VAGINOSIS BAKTERIAL
Dokter Pembimbing :
dr. Wijayanti, Sp OG
Disusun Oleh :
Syahdah Iksiroh Al Husnah 22710004
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
“VAGINOSIS BAKTERIAL ”
Oleh:
22710004
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Dokter Pembimbing
dr. Wijayanti,Sp.OG
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan referat ini.
Referat ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian
utama SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan sebagai Dokter Muda di RSU
Dr.Wahidin Sudirohusodo. Penulis menyadari bahwa referat ini bukanlah tujuan akhir dari
belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya referat ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan
berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Suhartati, dr., MS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2. dr.Wijayanti, Sp.OG selaku dokter bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
serta sebagai pembimbing referat di RSU dr.Wahidin Sudirohusodo yang telah
memberikan banyak ilmunya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
tugas ini dengan maksimal.
3. Orang tua penulis serta semua keluarga yang selalu mendukung dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan referat ini.
4. Teman-teman pendidikan Dokter Umum angkatan 2022 yang telah banyak membantu
menyelesaikan referat ini.
5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan referat ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah
membantu penulis guna menyelesaikan referat ini dengan melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya.
iii
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai masukan yang berharga bagi penulis. Semoga nantinya referat ini bisa memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan masyarakat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN i
i
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................4
2.1 Definisi Vaginosis Bakterial..................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..........................................................................................................................4
2.3 Anatomi..................................................................................................................................5
2.4 Etiologi...................................................................................................................................7
2.5 Faktor Risiko..........................................................................................................................9
2.5.1 Usia.......................................................................................................................................10
2.6 Patofisiologi..........................................................................................................................10
2.7 Manifestasi Klinis.................................................................................................................11
2.8 Diagnosis Banding...............................................................................................................12
2.9 Diagnosis..............................................................................................................................12
2.9.2 Gejala dan Tanda..................................................................................................................14
2.9.3 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang..................................................................15
2.10 Tatalaksana...........................................................................................................................17
2.10.1 Medikamentosa................................................................................................................17
2.11 Komplikasi...........................................................................................................................18
2.12 Prognosis..............................................................................................................................19
2.13 Pencegahan...........................................................................................................................19
BAB III RINGKASAN....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................22
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi pada vagina sering dikenal dengan istilah vaginitis, 50-75% wanita
akan mengalami vaginitis, satu kali dalam hidupnya. Penyebab utama vaginitis,
vagina/vaginitis atrofi, vaginitis inflamasi, servisitis, benda asing, iritasi dan alergi
Vaginitis terjadi pada wanita yang telah memasuki fase pubertas maupun
akan memasuki fase menopause dengan faktor resiko berupa kurangnya higenitas,
seksual, dan lainnya. Gejala dan ciri khas masing-masing tipe vaginitis dapat
dibedakan berdasarkan gambaran discharge yang dihasilkan serta kondisi fisik dari
vagina.1,4
dilaporkan kejadiannya pada perempuan muda dan biarawati yang secara seksual
tidak aktif. Tidak ada penyebab infeksi tunggal tetapi lebih merupakan pergeseran
komposisi flora vagina normal dengan peningkatan bakteri anerobik sampai sepuluh
kali dan kenaikan dalam konsentrasi Gardnerella vaginalis. Dalam waktu yang
umumnya berupa sekret vagina yang tipis, homogen, dan berbau tak sedap, pruritus,
dan/atau ketidaknyamanan. Keluhan inilah yang biasanya membawa pasien untuk
tanpa gejala (asimtomatis), sehingga masih banyak wanita penderita VB yang tidak
umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna abu-abu
hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan terdapat peningkatan pH.1,5
pada wanita usia reproduksi di Indonesia.4,11 Angka kejadian VB pada wanita hamil
Thailand dan 32% di Indonesia. Bacterial vaginosis merupakan kondisi yang umum
Faktor risiko utama terjadinya VB adalah wanita dari usia muda, tua
dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun
kasus ini umumnya lebih banyak terjadi dengan tingkat pendidikan, ekonomi, dan
sosial budaya yang lebih rendah yaitu masalah kebersihan diri dari genitalia,
penunjang berupa pengukuran pH vagina, kriteria amsel, whiff test, dan mikroskopi
pemberian obat topical ataupun sistemik sesuai dengan tipe penyebab vaginitis.3
2
Penyakit infeksi vagina ini tidak sampai menyebabkan kematian. Namun
apabila tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa radang
dialami oleh ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, ketuban pecah dini,
masalah vaginosis bakterial secara lebih terperinci dan jelas, agar para wanita dapat
mengetahui penyebab keputihan pada vagina berdasarkan gejala yang dialami, serta
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bergejala, namun ketika menimbulkan gejala biasanya disertai dengan keputihan yang
berbau.6
hidrogen peroksida dalam vagina normal dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi
Haemophillus vaginalis vaginitis dan yang lain menamakan vaginitis non spesifik atau
flora normal vagina, maka VB disebut sebagai salah satu infeksi endogen saluran
reproduksi wanita. Tidak adanya peradangan merupakan dasar untuk istilah “vaginosis”
daripada “vaginitis”.4
2.2 Epidemiologi
wanita usia reproduksi sekitar 40-50% dengan 50% diantaranya asimtomatis. Data yang
diambil dari poli kandungan RS dr. Soetomo pada tahun 2010 menunjukkan sebesar
2.046 dari 11.138 pasien yang berobat ke poli kandungan RS dr. Soetomo (18,3%)
berobat dengan keluhan keputihan, di mana 759 pasien (6,8%) merupakan pasien baru
(data poli kandungan RS dr. Soetomo, 2010). Di seluruh dunia, VB umum terjadi pada
4
wanita usia reproduksi dengan prevalensi bervariasi sesuai dengan populasi yang
diteliti.4
32%) daripada wanita berkulit putih (23%).9 Prevalensi VB pada wanita usia 14-54
Indonesia sebesar 30,7%.10 Angka kejadian VB pada wanita hamil berkisar 14-21% di
negara Eropa, di Asia dilaporkan 13,6% di Jepang, 15,9% di Thailand dan 32% di
Indonesia.1
2.3 Anatomi
Vagina merupakan organ genital interna pada wanita yang memiliki panjang
sekitar 7-10 cm. Organ ini berbatasan dengan uretra dan kandung kemih pada bagian
anterior, otot levator ani serta fascia endopelvic pada bagian lateral, dan rectum pada
bagian posterior.16
Vagina dibentuk dari jaringan otot, saluran sempit yang memanjang dari lubang
vagina disebut introitus, ke leher rahim. Secara histologis dinding vagina tersusun atas
3 lapisan yakni lapisan mukosa dengan epitel squamous non keratin, dibawahnya
terdapat lapisan tunika muskularis yang tersusun atas otot lurik dan otot polos, lapisan
terakhir terdapat lapisan adventitia yang kaya akan kolagen dan elastin. Hal ini
persalinan.1,13
5
Gambar 2.1 Anatomi (Supermaniam S., 2016)
memanjang dari bagian servikal uterus sampai ke bagian vestibulum, yaitu celah antara
labia minora ke arah terbukanya vagina dan urethra. Pangkal vagina bagian superior
mengelilingi bagian servikal dari uterus. Bagian dinding anterior dan posterior dari
vagina biasanya berdekatan sehinga tampak menempel, kecuali di ujung akhir vagina
c) sebagai tempat penis dan proses ejakulasi saat proses hubungan intim
uterus. Vagina dalam keadaan normal kolaps, sehingga bagian anterior bersenthugan
dengan bagian posterior, dengan perkecualian pada ujung superior, tempat cervix.16
Vaginal fornix, lekukan di dekat tonjolan cervix dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu anterior, posterior, dan lateral. Bagian posterior vaginal fornix adalah bagian yang
6
paling dalam dan berhubungan erat dengan rectouterine pouch.16
Ada empat otot pada vagina yang berperan sebagai spinchter, yaitu: 16
1) pubovaginalis,
3) urethrovaginal sphincter
4) bulbospongiosus
pouch
hidup pada organ maupun jaringan tertentu) yang berfungsi untuk melawan invasi dari
mikroorganisme aerob maupun anaerob. Namun 90% mikrobiota vagina itu tersusun
dari serangan patogen melalui produksi lendir dan senyawa antimikroba seperti asam
Asam laktat hasil dari metabolisme glikogen inilah yang kemudian akan
mengatur kadar keseimbangan pH pada vagina agar tetap berada pada rentang normal
yaitu 3,8 – 4,4 (Mendling, 2016). Perubahan yang terjadi pada pH (tingkat keasaman)
vagina dapat disebabkan oleh adanya mikrobiota pathogen yang hidup dan
menginfeksi ekosistem vagina, contohnya adalah Bakterioides spp dan protozoa parasit
T. Vaginalis (O’Hanlon, 2013). Efek infeksi dari patogen tersebut dapat menimbulkan
rasa ketidaknyamanan dan rasa sakit serta gangguan fungsi organ tersebut. Namun
infeksi pada vagina tak hanya disebabkan oleh dua faktor diatas, infeksi juga dapat
7
terjadi akibat jamur ,alergi , dan iritasi. 1,4,6
2.4 Etiologi
normal adalah sangat kompleks. lacobacillus merupakan spesies bakteri yang dominan
(flora normal) pada vagina perempuan vanita subur tapi ada juga bakteri – bakteri lain
yang bakteri aerob dan anaerob. Pada saat bakerial vaginosis muncul, terdapat
pertumbuhan yang berlebihan dari beberapa spesies bakteri yang ditemukan, dimana
dalam dimana dalam keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. 12,14
a. Gardnerella vaginalis
kultur yang lebih sensitif G.vaginalis dapat diisolasi dengan konsentrasi yang
tinggi pada perempuan tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Dengan media seletif
vaginalis diisolasi sekitar 90% pada perempuan dengan vaginosis bakterial. saat
b. Mycoplasma genital
mycoplasma hominis mungkin distimulasi oleh putrecine, sau dari amin yang
c. Bakteri anaerob
dan pada perempuan normal kedua tipe anaerob secara bermakna lebih jarang
penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina. setelah
dan laktat menjadi asam organik predominan dalam cairan vagina. bakteri
secara rutin, penggunaan kontrasepsi IUD, dan douching vagina serta kebiasaan
mengganti celana dalam. Wanita berkulit hitam lebih sering terkena VB daripada
wanita berkulit putih. Wanita yang merokok lebih berisiko terkena VB daripada wanita
faktor risiko terjadinya VB. Wanita yang berpendidikan rendah lebih berisiko terkena
VB daripada wanita yang berpendidikan tinggi. Wanita yang jarang mengganti celana
dalam lebih berisiko terkena VB daripada wanita yang rajin mengganti celana dalam.
Perilaku seksual seperti memiliki banyak pasangan seksual dan memiliki pasangan
Aktivitas seksual merupakan faktor risiko untuk VB, dan sebagian besar ahli
percaya bahwa VB tidak terjadi pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan
Dalam review sistematis dan meta-analisis dari 43 studi observasional, kontak seksual
dengan pasangan pria dan wanita yang baru dan beberapa dikaitkan dengan peningkatan
douching dan merokok merupakan faktor risiko untuk akuisisi VB kalangan wanita
aktif secara seksual Penggunaan kondom dan kontrasepsi yang mengandung estrogen
Faktor risiko VB berulang (recurrent) yang ditemukan antara lain pada wanita
yang memulai aktivitas seksualnya sejak umur muda, serta dikaitkan dengan adanya
kebiasaan mengganti celana dalam <3x sehari, kebiasaan douching vagina, kebiasaan
menggunakan sabun pemutih area kewanitaan, frekuensi berhubungan seksual 1-2 kali
seminggu, sebagian besar memakai kontrasepsi oral dan sebagian besar memiliki
2.5.1 Usia
Bakterial vaginosis merupakan kondisi yang umum dijumpai pada wanita usia
reproduktif.1 Wanita seksual aktif lebih sering sebagai karier G. vaginalis daripada
10
wanita tanpa pengalaman seksual. Namun demikian 10-31% gadis tanpa pengalaman
seksual pada kultur cairan vaginanya didapatkan G. vaginalis.4 Pada wanita yang
recurrent / berulang.12
2.6 Patofisiologi
pada vagina normal sangat kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang
dominan pada vagina wanita usia reproduktif, tetapi ada juga bakteri-bakteri lain yaitu
bakteri aerob dan anaerob. Pada saat VB terjadi, terdapat pertumbuhan yang berlebihan
dari beberapa spesies bakteri yang ditemukan, di mana dalam keadaan normal ada
dalam konsentrasi rendah. Oleh karena itu. VB dikategorikan sebagai salah satu infeksi
endogen saluran reproduksi wanita. Diketahui ada 4 bakteri yang berhubungan dengan
VB, yaitu G. vaginalis, kuman batang gram negatif anaerob, Mycoplasma hominis, dan
Mobiluncus spp.4
disebabkan oleh produksi laktat. Pada VB pH biasanya meningkat >4,5 sebagai akibat
dominasi G.vaginalis dan bakteri anaerob. Antara G.vaginalis dan bakteri anaerob bisa
anaerob mengubah asam amino menjadi senyawa amin sehingga menaikkan pH yang
organisme tersebut menyebabkan produksi amin yang menyebabkan bau amis ikan pada
cairan vagina.4,17
11
Sebanyak 50% penderita tidak merasakan gejala (asimtomatik). Gejala utama
VB adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca senggama) dengan bau
tidak sedap, bau akan semakin meningkat setelah berhubungan seksual. 1,12
Cairan
keputihan berada di dinding vagina dan tidak disertai iritasi, nyeri atau eritema. Tak
Pada pemeriksaan fisik vagina ditemukan cairan homogen yang seperti susu dan
berbau amis. Pasien terkadang juga mengatakan bahwa dirinya memiliki riwayat VB
dalam 3 bulan hingga 1 tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan tingkat kekambuhan
antibiotik sebagian ataupun seluruhnya, reinokulasi bakteri patogen yang berasal dari
sumber eksogen (dapat melalui hubungan seksual), faktor host yang persisten seperti
vaginal douching atau IUD, dan kegagalan rekolonisasi Lactobacillus pada vagina atau
12
Tabel 2.2 Tanda dan gejala vaginitis (Heather L et al,. 2018)
2.9 Diagnosis
Ada dua gold standar yang digunakan untuk mendiagnosis VB. Metode
diagnostik pertama adalah kriteria Amsel dan yang kedua adalah evaluasi
2) Identifikasi mikroskopik sel-sel clue pada hapusan sekret vagina (lebih dari
20%)
Sel-sel clue adalah sel-sel epitel vagina dengan kerumunan bakteri menempel
pada membran sel. Tampak juga beberapa sel radang atau laktobasili.
13
Gambar 2.2 Clue cell (Heather L et al,. 2018)
4) Uji whiff positif yang berarti keluar bau seperti anyir (amis) pada waktu
ditambahkan larutan potasium hidroksida (KOH) 10% sampai 20% pada cairan
vagina.
Skor 4 – 6 , intermediate
14
Tabel 2.1 Sistem penilaian Skor Nugent
c) keputihan berulang.
Ciri-ciri keputihan VB adalah tipis, homogen, warna putih abu abu, dan
berbau amis. Keputihannya bisa banyak sekali dan pada pemeriksaan dengan
spekulum lengket di dinding vagina. Pruritus atau iritasi vulva dan vagina jarang
terjadi.5 Tidak ada disuria, dispareunia, pruritus, rasa terbakar kecuali ada patogen.18
1) Kriteria Amsel
15
paling tidak tiga tanda-tanda berikut :4,3,7
yang rendah. Studi ini mempunyai sensitivitas 98,8% dan spesifisitas 71%.
Tahun 1983, Amsel mengemukakan bahwa hanya 81% dari wanita dengan VB
memiliki pH>4,5. Sedangkan studi yang dilakukan oleh Eschenbach dkk., 97%
c) Adanya bau amis (fishy odor) dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (Whiff
test)
hidroksida (KOH) 10-20% pada cairan vagina pada spekulum, atau dengan
Sebagian kecil dari keputihan ditempatkan pada slide mikroskop dan satu
tetes larutan saline ditambahkan. Spesimen ini kemudian ditutup dengan kaca
penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Jika pasien menderita VB, beberapa
sel epitel ditutupi dengan sejumlah besar Gardnerella vaginalis. Clue cell adalah
sel epitel vagina dengan tepi sel sulit untuk dilihat karena banyak bakteri yang
ditemukan pada permukaan sel. Sel petunjuk adalah salah satu kriteria klinis yang
diperkenalkan oleh Gardner dan Duke. Sel-sel ini adalah petunjuk untuk
diagnosis.
16
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada semua pasien baru VB dan
ditemukan clue cells yang merupakan sel skuamosa epitel vagina yang dipenuhi
oleh bakteri vagina. Batas dinding sel menjadi tidak jelas akibat penempelan oleh
bakteri lainnya. Lactobacillus dapat juga menempel pada sel epitel vagina
walaupun jarang dengan konsentrasi yang tinggi sehingga menyerupai clue cells.
2) Pewarnaan Gram
positif atau Gram negatif tergantung pada kemampuan dinding sel bakteri untuk
adalah Gram positif, dan sel-sel yang tidak menyerap warna adalah Gram negatif.
Bakteri Gram variabel mengandung LPS dalam jumlah rendah atau LPS
ditutupi oleh molekul lain dalam dinding sel yang mengharnbat kemampuan pewarna
untuk menembus molekul LPS. Morfologi Gardnerella adalah bakteri pendek Gram
negatif atau Gram variabel, sedangkan morfologi Lactobacillus adalah batang Gram
positif. Slide dapat diperiksa beberapa kali oleh penilai yang sama atau oleh penilai
yang berbeda
3) Klasifikasi Nugent
Nugent dkk. tahun 1991 mergembangkan sistem penilaian yang lebih objektif
untuk mendiagnosis VB berdasarkan tipe morfologi. Saat ini, skor Nugent adalah
metode yang paling sering digunakan untuk mendeteksi VB dan dianggap sebagai
standar emas pemeriksaan VB. Skor Nugent digunakan bersama dengan pewarnaan
17
Gram. Penilaian VB dibagi dalam skor 0-4. Kehadiran lebih dari 30 Lactobacillus per
ditetapkan sebagai skor 4. Skor 0-3 dianggap normal, skor 4-6 diklasifikasikan
spesifisitas yang tinggi bila dibandingkan dengan tes klinis standar yang digunakan
2.10 Tatalaksana
2.10.1 Medikamentosa
dilakukan manajemen yang adekuat akan terjadi penyebaran ke desidua, amnion dan
a. Metronidazol
atau selama 14 hari secara oral maupun vaginal. Secara oral diberikan dengan
dosis 2x500 mg, dan secara vaginal diberikan 1 tab vaginal 1 kali per hari.
Pada wanita hamil diberikan 200-250 mg, 3x sehari selama 7 hari per oral
b. Klindamisin
dengan dosis 2x300 mg tablet minum, 1x tablet vagina 100 mg selama 7 hari
18
bakterial Klindamisin sama dengan Metronidazol dengan angka kesembuhan
c. Tinidazole
2. Terapi Nonantibiotik : 20
Probiotik
flora vagina tanpa efek samping. Kandungan probiotik ini antara lain L
2.11 Komplikasi
(premature / umur kehamilan kurang dari 37 minggu) dan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR), infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion. VB juga
Selain resiko pada wanita hamil, VB juga memberikan dampak juga pada
virus (HIV) maupun infeksi penyakit kelamin lainnya, VB lebih sering dijumpai
pada pemakai AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dibanding kontrasepsi lain
dan meningkatkan risiko penyaki menular seksual . Pada ibu hamil dengan VB
meningkatkan infeksi klamidia dua kali lipat (19,5% vs 8,2%) dan gonorea enam
19
kali lipat (3,2% vs 0,5%).5 Sedangkan wanita hamil dengan VB lebih sering
mempunyai bayi yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah (berat lahir
2.12 Prognosis
Prognosis pada penyakit vaginitis ini umumnya baik dan hampir semua
dapat disembuhkan, namun yang patut diwaspadai adalah VB yang berulang atau
percaya diri, terbatasnya fungsi seksual, bahkan depresi yang efeknya akan sangat
2.13 Pencegahan
kalangan wanita. Wanita Usia Subur yang menggunakan IUD disarankan untuk
bakterial. Wanita usia subur disarankan mengganti celana dalam minimal 3 kali
sehari, menggunakan celana dalam dari kain katun yang tidak ketat, melepas celana
20
BAB III
RINGKASAN
b) Vaginosis Bakterial (VB) merupakan penyebab tersering keluhan keputihan pada wanita
usia reproduksi di Indonesia dengan angka kejadian yang masih tinggi. Vaginosis sering
d) Menentukan diagnosis Vaginosis Bakterial dapat dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
Nugent
e) Gejala klinis VB adalah keputihan tipis, homogen, warna putih abu abu, dan berbau
amis, jumlahnya bisa sangat banyak , Pruritus atau iritasi vulva dan vagina jarang
500 mg per-oral diberikan 2 kali sehari selama 7 hari atau klindamisin 300 mg per-oral
diberikan 2 kali sehari selama 7 hari. Terapi topikal dengan klindamisin vaginal tidak
g) Komplikasi VB pada kehamilan yaitu persalinan preterm (premature / umur kehamilan kurang dari
37 minggu) dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), infeksi korion dan amnion, serta infeksi
cairan amnion, meningkatkan resiko penyakit inflamasi pelvis (radang panggul/PID) dan kejadian
21
infeksi pasca persalinan caesarean, sedangkan komplikasi pada wanita yang tidak hamil meliputi
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Utami Luh Putu Prihandini,Wahyuni Ni Putu Dewi Sri. (2021). Infeksi pada Vagina
(Vaginitis). Ganesha Medicina Journal . Vol. 1 No.1
2. Raphaelidis, L. (2015). Uncommon Vaginitis Cases: Expect the Unexpected. The
Journal for Nurse Practitioners, Hal 135–138 : Vol. 11 No. 1
3. Martasaphira Vina, dkk. (2019). Pengaruh Penambahan Probiotik terhadap Efek
Antimikroba Terapi Vaginosis Bakterial dengan Metronidazole Tablet . Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya . Vol.8 No.1
4. Akbar, M. I. A., Tjokroprawiro, B. A dan Hendy Hendarto. (2020) . Seri Buku Ajar
Obstetri dan Ginekologi: Ginekologi Praktis Komprehensif. Airlangga University Press.
Surabaya.
5. Prawirohardjo, Sarwono. (2018). Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo . Hal. 222
6. Rosita. (2021). Faktor Determinan Kejadian Bacterial Vaginosis (Vb) Di Kabupaten
Bandung. Jurnal Sehat Masada. Vol.15 No.1
7. Hepta Lidia et al. (2015). Hubungan antara Vaginosis Bakterial dan Persalinan Preterm.
Jurnal Kesehatan Reproduksi. Hal. 61-70 : Vol. 2 No. 2
8. Mitavania R.A., Denas A. (2020). Perbandingan Angka Kekambuhan Bacterial
Vaginosis Antara Terapi Metronidazole Tunggal Dengan Kombinasi Metronidazole
Dan Probiotik: Metaanalisis. Medical and Health Science Journal. Vol.4 No.1
9. Ranjit et al,. (2018). Prevalence of Bacterial Vaginosis and Its Association with Risk
Factors among Nonpregnant Women: A Hospital Based Study. International Journal of
Microbiology
10. Ocviyanti, D., Y. Rosana., S. Olivia. dan F. Darmawan. (2010). Risk Factors for
Bacterials Vaginosis among Indonesian Women. Medical Journal Indonesia. 19(2):
130-135.
11. Indriyana S.P, et al,. (2016) . Hubungan Antara Terjadinya Bakterial Vaginosis Dengan
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol.5 No.4
12. Amal Ichlasul. (2020). Uji Bakteriologis Dan Faktor Risiko Pada Penderita Bacterial
Vaginosis Berulang (Recurrent) Di Puskesmas Tanggul. Jember
13. Bautista et al,. (2016). Bacterial vaginosis: a synthesis of the literature on etiology,
prevalence, risk factors, and relationship with chlamydia and gonorrhea infections.
Military Medical Research. Vol.3 No.4
23
14. Bitew et al,. (2017). Prevalence of Bacterial Vaginosis and Associated Risk Factors
among Women Complaining of Genital Tract Infection. International Journal of
Microbiology
15. Hasriati. (2017). Hubungan Antara Bakterial Vaginosis Dengan Kejadian Persalinan
Preterm. Makassar
16. Supermaniam Sevellaraja. (2016). Laparoscopic surgery in Gynecology and Common
Diseases in Women. Malaysia. Hal. 35-37
17. Karim Abdul, Barakbah Jusuf. (2016). Studi Retrospektif : Vaginosis Bakterial. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology.
Vol.28 No.3
18. Mary et al,. (2022). Evaluation and Management of Vaginitis. Mayo Clinic
Proceedings. Hal. 347-358. Vol. 97, No. 2
19. Heather L et al,. (2018). Vaginitis: Diagnosis and Treatment. American Family Physician.
Vol. 97 No. 5
20. Astiti Ni Komang Erny. (2019). Probiotik Sebagai Terapi Komplementer Bakterial
Vaginosis Dalam Kehamilan. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan.
Vol. 9 No.1
24