Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI KABUPATEN MAROS


Husayn1, Abd Azis Alimuddin2, Andas Budy3
1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia.
2
Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia.
Alamat Email Penulis: husayn723@gmail.com

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu layanan publik yang merupakan ujung tombak agar
dapat membangun kesehatan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya di Kabupaten Maros terus diupayakan dalam hal tersebut, meskipun terjadi ketidak
stabilan pelayanan pertahun pada kesehatan ibu, bayi dan anak. Hal ini disebabkan karena tidak
di imbangi dengan jumlah pelayanan kesehatan, sehingga berpotensi didirikan layanan kesehatan
seperti Rumah Sakit Khusus salah satunya Rumah Sakit Ibu dan Anak. Bahkan di dalam
Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah dibutuhkan minimal tersedia 1 unit
fasilitas kesehatan Ibu dan Anak untuk 10.000 - 30.000 jiwa dengan cakupan satuan wilayah
Kota/ Kabupaten. Untuk memenuhi standard kebutuhan tersebut maka dibutuhkan Rumah Sakit
Ibu dan Anak guna menyelesaikan masalah serta dapat memudahkan masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak di Kabupaten Maros. Perancangan Rumah Sakit ibu
dan Anak di Kabupaten Maros mengambil lokasi di jalan Dr. Ratulangi, Kecamatan Turikale
yang merupakan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional yang di arahkan di Pusat
Kegiatan Nasional. Adapun tujuan dalam studi ini adalah sebagai acuan perancangan untuk
menghasilkan desain fisik bangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Maros. Dalam
mencapai tujuan tersebut maka digunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara,
observasi dan studi literatur untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat agar dari informasi
tersebut digunakan dalam memahami indikator-indikator pada perancangan Rumah Sakit Ibu dan
Anak. Sehingga dalam perancangan, acuan seperti standar dan fasilitas yang dibutuhkan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam merancang Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Maros.

Kata-kunci : Pelayanan Kesehatan, Rumah Sakit Ibu dan Anak, Kabupaten Maros

ABSTRACT

Health services are one of the public services that are the spearhead in order to build public health. In an
effort to improve health services, especially in Maros Regency, efforts continue to be made in this regard,
despite the instability of annual services for maternal, infant and child health. This is because it is not
balanced with the number of health services, so it has the potential to establish health services such as
Special Hospitals, one of which is the Mother and Child Hospital. Even in the Decree of the Minister of
Settlement and Regional Infrastructure, a minimum of 1 unit of maternal and child health facilities is
required for 10,000 - 30,000 people with the coverage of a City/ Regency area. To meet these standards
of needs, a Mother and Child Hospital is needed to solve problems and can facilitate the community and
improve the welfare of mothers and children in Maros Regency. The design of the Mother and Child
Hospital in Maros Regency took the location on Jalan Dr. Ratulangi, Turikale District, which is a
regional-scale health service designation directed at the National Activity Center. The purpose of this
study is as a design reference to produce the physical design of the Mother and Child Hospital in Maros
Regency. In achieving these goals, qualitative methods were used by conducting interviews, observations
and literature studies to get the right conclusions so that the information was used in understanding the
indicators in the design of the Mother and Child Hospital. So that in the design, references such as
standards and required facilities can be used as a basis in designing the Mother and Child Hospital in
Maros Regency.

Keywords : Health Services, Mother and Child Hospital, Maros Regency

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 1


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dan atau masyarakat maupun swasta yang berfungsi untuk pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah Rumah
Sakit Khusus antara lain Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA). Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah rumah sakit
yang dilengkapi dengan fasilitas untuk melahirkan, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan ibu dan anak serta
dibawah pengawasan dokter dan atau bidan senior.1
Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Maros belum terdapat sampai saat ini, walaupun hanya Rumah
sakit tipe Paripurna yakni Rumah Sakit Umum Daerah Salewangan Maros, Rumah Sakit TNI AU Dody
Saryoto, dan 14 Puskesmas serta 22 Klinik.
Menurut Data Dinas Pencatatan Sipil dan Administrasi Kependudukan jumlah penduduk di Kabupaten
Maros pada tahun 2019 berjumlah 353.121 yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Didalam LAKIP 2016
KEMENKES RI bahwa Rasio TT (tempat tidur) di RS dan Klinik Utama dibanding penduduk 1:1000, jadi
dibutuhkan sekitar 353 TT. Dan dari data Rekam Medis RSUD Salewangan (2018) terdapat 128 TT dan dari
data Rekam Medis RS TNI AU Dody Saryoto (2018) terdapat 77 TT.
Usaha menumbuh kembangkan pelayanan kesehatan (Peraturan Men.Kes RI No.920 /Men.Kes
/Per/XII/86 tentang Pelayanan Kesehatan Swasta) yang didukung oleh pemerintah, menandakan Kabupaten
Maros yang terdiri dari berbagai Kecamatan terjadi ketidak stabilan pelayanan pertahun pada kesehatan ibu,
bayi dan anak, hal itu tidak di imbangi dengan jumlah pelayanan kesehatan sehingga berpotensi didirikan
RSIA.2 Bahkan di dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001
tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum minimal tersedia 1 Unit fasilitas
kesehatan Ibu dan Anak/ RS Bersalin untuk 10.000-30.000 jiwa dengan cakupan satuan wilayah Kota/
Kabupaten.3 Dan berdasarkan PERDA Kabupaten Maros tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan
Anak Balita (KIBBLA) pada bab 9 menjelaskan bahwa sarana pelayanan KIBBLA diselenggarakan oleh
Pemerintah daerah dan swasta, serta bertanggung jawab atas penyediaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana KIBBLA.4
Oleh sebab itu melihat dari paparan data di atas, mulai dari permasalahan jumlah TT, pelayanan
kesehatan ibu dan anak hingga Peraturan Mentri dan Peraturan Daerah. Untuk memenuhi standard kebutuhan
tersebut penulis akan merancang sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak guna menyelesaikan masalah dan dapat
memudahkan masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak di Kabupaten Maros.

METODE

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Pada penelitian kualitatif penulis melakukan Teknik
wawancara, observasi dan studi literatur untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Metode pengambilan data
dimulai dengan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Maros dan aturan baik dari pusat hingga daerah sebagai
pembanding. Kemudian dari informasi tersebut digunakan dalam memahami indikator-indikator pada

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 2


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak. Sehingga dalam perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak acuan
seperti standar dan fasilitas yang dibutuhkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam merancang.

HASIL

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.5 Di
Kabupaten Maros jumlah Puskesmas pada tahun 2018 sebanyak 14 Puskesmas yang terdiri dari 6 Puskesmas
Rawat Inap dan 8 Puskesmas Rawat Jalan.6

Tabel 2.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Maros

Jenis Fasilitas Kepemilikan Jumlah


Rumah Sakit Pemerintah 1
Abri 1
Puskesmas Pemerintah 14
Puskesmas Rawat Inap Pemerintah 6
Puskesmas Rawat Jalan Pemerintah 8
Puskesmas Pembantu Pemerintah 26
Posyandu Masyarakat 399
Poskesdes Pemerintah 80
Puskesmas Keliling Pemerintah 14

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Maros 2019

Adapun persyaratan pada Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak pada hakekatnya sama dengan persyaratan
pada Rumah Sakit Umum.
a. Persyaratan Teknis Bangunan
Sebagaimana diatur oleh Departemen Kesehatan RI dalam Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah
Sakit, berikut adalah persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit:
1) Lokasi Rumah Sakit hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir dan
tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik
industri, dan limbah pabrik. Lokasi Rumah Sakit sesuai dengan rencana umum tata kota.
2) Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Sedang luas lahan untuk
bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.
3) Bangunan Rumah Sakit harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat mencegah
penularan penyakit serta kecelakaan. Bangunan yang semula direncanakan untuk fungsi lain
hendaknya tidak dialih fungsikan menjadi sebuah Rumah Sakit.
4) Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT) dan klasifikasi Rumah Sakit. Bangunan
minimal adalah 50 m² per tempat tidur.
Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 3
Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

5) Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi sebagai
berikut:
a) Ruang bayi
Ruang perawatan minimal 2 m²/TT dan Ruang isolasi minimal 3,5 m²/TT
b) Ruang dewasa/anak
Ruang perawatan minimal 4,5 m²/TT dan Ruang isolasi minimal 6 m²/TT
6) Rumah Sakit mempunyai sistem air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan yang berlaku.
Persediaan air bersih memadahi dan disalurkan langsung ke bangunan Rumah Sakit.
7) Rumah Sakit menyediakan tenaga listrik dan penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan setiap hari selama 24 jam terus menerus. Tersedia pula Catu Daya Pengganti Khusus
(CDPK) atau sumber Uninterrupted Power Suplay (UPS) bagi peralatan medik yang vital.
8) Rumah Sakit mempunyai sistem pengolahan air limbah, incinerator dan pembuangan sampah sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Terdapat prosedur untuk penyimpanan hingga pembuangan limbah
yang efektif dengan meminimalkan polusi yang mungkin diakibatkan oleh limbah tersebut.
9) Rumah Sakit mempunyai area parkir yang memadahi. Idealnya minimal satu tempat parkir untuk
setiap 10 tempat tidur dan tersedia tempat sampah setiap radius 20 m.
10) Ruang bangunan yang digunakan untuk ruang perawatan mempunyai:
a) Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 10 TT : 1
b) Bebas serangga dan tikus
c) Kadar debu maksimal 150 μg/m3 udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam
d) Tidak berbau (terutama H2S dan atau NH3)
e) Pencahayaan 100-200 lux
11) Tersedia ruang pertemuan dan sarana komunikasi bagi staf medik untuk memperlancar pelaksanaan
tugas-tugas anggota staf medik.
12) Tanda (signal) hendaknya merupakan sebuah sistem grafis yang efektif dirangkai dengan bantuan
visual dan rangkaian alat untuk menyediakan informasi, arah, orientasi, identifikasi, daerah terlarang,
perimgatan, serta hal yang perlu diperhatikan untuk optimalnya kinerja operasionalisasi Rumah Sakit.
13) Fasilitas toilet terpisah hendaknya disediakan untuk pasien dan karyawan, laki-laki dan perempuan
dengan rasio 1 toilet untuk 10 Tempat Tidur atau 1 toilet untuk 20 karyawan.

Selanjutnya pada point besaran ruang rumah sakit ibu dan anak di Kabupaten Maros menyesuaikan pada
standar pada pedoman yang telah dikeluarkan oleh Depkes RI, termasuk aktivitas, fungsi, serta kebutuhan
dalam rumah sakit ibu dan anak. Adapun dijelaskan bahwa area fasilitas Rumah Sakit Kelas C ikelompokkan
yang terdiri atas Area Pelayanan Medik, Area Penunjang dan Operasional serta Area Administrasi dan
Manajemen. Adapun referensi standar yang digunakan dari beberapa sumber, diantaranya yakni Depertemen
Kesehatan Republik Indonesia, Neufert Arschitect Data Julid 1 dan 2 serta Dimensi Manusia dan Ruang
Interior. Berikut rekapitulasi total luas besaran ruang berdasarkan area fasilitas rumah sakit ibu dan anak
sebagai berikut:

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 4


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Tabel 2.2 Rekapitulasi Total Luas Besaran Ruang Berdasarkan Area Fasilitas RSIA
di Kabupaten Maros

Nama Instalasi Luas Area (m2)


Instalasi Rawat Jalan 940
Instalasi Gawat Darurat 469,1
Instalasi Rawat Inap 1.231,2
Ruang Bersalin 327
Instalasi Bedah Sentral 509,5
Instalasi Farmasi 134
Instalasi Radiologi 111,5
Instalasi Sterilisasi Pusat (Cssd) 232,5
Instalasi Laboratorium 126,4
Administrasi dan Kesekretariatan 377
Instalasi Gizi dan Dapur 196
Instalasi Pencucian Linen/ Londri 136
Bengkel Mekanikal Dan Elektrikal 93,5
Instalasi Pemulasaraan Jenazah 180
Area Penunjang 1.958,55
Total Area 7.022,25
Sirkulasi Indoor
2.106,67
(selasar, koridor, dsb) = 30%
Total Area Fungsional 9.128.92

Sumber: Analisa Pribadi

PEMBAHASAN

1. Lokasi dan Site


Lokasi yang strategis untuk perencanaan Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah Kecamatan Turikale.
Didukung oleh Perda Kabupaten Maros menyangkut pemilihan lokasi kawasan peruntukan pelayanan
kesehatan skala regional di arahkan di pusat kegiatan PKN (Pusat Kegiatan Nasional) di Kecamatan Turikale. 7
Dengan adanya acuan tersebut maka Kecamatan Turikale dapat dijadikan sebagai lokasi untuk perencanaan
Rumah Sakit Ibu dan Anak.

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Turikale


Sumber: Google Maps
Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 5
Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Site yang terpilih berada di Jl. Dr. Ratulangi (Jalan Poros Makassar-Maros). Memiliki beberapa kelebihan
yaitu berada di tengah Kecamatan Turukale dan memiliki luas lahan yang baik serta kondisi area yang tidak
terlalu bising sehingga alternatif tersebut cocok untuk perencanaan Rumah Sakit Ibu dan Anak.

Gambar 2. Kondisi Tapak


Sumber : Analisa Pribadi

2. Konsep Dasar dan Filosofi Bangunan


a. Konsep Dasar
Bangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagaimana fungsinya memberikan pelayanan utama yaitu
pelayanan kesehatan khusus bagi ibu dan anak. Dengan menyesuaikan kebutuhan pelaku aktivitas yang bersifat
dinamis. Dengan mempertimbangkan pengguna khususnya bagi Ibu dan Anak, karena itu pada perancangan
bangunan diharapkan dapat memberikan kesan santai, semi formal dan modern.
Sebagai bangunan yang berfungsi sebagai pelayanan kesehatan, pemaanfaatan energi dari alam merupakan
salah satu pertimbangan memaksimalkan iklim tropis sebagai salah satu alternatif dalam merancang Rumah
Sakit Ibu dan Anak. Dengan menggabungkan desain modern dengan unsur hemat energi dapat menambahkan
kesan natural pada bangunan. Konsep tersebut akan diterapkan pada bentuk serta penempatan instalasi ruangan
pada Rumah Sakit Ibu dan Anak.
Pemilihan warna untuk elemen-elemen ruang sangat berpengaruh untuk pembentukan suasana ruang,
terutama untuk membangkitkan emosional atau psikologis pemakai. Wama dapat dibedakan melalui rasa panas
dan dingin. Warna panas memberi kesan gerah, riang dan bergejolak. Warna dingin kesan tenang, lembut dan
sejuk. Warna pada Rumah Sakit Ibu dan Anak menggunakan warna yang dapat menimbulkan suasana tenang,
sejuk dan santai. Yaitu perpaduan antara warna panas dan dingin. Oleh sebab itu maka pada eksterior dipilih
warna hijau tosca dan putih yang memberikan kesan tenang, lembut, dan sejuk.

b. Filosofi Bentuk Bangunan Kupu-Kupu


Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagai pelayanan utama kesehatan khusus bagi ibu dan anak, meliputi ibu pada
masalah reproduksi dan anak berumur sampai dengan 18 tahun. Dengan menghubungkan QS. Al-Mu’minun
ayat 12-14 yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia secara runtut dengan proses kupu-kupu dalam

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 6


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

bermetamorfosis, akhirnya melahirkan sebuah konsep bentuk bangunan kupu-kupu yang merepresentasikan
proses penciptaan manusia.

Gambar 3. Filosofi Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi

Transformasi filosofi pada bentuk denah bangunan terinspirasi dari metamorphosis Kupu-kupu yang
merepresentasikan proses penciptaan manusia dan merupakan salah satu simbol hewan yang berada di Kab.
Maros.

Gambar 4. Transformasi Fasad


Sumber : Analisa Pribadi

Transformasi bentuk fasad sisi bangunan terinspirasi dari air terjun di Kab. Maros, tepatnya di Balai Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung. Dengan memberikan perpaduan warna antara hijau toska dan putih yang
memberikan kesan tenang, lembut dan sejuk seperti halnya sifat pada air terjun.

Gambar 5. Transformasi Fasad


Sumber : Analisa Pribadi

Transformasi bentuk fasad depan bangunan terinspirasi dari denyut jantung pada monitor EKG.Alat yang
mengukur dan merekam aktivitas listrik pada jantung. Bentuk tersebut merupakan salah satu simbol yang
berhubungan dalam medis.

3. Sistem Utilitas Rumah Sakit Ibu dan Anak


Perencanaan bangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Maros, dalam hal ini pada perencanaan
sistem utilitas berpedoman pada aturan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit oleh Kementrian
Kesehatan.
a. Sistem Proteksi Kebakaran
Perancangan pada bangunan RSIA menggunakan sistem proteksi aktif, dimana peralatan deteksi dan
pemadam yang dipasang tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk
mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit. Dan pada aplikasi bangunan maka
digunakan: Hidran, Apar, Smoke & Heat Detector serta Sprinkler.
Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 7
Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

b. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi dalam RS dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan
internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar, pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat
lainnya. Termasuk antara lain: sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation, dan system
panggil perawat.
c. Sistem Sanitasi Air Bersih
1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan
sistem distribusinya
2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang
memenuhi persyaratan Kesehatan
3) Air bersih yang akan digunakan untuk cuci tangan di scrub station harus di filter dengan menggunakan
3 jenis filter: prefilter, medium filter, dan micro filter.

Gambar 6. Skematik Air Bersih RSIA


Sumber : Analisa Pribadi

d. Sistem Pembuangan Limbah


1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
fasilitas penampungan dan jenisnya
2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan
kotoran dan sampah pada bangunan ruang operasi.
3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau
pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.

Gambar 7. Skematik Pembuangan Limbah RSIA


Sumber : Analisa Pribadi

e. Sistem Sanitasi Air Kotor

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 8


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

1) Instalasi pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya
2) Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk system pengolahan
dan pembuangannya. Air kotor dan/atau air limbah yang berasal dari buangan kamar bedah dan dibuang
melalui slope sink atau service sink, diproses terlebih dahulu sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan
air limbah
3) Air kotor berasal dari toilet, dapat langsung di salurkan ke instalasi pengolahan air limbah

Gambar 8. Skematik Limbah Medis RSIA

Sumber : Analisa Pribadi


Gambar 9. Skematik Disposal Padat & Cair RSIA
Sumber : Analisa Pribadi
f. Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati, dipelihara, tidak
membahayakan, tidakmengganggu dan tidak merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain.

Gambar 10. Skematik Kelistrikan RSIA


Sumber : Analisa Pribadi

g. Sistem Keamanan
Sistem Proteksi/ Keamanan dalam RSIA dimaksudkan adalah penyediaan system yang melengkapi
kemanan pada bangunan RSIA agar dapat memberikan rasa aman serta nyaman dalam beraktivitas. Sistem
Proteksi/ Keamanan yang dimaksud pada bangunan adalah: Sistem Proteksi Petir dan Sistem Keamanan
CCTV.
h. Sistem Pencahayaan
1) Orientasi bangunan ditempatkan antara lintasan matahari, dengan letak bangunan yang paling
menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat.
2) Pengaplikasian bukaan pada samping bangunan dan atas bangunan RSIA untuk memanfaatkan
pencahaayan alami dari sinar matahari langsung.

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 9


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

3) Untuk menghindari sinar matahari secara langsung atau berlebih, penempatan vegetasi dibeberapa
tempat serta menambahkan sunscreen/ sun shading pada bagian timur dan barat bangunan

Gambar 11. Skematik Kelistrikan RSIA


Sumber : Analisa Pribadi

4. Hasil Desain
a. Site Plan RSIA

Gambar 12. Site Plan


Sumber : Analisa Pribadi

Site plan menghadap antara lintasan matahari, dengan letak bangunan menghadap ke arah timur dan
bagian belakang menghadap barat. Site plan langsung menghadap kearah jalan utama yakni jalan Dr
Ratulangi. Luas site pada RSIA kurang lebih 21.666 m2. Sedangkan untuk peletakan Entrance menuju ke
tapak di bagi menjadi 3 yakni:
1) Service Entrance yang merupakan alternative pencapain dari sirkulasi kegiatan servis, yaitu jalur khusus
bagi ambulance untuk masuk menuju bangunan ditempatkan terpisah dari tempat akses masuk lainnya,

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 10


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

agar akses menuju bangunan lancar. Service Entrance ditempatkan pada bagian selatan site, berdekatan
dengan Main Entrance
2) Main Entrance yang merupakan pencapain umum bagi pengguna dan pengunjung Rumah Sakit Ibu dan
Anak di tempatkan di samping Service Entrance. Ini bertujuan Main Entrance agar mudah dilihat dan
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas
3) Side Entrance merupakan pencapain bagi pengguna dan pengunjung bangunan sebagai jalan keluar
tapak, ditempatkan pada bagian utara site, agar sirulasi menjadi lebih fokus dan lancar

b. Denah RSIA
Denah bangunan utama Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Maros di bagi menjadi 4 lantai dan
bangunan penunjang di luar bangunan utama yaitu instalasi pemulasaraan jenazah, bengkel mekanikal &
elektrikal, pos satpam serta masjid.

Gambar 13. Denah Lantai 1


Sumber : Analisa Pribadi

Lantai 1 terdiri dari area pelayan medik, penunjang operasional dan area penunjang. Area pelayanan
medik terdiri dari Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, serta Instalasi Kebidanan dan Penyakit
Kandungan. Sedangkan area penunjang dan operasional yakni Instalasi Farmasi, Instalasi Radiodiagnostik
dan Laboratorium. Terakhir area penunjang yakni Hall, Lobby, Mini Market, ATM Center, area bermain
anak, kantin/ cafe, ruang shaft, dan ruang elektrikal. Penempatan Instalasi seperti Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Kebidanan, Instalasi Farmasi, Instalasi Radiodiagnostik dan
Laboratorium ditempatkan di lantai 1 agar mudah dikases dan saling berdekatan agar dapat memudahkan
baik pengelola, tenaga kesehatan dan pasien.

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 11


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Gambar 14. Denah Lantai 2


Sumber : Analisa Pribadi

Lantai 2 terdiri dari area pelayan medik, penunjang operasional, area penunjang serta Administrasi &
Manajemen. Area pelayanan medik terdiri dari Instalasi Perawatan Intensif (HCU) dan Instalasi Bedah
ditempatkan berdekatan dan terpisah dari area lain agar kedua instalasi tersebut steril dari perawatan lainnya
serta aktifitas pada ruang tersebut lancar dan mudah diakses. Selanjutnya area penunjang dan operasional
yakni Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD), Instalasi Gizi/ Dapur dan Laundri. Lalu area penunjang ruang shaft
dan ruang elektrikal sebagai ruang kontrol utilitas bangunan pada lantai 2. Dan terkahir area Administrasi
& Manajemen Penempatan Instalasi ditempatkan terpisah dari area yang banyak kegiatan dari pasien dan
pengunjung selain itu agar mudah diakses daei lantai 1 dan 3.

Gambar 15. Denah Lantai 3


Sumber : Analisa Pribadi
Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 12
Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Lantai 3 terdiri dari area pelayan medik dan area penunjang. Pada area pelayanan medik terdapat
Instalasi Rawat Inap (IRNA) yang ditempatkan di lantai 3 agar pasien lebih tenang dan nyaman baik dari
kebisingan serta polusi udara. Selain itu posisi bukaan pada ruangan dapat dimaksimalkan agar
pencahayaan dan penghawaan alami dapat membantu proses pemulihan pasien. Selanjutnya area penunjang
ruang shaft dan ruang elektrikal sebagai ruang kontrol utilitas bangunan pada lantai 3. Dan tidak lupa juga
pada lantai 3 penambahan fasilitas ruang terbuka yakni roof garden sebagi tempat santai baik untuk
pengelola, tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung.

Gambar 16. Denah Lantai 4


Sumber : Analisa Pribadi

Lantai 4 terdiri dari area penunjang yang terdiri dari ruang shaft dan ruang elektrikal sebagai ruang
kontrol utilitas bangunan pada lantai 3 serta ruang Roof Tank. Penempatan Roof Tank di lantai 4 agar mudah
dalam perawatan dan hanya dapat diakses oleh pengelola.

c. Tampak RSIA

Gambar 17. Tampak Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kabupaten Maros
Sumber : Analisa Pribadi

Fasad bangunan di buat santai, semi formal dan modern dengan menambahkan elemen-elemen garis
vertikal, horizontal serta lengkungan. Pemilihan warna pada eksterior dipilih warna hijau tosca dan putih
yang memberikan kesan tenang, lembut, dan sejuk yang menimbulkan suasana tenang, sejuk dan santai.
Yaitu perpaduan antara warna panas dan dingin.

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 13


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Penambahan sun shading pada setiap sisi bangunan sebagai solusi mengatasi sinar matahari secara
langsung yang berlebih masuk kedalam bangunan. Desain sun shading terinspirasi dari air terjun yang
mengalir dari atas menuju kebawah.
Roof garden di lantai 3 bangunan sebagai ruang terbuka tempat santai dan istirahat bagi pengelola,
tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung. Dan pada lantai 4 di khususkan sebagai tempat Roof Tank dan
perawatan utilitas pada bangunan utama.
Berikut beberapa detail Eksterior pada bangunan utama RSIA saat pagi hari dan saat sore hari.

Gambar 18. Eksterior RSIA Kabupaten Maros (a) Perspektif Depan Bangunan Utama
(b) Perspektif Detail Sun Shading (c) Perspektif Instalasi Gawat Darurat
Sumber : Analisa Pribadi

d. Interior RSIA
Selain memperhatikan kenyamanan dan desain pada eksterior bangunan, memperhatikan interior
bangunan juga merupakan hal yang sangat penting dalam merancang sebuah RSIA. Dibawah ini terdapat
beberapa interior pada RSIA, salah satunya Hall dan tempat bermain anak, akses eskaltor menuju ke lantai
2 serta Kantin/ Café di lantai 1.
Tempat bermain anak dengan Hall terpisah dengan tempat perawatan dan ditempatkan di tengah
bangunan agar tidak mengganggu aktivitas perawatan pada lantai 1, tapi dapat dengan mudah di akses
karena berada di tengah bangunan. Begitupun dengan penempatan Kantin/ Café di belakang, agar tidak
mengganggu aktifitas perawatan dan dapat dengan mudah di akses.
Struktur atap yang pada gambar dibawah ini menggunakan space frame dan kaca khusus sky light.
Penggunaan material kaca pada atap bangunan sebagai sky light merupakan salah satu pertimbangan yang
bertujuan agar dapat mekasimalkan pencahayaan alami dari pagi hingga sore hari.

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 14


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Gambar 19. Interior RSIA Kabupaten Maros (a) Perspektif Tempat Bermain dan Hall
(b) Perspektif Hall (c) Perspektif Kantin/ Café
Sumber : Analisa Pribadi

e. Bangunan Penunjang RSIA


Bangunan penunjang pada RSIA di Kabupaten Maros yaitu Bengkel Mekanikal & Elektril, Instalasi
Pemulasaraan Jenazah, Masjid, Tempat Pembuangan Sampah dan Pos Satpam. Berikut gambar eksterior
bangunan penunjang sebagai berikut:

Gambar 20. Bangunan Penunjang RSIA Kabupaten Maros (a) Bengkel Mekanikal & Elektrikal
(b) Instalasi Pemulasaraan Jenazah (c) Masjid (d) Tempat Pembuangan Sampah (e) Pos Satpam
Sumber : Analisa Pribadi

KESIMPULAN
Usaha dalam menumbuh kembangkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Maros, berdasarkan Peraturan
Mentri dan Peraturan Daerah karena tidak di imbangi dengan jumlah pelayanan kesehatan dan terjadi
penurunan pada pelayanan kesehatan sehingga Kabupaten Maros perlu diupayakan perencanaan Rumah Sakit
Ibu dan Anak yang sesuai dengan standar agar pelayan kesehatan dapat terpenuhi.
Lokasi site pada bangunan RSIA di Kabupaten Maros berdasarkan salah satu pertimbangan yakni Perda
Kabupaten Maros menyangkut pemilihan lokasi kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional di
arahkan di pusat kegiatan PKN di Kecamatan Turikale. Tepatnya di Jl. Dr. Ratulangi (Jalan Poros Makassar-

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 15


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Maros). Dengan besaran luas lahan kurang lebih sebesar 21.666 m2 berdasarkan hasil analisa total luas
bangunan dan site.
Konsep dasar dalam mendesain RSIA yakni dengan menyesuaikan kebutuhan pelaku aktivitas yang bersifat
dinamis. Dengan mempertimbangkan pengguna khususnya bagi Ibu dan Anak, karena itu pada perancangan
bangunan diharapkan dapat memberikan kesan santai, semi formal dan modern. Selanjutnya konsep bentuk
bangunan berawal dengan menghubungkan QS. Al-Mu’minun ayat 12-14 yang menjelaskan tentang proses
penciptaan manusia secara runtut dengan proses kupu-kupu dalam bermetamorfosis, akhirnya melahirkan
sebuah konsep bentuk bangunan kupu-kupu yang merepresentasikan proses penciptaan manusia. Konsep
bentuk bangunan dipilih karena ingin menampilkan simbol, peran dan tujuan dari bangunan Rumah Sakit Ibu
dan Anak di Kabupaten Maros.
Total Luas bangunan pada RSIA di Kabupaten Maros kurang lebih 9.128.92 m2. Dengan jumlah 4 lantai
pada bangunan utama, dan pada bangunan penunjang di luar bangunan utama yaitu Bengkel Mekanikal &
Elektril, Instalasi Pemulasaraan Jenazah, Masjid, Tempat Pembuangan Sampah dan Pos Satpam.
Perencanaan RSIA dibutuhkan standar atau pedoman dalam merancang bangunan, salah satu acuan dalam
merancang adalah Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C yang dikeluarkan oleh Depkes
RI. Banyak poin-poin yang harus diperhatikan untuk mendapatkan kenyaman dan kemanan baik untuk
bangunan hingga pengguna.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wulandari. 2015. Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura Volume 3/ Nomor 2/
September 2015 Hal 79 Rumah Sakit Ibu dan Anak.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pelayaan di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
3. Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2001. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman dan
Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 .Jakarta: Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
4. Bupati Maros.2015.Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor: 16 Tahun 2012
Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita.Maros: Bupati Maros.

5. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Mentri Kesehatan
Republik Indonesia.
6. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros. 2019. Kabupaten Maros Dalam Angka 2019. Maros: Badan
Pusat Statistik Kabupaten Maros.
7. Bupati Maros.2012.Rencana Tata Ruang Wilyah Kabupaten Maros Tahun 2012-2032.Maros: Bupati
Maros

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 16


Husayn, Abd Azis Alimuddin, Andas Budy

Jurnal Mahasiswa Arsitektur UMI Tahun 2022 | 17

Anda mungkin juga menyukai