Anda di halaman 1dari 2

1. Apa peran profesi Notaris dalam suatu proses kepailitan dan PKPU?

Dalam proses
apa sajakah ?
2. Apakah profesi Notaris berpotensi untuk dituntut pidana dalam proses pemberesan
harta pailit yang dilakukan kurator ?
3. Bagaimanakah peranan Notaris dalam hal Perjanjian Perkawinan yang dibuat setelah
perkawinan berlangsung dalam proses kepailitan untuk tidak merugikan pihak ketiga?
Mohon untuk dijelaskan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia?
4. Berikan penjelasan terkait cross border insolvency ? Jelaskan sesuai dengan peraturan
yang berlaku!
5. Apakah putusan kepailitan negara Singapura dapat dieksekusi di Indonesia? Jelaskan
dengan peraturan yang berlaku!

Dasar Hukum

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”)


2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”)
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”)
4. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (“UU No 37/2004”)

Jawaban

1. Notaris berperan dalam pemberesan harta pailit berkaitan dengan pembuatan akta
autentik seperti akta pemindahan hak (jual-beli) atas harta pailit antara Kurator dengan
pihak ketiga.

2. Profesi Notaris berpotensi untuk dituntut pidana dalam proses pemberesan harta pailit
yang dilakukan oleh Kurator. Peranan Notaris dalam pemberesan harta pailit berkaitan
dengan proses penjualan harta pailit di bawah tangan. Notaris berperan untuk membuat
akta pemindahan hak atau akta peralihan hak atas harta pailit antara Kurator dengan
pihak ketiga.

3. Peranan Notaris dalam hal Perjanjian Perkawinan yang dibuat setelah perkawinan
berlangsung dalam proses kepailitan untuk tidak merugikan pihak ketiga adalah dengan
melakukan pendaftaran atas Perjanjian Perkawinan ke Kantor Urusan Agama atau
Kantor Catatan Sipil (Pasal 29 UU Perkawinan). Pendaftaran Perjanjian Perkawinan

1
bagi pasangan suami istri beragama Islam dilakukan di Kantor Urusan Agama.
Sementara pengesahan Perjanjian Perkawinan bagi non-muslim dilakukan di Kantor
Catatan Sipil. Tujuan dari pendaftaran Perjanjian Perkawinan adalah memperoleh
pengesahan dari Pegawai Pencatat Perkawinan. Pengesahan dilakukan untuk memenuhi
unsur publisitas dari Perjanjian Perkawinan agar pihak ketiga mengetahui dan tunduk
pada aturan dalam Perjanjian Perkawinan yang telah dibuat oleh pasangan tersebut.
Apabila tidak didaftarkan, maka Perjanjian Perkawinan hanya mengikat/berlaku bagi
para pihak yang membuatnya, yaitu antara suami dengan istri dan tidak mengikat pihak
ketiga. Hal ini sesuai dengan Pasal 1338KUHPer dan Pasal 1340 KUHPerdata dimana
perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang membuatnya.

4. Cross-Border Insolvency merupakan istilah dari hukum kepailitan lintas batas negara.
Indonesia mengenal Cross-Border Insolvency melalui Pasal 212 UU 37/2004 yang
mengatur

“bahwa kreditor yang setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, mengambil


pelunasan seluruh atau sebagian dari benda yang termasuk harta pailit yang terletak di
luar wilayah negara Republik Indonesia, yang diberikan kepadanya dengan hak untuk
didahulukan, wajib mengganti kepada harta pailit segala apa yang diperolehnya.”

Indonesia belum memiliki peraturan mengenai mekanisme kepailitan lintas batas


negara yang berakibat sita umum atau eksekusi atas harta yang berada di luar wilayah
Indonesia tidak mengikat, meskipun istilah Cross-Border Insolvency dikenal dalam
Pasal 212 UU 37/2004.

5. Putusan kepailitan negara Singapura tidak dapat dieksekusi di Indonesia karena


Indonesia tidak memiliki mekanisme

Anda mungkin juga menyukai