Disusun Oleh:
Dinna Triyani
231FI12002
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan. Laporan ini disusun sebagai
bagian dari tugas akademis dengan tujuan untuk memahami dan menganalisis suatu
kasus yang memiliki relevansi dalam konteks studi yang sedang ditempuh.
Laporan ini membahas suatu peristiwa atau situasi yang signifikan, dimana
analisis mendalam akan dilakukan guna mengungkapkan aspek-aspek kunci yang
terlibat. Melalui penelitian dan refleksi yang cermat, diharapkan laporan ini dapat
memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang isu yang diangkat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada [sebutkan pihak-pihak yang memberikan dukungan atau bimbingan], yang telah
memberikan arahan dan inspirasi dalam proses penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, memberikan kontribusi
positif terhadap pemahaman kita tentang isu yang diangkat, serta menjadi bahan
referensi yang berharga untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan
masalah di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf jika masih terdapat
kekurangan dalam laporan ini. Kritik dan saran yang membangun selalu diharapkan
agar laporan ini dapat lebih berkualitas di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan umum...............................................................................................2
1.3.2 Tujuan khusus..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3
2.1 Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular..............................................3
2.2 Mekanisme Fisiologis.........................................................................................3
2.3 Prinsip Pemberian Obat Secara IM.....................................................................4
2.4 Tujuan Pemberian Obat Secara Intramuskular....................................................6
2.5 Indikasi dan kontra indikasi dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular........6
2.6 Daerah Penyuntikan dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular....................6
2.7 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemberian Obat Secra IM.................8
2.8 Alat Dan Bahan dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular..........................8
2.9 Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular.......................................8
2.10 Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM dan Penyuluhan Pasien.....10
2.11 Pencegahan infeksi pada kasus pemberian obat secara injeksi.........................10
BAB III TEORI ASUHAN BERDASARKAN EVIDENCE BASED MEDICINE. 13
3.1 Pengertian EBM................................................................................................13
3.2 Teknik injeksi intramuskular.............................................................................14
3.2.1 Pendahuluan..............................................................................................14
3.2.2 Pemilihan lokasi penyuntikan....................................................................15
3.2.3 Posisi pasien dan identifikasi daerah injeksi.............................................16
3.2.4 Memilih dorsogluteal atau ventrogluteal...................................................16
3.2.5 Kesimpulan................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui dan dapat melakukan pemberian obat atas instruksi
dokter dengan cara injeksi intramuskular dan pecegahan infeksi pada pemberian
obat secara injeksi.
1.3.2 Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui pengertian pemberian obat secara IM.
2) Untuk mengetahui prinsip pemberian obat secara IM.
3) Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemberian obat
secara IM.
4) Untuk mengetahui macam-macam obat yang diberikan secara IM.
5) Untuk menegtahui daerah pemberian obat secara IM.
6) Untuk mengetahui prosedur pemberian obat secara IM.
7) Untuk mengetahui pencegahan infeksi pada kasus pemberian obat
secara injeksi?
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.5 Indikasi dan kontra indikasi dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular
Indikasi pemberian obat secara intramuskular bisa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberiakan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan patut, benjolan
tulang, otot dan saraf besar dibawahnya. Pemberian obat secara intramuskular
harus dilakukan atas perintah dokter. Kontraindikasi dalam pemberian obat secara
intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jatingan parut, benjulan tulang, otot atau
saraf besar intramuskular.(Rosyidah and Prasetyaningrat, 2019)
https://doi.org/10.5455/JEIM.220514.RW.009
Teknik injeksi intramuskuler adalah dengan menginjeksikan sediaan obat pada
area otot. Otot yang dipilih adalah otot yang cukup besar, mudah diakses, dan memiliki
vaskularisasi yang baik. Pada tahun 1964, perawat mengelola sebagian besar otot
intramuskular, pitel dan wemett adalah di anatara penulis pertama yang memberikan
intruksi terperinci untuk perawat tentang anatomi, termasuk untuk pemberian obat
intramuskular.
3.2.1 Pendahuluan
Injeksi intramuskular adalah metode yang digunakan untuk pengiriman obat
ke masa otot yang besar, otot memiliki lebih banyak vena dari pada jaringan
subcutan. Oleh karena itu, setelah injeksi muskular penyerapan obat lebih cepat
dibandingkan dengan dengan jaringan subcutan. Namun, ada banyak risiko terkait
pemberian obat melaui injeksi intramuskular, dalm rangka mengirangi ririko ini,
struktur anatomi daerah yang di injeksi harus diketahui dahulu dengan baik dan
daerah tersebut harus di periksa dengan baik. Daerah Dorsogluteal (DG)
umumnya digunakan untuk injeksi intramuskular. Daerah ini dekat dengan
pembuluh darah dan saraf. Selain itu, jaringan subkutan pada daerah ini lebih
tebal dari jaringan subkutan di daerah lain. Karena alasan tersebut sehingga DG
daerah yang paling berbahaya, sedangkan suntikan intramuskular pada daerah
ventrogluteal (VG) memiliki keunggulan dalam banyak hal dimana, daerah
tersebut telah diakui sebagai daerah injeksi primer.
3.2.2 Pemilihan lokasi penyuntikan
Ada 4 kelompok otot yang sering digunakan pada injeksi intramuskular,
yakni otot deltoid, otot quadricep femoris, otot ventrogluteal, dan otot
dorsogluteal.
a. Otot deltoid memiliki masa otot kecil dan dekat dengan saraf radialis dan
arteri brakialis. Keuntungan dari area otot deltoid adalah mudah diakses saat
penyuntikan. Otot deltoid tidak boleh digunakan untuk injeksi dengan
volume lebih dari 1 ml. Pengecualian untuk obat risperidone, yaitu tidak
boleh lebih dari 2 ml.
b. Quadricep femoris merupakan otot yang tebal serta minim risiko
mencederai pembuluh darah dan saraf. Lokasi ini dipilih pada infant,
terutama yang belum berjalan. Pada pasien yang mendapatkan obat-obatan
tertentu dan dokter menganjurkan untuk dilakukan penyuntikan
intramuskuler secara mandiri, quadricep femoris dapat direkomendasikan
karena mudah diakses pasien.
c. Otot ventrogluteal juga berukuran besar dan minim risiko cedera saraf dan
pembuluh darah. Otot ini baik digunakan pada jenis suntikan depot di mana
obat disimpan dalam waktu lama untuk kemudian diserap secara bertahap
oleh jaringan sekitarnya.
d. Otot dorsogluteal merupakan otot yang terletak di bokong, Otot dorsogluteal
mungkin terlihat sebagai pilihan yang lebih disukai karena ukurannya yang
besar, tetapi suntikan intramuskular menimbulkan risiko karena terdapat
pembuluh darah besar dan saraf utama di lokasi tersebut, termasuk saraf
ischiadic.
Sifat obat yang diberikan, usia pasien dan ukuran tubuh pasien harus
dipertimbangkan dalam pemilihan metode penyuntikan intramuskular yang benar.
Meskipun telah disepakatu bahwa daerah venrogluteal merupakan daerah
penyuntikan intramuskular yang aman, tetapi masih banyak petugas kesehatan
yang memilih unuk menyuntikan di daerah dorsogluteal. Alasannya adalah karena
daeah ventrogluteal memiliki struktur anatomi yang kecil, ketidak mampuan
petugas kesehatan dalam megidentifikasi daerah tersebut dan ketakutan bahwa
pasien akan merasa sakit karena diyakini daerah ini tidak aman. Faktanya, daerah
ventrogluteal adalah daerah penyuntikan yang aman karena menyababkan efek
samping lokal yang lebih sedikit dibandingkan injeksi paha. Bahkan pada bayi
dan anak kecil daerah ventrogluteal terbukti cocok untuk injeksi intramuskular.
Pada daerah ventrogluteal merupakan daerah yang paling cocok untuk praktik
injeksi intramuskular karena: a) tidak adanya saraf dan pembuluh darah di daerah
ini, b) berada jauh dari tulang, c) sedikit area subkutan.
3.2.3 Posisi pasien dan identifikasi daerah injeksi
Penentuan daerah ventroguteal sedikit lebih sulit namun, dapat ditentukan
dengan palpasi dari struktur tilang. Daerah ventrogluteal dapat dengan mudah
ditentukan dengan meraba struktur tulang dan batas-batasnya. Pada saat palpasi,
tangan kiri atau kanan digunakan di sisi panggul bagian bawah. Telapak tangan
diletakan di atas trokanter yang lebih besar, jari telunjuk pada tulang iliaka
superior anterior, jari tengah pada krista iliaka dan ibu jari menunjuk ke arah
selangkangan. Injeksi dilakukan pada daerah segitiga jari telunjuk, jari tengah dan
krista iliaka.
3.2.4 Memilih dorsogluteal atau ventrogluteal
Sampai saat ini, dilaporkan bahwa lokasi yang umum dilakukan untuk
injeksi intramuskular adalah dorsogluteal, laterofemoralan deltoid. Jaringan otot
pada daera ventrogluteal lebih tebal dibandingkan dengan dorsogluteal sehingga
jaringan subkutan pada ventrogluteal lebih tipis dari pada lokasi lainnya. Kondisi
ini mengurangi kemungkinan injeksi yang tidak disengajj ke jaringan subkutan.
Pada ventrogluteal juga tidak memiliki saraf dan pembuluh darah besar sehingga
ini dapat mengurangi kemungkinan cedera dan mengurangi rasa nyeri. Sangat
jarang ditemukan komplikasi pada metode penyuntikan intramuskular di lokasi
ventrogluteal. Komplikasi cenderung pada pasien berumur tua dikarenakan
kekurangan masa otot pada daerah ventrogluteal.
3.2.5 Kesimpulan
Suntikan intramuskular sering digunakan oleh para ahli kesehatan. Suntikan
ini merupakan salah satu jalur administrasi obat parenteral. Cedera saraf ischiadic
yang terkait dengan suntikan intramuskular dapat menyebabkan banyak akibat
negatif terhadap tenaga kesehatan dan pasien. Bukti yang tersedia menunjukkan
bahwa derah dorsogluteal sebaiknya dihindari untuk suntikan intramuskular.
Daerah ventrogluteal adalah lokasi suntikan intramuskular yang paling aman
dengan beberapa alasan, dan oleh karena itu, juga menjadi pilihan pertama untuk
suntikan intramuskular.
Namun, dalam praktiknya, daerah dorsogluteal digunakan paling sering.
Fakta ini menunjukkan bahwa kebanyakan tenaga kesehatan tidak mengetahui
atau memahami keunggulan daerah ventrogluteal. Dilaporkan juga bahwa tenaga
kesehatan tidak menerima pelatihan lain setelah pengajaran dasar teknik
penyuntikan. Mereka menggunakan banyak metode yang berbeda. Biasanya,
mereka tidak menggunakan teknik yang mengurangi rasa sakit dan kerusakan
jaringan. Karena suntikan intramuskular adalah salah satu tugas yang paling
sering dilakukan oleh tenaga medis, pengetahuan mereka mengenai suntikan
intramuskular perlu diperbarui.
Program layanan pelatihan harus disiapkan untuk mencegah cedera saraf
yang terkait dengan penyuntikan dan memperbarui pengetahuan tenaga medis
mengenai hal ini. Meskipun ada beberapa perkembangan dalam pengetahuan teori
tentang suntikan intramuskular, komplikasi yang dapat dihindari masih terjadi di
banyak negara. Oleh karena itu, meninjau kembali subjek suntikan intramuskular
dalam kurikulum pelatihan tenaga kesehatan tampaknya sangat penting. Selama
pelatihan tenaga kesehatan sebelum dan setelah lulus, harus dijelaskan alasan
pemilihan daerah ventrogluteal dan identifikasi daerah penyuntikan harus
ditunjukkan secara praktek.
Sebagai pertimbangan akhir, kami merekomendasikan agar lebih banyak
penelitian eksperimental dan klinis dilakukan mengenai suntikan intramuskular
daerah dorsogluteal dan ventrogluteal. Selain itu, penggunaan istilah
"dorsogluteal" dan "ventrogluteal" dapat membingungkan. Kemudian, untuk
penelitian selanjutnya, kami menyarankan menggunakan istilah "dorsomedial"
dan "dorsolateral" sebagai gantinya. (Kilic, Kalay and Kilic, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Guo, X. et al. (2022) ‘Impact of jet pulverization and wet milling techniques on
properties of aripiprazole long-acting injection and absorption mechanism research in
vivo’, International Journal of Pharmaceutics, 612. doi:
10.1016/j.ijpharm.2021.121300.
Intramuscular Injection: Definition and Patient Education (no date). Available at:
https://www.healthline.com/health/intramuscular-injection (Accessed: 19 November
2023).
Mudlikah, S. (no date) ‘Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
Penerbit Cv.Eureka Media Aksara’.
Rosyidah, I. and Prasetyaningrat, D. (2019) ‘Ilmu Dasar Keperawatan II
ANATOMI’, Modul Praktikum, p. 23.