MAB Pada Ayam Unggas
MAB Pada Ayam Unggas
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Deteksi Antibodi Terhadap Virus Newcastle Disease Pada Ayam Pedaging
(Gallus domesticus Linnaeus, 1758) di Peternakan SMS Bekasi dengan Uji HA-
HI” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dari banyak pihak
yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Penulis berterima kasih kepada:
1. Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Narti Fitriana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Sekretaris Program
Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Fahri Fahrudin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.
5. Indri Garnasih, M.Si., dan drh. Novia Herwandi, MPH selaku Dosen Penguji
Seminar Proposal dan Hasil Penelitian.
6. Dr. Dasumiati dan Dr. Fahma Wijayanti selaku Dosen Penguji Sidang
Munaqosyah
7. Ernawati, S.P., Annissa Ambaryati Mahani, S.Pi., Luthfia Masykuroh, S.Si.,
dan pihak peternakan yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian di Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan
DKI Jakarta dan Peternakan SMS Bekasi.
8. Umi, Ayah, Abi serta semua pihak yang terlibat membantu penulis dalam
penyusunan skripsi.
Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................4
1.5. Kerangka Berpikir .................................................................................. 4
LAMPIRAN ..........................................................................................................41
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Parameter pengamatan titer antibodi....................................................... 17
Tabel 2. Hasil uji HA ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari ........................... 19
Tabel 3. Hasil uji HI pada serum ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari .......... 24
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian deteksi antibodi virus ND pada ayam
pedaging di Peternakan SMS Bekasi ................................................... 4
Gambar 2. Ilustrasi hasil uji HA pada microplate................................................. 15
Gambar 3. Ilustrasi hasil uji 4 HA pada microplate.............................................. 16
Gambar 4. Ilustrasi hasil uji HI pada microplate .................................................. 16
Gambar 5. Hasil uji HA ayam pedaging umur 14 hari pada microplate............... 18
Gambar 6. Hasil uji 4 HA ayam pedaging umur 14 dan 18 hari ........................... 20
Gambar 7. Hasil uji HI terhadap sampel serum ayam Pedaging (Gallus domesticus)
umur 14 hari ....................................................................................... 22
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Titer antibodi ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari.................... 41
Lampiran 2. Perhitungan 4 HA ............................................................................. 42
Lampiran 3. Perhitungan Odds Ratio (OR)........................................................... 43
Lampiran 4. Lembar hasil uji HA-HI di Laboratorium Diagnostik ...................... 43
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
melakukan evaluasi terhadap proses vaksinasi, sanitasi, dan hal-hal yang berkaitan
dengan keberhasilan vaksinasi.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat proteksi vaksin pascavaksinasi
adalah dengan uji Haemagglutination Assay (HA) dan Haemagglutination
Inhibition (HI). Uji HA dan HI merupakan uji serologi yang digunakan untuk
mendeteksi nilai antibodi dari suatu organisme. Keunggulan uji ini yaitu material
yang dibutuhkan mudah didapatkan, termasuk kedalam uji yang sederhana, cepat
dan murah. Prinsip uji HA adalah terjadi pengikatan atau penggumpalan antara
protein hemaglutinin dari antigen dengan reseptor pada Red Blood Cell (RBC).
Reaksi ini disebut sebagai reaksi hemaglutinasi yang akan terlihat seperti
kristal merata atau difusi pada microplate. Bentuk kristal merata merupakan hasil
positif yang akan dihitung sampai sumuran terakhir terjadinya aglutinasi
sempurna (end point) dan menghasilkan titer HA atau titer antigen. Uji HA akan
dilanjutkan pada uji 4 Haemagglutination Assay (4 HA) yang akan menentukan
ketepatan antigen yang digunakan yaitu 4 HA unit dan dilanjutkan pada uji HI.
Prinsip uji HI adalah terjadi hambatan hemaglutinasi antara antigen dan RBC oleh
antibodi yang terdapat di dalam serum darah uji pascavaksinasi.
Hambatan hemaglutinasi akan terlihat seperti aliran (tears drop) pada
microplate. Bentuk ini merupakan hasil positif yang akan dihitung sebagai nilai
titer HI atau titer antibodi. Analisis dilakukan pada hasil titer antibodi ketiga
kelompok ayam dan dihubungkan dengan faktor umur. Hasil titer akan menjadi
evaluasi peternak dalam proses vaksinasi selanjutnya. Nilai titer antibodi yang
protektif bagi ayam terhadap virus ND menurut standar ASEAN adalah 24 HI
(Kencana et al., 2015). Ayam dengan nilai titer di bawah 24 dinyatakan tidak
protektif atau rentan terinfeksi virus ND.
1.2. Rumusan Masalah
Umur berapakah antibodi ND pada ayam pedaging terdeteksi dengan uji
HA-HI berdasarkan kategori umur 14, 18 dan 21 hari?
Peternakan SMS melakukan vaksinasi pada umur ayam 1 hari, namun pada tahun
2020 terdapat kasus ND dengan kematian sebanyak 2.840 ekor ayam
Produksi ayam pedaging terganggu dan menimbulkan kerugian yang cukup besar
Vaksin kedua perlu dilakukan pada kelompok umur ayam rentan penyakit
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
persilangan beberapa kelas ayam dengan produktivitas yang tinggi, seperti ayam
kelas Amerika, ayam kelas Inggris dan ayam Plymouth Rock (Mawarni, 2020).
Konversi pakan yang tergolong sedikit, daging yang lebih besar, dan
waktu panen yang cepat merupakan salah satu kelebihan ayam pedaging.
Kelemahannya adalah memiliki sistem imunitas yang rendah sehingga sangat
rentan penyakit khususnya penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan
Orthomyxovirus dan Paramyxovirus (Puspitaningrum et al.,2021). Virus golongan
Orthomyxovirus akan menyebabkan penyakit Avian Influenza (AI), sedangkan
golongan Paramyxovirus menyebabkan penyakit ND pada ayam (Hosseini et al.,
2021). Selain itu ayam pedaging memiliki daya adaptasi yang rendah sehingga
membutuhkan pemeliharaan secara intensif.
Kelompok usia pada ayam pedaging terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase
starter dan fase finisher. Fase starter adalah fase ayam pedaging dari Day Old
Chicken (DOC) hingga berumur 21 hari. Pada fase starter terdapat fase awal mula
ayam pedaging hidup yaitu dari DOC hingga umur 14 hari. Fase ini dinamakan
fase brooding yang perlu perhatian khusus karena kondisinya yang kritis. Fase
finisher adalah fase ayam pedaging yang berumur 22-35 hari atau sampai ayam
siap potong (Fatmaningsih et al., 2016). Kelompok usia pada fase brooding
khususnya pada umur 14 hari sangat rentan terhadap penyakit.
Tahap pertama dilakukan saat DOC atau usia 1 hari. Tahap kedua
dilakukan pada ayam berusia 12 hari, dan tahap ketiga pada usia 22 hari
(Biyatmoko & Rostini, 2020). Peternak dianjurkan untuk memberikan vaksin ND
kedua atau booster agar ayam pedaging tahan terhadap penyakit ND. Pengukuran
titer antibodi pada ayam pedaging diperlukan untuk dapat mengetahui tingkat
keberhasilan vaksin yang ditandai dengan nilai protektif atau nonprotektif. Ayam
dengan titer nonprotektif harus diberikan booster agar dapat terhindar dari
penyakit ND (Kurnianto et al., 2016).
yang lalu. Setelah identifikasi awal, pada tahun 1926 virus ini menyebar ke negara
Korea, India, Filipina, Australia, Kenya, Inggris dan Indonesia khususnya Pulau
Jawa (Brown & Bevins, 2017).
2.2.3. Vaksin
Vaksin merupakan salah satu usaha untuk mengurangi gejala dari infeksi
dan mencegah penyebaran virus ND. Vaksin ND yang digunakan di Indonesia
terbagi menjadi 2 tipe, yaitu vaksin aktif dan inaktif. Vaksin aktif memiliki biaya
produksi yang lebih murah, dan dapat diberikan melalui cairan (minum) (Indriani
& Dharmayanti, 2016b). Vaksin aktif di Indonesia umumnya menggunakan strain
lentogenik dan mesogenik, sedangkan vaksin inaktif menggunakan strain
velogenik. Vaksin inaktif lebih direkomendasikan untuk diterapkan di Indonesia
karena kesesuaiannya dengan strain velogenik genotipe VII yang mendominasi
dibandingkan strain lainnya (Kurnianingtyas et al., 2017).
diberikan pada Day Old Chicken (DOC) atau ayam berumur 1 hari (Badruzzaman
et al., 2020). Vaksinasi kedua atau booster dapat dilakukan setelah ayam berumur
12-21 hari untuk mengantisipasi adanya penurunan antibodi yang menyebabkan
ayam rentan penyakit (Masum et al., 2014).
multivalen adalah sifat antigen yang memiliki lebih dari satu macam titik
pengenalan sehingga antigen dapat bereaksi dengan antibodi. Struktur antigen
akan mempengaruhi kemampuan antigen untuk dapat bereaksi dengan antibodi,
seperti keberadaan epitop yaitu bagian dari molekul antigen yang berikatan
bereaksi dengan antibodi pada limfosit T (Antari, 2017).
Antigen yang masuk akan memicu tubuh ayam untuk memberikan respon
yaitu dengan pembentukan antibodi selama 1 minggu (Mufidah et al., 2020).
Antibodi disebut sebagai protein imunoglobulin (Ig) yang disekresi oleh plasma
darah dan dapat digolongkan ke dalam 5 golongan, yaitu Ig D, Ig M, Ig A, Ig G,
dan Ig E (Ahmad et al., 2018). Antibodi telah ada sejak minggu pertama ayam
menetas dan berasal dari induknya. Antibodi ini disebut antibodi maternal.
Antibodi terbentuk ketika induk mentransfer antibodi ke dalam kuning telur
dengan melewati 2 tahap, yaitu transfer imun menuju kuning telur dan transfer
antibodi menuju embrio yang sedang berkembang (Mufidah et al., 2020).
Antibodi maternal akan melindungi ayam dari serangan virus dan bakteri
pada waktu tertentu. Antibodi ini akan menurun drastis pada ayam berumur 10
hari. Hal ini didukung dengan penelitian yang menyatakan nilai antibodi ayam
pada minggu ke 2 menurun hingga 22 (Putra et al., 2020). Maka sebagai tindakan
pencegahan, peternak memberikan vaksin agar ayam mampu terhindar dari
penyakit jika antibodi maternal sudah tidak ada. Untuk mengetahui keberadaan
antibodi pada tubuh ayam pedaging, dilakukan uji serologi titer antibodi yaitu uji
Haemagglutination Assay (HA) / Haemagglutination Inhibition (HI).
METODE PENELITIAN
13
14
3.4.2. Pembuatan Red Blood Cell (RBC) dan Phosphate Buffer Saline (PBS)
Sel darah merah atau RBC diambil dari ayam Spesifik Antibodi Negatif
(SAN) di Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan (Pusyankeswannak)
DKI Jakarta. Ayam yang dihasilkan dari telur SAN telah terjamin bebas dari
penyakit pathogen sehingga digunakan sebagai RBC standar di laboratorium
(Kencana et al., 2014). Sampel darah diambil dari vena pectoralis, didiamkan
selama 30 menit – 1 jam lalu diputar dengan centrifuge. Supernatan yang
diperoleh kemudian dipisahkan.
20 Negatif
(a) Baris a yaitu sumuran pertama sampai ke-11 berisi Phosphat Buffer Saline
(PBS), antigen ND, dan RBC 1%
(b) Baris b merupakan perlakuan duplo atau pengulangan uji
(c) Kolom c adalah end point atau sumuran terakhir aglutinasi sempurna
(d) k adalah kontrol
Pada Gambar 5. terlihat bahwa uji HA yang dilakukan secara duplo
menunjukkan hasil end point yang sama. Hasil positif terlihat pada kolom pertama
hingga kolom ke-7 yaitu end point sehingga dinyatakan nilai titer sebesar 27 atau
128 HA unit. Nilai positif ditandai dengan bentuk kristal dan terlihat merata
(difusi) tanpa adanya aliran. Hal ini menandakan bahwa terjadi proses aglutinasi
antara hemaglutinin dengan RBC 1% (Cahyani et al., 2020). Pada kolom
setelahnya yaitu kolom ke-8 sudah mulai terlihat sedikit aliran sehingga
dinyatakan tidak terjadi aglutinasi secara sempurna atau bukan merupakan end
point.
18
19
terhadap hasil akhir yaitu titer antibodi dari uji HI. Jika pada uji 4 HA
menunjukkan hasil yang sesuai dengan ketentuan yaitu 2 sumuran terlihat bulat
kancing dan 2 sumuran setelahnya terlihat aliran (tears drop) maka jumlah
antigen yang digunakan tepat.
Pada uji HA, RBC yang digunakan ketiga kelompok umur merupakan
suspensi RBC standar laboratorium yang didapatkan dari ayam di Pusat Pelayanan
Kesehatan Hewan dan Peternakan DKI Jakarta. Uji HA menjadi uji prasyarat
untuk memastikan antigen yang digunakan sudah sesuai dengan standar. Pada
Tabel 2. tercantum hasil titer yang diperoleh dari uji HA secara berurutan yaitu 27,
27 dan 28 HA unit akan dilanjutkan pada tahap uji 4 HA. Antigen ND akan dibuat
dalam konsentrasi 22 atau 4 HA unit/25 µL menggunakan perhitungan titer (OIE,
2021).
Pada uji HI dibutuhkan RBC 1%, antigen ND dan serum darah ayam
pedaging umur 14, 18 dan 21 hari. Serum darah diambil dari ayam pedaging yang
sudah divaksin ND saat Day Old Chicken (DOC). Serum darah ayam yang sudah
divaksin akan mengandung antibodi terhadap agen virus ND dan akan
menghambat proses hemaglutinasi pada uji HI (Tille, 2022). Pada microplate akan
terlihat bentuk aliran (tears drop), kristal merata (difusi) dan bulat titik yang
menandakan terjadi aglutinasi sebagian. Titer antibodi dapat diketahui dengan
menghitung jumlah aliran yang terlihat pada microplate.
(a)
22
(b)
Gambar 7. Hasil uji HI terhadap sampel serum ayam pedaging (Gallus
domesticus) umur 14 hari
Keterangan :
(a) Kode sampel 1-8 merupakan sampel serum darah ayam umur 14 hari
(b) Kode sampel 9-15 merupakan sampel serum darah ayam umur 14 hari
(c) k adalah kontrol
Uji HI merupakan uji untuk mengetahui titer antibodi sehingga dapat
dijadikan sebagai informasi mengenai jumlah antibodi yang terbentuk pada tubuh
ayam pascavaksinasi. Pada uji ini terjadi reaksi antara antigen ND, serum darah
ayam dan RBC 1%. Hasil positif terlihat pada Gambar 7. (a) dan (b) dengan
sumuran yang tampak seperti aliran (tears drop). Sumuran yang terlihat mengalir
akan dihitung dan menjadi nilai n pada pangkat 2n. Pada Gambar 7. (a) kode
sampel 1, terlihat sumuran kolom ke-1 dan ke-2 mengalir. Hal ini menandakan
terjadi hambatan hemaglutinasi sehingga nilai titer antibodi kode sampel 1 adalah
22.
Pada sumuran kolom ke-3 hasil uji terlihat sedikit mengalir. Hal ini
menandakan terjadinya aglutinasi sebagian antara antigen ND dengan RBC 1%
yang terdapat pada serum ayam kode sampel 1. Aglutinasi sebagian dapat terjadi
karena jumlah antibodi spesifik pada serum darah menurun atau berada dalam
jumlah yang sedikit. Hambatan hemaglutinasi yang terjadi menunjukkan terdapat
antibodi spesifik terhadap virus ND (OIE, 2018). Hambatan hemaglutinasi terjadi
ketika terdapat antibodi terhadap virus ND di dalam serum darah ayam.
Hasil uji HI yang terlihat pada Gambar 7. (a) dari kode sampel 1-8 secara
berturut-turut adalah 22, 22, 22, 21, 20, 22, 22, 22. Nilai titer pada kode sampel 9-15
23
tercantum pada Lampiran 1. Pada Gambar 7. (a) terlihat bahwa kolom ke-1 kode
sampel 5 tidak tampak aliran (tears drop). Keberadaan antibodi pada serum darah
kode sampel 1 menyebabkan virus ND tidak dapat mengaglutinasi RBC,
melainkan akan berikatan dengan antibodi spesifik yang telah terbentuk
pascavaksinasi. Hal ini selaras dengan teori bahwa interpretasi hasil positif pada
uji HI adalah ketika terjadi aliran (tears drop) yang menandakan tidak terjadi
hemaglutinasi (Rozi et al., 2020).
Titer antibodi kode sampel 5 adalah 20, hal ini menandakan bahwa
antibodi terhadap virus ND pada kode sampel 5 belum terbentuk sehingga tidak
terdeteksi sama sekali. Nilai titer kode sampel 5 mengalami kenaikan dari umur
14, 18 dan 21 hari. Pada Lampiran 1. terlihat bahwa nilai titer antibodi ayam pada
umur 14, 18 dan 21 hari secara berturut-turut adalah 20, 23 dan 25. Pada umur 14
hari, tubuh ayam kode sampel 5 terlihat belum menunjukkan respon positif dalam
proses pembentukan antibodi atau titer antibodi belum terbentuk.
Hal ini dapat dilihat dari nilai titer 20, sedangkan diumur 14 hari titer
sampel lain sudah mulai terdeteksi atau antibodinya sudah terbentuk. Hal ini
selaras dengan teori bahwa antibodi spesifik dari vaksin ND akan terbentuk secara
optimal pada minggu ke-2 pascavaksinasi (Kencana et al., 2017). Proses
pembentukan antibodi yang belum optimal pada sampel 5 dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti kondisi vaksin dan kondisi fisiologis ayam yang
dipengaruhi oleh lingkungan. Cekaman suhu pada kandang ayam umur 14 hari
dapat menyebabkan antibodi belum terbentuk.
Pada umur 18 dan 21 hari titer antibodi mulai terbentuk dan protektif pada
minggu ke-3 pascavaksinasi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa titer antibodi terbentuk secara efektif pada umur 14 hari dan mulai
menurun pada umur 21 hari (Kencana et al., 2017). Antibodi protektif diumur 21
hari yang terdeteksi pada 2 sampel ayam pedaging dapat disebabkan oleh faktor
metabolisme tubuh ayam yang lambat, sehingga proses pembentukan antibodi
pascavaksinasi memerlukan waktu yang lebih lama. Proses pembentukan antibodi
pascavaksinasi dapat dipengaruhi oleh keberadaan antibodi maternal pada tubuh
ayam.
24
Kelompok Hasil
Umur Odds Ratio
Jumlah Sampel
Protektif (+) Nonprotektif (-) (OR)
(hari)
14 0 15 15
18 0 15 15
0
21 2 13 15
Total 2 43 45
25
dapat menjadi penyebab vaksin tidak bekerja secara optimum (Widiastuti et al.,
2022). Selain itu siklus metabolisme yang terjadi pada umur yang berbeda dapat
mempengaruhi respon imun pada tubuh ayam. Nilai Odds Ratio (OR) dihitung
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari masing-masing kelompok umur
dalam pembentukan titer antibodi ND (Akbar et al., 2017).
nonprotektif. Vaksin yang diberikan pada DOC merupakan vaksin ND (live) merk
“CEVA New L”.
Vaksin ini menggunakan strain La Sota yang tergolong kedalam genotipe
2 virus ND lentogenik. Vaksin dengan strain La Sota sudah teregristrasi dan
umum digunakan oleh peternak di Indonesia. Vaksin ini termasuk kedalam vaksin
homolog dengan efektivitas yang lebih baik dalam membentuk titer jika
dibandingkan dengan vaksin heterolog (Wibowo et al., 2017). Hasil titer
nonprotektif dapat disebabkan oleh kualitas vaksin dan ketidaksesuaian antara
strain vaksin dan antigen yang digunakan saat uji HA-HI. Penelitian ini
menggunakan antigen ND strain Ishii, berbeda dengan strain vaksin yang
digunakan yaitu La Sota.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa antigen strain Ishii menunjukkan
hasil yang baik untuk mendeteksi titer antibodi ayam yang telah divaksin ND
strain lentogenik, sehingga antigen ini tetap dapat digunakan pada vaksin strain La
Sota dan B1 (Mase, 2022). Terdapat kemungkinan bahwa virus yang ada di
sekitar wilayah Peternakan SMS Bekasi adalah virus dengan strain dan genotipe
yang berbeda seperti genotipe VII yang banyak terdeteksi beberapa tahun terakhir
(Adi et al., 2020). Perbedaan genotipe virus vaksin yang digunakan dengan virus
yang berada di lapangan menyebabkan respon kekebalan yang dihasilkan kurang
optimal (Kim et al., 2013). Hal ini dapat menyebabkan titer antibodi yang
terdeteksi berada pada nilai nonprotektif (<24) seperti pada Tabel 3. Besarnya nilai
titer HI menunjukkan jumlah titer antibodi yang terbentuk pascavaksinasi
(Kencana et al., 2015).
Proses vaksinasi pada penelitian ini dianggap kurang optimal. Hal ini
dapat terjadi karena vaksinasi yang dilakukan hanya satu kali. Vaksinasi yang
dilakukan satu kali akan menghasilkan titer yang lebih rendah sehingga harus
diikuti dengan tahapan booster atau vaksinasi kedua. Vaksinasi kedua akan
membentuk antibodi dengan fase lag yang lebih pendek dari antibodi primer,
sehingga saat terpapar virus ND respon akan menjadi lebih cepat (Dahlia et al.,
2019). Vaksinasi dianjurkan menggunakan vaksin ND aktif (live).
Secara efisiensi waktu, vaksin ND (live) yang diberikan melalui tetes mata
lebih praktis dibandingkan dengan vaksin ND (killed) yang diberikan melalui
28
injeksi subkutan. Vaksin ND (live) akan bekerja lebih cepat dibandingkan dengan
vaksin ND (killed) yang mengandung oil adjuvant. Zat ini berfungsi sebagai depo
antigen dan menyebabkan antigen vaksin keluar secara perlahan, sehingga
memerlukan waktu yang lebih lama untuk membentuk antibodi (Widiastuti et al.,
2022). Vaksin aktif dapat dijadikan sebagai vaksin pertama pada DOC untuk hasil
yang lebih cepat, sedangkan vaksin booster dapat dilakukan pada ayam umur 14
hari.
Hal ini dapat dipertimbangkan dari titer antibodi pada umur ke-14 pada
Tabel 3. yang masih belum protektif terhadap virus ND. Vaksin booster dapat
dilakukan pada ayam pedaging umur 12-21 hari (Masum et al., 2014). Vaksin ini
dapat dilakukan dengan vaksin inaktif (killed). Hal ini didukung oleh penelitian
bahwa vaksin inaktif (killed) akan memiliki ketahanan antibodi yang lebih lama
(Santoso et al., 2019). Penelitian mengenai pengembangan vaksin
merekomendasikan untuk menggunakan vaksin bivalen ND-LaSota yang terbukti
mampu memberikan proteksi terhadap virus ND dengan persentase 100%
(Cahyani et al., 2020).
Selain vaksinasi, untuk menjaga daya tahan tubuh, pihak peternakan dapat
memberikan tambahan vitamin atau ekstrak pegagan (Centela asiatica). Ekstrak
pegagan memiliki kandungan triterpenoid yang mengandung senyawa
asiatiscoside. Senyawa ini merupakan senyawa antibiotik alami dan juga dapat
berfungsi sebagai immunomodulator. Pemberian 1,5% dan 4,5% ekstrak pegagan
mampu menaikan titer antibodi ND pada ayam pedaging (Noor et al., 2018).
Selain itu, penambahan ekstrak kulit dan jus buah delima putih (Punica granatum
L.) dapat meningkatkan titer antibodi ND karena terdapat senyawa flavonoid yang
meningkatkan proliferasi dan diferensiasi limfostit T dan limfosit B (Rahmawati
et al., 2018).
Penelitian lebih lanjut mengenai jenis virus yang menyerang ayam
pedaging di Peternakan SMS Bekasi perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar strain
virus yang mewabah dapat diketahui dan vaksin ND yang digunakan dapat
disesuaikan untuk mendapatkan ketahanan tubuh yang optimal (Wibowo et al.,
2017). Menurut penelitian vaksin ND dari genotipe VII
(chicken/Indonesia/GTT/11) memberikan respon titer antibodi yang baik sesuai
29
sehat terkena penyakit. Ayam yang sakit harus dipisahkan di kandang yang
berbeda dan jauh dari ayam sehat, sedangkan untuk penanganan ayam mati dapat
dilakukan pembakaran dengan segera (Mare, 2019). Biosekuriti menjadi faktor
penting yang akan mengurangi proses penyebaran virus ND.
Hal ini didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa keberhasilan
vaksinasi dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan kandang yang baik dan faktor
lingkungan (Rahmawati et al., 2018). Pada penelitian lain di tahun 2020
ditemukan kematian ayam akibat virus ND sebesar 60% (Putra et al., 2020). Pada
kasus ini di tahun 2021 kematian ayam di Peternakan SMS Bekasi sebesar 35%.
Hal ini menunjukkan bahwa kasus ND merupakan wabah dengan mortalitas dan
nilai kerugian yang cukup tinggi. Penanganan kasus ND secara serius dapat
dilakukan dengan meningkatkan biosekuriti di lingkungan peternakan.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Antibodi ND terdeteksi pada ayam pedaging umur 21 hari sebesar
13,3% sedangkan pada umur 14 dan 18 hari antibodi ND tidak terdeteksi.
5.2. Saran
1) Pemberian vaksin kedua (booster) untuk ayam pedaging umur 14
sampai 21 hari.
2) Peningkatan kualitas biosekuriti dan penanaman tanaman pelindung di
sekitar kandang peternakan.
3) Peningkatan pengawasan terhadap kipas (fan) kandang secara rutin.
32
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Anak, Agung, Ayu, M., Astawa, I. Nyoman, M., Putra, I. Gusti, Agung, A.,
Kardena, I. M., & Suarsana, I. N. (2020). The evaluation of anti-NDV
hyperimmune sera for serotherapy in chickens infected with Newcastle
disease virus field isolate. International Journal of Veterinary Science and
Animal Husbandry, 5(4), 125–131.
Adistana, Sandyawan, & Putra, Ary, Bachtiar, K. (2019). Studi numerik pengaruh
peletakan cooling pad terhadap distribusi temperatur dan pola aliran udara
ventilasi kandang ayam broiler close house tipe ventilasi lorong. Jurnal
TeknikITS,8(2),102–106.
http://www.ejournal.poltektedc.ac.id/index.php/tedc/article/view/588
Ahmad, W., Al-qaisi, W., & Al-razem, F. (2018). Production and purification of
IgY antibodies from chicken egg yolk. Journal of Genetic Engineering and
Biotechnology, 16(1), 99–103. https://doi.org/10.1016/j.jgeb.2017.10.003
Akbar, S., Bagus, I., Ardana, K., Bagus, I., & Suardana, K. (2017). Perbandingan
titer antibodi Newcastle Disease pada ayam petelur fase layer I dan II.
Indonesia Medicus Veterinus, 6(4), 327–333.
https://doi.org/10.19087/imv.2017.6.4.327
Alemneh, T. (2019). Epidemiology, diagnosis & prevention of Newcastle disease
in poultry. American Journal of Biomedical Science & Research, 3(1), 50–
59. https://doi.org/10.34297/ajbsr.2019.03.000632
Antari, A. L. (2017). Imunologi Dasar (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish
Publisher.
Aripin, I. (2019). Pendidikan nilai pada materi konsep sistem imun. Jurnal Bio
Educatio, 4(1), 1–12.
Badruzzaman, M. Z., Santriagung, M. A., & Setiyono, A. (2020). Vaksinasi
Newcastle Disease pada peternakan ayam buras di Kabupaten Agam
Sumatera Barat. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(2), 240–245.
Balqis, U., Budiman, H., Iskandar, C. D., & Hasan, M. (2019). Histopathological
of fabricius bursa in the broiler chicken after vaccination with Newcastle
Disease Virus vaccine. Jurnal Medika Veterinaria, 13(1), 55–64.
https://doi.org/https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1.4178
Bello, M. B., Yusoff, K., Ideris, A., Hair-Bejo, M., Peeters, B. P. H., & Omar, A.
R. (2018). Diagnostic and vaccination approaches for Newcastle Disease
Virus in poultry: the current and emerging perspectives. BioMed Research
International, 4(1), 1–18. https://doi.org/10.1155/2018/7278459
Biyatmoko, D., & Rostini, T. (2020). Peningkatan ekonomi masyarakat melalui
intensifikasi budidaya ayam pedaging Desa Haur Gading Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas, 6(2), 249–259.
33
34
Badan Pusat Statistik. (2021). Populasi Ternak Unggas di Jawa Barat 2018-2020.
https://jabar.bps.go.id/indicator/158/258/1/populasi-ternak-unggas-di-jawa-
barat.html diakses pada 13 Maret 2022
Brown, V. R., & Bevins, S. N. (2017). A review of virulent Newcastle disease
viruses in the United States and the role of wild birds in viral persistence and
spread. Veterinary Research, 48(1), 1–15. https://doi.org/10.1186/s13567-
017-0475-9
Cahyani, J., Wibowo, M. H., & Widyarini, S. (2020). Perbandingan efikasi dan
keamanan vaksin bivalen Newcastle disease LaSota-Avian Influenza H9N2
isolat sidrap dengan dua adjuvan minyak berbeda dan ditantang virus
Newcastle Disease virulen. Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Gadjah Mada
Cahyani, N. L. R., Suardana, I. B. K., & Nindhia, T. S. (2020). Seroprevalensi
tetelo pada peternakan itik di Desa Takmung Kabupaten Klungkung.
Indonesia Medicus Veterinus, 9(4), 641–649.
https://doi.org/10.19087/imv.2020.9.4.641
CFSPH. (2016). Newcastle Disease. Institute for International Cooperation in
Animal Biologics, Iowa State University. https://www.cfsph.iastate.edu/
diakses pada 26 Juni 2022
Chaichana, P., Jenjaroen, K., Amornchai, P., Chumseng, S., Langla, S., Rongkard,
P., Sumonwiriya, M., Jeeyapant, A., Chantratita, N., Teparrukkul, P.,
Limmathurotsakul, D., Day, N. P. J., Wuthiekanun, V., & Dunachie, S. J.
(2018). Antibodies in melioidosis : The role of the indirect hemagglutination
assay in evaluating patients and exposed populations. The American Society
of Tropical Medicine and Hygiene, 99(6), 1378–1385.
https://doi.org/10.4269/ajtmh.17-0998
Dahlia, Santosa, P. E., Siswanto, & Hartono, M. (2019). Pengaruh pemberian
imunomodulator Echinacea pupurea (radix) terhadap titer antibodi Avian
Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) pada broiler betina. Jurnal Riset
Dan Inovasi Peternakan, 3(3), 1–7. https://doi.org/10.23960/jrip.2019.3.3.1-
7
Dimitrov, K. M., Afonso, C. L., Yu, Q., & Miller, P. J. (2017). Newcastle Disease
vaccines — A solved problem or a continuous challenge?. Veterinary
Microbiology, 206, 126–136. https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2016.12.019
Dina, Yahya, Y., & Zaini, M. (2019). Gambaran pemeriksaan hapusan darah tepi
difficount (sel limfosit) pada penderita TBD di Puskesmas Kelayan Timur
Banjarmasin. Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan Dan Teknologi, 1(2), 34–38.
Erina, E., Aninaidu, H., Zuhrawaty, Z., Etriwati, E., Hamzah, A., Abrar, M., &
Daud AK, M. (2021). Deteksi antibodi terhadap virus Newcastle Disease
pada Burung Trucukan (Pycnonotus goiavier). Acta Veterinaria Indonesiana,
9(3), 173–178. https://doi.org/10.29244/avi.9.3.173-178
Farn, O., Gelaye, E., Trabelsi, K., Bernier, A., & Subramani, K. (2020).
35
Martinez, N. W. I., Kencana, G. A. Y., & Dibia, I. N. (2021). Deteksi virus Avian
Influenza subtipe H5N1 pada itik di Pasar Hewan Beringkit dan Pasar
Galiran, Bali. Jurnal Veteriner, 22(3), 442–449.
https://doi.org/10.19087/jveteriner.2021.22.3.442
Martoenus, A., & Djatmikowati, T. F. (2015). Teknik pengambilan darah pada
beberapa hewan. Diagnosa Veteriner, 14(1), 6–12.
Mase, M. (2022). Hemagglutinin-neuraminidase gene of genotype VII Newcastle
Disease virus strains isolated in Japan. J Vet Med Schi, 84(1), 1–5.
https://doi.org/10.1292/jvms.21-0490
Masum, A., Zahirul, M., Khan, I., Nasrin, M., Hassan, M. N., Zubayer, M., Khan,
I., & Islam, N. (2014). Detection of immunoglobulins containing plasma
cells in the thymus , bursa of fabricius and spleen of vaccinated broiler
chickens with Newcastle Disease Virus vaccine. International Journal of
Veterinary Science and Medicine, 2(2), 103–108.
https://doi.org/10.1016/j.ijvsm.2014.06.001
Mawarni, E. (2020). Efektivitas ransum pakan ternak dengan penambahan ampas
tahu dan eceng gondok (Eichhornia crassippes) terfermentasi sebagai pakan
alternatif ayam broiler (Gallus domesticus). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Mufidah, T., Purwaningsih, U., Nafiqoh, N., Lusiastuti, M., & Lusiastuti, A. M.
(2020). Imunoglobulin yolk anti (Streptococcus agalactiae) untuk
imunoterapi penyakit Streptococcosis pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
Jurnal Riset Akuakultur, 15(2), 103–110.
Noor, P. S., Amir, Y. S., Dewi, M., & Malvin, T. (2018). Pengaruh pemberian
pegagan (Centela asiatica) terhadap titer antibodi dan berat badan ayam
broiler.INA-Rxiv Paper, 6(2), 176–185. https://doi.org/10.31227/osf.io/8ck97
Novryantoro, V. (2019). Karakteristik biologis virus Newcastle Disease isolat
lapang burung dara (Columba livia). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga.
OIE. (2018). Manual emerging infectious diseases of diagnostic test and vaccines
for terrestial animals. Office International Des Epizooties.
https://doi.org/10.3201/eid1612.100402 diakses pada 26 Maret 2022.
OIE. (2021). Newcastle Disease. OIE Terrestrial Manual 2021.
https://www.woah.org/fileadmin/Home/eng/Health_standards/tahm/3.03.04_
AI.pdf. diakses pada 13 Desember 2022.
Perdana, Z. (2016). Deteksi antibodi virus Newcastle Disease (ND) pada ayam
buras (Gallus domesticus) di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar
Kabupaten Mojokerto dengan Uji Haemaglutination Inhibition (HI). Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Peraturan Menteri Pertanian. (2016). Peraturan Menteri Pertanian Nomor
26/Permentan/PK.230/5/2016 Tahun 2016.
38
https://doi.org/https://doi.org/10.55678/jstip.v2i1.606
Rozi, F., Rahmahani, J., Purnama, M. T. E., Hamid, I. S., Yudhana, A., & Praja,
R. N. (2020). Seroprevalensi antibodi Newcastle Disease (ND) pada itik di
Desa Temuasri, Sempu, Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 3(1), 108–
113. https://doi.org/10.20473/jmv.vol3.iss1.2020.108-113
Santoso, K., Widyadhari, A. S., Poetri, O. N., & Jumadin, L. (2019). Profil
leukosit puyuh ( Coturnix coturnix japonica ) yang mendapat ekstrak daun
singkong dalam mengatasi dampak cekaman panas. Jurnal Veteriner, 20(4),
519–525. https://doi.org/10.19087/jveteriner.2019.20.4.519
Sina, F. B., Martin, B., Du, R., Lamb, R. A., Lee, B., Leroy, E. M., Kurath, G.,
Mu, E., Nowotny, N., Patterson, J. L., Maisner, A., Pearson, M. N., Randall,
R. E., Revill, P. A., Payne, S. L., Smither, S. J., & Walker, P. J. (2017).
Taxonomy of the order Mononegavirales. Arch Virol, 162, 2493–2504.
https://doi.org/10.1007/s00705-017-3311-7
Spackman, E. (2020). Animal influenza virus (Methods in molecular biology) (3rd
ed.). Humana Press. https://doi.org/doi:10.1007/978-1-0716-0346-8
Su, Q., Li, Y., Zhang, Y., Zhang, Z., Meng, F., Cui, Z., Chang, S., & Zhao, P.
(2018). Newcastle disease virus-attenuated vaccine LaSota played a key role
in the pathogenicity of contaminated exogenous virus. Veterinary Research,
49(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s13567-018-0577-z
Suardana, Ida, Bagus, K., & Putra, I. Putu, C. (2016). Isolasi dan identifikasi
Newcastle Disease pada ayam buras. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
Subedi, D., Kandel, M., Khanal, S., Mahato, P. L., & Acharya, R. (2020).
Prevalence of diseases in broilers age group 1-14 days at Chitwan district.
International Journal of Applied Sciences and Biotechnology, 8(1), 102–107.
https://doi.org/10.3126/ijasbt.v8i1.28251
Suciyani, Naim, N., & Armah, Z. (2017). Analisis kuantitas dan hitung jenis
leukosit pada petugas radiologi di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM) Makassar. Jurnal Poltekkes Kemenkes Makassar, 12(1), 59–65.
Susanti, E. D., Dahlan, M., & A, D. W. (2016). Perbandingan produktivitas ayam
broiler terhadap sistem kandang terbuka (open house) dan kandang tertutup
(closed house) di UD Sumber Makmur Kecamatan Sumberrejo Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Ternak, 7(6), 1–6.
Sutarto. (2020). Pemberian ekstrak temulawak dan kunyit untuk meningkatkan
produktivitas dan sebagai immunostimulator Avian Influenza pada Ayam
Broiler. Jurnal Peternakan Nusantara, 45(1), 65–72.
https://doi.org/10.31602/zmip.v45i1.2137
Tille, P. M. (2022). Diagnostic Microbiology (15th ed.). Elsevier.
https://evolve.elsevier.com/cs/product/9780323681056?role=student&CT=I
D. diakses pada 23 Juni 2022.
40
Truelove, S., Zhu, H., Lessler, J., Riley, S., Read, J. M., Wang, S., On, K., Yi, K.,
Qiang, C., & Derek, J. (2016). A comparison of hemagglutination inhibition
and neutralization assays for characterizing immunity to seasonal influenza
A. Influenza and Other Respiratory Viruses, 10, 518–524.
https://doi.org/10.1111/irv.12408
Ukmawati, S., Atna, R., & Ahrizal, A. H. F. (2018). Analisis cemaran mikroba
pada daging ayam broiler di Kota Makassar. Scripta Biologica, 5(1), 51–53.
https://doi.org/HTTPS://DOI.ORG/10.20884/1.SB.2018.5.1.799
Wibowo, S. E., Wibowo, M. H., & Sutrisno, B. (2017). Penentuan patogenesitas
molekuler virus Newcastle Disease yang diisolasi dari ayam komersial tahun
2013-2016. Acta Veterinaria Indonesiana, 5(2), 105–119.
https://doi.org/10.29244/avi.5.2.105-119
Widiastuti, L. K., Santosa, P. E., Hartono, M., & Siswanto. (2022). Uji efektivitas
Echinacea purpurea (Radix) sebagai imunomodulator terhadap titer antibodi
Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) pada broiler jantan.
Jurnal Riset Dan Inovasi Peternakan, 6(2), 118–122.
https://doi.org/https://doi.org/10.23960/jrip.2022.6.2.118-122
Wiedosari, E., & Wahyuwardani, S. (2015). Studi kasus penyakit ayam pedaging
di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan, 9(1), 9–13.
Wijayanto, A. (2020). Bunga rampai : kolaborasi multidisiplin ilmu dalam
menghadapi tantangan di era new normal (S. Zulfiqar (ed.); 1st ed.).
Akademia Pustaka. https://doi.org/10.31219/osf.io/pyvzj
Yanestria, S. M. (2015). Tingkat cemaran Escherichia coli pada susu segar dari
peternakan sapi perah di Surabaya. Vitek:Bidang Kedokteran Hewan, 5(1),
2–5.
Yesica, R. (2013). Deteksi antibodi Avian influenza (Subtipe H5) dengan uji HI
(Hemagglutination inhibition) pada serum merpati (Columba livia) yang
diambil dari Pasar Banjaran Kota Kediri. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga.
LAMPIRAN
41
42
Lampiran 2. Perhitungan 4 HA