Untuk penanganan gejala pada pasien syok septik, ada beberapa unsur
penanganan syok septik yang mendasar atau basic. Unsur mendasarnya, yaitu
melakukan resusitasi awal, kemudian vasopressor/inotropik, hemodinamik, serta tata
laksana pendukung seperti ventilasi, dialisis, dan transfusi. Selain itu, dibutuhkan pula
pemberian antibiotik awal, pengontrolan sumber dan pencegahan terjadinya infeksi,
serta diagnosis dengan cara melakukan kultur dan pemeriksaan radiologi. (Triana dan
Widodo, 2020)
Cutaneous staphylococci,
cloxacillin + gentamicin
streptococci
Intestinal or biliary
co-amoxiclav ceftriaxone + gentamicin
enterobacteria, anaerobic bacteria,
+gentamicin + metronidazole
enterococci
Gynaecological
Co-
streptococci, gonococci, anaerobic ceftriaxone + gentamicin
amoxiclav+gentamicin
bacteria, E. coli + metronidazole
Urinary
enterobacteria, enterococci ampicillin + gentamicin ceftriaxone + ciprofloxacin
a. Ampisilin IV
Anak di atas 1 bulan: 50 mg/kg setiap 6 hingga 8 jam
Dewasa: 1 hingga 2 g setiap 6 hingga 8 jam
b. Cloxacillin IV infus (60 menit)
Anak di atas 1 bulan: 50 mg/kg setiap 6 jam (maks. 8 g setiap hari)
Dewasa: 3 g setiap 6 jam
c. Amoksisilin/asam klavulanat (co-amoxiclav) injeksi IV lambat (3 menit) atau infus IV
(30 menit)
Dosis dinyatakan dalam amoksisilin:
Anak-anak kurang dari 3 bulan: 50 mg/kg setiap 12 jam
Anak 3 bulan dan < 40 kg: 50 mg/kg setiap 8 jam (maks. 6 g setiap hari)
Anak-anak 40 kg dan Dewasa: 2 g setiap 8 jam
d. Ceftriaxone lambat IV1 (3 menit)
Anak-anak: 100 mg/kg sekali sehari
Dewasa: 2 g sekali sehari
e. Ciprofloxacin PO (dengan selang nasogastrik)
Anak-anak: 15 mg/kg 2 kali sehari
Dewasa: 500 mg 2 kali sehari
f. Gentamisin IM atau IV lambat (3 menit)
Anak-anak 1 bulan dan dewasa: 6 mg/kg sekali sehari
g. Metronidazol IV infus (30 menit)
Anak di atas 1 bulan: 10 mg/kg setiap 8 jam (maks. 1500 mg setiap hari)
Dewasa: 500 mg setiap 8 jam
h. Kortikosteroid: tidak dianjurkan, efek sampingnya lebih besar daripada manfaatnya.
(Balkan et al, 2021)
Gejala klinis :
• demam
• cubitan kulit sesuai dengan dehidrasi
• nyeri dada akibat infark miokard atau emboli paru
• nyeri perut atau kekakuan dinding perut akibat peritonitis, distensi abdomen akibat
obstruksi usus
• darah dalam tinja, muntah darah dalam pendarahan usus
• krepitasi subkutan, kemungkinan infeksi anaerob. (Balkan et al, 2021)
Penanganan:
Tujuannya adalah untuk mengembalikan curah jantung yang efisien. Pengobatan syok
kardiogenik tergantung pada mekanismenya.
Gagal jantung kiri akut dengan edema paru.
Jika tanda-tanda memburuk dengan kolaps vaskular, gunakan kardiotonik
yang kuat: Dopamin IV dengan kecepatan konstan dengan pompa jarum suntik
(lihat kotak): 3 hingga 10 mikrogram/kg/menit
Setelah situasi hemodinamik memungkinkan (TD normal, penurunan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi perifer), nitrat atau morfin dapat diberikan dengan
hati-hati.
Digoxin tidak boleh lagi digunakan untuk syok kardiogenik, kecuali dalam
kasus yang jarang terjadi ketika takikardia supraventrikular telah didiagnosis
dengan EKG. Koreksi hipoksia sebelum menggunakan digoxin.
Digoksin lambat IV
Dosis anak-anak: satu suntikan 0,010 mg/kg (10 mikrogram/kg), diulangi
hingga 4 kali per 24 jam jika perlu
Dosis dewasa: satu suntikan 0,25 hingga 0,5 mg, kemudian 0,25 mg 3 atau 4
kali per 24 jam jika perlu
Tamponade jantung: pengisian jantung terbatas akibat hemoperikardium atau
perikarditis. Membutuhkan ketukan perikardial segera setelah pemulihan
volume sirkulasi.
Tension pneumothorax: drainase pneumotoraks.
Emboli paru simptomatik: obati dengan antikoagulan di rumah sakit.
Penanganan serangan jantung juga dapat meliputi suportif berupa resusitasi dan
ventilasi, serta pemantauan hemodinamik termasuk penggunaan agen inotropik atau
dan vasopresor. Selain penggunaan agen inotropik dan vasopresor, dapat dilakukan
juga terapi farmakologi lain dengan obat aspirin, heparin, dan clopidogrel.
Selanjutnya, ada terapi mekanik (IABP), terapi reperfusi (fibrinolitik, PCI, CABG),
serta penggunaan alat bantu sirkulasi seperti LVAD (Left Ventricular Assist Device)
dan ExtraCorporeal Life Support (Harahap et al, 2016)