Panduan Peserta
Kurikulum 1
Panduan Peserta
Ucapan Terima Kasih
Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksi adalah bagian dari sembilan
volume rangkaian pelatihan yang dikembangkan oleh U.S. Department of State’s Bureau
of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL). Publikasi ini dikembangkan
di bawah nomor kontrak SAQMPD07D0116, Layanan Dukungan Pengurangan Permintaan
(Demand Reduction Support Services), antara INL dan Alvarez & Associates, dengan JBS
International, Inc. (JBS), yang berperan sebagai sub-kontraktor.
Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office
of Anticrime Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan
dan kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project
Director dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand
Reduction Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker,
sebagai Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry
W. Mens, M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy
Caron, sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire
Macdonald sebagai Senior Graphic Designer.
Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Cynthia Moreno Tuohy, Executive Director dari NCAC II, CCDC III, SAP; Shirley Beckett
Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison
dari NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti
Storie, M.A., Education & Training Consultant. Para contributor lain, termasuk Suzanne Hall-
Westcott, M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams
Hymons, M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services;
Phyllis Mayo, Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W., Ruscavage Consulting.
Beberapa materi di dalam kurikulum ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family
Health International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for
International Development.
Panduan ini diterjemahkan dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi profesional oleh
tenaga instruktur Indonesia.
Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan
anggota pilot-test group (lihat Lampiran C), yang menyediakan banyak masukan berharga.
Partisipasi, antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi
penyelesaian publikasi ini.
Sangkalan
Intervensi terapi gangguan penggunaan zat yang dijelaskan di sini, tidak mencerminkan posisi
resmi dari INL atau The U.S Department of State . Panduan dalam dokumen ini tidak boleh
dianggap pengganti untuk perawatan klien individual.
Publikasi 2011
ii
DAFTAR ISI
Bagian III—Lampiran
Lampiran A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199
Lampiran B—Sumber Rujukan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 201
Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 203
III
iii
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
ORIENTASI PESERTA
Introduksi
Selamat datang! Pelatihan ini akan menyediakan bagi anda akan pemahaman dari
fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak dan mengajarkan anda tentang efek dan
konsekuensi dari zat-zat psikoaktif.
Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait Gangguan Penyalahgunaan Zat
(GPZ), dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional melalui pelatihan,
menumbuhkan sikap profesional, dan memperluas tenaga kerja terapi global. Pelatihan ini
mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat profesional dalam
tahap dasar dengan menyediakan informasi terkini tentang GPZ dan perawatannya, serta
memfasilitasi aktivitas secara langsung untuk mengembangkan keahlian, kepercayaan
diri dan kompetensi.
Selamat karena telah menyediakan waktu untuk belajar lebih lagi mengenai pekerjaan
anda!
Pelatihan
Keenam modul di rangkaian pelatihan ini mungkin akan menghabiskan waktu kursus lebih
dari 3 hari penuh atau mungkin lebih dari beberapa minggu atau bulan. Para instruktur
telah menyediakan jadwal spesifik untuk anda.
Pendekatan yang digunakan di dalam pelatihan ini mencakup:
Presentasi dan diskusi yang diberikan oleh instruktur;
Seringnya penggunaan metode belajar kreatif dan aktivitas langsung, seperti dalam
kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
Penggunaan metode belajar kreatif yang terarah dan berulang-ulang, seperti dalam
kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
Latihan menulis reflektif;
Review berkala untuk meningkatkan retensi pembelajaran; dan
Latihan pembelajaran asesmen.
Partisipasi aktif dari anda menjadi bagian penting untuk membuat ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!
Partisipasi aktif Anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!
1
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan dan Objektif dari Kurikulum 1
Tujuan Pelatihan
Partisipasi aktif anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif.
Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan penuh Kurikulum 2 akan mampu untuk:
Menyebutkan dan menjelaskan dengan singkat dua tujuan keseluruhan dari terapi;
Menyebutkan enam tahapan perubahan dan menjelaskan setidaknya satu
karakteristik klien di tiap tahapan tersebut;
Menyebutkan delapan prinsip-prinsip efektif terapi dari U.S. National Institute on
Drug Abuse (NIDA);
Menjelaskan tentang komponen-komponen terapi;
Mendefenisikan dan memberikan contoh dari rawatan berkelanjutan;
Menjelaskan secara singkat tentang bagaimana penggunaan zat dapat
mempengaruhi komunikasi otak normal.
Mendefenisikan dan menjelaskan konsep stigma.
Menjelaskan efek dan konsekuensi dari setidaknya enam zat-zat psikoaktif.
Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini termasuk:
Panduan peserta ini
Sebuah buku catatan; dan
Buku dari “Technical Assistance Publication (TAP) 21: Addiction Counseling
Competencies—The Knowledge, Skills, and Attitudes of Professional Practice”.
Setiap modul dari Manual Peserta mencakup:
Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran dari modul;
Jadwal kegiatan;
Lembar PowerPoint yang dicetak (di print) menjadi dua bagian di dalam satu
halaman dengan ruang bagi anda untuk menulis catatan;
2
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Ringkasan modul.
Panduan Peserta juga memiliki daftar istilah (lampiran A), daftar dari sumber-
sumber referensi (lampiran B), dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini (lampiran C).
Instruktur anda akan memberikan anda sebuah buku catatan untuk digunakan sebagai
jurnal pribadi anda. Anda dapat menggunakan jurnal ini dengan beberapa cara. Anda
dapat mencatat:
Topik-topik yang ingin anda baca lebih lanjut;
Prinsip-prinsip yang ingin anda pikirkan lebih lanjut;
Teknik yang ingin anda coba;
Cara-cara yang mungkin bisa anda tambahkan dari beberapa hal yang anda
pelajari dalam praktek anda; dan
Hambatan yang mungkin terjadi dalam penerapan pengetahuan baru, dan juga
kemungkinan hambatan untuk menggunakan pengetahuan baru.
Instruktur juga akan meminta anda untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis singkat.
3
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Jadilah peserta yang aktif. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan, mengajukan
pertanyaan, menulis di dalam jurnal anda, dan memikirkan tentang informasi apa
yang anda inginkan.
Berbicaralah dengan atasan, supervisor atau rekan kerja anda jika anda tidak
memiliki atasan) setelah menjalani pelatihan. Sampaikan tentang apa yang telah
anda pelajari untuk memastikan bahwa anda memahami bagaimana informasi
tersebut berhubungan dengan pekerjaan anda.
Diskusikan dengan atasan anda atau rekan kerja anda tentang bagaimana
cara mempraktekkan apa yang telah dipelajari, dan seterusnya mengikuti
iperkembangan anda.
Belajarlah dengan senang hati. Selamat bersenang-senang!
4
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN
5
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
6
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Acara Pembukaan 20 menit
Sambutan Pelatih, Housekeeping, dan Penentuan Peraturan 10 menit
Latihan berpasangan: Pengenalan 60 menit
Presentasi: Materi pelatihan 15 menit
Rehat 15 menit
Presentasi: Kenapa diadakannya pelatihan ini? 15 menit
Latihan kelompok besar: Harapan pelatihan 15 menit
Latihan berpasangan: Terminologi 60 menit
ISHOMA 60 menit
Sasaran Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk:
Menjelaskan tentang tujuan dari keseluruhan pelatihan dan setidaknya empat
sasaran dari 3 hari pelatihan.
Menyatakan setidaknya satu tujuan personal; dan
Membuat daftar dan mendefinisikan setidaknya lima istilah terkait fisiologi dan
farmakologi dari penggunaan narkoba dan adiksi.
7
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN
1.2
8
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan: Introduksi Pelatihan
1.3
9
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Materi Pelatihan
1.4
Masalah Global
Sebanyak
149-272 juta orang pernah
menggunakan zat ilegal pada tahun 2009
Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.5
10
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Gangguan Terkait Penggunaan Zat –
DSM-IV-TR
1.6
11
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Gangguan Penggunaan Zat
1.7
Masalah Global
1.8
Sumber UNODC (2011) Word Drug Report 2011 New York. United Nations
12
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Masalah Global
Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.9
13
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Masalah Global
Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.10
Masalah Global
Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.11
14
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Masalah di Indonesia
15
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan Pelatihan Berseri ini
1.13
Serial Kurikulum
1.14
16
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum
17
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
1.16
Serial Kurikulum
1.17
18
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum
1.18
19
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
1.19
Serial Kurikulum
1.20
20
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum
1.21
21
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
Kurikulum
9 : “Bekerja dengan keluarga dalam
Gangguan Penggunaan Zat” (3 hari)
Pelatihan dasar dan ketrampilan.
Dampak GPZ dalam sistem keluarga; keuntungan
menyertakan keluarga dalam terapi, melibatkan
anggota keluarga dan menyiapkan layanan keluarga
(psikoedukasi, sesi bersama keluarga, konseling
kelompok multi-keluarga); perbedaan antara
konseling keluarga dan terapi keluarga; dan
pentingnya melakukan rujukan.
1.22
1.23
22
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 1 – Tujuan Pembelajaran
23
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Latihan : Harapan akan Pelatihan
1.25
Istirahat
15 menit
1.26
24
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan : Terminologi
Lihat
di bagian penjelasan tentang terminologi.
Temukan definisi dari setiap istilah.
(Lakukan secara berkelompok)
1.27
25
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Ishoma
60 menit
1.28
26
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 1.1: The Colombo Plan Asian Centre
for Certification and Education of Addiction Professionals
Training Series
27
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Modul 1—Introduksi Pelatihan, Ringkasan
Masalah Global
Penggunaan zat psikoaktif berlanjut menjadi masalah global. Sebuah survei yang
dilakukan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan
bahwa pada tahun 2008, sekitar 155 hingga 250 juta orang berusia antara 15 dan
64 tahun, telah menggunakan zat ilegal setidaknya 1 kali.1
Zat ilegal yang dimaksud di dalam survei tersebut, termasuk opioida, kanabis,
kokain, stimulan tipe amfetamin lainnya, halusinogen, dan ekstasi, diantara lainnya.
Gangguan Penggunaan Zat, disingkat menjadi GPZ, adalah pengertian umum untuk
menjelaskan rentang masalah terkait dengan penggunaan zat (termasuk obat-
obatan terlarang dan penyalahgunaan obat yang diresepkan), dari penyalahguna
zat hingga ketergantungan zat dan adiksi.
GPZ juga merupakan sub-kategori dari gangguan terkait zat yang dijelaskan di
dalam dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (or DSM-IV-TR)”.2
Kategori luas dari gangguan terkait zat juga mencakup sub-kategori dari gangguan
induksi zat, yang termasuk:
• Intoksikasi zat;
• Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.
1 UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author.
3 WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva: Author.
28
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Konsekuensi global dari GPZ telah berkembang dan susah dikendalikan, seperti
diantaranya:
• Kehilangan produktivitas;
• Tindak kekerasan
Ada beberapa alasan mengenai hal tersebut, tapi alasan utamanya adalah
kurangnya kapasitas dari program terapi yang memadai.
Serial Pelatihan
Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui
pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the
Asia Center for Certification and Education of Addiction Professionals.
1 UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.
29
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini
Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk Profesional Adiksi” ,
merupakan pelatihan yang memberikan ikhtisar komprehensif mengenai adiksi,
pemahaman mengenai fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak, dan
farmakologi zat psikoaktif.
Kurikulum 3: “Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada Gangguan
Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan selama
2 hari yang juga memberikan dasar dan ikhtisar bagi hubungan dari gangguan
mental yang menyertai dari satu ke yang lainnya dan berkaitan dengan isu terapi,
seperti halnya sebuah garis besar penjelasan singkat dari gangguan medis dan
mental yang menyertai pada umumnya.
30
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 8: “Etika untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 4 hari yang
mengetengahkan panduan professional dan etika perilaku, kerahasiaan, prinsip-
prinsip etika dan kode etik professional, serta etika dalam membuat keputusan.
Kurikulum ini juga memaparkan mengenai pentingnya supervisi sebagai bagian
dari penegakkan etika di dalam praktek.
31
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
32
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 2
INTRODUKSI PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
33
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
34
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 2 10 menit
Presentasi : Apakah zat psikoaktif dan bagaimana cara kerjanya? 60 menit
Presentasi : Klasifikasi zat psikoaktif 10 menit
Presentasi : Metode (rute) penggunaan 10 menit
Latihan kelompok kecil : Rute penggunaan 20 menit
Ishoma 15 menit
Studi kasus dalam kelompok kecil : Progresi penggunaan zat 45 menit
Asesmen pembelajaran 30 menit
Ringkasan dan evaluasi hari pertama 20 menit
Objektif pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan Modul 2 mampu untuk:
• Mendefinisikan zat psikoaktif;
• Membuat daftar umum zat psikoaktif yang mempengaruhi pikiran, perasaan
(mood), dan perilaku;
• Membuat daftar empat kategori (kelas) utama zat psikoaktif dan beberapa zat
dalam kategori dimaksud;
• Membuat daftar metode penggunaan zat psikoaktif ; dan
• Mendiskusikan tingkatan dari progresi penggunaan zat;
35
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
MODUL 2
INTRODUKSI PENGGUNAAN
ZAT PSIKOAKTIF
2.2
36
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Zat Psikoaktif
2.3
37
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Sistem Syaraf Pusat
Otak
Sumsum
Tulang
Belakang
2.4
Sawar Otak
Besar, molekul
yang larut
dalam air akan
dihambat
2.5
38
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Farmakologi
2.6
39
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Waktu Paruh
2.7
Faktor Lain
2.8
40
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Zat Psikoaktif
2.9
41
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Efek Zat Psikoaktif
2.10
Mescaline
Amfetamin Morfin Barbiturat
Peyote
Nikotin, Gamma-
Kafein Demerol Hydroxybutyrate Mushrooms
(GHB); Rohypnol
2.11
42
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Zat Legal
2.12
43
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Golongan Lain
2.13
Rute Penggunaan
Ditelan (Swallowing)
Dihirup / disedot (Snorting)
Dirokok / dihisap (Smoking)
Menghirup asap (Inhaling fumes)
Disuntikan Intramuskular (IM)
Disuntikan Subkutan (SC)
Disuntikan Intravena (IV)
Dioles (Topikal)
Diletakan dibawah lidah (Sublingual)
2.14
44
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Rute Penggunaan
2.15
45
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Cepatnya berefek
2.16
Cepatnya berefek
2.17
46
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Rute Penggunaan
47
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Progresi
Penggunaan rekreasional
Penggunaan sirkumstansial
Penggunaan intensif
Penggunaan kompulsif
2.19
Asesmen Pembelajaran
2.20
48
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Jurnal
2.21
49
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Halaman Penjelasan 2.1: Progresi
50
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 2—Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif,
Ringkasan
Zat psikoaktif: Ulasan singkat ikhtisar
Zat psikoaktif merupakan zat yang mempengaruhi kerja sistem syaraf pusat (SSP)
dan mengubah perilaku atau persepsi tentang kejadian disekitarnya.
Zat pskioaktif termasuk zat ilegal / terlarang dan beberapa obat yang digunakan
untuk medikasi (pengobatan).
Medikasi mempunyai potensi untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit
atau meningkatkan kesejahteraan fisik atau mental seseorang , tetapi medikasi
menggunakan zat psikoaktif (seperti untuk mengobati gangguan anxietas, atau
nyeri) juga mempunyai potensi untuk menimbulkan masalah.
SSP merupakan bagian dari sistem syaraf yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang.
Otak manusia dilindungi oleh membran yang disebut sawar otak. Sawar otak ini
merupakan suatu seri sel-sel yang saling erat merekat, yang hanya dapat dilalui
oleh zat kimia tertentu.
Karena sel-sel pada sawar otak saling merekat erat, zat dengan struktur molekul
besar dan larut dalam air (yang berarti bahwa mereka larut dengan mudah dalam
cairan) tidak dapat menembusnya. Medikasi dengan menggunakan aspirin atau
antibiotika, termasuk dalam kategori ini.
Namun demikian, zat dengan struktur molekul kecil dan larut dalam lemak, seperti
pada kebanyakan zat psikoaktif, dapat dengan mudah menembus sawar otak.
Dengan cara ini, zat psikoaktif dapat memberikan efek langsung pada otak.
Meskipun medikasi psikotropik digunakan untuk mengobati gangguan mental
mayor (seperti penggunaan antipsikotik dan antidepresan) termasuk dalam
zat psikoaktif, pengguna medikasi (pasien) ini bukan tergolong dalam kategori
penyalahgunaan, karena tidak menimbulkan efek menyenangkan yang sama
seperti penyalahguna.
Selain memberikan efek langsung pada otak, zat psikoaktif juga dapat
mempengaruhi proses biokimiawi jaringan tubuh dan organ-organ.
Metabolisme
Farmakologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari efek-efek dari
zat psikoaktif pada tubuh dan otak, termasuk bagaimana proses metabolismenya:
• Metabolisme adalah proses kimiawi kompleks yang terus-menerus terjadi di
dalam tubuh. Sebagai contoh, energi yang dibutuhkan manusia didapatkan
dari makanan melalu proses metabolisme.
• Reaksi kimiawi sel dalam badan manusia mengubah makanan menjadi energi
yang diperlukan untuk bergerak, berpikir hingga bertumbuh-kembang; zat
tersebut kemudian mengeliminasi yang tersisa dari makanan.
51
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
• Semua zat yang kita telan akan dimetabolisasi dengan cara ini.
• Sesaat setelah orang menggunakan zat, tubuh akan segera memproses dengan
memecahkan dan mengeliminasikannya.
• Liver (hati) bertanggung jawab memetabolisir zat-zat asing yang masuk ke
dalam tubuh, dengan dibantu oleh ginjal dalam prosesnya.
• Saat sebuah zat telah dimetabolisasi, zat tersebut utamanya dieliminasi dari
tubuh melalui urin atau feses, dan juga melalui keringat, air liur atau nafas.
Masing-masing zat dipecah dan dieliminasi dengan cara dan durasi yang berbeda.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi separuh dari dosis asli zat dari tubuh
disebut waktu paruh zat:
• Waktu paruh zat mempengaruhi seberapa lama efek zat berlangsung dan
berapa lama zat tersebut dikeluarkan seluruhnya dari tubuh.
• Ketika seseorang menghentikan penggunaan zat, penting untuk mengetahui
waktu paruh zat dimaksud, untuk mengetahui lamanya waktu detoksifikasi
atau bersihnya zat dari dalam tubuh.
Faktor-faktor lain seperti umur pengguna, lama dan banyaknya jumlah zat yang
digunakan secara teratur, juga mempengaruhi berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk memetabolisir zat di dalam tubuh kita. Hal-hal tersebut juga menimbulkan
perbedaan bagaimana kemampuan tubuh kita untuk:
• Mengabsorbsi zat psikoaktif;
• Memetabolisir zat tersebut; dan
• Mengeliminasi zat.
Sebagai contoh :
• Proses metabolisme dan eliminasi zat dari anak kecil dan remaja terjadi lebih
lambat.
• Jika seseorang sering menggunakan zat dan dalam dosis yang besar, mungkin
metabolisme dan eliminasinya lebih cepat.
52
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Perasaan mudah tersinggung atau marah;
• Perasaan berbahagia;
• Perasaan ketakutan.
• Pikiran cepat;
• Distorsi persepsi;
• Distorsi persepsi;
• Pasif; dan
Secara ringkas, zat psikoaktif menghasilkan berbagai efek, baik positif maupun
negatif . Efek ini tergantung dari jenis zat yang digunakan.
53
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
• Opioid (kadang disebut narkotik);
• Depresan; dan
• Halusinogen
Stimulan meningkatkan aktivitas SSP. Zat ini meningkatkan debar jantung dan
pernafasan, serta meningkatkan sensasi eforia yang bergairah.
Opioid secara selektif menekan SSP. Analgesik ini menurunkan rasa nyeri dan
cenderung menginduksi tidur.
Opioida
Stimulan Depresan Halusinogen
(narkotika)
Gamma-
Nikotin, kafein Demerol hydroksi butirat Mushrooms
(GHB); Rohypnol
Opioid termasuk heroin, morfin, opium dan zat lainnya digunakan untuk mengobati
rasa nyeri; golongan ini disebut opioid karena bekerja pada reseptor opiat di
dalam otak.
Depresan, termasuk juga GHB dan Rohypnol, kadang disebut ‘club drugs’ atau
‘date rape drugs’ karena pada dosis rendah mereka berpikir akan meningkatkan
kemampuan berjoget dan dan pada dosis tinggi akan membuat sedasi (kantuk).
54
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halusinogen termasuk LSD, meskalin (derivat peyote, sebangsa kaktus) , ekstasi,
dan beberapa jenis jamur-jamuran (mushroom).
Nikotin, kafein dan alkohol , ketiganya legal, masuk dalam golongan zat psikoaktif.
Meski zat ini bersifat legal, namun bukan berarti zat ini lebih aman dari zat-zat
ilegal.
Legalitas dari zat berasal dari faktor budaya, tradisi, politik, religi, bukan berdasarkan
dari lebih atau kurangnya efek bahaya yang dapat ditimbulkan.
Sistem klasifikasi dimaksudkan untuk pegangan umum, dan beberapa zat psikoaktif
tidak tepat masuk dalam penggolongan dasar. Misalnya
• Ganja dapat memberikan efek sedasi atau nyaman pada dosis rendah, tapi
menimbulkan efek halusinogenik pada dosis tinggi.
• Miraa (khat)dapat membuat eforia ringan dan kegembiraan pada dosis rendah,
namun pada dosis tinggi dapat menginduksi perilaku manik dan hiperaktivitas,
sehingga dapat menyebabkan penyakit fisik dan psikologis serius
• Inhalan pada umumnya bersifat depresan, namun dapat juga bersifat stimulan
atau halusinogenik.
Cara menggunakan zat disebut juga metode atau rute penggunaan. Zat psikoaktif
memasuki tubuh melalui sembilan rute penggunaan
• Ditelan;
• Dirokok (dihisap);
• Dihirup asapnya;
55
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Rute penggunaan menjadi pertimbangan karena mempengaruhi kecepatan zat
masuk kedalam otak; makin cepat sampai ke otak, makin besar dan makin kuat
efeknya
Berikut merupakan tingkat kecepatan sampainya zat dalam otak, mulai dari
yang paling cepat sampai paling lambat (urut dari atas kebawah) sesuai cara
penggunaannya:
• Dihisap: 7-10 detik;
• Suntikan intravena: 15-30 detik;
• Suntikan dalam otot atau dibawah kulit: 3-5 menit;
• Absorpsi melalui selaput lender (melalui hidung, mulut, dubur): 3-5 menit;
• Ditelan: 20-30 menit; dan
• Diabsorbsi melalui kulit: Lambat dalam jangka panjang.
Progresi penggunaan
Pola khas progresi dari penggunaan menjadi penyalahgunaan hingga
ketergantungan, dimulai pada saat pertama kali zat psikoaktif membuat rasa
nyaman; selanjutnya seseorang biasanya mencari rasa nyaman berikutnya.
Jika pengalaman yang dialami tidak menyenangkan, maka biasanya penggunaan
dihentikan.
Ketika penggunaan zat mengalami peningkatan, maka pola peningkatannya akan
mengikuti polanya. Pola itu dapat dideskripsikan dalam banyak istilah, seperti:
• Penggunaan rekreasional / eksperimental;
• Penggunaan sirkumstansial / situasional;
• Penggunaan intensif / reguler; dan
• Penggunaan kompulsif / adiktif.
Lihat halaman penjelasan 2.1: Deskripsi progresi dari setiap tingkat penggunaan.
56
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 3
SAINS ADIKSI
57
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
58
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Sambutan dan mengulas materi hari 1 15 menit
Introduksi modul 3 10 menit
Latihan kelompok kecil: Apakah adiksi itu? 30 menit
Presentasi: Sains adiksi, bagian 1 20 menit
Latihan: Komunikasi otak 45 menit
Ishoma 15 menit
Presentasi: Sains adiksi 2 15 menit
Latihan: Zat psikoaktif dan komunikasi otak 60 menit
Presentasi: Adiksi dan sirkuit ganjaran 30 menit
Ishoma 60 menit
Presentasi: Kerentanan terhadap adiksi 20 menit
Latihan kelompok kecil: Ulasan kelompok belajar 60 menit
Rehat 15 menit
Objektif pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 3 akan mampu untuk:
Mendefinisikan adiksi;
Mendiskusikan mengapa adiksi dipertimbangkan sebagai suatu penyakit otak; dan
Memberikan suatu penjelasan dasar tentang bagaimana zat psikoaktif berpengaruh
terhadap otak.
59
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
MODUL 3
SAINS ADIKSI
Jurnal
3.2
60
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 3 Obyektif Pembelajaran
Mendefinisikanadiksi
Mendiskusikan mengapa adiksi
dipertimbangkan sebagai penyakit otak
Menyiapkan deskripsi dasar cara kerja zat
psikoaktif memberi efek pada otak
3.3
61
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil:
Apakah Adiksi itu?
3.4
Adiksi
3.5
62
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sains (Ilmu Pengetahuan) Adiksi
3.6
63
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Penyakit
3.7
Simtom / Gejala
3.8
64
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Tanda
3.9
65
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Pencitraan Otak
MRI
PET
SPECT
3.10
Penyakit
ADIKSI DAN
PENYAKIT
JANTUNG
KEDUANYA
MEMBUAT
PERUBAHAN
BIOLOGIK
3.11
66
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Agen Penyebab
3.12
67
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Faktor Lain
3.13
Faktor Lain
3.14
68
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Genetik
3.15
69
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Patogenesis
3.16
Penyakit Kronis
Berlangsung lama
Tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikelola (pulih)
3.17
70
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Penyakit Kronis
3.18
71
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Penyakit Otak
3.19
Penyakit kambuhan
3.20
72
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Bersifat Kambuhan
3.21
73
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Lapse dan Relapse
3.22
Introduksi :OTAK
3.23
74
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Komunikasi Otak
3.24
75
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Struktur Neuron
Myelin Sheath
3.25
Komunikasi Otak
3.26
76
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Dopamin
Dopamine
Dopamine
Receptor
3.27
77
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Komunikasi Otak
3.28
Komunikasi Otak
Dopamine
Transporters
Dopamine
3.29
78
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan : Komunikasi Otak Normal
79
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Rehat
15 menit
3.31
3.32
80
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Komunikasi Otak
3.33
81
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Kokain
Transporters
3.34
3.35
82
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan : Zat Mempengaruhi
Komunikasi Otak - Heroin
3.36
83
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Bagian Otak yang Paling dipengaruhi
Penggunaan Zat
Batang otak
Korteks otak
Sistem limbik
3.37
Batang Otak
Pengendali
fungsi vital
untuk hidup,
seperti debar
jantung,
pernafasan
dan tidur
Batang
Otak
3.38
84
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Korteks otak
Korteks otak
Memroses
informasi dari
indera; pusat
berpikir dan
memberikan
judgment dalam
otak
3.39
85
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Sistem Limbik
Terdiri dari
sirkit ganjaran
(reward)
Sistem
Limbik
3.40
3.41
86
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Adiksi dan Sirkit Ganjaran
3.42
87
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Efek pada Sirkit Ganjaran dalam Otak
3.43
3.44
88
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Adiksi dan Sirkit Ganjaran
3.45
89
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Ketersediaan Reseptor Dopamin
Otak pengguna
Otak sehat
kokain kronis
3.46
Sumber: National Institute on Drug Abuse. (2007). Science & Practice Perspectives, 3(2).
Toleransi
3.47
90
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Progresi Adiksi 1
KELUARGA
OLAHRAGA
Zat MAKANAN
KELUARGA
KAWAN KERJA
OLAHRAGA
SEKOLAH
Zat
KELUARGA
KAWAN
3.48
91
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Progresi Adiksi 2
Zat
KAWAN FAMILY
WORK
SEKOLAH Zat
OLAHRAGA
Zat
KAWAN
3.49
Progresi Adiksi 3
Zat
Zat
Zat Zat
3.50
92
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kriteria ICD dari WHO dalam Mendiagnosis
Adiksi atau Ketergantungan Zat
3.51
93
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Ishoma
60 menit
3.52
Keingintahuan
Teman menggunakan
Supaya merasa lebih nyaman
Untuk merayakan sesuatu
Untuk merasa lebih baik
Untuk dapat melakukan lebih baik
3.53
94
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Adiksi
Tidak seorangpun
berencana untuk
menjadi
ADIKSI
3.54
95
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?
3.55
Biology/Genes
Biologi/
Interaksi Biology/Genes
lingkungan Lingkungan
3.56
96
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?
3.57
97
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?
3.58
3.59
98
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?
3.60
99
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang
Mencoba Zat menjadi Adiksi?
3.61
3.62
100
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok Kecil : Studi Kasus
3.63
101
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Rehat
15 menit
3.64
102
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 3 —Ilmu Pengetahuan Adiksi, Ringkasan
Apa itu Adiksi?
Adiksi zat (narkoba) bukan hanya sekedar menggunakan zat dalam jumlah yang
banyak.
NIDA (National Institute on Drug Abuse) memberikan definisi tentang adiksi
sebagai berikut:
“Suatu penyakit otak kronis mudah kambuh yang ditandai dengan dorongan
kompulsif untuk mencari dan menggunakan zat, walaupun memiliki konsekeunsi
berbahaya”.
Suatu definisi penyakit yang umum adalah setiap perubahan struktur atau fungsi
normal pelbagai bagian tubuh, organ, atau sistim yang dapat dari seperangkat
gejala-gejala dan tanda-tanda yang khas. Adiksi memenuhi kriteria sebagai suatu
penyakit karena, seperti penyakit jantung,adiksi mengubah fungsi normal suatu
organ, dalam hal ini otak, dan mempunyai seperangkat i gejala-gejala dan tanda-
tanda.yang khas.
• Gejala bersifat subjektif—sesuatu yang secara langsung dialami dan tidak bisa
dilihat atau diukur oleh orang lain. Contoh gejala-gejala termasuk sakit perut,
kelelahan, atau pening. Gejala untuk adiksi adalah sugesti (keinginan yang kuat
untuk menggunakan).
• Tanda adalah suatu indikasi fisik objektif dari suatu penyakit yang dapat dilihat
atau diukur oleh orang lain. Contohnya seperti: ruam kulit, demam, atau tekanan
darah tinggi. Tanda dari adiksi dapat berupa abses pada bagian tubuh bekas
tempat menyuntik, atau adanya perbedaan aktivitas pada otak yang diukur
melalui teknologi pencitraan.
Teknologi pencitraan terkini memungkinkan peneliti untuk melihat apa yang terjadi
di dalam otak ketika merespon penggunaan zat dan adiksi. Teknologi ini meliputi:
• Magnetic Resonance Imaging (MRI);
• Positron Emission Tomography (PET) scan; dan
• Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Penelitian telah membuktikkan bahwa terdapat perbedaan biologis yang jelas
dari otak orang yang mengalami masalah adiksi (kecanduan), dengan otak dari
orang yang tidak mengalami masalah adiksi. Hal ini mirip seperti jantung yang
mengalami gangguan jantung, jelas memiliki perbedaan biologis dengan jantung
yang sehat.
Agen, adalah suatu istilah yang sering digunakan ketika mendiskusikan tentang
etiologi (ilmu mengenai sebab dan asal penyakit) atau penyebab. Sebagai contoh,
agen etiologikal dari AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jika anda
mengalami masalah tenggorokan parah, penyebabnya mungkin adalah bakteri
streptococcus.
Dalam hal masalah adiksi, agen penyebabnya dapat dianggap dari faktor
penggunaan zat.
Tidak semua penyakit memiliki agen penyebab eksternal. Penyakit jantung dan
diabetes adalah contohnya.
Meskipun agen penyebab dibutuhkan untuk berkembangnya suatu penyakit,
namun biasanya tidak cukup jika hanya terdiri dari satu faktor itu saja.
103
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Lingkungan, gaya hidup dan faktor genetic seseorang juga memainkan peran penting.
Banyak studi telah membuktikan bahwa separuh dari resiko individu menjadi kecanduan
nikotin, alkohol dan jenis zat (narkoba) lainnya, tergantung pada faktor genetiknya.1
Istilah lain dari penyakit yang digunakan adalah patogenesis, atau progresi suatu
penyakit dari asal-usulnya melalui pengembangan kritis dan hasil yang diharapkan.
Sebagian besar penyakit, ketika tidak diobati, mengikuti jalur umum yang diprediksi
dari perkembangan gejala dan perubahan biologis. Hal ini juga berlaku untuk masalah
adiksi.
Elemen lain dari definisi adiksi adalah penyakit kronik. Penyakit kronik didefinisikan
sebagai sebuah penyakit yang bertahan lama dan tidak dapat disembuhkan, namun
dapat dikelola (pulih).
Unsur definisi adiksi yang lain adalah penyakit yang kronis. Penyakit kronis adalah
penyakit yang berlangsung lama, tidak bisa diobati tetapi dapat dikendalikan.
Adiksi didefinisikan sebagai suatu penyakit yang kronis karena otak menunjukkan
perubahan-perubahan yang jelas setelah penggunaan narkoba yang dapat bertahan
lama walaupun penggunaan narkoba sudah dihentikan. Seperti layaknya penyakit
diabetes dan hipertensi, tidak bisa diobati, tetapi dapat dikelola dengan intervensi
farmakoterapi dan konseling atau hanya dengan konseling saja.
Adiksi dipertimbangkan sebagai suatu penyakit otak, karena narkoba mengubah
struktur otak dan cara kerjanya. Perubahan otak ini dapat berlangsung lama dan dapat
menjurus kepada adiksi dan perilaku-perilaku berbahaya yang berhubungan dengan
adiksi
Kekambuhan (relapse) tercakup dalam definisi adiksi dan karena sifatnya yang kronis
kekambuhan penggunaan narkoba bukan hanya mungkin, tetapi sering terjadi.
Kekambuhan adalah bagian dari semua penyakit kronis, tidak hanya adiksi.
Angka kekambuhan penggunaan narkoba menyerupai angka kekambuhan semua
penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi.2
Adalah penting untuk membedakan antara lapse (sering disebut dengan istilah slip)
dan relapse:
• Lapse adalah penggunaan kembali narkoba untuk waktu singkat, sering kali
hanya satu kali. Sebagai contoh, seseorang bertemu dengan teman lama yang
masih menggunakan narkoba. Ia mungkin ikut menggunakan dengan teman lama
tersebut dan segera menyesalinya. Kadang-kadang lapse dicetuskan oleh stres,
ketidak bahagiaan, atau kelelahan.
• Relapse adalah kembali menggunakan narkoba dengan cara yang sama seperti
sediakala sebelum berhenti.
Lapse umum terjadi pada awal langkah-langkah recovery. Lapse dapat menjurus
kepada relapse tetapi tidak selalu, dan dapat dicegah.
Komunikasi otak
• Otak dalah suatu pusat komunikasi terdiri dari milyaran neuron atau sel saraf.
• Masing-masing neuron terdiri dari suatu badan sel dan inti, ekor yang disebut
akson, ujung akson, dan dendrit-dendrit (proyeksi-proyeksi seperti cabang).
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2008). Genetics of addiction: A research update from the National Institute on Drug Abuse. Retrieved April
17, 2011, from http://www.drugabuse.gov/tib/genetics.html
2 McLellan, A.T., Lewis, D.C., O’Brien, C.P., & Kleber, H.D. (2000). Drug dependence, a chronic medical illness: Implications for treatment, insurance,
and outcomes evaluation. JAMA, 284(13), 1689–1695.
104
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Neuron mengirimkan pesan-pesan kepada sel-sel yang lain melalui ujung akson
dan menerima pesan-pesan dari sel-sel lainnya pada sisi reseptornya. Badan sel
mengarahkan semua aktivitas dari neuron.
Dendrit-dendrit (bagian yang kelihatan seperti cabang pohon) adalah serabut-
serabut pendek diselubungi oleh reseptor. Reseptor ini menerima pesan-pesan
dari neuron-neuron lainnya dan menyampaikan pesan-pesan tsb kepada badan
sel.
Akson adalah suatu serabut tunggal panjang yang mengirim rangsang atau
pesan-pesan, dari badan sel kepada dendrit-dendrit dari neuron-neuron yang
lain. Akson diselubungi oleh selubung mielin sehingga meningkatkan kecepatan
hantaran impuls.
Jaringan neuron-neuron mengirim pesan-pesan bolak-balik kepada berbagai
struktur-struktur yang berbeda di dalam otak, tulang belakang (sistem saraf
pusat), dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tepii termasuk semua saraf menuju
lengan,tungkai,tangan-tangan, dan kaki; pada dasarnya semua sistem syaraf di
luar sistem saraf pusat itu.
Jaringan syaraf ini mengkoordinir dan mengatur segala hal yang kita rasakan,
pikirkan, dan kerjakan.
Masing-masing sel saraf di dalam otak mengirim dan menerima pesan-pesan
dalam wujud impuls kimiawi:
Bahan-bahan kimiawi ini disebut neurotransmiter-neurotransmiter.
Otak mempunyai beraneka macam neurotransmiter.
Neuron pengirim melepaskan suatu neurotransmiter dari akson terminal melintasi
ruang antara neuron-neuron yang disebut Sinaps atau Celah Sinaptik.
Neurotransmiter menempel kepada lokasi yang khusus pada sel penerima yang
disebut Reseptor.
Begitu neuron penerima mendapat dan memproses pesan, dia menjadi neuron
pengirim dan menyampaikan pesan itu kepada neuron-neuron yang lain.
Neurotransmiter dan reseptornya bekerja seperti suatu kunci dan gemboknya.
Masing-masing reseptor akan menyampaikan pesan yang sesuai, hanya setelah
berinteraksi dengan neurotransmitter yang tepat.
Begitu dopamin dilepaskan dari sel pengirim, menyeberangi sinapsis dan
menghubungi reseptornya, transporter berada di sel pengirim untuk mendaur
ulang dopamin dan mengembalikannya ke dalam sel yang melepaskannya.
Peristiwa ini disebut Reuptake (pengambilan kembali).
Reuptake menghentikan sinyal diantara neuron-neuron, ketika pesan telah
dikomunikasikan.
105
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Beberapa zat psikoaktif, seperti ganja dan heroin, dapat mengaktifkan neuron-
neuron karena struktur kimiawi mereka menyerupai neurotransmiter alami.
Kemiripan struktur kimia ini dapat mengelabuhi reseptor dan membiarkan zat
psikoaktif ini mengunci danmengaktifkan sel saraf.
Meski zat psikoaktif ini menyerupai bahan kimiawi di dalam otak, mereka tidak
mengaktifkan sel saraf dengan cara yang sama seperti neurotransmiter alami, dan
mereka memancarkan pesan-pesan abnormal dalam jaringan otak.
Zat psikoaktif lain, seperti amfetamin atau kokain, dapat menyebabkan sel-sel
syaraf melepaskan sejumlah besar neurotransmiter-neurotransmiter alami atau
mencegah pengambilan kembali (reuptake) bahan-kimia otak ini. Gangguan ini
menghasilkan penguatan pesan yang pada akhirnya mengganggu saluran-saluran
komunikasi.
• Sementara itu, komunikasi itu terus berlangsung karena dopamin tidak bisa
dikembalikan ke sel pengirim.
• Efek heroin berbeda dengan efek kokain. Heroin meniru aksi neurotransmiter-
neurotransmiter.
• Zat-zat alami ini mengirimkan pesan-pesan mereka dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan semua neurotransmitter—dengan menghubungi
receptor-reseptor. Tempat khusus ini disebut reseptor opiat.
• Opiat reseptor mengenal heroin dan opioid-opioid lain, dan mengizinkan zat-
zat tersebut untuk melekat.
106
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sirkuit / sistem ganjaran
Otak berkomunikasi di semua bagian otak dengan cara yang sama. Bagaimanapun,
berbagai bagian yang berbededa dari otak bertanggung jawab mengkoordinir
dan melaksanakan fungsi-fungsi spesifik, dimana area-area tertentu dari otak itu
lebih mudah dipengaruhi oleh narkoba dibandingkan zat lainnya.
Daerah-daerah di otak yang banyak terlibat dalam proses adiksi dan dipengaruhi
narkoba adalah batang otak, korteks otak besar dan sistim limbik.
• Batang otak mengendalikan fungsi-fungsi penting kehidupan, seperti denyut
jantung, bernafas, dan tidur.
• Bagian terdepan otak, korteks otak besar atau otak depan memproses informasi
dari panca indera,dan merupakan pusat berpikir dan penilaian dari otak. Dia
memperkuat kemampuan kita berpikir,merencanakan,memecahkan masalah
dan membuat keputusan.
• Sistim limbik berisi sirkuit ganjaran otak. Sistim limbik menghubungkan
sejumlah struktur-struktur otak yang mengendalikan dan mengatur kemampuan
untuk merasa senang. Perasaan senang memotivasi kita untuk mengulangi
perilaku-perilaku seperti makan—aksi-aksi yang bersifat penting bagi eksistensi.
Sistim limbik diaktifkan ketika kita melaksanakan aktivitas diatas dan ketika
menggunakan narkoba. Sebagai tambahan, sistim limbik bertanggung jawab
atas persepsi dari emosi yang lain, baik hal positif maupun hal negatif, yang
menjelaskan perubahan suasana hati akibat narkoba.
Sistim limbik terbagi menjadi area-area yang mengontrol fungsi-fungsi khusus.
Berbagai area memproses informasi dari indera-indera kita yang membuat kita
mampu melihat, mencium, merasa, mendengar dan mencicipi sesuatu.
Sirkuit ganjaran otak itu, di dalam sistim limbik, memegang peranan penting
dalam berkembangnya adiksi.
Otak kita dilengkapi dengan sistem untuk memastikan bahwa kita mengulangi
aktivitas kesinambungan hidup dengan menghubungkan aktivitas itu dengan rasa
senang atau ganjaran.
Semua rasa senang atau ganjaran tersebut secara garis besar berhubungan
dengan neurotransmitter dopamin. Kegiatan kelangsungan hidup sehari-hari,
seperti makan dan seks, menstimuli produksi dari dopamin.
Semua penyalahgunaan narkoba menyasar kepada sistem ganjaran otak, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan cara membanjirinya dengan dopamin
dan/atau transmitter-transmitter lain.
Bagaimanapun juga, ganjaran yang diinduksi oleh zat, lebih kuat dari ganjaran
yang terjadi secara alami.
Ketika beberapa zat penyalahgunaan itu diambil, mereka dapat melepaskan 2
sampai 10 kali jumlah dopamin lebih banyak dari yang ganjaran alami lakukan.
Dalam beberapa kasus, ini terjadi cukup cepat (seperti ketika zat dihisap/dirokok
atau disuntikkan). Efek yang terjadi juga bisa bertahan lebih lama daripada yang
dihasilkan oleh ganjaran alami.
Stimulasi yang berlebihan dari sirkuit ganjaran ini menghasilkan efek-efek euforia
yang dicari oleh orang yang menyalahgunakan zat psikoaktif, dan mengajarkan
mereka untuk mengulangi perilaku tersebut.
107
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Kapanpun sirkuit ganjaran ini diaktifkan secara alami, otak mencatat bahwa sesuatu
yang penting sedang terjadi dan perlu untuk diingat, dan mengajarkan kita
untuk melakukannya berulangkali, tanpa memikirkannya. Karena penyalahgunaan
narkoba merangsang sirkuit yang sama, orang akan belajar menyalahgunakan
narkoba dengan cara yang sama.
Efek hasil sirkuit kesenangan otak itu mengerdilkan kesenangan yang dihasilkan
oleh perilaku alami seperti makan dan seks.
Efek dari ganjaran yang sangat kuat tersebut akan menguatkan motivasi orang
untuk menggunakan narkoba berulang-ulang kali.
Overstimulasi sistem ganjaran ini bahkan menjadi sangat kompleks, mendorong
otak untuk mencoba melakukan kompensasi dan mengembalikan keseimbangan.
Otak melakukan penyesuaian terhadap berlimpahnya produksi dopamin ini
(dan neurotransmiter-neurotransmiter lain) dengan menghasilkan lebih sedikit
dopamin atau dengan mengurangi banyaknya reseptor yang dapat menerima dan
memancarkan sinyal.
Sebagai hasilnya, dampak dopamin pada sistem ganjaran di otak seorang yang
menyalahgunakan zat menjadi jauh menurun, dan kemampuan untuk menikmati
kesenangan secara normal menjadi berkurang.
Inilah alasan mengapa orang yang menyalahgunakan zat akhirnya merasa lesu
dan tertekan, dan tidak dapat merasakan hal-hal yang sebelumnya mendatangkan
rasa senang.
Hingga akhirnya perlu menggunakan zat hanya untuk mengembalikan fungsi
dopamin supaya normal. Orang itu harus menggunakan zat dalam jumlah lebih
banyak, dibandingkan jumlah yang digunakannya pertama kali, untuk mendapatkan
efek yang diinginkan dari dopamin (high dopamin) – efek ini disebut toleransi.
Penyalahgunaan yang berlanjut akan menyebabkan terjadinya toleransi (kebutuhan
akan lebih banyak narkoba untuk menghasilkan pengaruh yang sama), mungkin
juga menjurus kepada adiksi,yang akan mendorong seseorang untuk mencari dan
menggunakan zat secara kompulsif.
Adiksi zat mengikis pengendalian-diri dan kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan-keputusan yang tepat, ketika rangsangan terus dikirimkan untuk
menggunakan narkoba.Selanjutnya orang tidak punya waktu lagi untuk berpikir
tentang hidupnya dan lebih banyak menggunakan waktunya untuk memikirkan
bagaimana mendapatkan dan menggunakan narkoba.
• Pada mulanya, seseorang itu menggunakan narkoba kadang-kadang atau coba-
coba (rekrekasi atau karena lingkungan) Minat lain tetap utuh dan seimbang.
• Ketika penggunaan meningkat, orang mulai lebih memikirkan narkoba dan
lebih banyak menggunakan waktu untuk merencanakan dan memperoleh
narkoba(penggunaan intensif).
• Pada akhirnya, seseorang menghabiskan waktu dan tenaganya untuk
mendapatkan dan menggunakan narkoba (penggunaan kompulsif atau adiksi).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan Penggolongan Penyakit Internasional
versi 10 (InternationaI Classification Disease / ICD-10)1, yang menggambarkan
kriteria-kriteria diagnosis adiksi zat (narkoba):
1 World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva:
Author.
108
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Suatu keinginan yang kuat untuk menggunakan zat;
• Kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya;
• Melanjutkan untuk menggunakan zat meskipun konsekuensi-konsekuensinya
berbahaya;
• Memprioritaskan penggunaan zat dibanding aktifitas-aktifitas dan kewajiban-
kewajiban lain.
• Toleransi yang meningkat; dan
• Kadang-kadang terjadi keadaan putus zat.
109
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Sebagian orang mulai menggunakan narkoba untuk bekerja lebih baik. Sebagai
contoh:
• Untuk memperbaiki konsentrasi atau mampu belajar lebih lama;
• Untuk merasa “lebih akurat”;
• Memperbaiki kinerja atlit; dan
• Untuk melakukan lebih banyak pekerjaan dalam waktu singkat atau terjaga
lebih lama.
Apapun alasan seseorang untuk mulai menggunakan zat, seseungguhnya tidak
ada seorang pun yang pernah berencana untuk menjadi kecanduan.
Orang yang menggunakan zat psikoaktif hanya untuk mencoba, hanya sesekali
atau beberapa kali saja. Namun setiap orang yang menjadi pecandu, mulai
menggunakan sebagai pengguna situasional, dan cara penggunaan awal ini
bersifat sukarela dan keputusan yang terkendali.
Dengan berjalannya waktu dan penggunaannya terus berlanjut, seseorang dapat
beralih dari yang tadinya bersifat sukarela menjadi penggunaan secara kompulsif.
Lalu, kenapa tidak setiap orang yang mencoba zat menjadi kecanduan?
Alasannya adalah karena kerentanan berbeda dari orang ke orang. Secara garis
besar, semakin banyak seseorang memiliki faktor-faktor resiko, semakin besar
pula kesempatan seseorang untuk menggunakan zat dan menjurus kepada
penyalahgunaan zat maupun kecanduan.
Tidak ada satu faktor tunggal tertentu yang menentukan apakah seseorang akan
menjadi kecanduan. Risiko untuk menjadi kecanduan dipengaruhi oleh faktor-
faktor biologis dan lingkungan dan oleh interaksi antara keduanya.
Gender atau etnisitas juga mempengaruhi risiko, dan individu dengan gangguan
mental memiliki risiko yang lebih besar untuk menyalahgunakan zat dan menjadi
pecandu dibanding populasi umum.
Usia juga penting. Meski menggunakan zat pada umur berapapun dapat menjurus
kepada kecanduan. Riset menunjukkan bahwa semakin muda usia seseorang
menggunakan zat, semakin besar kemungkinan untuk menjadi penyalahguna zat
yang serius.
Para ilmuwan menduga bahwa faktor genetik bertanggung jawab antara 40 – 60
persen dari kerentanan seseorang terhadap adiksi, termasuk efek-efek lingkungan
terhadap fungsi dan ekspresi genetik.1
Ada beberapa bukti bahwa bahkan kemungkinan seseorang akan mulai
menggunakan zat, mungkin sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik.
Sebagai contoh, sebuah studi terkini (luas) menemukan bahwa penggunaan ganja
dan alkohol tampaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik umum.2
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity—Addiction and other mental illnesses. Bethesda,
MD: U.S. National Institutes of Health.
2 Sartor, C.E., Grant, J.D., Bucholz, K.K., Madden, P.A.F., Heath, A.C., Agrawal, A., et al. (2010). Common genetic contributions to alcohol and
cannabis use and dependence symptomatology. Alcoholism: Clinical and Experimental Research, 34(3), 545–554.
110
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Gen adalah unit fungsional yang membentuk DNA kita. Setiap gen seperti buku
yang menyimpan berbagai macam informasi. Gen berisi informasi yang diperlukan
untuk membuat protein atau Asam ribonukleat (RNA), blok bangunan kehidupan.
Penelitian pada genom manusia telah menunjukkan bahwa urutan DNA dari
setiap dua individu adalah 99,9 persen identik. Namun demikian, variasi 0,1 persen
tersebut adalah sangat penting, memberikan kontribusi untuk perbedaan yang
terlihat, seperti tinggi badan dan warna rambut, dan juga perbedaan yang tidak
terlihat, seperti pencegahan dan peningkatan risiko serangan jatung, stroke,
diabetes, dan adiksi.1
Beberapa penyakit, seperti anemia sel sabit atau fibrosis kistik, disebabkan oleh
kesalahan dalam gen tunggal. Namun kebanyakan penyakit, termasuk kecanduan,
lebih rumit, timbul dari interaksi yang kompleks antara beberapa gen dan dari
genetik interaksi dengan pengaruh lingkungan.
Sebagai contoh, kerentanan terhadap tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh faktor
genetik dan gaya hidup, termasuk pola makan, stres, dan olahraga. Penelitian
menunjukkan bahwa gen juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang
merespon lingkungannya, menempatkan beberapa individu yang berisiko lebih
tinggi daripada yang lain.
Faktor lingkungan (misal, kondisi-kondisi di rumah, di sekolah, di dalam lingkungan)
berperan juga.
Orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua yang menyalahgunakan narkoba
atau terlibat dalam perbuatan kriminal dapat meningkatkan risiko-risiko anak-
anak mengembangkan masalah penyalahgunaan zat.
Para teman dan lingkungan sebaya mempunyai pengaruh yang besar ketika masa
remaja, walaupun sesungguhnya dapat mempengaruhi penggunaan pada setiap
usia. Kurangnya dukungan keluarga atau dukungan sosial, kurangnya keterampilan
sosial dan faktor-faktor yang sama juga meningkatkan risiko seseorang menjadi
pecandu.
Faktor-faktor budaya memainkan peran juga. Jika kultur tertentu betul-betul
mencela penggunaan zat, tingkat adiksi dapat lebih rendah. Walaupun demikian
jika penggunaan zat adalah bagian integral dari perayaan-perayaan budaya,
mungkin sedikit sekali hambatan bagi seseorang untuk mulai dan seterusnya
melanjutkan penggunaan zat.
Bagaimana zat itu digunakan adalah juga suatu faktor. Menghisap atau menyuntik
zat meningkatkan potensi adiktifnya. Kedua cara tersebut, yaitu mengisap dan
menyuntik zat, akan masuk ke dalam otak dalam hitungan detik, dan menghasilkan
rasa nikmat yang luar biasa.
Walaupun demikian rasa nikmat luar biasa ini segera hilang dalam hitungan menit,
menyebabkan seorang pengguna jatuh kebawah level normal. Ini suatu kontras
yang tidak menyenangkan, dan para ilmuwan yakin bahwa perasaan tertekan
ini mendorong individu untuk mengulangi penggunaan zat untuk memperoleh
kembali status kenikmatan yang tinggi.
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity—Addiction and other mental illnesses. Bethesda,
MD: U.S. National Institutes of Health.
111
Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
112
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 4
STIGMA SOSIAL
113
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
114
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Pengenalan Modul 4 10 menit
Presentasi: Stigma sosial 25 menit
Latihan kelompok kecil: Bermain peran tentang stigma 60 menit
Evaluasi dan rangkuman hari kedua 20 menit
Objektif pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk:
Mendefinisikan stigma sosial;
Menjelaskan efek-efek yang mungkin diakibatkan dari stigma terkait dengan
adiksi; dan
Menjelaskan tiga strategi untuk menanggulangi stigma.
115
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
MODUL 4
STIGMA SOSIAL
Mendefinisikanstigma sosial
Mendeskripsikan dampak stigma terkait adiksi
Mendeskripsikan setidaknya tiga strategi untuk
menanggulangi stigma
4.2
116
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Stigma Sosial
4.3
117
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Stigma Sosial
4.4
Stigma Sosial
4.5
118
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Studi tentang Stigma
Sumber :Luoma,J.B., Twohig,M.P.Waltz,T., Hayes,S.C., Roget, N., Pdilla,M., & Fisher, G. (2007).
4.6
An investigation of stigma individuals receiving treatment for substance abuse. Addictive Behaviour. 32 (7).1331-1346
119
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Stigma
4.7
Stigma
4.8
120
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Kata-kata!
4.9
121
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Bahasa yang Menstigma
Pengguna = User
Penyalahguna = Abuser
Penasun = Intravenous drug user
Junkie
Addict
4.10
Bahasa Menstigma
Clean
Dirty
4.11
122
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Bahasa: Dahulukan kata ‘Orang’
4.12
123
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Bermain Peran Stigma
4.13
Stigma
124
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Jurnal
125
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Modul 4 – Stigma Sosial, Ringkasan
Stigma sosial terjadi disemua budaya, masyarakat, dan dapat berbeda antara
sub-kelompok dalam sebuah komunitas. Sebagai contoh, orang dengan tato atau
tindikan dibeberapa bagian tubuhnya dianggap sebagian remaja sebagai sesuatu
yang keren, tapi mungkin mereka distigmatisasi oleh kelompok yang lain.
Stigma seringkali terjadi karena kekuatiran yang tidak beralasan, kurangnya
pengetahuan, atau kurangnya informasi tentang sebagian orang atau kelompok.
Stigma sosial dapat didefinisikan penolakan berlebihan terhadap karakteristik atau
keyakinan personal yang bertentangan dengan norma budaya.1
Stigma Sosial seringkali menyebabkan seseorang kehilangan statusnya,
didiskriminasi, dan dikucilkan dari peran serta yang bermakna dalam masyarakat.
Diskriminasi tidak sekedar memiliki pikiran negatif tentang seseorang berdasarkan
karakteristik pribadi atau kelompoknya. Diskriminasi bersifat aktif dalam berberapa
cara dan berdampak pada seseorang yang didiskriminasi. Sebagai contoh:
• Seseorang mungkin berpikir bahwa orang dengan gangguan penggunaan
zat adalah orang bertekad lemah dan tidak bisa dipercaya, walaupun sudah
berada dalam masa pemulihan. Ini adalah prasangka yang mungkin dapat
mempengaruhi orang yang dalam masa pemulihan secara nyata atau mungkin
tidak mempengaruhinya.
• Namun, seseorang yang sedang dalam masa pemulihan ditolak bekerja karena
pikiran negatif perusahaan tentang gangguan penggunaan zatnya, adalah
sebuah tindakan nyata yang berefek langsung terhadap orang tersebut; Ini
merupakan perbuatan diskriminasi.
Stigma cenderung muncul ketika hakikat dari suatu kondisi tidak dapat dipahami.
Stigma dapat menghambat keberhasilan terapi untuk penyakit apapun, termasuk
gangguan penggunaan zat. Sebagai contoh:
• Orang yang memandang adiksi sebagai sebuah masalah yang terstigma,
mungkin akan merasa malu dan enggan mencari terapi; dan
• Dukungan sosial untuk pemulihan kemungkinan tidak memadai di dalam
komunitas yang menstigma adiksi.
Orang dengan adiksi seringkali mempunyai kondisi atau pengalaman lain yang
juga terstigmatisasi. Sebagai contoh:
• HIV/AIDS;
• Hepatitis;
• Gangguan mental; dan atau
• Catatan kriminal.
Pusat Teknologi Adiksi dan Penyalahgunaan Zat (Center for Adicction and
Substance Abuse Technologies) Universitas Nevada, Amerika Serikat telah
melakukan penilitian tentang dampak dari stigma. Penilitian tersebut melibatkan
197 orang yang berada dalam rawat jalan atau residensial.
126
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Laporan tentang studi stigma mendapatkan bahwa :
Orang yang menyuntikkan narkoba dan mereka yang telah beberapa kali menjalani
terapi melaporkan lebih distigma daripada yang bukan dua kelompok tersebut,
bahkan juga dari para petugas dalam sistim perawatan (terapi)
Penilitian ini juga menemukan hubungan langsung antara tingkat stigma yang
dialami dengan pemulihan seseorang. Bahkan, penelitian ini mengemukakan
bahwa orang dengan Gangguan Penggunaan Zat menjadi kurang mandiri sebagai
akibat dari stigma.
Stigma adalah sebuah aspek yang sulit dalam adiksi karena stigma membuat
individu dan keluarga lebih berat dalam menghadapi masalahnya dan untuk
mencari bantuan yang dibutuhkan.
Para peneliti di Universitas Nevada menemukan bahwa orang yang merasa harus
mengahadapi adiksinya sendirian memiliki kesehatan jiwa buruk yang mengurangi
kemungkinan pemulihan
Sistim terapi (rehabilitasi) dan para petugasnya tidak kebal terhadap prasangka.
Profesional atau petugas terapi juga dapat secara tidak sengaja menstigma klien
dengan bahasa yang mereka gunakan
Istilah yang umum digunakan untuk mengambarkan klien dan masalahnya adalah
pengguna (user), penyalahguna (abuser), Pengguna NAPZA Suntik (intravenous
drug user/IDU), junkie, dan pecandu (addict). Istilah-istilah ini termasuk menstigma
karena beberapa alasan:
127
Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
• Istilah tersebut menyiratkan kekekalan (permanen) kondisi memiliki GPZ, tanpa
memberikan ruang akan perubahan status; dan
• Istilah tersebut seringkali digunakan sebagai penghinaan oleh masyarakat
umum.
Demikian pula, istilah “bersih” (clean) dan “kotor” (dirty) memperkuat terjadinya
stigma. Ketika bersih digunakan untuk mengambarkan seseorang dalam pemulihan,
kata itu menyiratkan bahwa ia dulu kotor. Ketika digunakan untuk mengambarkan
hasil tes zat yang positif atau negatif, kata bersih atau kotor mengasosiasikan
sebuah gejala penyakit dengan kotoran.
Salah satu cara untuk menghindari penggunaan bahasa yang menstigma adalah
dengan mendahulukan kata orang
• Orang dengan Gangguan Penggunaan Zat;
• Orang yang menyuntik obat; dan
• Orang dengan adiksi.
Istilah “klien” dan “pasien” menggambarkan status seseorang dalam terapi,
bukan mengambarkan diri mereka sebagai individu.
Persepsi bahwa pecandu kurang dari manusia pada umumnya atau tidak berharga,
dapat:
• Dapat mengarah kepada terwujudnya prediksi-diri, bahwa siapa yang
kecanduan tidak dapat pulih atau berperan positif dan produktif dalam
masyarakat;
• Dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi (misal perusahaan tidak menerima
karyawan dalam masa pemulihan); dan
• Dapat membuat orang dengan adiksi merasa putus asa dan enggan mencari
bantuan.
Tidak ada cara mudah untuk mengatasi stigma, namun menyadari akibat dari
stigma dan berusaha untuk mengenalinya,serta menghadapi pikiran dan perasaan
negatif terhadap mereka dengan adiksi, dapat memberikan hasil yang lebih positif
bagi individu dan masyarakat.
Konselor yang bekerja dengan GPZ tidak kebal dari kemungkinan prasangka.
Dengan jujur mengevaluasi sikap dan perasaan sendiri dapat membantu anda
bekerja lebih efektif dengan klien.
128
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 5
PENYALAHGUNAAN ZAT: KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK
DAN KONSEKUENSI-KONSEKUENSI
129
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
130
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Sambutan, ulasan keseluruhan dan ulasan tugas jurnal 45 menit
Pengenalan Modul 5 5 menit
Presentasi: Ulasan tentang penyalahgunaan narkoba 10 menit
Latihan Kelompok Kecil: Karakteristik, efek dan konsekuensi-
45 menit
konsekuensi kesehatan dari narkoba tertentu, Bag.1 – Persiapan
Rehat 15 menit
Latihan: Karakteristik, efek,dan konsekuensi kesehatan dari narkoba
60 menit
tertentu, Bag.2 – Presentasi
Presentasi: Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan narkoba 20 menit
Latihan Kelompok Kecil: Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan
30 menit
narkoba
ISHOMA 60 menit
Latihan Kelompok Kecil: Penggunaan narkoba di masyarakat 45 menit
Presentasi: Sistem keluarga – Fungsional dan Disfungsional 30 menit
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang melengkapi Modul 5 akan mampu:
Menjelaskan tiga karakteristik dari sedikitnya dua narkoba dari setiap golongan;
Mendiskusikan konsekuensi-konsekuensi penggunaan zat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat;
Mendiskusikan penggunaan zat di masyarakat; dan
Mendiskusikan efek-efek penggunaan narkoba terhadap keluarga.
131
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
MODUL 5
PENYALAHGUNAAN ZAT: KARAKTERISTIK DAN
KONSEKUENSINYA
Jurnal
132
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Modul 5 Introduksi
5.3
133
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Modul 5 Objektif Pembelajaran
5.4
Bentuk 4 kelompok
Pilih jenis klasifikasi zat
Temukan “harta karun” yang tersebar di dalam
ruangan kelas ini
Cocokkan “harta karun” tsb dengan klasifkasi
yang kelompok anda pilih. Jika berbeda
jangan diambil atau kembalikan lagi “harta
karun” tsb pada tempatnya
Presentasikan hasil temuan kelompok Anda!
5.5
134
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Jurnal
135
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Apa yang dimaksud dengan OBAT?
Dalam farmakologi:
Setiap bahan kimia yang mempengaruhi proses
biokimiawi atau fisiologik dalam jaringan tubuh
atau organisme
5.7
Secara umum:
Zat yang digunakan untuk alasan non medis
(misal untuk bersenang-senang)
5.8
136
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Klasifikasi zat — Ikhtisar
5.9
137
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Zat Psikoaktif
5.10
138
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Rehat
15 menit
5.12
139
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi penggunaan Zat
5.13
Sumber: U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women.
5.14
TIP Series 51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: SAMSHA
140
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Perbedaan Respon Fisiologik :
Perempuan
Sumber: 1Hernandez-Avila, C. A., Rounsaville, B. J., & Kranzler, H. R. (2004). Opioid-, cannabis- and alcohol-dependent women
5.15
show more rapid progression to substance abuse treatment. Drug and Alcohol Dependence, 74(3), 265.
141
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Perbedaan Respon Fisiologik :
Perempuan
5.16
5.17
142
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Efek terhadap janin
5.18
143
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Perbedaan Respon Fisiologi : Remaja
5.19
5.20
144
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Perbedaan Respon Fisiologik: Remaja
Copyright ©2004 US.National Academy of Sciences. Gogtay, N., Giedd, J. N., et al. (2004) Dynamic mapping of human cortical 5.21
development during childhood through early adulthood. Proceedings of the National Academy of Sciences, 101(21), 8174-8179
145
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Konsekuensi Penggunaan Zat
5.22
146
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil :
Penggunaan Zat dan Demografi
5.24
147
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
ISHOMA
60 menit
5.25
5.26
148
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Elemen dalam Keluarga
Hierarki
Peran
Peraturan—yang diucapkan dan yang tidak
diucapkan
Pola perilaku
Relasi saling mengunci
5.27
149
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga fungsional
Keluarga Fungsional
150
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Keluarga Disfungsional
5.30
151
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga Disfungsional
5.31
5.32
152
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Peran Kodependensi
Enabler
Hero
Scapegoat
Mascot
Lost child
5.33
153
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Enabler
5.34
Hero
5.35
154
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Scapegoat
5.36
155
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Mascot
Menjadi penghibur
Mengalihkan perhatian
Membuat lelucon tak tepat, kadang melukai
perasaan
Didasari perasaan memalukan, malu, marah
(embarrassment, shame, and anger)
5.37
Lost Child
5.38
156
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Apa yang terjadi pada keluarga ketika si
pengguna berhenti menggunakan?
157
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga
5.40
158
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.1: Opioid (Narkotika)
Asal
Narkotika/opioid bersifat alami, semi-sintetik, atau sintetik yang merupakan derifat
dari opium poppy:
Candu adalah getah setengah kering dari tumbuhan dan 100 persen alami.
Dua alkaloida paling lazim (zat yang memiliki sifat psikoaktif) yang terdapat dalam
candu adalah morfin dan kodein.
Morfin dan kodein dapat diisolasi dan diproses sebagai obat yang terpisah.
Heroin adalah opioid yang semisintetik, maksudnya bahwa dia dapat disintesa
dari opium.
Opioid-opioid semisintetik lain adalah hidrokodon, oksikodon, dan hidromorfon.
Opioid-opioid sintetik tidak berasal dari candu alami tetapi diproduksi dan
mempunyai efek yang serupa.
Metadon, fentanil, dan meperidina adalah opioid-opioid sintetik.
Heroin adalah opioid yang paling sering disalahgunakan.Walaupun heroin awalnya
dikembangkan untuk mendapatkan obat anti nyeri yang potensi adiktifnya kurang dari
morfin, tetapi ternyata menghasilkan efek 5 hingga 8 kali lebih kuat dari morfin dan
bekerja lebih cepat dan bahkan lebih adiktif.
Tampilan (bentuk)
Opium dan heroin secara umum dijual dalam bentuk gumpalan-gumpalan atau blok-
blok seperti aspal hitam atau coklat. Heroin sering kali dijual dalam bentuk bubuk
berwarna putih atau coklat.Morfin tersedia dalam bentuk cairan (untuk suntikan) atau
dalam bentuk tablet. Opioid-opioid sintetik tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul.
Metadon tersedia dalam bentuk tablet atau cairan.
Cara Penggunaan
Opioid-opioid dapat digunakan dengan beberapa cara:
Opium/Candu adalah yang paling umum digunakan dengan dihisap (dirokok).
Heroin dapat dihisap (dirokok), dihirup melalui hidung (baik sebagai bubuk atau
cairan dalam botol semprotan hidung), atau disuntikkan (kedalam otot atau melalui
vena).
Opioid-opioid lain biasanya digunakan secara oral, biasanya dalam bentuk tablet.
Ketika digunakan secara medis untuk menghilangkan rasa nyeri, beberapa opioid
digunakan melalui kapsul atau koyo lepas lambat (“slow release”). OxyContin,
suatu kapsul lepas lambat, telah menjadi masalah besar di beberapa wilayah di
Amerika Serikat. Orang-orang akan membuka kapsulnya, melarutkannya dalam
air, lalu disuntikkan. Koyo (bentuk tempelan), kadangkala disalahgunakan dengan
cara mengguntingnya, kemudian dibuka dan ditelan atau disuntikkan isinya.
159
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Berapa lama efek “high” opiat berlangsung tergantung pada jenisnya. Beberapa
opiat bersifat sebentar (short acting), dan ada juga yang bertahan lama (long acting).
Efek heroin biasanya berlangsung selama 3 sampai 4 jam.
Penggunaan Medik
Penggunaan medik yang utama adalah untuk mengobati rasa nyeri. Opiat juga
digunakan untuk mengobati diare yang berat dan sebagai obat batuk.
Efek”Yang diinginkan”
Menghilangkan rasa nyeri.
Menumpulkan emosi
Mengimpikan sesuatu
Efek Samping
Mual dan muntah
Kebingungan
Pernafasan melambat
Sembelit
Pupil mengecil
Wajah memerah
Mulut kering
Lemah
Agitasi
Sakit kepala
160
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis
Infeksi/peradangan lapisan dan katup-katup jantung.
Penyakit Liver atau ginjal.
Komplikasi –komplikasi pada paru, termasuk infeksi paru seperti pneumonia,
akibat kesehatan pecandu yang buruk dan efek depresi sistem pernafasan
Komplikasi-komplikasi saluran pencernaan akibat konstipasi/sembelit kronis
Konsekuensi-konsekuensi yang secara langsung akibat menyuntik, timbulnya
bisul-bisul dan kolapsnya pembuluh darah vena
Abortus spontan
Bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita yang menjadi pecandu opioid biasanya
lahir dengan berat badan kurang, dan/atau langsung mengalami gejala putus zat,
dengan gejala-gejala yang berlangsung 5 sampai 8 minggu. Tidak layaknya orang
dewasa, bayi bisa meninggal karena efek putus zat opioid.
Kegelisahan
Nyeri hebat pada otot, sendi dan tulang
Kram atau kontraksi otot
161
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Berkeringat dan hidung berair
Denyut nadi cepat
Batuk, menguap
Pupil melebar
Insomnia
Diare dan muntah
Demam dan rasa dingin dengan menggigil berat serta buluroma berdiri
Gerakan-gerakan menendang
Gejala-gejala dapat mulai sejak beberapa jam setelah penggunaan opiat terakhir.
Gejala putus zat utama mencapai puncaknya 48 hingga 72 jam setelah dosis terakhir,
dan biasanya mereda setelah seminggu. Beberapa individu dapat mengalami
gejala putus zat yang menetap/persisten hingga beberapa bulan. Gejala putus zat
akibat opiat biasanya secara medis tidaklah berbahaya pada orang dewasa (kecuali
bila kesehatannya memang kurang baik), tetapi rasa nyerinya luar biasa. Karana itu
manajemen gejala putus zat secara medis dengan menggunakan obat-obatan untuk
mengendalikan gejala-gejala lebih berhasil dibandingkan dengan cara langsung
putus seketika (“pasang badan”).
162
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.2: Stimulan
Asal
Derivat dari zat stimulan, baik yang alami maupun sintetis:
Alkaloida kokain ditemukan dalam daun-daun semak tumbuhan koka, yang
tumbuh terutama di pegunungan Andes di Peru.
Amfetamin diproduksi secara komersil; termasuk di antaranya Adderall, Dexedrine
dan Biphetamine. Meskipun tidak terlalu kuat, amfetamin (yang juga obat-
obatan) memiliki efek yang mirip dan disalahgunakan untuk tujuan tertentu:
methylphenidate (Ritalin), fenfluramine, pemoline, and phentermine.
Metamfetamin juga zat sintetis. Diproduksi secara komersil (Desoxyn), tetapi
biasanya disintesis di laboratorium klandestin. Sabu-sabu termasuk turunan dari
kelompok metamfetamin.
MDMA (3, 4 methylenedioxymethamphetamine), dikenal dengan istilah
ekstasi, adalah zat psikoaktif sintetis yang secara kimiwai menyerupai stimulant
metamfetamin dan halusinogen meskalin, namun secara umum diklasifikasikan
dalam golongan stimulan.
163
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Kokain adalah narkotika yang bersifat kerja cepat (short acting), dimana diserap lebih
cepat, yang berarti masa kerjanya lebih pendek. Efek mabuk kokain yang digunakan
dengan cara dihirup melalui hidung dapat berlangsung 15 hingga 30 menit, tetapi rasa
mabuk dengan cara dihisap (dirokok) hanya berlangsung selama 5 sampai 10 menit.
Untuk mempertahankan rasa mabuk itu, seorang pengguna harus menambah dosis.
Karena inilah kemudian terjadi penyalahgunaan yang berlebihan – menggunakan
berulang kali dalam tempo relatif singkat, dengan dosis yang semakin meningkat.
Metafetamin digunakan dengan cara:
Oral (jarang)
Dihisap
Menyuntik
Efek metafetamin biasanya berlangsung selama 4 sampai 6 jam. Jika dihisap (dirokok)
efeknya dapat berlangsung selama 8 jam atau lebih.
Ekstasi digunakan dengan cara oral
164
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Untuk efek ekstasi:
Perasaan kehangatan emosional yang meningkat, meningkatnya empati terhadap
diri dan orang lain.
Meningkatnya sensasi
Sakit kepala
Halusinasi (paranoid)
Mimisan kronis
Dari merokok:
Haus
Batuk
Serak
165
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi Medis yang dapat terjadi karena penggunaan kronis
Keadaan darurat Kardiovaskular dan Cerebrovaskular akut, seperti serangan
jantung, atau stroke, yang dapat menyebabkan mati mendadak.
Suatu status psikosis penggunaan utuh (full blown) yang bersifat sementara.
Kebusukan gigi parah sebagai hasil mulut kering dan efek keasaman kokain yang
menetes kemulut dari hidung akibat hisapan melalui hidung.
Kudisan pada wajah dan tubuh karena sering digaruk sehingga terjadi infeksi.
Stroke
Infeksi Jantung.
Penyakit paru
Ginjal rusak
Liver rusak
• Kelahiran prematur
Resiko Overdosis:
• Kejang-kejang
• Stroke
• Gangguan Jantung.
Penyalahgunaan amfetamin kronis akan mengubah fungsi otak secara signifikan.
Penelitian citra otak memperlihatkan adanya perubahan-perubahan aktifitas otak
yang terkait dengan berkurangnya kinerja motorik dan hendaya fungsi pembelajaran
166
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
verbal. Perubahan parah terjadi baik secara struktural maupun fungsional di berbagai
derah otak yang terkait dengan fungsi emosi dan memori/daya ingat.
Beberapa perubahan yang terjadi di otak bertahan untuk waktu lama setelah
penyalahgunaan amfetamin dihentikan dan beberapa bagian terjadi perbaikan setelah
abstinensia yang konsisten selama waktu 2 tahun.
Dehidrasi berat (terutama ketika dicampur dengan alkohol), heatstroke, otot rusak,
dan gagal ginjal
Kejang-kejang
Dalam dosis tinggi, dapat menghalangi kemampuan tubuh untuk mengatur
temperatur
Kadangkala, walaupun jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi, dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh sedemikian tinggi sehingga dapat menyebabkan gagal
ginjal, liver, jantung, dan kematian.
Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah yang dapat menyebabkan
masalah kardiovaskuler yang serius pada orang yang peka.
Dapat mengganggu metabolism zat dalam tubuh (gangguan penguraian di dalam
tubuh),sehingga jumlah zat akan mencapai jumlah yang membahayaka bilamana
terjadi penambahan penggunaan MDMA dalam waktu singkat.
Riset yang dilakukan pada hewan primata (mis.monyet), menunjukkan bahwa
MDMA dapat berbahaya pada otak. Bila otak terpapar MDMA selama hanya 4
hari menimbulkan kerusakan terminal-terminal syaraf serotonin yang masih tetap
terlihat hingga 6 hingga 7 tahun kemudian.
Mulai dalam 5 sampai 7 hari setelah berhenti dan berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan.
Nagih berat
Tenaga berkurang kembali
167
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Anhedonia (tidak adanya rasa senang)
Depresi meningkat
Hilangnya motivasi dan inisiatif
Mimpi-mimpi yang hidup, tidak menyenangkan
Insomnia
Agitasi psikomotor
Nafsu makan meningkat
168
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.3: Depresan
Asal
Kategori dari depresan mencakup barbiturate (contoh: Nembutal, phenobarbital,
seconal), benzodiazepin (contoh: Valium, Xanax, rohypnol), methaqualone (contoh:
Quaalude, Sopor), Gamma-hydroxybutyrate (GHB), dan alkohol.
Barbiturat biasanya digunakan untuk terapi masalah anxietas, insomnia dan gangguan
kejang, namun saat ini sudah jarang digunakan untuk tujuan tersebut, dimana metode
medikasi terbaru telah menggantikan peran mereka. Methaqualone juga digunakan
untuk terapi insomnia, yang juga sudah jarang digunakan saat ini.
Secara kimiawi disintesis sebagai alternatif barbiturate , benzodiazepine ternyata
lebih efektif dalam mengobati anxietas dibanding barbiturate dan efek mengantuk
yang ditimbulkannya tidak berlebihan.Benzodiazepin ternyata juga memiliki potensi
adiktif yang lebih rendah.Ada lebih kurang 30 jenis benzodiazepine.Yang paling
banyak digunakan adalah alprazolam (Xanax, Calmlet), chlordiazepoxide (Librium),
clorazepate (Tranxene), diazepam (Valium), oxazepam (Serax), dan clonazepam
(Klonopin). Flunitrazepam (Rohypnol) dan GHB sering dikaitkan dengan serangan,
kekerasan fisik dan kekerasan seksual di Amerika Serikat.
GHB merupakan obat bagi para disainer
Untuk terapi anxietas, reaksi stress akut, serangan panik, dan gangguan tidur
Terapi kejang
Pelemas otot
169
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Efek “yang diinginkan” dari Depresan
Relaksasi
Menurunnya anxietas
Menurunnya hambatan (inhibisi)
Rasa sejahtera
Euforia sedang
Benzodiazepin mempunyai efek yang mirip dengan alkohol dan biasanya digunakan
bilamana mereka minum alkohol untuk memperkuat efeknya. Kombinasi ini sangat
berbahaya karena resiko mematikan akibat depresi perenafasan akan meningkat.
170
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Orang-orang yang menyalahgunakan stimulan sering kali menggunakan
benzodiazepin untuk meredakan”slow down” kelebihan stimulasi, atau untuk
dapat tidur setelah menggunakan stimulan dalam jumlah besar. Kombinasi ini
menyebabkan spasme otot pembuluh darah koroner jantung yang dapat merusak
jantung.
Pecandu heroin seringkali menggunakan benzodiazepin untuk mengurangi gejala
putus zat, bilamana mereka tidak mendapatkan heroin.
Nagih (craving)
Sakit kepala
Tremor dan otot bergetar (kedutan-kedutan)
Mual dan muntah
Anxietas
Kegelisahan
Menguap
Denyut jantug cepat dan tekanan darah naik
Kram otot
Masalah tidur
Halusinasi
Kejang-kejang yang dapat berakibat fatal
Gejala-gejala terburuk terjadi ketika obat dihentikan dengan tiba-tiba. Benzodiazepin
harus diturunkan bertahap dalam waktu tertentu (dapat hingga 1 bulan) untuk
menghindari beratnya masalah.
171
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.4: Halusinogen
Asal
Peyote adalah kaktus yang tidak berduri dengan tonjolan-tonjolan kecil yang disebut
tombol-tombol yang mengandung zat psikoaktif.Mescaline adalah zat psikedelik
aktif utama dalam peyote (dan dalam varietas kaktus lainnya). Mescaline juga dapat
disintesis secara kimiawi di laboratorium. Peyote adalah satu dari tumbuhan-tumbuhan
psikedelik tertua yang dikenal.
Jamur Psilocybin adalah jamur yang mengandung senyawa psilocybin psikoaktif dan
psilocin.
LSD (d-lysergic acid diethylamide) diproduksi dari lysergic acid, yang terdapat dalam
ergot, sejenis fungus yang tumbuh pada gandum hitam dan biji-bijian lain.
172
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sensasi tubuh yang berubah (perasaan seperti ada yang menekan atau perasaan
tanpa bobot).
Hilangnya rasa realitas; membaurnya penghayatan masa lalu dan masa kini.
Keasyikan dengan pemikiran, pengalaman-pengalaman, atau object-objek yang
remeh.
Intensitas perasaan
Perubahan pola waktu dan perasaan diri
“Synesthesia”: Pengalaman-pengalaman yang kelihatannya “melintas” sensasi
yang berbeda , membuat pengguna dapat merasakan atau mendengar warna-
warna dan melihat suara-suara/bunyi
Mengimpi
Introspeksi
Halusinasi-halusinasi.
173
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi Medis Yang Mungkin Akibat Penggunaan Kronis
Reaksi-reaksi yang merugikan (“bad trip”), termasuk halusinasi-halusinasi
menakutkan, kebingungan,disorentasi, paranoia, agitasi, depresi, panik, dan/atau
teror.
Hendaya penalaran dan hilangnya kemampuan penilaian yang mendorong ke
arah perilaku sangat berbahaya.
Memperburuk gejala-gejala dari gangguan jiwa yang ada atau menyebabkan
munculnya gejala psikosis lebih awal pada orang yang peka.
Kilas balik (flashback), atau kambuhnya aspek tertentu dari pengalaman penggunaan
narkoba. Kilas balik terjadi tiba-tiba, seringkali tanpa sinyal peringatan, dan dapat
terjadi dalam beberapa hari atau lebih dari satu tahun setelah penggunaan LSD.
Pada beberapa individu, kilas balik dapat menetap dan menyebabkan rasa stres
atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan; suatu kondisi yang dikenal
dengan istilah “hallucinogen-induce persisting perceptual disorder”.
Kemungkinan terjadinya keadaan psikosis berkepanjangan mirip skizofrenia
paranoid pada individu yang rentan.
174
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.5: Dissociative Anesthetics
Asal
Dissociative anesthetics termasuk phencyclidine (PCP) dan ketamin. Kedua-duanya
sintetis.
176
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.6: Inhalansia
Asal
Inhalasia secara umum dapat dimasukkan kedalam 4 kategori berikut:
Pelarut volatil (volatile solvent): Cairan yang mudah menguap dalam suhu kamar:
Produk-produk industri atau rumah tangga, termasuk tinner cat atau penghapus
cat, cairan pembersih baju (dry-cleaning), bensin,dan cairan korek api
Cairan pelarut untuk melukis atau alat kantor, termasuk cairan koreksi,cairan
penanda, pembersih kontak elektronik, dan lem.
Aerosol: Semprotan yang berisi propelan (bahan pembakar) dan bahan pelarut:
Propelan aerosol rumah tangga dalam materi seperti cat semprotan, semprotan
rambut atau semprotan deodoran, semprotan pelindung kain, produk aerosol
pembersih komputer, dan semprotan minyak sayur.
Gas: Terdapat di rumah tangga atau produk-produk komersial dan yang digunakan
sebagai anestetik medik:
Produk-produk rumah tangga atau komersial, termasuk geretan butane dan
tangki propan, whipped cream aerosols or dispensers(whippets), dan gas bahan
pendingin
Anesthetik medis, seperti eter, cloroform, halotana, dan nitro oxida
177
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Penggunaan Medis dari Inhalansia
Hampir tidak ada, walaupun:
Amyl Nitrit masih digunakan dalam prosedur-prosedur diagnostik medis yang
tertentu.
Nitrous oxide digunakan sebagai anestetik, terutama untuk prosedur-prosedur
terapi gigi.
178
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
yang sehat. Inhalansia konsentrasi tinggi dapat juga menyebabkan kematian akibat
tercekik karena bersifat memindahkan oksigen dalam paru, menyebabkan pengguna
kehilangan kesadaran dan pernafasan berhenti. Kesengajaan menghisap inhalan dari
kantong kertas atau plastik dalam area tertutup dapat memperbesar risiko mati lemas.
179
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.7: Mariyuana dan Hasis
Asal
Alami; derivat dari tanaman Cannabis sativa.
Mudah marah
Sullit tidur
Nafsu makan berkurang
Gejala-gejala mulai dalam waktu sekitar 1 hari setelah abstinens, mencapai puncak
pada 2 sampai 3 hari, dan mereda dalam 1 atau 2 minggu.
Putus ganja (withdrawal) ganja tidaklah berbahaya secara fisik dan tidak memerlukan
terapi.
181
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.8: Miraa (Khat)
Asal
Miraa adalah tanaman yang mengandung cathione dan cathine, zat kimiawi aktif
yang dapat mengubah mood/alam perasaan pengguna.
182
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Sindroma Putus Zat dari Miraa (Khat)
Pengunyah khat berat, akan mengalami gejala putus zat bila penggunaan
dihentikan seperti :
Rasa malas
Depresi ringan
Mimpi buruk
Tremor ringan
Kelelahan yang ekstrim dan kurang bertenaga
Kesukaran menjalankan kegiatan sehari-hari
Gemetaran selama beberapa hari setelah menghentikan mengunyah khat
183
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
184
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
185
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
186
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
187
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Modul 5–Sains Adiksi, Ringkasan
Tinjauan Singkat
Arti kata obat (drug) dapat berbeda-beda tergantung dari perspektif melihatnya:
• Dalam Ilmu Kedokterani istilah obat (drug) mengacu pada zat yang dapat
mencegah atau menyembuhkan penyakit atau memiliki potensi untuk
meningkatkan rasa kesejahteraan fisik dan mental.
• Dalam Farmakologi (studi obat-obatan dan cara kerja obat), istilah yang
mengacu pada setiap zat kimia yang dapat mengubah proses-proses biokimia
dan fisiologis tubuh, jaringan atau organisme.
• Dalam pengertian umum, istilah obat (drug) seringkali berarti suatu zat yang
biasanya digunakan untuk keperluan non medis (mis. untuk rekreasi).
Pengaruh obat (drug) pada seseorang tergantung pada jenis obat dan bagaimana
obat tersebut berpengaruh pada sistem susunan syaraf pusat (SSP):
• Stimulans-stimulans meningkatkan aktivitas SSP. Mereka cenderung
meningkatkan denyut jantung dan pernafasan dan memberikan perasaan
gairah atau eforia.
• Jenis-jenis depresan dan opioid (juga disebut narkotika) mengurangi aktivitas
SSP. Obat ini cenderung memperlambat denyut jantung dan pernafasan dan
memberikan efek relaksasi, mengantuk, rasa sejahtera atau eforia.
• Halusinogen-halusinogen menghasilkan suatu spektrum distorsi sensoris yang
nyata dan mengubah mood serta proses pikir.
Sistem Penggolongan obat (drug) dimaksudkan sebagai suatu panduan umum;
tidak semua narkoba sesuai dengan 4 penggolongan yang ada. Sebagai contoh:
• Cannabis (ganja, hasis);
• Miraa (khat);
• Inhalansia (bahan pelarut, gas-gas, nitril-nitril); dan
• Dissociative anesthetics (PCP, ketamine).
188
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Pecandu rentan mengalami resiko kecelakaan, dalam bentuk apapun.
Wanita
Banyak studi menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap efek jangka
panjang dari penggunaan alkohol dan narkoba, dibandingkan dengan pria.
Wanita mengalami efek yang disebut dengan istilah “telescoping”, dimana wanita
progresi penggunaannya dari awal mula hingga menjadi adiksi, dan konsekuensi-
konsekuensi terkait penggunaan narkoba, lebih cepat berlangsung atau terjadi,
meskipun wanita menggunakan narkoba dalam jumlah yang sama atau lebih dikit
dibanding pria.
Salah satu alasannya adalah karena diduga kandungan air di dalam tubuh wanita
lebih sedikit dibandingkan pria. Mekanisme metabolisme tubuh wanita mengarah
pada lebih tingginya tingkat alkohol dalam darah, berbanding lurus dengan
banyaknya alkohol yang masuk dan berat badan wanita.1
Telah banyak penelitian yang dilakukan pada wanita terhadap masalah penggunaan
alkohol, tetapi penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat pola yang sama
dari progresi yang cepat dengan penggunaan zat terlarang. Sebagai contoh, studi
tentang wanita di dalam terapi menunjukkan bahwa wanita mengkonsumsi kanabis
dan opioid dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria, sebelum
memasuki terapi (rehabilitasi). Banyak laporan juga menunjukkan tingginya tingkat
keparahan dalam komplikasi masalah psikiatri, masalah medis dan masalah
pekerjaan, dibandingkan dengan pria.2
Namun hal ini tampaknya masih belum diketahui secara luas, dikarenakan
kebanyakan studi dan penelitian lebih banyak menggunakan pria sebagai
subjeknya. Terdapat kekosongan (“gap” ) pengetahuan tentang efek fisiologis
pada siklus kehidupan wanita.
1 U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women. Treatment
Improvement Protocol Series 51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services
Administration.
2 Hernandez-Avila, C. A., Rounsaville, B. J., & Kranzler, H. R. (2004). Opioid-, cannabis- and alcohol-dependent women show more rapid
progression to substance abuse treatment. Drug and Alcohol Dependence, 74(3), 265
189
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Efek pada Janin
Efek pada janin umumnya terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, gangguan
perkembangan kognitif dan perilaku.
Gangguan perhatian, bahasa, dan kemampuan belajar, serta masalah perilaku,
terlihat pada anak yang terpapar kokain dan mariyuana.
Paparan metamfetamin beresiko menyebabkan gangguan pertumbuhan janin,
penurunan gairah, dan buruknya kualitas pergerakan pada bayi.
Paparan heroin disaat kehamilan beresiko menyebabkan bayi lahir dalam kondisi
adiksi, yang membutuhkan perawatan khusus untuk menanggulangi masalah
putus zat yang terjadi. Selain itu penggunaan heroin berhubungan erat dengan
rendahnya berat badan pada bayi – faktor resiko tinggi terhadap terjadinya
keterlambatan perkembangan.
Remaja
Penggunaan narkoba usia dini meningkatkan resiko remaja dalam masalah
penyalahgunaan dan adiksi narkoba.
Remaja lebih rentan terhadap masalah fisik dan sosial. terkait penggunaan
narkoba. Beberapa kerentanan ini terjadi karena efek narkoba yang berpengaruh
pada struktur otak dan tubuh remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
Penyalahgunaan narkoba dan alkohol dapat mengganggu fungsi otak di
daerah penting untuk motivasi, memori, pembelajaran, penilaian, dan kontrol
perilaku. Semua fungsi ini terus berkembang seiring bertambah dewasa.
Jadi, tidak mengherankan jika remaja yang menyalahgunakan alkohol dan
narkoba sering mengalami masalah keluarga dan sekolah, performa akademis
rendah, masalah kesehatan terkait lainnya (termasuk masalah kesehatan jiwa), dan
terlibat dalam masalah pidana.
Salah satu bagian otak yang masih terus berkembang selama masa remaja adalah
prefrontal kortex – bagian dari otak yang memungkinkan kita untuk menilai suatu
situasi, membuat keputusan tentang suara, dan menjaga emosi serta hasrat tetap
terkendali.
Fakta bahwa bagian penting dari otak remaja ini terus berkembang, menempatkan
meningkatnya resiko remaja untuk melakukan pilihan yang buruk (seperti misalnya
mencoba-coba narkoba dan terus menggunakannya hingga taraf adiksi).
Masyarakat
Penggunaan narkoba dan adiksi juga mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan, melalui:
• Menurunnya produktivitas;
• Biaya-biaya yang timbul akibat tertangkap (ditahan pihak berwajib), atau
menjalani perawatan residensial;
• Meningkatnya biaya-biaya medis;
190
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Biaya-biaya Sosial dan keuangan terkait kriminal yang dipengaruhi narkoba;
• Meningkatnya penularan penyakit infeksi; dan
• Meningkatnya prevalensi HIV dan AIDS di seluruh dunia.
191
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga disfungsional ini ditandai oleh adanya anggota keluarga yang:
• Tidak mengakui adanya masalah;
• Tidak mau membicarakan masalah yang dialaminya;
• Belajar bukan untuk menyatakan emosi dan kebutuhan-kebutuhan atau untuk
peduli pada kebutuhan-kebutuhannya; dan
• Belajar bagaimana caranya menjadi orang yang selamat/survivor.
Keluarga disfungsional sering kali juga:
• Memiliki hubungan yang renggang dan tidak saling percaya;
• Menderita kehilangan identitas individu;
• Mengalami terputus-putusnya perkembangan emosional, terutama pada anak-
anak dan remaja; dan
• Mencurahkan hampir semua perhatian kepada keluarga yang adiksi.
Ketika seorang anggota keluarga menjadi pecandu, sistem keluarga berubah
karena semuanya unsur-unsur dan fungsi-fungsinya terganggu.U ntuk melakukan
penyesuaian, sistim keluarga harus membuat kompensasi dengan berbagai
cara, dimana akan terjadi perubahan dinamika keluarga dan peran-peran dalam
keluarga.
Sering kali, penyesuaian-penyesuaian oleh keluarga meliputi:
• Membagi-bagi keterampilan untuk berkomunikasi, memecahkan permasalahan,
dan membuat keputusan-keputusan; dan
• Perubahan-perubahan dalam menjalankan aturan karena sistem keluarga
pecah; sering kali menjadi kacau.
Aturan-aturanna kemudian menjadi kaku, dan para anggota keluarga bisa
terdorong untuk:
• Supaya jangan memperbicangkan tentang apa yang mereka lihat, dengar, atau
ketahui;
• Untuk mengabaikan perasaan mereka; dan
• Untuk tidak mempercayai siapapun atau apa yang dikatakan atau dikerjakan
siapapun, termasuk diri mereka sendiri.
Ketika tipe-tipe penyesuaian ini dibuat:
• Batasan-batasan sehat yang ada, tidak lagi bekerja;
• Menjadi tidak jelas siapa yang berkuasa atau memegang kendali;
• Anak-anak dapat mengambil alih peran-peran orangtua; dan
• Fokus adalah bertahannya seseorang di dalam sistem keluarga.
Di negara-negara Barat, jenis penyesuaian ini disebut kodependensi
(condependency).
Literatur kodepedensi menjelaskan peran-peran berikut ini yang dapat diadopsi
keluarga ketika ada anggota keluarga menjadi pecandu:
192
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
• Penjaga atau orang yang mengurusi (enable / caretaker);
• Pahlawan (hero);
• Kambing hitam (scape goat);
• Maskot (mascot); dan
• Anak hilang (lose child).
Penjaga atau orang yang mengurusi adalah anggota keluarga yang mencoba
untuk melindungi pecandu dengan bebaskan dia dari segala tanggung jawab atas
segala perilakunya yang salah. Enabler mencoba membuat semua orang bahagia
dan keluarga seimbang. Ia berusaha memperlihatkan kepada orang diluar keluarga
bahwa “ segalanya bagus-bagus aja di sini. Enabler biasanya cenderung memiliki
perasaan tidak mampu berbuat, ketakutan, dan ketakberdayaan.
Pahlawan itu adalah seseorang yang perlu membuat keluarga, dan para anggota
keluarga, kelihatannya baik-baik saja. Pahlawan cenderung mengabaikanmasalah
dan menyajikan berbagai hal dengan cara yang positif seolah-olah peran-peran
di dalam keluarga itu tidak ada. Pahlawan mencoba untuk menjadi sukses, untuk
bersifat baik, dan untuk membantu keluarga. Pahlawan cenderung memiliki latar
belakang perasaan takut,rasa bersalah, dan perasaan malu.
Kambing hitam sering kali bermain peran di depan yang lain. Ia cenderung
memberontak, bikin ribut, dan mengalihkan perhatian dari pecandu dan kebutuhan
pecandu tersebut untuk mendapatkan bantuan. Kambing hitam kadang-kadang
muncul untuk dilihat sebagai masalah di dalam keluarga. Kambing hitam
cenderung memiliki latar belakang perasaan malu, rasa bersalah, dan kehampaan.
Peran maskot adalah sebagai penghibur. Ia sering kali membuat lawakan yang
tidak sesuai tentang keluarga untuk mengalihkan perhatian. Meskipun ia
membuat lelucon di keluarga, leluconnya sering menyakitkan.Jimat itu kadang-
kadang dapat merintangi pemulihan adiksi. Jimat biasanya cenderung memiliki
latar belakang perasaan memalukan, perasaan malu,dan rasa marah.
Anak hilang adalah anggota keluarga yang diam dan berhati-hati untuk tidak
membuat permasalahan. Ia melepaskan segala kebutuhannya hanya mencoba
untuk tidak menjadi perhatian. Anak hilang ini cenderung memiliki latar belakang
perasaan bersalah, kesepian, rasa diabaikan dan rasa marah.
Ketika penggunaan zat dalam keluarga berhenti, keluarga perlu menyesuaikan :
• Stres dan hilangnya rasa aman emosional karena melepaskan peran-peran
lama dan tanggung jawab, betapapun destruktifnya peran-peran tersebut.
• Ketidak-pastian berkembang karena hilangnya peran-peran dan perilaku-
perilaku yang sudah terbiasa.
• Anggota-anggota keluarga mungkin punya kesulitan hidup penuh kegembiraan,
meskipun penderitaan telah berakhir.
Anggota-anggota keluarga mungkin punya kesulitan hidup penuh kegembiraan,
meskipun penderitaan telah berakhir.
193
Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
194
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
MODUL 6
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN KE DALAM PRAKTIK
195
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
196
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Pengenalan dan latihan: Mengembangkan sebuah rencana integrasi
75 menit
praktek
Rehat 15 menit
Kompetisi asesmen pembelajaran 30 menit
Evaluasi hari ketiga dan keseluruhan pelatihan 15 menit
Seremoni berakhirnya program dan sosialisasi 30 menit
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang melengkapi Modul 6 akan mampu mengembangkan rencana
integrasi pembelajaran ke dalam praktik perorangan.
197
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
Halaman Sumber 6.1: Rencana Integrasi Praktek
1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan,
adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang
telah saya pelajari adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3.Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi
hambatan):
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. 1.Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan
sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam cara-
cara berikut ini:
198
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN A—DAFTAR ISTILAH
Adiksi Sebuah penyakit otak kronis dengan potensi kambuh
tinggi (relapse), yang ditandai dengan keinginan kompulsif
mencaridan menggunakan zat (narkoba), meskipun
terdapat konsekuensi berbahaya; disebut juga sebagai
ketergantungan psikologi.
sistem syaraf pusat Merupakan bagian dari sistem syaraf yang mempengaruhi
otak dan spinal cord
penyakit kronis Sebuah penyakit yang berlangsung lama dan tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikendalikan
Agen etilogikal Penyebab (atau salah satu faktor penyebab) dari suatu
penyakit
sistem keluarga Interaksi dan hubungan unik dari setiap anggota keluarga
dari satu orang ke orang lainnya, yang mungkin merupakan
hal yang paling kompleks dari sistem sosial yang manusia
miliki.
lapse atau slip Sebuah proses singkat, kadang hanya satu kali, kembali
menggunakan zat (narkoba)
199
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
farmakologi Sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari efek-
efek dari zat-zat psikoaktif di dalam otak dan tubuh
sindrom putus zat Kumpulan tanda dan gejala yang melanda ketika seseorang
menghentikan penggunaan zat psikoaktif di dalam kondisi
ketergantungan fisik
200
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN B—SUMBER REFERENSI
Data Statistik Penggunaan Narkoba Global
United Nations Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011.
New York: United Nations. Retrieved June 29, 2011, from http://www.unodc.org/
documents/data-and-analysis/WDR2011/ World_Drug_Report_2011 _ebook.pdf
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: The global
burden. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who. int/
substance_abuse/facts/global_burden/en/index.html
World Health Organization. (2011). Management of substance abuse: Facts and
figures. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.int/
substance_abuse/facts/en/
Sains Adiksi
Inaba, D., & Cohen, W. E. (2007). Uppers, downers, all arounders: Physical and mental
effects of psychoactive drugs (6th ed.). Medford, OR: CNS Productions.
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010 revision). Drugs, brains, and behavior:
The science of addiction. Bethesda, MD: Author. Retrieved December 10, 2010, from
http://www.nida.nih.gov/scienceofaddiction/sciofaddiction.pdf
U.S. National Institute on Drug Abuse, (n.d.). Science of Addiction: From molecules
to managed care. Bethesda, MD: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://
www.nida.nih.gov/pubs/teaching/Teaching6/Teaching.html
World Health Organization. (2004). Neuroscience of psychoactive substance use and
dependence. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.
int/substance_abuse/publications/en/Neuroscience.pdf
201
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: Other
psychoactive substances. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://
www.who. int/substance_abuse/facts/psychoactives/en/index.htmI
Wanita
U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment:
Addressing the specific needs of women. Treatment Improvement Protocol Series
51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental
Health Services Administration. Retrieved April 26, 2011, from http://www.ncbi.nlm.
nih.gov/books/NBK26013/
Keluarga
U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2001). Substance abuse treatment
and family therapy. Treatment Improvement Protocol Series 39. HHS Publication
No. (SMA) 04-3957. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services
Administration. Retrieved April 26, 2011, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK14505/
202
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN C—UCAPAN TERIMA
KASIH KHUSUS
Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah
berpartisipasi dalam proyek awal dari kurikulum ini dan menciptakan studi kasus klien
untuk serial kurikulum. Masukan dari mereka semua sangat berharga.
Winona A. Pandan
Guidance Counselor
LaSalle College – Victorias
Philippines
Dr. V. Thirumagal
Consultant
TTK Hospital
India
203
Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
Ucapan terima kasih secara khusus juga kami haturkan kepada pihak BNN (Badan
Narkotika Nasional), DSKAI (Dewan Sertfikasi Konselor Indonesia), IKAI (Ikatan Konselor
Adiksi Indonesia), para praktisi di bidang adiksi dan pihak-pihak lainnya di Indonesia,
yang secara khusus telah membantu dan berperan serta dalam pengembangan
kurikulum ini ke dalam versi bahasa Indonesia. Bantuan dan dukungan yang diberikan
mereka sangat berharga dalam pengembangan kurikulum ini.
204
Fisiologi Dan Farmakologi Untuk Profesional Adiksi