NIM : 01051210082
Essay
1. UU Perkawinan di Indonesia
Budi sebagai WNI dan Bulei sebagai WNA telah melakukan pernikahan campuran dengan
mengikuti hukum Perkawinan dan UU Perkawinan di Indonesia. Menurut UU No 1 tahun
1974 Pasal 57 sampai 60, Pernikahan mereka sudah dicatat oleh pegawai pencatat yang
berwenang pada bidangnya sesuai dengan Pasal 61, yang di dalam kasus ini adalah pihak
dari Kantor Dukcapil. Hal lain yang terkait dengan titik primer pada kasus ini adalah
kewarganegaraan Budi sebagai WNI dan Bulei sebagai WNA dari Inggirs.
Asas Lex Rei Sitae, Karena rumah seharga 2M dan mobil seharga 1M itu berada di Indonesia,
maka benda tersebut akan diatur oleh negara seperti pembagian hartanya tersebut atau
kepada siapa hak milik itu akan diberikan.
Asas Lex Loci Celebrationis, Karena mereka menikah di negara Indonesia dan sudah tercatat
di Kantor Dukcapil, Jakarta Pusat. Sehingga Bulei harus mengikuti UU yang berlaku di negara
Indonesia dan jika ingin bercerai, maka Bulei harus bercerai sesuai dengan UU yang berlaku
di Indonesia.
Asas Kualifikasi Kewarganegaraan, Ketika nanti ada anak antara Budi dan Bulei maka anak
tersebut akan dinafkahi oleh Budi, itu berdasarkan dengan hukum kekayaan
Asas Lex Domicilii, Karena Bulei tinggal menetap di Indonesia maka Bulei harus mengikuti
hak dan kewajiban yang sudah ditetapkan di negara Indonesia.
Asas Choice Of Law, adalah asas pada para pihak boleh memilih memakai hukum apa.
Contohnya, Andi yang merupakan WNA Jepang dan Budi yang merupakan WNI ingin
membuat perjanjian dengan menggunakan hukum Indonesia karena Budi dan Andi sudah
sepakat mengenai hal tersebut.
3. Menurut UU No. 2 tahun 2012, Kepentingan Umum adlaah kepentingan bangsa, negara, dan
masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
Berdasarkan UU No. 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum:
- Dalam Pasal 3 dan 4, Pengadaan tanah untuk kepentingan umum guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah
- Pada Pasal 9 Ayat (1) dinyatakan bahwa penyelenggaraan pengadaan tanah
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan
masyarakat, yang dilanjutkan pada Ayat (2) bahwa pengadaan tanah tersebut dilaksanakan
dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil. Hal ini juga ditegaskan kembali pada
Pasal 27 Ayat (4).
Pengertian hak milik tersebut dapat kita lihat seperti yang dirumuskan di dalam Pasal 20 UU
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok Agraria yang mengatakan:
“Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6”.
Perkataan turun temurun artinya bahwa hak milik itu dapat terus menerus diturunkan
kepada
ahli waris setiap pemegangnya, sedangkan perkataan terkuat dan terpenuh tidak berarti
bahwa hak milik itu merupakan hak yang mutlak, hak yang tidak terbatas dan tidak
dapat diganggu gugat, melainkan hak atas tanah yang dibatasi oleh pengertian dan
mengingat
fungsi sosialnya dari pada tanah tersebut.
Perkataan terkuat dan terpenuh bermaksud untuk membedakan hak ini dengan hak-hak
lainna seperti hak pakai, HGB, HGU dan lainnya
Untuk dasar hukum pokok NPWP yang berlaku di Indonesia adalah Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.
Pilihan Ganda
1. C
2. B
3. C
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. C
10. D
11. B
12. C
13. D
14. D
15. A
16. D
17. D
18. A
19. A
20. B
21. C
22. B
23. A
24. D
25. B