnal pribadi anda. Anda dapat menggunakan jurnal ini dengan beberapa cara. Anda
dapat mencatat:
 Topik-topik yang ingin anda baca lebih lanjut;
 Prinsip-prinsip yang ingin anda pikirkan lebih lanjut;
 Teknik yang ingin anda coba;
 Cara-cara yang mungkin bisa anda tambahkan dari beberapa hal yang anda
pelajari dalam praktek anda; dan
 Hambatan yang mungkin terjadi dalam penerapan pengetahuan baru, dan juga
kemungkinan hambatan untuk menggunakan pengetahuan baru.
Instruktur juga akan meminta anda untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis singkat.

TAP 21 disusun di Amerika Serikat untuk menyediakan landasan umum yang


menjadi dasar pelatihan dan sertifikasi professional bidang adiksi. Publikasi tersebut
menjelaskan tentang beberapa pertanyaan berikut:
 Apa standar profesional yang seharusnya dapat membimbing konselor bekerja
dengan orang dengan GPZ?
 Apa ruang lingkup praktek yang sesuai bagi bidang konseling GPZ?
 Kompetensi-kompetensi manakah yang berhubungan dengan terapi yang
berhasil. ?
 Apa pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh professional
dalam terapi GPZ secara umum?
TAP 21 dapat diberikan sebagai referensi yang berguna untuk anda. Simpan dalam
ingatan anda, bagaimanapun juga, membutuhkan waktu dan pengalaman untuk
membangun kompetensi konseling. TAP 21 merepresentasikan sebuah tatanan ideal
dari tujuan, bukan menjadi sebuah titik awal. Jangan berkecil hati! Anda akan sampai
kesana.

Mendapatkan Manfaat dari Pengalaman Pelatihan


Anda
Untuk mendapatkan banyak hal dari pengalaman pelatihan anda, maka:

 Jika anda memiliki atasan (supervisor), bicaralah kepadanya sebelum mengikuti


pelatihan. Ketahuilah apa yang diharapkannya dari anda.
 Berpikirlah tentang apa yang ingin anda pelajari dari tiap-tiap modul.
 Datanglah pada setiap sesi dengan persiapan; mengulas halaman demi halaman
manual dari modul untuk dipresentasikan.

3
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 Jadilah peserta yang aktif. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan, mengajukan
pertanyaan, menulis di dalam jurnal anda, dan memikirkan tentang informasi apa
yang anda inginkan.
 Berbicaralah dengan atasan, supervisor atau rekan kerja anda jika anda tidak
memiliki atasan) setelah menjalani pelatihan. Sampaikan tentang apa yang telah
anda pelajari untuk memastikan bahwa anda memahami bagaimana informasi
tersebut berhubungan dengan pekerjaan anda.
 Diskusikan dengan atasan anda atau rekan kerja anda tentang bagaimana
cara mempraktekkan apa yang telah dipelajari, dan seterusnya mengikuti
iperkembangan anda.
 Belajarlah dengan senang hati. Selamat bersenang-senang!

4
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Halaman penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

5
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
6
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Acara Pembukaan 20 menit
Sambutan Pelatih, Housekeeping, dan Penentuan Peraturan 10 menit
Latihan berpasangan: Pengenalan 60 menit
Presentasi: Materi pelatihan 15 menit
Rehat 15 menit
Presentasi: Kenapa diadakannya pelatihan ini? 15 menit
Latihan kelompok besar: Harapan pelatihan 15 menit
Latihan berpasangan: Terminologi 60 menit
ISHOMA 60 menit

Modul 1 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Menciptakan komunitas dan lingkungan pembelajaran yang positif.
 Memberi peserta latar belakang informasi mengapa pelatihan ini dilaksanakan.
 Memberi peserta sebuah ringkasan dari keseluruhan tujuan pelatihan, sasaran,
dan pendekatan pembelajaran dari kurikulum; dan
 Memperkenalkan beberapa terminologi dasar berkaitan dengan fisiologi dan
farmakologi penggunaan narkoba dan adiksi.

Sasaran Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk:
 Menjelaskan tentang tujuan dari keseluruhan pelatihan dan setidaknya empat
sasaran dari 3 hari pelatihan.
 Menyatakan setidaknya satu tujuan personal; dan
 Membuat daftar dan mendefinisikan setidaknya lima istilah terkait fisiologi dan
farmakologi dari penggunaan narkoba dan adiksi.

7
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN

Modul 1 Objektif Pembelajaran

 Menjelaskan keseluruhan tujuan pelatihan dan


sekurangnya empat obyektif di dalam
pelatihan tiga hari
 Menyatakan setidaknya satu tujuan
pembelajaran personal saudara
 Membuat daftar dan mendefinisikan
sekurangnya lima terminologi terkait fisiologi
dan farmakologi penggunaan zat dan adiksi

1.2

8
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan: Introduksi Pelatihan

 Siapakah nama Anda?


 Apa pekerjaan Anda? Apa ruang lingkup
tugas/pekerjaan Anda?
 Ceritakan pengalaman lucu ATAU hal yang
menyenangkan tentang diri Anda (ketrampilan
khusus, minat, hobi, dll)?

1.3

9
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Materi Pelatihan

1.4

Masalah Global

 Sebanyak
149-272 juta orang pernah
menggunakan zat ilegal pada tahun 2009

Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.5

10
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Gangguan Terkait Penggunaan Zat –
DSM-IV-TR

 Gangguan Terkait Penggunaan Zat


 Gangguan Penggunaan Zat (Substance Use
Disorders)
- Ketergantungan Zat
- Penyalahgunaan Zat
 Gangguan yang Dipicu oleh Penggunaan Zat
(Substance Induced Disorders)
 Intoksikasi zat
 Gejala putus zat
 Gangguan mental yang diakibatkan oleh zat

1.6

11
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Gangguan Penggunaan Zat

 Termasuk kategori Penggunaan


Berbahaya dan Sindrom Ketergantungan
— World Health Organization’s
International Classification of Diseases
(ICD)-10.

1.7

Masalah Global

 Sebanyak 15–39 juta orang menggunakan zat


ilegal pada tingkat bermasalah
 Pengguna zat bermasalah dikenali dari :
-Jumlah orang yang dilaporkan akan menjadi
ketergantungan zat
- Jumlah orang yang menggunakan zat
dengan suntikan
- Jumlah orang yang menggunakan zat dalam
jangka panjang : opioid, amfetamin, kokain

1.8
Sumber UNODC (2011) Word Drug Report 2011 New York. United Nations

12
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Masalah Global

 11–21 juta orang menyuntik zat selama tahun


2009
 Sekitar 18% dari jumlah itu mengidap HIV
positif
 Sekitar 50% yang menggunakan suntikan
terinfeksi virus hepatitis-C

Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.9

13
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Masalah Global

 Konsekuensi global dari GPZ (Gangguan Penggunaan Zat)


di masa mendatang adalah:
- Meningkatnya angka hepatitis dan tuberkulosis
- Kehilangan produktiivitas
- Kecelakaan lalu lintas dan lainnya yang membuat trauma
fisik dan kematian
- Kematian karena overdosis
- Bunuh diri
- Tindak Kekerasan

Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.10

Masalah Global

 “Terus terjadi jumlah yang cukup besar terhadap


kebutuhan yang tidak terpenuhi atas prevensi,
terapi, perawatan dan dukungan di negara-
negara berkembang“
- Yuri Fedotov, Direktur Eksekutif, UNODC

Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.11

14
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Masalah di Indonesia

 Diperkirakanpada tahun 2009 terdapat 3,6 juta


pengguna narkoba, dimana 900 ribu orang
diantaranya menjadi pecandu.
 Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna napza suntik)
menyumbangkan angka penularan sebanyak
37.9%.

Sumber: Badan Narkotika Nasional (2010) & Kementerian Kesehatan RI (2011)


1.12

15
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan Pelatihan Berseri ini

 Membangun kemampuan terapi


berstAndar internasional :
 Melatih
 MenjadikanProfesional
 Menyebarluaskan

1.13

Serial Kurikulum

Kurikulum 1 : “Fisiologi dan Farmakologi


Adiksi bagi para Profesional” (yaitu
kurikulum ini, selama 3 hari)

1.14

16
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum

 Kurikulum 2 : “Terapi Gangguan Penggunaan Zat –


Perawatan Berkelanjutan untuk Para Profesional
bidang Adiksi” (5 hari)
- Pengetahuan Dasar, bukan kursus untuk
‘bagaimana cara’ atau berbasis ketrampilan.
- Ikhtisar tentang pemulihan dan manajemen
pemulihan, tahap perubahan perilaku, faktor
yang mempengaruhi luaran terapi, prinsip
terapi efektif, komponen terapi, praktik berbasis bukti,
termasuk konseling pasangan dan keluarga.
1.15

17
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum

 Kurikulum 3 : “Komorbiditas Gangguan Jiwa


dan Gangguan Medik – Ikhtisar untuk para
profesional bidang Adiksi” (2 hari)
 Pengetahuan dasar, bukan berbasis ketrampilan.
 Ikhtisar tentang hubungan antar komorbiditas
gangguan dan kaitan terapinya, deskripsi tentang
gangguan yang sering menyertai gangguan jiwa
dan gangguan medik.

1.16

Serial Kurikulum

 Kurikulum4 : “Ketrampilan Konseling Dasar


untuk Para Profesional Bidang Adiksi” (5 hari)
 Pelatihan berbasis ketrampilan
 Ikhtisar dari hubungan yang membantu :
intensionalitas, atau fokus, dalam konseling;
ketrampilan konseling cross-cutting; wawancara
motivasional dasar; mengajarkan klien
keterampilan pemulihan; dan konseling kelompok
dan ketrampilan kelompok psikoedukasional

1.17

18
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum

 Kurikulum 5 : “Asesmen dan Wawancara,


Perencanaan Terapi dan Pendokumentasian,
bagi Para Profesional Bidang Adiksi”
 Pelatihanberbasis ketrampilan.
 Asesmen yang efektif dan terintegrasi,
perencanaan terapi dan pendokumentasian
sebagai perangkat dalam terapi.

1.18

19
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum

 Kurikulum 6 : “Manajemen Kasus untuk Para


Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pelatihan dasar dan ketrampilan.
 Ikhtisar manajemen kasus dalam terapi GPZ dan
praktik keterempilan dalam fungsi manajemen
kasus (perencanaan, jejaring, monitoring,
advokasi, konsultasi, dan kolaborasi).

1.19

Serial Kurikulum

 Kurikulum 7 : “Intervensi Krisis untuk Para


Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pelatihan dasar dan ketrampilan.
 Krisis merupakan bagian dari kehidupan,
pedoman manajemen krisis, manajemen
risiko bunuh diri dan menghindarkan diri dari
krisis personal ( perawatan diri konselor
sendiri).

1.20

20
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum

 Kurikulum8 : “Etik untuk Para Profesional


Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pelatihan dasar.
 Panduan profesional dan etika perilaku,
kerahasiaan, prinsip-prinsip etika dan kode etik
profesional, etika pengambilan keputusan,
supervisi dan praktik etika.

1.21

21
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum

 Kurikulum
9 : “Bekerja dengan keluarga dalam
Gangguan Penggunaan Zat” (3 hari)
 Pelatihan dasar dan ketrampilan.
 Dampak GPZ dalam sistem keluarga; keuntungan
menyertakan keluarga dalam terapi, melibatkan
anggota keluarga dan menyiapkan layanan keluarga
(psikoedukasi, sesi bersama keluarga, konseling
kelompok multi-keluarga); perbedaan antara
konseling keluarga dan terapi keluarga; dan
pentingnya melakukan rujukan.

1.22

Kurikulum 1 – Tujuan Pelatihan

 Menyiapkan partisipan dengan


pemahaman fisiologi adiksi sebagai
penyakit otak.
 Menyiapkan partisipan dengan informasi
tentang farmakologi dari zat psikoaktif.

1.23

22
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 1 – Tujuan Pembelajaran

 Menyebutkan dan menjelaskan secara singkat empat


golongan zat psikoaktif.
 Mendeskripsikan cara penggunaan zat psikoaktif.
 Mendefinisikan gangguan penggunaan zat.
 Mendefinisikan dependensi fisiologik.
 Mendefinisikan adiksi.
 Mendeskripsikan secara singkat cara zat mempengaruhi
komunikasi otak.
 Mendefinisikan dan mendeskripsikan konsep stigma.
 Mendeskripsikan efek dan konsekuensi setidaknya enam
zat psikoaktif.
1.24

23
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Latihan : Harapan akan Pelatihan

 Tuliskan dua harapan Anda terhadap


pelatihan ini, pada kartu indeks atau
kertas yang disediakan.

1.25

Istirahat
15 menit

1.26

24
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan : Terminologi

 Lihat
di bagian penjelasan tentang terminologi.
 Temukan definisi dari setiap istilah.
(Lakukan secara berkelompok)

1.27

25
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Ishoma
60 menit

1.28

26
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 1.1: The Colombo Plan Asian Centre
for Certification and Education of Addiction Professionals
Training Series

Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk


Profesional Adiksi (kurikulum ini)

Kurikulum 2: Terapi untuk Gangguan Penggunaan


Zat—Rawatan Berkelanjutan dari
Profesional Adiksi

Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis yang


Sering Menyertai pada Gangguan
Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk
Profesional Adiksi

Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk


Profesional Adiksi

Kurikulum 5: Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan


Terapi, dan Pendokumentasian untuk
Profesional Adiksi

Kurikulum 6: Manajemen Kasus untuk Profesional


Adiksi

Kurikulum 7: Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi

Kurikulum 8: Etika untuk Profesional Adiksi

Kurikulum 9: Bekerja dengan Keluarga dalam


Rawatan bagi Gangguan Penggunaan
Zat

27
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Modul 1—Introduksi Pelatihan, Ringkasan
Masalah Global
 Penggunaan zat psikoaktif berlanjut menjadi masalah global. Sebuah survei yang
dilakukan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan
bahwa pada tahun 2008, sekitar 155 hingga 250 juta orang berusia antara 15 dan
64 tahun, telah menggunakan zat ilegal setidaknya 1 kali.1

 Zat ilegal yang dimaksud di dalam survei tersebut, termasuk opioida, kanabis,
kokain, stimulan tipe amfetamin lainnya, halusinogen, dan ekstasi, diantara lainnya.

 Beberapa orang dalam jumlah signifikan yang menggunakan zat psikoaktif,


mengalami gangguan penggunaan zat (dikenal dengan istilah GPZ).

 Gangguan Penggunaan Zat, disingkat menjadi GPZ, adalah pengertian umum untuk
menjelaskan rentang masalah terkait dengan penggunaan zat (termasuk obat-
obatan terlarang dan penyalahgunaan obat yang diresepkan), dari penyalahguna
zat hingga ketergantungan zat dan adiksi.

 GPZ juga merupakan sub-kategori dari gangguan terkait zat yang dijelaskan di
dalam dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (or DSM-IV-TR)”.2

 GPZ mencakup penyalahgunaan dan ketergantungan zat.

 Kategori luas dari gangguan terkait zat juga mencakup sub-kategori dari gangguan
induksi zat, yang termasuk:

• Intoksikasi zat;

• Putus zat; dan

• Gangguan mental Induksi zat

 GPZ disebut “Penggunaan Berbahaya” dan “Sindroma Ketergantungan” dalam


“World Health Organization’s (WHO’s) International Statistical Classification of
Diseases (ICD).3

 Survei PBB tersebut juga menemukan bahwa:1

• Sekitar 11 hingga 21 juta orang menyuntikkan narkoba pada tahun 2009.

• Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.

• Sekitar separuh dari yang menyuntik tersebut, terinfeksi virus Hepatitis-C.

1 UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.

2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.

3 WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva: Author.

28
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Konsekuensi global dari GPZ telah berkembang dan susah dikendalikan, seperti
diantaranya:

• Tingginya angka hepatitis dan tuberkolosis;

• Kehilangan produktivitas;

• Cidera hingga kematian akibat dari kecelakaan dalam berkendara dan


kecelakaan lainnya;

• Overdosis, yang berakibat kematian;

• Bunuh diri; dan

• Tindak kekerasan

 Jumlah tersebut merupakan signifikan. Direktur Ekesekutif UNODC mengatakan


bahwa “ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak terpenuhi yang sangat
besar dalam hal pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi masalah NAPZA,
terutama di negara berkembang”. 1

 Ada beberapa alasan mengenai hal tersebut, tapi alasan utamanya adalah
kurangnya kapasitas dari program terapi yang memadai.

Serial Pelatihan
 Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui
pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the
Asia Center for Certification and Education of Addiction Professionals.

 Tujuan keseluruhan dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah


kesehatan, sosial dan ekonomi yang terkait GPZ dengan membangun kapasitas
terapi ternasional melalui pelatihan, membangun profesionalisme, dan
memperbanyak tenaga kerja terapi global.

 Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat


professional dalam tahap dasar (basic level) dengan menyediakan informasi
yang penting diketahui dan pelatihan keterampilan khusus tentang Gangguan
Penyalahgunaan Zat (GPZ) dan terapinya. Lihat halaman penjelasan 1.1 (halaman
27) untuk daftar kurikulum termasuk serial pelatihan.

1 UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.

29
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini
 Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk Profesional Adiksi” ,
merupakan pelatihan yang memberikan ikhtisar komprehensif mengenai adiksi,
pemahaman mengenai fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak, dan
farmakologi zat psikoaktif.

 Kurikulum 2: “Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan


dari Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 5 hari yang
memberikan dasar atau landasan untuk mempelajari konseling GPZ. Kurikulum
ini tidak mengajarkan latihan keterampilan, namun lebih pada konteks kurikulum
berbasis keterampilan pada kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini. Kurikulum 2
menjelaskan tentang ikhtisar pemulihan, manajemen pemulihan, tahap perubahan,
prinsip-prinsip efektif dari terapi, komponen-komponen dari terapi, faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil terapi dan praktek-praktek berbasis bukti, termasuk
didalamnya konseling keluarga dan pasangan.

 Kurikulum 3: “Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada Gangguan
Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan selama
2 hari yang juga memberikan dasar dan ikhtisar bagi hubungan dari gangguan
mental yang menyertai dari satu ke yang lainnya dan berkaitan dengan isu terapi,
seperti halnya sebuah garis besar penjelasan singkat dari gangguan medis dan
mental yang menyertai pada umumnya.

 Kurikulum 4: “Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi”; merupakan


pelatihan berbasis keterampilan selama 5 hari. Kurikulum ini memberikan ikhtisar
tentang hubungan yang membantu dan intensional, atau fokus, di dalam konseling.
Juga memberikan kesempatan untuk mempelajari dan melatih teknik-teknik
konseling cross-cutting. Dengan menggunakan cross-cutting, ini dimaksudkan
bahwa ketrampilan tersebut merupakan esensi dari setiap tahapan dalam
terapi dan dalam semua jenis situasi konseling, termasuk ketika bekerja dengan
keluarga. Kurikulum ini juga mengajarkan tentang dasar keterampilan wawancara
motivasional dan latihan mengajarkan klien tentang keterampilan pemulihan, yang
merupakan sebuah aspek penting dari terapi. Keterampilan konseling kelompok
dasar (bagi klien dan anggota keluarga) dan kelompok psikoedukasi juga tercakup
di dalam kurikulum ini.

 Kurikulum 5: “Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan Terapi, dan


Pendokumentasian untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama
4 hari yang mengajarkan tentang efektifitas integrasi antara asesmen dengan
rencana rawatan, juga memaparkan tentang pendokumentasian sebagai bagian
bari alat rawatan.

 Kurikulum 6: “Manajemen Kasus untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan


dasar dan berbasis keterampilan selama 2 hari yang memberikan ikhtisar dari
manajemen kasus bagi rawatan GPZ, dan juga memberikan keterampilan praktek
dalam fungsi manajemen kasus, seperti perencanaan, jejaring, monitoring,
advokasi, konsultasi, dan berkolaborasi.

 Kurikulum 7: “Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan


2 hari yang mengetengahkan konsep bahwa krisis sebagai bagian dalam
kehidupan, dan menyediakan panduan untuk mempraktekkan manajemen krisis,
termasuk mengelola resiko bunuh diri. Pelatihan ini juga mengetengahkan cara-
cara konselor dalam menghindari krisis situasi personal dengan mengembangkan
latihan-latihan dan informasi-informasi tentang perawatan diri bagi konselor.

30
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Kurikulum 8: “Etika untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 4 hari yang
mengetengahkan panduan professional dan etika perilaku, kerahasiaan, prinsip-
prinsip etika dan kode etik professional, serta etika dalam membuat keputusan.
Kurikulum ini juga memaparkan mengenai pentingnya supervisi sebagai bagian
dari penegakkan etika di dalam praktek.

 Kurikulum 9: “Bekerja dengan Keluarga dalam Rawatan bagi Gangguan


Penggunaan Zat”; adalah 3-hari kursus yang menyediakan tentang ikhtisar
dari dampak yang ditimbulkan GPZ bagi system di dalam keluarga, dan juga
manfaat dari penglibatan anggota keluarga di dalam rawatan. Kurikulum ini
memaparkan tentang cara-cara dalam melibatkan anggota keluarga di dalam
suatu rawatan dan menyediakan informasi serta praktek dalam penyelenggaraan
rangkaian layanan bagi keluarga, seperti psiko-edukasi, sesi bersama keluarga,
dan konseling kelompok dari berbagai keluarga. Kursus ini pun mengetengahkan
tentang perbedaan antara konseling keluarga dengan terapi untuk keluarga, dan
bagaimana membuat rujukan yang sebaiknya untuk menambah layanan secara
intensif apabila diperlukan.

Tujuan pelatihan kurikulum 1


 Secara umum, tujuan yang diharapkan dari kurikulum 1 ini adalah:
• Membuat peserta memahami akan fisiologi adiksi adalah sebagai suatu
penyakit otak; dan
• Memberikan informasi bagi peserta tentang farmakologi dari zat psikoaktif.
 Modul 2 menjelaskan tentang karakteristik narkoba yang dapat menyebabkan
kecanduan, pengaruh terhadap susunan system syaraf pusat, dan bagaimana pola
penggunaan dapat memberikan perubahan efek yang didapat.
 Modul 3 Menjelaskan tentang definsi dari adiksi sebagai penyakit otak. Definisi
ini berdasarkan dari riset ilmiah yang memperlihatkan bagaimana otak terekspos
akibat dari penggunaan/penyalahgunaan narkoba (dalam waktu lama) akan terlihat
berbeda dari yang tidak menggunakan/menyalahgunakan narkoba. Pemahaman
inilah yang kemudian berpengaruh terhadap cara pandang dan pola pemulihan
terhadap adiksi.
 Modul 4 menggali mengenai stigma dan bagaimana kita melihat adiksi dapat
menimbulkan hambatan untuk bagi mereka yang membutuhkan dalam mengakses
rawatan.
 Modul 5 fokus terhadap konsekuensi dari penggunaan narkoba terhadap fisik dan
kesehatan mental individual, komunitas, serta keluarga.
 Modul 6 menyediakan suatu kesempatan untuk berpikir tentang segala informasi
yang sudah dipaparkan di dalam kurikulum , serta cara-cara pengaplikasiannya di
dalam praktek kerja masing-masing.

31
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
32
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 2
INTRODUKSI PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

33
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
34
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 2 10 menit
Presentasi : Apakah zat psikoaktif dan bagaimana cara kerjanya? 60 menit
Presentasi : Klasifikasi zat psikoaktif 10 menit
Presentasi : Metode (rute) penggunaan 10 menit
Latihan kelompok kecil : Rute penggunaan 20 menit
Ishoma 15 menit
Studi kasus dalam kelompok kecil : Progresi penggunaan zat 45 menit
Asesmen pembelajaran 30 menit
Ringkasan dan evaluasi hari pertama 20 menit

Modul 2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan Pelatihan
 Menyiapkan ikhtisar zat psikoaktif, sesuai dengan yang didiskusikan dalam
kurikulum;
 Mengenalkan kategori (klas) utama zat psikoaktif;
 Menyimpulkan delapan metode cara penggunaan zat psikoaktif dan apa yang
terjadi sesudah digunakan; dan
 Mendeskripsikan level progresi penggunaan zat psikoaktif;

Objektif pembelajaran
 Peserta yang menyelesaikan Modul 2 mampu untuk:
• Mendefinisikan zat psikoaktif;
• Membuat daftar umum zat psikoaktif yang mempengaruhi pikiran, perasaan
(mood), dan perilaku;
• Membuat daftar empat kategori (kelas) utama zat psikoaktif dan beberapa zat
dalam kategori dimaksud;
• Membuat daftar metode penggunaan zat psikoaktif ; dan
• Mendiskusikan tingkatan dari progresi penggunaan zat;

35
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
MODUL 2
INTRODUKSI PENGGUNAAN
ZAT PSIKOAKTIF

Modul 2 Objektif pembelajaran

 Mendefinisikan zat psikoaktif


 Membuat daftar pengaruh zat psikoaktif pada
mood, pikiran dan perilaku
 Membuat daftar empat kategori (klas) zat
psikoaktif dan jenis beberapa zat dalam
kelompoknya
 Membuat daftar metoda penggunaan zat
psikoaktif
 Mendiskusikan tingkat progresi penggunaan zat

2.2

36
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Zat Psikoaktif

 Mempengaruhi Sistem Syaraf Pusat (SSP)


 Mengubah perilaku atau penerimaan orang
atas apa yang terjadi di sekitar mereka

2.3

37
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Sistem Syaraf Pusat

Otak

Sumsum
Tulang
Belakang

2.4

Sawar Otak

Besar, molekul
yang larut
dalam air akan
dihambat

Kecil, molekul yang larut


dalam lemak dapat melalui

2.5

38
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Farmakologi

 Studidampak medikasi dan zat lain pada


tubuh dan otak

2.6

39
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Waktu Paruh

 Lamanya waktu yang digunakan untuk


mengeliminasi separuh dosis zat yang masuk
untuk keluar dari tubuh

2.7

Faktor Lain

 Umur,lamanya penggunaan zat secara reguler,


banyaknya zat yang digunakan secara reguler
dalam tubuh dipengaruhi oleh :
 Absorbsi zat psikoaktif
 Metabolisme
 Eliminasi

2.8

40
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Zat Psikoaktif

 Zat Psikoaktif mempengaruhi :


 Mood
 Pikiran
 Persepsi
 Perilaku

2.9

41
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Efek Zat Psikoaktif

 Dapat positif atau negatif


 Tergantung berapa banyak (batas tertentu) dari
jenis zat yang digunakan

2.10

Klas Zat : Contoh

Kokain Heroin Alkohol LSD

Mescaline
Amfetamin Morfin Barbiturat
Peyote

Methamfetamin Opium Benzodiazepin Ekstasi

Nikotin, Gamma-
Kafein Demerol Hydroxybutyrate Mushrooms
(GHB); Rohypnol
2.11

42
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Zat Legal

 Suatu zat yang legal, BUKAN BERARTI


lebih aman dibanding zat illegal

2.12

43
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Golongan Lain

 Beberapa zat tidak tepat dimasukan dalam


sebuah kategori, namun merupakan beberapa
kategori (others) :
 Kanabinoid (ganja, marijuana, hashish)
 Khat / Miraa
 Anestesi Disosiatif (phencyclidine / PCP,
ketamine)
 Larutan inhalan, gas, nitrit

2.13

Rute Penggunaan

 Ditelan (Swallowing)
 Dihirup / disedot (Snorting)
 Dirokok / dihisap (Smoking)
 Menghirup asap (Inhaling fumes)
 Disuntikan Intramuskular (IM)
 Disuntikan Subkutan (SC)
 Disuntikan Intravena (IV)
 Dioles (Topikal)
 Diletakan dibawah lidah (Sublingual)
2.14

44
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Rute Penggunaan

 Makin cepat zat masuk ke otak, makin


besar dan kuat efeknya

2.15

45
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Cepatnya berefek

 Dirokok / dihisap (smoking): 7–10 detik


 Disuntikkan melalui Intravena: 15–30 detik
 Disuntikkan ke dalam otot atau di bawah kulit :
3–5 menit

2.16

Cepatnya berefek

 Diabsorbsi melalui lapisan lendir : 3–5 menit


 Ditelan : 20–30 menit
 Diabsorbsi melalui kulit: pelan dalam jangka
panjang

2.17

46
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Rute Penggunaan

 Buat kelompok kecil


 Dalam kelompok, buat daftar jenis zat yang
masuk dalam klasifikasi 5 zat psikoaktif
 Untuk setiap zatnya, buat daftar cara-cara
penggunaan yang umum dilakukan di daerah
Anda
 Perhatikan, bahwa beberapa zat dapat
digunakan / dimasukan ke tubuh dengan lebih
dari satu cara
2.18

47
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Progresi

 Penggunaan rekreasional
 Penggunaan sirkumstansial
 Penggunaan intensif
 Penggunaan kompulsif

2.19

Asesmen Pembelajaran

 Tuliskan satu pertanyaan beserta


jawabannya tentang materi hari ini pada
sehelai kertas!

2.20

48
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Jurnal

 Apa yang Anda pelajari hari ini, yang belum


Anda ketahui sebelumnya?
 Bagaimana Anda berencana menerapkan
apa yang sudah Anda pelajari hari ini, di
dalam pekerjaan Anda?
 Apa pertanyaan yang masih ada di benak
Anda?

2.21

49
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Halaman Penjelasan 2.1: Progresi

Penggunaan Rekreasional / Eksperimental


Penggunaan rekreasional adalah tingkatan penggunaan zat yang paling rendah
tingkat keparahannya. Biasanya terjadi dalam tatanan sosial diantara teman-teman,
jarang terjadi, dan biasanya melibatkan penggunaan zat psikoaktif dalam jumlah kecil
sampai sedang. Biasanya juga didorong oleh rasa ingin tahu atau tekanan teman
sebaya. Orang yang menggunakan secara rekreasional biasanya belum memiliki
masalah terkait penggunaan zatnya, kecuali jika terkait penggunaan zat ilegal.

Penggunaan Sirkumstansial / Situasional


Penggunaan sirkumstansial sering terjadi ketika individu termotivasi mengejar
efek yang diinginkan sebagai cara mengatasi (coping) kondisi atau situasi tertentu.
Sebagai contoh, orang yang memiliki sifat sangat pemalu akan merasa bahwa dengan
mengkonsumsi ganja membuatnya menjadi lebih santai, mampu berbicara dengan
orang lain, berdansa, dan merasa lebih gaul. Dalam contoh lain, orang yang mengalami
depresi cenderung mencoba mengkonsumsi zat untuk merasa “lebih hidup” dan
lebih baik. Contoh lain yang lebih ekstrim adalah serdadu yang menggunakan ganja,
heroin, atau zat lainnya dalam peperangan untuk santai dan terlepas dari stres
yang menderanya saat peperangan. Pada tingkat ini, orang secara situasional dapat
menggunakan untuk mencari kesenangan atau bersosialisasi. Seseorang pada tingkat
ini dapat saja memiliki masalah atau tidak memiliki masalah terkait penggunaannya.

Penggunaan Intensif / Reguler


Beberapa orang memulai penggunaan zat dari penggunaan rekreasional atau
sirkumstansial, namun kemudian mulai menggunakan secara terus-menerus.
Ketika penggunaan zat menjadi setiap hari dan terus-menerus, dari dosis rendah
sampai sedang, efek yang dirasakan akan meningkat. Pada tingkatan ini, biasanya
seseorang termotivasi untuk menggunakan agar terbebas dari masalah yang dialami,
seperti anxietas atau depresi, atau untuk mempertahankan kemampuan yang
dikehendaki. Pada tingkatan ini, seseorang biasanya mulai mengalami masalah terkait
penggunaannya (misal: terlambat masuk kerja pada hari Senin karena malamnya habis
mabuk tinggi; membuat orang lain prihatin akan penggunaannya). Pada tingkatan
penggunaan ini sering juga disebut sebagai penyalahgunaan.

Penggunaan Kompulsif / Adiktif


Penggunaan kompulsif merupakan penggunaan paling parah dan paling berbahaya.
Pada tingkat ini , dosis tinggi secara rutin atau setiap hari diperlukan untuk mencapai
efek fisik atau psikologis yang diinginkan, atau sekedar untuk menghindari gejala putus
zat (seperti sakaw). Pada tingkat ini, zat menjadi sesuatu yang paling penting dalam
kehidupan seseorang, melebihi aktivitas lainnya. Pada tingkat ini, orang mengalami
masalah terkait penggunaan berkelanjutan, namun tetap menggunakan walaupun
tahu itu bermasalah untuk dirinya, yang sering disebut sebagai adiksi.

50
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 2—Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif,
Ringkasan
Zat psikoaktif: Ulasan singkat ikhtisar
 Zat psikoaktif merupakan zat yang mempengaruhi kerja sistem syaraf pusat (SSP)
dan mengubah perilaku atau persepsi tentang kejadian disekitarnya.
 Zat pskioaktif termasuk zat ilegal / terlarang dan beberapa obat yang digunakan
untuk medikasi (pengobatan).
 Medikasi mempunyai potensi untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit
atau meningkatkan kesejahteraan fisik atau mental seseorang , tetapi medikasi
menggunakan zat psikoaktif (seperti untuk mengobati gangguan anxietas, atau
nyeri) juga mempunyai potensi untuk menimbulkan masalah.
 SSP merupakan bagian dari sistem syaraf yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang.
 Otak manusia dilindungi oleh membran yang disebut sawar otak. Sawar otak ini
merupakan suatu seri sel-sel yang saling erat merekat, yang hanya dapat dilalui
oleh zat kimia tertentu.
 Karena sel-sel pada sawar otak saling merekat erat, zat dengan struktur molekul
besar dan larut dalam air (yang berarti bahwa mereka larut dengan mudah dalam
cairan) tidak dapat menembusnya. Medikasi dengan menggunakan aspirin atau
antibiotika, termasuk dalam kategori ini.
 Namun demikian, zat dengan struktur molekul kecil dan larut dalam lemak, seperti
pada kebanyakan zat psikoaktif, dapat dengan mudah menembus sawar otak.
Dengan cara ini, zat psikoaktif dapat memberikan efek langsung pada otak.
 Meskipun medikasi psikotropik digunakan untuk mengobati gangguan mental
mayor (seperti penggunaan antipsikotik dan antidepresan) termasuk dalam
zat psikoaktif, pengguna medikasi (pasien) ini bukan tergolong dalam kategori
penyalahgunaan, karena tidak menimbulkan efek menyenangkan yang sama
seperti penyalahguna.
 Selain memberikan efek langsung pada otak, zat psikoaktif juga dapat
mempengaruhi proses biokimiawi jaringan tubuh dan organ-organ.

Metabolisme
 Farmakologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari efek-efek dari
zat psikoaktif pada tubuh dan otak, termasuk bagaimana proses metabolismenya:
• Metabolisme adalah proses kimiawi kompleks yang terus-menerus terjadi di
dalam tubuh. Sebagai contoh, energi yang dibutuhkan manusia didapatkan
dari makanan melalu proses metabolisme.
• Reaksi kimiawi sel dalam badan manusia mengubah makanan menjadi energi
yang diperlukan untuk bergerak, berpikir hingga bertumbuh-kembang; zat
tersebut kemudian mengeliminasi yang tersisa dari makanan.

51
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
• Semua zat yang kita telan akan dimetabolisasi dengan cara ini.
• Sesaat setelah orang menggunakan zat, tubuh akan segera memproses dengan
memecahkan dan mengeliminasikannya.
• Liver (hati) bertanggung jawab memetabolisir zat-zat asing yang masuk ke
dalam tubuh, dengan dibantu oleh ginjal dalam prosesnya.
• Saat sebuah zat telah dimetabolisasi, zat tersebut utamanya dieliminasi dari
tubuh melalui urin atau feses, dan juga melalui keringat, air liur atau nafas.
 Masing-masing zat dipecah dan dieliminasi dengan cara dan durasi yang berbeda.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi separuh dari dosis asli zat dari tubuh
disebut waktu paruh zat:
• Waktu paruh zat mempengaruhi seberapa lama efek zat berlangsung dan
berapa lama zat tersebut dikeluarkan seluruhnya dari tubuh.
• Ketika seseorang menghentikan penggunaan zat, penting untuk mengetahui
waktu paruh zat dimaksud, untuk mengetahui lamanya waktu detoksifikasi
atau bersihnya zat dari dalam tubuh.
 Faktor-faktor lain seperti umur pengguna, lama dan banyaknya jumlah zat yang
digunakan secara teratur, juga mempengaruhi berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk memetabolisir zat di dalam tubuh kita. Hal-hal tersebut juga menimbulkan
perbedaan bagaimana kemampuan tubuh kita untuk:
• Mengabsorbsi zat psikoaktif;
• Memetabolisir zat tersebut; dan
• Mengeliminasi zat.
 Sebagai contoh :
• Proses metabolisme dan eliminasi zat dari anak kecil dan remaja terjadi lebih
lambat.
• Jika seseorang sering menggunakan zat dan dalam dosis yang besar, mungkin
metabolisme dan eliminasinya lebih cepat.

Efek umum dari zat psikoaktif


 Karakteristik utama dari zat psikoaktif mempengaruhi perasaan (mood), pikiran,
penilaian (judgement), sensor persepsi, dan perilaku.
 Contoh pengaruh zat yang mempengaruhi perasaan, yaitu :
• Perasaan lebih waspada;
• Perasaan lebih santai;
• Perasaan lebih atau kurang depresi dari biasanya;

52
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Perasaan mudah tersinggung atau marah;

• Perasaan lebih mudah bersosialisasi;

• Perasaan berbahagia;

• Perasaan (nafsu) lebih atau kurang terhadap seks; dan

• Perasaan ketakutan.

 Contoh pengaruh zat terhadap pikiran dan penilaian, yaitu:

• Pikiran cepat;

• Tidak mampu memutuskan atau membuat rencana;

• Distorsi persepsi;

• Peningkatan kejernihan pikiran;

• Pikiran paranoid; dan

• Penilaian (judgement) buruk.

 Contoh pengaruh zat terhadap sensor persepsi, yaitu:

• Distorsi persepsi;

• Perubahan dalam persepsi suhu; dan

• Perubahan dalam persepsi nyeri.

 Contoh pengaruh zat terhadap perilaku, yaitu:

• Menurun atau meningkatkan aktivitas;

• Meningkatkan tindakan berisiko atau aktivitas berbahaya;

• Perilaku tidak sesuai dengan tata nilai pribadi;

• Agresi atau kekerasan kekejaman;

• Pasif; dan

• Peningkatan atau penurunan perilaku seksual.

 Secara ringkas, zat psikoaktif menghasilkan berbagai efek, baik positif maupun
negatif . Efek ini tergantung dari jenis zat yang digunakan.

Efek zat : Gololongan-golongan zat


 Terdapat empat golongan utama , atau tipe zat psikoaktif :
• Stimulan;

53
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
• Opioid (kadang disebut narkotik);

• Depresan; dan

• Halusinogen

 Golongan ini berbasis pada efek primer zat pada SSP.

 Stimulan meningkatkan aktivitas SSP. Zat ini meningkatkan debar jantung dan
pernafasan, serta meningkatkan sensasi eforia yang bergairah.

 Opioid secara selektif menekan SSP. Analgesik ini menurunkan rasa nyeri dan
cenderung menginduksi tidur.

 Depresan menurunkan aktivitas SSP. Depresan cenderung menurunkan debar


jantung, kecepatan pernafasan dan membuat relaksasi, kadang mengantuk,
merasa sejahtera atau eforia

 Halusinogen menghasilkan spektrum distorsi sensori yang hidup dan nyata


mengubah suasana hati dan berpikir.

Opioida
Stimulan Depresan Halusinogen
(narkotika)

Kokain Heroin Alkohol LSD

Amfetamin Morfin Barbiturat Meskalin Peyote

Metamfetamin Opium Benzodiazepin Ekstasi

Gamma-
Nikotin, kafein Demerol hydroksi butirat Mushrooms
(GHB); Rohypnol

 Benzodiazepin (depresan) termasuk obat anti anxietas seperti Xanax, Librium,


Valium, Kamlet. Obat ini sering disebut sebagai obat penenang (tranquilizers).

 Opioid termasuk heroin, morfin, opium dan zat lainnya digunakan untuk mengobati
rasa nyeri; golongan ini disebut opioid karena bekerja pada reseptor opiat di
dalam otak.

 Barbiturat (depresan) termasuk fenobarbital dan Seconal; digunakan untuk


mengobati gangguan kejang dan tidur. Namun obat terbaru bekerja lebih baik
dalam kondisi tersebut tanpa risiko adiksi.

 Depresan, termasuk juga GHB dan Rohypnol, kadang disebut ‘club drugs’ atau
‘date rape drugs’ karena pada dosis rendah mereka berpikir akan meningkatkan
kemampuan berjoget dan dan pada dosis tinggi akan membuat sedasi (kantuk).

54
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Halusinogen termasuk LSD, meskalin (derivat peyote, sebangsa kaktus) , ekstasi,
dan beberapa jenis jamur-jamuran (mushroom).

 Nikotin, kafein dan alkohol , ketiganya legal, masuk dalam golongan zat psikoaktif.
Meski zat ini bersifat legal, namun bukan berarti zat ini lebih aman dari zat-zat
ilegal.

 Legalitas dari zat berasal dari faktor budaya, tradisi, politik, religi, bukan berdasarkan
dari lebih atau kurangnya efek bahaya yang dapat ditimbulkan.

 Sistem klasifikasi dimaksudkan untuk pegangan umum, dan beberapa zat psikoaktif
tidak tepat masuk dalam penggolongan dasar. Misalnya

• Ganja dapat memberikan efek sedasi atau nyaman pada dosis rendah, tapi
menimbulkan efek halusinogenik pada dosis tinggi.

• Miraa (khat)dapat membuat eforia ringan dan kegembiraan pada dosis rendah,
namun pada dosis tinggi dapat menginduksi perilaku manik dan hiperaktivitas,
sehingga dapat menyebabkan penyakit fisik dan psikologis serius

• Anestetik disosiatif (PCP) bersifat halusinogenik, juga dapat berefek stimulan


atau depresan

• Inhalan pada umumnya bersifat depresan, namun dapat juga bersifat stimulan
atau halusinogenik.

Efek zat: Cara penggunaan


 Efek spesifik penggunaan zat bervariasi tergantung berapa banyak dan cara
penggunaan.

 Cara menggunakan zat disebut juga metode atau rute penggunaan. Zat psikoaktif
memasuki tubuh melalui sembilan rute penggunaan

• Ditelan;

• Disedot (dihirup melalui hidung);

• Dirokok (dihisap);

• Dihirup asapnya;

• Suntikan intramuskular (menyuntikan kedalam otot);

• Suntikan dibawah kulit (menyuntikan dibawah kulit);

• Suntikan intravena (menyuntikan kedalam pembuluh balik);

• Penggunaan topikal (dioleskan pada permukaan kulit); dan

• Sublingual (diletakkan dibawah lidah, kemudian zat larut diabsorbsi melalui


jaringan mulut).

55
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
 Rute penggunaan menjadi pertimbangan karena mempengaruhi kecepatan zat
masuk kedalam otak; makin cepat sampai ke otak, makin besar dan makin kuat
efeknya
 Berikut merupakan tingkat kecepatan sampainya zat dalam otak, mulai dari
yang paling cepat sampai paling lambat (urut dari atas kebawah) sesuai cara
penggunaannya:
• Dihisap: 7-10 detik;
• Suntikan intravena: 15-30 detik;
• Suntikan dalam otot atau dibawah kulit: 3-5 menit;
• Absorpsi melalui selaput lender (melalui hidung, mulut, dubur): 3-5 menit;
• Ditelan: 20-30 menit; dan
• Diabsorbsi melalui kulit: Lambat dalam jangka panjang.

Progresi penggunaan
 Pola khas progresi dari penggunaan menjadi penyalahgunaan hingga
ketergantungan, dimulai pada saat pertama kali zat psikoaktif membuat rasa
nyaman; selanjutnya seseorang biasanya mencari rasa nyaman berikutnya.
 Jika pengalaman yang dialami tidak menyenangkan, maka biasanya penggunaan
dihentikan.
 Ketika penggunaan zat mengalami peningkatan, maka pola peningkatannya akan
mengikuti polanya. Pola itu dapat dideskripsikan dalam banyak istilah, seperti:
• Penggunaan rekreasional / eksperimental;
• Penggunaan sirkumstansial / situasional;
• Penggunaan intensif / reguler; dan
• Penggunaan kompulsif / adiktif.
 Lihat halaman penjelasan 2.1: Deskripsi progresi dari setiap tingkat penggunaan.

56
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 3
SAINS ADIKSI

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
Lembar Power Point. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103

57
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
58
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Sambutan dan mengulas materi hari 1 15 menit
Introduksi modul 3 10 menit
Latihan kelompok kecil: Apakah adiksi itu? 30 menit
Presentasi: Sains adiksi, bagian 1 20 menit
Latihan: Komunikasi otak 45 menit
Ishoma 15 menit
Presentasi: Sains adiksi 2 15 menit
Latihan: Zat psikoaktif dan komunikasi otak 60 menit
Presentasi: Adiksi dan sirkuit ganjaran 30 menit
Ishoma 60 menit
Presentasi: Kerentanan terhadap adiksi 20 menit
Latihan kelompok kecil: Ulasan kelompok belajar 60 menit
Rehat 15 menit

Modul 3 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
Memberikan satu ulasan singkat mengenai sains adiksi sebagai suatu penyakit otak.

Objektif pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 3 akan mampu untuk:
 Mendefinisikan adiksi;
 Mendiskusikan mengapa adiksi dipertimbangkan sebagai suatu penyakit otak; dan
 Memberikan suatu penjelasan dasar tentang bagaimana zat psikoaktif berpengaruh
terhadap otak.

59
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
MODUL 3
SAINS ADIKSI

Jurnal

 Apa yang saudara pelajari dari apa yang Anda


tidak ketahui?
 Bagaimana menerapkan apa yang dipelajari
pada tugas saudara?
 Masih adakah pertanyaan di benak Anda?

3.2

60
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 3 Obyektif Pembelajaran

 Mendefinisikanadiksi
 Mendiskusikan mengapa adiksi
dipertimbangkan sebagai penyakit otak
 Menyiapkan deskripsi dasar cara kerja zat
psikoaktif memberi efek pada otak

3.3

61
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil:
Apakah Adiksi itu?

 Pilihseorang dalam kelompok saudara untuk


menjadi penulis diatas flipchart
 Lakukan curah pendapat tentang adiksi dan
orang yang mengalami masalah adiksi
 Bekerjalah dengan cepat dan ungkapkan apa
yang ada dalam pikiran saudara secara
spontan; jangan meralat kata yang sudah
dilontarkan

3.4

Adiksi

 BUKAN sebuah karakter, gangguan personaliti


atau kegagalan moralitas
 MERUPAKAN masalah kesehatan

3.5

62
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sains (Ilmu Pengetahuan) Adiksi

Adiksi merupakan PENYAKIT yang


menyerang fungsi OTAK, bersifat KRONIS
dan memiliki resiko KAMBUH yang tinggi,
khas ditAndai dengan pencarian dan
penggunaan KOMPULSIF, meskipun
mengetahui memiliki konsekuensi yang
membahayakan

3.6

63
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Penyakit

 Mempercepat struktur atau fungsi setiap


bagian tubuh, organ atau sistem
 Karakteristik dengan sejumlah simtom dan
Tanda

3.7

Simtom / Gejala

 Subyektif: Pengalaman langsung oleh


seseorang; tak dapat dilihat atau diukur oleh
orang lain
 Contoh: sakit lambung, kelelahan, pening
 Contoh adiksi: ‘nagih’, anxietas ketika tidak
menggunakan zat

3.8

64
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Tanda

 Obyekif: Indikasi fisik adanya penyakit yang


dapat dilihat atau diukur oleh orang lain
 Contoh: ruam kulit, tingginya tekanan darah
 Contoh dalam hal adiksi: Abses pada tempat
suntikan, perbedaan aktivitas otak yang dapat
diamati dari teknik penciteraan

3.9

65
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Pencitraan Otak

MRI

PET

SPECT

3.10

Penyakit

ADIKSI DAN
PENYAKIT
JANTUNG
KEDUANYA
MEMBUAT
PERUBAHAN
BIOLOGIK

3.11

66
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Agen Penyebab

 Penyebab dari luar


 Contoh :
- AIDS: agen penyebabnya adalah virus
- Tenggorokan terganggu berat: agen
penyebabnya adalah bakteri
- Adiksi: agen penyebabnya adalah zat

3.12

67
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Faktor Lain

 Faktor lain memegang peran dalam


berkembangnya penyakit
 Ketika seseorang terapapar virus flu, ia akan
dapat terkena flu; ketika seseorang terpapar zat
ia akan dapat adiksi. DAPAT bukan berarti
PASTI akan…tetapi BISA
 Meski faktor adanya zat utama memegang
peranan penting dalam perkembangan adiksi,
namun bukan menjadi faktor tunggal

3.13

Faktor Lain

 Penyakitjantung, misalnya, isu lingkungan


dan gaya hidup memegang peran penting
 Peran penting lain adalah genetik

3.14

68
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Genetik

 Adiksi didasari atas adanya adiksi pada


genetik
 Contoh :Setengah dari individu yang berisiko
adiksi terhadap nikotin, alkohol, atau zat
lainnya, mempunyai tAnda pada struktur
genetiknya

3.15

69
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Patogenesis

 Progresipenyakit dari awalnya merupakan


perkembangan kritis, dan output yang
diharapkan
 Kebanyakan penyakit, jika tidak diterapi, akan
berkembang sesuai prakiraan simtom dan
perubahan biologiknya
 Juga pada adiksi

3.16

Penyakit Kronis

 Berlangsung lama
 Tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikelola (pulih)

3.17

70
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Penyakit Kronis

 Otak menunjukan perubahan sesudah


penggunaan zat yang akan tetap bertahan lama
meski penggunaan zat sudah dihentikan
Dan
 Seperti halnya diabetes dan hipertensi, adiksi
bersifat:
 Tidakdapat disembuhkan
 Dapat dikelola

3.18

71
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Penyakit Otak

 Zat mengubah struktur dan cara kerja otak

3.19

Penyakit kambuhan

 Karena adiksi secara alamiah berjalan kronis,


maka kekambuhan bukannya tidak mungkin,
tetapi hal yang biasa terjadi

3.20

72
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Bersifat Kambuhan

3.21

73
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Lapse dan Relapse

 Sebuah lapse berlangsung cepat , seringkali


suatu saat sekali, kembali ke penggunaan zat
 Sebuah relapse merupakan penggunaan
kembali zat dengan cara sama yang dilakukan
individu yang bersangkutan sebelum ia
berhenti menggunakan
 Sebuah lapse dapat menjadi relapse, meski
tidak selalu
 Relapse dapat dihindarkan

3.22

Introduksi :OTAK

3.23

74
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Komunikasi Otak

 Otak merupakan pusat perangkat komunikasi


terdiri dari milyaran neuron atau sel syaraf

3.24

75
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Struktur Neuron

Myelin Sheath

3.25

Komunikasi Otak

 Jejaring neuron meneruskan pesan bolak-balik


ke struktur yang berbeda dalam otak, kolumna
spinal, dan sistem syaraf tepi

3.26

76
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Dopamin

Dopamine

Dopamine
Receptor

3.27

77
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Komunikasi Otak

 Sebuah neurotransmitter dan reseptor bekerja


seperti kunci dan gembok

3.28

Komunikasi Otak

Dopamine
Transporters

Dopamine

3.29

78
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan : Komunikasi Otak Normal

 “Neurotransmitter tepat” dan “neurotransmitter


tidak tepat” bergerak dari “neuron pengirim”
menuju “neuron penerima”
 “Neuron penerima: menjabat tangan
“neurotransmitter tepat”, tapi tidak dengan
“neurotransmitter tidak tepat”
 “Transporter” mengawal “neurotransmitter tepat”,
kembali kepada “neuron pengirim”;
“neurotransmitter tidak tepat” bergerak sesukanya
 Bergeraklah secara teratur dengan tertib!
3.30

79
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Rehat
15 menit

3.31

Klaster dari Neuron

3.32

80
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Komunikasi Otak

 Zatpsikoaktif menetes masuk kedalam sistem


komunikasi otak dan meniru atau
mengganggu sel syaraf dalam
mengirim,menerima dan memroses informasi

3.33

81
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Kokain

Transporters

3.34

Latihan : Zat Mempengaruhi


Komunikasi Otak - Kokain

 Neurotransmitter tepat bersalaman dengan


neuron penerima
 Kokain menghalangi transporter , tidak
mengizinkan neurotransmitter kembali ke
neuron pengirim, sehingga ....
 Neurotransmitter terus menerus membuat
kontak dengan neuron penerima, membanjiri
(mobbing) neuron penerima

3.35

82
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan : Zat Mempengaruhi
Komunikasi Otak - Heroin

 Transportertidak lagi ikut berperan dalam


permainan ini
 Pada pengguna heroin, neurotransmitter lari
ke neuron penerima, jabat tangannya dan
terus pegang tidak dilepaskan! Tetap berjaga
agar neuron penerima tidak dapat melakukan
kontak dengan neurotransmitter lainnya lagi
 Neurotransmitter tetap memegang erat tangan
neuron penerima

3.36

83
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Bagian Otak yang Paling dipengaruhi
Penggunaan Zat

 Batang otak
 Korteks otak
 Sistem limbik

3.37

Batang Otak

Pengendali
fungsi vital
untuk hidup,
seperti debar
jantung,
pernafasan
dan tidur
Batang
Otak

3.38

84
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Korteks otak

Korteks otak

Memroses
informasi dari
indera; pusat
berpikir dan
memberikan
judgment dalam
otak

3.39

85
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Sistem Limbik

Terdiri dari
sirkit ganjaran
(reward)

Sistem
Limbik

3.40

Adiksi dan Sirkit Ganjaran (reward sircuit)

 Otak manusia senantiasa bekerja guna


memastikan aktivitas mempertahankan hidup
berulang dengan menghubungkan aktivitas
tersebut dengan ganjaran, yang berbentuk
kenikmatan

3.41

86
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Adiksi dan Sirkit Ganjaran

 Rangsangan berlebihan dari sirkit ganjaran,


yang memberi ganjaran perilaku alamiah
(makan, minum, perilaku seksual),
menghasilkan efek euforia yang dicari oleh
para pengguna zat psikoaktif dan mengajarkan
mereka untuk mengulangi perilakunya

3.42

87
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Efek pada Sirkit Ganjaran dalam Otak

3.43

Adiksi dan Sirkit Ganjaran

 Otak menyesuaikan gelombang banjir


dopamin (dan neurotransmitters lainnya)
dengan menghasilkan sedikit dopamin
atau dengan menurunkan jumlah reseptor

3.44

88
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Adiksi dan Sirkit Ganjaran

3.45

89
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Ketersediaan Reseptor Dopamin

Merah=Kadar tinggi reseptor dopamine

Otak pengguna
Otak sehat
kokain kronis
3.46
Sumber: National Institute on Drug Abuse. (2007). Science & Practice Perspectives, 3(2).

Toleransi

 Kebutuhan akan zat meningkat untuk


mendapatkan efek yang sama dengan
sebelumnya

3.47

90
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Progresi Adiksi 1

KELUARGA
OLAHRAGA
Zat MAKANAN
KELUARGA

KAWAN KERJA
OLAHRAGA
SEKOLAH
Zat
KELUARGA

KAWAN

3.48

91
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Progresi Adiksi 2

Zat

Zat SPORTS FOOD

KAWAN FAMILY
WORK

SEKOLAH Zat

OLAHRAGA
Zat

KAWAN

3.49

Progresi Adiksi 3

Zat
Zat
Zat Zat

Zat Zat Zat


Zat
Zat
Zat
Zat
Zat
Zat

3.50

92
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kriteria ICD dari WHO dalam Mendiagnosis
Adiksi atau Ketergantungan Zat

 Keinginan kuat untuk menggunakan zat


 Kesulitan mengendalikan penggunaannya
 Terus menggunakan meski konsekuensinya
membahayakan
 Prioritas lebih tinggi diberikan pada zat lebih
dari aktivitas atau kewajiban
 Toleransi meningkat
 Keadaan putus zat (kadang-kadang)

3.51

93
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Ishoma
60 menit

3.52

Mengapa Orang menggunakan Zat?

 Keingintahuan
 Teman menggunakan
 Supaya merasa lebih nyaman
 Untuk merayakan sesuatu
 Untuk merasa lebih baik
 Untuk dapat melakukan lebih baik

3.53

94
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Adiksi

Tidak seorangpun
berencana untuk
menjadi
ADIKSI
3.54

95
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Kerentanan terhadap zat berbeda pada


setiap orang

3.55

Mengapa Tidak Semua Orang yang


Mencoba Zat menjadi Adiksi?

Biology/Genes
Biologi/
Interaksi Biology/Genes
lingkungan Lingkungan

3.56

96
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Antara 40 sampai 60 persen orang yang


rentan adiksi , berasal dari sifat genetiknya

3.57

97
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Gen dapat diumpamakan sebagai sebuah buku


yang menyimpan banyak informasi
 Sebuah gen berisi informasi untuk membuat
protein atau ribonucleic acid (RNA), pembangun
balok kehidupan

3.58

Mengapa Tidak Semua Orang yang


Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Sekuensi DNA setiap dua individu 99,9%


identik
 Namun 0.1% variasinya sangat penting

3.59

98
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Kebanyakan penyakit, termasuk adiksi, itu


rumit
 Adiksi muncul dari interaksi kompleks antara
gen-gen multipel dan dari interaksi genetik
dengan pengaruh lngkungan

3.60

99
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Faktor lingkungan yang memainkan peran


penting adalah :
 Rumah
 Sekolah
 Lingkungan tetangga
 Keluarga dan teman-teman
 Kebiasaan budaya dan banyak lagi

3.61

Mengapa Tidak Semua Orang yang


Mencoba Zat menjadi Adiksi?

 Bagaimana zat menjadi faktor penggunaan ?


 Merokok atau menyuntik zat meningkatkan
potensi adiktif

3.62

100
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok Kecil : Studi Kasus

 Buat cerita rekayasa tentang kasus yang


menggambarkan progresi dari adiksi
 Termasuk gambaran :
- Perubahan perilaku
- Faktor biologik
- Faktor lingkungan
 Tunjukan kreatifitas Anda!

3.63

101
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Rehat
15 menit

3.64

102
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 3 —Ilmu Pengetahuan Adiksi, Ringkasan
Apa itu Adiksi?
 Adiksi zat (narkoba) bukan hanya sekedar menggunakan zat dalam jumlah yang
banyak.
 NIDA (National Institute on Drug Abuse) memberikan definisi tentang adiksi
sebagai berikut:
 “Suatu penyakit otak kronis mudah kambuh yang ditandai dengan dorongan
kompulsif untuk mencari dan menggunakan zat, walaupun memiliki konsekeunsi
berbahaya”.
 Suatu definisi penyakit yang umum adalah setiap perubahan struktur atau fungsi
normal pelbagai bagian tubuh, organ, atau sistim yang dapat dari seperangkat
gejala-gejala dan tanda-tanda yang khas. Adiksi memenuhi kriteria sebagai suatu
penyakit karena, seperti penyakit jantung,adiksi mengubah fungsi normal suatu
organ, dalam hal ini otak, dan mempunyai seperangkat i gejala-gejala dan tanda-
tanda.yang khas.
• Gejala bersifat subjektif—sesuatu yang secara langsung dialami dan tidak bisa
dilihat atau diukur oleh orang lain. Contoh gejala-gejala termasuk sakit perut,
kelelahan, atau pening. Gejala untuk adiksi adalah sugesti (keinginan yang kuat
untuk menggunakan).
• Tanda adalah suatu indikasi fisik objektif dari suatu penyakit yang dapat dilihat
atau diukur oleh orang lain. Contohnya seperti: ruam kulit, demam, atau tekanan
darah tinggi. Tanda dari adiksi dapat berupa abses pada bagian tubuh bekas
tempat menyuntik, atau adanya perbedaan aktivitas pada otak yang diukur
melalui teknologi pencitraan.
 Teknologi pencitraan terkini memungkinkan peneliti untuk melihat apa yang terjadi
di dalam otak ketika merespon penggunaan zat dan adiksi. Teknologi ini meliputi:
• Magnetic Resonance Imaging (MRI);
• Positron Emission Tomography (PET) scan; dan
• Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
 Penelitian telah membuktikkan bahwa terdapat perbedaan biologis yang jelas
dari otak orang yang mengalami masalah adiksi (kecanduan), dengan otak dari
orang yang tidak mengalami masalah adiksi. Hal ini mirip seperti jantung yang
mengalami gangguan jantung, jelas memiliki perbedaan biologis dengan jantung
yang sehat.
 Agen, adalah suatu istilah yang sering digunakan ketika mendiskusikan tentang
etiologi (ilmu mengenai sebab dan asal penyakit) atau penyebab. Sebagai contoh,
agen etiologikal dari AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jika anda
mengalami masalah tenggorokan parah, penyebabnya mungkin adalah bakteri
streptococcus.
 Dalam hal masalah adiksi, agen penyebabnya dapat dianggap dari faktor
penggunaan zat.
 Tidak semua penyakit memiliki agen penyebab eksternal. Penyakit jantung dan
diabetes adalah contohnya.
 Meskipun agen penyebab dibutuhkan untuk berkembangnya suatu penyakit,
namun biasanya tidak cukup jika hanya terdiri dari satu faktor itu saja.
103
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
 Lingkungan, gaya hidup dan faktor genetic seseorang juga memainkan peran penting.
 Banyak studi telah membuktikan bahwa separuh dari resiko individu menjadi kecanduan
nikotin, alkohol dan jenis zat (narkoba) lainnya, tergantung pada faktor genetiknya.1
 Istilah lain dari penyakit yang digunakan adalah patogenesis, atau progresi suatu
penyakit dari asal-usulnya melalui pengembangan kritis dan hasil yang diharapkan.
Sebagian besar penyakit, ketika tidak diobati, mengikuti jalur umum yang diprediksi
dari perkembangan gejala dan perubahan biologis. Hal ini juga berlaku untuk masalah
adiksi.
 Elemen lain dari definisi adiksi adalah penyakit kronik. Penyakit kronik didefinisikan
sebagai sebuah penyakit yang bertahan lama dan tidak dapat disembuhkan, namun
dapat dikelola (pulih).
 Unsur definisi adiksi yang lain adalah penyakit yang kronis. Penyakit kronis adalah
penyakit yang berlangsung lama, tidak bisa diobati tetapi dapat dikendalikan.
 Adiksi didefinisikan sebagai suatu penyakit yang kronis karena otak menunjukkan
perubahan-perubahan yang jelas setelah penggunaan narkoba yang dapat bertahan
lama walaupun penggunaan narkoba sudah dihentikan. Seperti layaknya penyakit
diabetes dan hipertensi, tidak bisa diobati, tetapi dapat dikelola dengan intervensi
farmakoterapi dan konseling atau hanya dengan konseling saja.
 Adiksi dipertimbangkan sebagai suatu penyakit otak, karena narkoba mengubah
struktur otak dan cara kerjanya. Perubahan otak ini dapat berlangsung lama dan dapat
menjurus kepada adiksi dan perilaku-perilaku berbahaya yang berhubungan dengan
adiksi
 Kekambuhan (relapse) tercakup dalam definisi adiksi dan karena sifatnya yang kronis
kekambuhan penggunaan narkoba bukan hanya mungkin, tetapi sering terjadi.
Kekambuhan adalah bagian dari semua penyakit kronis, tidak hanya adiksi.
 Angka kekambuhan penggunaan narkoba menyerupai angka kekambuhan semua
penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi.2
 Adalah penting untuk membedakan antara lapse (sering disebut dengan istilah slip)
dan relapse:
• Lapse adalah penggunaan kembali narkoba untuk waktu singkat, sering kali
hanya satu kali. Sebagai contoh, seseorang bertemu dengan teman lama yang
masih menggunakan narkoba. Ia mungkin ikut menggunakan dengan teman lama
tersebut dan segera menyesalinya. Kadang-kadang lapse dicetuskan oleh stres,
ketidak bahagiaan, atau kelelahan.
• Relapse adalah kembali menggunakan narkoba dengan cara yang sama seperti
sediakala sebelum berhenti.
 Lapse umum terjadi pada awal langkah-langkah recovery. Lapse dapat menjurus
kepada relapse tetapi tidak selalu, dan dapat dicegah.

Komunikasi otak
• Otak dalah suatu pusat komunikasi terdiri dari milyaran neuron atau sel saraf.
• Masing-masing neuron terdiri dari suatu badan sel dan inti, ekor yang disebut
akson, ujung akson, dan dendrit-dendrit (proyeksi-proyeksi seperti cabang).
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2008). Genetics of addiction: A research update from the National Institute on Drug Abuse. Retrieved April
17, 2011, from http://www.drugabuse.gov/tib/genetics.html

2 McLellan, A.T., Lewis, D.C., O’Brien, C.P., & Kleber, H.D. (2000). Drug dependence, a chronic medical illness: Implications for treatment, insurance,
and outcomes evaluation. JAMA, 284(13), 1689–1695.

104
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Neuron mengirimkan pesan-pesan kepada sel-sel yang lain melalui ujung akson
dan menerima pesan-pesan dari sel-sel lainnya pada sisi reseptornya. Badan sel
mengarahkan semua aktivitas dari neuron.
 Dendrit-dendrit (bagian yang kelihatan seperti cabang pohon) adalah serabut-
serabut pendek diselubungi oleh reseptor. Reseptor ini menerima pesan-pesan
dari neuron-neuron lainnya dan menyampaikan pesan-pesan tsb kepada badan
sel.
 Akson adalah suatu serabut tunggal panjang yang mengirim rangsang atau
pesan-pesan, dari badan sel kepada dendrit-dendrit dari neuron-neuron yang
lain. Akson diselubungi oleh selubung mielin sehingga meningkatkan kecepatan
hantaran impuls.
 Jaringan neuron-neuron mengirim pesan-pesan bolak-balik kepada berbagai
struktur-struktur yang berbeda di dalam otak, tulang belakang (sistem saraf
pusat), dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tepii termasuk semua saraf menuju
lengan,tungkai,tangan-tangan, dan kaki; pada dasarnya semua sistem syaraf di
luar sistem saraf pusat itu.
 Jaringan syaraf ini mengkoordinir dan mengatur segala hal yang kita rasakan,
pikirkan, dan kerjakan.
 Masing-masing sel saraf di dalam otak mengirim dan menerima pesan-pesan
dalam wujud impuls kimiawi:
 Bahan-bahan kimiawi ini disebut neurotransmiter-neurotransmiter.
 Otak mempunyai beraneka macam neurotransmiter.
 Neuron pengirim melepaskan suatu neurotransmiter dari akson terminal melintasi
ruang antara neuron-neuron yang disebut Sinaps atau Celah Sinaptik.
 Neurotransmiter menempel kepada lokasi yang khusus pada sel penerima yang
disebut Reseptor.
 Begitu neuron penerima mendapat dan memproses pesan, dia menjadi neuron
pengirim dan menyampaikan pesan itu kepada neuron-neuron yang lain.
 Neurotransmiter dan reseptornya bekerja seperti suatu kunci dan gemboknya.
Masing-masing reseptor akan menyampaikan pesan yang sesuai, hanya setelah
berinteraksi dengan neurotransmitter yang tepat.
 Begitu dopamin dilepaskan dari sel pengirim, menyeberangi sinapsis dan
menghubungi reseptornya, transporter berada di sel pengirim untuk mendaur
ulang dopamin dan mengembalikannya ke dalam sel yang melepaskannya.
Peristiwa ini disebut Reuptake (pengambilan kembali).
 Reuptake menghentikan sinyal diantara neuron-neuron, ketika pesan telah
dikomunikasikan.

Zat psikoaktif dan komunikasi di otak


 Zat psikoaktif adalah bahan-kimia yang menepuk sistem komunikasi otak dan
meniru atau mengganggu cara-cara sel saraf mengirim, menerima, dan memproses
informasi secara normal.

105
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
 Beberapa zat psikoaktif, seperti ganja dan heroin, dapat mengaktifkan neuron-
neuron karena struktur kimiawi mereka menyerupai neurotransmiter alami.
Kemiripan struktur kimia ini dapat mengelabuhi reseptor dan membiarkan zat
psikoaktif ini mengunci danmengaktifkan sel saraf.

 Sementara itu, neurotransmiter-neurotransmiter alami dihalangi untuk


berkomunikasi dengan sel neuron.

 Meski zat psikoaktif ini menyerupai bahan kimiawi di dalam otak, mereka tidak
mengaktifkan sel saraf dengan cara yang sama seperti neurotransmiter alami, dan
mereka memancarkan pesan-pesan abnormal dalam jaringan otak.

 Zat psikoaktif lain, seperti amfetamin atau kokain, dapat menyebabkan sel-sel
syaraf melepaskan sejumlah besar neurotransmiter-neurotransmiter alami atau
mencegah pengambilan kembali (reuptake) bahan-kimia otak ini. Gangguan ini
menghasilkan penguatan pesan yang pada akhirnya mengganggu saluran-saluran
komunikasi.

 Contoh—kokain (mencegah pengambilan kembali):

• Dopamin dilepaskan secara normal dari neuron pengirim dan menghubungi


receptornya seperti biasa.

• Tetapi kokain sudah menempelkan diri kepada pengangkut-pengangkut/


transporter, dan pengangkut-pengangkut itu tidak bisa melakukan pekerjaan
daur ulang dopamin kembali ke sel pengirim.

• Dopamin terus beredar dan menghubungi reseptor-reseptornya.

• Sementara itu, komunikasi itu terus berlangsung karena dopamin tidak bisa
dikembalikan ke sel pengirim.

• Maka dari itu, dopamin masih terus-menerus dilepaskan, menyebabkan reseptor


menjadi dibanjiri. Hal ini yang menyebabkan terasanya efek dari kokain.

 Contoh—Heroin ( menyerupai neurotransmiter-neurotransmiter):

• Efek heroin berbeda dengan efek kokain. Heroin meniru aksi neurotransmiter-
neurotransmiter.

• Neurotransmitter endorfin alami dan enkephalin bertanggung jawab dalam


menghasilkan respons kesenangan dan memblok rasa nyeri.

• Zat-zat alami ini mengirimkan pesan-pesan mereka dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan semua neurotransmitter—dengan menghubungi
receptor-reseptor. Tempat khusus ini disebut reseptor opiat.

• Opiat reseptor mengenal heroin dan opioid-opioid lain, dan mengizinkan zat-
zat tersebut untuk melekat.

• Opioid benar-benar menggantikan tempat endorfin alami dan enkephalin.

• Bagaimanapun, heroin menghasilkan efek yang lebih kuat dibanding yang


dihasilkan oleh neurotransmiter-neurotransmiter alami. dan tidak ada sinyal
alami untuk menghentikani komunikasi.

106
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sirkuit / sistem ganjaran
 Otak berkomunikasi di semua bagian otak dengan cara yang sama. Bagaimanapun,
berbagai bagian yang berbededa dari otak bertanggung jawab mengkoordinir
dan melaksanakan fungsi-fungsi spesifik, dimana area-area tertentu dari otak itu
lebih mudah dipengaruhi oleh narkoba dibandingkan zat lainnya.
 Daerah-daerah di otak yang banyak terlibat dalam proses adiksi dan dipengaruhi
narkoba adalah batang otak, korteks otak besar dan sistim limbik.
• Batang otak mengendalikan fungsi-fungsi penting kehidupan, seperti denyut
jantung, bernafas, dan tidur.
• Bagian terdepan otak, korteks otak besar atau otak depan memproses informasi
dari panca indera,dan merupakan pusat berpikir dan penilaian dari otak. Dia
memperkuat kemampuan kita berpikir,merencanakan,memecahkan masalah
dan membuat keputusan.
• Sistim limbik berisi sirkuit ganjaran otak. Sistim limbik menghubungkan
sejumlah struktur-struktur otak yang mengendalikan dan mengatur kemampuan
untuk merasa senang. Perasaan senang memotivasi kita untuk mengulangi
perilaku-perilaku seperti makan—aksi-aksi yang bersifat penting bagi eksistensi.
 Sistim limbik diaktifkan ketika kita melaksanakan aktivitas diatas dan ketika
menggunakan narkoba. Sebagai tambahan, sistim limbik bertanggung jawab
atas persepsi dari emosi yang lain, baik hal positif maupun hal negatif, yang
menjelaskan perubahan suasana hati akibat narkoba.
 Sistim limbik terbagi menjadi area-area yang mengontrol fungsi-fungsi khusus.
Berbagai area memproses informasi dari indera-indera kita yang membuat kita
mampu melihat, mencium, merasa, mendengar dan mencicipi sesuatu.
 Sirkuit ganjaran otak itu, di dalam sistim limbik, memegang peranan penting
dalam berkembangnya adiksi.
 Otak kita dilengkapi dengan sistem untuk memastikan bahwa kita mengulangi
aktivitas kesinambungan hidup dengan menghubungkan aktivitas itu dengan rasa
senang atau ganjaran.
 Semua rasa senang atau ganjaran tersebut secara garis besar berhubungan
dengan neurotransmitter dopamin. Kegiatan kelangsungan hidup sehari-hari,
seperti makan dan seks, menstimuli produksi dari dopamin.
 Semua penyalahgunaan narkoba menyasar kepada sistem ganjaran otak, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan cara membanjirinya dengan dopamin
dan/atau transmitter-transmitter lain.
 Bagaimanapun juga, ganjaran yang diinduksi oleh zat, lebih kuat dari ganjaran
yang terjadi secara alami.
 Ketika beberapa zat penyalahgunaan itu diambil, mereka dapat melepaskan 2
sampai 10 kali jumlah dopamin lebih banyak dari yang ganjaran alami lakukan.
Dalam beberapa kasus, ini terjadi cukup cepat (seperti ketika zat dihisap/dirokok
atau disuntikkan). Efek yang terjadi juga bisa bertahan lebih lama daripada yang
dihasilkan oleh ganjaran alami.
 Stimulasi yang berlebihan dari sirkuit ganjaran ini menghasilkan efek-efek euforia
yang dicari oleh orang yang menyalahgunakan zat psikoaktif, dan mengajarkan
mereka untuk mengulangi perilaku tersebut.

107
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
 Kapanpun sirkuit ganjaran ini diaktifkan secara alami, otak mencatat bahwa sesuatu
yang penting sedang terjadi dan perlu untuk diingat, dan mengajarkan kita
untuk melakukannya berulangkali, tanpa memikirkannya. Karena penyalahgunaan
narkoba merangsang sirkuit yang sama, orang akan belajar menyalahgunakan
narkoba dengan cara yang sama.
 Efek hasil sirkuit kesenangan otak itu mengerdilkan kesenangan yang dihasilkan
oleh perilaku alami seperti makan dan seks.
 Efek dari ganjaran yang sangat kuat tersebut akan menguatkan motivasi orang
untuk menggunakan narkoba berulang-ulang kali.
 Overstimulasi sistem ganjaran ini bahkan menjadi sangat kompleks, mendorong
otak untuk mencoba melakukan kompensasi dan mengembalikan keseimbangan.
 Otak melakukan penyesuaian terhadap berlimpahnya produksi dopamin ini
(dan neurotransmiter-neurotransmiter lain) dengan menghasilkan lebih sedikit
dopamin atau dengan mengurangi banyaknya reseptor yang dapat menerima dan
memancarkan sinyal.
 Sebagai hasilnya, dampak dopamin pada sistem ganjaran di otak seorang yang
menyalahgunakan zat menjadi jauh menurun, dan kemampuan untuk menikmati
kesenangan secara normal menjadi berkurang.
 Inilah alasan mengapa orang yang menyalahgunakan zat akhirnya merasa lesu
dan tertekan, dan tidak dapat merasakan hal-hal yang sebelumnya mendatangkan
rasa senang.
 Hingga akhirnya perlu menggunakan zat hanya untuk mengembalikan fungsi
dopamin supaya normal. Orang itu harus menggunakan zat dalam jumlah lebih
banyak, dibandingkan jumlah yang digunakannya pertama kali, untuk mendapatkan
efek yang diinginkan dari dopamin (high dopamin) – efek ini disebut toleransi.
 Penyalahgunaan yang berlanjut akan menyebabkan terjadinya toleransi (kebutuhan
akan lebih banyak narkoba untuk menghasilkan pengaruh yang sama), mungkin
juga menjurus kepada adiksi,yang akan mendorong seseorang untuk mencari dan
menggunakan zat secara kompulsif.
 Adiksi zat mengikis pengendalian-diri dan kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan-keputusan yang tepat, ketika rangsangan terus dikirimkan untuk
menggunakan narkoba.Selanjutnya orang tidak punya waktu lagi untuk berpikir
tentang hidupnya dan lebih banyak menggunakan waktunya untuk memikirkan
bagaimana mendapatkan dan menggunakan narkoba.
• Pada mulanya, seseorang itu menggunakan narkoba kadang-kadang atau coba-
coba (rekrekasi atau karena lingkungan) Minat lain tetap utuh dan seimbang.
• Ketika penggunaan meningkat, orang mulai lebih memikirkan narkoba dan
lebih banyak menggunakan waktu untuk merencanakan dan memperoleh
narkoba(penggunaan intensif).
• Pada akhirnya, seseorang menghabiskan waktu dan tenaganya untuk
mendapatkan dan menggunakan narkoba (penggunaan kompulsif atau adiksi).
 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan Penggolongan Penyakit Internasional
versi 10 (InternationaI Classification Disease / ICD-10)1, yang menggambarkan
kriteria-kriteria diagnosis adiksi zat (narkoba):

1 World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva:
Author.

108
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Suatu keinginan yang kuat untuk menggunakan zat;
• Kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya;
• Melanjutkan untuk menggunakan zat meskipun konsekuensi-konsekuensinya
berbahaya;
• Memprioritaskan penggunaan zat dibanding aktifitas-aktifitas dan kewajiban-
kewajiban lain.
• Toleransi yang meningkat; dan
• Kadang-kadang terjadi keadaan putus zat.

Kerentanan terhadap adiksi


 Orang-orang mulai menggunakan zat karena berbagai sebab, seperti:
• Keingintahuan;
• Karena teman memakai narkoba;
• Untuk merasa nyaman dan untuk merayakan;
• Untuk merasa lebih baik; dan
• Untuk berbuat secara lebih baik.
 Zat membuat kita merasa nyaman. Zat yang paling banyak disalahgunakan adalah
yang menghasilkan perasaan dan kesenangan yang intens. Sensasi awal dari
euforia akan diikuti oleh efek lain, dimana sensasi dari setiap jenis narkoba yang
dirasakan berbeda-beda. Sebagai contoh, dengan zat stimulan seperti kokain, rasa
teller (high effect) akan diikuti oleh perasaan kuat, percaya diri, dan meningkatnya
energi. Berlawanan dengan euforia yang disebabkan zat opiat seperti heroin, yang
akan diikuti oleh perasaan relaks dan kepuasan.
 Sebagian orang menggunakan zat karena mereka ingin merasa lebih baik. Sebagai
contoh:
• Untuk mengurangi perasaan tertekan atau kesedihan;
• Untuk mengurangi rasa cemas;
• Untuk mengurangi rasa stres;
• Untuk mengurangi rasa lelah;
• Untuk mengurangi rasa sakit; dan
• Untuk merasa nyaman dalam bersosialisasi.
 Sebagian orang menggunakan zat karena alasan medis (biasanya untuk
mengurangi rasa nyeri).
 Sebagian orang yang menderita kecemasan sosial, gangguan terkait stress, dan
depresi mulai menyalahgunakan zat untuk mengurangi perasaan tersebut. Stres
dapat menjadi penyebab utama orang mulai menggunakan zat, terus-menerus
menggunakan, atau menyebabkan relaps pada sesorang yang sudah pulih.

109
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
 Sebagian orang mulai menggunakan narkoba untuk bekerja lebih baik. Sebagai
contoh:
• Untuk memperbaiki konsentrasi atau mampu belajar lebih lama;
• Untuk merasa “lebih akurat”;
• Memperbaiki kinerja atlit; dan
• Untuk melakukan lebih banyak pekerjaan dalam waktu singkat atau terjaga
lebih lama.
 Apapun alasan seseorang untuk mulai menggunakan zat, seseungguhnya tidak
ada seorang pun yang pernah berencana untuk menjadi kecanduan.
 Orang yang menggunakan zat psikoaktif hanya untuk mencoba, hanya sesekali
atau beberapa kali saja. Namun setiap orang yang menjadi pecandu, mulai
menggunakan sebagai pengguna situasional, dan cara penggunaan awal ini
bersifat sukarela dan keputusan yang terkendali.
 Dengan berjalannya waktu dan penggunaannya terus berlanjut, seseorang dapat
beralih dari yang tadinya bersifat sukarela menjadi penggunaan secara kompulsif.
 Lalu, kenapa tidak setiap orang yang mencoba zat menjadi kecanduan?
 Alasannya adalah karena kerentanan berbeda dari orang ke orang. Secara garis
besar, semakin banyak seseorang memiliki faktor-faktor resiko, semakin besar
pula kesempatan seseorang untuk menggunakan zat dan menjurus kepada
penyalahgunaan zat maupun kecanduan.
 Tidak ada satu faktor tunggal tertentu yang menentukan apakah seseorang akan
menjadi kecanduan. Risiko untuk menjadi kecanduan dipengaruhi oleh faktor-
faktor biologis dan lingkungan dan oleh interaksi antara keduanya.
 Gender atau etnisitas juga mempengaruhi risiko, dan individu dengan gangguan
mental memiliki risiko yang lebih besar untuk menyalahgunakan zat dan menjadi
pecandu dibanding populasi umum.
 Usia juga penting. Meski menggunakan zat pada umur berapapun dapat menjurus
kepada kecanduan. Riset menunjukkan bahwa semakin muda usia seseorang
menggunakan zat, semakin besar kemungkinan untuk menjadi penyalahguna zat
yang serius.
 Para ilmuwan menduga bahwa faktor genetik bertanggung jawab antara 40 – 60
persen dari kerentanan seseorang terhadap adiksi, termasuk efek-efek lingkungan
terhadap fungsi dan ekspresi genetik.1
 Ada beberapa bukti bahwa bahkan kemungkinan seseorang akan mulai
menggunakan zat, mungkin sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik.
Sebagai contoh, sebuah studi terkini (luas) menemukan bahwa penggunaan ganja
dan alkohol tampaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik umum.2

1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity—Addiction and other mental illnesses. Bethesda,
MD: U.S. National Institutes of Health.

2 Sartor, C.E., Grant, J.D., Bucholz, K.K., Madden, P.A.F., Heath, A.C., Agrawal, A., et al. (2010). Common genetic contributions to alcohol and
cannabis use and dependence symptomatology. Alcoholism: Clinical and Experimental Research, 34(3), 545–554.

110
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Gen adalah unit fungsional yang membentuk DNA kita. Setiap gen seperti buku
yang menyimpan berbagai macam informasi. Gen berisi informasi yang diperlukan
untuk membuat protein atau Asam ribonukleat (RNA), blok bangunan kehidupan.
 Penelitian pada genom manusia telah menunjukkan bahwa urutan DNA dari
setiap dua individu adalah 99,9 persen identik. Namun demikian, variasi 0,1 persen
tersebut adalah sangat penting, memberikan kontribusi untuk perbedaan yang
terlihat, seperti tinggi badan dan warna rambut, dan juga perbedaan yang tidak
terlihat, seperti pencegahan dan peningkatan risiko serangan jatung, stroke,
diabetes, dan adiksi.1
 Beberapa penyakit, seperti anemia sel sabit atau fibrosis kistik, disebabkan oleh
kesalahan dalam gen tunggal. Namun kebanyakan penyakit, termasuk kecanduan,
lebih rumit, timbul dari interaksi yang kompleks antara beberapa gen dan dari
genetik interaksi dengan pengaruh lingkungan.
 Sebagai contoh, kerentanan terhadap tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh faktor
genetik dan gaya hidup, termasuk pola makan, stres, dan olahraga. Penelitian
menunjukkan bahwa gen juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang
merespon lingkungannya, menempatkan beberapa individu yang berisiko lebih
tinggi daripada yang lain.
 Faktor lingkungan (misal, kondisi-kondisi di rumah, di sekolah, di dalam lingkungan)
berperan juga.
 Orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua yang menyalahgunakan narkoba
atau terlibat dalam perbuatan kriminal dapat meningkatkan risiko-risiko anak-
anak mengembangkan masalah penyalahgunaan zat.
 Para teman dan lingkungan sebaya mempunyai pengaruh yang besar ketika masa
remaja, walaupun sesungguhnya dapat mempengaruhi penggunaan pada setiap
usia. Kurangnya dukungan keluarga atau dukungan sosial, kurangnya keterampilan
sosial dan faktor-faktor yang sama juga meningkatkan risiko seseorang menjadi
pecandu.
 Faktor-faktor budaya memainkan peran juga. Jika kultur tertentu betul-betul
mencela penggunaan zat, tingkat adiksi dapat lebih rendah. Walaupun demikian
jika penggunaan zat adalah bagian integral dari perayaan-perayaan budaya,
mungkin sedikit sekali hambatan bagi seseorang untuk mulai dan seterusnya
melanjutkan penggunaan zat.
 Bagaimana zat itu digunakan adalah juga suatu faktor. Menghisap atau menyuntik
zat meningkatkan potensi adiktifnya. Kedua cara tersebut, yaitu mengisap dan
menyuntik zat, akan masuk ke dalam otak dalam hitungan detik, dan menghasilkan
rasa nikmat yang luar biasa.
 Walaupun demikian rasa nikmat luar biasa ini segera hilang dalam hitungan menit,
menyebabkan seorang pengguna jatuh kebawah level normal. Ini suatu kontras
yang tidak menyenangkan, dan para ilmuwan yakin bahwa perasaan tertekan
ini mendorong individu untuk mengulangi penggunaan zat untuk memperoleh
kembali status kenikmatan yang tinggi.

1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity—Addiction and other mental illnesses. Bethesda,
MD: U.S. National Institutes of Health.

111
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
112
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 4
STIGMA SOSIAL

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115


Tujuan pelatihan dan Objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 116
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 126

113
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
114
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Pengenalan Modul 4 10 menit
Presentasi: Stigma sosial 25 menit
Latihan kelompok kecil: Bermain peran tentang stigma 60 menit
Evaluasi dan rangkuman hari kedua 20 menit

Modul 4 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
Mengenalkan konsep stigma sosial dan menstimulasi pemikiran tentang stigma dan
efek yang mungkin terjadi.

Objektif pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk:
 Mendefinisikan stigma sosial;
 Menjelaskan efek-efek yang mungkin diakibatkan dari stigma terkait dengan
adiksi; dan
 Menjelaskan tiga strategi untuk menanggulangi stigma.

115
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
MODUL 4
STIGMA SOSIAL

Modul 4 Objektif Pembelajaran

 Mendefinisikanstigma sosial
 Mendeskripsikan dampak stigma terkait adiksi
 Mendeskripsikan setidaknya tiga strategi untuk
menanggulangi stigma

4.2

116
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Stigma Sosial

 Ketidaksukaan yang tinggi terhadap suatu


karakteristik personal atau keyakinan yang
bertentangan dengan norma budaya

4.3

117
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Stigma Sosial

 Stigma Sosial seringkali membuat orang


kehilangan status, didiskriminasi dan
dikucilkan dari peran serta yang bermakna
dalam masyarakat

4.4

Stigma Sosial

 Stigma dapat mempengaruhi efektifitas terapi:


 Orang yang distigma akan merasa malu dan
menolak datang terapi
 Dukungan sosial untuk pemulihan akan menjadi
tidak adekuat dalam masyarakat yang
menstigma adiksi

4.5

118
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Studi tentang Stigma

 Laporan studi tentang stigma menemukan


bahwa :
 Perlakuan orang terhadap mereka berbeda (60%)
 Orang takut pada mereka (46%)
 Beberapa anggota keluarga menyerah, tidak
mengurus mereka (45%)
 Beberapa teman menolak mereka
 Karyawan pengguna dibayar lebih murah (14%)

Sumber :Luoma,J.B., Twohig,M.P.Waltz,T., Hayes,S.C., Roget, N., Pdilla,M., & Fisher, G. (2007).
4.6
An investigation of stigma individuals receiving treatment for substance abuse. Addictive Behaviour. 32 (7).1331-1346

119
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Stigma

 Mempengaruhi angka pemulihan secara


negatif

4.7

Stigma

 Tekanan dalam menyembunyikan masalah


GPZ, baik karena rasa malu atau karena
menghindari respon stigmatisasi dari orang
lain, dapat menyebabkan masalah medis dan
sosial, yang hal itu menyebabkan semakin
sulit untuk seseorang dapat mengakses terapi

4.8

120
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kata-kata!

4.9

121
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Bahasa yang Menstigma

 Pengguna = User
 Penyalahguna = Abuser
 Penasun = Intravenous drug user
 Junkie
 Addict

4.10

Bahasa Menstigma

 Clean
 Dirty

4.11

122
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Bahasa: Dahulukan kata ‘Orang’

 Orang dengan Gangguan Penggunaan Zat (GPZ)


 Orang yang menyuntik heroin
 Orang dengan masalah adiksi

4.12

123
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Bermain Peran Stigma

 Gunakan studi kasus yang Anda buat pada


latihan yang lalu
 Buat skenario dan lakukan bermain peran
selama 3-4 menit yang menggambarkan
tentang stigma

4.13

Stigma

 Dapat mengarah pada keyakinan diri bahwa


mereka yang mengalami adiksi tidak akan dapat
pulih atau berperan produktif dalam kehidupan
sosial
 Dapat mengarah pada diskriminasi (misalnya:
perusahaan tidak akan merekrut karyawan yang
sedang dalam masa pemulihan / pernah
mengalami masalah adiksi narkoba)
 Dapat membuat mereka yang memiliki masalah
adiksi merasa putus asa dan menolak terapi
4.14

124
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Jurnal

 Apakah Anda merasa terkejut dengan


informasi yang Anda dengar di pelatihan ini?
 Apakah Anda memiliki perbedaan pendapat
tentang adiksi sebagai sebuah penyakit
kronis?
 Apakah pemahaman Anda akan suatu hal
menjadi berubah?
 Bagaimana cara melawan stigma di
lingkungan masyarakat Anda?
4.15

125
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Modul 4 – Stigma Sosial, Ringkasan
 Stigma sosial terjadi disemua budaya, masyarakat, dan dapat berbeda antara
sub-kelompok dalam sebuah komunitas. Sebagai contoh, orang dengan tato atau
tindikan dibeberapa bagian tubuhnya dianggap sebagian remaja sebagai sesuatu
yang keren, tapi mungkin mereka distigmatisasi oleh kelompok yang lain.
 Stigma seringkali terjadi karena kekuatiran yang tidak beralasan, kurangnya
pengetahuan, atau kurangnya informasi tentang sebagian orang atau kelompok.
 Stigma sosial dapat didefinisikan penolakan berlebihan terhadap karakteristik atau
keyakinan personal yang bertentangan dengan norma budaya.1
 Stigma Sosial seringkali menyebabkan seseorang kehilangan statusnya,
didiskriminasi, dan dikucilkan dari peran serta yang bermakna dalam masyarakat.
 Diskriminasi tidak sekedar memiliki pikiran negatif tentang seseorang berdasarkan
karakteristik pribadi atau kelompoknya. Diskriminasi bersifat aktif dalam berberapa
cara dan berdampak pada seseorang yang didiskriminasi. Sebagai contoh:
• Seseorang mungkin berpikir bahwa orang dengan gangguan penggunaan
zat adalah orang bertekad lemah dan tidak bisa dipercaya, walaupun sudah
berada dalam masa pemulihan. Ini adalah prasangka yang mungkin dapat
mempengaruhi orang yang dalam masa pemulihan secara nyata atau mungkin
tidak mempengaruhinya.
• Namun, seseorang yang sedang dalam masa pemulihan ditolak bekerja karena
pikiran negatif perusahaan tentang gangguan penggunaan zatnya, adalah
sebuah tindakan nyata yang berefek langsung terhadap orang tersebut; Ini
merupakan perbuatan diskriminasi.
 Stigma cenderung muncul ketika hakikat dari suatu kondisi tidak dapat dipahami.
Stigma dapat menghambat keberhasilan terapi untuk penyakit apapun, termasuk
gangguan penggunaan zat. Sebagai contoh:
• Orang yang memandang adiksi sebagai sebuah masalah yang terstigma,
mungkin akan merasa malu dan enggan mencari terapi; dan
• Dukungan sosial untuk pemulihan kemungkinan tidak memadai di dalam
komunitas yang menstigma adiksi.
 Orang dengan adiksi seringkali mempunyai kondisi atau pengalaman lain yang
juga terstigmatisasi. Sebagai contoh:
• HIV/AIDS;
• Hepatitis;
• Gangguan mental; dan atau
• Catatan kriminal.
 Pusat Teknologi Adiksi dan Penyalahgunaan Zat (Center for Adicction and
Substance Abuse Technologies) Universitas Nevada, Amerika Serikat telah
melakukan penilitian tentang dampak dari stigma. Penilitian tersebut melibatkan
197 orang yang berada dalam rawat jalan atau residensial.

1 Wikipedia. Retrieved October 24, 2010, from http://en.wikipedia.org/wiki/Social_stigma

126
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Laporan tentang studi stigma mendapatkan bahwa :

• Perlakuan orang terhadap mereka berbeda (60%);

• Orang takut pada mereka (46%);

• Beberapa anggota keluarga menyerah, tidak mengurus mereka (45%);

• Beberapa teman menolak mereka (38%); dan

• Karyawan pengguna dibayar lebih murah (14%).

 Orang yang menyuntikkan narkoba dan mereka yang telah beberapa kali menjalani
terapi melaporkan lebih distigma daripada yang bukan dua kelompok tersebut,
bahkan juga dari para petugas dalam sistim perawatan (terapi)

 Penilitian ini juga menemukan hubungan langsung antara tingkat stigma yang
dialami dengan pemulihan seseorang. Bahkan, penelitian ini mengemukakan
bahwa orang dengan Gangguan Penggunaan Zat menjadi kurang mandiri sebagai
akibat dari stigma.

 Stigma adalah sebuah aspek yang sulit dalam adiksi karena stigma membuat
individu dan keluarga lebih berat dalam menghadapi masalahnya dan untuk
mencari bantuan yang dibutuhkan.

 Orang yang terstigma cenderung untuk membebani dirinya, merubahnya menjadi


rasa malu yang berlebihan. Tekanan/Stres yang muncul dari menyembunyikan SUD
baik karena rasa malu atau untuk menghindari respon-respon orang lain yang
menstigma dapat menyebabkan masalah medis dan sosial lain.

 Para peneliti di Universitas Nevada menemukan bahwa orang yang merasa harus
mengahadapi adiksinya sendirian memiliki kesehatan jiwa buruk yang mengurangi
kemungkinan pemulihan

 Sistim terapi (rehabilitasi) dan para petugasnya tidak kebal terhadap prasangka.
Profesional atau petugas terapi juga dapat secara tidak sengaja menstigma klien
dengan bahasa yang mereka gunakan

 Istilah yang umum digunakan untuk mengambarkan klien dan masalahnya adalah
pengguna (user), penyalahguna (abuser), Pengguna NAPZA Suntik (intravenous
drug user/IDU), junkie, dan pecandu (addict). Istilah-istilah ini termasuk menstigma
karena beberapa alasan:

• Istilah tersebut tidak membedakan antara orang dan penyakitnya, menyangkal


martabat dan individualitasnya;

127
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
• Istilah tersebut menyiratkan kekekalan (permanen) kondisi memiliki GPZ, tanpa
memberikan ruang akan perubahan status; dan
• Istilah tersebut seringkali digunakan sebagai penghinaan oleh masyarakat
umum.
 Demikian pula, istilah “bersih” (clean) dan “kotor” (dirty) memperkuat terjadinya
stigma. Ketika bersih digunakan untuk mengambarkan seseorang dalam pemulihan,
kata itu menyiratkan bahwa ia dulu kotor. Ketika digunakan untuk mengambarkan
hasil tes zat yang positif atau negatif, kata bersih atau kotor mengasosiasikan
sebuah gejala penyakit dengan kotoran.
 Salah satu cara untuk menghindari penggunaan bahasa yang menstigma adalah
dengan mendahulukan kata orang
• Orang dengan Gangguan Penggunaan Zat;
• Orang yang menyuntik obat; dan
• Orang dengan adiksi.
 Istilah “klien” dan “pasien” menggambarkan status seseorang dalam terapi,
bukan mengambarkan diri mereka sebagai individu.
 Persepsi bahwa pecandu kurang dari manusia pada umumnya atau tidak berharga,
dapat:
• Dapat mengarah kepada terwujudnya prediksi-diri, bahwa siapa yang
kecanduan tidak dapat pulih atau berperan positif dan produktif dalam
masyarakat;
• Dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi (misal perusahaan tidak menerima
karyawan dalam masa pemulihan); dan
• Dapat membuat orang dengan adiksi merasa putus asa dan enggan mencari
bantuan.
 Tidak ada cara mudah untuk mengatasi stigma, namun menyadari akibat dari
stigma dan berusaha untuk mengenalinya,serta menghadapi pikiran dan perasaan
negatif terhadap mereka dengan adiksi, dapat memberikan hasil yang lebih positif
bagi individu dan masyarakat.
 Konselor yang bekerja dengan GPZ tidak kebal dari kemungkinan prasangka.
Dengan jujur mengevaluasi sikap dan perasaan sendiri dapat membantu anda
bekerja lebih efektif dengan klien.

128
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 5
PENYALAHGUNAAN ZAT: KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK
DAN KONSEKUENSI-KONSEKUENSI

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131


Tujuan Pelatihan dan Objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132
Halaman penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 159
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 188

129
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
130
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Sambutan, ulasan keseluruhan dan ulasan tugas jurnal 45 menit
Pengenalan Modul 5 5 menit
Presentasi: Ulasan tentang penyalahgunaan narkoba 10 menit
Latihan Kelompok Kecil: Karakteristik, efek dan konsekuensi-
45 menit
konsekuensi kesehatan dari narkoba tertentu, Bag.1 – Persiapan
Rehat 15 menit
Latihan: Karakteristik, efek,dan konsekuensi kesehatan dari narkoba
60 menit
tertentu, Bag.2 – Presentasi
Presentasi: Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan narkoba 20 menit
Latihan Kelompok Kecil: Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan
30 menit
narkoba
ISHOMA 60 menit
Latihan Kelompok Kecil: Penggunaan narkoba di masyarakat 45 menit
Presentasi: Sistem keluarga – Fungsional dan Disfungsional 30 menit

Modul 5 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Memberikan ulasan komprehensif tentang penyalahgunaan zat psikoaktif;
 Menjelaskan efek-efek fisiologis dan psikologis penggunaan zat psikoaktif jangka
pendek dan jangka panjang;
 Memberikan kesempatan untuk mendiskusikan penggunaan narkoba yang ada
dalam komunitas para peserta; dan
 Menyediakan ulasan yang komprehensif mengenai efek-efek penggunaan narkoba
terhadap keluarga.

Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang melengkapi Modul 5 akan mampu:

 Menjelaskan tiga karakteristik dari sedikitnya dua narkoba dari setiap golongan;
 Mendiskusikan konsekuensi-konsekuensi penggunaan zat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat;
 Mendiskusikan penggunaan zat di masyarakat; dan
 Mendiskusikan efek-efek penggunaan narkoba terhadap keluarga.

131
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
MODUL 5
PENYALAHGUNAAN ZAT: KARAKTERISTIK DAN
KONSEKUENSINYA

Jurnal

 Apakah Anda merasa terkejut dengan informasi


yang diberikan di pelatihan ini?
 Apakah Anda memiliki perbedaan pendapat
tentang adiksi sebagai sebuah penyakit kronis?
 Apakah setelah mengikuti pelatihan ini, ada
pemahaman Anda yang menjadi berubah?
 Bagaimana cara melawan stigma di lingkungan
masyarakat Anda?
 Apakah secara pribadi Anda berburuk sangka
pada mereka yang mengalami masalah adiksi?
4.2

132
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 5 Introduksi

 Apa karakteristik zat psikoaktif?


 Apa konsekuensi penggunaan zat?
 Bagaimana cara penggunaan zat dan adiksi
mempengaruhi keluarga pengguna?

5.3

133
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Modul 5 Objektif Pembelajaran

 Mendeskripsikan tiga karakteristik zat dari


setiap klasifikasi zat
 Mendiskusikan konsekuensi penggunaan zat
pada individu, keluarga, dan masyarakat
 Mendiskusikan penggunaan zat dalam
masyarakat
 Mendiskusikan efek penggunaan zat terhadap
keluarga

5.4

Permainan Harta Karun

 Bentuk 4 kelompok
 Pilih jenis klasifikasi zat
 Temukan “harta karun” yang tersebar di dalam
ruangan kelas ini
 Cocokkan “harta karun” tsb dengan klasifkasi
yang kelompok anda pilih. Jika berbeda
jangan diambil atau kembalikan lagi “harta
karun” tsb pada tempatnya
 Presentasikan hasil temuan kelompok Anda!

5.5

134
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Jurnal

 Apakah Anda merasa terkejut dengan


informasi yang Anda dengar di pelatihan ini?
 Apakah Anda memiliki perbedaan pendapat
tentang adiksi sebagai sebuah penyakit
kronis?
 Apakah pemahaman Anda akan suatu hal
menjadi berubah?
 Bagaimana cara melawan stigma di
lingkungan masyarakat Anda?
4.15

135
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Apa yang dimaksud dengan OBAT?

Dalam farmakologi:
Setiap bahan kimia yang mempengaruhi proses
biokimiawi atau fisiologik dalam jaringan tubuh
atau organisme

5.7

Apa yang dimaksud dengan OBAT?

Secara umum:
Zat yang digunakan untuk alasan non medis
(misal untuk bersenang-senang)

5.8

136
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Klasifikasi zat — Ikhtisar

 Stimulan—meningkatkan aktivitas SSP


 Depresan—menurunkan aktivitas SSP
 Opioid—menurunkan aktivitas SSP
 Halusinogen—menghasilkan satu spektrum
pengalaman sensori yang terdistorsi dan
nyata, serta mempengaruhi mood dan proses
berpikir

5.9

137
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Zat Psikoaktif

 Beberapa zat psikoaktif di bawah ini


kurang tepat digolongkan dalam klasifikasi
dasar, yaitu :
 Kanabis (marijuana dan hashish)
 Miraa (Khat)
 Inhalan (larutan, gas, nitrit)
 Anestesia disosiatif (PCP, ketamine)

5.10

Latihan: Karakteristik, Efek, dan


Konsekuensi Kesehatan

 Gambar pada kertas flipchart sosok orang


 Terangkan cara penggunaan zat, efek dan
efek samping, serta konsekuensi medis dari
zat yang masuk sesuai dengan golongan atau
kelasnya
 Berikan nama trend bagi zat yang dimaksud
 Pada gambar yang lain, minta mereka
menyebutkan gejala putus zat yang terjadi
(bila ada)
5.11

138
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Rehat
15 menit

5.12

139
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi penggunaan Zat

 Individu akan mengalami konsekuensi:


 Medis
 Legal
 Sosial
 Ekonomi

5.13

Perbedaan respon Fisiologik:


Perempuan

 Dibanding laki-laki, perempuan lebih


cenderung untuk:
 Terjadi masalah fisik terkait penggunaan zat
lebih awal
 Mudah meningkat menjadi adiksi dengan
cepat (telescoping effect)
 Lebih sensitif (lebih mudah mabuk)
 Faktor biologis; metabolisme – meningkatnya
tingkat alkohol dalam darah

Sumber: U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women.
5.14
TIP Series 51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: SAMSHA

140
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Perbedaan Respon Fisiologik :
Perempuan

 Banyak riset terkait penggunaan alkohol pada


perempuan telah dilakukan
 Riset terbaru mengatakan bahwa terdapat
kemiripan pola dari progresi masalah dengan
zat ilegal

Sumber: 1Hernandez-Avila, C. A., Rounsaville, B. J., & Kranzler, H. R. (2004). Opioid-, cannabis- and alcohol-dependent women
5.15
show more rapid progression to substance abuse treatment. Drug and Alcohol Dependence, 74(3), 265.

141
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Perbedaan Respon Fisiologik :
Perempuan

 Minim data penelitian, karena studi


kebanyakan dilakukan pada kaum laki-laki
 Ada kesenjangan bermakna dalam ranah
pengetahuan tentang efek fisiologik sepanjang
kehidupan perempuan

5.16

Efek terhadap Janin

 Lahir dengan adiksi


 Lahir prematur dan berat badan lahir rendah
 Perkembangan intelektual rendah dan
berdampak pada perilaku ke depannya

5.17

142
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Efek terhadap janin

 Paparan kokain dan marijuana: merusak


kemampuan atensi, bahasa dan belajar;
perilaku bermasalah
 Paparan methamphetamine: hambatan
pertumbuhan janin, menurunkan
kewaspadaan, gerakan janin buruk
 Paparan heroin: Janin terlahir adiksi; berat
badan lahir rendah – suatu faktor resko
penting dalam penundaan perkembangan

5.18

143
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Perbedaan Respon Fisiologi : Remaja

 Penggunaan zat lebih dini meningkatkan


resiko penggunaan dan adiksi lebih serius

5.19

Perbedaan respon Fisiologik: Remaja

 Anak muda lebih rentan mengalami masalah


fisik dan sosial terkait penggunaan zat

5.20

144
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Perbedaan Respon Fisiologik: Remaja

Blue represents maturing of brain areas

Blue represents maturing of brain areas

Copyright ©2004 US.National Academy of Sciences. Gogtay, N., Giedd, J. N., et al. (2004) Dynamic mapping of human cortical 5.21
development during childhood through early adulthood. Proceedings of the National Academy of Sciences, 101(21), 8174-8179

145
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Konsekuensi Penggunaan Zat

 Buatlah daftar dalam kertas anda mengenai


zat (legal, keluarga, sosial, atau ekonomi) :
 Langsung berefek pada individu
 Pengaruhnya terhadap keluarga, kawan, mitra
kerja, dan orang bermakna lainnya

5.22

Penggunaan Zat dalam Masyarakat

 Anda mungkin tau tentang narkoba dan


penggunaannya di dalam masyarakat sekitar,
lebih daripada yang saudara sadari
 Penggunaan zat pada semua lapisan
 Penggunaan zat tidak hanya terbatas
pada golongan sosial ekonomi rendah

Apakah zat yang paling sering


digunakan di lingkungan anda?
5.23

146
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Penggunaan Zat dan Demografi

 Tuliskan pada kertas plano:


 Zatyang biasa digunakan
 Rute masuknya zat
 Problema khusus

5.24

147
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
ISHOMA
60 menit

5.25

Sistem Keluarga: Definisi

 Sistem keluarga merupakan interaksi unik


dan relasi antar anggota keluarga satu
sama lain

5.26

148
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Elemen dalam Keluarga

 Hierarki
 Peran
 Peraturan—yang diucapkan dan yang tidak
diucapkan
 Pola perilaku
 Relasi saling mengunci

5.27

149
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga fungsional

 Berlangsung dengan saling cinta, kasih,


penghormatan, dan perhatian,
 Dicipta dan dipelihara dengan aturan
 Mencari keseimbangan :
 Ketrampilan untuk menyelesaikan masalah dan
membuat keputusan
 Setiap orang bekerjasama dan bekerja bersama-
sama
 Punya batas jelas dan nyata
5.28

Keluarga Fungsional

 Aturan, standar, dan pedoman konsisten; semua


orang tahu apa yang diharapkan
 Anggota yang dewasa akrab , berbagi kewenangan
dan saling mendukung
 Orangtua tunggal percaya diri dan menjalankan
tanggung jawabnya
 Anggota keluarga berbagi perasaan, negosiasi, dan
menyampaikan ketidak setujuan tanpa takut ditolak
atau kehilangan hubungan
 Anggota saling membagi kesempatan untuk tumbuh
5.29

150
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Keluarga Disfungsional

 Tidak mengakui adanya masalah


 Tidak membicarakan masalahnya
 Belajar tidak mengekspresikan emosi dan
kebutuhannya atau saling memperhatikan
 Belajar untuk menjadi survivors

5.30

151
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga Disfungsional

 Menjaga jarak dan kehilangan rasa saling


percaya
 Merasa kehilangan identitas diri
 Mengalami interupsi perkembangan emosi,
terutama anak dan remaja
 Fokus perhatian hampir semua tertuang pada
yang adiksi

5.31

Gangguan Penggunaan Zat dan


Sistem Keluarga

 Ketika terdapat anggota keluarga yang


memiliki masalah GPZ didalamnya, sistem
keluarga berubah karena semua elemen dan
fungsinya terkena imbasnya

5.32

152
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Peran Kodependensi

 Enabler
 Hero
 Scapegoat
 Mascot
 Lost child

5.33

153
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Enabler

 Melindungi sang pengguna dengan adiksi


zatnya
 Menjadikan alasan
 Mencoba membahagiakan setiap orang
 “Semua baik-baik saja disini”
 Didasari perasaan inadekuat, takut dan
ketidak berdayaan

5.34

Hero

 Membutakan diri atas masalah


 Mengupayakan diri agar berhasil, berbuat
baik, membantu keluarga
 Didasari perasaan takut, rasa bersalah, dan
malu

5.35

154
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Scapegoat

 Memberontak, berbuat onar, mengalihkan


perhatian
 Kadang terlihat sebagai masalah itu sendiri
 Didasari perasaan malu, bersalah dan hampa

5.36

155
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Mascot

 Menjadi penghibur
 Mengalihkan perhatian
 Membuat lelucon tak tepat, kadang melukai
perasaan
 Didasari perasaan memalukan, malu, marah
(embarrassment, shame, and anger)

5.37

Lost Child

 Anggota keluarga yang pendiam


 Berhati-hati agar tidak menimbulkan masalah
 Mencoba untuk tidak menjadi tumpuan
perhatian
 Didasari perasaan bersalah, kesepian,
diabaikan dan marah

5.38

156
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Apa yang terjadi pada keluarga ketika si
pengguna berhenti menggunakan?

 Stress dan kehilangan keamanan emosional


karena peran dan tanggung jawabnya hilang
tanpa memperhitungkan bahwa peran tersebut
destruktif
 Berkembang rasa tidak menentu karena
hilangnya peran dan perilaku anggota
keluarganya
 Anggota keluarga mungkin mempunyai kesulitan
menikmati kesenangan dalam hidup, malah
menderita
5.39

157
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga

5.40

158
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.1: Opioid (Narkotika)

Asal
Narkotika/opioid bersifat alami, semi-sintetik, atau sintetik yang merupakan derifat
dari opium poppy:
 Candu adalah getah setengah kering dari tumbuhan dan 100 persen alami.
 Dua alkaloida paling lazim (zat yang memiliki sifat psikoaktif) yang terdapat dalam
candu adalah morfin dan kodein.
 Morfin dan kodein dapat diisolasi dan diproses sebagai obat yang terpisah.
 Heroin adalah opioid yang semisintetik, maksudnya bahwa dia dapat disintesa
dari opium.
 Opioid-opioid semisintetik lain adalah hidrokodon, oksikodon, dan hidromorfon.
 Opioid-opioid sintetik tidak berasal dari candu alami tetapi diproduksi dan
mempunyai efek yang serupa.
 Metadon, fentanil, dan meperidina adalah opioid-opioid sintetik.
Heroin adalah opioid yang paling sering disalahgunakan.Walaupun heroin awalnya
dikembangkan untuk mendapatkan obat anti nyeri yang potensi adiktifnya kurang dari
morfin, tetapi ternyata menghasilkan efek 5 hingga 8 kali lebih kuat dari morfin dan
bekerja lebih cepat dan bahkan lebih adiktif.

Tampilan (bentuk)
Opium dan heroin secara umum dijual dalam bentuk gumpalan-gumpalan atau blok-
blok seperti aspal hitam atau coklat. Heroin sering kali dijual dalam bentuk bubuk
berwarna putih atau coklat.Morfin tersedia dalam bentuk cairan (untuk suntikan) atau
dalam bentuk tablet. Opioid-opioid sintetik tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul.
Metadon tersedia dalam bentuk tablet atau cairan.

Cara Penggunaan
Opioid-opioid dapat digunakan dengan beberapa cara:
 Opium/Candu adalah yang paling umum digunakan dengan dihisap (dirokok).
 Heroin dapat dihisap (dirokok), dihirup melalui hidung (baik sebagai bubuk atau
cairan dalam botol semprotan hidung), atau disuntikkan (kedalam otot atau melalui
vena).
 Opioid-opioid lain biasanya digunakan secara oral, biasanya dalam bentuk tablet.
 Ketika digunakan secara medis untuk menghilangkan rasa nyeri, beberapa opioid
digunakan melalui kapsul atau koyo lepas lambat (“slow release”). OxyContin,
suatu kapsul lepas lambat, telah menjadi masalah besar di beberapa wilayah di
Amerika Serikat. Orang-orang akan membuka kapsulnya, melarutkannya dalam
air, lalu disuntikkan. Koyo (bentuk tempelan), kadangkala disalahgunakan dengan
cara mengguntingnya, kemudian dibuka dan ditelan atau disuntikkan isinya.

159
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Berapa lama efek “high” opiat berlangsung tergantung pada jenisnya. Beberapa
opiat bersifat sebentar (short acting), dan ada juga yang bertahan lama (long acting).
Efek heroin biasanya berlangsung selama 3 sampai 4 jam.

Penggunaan Medik
Penggunaan medik yang utama adalah untuk mengobati rasa nyeri. Opiat juga
digunakan untuk mengobati diare yang berat dan sebagai obat batuk.

Efek”Yang diinginkan”
 Menghilangkan rasa nyeri.

 Menumpulkan emosi

 Euforia, yang diikuti oleh rasa sejahtera

 Mengantuk atau menenangkan

 Keadaan terjaga dan keadaan mengantuk yang saling bergantian

 Mengimpikan sesuatu

Efek Samping
 Mual dan muntah

 Kebingungan

 Pernafasan melambat

 Sembelit

 Penglihatan ganda atau kabur

 Pupil mengecil

 Pusing, pingsan, rasa mengambang, dan kepala ringan

 Gerakan-gerakan otot yang tidak terkoordinasi, otot-otot kaku

 Ruam, gatal, dan bintik bintik merah pada kulit

 Wajah memerah

 Mulut kering

 Lemah

 Agitasi

 Sakit kepala

 Nafsu makan berkurang

 Hilang daya ingat

160
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis
 Infeksi/peradangan lapisan dan katup-katup jantung.
 Penyakit Liver atau ginjal.
 Komplikasi –komplikasi pada paru, termasuk infeksi paru seperti pneumonia,
akibat kesehatan pecandu yang buruk dan efek depresi sistem pernafasan
 Komplikasi-komplikasi saluran pencernaan akibat konstipasi/sembelit kronis
 Konsekuensi-konsekuensi yang secara langsung akibat menyuntik, timbulnya
bisul-bisul dan kolapsnya pembuluh darah vena
 Abortus spontan
Bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita yang menjadi pecandu opioid biasanya
lahir dengan berat badan kurang, dan/atau langsung mengalami gejala putus zat,
dengan gejala-gejala yang berlangsung 5 sampai 8 minggu. Tidak layaknya orang
dewasa, bayi bisa meninggal karena efek putus zat opioid.

Overdosis adalah risiko utama penyalahgunaan opiate.Gejala-gejala dan tanda-tanda


overdosis opiate adalah sebagai berikut:
 Kulit dingin dan lembab
 Otot-otot lemah, terkulai
 Cairan dalam paru
 Tekanan darah sangat rendah dan denyut jantung melambat
 Pupil membesar atau dilatasi
 Stupor
 Koma
 Pernafasan lambat dan sulit bernafas
 Kuku jari tangan dan bibir berwarna biru karena darah kekurangan oksigen
 Otot kram atau tegang
Overdosis akan lebih parah lagi bilamana penggunaan opioid dikombinasikan dengan
depresan lain seperti alcohol misalnya. Sindrom Sarak.

Sindroma Putus zat


Sebagai tambahan terhadap rasa nagih yang timbul/craving, gejala putus zat opioid
termasuk:

 Kegelisahan
 Nyeri hebat pada otot, sendi dan tulang
 Kram atau kontraksi otot

161
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
 Berkeringat dan hidung berair
 Denyut nadi cepat
 Batuk, menguap
 Pupil melebar
 Insomnia
 Diare dan muntah
 Demam dan rasa dingin dengan menggigil berat serta buluroma berdiri
 Gerakan-gerakan menendang
Gejala-gejala dapat mulai sejak beberapa jam setelah penggunaan opiat terakhir.
Gejala putus zat utama mencapai puncaknya 48 hingga 72 jam setelah dosis terakhir,
dan biasanya mereda setelah seminggu. Beberapa individu dapat mengalami
gejala putus zat yang menetap/persisten hingga beberapa bulan. Gejala putus zat
akibat opiat biasanya secara medis tidaklah berbahaya pada orang dewasa (kecuali
bila kesehatannya memang kurang baik), tetapi rasa nyerinya luar biasa. Karana itu
manajemen gejala putus zat secara medis dengan menggunakan obat-obatan untuk
mengendalikan gejala-gejala lebih berhasil dibandingkan dengan cara langsung
putus seketika (“pasang badan”).

162
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.2: Stimulan

Asal
Derivat dari zat stimulan, baik yang alami maupun sintetis:
 Alkaloida kokain ditemukan dalam daun-daun semak tumbuhan koka, yang
tumbuh terutama di pegunungan Andes di Peru.
 Amfetamin diproduksi secara komersil; termasuk di antaranya Adderall, Dexedrine
dan Biphetamine. Meskipun tidak terlalu kuat, amfetamin (yang juga obat-
obatan) memiliki efek yang mirip dan disalahgunakan untuk tujuan tertentu:
methylphenidate (Ritalin), fenfluramine, pemoline, and phentermine.
 Metamfetamin juga zat sintetis. Diproduksi secara komersil (Desoxyn), tetapi
 biasanya disintesis di laboratorium klandestin. Sabu-sabu termasuk turunan dari
kelompok metamfetamin.
 MDMA (3, 4 methylenedioxymethamphetamine), dikenal dengan istilah
ekstasi, adalah zat psikoaktif sintetis yang secara kimiwai menyerupai stimulant
metamfetamin dan halusinogen meskalin, namun secara umum diklasifikasikan
dalam golongan stimulan.

Tampilan (bentuk) dari Stimulan


Bentuk komersil dari amfetamin terdapat dalam bentuk kapsul atau tablet. Kokain
biasanya berupa bubuk berwarna putih, tetapi dapat diproses menjadi “kokain
crack” (suatu campuran cocaine, air, dan soda kue yang diproses menjadi pasta dan
dikeringkan); campuran yang keras ini kemudian dipecah menjadi “rocks” (bentuk
bongkahan batu), yang biasanya dihisap (dirokok). Metafetamin biasanya berupa
tepung atau gumpalan kristal berwarna putih kekuningan, tidak berbau, dan rasanya
pahit, dalam bentuk bubuk kristal atau potongan.
Cara Penggunaan Stimulan

Stimulan dapat digunakan dengan cara:


 Oral
 Disedot melalui hidung setelah tabletnya dihancurkan / dihaluskan
 Dihisap (dirokok)
 Disuntikkan setelah tabletnya dilarutkan dalam air
Efek amfetamin umumnya terasa 4 sampai 6 jam.
Kokain digunakan dengan cara:
 Disedot melalui hidung (bentuk bubuk)
 Dihisap (dirokok)
 Disuntikkan

163
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Kokain adalah narkotika yang bersifat kerja cepat (short acting), dimana diserap lebih
cepat, yang berarti masa kerjanya lebih pendek. Efek mabuk kokain yang digunakan
dengan cara dihirup melalui hidung dapat berlangsung 15 hingga 30 menit, tetapi rasa
mabuk dengan cara dihisap (dirokok) hanya berlangsung selama 5 sampai 10 menit.
Untuk mempertahankan rasa mabuk itu, seorang pengguna harus menambah dosis.
Karena inilah kemudian terjadi penyalahgunaan yang berlebihan – menggunakan
berulang kali dalam tempo relatif singkat, dengan dosis yang semakin meningkat.
Metafetamin digunakan dengan cara:
 Oral (jarang)

 Dihisap

 Menghisap lewat hidung

 Menyuntik
Efek metafetamin biasanya berlangsung selama 4 sampai 6 jam. Jika dihisap (dirokok)
efeknya dapat berlangsung selama 8 jam atau lebih.
Ekstasi digunakan dengan cara oral

Penggunaan Medis dari Stimulan


Amfetamin banyak digunakan untuk terapi Narcolepsy (episode-episode tidur tidak
dibawah control dan terjadi tiba-tiba), obesitas, gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif / ADHD.
Kokain merupakan anestetik topical, kadangkala digunakan untuk mengebalkan
rongga hidung ketika memasukkan selang pernafasan, membaalkan mata atau
tenggorokan selama operasi bedah, dan untuk menghilangkan rasa nyeri borok kronis.
Metafetamin telah digunakan untuk terapi ADHD dan obesitas.
Tidak ada penggunaan medis untuk ekstasi.

Efek “Yang diinginkan” dari Stimulan


 Euforia
 Meningkatnya energi dan daya tahan
 Berbicara lancer
 Meningkatnya kesiagaan mental
 Merasa bahagia dan bertenaga
 Lepasnya hambatan sosial
 Perasaan kepintaran, kemampuan, dan kuasa yang tak realistis
 Meningkatnya sensasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan
 Meningkatnya gairah seksual dan kemampuan (pada dosis rendah)

164
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Untuk efek ekstasi:
 Perasaan kehangatan emosional yang meningkat, meningkatnya empati terhadap
diri dan orang lain.

 Penyimpangan persepsi waktu

 Meningkatnya sensasi

 Penyimpangan dan halusinasi visual

Efek Samping dari Stimulan


 Pupil mata membesar (dilatasi)

 Meningkatnya suhu badan, denyut jantung dan tekanan darah

 Sakit kepala

 Kesulitan untuk tidur (insomnia) dan gelisah

 Mudah cemas dan mudah tersinggung

 Sakit perut dan mual

 Selera makan berkurang dan kehilangan berat badan

 Meningkatnya agresi dan kekerasan

 “Formukasi”: sensasi-sensasi di kulit merasa seperti ada kutu merayap

 Menurunnya respons seksual (pada dosis tinggi)

 Halusinasi (paranoid)

Dihirup melalui intranasal:


 Berkurangnya indera penciuman

 Mimisan kronis

 Masalah dalam menelan

 Hidung meler kronis

Dari merokok:
 Haus
 Batuk
 Serak

165
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi Medis yang dapat terjadi karena penggunaan kronis
 Keadaan darurat Kardiovaskular dan Cerebrovaskular akut, seperti serangan
jantung, atau stroke, yang dapat menyebabkan mati mendadak.

 Suatu status psikosis penggunaan utuh (full blown) yang bersifat sementara.

 Kebusukan gigi parah sebagai hasil mulut kering dan efek keasaman kokain yang
menetes kemulut dari hidung akibat hisapan melalui hidung.

 Pembusukan usus parah sebagai hasil berkurangnya aliran darah.

 Reaksi alergi yang parah karena menyuntikkan kokain.

 Komplikasi pernafasan serius, termasuk radang paru, perdarahan, dan kegagalan


pernafasan akibat menghisap kokain.

 Kudisan pada wajah dan tubuh karena sering digaruk sehingga terjadi infeksi.

 Kehilangan Berat badan dan malnutrisi ekstrim

 Stroke

 Infeksi Jantung.

 Penyakit paru

 Ginjal rusak

 Liver rusak

 Ketika digunakan oleh wanita yang hamil,risiko yang terjadi :

• Terlepasnya placenta/ari-ari dan perdarahan.

• Kelahiran prematur

• Kecacatan kelahiran, termasuk cacat jantung, pembelahan langit-langit mulut,


kaki tak berjari.

• Perdarahan otak janin dan stroke.

 Resiko Overdosis:

• Kejang-kejang

• Suhu tubuh meningkat sangat tinggi.

• Stroke

• Gangguan Jantung.
Penyalahgunaan amfetamin kronis akan mengubah fungsi otak secara signifikan.
Penelitian citra otak memperlihatkan adanya perubahan-perubahan aktifitas otak
yang terkait dengan berkurangnya kinerja motorik dan hendaya fungsi pembelajaran

166
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
verbal. Perubahan parah terjadi baik secara struktural maupun fungsional di berbagai
derah otak yang terkait dengan fungsi emosi dan memori/daya ingat.

Beberapa perubahan yang terjadi di otak bertahan untuk waktu lama setelah
penyalahgunaan amfetamin dihentikan dan beberapa bagian terjadi perbaikan setelah
abstinensia yang konsisten selama waktu 2 tahun.

Ekstasi memiliki resiko medis tersendiri, yaitu:

 Dehidrasi berat (terutama ketika dicampur dengan alkohol), heatstroke, otot rusak,
dan gagal ginjal
 Kejang-kejang
 Dalam dosis tinggi, dapat menghalangi kemampuan tubuh untuk mengatur
temperatur
 Kadangkala, walaupun jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi, dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh sedemikian tinggi sehingga dapat menyebabkan gagal
ginjal, liver, jantung, dan kematian.
 Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah yang dapat menyebabkan
masalah kardiovaskuler yang serius pada orang yang peka.
 Dapat mengganggu metabolism zat dalam tubuh (gangguan penguraian di dalam
tubuh),sehingga jumlah zat akan mencapai jumlah yang membahayaka bilamana
terjadi penambahan penggunaan MDMA dalam waktu singkat.
 Riset yang dilakukan pada hewan primata (mis.monyet), menunjukkan bahwa
MDMA dapat berbahaya pada otak. Bila otak terpapar MDMA selama hanya 4
hari menimbulkan kerusakan terminal-terminal syaraf serotonin yang masih tetap
terlihat hingga 6 hingga 7 tahun kemudian.

Sindroma Putus Zat dari Stimulan


Gejala-gejala putus zat biasanya tergantung pada dosis, lama dan frekuensi
penggunaan. Pola gejala putus zat yang khas adalah sebagai berikut.
Terjadi segera setelah penggunaan berlebihan

 Hilangnya enerji dan motivasi yang ekstrim dan kebutuhan tidur.


 Depresi

Beberapa hari setelah berhenti


 Gejala-gejala berkurang
 Tenaga mulai pulih

Mulai dalam 5 sampai 7 hari setelah berhenti dan berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan.
 Nagih berat
 Tenaga berkurang kembali

167
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
 Anhedonia (tidak adanya rasa senang)
 Depresi meningkat
 Hilangnya motivasi dan inisiatif
 Mimpi-mimpi yang hidup, tidak menyenangkan
 Insomnia
 Agitasi psikomotor
 Nafsu makan meningkat

168
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.3: Depresan

Asal
Kategori dari depresan mencakup barbiturate (contoh: Nembutal, phenobarbital,
seconal), benzodiazepin (contoh: Valium, Xanax, rohypnol), methaqualone (contoh:
Quaalude, Sopor), Gamma-hydroxybutyrate (GHB), dan alkohol.
Barbiturat biasanya digunakan untuk terapi masalah anxietas, insomnia dan gangguan
kejang, namun saat ini sudah jarang digunakan untuk tujuan tersebut, dimana metode
medikasi terbaru telah menggantikan peran mereka. Methaqualone juga digunakan
untuk terapi insomnia, yang juga sudah jarang digunakan saat ini.
Secara kimiawi disintesis sebagai alternatif barbiturate , benzodiazepine ternyata
lebih efektif dalam mengobati anxietas dibanding barbiturate dan efek mengantuk
yang ditimbulkannya tidak berlebihan.Benzodiazepin ternyata juga memiliki potensi
adiktif yang lebih rendah.Ada lebih kurang 30 jenis benzodiazepine.Yang paling
banyak digunakan adalah alprazolam (Xanax, Calmlet), chlordiazepoxide (Librium),
clorazepate (Tranxene), diazepam (Valium), oxazepam (Serax), dan clonazepam
(Klonopin). Flunitrazepam (Rohypnol) dan GHB sering dikaitkan dengan serangan,
kekerasan fisik dan kekerasan seksual di Amerika Serikat.
GHB merupakan obat bagi para disainer

Tampilan (bentuk) dari Depresan


Tablet dan kapsul dalam ukuran, bentuk dan warna yang bervariasi. GHB dapat
diproduksi secara jelas dalam bentuk cairan bubuk, putih, tablet, dan kapsul.

Cara Penggunaan dari Depresan


Secara oral

Penggunaan Medis dari Depresan


Barbiturat kadang-kadang digunakan sebagai tambahan pada anestesi umum dan
pada kasus tertentu dari gangguan kejang. Benzodiazepin digunakan untuk:

 Untuk terapi anxietas, reaksi stress akut, serangan panik, dan gangguan tidur

 Terapi kejang

 Pelemas otot

 Dalam manajemen terapi putus zat akibat alkohol.

 Untuk penenang sebelum operasi

169
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Efek “yang diinginkan” dari Depresan
 Relaksasi
 Menurunnya anxietas
 Menurunnya hambatan (inhibisi)
 Rasa sejahtera
 Euforia sedang

Efek Samping dari Depresan


 Konsentrasi buruk
 Kelemahan otot
 Koordinasi kurang
 Bicara cadel
 Pening
 Refleks lambat
 Mual dan muntah
 Gangguan penilaian
 Kebingungan mental
 Hilang ingatan
 Emosi tumpul

Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis


 Dapat menyebabkan atau memperberat depresi.
 Depresi pernafasan dapat terjadi bila digunakan dalam dosis besar atau jika
dikombinasi dengan zat depresan lain, terutama alkohol.
 Mereka yang menggunakan benzodiazepine dalam dosisi tinggi biasanya
merasakan efek paradox; efek ini mencakup perilaku agresif, agitasi, dan kurangnya
penghambatan, dibanding sedasi yang khas dan efek anti-kecemasan
Benzodiazepine kadangkala menjadi zat utama yang disalahgunakan. Namun
demikian biasanya disalahgunakan bersama dengan obat lain untuk mendapatkan
efek yang diinginkan atau melawan efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh:

 Benzodiazepin mempunyai efek yang mirip dengan alkohol dan biasanya digunakan
bilamana mereka minum alkohol untuk memperkuat efeknya. Kombinasi ini sangat
berbahaya karena resiko mematikan akibat depresi perenafasan akan meningkat.

170
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Orang-orang yang menyalahgunakan stimulan sering kali menggunakan
benzodiazepin untuk meredakan”slow down” kelebihan stimulasi, atau untuk
dapat tidur setelah menggunakan stimulan dalam jumlah besar. Kombinasi ini
menyebabkan spasme otot pembuluh darah koroner jantung yang dapat merusak
jantung.
 Pecandu heroin seringkali menggunakan benzodiazepin untuk mengurangi gejala
putus zat, bilamana mereka tidak mendapatkan heroin.

Sindroma Putus Zat


Putus zat benzodiazepin sangat berbahaya secara medis dan sulit untuk dikendalikan,
karena zat ini cenderung tinggal lebih lama dalam jaringan tubuh. Ada benzodiazepin
yang relatif “short acting” dan “long acting” dan waktu untuk timbulnya gejala putus
zat sangat bervariasi tergantung zat mana yang digunakan. Gejala putus zat dapat
mulai timbul 1 hari untuk zat yang “short acting” tetapi dapat mencapai 5 hari untuk
zat yang “long acting”. Gejala-gejala cenderung berlangsung 7 sampai 20 hari untuk
yang “short acting” dan mencapai lebih dari 28 hari untuk zat yang “long acting”.
Gejala-gejalanya adalah :

 Nagih (craving)
 Sakit kepala
 Tremor dan otot bergetar (kedutan-kedutan)
 Mual dan muntah
 Anxietas
 Kegelisahan
 Menguap
 Denyut jantug cepat dan tekanan darah naik
 Kram otot
 Masalah tidur
 Halusinasi
 Kejang-kejang yang dapat berakibat fatal
Gejala-gejala terburuk terjadi ketika obat dihentikan dengan tiba-tiba. Benzodiazepin
harus diturunkan bertahap dalam waktu tertentu (dapat hingga 1 bulan) untuk
menghindari beratnya masalah.

171
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.4: Halusinogen

Asal
Peyote adalah kaktus yang tidak berduri dengan tonjolan-tonjolan kecil yang disebut
tombol-tombol yang mengandung zat psikoaktif.Mescaline adalah zat psikedelik
aktif utama dalam peyote (dan dalam varietas kaktus lainnya). Mescaline juga dapat
disintesis secara kimiawi di laboratorium. Peyote adalah satu dari tumbuhan-tumbuhan
psikedelik tertua yang dikenal.
Jamur Psilocybin adalah jamur yang mengandung senyawa psilocybin psikoaktif dan
psilocin.
LSD (d-lysergic acid diethylamide) diproduksi dari lysergic acid, yang terdapat dalam
ergot, sejenis fungus yang tumbuh pada gandum hitam dan biji-bijian lain.

Tampilan (bentuk) dari Halusinogen


Peyote: tombol-tombol kecil bewarna biru keabuan.
Mescaline: Biasanya berwarna berupa bubuk putih atau coklat dalam kapsul.
Diproduksi dalam bentuk cairan, untuk kemudian dikonversi menjadi berbagai
bentuk; Tablet atau kapsul dalam berbagai ukuran, bentuk dan warna; Cairan di kertas
pengering tinta/ blotter paper; dan Bubuk.

Cara penggunaan dari Halusinogen


 Tombol-tombol Peyote kecil dapat dikunyah atau diproses menjadi teh.
 Mescaline ditelan dalam bentuk kapsul.
 LSD digunakan dengan cara oral.
Efek psikoaktif peyote dan mescaline mulai dalam waktu 1 jam dan berlangsung
hingga 12 jam.

Penggunaan medis dari Halusinogen


Tidak ada.

Efek “Yang diinginkan” dari Halusinogen


Efeknya bervariasi luas berdasarkan dosis, tempat pemakaian, dan harapan pengguna
serta kepribadian pengguna.

 Meningkatnya penghayatan sensoris(mis.,warna-warna lebih terang,bayangan


visual lebih tajam, pendengaran lebih jelas,pengecapan luar biasa)
 Gambaran mental lebih hidup dan persepsi mengalami distorsi.
 Persepsi ruang dan waktu berubah.
 Sukacita, kegembiraan

172
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Sensasi tubuh yang berubah (perasaan seperti ada yang menekan atau perasaan
tanpa bobot).
 Hilangnya rasa realitas; membaurnya penghayatan masa lalu dan masa kini.
 Keasyikan dengan pemikiran, pengalaman-pengalaman, atau object-objek yang
remeh.
 Intensitas perasaan
 Perubahan pola waktu dan perasaan diri
 “Synesthesia”: Pengalaman-pengalaman yang kelihatannya “melintas” sensasi
yang berbeda , membuat pengguna dapat merasakan atau mendengar warna-
warna dan melihat suara-suara/bunyi
 Mengimpi
 Introspeksi
 Halusinasi-halusinasi.

Efek Samping dari Halusinogen


 Rasa mual yang kuat, dan muntah (paling sering)
 Menekan selera.
 Suhu tubuh meningkat dan berkeringat
 Rasa Dingin dan menggigil
 Reaksi yang sangat merugikan (“bad trip”), termasuk halusinasi-halusinasi
menakutkan, kebingungan, disorentasi, paranoia, agitasi, depresi, panik, dan/atau
teror
 Sulit memusatkan perhatian, mempertahankan perhatian, berkonsentrasi dan
berpikir.
 Pupil melebar
 Suhu tubuh meningkat
 Denyut jantung dan tekanan darah meningkat
 Berkeringat
 Hilangnya selera
 Sulit tidur
 Mulut kering
 Tremor/Gemetaran
 Kesulitan dalam fokus, mempertahankan perhatian, konsentrasi dan berpikir.

173
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi Medis Yang Mungkin Akibat Penggunaan Kronis
 Reaksi-reaksi yang merugikan (“bad trip”), termasuk halusinasi-halusinasi
menakutkan, kebingungan,disorentasi, paranoia, agitasi, depresi, panik, dan/atau
teror.
 Hendaya penalaran dan hilangnya kemampuan penilaian yang mendorong ke
arah perilaku sangat berbahaya.
 Memperburuk gejala-gejala dari gangguan jiwa yang ada atau menyebabkan
munculnya gejala psikosis lebih awal pada orang yang peka.
 Kilas balik (flashback), atau kambuhnya aspek tertentu dari pengalaman penggunaan
narkoba. Kilas balik terjadi tiba-tiba, seringkali tanpa sinyal peringatan, dan dapat
terjadi dalam beberapa hari atau lebih dari satu tahun setelah penggunaan LSD.
Pada beberapa individu, kilas balik dapat menetap dan menyebabkan rasa stres
atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan; suatu kondisi yang dikenal
dengan istilah “hallucinogen-induce persisting perceptual disorder”.
 Kemungkinan terjadinya keadaan psikosis berkepanjangan mirip skizofrenia
paranoid pada individu yang rentan.

Sindroma Putus zat


Tidak ada.

174
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.5: Dissociative Anesthetics

Asal
Dissociative anesthetics termasuk phencyclidine (PCP) dan ketamin. Kedua-duanya
sintetis.

Tampilan (bentuk) dari Dissociative Anesthetics


PCP: berupa bubuk kristal putih; seringkali diproses menjadi cairan, tablet atau kapsul.
Ketamin: diproduksi dalam bentuk cairan; biasanya di evaporasi menjadi bentuk
bubuk untuk penggunaan ilegal.

Cara Penggunaan dari Dissociative Anesthetics


 Oral
 Dipercikkan pada ganja dan dihisap (dirokok)
 Dihisap melalui hidung

Penggunaan Medis dari Dissociative Anesthetics


PCP and ketamin telah digunakan sebagai anastesi dalam dunia kedokteran hewan.
Ketamin digunakan pada manusia sebagai obat dalam beberapa kasus. PCP tidak
pernah disetujui untuk digunakan pada manusia karena efek sampingnya yang
berbahaya.

Efek “Yang diinginkan” dari Dissociative Anesthetics


 Suatu “dissociative drug,” artinya mendistorsi persepsi penglihatan dan suara dan
menghasilkan perasan-perasaan pemisahan diri (dissociation) dari lingkungan dan
diri sendiri.
 Perasaan-perasaan kekuatan dan bertenaga
 Relaksasi
 Euforia ringan

Efek Samping dari Dissociative Anesthetics


 Gangguan-gangguan mood/suasana hati: anxietas dan depresi
 Nafas dangkal dan frekuensi pernafasan meningkat
 Muka merah
 Berkeringat
 Mati rasa (kebas) di ekstrimitas-ekstrimitas
 Mual dan muntah
 Hilangnya koordinasi
 Respon terhadap nyeri menurun
 Penglihatan kabur
175
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
 Delirium (halusinasi atau disorientasi)
 Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah
 Gangguan fungsi motoric
 Kebas (numbness)
 Depresi
 Pening
 Amarah, agresi, kekerasan

Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis


 Kejang-kejang.
 PCP menyebabkan gejala-gejalaserupa skizofrenia, seperti waham,
halusinasi,paranoia, gangguan pikiran,dan perasaan jauh dari lingkungannya.
 Karena PCP mempunyai efek depresan, interaksi dengan depresan-depresan lain,
seperti alkohol dan benzodiazepin, dapat menjurus kepada depresi pernafasan
dan koma.
 Orang-orang yang sudah menyalah-gunakan PCP untuk periode lama melaporkan
terjadinya kehilangan memori, kesulitan berbicara dan berpikir, depresi, dan berat
badan berkurang.Gejala-gejala ini menetap hingga 1 tahun setelah berhenti
menyalahgunakan PCP.
 Itu dapat menyebabkan depresi berat, pemikiran bunuh diri dan upaya bunuh diri.
 Luka-luka akibat kecelakaan dan perkelahian-perkelahian sering terjadi.

Sindrom Putus Zat


 Tidak diketahui

176
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.6: Inhalansia

Asal
Inhalasia secara umum dapat dimasukkan kedalam 4 kategori berikut:
Pelarut volatil (volatile solvent): Cairan yang mudah menguap dalam suhu kamar:

 Produk-produk industri atau rumah tangga, termasuk tinner cat atau penghapus
cat, cairan pembersih baju (dry-cleaning), bensin,dan cairan korek api
 Cairan pelarut untuk melukis atau alat kantor, termasuk cairan koreksi,cairan
penanda, pembersih kontak elektronik, dan lem.

Aerosol: Semprotan yang berisi propelan (bahan pembakar) dan bahan pelarut:
 Propelan aerosol rumah tangga dalam materi seperti cat semprotan, semprotan
rambut atau semprotan deodoran, semprotan pelindung kain, produk aerosol
pembersih komputer, dan semprotan minyak sayur.

Gas: Terdapat di rumah tangga atau produk-produk komersial dan yang digunakan
sebagai anestetik medik:
 Produk-produk rumah tangga atau komersial, termasuk geretan butane dan
tangki propan, whipped cream aerosols or dispensers(whippets), dan gas bahan
pendingin
 Anesthetik medis, seperti eter, cloroform, halotana, dan nitro oxida

Nitrit-nitrit-: Golongan khusus inhalan yang digunakan terutama untuk memperkuat


daya seksual:

 Nitrit-nitrit organik adalah zat mudah menguap termasuk cyclohexyl,butyl, dan


amyl nitrit, biasanya dikenal sebagai “poppers”.

Tampilan dari Inhalansia


Bervariasi.

Cara Penggunaan dari Inhalansia


Dihisap dengan berbagai cara :

 Menghirup uap-uap secara langsung dari kontainer


 Menyemprotkan aerosol langsung ke dalam hidung atau mulut
 Menempatkan sebuah kain yangtelah direndam inhalansia ke dalam mulut
 Dihisap melalui hidung uap-uap dari balon atau kantong plastik atau kertas berisi
inhalansia
Intoksikasi yang dihasilkan oleh inhalansia biasanya berlangsung hanya beberapa
beberapa menit. Para pemakai sering kali mencoba untuk meningkatkan “high”
dengan melanjutkan untuk menghisap berulang-kali lebih beberapa jam.

177
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Penggunaan Medis dari Inhalansia
Hampir tidak ada, walaupun:
 Amyl Nitrit masih digunakan dalam prosedur-prosedur diagnostik medis yang
tertentu.
 Nitrous oxide digunakan sebagai anestetik, terutama untuk prosedur-prosedur
terapi gigi.

Efek “Yang diinginkan” dari Inhalansia


 Euforia
 Mabok
 Inhibisi berkurang
 Halusinasi

Efek samping dari Inhalansia


 Sakit kepala
 Kebingungan
 Mual dan muntah
 Keadaan mengantuk
 Cadel
 Kurangnya koordinasi

Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Kronis


 Hilangnya kemampuan mendengar (Cat semprot,lem,de-waxers, zat kimia dry
cleaning, cairan pembersih).
 Neuropathi perifer atau spasme kaki (lem,bensin,Whipped cream dispensers, gas
cylinders}
 Kerusakan susunan syaraf pusat atau kerusakan otak (cat semprot, lem, de-waxers)
 Kerusakan sumsum tulang (bensin)
 Kerusakan liver dan ginjal (cairan koreksi, cairan dry-cleaning)
 Kekurangan oksigen darah (varnish removers,paint thinners)
Penyalahgunaan inhalansia jangka panjang dapat merusak selaput myelin syaraf,
suatu jaringan lemak yang menyelubungi dan melindungi serabut syaraf. Kerusakan
myelin dapat menjurus kepada spasme otot dan tremor atau kesulitan permanen untu
aktifitas-aktifitas dasar seperti berjalan, menekuk sendi, dan berbicara. Menghirup
sejumlah besar zat kimia dengan konsentrasi tinggi yang terdapat dalam solvents,
butane, propane, atausemprotan aerosol dapat secara langsung menyebabkan gagal
fungsi liver dan kematian dalam beberapa menit sesi penghisapan inhalan berulang
kali, bahkan satu sesi pun bisa berbahaya walaupun dilakukan oleh anak muda

178
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
yang sehat. Inhalansia konsentrasi tinggi dapat juga menyebabkan kematian akibat
tercekik karena bersifat memindahkan oksigen dalam paru, menyebabkan pengguna
kehilangan kesadaran dan pernafasan berhenti. Kesengajaan menghisap inhalan dari
kantong kertas atau plastik dalam area tertutup dapat memperbesar risiko mati lemas.

Sindroma Putus Zat


Tidak ada.

179
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.7: Mariyuana dan Hasis

Asal
Alami; derivat dari tanaman Cannabis sativa.

Tampilan (bentuk) dari Mariyuana dan Hasis


Marijuana: Kering, campuran cabikan-cabikan berwarna coklat dan hijau dari
bunga,batang, biji , dan daun-daun.
Hasis: Damar lengket dari ganja yang kental. Dapat dipadatkan menjadi batangan-
batangan atau dikentalkan menjadi minyak.

Cara penggunaan dari Mariyuana dan Hasis


 Dihisap (dengan pipa atau digulung kedalam kertas sigaret atau cerutu). Minyak
hasis diteteskan pada ganja kering untuk meningkatkan potensi. Efek dengan cara
dihisap dirasakan dalam beberapa menit dan umumnya hilang dalam 2 hingga 3
jam.
 Oral (dicampur dengan makanan atau dimasak menjadi teh). Ketika zat
dimakan,efeknya tidak muncul dalam 30 sampai 60 menit tetapi dapat bertahan
sampai dengan 6 jam.

Penggunaan Medis dari Mariyuana dan Hasis


Di beberapa negara-negara, Marinol (berbentuk tablet) atau merokok ganja biasanya
digunakan untuk mengobati glaukoma, karena dia mengurangi tekanan di dalam mata.
Juga digunakan untuk mengurangi rasa mual pada pasien yang menjalani kemoterapi
dan untuk meningkatkan nafsu makan pasien-pasien AIDS.

Efek-Efek “Yang diinginkan” dari Mariyuana dan Hasis


 Relaksasi fisik, ketengan
 Meningkatkan mood
 Meningkatkan empati bagi orang lain.
 Meningkatkan sugestibilitas.
 Meningkatkan kebaruan; bahkan hal-hal biasa kelihatannya menarik.
 Mabuk.
 Merubah persepsi sensorik dan persepsi waktu.
 Fenomena “Trailing” (melihat bayangan benda yang bergerak).
 Meningkatkan nafsu makan.

Efek Samping dari Mariyuana dan Hasis


 Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
 Mata merah (akibat aliran darah yang meningkat di selaput mukosa mata).
180
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
 Berkurangnya koordinasi otot.
 Persepsi kedalaman lemah dan lemahnya tracking(kemampuan mengikuti objek
yang bergerak).
 Iritasi paru dan batuk.
 Kesukaran berpikir dan memecahkan permasalahan.
 Reaksi-reaksi panik (debaran jantung, kecemasan dan takut yang ekstrim,keringatan,
kepeningan).

Konsekuensi Medis Yang Mungkin Akibat Penggunaan Kronis


 Masalah pernafasan (paling parah; mereka yang juga merokok), termasuk:
• Batuk dan bronkitis kronis.
• Rusaknya jaringan paru.
• Produksi lender yang meningkat dan kurangnya kemampuan mengeluarkannya.
• Seringnya mengalami penyakit yang berhubung dengan pernapasan.
 Menurunnya fungsi kognitif/intelektual
 Perkembangan emosional yang tertunda
 Berkurangnya fungsi sistem kekebalan tubuh menjurus kepada kepekaan yang
meningkat terhadap infeksi virus dan bakteri dan mempercepat progresi HIV dan
AIDS
 Masalah daya ingat jangka pendek dan masalah belajar yang dapat berlangsung
selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah penggunaan terakhir.
 Pada dosis tinggi, pada individu yang peka dapat menimbulkan reaksi psikotik.
 Penggunaan jangka panjang dapat menjurus kepada “amotivational sindrom”,
yaitu berkurangnya energi dan kemampuan untuk berkonsentrasi, berkurangnya
keinginan untuk bekerja,berkurangnya minat untuk aktifitas social dan aktifitas
lainnya.

Sindroma Putus Zat dari Mariyuana dan Hasis


Sebagai tambahan terhadap rasa nagih (craving), para pemakai ganja jangka
panjang dilaporkan:

 Mudah marah
 Sullit tidur
 Nafsu makan berkurang
Gejala-gejala mulai dalam waktu sekitar 1 hari setelah abstinens, mencapai puncak
pada 2 sampai 3 hari, dan mereda dalam 1 atau 2 minggu.
Putus ganja (withdrawal) ganja tidaklah berbahaya secara fisik dan tidak memerlukan
terapi.

181
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.8: Miraa (Khat)

Asal
Miraa adalah tanaman yang mengandung cathione dan cathine, zat kimiawi aktif
yang dapat mengubah mood/alam perasaan pengguna.

Tampilan (bentuk) dari Miraa (Khat)


Miraa/Khat (Catha edulis Forsk, Celastraceae family) adalah daun semak belukar
hijau yang rindang yang dapat tumbuh seukuran pohon.

Cara Penggunaan dari Miraa (Khat)


 Daun-daun segar dan ranting yang lembut dikunyah.
 Lebih jarang, diambil sebagai bahan the atau dihisap.

Penggunaan Medis dari Miraa (Khat)


Tidak ada.

Efek”Yang diinginkan” dari Miraa (Khat)


 Eforia ringan
 Menjadi waspada
 Kegairahan
 Berenergi

Efek Samping dari Miraa (Khat)


 Hilangnya selera
 Disfungsi seksual
 Insomnia
 Permasalahan gastrointestinal (seperti sembelit)
 Radang rongga mulut

Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis


 Kanker rongga mulut.
 Depresi.
 Jika khat digunakan selama kehamilan, bayi itu bisa lahir lebih kecil dibanding
bayi-bayi yang lain.
 Mengunyah khat dapat mengurangi produksi ASI (air susu ibu).

182
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sindroma Putus Zat dari Miraa (Khat)
Pengunyah khat berat, akan mengalami gejala putus zat bila penggunaan
dihentikan seperti :

 Rasa malas
 Depresi ringan
 Mimpi buruk
 Tremor ringan
 Kelelahan yang ekstrim dan kurang bertenaga
 Kesukaran menjalankan kegiatan sehari-hari
 Gemetaran selama beberapa hari setelah menghentikan mengunyah khat

183
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
184
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
185
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
186
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
187
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Modul 5–Sains Adiksi, Ringkasan

Tinjauan Singkat
 Arti kata obat (drug) dapat berbeda-beda tergantung dari perspektif melihatnya:
• Dalam Ilmu Kedokterani istilah obat (drug) mengacu pada zat yang dapat
mencegah atau menyembuhkan penyakit atau memiliki potensi untuk
meningkatkan rasa kesejahteraan fisik dan mental.
• Dalam Farmakologi (studi obat-obatan dan cara kerja obat), istilah yang
mengacu pada setiap zat kimia yang dapat mengubah proses-proses biokimia
dan fisiologis tubuh, jaringan atau organisme.
• Dalam pengertian umum, istilah obat (drug) seringkali berarti suatu zat yang
biasanya digunakan untuk keperluan non medis (mis. untuk rekreasi).
 Pengaruh obat (drug) pada seseorang tergantung pada jenis obat dan bagaimana
obat tersebut berpengaruh pada sistem susunan syaraf pusat (SSP):
• Stimulans-stimulans meningkatkan aktivitas SSP. Mereka cenderung
meningkatkan denyut jantung dan pernafasan dan memberikan perasaan
gairah atau eforia.
• Jenis-jenis depresan dan opioid (juga disebut narkotika) mengurangi aktivitas
SSP. Obat ini cenderung memperlambat denyut jantung dan pernafasan dan
memberikan efek relaksasi, mengantuk, rasa sejahtera atau eforia.
• Halusinogen-halusinogen menghasilkan suatu spektrum distorsi sensoris yang
nyata dan mengubah mood serta proses pikir.
 Sistem Penggolongan obat (drug) dimaksudkan sebagai suatu panduan umum;
tidak semua narkoba sesuai dengan 4 penggolongan yang ada. Sebagai contoh:
• Cannabis (ganja, hasis);
• Miraa (khat);
• Inhalansia (bahan pelarut, gas-gas, nitril-nitril); dan
• Dissociative anesthetics (PCP, ketamine).

Zat-zat spesifik: Karakteristik, efek-efek, dan konsekuensi


fisik
Lihat Halaman penjelasan 5.1 – 5.8 yang menyediakan informasi spesifik tentang zat
(narkoba).

Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan dan adiksi


narkoba
 Penggunaan dan adiksi narkoba memberikan konsekuensi-konsekuensi bagi
individu, keluarga, dan masyarakat.
 Individu dengan adiksi menderita berbagai konsekuensi-konsekuensi:

188
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Pecandu rentan mengalami resiko kecelakaan, dalam bentuk apapun.

• Penggunaan narkoba dapat mencetuskan atau menyebabkan gejala gangguan


mental berat, terutama bagi individu dengan kerentanan khusus.

• Pecandu narkoba seringkali mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh,


sehingga membuat dia lebih rentan terpapar penyakit.

• Orang-orang yang menggunakan narkoba memiliki resiko lebih tinggi terpapar


penyakit dibanding mereka yang tidak menggunakan, seperti HIV/AIDS,
hepatitis, TBC, dan penyakit menular lainnya.

• Meskipun pecandu tidak menggunakan narkoba suntik, tetapi karena


menurunnya faktor inhibisi dan efek pikiran negative akibat penggunaan
narkoba, maka cenderung mengarah ke perilaku berisiko tinggi.

Wanita
 Banyak studi menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap efek jangka
panjang dari penggunaan alkohol dan narkoba, dibandingkan dengan pria.
Wanita mengalami efek yang disebut dengan istilah “telescoping”, dimana wanita
progresi penggunaannya dari awal mula hingga menjadi adiksi, dan konsekuensi-
konsekuensi terkait penggunaan narkoba, lebih cepat berlangsung atau terjadi,
meskipun wanita menggunakan narkoba dalam jumlah yang sama atau lebih dikit
dibanding pria.

 Sebagai contoh, wanita yang mengkonsumsi alkohol memiliki resiko dan


perkembangan penyakit lebih tinggi dibanding pria, terhadap penyakit sirosis
(kanker hati) dan masalah medis lainnya.

 Salah satu alasannya adalah karena diduga kandungan air di dalam tubuh wanita
lebih sedikit dibandingkan pria. Mekanisme metabolisme tubuh wanita mengarah
pada lebih tingginya tingkat alkohol dalam darah, berbanding lurus dengan
banyaknya alkohol yang masuk dan berat badan wanita.1

 Telah banyak penelitian yang dilakukan pada wanita terhadap masalah penggunaan
alkohol, tetapi penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat pola yang sama
dari progresi yang cepat dengan penggunaan zat terlarang. Sebagai contoh, studi
tentang wanita di dalam terapi menunjukkan bahwa wanita mengkonsumsi kanabis
dan opioid dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria, sebelum
memasuki terapi (rehabilitasi). Banyak laporan juga menunjukkan tingginya tingkat
keparahan dalam komplikasi masalah psikiatri, masalah medis dan masalah
pekerjaan, dibandingkan dengan pria.2

 Namun hal ini tampaknya masih belum diketahui secara luas, dikarenakan
kebanyakan studi dan penelitian lebih banyak menggunakan pria sebagai
subjeknya. Terdapat kekosongan (“gap” ) pengetahuan tentang efek fisiologis
pada siklus kehidupan wanita.

1 U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women. Treatment
Improvement Protocol Series 51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services
Administration.

2 Hernandez-Avila, C. A., Rounsaville, B. J., & Kranzler, H. R. (2004). Opioid-, cannabis- and alcohol-dependent women show more rapid
progression to substance abuse treatment. Drug and Alcohol Dependence, 74(3), 265

189
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Efek pada Janin
 Efek pada janin umumnya terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, gangguan
perkembangan kognitif dan perilaku.
 Gangguan perhatian, bahasa, dan kemampuan belajar, serta masalah perilaku,
terlihat pada anak yang terpapar kokain dan mariyuana.
 Paparan metamfetamin beresiko menyebabkan gangguan pertumbuhan janin,
penurunan gairah, dan buruknya kualitas pergerakan pada bayi.
 Paparan heroin disaat kehamilan beresiko menyebabkan bayi lahir dalam kondisi
adiksi, yang membutuhkan perawatan khusus untuk menanggulangi masalah
putus zat yang terjadi. Selain itu penggunaan heroin berhubungan erat dengan
rendahnya berat badan pada bayi – faktor resiko tinggi terhadap terjadinya
keterlambatan perkembangan.

Remaja
 Penggunaan narkoba usia dini meningkatkan resiko remaja dalam masalah
penyalahgunaan dan adiksi narkoba.
 Remaja lebih rentan terhadap masalah fisik dan sosial. terkait penggunaan
narkoba. Beberapa kerentanan ini terjadi karena efek narkoba yang berpengaruh
pada struktur otak dan tubuh remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
 Penyalahgunaan narkoba dan alkohol dapat mengganggu fungsi otak di
daerah penting untuk motivasi, memori, pembelajaran, penilaian, dan kontrol
perilaku. Semua fungsi ini terus berkembang seiring bertambah dewasa.
Jadi, tidak mengherankan jika remaja yang menyalahgunakan alkohol dan
narkoba sering mengalami masalah keluarga dan sekolah, performa akademis
rendah, masalah kesehatan terkait lainnya (termasuk masalah kesehatan jiwa), dan
terlibat dalam masalah pidana.
 Salah satu bagian otak yang masih terus berkembang selama masa remaja adalah
prefrontal kortex – bagian dari otak yang memungkinkan kita untuk menilai suatu
situasi, membuat keputusan tentang suara, dan menjaga emosi serta hasrat tetap
terkendali.
 Fakta bahwa bagian penting dari otak remaja ini terus berkembang, menempatkan
meningkatnya resiko remaja untuk melakukan pilihan yang buruk (seperti misalnya
mencoba-coba narkoba dan terus menggunakannya hingga taraf adiksi).

Masyarakat
 Penggunaan narkoba dan adiksi juga mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan, melalui:
• Menurunnya produktivitas;
• Biaya-biaya yang timbul akibat tertangkap (ditahan pihak berwajib), atau
menjalani perawatan residensial;
• Meningkatnya biaya-biaya medis;

190
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Biaya-biaya Sosial dan keuangan terkait kriminal yang dipengaruhi narkoba;
• Meningkatnya penularan penyakit infeksi; dan
• Meningkatnya prevalensi HIV dan AIDS di seluruh dunia.

Sistem keluarga - Fungsional dan disfungsional


 Adiksi adalah penyakit individual dan penyakit keluarga.
 Sistem keluarga didefinisikan sebagai suatu interaksi dan hubungan yang unik
diantara anggota-anggotanya. Bahkan mungkin keluarga merupakan sistem sosial
yang paling kompleks yang kita miliki.
 Semua keluarga mempunyai unsur-unsur yang berikut:
• Hirarki;
• Peran-peran;
• Peraturan – baik tertulis maupun tidak tertulis;
• Pola-pola perilaku; dan
• Hubungan-hubungan saling terpaut (interlocking).
 Apa yang disebut sebagai sistem keluarga fungsional sangat berbeda dalam
berbagai budaya,tetapi secara umum keluarga fungsional :
• Beroperasi karena kasih, kepedulian, rasa hormat, dan penuh pengertian satu
sama lain;
• Membuat dan memelihara suatu tatanan melalui perilaku yang konsisten;
• Mencari keseimbangan bilamana tatanan terganggu kalau ada
krisis,menggunakan keterampilan untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan-keputusan (saling membantu dan bekerja sama); dan
• Mempunyai batasan-batasan yang jelas dan tegas, serta dapat dirasakan antara
orang tua dan anak, dan juga diantara saudara kandung.
 Keluarga-keluarga yang fungsional:
• Mempunyai aturan-aturan,standar,dan pedoman perilaku yang dapat dijelaskan
dan diterapkan secara konsisten sepanjang dianggap sesuai dan niscaya terus
berkembang (setiap orang tahu harapan anggotanya satu sama lain);
• Mempunyai seorang dewasa yang dekat hubungannya, berbagi otoritas dan
saling mendukung (seorang orangtua tunggal/single parent penuh percaya diri
dan selalu berfungsi);
• Mempunyai para anggota yang bisa saling curhat, diajak berunding bahkan
saling berbeda pendapat tanpa rasa takut mendapat penolakan; dan
• Memberikan kesempatan untuk tumbuh-kembang bagi anggota-anggotanya.
 Ketika seorang anggota keluarga mempunyai masalah adiksi, karakteristik keluarga
fungsional berubah menjadi disfungsional.

191
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
 Keluarga disfungsional ini ditandai oleh adanya anggota keluarga yang:
• Tidak mengakui adanya masalah;
• Tidak mau membicarakan masalah yang dialaminya;
• Belajar bukan untuk menyatakan emosi dan kebutuhan-kebutuhan atau untuk
peduli pada kebutuhan-kebutuhannya; dan
• Belajar bagaimana caranya menjadi orang yang selamat/survivor.
 Keluarga disfungsional sering kali juga:
• Memiliki hubungan yang renggang dan tidak saling percaya;
• Menderita kehilangan identitas individu;
• Mengalami terputus-putusnya perkembangan emosional, terutama pada anak-
anak dan remaja; dan
• Mencurahkan hampir semua perhatian kepada keluarga yang adiksi.
 Ketika seorang anggota keluarga menjadi pecandu, sistem keluarga berubah
karena semuanya unsur-unsur dan fungsi-fungsinya terganggu.U ntuk melakukan
penyesuaian, sistim keluarga harus membuat kompensasi dengan berbagai
cara, dimana akan terjadi perubahan dinamika keluarga dan peran-peran dalam
keluarga.
 Sering kali, penyesuaian-penyesuaian oleh keluarga meliputi:
• Membagi-bagi keterampilan untuk berkomunikasi, memecahkan permasalahan,
dan membuat keputusan-keputusan; dan
• Perubahan-perubahan dalam menjalankan aturan karena sistem keluarga
pecah; sering kali menjadi kacau.
 Aturan-aturanna kemudian menjadi kaku, dan para anggota keluarga bisa
terdorong untuk:
• Supaya jangan memperbicangkan tentang apa yang mereka lihat, dengar, atau
ketahui;
• Untuk mengabaikan perasaan mereka; dan
• Untuk tidak mempercayai siapapun atau apa yang dikatakan atau dikerjakan
siapapun, termasuk diri mereka sendiri.
 Ketika tipe-tipe penyesuaian ini dibuat:
• Batasan-batasan sehat yang ada, tidak lagi bekerja;
• Menjadi tidak jelas siapa yang berkuasa atau memegang kendali;
• Anak-anak dapat mengambil alih peran-peran orangtua; dan
• Fokus adalah bertahannya seseorang di dalam sistem keluarga.
 Di negara-negara Barat, jenis penyesuaian ini disebut kodependensi
(condependency).
 Literatur kodepedensi menjelaskan peran-peran berikut ini yang dapat diadopsi
keluarga ketika ada anggota keluarga menjadi pecandu:

192
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Penjaga atau orang yang mengurusi (enable / caretaker);
• Pahlawan (hero);
• Kambing hitam (scape goat);
• Maskot (mascot); dan
• Anak hilang (lose child).
 Penjaga atau orang yang mengurusi adalah anggota keluarga yang mencoba
untuk melindungi pecandu dengan bebaskan dia dari segala tanggung jawab atas
segala perilakunya yang salah. Enabler mencoba membuat semua orang bahagia
dan keluarga seimbang. Ia berusaha memperlihatkan kepada orang diluar keluarga
bahwa “ segalanya bagus-bagus aja di sini. Enabler biasanya cenderung memiliki
perasaan tidak mampu berbuat, ketakutan, dan ketakberdayaan.
 Pahlawan itu adalah seseorang yang perlu membuat keluarga, dan para anggota
keluarga, kelihatannya baik-baik saja. Pahlawan cenderung mengabaikanmasalah
dan menyajikan berbagai hal dengan cara yang positif seolah-olah peran-peran
di dalam keluarga itu tidak ada. Pahlawan mencoba untuk menjadi sukses, untuk
bersifat baik, dan untuk membantu keluarga. Pahlawan cenderung memiliki latar
belakang perasaan takut,rasa bersalah, dan perasaan malu.
 Kambing hitam sering kali bermain peran di depan yang lain. Ia cenderung
memberontak, bikin ribut, dan mengalihkan perhatian dari pecandu dan kebutuhan
pecandu tersebut untuk mendapatkan bantuan. Kambing hitam kadang-kadang
muncul untuk dilihat sebagai masalah di dalam keluarga. Kambing hitam
cenderung memiliki latar belakang perasaan malu, rasa bersalah, dan kehampaan.
 Peran maskot adalah sebagai penghibur. Ia sering kali membuat lawakan yang
tidak sesuai tentang keluarga untuk mengalihkan perhatian. Meskipun ia
membuat lelucon di keluarga, leluconnya sering menyakitkan.Jimat itu kadang-
kadang dapat merintangi pemulihan adiksi. Jimat biasanya cenderung memiliki
latar belakang perasaan memalukan, perasaan malu,dan rasa marah.
 Anak hilang adalah anggota keluarga yang diam dan berhati-hati untuk tidak
membuat permasalahan. Ia melepaskan segala kebutuhannya hanya mencoba
untuk tidak menjadi perhatian. Anak hilang ini cenderung memiliki latar belakang
perasaan bersalah, kesepian, rasa diabaikan dan rasa marah.
 Ketika penggunaan zat dalam keluarga berhenti, keluarga perlu menyesuaikan :
• Stres dan hilangnya rasa aman emosional karena melepaskan peran-peran
lama dan tanggung jawab, betapapun destruktifnya peran-peran tersebut.
• Ketidak-pastian berkembang karena hilangnya peran-peran dan perilaku-
perilaku yang sudah terbiasa.
• Anggota-anggota keluarga mungkin punya kesulitan hidup penuh kegembiraan,
meskipun penderitaan telah berakhir.
 Anggota-anggota keluarga mungkin punya kesulitan hidup penuh kegembiraan,
meskipun penderitaan telah berakhir.

193
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
194
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 6
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN KE DALAM PRAKTIK

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197


Tujuan pelatihan dan Objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197
Halaman penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 198

195
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
196
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Pengenalan dan latihan: Mengembangkan sebuah rencana integrasi
75 menit
praktek
Rehat 15 menit
Kompetisi asesmen pembelajaran 30 menit
Evaluasi hari ketiga dan keseluruhan pelatihan 15 menit
Seremoni berakhirnya program dan sosialisasi 30 menit

Modul 6 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Mendorong para peserta untuk memikirkan berbagai sumber daya, hambatan-
hambatan dan strategi untuk berubah.
 Memberikan peluang untuk mengembangkan rencana integrasi pembelajaran ke
dalam praktek perorangan.

Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang melengkapi Modul 6 akan mampu mengembangkan rencana
integrasi pembelajaran ke dalam praktik perorangan.

197
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
Halaman Sumber 6.1: Rencana Integrasi Praktek

1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan,
adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang
telah saya pelajari adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3.Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi
hambatan):
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. 1.Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan
sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam cara-
cara berikut ini:

Orang atau Sumber Cara-Cara yang Dapat Membantu Saya

198
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN A—DAFTAR ISTILAH
Adiksi Sebuah penyakit otak kronis dengan potensi kambuh
tinggi (relapse), yang ditandai dengan keinginan kompulsif
mencaridan menggunakan zat (narkoba), meskipun
terdapat konsekuensi berbahaya; disebut juga sebagai
ketergantungan psikologi.

blood–brain barrier Sebuah penghalang protektif yang terbuat dari


sekumpulan sel-sel yang bersatu dan saling menekan,
yang membolehkan aliran masuk hanya beberapa jenis
zat-zat kimiawi ke dalam otak

sistem syaraf pusat Merupakan bagian dari sistem syaraf yang mempengaruhi
otak dan spinal cord

penyakit kronis Sebuah penyakit yang berlangsung lama dan tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikendalikan

detoksifikasi Proses penghilangan seluruh jenis zat psikoaktif dari tubuh


seseorang

penyakit Adanya perubahan dari struktur atau fungsi normal dari


bagian tubuh, organ, atau sistem yang dapat diidentifikasi
dengan sekumpulan tanda atau gejala yang khas.

Agen etilogikal Penyebab (atau salah satu faktor penyebab) dari suatu
penyakit

sistem keluarga Interaksi dan hubungan unik dari setiap anggota keluarga
dari satu orang ke orang lainnya, yang mungkin merupakan
hal yang paling kompleks dari sistem sosial yang manusia
miliki.

separuh hidup Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan


separuh dosis asli dari satu jenis zat, dari dalam tubuh

lapse atau slip Sebuah proses singkat, kadang hanya satu kali, kembali
menggunakan zat (narkoba)

neuron Sebuah sel syaraf di dalam otak yang berfungsi mengirimkan


dan menerima pesan dari sel dan kepada sel lainnya

neurotransmitter Zat kimiawi yang mengirimkan pesan dari satu neuron ke


neuron lainnya di dalam otak

sistem syaraf Mencakup seluruh syaraf yang menuju lengan anda,


peripheral pergelangan kaki, telapak tangan dan telapak kaki; pada
dasarnya seluruh sistem syaraf di luar sistem syaraf pusat

199
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
farmakologi Sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari efek-
efek dari zat-zat psikoaktif di dalam otak dan tubuh

ketergantungan Sebuah tingkatan dari adaptasi kepada sebuah penggunaan


fisiologi psikoaktif spesifik, yang ditandai dengan kegentingan
dari sebuah sindrom putus zat ketika abstinensia, yang
mungkin dapat pulih secara total atau sebagian saja.
dengan menggunakan semakin banyak agi zat (narkoba)

zat psikoaktif Zat atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem


syaraf pusat pada tubuh, yang mengubah perilaku atau
penerimaan seseorang terhadap kejadian di sekitar mereka

relapse Sebuah proses kembali menggunakan zat psikoaktif


secara penuh, dengan cara yang sama seperti dilakukan
sebelumnya (sebelum dia berhenti)

sirkuit ganjaran Sebuah kelompok terhubung dari struktur otak yang


mengatur dan mengendalikan kemampuan seseorang
dalam merasakan kesenangan

stigma sosial Penolakan (ketidaksetujuan) sosial yang tinggi dari


karakteristik atau kepercayaan seseorang, yang
bertentangan dengan norma budaya16; stigma sosial
sering mengarah pada hilangnya status seseorang,
diskriminasi, dan pengecualian yang bermakna dari
partisipasi di masyarakat

gangguan Sebuah pengertian umum yang digunakan untuk


penyalahgunaan zat menjelaskan rentang masalah yang berhubungan dengan
penggunaan zat (termasuk obat-obatan terlarang dan
penyalahgunaan pengobatan dengan resep), dari
penyalahgunaan zat, hingga ketergantungan zat dan adiksi

sinapsis atau rongga Ruang antara neuron-neuron; jalan masuk neurotransmitters


sinaptik melalui ruang ini di dalam proses perpindahan dari neuron
satu ke neiron lainnya

toleransi Peningkatan efek yang dihasilkan setelah periode


penggunaan zat psikoaktif dalam jumlah yang sama
digunakan secara berulang, atau ketika bertambah
banyaknya jumlah dosis yang dibutuhkan untuk
mendapatkan efek pengalaman yang sama dari
penggunaan zat psikoaktif di awal

sindrom putus zat Kumpulan tanda dan gejala yang melanda ketika seseorang
menghentikan penggunaan zat psikoaktif di dalam kondisi
ketergantungan fisik

1 Wikipedia. Retrieved October 24, 2010, from http://en.wikipedia.org/wiki/Social_stigma

200
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN B—SUMBER REFERENSI
Data Statistik Penggunaan Narkoba Global
United Nations Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011.
New York: United Nations. Retrieved June 29, 2011, from http://www.unodc.org/
documents/data-and-analysis/WDR2011/ World_Drug_Report_2011 _ebook.pdf
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: The global
burden. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who. int/
substance_abuse/facts/global_burden/en/index.html
World Health Organization. (2011). Management of substance abuse: Facts and
figures. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.int/
substance_abuse/facts/en/

Sains Adiksi
Inaba, D., & Cohen, W. E. (2007). Uppers, downers, all arounders: Physical and mental
effects of psychoactive drugs (6th ed.). Medford, OR: CNS Productions.
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010 revision). Drugs, brains, and behavior:
The science of addiction. Bethesda, MD: Author. Retrieved December 10, 2010, from
http://www.nida.nih.gov/scienceofaddiction/sciofaddiction.pdf
U.S. National Institute on Drug Abuse, (n.d.). Science of Addiction: From molecules
to managed care. Bethesda, MD: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://
www.nida.nih.gov/pubs/teaching/Teaching6/Teaching.html
World Health Organization. (2004). Neuroscience of psychoactive substance use and
dependence. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.
int/substance_abuse/publications/en/Neuroscience.pdf

Golongan Narkoba / Fakta tentang Narkoba


Australian Drug Foundation Drug Info Clearinghouse http://www.druginfo.adf.org.
au/drug-facts/drug-facts
United Nations Office on Drugs and Crime. (2010). Types of drugs. New York: Author.
Retrieved December 10, 2010, from http://www.unodc.org/drugs/en/get-the-facts/
types-of-drugs.html
U.S. National Institute on Drug Abuse, (n.d.). Drugs of abuse information. Bethesda,
MD: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.drugabuse.gov/
drugpages/
U.S. University of Maryland Center for Substance Abuse Research http://www.cesar.
umd.edu/cesar/drug_info.asp

201
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: Other
psychoactive substances. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://
www.who. int/substance_abuse/facts/psychoactives/en/index.htmI

Wanita
U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment:
Addressing the specific needs of women. Treatment Improvement Protocol Series
51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental
Health Services Administration. Retrieved April 26, 2011, from http://www.ncbi.nlm.
nih.gov/books/NBK26013/

Keluarga
U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2001). Substance abuse treatment
and family therapy. Treatment Improvement Protocol Series 39. HHS Publication
No. (SMA) 04-3957. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services
Administration. Retrieved April 26, 2011, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK14505/

202
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN C—UCAPAN TERIMA
KASIH KHUSUS
Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah
berpartisipasi dalam proyek awal dari kurikulum ini dan menciptakan studi kasus klien
untuk serial kurikulum. Masukan dari mereka semua sangat berharga.

Clemente (Junjun) A. Abella, Jr. Susmita Banerjee


Counseling Psychologist Trainer
Serenity at the Quarry The Colombo Plan ACCE
Philippines Sri Lanka

Muhammad Ayub Ma. Elena (Malyn) Cristobal


Director Family Therapist, Private Practice
Dost Welfare Foundation Living Free Foundation
Pakistan Philippines

Dato’ Zainuddin A. Bahari Aditi Ghanerar


Consulting Trainer Counselor and Training Coordinator
Malaysia TTK Hospital
India

Tapasi Bandyopahyay Mohammed Sharif Abdul Hamid


Consulting Trainer Clinical Supervisor
India Kasih Mulia Foundation
Indonesia

Tay Bian How Ibrahim Salim


Director Trainer
The Colombo Plan ACCE The Colombo Plan ACCE
Sri Lanka Sri Lanka

Prof. Sun Min Kim Dr. Shanthi Ranganathan


Research Professor Hon. Secretary
Seoul National University TTK Hospital
South Korea India

Winona A. Pandan
Guidance Counselor
LaSalle College – Victorias
Philippines

Dr. V. Thirumagal
Consultant
TTK Hospital
India

203
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
Ucapan terima kasih secara khusus juga kami haturkan kepada pihak BNN (Badan
Narkotika Nasional), DSKAI (Dewan Sertfikasi Konselor Indonesia), IKAI (Ikatan Konselor
Adiksi Indonesia), para praktisi di bidang adiksi dan pihak-pihak lainnya di Indonesia,
yang secara khusus telah membantu dan berperan serta dalam pengembangan
kurikulum ini ke dalam versi bahasa Indonesia. Bantuan dan dukungan yang diberikan
mereka sangat berharga dalam pengembangan kurikulum ini.

Komjen. Pol. Gories Mere Drs. Isrizal, M.Si


Kepala Pelaksana Harian Psikolog
Badan Narkotika Nasional Indonesia
Indonesia

Dr. Kusman Suriakusumah, Sp.Kj Kombes Pol. Anton Kadarmanta


Deputi Rehabilitasi Diklat Badan Narkotika Nasional
Badan Narkotika Nasional Indonesia
Indonesia

Dr.Budyo Prasetyo, Sp.RM Frieda Arruan Tonglo, S.Psi, M.Ed


Direktur Penguatan Lembaga Bidang Rehabilitasi
Rehabilitasi Komponen Masyarakat Badan Narkotika Nasional
Badan Narkotika Nasional Indonesia
Indonesia

Dr. Benny Ardjil, Sp.Kj Narendra Narotama, ST


Ketua Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia Indonesia
Indonesia

Faisal Abdhal Achmad


Sekretaris Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia Indonesia
Indonesia
Indonesia

Dr. Ratna Mardiati, Sp.Kj Erry Wijoyo, S.Ikom


Psikiater Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Indonesia Indonesia

Dr. Evalina Sp.Kj


Psikiater
Indonesia

204
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi

Anda mungkin juga menyukai