Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Teknik dan Pendekatan Layanan BK Klasikal

Mata Kuliah BK Klasikal

Dosen Pengampu: Hj. Farida Ulyani, M.Pd.

Disusun Oleh:

Dia Nala Ratih (2211010045)


M. Nurul Arifin (2211010056 )
Hasan Surya Bawana (2211010067)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

1
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb.

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-nya kepada kita semua dan kita masih diberi kesehatan, umur panjang sampai hari ini
juga . Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan ke junjungan kita nabi Agung nabi Muhammad
shallallahu alaihi wassalam yang kita tunggu tunggu syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti amin.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah BK Klasikal. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang mahasiswa mengenai materi tentang Teknik dan
Pendekatan Layanan BK Klasikal.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu HJ. Farida Ulyani, M.Pd selaku dosen Mata
Kuliah Bk Klasikal dan tidak lupa teman-teman yang sudah berusaha keras dalam menyusun
makalah ini kami ucapkan terimakasih.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, Kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari dosen dan temen-temen semuanya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

LATAR BELAKANG................................................................................................................. 4

A. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

B. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 4

BAB II............................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5

A. Teknik ekspositori .................................................................................................................. 5

B. Diskusi Kelompok .................................................................................................................. 6

C. Bermain Peran Dalam Bentuk Sosiodrama ............................................................................ 8

D. Permainan Simulasi ................................................................................................................ 9

E. Home Room dan lain-lain ..................................................................................................... 10

BAB III ......................................................................................................................................... 12

PENUTUP..................................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan........................................................................................................................... 12

B. Saran ..................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14


3
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bimbingan dan Konseling (BK) klasikal memegang peranan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Seiring dengan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh siswa di era modern,
peran konselor dalam membantu mereka mengatasi masalah akademik, sosial, emosional, dan
karir menjadi semakin penting. BK klasikal melibatkan berbagai teknik dan layanan yang
dirancang untuk memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa. Sejarah BK klasikal
menunjukkan perkembangan yang signifikan, mulai dari pendekatan yang lebih fokus pada
bimbingan akademik hingga pendekatan yang lebih holistik yang juga mencakup perkembangan
pribadi dan sosial siswa. Peran konselor dalam konteks pendidikan telah berkembang dari sekadar
memberikan informasi akademik hingga menjadi fasilitator perkembangan siswa secara
keseluruhan. Makalah ini akan membahas teknik dan layanan BK klasikal dengan lebih rinci,
menyelami peran konselor dalam membantu siswa mencapai potensi penuh mereka, mengatasi
hambatan, dan meraih kesuksesan dalam kehidupan.

A. Rumusan Masalah

1. Apa teknik ekspositori ?

2. Apa Diskusi Kelompok ?

3. Apa Bermain peran dalam bentuk sosiodrama ?

4. Apa permainana simulasi?

5. Apa Home Room?

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teknik ekspositori

2. Untuk mengetahui Diskusi Kelompok

3. Untuk mengetahui bermain peran dalam bentuk sosiodrama

4. Untuk mengetahui permainan simulasi

5. Untuk mengetahui home room

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik ekspositori

Pengertian Teknik ekspositori.

Istilah ekspositori berasal dari konsep eksposisi yang berarti memberi penjelasan. Dalam
konteks pembelajran, eksposisi merupakan strategi yang dilakukan guru untuk mengatakan atau
menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan informasi-informasi penting lainnya kepada para
pembelajar. Roy Killen (1998), menamakan teknik ekspositori ini dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk
yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak
dan mencernanya secara teratur dan tertib. Siswa juga dituntut untuk menguasai bahan yang telah
disampaikan tersebut 1 . Menurut David P. Ausubel dalam Pentatito Gunowibowo (1998:6-7),
pendekatan ekspositori ini merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
menanamkan belajar bermakna. Sejalan dengan itu Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan”
teknik ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa”
2
Kemudian Suherman, dkk. (2001) menjelaskan teknik ekspositori adalah “teknik pembelajaran
yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep
materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk
ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh
guru secara cermat. Penggunaan teknik ekspositori merupakan teknik pembelajaran mengarah
kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung”. Lebih jauh digambarkan
penggunaan teknik ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan
prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
teknik ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa teknik


pembelajaran ekspositori adalah teknik pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada sekelompok siswa atau peserta didik
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Guru cenderung
menjadi lebih berperan sebagai fokus pembelajaran yang memberikan informasi sedangkan
pembelajar/peserta didik tidak terlalu banyak aktif untuk menemukan materi. Dengan demikian
jika dikaitkan dengan pelaksanaan program BK di sekolah pada komponen pelayanan dasar serta

1
Killen, Roy .1998. effective Teaching Straties: Lesson From Reseach and Practice, Secand Edition- Australia: Sosial
Saence Press.

2
Mudjiono dan Dimiyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta; Cetakan 3.
5
peminatan dan perencanaan individu jelas rekevan dengan yang dilakukan guru BK atau konselor
yang bertujuan memberikan berbagai informasi menggunakan komunikasi verbal (penjelasan
secara mendalam) kepada peserta didik secara langsung kepada peserta di dalam klasikal. Selain
itu tujuan memfasiltasi peserta didik untuk memahami dan mengenali semua potens dirinya supaya
berkembang dan dapt merencanakan kehidupan efektiv dan bersifat pecegahan dan pemahaman.

B. Diskusi Kelompok

Sebagian besar teknik bimbingan kelompok menggunakan variasi teknik diskusi kelompok
dalam proses pelaksanaannya. Diskusi kelompok dapat dikatakan sebagai suatu percakapan yang
direncanakan antara 3 orang atau lebih, bertujuan untuk memperjelas ataupun memecahkan suatu
masalah yang dihadapi di bawah pimpinan seorang pemimpin (Romlah, 2006). Dari batasan
tersebut dapat ditemukan ciri dari diskusi kelompok3, yaitu:

(1) terdapat pembicaraan atau percakapan yang dilakukan oleh 3 orang atau lebih

(2) proses pembicaraan dirancang terlebih dahulu

(3) tujuan untuk memperjelas (klarifikasi) maupun untuk memecahkan suatu masalah

(4) dalam proses diskusi dipimpin oleh pemimpin kelompok, hal ini menunjukkan bahwa dalam
suatu kelompok terdapat anggota dan pemimpin kelompok.Teknik diskusi kelompok dapat
digunakan untuk mencapai tujuan layanan yang bermaksud membantu konseli dalam:

(1) mencerahkan atau memperjelas suatu masalah;

(2) memecahkan masalah. Di samping itu, khususnya terkait dengan pengembangan aspek pribadi
sosial, teknik diskusi kelompok juga dapat membantu konseli dalam mengembangkan:

(a) pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain

3
Gibson, R.L. dan Mitchell, M.H. 2001. Bimbingan dan Konseling. Alih Bahasa oleh Yudi Santoso dkk. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
6
(b) meningkatkan kesadaran diri

(c) mengembangkan pandangan baru tentang hubungan antar manusia;

(d) mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi

(e) mengembangkan keterampilan kepemimpinan

(f) mengembangkan keterampilan belajar secaramandiri dan

(g) mengembangkan keterampilan dalam menganalisis, mensintesis dan menilai

(Dinkmeyer dan Muro, 1971; Dulaney, 1985 dalam Romlah,2006).

Dikenal berbagai macam bentuk diskusi kelompok. Bentuk mana yang akan digunakan
sangat tergantung pada tujuan yang hendak dicapai, materi serta sasaran/ konseli. Bentuk-bentuk
diskusi kelompok antara lain yaitu diskusi brainstorming atau curah pendapat, diskusi kelompok
kecil, diskusi panel, diskusi kelas, diskusi model jigsaw dan sebagainya. Teknik diskusi kelompok
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain yaitu:

(1) konseli menjadi lebih aktif sehingga tujuan layanan bisa lebih efektif

(2) dapat melatih keterampilan konseli dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara lebih efektif;
(3) konseli juga dapat berlatih menjadi pemimpin, baik melalui perannya sebagai pemimpin
kelompok maupun melalui hasil pengamatannya terhadap pemimpin dan pengalaman sebagai
anggota kelompok. Sedang kelemahanny antaralain:

(1) membutuhkan waktu yang lebih lama;

(2) membutuhkan falisitas tempat yang lebih luas dan fasilitas kursi yang mudah dipindah-pindah

(3) kemungkinan diskusi menjadi salah arah, tidak mencapai tujuan yang diharapkan apabila
konselor kurang kontrol terhadap proses kelompok;

7
(4) kemungkinan pembicaraan dalam kelompok tidak merata, ada anggota kelompok yang
menguasai pembicaraan, ada yang kurang mendapat kesempatan berbicara.

C. Bermain Peran Dalam Bentuk Sosiodrama

Dalam konteks bimbingan atau pendidikan secara umum permainan peranan dipandang
sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan, di mana individu memerankan suatu
situasi yang imajinatif (pura-pura), bertujuan untuk membantu individu dalam mencapai
pemahaman diri, meningkatkan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Permainan
peranan merupakan alat belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan dan
pengertian mengenai hubungan antar manusia, dengan cara memerankan situasi yang pararel
(sama) yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya (Shaw,E.M dkk, 1980; Corsisi, 1966 dalam
Romlah, 2006). Permainan peranan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sosiodrama dan
psikodrama. Sosiodrama lebih mengarah pada permainan peranan yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan hubungan sosial, lebih bersifat preventif dan pengembangan.
Sedang psikodrama digunakan untuk memecahkan masalah emosional yang dialami oleh
seseorang, bersifat kuratif atau penyembuhan. Dalam konteks bimbingan yang berfungsi preventif
dan pengembangan, lebih cenderung menggunakan teknik sosiodrama, sehingga dalam tulisan ini
hanya membahas sosiodrama. Sosiodrama sebagai suatu Teknik dalam bimbingan dapat dikatakan
sebagai alat yang digunakan dalam memberikan layanan kepada konseli, dengan cara mengajak
mereka memerankan peran-peran tertentu yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Anggota kelompok yang terpilih sebagai kelompok pemain, memerankan peran-peran tertentu
seperti dalam drama, berdasarkan skenario yang telah disiapkan terlebih dahulu. Setelah selesai
permainan, dilanjutkan dengan diskusi, merefleksikan hasil permainan, untuk mencapai tujuan
layanan. Sosiodrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang mengarah pada aspek
afektif, motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan hubungan sosial.
Sehubungan dengan itu maka materi yang disampaikan melalui sosiodrama bukan materi yang
bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai, mungkin
juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.4 Melalui permainan sosiodrama,
konseli diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat
menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan
akhirnya mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan
penyesuaian sosial. Teknik sosiodrama tepat digunakan dalam bimbingan kelompok dalam
kelompok kecil atau bimbingan klasikal, dan tidak tepat untuk kelompok besar. Teknik sosiodrma
mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut. Kelebihan sosiodrama antara lain

4
Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
8
(1) merupakan teknik yang menyenangkan sehingga tidak membosankan, sebab konseli diajak
untuk bermain-main

(2) konseli dapat belajar melalui penghayatan secara langsung dari suatu peristiwa, meskipun
peristiwa yang diangkat hanya imajinatif

(3) melalui sosiodrama dapat disajikan model peristiwa ataupun model perilaku, sehingga konseli
dapat belajar melalui model yang disajikan

(4) dapat digunakan sebagai alat mendiagnosis perilaku konseli.

Sedang kelemahan sosiodrama antara lain yaitu:

(1) dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lebih lama

(2) menuntut kecermatan dalam mengobservasi para konseli baik pada kelompok pemain maupun
penonton agar dapat menangkap secara cermat setiap perilaku atau peristiwa yang terjadi dalam
proses permainan

(3) menuntut keterampilan yang lebih dari konselor dalam mengelola kelas sebab kelas terbagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemain dan kelompok observer yang sama-sama menuntut
perhatian sepanjang proses permainan. Untuk mengatasi kelemahan ini, konselor dapat
menggunakan system co-leader, konselor dapat bekerjasama dengan kolega konselor yang lain
untuk membantu pelaksanaan permainan sosiodrama.

D. Permainan Simulasi

1.Identifikasi Masalah:

Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah atau masalah yang dihadapi oleh siswa.
Konselor harus berkomunikasi dengan siswa untuk memahami dengan lebih baik apa yang
membuat mereka kesulitan atau perlu bantuan.

2. Pemilihan Permainan Simulasi:

Setelah masalah diidentifikasi, konselor harus memilih permainan simulasi yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi oleh siswa. Permainan simulasi dapat beragam, seperti permainan peran,
simulasi bisnis, atau permainan interaktif lainnya.

3. Pengenalan Permainan:

9
Konselor harus memperkenalkan permainan kepada siswa dan menjelaskan tujuan, aturan, serta
cara bermainnya. Pastikan siswa memahami permainan dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Penggunaan Permainan sebagai Alat Pembelajaran:

Selama permainan simulasi berlangsung, konselor dapat mengamati interaksi dan keputusan
siswa dalam permainan. Ini memberikan wawasan tentang cara siswa menghadapi situasi dan
masalah yang ada.

5. Refleksi dan Debriefing:

Setelah permainan selesai, konselor dan siswa dapat melakukan sesi refleksi atau debriefing.
Dalam sesi ini, siswa diminta untuk berbicara tentang pengalaman mereka selama permainan,
keputusan yang mereka buat, dan dampaknya. Konselor dapat membimbing siswa untuk
mengevaluasi pilihan mereka dan bagaimana hal itu berkaitan dengan masalah awal.

6.Perencanaan Tindakan:

Berdasarkan refleksi dan debriefing, konselor dan siswa dapat bekerja sama untuk merencanakan
tindakan selanjutnya. Ini bisa berupa strategi untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi atau
langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa.

7.Evaluasi Kemajuan:

Konselor harus terus memantau kemajuan siswa setelah sesi permainan simulasi. Ini dapat
melibatkan pertemuan berikutnya untuk melihat apakah siswa telah mengimplementasikan
perubahan yang direncanakan dan apakah masalahnya telah teratasi.

E. Home Room dan lain-lain

"Home room" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelas atau ruangan di
sekolah yang digunakan sebagai tempat pertemuan harian atau pengumpulan siswa pada awal hari
sekolah. Ini adalah kelas tetap yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan siswa sebelum
mereka berpisah ke kelas-kelas mereka yang sesungguhnya untuk pelajaran-pelajaran mereka.

Fungsi Home Room:

1. Pengumuman: Home room sering digunakan untuk mengumumkan berita atau


pengumuman penting kepada seluruh siswa.
2. Absensi: Guru home room biasanya mengambil absensi pada awal hari sekolah untuk
memastikan kehadiran semua siswa.

10
3. Pembagian Informasi: Guru home room dapat memberikan informasi penting kepada
siswa tentang acara sekolah, perubahan jadwal, atau informasi lain yang relevan.
4. Pemeriksaan Tugas: Guru home room juga dapat mengumpulkan tugas atau pekerjaan
rumah yang harus diserahkan oleh siswa.
5. Sesi Pemantauan: Home room bisa menjadi tempat bagi siswa untuk melaporkan
masalah atau kekhawatiran kepada guru atau staf sekolah.

Selain "home room," istilah "lain-lain" mungkin digunakan secara umum untuk mengacu pada
berbagai hal yang tidak termasuk dalam kategori tertentu atau jika kita tidak ingin merinci atau
menyebutkan secara spesifik tentang suatu hal. Misalnya, jika Anda mengisi formulir atau daftar
yang meminta Anda menyebutkan kategori tertentu, dan item yang Anda sebutkan tidak sesuai
dengan kategori-kategori yang ada, Anda mungkin akan menggunakannya untuk mengacu pada
item tersebut tanpa merinci lebih lanjut.

Jadi, "lain-lain" adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang tidak
masuk dalam kategori yang telah didefinisikan atau jika kita tidak ingin memberikan detail
kategori yang lebih spesifik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

A. Teknik ekspositori
Dari uraian yang telah dikemukakan tergambar secara jelas bahwa penggunaan Teknik
ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud
agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
B. Diskusi Kelompok
Sebagian besar teknik bimbingan kelompok menggunakan variasi teknik diskusi
kelompok dalam proses pelaksanaannya. Diskusi kelompok dapat dikatakan sebagai
suatu percakapan yang direncanakan antara 3 orang atau lebih, bertujuan untuk
memperjelas ataupun memecahkan suatu masalah yang dihadapi di bawah pimpinan
seorang pemimpin (Romlah, 2006). Dari batasan tersebut dapat ditemukan ciri dari
diskusi kelompok.
C. Bermain peran dalam bentuk sosiodrama
Sebagian besar teknik bimbingan kelompok menggunakan variasi teknik diskusi
kelompok dalam proses pelaksanaannya. Diskusi kelompok dapat dikatakan sebagai
suatu percakapan yang direncanakan antara 3 orang atau lebih, bertujuan untuk
memperjelas ataupun memecahkan suatu masalah yang dihadapi di bawah pimpinan
seorang pemimpin (Romlah, 2006). Dari batasan tersebut dapat ditemukan ciri dari
diskusi kelompok.
D. Permainan simulasi
Langkah pertama yaitu mengidentifikasi masalah lalu setelah masalah diidentifikasi
konselor harus memilih permainan simulasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi
oleh siswa. Permainan simulasi dapat beragam, seperti permainan peran, simulasi bisnis,
atau permainan interaktif lainnya. lalu Refleksi dan Debriefing.
E. Home room dan lain-lain
digunakan untuk menggambarkan kelas atau ruangan di sekolah yang digunakan sebagai
tempat pertemuan harian atau pengumpulan siswa pada awal hari sekolah. " mungkin
digunakan secara umum untuk mengacu pada berbagai hal yang tidak termasuk dalam
kategori tertentu atau jika kita tidak ingin merinci atau menyebutkan secara spesifik
tentang suatu hal.

12
B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, tentunya masih belum sempurna dan tidak lepas dari
koreksi para pembaca. Dari makalah yang kami sajikan tentunya masih terdapat kekurangan
yang kami ketahui. Oleh karena itu kami megharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menambah pengetahuan kami agar nantinya makalah ini bisa menjadi makalah yang sempurna
dan mudah untuk dimengerti.

13
DAFTAR PUSTAKA

Killen, Roy .1998. effective Teaching Straties: Lesson From Reseach and

Practice, Secand Edition- Australia: Sosial Saence Press.

Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit

Universitas Negeri Malang.

Mudjiono dan Dimiyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka

Cipta; Cetakan 3.

Gibson, R.L. dan Mitchell, M.H. 2001. Bimbingan dan Konseling. Alih Bahasa oleh Yudi

Santoso dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

14

Anda mungkin juga menyukai