Anda di halaman 1dari 365

The Colombo Plan Asian Centre for Certification and Education

Addiction Professionals Training Series

Panduan Peserta

Kurikulum 4

Keterampilan Konseling Dasar untuk


Profesional Adiks
The Colombo Plan Asian Centre for Certification and Education
of Addiction Professionals Training Series

Pelatihan Kurikulum Seri 4


Keterampilan Konseling
Dasar untuk
Profesional Adiks

Panduan Peserta
Ucapan Terima Kasih
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi adalah bagian dari sembilan
volume rangkaian pelatihan yang dikembangkan oleh U.S. Department of State’s Bureau of
International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL). Publikasi ini dikembangkan di bawah
nomor kontrak SAQMPD07D0116, Layanan Dukungan Pengurangan Permintaan (Demand
Reduction Support Services), antara INL dan Alvarez & Associates, dengan JBS International,
Inc. (JBS), yang berperan sebagai sub-kontraktor.

Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office of
Anticrime Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan dan
kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project Director
dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand Reduction
Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker, sebagai
Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry W. Mens,
M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy Caron,
sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire Macdonald
sebagai Senior Graphic Designer.

Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Cynthia Moreno Tuohy, Executive Director dari NCAC II, CCDC III, SAP; Shirley Beckett
Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison dari
NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti Storie,
M.A., Education & Training Consultant. Para contributor lain, termasuk Suzanne Hall-Westcott,
M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams Hymons,
M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services; Phyllis Mayo,
Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W., Ruscavage Consulting.

Beberapa materi di dalam kurikulum ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family
Health International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for
International Development.

Panduan ini diterjemahkan dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi profesional oleh
tenaga instruktur Indonesia.

Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan anggota
pilot-test group (lihat Appendix C), yang menyediakan banyak masukan berharga. Partisipasi
antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi penyelesaian
publikasi ini.

Untuk Kepentingan Umum


Seluruh materi di dalam kurikulim ini, kecuali yang diambil langsung dari sumber hak ciptanya,
merupakan domain public dan dapat diproduksi atau diperbanyak tanpa izin dari U.S.
Department of State’s INL atau penulisnya. Kutipan dari sumber ini wajib dihargai. Namun
demikian, publikasi ini tidak dapat diproduksi atau didistribusikan untuk dijual tanpa izin tertulis
dari INL.

Sangkalan
Intervensi terapi gangguan penggunaan zat yang dijelaskan di sini, tidak mencerminkan posisi
resmi dari INL atau The U.S Department of State . Panduan dalam dokumen ini tidak boleh
dianggap pengganti untuk perawatan klien individual.
Published 2012

ii
DAFTAR ISI

Bagian I—Orientasi Peserta


Orientasi Peserta. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Part II—Modul Pelatihan


Modul 1—Introduksi Pelatihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
Modul 2—Hubungan yang Membantu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
Modul 3—Keterampilan Konseling Inti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
Modul 4—Tahapan dan Strategi untuk Perubahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 151
Modul 5—Konseling Kelompok: Keterampilan Dasar. . . . . . . . . . . . . . . . 225
Modul 6—Kelompok Psikoedukasi untuk Klien dan Keluarga. . . . . . . . . . 291
Modul 7—Keterampilan Mengajarkan Klien . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 325
Modul 8—Integrasi Pembelajaran Ke Dalam Praktek . . . . . . . . . . . . . . . . 351

Bagian III—Lampiran
Appendix A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 355
Appendix B—Sumber Rujukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 359
Appendix C—Ucapan Terima Kasih Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 361

iii
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
ORIENTASI PESERTA
Introduksi
Selamat datang! Pelatihan ini akan menyediakan bagi anda pemahaman dari
fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak dan mengajarkan anda tentang efek dan
konsekuensi dari zat-zat psikoaktif.

Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Bidang Adiksi merupakan


bagian dari rangkaian pelatihan yang dibentuk melalui pendanaan dari the U.S.
Department of State kepada The Colombo Plan for the Asian Centre for Certification
and Education of Addiction Professionals (ACCE). Informasi selengkapnya tentang
Colombo Plan dan ACCE dapat ditemui di http://www.colombo-plan.org. Indonesia
mengadopsi kurikulum ini untuk meningkatkan kompetensi konselor yang bekerja
membantu orang dengan gangguan penggunaan zat (GPZ) di Indonesia melalui
kerjasama antara Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia (DSKAI) dan Badan
Narkotika Nasional (BNN) dengan Colombo Plan for Asian Center for Certification and
Education of Addiction Professionals (ACCE).

Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah


kesehatan, sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait gangguan
penggunaan zat (GPZ), dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional
melalui pelatihan, menumbuhkan sikap profesional, dan memperbanyak tenaga
kerja terapi global. Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk
mendapatkan sertifikat profesional dalam tahap dasar dengan menyediakan
informasi terkini tentang GPZ dan terapi, dan memfasilitasi aktivitas secara
langsung untuk mengembangkan keahlian, kepercayaan diri dan kompetensi.

Selamat karena telah meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak lagi mengenai
pekerjaan anda!

Pelatihan
Kedelapan modul dalam rangkaian pelatihan ini mungkin akan menghabiskan waktu
kursus lebih dari lima hari penuh atau mungkin lebih dari beberapa minggu atau bulan.
Para instruktur telah menyediakan jadwal spesifik untuk anda.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini mencakup:


 Presentasi dan diskusi yang diberikan oleh instruktur;
 Aktifitas belajar kreatif terarah secara berulang kali, seperti latihan-latihan dalam
kelompok kecil,dan latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
 Latihan menulis reflektif;
 Review berkala untuk meningkatkan retensi pembelajaran; dan
 Latihan asesmen. pembelajaran
Partisipasi aktif Anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!

1
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan dan Objektif dari Kurikulum 4

Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan peserta kesempatan belajar dan melatih keterampilan dasar
yang akan mereka butuhkan di dalam bermacam tatanan dan model terapi; dan
 Untuk mengajarkan dan memberikan kesempatan peserta untuk melatih
keterampilan konseling kelompok dasar.

Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan penuh Kurikulum 4 akan mampu untuk:
 Menjelaskan konsep dan pentingnya gaya konselor;
 Menyebutkan setidaknya lima karakteristik dari konselor yang efektif;
 Mendefenisikan hubungan yang membantu;
 Menjelaskan tiga tipe dari mendengarkan reflektif;
 Mendemonstrasikan kompetensi dasar dalam mendengarkan reflektif;
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengajukan pertanyaan terbuka,
afirmasi, rangkuman, dan bergulir dengan resistensi;
 Mengidentifikasi setidaknya dua strategi konseling efektif dari setiap tahapan
perubahan;
 Mendemonstrasikan kompetensi dasar dalam tiga tipe konseling berbasis
keterampilan:
• Pencegahan kekambuhan (relapse prevention)
• Penyelesaian masalah
• Penetapan tujuan
 Menjelaskan setidaknya dua masalah dasar atau tugas untuk setiap fase kelompok
khusus; dan
 Mendemonstrasikan kompetensi dasar dalam memfasilitasi kelompok.

Materi Pelatihan
Materi pelatihan ini termasuk:
 Buku panduan peserta;
 Sebuah buku catatan; dan
 Buku dari “Technical Assistance Publication (TAP) 21: Addiction Counseling
Competencies—The Knowledge, Skills, and Attitudes of Professional Practice”.

2
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Setiap modul dari Manual Peserta mencakup:
 Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran dari modul;
 Jadwal kegiatan;
 Lembar PowerPoint yang dicetak menjadi dua bagian di dalam satu halaman
dengan ruang bagi anda untuk menulis catatan;
 Halaman penjelasan yang mencakup informasi tambahan atau instruksi latihan
dan materi-materi; dan
 Ringkasan modul.

Panduan Peserta juga memiliki daftar istilah (lampiran A), daftar dari sumber-
sumber referensi (lampiran B), dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini (lampiran C).

Instruktur anda akan memberikan anda sebuah buku catatan untuk digunakan sebagai
jurnal pribadi anda. Anda dapat menggunakan jurnal ini dengan beberapa cara, seperti
anda dapat mencatat:
 Topik-topik yang ingin anda baca lebih lanjut;
 Prinsip-prinsip yang ingin anda pikirkan lebih lanjut;
 Teknik yang ingin anda coba;
 Cara-cara yang mungkin bisa anda tambahkan dari beberapa hal yang anda
pelajari dalam praktek anda; dan
 Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam penerapan pengetahuan baru.
Kemungkinan hambatan untuk menggunakan pengetahuan baru.

Instruktur juga akan meminta anda untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis singkat.

TAP 21 disusun di Amerika Serikat untuk menyediakan landasan umum yang menjadi
dasar pelatihan dan sertifikasi professional bidang adiksi. Publikasi tersebut menjelaskan
tentang beberapa pertanyaan berikut:
 Apa standar professional yang seharusnya dapat membimbing konselor bekerja
dengan klien GPZ?
 Apa ruang lingkup praktek yang sesuai bagi bidang konseling GPZ?
 Kompetensi-kompetensi manakah yang berhubungan dengan terapi yang
berhasil. ?
 Apa pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh professional
dalam terapi GPZ secara umum?
TAP 21 dapat diberikan sebagai referensi yang berguna untuk anda. Simpan dalam
ingatan anda, bagaimanapun juga, membutuhkan waktu dan pengalaman untuk
membangun kompetensi konseling. TAP 21 merepresentasikan sebuah tatanan ideal
dari tujuan, bukan menjadi sebuah titik awal. Jangan berkecil hati! Anda akan–sampai
kesana.

3
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Mendapatkan Manfaat dari Pengalaman Pelatihan
Anda
Untuk mendapatkan banyak hal dari pengalaman pelatihan anda, maka:
 Jika anda memiliki atasan (supervisor), bicaralah kepadanya sebelum mengikuti
pelatihan. Ketahuilah apa yang ia diharapkan dari anda setelah mengikuti
pelatihan ini.
 Berpikir tentang apa yang ingin anda pelajari dari tiap-tiap modul.
 Datanglah pada setiap sesi dengan persiapan yang baik; mengulas halaman demi
halaman manual dari modul untuk dipresentasikan.
 Jadilah peserta yang aktif. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan, mengajukan
pertanyaan, menulis di dalam jurnal anda, dan memikirkan tentang informasi apa
yang anda inginkan.
 Berbicaralah dengan atasan, supervisor atau rekan kerja anda jika anda tidak
memiliki atasan) setelah menjalani pelatihan. Sampaikan tentang apa yang telah
anda pelajari untuk memastikan bahwa anda memahami bagaimana informasi
tersebut berhubungan dengan pekerjaan anda.
 Diskusikan dengan atasan atau rekan kerja anda tentang bagaimana cara
mempraktekkan apa yang telah dipelajari secara berkesinambungan untuk
mendorong perkembangan anda.
 Belajarlah dengan senang hati. Selamat bersenang-senang!

4
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

5
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Acara Pembukaan 20 menit
Sambutan Pelatih, Housekeeping, dan Penentuan Peraturan 10 menit
Latihan Berpasangan: Perkenalan 45 menit
Presentasi: Materi pelatihan 10 menit
Presentasi: Kenapa Pelatihan Ini? 15 menit
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok–Besar: Harapan Pelatihan 15 menit
Latihan Kelompok–Besar: Introduksi Karakteristik dan Gaya Konselor 40 menit
Presentasi: Karakteristik dan Gaya Konselor 10 menit
Jurnal: Karakteristik konselor – Asesmen diri 15 menit

Modul 1 Tujuan dan Objektif

Tujuan Pelatihan
 Menciptakan komunitas dan lingkungan pembelajaran yang positif.
 Memberikan latar belakang informasi mengapa pelatihan ini dilaksanakan.
 Memberikan sebuah ringkasan dari keseluruhan tujuan pelatihan, sasaran, dan
pendekatan pembelajaran dari kurikulum; dan
 Memperkenalkan konsep-konsep dan pentingnya karakteristik dan gaya dari
konselor yang efektif.

Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk:
 Menjelaskan tentang tujuan dari keseluruhan pelatihan dan setidaknya empat
sasaran dari 5-hari pelaksanaan pelatihan;
 Menyatakan setidaknya satu tujuan personal yang ingin dicapai;
 Menjelaskan konsep-konsep dan pentingnya karakteristik dan gaya dari konselor;
dan
 Menyebutkan setidaknya lima karakteristik dari konselor yang efektif.

7
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 1
INTRODUKSI PELATIHAN

Modul 1 Objektif Pembelajaran

 Menjelaskan keseluruhan objektif pelatihan,


setidaknya 4 objektif dari 5 hari pelatihan.
 Menyatakan setidak-tidaknya satu tujuan
pembelajaran personal.
 Menjelaskan konsep dan pentingnya gaya
konselor
 Menyebutkan setidaknya 5 karakter dari
konselor efektif

1.2

8
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan: Perkenalan

 Siapa nama anda?


 Di kota mana anda tinggal dan bekerja?
 Apa posisi atau jabatan anda saat ini?
 Dalam lingkup masalah apa pekerjaanmu?
 Kenapa anda bisa tertark dengan bidang
konseling?

1.3

9
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Materi Pelatihan

1.4

Masalah Global

 155–250 juta orang di dunia menggunakan


zat-zat terlarang pada tahun 2008

Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.

1.5

10
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Gangguan Terkait Penggunaan Zat—
DSM-IV-TR

 Gangguan Terkait Penggunaan Zat


 Gangguan penggunaan zat
 Penyalahgunaan zat
 Ketergantungan zat
 Gangguan yang dipicu karena penggunaan zat
 Intoksikasi
zat
 Sindroma putus zat
 Gangguan mental yang diinduksi oleh penggunaan zat

Source: American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. (4th ed., text
revisions). Washington, DC: Author.
1.6

11
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Gangguan Penyalahgunaan Zat

 Termasuk kategori-kategori Penggunaan


Berbahaya dan Sindrom Ketergantungan—
World Health Organization’s International
Classification of Diseases (ICD)-10.

Source: World Health Organization. (2007). International statistical classification of disease and related health
matters (10th revision). Geneva: Author. 1.7

Masalah Global

 15–39 juta orang dengan “masalah


penggunaan zat”
 “Masalah penggunaan zat” didefinisikan
berdasarkan:
 Jumlah orang yang dilaporkan mengalami masalah
ketergantungan zat (narkoba)
 Jumlah orang yang menyuntikkan zat (narkoba)
 Jumlah orang yang mengunakan opioids,
amfetamin, atau kokain dalam waktu yang lama

1.8
Source: UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.

12
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Masalah Global

 11–21 juta orang menyuntikkan narkoba pada


tahun 2009

 Sekitar 18% dari mereka yang menyuntikkan


narkoba, mengidap HIV positif
 Sekitar 50% dari mereka yang menyuntikkan
narkoba, terinfeksi hepatitis C

Source: UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations. 1.9

13
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Masalah Global

 Konsekuensi global dari GPZ sangat luas,


mencakup:
 Tingginya angka hepatitis and tuberculosis
 Hilangnya produktivitas
 Kecacatan dan kematian terkait kecelakaan mobil
dan kecelakaan lainnya
 Overdosis dan kematian terkait penggunaan zat
 Bunuh diri
 Kekerasan

1.10

Masalah Global

 “Ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak


terpenuhi yang sangat besar dalam hal
pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan
bagi masalah NAPZA, terutama di negara
berkembang”
—Yuri Fedotov, Direktur Eksekutif, UNODC

Source: UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.
1.11

14
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Masalah di Indonesia

 Diperkirakanpada tahun 2009 terdapat 3,6 juta


pengguna narkoba, dimana 900 ribu orang
diantaranya menjadi pecandu.
 Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna napza suntik)
menyumbangkan angka penularan sebanyak
37.9%.

Sumber: Badan Narkotika Nasional (2010) & Kementerian Kesehatan RI (2011).


. 1.12

15
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Masalah di Indonesia

 Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah


kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482
kasus, dimana penasun (pengguna narkotika
suntik) menyumbangkan angka penularan
sebanyak 37.9%.

Sumber: Kementerian Kesehatan RI (2011).


1.13

Tujuan Rangkaian Pelatihan

 Membangun kapasitas terapi bertaraf


internasional dalam:
Melatih
Menjadi profesional
Menyebar luaskan

1.14

16
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum

 Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi


untuk Profesional Adiksi” (3 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
 Tinjauan tentang fisiologi adiksi sebagai
penyakit otak dan farmakologi zat psikoaktif

1.15

17
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum

 Kurikulum
2 : “Terapi Gangguan Penggunaan Zat –
Perawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi”
(5 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
 Ikhtisar tentang pemulihan dan manajemen
pemulihan; tahap perubahan perilaku; faktor yang
mempengaruhi hasil terapi; prinsip terapi efektif;
komponen terapi; dan praktik berbasis bukti,
termasuk konseling pasangan dan keluarga.

1.16

Serial Kurikulum

 Kurikulum 3 : “Komorbiditas Gangguan Jiwa


dan Gangguan Medik – Ikhtisar untuk
Profesional Adiksi” (2 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek
 Ikhtisar tentang hubungan antara gangguan
komorbiditas satu dengan yang lainnya; masalah
terapi, deskripsi tentang gangguan jiwa penyerta
dan gangguan medik yang umum terjadi.

1.17

18
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum

 Kurikulum 5 : “Asesmen dan Wawancara,


Perencanaan Terapi dan Pendokumentasian,
untuk Profesional Bidang Adiksi”
 Pelatihanberbasis ketrampilan.
 Asesmen yang efektif dan terintegrasi,
perencanaan terapi dan pendokumentasian
sebagai perangkat dalam terapi.

1.18

19
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum

 Kurikulum6 : “Manajemen Kasus untuk


Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pemahaman dasar, bukan materi berbasis
keterampilan atau praktek.
 Ikhtisar manajemen kasus dalam terapi GPZ dan
keterampilan praktik dalam fungsi manajemen
kasus (perencanaan, jejaring, monitoring,
advokasi, konsultasi, dan kolaborasi).

1.19

Serial Kurikulum

 Kurikulum7 : “Intervensi Krisis untuk Para


Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pelatihan dasar dan juga berbasis-ketrampilan.
 Krisis merupakan bagian dari kehidupan;
pedoman manajemen krisis; manajemen
risiko bunuh diri; dan menghindarkan dari
krisis diri melalui perawatan diri konselor
sendiri.

1.20

20
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Serial Kurikulum

 Kurikulum8 : “Etik untuk Para Profesional


Bidang Adiksi” (2 hari)
 Pelatihan dasar.
 Panduan profesional dan etika perilaku;
kerahasiaan; prinsip-prinsip etika dan kode etik
profesional; etika pengambilan keputusan; dan
pentingnya supervisi dalam etika praktik .

1.21

21
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum

 Kurikulum
9 : “Bekerja bersama Keluarga yang
Mengalami Gangguan Penggunaan Zat” (3 hari)
 Pelatihandasar dan ketrampilan.
 Dampak GPZ dalam sistem keluarga; manfaat
menyertakan keluarga dalam terapi; melibatkan
anggota keluarga; menyiapkan layanan terapi
(psikoedukasi, sesi bersama keluarga, konseling
kelompok dengan banyak keluarga); perbedaan
antara konseling keluarga dan terapi keluarga; dan
pentingnya melakukan rujukan.

1.22

Kurikulum 1 Objektif Pelatihan

 Menjelaskan konsep dan pentingnya gaya


konselor
 Menyebutkan setidaknya 5 karakteristik dari
konselor yang efektif
 Mendefenisikan hubungan yang membantu
 Menjelaskan 3 tipe dari mendengarkan reflektif
 Mendemonstrasikan kompetensi dasar dalam
mendengarkan reflektif

1.23

22
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 1 Objektif Pelatihan (lanjutan)

 Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengajukan


pertanyaan terbuka, afirmasi, rangkuman, dan bergulir
dengan resistensi
 Mengidentifikasi setidaknya 2 strategi konseling efektif
dari setiap tahapan perubahan
 Mendemonstrasikan kompetensi dasar dalam 3 tipe
konseling berbasis keterampilan
 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari konseling
kelompok
 Menjelaskan setidaknya 2 masalah dasar atau tugas
untuk setiap tahapan fase khusus
1.24

23
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Rehat
15 menit

1.25

Latihan Kelompok-Besar: Harapan akan


Pelatihan

 Tuliskan2 harapan (ekspekstasi) kamu akan


pelatihan dalam kertas selembar (post-it)

1.26

24
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pencitraan Terpandu: Orang Spesial

1.27

25
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Gaya dan Karakteristik Konselor

 Karakteristik dari konselor itu sendiri memiliki


efek yang sangat besar pada proses terapi,
terutama dalam hal hubungan konselor-klien

1.28

Gaya dan Karakteristik Konselor

 Klien yang memiliki hasil akhir terapi terbaik


adalah yang memiliki konselor dengan
kemampuan interpersonal terbaik, paling
konfrontatif, dan paling empatik

Source: Finney, J. W., Wilbourne, P. L., & Moos, R. H. (2007). Psychosocial treatment for substance use disorders. In
P. E. Nathan & J. M. Gorman (Eds.), A guide to treatments that work (3rd ed., pp. 179–202). New York: Oxford
University Press. 1.29

26
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Keterampilan Interpersonal yang Diharapkan

 Kemampuan pribadi  Empatidan kehangatan


 Ketulusan  Penghormatan dan
(genuineness) penghargaan positif
 Kesiapan

1.30

27
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kemampuan Pribadi

 Kesehatan psikologis
 Kenyamanan dalam membicarakan masalah-
masalah yang umum dan luas
 Kesadaran diri
 Kemampuan untuk menetapkan batasan diri
dan profesional
 Memiliki pengetahuan dan kompetensi yang
tinggi terkait masalah GPZ

1.31

Ketulusan

 Minat yang kuat untuk membantu orang lain


 Mampu menjalin hubungan tanpa berpura-
pura (bermain peran)
 Keinginan yang tulus untuk memahami orang
lain
 Jujur dalam menjalin hubungan atau bekerja
dengan orang lain

1.32

28
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Kesiapan

 Menghadiri sesi dan berbagi mengenai apa


yang terjadi, di dalam kaidah hubungan
profesional
 Fokus pada masalah yang dihadapi
 Memperhatikan masalah yang penting bagi
klien
 Menyesuaikan dengan mudah dan pandai
dalam mengubah topik bila diperlukan

1.33

29
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Empati dan Kehangatan

 Benar-benar ramah
 Memperlihatkan sifat manusiawi
 Menerima klien apa adanya
 Menunjukkan pengertian

1.34

Empati

 Sebuah proses aktif dari perasaan dengan


orang lain, menempatkan diri di tempat (pada
sisi) orang itu, memiliki rasa yang baik dari
apa yang dirasakan orang lain itu, dan (untuk
beberapa derajat) memahami perasaan orang
itu

1.35

30
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Penghargaan dan Penghormatan
Positif

 Hal positif adalah sebuah bentuk sikap yang


menghargai
 Sikap mengharagai adalah tindakan; hal itu harus
diterapkan/ditunjukkan
 Sikap ini mencakup tidak melakukan
penghakiman, berpikiran terbuka, dan objektif
 Bersikap penuh penghargaan berarti
menunjukkan kepekaan dan dapat dipercaya
 Terkait dengan keyakinan bahwa orang bisa dan
mampu memecahkan masalah mereka 1.36

31
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Jurnal: Asesmen–Diri

 Kekuatan apa yang harus saya miliki sebagai


seorang konselor
 Bidang apa yang saya dapat kerjakan?

1.37

32
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 1.1: The Colombo Plan Asian Centre
for Certification and Education of Addiction Professionals
Training Series

Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk


Profesional Adiksi

Kurikulum 2: Terapi untuk Gangguan Penggunaan


Zat—Rawatan Berkelanjutan dari
Profesional Adiksi

Kurikulum 3: Gangguan Mental dan Medis yang


Sering Menyertai pada Gangguan
Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk
Profesional Adiksi

Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk


Profesional Adiksi (kurikulum ini)

Kurikulum 5: Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan


Terapi, dan Pendokumentasian untuk
Profesional Adiksi

Kurikulum 6: Manajemen Kasus untuk Profesional


Adiksi

Kurikulum 7: Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi

Kurikulum 8: Etika untuk Profesional Adiksi

Kurikulum 9: Bekerja dengan Keluarga dalam


Rawatan bagi Gangguan Penggunaan
Zat

33
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Modul 1—Introduksi Pelatihan, Ringkasan
Masalah Global
 Penggunaan zat psikoaktif berlanjut menjadi masalah global. Sebuah survei yang
dilakukan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan
bahwa pada tahun 2009, sekitar 149 hingga 272 juta orang berusia antara 15 dan
64 tahun, telah menggunakan zat ilegal setidaknya 1 kali.1
 Zat ilegal yang dimaksud di dalam survei tersebut, termasuk opioids, kanabis,
kokain, stimulan tipe amfetamin lainnya, halusinogen, dan ekstasi, diantara lainnya.
 Beberapa orang dalam jumlah signifikan yang menggunakan zat psikoaktif,
mengalami gangguan penggunaan zat (dikenal dengan istilah GPZ).
 Gangguan Penggunaan Zat, disingkat menjadi GPZ, adalah pengertian umum untuk
menjelaskan rentang masalah terkait dengan penggunaan zat (termasuk obat-
obatan terlarang dan penyalahgunaan obat yang diresepkan), dari penyalahguna
zat hingga ketergantungan zat dan adiksi.
 GPZ juga merupakan sub-kategori dari gangguan terkait zat yang dijelaskan di
dalam dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (or DSM-IV-TR)”. 2
 GPZ mencakup penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
 Kategori luas dari gangguan terkait zat juga mencakup sub-kategori dari gangguan
induksi zat, yang termasuk:
• Intoksikasi zat;
• Putus zat; dan
• Gangguan mental yang diinduksi oleh zat
 GPZ disebut “Penggunaan Berbahaya” dan “Sindroma Ketergantungan” dalam
“World Health Organization’s (WHO’s) International Statistical Classification of
Diseases (ICD) , 10th revision.
 Survei dari PBB menyatakan bahwa sekitar 15 hingga 39 juta orang berusia antara 15
dan 64 tahun, dapat didefinisikan sebagai “pengguna zat (narkoba) bermasalah”.
 Survei tersebut mendefinisikan “pengguna zat bermasalah” tersebut berdasarkan
pada:
• Jumlah orang yang dilaporkan mengalami masalah ketergantungan zat
(narkoba);
• Jumlah orang yang menyuntikkan zat (narkoba); dan
• Jumlah orang yang mengunakan opioids, amfetamin, atau kokain dalam jangka
waktu yang lama

1 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.

2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC:
Author.

34
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Survei PBB yang lain juga menyebutkan bahwa:
• Sekitar 11 hingga 21 juta orang menyuntikkan narkoba pada tahun 2009.
• Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.
• Sekitar separuh dari yang menyuntik tersebut, terinfeksi virus Hepatitis-C.
 Konsekuensi global dari GPZ telah berkembang dan susah dikendalikan, seperti
diantaranya: Tingginya angka hepatitis dan tuberkolosis;
• Kehilangan produktivitas;
• Cidera hingga kematian akibat dari kecelakaan dalam berkendara dan
kecelakaan lainnya;
• Overdosis, yang berakibat kematian;
• Bunuh diri; dan
• Tindak kekerasan
 Jumlah tersebut sangat signifikan. Direktur Ekesekutif UNODC mengatakan
bahwa “ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak terpenuhi yang sangat
besar dalam hal pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi masalah NAPZA,
terutama di negara berkembang”.
 Ada beberapa alasan mengenai hal tersebut, tapi alasan utamanya adalah
kurangnya kapasitas dari program terapi yang memadai.

Serial Pelatihan
 Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui
pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the
Asia Center for Certification and Education of Addiction Professionals.
 Tujuan keseluruhan dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah
kesehatan, sosial dan ekonomi yang terkait GPZ dengan membangun kapasitas
terapi ternasional melalui pelatihan, membangun keprofesionalan-, dan
memperbanyak tenaga kerja terapi global.
 Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
profesional pada tahap awal dengan memberikan informasi yang penting untuk
diketahui dan pelatihan keterampilan khusus.1
 Kurikulum di dalam serial ini meliputi:
Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk Profesional Adiksi” , merupakan
pelatihan yang memberikan ikhtisar komprehensif mengenai adiksi, pemahaman
mengenai fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak, dan farmakologi zat psikoaktif.

Kurikulum 2: “Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan dari


Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 5 hari yang memberikan dasar
atau landasan untuk mempelajari konseling GPZ. Kurikulum ini tidak mengajarkan
latihan keterampilan, namun lebih pada konteks kurikulum berbasis keterampilan
pada kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini. Kurikulum 2 menjelaskan tentang
ikhtisar pemulihan, manajemen pemulihan, tahap perubahan, prinsip-prinsip efektif
dari terapi, komponen-komponen dari terapi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
terapi dan praktek-praktek berbasis bukti, termasuk didalamnya konseling keluarga
dan pasangan.
1 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.

35
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kurikulum 3: “Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada
Gangguan Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi”; merupakan
pelatihan selama 2 hari yang juga memberikan dasar dan ikhtisar bagi
hubungan dari gangguan mental yang menyertai dari satu ke yang lainnya
dan berkaitan dengan isu terapi, seperti halnya sebuah garis besar penjelasan
singkat dari gangguan medis dan mental yang menyertai pada umumnya.

Kurikulum 4: “Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi”; merupakan


pelatihan berbasis keterampilan selama 5 hari. Kurikulum ini memberikan ikhtisar
tentang hubungan yang membantu dan intensional, atau fokus, di dalam konseling.
Juga memberikan kesempatan untuk mempelajari dan melatih teknik-teknik
konseling cross-cutting. Dengan menggunakan cross-cutting, ini dimaksudkan bahwa
ketrampilan tersebut merupakan esensi dari setiap tahapan dalam terapi dan dalam
semua jenis situasi konseling, termasuk ketika bekerja dengan keluarga. Kurikulum
ini juga mengajarkan tentang dasar keterampilan wawancara motivasional dan
latihan mengajarkan klien tentang keterampilan pemulihan, yang merupakan sebuah
aspek penting dari terapi. Keterampilan konseling kelompok dasar (bagi klien dan
anggota keluarga) dan kelompok psikoedukasi juga tercakup di dalam kurikulum ini.

Kurikulum 5: “Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan Terapi, dan Pendokumentasian


untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 4 hari yang
mengajarkan tentang efektifitas integrasi antara asesmen dengan rencana rawatan,
juga memaparkan tentang pendokumentasian sebagai bagian bari alat rawatan.

Kurikulum 6: “Manajemen Kasus untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar


dan berbasis keterampilan selama 2 hari yang memberikan ikhtisar dari manajemen kasus
bagi rawatan GPZ, dan juga memberikan keterampilan praktek dalam fungsi manajemen
kasus, seperti perencanaan, jejaring, monitoring, advokasi, konsultasi, dan berkolaborasi.

Kurikulum 7: “Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 2


hari yang mengetengahkan konsep bahwa krisis sebagai bagian dalam kehidupan,
dan menyediakan panduan untuk mempraktekkan manajemen krisis, termasuk
mengelola resiko bunuh diri. Pelatihan ini juga mengetengahkan cara-cara
konselor dalam menghindari krisis situasi personal dengan mengembangkan
latihan-latihan dan informasi-informasi tentang perawatan diri bagi konselor.

Kurikulum 8: “Etika untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 4


hari yang mengetengahkan panduan professional dan etika perilaku,
kerahasiaan, prinsip-prinsip etika dan kode etik professional, serta etika
dalam membuat keputusan. Kurikulum ini juga memaparkan mengenai
pentingnya supervisi sebagai bagian dari penegakkan etika di dalam praktek.

Kurikulum 9: “Bekerja dengan Keluarga dalam Rawatan bagi Gangguan Penggunaan


Zat”; adalah 3-hari kursus yang menyediakan tentang ikhtisar dari dampak yang
ditimbulkan GPZ bagi system di dalam keluarga, dan juga manfaat dari penglibatan
anggota keluarga di dalam rawatan. Kurikulum ini memaparkan tentang cara-cara
dalam melibatkan anggota keluarga di dalam suatu rawatan dan menyediakan informasi
serta praktek dalam penyelenggaraan rangkaian layanan bagi keluarga, seperti psiko-
edukasi, sesi bersama keluarga, dan konseling kelompok dari berbagai keluarga. Kursus
ini pun mengetengahkan tentang perbedaan antara konseling keluarga dengan terapi
untuk keluarga, dan bagaimana membuat rujukan yang sebaiknya untuk menambah
layanan secara intensif apabila diperlukan.
36
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Karakteristik dan Gaya dari Konselor
 Sangat penting untuk mengetahui bahwa karakteristik dari diri konselor memiliki
efek yang sangat besar pada proses terapi dan keberhasilan atau
kegagalan selanjutnya, terutama dalam hal hubungan konselor-klien.
Motivasi klien mempengaruhi keterlibatan klien dalam terapi, dan hasil akhir terapi
dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seorang konselor dan gaya interaksi
sebanyak karakteristik klien (atau bahkan lebih) dan teknik-teknik khusus konselor.
 Sebuah tinjauan literatur mengenai karakteristik konselor yang berhubungan
dengan efektivitas terapi GPZ, menemukan bahwa klien yang memiliki hasil akhir
terapi terbaik adalah yang memiliki konselor dengan kemampuan interpersonal
terbaik, paling konfrontatif, dan paling empatik.
Keterampilan Interpersonal yang Diharapkan
 Penelitian telah mengidentifikasi bahwa keterampilan dari konselor yang sangat
diharapkan oleh klien ada di diri seseorang yang bekerja di GPZ adalah:
• Kemampuan pribadi;
• Ketulusan (genuineness);
• Kesiapan;
• Empati dan kehangatan; dan
• Penghormatan dan penghargaan positif.
 Kemampuan pribadi maksudnya konselor harus mampu untuk:
• Sehat secara psikologis (bukan berarti konselor tidak memiliki masalah pribadi,
namun konselor harus memiliki keterampilan hidup dan koping yang baik);
• Memberikan rasa nyaman ketika membicarakan masalah-masalah yang umum
dan luas;
• Memiliki kesadaran diri yang baik;
• Memiliki kemampuan untuk menetapkan batasan diri dan professional; dan
Memiliki pengetahuan dan kompetensi yang tinggi terkait masalah GPZ.
 Ketulusan maksudnya konselor harus mampu untuk:
• Memiliki minat yang kuat untuk membantu orang lain;
• Mampu menjalin hubungan tanpa menjadi palsu atau berpura-pura (bermain
peran);
• Memiliki keinginan yang tulus untuk memahami orang lain;
• Jujur dalam menjalin hubungan atau bekerja dengan orang lain.

37
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 Kesiapan (immediacy) maksudnya konselor harus mampu untuk:
• Menghadiri sesi dan berbagi mengenai apa yang terjadi, di dalam kaidah
hubungan professional;
• Mampu untuk tetap fokus pada masalah yang dihadapi;
• Dapat memperhatikan masalah yang penting bagi klien; dan
• Mampu menyesuaikan dengan mudah dan pandai dalam mengubah topik bila
diperlukan.
 Empati dan kehangatan maksudnya konselor harus mampu untuk:
• Benar-benar ramah (secara tulus);
• Memperlihatkan sifat manusiawi;
• Menerima klien apa adanya; dan
• Menunjukkan pengertian.
 Empati dan simpati adalah istilah yang sering digunakan bergantian dalam konteks
yang sama, namun bukan berarti memiliki arti yang sama:
• Ketika Anda simpati, Anda terlarut dalam perasaan dengan orang lain; Anda
merasa kasihan pada mereka atau mengasihani mereka, tetapi Anda tidak
memahami dengan tepat apa yang mereka rasakan.
• Empati adalah proses yang lebih aktif dari perasaan dengan seseorang. Untuk
beberapa hal, Anda menempatkan diri anda sendiri pada posisi/di tempat
mereka, memiliki rasa yang baik dari apa yang mereka rasakan, dan memiliki
beberapa derajat pemahaman perasaan mereka tanpa membuat penghakiman
(judgement) tentang mereka.
• Namun tentu saja, tidak mungkin untuk benar-benar bisa memahami atau
merasakan perasaan orang lain, karena kita semua memiliki keunikan dalam
memberi tanggapan (merespon). Untuk menjadi empati, perlu dilakukan upaya
untuk memahami, dan berkomunikasi untuk memberikan pemahaman kepada
orang lain dalam cara yang tidak menghakimi.
• Melakukan komunikasi secara empati melibatkan pengguanaan rangkaian
keterampilan yang bisa dipelajari.
 Penghormatan dan penghargaan positif.
• Penghargaan positif adalah bentuk sikap dari penghormatan (respect);
penghormatan adalah tindakannya. Sikap menghormati harus diterapkan
sesuai dengan cara klien memperlakukan kliennya.
• Sikap pernghormatan positif ini mencakup menahan penghakiman, berpikiran
terbuka, dan objektif;
• Bersikap penuh penghormatan berarti peka terhadap situasi dan pengalaman
hidup seseorang. Ini juga berarti menjadi orang yang dapat dipercaya.

 Konselor harus memiliki karakteristik ini untuk mengembangkan diri mereka.


Sesungguhnya tidak ada konselor yang sempurna, karena mereka semua adalah
manusia. Namun, konselor dapat bekerja pada aspek pengembangan diri diri
mereka, yang dapat meningkatkan pekerjaan mereka sebagai konselor, sehingga
mereka dapat mempelajari dan melatih keterampilan mereka.

38
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 2
HUBUNGAN YANG MEMBANTU

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72

39
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
40
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 2 10 menit
Presentasi : Pengenalan kepada Hubungan yang Membantu 10 menit
Presentasi : Pengungkapan–Diri Konselor 10 menit
Latihan kelompok–Kecil : Pengungkapan–Diri Konselor
15 menit
Bagian 1–Persiapan
Makan siang 60 menit
Latihan Kelompok–Kecil : Pengungkapan–Diri Konselor
35 menit
Bagian 2–Presentasi
Presentasi : Hubungan Ganda 10 menit
Latihan Kelompok–Kecil : Hubungan Ganda 20 menit
Presentasi : Transference dan Counter-transference 20 menit
Rehat 15 menit
Presentasi Interaktif : Komunikasi Non–Verbal 35 menit
Jurnal : Hubungan yang Membantu 15 menit
Evaluasi Hari Pertama dan Asesmen Pembelajaran 15 menit

Modul 2 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Menyediakan ikhtisar mengenai konsep “hubungan yang membantu”; dan
 Menyediakan suatu kesempatan bagi para peserta untuk dapat memahami
kompleksitas dari “pengungkapan-diri” seorang konselor serta isu-isu lainnya
yang melekat dengan hubungan yang membantu.

Objektif Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 2 mampu untuk:
 Mendefinisikan Hubungan yang Membantu;
 Mendiskusikan manfaat yang potensial serta permasalahan dari pengungkapan-
diri seorang konselor;
 Mendefinisikan dan menyebutkan setidaknya tiga contoh dari hubungan ganda;
 Mendefinisikan transference dan counter-transference; dan
 Mendefinisikan setidaknya tiga elemen dari komunikasi non-verbal.

41
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
MODUL 1
HUBUNGAN YANG MEMBANTU

Hubungan yang Membantu


(Terapeutik)

 Hubungan antara seorang konselor dengan


klien yang bermakna dengan cara-cara
dimana profesional berharap untuk dapat
membina hubungan, dukungan, serta
memfasilitasi suatu perubahan dari klien.

2.2

42
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Modul 2 Objektif Pembelajaran

 Mendefinisikan hubungan yang terapeutik


 Mendiskusikan manfaat-manfaat yang potensial
dan permasalahan dari pengungkapan-diri dari
konselor.
 Mendefinisikan dan memberikan setidaknya 3
contoh dari hubungan ganda.
 Mendefinisikan transference dan counter-
transference
 Mendiskusikan setidaknya 3 elemen dari
komunikasi non-verbal

2.3

43
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Hubungan Terapeutik

Klien
• Seseorang yang
bermasalah

• Seseorang yang
Hubungan Konselor berperan sebagai
penolong/fasilitator

• Membantu klien
Tujuan mengerahkan
dari suatu kekuatannya untuk
hubungan memecahkan
permasalahan 2.4

Konseling

 Suatu proses pemberdayaan:


 Memfasilitasi
 Mengajar
 Mendukung

2.5

44
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pemberdayaan

 Dengan kekuatan, keyakinan, serta


ketrampilan yang dimiliki untuk dapat
membuat pilihan yang sehat dan produktif,
serta mempunyai beragam opsi untuk
membuat pilihan.

2.6

45
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Batasan Hubungan

 Tetapkan batas perilaku


 Membantu definisi tentang
siapa kita dan hubungan
kita
 Mengklarifikasi harapan
dan aturan dari peran kita
 Melindungi kita dan orang
lain

2.7

Pengungkapan Diri Konselor:


Aspek Positif

 Mengurangi perasaan kesepian klien dalam


situasi tertentu
 Mendorong empati seorang konselor
 Meningkatkan persepsi klien terhadap
konselor sebagai seseorang yang terpercaya
 Meningkatkan pengungkapan diri klien

2.8

46
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pengungkapan Diri Konselor:
Aspek Positif (lanjutan)

 Meningkatkan ekspresi perasaan serta


eksplorasi diri klien
 Menimbulkan persepsi baru dari klien
 Dapat digunakan sebagai contoh perilaku dan
peran baru

2.9

47
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Pengungkapan Diri Konselor:
Aspek Negatif

 Dapat dilihat sebagai suatu ancaman dan


dapat mengaburkan batasan hubungan
 Konselor dapat dirasakan sebagai seseorang
yang tidak dapat menjaga kerahasiaan, tidak
dipercaya atau “sibuk sendiri”, dan/atau
memerlukan terapi.

2.10

Pengungkapan Diri Konselor:


Aspek Negatif (lanjutan)

 Dapat menyebabkan umpan balik yang


prematur mengenai sikap/perilaku klien
 Dapat menyebabkan klien menjadi merasa
rendah atau ditolak
 Tidak mengizinkan klien untuk bicara

2.11

48
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pengungkapan Diri Konselor

 Demi kepentingan klien, bukan kebutuhan


atau keinginan konselor
 Konselor semestinya merasa nyaman untuk
berbagi
 Berbagi pengalaman pemulihan pribadi
dengan klien bukanlah suatu hal yang perlu
 Semakin banyak konselor bicara, semakin
sedikit waktu yang tersedia untuk klien

Sumber: Lawson, G. W., Lawson, A. W., & Rivers, P. C. (2000). Essentials of chemical dependency counseling
(3rd ed.) Rockville, MD: Aspen Publications.
2.12

49
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Tanya Dirimu

 Apakah saya merasa nyaman menceritakan


tentang diri saya kepada klien?
 Apakah aman bagi saya untuk mengungkapkan
informasi ini?
 Apakah pengungkapan ini memberikan manfaat
bagi klien?
 Dapatkah klien saya menggunakan informasi ini
demi kemajuan terapinya?
 Akankah klien saya melihat pengungkapan ini
sebagai hal yang membantu?
2.13

Pengungkapan?

 Jika jawaban dari salah satu pertanyaan ini


adalah tidak,

JANGAN DIUNGKAPKAN

2.14

50
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pengungkapan?

 Masa pengungkapan diri akan ada beberapa


kali dalam proses konseling; tidak perlu
terburu-buru!
 Untuk konselor baru sebaiknya tidak perlu
melakukan pengungkapan diri

2.15

51
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Latihan Kelompok Kecil: Pengungkapan Diri
(Persiapan)

 Siapkan kertas untuk tugas anda:


pengungkapan-diri tepat atau tidak
 Jangan beritahu kelompok lainnya tipe anda!
 Buat skenario 2 menit sesi konseling dimana
konselor tersebut mengungkapkan dirinya
 Tugaskan seseorang untuk mencatat,
seseorang menjadi “konselor”, dan seseorang
lagi menjadi “klien”

2.16

Ishoma
60 menit

2.17

52
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok Kecil: Pengungkapan Diri

PRESENTASI

2.18

53
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Hubungan Ganda

 Ketika konselor berperan ganda baik dalam


kapasitasnya sebagai konselor dan setidaknya
satu peran lainnya terhadap klien yang sama.
 Contoh:
 Sosial
 Finansial
 Profesional

2.19

Hubungan Ganda

 Jejaring
hubungan adalah hakikat dari
masyarakat

2.20

54
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Mengelola Hubungan Ganda yang
Mungkin Terjadi

 Hindari sedapat mungkin


 Minimalkan keterlibatan ketika tidak mungkin
dihindari
 Buatlah pilihan secara sadar dan saling
menghargai

2.21

55
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Latihan Kelompok Kecil: Hubungan Ganda

 Dua kelompok: Desa dan Kota


 Pilih seseorang untuk mencatat
 Diskusikan:
 Tipe-tipehubungan ganda yang anda alami,
dengar, atau pikir mungkin terjadi di dalam
komunitas anda
 Bagaimana tiap situasi tersebut dapat dihindari
atau diminimalkan

2.22

Transference dalam Konseling: Definisi

 Suatu proses dimana klien mengalihkan sikap,


perasaan, dan hasrat dari hubungan
bermakna lainnya kepada konselor
 Sering terjadi secara tidak sadar dan bisa juga
didasarkan dari hubungan masa kanak

Sumber: Corey, G., Corey, M., & Callanan, P. (2011). Issues and ethics in the helping professions.
Pacific Grove, CA: Brooks/Cole. 2.23

56
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Transference

 Transference dapat mendistorsi persepsi klien


dan reaksinya kepada konselor

2.24

57
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Contoh: Distorsi Klien terhadap Konselor

 Klien mungkin melihat konselor sosok sempurna


dalam segala hal dan melihat dirinya sebagai
sosok yang “selalu merasa kurang”
 Klien mungkin melihat konselor sebagai seorang
pengasuh yang membuat klien berperan tak
berdaya dan bergantung berlebihan
 Klien mungkin melihat konselor sebagai figur
otoritas dan menganggap konselor
menghakiminya

Sumber: Corey, G., Corey, M., & Callanan, P. (2011). Issues and ethics in the helping professions. 2.25
Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.

Transference

 Konselor yang sadar dapat menggunakan


transference untuk memperoleh tilikan tentang
kepribadian klien dan interaksinya dengan
anggota keluarga serta rekan-rekannya
 Jika konselor tidak menyadari adanya
transference, reaksinya terhadap perilaku klien
dapat menjadi kontra-terapeutik

2.26

58
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Counter-Transference: Definisi

 Counter-transference terjadi saat konselor


mengalihkan perasaan dan sikap tentang
orang lain dalam kehidupan personal masa
lalunya atau saat ini kepada klien
 Counter-transference juga dapat terjadi
sebagai respon terhadap isu klien yang juga
menjadi masalah bagi konselor

2.27

59
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Counter-Transference

 Counter-transference adalah normal; semua


konselor mengalaminya!
 Konselor hanya perlu mengenali dan secara
efektif memproses hal tersebut, sehingga tidak
berdampak negatif bagi klien

2.28

Counter-Transference

 Untuk mencegah counter-transference:


 Hadapi/atasi permasalahan emosional anda
 Waspada
 Gunakan supervisi/konsultasi

2.29

60
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Rehat
15 menit

2.30

61
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Komunikasi Non-Verbal

 Ekspresiwajah, kontak
mata, gerak tubuh, sikap
tubuh, dan posisi
memberi makna yang
sama dengan kata-kata
(bahkan faktanya dapat
lebih)

2.31

Komunikasi Non-Verbal

 Sebagian besar tidak disadari


 Dipelajari saat masa kanak dari keluarga dan
budaya
 Konselor harus:
 Memperhatikan petunjuk non verbal dari klien
 Mawas diri

2.32

62
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Komunikasi Non-Verbal: Ekspresi Wajah

 Ekspresi wajah adalah universal

2.33

63
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Komunikasi Non-Verbal Berdasarkan
Budaya

 Kontak mata: Pertanda “ketertarikan dan


menghormati” atau mengganggu,
mendominasi, dan tidak sopan?
 Gerak tubuh: Ekspresif sesuai norma atau
bahkan mengintimidasi?

2.34

Komunikasi Non-Verbal Berdasarkan


Budaya

 Posisi spasial dan sentuhan

ATAU

2.35

64
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Sentuhan

 Untuk sebagian orang, sentuhan ringan pada


tangan atau pundak akan membuat lebih nyaman
dan merasa dipedulikan; untuk lainnya, hal tersebut
mungkin dirasakan seperti intimidasi
 Orang yang pernah mengalami pelecehan fisik atau
seksual sering membatasi jarak dengan orang lain
 Orang dengan gangguan jiwa tertentu mungkin
memiliki batasan ruang pribadi yang sangat kuat
ataupun lemah
 Berhati-hatilah!
2.36

65
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Komunikasi Non-Verbal Lainnya

 Beberapakomunikasi non-verbal yang


cenderung berlaku di lintas budaya:
 Respon kecemasan
 Tanda kemarahan
 Tanda ketertarikan

2.37

Latihan Jurnal

 Apa yang anda pelajari yang merupakan hal


baru bagi anda?
 Bagaimana anda pikir hal ini berkaitan dengan
kerja/praktek anda?

2.38

66
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
67
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Halaman Penjelasan 2.1: Kiat-Kiat Keberhasilan
Komunikasi Non-Verbal

 Pusatkan perhatian pada ketidakkonsistenan. Komunikasi non-verbal haruslah


menguatkan perkataan yang diutarakan. Apabila kita merasa bahwa seseorang
tersebut tidaklah jujur atau sesuatu tersebut “keluar”, anda mungkin dapat
menemukan ketidaksesuaian antara verbal dengan petunjuk non-verbal. Apabila
seseorang tersebut berkata sesuatu, kemudian bahasa tubuhnya berkata yang
lain? Sebagai contoh, apakah mereka mengatakan “Iya” bersamaan dengan
gerakan gelengan kepala yang mencerminkan “tidak”?
 Lihat signal komunikasi non-verbal secara keseluruhan yang menyatu. Jangan
membaca dan terfokus pada satu gerakan tubuh atau petunjuk non-verbal.
Pertimbangkan keseluruhan signal non-verbal yang anda terima dan kirimkan, dari
kontak mata kepada nada suara, serta bahasa tubuh. Apakah petunjuk non-verbal
anda konsisten-atau tidak konsisten- dengan apa yang anda ingin komunikasikan?
 Ambil waktu rehat sejenak (time out) apabila anda merasa kewalahan akibat
stress. Stress dapat mengkompromikan kesanggupan anda dalam berkomunikasi.
Di saat anda mengalami stress, anda cenderung untuk salah dalam membaca
orang lain, memberikan kebingungan atau signal-signal non-verbal yang
mengkonfrontasi, dan jatuh ke dalam pola spontanitas yang tidak sehat dalam
berperilaku. Ambil masa untuk menenangkan diri dahulu sebelum kembali kepada
suatu pembicaraan. Sekali anda memperoleh kembali keseimbangan emosional,
anda akan menjadi lebih siap dalam menghadapi situasi dengan cara yang positif.

68
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 2.2: Prinsip-Prinsip Dasar Bekerjasama
dengan Klien

Klien yang menggunakan zat atau mereka yang di masa awal pemulihan dari penggunaan
zat terkadang tidak mempercayai orang yang mengatakan ingin membantu,
khususnya bagi mereka yang telah dirujuk oleh seseorang. Mengembangkan suatu
hubungan memerlukan waktu dan kesabaran, beberapa pertemuan sangat diperlukan
sebelum seorang klien dapat mendiskusikan permasalahan penggunaan zatnya dan
permasalahan lainnya dengan anda. Keinginan yang tulus dalam mengembangkan
hubungan dan memahami isu-isu terkait penggunaan zat serta kondisi kehidupan
dari klien akan menyertai sepanjang waktu di masa proses bekerjasama dengan klien.

Terdapat enam prinsip dasar untuk mengembangkan kepercayaan dan hubungan yang
membantu yang produktif, yaitu:

Prinsip 1: Menjadi seseorang yang dapat diandalkan dan professional


 Ikuti melalui persetujuan dan komitmen yang telah dibuat. Tidak ada yang
dapat menghancurkan kepercayaan dari suatu ubungan melainkan pelanggaran
perjanjian serta kesepakatan;
 Pikirkan sebelum anda membuat suatu komitmen. Apapun yang ada setujui atau
janjikan haruslah realistis dan memungkinkan;
 Tepat waktu di setiap janji;
 Pertahankan kerahasiaan:
• Apapun informasi, termasuk foto, yang dapat berimplikasi secara individual
atau mengidentifikasi lokasi dari penggunaan zat haruslah dijaga keamanannya.
• Apapun informasi tidak seharusnya disebarkan kepada orang-orang dan agensi
yang tidak secara langsung berkaitan dengan isu-isu penggunaan zat.
• Klien cenderung tidak suka untuk berbagi informasi apabila mereka curiga
informasi tersebut akan digunakan untuk melawan mereka.
• Kerahasiaan adalah suatu komponen etika penting dari praktek professional
 Jujurlah. Lebih baik berkata “Saya tidak dapat memberikan kamu uang untuk
membeli narkoba” dari pada anda berkata “Saya tidak punya uang”;
 Pengaturan batasan hubungan yang tegas;
 Jangan dipersonalisasikan (masalah dimasukkan sebagai masalah pribadi); dan
 Jangan menanggapi dengan negative atau sikap yang agresif. Klien mungkin akan
curiga atau agresif di saat mereka tidak mengenal anda.
Prinsip 2: Menghormati
 Jangan memperlakukan klien seperti mereka adalah anak-anak. Masyarakat
terkadang berbicara merendahkan pada mereka-mereka yang menggunakan zat
kemudian memperlakukan mereka seperti mereka butuh dimarahi atau diajarkan
untuk melakukan hal yang benar.
 Bicaralah dengan sikap yang peduli dan menghargai.

69
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
 Mengakui dan menghormati kerentanan dan perasaan yang dimiliki oleh klien.
Berbicara dengan seseorang mengenai pengalaman masa lalu mereka akan
membantu untuk memahami mengenai kerentanan yang dimilikinya, tapi hal
tersebut juga dapat menjadi suatu yang menyedihkan bagi mereka yang sangat
peduli.
 Hindari memberikan indikasi secara kasat mata apabila terkejut atau tidak menyukai
dengan cerita masa lalu klien.
 Fokuskan perhatian dan pendengaran (tunjukan rasa menghormati) dengan cerita
masa lalu seseorang.
 Mengakui dan menghormati klien sebagai “pakar” lokal atau sumber informasi
terpercaya terhadap penggunaan zat/narkoba. Mengakui kemahiran klien membuat
konselor jadi menganggap klien sebagai sosok yang sangat berharga, dan hal ini
akan meningkatkan hubungan. Di saat klien diperlakukan dengan rasa hormat
dan dianggap sebagai “pakar”, mereka akan lebih dapat menyiapkan wawasan
yang mendalam terhadap sosial dan isu-isu dari lingkungan yang mempengaruhi
kehidupannya.
 Mengakui di saat anda mempelajari sesuatu hal yang baru di saat percakapan
terjadi.
 Gunakan kesopanan dan pujian yang dasar dan sederhana. Kesederhanaan yang
umum mengenai kesopanan dan pujian akan lebih membuat nuansa kemanusiaan
dan persahabatan.„
Prinsip 3: Ciptakan suasana yang santai
 Ciptakan ruang kerja/sesi serta suasana di dalam kelompok menjadi “mengundang”.
Gambar atau poster yang dipasang di dinding mungkin akan lebih membuat nuansa
seperti layaknya di rumah.
 Sajikan suasana kesegaran-kesegaran yang dapat membuat atmosfir menjadi lebih
bersahabat.
Prinsip 4: Luwes dan sabar
 Mengakomodir klien. Bina hubungan dengan klien GPZ, dapat berarti menyesuaikan
dengan jadwal yang dimilikinya dan melakukan pertemuan dengannya disesuaikan
dengan waktu dan tempat yang dapat diakomodir oleh dirinya.
 Dapat memperkirakan klien akan memerlukan waktu untuk belajar ketrampilan-
ketrampilan baru; akui perkembangan apapun dari langkah yang diambil.
 Bersiap untuk mengulang, mengulang, dan mengulang. Pengulangan adalah
pembelajaran yang penting, khususnya di saat klien mengalami gangguan di area
kognitifnya akibat dari penggunaan zat.
 Pastikan klien mengetahui kalau anda tertarik dengannya sebagai sosok insan.
Terkadang hal ini bermakna juga seperti berdiskusi serangkaian permasalahan
yang klien cukup prihatin, seperti kebutuhan akan kesehatannya, isu sosial, dan
keterlibatannya dengan kriminal, sebelum anda akan memfokuskan kea rah isu
penggunaan zat/narkobanya.
Prinsip 5: Ceritakan pengalaman pribadi anda secara tepat
 Jangan terfokus pada diri anda dan jangan berprasangka bahwa cerita hidup anda
akan selalu sama dengan yang lainnya.
 Pertahankan batasan yang tepat. Bercerita detil tidaklah diperlukan dan disarankan.
 Jangan bercerita mengenai “kisah tentang narkoba” (contoh, “Saya ingat suatu
dulu saya…”).
 Berhati-hatilah apabila terlalu banyak bercerita informasi yang berkaitan dengan
personal.

70
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Prinsip 6: Dengar, dengar, dan dengar
 Sediakan waktu untuk mendengarkan; tunjukan pemahaman terhadap perasaan
orang lain.
 Jangan kacaukan dengan kegiatan lain di saat sedang berbicara dengan klien.
 Pertahankan kontak mata untuk menegaskan bahwa anda sedang mendengarkan.
 Perlihatkan bahwa anda mendengar dengan tidak menghakimi. Klien terkadang
tidak mempunyai siapapun untuk dapat bercerita mengenai perasaannya.
Mereka mungkin pernah merasakan pelecehan di rumahnya dan mungkin pernah
diperlakukan kasar oleh masyarakat, keluarganya, atau polisi.
 Dengarkan secara berhati-hati untuk memahami konteks dan situasi dimana suatu
kejadian terjadi.
 Tunjukan pemahaman terhadap perasaan yang klien alami. Ketrampilan ini akan
menunjukan bahwa anda berempati sebagai konselor yang baik.
 Tanyakan mengenai hal-hal yang baik tentang penggunaan zat/narkoba. Klien
mempunyai dugaan bahwa anda akan bertanya hal-hal yang buruk yang berkenaan
dengan penggunaan zat/narkobanya; mereka tidak berharap anda akan tertarik
dengan hal-hal yang mereka gemari dari penggunaan zat/narkobanya. Sebagai
contoh, tanyakan;
• Orang-orang umumnya menggunakan zat karena merasa terbantu di berbagai
cara. Bagaimana zat ini membantu anda?
• Apa hal-hal baik mengenai…?
• Apa yang anda sukai dari efek…?
• Apa yang anda rindukan dari…?
• Apalagi yang anda suka mengenai…?
 Tanyakan tentang “efek tidak baik” dari penggunaan zat/narkoba. Sebagai contoh,
tanyakan;
• Dapatkah kamu ceritakan mengenai kelemahannya?
• Hal-hal apakah yang anda tidak terlalu senangi mengenai hal ini?
• Hal-hal apakah yang sekiranya tidak anda rindukan?
• Bagaimanakah penggunaan zat/narkoba anda dapat sesuai dengan cita-cita
anda…?
• Apabila anda meneruskan hal ini, kira-kira 3 tahun ke depan anda melihatnya
seperti apa ya?
 Gunakan teknik peningkatan motivasi. Teknik ini akan memberikan
anda ide atau gambaran di tahapan perubahan apa klien anda berada.

71
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
Modul 2—Hubungan yang Membantu, Rangkuman
Pendahuluan
 Satu definisi sederhana dari hubungan yang membantu adalah: hubungan antara
konselor dan klien yang bermakna cara-cara dimana Profesional berharap untuk
dapat membina hubungan, dukungan, serta memfasilitasi suatu perubahan dari
klien.
 Memahami suatu hubungan yang membantu termasuk dengan memahami si klien
(seseorang dengan permasalahan dan/atau isu), konselor (seseorang yang berperan
sebagai penolong/fasilitator), dan tujuan dari hubungan yang membantu (untuk
membantu klien mengerahkan kekuatannya untuk memecahkan permasalahan
yang dimilikinya).
 Pada azasnya, konseling adalah suatu proses pemberdayaan. Kunci dari suatu
hubungan yang membantu adalah selalu mengingat hal tersebut, sebagai seorang
konselor, anda bekerja untuk:
• Memfasilitasi klien anda memahami dirinya dan permasalahannya;
• Mengajarkan strategi kepada klien anda untuk perubahan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan; dan
• Dukung klien anda dalam proses perubahannya.
 Pemberdayaan adalah istilah yang kerap kali digunakan di dalam bidang konseling.
Sayangnya, istilah tersebut mempunyai banyak definisi, sehingga hal ini tidaklah
selalu jelas dengan apa yang dimaksud di saat kita menggunakan istilah ini. Sebagai
tujuan kita, kita mendefinisikan pemberdayaan adalah sebagai:
• Kekuatan yang dimiliki, kepercayaan diri, serta ketrampilan untuk membuat
pilihan yang produktif dan sehat (di masa mengalami perubahan dari pilihan
yang cenderung menghancurkan-diri); dan
• Pilihan-pilihan yang beragam untuk dapat dipilih, termasuk pilihan alternative
dari menghancurkan-diri itu.
 Tujuan akhir dari sang penolong adalah membolehkan klien meraih secara mandiri
segala keputusannya berdasarkan beberapa latihan kegiatan yang kemudian dapat
memecahkan tiap permasalahan yang dihadapinya. Sangatlah penting untuk klien
belajar untuk dapat memecahkan permasalahannya sendiri dan menyelesaikan isu-
isunya sendiri.
 Dalam rangkumannya, tugas konselor adalah memastikan bahwa klien
memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan kepercayaan diri untuk menyelesaikan
permasalahannya. Tetapi pertama-tama, konselor perlu untuk menyusun dan
menegakkan hubungan kerja yang terpercaya.

Pengungkapan-diri Konselor
 Hubungan anda dengan klien mungkin menyerupai persahabatan dalam beberapa
hal. Bagaimanapun juga. Sebagai konselor anda haruslah waspada untuk memastikan
terbentuknya hubungan professional yang sehat dan bertanggungjawab. Walaupun
konseling adalah suatu proses yang mengharuskan anda sebagai konselor untuk
tulus dan asli terhadap hubungan dengan klien, adalah hal yang mutlak untuk selalu
mempertahankan batasan hubungan yang jelas dan konsisten.
 Kita cukup mengenal dengan konsep dari batasan secara fisik sebagai hal yang
berkenaan dengan geografis. Negara mempunyai batasan. Ada Negara bagian,
regional, serta batasan kepemilikan. Ada juga batasan (terkadang terpagar) di
sekeliling kepemilikan personal (lahan).
72
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Batasan professional dan pribadi adalah sangat penting. Batasan dapat membatasi
perilaku, dan membantu mendefinisikan hubungan dan posisi kita, mengklarifikasi
harapan dan memberikan kita aturan dari peran, dan akhirnya melindungi kita dan
orang-orang lainnya. Di saat konselor berbagi nilai-nilai dan kepercayaannya (atau
membebankan) kepada klien, suatu batasan etika telah dilanggarnya.
 Pengungkapan-diri konselor berarti berbagi sesuatu mengenai kehidupan pribadi
atau pengalaman dengan klien.
 Pengungkapan-diri bisa menjadi suatu hal yang teraputik bagi klien dan membantu
meningkatkan proses terapi. Kurangnya pengungkapan dapat memperlambat
proses. Bagaimanapun juga, pengungkapan-diri dapat berpotensi membahayakan
baik ke klien maupun ke hubungan yang membantu tersebut.
 Dari sisi positif, pengungkapan-diri konselor dapat:
• Mengurangi perasaan kesepian klien terhadap berbagai situasi;
• Menunjukan perasaan empati dari konselor;
• Meningkatnya persepsi klien terhadap konselor sebagai sosok yang terpercaya;
• Meningkatnya pengungkapan-diri klien;
• Meningkatnya ekspresi perasaan dan eksplorasi-diri dari klien;
• Timbulnya persepsi baru dari klien; dan
• Dapat menjadi model panutan baru dalam berperilaku dan sebagainya.
 Pengungkapan-diri konselor juga dapat memiliki efek yang negatif. Sebagai
contoh:
• Dapat menjadi terlihat seperti ancaman atau mengarah ke kesalahpahaman
mengenai hakikat dari hubungan.
• Dapat membuat batasan hubungan menjadi samar
• Pengungkapan-diri yang terlalu berlebihan dapat membuat klien melihat
konselor sebagai seorang yang kurang bijakasan, menjadi tidak terpercaya
atau terlalu sibuk-sendiri, atau bahkan memerlukan bantuan terapi.
• Pengungkapan yang sama dapat membuat efek positif di kemudiannya tetapi
mungkin berefek negative di awalnya di dalam suatu hubungan- persoalan
waktu
• Umpan balik yang terlalu dini mengenai sikap klien atau perilaku dapat
membuat klien merasa direndahkan atau ditolak.
• Terlalu banyak pengungkapan dapat menjadikan klien tidak berbicara.
 Satu peraturan mendasar mengenai pengungkapan-diri seorang konselor yang
harus dilakukan adalah untuk manfaat klien, bukanlah berdasarkan kebutuhan atau
keinginan konselor. Konselor juga perlu untuk nyaman dalam berbagi informasi
dan harus tidak merasa bahwa konselor wajib untuk menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh klien.

73
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
 Di dalam bidang konseling untuk GPZ, contoh umum dari pengungkapan-
diri adalah konselor berbagi dengan klien bahwa dirinya juga di dalam masa
pemulihan. Informasi ini mungkin dapat sangat berguna bagi klien dan mungkin
dapat memperkuat hubungan. Hal ini tidaklah mutlak, bagaimanapun juga, untuk
berbagi informasi ini, dari beberapa konselor ada yang merasa tidak nyaman untuk
membicarakan mengenai status pemulihan mereka kepada klien.
 Ingat, semakin banyak konselor berbicara mengenai dirinya, semakin sedikit waktu
yang tersedia untuk klien bicara. Pengungkapan-diri harus digunakan sehemat
mungkin; bila tidak, hal ini mungkin dapat menjadi hambatan di dalam konseling1.
 Pengungkapan-diri harus selalu menjadi langkah yang bijak. Sebelum mengungkap-
diri, tanyalah diri anda pertanyaan di bawah ini:
 Apakah saya merasa nyaman dalam menceritakan bagian dari informasi mengenai
diri saya kepada klien saya?
 Apakah aman bagi saya untuk mengungkapkan informasi ini?
 Apakah pengungkapan ini memberikan manfaat bagi klien saya?
 Dapatkah klien saya menggunakan infromasi ini demi kemajuan terapinya?
 Akankah klien saya melihat pengungkapan ini sebagai hal yang membantu?
 Jika jawaban dari salah satu pertanyaan ini adalah tidak, maka sebaiknya anda
tidak mengungkap mengenai informasi personal anda. Ingat. Akan ada hal yang
cukup beresiko baik kepada klien maupun konselor di setiap sang professional
mengungkap apapun terkait hakikat personalnya.
 Masa untuk pengungkapan-diri akan timbul beberapa kali di dalam hubungan
suatu konseling; tidak perlu untuk terburu-buru! Untuk konselor baru sebaiknya
tidak melakukan pengungkapan dirinya.
 Konselor harus berdiskusi penggunaan yang tepat guna mengenai pengungkapan-
diri ini pada supervisornya.

Hubungan Ganda
 Terkait dengan pengungkapan-diri adalah mengenai isu hubungan ganda.
Hubungan ganda terjadi ketika konselor berperan di dalam dua kapasitas selain
menjadi konselor kemudian juga berperan sebagai hal lainnya (contoh sosial,
finansial, professional) dengan klien yang sama. Suatu hubungan ganda dapat
timbul di dalam waktu yang sama dengan hubungan yang membantu atau setelah
hubungan yang membantu itu telah dinyatakan resmi selesai.
 Walaupun kode etik untuk kebanyakan profesi sudah secara jelas mengutarakan
untuk sebaiknya menghindari adanya hubungan ganda antara konselor dank lien,
hal ini tidaklah mudah untuk menghndari secara sepenuhnya. Beberapa hubungan
ganda terlihat jelas membahayakan dan dapat dihindari, seperti di saat konselor
mulai mempunyai hubungan yang intim dengan klien. Anda selalunya dapat (dan
harus) memilih untuk tidak menggunakan jasa klien untuk mengerjakan pengecatan
rumah anda atau memilih untuk tidak menjual mobil anda kepada klien.
 Jaringan dari hubungan adalah hakikat dari bermasyarakat. Di area pedesaan
dan desa-desa kecil khususnya, kesempatan untuk bertemu-muka dan hubungan
ganda sangat sulit untuk dihindari. Sebagai contoh, klien anda kemungkinan
1 Lawson, G. W., Lawson, A.W., & Rivers, P.C. (2001). Essentials of chemical dependency counseling (3rd ed.). Rockville, MD: Aspen
Publications.

74
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
bekerja di satu-satunya supermarket di lingkungan tersebut. Atau anda mungkin
dapat selalu bertemu dengan klien anda di gereja, masjid, atau tempat-tempat
ibadah lainnya. Atau seseorang yang mungkin biasa memotong rambut anda tiba-
tiba datang ke tempat terapi anda mencari bantuan. Dan umumnya konselor di
dalam masa pemulihan biasa mencari kelompok dukungan untuk Group Meeting
atau perkumpulan orang-orang yang dalam masa pemulihan.
 Hubungan ganda juga dapat timbul di kota besar, dimana terdapat komunitas
yang kecil atau distrik/daerah. Terkadang, konselor di dalam pusat rawatan
menyelenggarakan layanan kepada mereka di dalam etnis tersendiri, agama,
ataupun kelompok budaya.
 Konselor yang berpengalaman dapat memprediksi kesempatan di dalam
bertatapmuka dan mengatasinya dengan baik dan penuh kehangatan. Situasi ini
menunjukan hal yang secara praktis cukup menantang, tetapi beberapa strategi
yang kreatif dapat digunakan untuk mencegah atau meminimalkan hal-hal terkait
hubungan ganda. Sebagai contoh, di saat konselor bertemu dengan klien secara
tiba—tiba, konselor dapat memperbolehkan klien menegur ataupun mengacuhkan
konselor, dianjurkan untuk menghormati privasi dan kerahasiaan klien.
 Mereka yang juga tergabung di dalam kelompok dukungan saling-bantu dapat
mempertahankan batasan yang tepat dalam dua peran. Sebagai contoh, konselor
mungkin perlu untuk menghindari pertemuan-pertemuan dimana terdapat kliennya
jika memungkinkan. Sekurang-kurangnya, menjadi tidak tepat apabila konselor
menjadi sponsor bagi klien. Konselor mungkin dapat menghadiri pertemuan yang
sama di saat tertentu tetapi sebaiknya tidak berbagi isu pribadi secara terbuka di
dalam pertemuan tersebut. Malahan mereka mungkin dapat mencari dukungan
utama dari sponsor (dukungan sesama).
 Konselor mungkin mempunyai pilihan mengenai dimana untuk mendapatkan
layanan untuk diri masing-masing (walaupun terlihat sepele seperti potong rambut,
pembersihan gigi, serta proses bank dapat menjadi hal yang canggung ataupun
bahkan parah). Konselor terkadang terpaksa untuk membuat keputusan secara
sengaja untuk menjadikan dirinya sebagai “klien”, walaupun layanan tersebut
merupakan kegiatan public secara umum seperti potong rambut.
 Di saat suatu hubungan tidak dapat dihindari, konselor dapat secara sadar mencoba
untuk tetap tinggal senetral mungkin dan mempertahankan batasan diantara
hubungan tersebut. Sebagai contoh, dikala konselor perlu untuk melakukan bisnis
dengan klien, dia dapat mengindari untuk berbicara mengenai isu personal klien
di saat berbisnis dan menghindari berbicara bisnis di dalam sesi konseling.
 Berbicara dengan klien di awal mengenai situasi dimana lingkungan yang sangat
memungkinkan untuk bertatapmuka atau menunggu klien mengindikasikan situasi
yang meilbatkan hubungan ganda haruslah dapat diatasi.

Transference dan counter-transference


 Transference di dalam konseling adalah suatu proses dimana klien memindahkan
kepada konselor (transfers) sikap, perasaan dan hasrat berdasarkan hubungan
personal klien yang berarti khusus. Hal ini terkadang timbul sebagai sebuah
proses ketidaksadaran (unconscious) berdasarkan pengalaman masa kanak klien
dimana perasaan seperti cinta, benci, kebimbangan, kemarahan, dan/atau dimana
ketergantungan muncul dan langsung mengarah ke konselor1.

1 Corey, G., Corey, M., & Callanan, P. (2011). Issues and ethics in the helping professions. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.

75
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
 Layaknya hubungan yang membantu semakin terasa mendalam, konseling
mungkin dapat memicu perasaan terkait dengan apa yang pernah dirasa/dialami
oleh klien dengan orang-orang yang bermakna sebelumnya. Klien mungkin akan
mengalami interaksi dengan konselor persis sama dengan yang pernah klien alami
dengan seseorang yang bermakna sebelumnya di masa lalunya.
 Transference dapat menjadi positif ataupun negatif, tergantung dari pengalaman
masa lalu klien. Sebagai contoh, terkadang transference dapat menjadikan
hubungan yang membantu menjadi mendalam di saat klien menunjukan gelagat
yang positif kepada konselor.
 Terkadang (tidak selalu), transference dapat berubah menjadi negative mengenai
bagaimana klien membaca dan bereaksi terhadap konselor. Hal ini dapat menjadi
membingungkan untuk konselor, kecuali ia menyadari dan waspada terhadap
segala kemungkinannya.
 Di saat transference muncul, terkadang melibatkan dari salahnya persepsi dari
konselor (positif atau negatif), seperti1:
• Klien mungkin melihat konselor adalah sosok yang sempurna di segala hal
kemudian melihat dirinya sendiri sebagai seseorang yang “selalu merasa
kurang” dari sang konselor
• Klien mungkin melihat konselor sebagai sosok seorang pengasuh yang
kemudian membuat klien menjadi “tak berdaya”, ketergantungan berlebihan,
dan konselor pun mungkin akan terperangkap ke dalam perasaan kasihan
terhadap klien dan tetap berperan sebagai pengasuh. Dan klien pun akan
mulai berharap lebih dari hubungan tersebut sebagaimana pun, atau kemudian
menjadi tidak belajar untuk bertanggunjawab secara pribadi.
• Klien mungkin melihat konselor sebagai figur penguasa dan berprasangka
bahwa konselor akan menghakiminya. Klien mungkin akan mengalami seperti
terintimidasi, menjadi sulit untuk terbuka di saat konseling, dan mungkin merasa
gelisah tentang hubungan yang dijalinnya tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
klien menjadi diam di saat sesi berlangsung, menjadi pasif-agresif dengan
konselor (menunjukan gelagat yang tidak ramah terhadap konselor), atau
secara berterusan berusaha untuk menyenangkan konselor (takut untuk dilihat
rendah oleh konselor).
 Konselor harus senantiasa mawas diri terhadap signal dari transference. Seorang
konselor yang mawas diri dapat menggunakan transference untuk memperoleh
pengertian mendalam akan kepribadian klien dan interaksi dengan anggota
keluarganya serta rekan-rekannya. Sebagai contoh, jika klien mecoba membuat
konselor terlihat buruk di satu situasi, mungkin inilah bagaimana terlihat klien dalam
memperlakukan orang lain. Atau, jika klien tersebut meilhat konselor sebagai figur
otoritas dan mengalami kegelisahan serta terintimidasi, klien mungkin tergolong
seorang yang mudah merasa terintimidasi oleh orang lain.
 Adalah penting untuk konselor memiliki kewaspadaan tentang transference dari
klien, sehingga tidak bereaksi yang sekiranya dapat menjadi kontra-teraputik
terhadap klien.
 Counter-transference muncul di saat seorang konselor memindahkan kepada klien
(counter-transfers) sikap, perasaan, dan hasrat terhadap orang lain yang berasal
dari pengalaman masa lalunya, atau pengalaman saat ini di dalam kehidupannya,.
Sebagai contoh, seorang konselor yang mempunyai permasalahan di masa
mudanya dapat bereaksi dengan kliennya yang masih muda, persis seperti
reaksinya terhadap anaknya sendiri.

1 Corey, G., Corey, M., & Callanan, P. (2011). Issues and ethics in the helping professions. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.

76
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Counter-transference dapat terjadi di saat menanggapi isu klien yang juga
merupakan masalah bagi diri konselor itu sendiri. Sebagai contoh, seorang
konselor yang mengalami pelecehan di masa kanaknya akan mengalami kesulitan
di saat ini untuk tetap obyektif dalam menangani klien yang juga mempunyai
permasalahan terhadap pelecehan.
 Terlepas dari sifat alamiahnya, counter-transference dapat membahayakan
hubungan teraputik apabila hal ini tidak teridentifikasi dan terpapar dengan baik.
Counter-tranference dapat menyebabkan konselor kehilangan obyektifitas dari
dirinya terhadap klien dan untuk intervensi yang dikembangkannya adalah tidak
mencakup dari kepentingan yang terbaik untuk klien.
 Counter-transference adalah normal; semua konselor mengalami itu. Isu utama
dari konselor adalah bagaimana dapat untuk mengenali hal tersebut dan secara
efektif memprosesnya, sehingga hal tersebut tidak menjadi dampak yang negatif
kepada klien.
 Untuk mencegah counter-transference, sangatlah penting untuk konselor:
• Mengatasi permasalahan emosional diri, baik di masa lalu maupun saat ini;
• Waspadai mengenai kemungkinan dari counter-transference; dan
• Diskusikan perasaan dan sikap anda terhadap klien dengan atasan (supervisor)
atau rekan kerja yang terpercaya dan ahli untuk mengidentifikasi counter-
transference sebelum hal ini mengganggu ke hubungan membantu yang telah
dibina.

Non-verbal communication
 Ekspresi wajah, kontak mata, gerak tubuh, sikap tubuh, dan posisi dapat
“mengatakan” sebanyak (bahkan faktanya dapat lebih dari) kata-kata. Ada
perkataan yang dapat mewakili hal ini: “Suatu gambar itu dapat berarti (mewakili)
seribu perkataan”.
 Kebanyakan komunikasi non-verbal kita tidak disadari. Kita mempelajari komunikasi
non-verbal di saat masa kanak, dari teman sepergaulan, dan budaya kita.
 Konselor, bagaimanapun juga, harus belajar untuk memberikan perhatian pada
petunjuk-petunjuk non-verbal dari klien dan menjadi mawas diri (mengobservasi)
segala petunjuknya.
 Mari kita melihat beberapa elemen dari komunikasi non-verbal. Pertama, ekspresi
wajah. Ekspresi wajah adalah pengecualian dari aturan pembelajaran, dikarenakan
muncul dalam arti yang universal. Ekspresi kesedihan akan terlihat sama dari
manapun budaya, begitu juga ekspresi kemarahan.„
 Sudah tentu, ekspresi wajah tidaklah selalu terlihat jelas, umumnya dikarenakan
emosi kita pun juga tidak selalu terlihat jelas. Dan sudah tentu, dikarenakan
variasi secara individual maupun budaya yang berbeda. Untuk beberapa budaya
(contohnya budaya Indian Amerika dan beberapa budaya Asia) ekspresi emosi
tidak terlalu diutarakan. Tetapi untuk beberapa orang, ekspresi wajah seseorang
dapat menjadi petunjuk yang penting yang menjelaskan kondisi perasaannya.
 Kemudian, kita akan melihat ke komunikasi non-verbal yang sangat dipengaruhi
oleh budaya, seperti kontak mata. Orang-orang dari salah satu Negara mungkin
akan cenderung membuat kontak mata langsung di saat sedang menunjukan
ketertarikan ataupun menghormati, sebaliknya di beberapa budaya lainnya
cenderung melihat hal itu seakan-akan mengganngu, mendominasi, atau tidak
menghormati.
77
Panduan Peserta: Modul 2 - Hubungan Yang Membantu
 Gerak tubuh pun juga mempunyai pengaruh yang besar dari budaya. Sudah
tentu, terdapat budaya yang beranggapan gerak tubuh cenderung menjadi hal
yang kasar dan cenderung mengganggu. Berbicara sambil mengeluarkan ekspresi
gerak tubuh mungkin akan lebih terlihat sebagai seorang yang ekspresif dalam
suatu norma di salah satu budaya, sebaliknya dengan gerak tubuh yang sama
mungkin akan membuat kesan mengintimidasi dari anggapan budaya yang lain.
 Posisi spasial (penataan posisi) dan penggunaan sentuhan adalah elemen lain dari
komunikasi non-verbal yang juga terpengaruh dari budaya. Posisi spasial adalah
termasuk konsep dari ruang pribadi, atau sejauh mana jarak antara satu orang
dengan lainnya dimana dapat tetap merasakan kenyamanan.
 Setiap orang mempunyai batasan yang tidak terlihat di sekliling tubuh dimana
orang lain tidak dapat dengan mudah memasukinya. Jika seseorang melanggarnya,
kita akan merasa tidak nyaman dan mungkin akan menjauh dan membuat jarak
yang dirasa lebih nyaman.
 Ruang gerak seseorang akan sangat bervariasi bergantung dengan hubungannya
sudah tentu. Kita akan lebih nyaman untuk lebih dekat dengan para anggota
keluarga, pasangan, ataupun teman, dan menjadi kurang nyaman untuk berada
berdekatan dengan orang asing ataupun perkenalan awal dengan siapapun.
 Menyentuh sangat berkaitan dengan konsep dari ruang pribadi dan sangat
dipengaruhi oleh budaya ataupun pilihan pribadi. Untuk beberapa orang, sentuhan
ringan di tangan atau bahu akan membuat nyaman dan menunjukan kepedulian;
tetapi untuk lain orang, hal ini akan berkesan sebagai suatu pelanggaran.
 Sangatlah penting untuk seorang konselor menjadi sangat mawas diri terhadap
ruang pribadi klien dan jangan sampai melanggar. Pola yang paling aman adalah
dengan tidak menyentuhnya sama sekali pada klien (minimal adalah hanya berjabat
tangan dengan sewajarnya), setidaknya sampai anda mempunyai hubungan yang
stabil dan terpercaya. Waspadalah dengan mereka yang pernah mengalami
pelecehan secara fisik ataupun seksual, terkadang memiliki persyaratan ruang
pribadi yang tegas dan ketat. Orang-orang dengan beberapa penyakit mental
juga mungkin memiliki batasan ruang personal yang kuat dan tegas atau bahkan
sebaliknya sangat samar dan lemah. „
 Sebagai seorang konselor, juga sangat penting untuk menjaga dengan jelas
batasan anda berdasarkan ruang pribadi serta sentuhan sehingga anda betul-
betul mengetahui apa arti sentuhan untuk tiap-tiap klien. Dan sangatlah penting
untuk klien merasa aman di dalam pelaksanaan konseling. „
 Komunikasi non-verbal lainnya berusaha untuk tetap konsisten berlaku di lintas
budaya. Tipe-tipe dari perilaku non-verbal ini termasuk bagaimana menanggapi
kegelisahan seperti gemetaran, menggosok-gosok atau memutar-mutar salah
satu tangan, dan gerakan-gerakan gelisah lainnya. Kita semua tentu mempunyai
cara-cara non-verbal khusus dalam menanggapi situasi tersebut.
 Halaman Penjelasan 2.1 mempunyai beberapa tips (kiat) bagi keberhasilan
komunikasi non-verbal.

78
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 3
KETERAMPILAN KONSELING INTI

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141

79
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
80
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Selamat datang, Ulasan hari 1, dan Introduksi modul 3 10 menit
Presentasi: Mendengarkan—Cara apa yang Dapat Membuat Lebih
15 menit
Mudah?
Presentasi: Mendengarkan Reflektif—Refleksi Sederhana 5 menit
Latihan Berpasangan: Refleksi Sederhana 20 menit
Presentasi: Mendengarkan Reflektif—Refleksi yang Dikuatkan 5 menit
Mendengarkan Reflektif—Refleksi Dua-Sisi 5 menit
Latihan Kelompok–Kecil: Tiga Tipe-Tipe Refleksi 50 menit
Rehat 15 menit
Latihan: Mendengarkan Reflektif—Bermain Peran dalam Gerak
85 menit
Lambat
Presentasi: Pertanyaan Terbuka 10 menit
Latihan Berpasangan: Pertanyaan Terbuka 20 menit
Ishoma 60 menit
Presentasi: Afirmasi 10 menit
Latihan Kelompok–Kecil: Afirmasi 20 menit
Presentasi: Rangkuman 10 menit
Latihan Berpasangan: Rangkuman 20 menit
Rehat 15 menit
Presentasi Interaktif: Bergulir dengan Resistensi 30 menit
Lathan Kelompok–Kecil: Bergulir dengan Resistensi I 30 menit
Latihan Kelompok–Kecil: Bergulir dengan Resistensi II 30 menit
Rangkuman dan Evaluasi Hari Kedua 15 menit

81
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Modul 2 Tujuan dan Objektif

Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan informasi mengenai mendengarkan aktif dan teknik
keterampilan konseling dasar lainnya untuk menetapkan rapor; dan
 Untuk memberikan sebuah kesempatan untuk melatih keterampilan.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 3 akan mampu untuk:
 Menjelaskan peran dari komunikasi non-verbal dari sudut pandang klien dan
konselor; dan
 Menjelaskan konsep dan tipe-tipe mendengarkan reflektif dan mendemonstrasikan
keterampilan awal dalam mendengarkan reflektif.

82
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 3
KETRAMPILAN KONSELING INTI

83
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Keterampilan Konseling Dasar

 Mendengarkan reflektif
 Mengajukan pertanyaan terbuka
 Afirmasi
 Rangkuman
 Bergulir dengan resisten

3.2

Keterampilan “Utama”

 Merupakan keterampilan-keterampilan penting


untuk segala tipe/model konseling:
 Asesmen
 Individual
 Kelompok
 Melibatkan keluarga
 Bekerja bersama seseorang dengan gangguan
penyerta

3.3

84
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Modul 3 Objektif Pembelajaran

 Menjelaskan konsep-konsep dan tipe-tipe dari


mendengarkan reflektif, dan mendemonstrasikan
kemampuan awal dalam mendengar reflektif
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan
mengajukan pertanyaan terbuka
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan afirmasi
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan teknik
merangkum
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara-cara
melakukan bergulir dengan resistensi 3.4

85
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
“Mendengarkan, Mendengarkan,
Mendengarkan”

 Dalam konteks konseling,


mendengarkan
sesungguhnya adalah
keterampilan yang
kompleks dan perlu untuk
dilatih

3.5

Hambatan dalam Mendengarkan

 Adabeberapa hal yang dapat mengganggu


proses mendengarkan

3.6

86
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Hambatan dalam Mendengarkan (lanjutan)

 Ketidakpedulian emosional atau reaktivitas


 Berpikir tentang respon yang akan diberikan,
selagi rekan bicaranya (klien) masih berbicara
 Perhatian terfokus pada hal lain di lingkungan
sekitar
 Bertahan pada sikap berprasangka atau bias
 Berpikir tentang sesuatu hal pada diri sendiri
 Melamun
 Menghakimi pikiran dan tindakan dari rekan bicara
3.7

87
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Mendengarkan Reflektif

 Sebuah bentuk aktif dari mendengarkan


 Membuat dugaan yang berasalan mengenai
maksud dari klien
 Mengulang pernyataan klien untuk
merefleksikan apa yang konselor pikir atau
dengar

3.8

Mendengarkan Reflektif (lanjutan)

 Mengurangikemungkinan terjadinya resistensi


 Mendorong klien untuk berbicara
 Mengkomunikasikan rasa hormat dan empati
 Mengkukuhkan hubungan membantu
 Memperkuat motivasi klien untuk melakukan
perubahan

3.9

88
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Mendengarkan Reflektif (lanjutan)

 Mendengarkan reflektif mensyaratkan konselor


untuk berpikir reflektif, untuk memahami bahwa:
 Orang secara berkala membuat asumsi tentang
orang lain ketika mereka berbicara
 Proses ini tidak selalu disadari
 Merefleksikan kembali kepada klien
adalah cara mengkonfirmasi, bukannya
mengasumsikan apa maksud dari klien

3.10

89
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Mendengarkan Reflektif (lanjutan)

 Mendengarkan reflektif yang baik


membutuhkan:
 Memperhatikan respon verbal dan non-verbal
klien dan makna yang mungkin terkandung
 Memahami gaya komunikasi dari budaya klien
 Membentuk refleksi sederhana yang
mempunyai makna bagi klien
 Mempertahankan fleksibilitas dalam memahami
perilaku klien

3.11

Tipe-Tipe Refleksi

Amplified
Double-
(Diperkuat;
sided
Dilebih-
(Dua-sisi)
lebihkan)

3.12

90
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Refleksi Sederhana (Parafrase)

 Melibatkan kegiatan mendengarkan isi


pembicaraan dan mengamati pengaruh-pengaruh
yang ada
 Merefleksikan kembali pernyataan klien dalam
bentuk sederhana dan netral, namun tidak hanya
dengan sekedar mengulangi perkataan klien saja
 Disampaikan sebagai pernyataan dibanding
pertanyaan
 Sangat membantu dalam proses
membangun/membina hubungan
3.13

91
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Refleksi Sederhana: Contoh 1

 Klien:Saya tidak berencana untuk berhenti


dalam waktu dekat ini.
 Konselor: Anda tidak dapat melihat diri anda
berhenti untuk saat ini.

 Klien:Dan seakan itu belum cukup, istri saya


dan saya tidak akur sama sekali hari ini.
 Konselor: Anda juga mengalami beberapa
masalah dalam kehidupan pernikahan anda.
3.14

Refleksi Sederhana: Contoh 2

 Klien: Saya merasa lebih baik sekarang berada


dalam program terapi, namun saya terus
menduga-duga apakah atasan saya akan
menerima saya kembali setelah saya
menyelesaikan program.
 Konselor: Jadi, anda memiliki perasaan yang
bercampur-aduk; secara fisik anda merasa lebih
baik, namun khawatir mengenai status
pekerjaan anda setelah anda menyelesaikan
program.
3.15

92
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Refleksi Sederhana: Contoh 2 (lanjutan)

 Klien(dengan marah): Saya tidak akan


berada dalam situasi ini jika istri saya tidak
dengan bodohnya memanggil atasan saya.
 Konselor: Kamu sangat marah pada istri
kamu saat ini.

3.16

93
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Refleksi Sederhana: Manfaat

 Mengakui dan menghargai perkataan klien


 Agar klien mengetahui bahwa konselor
memperhatikan dan memahami perkataannya
 Membantu klien untuk tetap fokus
 Mendukung elaborasi (penjabaran)

3.17

Latihan Berpasangan: Refleksi Sederhana

 Peran: Tentukan pembicara dan pendengar


 Pembicara akan memulai menceritakan
kepada pendengar mengenai proses
bagaimana ia dapat datang ke pelatihan ini
(pengaturan pekerjaan, perjalanan, dll.)
 Pendengar akan mempraktekkan memberikan
refleksi sederhana
 Tukar peranan setelah 5 menit berlangsung

3.18

94
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Refleksi: Proses

 Pembicara: Bagaimana rasanya menerima refleksi


sederhana? Apakah membantu anda merasa
didengarkan (diperhatikan)?
 Apakah ada refleksi tertentu yang anda sukai?
 Pendengar: Bagaimana rasanya melakukan
refleksi? Apakah mudah? Susahkah? Apakah
membuat anda lebih merasa “terikat” dengan
pembicara?
 Bagaimana pasangan anda bereaksi terhadap refleksi
yang anda berikan? Menyetujui? Menceritakan kembali
topik tersebut? Tidak bereaksi?
3.19

95
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Refleksi yang Diperkuat

 Menambahkan refleksi sederhana dengan


merefleksikan pernyataan klien dengan
memperluas (melebihkan), tapi berbentuk dan
tidak sarkastik
 Dapat membantu klien memikirkan kembali
perkataannya
 Dapat mendorong klien menuju perubahan positif
daripada timbulnya resistensi
 Berhati-hati, jangan sampai membuat klien
merasa tidak nyaman
3.20

Refleksi yang Diperkuat (lanjutan)

 Dapat membuka
“pintu” bagi konselor
untuk menggali lebih
dalam lagi

3.21

96
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Refleksi yang Diperkuat : Contoh

 Klien:Saya tahu saya telah berbuat salah,


namun kegiatan-kegiatan ini yang membuat
saya menjadi tidak masuk akal.
Kamu tidak setuju dengan apa
 Konselor:
yang membuat kamu mau melakukannya.
 Klien: Ya, saya tahu saya perlu melakukan
sesuatu untuk membuat ini menjadi benar.
Saya hanya merasa frustasi dengan segala
sesi yang saya lakukan.
3.22

97
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Refleksi yang Diperkuat : Contoh (lanjutan)

 Klien: Kamu harus menyadari bahwa saya


telah bersama dengan teman-teman saya ini
selama lebih dari 10 tahun—Saya kenal
mereka lebih lama dibandingkan dengan istri
saya!
 Konselor: Jadi, kamu menilai pertemananmu
lebih penting daripada keluargamu.
 Klien: Tidak, tidak, Maksud saya bukan itu;
keluarga sangat penting buat saya.

3.23

Refleksi Dua-Sisi

 Mengakui apa perkataan klien, namun tetap


menyatakan hal yang bertolak belakang
mengenai masa lalunya
 Mensyaratkan penggunaan informasi yang
klien telah nyatakan sebelumnya
 Dapat bekerja efektif—atau setidaknya
menjadi lebih mudah—nantinya dalam
hubungan konseling

3.24

98
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Refleksi Dua-Sisi: Contoh

 Klien:Mungkin sebaiknya aku benar-benar


berhenti total, tapi saya tidak akan melakukan
itu!
 Konselor: Di satu sisi kamu dapat melihat
bahwa ada masalah serius saat ini, tapi
berhenti menggunakan bukan hal yang ingin
kamu lakukan. Di sisi lain, kamu khawatir
mengenai efek dari penggunaanmu terhadap
anakmu. Hal ini pasti membingungkanmu.

3.25

99
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Refleksi Dua-Sisi: Contoh (lanjutan)

 Klien: Keluargaku adalah segalanya bagiku!

 Konselor: Saya sedikit bingung disini; di satu


sisi kamu mengatakan bahwa keluarga kamu
sangat berarti untukmu, namun di sisi lainnya
kamu tidak bersedia untuk menghindari
hubungan pertemanan yang beresiko bagi
pemulihanmu.

3.26

Latihan Kelompok-Kecil: 3 Tipe Refleksi

 10 menit untuk membuat sebanyak mungkin


contoh refleksi dari kelompokmu
 3 bagian untuk masing-masing contoh:
 Pernyataan klien
 Refleksi konselor
 Reaksi dari klien
 Tuliskan
dan tentukan 2 anggota dari masing-
masing kelompok yang akan mempresentasikan
di depan peserta lain
3.27

100
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Rehat
15 menit

3.28

101
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Latihan Kelompok-Kecil:
Bermain peran dalam gerak lambat

 Halaman Sumber 3.1: Instruksi kegiatan


 Halaman Sumber 3.2: Skenario klien
 Halaman Page 3.3: Lembar bantuan

3.29

Latihan Kelompok-Kecil:
Bermain peran dalam gerak lambat (lanjutan)

Pengamat
memperhatikan
Pengamat dengan
seksama
interaksi yang
terjadi

“Konselor”
Tim
konselor
berunding
“Klien”
dan
bertindak
sebagai “Konselor”
satu
bagian
3.30

102
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
3 Tipe Mendengarkan Reflektif

 Refleksi Sederhana: Merefleksikan pernyataan


klien melalui parafrase
 Refleksi yang Dikuatkan: Menambahkan refleksi
sederhana dengan merefleksikan pernyataan
klien dengan memperluas (melebihkan), tapi
berbentuk dan tidak sarkastik
 Refleksi Dua-Sisi: Mengakui apa perkataan
klien, namun tetap menyatakan hal yang bertolak
belakang mengenai masa lalunya

3.31

103
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Memproses Bermain Peran

 “Konselor” and “klien” berbagi:


 Apa pengalaman yang dialami oleh masing-
masing peran?
 Apa yang dapat “bekerja”?
 Cara apa yang mungkin dapat bekerja lebih baik
lagi?
 Pengamat berbagi:
 Apa komentar dari pengamatan yang dilakukan?
 Tipe-tipe mendengarkan reflektif yang pengamat
dengar
3.32

Mendengarkan Reflektif

 Mendengarkan reflektif adalah keterampilan


utama (inti) yang akan anda gunakan dalam
setiap sesi dan dalam model terapi manapun
 Konselor harus terus memberi perhatian
 Membutuhkan kerja keras

3.33

104
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Mengajukan Pertanyaan: Kekurangan

 Bertanyadisalahartikan sebagai
mendengarkan yang baik oleh konselor
 Pertanyaan yang intensif dapat:
 Mengganggu alur komunikasi spontan
 Mengalihkan komunikasi kepada arah tujuan
atau minat konselor, dibandingkan pada klien

3.34

105
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Pedoman Mengajukan Pertanyaan

 Pertanyaan berpusat pada kebutuhan klien


 Mengajukan satu pertanyaan dalam satu waktu
 Menghindari pertanyaan yang berorientasi pada
sifat menyalahkan atau membuat malu;
 Sebelum mengajukan pertanyaan, menentukan
apakah pertanyaan tersebut sesuai dan bersifat
teraputik, dan bagaimana sebaiknya
pertanyaan itu disampaikan untuk menyediakan
hasil yang paling efektif
3.35

Pertanyaan Terbuka

 Tidak dapat dijawab “ya” atau “tidak”


 Tidak dapat dijawab dengan satu atau dua
kata
 Membutuhkan penjelasan
 Memprovokasi pemikiran
 Bukan hal yang retorikal
 Kadangkala dirangkai tidak seperti sebuah
pertanyaan

3.36

106
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pertanyaan Tertutup vs. Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan Tertutup Pertanyaan Terbuka

Apakah menurut kamu , kamu Dalam cara apa kamu peduli terhadap
menggunakan amfetamin terlalu sering? penggunaan amfetamin kamu?

Berapa banyak ganja yang kamu hisap Ceritakan mengenai penggunaan


dalam sehari? ganjamu selama seminggu ini.

Jadi, kamu disini karena kamu khawatir Katakan, apa yang membuat kamu
terhadap penggunaan heroin kamu, datang kesini hari ini?
apakah itu benar?

3.37

107
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Pertanyaan Terbuka…

 Membantu konselor memahami sudut


pandang klien
 Membangkitkan perasan klien terhadap
sebuah situasi atau topik yang diberikan
 Memfasilitasi dialog
 Menyediakan informasi tambahan dalam cara
yang netral

3.38

Pertanyaan Terbuka (lanjutan)

 Mendorong klien untuk lebih banyak berbicara


 Membantu konselor untuk menghindari
membuat praduga
 Mempertahankan komunikasi terus
berkembang

3.39

108
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan:
Pertanyaan Terbuka

 Cari pasangan dan lakukan percakapan


menggunakan pertanyaan terbuka
 Setiap orang harus menggunakan mendengar
reflektif dan pertayaan terbuka
 Proses:
 Apa rasanya menjadi penanya? Apakah sulit atau
mudah untuk mengajukan pertanyaan terbuka?
 Apa rasanya menjadi orang yang diajukan
pertanyaan?

3.40

109
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
ISHOMA
60 menit

3.41

Afirmasi

 Apa artinya menjadi seseorang yang afirmatif?

3.42

110
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Afirmasi (lanjutan)

 Membuat pernyataan mengenai seseorang


secara tulus dan positif

3.43

111
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Afirmasi (lanjutan)

 Afirmasi
mendorong klien untuk tumbuhnya
perasaan efikasi diri (self-efficacy)

3.44

Efikasi-Diri: Definisi

 Yakin
dengan kemampuan diri untuk mencapai
kesuksesan dalam suatu situasi tertentu

3.45

112
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Efikasi-Diri dan Persuasi Sosial

 Seseorang dapat dibujuk (dipersuasi) untuk


meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan
dan keterampilan untuk mencapai kesuksesan
 Mendapatkan dukungan verbal dan afirmasi
dari orang lain, mengatasi keraguan diri dan
meningkatkan efikasi-diri mereka

Cherry, K. What is self-efficacy? Retrieved March 1, 2012, from


http://psychology.about.com/od/theoriesofpersonality/a/self_efficacy.htm
3.46

113
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Afirmasi: Manfaat

 Mengakui/memahami kesulitan klien


 Membenarkan (memvalidasi) pengalaman dan
perasaan mereka
 Mencegah terjadinya keputus-asaan

3.47

Afirmasi: Contoh

 Saya menghargai bagaimana beratnya


tantanganmu untuk dapat memutuskan datang
kemari; kamu telah mengambil langkah besar
 Saya terkesan bahwa kamu mampu
mengatakan “tidak” kepada kakakmu pekan ini
 Itu merupakan usul yang baik

3.48

114
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok: Afirmasi

 Berdirimembentuk lingkaran
 Ketika anda memegang bola, afirmasi
(yakinkan) seseorang di dalam lingkaran atau
membuat pernyataan afirmasi kepada seluruh
kelompok
 Berikan bola itu ke teman lainnya

3.49

115
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Rangkuman: Definisi

 Mengambil inti dari apa yang dinyatakan


klien—atau hal yang terjadi di dalam sesi
konseling—untuk kemudian
mengkomunikasikannya kembali kepada klien

3.50

Rangkuman

 Rangkuman membantu klien untuk:


 Menguatkan pada yang dikatakannya
 Mendemonstrasikan bahwa konselor
mendengarkan dengan penuh perhatian
 Membantu mereka mempertimbangkan respon
dan pengalamannya
 Mempersiapkan mereka untuk melangkah maju

3.51

116
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Rangkuman (lanjutan)

 Rangkuman dapat menyelesaikan diskrepansi


antara perilaku dan tujuan yang ingin dicapai

3.52

117
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Rangkuman (lanjutan)

 Sebuah cara yang baik untuk mengulas sesi


sebelumnya dan untuk mengakhiri sesi yang
sedang berlangsung
 Berguna untuk digunakan dalam sesi
individual maupun kelompok
 Menghubungkan sesi satu dengan lainnya
(individual atau kelompok)

3.53

Rangkuman Mampu untuk . . .

 Menegaskan perkembangan yang dibuat oleh


klien atau kelompok
 Mengingatkan klien mengenai komitmen-
komitmen yang pernah mereka buat
 Menguatkan klien untuk mengerjakan tugas
rumah

3.54

118
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Rangkuman

 Mendorong klien untuk mengkoreksi


rangkuman yang anda buat!

3.55

119
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Rangkuman (lanjutan)

 Dapat menjadi strategis:


 Konselor dapat memilih informasi yang layak dan
tidak layak untuk disampaikan
 Menguatkan hal yang positif dan memimalisir
yang negatif

3.56

Latihan Berpasangan: Rangkuman

 Pikirkan apa yang ingin anda sampaikan dan


buatlah beberapa catatan
 Rangkum kembali percakapan anda
sebelumnya

3.57

120
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Rehat
15 menit

3.58

121
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Resistensi

 Merupakan indikator dari ambivalensi

BERUBAH! TIDAK
BERUBAH!

3.59

Resistensi (lanjutan)

 Sebuah tanda bahwa konselor butuh untuk


merubah arah pembicaraan yang sesuai atau
mendengar lebih seksama terhadap klien

3.60

122
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Resistensi: Tipe-Tipe

 Berdebat
 Menginterupsi
 Menyangkal
 Mengacuhkan

Miller, W. R., & Rollnick, S. (1991). Motivational interviewing: Preparing people to change
addictive behavior. New York: Guilford Press. 3.61

123
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Latihan Kelompok-Kecil:
Tipe-Tipe dari Resistensi

 Bacalah tugas mengenai resistensi yang


diberikan untuk anda / kelompok anda:
Halaman Sumber 3.4
 Pilih seseorang untuk bermain peran menjadi
seorang konselor dan klien yang resisten
 Mainkan selama 2- 3 menit tipe resistensi dan
konselor frustasi yang anda demonstrasikan

3.62

Bergulir dengan Resistensi

 Mirip
dengan cara dalam menghindari
argumen, namun juga memberikan
kesempatan untuk mengekspresikan empati,
dengan cara:
 Mempertahankan sikap menghargai dan tidak
menghakimi
 Mendorong klien untuk berbicara dan tetap
terlibat dalam sesi

3.63

124
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Strategi untuk Bergulir dengan Resistensi

 Mendengarkan reflektif (reflective listening)


 Mengubah fokus (shifting focus)
 Menyetujui dengan berputar (agreement with a
twist)
 Merangkai kembali (reframing)
 Meningkatkan kontrol dan pilihan diri
(emphasizing personal choice and control)

3.64

125
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Strategi untuk Bergulir dengan Resistensi:
Mengubah Fokus

 Mengubah energi klien dan perhatian klien


jauh dari halangan dan rintangan
 Menghindari “titik berhenti” klien dengan
melakukan langkah lain yang sederhana
(Gets around a “stuck” point by simply side-
stepping)

3.65

Strategi untuk Bergulir dengan Resistensi:


Mengubah Fokus

 Menyetujui klien, namun dengan putaran


yang halus atau mengubah arah dari
diskusi ke depannya
 Setuju dengan klien, tetapi dengan sedikit
putaran (twist) atau perubahan arah yang
mendorong pembahasan ke depan
 Mirip dengan refleksi yang diperkuat
(amplified reflection)

3.66

126
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Strategi untuk Bergulir dengan Resistensi:
Merangkai Kembali

 Menawarkan interprestasi baru yang positif


dari informasi negatif yang diberikan oleh klien
 Mengakui keabsahan dari persepsi klien,
namun di sisi lain menawarkan sebuah makna
baru dari sebuah pertimbangan

3.67

127
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Strategi untuk Bergulir dengan Resistensi:
Meningkatkan Kontrol dan Pilihan Diri

 Membantu klien mengenali pilihan-pilihan apa


yang mereka miliki dan mereka buat
 Mengakui fakta bahwa klien yang memiliki
kontrol atas pilihan dirinya
 Membangun efikasi-diri

3.68

Latihan Kelompok-Kecil:
Bergulir dengan Resistensi—Bagian I

 Dalam waktu 10 menit, kembangkan dan


tuliskan sebanyak-banyaknya contoh dari
pernyataan klien dan respon dari konselor
sesuai dengan strategi yang ditugaskan pada
diri / kelompok anda
 Gunakan pernyataan klien berdasarkan pada
skenario yang anda ciptakan untuk latihan
“Tipe-Tipe dari Resistensi” ATAU pilih salah
satu skenario pada Halaman Sumber 3.2

3.69

128
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok-Kecil:
Bergulir dengan Resistensi—Bagian II

 Membuat skenario bermain peran selama 2-3


menit yang mendemonstrasikan penggunaan
2 atau lebih strategi bergulir dengan resistensi
 Gunakan skenario yang anda buat di dalam
latihan “Tipe-Tipe Resistensi”

3.70

129
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Ulasan Penutup
dan Evaluasi Hari
Kedua
15 menit
3.71

MODUL 3
KETRAMPILAN KONSELING INTI

130
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan:
Keterampilan Praktek

 Pilih pasangan untuk sesi latihan


 Tentukan keterampilan mana yang ingin anda
praktekkan
 Lakukan secara bergantian
 Berikan feedback untuk setiap masing-masing
giliran
 Gunakan skenario klien dari Halaman Sumber
3.2, berdasarkan pada praktek yang anda ketahui
terhadap klien, atau menjadi diri anda sendiri
3.73

131
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Intensionalitas: Definisi

 Memilih perilaku yang membantu dan strategi


spesifik dengan tujuan yang jelas dan arah
yang sesuai pemikiran

3.74

Intensionalitas

 Penelitian membuktikan hubungan antara


intensionalitas dengan hasil terapi yang positif

Schmidt, J. J. (1994). Counselor intentionality and effective helping. ERIC Digest. Retrieved
March 1, 2012, from http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED378461.pdf 3.75

132
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
The Intentional Counselor

 “Singkatnya, konselor intensional adalah orang


yang belajar berbagai macam strategi untuk
membantu, secara terus-menerus
mengakumulasi pengetahuan tentang
pengembangan manusia dan isu-isu penting
yang terkait, serta menawarkan klien sebuah
hubungan di mana segala kemungkinan bisa
dieksplorasi, diperiksa, dan dievaluasi.”

Schmidt, J. J. (1994). Counselor intentionality and effective helping. ERIC Digest.


Retrieved July 22, 2011, from http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED378461.pdf
3.76

133
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Halaman Penjelasan 3.1: Instruksi Bermain Peran
Mendengarkan Reflektif Gerak Lambat

Introduksi
Di dalam latihan kelompok-kecil ini, anda akan melakukan tiga macam peran, yaitu:
 Klien
 Konselor; dan
 Pengamat.
Yang dimaksud dengan latihan “gerak lambat” adalah dimana peran “konselor”
akan dimainkan oleh dua orang yang akan bertindak sebagai sebuah tim, yang akan
bertugas merespon klien. Keterampilan baru tidak akan mudah untuk dilakukan.
Melambatkan respon anda dan memanfaatkan waktu untuk saling belajar diantara
xsesama akan mengurangi tekanan dari sesi bermain peran dan akan membantu anda
untuk mempelajarinya dalam norma yang kokoh.

Tiap skenario bermain peran dimainkan selama 5 menit, kemudian 5 menit berikutnya
untuk memproses setiap sesi bermain peran. Lakukan pertukaran peran secara
bergantian untuk setiap sesi.

Instruksi untuk Setiap Sesi Bermain Peran


Tentukan siapa yang akan memainkan peranan setiap sesinya.
Untuk peserta yang mendapat peran menjadi klien:

 Buka Halaman Sumber 3.2 dan pilih sebuah peran. Pilihan lain adalah untuk
membuat peran berdasarkan pada pengalaman klien anda (yang pernah anda
ketahui);
 Diskusikan rencana dalam melakukan peran tersebut; dan
 Mainkan peran tersebut dengan sungguh-sungguh dan tidak seperti dibuat-
dibuat, berdasarkan pengalaman anda.

Untuk peserta yang memerankan tim konselor:


 Ulas peran klien yang dipilih;
 Tentukan anda akan menjadi konselor dengan tipe seperti apa;
 Pikirkan sebelum anda merespon ucapan atau tindakan klien (manfaatkan waktu
anda); dan
 Gunakan Halaman Sumber 3.3 lembar “Instruksi Melakukan Bermain Peran
Mendengarkan Reflektif Gerak Lambat” sesuai kebutuhan.

Untuk peserta yang memerankan menjadi pengamat:


 Amati efek-efek yang terlihat dari mendengarkan reflektif pada “tim konselor”;
dan
 Coba mengidentifikasi tipe-tipe mendengarkan aktif apa saja yang digunakan
oleh tim konselor.
134
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Instruksi untuk Memproses Setiap Sesi Bermain Peran
Pemeran tim konselor berbagi hal tentang:
 Bagaimana pengalaman yang dirasakan;
 Pikiran apa yang bekerja lebih baik; dan
 Pikiran apa yang kurang bekerja dengan baik atau yang akan dilakukan berbeda
untuk kesempatan lainnya.

Pemeran klien berbagi hal tentang:


 Apa pengalaman yang dirasakan selama melakukan sesi;
 Intervensi apa yang dirasa bekerja dengan baik (yang membuat diri anda nyaman
dan merasa didengarkan); dan
 Intervensi atau teknik apa yang mungkin dapat bekerja lebih baik lagi.
Pemeran pengamat berbagi hal tentang:
 Komentar mengenai pengamatan terhadap proses yang dilakukan; dan
 Tipe-tipe dari mendengarkan reflektif yang digunakan.

135
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Halaman Penjelasan 3.2 : Skenario Bermain Peran
Mendengarkan Reflektif Gerak Lambat

Peran 1: Njoki
Njoki berusia 27 tahun, belum menikah. Dia baru saja menyelesaikan program
rehabilitasi therapeutic community dua bulan lalu. Dia bertahan abstinen selama ia
berada di dalam program. Njoki telah kembali tinggal dengan ibunya (ayahnya telah
pisah), dengan nenek dan tiga adiknya. Ibunya selalu memperhatikan tingkah lakunya,
bahkan ia meminta para tetangganya untuk mengawasinya juga. Neneknya tidak mau
berbicara dengan Njoki karena ia telah membuat malu keluarga. Ia kemudian merasa
ingin menggunakan heroin lagi dan ia telah bertemu dengan teman lamanya yang
menggunakan heroin. Ia merasa, “kenapa tidak? Semuanya telah berantakan juga”.
Sebelumnya Njoki telah berbicara dengan konselornya mengenai bagaimana sedihnya
ia karena neneknya tidak mau lagi berbicara dengannya. Njoki dekat dengan neneknya
sejak ia kecil, sekarang perlakuan neneknya berbeda.

Peran 2: Richard
Richard berusia 45 tahun. Ia telah menggunakan ganja selama dua hingga tiga kali
semenjak ia remaja dan juga telah “terperangkap” dalam penggunaan narkoba.
Dia memulai menyuntikkan heroin sejak 3 tahun lalu, ketika ia sedang dalam masa
pengangguran, dan menjadi tidak terkontrol setelah itu. Istrinya telah meninggalkannya,
namun akhirnya ia kembali lagi ke istri, ketiga anak dan ibu mertuanya 3 bulan lalu,
setelah kemudian ia menjalani terapi di program residensial. Istrinya mengalami
masa-masa sulit ketika suaminya meninggalkannya, dan ia sangat marah akan hal itu.
Istrinya menekan Richard untuk segera kembali bekerja dan mengurusi keluarganya,
namun bukan hal yang mudah untuk dirinya. Orang-orang di lingkungannya sudah
mengetahui reputasinya dan tidak mau memberikan kesempatan padanya. Richard
mengalami frustasi dan keputus-asaan. Dia telah memulai menghabiskan waktu untuk
jauh dari rumah, demi menghindari istrinya. Ia telah menghubungi konselornya dan
bercerita bahwa ia khawatir mengenai efek dari penggunaan narkobanya, dan waktu
untuk anaknya yang terbuang, dan ia khawatir kehilangan seluruh keluarganya.

Peran 3: Alice
Alice adalah wanita berusia 25 tahun, telah bekerja menjadi pekerja seks sejak usia 16
tahun. Ibunya juga merupakan pekerja seks dan meninggal karena AIDS setahun lalu.
Alice telah menggunakan narkoba selama bertahun-tahun dan memulai menyuntikkan
heroin sejak 2 tahun lalu. Dia tidak mempunyai rumah, namun ia tinggal dengan
temannya yang mau menampungnya. Kematian ibunya membuatnya khawatir, namun
ia belum melakukan tes HIV. Ia masih merasa bimbang untuk melakukan tes HIV. Ia tahu
bahwa ia harus melakukan tes HIV tersebut, namun ia takut akan hasilnya. Alice kadang-
kadang suka mendatangi drop-in center. Ia bercerita kepada konselor disana bahwa ia
merasa lelah dan tua, dan ia ingin bisa keluar dari dunia pekerjaannya sekarang. Ia tidak
percaya terhadap para konselor maupun relawan dari drop-in center tersebut, dan kini
ia merasa tidak punya harapan. Namun, ia tetap sesekali datang ke drop-in center.

136
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Peran 4: Sarah
Sarah adalah remaja perempuan berusia 18 tahun yang memulai menggunakan
stimulan bersama dengan pacarnya. Pada mulanya ia mengatakan bahwa hal tersebut
menyenangkan, namun ia merasa kini tidak terkendali lagi. Ia mulai menyuntikkan
metamfetamin sejak 2 bulan lalu. Orang tuanya telah mengetahui hal tersebut dan
mengancamnya untuk mengirimkannya ke program terapi. Sarah cukup mengetahui
tentang HIV dan berusaha untuk berhati-hati. Ia khawatir jika ia dikirimkan ke tempat
rehabilitasi, sedangkan ia tidak mau putus dengan pacarnya atau berhenti menggunakan
narkoba. Ia berharap untuk tidak pernah menyuntik, dan hanya menggunakan pil atau
menghisap kokain untuk bersenang-senang saja.

137
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Halaman Penjelasan 3.3: Lembar Bantuan Bermain Peran
Mendengarkan Reflektif Gerak Lambat

Tipe dari Mendengarkan Aktif Penjelasan dan Contoh


Merefleksikan pernyataan klien dalam bentuk
yang netral.
Dapat menggunakan kata-kata yang sama seperti
yang diucapkan klien atau dapat di parafrasekan.
Mengakui dan memvalidasi apa yang klien
Refleksi Sederhana katakan.
Klien: Saya tidak berencana untuk berhenti dalam
waktu dekat ini.
Konselor: Kamu tidak melihat abstinensia sebagai
rencana jangka pendek kamu.
Klien: Iya…benar!
Merefleksikan pernyataan klien dalam bentuk
yang dikembangkan/dilebihkan (tidak sarkastik).
Dapat mendorong perkembangan klien menuju
perubahan positif, daripada menimbulkan
resistensi.
Klien: Saya tidak tahu mengapa istri saya khawatir
Refleksi yang Dikuatkan tentang masalah saya. Saya tidak minum sebanyak
teman-teman saya
Konselor: Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi
istri kamu untuk menjadi khawatir terhadap hal itu.
Klien: Sebenarnya, saya mengerti kenapa istri saya
sedikit khawatir terhadap hal itu.
Mengakui apa yang dikatakan oleh klien, namun
juga menyatakan hal yang bertolak belakang
mengenai pernyataan masa lalunya.
Mensyaratkan penggunaan informasi yang
dikatakan klien sebelumnya, meskipun hal itu
diungkapkan tidak pada sesi yang sama.
Klien: Mungkin seharusnya saya berhenti
Refleksi Dua-Sisi menggunakan sepenuhnya, namun saya tidak akan
melakukan itu!
Konselor: Di satu sisi kamu dapat melihat bahwa
ada masalah, namun berhenti sepenuhnya bukan
merupakan hal yang ingin kamu lakukan. Di sisi
lainnya, kamu juga menyatakan bahwa kamu
khawatir terhadap efek penggunaanmu terhadap
anak-anakmu. Hal itu pasti membuatmu bingung.

138
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 3.4: Tipe-Tipe dari Resistensi

Berdebat
Klien seringkali seperti mengajak lomba dalam hal akurasi, keahlian dan integritas dari
konselor.
 Menantang. Klien secara langsung menantang akurasi dari apa yang dikatakan
konselor.
 Mengabaikan (Discounting). Klien mempertanyakan otoritas pribadi konselor dan
keahlian.
 Permusuhan. Klien mengekspresikan sikap permusuhan langsung kepada konselor.

Menginterupsi
Klien menginterupsi dan menyela pembicaraan dalam cara yang difensif.
 Berbicara terus. Klien berbicara di saat konselor sedang/masih berbicara, tanpa
menunggu konselor berhenti dan saat yang tepat.
 Memotong. Klien berbicara dengan maksud memotong pembicaraan konselor
(contoh: “Sebentar, aku tau sebelumnya”).

Menyangkal
Klien memperlihatkan keengganan untuk mengenali permasalahan, bekerjasama,
menerima tanggung jawab, atau menerima masukan.
 Menyalahkan. Klien menyalahkan orang lain untuk masalahnya.
 Tidak menyetujui. Klien tidak menyetujui saran yang diberikan oleh konselor, tanpa
memberikan alternative solusi. Hal ini biasanya diungkapkan seperti “Iya, tapi…”,
yang menjelaskan ada hal yang tidak disetujui dari saran yang yang diberikan.
 Beralasan. Klien memberikan berbagai alasan untuk perilaku yang dilakukannya.
 Mengklaim baik-baik saja. Klien mengklaim dirinya tidak dalam situasi yang
berbahaya terkait penggunaan narkoba.
 Mengklaim baik-baik saja. Klien mengklaim dirinya tidak dalam situasi yang
berbahaya terkait penggunaan narkoba.
 Pesimistis. Klien membuat pernyataan mengenai dirinya atau orang lain dengan
pesimis, menutup diri , atau dalam nada/kesan yang negatif.
 Keengganan. Klien mengungkapkan reservasi (telah merencanakan atau tertanam)
dan keengganan tentang informasi atau saran yang diberikan
 Tidak ingin berubah. Klien mengekspresikan kurangnya hasrat atau keengganan
untuk melakukan perubahan.

139
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
Mengacuhkan
Klien memperlihatkan bukti bahwa ia mengacuhkan atau tidak memperhatikan konselor.
 Kurang perhatian. Respon dari klien mengindikasikan bahwa ia tidak sedang
memperhatikan konselor.
 Tidak menjawab. Klien memberikan respon yang bukan merupakan jawaban atas
pertanyaan konselor.
 Tidak ada respon. Klien tidak memberikan respon verbal ataupun non-verbal yang
jelas dalam menjawab pertanyaan konselor.
 Mencari jalan lain (side tracking). Klien mengubah arah pembicaraan yang sedang
konselor upayakan/tuju.

140
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Modul 3—Keterampilan Konseling Inti, Rangkuman
 Model ini fokus pada keterampilan paling penting pada konseling, seperti:
• Mendengarkan reflektif;
• Mengajukan pertanyaan terbuka;
• Afirmasi;
• Rangkuman; dan
• Bergulir dengan resistensi.
 Disebut sebagai keterampilan “inti” dikarenakan:
• Keterampilan ini sangat penting di segala area dari konseling: digunakan dalam
proses asesmen, konseling individual, konseling kelompok, meningkatkan
keterlibatan keluarga, dan untuk bekerja dengan klien yang memiliki gangguan
penyerta.
• Relevan dengan di segala tahapan perubahan; dan
• Meskipun beberapa keterampilan ini berhubungan dengan pendekatan
peningkatan motivasional, ini semua berguna apapun teori ataupun praktek
yang anda terapkan.
 Mengingat bahwa salah satu prinsip dalam bekerja dengan klien gangguan
penggunaan zat (GPZ) adalah “mendengar, mendengar, dan mendengar?”,
pastinya anda semua telah mengetahui apa makna dari kata “mendengar” itu
sendiri; karena kita melakukan hal itu setiap hari. Namun demikian, dalam konteks
keterampilan konseling (atau dalam konteks menjalin hubungan), mendengar
adalah keterampilan yang kompleks dan butuh untuk dilatih. Bahkan konselor
dengan pengalaman tinggi pun tidak selalu melakukannya dengan tepat.
 Ada banyak hal yang dapat terjadi ketika sedang “mendengar”. Sebagai contoh,
ketimbang mendengarkan apa yang diucapkan sepenuhnya dari orang lain, banyak
pendengar yang mulai memikirkan apa yang akan dikatakannya kemudian atau
terlalu cepat untuk menerapkan interprestasi perilaku verbal maupun non-verbal.
Tipe pemikiran seperti ini menciptakan hambatan-hambatan di dalam proses
komunikasi dan dapat mengarah pada kesalahan dalam memahami masalah.
 Beberapa hambatan yang mungkin terjadi mencakup:
 Ketidakpedulian emosional atau reaktivitas;
 Berpikir tentang respon yang akan diberikan, selagi rekan bicaranya (klien) masih
berbicara;
 Perhatian terfokus pada hal lain di lingkungan sekitar;
 Bertahan pada sikap berprasangka atau bias;
 Berpikir tentang sesuatu hal pada diri sendiri;
 Melamun;
 Menghakimi pikiran dan tindakan dari rekan bicara; dan

141
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
 Untungnya, konselor tidak imun terhadap hambatan-hambatan ini! Mendengarkan
aktif membutuhkan keterbukaan yang intens, konsentrasi, saat ini dan kesabaran.

Mendengarkan Reflektif
 Kita akan membicarakan mengenai mendengarkan reflektif, sebuah bentuk aktif
dari mendengarkan. Mendengarkan reflektif melibatkan:
• Membuat dugaan yang berasalan mengenai maksud dari klien; dan
• Mengulang pernyataan klien untuk merefleksikan apa yang konselor pikir atau
dengar, memberikan kesempatan klien untuk mengklarifikasi jika dibutuhkan.
 Mendengarkan reflektif merupakan hal yang penting dalam hubungan klien-
konselor, dimana:
• Mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi;
• Mendorong klien untuk berbicara;
• Mengkomunikasikan rasa hormat dan empati;
• Mengkukuhkan hubungan membantu; dan
• Memperkuat motivasi klien untuk melakukan perubahan.
 Mendengarkan reflektif mensyaratkan konselor untuk berpikir reflektif.
 Aspek krusial dari berpikir reflektif untuk memahami bahwa:
• Orang secara berkala membuat asumsi tentang orang lain ketika mereka
berbicara;
• Proses ini tidak selalu disadari; dan
• Merefleksikan kembali kepada klien adalah cara mengkonfirmasi, bukannya
mengasumsikannya.
 Mendengarkan reflektif yang baik membutuhkan:
• Memperhatikan respon verbal dan non-verbal klien dan makna yang mungkin
terkandung;
• Memahami gaya komunikasi dari budaya klien;
• Membentuk refleksi sederhana yang mempunyai makna bagi klien; dan
• Mempertahankan fleksibilitas dalam memahami perilaku klien.
 Terdapat tiga tipe dari mendengarkan aktif: refleksi sederhana, refleksi yang
dikuatkan, dan refleksi dua-sisi.

Refleksi sederhana
 Refleksi sederhana, atau parafrase, adalah tipe refleksi paling dasar. Refleksi
sederhana:

142
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Melibatkan kegiatan mendengarkan isi pembicaraan dan mengamati pengaruh-
pengaruh yang ada;
• Merefleksikan kembali pernyataan klien dalam bentuk sederhana dan netral,
namun tidak hanya dengan sekedar mengulangi perkataan klien saja;
• Disampaikan sebagai pernyataan dibanding pertanyaan; dan
• Sangat membantu dalam proses membangun/membina hubungan.
 Contoh dari dari refleksi sederhana:
Klien: Saya tidak berencana untuk berhenti dalam waktu dekat ini.
Konselor: Anda tidak dapat melihat diri anda berhenti untuk saat ini.
Klien: Dan seakan itu belum cukup, istri saya dan saya tidak akur sama sekali
hari ini.
Konselor: Anda juga mengalami beberapa masalah dalam kehidupan
pernikahan anda.
Klien: Saya merasa lebih baik sekarang berada dalam program terapi, namun
saya terus menduga-duga apakah atasan saya akan menerima saya kembali
setelah saya menyelesaikan program.
Konselor: Jadi, anda memiliki perasaan yang bercampur-aduk; secara fisik anda
merasa lebih baik, namun khawatir mengenai status pekerjaan anda setelah
anda menyelesaikan program.
Klien (dengan marah): Saya tidak akan berada dalam situasi ini jika istri saya
tidak dengan bodohnya memanggil atasan saya.
Konselor: Kamu sangat marah pada istri kamu saat ini.
 Mengakui dan menghargai perkataan klien agar klien mengetahui bahwa konselor
memperhatikan dan memahami perkataannya. Hal ini membantu klien untuk tetap
fokus dan mendukung elaborasi (penjabaran)
 Refleksi sederhana adalah “alat” yang baik untuk keterlibatan awal, ketika konselor
dan klien sedang dalam tahap pengenalan satu sama lain dan pembangunan
kepercayaan.

Refleksi yang Dikuatkan


 Menambahkan refleksi sederhana dengan merefleksikan pernyataan klien dengan
memperluas (melebihkan), tapi berbentuk dan tidak sarkastik. Hal ini dapat
membantu klien memikirkan kembali perkataannya dan dapat mendorong klien
menuju perubahan positif daripada timbulnya resistensi. Sangat penting ketika
menerapkan refleksi ini, jangan sampai membuat klien merasa tidak nyaman.
 Sebagai contoh, klien mungkin saja mengatakan: “Saya tidak tahu mengapa istri
saya terlalu mengkhawatirkan hal ini. Saya tidak merokok sebanyak teman-teman
saya.” Menguatkan (melebihkan), secara halus refleksi yang dikembangkan adalah:
“Jadi tidak ada alasan apapun bagi istri anda untuk khawatir.”

143
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
 Sebagai contoh, klien mungkin saja mengatakan: “Saya tidak tahu mengapa istri
saya terlalu mengkhawatirkan hal ini. Saya tidak merokok sebanyak teman-teman
saya.” Menguatkan (melebihkan), secara halus refleksi yang dikembangkan adalah:
“Jadi tidak ada alasan apapun bagi istri anda untuk khawatir.”
 Refleksi tersebut dapat mendorong klien memikirkan kembali apakah “benar-
benar tidak alasan sama sekali” bagi istrinya untuk khawatir, dan merespon dengan:
“Sebenarnya saya tidak mengatakan bahwa tidak ada alasan sama sekali.”
 Seperti halnya dalam membuka “pintu” bagi konselor untuk menggali lebih dalam
lagi. Contoh: “Jadi, mungkin ada beberapa alasan yang dapat membuat istrimu
khawatir? Apa menurut kamu alasan yang mendasari dirinya untuk khawatir?”
 Ada juga contoh lain dimana klien mengatakan: “Saya tahu saya telah berbuat
salah, namun kegiatan-kegiatan ini yang membuat saya menjadi tidak masuk akal.”
 Konselor dapat merespon: “Kamu tidak setuju dengan apa yang membuat kamu
mau melakukannya.
 Hal ini dapat menyebabkan klien menjadi mempertimbangkan kemudian dan
merespon, “Ya, saya tahu saya perlu melakukan sesuatu untuk membuat ini
menjadi benar. Saya hanya merasa frustasi dengan segala sesi yang saya lakukan.”
 Dan berikut satu contoh lagi:
Klien: Kamu harus menyadari bahwa saya telah bersama dengan teman-teman
saya ini selama lebih dari 10 tahun—Saya kenal mereka lebih lama dibandingkan
dengan istri saya!
Konselor: Jadi, kamu menilai pertemananmu lebih penting daripada
keluargamu.
Klien: Tidak, tidak, Maksud saya bukan itu; keluarga sangat penting buat saya.

Refleksi Dua-Sisi
Klien: Mungkin sebaiknya aku benar-benar berhenti total, tapi saya tidak akan
melakukan itu!
Konselor: Di satu sisi kamu dapat melihat bahwa ada masalah serius saat ini,
tapi berhenti menggunakan bukan hal yang ingin kamu lakukan. Di sisi lain,
kamu khawatir mengenai efek dari penggunaanmu terhadap anakmu. Hal ini
pasti membuatmu bingung.
Klien: Keluargaku adalah segalanya bagiku!
Konselor: Saya sedikit bingung disini; di satu sisi kamu mengatakan bahwa
keluarga kamu sangat berarti untukmu, namun di sisi lainnya kamu tidak bersedia
untuk menghindari hubungan pertemanan yang beresiko bagi pemulihanmu.
 Refleksi dua-sisi pada dasarnya adalah sebuah pendekatan mengenai “Iya, tapi
bagaimana kalau…”

144
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pertanyaan Terbuka
 Pertama-tama, penting untuk diketahui bahwa terdapat kelemahan dalam
mengajukan pertanyaan. Konselor sering mengajukan pertanyaan dengan maksud
untuk mendengarkan dengan baik. Meskipun pertanyaan yang diajukan ditujukan
untuk lebih mengenal klien lagi dengan lebih baik, namun pesan yang mendasarinya
justru tampaknya terlihat bahwa dengan mengajukan pertanyaan cukup banyak,
konselor dapat menemukan jawaban yang tepat dari semua masalah klien.
 Namun faktanya, pertanyaan yang intensif justru malah dapat mengganggu
alur spontanitas dari komunikasi dan mengalihkan arah tujuan dari konselor,
dibandingkan pada kliennya.
 Tentu saja, konselor tidak perlu mencoba memperoleh informasi yang klien tidak
ingin bagi atau ceritakan.
 Beberapa panduan diperlukan untuk membuat mekanisme mengajukan
pertanyaan menjadi cara yang efektif dalam mempelajari diri dan kepedulian
klien, yaitu:
• Pertanyaan berpusat pada kebutuhan klien;
• Mengajukan satu pertanyaan dalam satu waktu;
• Menghindari pertanyaan yang berorientasi pada sifat menyalahkan atau
membuat malu; dan
• Sebelum mengajukan pertanyaan, menentukan apakah pertanyaan tersebut
sesuai dan bersifat teraputik, dan bagaimana sebaiknya pertanyaan itu
disampaikan untuk menyediakan hasil yang paling efektif
 Cara yang paling efektif menyusun pertanyaan biasanya adalah dengan
menggunakan pertanyaan terbuka.
 Pertanyaan terbuka adalah:
• Tidak dapat dijawab “ya” atau “tidak”;
• Tidak dapat dijawab dengan satu atau dua kata;
• Membutuhkan penjelasan;
• Memprovokasi pemikiran;
• Bukan hal yang retorikal (pertanyaan yang diajukan lebih mengarah untuk dapat
memberikan penjelasan, bukan sekedar diharapkan untuk dijawab saja; seperti
contohnya: “Berapa banyak jalan yang harus seorang pria lalui, sebelum ia
dapat disebut sebagai seorang pria?”1); dan
• Kadangkala dirangkai tidak seperti sebuah pertanyaan. Sebagai contoh,
daripada mengajukan pertanyaan: “Kapan terakhir kamu menggunakan
kokain?”, anda dapat mengatakan: “Ceritakan mengenai saat terakhir kamu
menggunakan kokain?”, untuk memperoleh informasi lebih dari sekedar waktu
kejadian.
 Tentu saja, pertanyaan terbuka bukan merupakan selalu sebagai cara yang
terbaik. Sebagai contoh, penggunaan pertanyaan: “Ceritakan mengenai tempat
dimana kamu tinggal”, tentu bukan merupakan cara efektif yang dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai alamat rumah klien!

1 Blowin’ in the Wind, Bob Dylan

145
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
 Pertanyaan terbuka:
• Membantu konselor memahami sudut pandang klien;
• Membangkitkan perasan klien terhadap topik atau situasi yang diberikan;
• Memfasilitasi dialog karena pertanyaan terbuka tidak dapat dijawab dengan
sebuah kalimat atau kata-kata singkat dan jawabannya luas (berbeda-beda);
• Menyediakan informasi tambahan dalam cara yang netral;
• Mendorong klien untuk lebih banyak berbicara;
• Membantu konselor untuk menghindari membuat praduga; dan
• Mempertahankan komunikasi terus berkembang.

Afirmasi
 Afirmasi adalah membuat pernyataan mengenai seseorang secara tulus dan positif.
Afirmasi seperti melakukan pujian, namun mengucapkan sesuatu mengenai orang
lain lebih mendalam dari: “Rambutmu terlihat indah!”
 Salah satu efek paling penting yang dihasilkan dari afirmasi adalah mendorong
tumbuhnya perasaan efikasi diri (self-efficacy) pada klien.
 Istilah ”efikasi” dipopulerkan oleh seorang psikolog sosial bernama Albert
Bandura. Ia mendefinisikan sebagai seseroang yang yakin dengan kemampuannya
untuk mencapai kesuksesan dalam suatu situasi tertentu.
 Meskipun keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya mulai terbentuk sejak
awal masa kanak-kanak, hal tersebut terus berkembang sepanjang masa hidup
dan dapat dipengaruhi. Misalnya, banyak orang menemukan idola atau orang yag
dikaguminya (seperti mentor) untuk ditiru atau termotivasi ingin menjadi seperti
mereka.
 Bandura menganggap bahwa seseorang dapat dibujuk (dipersuasi) untuk
meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mencapai
kesuksesan1. Hal ini merupakan salah satu cara penting untuk meningkatkan
efikasi-diri, yang dikenal dengan istilah “persuasi sosial”. Mendapatkan dukungan
verbal dan afirmasi dari orang lain, mengatasi keraguan diri, meningkatkan efikasi-
diri mereka, menambah rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan aksi
untuk mencapai perubahan perilaku.
 Afirmasi juga dapat memperkuat hubungan yang membantu melalui menunjukkan
kepada klien bahwa konselor memahami kesulitan klien, menghargai (memvalidasi)
pengalaman dan perasaan mereka. Menekankan (fokus) pada pengalaman klien
akan kekuatan, kesuksesan dan keberdayaan, dapat mencegah terjadinya keputus-
asaan.
 Berikut adalah beberapa contoh dari pernyataan afirmasi:
• Saya menghargai bagaimana beratnya tantanganmu untuk dapat memutuskan
datang kemari; kamu telah mengambil langkah besar.

1 Cherry, K. What is self-efficacy? Retrieved March 1, 2012, from http://psychology.about.com/od/theoriesofpersonality/a/self_efficacy.htm

146
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Saya terkesan bahwa kamu mampu mengatakan “tidak” kepada kakakmu.
• Itu merupakan usul yang baik.

Rangkuman
 Rangkuman adalah mengambil inti dari apa yang dinyatakan klien—atau hal yang
terjadi di dalam sesi konseling—untuk kemudian mengkomunikasikannya kembali
kepada klien. Berbeda dari refleksi sederhana, dimana tidak merefleksikan suatu
pernyataan namun merangkum keseluruhan dari percakapan atau sesi konseling.
 Rangkuman membantu klien untuk:
• Menguatkan pada yang dikatakannya;
• Mendemonstrasikan bahwa konselor mendengarkan dengan penuh perhatian;
• Membantu mereka mempertimbangkan respon dan pengalamannya; dan
• Mempersiapkan mereka untuk melangkah maju.
 Rangkuman yang dapat menghubungkan antara perasaan positif dan negatif klien
terkait penggunaan zat (narkoba) dapat membantu klien melihat sisi ambivalensi
dari dirinya dan adanya diskrepansi antara perilaku penggunaan zat dengan tujuan
yang ingin dicapai. Ambivalensi dan diskrepansi akan dibicarakan lebih lanjut di
modul lainnya.
 Rangkuman juga dapat menjadi sebuah cara yang baik untuk mengulas sesi
sebelumnya dan untuk mengakhiri sesi yang sedang berlangsung. Rangkuman
berguna untuk digunakan dalam sesi individual maupun kelompok, dan
menghubungkan antara sesi terakhir dengan yang akan dilakukan.
 Rangkuman dapat untuk:
• Menegaskan perkembangan yang dibuat oleh klien atau kelompok;
• Mengingatkan klien mengenai komitmen-komitmen yang pernah mereka buat;
dan
• Menguatkan klien untuk mengerjakan tugas rumah.
 Sebagai contoh, konselor dapat mengkoreksi rangkuman sesi dan laporan
mengenai klien dengan cara seperti ini:
Kita membahasa banyak hal hari ini, Richard. Kita membicarakan tentang
kesuksesanmu dalam menolak tawaran menggunakan kokain dari kakakmu.
Meskipun saat itu kamu sempat merasakan frustasi, namun sekarang kamu
merasa nyaman dengan dirimu. Apakah saya memahaminya dengan benar?
Kita juga membicarakan beberapa masalah tentang manajemen waktu, dan
anda setuju untuk menuliskan jadwal untuk seminggu kedepan dan melihat
bagaimana hal itu bisa bekerja untuk anda.
 Perhatikan contoh di atas ketika konselor mengatakan “Apakah saya memahaminya
dengan benar?”, ketika melakukan rangkuman, sangat penting untuk meminta
klien mengkoreksi apa yang telah kita rangkum. Dalam contoh kasus ini, Richard
mungkin dapat menanggapi seperti: “Bukannya frustasi sih, tapi lebih saya merasa
bersalah karena kakak saya kecewa ketika saya menolak dan melangkah pergi.”
147
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
 Rangkuman juga dapat memberikan tujuan strategis: konselor dapat memilih
informasi yang layak dan tidak layak untuk disampaikan. Dalam hal ini konselor
dapat menguatkan hal yang positif dan memimalisir hal yang negative.
 Sebagai contoh, Richard mungkin berbicara mengenai pemulihan terlampau jauh
pada saat sesi awal, namun konselor tidak mau mengingatkan Richard mengenai
hal tersebut dan tidak memasukkannya dalam rangkuman yang disampaikan.

Bergulir dengan Resistensi


 Konsep ini dikenalkan oleh Miller dan Rollnick’s melalui pendekatan wawancara
motivasional (motivational interviewing)1. Dalam hal ini kita membicarakannya
sebagai keterampilan inti. Namun dikarenakan hal ini merupakan konsep yang
sangat berguna dan juga sebagai sebuah tatanan keterampilan, hal ini juga
merepresentasikan perubahan pola pikir dalam memandang resistensi klien.
 Pandangan masa lampau menyatakan resistensi sebagai sebuah perilaku klien
yang menantang atau menyangkal. Dalam menanggapinya, konselor seringkali
melakukan konfrontasi atau argumen.
 Pandangan terbaru (dan lebih konstruktif) memandang bahwa resistensi hanyalah
indikator dari ambivalensi, dan ambivalensi merupakan hal yang normal dari
proses perubahan. Ambivalensi akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya,
namun untuk definisi sederhana mengenai ambivalensi adalah “perasaan yang
bercampur aduk”. Dengan kata lain, orang seringkali mengalami perasaan ingin
melakukan perubahan dan tidak mau melakukan perubahan dalam satu waktu yang
bersamaan. Hal ini dianalogikan seperti terdapat “lomba tarik tambang” diantara
dua pendapat yang berbeda di dalam diri (benak) seseorang. Seorang konselor
yang baik akan membantu kliennya dalam menggoyahkan ketidak-seimbangan
motivasionalnya.
 Resistensi juga dapat berarti bahwa konselor harus mengubah arah pembicaraannya
atau lebih mendengarkan klien dengan seksama.
 Miller dan Rollnick mendefinisikan empat tipe resistensi, yaitu:2
• Berdebat;
• Menginterupsi;
• Menyangkal; dan
• Mengacuhkan.
 Tipe-tipe resistensi ini dijelaskan di Halaman Sumber 3.4.
 Bergulir dengan resistensi mirip dengan cara sederhana dalam menghindari
argumen, namun juga memberikan kesempatan untuk mengekspresikan empati,
dengan cara:
• Mempertahankan sikap menghargai dan tidak menghakimi; dan
• Mendorong klien untuk berbicara dan tetap terlibat dalam sesi.
 Bab ini telah membahas salah satu strategi yang direkomendasikan oleh Miller
dan Rollnick untuk bergulir dengan resistensi, yaitu mendengarkan reflektif. Klien
cenderung tidak akan terus bersikap resisten jika ia merasa didengarkan dan
1 Miller, W. R., & Rollnick, S. (1991). Motivational interviewing: Preparing people to change addictive behavior. New York: Guilford Press

2 lbid

148
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
diperhatikan. Mendengarkan reflektif adalah cara efektif untuk meredam resistensi
ataupun kemarahan klien.
 Teknik-teknik lain yang akan dibahas adalah:
• Mengubah fokus (shifting focus);
• Menyetujui dengan berputar (agreement with a twist);
• Merangkai kembali (reframing); dan
• Meningkatkan kontrol dan pilihan diri (emphasizing personal choice and
control).
 Teknik mengubah fokus mengubah energi klien dan perhatian klien jauh dari
halangan dan rintangan. Ini adalah cara dalam menghindari “titik berhenti” klien
untuk tetap mempertahankan klien berbicara dan berkembang. Kadang-kadang
cara terbaik adalah dengan tetap membiarkan pernyataan negatif klien; di sisi lain
penting untuk secara singkat mengakui apa yang klien telah katakan dan lakukan.
Salah satu cara untuk mengubah fokus adalah dengan memahami secara jelas apa
yang anda lakukan dan alasannya. Sebagai contoh:
Klien: Saya tidak dapat berhenti menghisap ganja, dimana semua teman-
teman saya pada masih menggunakannya.
Konselor: Kamu jauh di atas saya, padahal kita belum akan membicarakan hal
itu. Kita sekarang masih membicarakan mengenai nilai-nilai dan sekolahmu.
 Di sisi lain, dapat juga melangkah ke topik lain tanpa penjelasan. Sebagai contoh:
Klien: Saya tahu saya telah berbuat salah, tapi semua hal yang mereka minta
untuk saya lakukan adalah hal yang konyol.
Konselor: Kamu kesal dengan apa yang telah kau lakukan untuk dirimu.
Dapatkah kamu menceritakan lagi mengenai kesalahan yang kau anggap kau
lakukan.

t ed
ns l a
t r a
no t
r t is
s pa
Thi
 Reframing menawarkan interprestasi baru yang positif dari informasi negatif yang
diberikan oleh klien. Mengakui keabsahan dari persepsi klien, namun di sisi lain
menawarkan sebuah makna baru dari sebuah pertimbangan. Seperti misalnya:
Klien: Saya tahu saya telah berbuat salah, tapi semua hal yang mereka minta
untuk saya lakukan adalah hal yang konyol.
Konselor: Kamu tidak suka jika orang lain terlalu banyak mengatur, tapi sejauh
ini kamu telah mampu untuk mempertahankan semua harapan yang diberikan
dan telah cukup sukses.

149
Panduan Peserta: Modul 3 - Ketrampilan Konseling Inti
 Edukasi dapat juga menjadi cara yang bermanfaat untuk menggunakan reframing.
Sebagai contoh, banyak alkoholik merasa bahwa mereka tidak memiliki masalah
gangguan penggunaan zat, karena mereka percaya bahwa bisa mengatur
penggunaannya (konsumsinya). Ketika konselor dengan objektif menjelaskan
bahwa toleransi merupakan faktor beresiko dan sebuah tanda waspada (warning
signal) akan ketergantungan zat, perspektif klien mengenai kemampuannya
mengontrol konsumsi alkoholnya akan menjadi mungkin bergeser (shifting).
 Meningkatkan Kontrol dan Pilihan Diri dapat membantu klien mengenali bahwa
pada kenyataannya, mereka yang membuat pilihan. Klien pada akhirnya memilih
(disadari maupun tidak disadari) untuk melakukan tindakan, dimana teknik ini
hanya cukup mengakui fakta ini saja. Sebagai contoh:
Klien: Saya tahu saya telah berbuat salah, tapi semua hal yang mereka minta
untuk saya lakukan adalah hal yang konyol.
Konselor: Kamu tidak suka dengan apa yang orang lain minta untuk kamu
lakukan, tapi sejauh ini kamu memilih untuk melakukan seperti yang mereka
minta. Dibutuhkan banyak kesabaran untuk melakukan hal tersebut.
 Mengakui pilihan positif yang dibuat klien akan membantu mereka dapat
membangun perasaan akan efikasi-diri.

Intensionalitas Konselor
 Intensionalitas konselor berarti memilih perilaku yang membantu dan strategi
spesifik dengan tujuan yang jelas dan arah yang sesuai pemikiran.
 Penelitian membuktikan hubungan antara intensionalitas dengan hasil terapi yang
positif.1
 Di dalam prakteknya, intensionalitas berarti bahwa konselor melakukan
perencanaan intervensi terapi berdasarkan pada situasi dan kebutuhan individual
klien, mencakup aspek tahapan perubahan, tingkat capital pemulihan, situasi
lingkungan sekitar, dll.
 Ini juga berarti bahwa seorang konselor masuk ke sebuah sesi konseling individu
atau kelompok dengan tujuan dalam pikiran yang jelas dan tidak diperbolehkan
melakukan sesi untuk mengambil momentum sendiri. Namun tentu saja, penting
bahwa konselor harus cukup fleksibel untuk mampu mengubah arah ketika benar-
benar diperlukan, tetapi membiarkan terapi dalam jalan yang berliku-liku adalah
hal tidak produktif.
 Singkatnya, konselor intensional adalah orang yang belajar berbagai macam strategi
untuk membantu, secara terus-menerus mengakumulasi pengetahuan tentang
pengembangan manusia dan isu-isu penting yang terkait, serta menawarkan klien
sebuah hubungan di mana segala kemungkinan bisa dieksplorasi, diperiksa, dan
dievaluasi”.2

1 1Schmidt, J. J. (1994). Counselor intentionality and effective helping. ERIC Digest. Retrieved March 1, 2012, from
http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED378461.pdf

2 Ibid

150
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 4
TAHAPAN DAN STRATEGI UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 153


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 153
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 154
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 214

151
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
152
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 4 10 menit
Latihan–Kelompok kecil: Tahapan Perubahan: Mengulas Tentang
10 menit
Karakteristik Klien
Presentasi Kelompok–Kecil: Strategi yang Sesuai untuk Tiap Tahap
60 menit
Perubahan
Rehat 15 menit
Presentasi: Strategi untuk Melakukan Perubahan—Membangkitkan
15 menit
Pembicaraan untuk Melakukan Perubahan
Latihan Kelompok –Kecil—Membangkitkan Pembicaraan untuk
65 menit
Melakukan Perubahan
Presentasi: Strategi untuk Melakukan Perubahan—Ukuran kesiapan 10 menit
Ishoma 60 menit
Permainan 60 menit
Latihan Berpasangan: Menggunakan Ukuran Kesiapan
Presentasi: Strategi untuk Melakukan Perubahan—Pertimbangan
Keputusan
Rehat 15 menit
Latihan Kelompok–Kecil: Bermain Peran dalam Gerak Lambat—
60 menit
Latihan Menerapkan Strategi untuk Melakukan Perubahan
Hari ketiga: Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran 15 menit

Modul 4 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Menjelaskan ulasan tentang tahap-tahap perubahan dan ikhtisar strategi intervensi
yang sesuai untuk setiap tahap perubahan; dan
 Menjelaskan mengenai strategi perubahan dan kesempatan untuk
mempraktekannya.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk:
 Menyebutkan setidaknya 2 strategi intervensi yang sesuai dengan masing-masing
tahapan perubahan;
 Menjelaskan dan mempraktekan setidaknya 2 strategi, kemampuan untuk memicu
(membangkitkan) pembicaraan untuk berubah;
 Menjelaskan dan mempraktekkan kemampuan untuk menggunakan ukuran
kesiapan; dan
 Menjelaskan dan mempraktekkan cara menggunakan pertimbangan keputusan.
153
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
MODUL 4
Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan

Modul 4: Objektif Pembelajaran

 Menyebutkan setidaknya 2 strategi intervensi


yang sesuai untuk masing-masing tahapan
perubahan
 Menjelaskan dan melakukan setidaknya 2
strategi dalam memulai pembicaraan
perubahan
 Menjelaskan kegunaan dari ukuran kesiapan
(readiness ruler)
 Menjelaskan pertimbangan keputusan
(decisional balancing)
4.2

154
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Tahapan Perubahan

Pra-kontemplasi

Kekambuhan

Rumatan Kontemplasi

Aksi Persiapan

4.3

155
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Latihan kelompok kecil: Karakteristik klien

 Bentuk 4 kelompok kecil


 Tiap kelompok akan diberikan karakteristik
tahapan perubahan
 Cocokkan karakteristik klien tersebut sesuai
dengan tahapan perubahannya
 Tempelkan karakteristik tahapan perubahan di
papan

4.4

Ambivalensi

 Ambivalensi (situasi dimana terdapat konflik


antara pikiran dan perasaan) adalah bagian
dari proses perubahan.
 Setiap tahapan perubahan memiliki konflik
motivasi tersendiri
 Klien membutuhkan jenis dukungan motivasi
yang berbeda untuk setiap tahapan perubahan

4.5

156
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Konflik Motivasi: Pra-kontemplasi

 Seseorang dalam tahap pra-kontemplasi


mungkin tidak mengalami ambivalensi, namun
kadangkala mereka juga mengalaminya
 Contoh: “Saya tahu saya tidak bermasalah, tapi
haruskah saya bicara pada konselor supaya isteri
saya tidak cerewet lagi? “

4.6

157
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Dukungan Motivasi: Pra-kontemplasi

 Klien belum mempertimbangkan untuk


berubah
 Klien mungkin belum bersedia atau tidak
mampu untuk berubah
 Klien membutuhkan peningkatan kesadaran
sebelum ia mempertimbangkan untuk berubah

4.7

Konflik Motivasi: Kontemplasi

 Ambivalensi: berubah atau tidak berubah?


 Contoh: “Saya tahu saya akan lebih baik kalau
berhenti menghisap ganja, tapi saya pasti akan
kehilangan banyak teman dan saya tidak akan
merasa senang lagi”
 Contoh: “ Saya senang saja kalau bisa
menetapkan kapan saya mau berhenti tapi saya
tidak yakin bisa menepatinya”
 Klien mungkin melihat ada kekhawatiran dan
alasan untuk berubah
 Klien sudah membuka diri untuk berubah 4.8

158
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Dukungan Motivasi Dibutuhkan:
Kontemplasi

 Membantu untuk menyelesaikan


ambivalensinya dan memilih untuk berubah
 Membantu untuk menggoyahkan
keseimbangan motivasi
 Membantu untuk mengembangkan keyakinan
akan kemampuannya untuk berubah

4.9

159
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Konflik Motivasi: Persiapan

 Klien
mungkin sudah siap untuk berubah namun
belum yakin langkah apa yang harus ditempuh
 Kemana saya harus pergi?
 Apa yang harus saya lakukan?
 Bagaimana saya bisa menemukan sumber daya yang
bisa menolong?

4.10

Dukungan Motivasi Dibutuhkan: Persiapan

 Membantu mengidentifikasi strategi potensial


untuk berubah dan memilih yang paling sesuai
dengan situasi yang ada
 Membantu perencanaan perubahan dan
melihat kemampuan untuk berubah
 Menilai ketrampilan

4.11

160
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Konflik Motivasi: Aksi

 Klien mungkin sudah melakukan semua yang


disarankan namun kadangkala ia masih memiliki
keinginan kuat untuk menggunakan zat.
 Contoh: “Tidak menggunakan putauw selama 3 minggu
ini membuat saya senang namun ada perasaan saya
ingin merayakannya dengan giting lagi”
 Motivasi akan hilang dan timbul secara natural
Contoh: “Apakah semua ini tidak sia-sia?”
 Klien secara aktif melakukan langkah-langkah
perubahan
4.12

161
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Dukungan Motivasi Dibutuhkan :
Aksi

 Membantu pemilihan strategi untuk berubah


 Membantu pelaksanaan strategi yang
dipilihnya dan belajar untuk mencegah atau
mengurangi kekambuhan
 Menormalkan ambivalensi
 Memberikan afirmasi untuk meneruskan
usahanya dan keberhasilan yang dicapainya

4.13

Konflik Motivasi: Rumatan

 Klien
dalam tahap rumatan perlu membuat
banyak keputusan berat tentang gaya hidupnya
 Contoh: “Saya tahu saya tidak bisa bermain
sepakbola dengan teman pakaw saya, tapi saya
kangen banget”
 Contoh:”Saya tahu saya tidak bisa berada dekat
adik saya waktu ia “giting”, tapi sangat sulit
mengatakan tidak padanya”

4.14

162
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Dukungan Motivasi Dibutuhkan: Rumatan

 Membantu pengembangan ketrampilan,


hubungan dan aktivitas baru untuk
mempertahankan pemulihan dan gaya hidup
tanpa menggunakan zat
 Membantu untuk mempertahankan kemajuan
yang didapatkan pada tahap aksi
 Membantu dan mendukung dalam mengatasi
rasa kehilangan dan merencanakan tujuan
hidup

4.15

163
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Konflik Motivasi: Kekambuhan

 Konflik motivasi dapat


bervariasi
 Kekambuhan membuat klien
mundur ke tahap sebelumnya
dari tahapan perubahan
 Klien mungkin bertanya-tanya:
 “Apakah saya ingin mencoba
lagi atau tidak?”
 “Apakah saya mampu menjaga
kesembuhan saya ini?”
4.16

Dukungan Motivasi Dibutuhkan:


Kekambuhan

 Memulihkan dengan cepat dan


melanjutkan proses perubahan
 Membantu peningkatan rasa percaya
diri untuk dapat pulih kembali
 Membantu untuk melewati tahap
pemulihan
 Pemulihan bukan seperti jalan yang lurus
dan dapat diprediksi

4.17

164
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok Kecil: Strategi yang
Sesuai dengan Tiap Tahapan Perubahan

 Bentuk 3 kelompok kecil


 Siapkan presentasi singkat (tidak lebih dari 5
menit) tentang strategi yang sesuai dengan
ilustrasi kasus yang anda dapatkan (Halaman
sumber 4.2)
 Kembangkan kreativitas
 Bermain peran antara klien-konselor yang
memperlihatkan satu atau lebih strategi

4.18

165
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Rehat
15 menit

4.19

Memicu Pembicaraan untuk


Melakukan Perubahan

 Semakin sering klien, bukan konselor, membuat


argumen untuk berubah maka:
1. Semakin klien percaya perubahan dibutuhkan
2. Semakin kuatnya komitmen klien untuk
berubah
3. Maka semakin besar kemungkinan perubahan
akan terjadi

Amrhein, P. C., Miller, W. R., Yahne, C. E., Palmer, M., & Fulcher, L. (2003). Client
commitment language during motivational interviewing predicts drug use outcomes. Journal
of Consulting & Clinical Psychology. 71(5), 862–878. 4.20

166
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Tipe Pembicaraan yang Memicu Perubahan

 DARN-C
 Desire (keinginan)
 Ability (kemampuan)
 Reasons (alasan)
 Need (kebutuhan)
 Commitment (komitmen)

Source: Amrhein, P. C., Miller, W. R., Yahne, C. E., Palmer, M., & Fulcher, L. (2003). Client
commitment language during motivational interviewing predicts drug use outcomes. Journal of
Consulting & Clinical Psychology. 71(5), 862–878. 4.21

167
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
DARN-C: Desire (keinginan)

 Pernyataanklien yang menandakan kuatnya


keinginan untuk berubah: :
 Rasanya saya ingin....(I would like to)
 Saya harap ( I wish..)
 Saya sangat ingin (I really want to…)

4.22

DARN-C: Kemampuan (Ability)

 Pernyataan
klien memperlihatkan keyakinan
akan kemampuannya:
 Saya pikir saya bisa …
 Saya bisa...
 Saya mampu …

4.23

168
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
DARN-C: Alasan (Reasons)

 Pernyataan klien yang menandakan adanya


alasan khusus, atau argumentasi untuk
berubah:
 Saya tahu saya akan merasa lebih baik bila...
 Saya akan memperbaiki hubungan dengan suami
saya bila...
 Kecemasan saya akan berkurang tentang
____bila saya _____

4.24

169
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
DARN-C: Kebutuhan (Need)

 Pernyataanklien menandakan adanya


kewajiban untuk berubah:
 Saya seharusnya....
 Saya sangat membutuhkan untuk..
 Saya harus...

4.25

DARN-C: Komitmen (Commitment)

 Dua tingkat pernyataan komitmen:


 Niatatau penyataan komitmen yang lemah
 Pernyataan komitmen yang kuat

4.26

170
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
DARN-C: Komitmen – lanjutan

 Niat atau pernyataan komitmen yang lemah


 Saya berharap untuk…
 Saya berencana untuk…
 Saya akan mencoba untuk...

4.27

171
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
DARN-C: Komitmen – lanjutan

 Pernyataan komitmen yang kuat:


 Saya akan…
 Saya akan melakukannya…
 Saya telah berjanji dengan suami, saya akan...

4.28

Cara Memicu Terciptanya Pembicaraan


Pendorong Perubahan

1. Ajukan pertanyaan terbuka yang memicu :


“Kehidupan seperti apa yang Anda inginkan
dalam 5 tahun ke depan?”
2. Ajukan pertanyaan untuk
elaborasi:”Bagaimana kelihatannya?” atau
“Ceritakan lebih lanjut”
3. Minta klien memberikan contoh: “bagaimana
Anda melakukanya? Atau Dapatkan Anda
memberikan beberapa contoh?”
Source: Miller, W. R., & Rollnick, S. (1991). Motivational interviewing: Preparing people to
change addictive behavior. New York: Guilford Press. 4.29

172
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Cara Memicu Terciptanya Pembicaraan
Pendorong Perubahan (lanjutan)

4. Melihat ke belakang: “Kapan terakhir kali


Anda berhasil melakukan perubahan?“
5. Melihat ke depan: “Bagaimana Anda tahu
kalau Anda akan berhasil dalam perubahan
ini?”
6. Pertanyaan yang agak ekstrim: “Dengan
perubahan ini, hasil apa yang dapat Anda
bayangkan?”

4.30

173
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Cara Memicu Terciptanya Pembicaraan
Pendorong Perubahan (lanjutan)

7. Gunakan ukuran kesiapan : “Apa yang


dibutuhkan agar kesiapan Anda naik dari 4 ke
8?”
8. Pertimbangkan keuntungan dan kerugian
(pertimbangkan keputusan): “Apa yang Anda
suka dari kehidupan sekarang?”
9. Eksplorasi tujuan dan nilai: “Jelaskan apa
yang terpenting dalam hidup Anda?”
10. Keberpihakan : “Mungkin penggunaan
narkoba Anda terlalu penting untuk dihentikan”
4.31

Merespon Pembicaraan Perubahan :


EARS

 Explore (eksplorasi)
 Affirm (afirmasi)
 Reflect (refleksi)
 Summarize (rangkuman)

4.32

174
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Merespon Pembicaraan Perubahan :
Eksplorasi

 Ajukan pertanyaan yang mengarahkan:


 Jelaskan lebih lanjut bagaimana Anda melihat
keadaan tersebut
 Apakah ada hal lainnya?
 Menurut anda apa yang akan terjadi bila ____?
 Apakah anda dapat memberikan contoh?
 Eksplorasi membuat klien mengekspresikan
pemikiran lebih positif tentang perubahan

4.33

175
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Merespon Pembicaran Perubahan:
Afirmasi

 Ekspresikan
persetujuan, apresiasi atau
mendorong dan menguatkan pembicaraan
perubahan dengan berbagai cara:
 Saya pikir hal itu bagus sekali....
 Wow-langkahmu sudah jauh sekali
 Saya yakin Anda dapat melakukannya
 Penyataan mu sangat inspiratif

4.34

Merespon Pembicaran Perubahan:


Refleksi

 Merefleksikankembali pernyataan yang positif


mengenai perubahan akan membuat klien
mendengarkan pernyataan tersebut dari
perspektif yang berbeda dan menyetujuinya.

4.35

176
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Merespon Pembicaran Perubahan:
Rangkuman

 Membuat rangkuman berisi hal-hal bermakna


yang terjadi saat pembicaraan perubahan

4.36

177
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Latihan Kelompok Kecil: Memicu
Pembicaran Perubahan

 Bentuk 4 kelompok kecil


 Buat skenario konseling (dalam waktu 3 menit)
yang dapat menunjukkan strategi yang
ditugaskan
 Gunakan halaman sumber 4.3 untuk membuat
skenario tersebut
 Gunakan skenario klien pada halaman sumber
4.4 atau kembangkan sendiri
 Pilih anggota kelompok yang akan bermain
peran sebagai klien dan konselor 4.37

Ukuran Kesiapan (Readiness Ruler)

 Diciptakan oleh Stephen Rollnick


 Alat yang dapat digunakan untuk banyak hal

Miller, W. R., & Rollnick, S. (1991). Motivational interviewing: Preparing people


to change addictive behavior. New York: Guilford Press. 4.38

178
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Ukuran Kesiapan (Readiness Ruler)

 Konsep fundamental dari pendekatan


motivasional
 Mengetahui seberapa siap seseorang untuk
berubah atau belajar ketrampilan baru dapat
berguna di banyak situasi

4.39

179
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Penggunaan ukuran: Harus spesifik!

 “Dariskala 1 sampai 10, dimana 1 artinya


tidak siap sama sekali dan 10 sangat siap,
berapa kira-kira kesiapan Anda untuk memulai
bicara tentang abstinensia?

BUKAN

 “Seberapa besar kesiapan Anda untuk


berubah?
4.40

Penggunaan Ukuran: Ajukan Pertanyaan


untuk Elaborasi

 “Apa alasan Anda memilih angka itu?”


 “Saya penasaran: kenapa Anda memilih angka
6 sebagai nilai kesiapan, dan bukan 5 atau 7?”
 “Wow..Anda menetapkan angka 9 sebagai
tingkat kesiapan!! Coba jelaskan kenapa Anda
berpikir kalau Anda sangat siap untuk
perubahan ini”

4.41

180
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Penggunaan Ukuran Kesiapan : Melihat
Ke Masa Depan

 “Apa yang dapat membuat Anda bergerak ke


arah angka yang lebih tinggi?”
 “Menurut Anda apa yang membuat Anda
merasa lebih siap dalam proses perubahan
ini?”

4.42

181
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Penggunaan Ukuran: Intervensi
Individual

 “Tidak siap”(0 sampai 3): Ekpersikan


kepedulian, tawarkan informasi, berikan
dukungan dan lakukan tindak lanjut
 “Tidak yakin” (4 sampai 7): Eksplorasi aspek
positif dan negatif dalam membuat perubahan
 “Siap” (8 sampai 10): Bantu rencanakan aksi,
identifikasi sumber daya dan berikan harapan

4.43

Penggunaan Ukuran: Telusuri Kesiapan


Terus Menerus

 “Bulan lalu anda mengatakan nilai kesiapan 4


namun hari ini menjadi 9. Apa yang membuat
angka itu berubah?”
 “Bulan lalu Anda mengatakan nilai kesiapan 8
namun hari ini 5. Apa yang membuat nilai
tersebut menurun?”

4.44

182
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Penggunaan Ukuran Kesiapan: Telusuri
Tingkat Kepentingan dan Keyakinan

 Tingkat kepentingan: “Dalam skala 1 sampai


10, seberapa penting menurut kamu proses
perubahan ini?”
 Tingkat keyakinan:”Dalam skala 1-10,
seberapa besar keyakinan kamu untuk
membuat perubahan ini?”

4.45

183
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Penggunaan Ukuran untuk Menilai
Tingkat Kepentingan atau Keyakinan

 Harus spesifik:
 “Menurut Anda, seberapa penting hubungan anda
dengan suami? BUKAN “seberapa penting suatu
hubungan bagi Anda?”
 “Seberapa yakin Anda mengatakan TIDAK pada
teman yang menawarkan putauw?” BUKAN
“Seberapa yakin Anda bisa berhenti total dalam
waktu lama?”

4.46

Penggunaan Ukuran untuk Menilai Tingkat


Kepentingan atau Keyakinan (Lanjutan)

Ajukan pertanyaan untuk elaborasi


 “Coba kamu ceritakan lebih lanjut bagaimana
hubunganmu dengan suami?”
 “Terakhir kali kita bertemu, kamu terlihat
sangat yakin, apa yang membuat hal itu
berubah?”

4.47

184
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Penggunaan Ukuran untuk Menilai Tingkat
Kepentingan atau Keyakinan (Lanjutan)

Melihat ke depan :
 “Hubunganmu dengan suami jelas terlihat
penting untuk kamu. Menurut kamu
bagaimana narkoba mempengaruhi hubungan
itu?”
 “Apa yang dapat membantu kamu merasa
lebih yakin dalam membuat perubahan ini?”

4.48

185
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Penggunaan Ukuran untuk Menilai Tingkat
Kepentingan atau Keyakinan (lanjutan)

 Telusuritingkat kepentingan dan keyakinan di


masa lalu:
 “Bulan lalu kamu memberikan nilai sangat tinggi
akan pentingnya bergabung dengan anak-anak
yang populer, namun saat ini kamu mengatakan
hal itu tidak sepenting sebelumnya. Apa yang
membuat kamu berubah pikiran? “
 “Bulan lalu, kamu menilai keyakinanmu untuk
berubah nilai 4, namun hari ini kamu memberikan
nilai 8. Apa yang membuat kamu menjadi lebih
yakin?”
4.49

ISHOMA
60 menit

4.50

186
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan: Ukuran
Kesiapan

 Masing-masing peserta mencari pasangan,


putuskan siapa yang akan menjadi konselor
 Pilih kasus di halaman sumber 4.4 atau
peserta dapat membuat kasus sendiri
 Mulai sesi diskusi
 Lakukan latihan bermain peran sebanyak 3
kali secara bergantian tentang: kesiapan,
tingkat kepentingan dan keyakinan
 Berganti peran tiap 10 menit

4.51

187
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Pertimbangan Keputusan

 Suatuproses mengevaluasi sisi baik dari


penggunaan narkoba-alasan tidak mau
berubah dan sisi buruk-alasan untuk berubah

4.52

Tujuan Pertimbangan Keputusan

 Membantu klien mengenali dan menimbang


aspek negatif penggunaan narkoba sehingga
skala cenderung menuju perubahan positif
 Membantu klien beralih dari motivasi eksternal
ke motivasi internal

4.53

188
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pertimbangan Keputusan: Proses

 Upaya sadar dalam menghubungkan aspek-


aspek negatif dari situasi (biaya, masalah, hal-
hal lain yang tidak diinginkan), seringkali untuk
pertama kali

Source: Baumeister, R. F. (1994). The crystallization of discontent in the process of major life
change. In: T. F. Heatherton & J. L. Weinberger (Eds.). Can personality change? (pp. 281–
294). Washington, DC: American Psychological Association. 4.54

189
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Pertimbangan Keputusan: Proses (lanjutan)

 Upaya sadar dalam menghubungkan aspek


negatif yang dapat mengubah persepsi seseorang
tentang situasi “ada ketidakpuasan yang besar
dan masalah yang harus diselesaikan”

Source: Baumeister, R. F. (1994). The crystallization of discontent in the process of major life
change. In: T. F. Heatherton & J. L. Weinberger (Eds.). Can personality change? (pp. 281–
294). Washington, DC: American Psychological Association. 4.55

Pertimbangan Keputusan: Tujuan

 Menekankan dari perspektif klien tentang


biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan
narkoba
 Mengurangi (jika mungkin), keuntungan
menggunakan narkoba
 Membuat secara jelas manfaat dari
perubahan
 Mengidentifikasi dan mengurangi (jika
mungkin) hambatan untuk berubah
Source: Sobell, L. C., Cunningham, J. A., Sobell, M. B., Agrawal, S., Gavin, D. R., Leo, G. I., et
al. (1996). Fostering self-change among problem drinkers: A proactive community intervention. 4.56
Addictive Behaviors, 21(6), 817–833.

190
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Buat daftar keuntungan dan kerugian

PERILAKU

Alasan untuk berubah Alasan untuk tidak berubah

4.57

191
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Daftar keuntungan dan kerugian dari
perubahan perilaku (lanjutan)

Perilaku: Penggunaan narkoba


Perubahan (Keuntungan) Tidak berubah (Kerugian)
Keuntungan Keuntungan
-Kontrol terhadap diri sendiri meningkat -Lebih relaks
-Adanya dukungan dari keluarga dan -Mendapatkan kesenangan
teman -Tidak perlu memikirkan masalah
-Mengurangi masalah dalam pekerjaan
-Keuntungan dalam keuangan
-Meningkatkan kesehatan

Kerugian: Kerugian
-Meningkatnya stres dan kecemasan -Dijauhi okeh teman dan keluarga
-Merasa lebih depresi -Masalah keuangan
-Meningkatnya rasa bosan -Kehilangan pekerjaan
-Masalah tidur -Rusaknya hubungan pertemanan
-Meningkatknya risiko yang
mengancam kesehatan
4.58

Pertimbangan Keputusan: Daftar

 Daftar
tertulis akan membantu klien
mempertimbangkan berbagai faktor sebelum
mengambil keputusan untuk berubah
 Apabila daftar alasan untuk berubah lebih banyak
daripada tidak berubah maka akan membuat
klien berpikir untuk berubah
 Apabila daftar alasan untuk tidak berubah lebih
banyak daripada untuk berubah menunjukkan
seberapa besar usaha yang harus dilakukan

4.59

192
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Bukan Hanya Sekedar Angka

 Banyaknya butir di setiap kolom bukanlah satu


satunya hal yang penting
 Satu atau dua alasan untuk tidak berubah
dapat mengalahkan selusin alasan untuk
berubah

4.60

193
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Kepentingan Klien

 Alasanuntuk melanjutkan atau menghentikan


penggunaan narkoba bersifat sangat individual
 Faktor-faktoryang dapat menggeser keseimbangan
ke arah yang positif untuk seseorang mungkin tidak
berlaku untuk orang lain
 Alasan seringkali bersifat emosional daripada
rasional
 Nilai yang diberikan pada butir tertentu akan terus
menerus berubah

4.61

Pertimbangan Keputusan dan Nilai

 Pertimbangan keputusan akan membantu


klien dalam mengeksplorasi dan
memperlihatkan nilai-nilai mereka
 Nilai tercermin baik dari alasan untuk berubah
maupun tidak berubah
 Apabila klien dapat menempatkan proses
perubahan dalam konteks nilai yang lebih luas
dalam keluarga, masyarakat dan budaya
maka klien akan merasa lebih mudah untuk
mengambil keputusan berubah
4.62

194
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pertimbangan Keputusan: Rangkuman
Proses

 Memutuskan format yang akan dipakai


 Memperkenalkan latihan dan ajukan izin untuk
melanjutkan
 Menjelaskan format yang dipakai
 Menggunakan pertanyaan terbuka dan
mendengarkan aktif

4.63

195
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Pertimbangan Keputusan: Rangkuman
Proses (Lanjutan)

 Mulai dengan alasan meneruskan


penggunaan zat
 Minta klien untuk menceritakan apa yang
mereka suka dari penggunaan zat :
 Membina hubungan yang baik dengan klien
(rapport)
 Akan membuat klien secara spontan berbicara
mengenai kerugian menggunakan zat
 Sangat membantu klien yang masih dalam tahap
pra-kontemplasi
Source: Saunders, B., Wilkinson, C., & Allsop, S. (1991). Motivational intervention with heroin users attending a
methadone clinic. In: W. R. Miller & S. Rollnick (Eds.). Motivational interviewing: Preparing people to change 4.64
addictive behavior (pp. 279–292). New York: Guilford Press.

Pertimbangan Keputusan

 Tidak untuk semua orang!


 Apabila konselor masih mencoba untuk
mempertimbangkan pengambilan keputusan
pada klien yang sudah mengambil keputusan
untuk berubah, akan membuat klien menjadi
frustrasi atau tidak sabar

4.65

196
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan:
Pertimbangan Keputusan

 Pilih siapa yang akan menjadi konselor terlebih


dahulu
 Pilih kasus dari halaman sumber 4.4 atau kasus
personal dari peserta
 Pilih format yang akan digunakan (lihat lembar
power point 4.57 dan 4.58)
 Siapkan lembar kerja dan diskusikan
 Lakukan latihan pertimbangan keputusan
 Berganti peran dalam waktu 10 menit

4.66

197
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Rehat
15 menit

4.67

Latihan Kelompok Kecil: Bermain Peran


Gerak Lambat -Strategi untuk Berubah

 Instruksi: Halaman sumber 4.7

4.68

198
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Permainan Otak

4.69

199
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Halaman Penjelasan 4.1: Latihan Bantuan untuk Jenis
Karakteristik Klien dan Tahapan Perubahan

Pra-kontemplasi
 Belum mempertimbangkan mengenai perubahan;
 Belum sepenuhnya sadar akan masalah yang ada atau kebutuhan akan perubahan;
 Menunjukkan sikap marah atau keras kepala saat ada orang lain memperhatikan
mengenai masalahnya;
 Contoh kalimat yang diucapkan: “Tidak seburuk yang kamu bayangkan” ; dan
 “Saya hanya bersenang-senang saja”.

Kontemplasi
 Mempertimbangkan adanya hal-hal yang menjadi alasan untuk berubah yang
harus dipertimbangkan;
 Melihat alasan untuk melakukan perubahan dan alasan untuk tidak melalkukan
perubahan;
 Berpikir kemungkinan untuk berhenti atau mengurangi penggunaan dalam waktu
dekat;
 Mencari tahu informasi terkait mengenai gangguan penggunaan zat; dan
 Contoh kalimat yang diucapkan: “Saya tahu saya harus berhenti menggunakan
ganja, namun...”

Persiapan
 Mulai merencanakan perubahan;
 Berniat untuk berhenti secepatnya;
 Mencoba dengan melakukan perubahan kecil;
 Mulai membuat rencana;
 Mulai mencari informasi mengenai kelompok bantu-diri dan kelompok dukungan
pemulihan (seperti: pertemuan NA, dll);
 Contoh kalimat yang diucapkan: “Saya pasti bisa melakukannya, bila saya
mencoba..”

Aksi
 Memilih dan melakukan startegi untuk melakukan perubahan;
 Memiliki keyakinan bahwa ia mampu untuk mengubah perilaku dan lingkungannya;
 Mengembangkan rencana untuk menghadapi tekanan internal maupun eksternal,
yang dapat mencetuskan untuk menggunakan kembali (slip);

200
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Menerima pertolongan dan mencari dukungan dari orang lain;
 Pergi ke pertemuan bantu-diri dan kelompok dukungan pemulihan secara teratur;
dan
 Mengikuti sesi program terapi.

Rumatan
 Berusaha untuk tetap dalam kondisi abstinensia dan mencegah kekambuhan;
 Belajar untuk mengidentifikasi dan menjauhi situasi berbahaya, dan hal-hal lain
yang bisa menjadi pemicu;
 Mulai melakukan rutinitas baru dan berteman dengan teman yang bukan pengguna;
 Mengatisipasi situasi yang bisa menimbulkan kekambuhan dan mengembangkan
strategi koping; dan
 Membangun kembali hubungan atau relasi sosial.

Kekambuhan
 Mungkin memiliki tujuan yang tidak realistis;
 Mungkin menggunakan strategi yang tidak efektif untuk melakukan perubahan;
 Berada di lingkungan yang tidak mendukung terhadap keberhasilan perubahan;
 Kembali ke tahapan awal perubahan; dan
 Merasa terpuruk dan mungkin ada rasa putus asa akan kemampuan untuk
melakukan perubahan.

201
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Halaman Penjelasan 4.2: Strategi Motivasi yang Sesuai
untuk Tiap Tahapan Perubahan

Pra-kontemplasi
Klien belum merasa perlu untuk berubah, tidak bersedia maupun tidak mampu untuk
melakukan perubahan.
 Membina rapor dan membangun kepercayaan;
 Meningkatkan keraguan atau perhatian klien akan pola penggunaan narkoba
dengan mengeksplorasi peristiwa yang membawa klien untuk terapi atau pada
hasil terapi sebelumnya;
 Kembangkan persepsi klien akan masalah;
 Tawarkan informasi terkini tentang risiko penggunaan narkoba;
 Berikan umpan balik personal tentang hal-hal yang ditemukan pada evaluasi;
 Kembangkan aspek keuntungan dan kerugian dari penggunaan narkoba;
 Bantu dengan intervensi dari seseorang yang bermakna;
 Eksplorasi perbedaan antara persepsi klien dan orang lain tentang masalah
perilaku; dan
 Tunjukkan perhatian dan tetap membuka kesempatan untuk klien.

Kontemplasi
Klien memiliki perhatian dan mempertimbangkan akan kemungkinan untuk melakukan
perubahan, namun ia masih memiliki ambivalensi dan ketidakpastian
 Netralkan ambivalensinya;
 Bantu klien untuk melihat skala keseimbangan pengambilan keputusan untuk
berubah, dengan membantu klien mempertimbangkan kerugian – keuntungan
dari penggunaan narkoba dan proses perubahan;
 Periksa nilai personal klien terkait dengan perilaku dan perubahan;
 Tekankan mengenai tanggungjawab, kemampuan untuk berubah dan hak klien
dalam menentukan pilihan;
 Timbulkan pernyataan motivasi diri (self-talk; komunikasi intra-personal) yang
menunjukkan niat dan komitmen dari klien
 Timbulkan persepsi klien tentang rasa percaya dirinya dan harapan klien terkait
terapi; dan
 Rangkum pernyataan motivasi diri klien.

202
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Preparasi
Klien berkomitmen dan merencanakan membuat perubahan dalam waktu dekat,
namun masih mempertimbangkan untuk melakukannya.
 Klarifikasi tujuan dan strategi melakukan perubahan dari klien;
 Tawarkan pilihan-pilihan untuk melakukan perubahan atau mengakses terapi;
 Dengan persetujuan klien, tawarkan saran dan keahlian;
 Negosiasikan perubahan (terapi), penyusunan rencana dan kontrak perilaku;
 Bantu klien membuat daftar dukungan sosial;
 Eksplorasi harapan dan peran klien dari terapi;
 Gali informasi dari klien mengenai hal-hal yang pernah membantunya di waktu
yang lalu, atau orang lain yang mengetahuinya;
 Bantu klien untuk bernegoisasi mengenai masalah keuangan, perawatan anak,
pekerjaan, transportasi atau situasi lainnya yang dapat menjadi hambatan; dan
 Biarkan klien memberitahukan rencana perubahan pada orang sekitarnya.

Aksi
Klien secara aktif sudah melakukan langkah-langkah untuk perubahan, namun belum
mencapai tahap stabil.
 Libatkan klien dalam terapi dan tekankan pentingnya bertahan di dalam pemulihan;
 Dukung perubahan yang realistis melalui langkah-langkah kecil secara bertahap;
 Memberikan pemahaman akan kesulitan yang biasanya muncil di dalam fase awal
perubahan;
 Membantu klien dalam menemukan dorongan baru dari perubahan yang positif;
dan
 Membantu klien menilai apakah dia memiliki keluarga dan dukungan sosial yang
kuat.

Rumatan
Klien sudah dalam kondisi abstinensia dan terus berusaha untuk mempertahankannya.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi dan memberikan contoh kesenangan tanpa
menggunakan narkoba (nonton dvd, bermain sepeda, dll);
 Dukung untuk melakukan perubahan dalam pola hidup;
 Teguhkan (berikan afirmasi) tekad dan efikasi-diri klien;

203
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
 Bantu klien berlatih menggunakan strategi koping barunya untuk menghidari
kekambuhan kembali (relapse);
 Jaga kontak yang mendukung (misalnya dengan menjelaskan pada klien bahwa
kita dapat berbincang lebih luas lagi di luar sesi);
 Kembangkan rencana yang secara cepat dapat menjadi sebuah aksi, bila klien
kembali menggunakan narkoba; dan
 Bahas tujuan jangka panjang dengan klien.

Kekambuhan
Klien mengalami gejala-gejala kekambuhan dan saat itu harus menghadapi
konsekuensinya, dan memutuskan apa yang harus dilakukan setelah itu.
 Bantu klien untuk kembali ke siklus perubahan dan tekankan pada niat klien untuk
melakukan perubahan secara positif;
 Eksplorasi makna dan realitas dari kekambuhan sebagai suatu pembelajaran;
 Tuntun klien dalam menemukan alternatif dari strategi koping; dan
 Menjaga kontak yang mendukung dengan klien.

204
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 4.3: Membangkitkan Pembicaraan
Mengenai Perubahan

Ajukan Pertanyaan yang Evokatif (menggugah, membuat dia


berpikir, dll)
Pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, sehingga jawaban yang timbul akan berupa
pembicaraan yang mengarah ke perubahan. Misalnya:
 Mengapa kamu ingin membuat perubahan ini ?(keinginan);
 Bagaimana kamu bisa menjalaninya sehingga bisa berhasil? ( kemampuan);
 Apa tiga alasan kamu yang paling kuat sehingga mau melakukan ini? (Alasan);
 Seberapa penting perubahan ini untuk kamu? (kebutuhan);
 Bagaimana kamu yakin, kamu bisa melakukan semua ini? (komitmen).

Minta untuk Dijabarkan (Elaborasi)


Ketika pembicaraan mengarah ke tema yang bermakna, tanyakan lebih rinci seperti:
 Dalam segi apa?
 Ceritakan lebih lanjut.
 Apa yang kamu pikirkan tentang hal itu?

Mengingat Kembali
Tanyakan mengenai waktu, seperti:
 Apakah kamu ingat kapan hal itu terjadi...?
 Bagaimana situasi yang kamu alami sebelum ...?

Melihat ke Depan
Tanyakan kemungkinan apa yang akan terjadi apabila rencana berjalan sesuai dengan
harapan, seperti
 Apabila kamu sukses 100% dalam membuat perubahan seperti yang kamu
inginkan, apa yang kemudian menjadi berbeda dalam hidup kamu?
 Apa yang kamu harapkan berbeda dalam hidup kamu?
 Kehidupan seperti apa yang kamu harapkan dalam 5 tahun ke depan?

Pertanyaan yang Esktrem


 Hal terburuk apa yang akan terjadi bila kamu tidak bisa membuat perubahan ini?
 Hasil terbaik apa yang dapat kamu bayangkan apabila...?

205
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Eksplorasi Tujuan dan Nilai
Tanyakan nilai-nilai yang klien anut. Apa yang ia inginkan dalam hidupnya? Menggunakan
kartu tentang nilai-nilai dapat membantu. Halaman penjelasan 4.5 memberikan banyak
informasi bagaimana menilai dan menggunakan kartu tersebut.
 Tanyakan bagaimana kaitan perilaku menggunakan narkoba dengan nilai dan
tujuannya. Apakah hal itu membantunya menyadari tujuan dan nilai, terganggu
dengan hal itu atau hal itu tidak berhubungan?

Munculkan Ketidaksetujuan Dalam Berbagai Cara (Come along side)


Ungkapkan secara langsung sisi negatif (status-quo yang terjadi saat itu) dari ambivalensi,
untuk mendorong klien tidak setuju dengan anda dalam berbagai cara, seperti :
 Tampaknya sangat penting untuk kamu sehingga kamu tidak mau
menyerah, tidak peduli apapun konsekuensi yang akan terjadi.
 Mungkin kamu benar: kamu hanya tidak mampu untuk mengatakan tidak kepada
saudara kamu.

206
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 4.4: Skenario-Skenario Klien

Skenario 1: Sharon
Sharon berusia 19 tahun, single, dan sedang hamil. Ia sudah menyelesaikan sekolah
menengah atas dan mulai masuk kuliah. Sharon datang dari keluarga baik baik, ayahnya
memiliki usaha kelontong dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Sharon memiliki
saudara perempuan yang sudah lulus kuliah dan saat ini sedang berada di Inggris
untuk melanjutkan pendidikan bersama suaminya.

Walaupun Sharon memiliki prestasi yang baik di sekolah, namun ia memilik rasa percaya
diri yang rendah karena selalu dibandingkan dengan kakak perempuannya, yang selalu
menjadi siswa yang berperstasi dan sangat terkenal di sekolah. Sharon juga memiliki
masalah dengan episode depresi ringan.

Duat tahun lalu, Sharon mulai mengenal metamfetamin dan obat lainnya oleh pacarnya,
Jamal. Setelah mengenal Jamal dan obat-obatan tersebut, ia mulai bolos sekolah dan
pulang malam. Orangtuanya berusaha untuk mendorongnya untuk menyelesaikan
studinya. Mereka juga tidak menyetujui hubungan Sharon dengan Jamal, dan memaksa
Sharon untuk memutuskannya. Sehingga Sharon memutuskan untuk kabur dari rumah
dan terus menggunakan narkoba. Dia tinggal bersama Jamal, namun hubungan
mereka selalu bermasalah, sehingga ia pindah ke tempat tinggal temannya yang juga
menggunakan narkoba.

Sharon mulai melakukan pencurian di toko dan dari teman-temannya, sehingga ia


tertangkap polisi.Pada kejadian itu, orangtuanya berhasil membantu Sharon, dan
mengirimnya ke program terapi residensial. Walaupun ia setuju untuk dikirimkan ke
tempat terapi tersebut namun ia merasa marah kepada orangtuanya dan resisten
terhadap terapi. Sharon mengetahui dirinya hamil setelah 1 minggu di dalam terapi.
Ia berhasil mengubungi Jamal, namun Jamal mengatakan ia tidak ingin tahu tentang
bayi tersebut.

Sharon marah terhadap Jamal, namun ia juga merasa sedih dan takut.

Skenario 2: Fazel
Fazel berusia 43 tahun dan menikah dengan 3 orang anak. Ia bekerja di bidang
agrikultral dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di lapangan.
Istinya seorang guru dan anak-anaknay sibuk di sekolah tiap hari.

Fazel mulai menggunakan narkoba 10 tahun yang lalu diawali dengan merokok ganja.
Rokok tersebut diberikan oleh teman kerjanya, dan mengatakan rokok tersebut
membuatnya bisa lebih santai setelah seharian bekerja. Fazel mulai menggunakan
ganja secara rutin. Setelah beberapa bulan, ia mulai mengenal heroin dan mulai
menggunakan heroin secara rutin.

Fazel tetap bisa bekerja bertahun-tahun, karena supervisi yang kurang ketat. Setahun
yang lalu, ia mulai sering bolos bekerja dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Ia
207
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
mencuri uang istrinya dan meminjam dari keluarga serta teman-temannya untuk
membeli narkoba. Sejak itu ia dan istrinya selalu bertengkar setiap hari.
Fazel merasa sedih, dan ia tidak mau kehilangan keluarganya, namun ia berpikir ia
tidak mampu menghentikan penggunaan heroin. Dia merasa teman-temannya yang
juga menggunakan narkoba sebagai satu satunya komunitas yang tidak pernah
membencinya.

Skenario 3: Ha
Ha berusia 25 tahun, saat ini tinggal menggelandang bersama teman-temannya. Dia
bekerja sebagai pekerja seksual sejak berusia 16 tahun. Ibunya juga pekerja seksual
dan meninggal 1 tahun yang lalu karena AIDS. Ia sudah menggunakan narkoba sudah
bertahun-tahun dan mulai menggunakan heroin sejak 2 tahun yang lalu. Ia biasa
menyuntikkan heroin yang dicampur dengan kokain sebelum bekerja. Kematian ibunya
membuatnya ketakutan, namun ia belum berani untuk test HIV. Ia masih ambivalen
untuk tes HIV, di satu sisi ia merasa perlu untuk tes HIV, namun di sisi lain ia takut
menghadapi kenyataan.

Sebelum Ha menggunakan heroin, ia mampu menyewa ruang kecil dan meminta


bayaran yang tinggi untuk layanan yang ia berikan. Namun sejak ia mneggunakan
narkoba secara berlebihan, induk semangnya memecatnya dan sekarang ia bekerja
di jalan untuk mendapatkan narkoba dan uang. Semua uang yang didapat digunakan
untuk mendapatkan narkoba sehingga ia tidak bisa menyewa tempat tinggal. Ha sudah
beberapa kali ditangkap dan seringkali sakit.

Ha mulai mendatangi pusat terapi. Ia mengatakan kepada konselor bahwa ia merasa


lelah, tua dan kesepian dan ingin berhenti menjadi pekerja seksual, namun ia tidak
yakin bisa memiliki kemampuan untuk bekerja di bidang lain. Ia tidak bisa mempercayai
secara penuh staf dari tempat terapi atau relawan dan merasa putus asa. Namun, ia
masih terus mengunjugi tempat terapi.

Skenario 4: Tristan
Tristan, 27 tahun dan belum menikah. Ia mulai merokok ganja saat berusia 17 tahun dan
mulai merokok setiap hari. Ia bekerja serabutan namun tidak pernah berkerja dalam
jangka yang lama untuk 1 pekerjaan.Dua tahun yang lalu, Tristan diperkenalkan untuk
menyayat kulitnya kemudian dimasukkan heroin oleh teman sekerjanya di restoran
tempatnya bekerja. Awalnya ia hanya ingin mencoba terus berlanjut sampai beberapa
bulan, namun kemudia beralih dengan menyuntik.

Tristan tinggal bersama ibu, 3 orang saudara kandung dan neneknya. Ketika ia mulai
menggunakan heroin, ia diusir oleh ibu dan neneknya. ia mulai menginap di rumah
temannya atau menyewa kamar murah saat ia sudah mulai bekerja. 8 bulan yang lalu, ia
tertangkap karena mencuri dan kemudian menjalani program terapi komunitas selama
6 bulan. Ia berperilaku baik dan bisa abstinensia. Dua bulan yang lalu, ia kembali dari
terapi. Tristan kembali tinggal bersama ibunya.

Semua perilaku Tristan diawasi oleh ibu dan tentangganya. Neneknya tidak mau
berbicara dengannya karena sudah dianggap memalukan keluarga. Ia mengalami

208
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan karena semua orang di komunitasnya sudah
mengetahui riwayatnya. Ia berpikir untuk menggunakan heroin lagi dan menemui
teman-teman lamanya. Pikirnya “kenapa tidak? sekarang pun semuanya sudah
berantakan” Tristan mendiskusikan perasaan kecewanya karena neneknya tidak mau
bicara dengannya. Ia sangat dekat dengan neneknya.

209
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Halaman Penjelasan 4.5: Kartu Nilai-Nilai Personal

Kartu nilai personal merupakan alat yang dikembangkan oleh William Miller dan
rekan-rekannya, untuk membantu konselor, dalam membantu klien memperjelas
(mengeskplorasi) nilai-nilai dirinya, untuk kemudian menghubungkan perilaku saat ini
dengan nilai-nilainya tersebut.

Kartu tersebut dapat diakses di :


http://motivationalinterview.net/library/valuescardsort.pdf

Dalam menggunakan kartu tersebut, konselor memberikan kartu dengan kategori:


 Sangat penting untuk saya
 Penting untuk saya
 Tidak penting untuk saya
Selanjutnya, konselor meminta klien melihat semua kartu tentang nilai-nilai dan
meletakknya pada kartu kategori yang sesuai.

Setelah klien menyusun semua kartu, konselor meminta klien untuk mengurutkan kartu
dalam kategori “sangat penting untuk saya”, dari yang paling penting sampai yang
kurang penting.

Konselor dapat meminta klien untuk mengelaborasi nilai-nilai yang paling penting
sehingga dapat membantu konselor mengerti pentingnya nilai-nilai tersebut, misalnya:
 “Jelaskan mengapa nilai ini sangat penting buat kamu”
 “Pengalaman apa yang mungkin mempengaruhi kamu untuk menganut nilai-nilai
ini?”
 “Bagaimana peran nilai-nilai ini dalam hidup kamu?”
 Proses ini dapat membangkitkan percakapan tentang perubahan. Pada akhirnya,
konselor juga dapat membangkitkan percakapan tentang perubahan, dengan
menanyakan klien bagaimana keterkaitan penggunaan narkoba dengan nilai-nilai
yang ia anut.

210
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 4.6: Ukuran Kesiapan

Tidak Siap Sangat Siap


Tidak Penting Tidak Yakin Sangat Penting
Tidak Percaya Diri Sangat Percaya Diri

Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan


211
Halaman Penjelasan 4.7: Instruksi Bermain Peran dalam
Gerak Lambat

Pendahuluan
Perlu diingat bahwa pada latihan ini peran konselor dimainkan oleh 2 orang yang bekerja
dalam 1 tim dalam menghadapi klien. Pada pelatihan ini, anda akan mempraktekkan
penggunaan strategi untuk melakukan perubahan yang telah kita pelajari pada
modul ini. Dua konselor ini akan mengembangkan strategi atau memberikan respon
menggunakan satu atau lebih strategi.

Pada kegiatan bermain peran mendengarkan reflektif ini, anda akan secara bergantian
memainkan 3 peran:
 klien
 konselor (2 orang) dan
 observer (orang yang tersisa di kelompok kecil)

Instruksi
Pilih dan tentukan siapa yang akan memainkan masing-masing peran terlebih dahulu.
Peserta yang akan menjadi klien harus:

 Lihat halaman rujukan 4.2 dan pilih peran yang ada. Pilihan lain adalah menciptakan
kisah sendiri;
 Ambil waktu sejenak untuk merencanakan pendekatan terhadap perannya; dan
 Mainkan peran secara realistik, berdasarkan pengalamannya.
 Peserta yang memerankan konselor harus:
 Memutuskan siapa yang akan menajdi juru bicara;
 Memutuskan strategi yang akan dilakukan; dan
 Mempertimbangkan sebelum melakukan respon kepada klien (slow motion part).

Peserta yang menjadi pengamat harus:


 Amati efek dari strategi yang dilakukan oleh tim; dan
 Mencoba mengidentifikasi strategi-strategi yang digunakan oleh tim.
Bermain peran harus berlangsung tidak lebih dari 5 menit. Ketika bermain peran telah
selesai, anda dan tim kemudian mendiskusikan proses yang barusan dilakukan di
kelompok kecil anda.

Konselor menerangkan:
 Bagaimana pengalaman dari kegiatan yang telah dilakukan;

212
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Bagian apa yang berjalan dengan baik; dan
 Bagian apa yang berjalan kurang baik atau hal-hal yang harus diubah kemudian
hari

Peserta yang berperan menjadi klien berbagi pengalaman mengenai:


 Pengalaman yang ia dapatkan;
 Apa yang dirasakan berjalan dengan baik; dan
 Hal-hal yang perlu diperbaiki.

Peserta yang berperan menjadi pengamat berbagi pengalaman mengenai:


 Observasi proses yang telah berlangsung

 Strategi yang diamati

 Hal-hal yang berjalan dengan baik

 Hal-hal yang perlu diperbaiki


Setelah anda menyelesaikan bermain peran pertama, berganti peran dan mulai kembali.
Bermain peran ini akan terus berlanjut sampai semuanya mendapatkan giliran. Kita
memiliki banyak waktu untuk latihan ini.

213
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
Modul 4—Tahapan dan Strategi untuk Mencapai
Perubahan, Ringkasan

Pendahuluan
 Terapi dan pemulihan sangat terkait dengan perubahan., sehingga dibutuhkan
strategi perubahan yang khusus sangat penting, apapun model terapi atau
pendekatan yang anda lakukan.
 Tahap-tahap perubahan meliputi prekotemplasi, kotemplasi, persiapan, aksi
rumatan dan kekambuhan. Karakteristik klien pada tiap tahap ada di halaman
rujukan 4.1.
 Seperti yang kita pelajari pada kurikulum 2, perubahan bukan proses yang lurus,
dan klien dapat bergerak ke depan dan ke belakang, termasuk kekambuhan,
sebelum mereka stabil di tahap pemulihan atau rumatan.

Tahap-tahap perubahan dan dukungan motivasi


 Ambivalensi, atau memiliki konflik pada pikiran dan perasaan, merupakan
merupakan bagian dari proses perubahan.
 Klien (dan konselor) harus mengetahui bahwa ambivalensi merupakan hal yang
normal terjadi.
 Setiap tahap memiliki ambivalensi tersendiri, atau konflik motivasi, dan dibutuhkan
beragam jenis dukungan motivasi yang berbeda bagi klien di setiap tahapannya.
 Walaupun tidak semua orang di dalam fase prakotemplasi mengalami ambivalensi,
namun banyak orang mengalaminya. Misalnya, walaupun mereka percaya bahwa
tidak ada masalah atau alasan untuk menemui konselor, mereka juga termotivasi
untuk menyenangkan pasangannya.
 Klien dalam tahap prakontemplasi biasanya:
• Belum mempertimbangkan untuk melakukan perubahan;
• Biasanya belum belum mau atau belum mampu untuk melakukan perubahan;
dan
• Membutuhkan bantuan untuk memunculkan kesadaran, sebelum mereka
mempertimbangkan perubahan.
 Pada tahap kontemplasi, konflik motivasi yang terjadi adalah untuk melakukan
perubahan atau tidak melakukan perubahan.
 Sebagai contoh, klien dapat melihat alasan untuk berubah namun juga ia melihat
alasan yang baik untuk tidak berubah. Klien dapat berpikir “Saya tahu saya akan
lebih baik bila berhenti menghisap ganja, namun saya bisa kehilangan teman-
teman bila saya melakukannya dan saya tidak bisa menikmati kesenangan lagi”.
 Klien dalam tahap kotemplasi merasa penasaran apakah ia bisa berubah. Misalnya:
“Saya merasa baik dengan menetapkan waktu kapan berhenti, namun saya tidak
yakin bisa melewatinya”.

214
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Klien dalam tahap kotemplasi membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan
ambivalensinya dan memilih perubahan yang positif. Mereka membutuhkan
bantuan untuk dapat “menggeser keseimbangan motivasi”nya. Mereka juga
butuh bantuan untuk mengembangkan keyakinan akan kemampuan mereka untuk
berubah.
 Klien dalam tahap persiapan mungkin sangat siap untuk berubah namun tidak
yakin dengan cara yang terbaik yang harus dipilihnya. Misalnya “Saya tahu saya
harus berubah, namun saya tidak mampu memikirkannya lagi. Apa selanjutnya?”
• Kemana saya harus pergi?
• Apa yang harus saya lakukan?
• Bagaimana saya dapat menemukan orang yang dapat membantu saya?
 Klien dalam tahap persiapan membutuhkan bantuan untuk mengidentifikasikan
strategi-strategi perubahan yang potensial dan memilih strategi yang sesuai
dengan kondisi mereka. Mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan
perubahan, mengevaluasi kemampuan mereka untuk berubah, dan menilai
ketrampilan mereka.
 Klien dalam tahap aksi mungkin sudah melakukan semua hal dengan benar,
namun kadang kala masih ada keinginan untuk menggunakan narkoba. Misalnya:
“Berhenti menggunakan kokain untuk 3 minggu ini membuat saya berasa lebih
baik, tapi ada bagian dari diri saya yang ingin mendorong untuk merayakannya
dengan memakai lagi”
 Tahap aksi membutuhkan komitmen dan usaha yang keras, dan motivasi klien
akan hilang dan muncul (naik-turun). Sebagai contoh, klien secara antusias akan
mengikuti sesi terapi dan kelompok bantu diri selama berminggu-minggu, lalu
kemudian mulai menanyakan “Apakah semua hal ini berarti buat saya?”
 Klien dalam tahap aksi membutuhkan bantuan untuk memilih strategi untuk
menjalani perubahan, menjalani strategi dan belajar bagaimana mencegah atau
mengurangi kekambuhan (relapse prevention). Mereka juga harus mengerti
bahwa ambivalensi adalah sesuatu yang normal, ketika mereka merasa ingin
menggunakan narkoba lagi bukan berarti mereka telah gagal untuk berubah.
Klien di fase ini membutuhkan afirmasi untuk meneruskan usahanya.
 Klien dalam tahap rumatan harus membuat keputusan tentang pola hidup. Mereka
seringkali harus sering untuk mencari teman-teman baru dan menghabiskan
waktu berkualitas bersama dengan keluarga. Aktivitas yang mereka nikmati sambil
memakai narkoba dapat menjadi pemicu, sehingga harus diubah
 Sebagai contoh, “Saya tahu saya tidak bisa bermain bola dengan teman-teman
lama saya, tapi saya sangat merindukannya”, atau “Saya tidak boleh berada dekat
kakak saya saat dia ketika dia sedang pakai, namun sukit sekali untuk mengatakan
tidak padanya”.
 Klien dalam tahap rumatan harus mulai membicarakan pilihan tentang tujuan
hidup, termasuk melepaskan pilihan-pilihan sebelumnya. Pilihan seperti ini sulit
dan dapat menimbulkan konflik motivasi, seperti “Lihat semua kegagalanku. Jadi
apa gunanya meneruskan pemulihan?”

215
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
 Klien dalam tahap rumatan membutuhkan pengembangan ketrampilan baru,
hubungan sosial dan aktivitas untuk mempertahankan pemulihan tanpa
menggunakan narkoba. Mereka membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
perubahan yang sudah terjadi di tahap aksi. Mereka juga membutuhkan bantuan
untuk beradaptasi dengan segala kegagalan dan mulai membentuk tujuan hidup.
 Klien yang mengalami kekambuhan, kembali ke tahap perubahan awal,
sehingga dapat menimbulkan konflik motivasional. Namun yang tersering adalah
“Apakah saya mau mencoba lagi atau tidak?” atau “Apakah saya mampu untuk
mempertahankan pemulihan?”
 Klien yang mengalami kekambuhan membutuhkan bantuan untuk pemulihan
secara cepat dan merangkum hal-hal yang sudah dilewati pada proses perubahan.
Pemulihan bukanlah suatu jalur yang lurus dan mudah diperkirakan!
 Strategi motivasional yang sesuai untuk tiap tahap perubahan lebih dijelaskan lagi
pada halaman rujukan 4.2.

Strategi untuk melakukan perubahan—Memulai


Pembicaraan untuk melakukan perubahan
 Memulai berarti mengajak klien untuk berbicara; Memulai pembicaraan untuk
melakukan perubahan artinya konselor menggunakan strategi-strategi tertentu
agar klien dapat mengungkapkan alasan-alasan untuk berubah, dan mendukung
ketika pembicaraan itu terjadi.
 Ketika klien melakukan argumen lebih banyak daripada konselor, maka:
• Semakin besar keyakinannya bahwa perubahan itu dibutuhkan;
• Semakin kuat komitmennya; dan
• Semakin besar kemungkinan ia melakukan perubahan.
 Akronim DARN-C1 membantu konselor untuk melihat jenis-jenis dari pembicaraan
perubahan:
• Keinginan untuk berubah (Desire)
• Kemampuan untuk berubah (Ability)
• Alasan untuk berubah (Reason)
• Kebutuhan untuk berubah (Need)
• Komitmen untuk berubah (Commitment)
 Kuatnya keinginan untuk berubah (Desire) tergambar pada pernyataan yang
diucapkan oleh klien, misalnya:
• Saya pikir saya ingin untuk . . .;
• Saya berharap . . .; dan
• Saya sangat ingin untuk . . ..
 Kemampuan (Ability) klien tergambar dari pernyataannya tentang kemampuan
diri, misalnya:
• Saya pikir saya mampu untuk . . .; dan
• Saya mampu . . .
1 Amrhein, P. C., Miller, W. R., Yahne, C. E., Palmer, M., & Fulcher, L. (2003). Client commitment language during motivational interviewing
predicts drug use outcomes. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 71(5), 862–878

216
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Saya dapat melakukan . . ..
 Pernyataan klien tentang alasan untuk berubah (Reason) menggambarkan adanya
argumen yang khusus untuk perubahan, misalnya:
• Saya tahu saya akan merasa lebih baik bila saya . . .;
• Hubungan saya dan suami akan membaik bila saya . . .; dan
• Saya tidak perlu terlalu khawatir tentang________bila saya . . ..
 Kebutuhan (Need) untuk berubah akan tergambar melalui pernyataan klien
tentang adanya perasaan bahwa ia memiliki kewajiban untuk berubah, misalnya:
• Saya harus . . .;
• Saya sangat butuh untuk . . .; dan
• Saya musti . . ..
 Komitmen tergambar dari pernyataan klien tentang langkah-langkah yang akan
mereka ambil untuk melakukan perubahan. Terdapat 2 tingkat pernyataan tentang
komitmen:
• Niat atau pernyataan komitmen tingkat rendah; dan
• Pernyataan komitmen tingkat tinggi.
 Niat atau pernyataan komitmen tingkat rendah meliputi:
• Saya harap untuk . . .;
• Saya merencanakan untuk . . .; dan
• Saya akan mencoba untuk . . ..
 Pernyataan komitmen tingkat tinggi:
• Saya akan . . .;
• Saya mau . . .; dan
• Saya berjanji pada suami saya kalau saya akan . . ..
 Miller dan Rollnick mengidentifikasi 10 cara untuk memulai pembicaraan
perubahan:
• Dimulai dengan pertanyaan terbuka: “Kehidupan apa yang kamu inginkan
dalam 5 tahun mendatang?”
• Elaborasi:”Seperti apa rasanya?” atau “Coba ceritakan lebih lanjut?”
• Minta klien memberikan contoh: “Bagaimana kamu bisa melakukannya?” atau
“Coba kamu berikan contoh tentang hal itu”.

217
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
• Melihat pengalaman masa lalu: “Kapan terakhir kamu sukses melakukan
perubahan?“
• Melihat ke depan: “Bagaimana kamu tahu, kalo kamu akan sukses dalam
melakukan perubahan ini?”
• Pertanyaan yang agak ekstrim: “Apa hasil terbaik yang dapat kamu bayangkan
apabila kamu melakukan perubahan?”
• Gunakan ukuran kesiapan klien: “Dari 4 sampai 8, dimana letak kesiapan anda?”
(akan dibahas lebih lanjut mengenai ukuran kesiapan di modul ini).
• Pertimbangkan keuntungan dan kerugian (keseimbangan keputusan): “Apa
yang kamu suka dari kehidupanmu sekarang?”
• Eksplorasi tujuan dan nilai: “Ceritakan mengenai apa yang terpenting dalam
hidup kamu saat ini?”
• Persuasi: “Mungkin penggunaan narkoba kamu terlalu penting bagi kamu
untuk berhenti”
 Point terakhir bukanlah pertanyaan namun pernyataan yang dapat memulai
pembicaraan tentang perubahan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai strategi
yang paradoksal (“Oh…Saya tidak mengatakan hal itu penting”) atau dapat
dihubungkan dengan relasi (“Kamu terlihat mengerti apa yang saya maksud”).
 Ketika anda mendengarkan pembicaraan tentang perubahan, jangan hanya diam
saja!! Kita akan melihat ada 4 cara berespon, yang diwakili oleh EARS:
• Explore (eksplorasi);
• Affirm (afirmasi);
• Reflect (refleksi); dan
• Summarize (rangkuman).
 Hal-hal diatas terlihat sudah dipahami. Kita telah membicarakan dan mempraktekan
afirmasi, refleksi dan rangkuman. Mari kita lihat bagaimana respon-respon ini
terkait dengan pembicaraan perubahan
 Kita telah berbicara mengenai eksplorasi juga, dalam bentuk pertanyaan terbuka.
Ketika konselor mendengarkan pembicaraan perubahan, ia dapat bertanya pada
klien untuk mengelaborasi:
• Jelaskan lebih lanjut bagaimana kamu melihat keadaan tersebut
• Apa hal lainnya?
• Menurut anda apa yang akan terjadi bila ____?
• Dapatkah kamu memberikan contoh?
 Kalau anda perhatikan pertanyaan diatas mirip dengan pertanyaan saat memulai
pembicaraan mengenai perubahan, yang memberikan kesempatan bagi klien
untuk berpikir lebih dalam dan mengekspresikan pikiran positif untuk berubah
218
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Afirmasi artinya mengekspresikan persetujuan, apresiasi atau dukungan serta
membangkitkan pembicaraan perubahan. Misalnya:
• Saya pikir hal itu bagus sekali....;
• Wow—langkahmu sudah jauh sekali;
• Saya yakin kamu dapat melakukannya; dan
• Itu adalah penyataan yang sangat inspiratif.
 Kita telah membicarakan tentang refleksi. Mendengarkan reflektif merupakan respon
yang umum dilakukan pada pembicaraan perubahan. Konselor merefleksikan
pernyataan positif tentang perubahan yang kemudian dapat ditangkap oleh klien
dengan perpekstif yang berbeda dan kemudian ia menyetujuinya.
 Pembicaraan perubahan juga dapat dijadikan bentuk rangkuman:
• Kamu terlihat serius untuk melanjutkan terapi. Kamu pernah berbicara mengenai
________dan _______, dan kamu memiliki rencana untuk _______
• Pada sesi kelompok tadi, kamu mengatakan beberapa hal yang membuat saya
berpikir kamu sudah mulai mempertimbangkan untuk membuat beberapa
perubahan, misalnya _____________
 Ukuran kesiapan diciptakan oleh Stephen Rollnick, salah satu penggagas
wawancara motivasional.
 Ukuran kesiapan merupakan alat yang dapat digunakan untuk banyak tujuan yang
dapat digunakan dengan cara yang berbeda dan tujuan yang berbeda dalam
terapi dan pemulihan. Ukuran kesiapan dapat juga disebut dengan ukuran seberpa
penting atau ukuran keyakinan karena ia dapat digunakan untuk mengukur dan
menstimulasi diskusi tentang:
• Kesiapan klien untuk berubah;
• Tingkat keyakinan klien untuk membuat perubahan; dan
• Seberapa besar keyakian klien akan pentingnya perubahan.
 Penggunaan skala ukuran (readiness ruler) sangat efektif untuk memulai
pembicaraan perubahan.
 Pertama kali lihat kesiapan klien. Kita telah membicarakan strategi yang sesuai
untuk tiap tahapan perubahan. Untuk menggunakanya secara efektif, maka anda
perlu mengetahui dimana posisi (kondisi) proses atau tahapan perubahan klien
saat ini.
 Kesiapan merupakan konsep yang fundamental dari pendekatan motivasional.
Suatu hal yang penting untuk mengetahui seberapa besar kesiapan klien untuk
berubah atau mempelajari ketrampilan baru dalam banyak situasi
 Menggunakan ukuran kesiapan merupakan hal yang mudah namun tidal sederhana,
karena merupakan suatu proses.

219
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
 Pertama, konselor menunjukkan ukuran kepada klien dan menjelaskan skala yang
digunakan. Konselor menanyakan kepada klien seberapa ia siap untuk membuat
perubahan yang spesifik. Misalnya “Dari skala 1 sampai 10, dimana 1 berarti
tidak siap sama sekali, dan 10 sangat siap, berapa kira-kira kesiapan kamu untuk
membicarakan mengenai abstinensia?”
 Dalam hal ini sangat penting untuk lebih spesifik dan bukan secara umum saja.
Menanyakan pertanyaan umum seperti “Seberapa besar kesiapan kamu untuk
berubah?” tidak akan memberikan tingkat kepentingan informasi yang sama. Klien
seringkali ingin membuat satu perubahan namun tidak ingin membuat perubahan
yang lainnya.
 Selanjutnya, konselor akan mengelaborasi:
• Apa alasan kamu memilih angka itu?”
• “Saya penasaran: kenapa kamu memilih angka 6 sebagai kesiapan kamu, dan
bukan 5 atau 7?”
• “Wow…kamu menetapkan angka 9 sebagai tingkat kesiapanmu! Coba kamu
jelaskan kenapa kamu berpikir kalau kamu sangat siap untuk perubahan ini”
 Mengajukan pertanyaan elaborasi dapat memancing timbulnya pembicaraan
tentang perubahan, dimana konselor dapat membangkitkannya.
 Langkah selanjutnya adalah melihat ke masa depan dan menstimulasi ide-ide
tentang hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan keyakinan klien. Misalnya “Kira-
kira hal apa saja yang dapat membuat kamu bergerak ke arah angka yang lebih
tinggi?” atau “Menurut kamu apa yang membuat kamu merasa lebih siap dalam
proses ini?”
 Setelah konselor mengetahui tingkat kesiapan klien untuk perubahan, maka
kemudian dapat dilakukan model intervensi secara individual, misalnya:
• Bagi klien yang mengukur bahwa diri mereka “Tidak siap”(0 sampai 3): Berikan
perhatian, informasi, dukungan dan lakukan tindak lanjut
• Bagi klien yang mengukur bahwa diri mereka “Tidak yakin” (4 sampai 7):
Eksplorasi aspek positif dan negatif dari proses perubahan yang dialami klien
• Bagi klien yang mengukur bahwa diri mereka “Siap” (8 sampai 10): Bantu klien
untuk merencanakan aksi, identifikasi sumber daya yang ada dan harapannya
 Konselor juga dapat melakukan pengukuran tentang kesiapan setiap waktu,
karena kesiapan klien dapat berubah-ubah seiring dengan waktu, jadi penting
untuk mengukurnya sewaktu-waktu, misalnya:
• Bulan lalu kamu mengatakan nilai kesiapan kamu 4 namun hari ini menjadi 9.
Apa yang membuat angka itu berubah?”
• “Bulan lalu kamu mengatakan nilai kesiapan kamu 8, namun hari ini kamu
mengatakan 5. Apa yang membuat nilai tersebut menurun?”
 Pengukuran juga dapat secara efektif melihat seberapa penting dan yakin seorang
klien:
• “Dalam skala 1 sampai 10, seberapa penting menurut kamu proses perubahan
ini?”

220
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Aspek Rasa percaya diri:”Dalam skala 1-10, berapa besar keyakinan kamu untuk
membuat perubahan ini?”
 Prinsip yang sama juga dilakukan untuk mengukur seberapa penting dan yakinnya
seorang klien, dimana harus spesifik:
• “Menurut kamu, seberapa penting hubungan anda dengan suamimu?
BUKANNYA “Seberapa penting suatu hubungan bagi kamu?”
• “Seberapa besar rasa percaya diri kamu untuk mengatakan TIDAK pada
temanmu yang menawarkan kokain?” BUKANNYA “Seberapa besar
keyakinanmu agar bisa tetap abstinesia dalam waktu lama?”
 Mengajukan pertanyaan elaborasi:
• Apabila klien mengatakan hubungannya dengan suami menjadi hal yang
sangat penting untuk diubah: “Coba kamu ceritakan lebih lanjut bagaimana
hubungan kamu dengan suami kamu?”
• Apabila klien mengukur bahwa keyakinannya sangat rendah untuk membuat
perubahan: “Terakhir kali kita bertemu, kamu terlihat sangat yakin, apa yang
membuat hal itu berubah?”
 Melihat ke masa depan:
• “Hubungan kamu dengan suami jelas sangat penting untuk kamu. Menurut
kamu bagaimana narkoba dapat mempengaruhi hubungan itu?”
• “Apa yang dapat membuat kamu merasa lebih yakin dalam membuat
perubahan ini?”
 Selalu evaluasi aspek kepentingan dan keyakinan:
• “Bulan lalu kamu merasa bergabung dengan anak-anak lain yang populer,
sangat penting, namun saat ini kamu mengatakan tidak sepenting seperti
waktu lalu. Apa yang membuat kamu berubah pikiran?”
• “Bulan lalu, kamu menilai keyakinanmu untuk berubah di nilai 4, namun hari ini
kamu memberikan nilai 8. Apa yang membuat kamu menjadi lebih yakin?”

Strategi untuk berubah — Kesimbangan Pengambilan


Keputusan
 Ketika mengambil keputusan, kebanyakan orang mempertimbangkan keuntungan
dan kerugian dari tindakan tersebut. Dalam perubahan perilaku, pertimbangan
ini dikenal sebagai keseimbangan pengambilan keputusan (decisional balancing),
dimana terjadi proses secara kognitif melakukan apresiasi atau evaluasi dari aspek
yang baik dalam menggunakan narkoba- alasan untuk tidak berubah, dan aspek
kurang baik-alasan untuk berubah.
 Dua tujuan dari keseimbangan pengambilan keputusan adalah:
• Untuk membantu klien mengenali dan mempertimbangkan aspek negatif
dari penggunaan narkoba sehingga cenderung menuju perubahan yang
positif; dan
• Untuk menggerakkan klien berpindah dari motivasi eksternal ke motivasi
internal.

221
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
 Dalam melakukan evaluasi bagaimana cara orang membuat perubahan besar
dalam hidupnya, seorang peneliti bernama Roy Baumeister1, menjelaskan proses
internal yang terjadi ketika keseimbangan pengambilan keputusan lebih mengarah
ke perubahan sebagai “kristalisasi ketidakpuasan”.
 Dia menjelasakan proses keputusan yang seimbang sebagai hubungan sadar dari
aspek situasi yang negatif, seperti biaya, masalah, dan ciri-ciri yang tidak diinginkan
lainnya, seringkali terjadi untuk pertama kalinya.
 Hubungan aspek negatif secara sadar ini mengubah persepsi seseorang terhadap
situasi “sehingga berbagai pola ketidakpuasan dan kekurangan dapat dibedakan”.1
 Jadi, bagaimana Anda menggeser keseimbangan ke perubahan yang positif dan
jauh dari status quo atau perubahan negatif?
 Sobell dan colleagues2 mengidentifikasi 4 tujuan secara keseluruhan dalam
menggunakan latihan untuk memindahkan keseimbangan dalam pertimbangan
pengambilan keputusan:
• Tekankan, dari sudut pandang klien, biaya penggunaan narkoba;
• Kurangi, bila mungkin, hasil yang dirasakan dari penggunaan narkoba;
• Membuat lebih jelas tentang manfaat dari berubah; dan
• Mengidentifikasi dan meminimalkan, jika mungkin, hambatan yang berpotensi
mencegah perubahan.
 Salah satu latihan dari keseimbangan dalam pengambilan keputusan
adalah dengan menggunakan daftar dua kolom: satu kolom untuk
alasan untuk mengubah perilaku (pro, atau mendukung perubahan), dan yang
lainnya alasan untuk melanjutkan perilaku (kontra, atau tidak mendukung
perubahan). Kolom dapat diisi oleh klien sebagai pekerjaan rumah dan
kemudian didiskusikan dengan konselor; atau klien dan konselor dapat mengisi
daftar bersama-sama.
 Cara lain untuk membuat daftar adalah dengan melihat keuntungan (pro) dan
kerugian (kontra) dari perubahan serta keuntungan dan kerugian dari tidak
melakukan perubahan.
 Daftar yang ditulis dapat membantu klien mengambil keputusan untuk berubah
atau tidak.
 Di satu sisi apabila daftar alasan untuk tidak berubah lebih banyak dari alasan
untuk berubah maka akan terlihat usaha yang harus dilakukan harus lebih keras.
Hal ini dapat menyadarkan konselor untuk tidak terlalu memaksa klien.
 Bagaimanapun, jumlah item di tiap kolum bukan satu-satunya hal yang penting
 Setiap point menggambarkan nilai atau kepentingan. Satu atau dua alasan untuk
tidak berubah dapat mengaburkan selusin alasan untuk berubah, yang kemudian
menciptakan suatu ambivalensi. Konselor harus membantu klien untuk menilai
nilai dari masing-masing point.
1 Baumeister, R. F. (1994). The crystallization of discontent in the process of major life change. In: T. F. Heatherton & J. L. Weinberger (Eds.). Can
personality change? (pp. 281–294). Washington, DC: American Psychological Association.

2 Sobell, L. C., Cunningham, J. A., Sobell, M. B., Agrawal, S., Gavin, D. R., Leo, G. I., et al. (1996). Fostering self-change among problem
drinkers: A proactive community intervention. Addictive Behaviors, 21(6), 817–833.

222
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Prinsip dari ukuran kesiapan sangat penting dalam hal ini. Misalnya, menanyakan
klien: dari skala 1 sampai 10, kira-kira seberapa penting alasan ini untuk kamu?”
 harus diingat bahwa alasan untuk menggunakan atau menghentikan penggunaan
narkoba atau aspek positif dan engatif dari perubahan bersifat sangat individual.
Faktor yang dapat menggeser perubahan ke arah postif pada seorang klien
mungkin tidak berlaku untuk klien lainnya.
 Sehingga, nilai atau aspek kepentingan yang diberikan untuk daftar item alasan
untuk berubah (pro) dan alasan untuk tidak berubah (kontra) dapat berubah setiap
waktu.
 Keseimbangan dalam pertimbangan pengambilan keputusan memberikan
kesempatan bagi klien untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan nilai-nilai
mereka dan menghubungkannya dengan perubahan yang positif. Nilai-nilai ini
akan tergambarkan pada alasan mereka untuk berubah dan tidak berubah
 Misalnya, pada seorang remaja yang terlibat penggunaan narkoba bersama
kelompok teman di tempat tinggalnya, mengatakan meninggalkan kelompoknya
menjadi hal yang tidak mungkin karena kesetiaan dan rasa memiliki pada kelompok
tersebut. Namun konselor dapat menggunakan nilai-nilai ini pada kelompok
lainnya, misalnya kelompok olahraga atau organisasi yang dapat menciptakan
rasa kesetiaan dan memiliki.
 Ketika klien mendengar nilai-nilai yang dianutnya maka dapat meningkatkan
komitmen mereka untuk perubahan yang positif. Apabila mereka dapat
menggambarkan proses perubahand alam konteks yang lebih besar, misalnya
keluarga, masyarakat dan budaya maka mereka dapat dengan mudah menemukan
arti perubahan.
 Jadi, untuk melakukan latihan keseimbangan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan membutuhkan:
• Putuskan format yang akan dipakai ;
• Perkenalkan latihan dan ajukan ijin untuk melanjutkan;
• Jelaskan format yang dipakai; dan
• Gunakan pertanyaan terbuka dan mendengarkan secara aktif.
 Mulai dengan alasan untuk melanjutkan penggunaan narkoba. Klien jarang
mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi apa yang mereka suka atau
nikmati dari penggunaan narkoba. membiarkan klien mengungkapkan apa
yang ia suka dari penggunaan narkoba (rasa nikmat, mampu bersosialisasi, atau
tertantang) akan menimbulkan hubungan yang baik dan kepercauaan antara klein
dan konselor.
 Mulai dengan alasan untuk melanjutkan penggunaan narkoba. Klien jarang
mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi apa yang mereka suka atau
nikmati dari penggunaan narkoba. membiarkan klien mengungkapkan apa
yang ia suka dari penggunaan narkoba (rasa nikmat, mampu bersosialisasi, atau
tertantang) akan menimbulkan hubungan yang baik dan kepercauaan antara klein
dan konselor.
223
Panduan Peserta: Modul 4 - Tahapan Perubahan dan Strategi Mencapai Perubahan
 Mulai dengan aspek yang positif dari penggunaan narkoba dapat mendorong
klien untuk mengatakan hal yang tidak baik dalam penggunaan narkoba.
 Hal ini sangat berguna untuk klien dalam tahap prekotemplasi.
 Namun, keseimbangan dalam pertimbangan pengambilan keputusan tidak
berlaku untuk semua klien. Beberapa klien datang ke tempat terapi dengan sudah
mengambil keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba. Apabila konselor
terus mencoba menerapkan keseimbangan dalam pertimbangan pengambilan
keputusan pada klien ini, maka klien akan menajdi frustrasi atau tidak sabar.
 Hal yang harus dilakukan pada klien diatas adalah mendorong klien untuk
membuat rencana perubahan dan memasuki tahap aksi. bagaimanapun
konselor harus selalu waspada akan ambivalensi yang dapat timbul-tenggelam.

224
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 5
KONSELING KELOMPOK: KETERAMPILAN DASAR

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 227


Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 227
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 228
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 261
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 281

225
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
226
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 5 15 menit
Mempersiapkan Klien ke Dalam Sesi Kelompok 15 menit
Latihan Kelompok–Kecil: Mempersiapkan Klien ke Dalam Sesi
30 menit
Kelompok
Presentasi: Tipe-Tipe Umum dari Sesi Kelompok: Keanggotaan,
15 menit
Jangka Waktu dan Fokus
Presentasi: Tahapan dari Pengembangan Sesi Kelompok 15 menit
Rehat 15 menit
Presentasi: Membangun Struktur sebuah Sesi Kelompok 10 menit
Presentasi: Menghindari Sebuah Sesi Kelompok yang Berpusat pada
15 menit
Pemimpin
Demonstrasi Kelompok–Kecil: Bermain–Peran Sesi Kelompok 70 menit
Presentasi Kelompok–Kecil: Isu-isu dalam Manajemen Sesi
20 menit
Kelompok—Tahap 1, Persiapan
Ishoma 60 menit
Presentasi Kelompok–Kecil: Isu-isu dalam Manajemen Sesi
60 menit
Kelompok—Tahap 2, Persiapan dan Presentasi

Modul 5 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan tinjauan mengenai perbedaan antara konseling individual dan
kelompok;
 Untuk memberikan informasi mengenai tahapan pengembangan kelompok dan
peran dari partisipan kelompok; dan
 Untuk memberikan kesempatan bagi partisipan untuk mengamati dan
mempraktekkan cara memfasilitasi kelompok dasar.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 5 akan mampu untuk:
 Menjelaskan proses dari mempersiapkan klien untuk menjalani sesi kelompok;
 Menjelaskan setidaknya dua masalah dasar atau tugas untuk setiap fase sesi
kelompok khusus;
 Menjelaskan cara dasar untuk struktur sesi kelompok;
 Menyebutkan setidaknya tiga cara untuk menghindari sesi kelompok yang
berpusat pada pemimpin; dan
 Menunjukkan cara-cara manajemen perilaku yang mengganggu di dalam sesi
kelompok.
227
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 4
KONSELING KELOMPOK:
KETERAMPILAN DASAR

PENTING

 Konseling kelompok tidak sama


dengan melakukan konseling individu dalam tatanan
kelompok!
 Menggunakan keterampilan konseling individu dalam
kelompok tidak selalu efektif
 Kebutuhan kelompok secara keseluruhan harus
seimbang dengan kebutuhan individu dalam kelompok
 Konseling kelompok meliputi keterampilan fasilitasi
yang baik yang memungkinkan kelompok untuk
melakukan tugasnya

5.2

228
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Module 5 Objektif Pembelajaran

 Menjelaskan proses mempersiapkan klien untuk


kelompok
 Menjelaskan sedikitnya dua masalah dasar
atau tugas untuk setiap fase kelompok khas
 Menjelaskan cara dasar untuk menata sesi
kelompok
 Mencatat setidaknya tiga cara untuk
menghindari kelompok terpusat fasilitator; dan
 Menunjukkan cara-cara pengelolaan perilaku
mengganggu dalam kelompok 5.3

229
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Mempersiapkan Klien untuk Kelompok

 Mempersiapkan Klien untuk kerja


kelompok
 Membantu kelompok menjadi lebih terapeutik
dengan cepat
 Memiliki efek positif pada perkembangan klien

5.4

Rapat Pra-kelompok dengan Klien

 Memperjelas harapan
 dari klien
 dari program terapi
 Menetapkan aturan dasar
 Menggalai keuntungan dari terapi kelompok
 Memperbaiki setiap kesalahpahaman
tentang kelompok

5.5

230
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Asesmen dan Pencocokan Klien
untuk Sesi Kelompok

Pertimbangkan:
Karateristik klien, kebutuhan, preferensi,
tahap perubahan, dan tahap pemulihan
Sumber daya program
Sifat dari kelompok atau tersedianya
kelompok

5.6

231
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Pertimbangan Khusus

 Tidak semua klien cocok untuk kelompok:


 Klien dengan gangguan mental (misalnya depresi
berat; kecemasan) tidak mungkin dapat berfungsi dengan
baik dalam kelompok
 Klien dengan gangguan kepribadian mungkin
perlu kelompok dengan batas-batas yang sangat
ketat untuk menghindari pengalaman
kelompok negatif atau untuk menghindari pengaruh
negatif bagin anggota kelompok lainnya
 Setiap
klien harus dinilai kebutuhan individunya
dalam terapi
5.7

Pertimbangan Khusus (lanjutan)

 Tidaksemua klien cocok untuk mengikuti


sesi kelompok:
 Klien yang mengalami trauma,
pelecehan seksual khususnya, mungkin
perlu kelompok yang homogen
 Klien dalam pergolakan krisis kehidupan
mungkin membutuhkan perhatian lebih dibandingkan
yang dapat diberikan kelompok
 Klien yang memilih untuk tidak berpartisipasi
dalam terapi kelompok tidak boleh dikritik atau
dikenakan sangsi 5.8

232
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Mempersiapkan Klien untuk Kerja
Kelompok

Seleksi klien untuk kesesuaian


Nilailah kemampuan untuk berfungsi
dalam kelompok
Nilailah tahap perubahan
Nilailah kesediaan untuk berpartisipasi

5.9

233
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Mempersiapkan Klien untuk Kerja
Kelompok (lanjutan)

 Menyediakan informasi:
 Bagaimana konseling kelompok
dibandingkan dengan pengalaman kelompok
lain yang pernah dialami klien
 Manfaat konseling kelompok, atau bagaimana
kelompok dapat membantu klien secara
khusus
 Bagaimana kelompok disusun/tatanan
 Jenis masalah yg ditanggulangi kelompok

5.10

Mempersiapkan Klien untuk Kerja


Kelompok (lanjutan)

Mengenalidan
memastikan harapan klien
Bertanyatentang harapan
Memperbaiki setiap kesalahpahaman
Memastikan harapan positif
Tanggulangi dan bingkai ulang ketakutan

5.11

234
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Mempersiapkan Klien untuk Kerja
Kelompok (lanjutan)

Perjanjian kelompok
 Persyaratan kehadiran
 Harapan kerahasiaan
 Apakah kontak fisik diperbolehkan
 Penggunaan zat
 Persyaratan partisipasi minimal
 Ketepatan waktu konselor

5.12

235
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan Persiapan

 Pembentukan aliansi awal antara klien


dan konselor
 Mendapatkan pemahaman bersama yang
jelas tentang harapan klien
 Menawarkan informasi dan instruksi tentang
kelompok

5.13

Tujuan Persiapan (lanjutan)

 Mengatasi kecemasan awal klien tentang


bergabung dalam kelompok
 Hadir dan mendapatkan penerimaan dari
perjanjian kelompok

5.14

236
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Kelompok Kecil:
Mempersiapkan Klien untuk Sesi Kelompok

 Halaman Penjelasan 5.2: Anggota Kelompok


Potensial: Profil Klien
 Halaman Penjelasan 5.3: Jenis Kelompok
 Untuk setiap tiga klien yang Anda tunjuk
 Kelompok manakah yang paling tepat?
 Mengapa?
 Bagaimana Anda mempersiapkan klien untuk
kelompok?
 Untuk satu klien, kembangkan permainan peran yang
mendemonstrasikan mempersiapkan klien untuk
kelompok 5.15

237
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Jenis Kelompok: Keanggotaan
Statis vs bergulir/berputar (Revolving)

 Kelompok keanggotaan statis menjaga


keanggotaan sama sepanjang kehidupan
kelompok tanpa orang baru bergabung
 Kelompok keanggotaan bergulir memiliki
anggota datang dan pergi, bergabung dan
pergi, dan kelompok terus meskipun
keanggotaan berubah

5.16

Jenis Kelompok :
Ada batas waktu vs Yang berkelanjutan

 Kelompok waktu terbatas memiliki satu


set sesi (kelompok pendidikan adalah
contoh yang baik)
 Kelompok yang berkelanjutan tidak
memiliki batasan waktu tertentu

5.17

238
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Jenis Kelompok : Berorientasi-
Konten Versus Kelompok Berorientasi-Proses

 Kelompok berorientasi-konten, fokus pada


identifikasi topik untuk setiap sesi (misalnya;
pendidikan atau pelatihan keterampilan
kelompok)
 Kelompok berorientasi-proses, fokus pada
interaksi antara anggota kelompok dan
konselor dan fokus "di-sini dan sekarang",
tanpa topik tertentu diidentifikasi untuk setiap
sesi
5.18

239
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kelompok pada Agensi Anda

 Keanggotaan: statis atau bergulir?


 Batas waktu: Waktu terbatas atau yang
berkelanjutan?
 Fokus: berorientasi-konten atau
berorientasi proses?

5.19

Fase Perkembangan Kelompok

 Fase Awal
 Fase Tengah
 Fase Akhir

5.20

240
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Fase Awal, Isu dan Tugas

 Memperkenalkan anggota dan fasilitator


 Menetapkan / meninjau kesepakatan
kelompok
 Menyediakan lingkungan yang aman dan
kohesif
 Menetapkan norma-norma
 Memulai pekerjaan kelompok

5.21

241
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Fase Tengah, Isu dan Tugas

 Menyeimbangkan isi dan proses


 Melihat dan bergulir dengan resistensi
 Menjaga kefokusan kelompok
 Pemodelan gaya interaksionalyang sehat
 Memfasilitasi ketimbang menjalankan atau
mengarahkan kelompok

5.22

Fase Akhir, Isu dan Tugas

 Melakukan penutupan pengalaman kelompok


 Meneliti dampak kelompok pada setiap orang
 Mengakui perasaan yang dipicu saat
meninggalakan kelompok
 Memberi dan menerima umpan balik tentang
pengalaman kelompok dan peran masing-masing
anggota di dalamnya
 Menyelesaikan urusan yg belum selesai
 Mencari cara untuk melaksanakan pembelajaran

5.23

242
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Rehat
15 menit

5.24

243
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Penataan Sesi Kelompok

 Apa intensionalitas dalam konseling?

5.25

Penataan Sesi Kelompok (lanjutan)

 Intensionalitas berarti:
 Memilih perilaku membantu dan strategi khusus
dengan tujuan yang jelas dan arah dalam
pikiran
 Memiliki tujuan yang jelas dalam pikiran untuk
sesi dan tidak mengizinkan sesi untuk
mengambil momentum
sendiri (sementara yang
tepat fleksibel)

5.26

244
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Penataan Sesi Kelompok (lanjutan)

Dengan penataan sesi kelompok:


 Fasilitator memastikan bahwa aspek
penting dari pekerjaan dilindungi
 Anggota kelompok mengetahui apa yang
diharapkan dari sesi
 Awal dan akhir ritual ditetapkan

5.27

245
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Penataan Sesi Kelompok (lanjutan)

 Membuka dan menyambut


 Check-in
 Tinjau norma dan aturan kelompok
 Kerja aktif
 Ringkasan dan pekerjaan rumah
 Penutupan

5.28

Membuka dan Menyambut

 Menyapa setiap peserta dengan hangat


 Mulai sesi TEPAT WAKTU
 Dengan tepat waktu, mengirim pesan bahwa kerja
kelompok adalah penting
 Seorang pemimpin kelompok terlambat mengirimkan
pesan bahwa kelompok itu tidak penting dan
menyampaikan kurangnya rasa hormat untuk waktu
peserta
 Menunggu anggota kelompok terlambat memperkuat
keterlambatan dan menyampaikan kurangnya
penghormatan terhadap batas-batas kelompok dan
peserta 5.29

246
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Membuka dan Menyambut (lanjutan)

 Perkenalkan anggota baru


 Membuat pengumuman
 Membuka ritual

5.30

247
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Check-in

 Meninjau sesi terakhir


 Tindak lanjut pekerjaan rumah
 "Apa perasaan kalian semua hari ini?“

5.31

Kerja Aktif

 Inti
dari sesi
 Berorientasi-konten atau berorientasi
proses, tergantung pada jenis kelompok

5.32

248
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Ringkasan dan Pekerjaan Rumah

 Meringkas pekerjaan kelompok atau meminta


kelompok untuk meringkas
 Berikan atau memperkuat tugas-tugas
pekerjaan rumah
 Pastikan kerja kelompok
 Mintalah kelompok untuk afirmasi lain
 Check in dengan participants jika perlu

5.33

249
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Penutupan

 Menutup ritual
 misalnya:anggota kelompok ditanya apa
yang mereka pelajari dan dapat diambil dari
kelompok

5.34

Kelompok berpusat fasilitator

 Kelompok berorientasi konten/isi


 misalnya: kelompok psikoedukasional
 Fasilitator menjadi guru
 Kelompok proses yang tetap berpusat pada fasilitator:
 Membatasi potensi pembelajaran dan pertumbuhan
 Dapat mencakup konseling satu-satu dalam
kelompok
 Tidak menggunakan kekuatan penuh kelompok
untuk mendukung perubahan experiental atau untuk
membangun hubungan interpersonal yang otentik
dan mendukung 5.35

250
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Fasilitasi Kelompok

 Praktekmendukung proses kelompok,


bukan menciptakan atau mengarahkan
kelompok

5.36

251
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Fasilitasi Kelompok (lanjutan)

 Hindari melakukan untuk kelompok apa yang


bisa dilakukan oleh kelompok sendiri:
 Kembalikan pertanyaan kembali kepada kelompok
 Minta anggota kelompok untuk memberikan
komentar bagi anggota kelompok lainnya
 Jangan selalu menjadi orang yang memecah
keheningan
 Mintalah kelompok untuk mengomentari proses

5.37

Fasilitasi Kelompok (lanjutan)

 Ajarkan peserta untuk mendukung satu sama


lain:
 Modelkan dukungan dalam tahap awal kelompok
 Mengajarkan keterampilan tertentu
 Memperkuat dan menegaskan dukungan peserta
satu sama lain
 Jangan terburu-buru dalam memberikan
dukungan ke salah satu peserta pada tahap
selanjutnya dari kelompok

5.38

252
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Penularan Emosi

 Curahan hati orang lain bisa menimbulkan


memori rasa takut dan emosi yang kuat
pada yang mendengarkan
 Penularan emosi bisa membanjiri anggota
kelompok dan proses kelompok

5.39

253
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Penularan Emosi (lanjutan)

Untuk mencegah atau melawan


penularan emosi, fasilitator perlu:
melindungi individu
melindungi batas-batas
mengatur emosionalitas

5.40

Lindungi Individu

 Menjaga hak masing-masing anggota untuk


tidak terlibat dalam diskusi emosional:
 Jelaskan bahwa setiap anggota kelompok
memiliki hak untuk emosi pribadi dan perasaan
 Ketika kelompok menekan anggota untuk
mengungkapkan informasi, ingatkan kelompok
bahwa anggota yang butuh mengungkapkan
informasi tentang diri mereka sendiri hanya pada
tingkat yang mereka merasa nyaman

5.41

254
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Lindungi Batas

 Jelaskan bahwa setiap klien bertanggung


jawab untuk mengelola perasaan sendiri
dalam kekuatan kelompok dan
memutuskan apa yang akan ia bagi/share
atau tidak

5.42

255
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Mengatur Emosionalitas

 Jaga emosionalitas pada tingkat yang


memungkinkan kerja kelompok terus
berlanjut
 Contoh:
 Kita telah mengungkapkan beberapa perasaan yang kuat
di sini hari ini …Untuk mencegah kita dari overload, itu
mungkin berharga untuk menghentikan apa yang kita
lakukan dan mencoba untuk memahami apa yang telah
terjadi dan dari mana semua perasaan kuat tersebut
berasal
Source: Yalom, I. D. (1995). The theory and practice of group psychotherapy. 5.43
4th ed. New York: Basic Books. p. 350.

Demonstrasi Kelompok Kecil: Instruksi

 Putuskan :
 Dalam tahap apa perkembangan kelompok Anda ?
 Bagian mana dari sesi kelompok yang akan Anda
demonstrasikan ?
 Pilih fasilitator
 Pilih peran klien dari Halaman Penjelasan 5-2
 Siapkan role-play kelompok 8-10 menit
 Jadilah kreatif!

5.44

256
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Isu dalam Manajemen Kelompok

 Penanganan konflik dalam kelompok (Halaman


Penjelasan 5.6)
 Interaksi tidak sehat
 Konflik terselubung
 Pengalihan amarah
 Mengelola sub kelompok (Halaman Penjelasan 5.9)
 Membuat aliansi rahasia terbuka
 Membingkai apa yand dilakukan kelompok
 Mengatur kembali
5.45

257
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Isu dalam Manajemen Kelompok
(lanjutan)

 Menanggapi perilaku mengganggu (Halaman


Penjelasan 5.10)
 Banyak bicara atau menginterupsi klien
 Klien yang mininggalkan sesi
 Datang terlambat atau tidak hadir
 Menghilang
 Berfokus hanya pada orang lain

5.46

Presentasi Kelompok Kecil: Isu dalam


Manajemen Kelompok-Instruksi

 Baca Halaman Penjelasan yang menjadi


tugas Anda
 Pilih fasilitator
 Pilih peran klien dari Halaman Penjelasan
5.2
 Membuat presentasi dan demonstrasi
permainan peran

5.47

258
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
ISHOMA
60 menit

5.48

259
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Latihan Kelompok Kecil:
Isu dalam Manajemen Kelompok

PRESENTASI

5.49

260
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.1: Contoh Perjanjian Kelompok1

Perjanjian Partisipasi dari Terapi Kelompok


Agar sesi kelompok dapat berjalan dengan baik, lingkungan aman harus diciptakan
dan yang diharapkan dari anggota dan pemimpinnya harus dipahami oleh para
peserta. Pengalaman saya dengan kelompok mendukung bahwa cara terbaik untuk
menciptakan lingkungan yang aman bagi perkembangan pribadi adalah dengan Anda
memahami dan menyetujui panduan ini.

I. Kerahasiaan
Berbagi dalam kelompok dapat menimbulkan kecemasan, karena itu saya meminta
Anda untuk menjaga konfidensialitas semua informasi yang dibahas dalam kelompok.
Permintaan ini berarti bahwa Anda tidak diperbolehkan mendiskusikan informasi
yang dibagi atau reaksi anggota kelompok ini dengan siapa pun di luar kelompok.
Anda dapat berbicara tentang reaksi pribadi Anda, dan bahkan Anda didorong untuk
melakukan itu di luar kelompok, tetapi tidak tentang informasi atau reaksi yang dapat
mengidentifikasi orang lain.

Hanya di bawah kondisi berikut saya dapat membuka informasi, yaitu:

b. Jika Anda menandatangani pelepasan informasi untuk pertukaran informasi


dengan pihak ketiga.
c. Terapis diwajibkan oleh hukum untuk melaporkan kepada pihak berwenang
jika ada dugaan penyalahgunaan anak atau tua.
d. Terapis diwajibkan untuk melakukan intervensi terhadap ancaman-ancaman
serius yang dapat melukai anda atau orang lain. Ini dapat termasuk melaporkan
kepada polisi atau pihak berwenang lain.
e. Pengadilan memerintahkan agar informasi dibuka sebagai bagian dari proses
hukum.

II. Kehadiran
Anggota kelompok diharapkan berkomitmen untuk dapat menghadiri seluruh
pertemuan kelompok selama 6 minggu, meskipun dapat dimengerti bahwa membuat
komitmen ini tidaklah mudah. Anggota juga setuju untuk datang tepat waktu setiap
minggu. Jika Anda terlambat atau memiliki keadaan darurat/penyakit yang menghambat
kehadiran Anda ke kelompok, saya meminta Anda untuk menghubungi saya di
_______________. Jika Anda sudah tahu bahwa Anda tidak akan dapat mengikuti sesi
kelompok yang berikutnya, saya meminta Anda memberikan informasi ketidakhadiran
Anda sebelumnya.

1 Dicetak ulang dengan izin dari penulisnya, Susanne Stolcke, MFT.

261
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kelompok akan selalu berakhir tepat waktu, tidak peduli apa yang sedang dibahas.
Datang kembali minggu depan akan memungkinkan Anda untuk melanjutkan diskusi.

Anggota sering merasa cemas tentang berpartisipasi dalam kelompok dan melihat
hasilnya membutuhkan waktu. Jika Anda memutuskan untuk pergi sebelum kelompok
itu berakhir (sebelum 6 minggu berakhir) dan telah membicarakan keprihatinan Anda
dengan saya dan anggota lain, saya meminta Anda untuk untuk mengucapkan selamat
tinggal kepada anggota lain dalam sesi kelompok. Meskipun mungkin sulit untuk
membayangkannya sekarang, para anggota akan mulai peduli satu sama lain dan akan
merasa kecewa jika Anda pergi tanpa penjelasan.

Saya juga ingin meminta Anda untuk tidak minum alkohol atau menggunakan NAPZA
sebelum datang ke pertemuan.

III. Pembayaran
Pelunasan sebesar $240 untuk enam kali 1½ jam sesi kelompok (disesuaikan dengan
peraturan di negara atau lembaga masing-masing), dibayarkan sebelum pertemuan
pertama. Anda dapat membayar dengan cek (ditujukan kepada ______________) atau
tunai.

262
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.2: Mempersiapkan Klien untuk Sesi
Kelompok: Kelompok-Kecil

Latihan—Anggota Kelompok Potensial: Profil Klien


1. Laki-laki, usia 18 tahun, diputuskan untuk perawatan oleh pengadilan. Dia
marah dan kesal bahwa ia tertangkap karena menjual NAPZA dan ingin dapat
memenuhi putusan pengadilan agar ia bisa dapat melanjutkan hidupnya.
Sebelumnya ia berencana akan mulai kuliah tapi sekarang orang tuanya tidak
memberikan uang kuliah sampai ia meluruskan dirinya. Ayahnya berada dalam
pemulihan GPZ dan juga marah karena dia tidak menyangka kejadian ini. Sang
ayah ingin berpartisipasi dalam pemulihan anaknya.
2. Wanita, usia 61 tahun. Dia memiliki empat anak yang sudah dewasa dan
tiga cucu. Keluarganya tinggal di kota yang sama dan digambarkan memiliki
hubungan yang sangat dekat. Dia mengalami kekerasan domestik sepanjang
pernikahannya dan mengurung diri dalam rumah untuk menghindari berurusan
dengan orang lain. Dokternya meresepkan obat penenang dan penghilang rasa
sakit narkotika untuk rasa sakit akibat patah tangan. Dia datang ke organisasi
Anda hanya karena putrinya yang membawanya, dan putrinya juga bersedia
mengikuti terapi, untuk mendukung ibunya. Klien mengatakan berbicara di
depan umum adalah menakutkan, dan dia lebih memilih terapi secara individual
dengan wanita lain.
3. Pria, usia 23 tahun, menikah, bekerja sebagai tenaga pemasaran. Istri barunya
mengatakan bahwa ia harus mengikuti terapi karena istrinya sedang hamil dan
tidak akan mentolerir perilaku menghisap ganja setiap hari lebih lama lagi.
Dia khawatir bahwa pernikahannya sedang goyah dan istri bersama sang bayi
akan meninggalkannya. Dia telah menggunakan ganja sejak usia 14 dan juga
beberapa NAPZA lain, sebelum bertemu dengan istrinya.
4. Wanita, usia 45 tahun, baru dibebaskan dari penjara. Dia adalah HIV positif
dan tinggal kembali bersama pasangannya yang suka memukul. Ketiga anaknya
tinggal dengan adiknya. Dia telah menggunakan NAPZA sejak SMA dan
sudah muak dengan dalam keadaan terpuruk.Dia menyatakan merasa marah
sepanjang waktu dan tahu bahwa membutuhkan sebuah keajaiban untuk dapat
hidup sesuai keinginannya.
5. Pria, usia 28 tahun, dibesarkan dalam rumah tangga penuh kekerasan. Ia
mengalami kekerasan fisik dan psikologis sepanjang masa kecilnya. Dia kabur
dari rumah pada usia 16 dan tinggal di jalan selama beberapa tahun. Dia khawatir
tentang status HIV-nya. Dia telah mengurangi penggunaan heroin namun
belum dapat berhenti total. Selama ini dia tidak mampu mempertahankan
pekerjaan lebih dari 8 bulan. Dia pernah mendengar tentang kelompok trauma
dan ingin bergabung.
6. Wanita, usia 42 tahun, orang tua tunggal dari tiga anak, bekerja paruh waktu
di sekolah desa sebagai asisten. Hampir semua pria di keluarganya memiliki
masalah alkohol serius. Dia adalah wanita pertama dalam keluarga yang
peminum berat. Anak laki-lakinya tidak mau berbicara dengannya karena
menganggap dia memalukan bagi mereka. Dia tinggal di desa sepanjang
hidupnya.

263
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1. Laki-laki, usia 20 tahun, putra dari seorang imigran. Dia satu-satunya yang
dapat berbicara bahasa lokal didalam keluarganya. Keluarganya pindah
ke negara ini 10 tahun lalu. Dia selalu bekerja bersama ayahnya dan selalu
mengahadiri sekolah. Ketika mereka pindah ke sini, dia direkrut oleh geng
dan mulai menggunakan alkohol, ganja, pil, dan baru-baru ini menggunakan
heroin. Dia tidak dapat meninggalkan geng dan tidak mampu mendapatkan
luruskan dirinya. Menurutnya kelompok komunikasi akan membantunya.
2. Wanita, usia 38 tahun, menikah, dengan dua anak, bekerja di binatu keluarga
yang berada pada wilayah yang sedang mengalami penurunan ekonomi serius.
Setelah kebakaran yang hampir menghancurkan usahanya, ia diresepkan
obat penenang untuk mengatasi kegelisahan dan agar dapat tidur. Dia telah
meningkatkan penggunaan obat ini dan pergi ke beberapa dokter untuk
mendapatkan lebih banyak obat. Salah satu dokternya mendengar bahwa dia
melakukan hal tersebut dan merujuknya untuk terapi. Dia takut untuk berbicara
dan merasa malu dengan apa yang telah ia perbuat terhadap keluarganya.
3. Pria, usia 40 tahun, menikah dengan tiga anak. Dia telah menggunakan
beberapa jenis narkoba sejak usia 16. Penggunaannya telah menjadi jauh
lebih sering akhir-akhir ini, dan dia yakin bosnya akan memecatnya. Dia telah
mengikuti dua terapi lain sebelunya tetapi tidak dapat bertahan bersih lebih
dari 2 bulan.
4. Perempuan, usia 30 tahun, single parent dengan empat anak. Namun, anak-
anaknya saat ini tinggal bersama ayah mereka. Dia telah dirawat di rumah sakit
dua kali untuk depresi selama 10 tahun ini. Dia menggunakan sekantong heroin
setiap beberapa hari untuk membantu merasa nyaman. Dia mencintainya
anak-anak, membenci sistem, dan khawatir akan benar-benar kehilangan anak-
anaknya.
5. Pria, usia 55 tahun, sangat terlibat dalam Narcotics Anonymous (NA). Dia telah
kehilangan keluarga, pekerjaan, dan rumah selama 10 tahun terakhir karena
penggunaan NAPZAnya. Seorang teman baru-baru ini membawanya ke NA
dan gereja. Dia sudah abstinen selama 6 bulan dengan hanya dua kali slip yang
masing-masing lamanya 1 hari. Dia tinggal di sebuah rumah singgah lokal dan
ingin membangun hidupnya kembali.
6. Pria, usia 60 tahun, menikah dengan dua anak yang sudah dewasa dan memiliki
sebuah toko. Sejak kejadian traumatis 6 bulan lalu di mana ia dipukuli parah dalam
perampokan, ia telah menggunakan penghilang rasa sakit opioid sampai ke suatu
titik dimana ia tidak dapat pergi bekerja atau berfungsi. Sebelum perampokan itu
dia tidak menggunakan narkoba dan hanya minum sesekali. Keluarganya merasa
malu dan takut bahwa ia akan kehilangan toko dan pendapatan utama mereka.

264
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.3: Mempersiapkan Klien untuk Sesi
Kelompok: Kelompok-Kecil

Latihan—Beragam Tipe Kelompok Potensial


Kelompok Pemulihan Awal untuk Dewasa
Kelompok ini bertemu dua kali seminggu dan fokus untuk membantu anggota mencapai
abstinensia dan menjadi terlibat aktif dalam proses pemulihan terapeutik dan sosial.

Kelompok Komunikasi
Kelompok ini bertemu setiap minggu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan komunikasi
verbal dan non-verbal dengan penggunaan kombinasi pengembangan keterampilan
dan proses interpersonal. Perorangan, pasangan, dan anggota keluarga lain diundang
untuk berpartisipasi.

Kelompok Pencegahan Kekambuhan (Relapse Prevention)


Kelompok ini bertemu dua kali seminggu. Menggunakan topik sesuai kurikulum dan
juga diskusi kelompok terbuka. Anggota diharapkan telah mengalami satu periode
abstinen dan sekarang memerlukan informasi tambahan, dukungan, dan strategi untuk
memperpanjang masa abstinensia.

Kelompok Trauma
Ini adalah sebuah kelompok dukungan dan proses interpersonal bagi orang yang
mengalami trauma. Tujuan kelompok ini adalah untuk menyediakan tempat aman untuk
mengekspresikan perasaan dan untuk mempelajari cara-cara efektif mengatasinya,
serta kesempatan bagi anggota untuk memberikan dan menerima dukungan dari
orang lain yang mengalami trauma. Kebanyakan anggota saat ini adalah perempuan.

Kelompok Manajemen Kemarahan


Ini adalah kelompok pengembangan keterampilan dan terapi kognitif-perilaku untuk
mengajarkan peserta bagaimana mengenali dan mengelola kemarahan mereka, serta
memahami pengaruh kemarahan mereka pada orang lain. Kebanyakan anggota saat
ini adalah pria.

Tidak Cocok untuk Mengikuti Kelompok


Gunakan untuk seseorang saat ini yang tidak cocok untuk kelompok.

265
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 5.4: Beragam Tipe dari Sesi
Kelompok: Keanggotaan, Jangka Waktu dan Fokus

Keanggotaan /
Jangka Waktu Jangka Waktu Berkelanjutan
atau Berkelanjutan
Keanggotaan Karakteristik Karakteristik
Statis
 Penerimaan anggota baru  Ukuran kelompok tetap
hanya pada tahap awal
perkembangan kelompok  Penerimaan anggota
baru hanya jika ada
 Kelompok mulai dan kekosongan
berakhir dengan atau wisuda
keanggotaan yang sama
 Anggota diharapkan
 Pembelajaran didasarkan untuk tetap untuk jangka
pada apa terjadi di waktu yang lumayan
pertemuan sebelum
 Proses dinamika
kelompok
Contoh (batasan individu dan
 Kelompok konseling asumsi peran para
jangka pendek – proses anggota yang berbeda)
adalah sumber utama
 Kelompok pembelajaran dan
pengembangan- penyembuhan untuk
keterampilan dan peserta
psikoedukasi – konten
 Kelompok pencegahan Contoh
kekambuhan – proses  Kelompok interpersonal
– proses
 Kelompok konseling
dukungan jangka
Panjang – proses

266
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Keanggotaan /
Jangka Waktu Jangka Waktu Berkelanjutan
atau Berkelanjutan
Keanggotaan Karakteristik Karakteristik
Statis
 Jumlah sesi biasanya  Klien dapat:
sudah ditentukan
1. Tinggal selama yang
 Pembelajaran pada setiap mereka inginkan;
sesi relatif independen
dari sesi kelompok 2. Diperlukan untuk
sebelumnya menghadiri sesi
dengan topik
tertentu, atau;
Contoh
3. Diharuskan
 Kelompok psikoedukasi – menghadiri
konten untuk sejumlah
 Kelompok konseling minggu yang telah
ekspresif (terapi dansa, ditentukan.
psikodrama) – proses  Biasanya memiliki jumlah
 Kelompok peningkatan peserta maksimal
ketrampilan – konten  Konselor Aktif memimpin

Contoh
 Kelompok harian rawat
jalan di rumah sakit –
proses
 Kelompok rawatan
lanjutan-proses
 Kelompok transisi bagi
klien yang menyelesaikan
rawat inap dan pindah ke
rawat jalan – proses
 Kelompok psikoedukasi
– konten
 Kelompok konseling
ekspresif – proses
 Kelompok dukungan
jangka panjang,
seperti kelompok
perawatan lanjutan dan
pemeliharaan – proses
Diadaptasi dari sumber: Center for Substance Abuse Treatment, (CSAT) (2005). Substance abuse
treatment: Group therapy. Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 41. HHS Publication No. (SMA)
05-3991. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA).

267
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 5.5: Tahapan Kerja Kelompok: Tahap
Awal—Mempersiapkan Memulai Kelompok1

Selama tahap awal konseling kelompok, isu yang timbul di sekitar topik seperti
orientasi, kecemasan awal, dan peran pemimpin. Tujuan kelompok dijelaskan,
kondisi kerja kelompok ditetapkan, anggota diperkenalkan, sebuah
nilai positif diatur untuk grup, dan kerja kelompok dimulai.

Tahap ini dapat berlangsung dari mulai 10 menit sampai dengan membutuhkan
beberapa sesi. Dalam sebuah kelompok dengan keanggotaan bergulir proses ini akan
terjadi setiap kali anggota baru bergabung dengan grup.

Tugas utama dalam tahap awal pengembangan kelompok adalah:


 Introduksi;
 Menetapkan dan / atau meninjau perjanjian kelompok;
 Menyediakan lingkungan yang aman dan erat;
 Menetapkan norma-norma; dan
 Memfasilitasi kerja kelompok.

Pendahuluan
Bahkan dalam kelompok dengan keanggotaan bergulir (yang anggotanya berganti-
ganti) jangka pendek, penting bagi pemimpin untuk membangun hubungan dengan
setiap anggota. Membangun hubungan ini dapat terjadi dengan melakukan hal
sederhana seperti senyum ramah dan ucapan selamat datang.

Pada saat ini semua anggota harus sudah memiliki kesempatan untuk memberikan nama
dan mengatakan sesuatu tentang diri mereka. Beberapa pemimpin meminta anggota
untuk memperkenalkan diri. Pemimpin yang lain menyerahkan kepada kelompok itu
sendiri untuk saling berkenalan satu sama lain.

Satu catatan penting adalah bahwa banyak klien yang dirawat untuk gangguan
penggunaan zat (GPZ) juga memiliki sejarah kekerasan emosional dan fisik. Hanya
dengan sekadar mengarahkan perhatian pada individu-individu ini dapat memicu
perasaan malu. Jadi, meskipun sangat penting untuk membuat koneksi antar anggota
kelompok dan untuk melibatkan mereka dalam proses, pemimpin yang sensitif tidak
akan menuntut partisipasi yang terlalu panjang dari anggota baru. Keamanan emosional
harus selalu terdepan dalam pikiran pemimpin kelompok .

Pada pertemuan pertama dari kelompok dengan keanggotaan tetap, anggota juga
mungkin ditanya apakah mereka kenal dengan anggota lain dalam kelompok. Jika ada
koneksi yang mungkin menyebabkan kesulitan, mereka akan ditemukan di awal.

1 Dikutip dari: CSAT. (2005). Substance abuse treatment: Group therapy. Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 41. HHS Publication No.
(SMA) 05-3991. Rockville, MD: SAMHSA.

268
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Setiap anggota baru yang bergabung memasuki tahap awal dari kelompok itu-
bagi individu tersebut. Tidak mudah untuk menemukan posisi seseorang dalam
kelompok yang sudah mapan. Pemimpin dapat membantu dengan membangun
jembatan antara anggota lama dan baru dengan menunjukkan bahwa itu adalah
sulit untuk menjadi anggota baru dan dengan mendorong anggota lama untuk
membantu yang baru bergabung dengan kelompok.

Mengulas Perjanjian Kelompok


Perjanjian kelompok sebaiknya diulas dengan cara interaktif, melibatkan anggota
kelompok untuk mendiskusikannya. Pemimpin kelompok seharusnya bertanya kepada
anggota apakah ada kekhawatiran yang mungkin memerlukan kesepakatan tambahan
untuk membuat kelompoknya tempat yang aman untuk berbagi dan berkembang.
Anggota kelompok harus memiliki kesempatan untuk mengusulkan dan mendiskusikan
pedoman lebih lanjut. Selain itu, kesepakatan kelompok harus ditinjau secara berkala.

Menyediakan lingkungan yang aman dan kohesif


Selama tahap awal kelompok, semua anggota seharusnya sudah merasa bahwa
mereka memiliki peranan dalam kelompok dan memiliki sesuatu yang sama dengan
anggota lain. Kohesi, atau kesatuan, baik di antara klien dan antara klien dan pemimpin
kelompok, akan mempengaruhi produktivitas sepanjang proses terapeutik.

Pada tahap awal, pemimpin umumnya harus lebih mendukung dan aktif dibandingkan
ketika kelompok sudah berjalan. Jika anggota tertentu sedikit berbicara, ada baiknya
untuk menyampaikan bahwa kontribusi mereka dipersilahkan. Pemimpin mungkin
mengatakan sesuatu seperti, “Kami belum mendengar banyak dari Anda malam ini,
Otieno, tetapi mungkin minggu depan kelompok akan memiliki kesempatan untuk
mengenal Anda sedikit lagi”.

Untuk membantu anggota kelompok mempererat satu sama lain, pemimpin harus
mendorong hubungan yang mulai dibina dan menunjukkan kesamaan di antara mereka.
Pemimpin mungkin berkata, misalnya, “Sepertinya Alice dan Njoki, dan mungkin juga
yang lain di sini, sedang berjuang dengan masalah yang sangat mirip yaitu kemarahan”.

Pemimpin juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ekspresi emosional


berada pada tingkat yang dapat dikelola pada tahap awal alam kelompok. Jika tidak,
anggota mungkin dengan cepat merasa terlalu emosional beban dan mulai menarik diri.
Berhati-hatilah untuk tidak mempermalukan anggota kelompok atau untuk mengizinkan
anggota lain dalam kelompok untuk terlibat dalam perilaku mempermalukan.

Pemimpin juga harus ingat bahwa di tahap awal, kelompok tidak dapat
menahan banyak konflik. Sebelum kelompok mengembangkan kepercayaan
dan kohesi, konflik kemungkinan mengganggu proses atau bahkan mengancam
keberadaan kelompok, jadi adalah tidak bijaksana untuk mengizinkan konfrontasi.
Sebaliknya pemimpin kelompok harus mendorong interaksi yang meminimalkan
agresi dan permusuhan.

269
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Menetapkan Norma-Norma
Tergantung kepada pemimpin untuk memastikan bahwa norma kelompok yang sehat
ditetapkan dan norma yang kontraproduktif dikeluarkan, diabaikan, atau dihilangkan.
Pemimpin membentuk norma tidak hanya melalui tanggapan terhadap kejadian dalam
kelompok, tetapi juga dengan memberikan contoh perilaku yang diharapkan dari
orang lain.

Norma sehat untuk didorong dalam proses kelompok mencakup kejujuran, spontanitas,
keterlibatan dengan penuh perhatian, keterbukaan diri yang sesuai, keinginan akan
pemahaman perilaku diri, penerimaan tanpa menghakimi orang lain, dan tekad untuk
mengubah perilaku tidak sehat.

Norma tidak sehat yang dapat menghambat kelompok proses mencakup


kecenderungan untuk berpusat pada pemimpin, satu dimensi (yaitu, semua mencintai
atau semua menyerang), atau begitu eratnya sampai kelompok memusuhi anggota
baru. Pemimpin harus merespon dengan cepat dan jelas kepada kebiasaan yang
menghambat kerja kelompok dan yang dapat mengancam ketika menjadi normatif.

Memfasilitasi kerja kelompok


Pemimpin memfasilitasi kerja kelompok, baik dengan memberikan informasi dalam
kelompok psikoedukasi atau dengan mendorong pertukaran jujur ​​antar anggota di
tipe kelompok lain.

Kebanyakan pemimpin mencoba untuk menjaga agar fokus tetap di sini dan sekarang
sebanyak mungkin.

Pemimpin kelompok mungkin juga perlu bertanya kepada anggota kelompok baru
dengan pertanyaan seperti, “Anda tampaknya merespon dengan apa yang dibagi oleh
James. Dapatkah Anda memberitahu kita sesuatu tentang apa yang terjadi dalam diri
Anda ketika dia berbicara? “

270
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.6: Tahapan Kerja Kelompok: Tahap
Tengah—Bekerja Menuju Perubahan Positif1

Kelompok dalam tahap tengah bertemu dan menyelesaikan sebagian besar tugas terapi
yang sebenarnya. Selama fase ini, pemimpin menyeimbangkan konten, yaitu informasi
dan perasaan yang di ekspresikan dalam kelompok,, dan proses, yaitu bagaimana
anggota berinteraksi dalam kelompok. Terapi berada dalam baik isi maupun proses.
Keduanya berkontribusi pada hubungan antar dan di antara anggota kelompok, dan
hubungan-hubungan itulah yang memiliki nilai terapeutik.

Banyak pemimpin baru memberi penekanan yang kuat pada konten, namun perhatian
yang bijaksana kepada proses kelompok adalah sangat penting. Bahkan dalam sebuah
kelompok edukasi, ketegangan dalam ruangan, mata bergulir, atau percakapan
samping dapat mengganggu pesan yang perlu diperhatikan. Dalam suatu proses
kelompok, tanda-tanda ini adalah bagian dari pekerjaan dan perlu dieksplorasi secara
aktif, tetapi bahkan di kelompok yang lebih banyak berorientasi konten, isyarat non-
verbal tidak boleh diabaikan.

Kemudian, kelompok akan menjadi sebuah forum di mana klien berinteraksi satu
sama lain. Dalam terapi memberi dan menerima, klien menerima umpan balik
yang membantu mereka memikirkan kembali perilaku mereka dan bergerak
menuju perubahan produktif. Pemimpin membantu anggota kelompok dengan
mengalokasikan waktu untuk mengatasi isu yang muncul, dengan memperhatikan
hubungan antar anggota kelompok, dan dengan memodelkan gaya berinteraksi sehat
yang menggabungkan kejujuran dengan welas kasih.

Isu tahap tengah dan tugas fasilitator dalam tahap ini meliputi:

 Menjaga kelompok terfokus dan berada dalam “di sini dan sekarang”;
 Pemodelan gaya berinteraksi sehat; dan
 Memfasilitasi bukan menjalankan atau mengarahkan kelompok.

Menjaga kelompok terfokus dan berada disini dan sekarang


Konselor dapat membantu anggota kelompok tetap di jalur dan menangani “di sini
dan sekarang”.

Contoh jenis intervensi yang dapat membantu untuk menjaga kelompok tetap fokus:

 Ketika anggota membicarakan hal-hal di luar kelompok: “Bagaimana berbicara


tentang apa yang terjadi (di sana) mempengaruhi perasaan Anda di grup ini? “
 Ketika anggota lebih diam dari biasanya: “Bagaimana keheningan di ruangan itu
mempengaruhi perasaan Anda?”

Pemodelan gaya berinteraksi sehat


Akan sangat membantu untuk memiliki dua konselor dalam kelompok melakukan
ko-konseling. Ko-konselor dapat mencontohkan komunikasi yang efektif, dan juga
1 Dikutip dari: CSAT. (2005). Substance abuse treatment: Group therapy. Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 41. HHS Publication No.
(SMA) 05-3991. Rockville, MD: SAMHSA.

271
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
mencontohkan penyelesaian konflik yang tepat. Dalam kelompok gabungan pria
dan wanita, memiliki konselor dari tiap gender juga membantu memberikan contoh
hubungan pria-wanita yang sesuai dan saling menghormati. Bahkan dalam situasi di
mana hanya ada satu konselor kelompok, konselor memiliki tanggung jawab untuk
memperlakukan semua klien dengan rasa hormat dan mencontohkan komunikasi dan
interaksi yang sehat lainnya dengan mereka.

Ketika kelompok bekerja, peran konselor adalah membimbing interaksi sehingga


anggota kelompok tetap terlibat. Ketika kelompok tidak bekerja, peran konselor
adalah membuat yang tersembunyi menjadi terlihat dan yang tersirat menajdi tersurat.
Seringkali, hanya dengan menyatakan apa yang telah terjadi dan bertanya bagaimana
itu membuat anggota kelompok merasa sudah cukup.

272
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.7: Tahapan Kerja Kelompok: Tahap
Akhir—Mencapai Penutupan1

Terminasi adalah sebuah kesempatan penting bagi anggota untuk menghargai pekerjaan
yang telah mereka lakukan, untuk berduka hilangnya asosiasi dan persahabatan, dan
untuk melihat masa depan yang positif.
Kelompok memulai terminasi ketika kelompok secara keseluruhan mencapai pada titik
terminasi yang telah disetujui sebelumnya atau anggota menetapkan bahwa sudah
waktunya untuk meninggalkan grup. Dalam kedua kasus, terminasi adalah waktu untuk:

 Memberikan penutupan terhadap pengalaman;


 Melihat dampak kelompok pada setiap orang;
 Mengakui perasaan yang dipicu oleh perpisahan;
 Memberi dan menerima umpan balik tentang pengalaman kelompok dan peran
masing-masing anggota di dalamnya;
 Menyelesaikan masalah atau isu yang belum selesai, dan
 Mencari jalan untuk melanjutkan pembelajaran yang didapat dalam kelompok.

Klien yang meninggalkan kelompok dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:


 Completers (klien yang menyelesaikan) telah menyelesaikan pekerjaan yang
membuat mereka bergabung ke dalam kelompok.
 Plateauers (klien yang datar) tidak benar-benar selesai, tapi kemajuan mereka
melambat atau berhenti untuk sementara waktu.
 Fleers (klien yang kabur) merasakan kebutuhan yang tak tertahankan untuk
melarikan diri secepat mungkin, seringkali karena mereka telah menemui realitas
yang sangat mengganggu dalam kelompok atau dalam kehidupan mereka di luar
kelompok.
Menutup sebuah kelompok dengan sukses dapat menjadi peristiwa penting bagi
anggota kelompok. Ini mungkin pertama kalinya dalam waktu yang lama ia menyelesaikan
sesuatu dengan sukses. Terminasi kelompok juga adalah merupakan kesempatan bagi
klien untuk berlatih perpisahan, dengan pengertian bahwa perpisahan mengarah pada
kesempatan berikutnya untuk hubungan baru.

Bahkan perpisahan positif dan dirayakan, bagaimanapun juga dapat menimbulkan


perasaan kuat, sehingga berikan pemberitahuan awal yang cukup (mungkin 4
minggu) kepada anggota kelompok yang akan berpisah untuk memberikan waktu
pada kelompok dalam memproses perasaan yang berhubungan dengan perpisahan.
Secara umum, semakin lama seseorang bersama kelompok, semakin lama mereka
memerlukan waktu untuk perpisahan. Fasilitator kelompok memainkan peran penting
dalam terminasi, baik dalam fasilitasi individu mengucapkan selamat tinggal kepada
kelompok atau kelompok menyampaikan selamat tinggal terhadapat kelompok itu
sendiri (iika kelompoknya berakhir).
1 Dikutip dari: CSAT. (2005). Substance abuse treatment: Group therapy. Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 41. HHS Publication No.
(SMA) 05-3991. Rockville, MD: SAMHSA.

273
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Beberapa klien mungkin enggan untuk berpisah dengan kelompok dan fasilitator.
Beberapa klien yang sangat peka terhadap penelantaran, misalnya, mungkin menolak
keuntungan yang telah mereka raih. Mereka perlu diyakinkan bahwa, ketika mereka
sudah berkembang, mereka tidak lagi perlu konselor. Pada klien sungkan lain,
gejala dapat kambuh. Orang-orang ini membutuhkan bantuan melihat dengan jelas
kemunduran sebenarnya yang terjadi yaitu: takut akan terminasi.

Kelompok dapat diajak mengeksplorasi kemungkinan seorang anggota meninggalkan


kelompok. Selain itu, pemimpin mungkin bertanya pada klien yang akan pergi untuk
mengklasifikasikan diri mereka sebagai completers, plateauers, atau fleers. Jika klien
adalah fleers, orang itu mungkin dapat ditanyakan pertanyaan seandainya: Seandainya
Anda tetap dalam kelompok, apa yang Anda pikir akan Anda kerjakan? Pertanyaan
seperti ini mungkin dapat menyingkapkan masalah seorang fleers sangat ingin
menghindari.

Upaya apapun yang dilakukan untuk mencegah terminasi prematur, beberapa orang
dengan GPZ tak terhindarkan pasti akan meninggalkan kelompok secara tiba-tiba,
karena berbagai alasan. Kelompok harus diperingatkan bahwa perubahan mendadak
mungkin terjadi, dan pemimpin harus siap untuk membantu anggota kelompok
mengatasi perubahan ini.

Kelompok (dan konselor!) mungkin dapat menekan anggota kelompok tertentu secara
halus untuk menetap karena mereka menghargai kontribusi anggota itu dan akan
kehilangan dia. Anggota kelompok perlu diyakinkan bahwa ketika anggota senior
pergi, orang lain akan mengisi peran yang kosong.

274
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.8: Isu dalam Manajemen Sesi
Kelompok—Menangani Konflik

Menangani konflik dalam kelompok adalah sebuah isu yang semua konselor akan
harus temui. Konflik dalam kelompok adalah normal, sehat, tidak dapat dihindari, dan
merupakan kesempatan belajar bagi peserta.Konselor harus menyadari reaksi verbal
dan non-verbal dari anggota kelompok untuk memastikan mereka dapat mengelola
tingkat emosional dari setiap konflik.

Konflik dalam kelompok biasanya salah satu dari tiga kategori umum:

 Interaksi yang tidak sehat;


 Konflik terselubung; atau
 Pengalihan kemarahan.

Interaksi yang tidak sehat


Seringkali seorang konselor dapat memfasilitasi interaksi antara anggota yang sedang
berkonflik dengan hanya dengan memberikan perhatian terhadap interaksi dengan
menanyakan kelompok pertanyaan seperti: “Tunggu sebentar. Apa yang tampaknya
sedang terjadi dalam kelompok saat ini?”

Seorang konselor juga dapat menarik perhatian ke pola-pola yang lebih halus dari
konflik dalam kelompok.

Misalnya, ada anggota kelompok bernama Mary, yang sering tidak setuju dengan
orang lain. Anggota kelompok lain menganggap Mary sebagai sumber konflik, dan
beberapa dari mereka bahkan mungkin meminta Mary (kambing hitam) untuk pergi
sehingga mereka dapat melanjutkan pekerjaan kelompok.

Dalam situasi seperti ini, konselor dapat bertanya, “Apakah kelompok ini akan dapat
mempelajari lebih tentang penanganan situasi seperti ini jika Mary meninggalkan
kelompok atau tetap dalam kelompok? “. Konselor juga dapat mendiskusikan situasi-
situasi yang dapat mengalihkan pembahasan kelompok.

Pertengkaran antar anggota sering dapat dengan cepat dihentikan oleh:

 Mengarahkan perhatian anggota dengan tujuan sesi;


 Mengarahkan perhatian anggota dengan tujuan sesi;
 Menyebutkan batas waktu sesi;
 Meminta anggota untuk mengesampingkan masalah untuk saat ini, atau
 Meringkas perselisihan dengan menekankan poin kesepakatan dan meminimalkan
ketidaksepakatan.

275
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Konflik terselubung
Konflik terselubung adalah sesuatu yang “ berada di bawah tanah” atau tidak di
tunjukkan secara terbuka. Seorang konselor dapat membantu dengan memberi label
konflik terselubung dan menunjukkan secara terbuka. Pengamatan bahwa konflik itu
terjadi, dan bahwa kelompok perlu memperhatikan hal itu dapat membuat anggota
kelompok merasa lebih aman.

Namun, konselor tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik. Setelah


konflik diamati, keputusan untuk mengeksplorasi lebih jauh dibuat berdasarkan apakah
pendalaman seperti itu akan produktif bagi kelompok secara keseluruhan. Dalam
mencapai keputusan ini, konselor harus mempertimbangkan fungsi konflik tersebut
dalam kepentingan kelompok. Mungkin saja ini sebenarnya adalah kesempatan paling
berguna saat ini untuk perkembangan dalam kelompok.

Pengalihan kemarahan
Pemimpin kelompok juga harus menyadari bahwa banyak konflik yang tampaknya
mengkambing hitamkan seorang anggota kelompok sebenarnya adalah pengalihan
kemarahan seorang anggota terhadap konselor. Ketika konselor menduga situasi
seperti ini, kemungkinan itu harus langsung disampaikan kepada kelompok dengan
komentar seperti, “Saya perhatikan, Willy, bahwa Anda cukup marah dengan
Amina akhir-akhir ini. Saya juga tahu bahwa Anda sedikit kesal dengan saya sejak
beberapa minggu lalu tentang cara saya menangani panggilan telepon dari
atasan Anda. Apakah menurut Anda beberapa kemarahan itu ditujukan kepada? “

276
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 5.9: Isu dalam Manajemen Sesi
Kelompok—Mengelola Sub-Kelompok

Sub-kelompok tidak dapat dihindari akan terbentuk dalam kelompok yang konselor
pimpin. Konselor terkadang dapat terlebih dahulu mengidentifikasi apakah ada sub-
kelompok yang otomatis akan terbentuk, seperti ketika klien sebelumnya telah dalam
terapi bersama-sama, atau bila ada klien yang bekerja pada tempat yang sama.

Seperti konflik, sub-kelompok tidak selalu negatif. Sebagai contoh, seorang fasilitator
kelompok dapat dengan sengaja memupuk subkelompok yang membantu klien-
klien yang terhubung karena marjinal menjadi pusat dinamika kelompok. Ini mungkin
melibatkan pertanyaan seperti, “Nancy, apakah menurut Anda mungkin dapat
membantu Linah jika Anda berbicara tentang pengalaman Anda dengan masalah ini? “

Lebih lanjut lagi, untuk membangun hubungan saling bantu antara anggota, anggota
kelompok dapat ditanyakan, “Bob, siapa lagi dalam kelompok ini menurut Anda
mungkin tahu sesuatu tentang apa yang telah Anda katakan? “

Ketika sub-kelompok bersifat negatif, konselor dapat mengelola mereka dengan cara-
cara berikut, seperti.

Membuat aliansi terselubung menjadi terbuka. Terselubung berarti aliansi


tersebut sesuatu yang bawah tanah atau tidak ditunjukkan secara terbuka. Konselor
dapat melibatkan kelompok untuk mengidentifikasi sub-kelompok dengan
mengatakan sesuatu seperti, “Aku melihat Musa dan John menemukan banyak
kesamaan. Siapa lagi yang merasa sama dengan mereka? “

Membingkai ulang apa yang sub-kelompok lakukan. Sebagai contoh, konselor dapat
berkata kepada anggota subkelompok, “Apakah yang kalian bantu bagi kelompok
agar tidak berbicara dengan berbicara diantara kalian sendiri? “

Tata ulang. Kadang kala, perubahan dalam susunan ruangan mungkin cukup untuk
mengubah kombinasi atau aliansi yang tidak diinginkan.

277
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 5.10: Isu dalam Manajemen Sesi
Kelompok—Mengelola Perilaku Mengganggu

Mengelola dan menanggapi perilaku yang mengganggu (disruptif) adalah sebuah


masalah yang semua konselor akan hadapi dalam kelompok. Ada beberapa macam
perilaku mengganggu yang konselor perlu sering hadapi:

 Klien yang tidak berhenti bicara atau memotong;


 Klien yang melarikan diri dari sesi;
 Klien yang datang terlambat atau bolos dari sesi;
 Klien yang diam saja;
 Klien yang menghilang selama sesi (melamun sendiri/cuek), dan
 Klien yang berpartisipasi, tetapi hanya tentang isu-isu yang berkaitan dengan
orang lain.

Klien yang tidak bisa berhenti berbicara atau yang


mengganggu
Overtalkers (Berbicara berlebih). Ketika klien berbicara terus menerus, ia mungkin
gugup atau orangnya suka bicara. Fasilitator dapat mengatasinya dengan:
 Menyela (ketika dia menarik napas!) dengan “Itu poin menarik, mari kita lihat
apa yang lain pikir “ atau berterima kasih kepada orang tersebut dan mengulang
poin yang relevan; dan
 Menyarankan, “Mari kita beri kesempatan kepada yang lain.”
Orang tersebut mungkin tidak tahu apa yang diharapkan dalam sebuah kelompok.
Pemimpin kelompok mungkin dapat bertanya kepada klien ini, “Pembelajaran
kelompok apa yang Anda harapkan dari apa yang telah bagi ?”Jika jawabannya
klien adalah,”Yah, bukan apa-apa sih,” mungkin sudah saatnya untuk bertanya
anggota kelompok yang lebih berpengalaman untuk memberikan pembelajaran
bagaimana kelompok bekerja.

Fasilitator juga dapat menyelidiki apakah kelompok ini mengijinkan berbicara terlalu
banyak ini untuk menghindari isu-isu lainnya.

Interrupters (Si Pemotong). Interupsi mengganggu alur diskusi dalam kelompok,


dengan menghasilkan frustasi.

Klien yang sering memotong umumnya adalah orang baru dalam kelompok dan belum
terbiasa dengan norma dan ritmenya. Pemimpin dapat mengajak kelompok untuk
berkomentar dengan mengatakan, “Apa baru saja terjadi ?” Fasilitator juga dapat
memberi tahu si pemotong bahwa ia nanti akan diberi kesempatan untuk berbagi.
Fasilitator perlu menjaga janji ini.

Klien yang melarikan diri dari sesi


Klien yang melarikan diri dari sesi (tidak mengikuti sesi sampai selesai) sering bertindak
atas dorongan hati yang muncul, mungkin karena apa yang dibicarakan di dalam sesi.
278
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Akan sangat membantu untuk mendiskusikan perasaan-perasaan ini dengan kelompok
dan untuk menentukan apa yang anggota dapat lakukan untuk berbicara tentang
perasaan-perasaan ini ketika muncul.

Pemimpin harus menekankan bahwa apapun yang terjadi dalam kelompok, anggota
harus tetap tinggal di ruangan dan berbicara mengenai masalahnya bukan berusaha
melarikan diri dari masalah-masalah itu. Jika ada anggota tidak dapat memenuhi
persyaratan ini, itu adalah indikasi untuk mengevaluasi kembali penempatan orang
tersebut dalam kelompok. Harap dingat, meskipun kelompok berdebat untuk banyak isu,
keputusan untuk mengeluarkan seseorang bukanlah wewenang kelompok. Sebaliknya,
pemimpinlah yang mengambil keputusan dan menjelaskan kepada kelompok dalam
secara jelas dan terus terang mengapa tindakan itu diambil.

Datang terlambat atau bolos sesi


Kadang-kadang, konselor melihat klien yang datang terlambat sebagai orang
yang,dalam arti tertentu, berperilaku buruk. Akan lebih produktif untuk melihat jenis
pelanggaran batas sebagai pesan yang perlu diperjelas. Tanyakan klien atau anggota
kelompok apakah mereka memiliki ide mengapa seseorang terlambat atau membolos
sesi.

Diam
Seorang anggota kelompok yang diam sedang menyampaikan pesan sejelas orang
yang berbicara. Pesan dalam diam harus didengar dan dipahami, karena tidak
merespon mungkin memberikan petunjuk akan kesulitan klien dalam berhubungan
dengan kehidupan batin mereka atau dengan orang lain. Diam juga bisa menjadi
indikator kemarahan terselubung yang perlu ditangani.

Klien diam dapat ditanya dengan lembut: “Alice, kau sangat pendiam hari ini. Aku
berpikir Anda mungkin bisa menghubungkan dengan apa Nancy baru saja katakan”.

Jika klien tetap diam dalam kelompok, perlu kembali dipikirkan apakah mereka mungkin
telah ditempatkan tidak tepat.

Pertimbangan khusus juga kadangkala diperlukan untuk klien yang bahasa utamanya
bukan bahasa utama kelompok Klien seprti itu mungkin pendiam, atau merespon
hanya setelah beberapa waktu, karena mereka perlu waktu untuk menerjemahkan apa
yang baru saja dikatakan ke bahasa pertama mereka. Pengalaman-pengalaman yang
menyangkut perasaan yang kuat dapat sangat sulit untuk diterjemahkan, sehingga
waktu yang diperlukan bisa lebih panjang.

Melamun atau cuek


Ketika kelompok sedang berlangsung dan klien hadir tubuhnya tetapi tidak dalam
pikiran, akan dapat membantu dengan mengingatkan mereka ketika mulai melamun
atau cuek. Pemimpin harus mengeksplorasi apa yang terjadi ketika seorang individu
kehilangan atensi. Mungkin orang itu melarikan diri dari bahan tertentu yang sulit atau
sedang mengalami kesulitan umum membangun hubungan dengan orang lain.

Mungkin akan membantu untuk melibatkan kelompok dalam memberikan umpan balik
kepada klien dengan perhatian kurang baik. Namun, adalah juga mungkin, bahwa
kelompok secara keseluruhan sedang menghindari hal-halyang berkaitan dengan
hubungan kebersamaan. Anggota yang melamun atau cuek mungkin membawa ini
pesan untuk kelompok.
279
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Berpartisipasi hanya tentang masalah orang lain
Bahkan ketika anggota kelompok hanya mengungkapkan sedikit tentang diri mereka,
mereka mungkin mendapatkan banyak hal dari pengalaman kelompok, mereka tetap
terlibat diseputar isu-isu yang diungkap orang lain. Fasilitator mungkin ingin menunggu
beberapa waktu dan melihat apakah klien pada akhirnya mulai berbicara lebih lanjut
tentang masalah sendiri.

Fasilitator juga dapat mengajak klien untuk mengekspresikan sesuatu yang pribadi,
“Saya melihat Anda menganggukkan kepala Anda saat Daniel berbicara. Hal apakah
yang Anda dapat hubungkan dengan diri atau hidup anda? “

280
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Modul 5—Konseling Kelompok: Keterampilan Dasar,
Ringkasan

Pengenalan
 Meskipun ada kesamaan, konseling kelompok tidak sama dengan konseling
individu dalam tatanan kelompok.
 Konselor mungkin percaya bahwa mereka memberikan konseling kelompok, tetapi
ternyata mereka hanya menggunakan keterampilan konseling individu. Kebutuhan
kelompok secara keseluruhan harus seimbang dengan kebutuhan individu dalam
kelompok.
 Konseling kelompok meliputi keterampilan fasilitasi yang baik yang memungkinkan
kelompok untuk melakukan sebagian besar pekerjaan.

Mempersiapkan klien untuk kelompok


 Banyak penelitian dilakukan untuk melihat manfaatndari mempersiapkan klien
untuk kelompok. Banyak para penulis setuju bahwa mempersiapkan klien
membantu kelompok menjadi lebih terapeutik lebih cepat dan tampaknya juga
memiliki efek positif pada peningkatan klien.
 Pertemuan pra-kelompok sangat membantu untuk:
• Memperjelas harapan (Baik klien maupun program terapi);
• Membuat aturan dasar;
• Mengeksplorasi manfaat dari terapi kelompok; dan
• Memperbaiki kesalahpahaman mengenai sesi kelompok.
 Keberhasilan individu dalam terapi kelompok tergantung pada penempatan klien
dalam kelompok yang sesuai. Sebelum menempatkan klien dalam kelompok
tertentu, Anda harus mempertimbangkan antara lain:
• Karakteristik, kebutuhan, preferensi, tahap perubahan, dan tahap
pemulihan klien;
• Sumber daya program; dan
• Sifat dari kelompok atau kelompok yang tersedia dalam program Anda.
 Sadarilah bahwa tidak semua jenis klien cocok dengan tipe kelompok manapun.
Sebagai contoh:
• Klien dengan gangguan penyerta mental, seperti depresi berat atau
gangguan kecemasan sosial, tidak mungkin dapat berfungsi dengan baik
dalam tatanan kelompok.
• Klien dengan gangguan penyerta kepribadian mungkin perlu kelompok dengan
batasan sangat ketat untuk menghindari pengalaman kelompok negatif atau
untuk menghindari secara negatif mempengaruhi anggota kelompok lain.
• Setiap klien harus dinilai sesuai dengan kebutuhan individu dalam terapi.

281
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
• Klien yang pernah mengalami trauma, khususnya pelecehan seksual, mungkin
memerlukan kelompok yang homogen (artinya kelompok khusus wanita saja
atau pria saja atau kelompok dengan orang lain yang memiliki pengalaman
yang sama).
• Klien dalam pergolakan krisis kehidupan mungkin membutuhkan perhatian
lebih banyak daripada yang dapat diberikan oleh kelompok.
 Dan terakhir, klien yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam terapi kelompok
tidak boleh dikritik atau dihukum, bahkan jika itu berarti Anda harus merujuk
mereka ke program lain untuk mendapatkan layanan.
 Program terapi efektif yang berfokus pada kebutuhan individu tidak membutuhkan
semua klien untuk menghadiri kelompok. Kebutuhan individu klien harus lebih
diutamakan.
 Mempersiapkan klien untuk kerja kelompok dapat mengambil waktu mulai dari
satu sesi hingga beberapa minggu.
 Dalam sesi individu, konselor dapat mempersiapkan klien untuk kelompok dengan
beberapa cara. Misalnya, mereka dapat menyaring kesesuaian klien dengan:
• Menilai kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kelompok;
• Menilai tahap perubahan mereka, dan
• Menilai kemauan dan motivasi untuk berpartisipasi.
 Asesmen ini tidak hanya membantu konselor untuk menempatkan klien ke dalam
kelompok yang sesuai, tetapi juga membantu konselor tahu apa yang akan
dihadapi.
 Konselor juga harus memberikan informasi tentang sesi kelompok, sebagai contoh:
• Bagaimana konseling kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya yang
mungkin klien pernah alami, seperti program 12 Langkah;
• Manfaat konseling kelompok, atau bagaimana secara khusus kelompok dapat
membantu klien;
• Bagaimana kelompok terstruktur, misalnya, apakah berkelanjutan atau terbatas
waktu yang sedang berlangsung, dan?
• Jenis masalah atau isu yang ditangani.
 Konselor harus mengakui dan menegaskan harapan-harapan klien tentang
konseling kelompok dengan:
• Bertanya tentang harapan;
• Mengoreksi segala kesalahpahaman;
• Menegaskan atau mengafirmasi harapan positif, dan
• Menangani dan reframing segala ketakutan.
 Sebagai contoh, klien mungkin takut ia “berbeda” dari anggota kelompok lainnya,
yang mungkin benar. Konselor dapat mengeksplorasi isu-isu perbedaan (misalnya
orientasi seksual, etnis, suku atau klan) dan membingkai ulang yang dilihat sebagai
“Masalah” dengan menekankan manfaat dari memiliki perspektif yang unik dalam
kelompok.

282
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Perjanjian kelompok secara tertulis juga dapat bantu mempersiapkan klien untuk
kerja kelompok dengan memperjelas apa yang diharapkan dari mereka. Perjanjian
ini dapat menjadi bagian dari orientasi mereka kepada kelompok dan diberikan
kepada mereka dalam bentuk selebaran. Kesepakatan kelompok biasanya
mencakup hal-hal spesifik tentang:
• Kehadiran. Misalnya, tepat waktu dan jumlah minimal kehadiran dalam sesi;
• Kerahasiaan. Misalnya, “apa yang dikatakan dalam kelompok tetap dalam
kelompok”;
• Kontak fisik. Misalnya, apakah memeluk atau menyentuh dengan izin adalah
sesuatu yang boleh dilakukan dan harapan mengenai penghindaran kontak
fisik negatif, seperti menyodok, mendorong, atau memukul;
• Penggunaan zat. Sebagai contoh, klien tidak diperbolehkan bergabung dalam
kelompok jika ia berada di bawah pengaruh suatu zat;
• Partisipasi. Sebagai contoh, peserta diharapkan setidaknya berbagi minimal
dalam setiap sesi kelompok, dan
• Pengharapan akan waktu. Misalnya, ketepatan waktu konselor; dimulai dan
berakhir tepat waktu.
 Contoh perjanjian kelompok dapat ditemukan pada Halaman Penjelasan 5.1.
 Jenis persiapan kelompok apapun yang digunakan, berikut adalah tujuan
persiapan:
• Membentuk aliansi awal antara klien dan konselor;
• Mendapatkan pemahaman bersama yang jelas tentang harapan klien;
• Menawarkan informasi dan instruksi tentang kelompok;
• Menangani kecemasan awal klien tentang bergabung dalam kelompok; dan
• Memberikan dan mendapatkan penerimaan akan kesepakatan/perjanjian
kelompok.

Tipe-tipe Umum Kelompok: Keanggotaan, Batas Waktu,


dan Fokus
 Ada dua macam keanggotaan kelompok: keanggotaan statis atau
keanggotaan bergulir:
• Kelompok Statis menjaga keanggotaan yang sama sepanjang berjalannya
kelompok tanpa ada orang baru bergabung.
• Kelompok dengan keanggotaan bergulir (tidak tentu), memiliki orang-orang
yang datang dan pergi, bergabung dan keluar; kelompok terus berjalan
meskipun keanggotaan berubah.
 Dalam hal batas waktu, kita dapat melihat kelompok terbatas waktu dibandingkan
dengan yang berkelanjutan. Kelompok terbatas waktu memiliki jumlah sesi
yang sudah ditentukan. Sebagai contoh, sebuah kelompok edukasi mungkin
memiliki 10 atau 15 sesi dengan berbagai topik khusus untuk setiap sesi. Kelompok
berkelanjutan tidak memiliki tanggal berakhir yang spesifik.

283
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 Baik kelompok terbatas waktu maupun berkelanjutan dapat memiliki keanggotaan
statis atau bergulir, tergantung dari fokus kelompok, namun kelompok berkelanjutan
lebih mungkin untuk memiliki keanggotaan bergulir.
 Sebuah kelompok dapat berfokus dengan orientasi konten atau orientasi proses
, walaupun perbedaannya adalah hanya pada tingkat/taraf fokus atau penekanan.
 Kelompok berorientasi konten fokus pada topik yang telah diidentifikasi untuk
setiap sesi, tetapi tetap penting untuk memperhatikan dinamika kelompok dan
bagaimana anggota berinteraksi dengan satu sama lain dan konselor. Contoh
kelompok berorientasi konten yang adalah kelompok pendidikan atau pelatihan
keterampilan.
 Kelompok berorientasi proses fokus pada interaksi antara anggota kelompok dan
konselor dan dan juga fokus pada “di sini dan sekarang”. Apa yang dibahas
dalam kelompok muncul dari kebutuhan kelompok – tidak ada topik yang spesifik
disiapkan untuk setiap sesi.
 Beberapa kelompok mungkin juga memiliki fokus terpisah. Sebagai contoh,
sebuah kelompok untuk klien dengan HIV / AIDS mungkin berfokus pada topik
dalam hal ini menekankan isu-isu spesifik untuk hidup dengan virusnya , tetapi juga
berorientasi proses dalam hal bahwa tidak ada topik yang spesifik yang ditentukan
secara khusus untuk sesi tertentu dan klien juga diajak untuk berbagi perasaan
mereka.
 Halaman Daya 5.4 adalah sebuah tabel yang memperlihatkan berbagai jenis
kelompok dan bagaimana mereka berinteraksi.

Tahap Perkembangan Kelompok


 Ada tiga tahap perkembangan kelompok secara umum:
• Tahap Awal fase;
• Tahap Tengah; dan
• Tahap Akhir.
 Selama tahap awal konseling kelompok, isu-isu muncul di sekitar topik seperti
orientasi, kecemasan pemula , dan peran pemimpin. Tujuan dari
kelompok dijelaskan, kondisi kerja kelompok ditetapkan, anggota
diperkenalkan, nilai positif diatur untuk grup, dan kerja kelompok dimulai.
 Tahap ini dapat berlangsung dari mulai 10 menit sampai dengan membutuhkan
beberapa sesi. Dalam sebuah kelompok dengan keanggotaan bergulir proses ini
akan terjadi setiap kali anggota baru bergabung dengan grup.
 Tugas utama dalam tahap awal pengembangan kelompok adalah:
• Memperkenalkan anggota dan fasilitator;
• Menetapkan dan / atau meninjau kesepakatan kelompok;
• Menyediakan lingkungan yang aman dan erat;
• Menetapkan norma-norma; dan
• Memulai pekerjaan kelompok.

284
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Kelompok dalam tahap tengah bertemu dan menyelesaikan sebagian besar tugas
terapi yang sebenarnya. Selama fase ini, pemimpin menyeimbangkan konten,
yaitu informasi dan perasaan yang di ekspresikan dalam kelompok,, dan proses,
yaitu bagaimana anggota berinteraksi dalam kelompok. Terapi berada dalam baik
isi maupun proses. Keduanya berkontribusi pada hubungan antar dan di antara
anggota kelompok, dan hubungan-hubungan itulah yang memiliki nilai terapeutik.
 Tahap tengah kelompok umumnya adalah tahap terlama dalam perjalanan
kelompok. Isu tahap tengah dan tugas fasilitator dalam tahap ini meliputi:
• Menyeimbangkan konten dan proses;
• Melihat dan bergulir dengan resistensi, salah satu keahlian utama kami;
• Menjaga kelompok terfokus dan berada dalam “di sini dan sekarang”;
• Pemodelan gaya berinteraksi sehat; dan
• Memfasilitasi bukan menjalankan atau mengarahkan kelompok. Kita akan
berbicara lebih lanjut tentang ini di beberapa menit.
 Terminasi adalah sebuah kesempatan penting bagi anggota untuk menghargai
pekerjaan yang telah mereka lakukan, untuk berduka hilangnya asosiasi dan
persahabatan, dan untuk melihat masa depan yang positif. Seperti yang terjadi
pada tahap awal, bahkan sebuah kelompok berkelanjutan akan melalui tahap
terminasi setiap ada peserta meninggalkan/keluar dari kelompok.
 Isu dan tugas dalam tahap akhir meliputi:
• Memberikan penutupan terhadap pengalaman;
• Melihat dampak kelompok pada setiap orang;
• Mengakui perasaan yang dipicu oleh perpisahan;
• Memberi dan menerima umpan balik tentang pengalaman kelompok dan
peran masing-masing anggota di dalamnya;
• Menyelesaikan masalah atau isu yang belum selesai; dan
• Mencari jalan untuk melanjutkan pembelajaran yang didapat dalam kelompok.
 Informasi lebih lanjut tentang tahap perkembangan kelompok ada di Halaman
Sumber 5.5, 5.6, dan 5.7.

Menyusun Sesi Kelompok


 Ulasan: Intensionalitas berarti memilih perilaku membantu dan strategi khusus
dengan mengetahui tujuan dan arah jelas. Hal ini juga berarti memiliki tujuan yang
jelas untuk sebuah sesi dan tidak mengizinkan sesi untuk mengambil momentum
sendiri. Tentu saja, adalah penting bahwa konselor cukup fleksibel untuk mengubah
arah ketika itu benar-benar diperlukan, tetapi mengizinkan terapi keluar dari jalur
adalah sesuatu yang tidak produktif.

285
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 Salah satu cara menjadi intensional dalam konseling kelompok adalah dengan
berpikir hati-hati tentang apa yang Anda ingin kelompok capai selama sesi
tertentu. Cara lain untuk menjadi intensional adalah dengan memastikan bahwa
setiap sesi memiliki struktur atau susunan tertentu.
 Dengan adanya struktur, pemimpin kelompok dapat memastikan bahwa aspek
penting dari pekerjaan kelompok dilindungi dan anggota kelompok mengetahui
apa yang diharapkan dari sesi. Ini adalah sebuah kelompok yang “memulai dengan
baik dan berakhir dengan baik” dengan menggunakan ritual awal dan akhir.
 Struktur umum dari sesi kelompok adalah:
• Pembukaan dan sambutan selamat datang;
• Check-in;
• Mengulas norma dan aturan kelompok;
• Bekerja aktif;
• Ringkasan dan pekerjaan rumah; dan
• Penutupan.
 Bagian sambutan selamat datang dan pembukaan dari sesi termasuk menyapa
setiap peserta dengan hangat dan memulai sesi TEPAT WAKTU. Ucapan
sederhana seperti “Mari kita mulai” pun dapat dilakukan. Memulai sesi
tepat waktu mengirimkan pesan bahwa kerja kelompok itu penting. Sebuah
pemimpin kelompok yang secara konsisten datang terlambat mengirimkan pesan
bahwa kelompok itu tidak penting. Hal ini juga menyampaikan kurangnya rasa
hormat terhadap waktunya peserta.
 Menunggu anggota kelompok yang terlambat memperkuat keterlambatan dan
lagi-lagi menyampaikan kurangnya rasa hormat terhadap batasan kelompok dan
peserta yang berupaya untuk tiba tepat waktu.
 Bagian sambutan dan pembukaan adalah waktu untuk memperkenalkan setiap
anggota baru ke kelompok.
 Mungkin ada pengumuman yang akan disampaikan, seperti apakah ada anggota
kelompok yang akan terlambat atau absen atau apakah pemimpin berencana
untuk tidak hadir dalam waktu dekat.
 Beberapa kelompok juga memiliki ritual pembukaan.
 Bagian “Check-in” (memeriksa kondisi kelompok) dari sesi dapat berguna untuk
beberapa fungsi, tergantung pada tipe kelompok. Dalam kelompok psikoedukasi,
misalnya, pemimpin kelompok mungkin meminta peserta apa yang mereka ingat
dari sesi terakhir atau apakah mereka menggunakan yang mereka pelajari.
 Dalam setiap tipe kelompok, bagian ini juga dapat menjadi waktu untuk
menindaklanjuti tugas pekerjaan rumah peserta.
 Dalam kelompok yang berorientasi proses, itu mungkin hanya bertanya pada
peserta, “Bagaimana perasaan anda semua hari ini? “

286
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Pemimpin kelompok perlu berhati-hati untuk tidak membiarkan check-in untuk
berkembang terlalu lebar.
 Porsi bekerja aktif adalah jantung dari kelompok. Pekerjaan kelompok yang
dilakukan dapat berorientasi konten atau berorientasi proses, tergantung pada
tujuan dari kelompok. Hal ini juga mungkin akan bervariasi tergantung pada tahap
perkembangan kelompok, sebagaimana kita bahas.
 Porsi ringkasan dan pekerjaan rumah adalah seperti apa yang terdengar. Pemimpin
kelompok merangkum kerja-kerja kelompok atau meminta kelompok untuk
meringkas yang telah dilakukannya. Apa pun tugas pekerjaan rumah (PR) yang
diberikan perlu diperkuat selama sesi, atau menugaskan pekerjaan rumah baru.
 Pemimpin juga harus selalu mengafirmasi kerja kelompok, sespesifik mungkin, dan
bertanya pada anggota kelompok siapa yang harus diberikan afirmasi. Sebagai
contoh: “Kamu melakukan hal yang besar hari ini untuk mendukung Matthew
“atau” Ini adalah sesi yang sangat emosional, Anda semua benar-benar berani
dan semua bertahan “atau” Apakah ada orang lain yang ingin Anda puji untuk apa
yang telah mereka lakukan di kelompok hari ini? “
 Kadang-kadang bagian ringkasan perlu menyertakan check-in lagi. Jika suatu
sesi adalah merupakan hal yang sulit bagi seorang peserta, misalnya, pemimpin
harus check-in dengan orang tersebut untuk memastikan bahwa dalam keadaan
baik dan memiliki penutupan (closure) yang memadai. Sebuah check-in dengan
seluruh kelompok mungkin juga perlu, jika sesinya memang sulit. Pemimpin sesi
harus yakin bahwa peserta yang membutuhkan tindak lanjut sudah aman secara
emosional.
 Seperti pada pembukaan, penutupan sesi kelompok seringkali memiliki beberapa
jenis ritual. Satu contoh adalah untuk mengakhiri dengan bertanya apa yang telah
dipelajari yang peserta dapat ambil dari kelompok.
 Tentunya, pemimpin kelompok bertanggung jawab untuk menciptakan struktur
yang melindungi dan meningkatkan kerja-kerja kelompok. Namun, tanggung
jawab pemimpin juga melibatkan untuk tahu waktunya mundur dan memungkinkan
kelompok untuk berfungsi sebagai sebuah kelompok.

Menghindari Proses Sesi Kelompok yang Berpusat pada


Pemimpin Kelompok
 Kita telah bahas tentang fokus dari berbagai tipe kelompok. Beberapa kelompok
berorientasi konten dan beberapa lebih berorientasi proses. Tugas kepemimpinan
kelompok bagi konselor biasanya mencakup kedua tipe kelompok.
 Dalam kelompok berorientasi konten, seperti kelompok psikoedukasi, pemimpin
biasanya mengambil alih dan mengajarkan konten. Dalam kelompok berorientasi
konten, sangatlah tepat bahwa bila kelompok ini kebanyakan berpusat pada
pemimpin.
 Namun dalam kelompok proses, peran pemimpin dan tanggung jawab harus
berubah secara dramatis dari orientasi konten ke orientasi proses. Sebuah
kelompok proses yang tetap berpusat pada pemimpin akan membatasi potensi
pembelajaran dan perkembangan karena, terlalu sering, pemimpin menjadi pusat
perhatian kelompok.

287
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 Sebagai contoh, sebuah pemandangan umum di kelompok yang berpusat pemimpin
pada adalah serangkaian interaksi satu lawan satu antara pemimpin dan seorang
anggota kelompok. Intervensi satu lawan satu satu ini tidak memanfaatkan kekuatan
penuh kelompok untuk mendukung perubahan yang didorong oleh pengalaman
atau tidak membangun hubungan interpersonal otentik yang mendukung.
 Salah satu cara untuk melihat peran yang tepat dari pemimpin kelompok proses
adalah dengan melihat peran sebagai fasilitasi dan bukan kepemimpinan.
Fasilitasi adalah tindakan mendukung proses kelompok, bukan menciptakan atau
mengarahkan.
 Fasilitator yang baik menghindari melakukan apa yang bisa lakukan oleh kelompok
itu sendiri:
• Sebuah pertanyaan kepada fasilitator dapat ditanyakan kembali ke kelompok:
“Itu pertanyaan yang menarik; bagaimana yang lain menjawab itu?
• Konselor dapat meminta seorang anggota kelompok untuk mengarahkan
komentar ke anggota kelompok lain. Sebagai contoh:
Klien: Apa yang Lina baru saja katakan benar-benar mengganggu saya.
Konselor: Dapatkah Anda melihat Lina, dan menceritkan lebih banyak tentang
apa yang Anda rasakan?
• Konselor tidak harus selalu menjadi orang yang memecah keheningan; menunggu
dapat mengkomunikasikan rasa hormat terhadap kemampuan kelompok untuk
bergerak maju. Diam dapat menjadi sangat produktif, jadi jangan menjadi
orang yang tidak sabar. Anda juga dapat meminta pada anggota kelompok lain
untuk mengatakan sesuatu. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah untuk
mengingatkan peserta bahwa ini adalah kelompok mereka.
• Konselor dapat meminta kelompok untuk memberikan komentar terhadap
proses yang sedang berlangsung. Contohnya, “Terasa tegang di sini hari ini.
Menurut Anda apa yang sedang terjadi dengan kelompok? “
 Fasilitator yang baik juga mengajarkan anggota kelompok tentang keterampilan
yang diperlukan untuk mendukung dan mendorong satu sama lain, karena
dukungan terlalu banyak atau terlalu sering dari fasilitator dapat membuat
pencarian persetujuan (approval seeking), yang menghambat perkembangan dan
kemandirian.
 Mendukung satu sama lain, tentu saja, adalah keterampilan yang akan berkembang
sepanjang tahap-tahap perkembangan kelompok (kita akan berbicara lebih lanjut
tentang tahapan perkembangan kelompok grup dalam beberapa menit). Misalnya,
fasilitator dapat:
• Memberi contoh dalam mengkomunikasikan dukungan di tahap awal dari
sebuah kelompok. Ini termasuk matakontak yang sesuai, postur tubuh, non-
verbal mendengarkan penuh perhatian, dan perilaku lain yang Anda ingin
dilakukan oleh para anggota kelompok;
• Mengajarkan keterampilan spesifik dalam kelompok berorientasi konten;
• Menguatkan dan mengafirmasi peserta setiap kali mereka mengkomunikasikan
dukungan di tahap tengah perkembangan kelompok, misalnya: “Bagaimana
rasanya, Wilson, untuk mengkomunikasikan pemikiran anda begitu jelas
kepada Linah dan telah membuat dia mengerti Anda dengan baik?” atau “
Apa rasanya untuk dapat mengkomunikasikan frustrasi Anda secara langsung
?”; dan
288
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Jangan terburu-buru menawarkan dukungan pada peserta dalam tahap akhir
perkembangan kelompok, tetapi mungkinkan kelompok untuk melakukan itu.
Jika diperlukan, fasilitator dapat meminta kelompok melakukan itu. Contohnya:
“Joseph, tebakan saya paling tidak ada enam orang disini yang ahli dengan
jenis perasaan seperti ini. Apa yang timbul karena hal ini untuk yang lainnya?”
 Tentu, fasilitator kelompok pada akhirnya adalah yang bertanggung jawab untuk
menjaga fungsi dan keamanan kelompok. Intervensi kelompok dapat membantu
individu dan juga kelompok bergerak maju. Kita akan membicarakan hal tersebut
lebih lanjut ketika membahas tahap tengah perkembangan kelompok.
 Fasilitator kelompok juga perlu mengambil kendali ketika ada ancaman terhadap
fungsi dan keamanan kelompok. Ancaman tersebut dapat timbul dalam bentuk
perilaku mengganggu dari seorang anggota kelompok; yang akan kita bicarakan
nanti. Ancaman lain adalah penularan emosional.
 Contohnya, cerita seseorang, seperti kejadian menyakitkan tentang
 pelecehan seksual, dapat menyebabkan bergolaknya ingatan menakutkan dan
emosi kuat bagi yang mendengarkannya. Dalam suasana yang kuat dan emosional,
penyebaran perasaan, atau penularan emosional dapat memberikan beban berat
kepada anggota dan proses kelompok.
 Untuk mencegah atau mengatasi penularan emosional, fasilitator perlu:
• Melindungi individu;
• Melindungi batasan; dan
• Mengatur emosi.
 Jika seseorang berbagi emosi yang intens, konselor dapat mengafirmasi keberanian
yang diperlukan untuk berbagi. Ini juga dapat membantu menjaga emosi.
 Untuk melindungi individu, fasilitator harus menjaga hak setiap anggota untuk tidak
terlibat dalam diskusi emosional. Untuk melakukan ini, fasilitator dapat menjelaskan
bahwa setiap anggota kelompok memiliki hak untuk emosi pribadi dan perasaan.
 Ketikakelompok menekan seorang anggota untuk mengungkapkan informasi,
pemimpin harus mengingatkan kelompok bahwa anggota hanya perlu
mengungkapkan informasi tentang diri mereka pada tingkat yang mereka merasa
nyaman.
 Demikian pula, untuk melindungi batasan diri, fasilitator perlu menjelaskan bahwa
setiap klien bertanggung jawab untuk mengelola perasaannya dalam menghadapi
kekuatan kelompok dan memutuskan apa yang akan dibagi dan yang tidak.
 Setiap saat, fasilitator harus memperhatikan kebutuhan untuk mengatur
emosionalitas, selalu menjaga pada tingkat yang memungkinkan kerja kelompok
untuk berlanjut.
 Irvin Yalom, seorang ahli dinamika kelompok, menyarankan sebuah intervensi
yang dapat digunakan fasilitator kelompok untuk membatasi konflik atau hampir
semua eskalasi emosi yang tidak dapat diterima:

289
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 “Kita telah mengungkapkan beberapa perasaan yang kuat di sini hari ini .... Untuk
mencegah kita dari kelebihan beban, mungkin akan lebih baik untuk berhenti yang
kita lakukan dan bersama-sama mencoba untuk memahami apa yang terjadi dan
dari mana semua perasaan kuat berasal”.1

Isu dalam Manajemen Kelompok


Informasi tentang isu-isu dalam manajemen kelompok dapat ditemukan di Halaman
Penjelasan 5.8 – 5.10.

1 Yalom, I. D. (1995). The theory and practice of group psychotherapy. 4th ed. New York: Basic Books

290
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 5
KELOMPOK PSIKOEDUKASI UNTUK KLIEN DAN KELUARGA

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 293


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 293
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 294
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 315

291
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
292
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 6 10 menit
Latihan kelompok-besar: Nilai dari psikoedukasi 10 menit
Presentasi: Tipe-tipe dari kelompok psikoedukasi 10 menit
Rehat 15 menit
Presentasi: Kepemimpinan 15 menit
Presentasi: Konten psikoedukasi 5 menit
Latihan kelompok-kecil: Konten psikoedukasi 20 menit
Presentasi: Psikoedukasi dan dan tahapan perubahan 5 menit
Latihan kelompok-kecil: Psikoedukasi dan dan tahapan perubahan 30 menit
Rangkuman dan evaluasi hari keempat 10 menit
Selesai Hari Keempat
Pembukaan hari kelima dan ulasan singkat 5 menit
Presentasi: Psikoedukasi keluarga 5 menit
Lathan kelompok-besar: Apa program yang anda lakukan? 10 menit

Modul 6 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan pemahaman dasar dan tujuan dari psikoedukasi;
 Untuk memberikan tinjaun mengenai tipe-tipe informasi khusus yang tercakup di
dalam psikoedukasi; dan
 Untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana memberikan psikoedukasi
kepada orang yang dalam masa awal pemulihan.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 6 akan mampu untuk:
 Menyebutkan dan menjelaskan psikoedukasi dan perbedaannya dari terapi
kelompok;
 Mengembangkan topik-topik mengenai kelompok berbasis informasi dan berbasis
keterampilan;
 Mengembangkan konten untuk kelompok psikoedukasi; dan
 Menilai layanan program psikoedukasi yang dilakukan dan mengidentifikasi
kemungkinan untuk pengembangannya.

293
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
MODUL 6
KELOMPOK PSIKOEDUKASI UNTUK KLIEN DAN
KELUARGA

Objektif Pembelajaran

 Definisikan dan jelaskan istilah “psikoedukasi”


dan bedakan dengan terapi kelompok
 Kembangkan judul-judul untuk kelompok
berbasis-keterampilan dan kelompok-berbasis
informasi
 Kembangkan isi untuk kelompok psikoedukasi
 Nilailah layanan program psikoedukasi dan
identifikasi perbaikan yang mungkin dilakukan

6.2

294
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Psikoedukasi

 Apakah psikoedukasi?

6.3

295
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Definisi Psikoedukasi

 Didiklah klien tentang GPZ


 Didiklah klien tentang perilaku terkait dan
akibat-akibatnya
 Presentasikan isi yang terstruktur
 Gunakan alat visual
 Fasilitasi diskusi

Source: Center for Substance Abuse Treatment. (2005). Substance abuse treatment: Group
therapy. Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 41. HHS Publication No. (SMA)
05‐3991. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
6.4

Psikoedukasi dan Terapi Kelompok:


Persamaannya

 Kelompok klien dengan karakteristik yang


sama
 Tujuannya sama
 Fokus pada GPZ dan pemulihan
 Dipimpin oleh seorang fasilitator
 Mendorong interaksi diantara klien

6.5

296
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Perbedaan-perbedaan

 Fokus pada edukasi, tidak pada terapi


 Penekanan pada informasi, tidak pada perasaan
 Penekanan pada pengembangan keterampilan,
tidak pada perubahan perilaku

6.6

297
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Latihan kelompok besar: Nilai
Psikoedukasi

 Mengapa kita menawarkan psikoedukasi


kepada klien ?
 Apa manfaatnya untuk mereka?
 Apakah kemungkinan hasilnya bagi klien dan
anggota keluarga?

6.7

Jenis-jenis Kelompok

 Klien saja
 Keluarga saja
 Keluarga dan klien
 Setting masyarakat

6.8

298
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Kelompok berbasis keterampilan

 Ajarkanbagaimananya, tidak apanya


 Contoh keterampilan:
 Problem-solving
 Teknik manajemen craving
 Menolak tawaran narkoba
 Strategi relaps prevention lainnya

6.9

299
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Kelompok berbasis informasi: Untuk
Klien atau Keluarga

 Memberi pengetahuan, tidak keterampilan


 Lebih bersifat pendidikan daripada
peningkatan keterampilan
 Lebih khusus
 Interaksi dalam kelompok kurang
 Tidak ada diskusi masalah pribadi

6.10

Fasilitator Kelompok: Kualifikasi

 Memiliki pengetahuan yang memadai dalam


bidang psikoedukasi
 Memiliki perhatian terhadap klien
 Berpengalaman dalam memimpin kelompok
edukasi
 Kenal dengan lembaga program terapi
 Berpengalaman dengan klien dan keluarga

6.11

300
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Fasilitator kelompok: Tugas Umum

 Membantu identifikasi anggota kelompok yang tepat


 Merekrut anggota kelompok
 Menyesuaikan pendekatan kelompok
 Mengembangkan kurikulum dan jadwal
 Menyiapkan alat bantu visual
 Memilih materi rujukan dan makalah
 Memberikan pelatihan
 Memberikan dukungan pasca sesi sesuai kebutuhan
 Mengikuti perkembangan ilmu yang relevan
 Jangan kaku

6.12

301
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Selama sesi

 Membina suasana penerimaan yang nyaman


 Mendorong munculnya pertanyaan dan
komentar
 Dapat memberikan sumber informasi
tambahan
 Tetap tinggal diruangan setelah sesi
 Berbicara dengan orang yang punya masalah
atau keprihatinan

6.13

Mempertimbangkan Gaya
Pembelajaran

 Umur
 Tarafpendidikan dan kelancaran bicara
 Stadium terapi atau pemulihan
 Didaktik vs. interaktif
 Visual vs. auditori

6.14

302
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Instruksi yang sesuai

 Variasi
 Alatbantu Visual
 Role-play
 Video

6.15

303
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Pedoman Pelatihan Umum untuk
Fasilitator Kelompok

 Tinjau ulang informasi secara berkala


 Gunakan bahasa umum
 Rinci informasi
 Pastikan apakah dimengerti

6.16

Defisit Kognitif

 Biasapada awal pemulihan


 Pengaruh khusus pada:
 memori jangka pendek
 rentang Atense
 Dapatdibantu dengan mengulang-ulang
informasi

6.17

304
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Hindari Trigger yang menyolok

 Bersifat
kritis !!!
 Jangan ada:
 Gambar Narkoba
 Gambar peralatan penggunaan zat
 Gambar orang sedang pakai narkoba

6.18

305
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Melawan Trigger – Dengan cara apa?

 Tetap tinggal dengan kelompok


 Sesorang anggota kelompok menemani
pulang
 Telepon anggota keluarga

6.19

Rehat
15 menit

6.20

306
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Topik-topik Potensial

 Informasi tentang zat tertentu


 Relapse prevention
 Mencari dukungan/supports
 Menghindari triggers
 Lain-lain

6.21

307
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Latihan kelompok kecil: Topik-topik
Psikoedukasi

 Apakah tema utama yang ingin Anda liput


melalui topik yang diberikan ?

6.22

Tahap terapi

 Memasuki terapi: memotivasi klien untuk


terlibat dalam terapi
 Pemulihan awal: mengatasi isu khusus
seperti efek fisik dan “craving”
 Rumatanrawatan lanjutan: membantu klien
mempertahankan abstinen dan mencegah
relaps

6.23

308
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan kelompok kecil: Tahap terapi

 Catat semua topik psikoedukasi yang menurut


Anda cocok untuk stadium terapi tertentu
 Ambil kertas flifchart bila diperlukan lagi!

6.24

309
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Latihan Jurnal

 Apakah yang Anda pelajari hari ini


mengejutkan Anda?
 Apakah yang paling Anda sukai untuk
digunakan dalam praktek?
 Apakah masih ada pertanyaan penting
berkenaan dengan topik yang dibicarakan
dalam kelompok?

6.25

6.26

310
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Kelompok Keluarga

 Masukkan orang lebih banyak


 Dapat memantapkan kembali hubungan-
hubungan
 Dapat membantu keluarga mendukung
pemulihan
 Membantu anggota kelompok menyadari
bahwa keadaan mereka tidaklah unik

6.27

311
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Tujuan: Umum

 Belajar
 Kerjasama
 Mengerti
relapse
 Memperbaiki hubungan-hubungan

6.28

Tujuan: Khusus

 Memberikan informasi yang tepat


 Diskusikan bagaimana pemulihan
mempengaruhi keluarga
 Memampukan keluarga mendiskusikan
pemulihan
 Koreksi kesalahpahaman tentang narkoba dan
pemulihan
 Promosikan self-care
 Sampaikan harga diri dan kehormatan
6.29

312
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Topik khusus untuk kelompok
keluarga

 GPZ dan Keluarga


 Mengembalikan keutuhan keluarga
 Membangun kembali trust
 Peran Keluarga
 Keluarga dalam pemulihan
 Hidup bersama GPZ
 Perangkap-perangkap komunikasi

6.30

313
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Diskusi Kelompok Besar: Program
apa yang Anda lakukan?

 Apakah Anda menawarkan psikoedukasi?


 Jenisapa?
 Apakah ada yang ingin Anda rubah ?

6.31

314
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Modul 6—Kelompok Psikoedukasi untuk Klien dan
Keluarga, Rangkuman

Pengenalan
Kelompok psikoedukasi mendidik klien tentang penyalahgunaan zat dan perilaku terkait
serta konsekuensinya. Jenis kelompok ini menyajikan isi kelompok khusus terstruktur,
sering diajarkan dengan menggunakan kaset video, kaset audio, atau kuliah.1
Seringkali, fasilitator kelompok berpengalaman akan memfasilitasi diskusi tentang
materi.
 Banyak yang harus diserap! Mari kita pecah atas baberapa bagian. Kelompok
Psikoedukasi :
• Mendidik klien tentang penyalahgunaan zat: Artinya, memberikan informasi
tentang topik tertentu seperti narkoba tertentu dan adiksi;
• Mendidik klien tentang perilaku terkait narkoba dan konsekuensinya: Di sini
​​
kita berbicara tentang bagaimana penggunaan zat dapat menyebabkan
perilaku yang mengganggu kehidupan orang-orang yang menggunakan zat,
keluarganya, pekerjaan, dan bagian lain dari kehidupan mereka;
• Menyajikan isi yang khas kelompok dan terstruktur : Psikoedukasi mengikuti
seperangkat kurikulum dan jadwal, tidak seperti terapi kelompok dan bentuk-
bentuk terapi lainnya;
• Sering menggunakan alat bantu visual: Seperti kaset video atau brosur, CD,
atau kuliah; dan
• Memfasilitasi diskusi: Seorang fasilitator kelompok berpengalaman memainkan
peran utama dalam kelompok.
 Ada beberapa kesamaan antara psikoedukasi dan pendekatan terapi kelompok
yang bicarakan di Modul 5:
• Setiap jenis kelompok terdiri dari dua atau lebih individu-klien-yang memiliki
karakteristik serupa. Dalam kasus kita, karakteristiknya adalah gangguan
penggunaan zat (GPZ);
• Anggota kelompok memiliki tujuan umum: pemulihan;
• Dengan demikian, fokus dari setiap jenis kelompok adalah GPZ dan pemulihan;
• Setiap kelompok difasilitasi oleh seorang fasilitator terlatih dan berpengalaman;
dan
• Setiap kelompok mendorong interaksi pada tingkat tertentu diantara klien.
 Anda bisa juga membuat perbandingan dengan terapi keluarga, menambahkan
fokus pada hubungan/relationship.
 Namun, ada beberapa perbedaan sangat penting antara dua jenis kelompok:
• Sesuai namanya, psikoedukasi berfokus pada pendidikan. Kelompok-kelompok
ini bukan tempat untuk diskusi pengalaman, emosi, masalah pribadi, atau
hubungan (relationship);
• Penekanannya adalah pada informasi, pengetahuan, dan pikiran. Ini bukan
tempat untuk berbicara tentang perasaan;
• Juga dilengkapi dengan membangun keterampilan yang berkaitan dengan
pemulihan.
1 Center for Substance Abuse Treatment. (2005). Substance abuse treatment: Group Therapy. Treatment Improvement Protocol (TIP) Seresi 41.
HHS Publication No (SMA) 05-3991. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
315
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
 Misalnya, kelompok psikoedukasi mendiskusikan bagaimana kimia otak
dapat menyebabkan suges/craving. Pada terapi kelompok , klien mungkin
menggambarkan suges/craving mereka sendiri dan membantu satu sama
lain belajar bagaimana menanggulanginya.
 Akhirnya, fasilitator dapat berbicara dengan personel terapi untuk membahas
bagaimana topik ini ditangani dalam terapi kelompok dan bagaimana
mereka dengan cara terbaik dapat dikoordinasikan dengan terapi.
Tentu saja, fasilitator sendiri dapat memfasilitasi terapi kelompoki, jadi hal ini
tidaklah diperlukan.
 Klien seharusnya menerima psikoedukasi dan terapi kelompok (dan mungkin
terapi keluarga ). Mereka kemudian dapat mengatasi masalah mereka dari kedua
perspektir intelektual dan emosional.
 Ingat, tujuan dari psikoedukasi bukan untuk memberikan bimbingan individual
kepada klien, mengatasi masalah personal maupun masalah keluarga. Idenya
adalah untuk menyajikan ide-ide yang dapat digunakan peserta sebagai pelengkap
terapinya, termasuk membangun keterampilan untuk mendukung pemulihan.
 Membangun keterampilan dibedakan dari terapi pribadi, dalam hal ini termasuk
topik berbasis keterampilan yang relevan dengan pemulihan yang sebagian
besar (jika tidak semua) klien bisa mendapatkan keuntungan dari topik ini. Hal
ini mencakup keterampilan pemecahan masalah, keterampilan menghindari
pemicu rasa ingin pakai (trigger and craving), dan keterampilan lain yang terkait
untuk pencegahan kekambuhan.
 Kadang-kadang klien merasa perlu untuk mendapatkan dukungan emosional
atau kesempatan untuk mengekspresikan diri yang dapat diperoleh
dari terapi kelompok. Dan dapat dengan mudah bagi fasilitator untuk
mulai menjalankan kelompok psikoedukasi seperti terapi. Sangat penting untuk
melawan godaan ini dan tetap fokus pada ide, bukan pada individu.
 Sebuah pertimbangan yang sangat penting dalam pelaksanaannya adalah struktur
kelompok: siapa yang akan ada di dalamnya?
 Beberapa kelompok psikoedukasi hanya terdiri dari klien dalam program
perawatan.Kelompok tersebut bisa fokus pada substansi informasi, pendidikan
berbagai topik yang relevan dan membangun keterampilan yang berkaitan
dengan pemulihan.
 Psikoedukasi keluarga, seperti namanya, melibatkan anggota keluarga klien.
Kelompok-kelompok mungkin melibatkan klien atau mungkin juga tidak. Kelompok
keluarga penting tidak hanya untuk mendidik keluarga tentang berbagai aspek GPZ
dan pemulihan, tetapi juga untuk mendidik mereka tentang apa yang diharapkan
dan bagaimana mereka dapat mendukung anggota keluarga mereka yang dalam
pemulihan dengan cara terbaik.
 Program mungkin juga dapat melakukan kelompok-kelompok psikoedukasi di
dalam komunitas lokal atau klien. Ini mungkin termasuk kelompok yang ada di
sekolah-sekolah, rumah ibadah, atau tempat kerja.
 Terdapat dua jenis kelompok psikoedukasi secara general: berbasis keterampilan
dan berbasis informasi.
 Kelompok berbasis keterampilan adalah jenis psikoedukasi yang berfokus pada
pengajaran keterampilan pemulihan khusus kepada klien daripada memberikan
informasi. Keterampilan ini mungkin mencakup:
• Pemecahan masalah;
• Teknik untuk mengelola sugesti (craving);
316
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Menolak tawaran narkoba; dan
• Strategi pencegahan kekambuhan lainnya.
 Kita akan berbicara tentang pelatihan berbasis keterampilan pada modul
berikutnya, jadi di bab ini kita akan fokus pada pendekatan berbasis informasi.
 Kelompok berbasis informasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Kelompok ini berfokus pada meningkatkan pengetahuan bukan pengembangan
keterampilan;
• Fasilitator menggunakan pendekatan didaktik, seperti cara guru dalam
pengajaran konvensional;
• Informasi cenderung lebih spesifik karena penekanan pada informasi;
• Meskipun instruktur mendorong terciptanya interaksi kelompok, misalnya
dengan mengajukan pertanyaan, namun interaksi tetap lebih kurang
dibandingkan dengan kelompok berbasis keterampilan; dan
• Tidak ada diskusi tentang masalah-masalah pribadi (mungkin hal itu ada dalam
kelompok berdasarkan keterampilan).

Kepemimpinan
 Faktor paling penting yang mempengaruhi kualitas dari kelompok tentu saja
adalah faktor kepemimpinan.
 Pertimbangkan beberapa kualifikasi yang dibutuhkan untuk fasilitator:
• Memimpin kelompok psikoedukasi membutuhkan kerja ekstra. Fasilitator harus
termotivasi dan tertarik untuk memberikan layanan berkualitas;
• Demikian pula, fasilitator harus peduli dengan peserta. Jika ia tidak peduli, itu
diketahui oleh peserta, dan mereka akan mendapatkan sedikit manfaat dari
kelompok;
• Pengalaman adalah penting. Merupakan sebuah kelebihan apabila pernah
mendapat jenis-jenis pelatihan lain,yang dapat memperluas kemampuan
seseorang. Hal lain adalah pernah memfasilitasi jenis kelompok lain , seperti
terapi kelompok untuk orang dengan GPZ. Pengalaman ini membantu fasilitator
dalam memberikan pelatihan yang mendukung terapi peserta;
• Fasilitator harus tahu kecocokan layanan psikoedukasi dengan pendekatan
terapi organisasi pemberi layanan;
• Akhirnya, baik sebagai konselor atau pelatih, fasilitator harus memiliki
pengalaman dengan jenis-jenis klien dan keluarga yang akan berpartisipasi
dalam kelompok.
 Kita berbicara tentang perlunya pelatih memiliki pengalaman. Tentu saja, setiap
pelatih telah memimpin psikoeduksi kelompok untuk pertama kalinya. Tapi
meskipun begitu, pelatih harus memiliki latar belakang dalam pelatihan atau
konseling-atau keduanya-yang merupakan dasar keterampilan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan ini.
 Berikut adalah beberapa tugas umum dari fasilitator :
• Tentukan klien seperti apa yang akan dilayanai kelompok , kemudian membantu
memilih peserta tertentu yang akan mendapat banyak manfaat dari kelompok
itu;
• Membantu lembaga atau program dalam merekrut anggota potensial;
317
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
• Setelah anggota dipilih, lihat lagi rencana keseluruhan untuk memastikan
kecocokannya bagi peserta ini;
• Mengembangkan kurikulum dan jadwal, seperti yang dbicarakan sebelumnya.
• Siapkan slide PowerPoint dan alat bantu visual lainnya.Pilih bahan rujukan dan
handout;
• Kemudian, tentu saja, memberikan pendidikan;
• Menyediakan dukungan pasca sesi yang diperlukan; dan
• Selalu mengetahui informasi dan pengetahuan terbaru tentang narkoba,
GPZ,dan pemulihan.
 Kadang-kadang, fasilitator harus memiliki tugas lebih, karena beberapa
peserta mungkin membutuhkan bantuan di luar kelompok, seperti mengklarifikasi
informasi atau mendapatkan dukungan tambahan. Fasilitator harus luwes, karena
dia kadang-kadang dibutuhkan untuk memberikan layanan tambahan.
 Ada beberapa hal yang dapat dilakukan fasilitator selama sesi untuk meningkatkan
pengalaman bagi peserta:
• Selalu membuat suasana enak yang membuat para peserta merasa nyaman;
• Mendorong peserta untuk menjawab pertanyaan dan memberikan komentar
(meskipun demikian penting untuk menjaga pelatihan berjalan lancar dan
memastikan bahwa satu individu tidak mendominasi kelompok);
• Menyediakan sumber informasi, terutama melalui handout, untuk orang yang
ingin mempelajari lebih lanjut tentang topik tertentu. Termasuk rujukan ke
bagian lain dari lembaga Anda atau program lain;
• Seperti yang telah disampaikan, tetap berada di ruangan setelah sesi jika ada
seseorang yang perlu berbicara dengan Anda. Banyak pembelajaran dapat
diperoleh setelah pertemuan kelompok; dan
• Undang orang untuk mengemukakan masalah atau kekhawatiran, meskipun
mungkin lebih tepat untuk menunda tanggapan setelah pertemuan itu ketika
fasilitator dapat bertemu dengan peserta secara pribadi. Perhatikan bahwa
tidak semua orang merasa nyaman mengajukan pertanyaan dalam grup.
 Sekarang mari kita bicara lebih lanjut tentang peserta. Setiap orang memiliki
gaya belajar yang berbeda, dan seorang pelatih yang efektif dapat memodifikasi
pendekatan yang sesuai. Meskipun masing-masing individu adalah berbeda,
berikut adalah beberapa faktor umum yang mempengaruhi gaya belajar:
• Umur: Remaja belajar dengan cara berbeda dari orang dewasa, dan orang
dewasa muda berbeda dari yang lebih tua;
• Tingkat pendidikan dan kefasihan bahasa mempengaruhi seberapa jauh
informasi dasar atau lanjutan dapat dipahami;
• Tahap terapi atau pemulihan: Kita akan membicarakan hal ini nanti;
• Didaktik atau interaktif: Sebagian orang memilih jenis pelatihan seperti kuliah,
sedangkan orang lain belajar lebih baik melalui interaksi dengan fasilitator
atau peserta lainnya; dan

318
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
• Beberapa belajar lebih baik secara visual dan dibantu oleh alat bantu visual,
seperti slide. Yang lainnya lebih baik dengan material oral dan dengan demikian
lebih memilih bentuk kuliah.
 Diperlukan upaya untuk mencapai keseimbangan dalam gaya mengajar untuk
mengakomodasi berbagai jenis peserta didik.
 Berikut adalah beberapa cara fasilitator dapat mengatasi gaya belajar yang
berbeda:
• Menjadi akrab dengan gaya belajar peserta, baik ketika perekrutan maupun di
awal pertemuan kelompok. Ketahuilah bagaimana mereka belajar, dan buatlah
pendidikan yang sesuai;
• Gunakan berbagai gaya presentasi dan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
peserta;
• Gunakan gaya kuliah seperlunya, dan sarana bantu visual, seperti presentasi
PowerPoint, kertas flifchart, dan poster;
• Gunakan role-play-meskipun sedikit-dengan petunjuk yang akan mendorong
peserta untuk fokus pada informasi, bukan pengalaman pribadi; dan
• Jika tersedia video, gunakan untuk menyajikan informasi yang ada.
 Teknik-teknik lain yang dapat Anda gunakan dalam menanggapi gaya belajar
kelompok antara lain :
• Secara berkala meninjau ulang informasi untuk memperkuat pesan. Mungkin
sulit bagi peserta untuk mengingat semua informasi yang baru;
• Hati-hati untuk tidak menggunakan bahasa akademik atau profesional yang
orang mungkin tidak mengerti;
• Bagilah informasi ke dalam bagian-bagian kecil bukan memberikan semuanya
sekaligus; dan
• Periksa pemahaman peserta melalui teknik seperti mengajukan pertanyaan
tentang materi yang baru saja disajikan.
  Beberapa orang dalam pemulihan awal mungkin mengalami kesulitan
memahami atau mengingat materi karena efek narkoba atau efek putus zat
pada kemampuan kognitif mereka. Defisit kognitif umum dalam pemulihan
awal termasuk kehilangan memori dan rentang perhatian pendek.
 Masalah-masalah ini terutama mempengaruhi ingatan jangka pendek- jenis memori
yang diperlukan untuk belajar dalam kelompok pelatihan. Oleh karena itu, bagi
sebuah kelompok dengan orang dalam pemulihan dini haruslah disusun rencana
sesuai kebutuhan mereka, terutama dengan mengulangi informasi dengan cara
yang berbeda, dalam konteks kelompok yang berbeda, dan selama terapi klien.
 Pendekatan ini membantu klien memahami dan menyimpan konsep dasar dan
keterampilan yang penting untuk pemulihan.
 Pada bagian awal terapi,sesi juga harus tetap singkat (tidak lebih dari 20
menit) karena rentang perhatian dari banyak klien singkat.

319
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
 Prinsip yang sangat penting adalah unmtuk tidak menggunakan gambar dalam
bahan yang dapat memicu suges/craving. Ini dapat mencakup gambar narkoba,
perlengkapan, atau orang yang menggunakan narkoba. Kadang-kadang berbicara
tentang narkoba dalam kelompok dapat menjadi trigger untuk beberapa peserta.
Oleh karena itu ada bahaya bahwa psikoedukasi dapat meningkatkan risiko
kambuh.
 Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencoba mengidentifikasi siapa saja
yang mungkin mengalami kesulitan. Anda mungkin dapat memberi tahu dari
reaksi seseorang untuk diskusi, seperti ekspresi wajah atau bahasa tubuh. Anda
juga dapat mengajukan pertanyaan yang sangat jelas: “Apakah ada yang tidak
nyaman dengan hal ini? Apakah membuat Anda berpikir untuk menggunakan
narkoba?”
 Klien dalam program rawat jalan mungkin menghadapi risiko lebih besar
untuk mengalami situasi yang memicu suges/craving. Berikut adalah beberapa
kemungkinan lain untuk melawan trigger dalam rawat jalan :
• Anda mungkin harus tinggal dengan orang tersebut setelah pertemuan
kelompok, menyediakan waktu bersamanya hungga suges/craving
berlalu. Mendorong orang untuk berbicara, gunakan mendengar aktif
dan mungkin reframing untuk membantu dia melihat keinginannya dengan
cara yang berbeda;
• Kemungkinan lain adalah mengatur salah satu anggota kelompok lainnya untuk
mengantarkan klien kerumahnya. Hal ini dapat membantu orang itu menahan
godaan ketika harus melalui lingkungan lama atau mengunjungi teman-teman
lama yang masih menggunakan; dan
• Akhirnya, orang tersebut dapat menelepon anggota keluarga atau orang lain
dimana dia tinggal bersama dan membuat komitmen untuk tinggal dirumah
untuk waktu tertentu. Komitmen ini bisa menjadi petunjuk berguna bagi
anggota kelompok untuk langsung pulang. Hal ini akan berhasil jika
anggota keluarga telah mengikuti sesi pendidikan dan bagaimana merespon.

Isi / Konten
 Kita telah berbicara tentang berbagai aspek psikoedukasi, termasuk sifat
kelompok dan bagaimana memimpin mereka. Sekarang mari kita bicara tentang
isi atau kontennya: informasi apa yang harus diketahui kelompok?
 Beberapa bidang topik yang harus ditangani meliputi:
• Informasi tentang narkoba tertentu;
• Pencegahan kekambuhan (relapse prevention);
• Mencari dukungan, dan
• Menghindari trigger.

Tanda-tanda fisik dan efek narkoba


 Batuk kronis atau memburuknya kondisi penderita asma (ganja);
 Mata merah (ganja);
 Batuk menetap dan pilek (kokain);
 Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah (kokain atau amfetamin);

320
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Denyut jantung dan respirasi lebih lambat (heroin, benzodiazepin);
 Sangat cemas; tremor dan mengigil (putus alkohol), dan
 Secara umum: perubahan mood yang ekstrim, tidur lebih banyak atau
kurang,penurunan atau meningkatnya berat badan, tampak kurang sehat atau
sakit , pupil mata tampak lebih besar atau lebih kecil dari biasanya.

Efek penggunaan narkoba pada keluarga


 Kodependensi;
 Disfungsi keluarga;
 Kekerasan dalam rumah tangga:
 Masalah perilaku pada anak-anak;
 Masalah keuangan, dan
 Perpisahan dan / atau perceraian.

Mempertahankan pemulihan
 Lanjutkan obat resep;
 Hindari teman yang masih menggunakan narkoba;
 Hindari isolasi;
 Ikuti rencana terapi;
 Meningkatkan hubungan antar individu;
 Tetapkan tujuan yang realistis dan terjangkau;
 Menjaga pola makan yang sehat;
 Mengembangkan minat baru;
 Pergi ke pertemuan saling bantu; dan
 Menyadari trigger dan tanda-tanda peringatan kambuh/warning signal.

Kelompok saling-bantu: Ada banyak kelompok saling-bantu baik


formal dan informal seperti:
 Narcotic Anonymous dan kelompok 12-Langkah lainnya;
 Smart Recovery;
 Women for Sobriety;
 Secular Organization for Sobriety;
 Kelompok agama yang disponsori oleh gereja dan masjid, dan
 Kelompok masyarakat lokal yang fokus pada pemulihan.

321
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
Psikoedukasi dan Tahapan Terapi
 Mengenal terapi: ketika kita bekerja untuk memotivasi klien untuk sungguh-
sungguh memasuki program terapi; ini mungkin termasuk bekerja dengan
seseorang ditahap precontemplation. Perhatikan bahwa secara fisik hadir tidak
selalu sama dengan mengenal terapi. Mengenal terapi berarti terlibat dan
berpartisipasi sehingga mendapatkan manfaatnya.
 Pemulihan awal: ketika kita berurusan dengan isu-isu khusus yang ada dalam tahap
ini, termasuk efek fisik yang terjadi dan pengelolaan suges/craving; dan
 Pemulihan lanjutan : ketika kita membantu klien mempertahankan abstinensia dan
mencegah kambuh.
 Ada keuntungan untuk memiliki kelompok psikoedukasi terpisah untuk klien dalam
tahap tertentu dari pemulihan, tapi itu biasanya tidak mungkin. Di sisi lain,ada
keuntungan untuk memiliki klien dalam tahapan yang berbeda dalam kelompok
yang sama: Klien yang sudah lebih jauh dalam proses terapi dapat memperkuat
informasi: “Ya, itu terjadi dengan saya dahulu, “atau” Saya pikir saya tidak pernah
melakukannya, tapi toh saya lakukan. “

Topik-topik yang dapat digunakan untuk pengenalan terapi


 Belajar strategi untuk berhenti menggunakan narkoba: Apa yang telah berhasil
dikerjakan oleh orang lain;
 Menemukan motivasi untuk berhenti: Sekali lagi, apa yang telah berhasil dikerjakan
olehorang lain;
 Tahapan perubahan;
 Tanda-tanda dan gejala putus zat;
 Belajar untuk memadamkan pikiran tentang penyalahgunaan;
 Penataan waktu pribadi untuk menggantikan cara penggunaan waktu yang
sebelumnya dipakai untuk menggunakan narkoba;
 Keuntungan terapi; kerugian tidak mendapat terapi;
 Keseimbangan putusan;
 Mengatasi situasi berisiko tinggi, seperti ketika melalui lingkungan lama; dan
 Memahami kelompok saling bantu.

Topik-topik untuk pemulihan awal


 Penyakit dan pemulihan, khususnya efek fisik akibat putus zat;
 Gejala putus zat;
 Efek penyalahgunaan narkoba;
 Belajar kegiatan alternatif;
 Tahap-tahap pemulihan dan rawatan berkelanjutan, terutama apa yang terjadi
setelah pemuluhan awal.
 Berurusan dengan keluarga dan hubungan;
322
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Mengidentifikasi tanda dan pemicu, terutama situasi, orang, dan faktor lainnya
yang dapat menggoda klien untuk menggunakan lagi, dan
 Memahami suges/craving dan desakan, menekankan bahwa hal ini dihasilkan dari
fisik psikologis, dan faktor situasional.

Topik-topik yang mungkin untuk pemulihan sedang berjalan


 Memahami proses relaps dan tanda-tanda awal dan langkah-langkah yang bisa
dilakukan untuk mengurangi resiko;
 Mengembangkan keterampilan hidup seperti manajemen konflik dan manajemen
waktu;
 Meningkatkan keterampilan manajemen koping dan keterampilan stres
manajemen;
 Mengelola suges/craving, cara untuk melawan;
 Mengatasi trigger;
 Menanggapi slip, menekankan bahwa adalah mungkin untuk melakukannya dan
memberikan teknik khusus untuk kembali abstinens;
 Pentingnya kelompok dukungan; dan
 Penataan waktu luang, tapi juga mencari kegiatan jangka panjang: Kegiatan
rekreasi,pekerjaan sukarela, kelas, dan sebagainya.

Psikoedukasi Keluarga
 Prinsip-prinsip untuk psikoedukasi sama seperti untuk kelompok klien berbasis
informasi. Tapi psikoedukasi bagi keluarga dapat menjadi bagian sangat penting
dari sebuah program terapi,mari kita bicara tentang itu.
 Ketika kita mengatakan “keluarga,” kita memasukkan begitu banyak orang.
Mungkin termasuk pasangan romantis, sponsor, teman dekat, atau orang lain yang
dekat dengan klien dan prihatin dengan pemulihannya.
 Meskipun kelompok berbasis informasi bukanlah terapi keluarga, ia dapat
membantu membangun kembali hubungan sebagai keluarga karena mereka
belajar bahwa klien menderita penyakit dan ada harapan untuk pulih.
 Demikian pula, kelompok ini dapat membantu mendukung pemulihan-anggota
keluarga mempelajari lebih lanjut tentang apa pemulihan dan bagaimana mereka
dapat membantu klien melalui proses.
 Akhirnya: anggota keluarga biasanya sering merasa bahwa GPZ adalah
kesalahan mereka, dan mereka merasa bersalah. Mereka juga mungkin
percaya bahwa mereka adalah satu-satunya yang akan melalui ini.
Psikoedukasi dapat membantu mereka memahami bahwa itu bukan kesalahan
mereka dan mereka tidak sendirian. Bahkan, psikoedukasi dapat membantu
mereka memahami bahwa banyak keluarga mengalami perasaan putus asa.
 Psikoedukasi keluarga dapat mencapai tujuan berikut:
• Mendidik keluarga tentang GPZ dan bagaimana mereka mempengaruhi
pengguna dan keluarga;
• Membantu keluarga bekerja sama untuk mengatasi klien dengan GPZ klien
dan pemulihan;
323
Panduan Peserta: Modul 6 - Kelompok Psikoedukasi Untuk Klien Dan Keluarga
• Membantu keluarga memahami penyebab dan tanda-tanda kambuh, dan
• Meningkatkan hubungan antara klien dan anggota keluarganya melalui
pemahaman yang lebih baik tentang penyakit dan pengaruhnya terhadap
keluarga.
 Itulah beberapa tujuan umum psikoedukasi keluarga; mari pertimbangkan lagi
beberapa tujuan khusus. Psikoedukasi keluarga haruslah:
• Menyajikan informasi yang akurat, terutama pada topik seperti bagaimana
narkoba mempengaruhi perilaku;
• Mendiskusikan interaksi antara pemulihan dan keluarga dan keterlibatan
keluarga dalam proses pemulihan;
• Beri kesempatan keluarga untuk membahas pemulihan sebagaimana yang
mereka pahami, berikan koreksi bila ada yang kurang tepat;
• Mendorong anggota keluarga untuk merawat dirinya sendiri bahkan saat
mereka mendukung klien; dan
• Sampaikan martabat dan rasa hormat untuk membantu mereka mengatasi
perasaan malu atau bersalah yang mereka miliki karena adanya GPZ dan
masalah perilaku. Keluarga perlu belajar untuk menangani dan mengatasi
perasaan ini.
 Kita telah membahas topik yang dibicarakan dalam kelompok untuk klien saja.
Beberapa topik dapat digunakan juga dalam kelompok keluarga. Selain itu
beberapa topik khusus untuk kelompok keluarga. Sebagai contoh;
• GPZ dan keluarga: Bagaimana GPZ dapat mempengaruhi seluruh keluarga,
bukan hanya orang yang menjadi pecandu;
• Menempatkan keluarga kembali bersama-sama: Bagaimana keluarga lainnya
sudah mulai membangun kembali hubungan dan fungsi yang sudah rusak
akibat GPZ;
• Membangun kembali kepercayaan: Peran penting yang dimainkan oleh
kepercayaan/trust dalam pemulihan pecandu dan bagaimana keluarga
mencapai langkah penting ini;
• Peran Keluarga: Para anggota keluarga mungkin mengambil peran dalam
mengatasi GPZ anggotanya;
• Keluarga dalam pemulihan: Proses pemulihan dan bagaimana keluarga dapat
bekerja bersama-sama untuk mencegah kambuh;
• Hidup bersama GPZ: Bagaimana mengatasi anggota keluarga yang
menggunakan zat,terutama bila kambuh terjadi, dan
• Perangkap komunikasi; Peran penting yang dimainkan komunikasi dalam
keluarga sehat dan masalah-masalah yang dapat terjadi. Banyak keluarga tidak
tahu harus berkata apa atau bagaimana menghindari pemicu kambuh.
 Penting untuk diingat di sini bahwa ini bukan terapi keluarga. Namun, konselor yang
melakukan pendidikan keluarga harus terampil dalam bekerja dengan keluarga
dan memiliki pengetahuan tentang masalah yang relevan dengan keluarga klien
dengan GPZ.
 Tujuannya biasanya tidak untuk mengatasi perasaan keluarga secara
mendalam, tapi untuk memusatkan perhatian pada bagaimana keluarga
mengalami perasaan ini. Keluarga itu kemudian dapat mengeksplorasi isu-isu
secara pribadi dalam terapi keluarga.
324
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 6
MENGAJARKAN KETERAMPILAN KEPADA KLIEN

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 327


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 327
Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 328
Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 334
Rangkuman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 349

325
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
326
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Introduksi Modul 7 10 menit
Presentasi kelompok-kecil: Prinsip-prinsip dari pelatihan
70 menit
keterampilan efektif
Demonstrasi kelompok-kecil: Keterampilan khusus 120 menit
Latihan berpasangan: Latihan praktek keterampilan 45 menit

Modul 7 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Untuk memberikan prinsip-prinsip dan pemahaman dasar untuk mengajarkan
keterampilan kepada klien; dan
 Untuk memberikan informasi dan praktek dalam mengajarkan klien keterampilan-
keterampilan khusus.

Objektif Pembelajaran
Para peserta yang menyelesaikan modul 7 akan mampu untuk:
 Menyebutkan dan menjelaskan setidaknya lima prinsip dari pelatihan keterampilan
efektif;
 Menjelaskan dan memperagakan cara mengajarkan klien tentang keterampilan
menolak;
 Menjelaskan dan memperagakan cara mengajarkan klien tentang manajemen
waktu;
 Menjelaskan dan memperagakan cara mengajarkan klien tentang keterampilan
menghentikan pikiran-ingin menggunakan (thought-stopping techniques); dan
 Menjelaskan dan memperagakan cara mengajarkan klien tentang keterampilan
menyelesaikan masalah.

327
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 7
MENGAJARKAN KETERAMPILAN KEPADA KLIEN

Pelatihan Keterampilan

 Secarasistematis mengajarkan klien


keterampilan khusus:
 Bertujuan
 Teratur
 Prosedur langkah demi langkah
 Melatih klien untuk mengelola pemulihan
mereka

7.2

328
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Pelatihan Keterampilan (lanjutan)

 Belajar keterampilan baru sangat penting


dalam mendorong kemampuan klien
untuk mencapai dan mempertahankan
pemulihan
 Belajar keterampilan dapat membantu
klien sepanjang hidup mereka

7.3

329
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Modul 7 Objektif Pembelajaran

 Mencatat dan menjelaskan minimal 5 pedoman


untuk pelatihan keterampilan yang efektif
 Menjelaskan dan menunjukkan mengajar
keterampilan menolak
 Menjelaskan dan menunjukkan mengajar
manajemen waktu

7.4

Modul 7 Objektif Pembelajaran (lanjutan)

 Menjelaskan dan menunjukkan mengajar


teknik menghentikan pikiran
 Menjelaskan dan menunjukkan mengajar
teknik pemecahan masalah

7.5

330
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Presentasi Kelompok Kecil :
Prinsip dan Pedoman Pelatihan Efektif

 Halaman Penjelasan 7.1: Prinsip dan


Pedoman Pelatihan Efektif
 Baca topik kelompok yang Anda tugaskan
 Siapkan 3 - 5 menit presentasi pada setiap
topik
 Jadilah kreatif!

7.6

331
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Demonstrasi Kelompok-Kecil: Keterampilan

 Perkenalkan topik keterampilan Anda: Mengapa


penting?
 Mempersiapkan demonstrasi mengajar:
 Gunakan Halaman Penjelasan 7.1: Prinsip dan
Pedoman Pelatihan Keterampilan Efektif
 Anda dapat menyertakan bagian-bagian dari lebih
dari satu sesi dengan klien (bagian dari sesi
pengajaran awal diikuti dengan sesi berikutnya untuk
menunjukkan tindak lanjut, misalnya)
 Anda mungkin ingin menunjukkan cara di mana
keterampilan bisa diajarkan dalam kelompok 7.7

Ishoma
60 menit

7.8

332
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Latihan Berpasangan: Praktik

 Pilih pasangan
 Pilih keterampilan yang ingin Anda praktikkan
 Tentukan siapa yang akan menjadi "konselor"
pertama kali
 Praktikkan selama 5 sampai 10 menit
 Berganti peran

Berganti peran dan keterampilan sesering yang


Anda inginkan

7.9

333
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 7.1: Prinsip Umum dan Pedoman
Pelatihan Keterampilan Efektif

Prinsip-Prinsip Umum
 Isi dan waktu pelatihan keterampilan sangat individual, tergantung tingkat
perubahan klien, tujuan, dan keadaan.
 Konselor tidak perlu terburu-buru melakukan pelatihan keterampilan mencakup
semua itu dalam waktu singkat, beberapa klien mungkin perlu beberapa minggu
untuk menguasai keterampilan dasar. Bekerja sesuai kecepatan (pace) klien lebih
efektif daripada terburu-buru dan mempertaruhkan hubungan terapi.
 Konselor harus menggunakan bahasa yang sesuaidengan tingkat kemampuan
pemahaman klien.
 Konselor harus sering bertanya kepada klien apakah mereka memahami konsep
dan apakah bahan yang diberikan relevan untuk mereka.
 Konselor harus waspada terhadap sinyal dari klien bahwa bahan tersebut tidak
cocok untuk mereka. Sinyal tersebut termasuk menghindari kontak mata, respon
terlalu singkat, tidak dapat memberikan contoh, kegagalan untuk melakukan
pekerjaan rumah, dan sebagainya.
 Salah satu cara penting untuk memastikan bahwa pelatihan keterampilan relevan
dengan klien adalah dengan menggunakan contoh-contoh dan situasi tertentuyang
diberikan oleh klien.

Pedoman
1. Model Keterampilan dan Bantuan Praktek untuk Klien
 Pemodelan membantu klien belajar perilaku baru dengan berpartisipasi dalam
permainan peran dengankonselor selama terapi.
 Seorang klien belajar untuk merespon dalam cara baru yang tidak familiar dengan
terlebih dahulu menonton konselor memodelkan strategi-strategi baru.
 Setelah konselor mencontohkan keterampilan baru, klien dapat mempraktikkan
strategi-strategi tersebut dalam konteks hubungan yang mendukung.

1. Menggunakan Pengulangan (Repetisi)


 Orang menguasai keterampilan baru yang kompleks dengan caramencobanya,
membuat kesalahan, mengidentifikasi kesalahan itu, dan mencoba lagi.
 Penting konselor menyadari betapa sulit, tidak nyaman, dan bahkan ada rasa
terancam untuk mengubah kebiasaan lama dan mencoba perilaku baru.
 Bagi kebanyakan klien, menguasai pendekatan baru terhadap situasi lama perlu
upaya yang berulang-ulang.
 Klien mungkin mengalami masalah dengan perhatian, konsentrasi, dan memori
karena penggunaan narkoba.

334
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Pengulangan mungkin diperlukan untuk membantu klien memahami dan
mengingat materi baru.
 Klien juga dapat meminta konseling pada saat krisis yang ekstrim (misalnya, ketika
mengetahui mereka HIV positif, kehilangan pekerjaan).
 Klien ini mungkin begitu sibuk dengan masalah mereka saat ini sehingga berfokus
pada pemikirandan saran konselor sulit.
 Pengulangan ini sering diperlukan klien untuk memahami atau mengingat sebuah
konsep atau ide.

3. Dapatkan Komitmen
 Adalah penting bahwa klien mempraktikkan ketrampilan baru di luar sesi.
 Konselor harus mendapatkan komitmen dari klien untuk praktikkan keterampilan
baru.
 Konselor tidak harus mengharapkan klien mempraktikkan keterampilan tanpa
memahami mengapa keterampilan ini bermanfaat.
 Konselor perlu menekankan pentingnya praktik di luar sesi.
 Konselor harus mengarahkan dan bertanya apakah mereka bersedia untuk
praktikkan keterampilan di luar sesi dan apakah mereka berpikir hal demikian
akan sangat berguna.
 Konselor harus mengarahkan dan bertanya apakah mereka bersedia untuk
praktikkan keterampilan di luar sesi dan apakah mereka berpikir hal demikian
akan sangat berguna.
 Contoh:
• Penting bagi kita untuk membicarakan dan mencobaketerampilan
baru ketika kita bertemu, tetapi bahkan lebih penting untuk mencoba
keterampilan ini untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Andalah
yang lebih tahu apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat untuk
Anda, dan cara terbaik untuk mengetahui apa yang bermanfaat adalah
dengan mencobanya. Apakah Anda bersedia untuk mencoba ______ sebelum
kita bertemu lagi?

4. Antisipasi Hambatan
 Konselor harus membantu klien mengantisipasi hambatan yang mungkin mereka
hadapi ketika melaksanakan tugas praktik dan menerapkan strategi pemecahan
masalah untuk mengatasi hambatan tersebut (lebih lanjut tentang pemecahan
masalah di modul berikutnya).
 Klien harus menjadi peserta aktif dalam proses ini.
 Konselor harus mengajukan pertanyaan seperti:
• Apa kesulitan yang dialami ketika berlatih keterampilan dalam minggu ini?
• Apakah ada alasan mengapa Anda mungkin tidak dapat berlatih keterampilan
ini minggu ini?
• Apa kesulitan untuk mengatakan kepadanya, bahwa kamu tidak bisa pergi ke
bar karaoke dengan dia malam ini?

335
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
5. Memantau Teliti dan Penggunaan Informasi
 Pemantauan pekerjaan rumah sangat penting untuk meningkatkan proses belajar.
 Memeriksa penyelesaian tugas dan menggarisbawahi pentingnya mempraktekkan
keterampilan koping diluar sesi.
 Pemantauan memberikan kesempatan untuk mendiskusikan pengalaman klien
mempraktekkan tugas-tugas sehingga setiap masalah dapat diatasi.
 Klien lebih senang melakukan praktik latihan jika mereka dapat berharap konselor
akan bertanya kepada mereka tentang pengalaman praktik.
 Memantau pelaksanaan tugas lebih dari sekedar menanyakan apakah tugas sudah
selesai. Konselor harus menelusuri lebih jauh:
• Kapan klien mempraktikkan tugas;
• Bagaimana jalannya praktik;
• Bagaimana perasaan klien ketika praktik; dan
• Apakah klien belajar tentang dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas.

6. Eksplorasi Resistensi
 Bertanya mengapa klien tidak menyelesaikan tugas juga penting. Seorang klien
mungkin memberikan beberapa alasan untuk tidak praktik. Sebagai contoh:
• Saya tidak punya waktu.
• Saya lupa.
• Saya tidak meyukai tugas tersebut.
• Saya waktu itu perlu membantu teman.
 Beberapa alasan yang mendasari resistensi dapat berupa:
• Dia mungkin merasa putus asa dan tidak berpikir ada baiknya mencoba untuk
mengubah perilaku.
• Dia mungkin mengharapkan perubahan terjadi melalui kemauan sendiri, tanpa
membuat perubahan khusus dalam bidang masalah tertentu.
• Hidupnya kacau dan dalam krisis, sehingga dia bingung melaksanakan tugas.
 Dengan mengeksplorasi sifat khas dari kesulitan klien, konselor dapat membantu
klien memecahkan masalah.

336
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
7. Pujian Aproksimasi
 “Pujian Aproksimasi” berarti menghargai klien sekecil apapun usahanya atau
langkah-langkahnya karena sudah dalam arah yang benar.
 Klien mungkin tidak selalu menyelesaikan semua latihan praktik.
 Konselor harus mencoba untuk membentuk perilaku klien dengan:
• Memuji upaya sekecil apapun dalam mengerjakan tugas;
• Memperhatikan apapun yang diungkapkan klien yang bermanfaat atau menarik
dalam melaksanakan tugas;
• Menekankan kembali pentingnya praktik, dan
• Mengembangkan rencana untuk menyelesaikan tugas pekerjaan rumah sesi
berikutnya.
 Contoh memuji keberhasilan kecil:
• OK, jadi Anda pergi ke bar dengan teman Anda Jumat malam bukannya
mengatakan Anda tidak bisa pergi. Tapi Anda pulang duluan karena Anda
mulai merasa tidak nyaman-itu luar biasa !
• Saya senang mendengar Anda sudah memikirkan tentang siapa yang bisa
Anda telepon dalam keadaan darurat. Mungkin minggu ini Anda bisa mencatat
daftarnya di atas kertas!

337
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 7.2: Keterampilan Menolak

Idealnya, seseorang yang dalam pemulihan akan menghindari situasi berisiko tinggi
dan orang-orang tertentu samasekali. Namun, hal itu tidak selalu dapat dan mungkin
dilakukan. Sebagai contoh:
 Beberapa orang, seperti pengedar narkoba, memiliki insentif keuangan untuk
mempertahankan pecandu yang dalam pemulihan (recovering person) agar
tetap berada dalam dunia penggunaan narkoba dan bahkan mencoba untuk
menemukan orang tersebut.
 Klien mungkin dalam hubungan dekat atau intim dengan seseorang yang masih
menggunakan narkoba, mungkin tidak mau atau tidak mampu menghindari orang
ini.
 Klien mungkin mendapat tawaran narkoba dari seseorang yang dia kenal.
Konselor dapat membantu klien memaksimalkan kesempatan untuk tetap dalam
pemulihan dengan mengajarkan keterampilan menolak atau bagaimana mengatakan
tidak untuk penggunaan narkoba. Konselor dapat memberitahu klien beberapa cara
untuk mengatakan tidak:
 Dengan meninggalkan lokasi secara diam-diam atau dengan membuat alasan
atau sambil bercanda: “Wah...gila beneer lo semua, ntar deh ketemu lagi”.
 Atau secara langsung dengan yakin mengatakan: “Tidak. Saya tidak memakai
narkoba lagi”.
 Dengan negosiasi dan menetapkan batas: “Dengar, aku memutuskan untuk
berhenti, dan saya ingin Anda tidak mengajak saya untuk menggunakan narkoba
dengan Anda lagi. Jika Anda tidak bisa melakukan itu, saya pikir Anda jangan
datang lagi ke rumah saya”.
Konselor dapat mengeksplorasi dengan klien respon yang terbaik untuk setiap situasi
dan orang, serta sejauh mana paparan terhadap narkoba dapat dinegosiasi ulang.
Untuk contoh:
“Jadi, Anda merasa Anda tetap ingin tinggal dengan pacar Anda untuk saat ini, tapi
dia tidak mau berhenti menggunakan heroin. Tinggal bersama dia cukup berisiko
untuk Anda, tapi mungkin kita bisa memikirkan beberapa cara untuk mengurangi
risiko. Pernahkah Anda berpikir tentang meminta dia untuk tidak membawa obat ke
dalam rumah atau digunakan di rumah? Anda bilang Anda tahu ini sulit bagi Anda
kalau dia tetap menggunakan narkoba, artinya mengganggu abstinensi Anda dan
pakau narkoba didekat anak-anak Anda”.
Konselor juga dapat mengajarkan klien cara mengatakan tidak yang efektif secara non-
verbal dan verbal. Sebagai contoh:
 Tatap langsung orang ketika Anda menjawab untuk meningkatkan efektivitas
pesan.
 Berdiri atau duduk tegak untuk menciptakan rasa percaya diri.
 Jangan merasa bersalah tentang penolakan tersebut, Anda tidak menyakiti siapa
pun kalau tidak menggunakan.
 Gunakan suara yang jelas, tegas, dan penuh percaya diri.
 “Tidak” harus menjadi kata pertama keluar dari mulut Anda.
 Sarankan kegiatan alternatif jika Anda ingin melakukan sesuatu yang lain dengan
orang itu.
338
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Katakan kepada orang yang menawarkan narkoba untuk tidak meminta Anda
pakau sekarang atau di masa depan sehingga yang lain pun berhenti menawarkan.
 Mengubah pembicaraan pada sesuatu yang lain.
 Hindari jawaban yang tidak tegas, karena itu menyiratkan Anda akan berubah
pikiran nanti.
 Tinggalkan jika yang menawarkan tetap bersikeras.
Keselamatan perlu dipertimbangkan. Berkata tidak pada mantan pengedar narkoba
dapat membawa beberapa risiko.Misalnya,dalam kasus ini, jawaban tertentu mungkin
lebih aman daripada suatu pernyataan yang lebih langsung dan tegas.Sebagai contoh:

 Saya kurang sehat hari ini.


 Bos saya benar-benar memperhatikan saya belakangan ini.
 Saya harus mengurus anak kakakku.
 Saya tidak punya uang hari ini.
Mengatakan tidak, tidaklah mudah, dan konselor yang baik dapat membantu klien
dengan bermain-peran dengan dia. Untuk melakukan ini, konselor harus:
 Memilih situasi konkret yang dialami klien baru-baru ini;
 Minta klien untuk memberikan latar belakang orang yang biasanya menawarkan;
 Mintalah klien pertama kali berperan sebagai orang yang menawarkan sehingga
konselor bisa mendapatkan ide tentang gaya dan kemungkinan respons dari
orang yang menawarkan narkoba dan dapat memodelkan keterampilan menolak
yang efektif;
 Membalikkan peran sehingga klien dapat mempraktikkan, dan
 Analisa permainan peran dengan klien, pujilah keterampilan penolakan efektif yang
ditunjukkan oleh klien dan sarankan alternatif jika diperlukan. Sebagai contoh:
Itu baik! Bagaimana rasanya bagi Anda? Saya melihat bahwa Anda menatap tepat di
mata saya dan segera bicara;Itu bagus sekali. Saya juga melihat bahwa Anda tetap
membuka pintu untuk mereka tetap menawarkan lain kali dengan mengatakan Anda
telah berhenti pakau untuk sementara waktu. Mari kita coba lagi, tapi kali ini, cobalah
untuk melakukannya dengan cara yang jelas dimana Anda tidak ingin adik Anda
menawarkan obat lagi.

339
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 7.3: Manajemen Waktu

Ketika seseorang menjadi pecandu, kehidupannya hanyalah sekitar menemukan obat-


obatan, menemukan cara untuk membayar obat-obatan, menggunakan narkoba, dan
pulih dari penggunaan narkoba. Atau, jika seseorang telah dalam program terapi atau
penjara, hidupnya telah terjadwal dan ditentukan oleh orang lain. Setelah seseorang
dalam pemulihan atau meninggalkan lingkungan yang dilindungi, hidupnya tiba-tiba
tidak terstruktur. Kurangnya struktur dapat membahayakan untuk seseorang yang
dalam pemulihan. Belajar manajemen waktu dan keterampilan mengatur waktu dapat
membantu orang dalam pemulihan:

 Merasa dapat mengendalikan hidup dan mengurangi kecemasan;


 Menghindari trigger;
 Melawan gaya hidup pakai narkoba, dan
 Memberikan landasan dasar untuk pemulihan berkelanjutan.
Membuat rencana harian kegiatan yang mendukung pemulihan mengurangi
kemungkinan kebosanan, pengambilan keputusan impulsif, terpapar trigger, dan
kambuh. Konselor dapat membantu klien membuat jadwal harian yang realistis
menggunakan buku perencanaan atau halaman kalender (Lihat contoh halaman jadwal
pada akhir Halaman Penjelasan ).

Salah satu tujuan utama dari penjadwalan adalah untuk memastikan bahwa bagian
rasional otak klien mempengaruhi perilaku mereka bukan bagian emosional/ kecanduan
otak mereka yang biasanya memulai craving (nagih). Ketika klien membuat jadwal dan
menaatinya, mereka membuat otak rasional mereka yang bertanggung jawab. Orang
perlu belajar untuk mengatur waktu mereka jika mereka serius tentang pemulihan. Hal
ini penting bagi klien untuk merencanakan kegiatan mereka dan menuliskannya. Jadwal
yang hanya ada di kepala seseorang terlalu mudah untuk direvisi atau ditinggalkan .

Penjadwalan setiap jam dari suatu hari dan berpegang teguh pada jadwal dapat
menjadi bantuan besar bagi klien dalam pemulihan awal. Ketika klien membuat jadwal
mereka, perhatian khusus harus diberikan pada akhir pekan dan pada setiap waktu
dimana klien merasa bahwa mereka sangat rentan terhadap penggunaan narkoba.

Konselor dapat membantu klien belajar untuk membuat jadwal dengan cara:

 Mendidik mereka tentang mengapa jadwal itu penting;


 Membantu mereka berpikir tentang kegiatan sehari-hari yang mungkin untuk
dimasukkan pada jadwal;
 Membantu mereka mengidentifikasi masalah potensial, dan
 Membantu mereka mengevaluasi seberapa baik jadwal bekerja.
Konselor dapat membantu klien mulai hal yang mudah (misalnya, penjadwalan hanya
sebagian dari suatu hari), dan melanjutkan untuk mengembangkan jadwal harian
atau mingguan yang lebih komprehensif. Dimulai dengan kegiatan yang “harus” dan
kegiatan rutin juga dapat membantu proses berjalan. Sebagai contoh:

340
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Konselor: OK, mari kita mulai dengan sore ini. Apakah ada sesuatu yang harus
Anda lakukan?
Klien: Saya punya janji di klinik jam 15:00.
Konselor: OK, mari kita tempatkan pada jadwal sekarang. Berapa lama Anda
berharap lama waktunya?
Klien: Mungkin sekitar satu jam.
Konselor: Kami akan memasukkannya ke dalam jadwal untuk 15:00-16:00. Ada
lagi?
Klien: Itu saja yang saya lakukan. Tapi saya biasanya makan malam dengan
orang tua saya sekitar pukul 18:00. Dan ada acara kelompok malam ini jam
20:00.
Konselor: Apakah kita akan menempatkan acara kelompok dalam jadwal hari
ini?
Klien: Tentu, aku akan pergi malam ini.
Konselor : Kita telah memulai awal yang baik di sini! Sekarang, jam berapa
biasanya Anda pergi tidur?
Konselor juga dapat menggabungkan penjadwalan dengan membantu klien
mengembangkan kegiatan baru yang tidak menggunakan narkoba dengan mengajukan
pertanyaan seperti:

 Apakah ada kegiatan yang biasa Anda lakukan dan Anda sukai sebelum Anda jadi
pecandu ?
 Apakah Anda tertarik untuk melakukan hal itu lagi?
 Apa saja yang Anda pikir yang mungkin Anda nikmati yang belum pernah Anda
coba?
Penjadwalan waktu dengan anggota keluarga dan teman yang bukan pengguna
narkoba dapat membantu klien menjalin dan memperbaiki hubungan kembali.

341
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Jadwal Harian

Hari ____________ Tanggal _____________

24:00_____________________________________________________________________
1:00 ______________________________________________________________________
2:00 ______________________________________________________________________
3:00 ______________________________________________________________________
4:00 ______________________________________________________________________
5:00 ______________________________________________________________________
6:00 ______________________________________________________________________
7:00 ______________________________________________________________________
8:00 ______________________________________________________________________
9:00 ______________________________________________________________________
10:00 ______________________________________________________________________
11:00 ______________________________________________________________________
12:00 ______________________________________________________________________
13:00 ______________________________________________________________________
14:00 ______________________________________________________________________
15:00 ______________________________________________________________________
16:00 ______________________________________________________________________
17:00 ______________________________________________________________________
18:00 ______________________________________________________________________
19:00 ______________________________________________________________________
20:00 ______________________________________________________________________
21:00 ______________________________________________________________________
22:00 ______________________________________________________________________
23:00 ______________________________________________________________________

342
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Halaman Penjelasan 7.4: Teknik Menghentikan Pikiran
Suges (Thought Stopping Techniques)

Karena tidak semua rasa suges/pemicu ingin pakai (trigger) dapat dihindari,
konselor dapat mengajarkan klien beberapa teknik sederhana menghentikan
pikiran untuk membantu mereka memutus siklus trigger-craving dengan cepat.
Teknik-teknik ini meliputi:
 Visualisasi;
 Relaksasi;
 Gelang karet (rubberband snap), dan
 Menelepon seseorang.
Tidak semua teknik ini berhasil dengan baik untuk semua orang, atau pada setiap saat.
Beberapa orang memiliki kesulitan melakukan visualisasi, sehingga teknik ini mungkin
tidak cocok untuk mereka. Seseorang lain mungkin lebih suka menelepon seseorang
sebagai cara menghentikan pikiran, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan jika ia sedang
rapat di tempat kerja, misalnya. Demikian pula relaksasi atau visualisasi, jelas tidak akan
aman saat berkendara. Cara rubberband snap (menjepretkan gelang karet) yang jelas,
dilanjutkan dengan menghentikan pemikiran untuk menggunakan secara sekejap
(cepat), mungkin dapat berhasil di kedua situasi diatas tersebut.

Konselor harus memberikan kesempatan kepada klien untuk belajar dan mencoba
semua teknik untuk memastikan bahwa klien memiliki berbagai kemungkinan yang
tersedia setiap saat.
Visualisasi
Teknik ini memvisualisasikan bahwa terdapat sebuah tombol dalam pikiran anda, dan
kemudian membayangkannya dengan sungguh-sunguh untuk memindahkan tombol
tersebut dari tombol ON ke OFF, untuk menghentikan pikiran menggunakan narkoba
yang muncul. Perlu ditekankan kepada klien, bahwa penting untuk memiliki dan
membayangkan pikiran lain yang siap menggantikan pikiran menggunakan narkoba
tersebut. Pikiran ini harus menyenangkan, sangat berarti dan bermakna positif, serta
tidak ada hubungannya dengan penggunaan narkoba. Sebagai contoh, seorang ibu
dapat memvisualisasikan anaknya tersenyum kepadanya. Orang lain mungkin ingin
untuk berpikir tentang tempat yang sangat indah yang dia sukai. Konselor harus
berproses selangkah lebih depan dari klien, untuk mengidentifikasi pikiran yang tepat.

Tipe lain dari visualisasi ini disebut urge surfing (berselancar atau menelusuri dorongan
ingin pakai), yaitu teknik untuk memvisualisasi dorongan atau keinginan ingin pakai
seakan sebagai sebuah gelombang, yang melihatnya naik, mencapai puncak, dan
menyapu pantai. Perumpamaan atau penggambaran ini memberikan kekuatan bahwa
dorongan ingin menggunakan (urges dan craving), biasanya akan bergerak mencapai
puncak dan mereda dengan cepat (seperti gelombang), jika kita tidak bereaksi terhadap
hal itu. Kita tidak perlu hanyut atau tenggelam dalam sensasi tersebut.
Relaksasi
Relaksasi dapat membantu orang mengatasi sensasi emosi dan fisik yang timbul akibat
suges. Suges sering membuat perasaan kosong, berat, dan kram diperut. Perasaan
ini sering bisa dihilangkan dengan bernapas dalam-dalam (mengisi paru-paru dengan
udara) dan perlahan-lahan menghembuskan napas, mengulang proses tiga kali, dan
fokus pada relaksasi tubuh sebanyak mungkin selama beberapa menit.
343
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Proses ini dapat diulang sesering kembalinya perasaan tidak nyaman. Merelaksasikan
tubuh bisa dikombinasikan dengan visualisasi adegan santai.

Gelang Karet
eknik gelang karet (rubberband snap) membantu orang menjauhkan perhatian mereka
dari pikiran menggunakan narkoba. Ini adalah teknik pengkondisian perilaku klasik
yang dapat digunakan dalam berbagai situasi.

Untuk menggunakan teknik ini, seseorang menempatkan gelang karet secara longgar
di sekitar pergelangan tangannya. Ketika suges atau pikiran untuk menggunakan timbul,
maka tarik dan lepas dengan cepat gelang karet tersebut (dijepretkan ke tangan) dan
mengatakan TIDAK (baik keras atau didalam hati untuk dirinya sendiri) terhadap pikiran
tentang narkoba yang muncul. Seperti teknik visualisasi, seseorang harus memiliki
pikiran lain yang siap untuk menggantikan pikiran menggunakan narkoba. Teknik ini
berhasil baik jika orang menggunakan karet gelang setiap saat.

Menghubungi Orang Lain


Menelepon seseorang secara efektif dapat menghentikan suges/craving. Berbicara
kepada orang lain merupakan saluran perasaan dan memungkinkan orang untuk
mendengar proses berpikir mereka. Orang dalam pemulihan harus mencatat nomor
telepon sejumlah orang yang dapat membantu, termasuk anggota keluarga, kedalam
telepon gengamnya sehingga dapat menelepon mereka setiap kali dukungan
dibutuhkan.

Mengajarkan Teknik Menghentikan Pikiran Ingin Menggunakan


Konselor dapat membantu klien belajar menggunakan teknik menghentikan pikiran
(dikenal dengan nama “thought-stopping techniques”) dengan cara:

 Menggambarkan dan menjelaskan masing-masing teknik;


 Bertanya, “Menurut Anda teknik apa yang terbaik bagi Anda?” Atau “Apa yang
akan Anda coba latih minggu ini? “
 Membantu klien mengidentifikasi alternatif pikiran positif dengan menanyakan
pertanyaan seperti, “Bisakah Anda membayangkan suatu tempat di mana Anda
selalu merasa nyaman dan aman?” Atau “Apa motivasi utama anda untuk tetap
dalam pemulihan “atau”? Apakah ada sesuatu yang membuat Anda sangat tertarik
untuk bisa Anda pikirkan?”
 Membantu klien mengidentifikasi orang bisa dia telepon dengan bertanya:
• Apakah ada seseorang yang dapat Anda hubungi setiap saat, siang ataupun
malam hari?
• Siapa yang sangat mendukung pemulihan Anda?
• Apakah Anda memiliki nomor telepon mereka di ponsel Anda?
 Menindaklanjuti dengan klien pada kunjungan berikutnya dan bertanya:
• Bagaimana teknik ______ bekerja untuk Anda?
• Apakah ada teknik lain yang menurut Anda berhasil lebih baik?

344
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Teknik-teknik yang berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda. Sebagai contoh,
konselor tidak harus “mengajarkan” klien bagaimana menggunakan teknik karet
gelang, dan klien mungkin ingin mempraktekkannya di kantor. Namun, konselor dapat
membantu klien mengembangkan pemikiran alternatif dan berbicara tentang kapan
menggunakan karet gelang. Visualisasi dan teknik relaksasi, di sisi lain, dapat dilakukan
di kantor. Pada kasus ini, konselor dapat membantu klien mengembangkan pemikiran
alternkatif yang efektif. Menelepon seseorang cukup jelas, tetapi klien perlu berlatih
menelepon orang tersebut ketika mereka tidak dalam krisis, sehingga akan terasa alami
dan jelas ketika mereka menelepon dalam keadaan krisis. Konselor harus menekankan
bahwa, jika teknik menghentikan pikiran telah dilakukan tetapi pikiran terus datang
kembali, orang tersebut mungkin harus pindah dari lingkungan segera atau terlibat
dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan konsentrasi penuh. Konselor dapat
meberikan saran, dan membantu klien mendapatkan ide-ide dan rencana sendiri.

Beberapa contoh kegiatan yang tidak memicu trigger yang dapat disarankan meliputi:
 Latihan;
 Yoga atau meditasi;
 Menghadiri pertemuan kelompok pendukung;
 Makan atau tidur;
 Aktivitas rekreasi atau hobi;
 Film, dan
 Menghabiskan waktu bersama keluarga.
Konselor dapat membantu klien mengidentifikasi kegiatan alternatif dengan bertanya:
 Apakah ada sesuatu yang biasa dan suka Anda lakukan untuk bersenang-senang
sebelum Anda menggunakan narkoba yang mungkin ingin Anda coba lagi?
 Apa yang Anda ingin lakukan untuk bersantai tanpa narkoba ?
 Apakah ada olahraga atau hobi ingin Anda coba?

345
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Halaman Penjelasan 7.5: Pemecahan Masalah

Membuat perubahan gaya hidup yang substansial yang dibutuhkan untuk pemulihan
memerlukan pengetahuan cara menemukan solusi untuk banyak masalah. Beberapa
klien membebani. Misalnya, tujuan langsung seperti pergi ke pusat layanan
pekerjaan untuk menemui konselor dan menandatangani permohonan bantuan
mungkin memerlukan penyelesaian beberapa masalah: Klien mungkin tidak memiliki
transportasi, penitipan anak mungkin diperlukan, atau janji yang telah dibuat mungkin
bertentangan dengan kegiatan penting lainnya.

Untuk banyak klien, penggunaan narkoba telah menghasilkan baik penghindaran


masalah seperti (melewatkan janji dengan pusat layanan pekerjaan) atau membuat
keputusan impulsif yang tidak dalam kepentingan terbaik mereka (“Ini tidak akan
berhasil. Aku tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan, sehingga saya mungkin
mulai menggunakan lagi”). Perilaku pemecahan masalah yang buruk biasanya
menghasilkan konsekuensi negatif yang meningkatkan keparahan masalah yang ada
atau membuat masalah tambahan.

Untungnya, klien bisa belajar untuk menjadi pemecah masalah yang efektif. Konselor
dapat mengajar klien enam-langkah proses pemecahan masalah. Namun waktu
adalah penting. Mengajarkan pemecahan masalah yang terbaik adalah ketika klien
berada dalam tahap aksi (tahapan perubahan), dan termotivasi untuk belajar dan
tidak memiliki gangguan/hendaya (misalnya, tidak aktif menggunakan narkoba, bukan
dalam keadaan putus zat dan tidak memiliki gangguan kognitif yang signifikan).

Masalah bervariasi dalam tingkat kesulitan serta penting tidaknya, dan waktu dan
usaha yang menyertai pemecahan masalah akan berbeda-beda. Nam.

Langkah pertama dalam model pemecahan masalah adalah dengan membiarkan


klien tahu bahwa:
 Masalah adalah normal, setiap orang memilikinya;
 Orang dapat belajar untuk menjadi pemecah masalah yang lebih baik;
 Menolak godaan baik untuk merespon dorongan pertama (atau tidak melakukan
apa-apa) adalah langkah penting pertama, dan
 Ketika masalah muncul, penting untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum
bertindak.

Langkah kedua adalah mengidentifikasi masalah.

Mengidentifikasi adanya masalah biasanya tidak terlalu sulit-orang cenderung


mengetahui bahwa ada masalah karena mereka merasa stres dan cemas. Apa yang
sedikit lebih sulit adalah mendefinisikan apa masalahnya. Jika klien tidak dapat secara
jelas mendefinisikan masalah, konselor dapat membantu mereka belajar dengan
membimbing mereka melalui proses klarifikasi situasi.

Sebagai contoh, jika klien yang kesal tentang pekerjaannya saat ini dan
mempertimbangkan keluar dari pekerjaan, konselor bisa bertanya seperti:
 Bagaimana hubungan Anda dengan atasan Anda?

346
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
 Apakah Anda pernah menerima umpan balik negatif atau evaluasi?
 Bagaimana hubungan Anda dengan rekan kerja Anda?
Pertanyaan lebih lanjut dan lebih rinci dapat diajukan untuk mempersempit masalah.
Selanjutnya, klien dapat belajar untuk melakukan proses ini sendiri.

Langkah ketiga adalah curah pendapat tentang solusi yang mungkin diterapkan.

Konselor dapat membimbing klien dalam langkah ini dengan mengajarkannya tentang
curah pendapat:
 Dalam brainstorming, penting untuk mengemukakan solusi sebanyak mungkin.
 Menuliskan semuanya.
 Pada titik ini, tidak menolak ide atau mencoba untuk berpikir hanya ide yang
terbaik.
 Gunakan imajinasi Anda dan memikirkan semua kemungkinan.
 Bahkan ide-ide yang tidak praktis atau jelas tidak mungkin, mungkin memiliki
elemen-elemen yang berguna.
 Jangan mengevaluasi apakah masuk akal dan “dapat dilakukan” suatu ide sampai
semua ide telah diidentifikasi.
Konselor dapat membimbing klien melakukan proses ini dengan mengingatkan mereka
ketika mereka melakukan penilaian suatu pendapat, dan meminta klien “apa ada lagi
pendapat?”

Langkah keempat adalah mengevaluasi dan memilih solusi.

Sekarang adalah waktu untuk mempertimbangkan pro dan kontra dari setiap solusi
yang mungkin. Untuk setiap gagasan,konselor dapat meminta klien untuk menjawab
pertanyaan berikut:
 Apa hal terbaik yang bisa terjadi jika Anda memilih alternatif ini?
 Apa hal terburuk yang bisa terjadi?
 Apa hal paling mungkin yang akan terjadi?
 Apakah ini merupakan solusi jangka pendek atau jangka panjang?
 Apa reaksi Anda (pikiran, perasaan, kenangan, dan proyeksi masa depan) saat
Anda berpikir tentang pelaksanaan setiap alternatif?
 Apakah ada konsekuensi negatif yang potensial (baik sekarang atau dalam waktu
dekat)?
 Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan ini?
 Apakah akan memerlukan uang?
 Apakah Anda memiliki keterampilan untuk melakukan hal ini? Apakah Anda
memiliki sumber daya yang diperlukan?
 Apakah ini memerlukan kerja sama dari orang lain dan, jika ya, apakah mereka
cenderung mau bekerja sama?

347
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
 Kesulitan apa yang mungkin Anda hadapi ketika melaksanakan solusi ini?
 Pilihan mana yang menawarkan hasil terbaik dan tampaknya memiliki peluang
terbaik untuk sukses?
Solusi yang sebenarnya harus dipilih oleh klien, bukan konselor. Klien adalah
yang ahli dalam memilih apa yang paling tepat bagi mereka. Namun, penting bahwa
konselor tidak mengizinkan klien untuk melakukan solusi yang mungkin berbahaya
(misalnya, mengkonfrontasi orang yang mengancam).

Langkah kelima adalah mengembangkan rencana aksi.

Banyak solusi akan memiliki beberapa langkah. Konselor dapat membantu klien
menguraikan solusi yang dipilih menjadi langkah-langkah yang dapat dilakukan dan
menentukan bagaimana dan kapan mereka akan melakukan setiap langkah (goal
setting).

Langkah keenam meninjau kemajuan dan mengevaluasi hasilnya

Setelah solusi dipilih, konselor harus mendiskusikan langkah berikutnya, mengevaluasi


efektivitasnya. Langkah ini menekankan bahwa pemecahan masalah sebagai proses
yang berkelanjutan. Penting diingat bahwa konselor membantu klien menentukan
bagaimana mereka tahu apakah solusi adalah efektif. Menentukan ini akan lebih
membantu klien untuk lebih realistis dan optimis tentang menemukan solusi efektif
untuk masalah.

Untuk membantu klien mengevaluasi solusi, konselor bisa meminta atau menyarankan
mereka mempertimbangkan pertanyaan berikut seperti:

 Setelah Anda melakukan ujicoba, apakah tampaknya akan berhasil ?


 Apakah Anda membuat kemajuan?
 Apakah masalah sudah terpecahkan ?
 Apakah masalah ini perlu dievaluasi kembali?
 Bagian mana yang menghasilkan yang terbaik?
 Apakah Anda akan melakukan hal yang berbeda lain kali?
 Jika tidak, apa yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan rencana tersebut? Atau
apakah Anda menyerah dan mencoba salah satu pendekatan lain yang mungkin?

348
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Modul 7—Mengajar Klien Keterampilan, Ringkasan
Pengenalan
 Kita telah berbicara banyak tentang kerja kelompok dengan klien, yaitu terapi
kelompok dan kelompok psikoedukasiona. Kita akan bicara sekarang tentang
suatu jenis intervensi yang sering memiliki beberapa elemen dari terapi kelompok
dan psikoedukasi: yaitu pelatihan keterampilan.
 Pelatihan ketrampilan dapat dilakukan dalam kelompok atau secara individu.
Pelatihan ketrampilan berarti secara sistematis mengajar klien keterampilan
khusus, seperti manajemen waktu atau pemecahan masalah. Tujuan utama adalah
untuk melatih klien bagaimana mengelola pemulihan mereka secara efektif.
 Sistematis berarti jelas tujuannya dan teratur, melalui prosedur langkah demi
langkah.
 Belajar keterampilan baru sangat penting untuk mengasah kemampuan klien
untuk mencapai dan mempertahankan pemulihan.Bahkan, banyak keterampilan
tertentu yang kita ajarkan kepada klien berguna untuk kita semua, tetapi kita
jarang memiliki kesempatan untuk mempelajarinya dengan cara sistematis.
 Kita memiliki kesempatan untuk mengajar klien keterampilan yang dapat mereka
gunakan dengan berbagai cara dalam kehidupannya.
 Dalam modul ini, Anda akan belajar cara mengajar klien empat keterampilan dasar:
• Keterampilan menolak, atau cara-cara untuk mengatakan “tidak” pada tawaran
narkoba atau situasi berisiko;
• Manajemen waktu;
• Menghentikan pikiran, atau teknik-teknik khusus untuk mengelola suges/
craving; dan
• Pemecahan Masalah.

Prinsip-Prinsip Umum dan Pedoman Pelatihan Efektif


 Karena pelatihan keterampilan dilakukan secara sistematis, kita akan melihat
pertama kali beberapa prinsip dasar dan pedoman yang berlaku untuk mengajar
semua jenis keterampilan.
 Lihat Halaman Penjelasan 7.1 —Prinsip-prinsip Umum dan Pedoman Pelatihan
Efektif.

Keterampilan Khusus
 Lihat Halaman Penjelasan berikut untuk informasi tentang pelatihan keterampilan
khusus:
• Halaman Penjelasan 7.2 Keterampilan Menolak;
• Halaman Penjelasan 7.3 Manajemen waktu;
• Halaman Penjelasan 7.4 Menghentikan pikiran, atau teknik-teknik khusus untuk
mengelola suges (craving); dan
• Halaman Penjelasan 7.5 Pemecahan Masalah.
349
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
350
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
MODUL 8
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN KE DALAM PRAKTIK

Daftar Isi dan Jadwal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 353


Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 353
Halaman Sumber. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 354

351
Panduan Peserta: Modul 7 - Mengajarkan Keterampilan Kepada Klien
352
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Daftar Isi dan Jadwal
Aktivitas Waktu
Pengenalan latihan ulasan dan modul 8 10 menit
Latihan kelompok-kecil: Mengembangkan sebuah rencana integrasi
60 menit
pelatihan
Rehat 15 menit
Kompetisi asesmen pembelajaran 30 menit
Evaluasi hari 5 dan keseluruhan pelatihan 15 menit
Seremoni berakhirnya program dan sosialisasi 30+ menit

Modul 8 Tujuan dan Objektif


Tujuan Pelatihan
 Mendorong para peserta untuk memikirkan berbagai sumber daya, hambatan-
hambatan dan strategi untuk berubah.
 Memberikan peluang untuk mengembangkan rencana integrasi pembelajaran ke
dalam praktek perorangan.

Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang melengkapi Modul 8 akan mampu mengembangkan rencana
integrasi pembelajaran ke dalam praktik perorangan.

353
Panduan Peserta: Modul 7 - Mengajarkan Keterampilan Kepada Klien
Resource Page 8.1: Practice Integration Plan

1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan,
adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang
telah saya pelajari adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3. Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi
hambatan):
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan
sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam cara-
cara berikut ini:

Orang atau Sumber Cara-Cara yang Dapat Membantu Saya

354
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN A—DAFTAR ISTILAH
Afirmasi Afirmasi adalah membuat pernyataan mengenai
seseorang secara tulus dan positif. Afirmasi
seperti melakukan pujian, namun mengucapkan
sesuatu mengenai orang lain lebih mendalam dari:
“Rambutmu terlihat indah!”blood–brain barrier

Ambivalensi Ambivalensi Mengalami perasaan bercampur aduk


mengenai suatu hal. Umumnya ingin melakukan
perubahan dan tidak mau melakukan perubahan
dalam satu waktu yang bersamaan.

Refleksi yang Dikuatkan Sebuah tipe dari refleksi, refleksi sederhana yang
ditambahkan dengan merefleksikan pernyataan
klien dengan memperluas (melebihkan), tapi
tidak berbentuk sarkastik. Hal ini dapat membantu
klien memikirkan kembali perkataannya dan
dapat mendorong klien menuju perubahan positif
daripada timbulnya resistensi.

sindrom putus zat Kumpulan tanda dan gejala yang melanda ketika
seseorang menghentikan penggunaan zat psikoaktif
di dalam kondisi ketergantungan fisik

355
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
356
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN B—SUMBER REFERENSI
Data Statistik Penggunaan Narkoba Global
United Nations Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011. New York:
United Nations. Retrieved June 29, 2011, from http://www.unodc.org/documents/data-
and-analysis/WDR2011/World_Drug_Report_2011_ebook.pdf

World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: The global


burden. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.int/
substance_abuse/facts/global_burden/en/index.html

World Health Organization. (2011). Management of substance abuse: Facts and figures.
Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.int/substance_
abuse/facts/en/

Keterampilan Konseling
Addiction Technology Transfer Centers Website
http://www.attcnetwork.org/index.asp

American Group Psychotherapy Association Website


http://www.agpa.org/

American Group Psychotherapy Association Science To Service Task Force. (2007).


Practice guidelines for group psychotherapy. New York: American Group
Psychotherapy Association.
http://www.agpa.org/guidelines/AGPA%20Practice%20Guidelines%202007-PDF.pdf

Basic-Counseling-Skills.com Website
http://www.basic-counseling-skills.com/

Carroll, K. M. (1999). Therapy manuals for drug abuse: Manual 1, A cognitive–


behavioral approach—Treating cocaine addiction. NIH Publication Number 99-4309.
Bethesda, MD: National Institute on Drug Abuse.

Center for Substance Abuse Treatment (CSAT). (2006). Counselor’s Family Education
Manual: Matrix Intensive Outpatient Treatment for People With Stimulant Use
Disorders. HHS Publication No. (SMA) 07-4153. Rockville, MD: Substance Abuse and
Mental Health Services Administration (SAMHSA).

CSAT. (1999). Enhancing motivation for change in substance abuse treatment.


Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 35. HHS Publication No. (SMA) 99−3354.
Rockville, MD: SAMHSA.

CSAT. (2005). Substance abuse treatment: Group therapy. Treatment Improvement


Protocol (TIP) Series 41. HHS Publication No. (SMA) 05-3991. Rockville, MD: SAMHSA

357
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Miller, W. R., & Rollnick, S. (1991). Motivational Interviewing: Preparing People To
Change Addictive Behavior. New York: Guilford Press.

Schmidt, J. J. (1994). Counselor intentionality and effective helping. ERIC Digest.


http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED378461.pdf

Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2009). Family


Psychoeducation: Building Your Program. HHS Publication No. SMA-09-4422,
Rockville, MD: Center for Mental Health Services, Substance Abuse and Mental
Health Services Administration, SAMHSA.

358
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
LAMPIRAN C—UCAPAN TERIMA
KASIH KHUSUS
Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah
berpartisipasi dalam proyek awal dari kurikulum ini dan menciptakan studi kasus klien
untuk serial kurikulum. Masukan dari mereka semua sangat berharga.

Clemente (Junjun) A. Abella, Jr. Susmita Banerjee


Counseling Psychologist Trainer
Serenity at the Quarry The Colombo Plan ACCE
Philippines Sri Lanka

Muhammad Ayub Ma. Elena (Malyn) Cristobal


Director Family Therapist, Private Practice
Dost Welfare Foundation Living Free Foundation
Pakistan Philippines

Dato’ Zainuddin A. Bahari Aditi Ghanerar


Consulting Trainer Counselor and Training Coordinator
Malaysia TTK Hospital
India

Tapasi Bandyopahyay Mohammed Sharif Abdul Hamid


Consulting Trainer Clinical Supervisor
India Kasih Mulia Foundation
Indonesia

Tay Bian How Ibrahim Salim


Director Trainer
The Colombo Plan ACCE The Colombo Plan ACCE
Sri Lanka Sri Lanka

Prof. Sun Min Kim Dr. Shanthi Ranganathan


Research Professor Hon. Secretary
Seoul National University TTK Hospital
South Korea India

Winona A. Pandan
Guidance Counselor
LaSalle College – Victorias
Philippines

Dr. V. Thirumagal
Consultant
TTK Hospital
India

359
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan juga kepada pihak BNN (Badan
Narkotika Nasional), DSKAI (Dewan Sertfikasi Konselor Indonesia), IKAI (Ikatan
Konselor Adiksi Indonesia) dan pihak-pihak lainnya di Indonesia, yang secara khusus
telah membantu dan berperan serta dalam pengembangan kurikulum ini ke dalam
versi bahasa Indonesia. Bantuan dan dukungan yang diberikan sangat berharga dalam
pengembangan kurikulum ini.

Irjen. Pol. Gorries Merre Frieda Arruan Tonglo, S.Psi, M.Ed


Kepala Pelaksana Harian Bidang Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Badan Narkotika Nasional
Indonesia Indonesia

Dr. Kusman Surianatakusumah, Sp.KJ Dr.Siste Kristiani, Sp.KJ


Deputi Rehabilitasi Psikiater
Badan Narkotika Nasional RSCM dan FK-UI
Indonesia Indonesia

Dr.Budyo Prasetyo, Sp.RM


Direktur Penguatan Lembaga
Rehabilitasi Komponen Masyarakat
Badan Narkotika Nasional
Indonesia

Dr. Benny Ardjil, Sp.KJ


Ketua
Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia

Narendra Narotama, ST
Konselor Adiksi
Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Indonesia

Achmad
Konselor Adiksi
Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Indonesia

Erry Wijoyo, S.Ikom


Konselor Adiksi
Ikatan Konselor Adiksi Indonesia
Indonesia

360
Kurikulum 4: Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi

Anda mungkin juga menyukai