Disusun oleh :
M. ALWI AINUL YAQIN
RIKSA FADHILAH
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah di atas yang bersifat umum, dapat dijabarkan beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, dapat ditarik beberapa tujuan makalah yang berkaitan
dengan teknik dalam bimbingan dan konseling, antara lain :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik merupakan cara-cara dan alat yang digunakan oleh guru dalam
rangka mencapai suatu tujuan, langsung dalam pelaksanaan pelajaran pada
waktu itu. W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umus Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1993).
Teknik merupakan suatu cara yang tidak dilakukan oleh guru bimbingan
dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi, oleh karena itu
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling belajar di sekolah harus
menggunakan teknik yang tepat, agar kegiatan belajar mengajar berlangsung
efektif dan efisien.
Adapun teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling antara lain
teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes melengkapi teknik non tes. Yang
dimaksud adalah serangkaian pengumpulan data siswa dengan menggunakan tes
standar misalnya tes intelegensi, tes bakat, tes minat, tes kreativitas dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk teknik non tes meliputi observasi, anecdotal, recod,
skala penilaian, catatan comulatif, teknik sosiometrik, dan studi kasus, pendekatan
pelayanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk teknik layanan
3
dalam bimbingan dan konseling. Cara khusus dalam melayani konseli sesuai
dengan kebutuhan dalam bimbingan dan konseling dibagi menjadi empat teknik.
3). Fungsi preventif dan kreatif, fungsi ini digunakan untuk keperluan terapi
masalah-masalah psikologi seperti psikodrama atau sosiodrama untuk keperluan
terapi masalah atau konflik.
4
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari hal-hal penting
yang berguna bagi pengarahan dirinya, yang berkaitan dengan pendidikan,
pekerjaan, pribadi dan sosial.
Dari sumber lain juga memiliki persepsi mengenai tujuan-tujuan yang mendasari
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, yaitu sebagai berikut :
5
bimbingan tujuan kelompok bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat
peserta didik.
• Pemberian informasi
• Home Program,
6
Suatu program kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan agar guru dapat
mengenal lebih mengenal siswanya dan dapat membantu dalam pencapaian
pemahaman diri. Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dalam bentuk
pertemuan antara guru dan murid di luar jam-jam pelajaran. Dengan kata lain,
home room adalah membuat suasana kelas seperti dirumah, dalam kegiatan
ini, diadakan Tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu
kegiatan.
• Karya Wisata,
• Diskusi (sharing),
• Masalah-masalah pekerjaan
• Masalah belajar
7
• Organisasi siswa atau kegiatan kelompok organisasi siswa atau kegiatan
kelompok baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah,
merupakan salah satu cara dalam bimbingan kelompok, karena melalui
organisasi banyak masalah yang bersifat individual maupun kelompok
dapat diselesaikan. Dalam organisasi, siswa mendapatkan kesempatan
untuk mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, siswa juga dapat
mengembangkan bakat kepemimpinanya, memupuk rasa tanggung jawab
dan harga diri.
Directive Counseling adalah teknik konseling dimana yang paling berperan yaitu
seorang konselor, konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan
masalahnya. Dengan teknik pendekatan ini dalam proses konseling dimana yang
paling berperan adalah konselor. Dalam hal ini konselor lebih banyak mengambil
8
inisiatif dalam proses konseling sehingga konseli tinggal menerima apa yang
dikemukakan oleh konselor.
Teknik ini merupakan campuran dari kedua teknik di atas. Dengan demikian
dalam teknik campuran ini seorang konselor menggunakan pendekatan atau
penggabungan unsure-unsur teknik langsung maupun tidak langsung.
2.5 Teknik Tes dan Non Tes dalam Upaya Pemahaman Individu
Teknik tes merupakan usaha pemahaman individu dengan menggunakan
alat-alat yang bersifat mengukur, maka hasil dari pemahaman tersebut berupa
hasil-hasil angka atau hasil ukur. Teknik-teknik non-tes merupakan usaha
pemahaman individu tanpa menggunakan alat-alat yang bersifat menghimpun atau
mengumpulkan saja.
a) Jenis Tes
Ada beberapa jenis tes yaitu diantaranya adalah sebagai berikut, yaitu tes
intelegensi, tes bakat, tes kepribadian, dan tes prestasi.
9
• Tes Bakat, digunakan untuk mengukur kemampuan dalam aspek-aspek
khusus, seperti aspek verbal (kemampuan berbahasa), aspek numerik
(kemampuan menggunakan angka-angka)
• Tes Kepribadian, tes untuk mengukur sifat-sifat atau karakteristik primer dan
skunder, seperti sifat-sifat stabilitas emosi, rasa humor, seksual dan
sebagainya.
• Tes Prestasi, tes untuk mengukur prestasi belajar pada berbagai mata pelajaran
yang diikuti siswa.
10
Menurut jumlah orang yang diwawancara, dapat dibedakan menjadi :
• Daftar cek, daftar yang berisi unsure-unsur yang mungkin pada tingkah laku
atau kegiatan individu yang diamati. Daftar ini bisa digunakan dalam kegiatan
observasi individu ataupun kelompok.
11
• Close Questionnaire (Pertanyaan Tertutup), yaitu pertanyaan-pertanyaan
yang jawabanya telah disediakan sehingga orang yang menjadi sasaran
hanya perlu memilih jawaban. Jadi sifatnya terikat dalam artian tidak dapat
dijawab secara bebas.
• frekuensi, sering atau tidaknya anak itu bergaul. Semakin sering seseorang
bergaul maka semakin baik pula dia dalam segi pergaulan.
12
• Studi Dokumentasi, meruoakan studi mempelajari data-data yang sudah
didokumentasikan.
Studi kasus, sebagai suatu metode untuk mengadakan persiapan konseling , terdiri
atas :
13
Tujuan bimbingan klasikal adalah arah dan sasaran yang hendak dicapai
dalam rangka mewujudkan perkembangan yang optimal dan kemandirian siswa
melalui proses bimbingan klasikal.
14
b. Manfaat Perumusan Tujuan Bimbingan Klasikal
Tujuan bimbingan klasikal menentukan arah pada proses bimbingan
klasikal dan menentukan perilaku sebagai bukti hasil bimbingan klasikal. Menurut
Nurihsan (2006: 8), bahwa tujuan bimbingan memberikan arah agar individu
dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta
kehidupannya pada masa yang akan datang; mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan seoptimal mungkin; menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya; dan mengatasi hambatan serta
kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
Menentukan perilaku sebagai bukti hasil bimbingan klasikal dapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengenal dan
memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya; mengenal dan memahami
potensi-potensi yang ada di lingkungannya; mengenal dan menentukan tujuan,
rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan tersebut; memahami dan mengatasi
kesulitan-kesulitan sendiri; menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, lembaga tempat bekerja dan masyarakat; menyesuaikan diri dengan
keadaan dan tuntutan lingkungan; serta mengembangkan segala potensi dan
kekuatannya yang dimilikinya secara tepat, teratur, dan optimal. Sebagai alat
untuk membantu guru pembimbing/konselor dalam mendeskripsikan, menyusun
teknik dan alat penilaian bimbingan klasikal.
c. Macam-macam Tujuan Bimbingan Klasikal
Berdasarkan aspek-aspek yang merupakan sasaran atau perilaku sebagai
bukti hasil belajar karena pengaruh bimbingan klasikal diklasifikasi menjadi
tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor seperti
diutarakan B.S. Bloom dkk. dalam taksonominya(Winkel 1987: 149-160; Suciati
2005: 6-17) sebagai berikut:
• Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada
kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni
mengingat sampai kemampuan memecahkan masalah. Secara hirarkis tujuan
bimbingan klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah
15
meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
• Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan,
emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada
aspek afektif dari tingkatan paling rendah meliputi: penerimaan, partisipasi,
penentuan sikap, pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola
hidup.
• Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada
ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan
yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis tujuan
bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah
meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Berdasarkan waktu berlangsungnya, tujuan bimbingan klasikal dibedakan
menjadi tujuan berdasarkan proses dan hasil. (Nurihsan 2006: 92, Abimanyu dan
Manrihu 2009182-183). Tujuan bimbingan klasikal berdasarkan proses berkaitan
dengan tujuan untuk memonitor kefektifan suatu strategi yang digunakan dalam
bimbingan klasikal. Tujuan bimbingan klasikal berdasararkan hasil berkaitan tipe,
arah dan banyaknya perubahan tingkah laku baik selama dan setelah pelaksanaan
bimbingan klasikal. Berdasarkan lingkupnya dibedakan adanya tujuan umum dan
tujuan khusus bimbingan klasikal.
Tujuan umum bimbingan klasikal ialah agar siswa dapat:
• merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya di masa yang akan datang;
• mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin
• menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya;
• mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
16
Tujuan khusus bimbingan klasikal berhubungan dengan membantu siswa agar
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial,
belajar (akademik), dan karir sebagai berikut:
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial
konseli adalah:
• Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
• Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
• Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara
yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta
dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang
dianut.
• Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun
psikis.
• Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
• Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
• Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang
lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
• Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas atau kewajibannya.
• Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
• Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat
internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
• Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
17
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik
(belajar) adalah :
• Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang
dialaminya.
• Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran,
dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
• Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian.
• Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
• Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri
dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi
tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
• Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah
• Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
• Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang
menunjang kematangan kompetensi karir.
• Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi
dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
18
• Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita karirnya masa depan.
• Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
• Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
• Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir
keguruan tersebut.
• Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat
yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami
kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan
apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
• Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pelayanan yang diberikan
oleh pribadi atau individu yang profesional yang mengarah pada pemberian
bantuan kepada seorang konseli atau kelompok, dimana kegiatan bimbingan dan
konseling lebih berkaitan pada teknik-teknik yang mendasari kegiatan bimbingan
dan konseling. memberikan sebuah bantuan atau pelayanan pada seoarang atau
kelompok konseli tentu akan berbeda sesuai dengan jenis masalah yang dialami
oleh klien yang berbeda-beda, ada masalah pendidikan, pribadi dan sosial serta
masalah pekerjaan atau karier.
20
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan konseling kelompok (dasar dan orofil),
Padang: Ghalia Indonesia.
Sedanayasa, Gede dan kadek Suranata, 2009, Buku Ajar Dasar-Dasar Bimbingan
Konseling, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-teknik-dalam-
pembelajaran.html (di akses tanggal 12 desembar 2013)
http://whiendul.blogspot.com/2013/04/merumuskan-tujuan-bimbingan-
klasikal_3529.html (di akses tanggal 14 desembar 2013).
21