Anda di halaman 1dari 26

Dr. Setya Budhy Sp.

A(K)
Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK. Unibraw /
RSU Dr. Saiful Anwar
Malang
Kegagalan sirkulasi karena penurunan preload
yang terjadi sekunder akibat kenaikan
kapasitas vaskuler dan tertimbunnya darah di
perifer yang merupakan akibat terjadinya
infeksi sistemik
Kriteria menurut Saenz-Llorenz dkk (1995) :
Sepsis
Bila terdapat infeksi klinis atau laboratorium
yang memenuhi 2 atau lebih kriteria di bawah
ini :
Temperatur > 38°C atau < 36°C
Takikardia menetap menurut umur atau
takipnea
Kelainan jumlah leukosit ( >15.000/mm3,
< 4.000/mm3 atau > 10 % neutrofil imatur )
Peningkatan acute phase protein
(LED > 20 mm/jam, CRP > 20 mg/l )
Sepsis Berat
Bila terbukti sepsis disertai disfungsi organ
berupa kelainan perfusi atau hipotensi sesuai
umur yang kembali cepat ( < 1 jam ) dengan
pemberian cairan infus
Kelainan perfusi, termasuk :
Asidosis laktat ( laktat vena > 20 mg/dl)
Hipoksemia ( PaO2 / FiO2  280 )
Oliguria ( < 0.5 ml/kgBB/jam )
Gangguan capillary refill ( > 3 detik)
Perubahan akut status mental
Shock Septik
Bila terbukti sepsis sepsis berat dengan
hipoperfusi dan / atau hipotensi menetap
( > 1 jam) pada resusitasi cairan yang adekuat

PENGENALAN DINI SHOCK SEPTIK

Trias Inflamasi Tanda Hipoperfusi


Demam Perubahan status mental
Takikardia Diuresis berkurang
Vasodilatasi Capillary refill berkurang
Ekstremitas mottle
Stadium awal
“Warm shock”  vasodilatasi dan kenaikan
curah jantung dengan penurunan efektifitas
volume darah sirkulasi
Kulit kemerahan
Tekanan sistolik normal
Tekanan nadi meningkat
Hiperventilasi
Depresi susunan saraf pusat
Penurunan jumlah urine
Biasanya disertai demam dan menggigil
Stadium lanjut
Penurunan curah jantung
Hipotensi
Nadi cepat dan kecil
Kulit dingin dan sianotik
Anuria
Acidemi
Dapat terjadi PIM/DIC
1. Memberantas infeksi :
Meningitis, umur > 1 bulan
Ampiciline 300 – 400 mg/KgBB/hari dibagi
6 dosis
Chloramphenicol 100 mg/KgBB/hari
dibagi 4 dosis
Resiko tinggi infeksi gram negatif 
kombinasi aminoglikosida dan derivat
penisilin
Moxalactam, cefotaxime, ceftazidime dan
cephalosporin generasi III  untuk infeksi
gram negatif aerob dan anaerob
Jamur Candida  amphotericin B
Dosis 0.25 – 0.30 mg/KgBB/hari dalam waktu
3 – 6 jam
Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan
0.1 – 0.25 mg/KgBB sampai 0.5 – 1.0 mg/KgBB/
hari (maksimal 50 mg/hari) dan diberikan
selama 10 – 14 hari
2. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat :
Pemberian cairan & pengaturan keseimbangan
asam basa :
Ringer laktat 10 – 20 ml/KgBB/beberapa
menit sampai 1 jam  memperbaiki volume
cairan intravaskuler
Kadar protein total 4.5 gr/100 ml  beri FFP
Tekanan vena sentral 5 – 6 cmH2O dengan
hipotensi  beri cairan kristaloid lagi
10 – 20 ml/KgBB selama 10 menit
Tekanan vena sentral 6 – 10 cmH2O  cairan
kristaloid 5 – 10 ml/KgBB sampai tekanan
vena sentral mencapai 10 – 15 cmH2O
Transfusi darah  bila Ht 3% untuk
mempertahankan Ht antara 35 – 40 %
Sodium bikarbonat  untuk koreksi ggn
asam basa.
Darurat  beri 1 – 2 mEq/KgBB dengan
kecepatan 1 mEq/kgBB/menit
Obat-obat vasoaktif bila curah jantung tetap
rendah walaupun pemberian cairan sudah
adekuat atau bila ada edema paru diberikan :
Golongan xanthine (aminophyllin)
Glucagon
Cardiac glucocide, digitalis dan derivatnya
Golongan steroid yang diberikan :
Dexamethasone 1 – 3 mg/kgBB atau
Methyl prednisolon 30 mg/kgBB setiap 4-6
jam selama 72 jam
3. Ventilasi
Jalan nafas harus bebas
Oksigenasi yang adekuat
Bila ada tanda-tanda kegagalan pernafasan
akut :
Hiperventilasi
Beri bantuan nafas
Hipoksemia berat dengan ventilator
Hiperkapnea mekanik

Bila terjadi “adult respiratory distress


syndrome”  PEEP dan ventilator mekanik
4. Pengobatan supportif
Nutrisi dengan tinggi kalori protein, dan
pemberian mineral
Bila ada gagal ginjal dipertimbangkan dialisis
peritoneal
Koreksi PIM dengan komponen darah (FFP
atau trombosit)
Sama seperti pemantauan shock pada umumnya
Biakan darah, urine dan cairan serebrospinal dan
test kepekaan
Pemeriksaan radiologis untuk melihat
kemungkinan terjadi “adult respiratory distress
syndrome”
Suatu reaksi anafilaktik berat yang
kadang – kadang fatal dengan disertai
tanda-tanda insufisiensi sirkulasi
Etiologi Anafilaksis :
Antibiotik :
Penisilin Kloramfenikol
Ampisilin Kanamisin
Sefalosporin Streptomisin
Basitrasin Vankomisin
Neomisin Amfoterisin B
Polimiksin B Sulfonamid
Tetrasiklin

Ekstrak alergen : rumput-rumputan, jamur


Serum : antitoksin tetanus, antitoksin difteria,
anti bisa ular
Hormon : insulin, ekstrak pituitari, ACTH,
vasopresin, ekstrak paratiroid, estradiol
Polisakarida : dekstran
Bisa/racun : gigitan serangga/kutu, bisa ular,
semut api, lebah
Enzim : tripsin, penisilinase, asparaginase
Anastesi lokal : tetrakain, heksilkain, lidokain,
prokain
Makanan : putih telor, susu, kacang-kacangan,
kentang, coklat, mangga, makanan laut
Obat lain : pentotal arginin, vitamin (tiamin,
asam folat), diazepam, barbiturat, fenitoin,
heparin dll
Bumbu makanan : monosodium glutamat dll
Lateks
Etiologi reaksi anafilaktoid :
Obat : aspirin, asam mefenamat, indometasin,
kodein, morfin dll
Manitol
Radiokontras
Darah
Olahraga
Idiopatik
Dapat segera timbul atau 1 – 2 jam setelah
kontak dengan antigen
Makin cepat timbulnya gejala klinik  makin
hebat reaksi yang timbul
Pada yang terjadi lambat  dapat didahului
oleh gejala lebih dari 1 sistem organ atau
lebih, yaitu :
Kulit : pruritus, eritema, urtikaria,
angio edema
Saluran nafas : hidung tersumbat, serak,
batuk, rasa sakit di dada, sesak nafas,
stridor, wheezing
Mata : gatal, merah atau berair
Kemudian timbul tanda-tanda shock
berupa :
Tekanan darah rendah
Nadi cepat dan lemah
Keringat dingin
Kulit pucat (sianotik)
Tahap I
Evaluasi dengan cepat keadaan jalan nafas dan
jantung
“trendelenberg position” dan berikan oksigen
melalui kateter nasal atau masker
HCL epinefrin 1 : 1000 0.1 – 0.3 ml i.m
Pasang tourniquet proximal dari tempat
masuknya antigen suntikkan 0.1 – 0.2 ml HCL
epinefrin 1 : 1000 di sekitar tempat masuknya
antigen  longgarkan tourniquet setiap 10
menit selama 1 – 2 menit dilepaskan setelah
gejala hilang
Tahap II
Dilakukan bila tindakan tahap I tidak berhasil

Difenhidramin  sebagai antihistamin, dosis


1 – 2 mg/kgBB (maksimum 50 mg) dosis tunggal

Cairan intravena diberikan larutan 1 : 4


sebesar 30 ml/kgBB selama 1 jam pertama atau
sampai shock teratasi

Diberikan cairan Ringer laktat/ NaCl 0.9 % atau


glukosa 5 % dengan tetesan cepat
Aminofilin 4 - 7 mg/KgBB i.v perlahan-lahan
( 15 – 20 menit) dengan dilarutkan dalam cairan
paling sedikit sama banyak.
Hidrokortison 50 – 100 mg i.v ( 7mg/kgBB ) atau
adrenokortikosteroid yang ekuivalen, disusul
dengan 7 mg/kgBB/hari i.v
Vasopresor
Bila cairan intravena saja tidak dapat mengontrol
tekanan darah, berikan :
Metamirol bitartrat (aramin)
Levarterenol bitartrat (levophed)
Dopamin (inotropin)
Tahap III
Pengobatan terhadap komplikasi
Koreksi gangguan asam basa
Pengelolaan terhadap aritmia jantung
Bila ada kejang  antikonvulsan
Misalnya :
Diazepam 0.3 – 0.5 mg/kgBB
Luminal 30 – 75 mg/kgBB i.m

Bila disertai edema larynx  pertimbangkan


intubasi endotracheal
Pengobatan Suportif :
Sesudah keadaan stabil
Penderita harus tetap mendapat pengobatan
suportif dengan obat dan cairan selama
diperlukan membantu memperbaiki fungsi
vital
Dapat diberikan beberapa jam sampai beberapa
hari tergantung beratnya reaksi
Makin cepat gejala timbul makin buruk
prognosisnya
Bila gejala timbul setelah > 30 menit 
prognosis baik
Antigen yang masuk melalui mulut 
prognosis yang lebih baik daripada yang
melalui parenteral

Anda mungkin juga menyukai