JAKARTA
2023 M / 1444 H
v
ABSTRAK
Salah satu kendala pada produksi ayam pedaging adalah kematian akibat virus
Avian Influenza (AI) yang semakin meningkat. Langkah antisipasi yang dapat
dilakukan seperti pemberian vaksin. Peternakan melakukan vaksinasi semenjak
umur ayam pedaging menginjak 1 hari, namun kasus AI tetap terjadi di peternakan
dengan prevalensi ±20% dari total populasi yang menyebabkan kerugian. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi setelah vaksin yang terbentuk pada ayam
pedaging umur 14, 18 dan 21 hari. Penelitian telah dilakukan menggunakan metode
survei dengan mengamati munculnya antibodi pada sampel darah yang diambil dari
15 ekor ayam di Peternakan SMS Bekasi. Uji HA (Haemagglutination Assay)
merupakan uji pendahuluan, Hasil analisis uji HA diperoleh hasil titik akhir titrasi
yaitu 27, lalu dilakukan perhitungan untuk uji lanjutan yaitu Uji 4HA dengan dosis
antigen sebanyak 160 𝜇 l/5mL PBS. Uji HI (Haemagglutination Inhibition)
diperoleh hasil bahwa terdapat 91,1% sampel nonprotektif dan 8,8% sampel negatif
terhadap antigen AI H5N1. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
hasil uji HI kurang dari standar, tidak terdapat antibodi spesifik terhadap virus AI
H5N1 dalam sampel darah ayam pada umur 14, 18, dan 21 hari. Proses vaksinasi
AI sebaiknya dilakukan pada saat rentang umur ayam 5-7 hari dan dilakukan
vaksinasi kedua (booster) pada rentang umur ayam 14 sampai 21 hari untuk
mencegah adanya paparan virus AI.
vi
ABSTRACT
One of the obstacles in pedaging production is the increasing mortality due to Avian
Influenza (AI) virus. Anticipatory steps that can be taken such as administering
vaccines. Farms carry out vaccinations since pedaging chickens are 1 day old, but
AI cases still occur in farms with a prevalence of ±20% of the total population
which causes losses. This study aims to detect post-vaccine antibodies formed in
pedagings aged 14, 18 and 21 days. The study was carried out using a survey
method by observing the appearance of antibodies in blood samples taken from 15
chickens at SMS Bekasi Farm. The HA test (Haemagglutination Assay) is a
preliminary test. The results of the analysis of the HA test obtained the results of
the titration endpoint of 27, then calculations were carried out for the follow-up test,
namely the 4HA test with an antigen dose of 160 μl/5mL PBS. The HI
(Haemagglutination Inhibition) test showed that 91.1% of the samples were non-
protective and 8.8% of the samples were negative for AI H5N1 antigen. Based on
this study, it can be concluded that the HI test results were below than standard,
there were no specific antibodies against AI H5N1 virus in blood samples of
chickens at 14, 18, and 21 days of age. The AI vaccination process should be carried
out when the chickens are 5-7 days old and a second vaccination (booster) is carried
out in the chickens between 14 and 21 days old to restrain exposure to the AI virus.
Keywords: Antibody; Antigen; Avian Influenza; Broiler; HA-HI
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakaatuh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah
SAW yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua
sehingga Skripsi dengan judul “Deteksi Antibodi terhadap Virus Avian
Influenza pada Ayam Pedaging (Gallus domesticus Linnaeus, 1758) di
Peternakan SMS Bekasi dengan Uji HA-HI” dapat diselesaikan. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, antara lain kepada:
1. Ir. Nashrul Hakiem, S. Si., M. T., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Dr. Priyanti M. Si. Selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Narti Fitriana, M. Si. Selaku Sekretaris Program Studi Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
Dosen Pembimbing I.
4. Fahri Fahrudin, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing II.
5. Indri Garnasih, M. Si. dan drh. Novia Herwandi, MPH Selaku Dosen Penguji I
dan dosen Penguji II pada Seminar Proposal dan Seminar Hasil.
6. Dr. Dasumiati, M. Si. dan Dr. Agus Salim, S. Ag., M. Si. Selaku Dosen Penguji
I dan II pada Sidang Skripsi Munaqosah.
7. Ernawati, S.P., Annisa Ambaryati Mahani, S. Pi., Luthfia Masykuroh, S. Si., dan
pihak peternakan yang telah memberikan izin dan kesempatan melakukan
penelitian di Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan DKI Jakarta dan
Peternakan SMS Bekasi.
viii
8. Papah, mamah, keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan
dan semangat maupun do’a untuk penulis.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moral maupun
materil, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah membalas semua
amal baik yang telah diberikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... VI
ABSTRACT ....................................................................................................... VII
KATA PENGANTAR ...................................................................................... VIII
DAFTAR ISI ......................................................................................................... X
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... XII
DAFTAR TABEL............................................................................................. XIII
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XIV
x
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 32
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian…...……………………….…………...4
Gambar 2. Ilustrasi hasil Pengujian HA ……………………………..…….…...15
Gambar 3. Ilustrasi hasil Pengujian 4HA………………....…………..………..16
Gambar 4. Hasil Pengujian HA………………...………....…………..………..19
Gambar 5. Hasil Pengujian 4HA………………....…………..………….……..20
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Parameter hasil nilai titer antibodi ayam pedaging ………...…….....….. 17
Tabel 2. Hasil Uji HA pada ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari …………... 19
Tabel 3. Perhitungan 4HA pada ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari …....… 20
Tabel 4. Hasil Uji HI pada ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari .…….…...... 20
Tabel 5. Hubungan antar umur ayam pedaging 14, 18 dan 21 hari ……….……. 22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Laboratorium umur 14 hari…………………………………..32
Lampiran 2. Hasil Laboratorium umur 18 hari………………………………..…33
Lampiran 3. Hasil Laboratorium umur 21 hari…………………..……………....34
Lampiran 4. Alat dan Bahan...…………………………………………………...35
Lampiran 5. Perhitungan 4HA…………………………………………………...35
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
“Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.” (Q.S an-
Nahl/16:5).
Ayat di atas menjelaskan bahwa binatang ternak dapat dimanfaatkan dengan
berbagai cara seperti bulu dan kulitnya dapat dibuat pakaian sebagai penghangat
tubuh, dagingnya digunakan sebagai konsumsi, air susunya dan dapat dijadikan
sebagai kendaraan. Hal ini menunjukkan bahwa hewan ternak memiliki manfaat
yang sangat banyak dan sebaiknya kita sebagai manusia memanfaatkannya dengan
bijaksana agar tidak sia-sia yaitu dengan merawat dan menggunakannya dengan
cermat. Ayam pedaging memiliki kekurangan yang dapat menghambat proses
produksi seperti mudah terserang penyakit, bahan pakan yang mengalami
peningkatan harga dan obat-obatan yang tidak murah, perlu ditemukan cara untuk
meminimalisir terjadinya penyakit seperti infeksi virus.
Virus AI yang menyerang ayam merupakan kelompok orthomyxovirus tipe A
H5N1 (Fadilah et al, 2013). Ayam pedaging yang terkena virus AI H5N1 memiliki
ciri-ciri yang bervariasi, seperti sakit ringan, bulu-bulu yang kusut, menurunnya
1
2
produksi telur dan bahkan pada kasus dengan tingkat keganasan yang tinggi dapat
terjadi kematian pada hari pertama gejala mulai muncul (Fadillah, 2013). Penelitian
terdahulu mengenai respon imun ayam petelur pasca vaksinasi ND-AI sudah
mampu memicu titer antibodi protektif, terjadi peningkatan titer antibodi AI ayam
pasca vaksinasi kedua dari minggu ke-0 sampai minggu ke-3 (Bhakty, et al., 2018).
Namun, beberapa ayam membutuhkan vaksinasi ulang atau booster untuk
merangsang respon imun protektif, perbedaan tingkat respons imun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah perbedaan respons individu,
perbedaan kemampuan antigenik dari antigen vaksin, dan komposisi adjuvant
(Kencana, et al., 2016).
Penelitian dilakukan di Peternakan Satwa Mandiri Sejahtera (SMS) Bekasi,
Bekasi merupakan salah satu wilayah pemasok komoditas ayam pedaging untuk
wilayah DKI hal ini berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) No. 4 Tahun 2007
yang berisi tentang pengendalian, pemeliharaan, dan peredaran unggas, sehingga
Pemerintah melarang Provinsi DKI melakukan pembudidayaan ayam pedaging.
Pada tahun 2016 Provinsi Jawa Barat mencapai kasus tertinggi yaitu sebanyak 72
kasus dengan jumlah unggas yang tertular sebanyak ± 22.043 ekor (Yuyun et al,
2018). Peternakan SMS merupakan peternakan yang berisi ayam pedaging dengan
tiga perbedaan umur yaitu, 0 hari yang mana merupakan ayam yang baru datang
dari produsen, 14 hari, 18 hari, dan 21 hari. Peternakan SMS memiliki kandang
yang tersusun atas 2 kandang, kandang atas dan bawah untuk memisahkan ayam
dengan perbedaan umur ayam seperti 7 hari dan 10 hari. Total populasi perflok
yaitu 150 Ekor. Kandang difasilitasi oleh kipas yang menyedot angin dari dalam
kandang keluar kandang untuk menjaga kelembapan udara, kelembaban udara dan
suhu di dalam kandang diperiksa setiap 2 jam dengan menggunakan termometer,
proses produksi dimulai saat ayam berumur mulai dari 21 hari dan apabila bobot
sudah mencukupi. Sebelum dipanen, penyortiran ayam dilakukan untuk dipilih
kembali ayam dengan kondisi yang sehat.
Peternakan SMS melakukan vaksinasi sejak umur ayam 0 hari. Vaksinasi
diaplikasikan melalui air minum atau tetes mata dengan 1 dosis per ekor ayam,
namun peternakan mengalami kerugian besar yang disebabkan oleh Virus Avian
3
Influenza dan Newcastle disease. Sekitar 2 tahun yang lalu peternakan ini
mengalami kasus Avian Influenza dengan prevalensi ±20% dari total populasi, pada
bulan mei 2020 peternakan juga mengalami kasus Newcastle disease yang mana
terdapat 2.840 ekor kematian ayam dari total 20.000 populasi. Kasus ini
menyebabkan kerugian sebesar Rp. 180 Juta. Hal ini berbahaya bagi konsumen
ayam pedaging yang beresiko terjadinya penularan virus Avian Influenza.
Peternakan SMS perlu melakukan antisipasi agar hal ini tidak terjadi lagi yaitu
dengan memberikan vaksin dosis 2 pada rentang umur ayam 14-18 hari karena
umur ayam yang terinfeksi virus sebagian besar terjadi pada kelompok umur
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Subedi menyatakan bahwa ayam pedaging
lebih rentan terkena virus pada kelompok umur 8-14 hari, pada kelompok umur
tersebut, antibodi yang ada didalam tubuh ayam telah menurun (Subedi et al, 2020).
keberadaan antibodi Avian Influenza pada ayam pedaging dengan uji HA-HI
berdasarkan 3 kategori umur ayam yaitu 14, 18, dan 21 hari. Uji HA
tubuh ayam.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah umur berapakah antibodi Avian
Influenza pada ayam pedaging terdeteksi dengan uji HA-HI berdasarkan kategori
1.3.Tujuan
pada ayam pedaging dengan uji HA-HI berdasarkan 3 kategori umur ayam yaitu 14,
1.4.Manfaat
kasus Avian Influenza terhadap ayam, dan juga sebagai informasi ilmiah yang dapat
Ayam pedaging merupakan ayam yang berasal dari hutan liar yang dijinakkan
sekitar 8000 tahun yang lalu (Dahlan & Hudi, 2011). Ayam pedaging adalah jenis
kelas Aves, ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus, spesies G. gallus
mulai berkembang sejak tahun 1960 saat mulainya program Bimas Ayam, yang
Beternak ayam pedaging memiliki resiko yang cukup besar karena ayam
pedaging rawan terkena penyakit baik berasal dari luar maupun dalam kandang.
Penyakit yang mudah muncul dapat disebabkan oleh kotoran yang menumpuk pada
pupuk, hal ini dapat menginfeksi ayam besar yang mana sangat merugikan bagi
peternak (Tamalludin, 2012). Bibit ayam yang masih berumur satu hari biasa
disebut DOC atau Day Old Chick. Bibit ayam yang dikeluarkan oleh perusahaan
pembibit harus sudah memenuhi standar SNI. Bibit yang baik memiliki berbagai
kriteria yaitu, memiliki kondisi fisik yang sehat, kaki normal tanpa kecacatan dan
dapat berdiri tegak, paruh normal, tidak dehidrasi, tubuh gemuk, bulu bersih dan
mengkilap, tidak memiliki kelainan bentuk dan bersih di seluruh bagian hidung,
pusar, dan anus. Syarat terakhir yang dimiliki DOC yaitu menetas pada saat bobot
5
6
yang paling tepat dalam memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat karena
ayam pedaging merupakan ayam yang diproduksi secara cepat. Ayam pedaging
daging secara cepat, laju pertumbuhan yang sangat cepat, menghasilkan daging
berserat, bobot badan yang mudah naik, dan kulit yang licin (Setiadi et al, 2013).
pedaging, ayam pedaging yang diproduksi pada lingkungan yang kurang bersih
akan menurunkan kualitas dari ayam tersebut. Oleh karena itu, kebersihan
dengan kualitas tinggi. Kandang memberikan ruang antara ayam pedaging dan
melindungi ayam pedaging terkena virus. Vaksinasi pada ayam pedaging sangat
dibutuhkan agar ayam tidak terkena virus. Vaksin memiliki sifat immunogenic yang
mampu membuat tubuh inang dapat membentuk sistem kekebalan tubuh terhadap
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Bekasi memiliki populasi
ayam pedaging sebanyak 2.143.574 ekor pada tahun 2020. Ayam pedaging yang
berasal dari Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang akan didistribusikan ke provinsi
DKI Jakarta karena berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) No.4 Tahun 2007
Ayam pedaging harus dijaga kualitasnya karena akan didistribusikan (Badan Pusat
Statistik, 2020).
Avian Influenza adalah penyakit infeksius unggas yang disebabkan oleh strain
virus influenza tipe A. Virus AI sangat menular di antara populasi unggas dan
mudah ditularkan antar peternakan melalui pergerakan unggas hidup, manusia, dan
7
area yang terkontaminasi (Scoones, 2010). Avian Influenza atau yang biasa disebut
flu burung mengacu pada influenza yang disebabkan oleh virus yang beradaptasi
secara alami dengan unggas (Haugan & Bjornson, 2010). Virus AI masuk ke dalam
Virus AI merupakan virus zoonosis pada manusia yang akan terus terjadi. Virus
pathogenic Avian Influenza (HPAI). Virus H5N1 telah berkembang terus menerus
sejak tahun 1977, dengan perubahan rekombinasi genetic. Jangkauan inang yang
terus berkembang dan virus yang mulai mampu menginfeksi hewan dari famili
Felidae. Patogenitas virus ini meningkat pada tikus dan musang yang menyebabkan
infeksi pada hewan ini. Evolusi yang terjadi menghasilkan jangkauan inang yang
Avian Influenza menjadi kejadian luar biasa (KLB) dengan tingkat patogenitas
yang tinggi mulai menyebar pada 11 juni 2008 di Hongkong. Virus flu burung
H5N1, famili Orthomyxoviridae, secara alami bertahan di unggas air dan reservoir
burung domestik dengan wabah sporadis dari galur yang sangat patogen. Beberapa
subtipe influenza H5 pada manusia (Haugan & Bjornson, 2010). Kasus yang
pertama kali dilaporkan mengalami kematian karena Avian Influenza yaitu pada
tahun 1997, kasus ini terjadi karena infeksi yang langsung berasal dari unggas ke
8
Asia, Eropa, dan Afrika. Hal ini menjadikan pandemi virus AI sebagai kasus krisis
Kesehatan hewan lintas batas terbesar dalam 100 tahun terakhir (Swayne, 2009).
potensi wabah influenza. Sementara vaksin yang disetujui telah berhasil melawan
virus influenza dari subtipe yang sama, namun perlindungan silang lengkap belum
kandidat vaksin tunggal universal yang mampu melakukan proteksi silang lengkap
terhadap subtipe influenza yang berbeda (Haugan & Bjornson, 2010). HPAI
(Highly Pathogenic Avian Influenza) Flu burung yang sangat patogen terjadi secara
alami antara burung. Burung liar di seluruh dunia membawa virus dan tidak sengaja
menyebarkannya, flu burung sangat menular di antara unggas seperti ayam, bebek,
dan kalkun yang dapat menyebabkan penyakit. Burung yang terinfeksi dapat
Penyebaran virus AI dapat terjadi melalui kontak langsung, udara, air minum,
pakan ayam, peralatan, karyawan atau unggas lain yang telah terinfeksi virus AI
(Fadilah et al., 2013). Penyebaran virus AI dapat terjadi sangat cepat, apabila di
suatu tempat ditemukan unggas yang terkena virus AI tidak menutup kemungkinan
bahwa ayam disekitar telah terpapar virus, hal ini mengharuskan peternak bertindak
cepat dalam menangani unggas yang terpapar agar unggas lainnya tidak terpapar
virus AI. Strain virus AI H5N1 sangat mudah menular dan menginfeksi unggas dan
juga manusia. Salah satu cara terbaik dalam mengatasi penyebaran virus ini yaitu
dengan mengawasi unggas dan melakukan vaksinasi secara teratur. Unggas yang
menjadi inang tempat virus berevolusi diberantas agar virus tidak menyebar ke
unggas lainnya.
9
dan interaksinya sangat bergantung pada jarak antara dua molekul yang bereaksi.
Sementara setiap ikatan individu lemah, ikatan nonkovalen kolektif antara antibodi
dan antigen dapat menjadi kuat ketika semua molekul yang berinteraksi bekerja
sama secara sinergis, karena interaksi ini sangat banyak jumlahnya dan antigen dan
antibodi adalah molekul yang besar, fleksibel, dan dinamis, pengikatan antara
antibodi dan antigen adalah proses yang sangat kompleks. Interaksi pengikatan
konsisten, dan hasilnya dapat bervariasi tergantung pada kondisi perlakuan sampel
Respon imun dapat bersifat spesifik yaitu khusus pada patogen yang
menginfeksi, dan respon imun juga mampu bertahan lama di dalam tubuh atau
justru dapat menetap seumur hidup (Saraswati, 2017). Sistem imun tidak hanya
melawan ancaman dari luar namun ancaman yang muncul dari dalam, sistem imun
yaitu dengan vaksin, Vaksin memiliki dampak besar pada kesehatan dan prinsip
influenza yang cenderung tidak menimbulkan infeksi persisten pada unggas yang
sehat dan memiliki kekebalan yang kuat sehingga pendekatan vaksin yang
10
protektif. Vaksin influenza saat ini menyediakan protein yang diturunkan dari jenis
virus yang relevan yang bersirkulasi pada musim tersebut bersamaan dengan
adjuvant sehingga meningkatkan respon imun bawaan, hal ini dapat menaikkan
2.2.3. Vaksin
dalam tubuh individu yang sehat (Saraswati, 2017). Vaksin dapat membantu sistem
imunitas untuk membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi) yang bertahan untuk
melawan antigen dari patogen spesifik yang masuk ke dalam tubuh makhluk hidup
vaksinasi harus efektif terutama pada mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin),
karena reaksi yang efektif baru muncul kurang lebih beberapa minggu setelah
molekul reseptor pada permukaan sel darah merah dan membentuk titik endapan
yang menandakan bahwa pada sumuran tersebut merupakan titik akhir titrasi. Hal
ini merupakan tanda bahwa nilai titer sampai pada pangkat sebelumnya. Perbedaan
tingkat respons imun ayam petelur pasca vaksinasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
unggas dari infeksi virus Avian Influenza hingga kini adalah vaksinasi. Mengingat
akibat dari infeksi Avian Influenza yang tidak terelakkan membuat pengembangan
(HI)
dalam tubuh ayam. Prinsip dari uji HA yaitu aglutinasi untuk mengukur titer
antigen, sedangkan prinsip dari uji HI adalah hemaglutinasi yang bertujuan untuk
mendeteksi titer antibodi (Nugraha, 2021). Uji HI merupakan reaksi ikatan antara
antibodi. Pada uji HA terjadi reaksi antara antigen dengan reseptor eritrosit.
dengan hemaglutinin sehingga akan terjadi hemaglutinasi sel darah merah oleh sel
virus AI.
terkandung didalam tubuh unggas terhadap virus akan mencegah pengikatan virus
dengan sel darah merah. Hal ini menyebabkan hemaglutinasi dihambat Ketika
terdapat antibodi dalam serum unggas (Marliana & Widhyasih, 2018). Pengenceran
serum. Keberadaan antibodi AI pada serum dapat terdeteksi dengan uji HI setelah
yang disebut hemaglutinin yang mengikat reseptor sialic acid pada sel.
permukaan sel inang sehingga mampu mencegah terjadinya infeksi. Virus ini juga
merupakan dasar untuk menentukan tingkat virus yang ada dalam sampel. Aktivitas
et al., 2006).
Terdapat 2 macam hasil yang diperoleh dari titer yaitu Prozone effect dan Postzone
effect. Prozone effect adalah suatu keadaan dimana serum memiliki konsentrasi
antibodi yang tinggi dan tidak terjadi aglutinasi (antibodi ekses = kelebihan
antibodi). Postzone effect adalah suatu keadaan dimana terjadi kelebihan antigen
sehingga tidak terjadi aglutinasi (antigen ekses). Zona equivalence adalah suatu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2022, Sampel darah
ayam pedaging berasal dari Peternakan SMS, Bekasi akan diuji di Laboratorium
sentrifuge, gelas piala, shaker, vortex, timer, wadah plastik, tabung reaksi, gelas
ukur, wadah sampah, pulpen, buku catatan dan spidol. Bahan yang digunakan yaitu
sampel darah merah ayam 0,5%, akuabides, Phospate Buffered Saline PBS 10X,
yaitu, 14 hari, 18 hari, dan 21 hari yang telah divaksinasi pada umur ayam 0 hari.
menggunakan 15 ekor ayam pedaging yang diambil dari total populasi perflok yaitu
150 ekor, sehingga total sampel yang digunakan adalah 45 ekor. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak yaitu 10% dari total populasi (Arikunto, 2010).
vaksin Avian Influenza (AI) pada umur 1 hari atau Day Old Chick (DOC) oleh
13
14
sampling pada peternakan. Serum darah akan diambil berdasarkan 3 kategori umur
ayam yaitu 14, 18, dan 21 hari, kemudian dilakukan pengujian HA-HI untuk
Pengambilan 45 sampel darah ayam pedaging dengan cara diambil pada bagian
jam lalu disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Pengambilan
3.5.1. Pembuatan Red Blood Cell (RBC) dan Phospate Buffered Saline
(PBS)
Darah ayam steril yang berasal dari Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan
telur Spesifik Antibodi Negatif (SAN) yang telah terjamin bebas dari pathogen.
Darah ayam diambil sebanyak 2-3 ekor ayam dan dijadikan satu tabung lalu di
sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit, lalu supernatan dibuang.
RBC dan PBS yaitu 1:9 dalam wadah plastik dan dihomogenkan menggunakan
mikropipet. Untuk PBS digunakan PBS 1%, dibuat dari PBS 10% yaitu dengan
dengan dasar bentuk V sampai sumuran ke-11 sedangkan sumuran ke-12 berisi 50
µl, Kemudian 25 µl antigen yang akan dipakai dimasukkan untuk menguji HI pada
lubang pertama. Pengenceran kelipatan dua dengan volume 25 µl dibuat dari lubang
pertama sampai sumuran ke-11 kemudian sisa didalam pipet tip dibuang. PBS
(Gambar 2). Apabila suhu ambient terlalu tinggi, kontrol sel darah merah hingga
aglutinasi), dengan cara memiringkan plate 90o dan adanya aliran sel darah merah
Perhitungan:
Misal
Antigen yang dibutuhkan pada Hi test adalah 4HA unit/25 µl. Untuk
menggunakan PBS sesuai perhitungan dari hasil yang diperoleh pada uji HA.
dibuang. PBS 25 µl dimasukkan lagi lalu shaker plate selama 2-3 menit, Kemudian
dibiarkan selama 30-40 menit, lalu hasil dibaca, apabila hasil diperoleh 2 mengikat
dan 2 mengalir (Gambar 3), maka uji 4HA telah berhasil dan dapat dilanjutkan ke
3.5.4. Uji HI
sumuran (kecuali sumuran ke 12 dengan PBS) diamkan selama 35 menit pada suhu
17
kamar untuk terjadi reaksi antigen–antibodi. Suspensi sel darah merah ayam 1%
tercampur rata, biarkan pada suhu ruangan sekitar 35 menit sampai sel darah merah
mengendap atau 60 menit pada suhu 4° C. Hasil dapat diamati dengan menghitung
aliran darah yang terjadi di setiap sumuran. Hasil dinyatakan protektif apabila nilai
Tabel 1. Parameter hasil nilai titer antibodi ayam pedaging (OIE, 2021).
Hasil Keterangan
≥24 Protektif
<24 Nonprotektif
20 Negatif
Keterangan:
Protektif : Menunjukkan bahwa titer antibodi masih banyak ditemukan
di dalam serum.
Nonprotektif : Menunjukkan bahwa titer antibodi yang terbentuk sudah
menurun jumlahnya.
Negatif : Menunjukkan bahwa titer antibodi sudah tidak ditemukan
atau sudah dalam jumlah sedikit di dalam serum.
Hasil nilai titer antibodi ayam pedaging akan dianalisis secara deskriptif
Keterangan:
Tabel 2. Hasil Uji HA pada ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari
Umur Ayam (Hari) Hasil Titer Antigen
14 27
18 27
21 27
Hasil Uji HA (Gambar 4) yang diperoleh adalah sama yaitu 27 untuk semua
umur ayam. Reaksi yang terjadi pada uji HA yaitu antara antigen dengan reseptor
eritrosit (Marliana & Widhyasih, 2018). Titrasi dibaca hingga pengenceran tertinggi
yang menghasilkan HA lengkap, dengan kata lain terdapat 1 unit HA (HAU) dan
dapat dihitung secara akurat (OIE, 2021). Angka ini (Tabel 2) digunakan untuk
menentukan jumlah antigen yang digunakan pada uji 4HA. Hasil pengujian tersaji
pada Tabel 3
19
20
Tabel 3. Perhitungan 4HA pada ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari
Umur Ayam (Hari) Hasil Uji 4HA/ (2,5 antigen)
14 160 𝜇l
18 160 𝜇l
21 160 𝜇l
Perhitungan yang dihasilkan (Tabel 3) kemudian dilakukan uji 4HA, apabila
pada 4 sumuran tersebut hasil sudah menunjukkan 2 sumur mengikat dan 2 sumur
mengalir maka uji 4HA sudah berhasil dan bisa melanjukan ke uji selanjutnya yaitu
uji HI. Uji 4HA dilakukan untuk mengetahui ketepatan dari antigen 4HA yang
digunakan yaitu dengan uji back titrasi dan ditandai dengan terjadinya aglutinasi
pada sumuran 1 dan 2 (Haryanto et al., 2012). Hasil ini kemudian dilanjutkan
dengan uji lanjutan yaitu uji HI, berikut adalah hasil uji HI:
Tabel 4. Hasil uji HI pada ayam pedaging umur 14, 18 dan 21 hari
Umur Ayam Tingkat kekebalan Jumlah
(Hari) Protektif Nonprotektif Negatif sampel
14 0 13 2 15
18 0 15 0 15
21 0 13 2 15
Total 0 41 4 45
Persentase 0 91,1 8,8 100
n=15 ekor/umur
menunjukkan bahwa titer antibodi yang terbentuk sangat sedikit sehingga tidak
terdeteksi. Hasil negatif ditemukan pada serum darah umur 14 dan 21 yang
menunjukkan bahwa titer antibodi yang terbentuk tidak ditemukan atau dalam
21
jumlah sedikit di dalam serum sehingga sulit untuk dideteksi. Menurut OIE (2021),
pada angka 24 atau lebih. Hasil ini menunjukkan bahwa vaksin memiliki tingkat
Terjadinya perubahan hasil pada ayam umur 18 hari dari nonprotektif menjadi
negatif pada umur 21 hari dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang
pertama adalah paparan virus AI. Berdasarkan kondisi di peternakan selama 2 tahun
terakhir tidak terdapat kasus AI, paparan yang terjadi mampu menstimulasi
pembentukan antibodi pada tubuh unggas. Hasil negatif dari umur 14 yang
pada umur 18 hari, antibodi terbentuk namun pada umur 21 terjadi penurunan
Perubahan yang terjadi berkaitan dengan respon tubuh ayam yang dapat disebabkan
Antigen yang digunakan pada penelitian ini adalah antigen AI Clade 2.3.2.1,
Clade pada antigen AI merupakan individu yang memiliki jarak kekerabatan yang
dekat antara clade lainnya dan berfungsi sebagai penyandi protein permukaan virus
AI (Eagle et al., 2009). Pengujian HA-HI membutuhkan antigen yang sesuai dengan
antibodi yang terkandung dalam vaksin, Antigen dan antisera (kontrol positif dan
negatif) yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Pusat Veteriner Farma yaitu
antigen AI Clade 2.3.2.1 dan serum positif AI Clade 2.3.2.1 dan sudah memiliki
sertifikasi SNI dalam Sistem Manajemen Mutu pada tahun 2015. Hal ini merupakan
salah satu faktor hasil titer antibodi, karena antigen yang kurang spesifik dengan
clade virus yang ada di dalam vaksin dapat mempengaruhi hasil titer antibodi yang
perbedaan hasil yang spesifik. Hal ini didukung oleh Indriani (2017), melakukan
pengamatan terhadap uji reaksi silang antara virus AI H5N1 Clade 2.1.3 dan antigen
clade 2.3.2 dengan uji HI menunjukkan bahwa serum ayam yang divaksinasi
dengan vaksin AI H5N1 clade 2.1.3 menunjukkan reaksi silang yang tinggi
terhadap antigen AI H5N1 clade 2.3.2 (Indriani et al., 2017). Pada penelitian ini
menunjukan bahwa antigen yang digunakan oleh Laboratorium dan antibodi yang
terkandung dalam vaksin sudah sesuai sehingga tidak mempengaruhi hasil titer
antibodi.
Keberhasilan vaksin dapat dipicu oleh banyak faktor, salah satunya adalah
umur ayam. Penggunaan Odds ratio (OR) bertujuan untuk mengetahui adanya
korelasi antara umur ayam dan keberhasilan vaksin yang digunakan, Hasil tersebut
Tabel 5. Hubungan antar umur ayam pedaging 14, 18, dan 21 hari.
Umur Ayam Tingkat kekebalan Jumlah Odds Ratio
(Hari) Protektif Nonprotektif
14 0 15 15 0
18 0 15 15 0
21 0 15 15 0
Total 0 45 45
*
Keterangan: Odds ratio = Perkalian silang antar hasil ((0x15) ÷ (0x15) = 0)
Nilai OR yang diperoleh yaitu 0 (Tabel 5, 6, dan 7), hal ini menunjukkan
bahwa kedua faktor tersebut adalah protektif, dengan kata lain terdapat hubungan
negatif antara faktor risiko dengan kedua umur ayam tersebut (Akbar et al., 2017).
Perbedaan hasil yang diperoleh dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti,
vaksinasi, dan pemeliharaan. Hal ini didukung oleh Tarigan (2018), bahwa
Hasil titer menunjukkan perbedaan secara signifikan pada setiap kelompok unggas
yang berbeda (Tarigan et al., 2018). Tingkat keberhasilan vaksin sebagian besar
dilakukan oleh Swayne (2014), kegagalan dalam memberikan vaksin yang baik
antigen virus lapangan dari virus vaksin. Vaksin yang digunakan menunjukkan
komersial menunjukkan hasil uji HI positif antibodi virus AI H5N1 (Indriani &
Dharmayanti, 2006). Vaksin medivac merupakan vaksin inaktif, vaksin ini relatif
penelitian yang dilakukan oleh Marson (2020), Vaksin Medivac juga belum
menghasilkan hasil yang positif, pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali
dengan jarak yang sama yaitu 2 minggu. Pada pengambilan sampel pertama dan
kedua tidak ditemukan sampel positif, sedangkan pada pengambilan sampel ketiga
dikarenakan proses vaksin namun berasal dari infeksi alami dengan patogenitas
yang rendah, hal ini dapat terjadi melalui pakan saat proses distribusi atau melalui
air pada daerah persawahan (Marson et al., 2020). Namun, pada penelitian ini tidak
terdapat infeksi alami yang terjadi karena daerah sekitar peternakan tidak banyak
ditemukan unggas lain dan peternakan juga menggunakan kandang close sehingga
menurunkan interaksi yang mungkin terjadi, sehingga tidak terdapat antibodi yang
Harga vaksin medivac untuk penggunaan 500 ekor ayam yaitu Rp285.000.-
vaksin inaktif AI H5N1 komersial belum dipublikasikan dan masih dalam tahap
penelitian lebih lanjut oleh Balai Besar Penelitian Veteriner. Vaksin Vaksimune
NDL AI pada penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Sutrisna (2017),
melebihi standar minimum yaitu (<24). Hasil protektif pada penelitian ini juga
peternakan disarankan menggunakan vaksin ini untuk mencegah infeksi virus AI.
merupakan hal yang menunjang keberhasilan vaksin, vaksin harus disimpan dalam
keadaan dingin dengan suhu 2-7°C, sedangkan pelarut vaksin dapat disimpan di
dalam freezer atau sehari sebelum digunakan dimasukkan ke dalam lemari es.
dalam rantai angkut hingga sampai pada kegiatan pemvaksinan, penanganan harus
minimal harus disediakan termos yang diisi pecahan es batu, lalu vaksin
dimasukkan ke dalam termos di antara pecahan es, pada proses ini sering terjadi
sehingga vaksin tidak bisa digunakan lagi. Pencegahan agar unggas terhindar dari
25
antibodi. Maternal antibodi adalah antibodi yang diperoleh dari induk dan tahan
kurang lebih 10-20 hari setelah unggas menetas, apabila pada umur 0 hari ayam
sudah diinjeksi dengan antibodi spesifik (Vaksin) maka antibodi yang seharusnya
menjaga ayam agar terhindar dari infeksi virus justru akan diserang oleh maternal
antibodi yang sudah terkandung di dalam tubuh ayam tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Deka (2020) menunjukkan bahwa ayam memiliki tingkat maternal
antibodi yang dipertahankan sampai usia 5-7 hari, maternal antibodi yang
terkandung dalam setiap ayam dapat mempengaruhi proses vaksinasi. Penelitian ini
lebih lanjut menyatakan bahwa meskipun pemberian vaksin aktif dan inaktif pada
ayam pedaging dapat menginduksi respon imun yang sedikit lebih baik namun,
et al, 2020). Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah ayam terinfeksi virus selain
ayam pedaging merupakan ayam yang sangat cepat proses produksinya yaitu
kurang lebih 25-35 hari apabila bobot telah terpenuhi. Vaksinasi sebaiknya
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak
terkandung antibodi spesifik pada sampel umur ayam 14, 18, dan 21 hari. Hubungan
antar umur ayam menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara faktor
5.2. Saran
diberikan yaitu:
2) Proses vaksinasi sebaiknya dilakukan pada saat umur ayam menginjak 5-7
hari dan dilakukan vaksin kedua (booster) setelah umur ayam menginjak 14
sampai 21 hari.
26
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S., Bagus, I., Ardana, K., Suardana, K., Profesi, M., & Hewan, D.
(2017). Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam
Petelur Fase Layer I dan II (Comparison of Newcastle Disease antibodies
titer in layer phase I and II). Indonesia Medicus Veterinus Agustus, 6(4),
2477–6637. https://doi.org/10.19087/imv.2017.6.4.327
Badan Pusat Statistik. (2020). Populasi Ternak Unggas di Jawa Barat (ekor)
Tahun 2018-2020. Bekasi. Retrieved from
https://jabar.bps.go.id/indicator/158/258/1/populasi-ternak-unggas-di-
jawa-barat.html
Chen, Q., Yu Xin, S., & Pu Xuan, L. (2021). Avian Influenza in Human (1st
ed.; W. Shi pin & Y. Gui lin, Eds.). Guangzhou: Springer.
Deka, P., Das, S., & Deka, P. (2020). Influence of Maternal Antibody on the
Efficacy of Newcastle Disease Vaccination in Pedagings. Current
Journal of Applied Science and Technology, 108–114.
https://doi.org/10.9734/cjast/2020/v39i730581
Eagle, D., Siregar, E. S., Dung, D. H., Weaver, J., Wong, F., & Daniels, P. W.
(2009). H5N1 highly pathogenic Avian Influenza in Southeast Asia.
Revue Scientifique et Technique de l’OIE, 28(1), 343–348.
https://doi.org/10.20506/rst.28.1.1864
27
28
Irawan, D. W., Indraswati, D., & Prihastini, lilies. (2021). Kajian aspek fisik
serta mikrobiologi pada daging ayam pedaging sehat dan daging ayam
pedaging glonggongan (1st ed.; N. BE, Ed.). Kabupaten Solok: Insan
Cendekia Mandiri.
Kencana, G., Suartha, I., Paramita, N., & Handayani, A. (2016). Vaksin
kombinasi Newcastle Disease dengan Avian Influenza memicu imunitas
protektif pada Ayam Petelur terhadap Penyakit Tetelo dan Flu Burung.
Jurnal Veteriner, 17(2), 257–264.
29
Klenerman, P. (2017). The Immune System (1st ed., Vol. 544). New York:
Oxford University Press.
Nugraha, R. (2021). Deteksi Virus Avian Influenza dengan Uji HI pada Sampel
Darah Ayam di Balau Karantina Pertanian Kelas 1 Jambi. Jambi.
Perdana, Z. (2016). Deteksi Antibodi virus Newcastle disease (ND) pada Ayam
Buras (Gallus domesticus) di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar
Kabupaten Mojokerto dengan Uji Haemaglutination inhibition (HI).
surabaya.
Santosa, P. E., & Sutrisna, R. (2017). Titer Antibodi Avian Influenza dan
Newcastle Disease dalam serum darah Itik Grower yang diberi Ransum
berbeda Kadar Protein Kasar dan divaksin dengan Vaksimune NDL AI®.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 17(1), 12–15.
Setiadi, D., Nova, K., & Tantalo, S. (2013). Perbandingan bobot hidup, karkas,
giblet, dan lemak abdominal ayam jantan tipe medium dengan strain
30
Subedi, D., Kandel, M., Khana, S., Mahato, P. L., & Acharya, R. (2020).
Prevalence of Diseases in Pedagings Age Group 1-14 Days at Chitwan
District, Nepa. International Journal of Applied Sciences and
Biotechnology (IJASBT), 8(1), 103–106.
Tamalludin, F. (2012). Ayam Pedaging 22 hari panen lebih untung (1st ed.;
W. Prasetya, Ed.). Depok: Penebar Swadaya.
Tarigan, S., Wibowo, M. H., Indriani, R., Sumarningsih, S., Artanto, S., Idris,
S., … Ignjatovic, J. (2018). Field effectiveness of highly pathogenic
Avian Influenza H5N1 vaccination in commercial layers in Indonesia.
PloS One, 13(1), 9–12.
Yuyun, I., Sudarnika, E., & Supriyanto. (2018). Gambaran dan sebaran kasus
suspek HPAI di Jawa Barat tahun 2015-2017 dalam mendukung roadmap
Indonesia bebas AI tahun 2020 (Studi kasus data iskhnas). Direktorat
Kesehatan Hewan, 45–48. Retrieved from
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/8770
LAMPIRAN
32
33
= 5 mL : 31