Disusun Oleh:
Kelompok9
1. Widia Safitri 1911250037
2. Telangi Putri 1911250031
Dosen Pembimbing:
Deni Febrini, S.Ag., M.Pd
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal.............................................3
B. Media Layanan Bimbingan Klasikal....................................................4
C. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal...................................................5
D. Fungsi Bimbingan Klasikal..................................................................6
E. Langkah-Langkah Bimbingan Klasikal................................................6
F. Pelaksanaan Bimbingan Klasikal.........................................................8
G. Peran Guru BK dalam Layanan Klasikal..............................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
4
T.Belawati, Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke-1, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2003), h.12.
adhesive, chart, poster, peta, foto dan relia berupa gambar yang nyata
secara anatomi.
C. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal
Rumusan tentang tujuan dan manfaat bimbingan klasikal dalam kajian
literature belum banyak ditemukan, oleh karena itu untuk merumuskan tujuan
dan manfaat bimbingan klasikal mempergunakan rumusan tujuan bimbingan
dan koseling yang dikaitan dengan kegiatan di kelas. Tujuan yang ingin
dicapai bimbingan dan konseling adalah tercapainya perkembangan yang
optimal, penyesuaian diri yang baik, penyelesaian masalah yang dihadapi,
kemandirian, kesejahteraan dan kebahagian serta kebermaknaan dalam
kehidupannya.
Dalam kaitannya dengan domain layanan bimbingan dan konseling
adalah meliputi pendidikan atau belajar, pribadi, sosial dan karir.
Layanan bimbingan klasikal sangat dibutuhkan siswa-siswa yang tidak
mempunyai masalah maupun yang mempunyai masalah dapat terbantu,
sehingga mereka dapat belajar dengan baik. Menurut downing tujuan
bimbingan di sekolah adalah membantu siswa :
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi
belajar yang tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang
dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam
hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan
jasmani.
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perancanaan
dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus.
D. Fungsi Bimbingan Klasikal
Layanan bimbingan klasikal mempunyai berbagai fungsi, antara lain
sebagai berikut :5
1. Dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara guru
bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik atau
konseli
2. Dapat terjalinnya hubungan emosional antara guru bimbingan dan
konseling dengan peserta didik sehingga akan terciptanya hubungan –
hubungan yang bersifat mendidik dan membimbing.
3. Dapat terciptanya keteladanan dari guru bimbingan dan konseling bagi
peserta didik yang dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan
sikap dan perilaku lebih baik pada peserta didik.
4. Dapat sebagai wadah atau adanya media terjadinya komunikasi
langsung antara guru bimbingan konseling dengan peserta didik, khusus
bagi peserta didik dapat menyampaikan permasalahan kelas atau pribadi
atau curhat di kelas.
5. Dapat terjadinya kesempatan bagi guru bimbingan konseling
melakukan tatap muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi
peserta didik dan suasana belajar di kelas.
6. Sebagai upaya pemahaman terhadap peserta didik dan upaya
pencegahan, penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan
pengembangan pikiran, perasaan, dan kehendak serta prilaku peserta
didik.
E. Langkah-Langkah Bimbingan Klasikal
Untuk dapat melaksanakan layanan bimbingan klasikal secara baik,
Linda D Webb dan Greg A Brigman terdapat beberapa langkah yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :6
5
M. Johnson, Use of play group therapy in promoting social skills, Issues in Mental
Health Nursing, Vol.9 No.1 Tahun 1988, h.105.
6
G. Corey, Theory and Practice Of Counseling And Psychotherapy, (California: Cengage
Learning, 2015), h.16.
1. Melakukan pemahaman peserta didik (menetukan kelas layanan,
menyiapkan instrument pemahaman peserta didik, pengumpulan data,
analisis data, dan merumuskan pemahaman).
2. Menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi
peserta didik/konsli atas dasar hasil pemahaman peserta didik.
3. Memilih metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan
bimbingan klasikal (ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi,
atau ceramah-tugas-diskusi).
4. Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disiapkan secara
tertulis merupakan suatu bukti administrasi kegiatan, dengan demikian
materi layanannya disajikan secara terencana dengan harapan mencapai
hasil yang optimal, sebab disusun atas dasar kebutuhan dan literature
yang relevan.
5. Memilih sistematika persiapan yang dapat disusun oleh Guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor, dengan catatn telah
mencerminkan adanya kesiapan layanan bimbingan klasikal dan
persiapan diketahui oleh Koordinator Bimbingan dan Konseling dan
atau Kepala sekolah.
6. Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian layanan
bimbingan klasikal sesuai dengan kebutuhan layanan.
7. Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang diberikan
atau perkembangan sikap dan prilaku atau tingkat ketercapaian tugas-
tugas perkembangan. Secara umum aspek yang dievaluasi meliputi :
kesesuaian program dalam pelaksanaan, keterlaksanaan program,
hambatan-hambatan yang dijumpai, dampak terhadap kegiatan belajar
mengajar, dan respon peserta didik personal sekolah, dan orang tua
serta perubahan perkembangan peserta didik (tugas-tugas
perkembangan) atau perkembangan belajar, pribadi, sosial, dan
karirnya.
F. Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Erford menyatakan bahwa layanan bimbingan klasikal merupakan
layanan dalam bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan klasikal
berbeda dengan mengajar. Layanan ini juga memiliki beberapa ketentuan
dalam pelaksannanya. Adapun perbedaannya antara mengajar dan
membimbing :7
1. Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau
menyampaikan materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang
dirancang dalam kurikulum pendidikan disekolah, melainkan
menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya
perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan
tercapainya kemandirian peserta didik atau konseli.
2. Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan
konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta aspek-
aspek perkembangan peserta didik.
3. Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tuganya adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan tugas guru
bimbingan dan konseling atau konselor adalah menyelenggarakan
layanan bimbingan konseling yang memendirikan peserta didik atau
konseli.
G. Peran Guru BK dalam Layanan Klasikal
Guru BK atau konselor bertanggung jawab penuh dalam (membangun
atau melaksanakan), memanage (mengatur atau mengelola) dan memimpin
proses layanan yang diberikan kepada seluruh peserta didik. Di samping itu,
dapat bekerjasama dengan guru mata pelajaran ketika membangun atau
melaksanakan, mengatur atau mengelola dan memimpin kegiatan. Bentuk
kerjasama dipandang lebih efektif, sebab guru mata pelajaran diasumsikan
telah memiliki kedekatan dan keterampilan dalam mengelola kelas. Untuk
dapat memainkan peran secara optimal, maka Guru BK atau konselor
7
B. Erford, Group work in the school, (Pearson: Loyola University Maryland, 2009),
h.115-117.
hendaknya memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpuji,
ketrampilan teknik layanan yang memadai, dan performance yang menarik.
Berpengetahuan luas dimaksudkan untuk memberikan kepuasan
peserta didik dalam memberikan informasi atas pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan oleh peserta didik, namun di samping itu hendaknya dimiliki
penguasaan dan pemahaman secara mendalam tentang apa yang akan
diberikan kepada peserta didik secara tatap muka di kelas. Ciri kualitas
pribadi konselor yang efektif adalah perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap kesejahteraan orang lain, kemampuan dan kehendak untuk berada
dalam kegembiraan dan kesejahteraan klien, pengenalan dan penerimaan
terhadap kekuatan dan vitalitas seseorang, menemukan gaya konselingnya
sendiri, kesediaan untuk mengambil resiko, menghormati dan menghargai
diri, perasaan untuk dibutuhkan orang lain, bertindak sebagai model klien,
beresiko terhadap kesalahan yang diperbuat dan mengakui kesalahannya,
berorientasi pada pertumbuhan, dan memiliki rasa humor. Kualitas konselor
meliputi : pengetahuan tentang diri sendiri, kecakapan, kejujuran, kekuatan,
kehangatan, pendengar yang aktif, kesabaran, kepekaan, kebebasan dan
kesadaran holistik.
Layanan format klasikal tidak hanya terbatas pada penyampaian satu
atau dua permasalahan, akan tetapi juga mencakup berbagai permasalahan
yang ada atau muncul di sekolah. Untuk dapat melaksanakan layanan format
klasikal yang baik, Guru BK atau Konselor hendaknya menerapkan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling yang dapat membangun terjadi interaksi
psychopedagodik. Hal ini dimaksudkan dapat terbangunnya komunikasi yang
harmonis dan mempunyai arti penting bagi tercapainya perkembangan peserta
didik yang optimal. Pelaksanaan layanan format klasikal dapat disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik dan juga kebutuhan pencapaian tujuan
pendidikan nasional serta antisipasi perkembangan IPTEK.
Dalam interaksi dengan peserta didik, Guru BK atau konselor
hendaknya menerapkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang
meliputi:
1. Menghargai peserta didik
2. Menciptakan suasana hangat
3. Bersikap empatik kepada peserta didik
4. Bersikap terbuka terhadap peserta didik
5. Mengakui bahwa peserta didik berpotensi
6. Mengakui bahwa peserta didik itu unik dan dinamis
7. Tidak membanding-bandingkan peserta didik
8. Tidak mudah mengkualifikasi peserta didik.
Materi layanan format klasikal tentang motivasi belajar yang disusun
atas dasar hasil pemahaman terhadap diri peserta didik, memperhatikan
tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam UU
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang disajikan dengan memperhatikan
metode penyampaian informasi dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling,
diharapkan memiliki pengaruhi positif terhadap perkembangan/ perubahan
motivasi belajar peserta didik.8
8
A.J Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang, (Bandung:
Rafika Aditama, 2006), h.127.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai suatu layanan bimbingan
yang diberikan secara klasikal dalam arti jumlah siswasejumlah satuan kelas,
atau sebagai suatu layanan bimbingan yang diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling/ konselor kepada sejumlah satu kelas siswa/konseli di kelas.
Media pembelajaran dalam bimbingan klasikal menurut Belawati
dikelompokkan menjadi tiga yaitu media cetak, media non cetak, dan media
display.
Menurut downing tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu
siswa untuk mengatasi kesulitan dalam belajarnya, mengatasi terjadinya
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung dan dalam hubungan social, mengatasi kesulitan-
kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, mengatasi kesulitan-
kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi, dan mengatasi kesulitan-
kesulitan yang berhubungan dengan perancanaan dan pemilihan jenis
pekerjaan setelah mereka lulus.
Layanan bimbingan klasikal mempunyai berbagai fungsi, antara lain
dapat terjadinya interaksi, dapat terjalinnya hubungan emosional antara guru
bimbingan dan konseling dengan peserta didik, dapat terciptanya keteladanan
dari guru bimbingan dan konseling bagi peserta didik, dapat sebagai wadah
atau adanya media terjadinya komunikasi langsung antara guru bimbingan
konseling dengan peserta didik, dapat terjadinya kesempatan bagi guru
bimbingan konseling melakukan tatap muka, wawancara dan observasi
terhadap kondisi peserta didik dan suasana belajar di kelas, dan sebagai upaya
pemahaman terhadap peserta didik.
Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
bimbingan klasikal antara lain melakukan pemahaman peserta didik,
menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi
peserta didik/konsli atas dasar hasil pemahaman peserta didik, memilih
metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan bimbingan klasikal,
persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disiapkan secara
tertulis, memilih sistematika persiapan yang dapat disusun oleh guru
bimbingan dan konseling atau konselor, mempersiapkan alat bantu untuk
melaksanakan pemberian layanan bimbingan klasikal sesuai dengan
kebutuhan layanan, dan evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu
dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang
diberikan atau perkembangan sikap dan prilaku atau tingkat ketercapaian
tugas-tugas perkembangan.
Guru BK atau konselor bertanggung jawab penuh dalam (membangun
atau melaksanakan), memanage (mengatur atau mengelola) dan memimpin
proses layanan yang diberikan kepada seluruh peserta didik. Layanan format
klasikal tidak hanya terbatas pada penyampaian satu atau dua permasalahan,
akan tetapi juga mencakup berbagai permasalahan yang ada atau muncul di
sekolah. Untuk dapat melaksanakan layanan format klasikal yang baik, Guru
BK atau Konselor hendaknya menerapkan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling yang dapat membangun terjadi interaksi psychopedagodik.
DAFTAR PUSTAKA
Belawati, T. (2003). Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke-1. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Corey, G. (2015). Theory and Practice Of Counseling And Psychotherapy.
California: Cengage Learning.
Erford, B. (2009). Group work in the school. Pearson: Loyola University
Maryland.
Johnson, M. (1988). Use of play group therapy in promoting social skills, Issues
in Mental Health Nursing 9(1): 105.
Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Belakang. Bandung: Rafika Aditama.
Samisih. (2013). Praktek Layanan Informasi Dan Orientasi Secara Klasikal,
Jurnal Ilmiah SPIRIT 13(2):8.
Santoso, D.B. (2011). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Supriyo. (2010). Teknik Bimbingan Klasikal. Semarang: Swadaya Publishing.