Anda di halaman 1dari 12

PRO

Mosi: Tragedi Kanjuruhan Terjadi Disebabkan Oleh Suporter Yang Anarkis.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom,


Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan, Rahayu.
Dewan juri yang kami hormati, rekan berpikir kami dari tim kontra, dan pada hadirin yang
berbahagia.
Sebelum mendebatkan MOSI kita pada kali ini yaitu “Tragedi Kanjuruhan Terjadi
Disebabkan Oleh Suporter Yang Anarkis", izinkan kami selaku tim (Pro) memperkenalkan
diri:
Pohon pepaya tiada duri
Tumbuh bersama bunga melati
Perkenalkan saya DINDA KUSUMA PUTRI
Yang akan membuka perdebatan kali ini
Kemudian yang ada disebelah kanan saya, KEISYA RAGIL ARFIANSYAH PUTRI sebagai
pembicara 2 akan membidas argumen rancu yang diberikan oleh tim (Kontra) serta
memberikan beberapa poin penjelas untuk menguatkan argumen kami, dan SHERREN
NAILAN ILUDHIYA sebagai pembicara 3 yang akan merekonstruksi argumen yang telah
dibangun oleh kedua pembicara tim dengan sangat baik.

ARGUMEN P1 (PRO)
Dewan juri yang kami hormati, pengertian tragedi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah peristiwa yang menyedihkan.
Dikutip dari situs web wikipedia.com Stadion Kanjuruhan adalah sebuah stadion sepak bola
yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Kemudian, pengertian sebab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal yang
menjadikan timbulnya sesuatu.
Selanjutnya, pengertian suporter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
memberikan dukungan.
Dikutip dari situs web kompas.com Anarkisme adalah ajaran yang menentang setiap kekuatan
negara.
Terima kasih, saya kembalikan kepada yang terhormat, Moderator debat.

PRO
Mosi : Tragedi Kanjuruhan Terjadi Disebabkan Oleh Suporter Yang Anarkis.
Terimakasih banyak kepada moderator atas kesempatan yang diberikan. Dewan juri yang
terhormat, tim lawan dan hadirin yang kami hormati. Selamat pagi/siang/sore dan salam
sejahtera bagi kita semua.
Sebelum kita mendebatkan mosi kita pada siang hari ini. Izinkanlah saya untuk
memperkenalkan diri. Nama saya KEISYA RAGIL ARFIANSYAH PUTRI sebagai
pembicara kedua. Tugas saya ialah menyampaikan beberapa bidasan, memaparkan argument,
serta memaparkan fakta serta data yang nyata untuk memperkuat argument kami.

ARGUMEN P2 (PRO)
BIDASAN :
O1.

O2.

ISI :
Pada tanggal 1 Oktober 2022, sebuah insiden penghimpitan kerumunan yang fatal terjadi
pasca pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menyusul kekalahan tim Arema dari rivalnya Persebaya Surabaya, sekitar 3.000 pendukung
Arema memasuki lapangan. Pihak kepolisian mengatakan bahwa para pendukung membuat
kerusuhan dan menyerang para pemain dan ofisial tim, sehingga polisi berusaha melindungi
para pemain dan menghentikan kerusuhan tersebut, namun massa justru bentrok dengan
aparat keamanan.
Dikutip dari wikipedia.com pada tanggal 5 Oktober 2022, Kepolisian Republik Indonesia
mengkonfirmasi 131 korban jiwa akibat bencana ini. Data ini senada dengan laporan
sebelumnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang menyebutkan sebanyak 131 orang
meninggal akibat para suporter yang turun dari tribun lalu membuat kerusuhan di area
lapangan.
Terkait tindak lanjut pasca tragedi kanjuruhan, pihak berwajib melakukan penyelidikan dan
diperoleh hasil penelitian yang menyebabkan Suko Sutrisno selaku kepala keamanan Arema
FC dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun dan Abdul Haris selaku ketua panitia
penyelenggaraan Arema FC dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun enam bulan. Dua
orang tersebut dijatuhi hukuman karena perbuatannya yang melanggar pasal 359 KUHP,
pasal 360 ayat 1 KUHP, dan pasal 360 ayat 2 KUHP.
Pada pasal 359 KUHP, dinyatakan bahwa “barang siapa karena kelalaiannya menyebabkan
orang lain mati, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun penjara”. Pada pasal 360
ayat 1 KUHP, dinyatakan bahwa “barang siapa karena kelalaiannya menyebabkan orang-
orang luka berat dihukum dengan hukuman selama-lamanya 5 tahun atau hukuman
kurungannya selama 1 tahun”. Pada pasal 360 ayat 2 KUHP, dinyatakan bahwa “barang siapa
karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi
sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan atau hukuman kurungan selama 6 bulan
atau hukuman denda setinggi-tingginya 300 rupiah”. Diharapkan, hal ini dapat membuat efek
jera pada para suporter yang melanggar peraturan yang ada.
Maka dari itu, kesimpulan yang dapat saya sampaikan berdasarkan perdebatan kali ini
disertai dukungan dari contoh kasus serta spesifikasi mosi yang telah diberikan bahwa kami
selaku tim pro dengan tegas, lugas, dan mantap menyetujui “Tragedi Kanjuruhan Terjadi
Disebabkan Oleh Suporter Yang Anarkis”. Mari kita sama-sama menjaga ketertiban saat
menyaksikan pertandingan sepak bola.
Hanya sebesar itu argument yang dapat saya sampaikan dengan batas waktu yang ditentukan,
berikut semua hasil observasi, diskusi serta argument dari team kami. Terimakasih banyak,
selanjutnya saya akan serahkan kembali kepada yang terhormat, moderator debat.

PRO
Mosi : Penerapan sistem zonasi pendidikan di Indonesia.

ARGUMEN P3 (PRO)
Baik, terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya, sebagai
perkenalan singkat, perkenalkan, saya Naomi Tiomida selaku pembicara ke-3 dari TIM PRO
yang akan kembali memperkokoh argumen dan membidas paparan yang rancu yang
disampaikan oleh TIM KONTRA, terlepas dari kompetisi saya senang dapat berdiskusi dan
bertukar pendapat dengan sesama generasi khususnya, terlebih pada mosi kita kali ini, terkait
“sistem zonasi” pada lingkup “pendidikan”.
Seperti yang sudah disampaikan oleh rekan saya selaku pembicara pertama, bahwasannya
hasil penelitian terkait aspek tujuan dan latar belakang diadakannya PPDB sistem zonasi
yaitu untuk membuat pendidikan di Indonesia berasaskan keadilan dan menjadikan semua
sekolah adalah sekolah terbaik, sehingga tercipta pemerataan kualitas pendidikan. Sampai
sini saja dulu, apakah akan ada inovasi dan peningkatan ketika sejak menjadi pelajar saja
siswa sudah langsung diklasifikasikan hanya berdasarkan kompetensi di dalam satu gedung
sekolah tanpa mempedulikan jarak dan lingkungan? Tentu sangat tidak masuk akal. Saya jadi
tidak heran dengan fakta banyaknya masalah, yang sudah diatas semakin meningkat, yang
belum tergarap semakin menurun, dan ini semua seharusnya sudah terjawab penuh oleh
sistem zonasi yang sudah diberlakukan sejak tahun 2017 silam. Sangat disayangkan, kalau
ternyata dalam perbandingan yang simpel ini pun belum dapat terpikirkan dengan baik oleh
saudara TIM KONTRA.
Saya kutip langsung dari Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Volume 5 Nomor 2, yang
terbaru pada 2020, bahwasannya demi terwujudnya pemerataan akses dan terjangkaunya
layanan pendidikan oleh masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan solusi,
salah satunya yaitu mosi kita kali ini, terkait sistem zonasi. Sistem zonasi sendiri seperti yang
sudah dipaparkan oleh rekan saya selaku pembicara pertama, dan sistem zonasi ini tetap
diproses secara adaptif da bertahap, hingga pada tahun 2019, pemerintah menerapkan sistem
zonasi ini secara serentak di jenjang SMP dan SMA. Terkait contoh kasus yang dipaparkan
oleh saudara … TIM KONTRA, layaknya sebuah koin selalu memiliki 2 sisi, begitu juga
dengan sistem yang kita bahas kali ini. Namun yang membedakan adalah, kita ini bukan
benda mati layaknya koin, kita memiliki opini dan aspirasi yang seharusnya bisa melihat
secara keseluruhan dan obyektif, layaknya sebuah usaha makanan yang justru lebih banyak
komplikasi karena sesuai selera, namun mereka bisa meraba apakah produk mereka
didominasi oleh penggemar atau sebaliknya, hingga akhirnya mereka berani membuka
cabang yang baru. Begitu juga dengan sistem ini, dengan jeli pemerintah sudah
mempertimbangkan dampak inovatif dari sistem zonasi ini sehingga berani untuk
menerapkan sistem solutif ini secara serentak pada jenjang SMP dan SMA.
Dan ada satu lagi tujuan dari sistem zonasi yang tidak disampaikan secara terbuka oleh TIM
KONTRA, yaitu penghapusan label sekolah favorit dan tidak favorit, atau unggulan dan
sebaliknya. Rasanya tak perlu saya tarik lebih jauh lagi benang merahnya ya.. sudah jelas
label ini seperti membuat klaster pada sekolah-sekolah itu sendiri. Dewan juri yang saya
hormati, hal inilah yang akan membuat masalah yang lebih rumit bermunculan perlahan.
Mengapa? Saya juga yakin hal seperti ini sampai pada telinga saudara TIM KONTRA, terkait
stigma yang beredar luas di masyarakat yang menganggap rendahnya kualitas siswa yang
bersekolah di sekolah dengan label bukan favorit. Seperti yang sudah saya peringatkan
sebelumnya, hal ini menimbulkan permasalahan baru yang merugikan bagi sekolah-sekolah
tersebut, sebab mereka tidak menjadi prioritas bagi siswa-siswi untuk melanjutkan sekolah.
Lantas bagaimana dengan hal ini? ..Sebenarnya sedari tadi saya juga menunggu solusi yang
memadai dari TIM KONTRA jika memang tidak setuju dengan solusi zonasi yang sudah
diberlakukan selama hampir 6 tahun ini.
Jika TIM KONTRA dengan keras menolak sistem ini, sistem yang jika dinonaktifkan akan
membuat masalah baru bermunculan. Justru sistem zonasi ini hadir dengan segudang manfaat
yang mungkin TIM KONTRA tutup mata dan telinga akan hal berikut, seperti mendorong
para siswa untuk mengurangi kemacetan dan mobilitas melalui jalan kaki dan bersepeda.
Layaknya menyelam sambil minum air, segudang manfaat ini juga dapat membantu
meningkatkan kebugaran dan mengurangi tingkat emisi di udara akibat bahan bakar
kendaraan bermotor. Saudara TIM KONTRA, saya harap jika memang tidak bisa
menjinakkan, setidaknya jangan membangunkan rebah dan membuatnya lebih banyak.
Dengan batas waktu yang telah ditentukan, sayangnya saya harus mengakhiri argumen ini
pada mosi yang sangat menarik dan relevan untuk kita bahas, karena setelah saya ingat
harusnya saya dan saudara TIM KONTRA termasuk dalam sistem zonasi yang sukses ini
bukan? Karena saya senang bisa bertemu dengan orang luar biasa seperti saudara dalam
kompetisi yang hebat ini. Dan sekali lagi, saya selaku TIM PRO, dengan tegas, lugas dan
mantap, kami ingin sistem zonasi ini dinonaktifkan, karena kami setuju penuh dengan ada
dan berlanjutnya Penerapan Sistem Zonasi Pendidikan di Indonesia yang membuat
pemerataan bagi seluruh siswa. Terima kasih, waktu dan tempat saya kembalikan pada
moderator debat.
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….....
KONTRA
Mosi: Penerapan Sistem Zonasi Pendidikan di Indonesia

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom,


Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan, Rahayu
Dewan juri yang kami hormati, rekan berpikir kami dari tim pro, dan pada hadirin yang
berbahagia
Sebelum mendebatkan MOSI kita pada pagi hari ini yaitu “Penerapan Sistem Zonasi
Pendidikan di Indonesia”, izinkan kami selaku tim (kontra) memperkenalkan diri:
Diluar ku merasa aman
Ternyata di tamansari
Perkenalkan saya BAGUS ABYAN
Yang akan melanjutkan perdebatan kali ini
Kemudian yang ada disebelah kiri saya, MUHAMMAD NAUFAL SURYAATMAJA sebagai
pembicara 2 akan membidas argumen rancu yang diberikan oleh tim (pro) serta memberikan
beberapa poin penjelas untuk menguatkan argumen kami, dan NAOMI TIOMIDA sebagai
pembicara 3 yang akan merekonstruksi argumen yang telah dibangun oleh kedua pembicara
tim dengan sangat baik.
ARGUMEN P1 (KONTRA)
Dewan juri yang kami hormati, Secara etimologi pengertian penerapan berasal dari kata dasar
“terap” yang diberi imbuhan awalan “pe” dan sufiks “an” yang berarti proses, cara, perbuatan
menerapkan, pemasangan, perihal mempraktikkan.
Definisi sistem menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah perangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas
Kemudian sesuai dengan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL pasal 1 ayat (1):Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana Belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual Keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta Keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sistem zonasi menyebabkan Berkumpulnya peserta didik dengan Kemampuan yang beragam
dalam satu Sekolah, bahkan satu kelas. Mereka yang Tidak berprestasi dan yang berprestasi
Dapat menjadi satu rombel. Hal ini tentu memengaruhi proses pembelajaran peserta Didik.
Terima kasih, saya kembalikan kepada yang terhormat, Moderator debat
KONTRA
Mosi : Penerapan sistem zonasi pendidikan di Indonesia.

Terimakasih banyak kepada moderator atas kesempatan yang diberikan. Dewan juri yang
terhormat, tim lawan dan hadirin yang kami hormati. Selamat siang dan salam sejahtera bagi
kita semua.
Sebelum kita mendebatkan mosi kita pada siang hari ini. Izinkanlah saya untuk
memperkenalkan diri. Nama saya Muhammad Naufal Suryaatmaja sebagai pembicara kedua.
Tugas saya ialah menyampaikan beberapa bidasan, memaparkan argument, serta
memaparkan fakta serta data yang nyata untuk memperkuat argument kami.
BIDASAN :
O1.

O2.

ISI :
Kebijakan Pendidikan tidak pernah berhenti diperdebatkan, banyak opsi telah dicoba di
berbagai kesempatan. Resiko telah diambil oleh kementrian pendidikan, menteri Nadiem
tengah merombak pendidikan. Wajar ide ide baru didiskusikan agar matang saat dilaksanakan
secara nyata. Akan tetapi bukan berarti segelintir siswa dipaksa menjadi kambing hitam,
untuk merasakan segala macam kebijakan yang dibuatnya
Sistem zonasi adalah sebuah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai dengan
wilayah tempat tinggal. Sistem tersebut diatur dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018
dan ditujukan agar tak ada sekolah-sekolah yang dianggap sekolah favorit dan non-favorit
Hal tersebut merupakan sebuah upaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan yang
terjadi di masyarakat merupakan amanat dari nawa cita Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla. Sistem zonasi merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menghadirkan pemerataan
akses pada layanan pendidikan, serta pemerataan kualitas pendidikan nasional.
Mempertanyakan terkait pada konteks “Upaya” dari pemerintah, letak mana yang
diupayakan, apakah pemerataan? Ataukah merujuk kepada ketidakadilan? Terasa jelas oleh
mayoritas siswa bahwa sistem zonasi merugikan banyak aspek. Implementasi yang dilakukan
pemerintah untuk memenuhi amanat presiden menjadikan solusi tersebut masuk pada istilah
Logical Falacy atau kesesatan berfikir, dimana pemerataan yang terjadi menjadikan siswa-
siswi yang letak rumahnya jauh dari sekolah, hingga tidak bisa ber-sekolah atau mendapatkan
pendidikan meskipun siswa tersebut cukup untuk dikatakan cerdas dan pintar, malangnya ia
tertahan hanya karena lokasi tempat tinggal yang jauh dari sekolah-sekolah disekitarnya dan
tidak sanggup bersaing dengan nilai diatasnya dikarenakan kuota memasuki SMA bersistem
zonasi-prestasi terbatas.
Oleh karena itu, dari perspektif siswa, sistem zonasi ini belum tepat untuk dilaksanakan,
selain ditinjau dari pemerataan sekolah yang belum merata diseluruh wilayah. Sisi lain
seperti, fasilitas, hingga guru pengajar, bahkan ekonomi masih belum memadai dengan baik
dikarenakan adanya dampak dari COVID – 19, dan banyak lainnya. Sistem zonasi ini juga
memiliki presentase yang lebih tinggi dismbanding jalur nilai ( prestasi ), atau jalur lainnya,
sehingga kesempatan anak yang tempat tinggal nya jauh dari sekolah memiliki kesempatan
yang rendah untuk menimba ilmu di sekolah negeri.
Ekonomi pun akan terasa sekali, karena kita tau apabila sekolah negeri dibandingkan dengan
sekolah swasta, pengeluaran akan terasa lebih banyak dari sekolah swasta, dimulai dari
pendaftaran ulang, SPP per bulannya, dan pengeluaran lainnya.
Lewat Jurnal Ilmu Pendidikan dikatakan bahwa, Regulasi ini dinilai tidak memberikan
kemudahan akses bagi calon peserta didik untuk memilih sekolah. Tulisan ini menyoroti
sistem zonasi yang diharapkan dapat mendekatkan peserta didik dengan sekolah. Akan tetapi,
mekanisme ini dikhawatirkan menjadi ancaman baru bagi peningkatan kualitas akademik
karena tidak ada penyaringan peserta didik dalam suatu rombongan belajar. Akibatnya peserta
didik yang berprestasi dapat belajar dengan peserta didik yang kurang berprestasi sehingga
rentan menurunkan kualitas peserta didik berprestasi. Selain itu, disparitas antarsekolah yang
masih tinggi membuat banyak sekolah masih belum dapat memenuhi standar nasional
pendidikan. Oleh karena itu, sistem zonasi masih perlu dikaji ulang agar tidak merugikan
peserta didik.
Sebagai contoh kasus, saya kembali mengutip jurnal dari Universitas Negeri Medan. Mereka
berusaha untuk meneliti secara mendalam terkait zonasi, tujuan usaha mereka melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi orangtua dan peserta didik terhadap
penerimaan peserta didik baru sistem zonasi di SMA Negeri Sidikalang. Jenis penelitian ini
adalah Deskriptif pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah orantua peserta
didik dan peserta didik yang ada di SMA Negeri Sidikalang yang berjumlah 432 orang.
Sampel penelitian ini adalah 108 orang yang diambil sebagian dari populasi, Berdasarkan
hasil analisis distribusi frekuensi angket dan tingkat kecenderunagn penilitian diperoleh
pengumpulan data dengan menyebarkan angket dan ketika di hitung tingkat kecenderungan
persepsi orangtua dan peserta didik tidak setuju dengan adanya penerimaan peserta didik baru
melalui system zonasi
Maka dari itu, kesimpulan yang dapat saya sampaikan berdasarkan perdebatan kali ini
disertai dukungan dari contoh kasus serta spesifikasi mosi yang telah diberikan bahwa kami
selaku tim kontra dengan tegas, lugas, dan mantap tidak menyetujui “Penerapan sistem zonasi
pendidikan di Indonesia” Di tengah pandemi yang belum cukup baik, siswa dituntut untuk
tangguh terhadap perubahan. Ditengah kebijakan yang berubah-ubah pula, siswa harus
dipaksa adaptif dengan perubahan mendadak tanpa adanya persiapan matang.
Jangan jadikan generasi masa depan bangsa sebagai kambing hitam dan tikus percobaan
dalam upaya upaya demi kepentingan nama baik pribadi, mari bersama sama kita majukan
pendidikan bangsa tanpa memcampur tangankan hal hal kepentingan politik serta citra yang
seharusnya didapat lewat kerja nyata bukan skenario buatan.
Hanya sebesar itu argument yang dapat saya sampaikan dengan batas waktu yang ditentukan,
berikut semua hasil observasi, diskusi serta argument dari team kami. Terimakasih banyak,
selanjutnya saya akan serahkan kembali kepada yang terhormat, moderator debat.
KONTRA
Mosi : Penerapan sistem zonasi pendidikan di Indonesia.

ARGUMEN P3 (KONTRA)
Baik, terima kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya, sebagai
perkenalan singkat, perkenalkan, saya Naomi Tiomida selaku pembicara ke-3 dari TIM
KONTRA yang akan kembali memperkokoh argumen dan membidas paparan yang rancu
yang disampaikan oleh TIM PRO, terlepas dari kompetisi saya senang dapat berdiskusi dan
bertukar pendapat dengan sesama generasi khususnya, terlebih pada mosi kita kali ini, terkait
“sistem zonasi” pada lingkup “pendidikan”.
Seperti yang sudah disampaikan oleh rekan saya selaku pembicara pertama, bahwasannya
sistem zonasi yang hadir justru membuat ketidakmerataan. Dengan sekolah yang dipenuhi
murid dari satu daerah lingkungan yang masih sama dan dengan kemampuan kompetensi
yang membuat terjadinya kesenjangan antar murid, antar kelas, dan pendidik juga yang akan
mengalami kesenjangan dalam proses pengajaran. Dewan juri yang saya hormati, sedangkan
berdasarkan argumen yang saya dengar dengan saksama kemarin, disampaikan oleh tim.. dari
………. Yang mereka kutip dari sumber terpercaya, bahwasannya pengaruh yang berdampak
besar pada moral juga psikis seorang anak pun remaja adalah faktor lingkungan.. Sampai sini
saja dulu, apakah bisa saudara bayangkan, generasi angkatan yang berasal dari satu
lingkungan yang kurang lebih berdekatan, yang tidak dapat kita raba bagaimana pergaulan
mereka sebelumnya, dikumpulkan dalam satu gedung sekolah? .. Saya jadi tidak heran
dengan fakta banyaknya masalah dan komplain terkait sistem zonasi yang diberlakukan ini.
Sangat disayangkan, kalau ternyata dalam perbandingan yang simpel ini pun belum dapat
terpikirkan dengan baik oleh saudara TIM PRO.
Dewan juri yang terhormat, lewat skala global, dapat kita amati bahwa gerakan reformasi
pendidikan yang sistematis masih berlangsung di seluruh penjuru dunia, dan menurut Lakes
juga Carter selaku pendidik dan peneliti, hal ini mengarah kepada pemuasan ideologi pasar
internasional dan neoliberalisme. Dengan demikian, reformasi pendidikan memiliki dua
kutub penggerak yang harus berjalan beriringan. Dan hal ini dikhawatirkan karena terkait dua
sisi mata pisau dari reformasi pendidikan itu sendiri. Reformasi akan mendorong perubahan
yang seringkali radikal, dan membuat kondisi pendidikan bisa stagnan di suatu titik oh atau
malah berjalan mundur. Dan, kondisi demikianlah yang sedang terjadi sejak tahun 2018
silam, kala pemerintah mewacanakan sistem zonasi pendidikan. Bagai bom waktu, sistem
yang kurang terstruktur akan terurai bila waktu tersebut telah menjemput. Pertanyaannya,
apakah kita akan duduk diam dan menunggu dijemput oleh bom waktu itu?
Seperti yang dipaparkan oleh pembicara .. dari TIM PRO, dengan iming-iming demi
terwujudnya pemerataan akses dan terjangkaunya layanan masyarakat, salah satunya dengan
menerapkan sistem zonasi. Saudara.. jika koin saja memiliki 2 sisi, seharusnya kita juga
menggunakan kedua telinga kita untuk mendengar banyaknya protes yang dilakukan
masyarakat terkait sistem zonasi. Saya kutip dari laman berita CNN Indonesia, perkumpulan
warga menyoroti ketidakwajaran ketika sejumlah siswa yang nilainya rendah dan kurang
kompeten bisa masuk ke SMAN 1 yang bisa dikatakan cukup unggul. “Mereka itu saling
mengenal sehingga mengetahui persis nilai pada ijazah masing-masing siswa. Jadi anak-anak
yang memiliki nilai tinggi tidak bisa diterima, sedangkan rekannya memiliki nilai rendah bisa
masuk SMAN 1 Tanjungpinang,” ucap salah seorang warga, bersumber dari Antara. Dan,
perlu kita ketahui bahwa pemuda pemudi.. seperti kita ini seperti saya dan anda adalah
penerus negeri ini. Saudara, kita ini adalah anak muda dengan sejuta ide dan wawasan yang
tidak bisa dibiarkan begitu saja, dan ketika pemuda sudah berdemonstrasi, berarti ada hal
janggal yang terjadi di luar sana. Dan di Tanggerang, Banten, kisruh sistem zonasi
berlangsung layaknya film-film Hollywood. Ratusan warga yang didiominasi pelajar itu
sendiri, di Kecamatan Pinang, Tangerang, masuk ke dalam Gedung sekolah yang lantas
menyandera Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, yakni Abduh Surahman.
Bahkan selain menyandera kepala dinas, ratusan siswa juga menyegel gedung sekolah,
sementara ya.. aparat kepolisian juga tak dapat berbuat banyak. Dan saudara tahu apa yang
terbaik dari yang terburuk? Hal ini tidak bisa disalahkan. Sebagai wawasan jika saudara
kurang tahu, Raja prancis Louis XVI berkata bahwa tidak ada yang bisa menurunkannya dari
kekuasaan karena mahkota yang ada di kepalanya dipasang langsung oleh Tuhan, dan rakyat
kemudian hadir atas dasar mengembalikan kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan, dan
mereka membuktikan hal itu dengan memotong kepala rajanya dan kekuasaan akan kembali
kepada rakyat. Terkadang karena adanya jabatan kita lupa akan adanya saran dan kebenaran,
yang membuat sistem tidak optimal jadi terjalankan.
Dengan batas waktu yang telah ditentukan, sayangnya saya harus mengakhiri argumen ini
pada mosi yang sangat menarik dan relevan untuk kita bahas, karena setelah saya ingat
harusnya saya dan saudara TIM PRO termasuk “korban” dalam sistem yang tak sukses ini
bukan? Syukur sekali jenjang kita ini jenjang terakhir yang memakai zonasi, tak terbayang
jika harus masuk perguruan tinggi dengan sistem serupa.. hanya bergurau saja. Sekali lagi,
saya selaku TIM KONTRA, dengan tegas, lugas dan mantap, kami ingin sistem zonasi ini
dinonaktifkan, karena kami tidak setuju dengan adanya Penerapan Sistem Zonasi Pendidikan
di Indonesia yang membuat generasi kami dan seterusnya jadi korban ketidakadilan, karena
kami peduli bangsa.. dan negeri ini juga masih butuh kami bukan? Terima kasih, waktu dan
tempat saya kembalikan pada moderator debat.
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………….
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………….
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………

Anda mungkin juga menyukai