Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Penerapan teori Utilitarianisme Dalam bidang kesehatan...........................................3
2.2 Integrasi prinsip-prinsip Utilitarianisme dalam kebijakan kesehatan.........................4
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................6
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Para pengemban hukum di Indonesia, sering kali bertemu dengan kalimat, “Tujuan hukum
harus memenuhi tiga aspek, yaitu Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan”. Aspek aspek
tersebut, sering dianggap sebagai tujuan-tujuan hakiki yang harus ada di dalam suatu produk
hukum yang akan berlaku di masyarakat. Para pengemban hukum praktis maupun para
pengemban hukum teoretis berlomba-lomba untuk menciptakan produk produk hukum yang
memenuhi ketiga aspek tersebut. Salah satu teori hukum yang dapat relevan dengan dunia
kesehatan adalah teori "Utilitarianism". Utilitarianisme adalah teori etika yang menekankan
bahwa tindakan yang paling baik adalah tindakan yang menghasilkan hasil atau konsekuensi
yang memberikan manfaat maksimal bagi sebanyak mungkin orang. Teori utilitarianisme
yang digagas oleh Jeremy Bentham (juga John Stuart Mill dan Rudolf von Jhering) adalah
bentuk reaksi terhadap konsepsi hukum alam pada abad ke delapan belas dan sembilan belas.
Bentham mengecam konsepsi hukum alam, karena menganggap bahwa hukum alam tidak
kabur dan tidak tetap. Bentham mengetengahkan gerakan periodikal dari yang abstrak,
idealis, dan apriori sampai kepada yang konkret, materialis, dan mendasar.
Dalam konteks hukum kesehatan, prinsip utilitarianisme dapat diartikan sebagai
pengambilan keputusan hukum yang bertujuan untuk mencapai manfaat maksimal bagi
kesejahteraan masyarakat atau individu. Misalnya, dalam merancang peraturan atau
kebijakan kesehatan, tujuan utamanya dapat difokuskan pada meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan sebanyak mungkin individu. Teori Utilitarianisme merupakan suatu pendekatan
etika dan hukum yang mengedepankan ide bahwa tindakan yang paling baik adalah tindakan
yang menghasilkan hasil atau konsekuensi yang memberikan manfaat maksimal bagi
sebanyak mungkin orang. Dalam dunia kesehatan, penerapan teori Utilitarianisme dapat
memberikan dasar yang kuat untuk merancang kebijakan kesehatan yang berfokus pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penerapan Utilitarianisme dalam konteks hukum
kesehatan dapat dimulai dengan mengidentifikasi tujuan utama, yaitu mencapai manfaat
maksimal bagi kesejahteraan individu dan masyarakat. Kebijakan kesehatan yang
berdasarkan prinsip ini akan cenderung memprioritaskan upaya pencegahan penyakit,
peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, dan perlindungan hak-hak pasien.
2

Salah satu contoh penerapan teori ini adalah dalam pengembangan kebijakan
vaksinasi. Dalam merancang aturan terkait vaksinasi, hukum kesehatan dapat
mempertimbangkan dampak positif secara menyeluruh, yaitu menciptakan kekebalan
komunitas dan mengurangi penyebaran penyakit menular. Dengan memfokuskan pada
manfaat kolektif, pengambilan keputusan dapat didasarkan pada pertimbangan mengenai
dampak vaksinasi terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Namun, penerapan
Utilitarianisme tidak selalu tanpa kontroversi. Beberapa kritik mungkin timbul terkait dengan
risiko mengesampingkan hak-hak individu atau kelompok tertentu demi manfaat mayoritas.
Oleh karena itu, dalam penerapan teori ini, perlu ditemukan keseimbangan yang tepat antara
mencapai manfaat maksimal dan melindungi hak-hak individu. Penting untuk
mempertimbangkan bahwa kebijakan kesehatan yang didasarkan pada Utilitarianisme juga
harus memperhitungkan nilai-nilai etika yang mendasari hak asasi manusia. Perlindungan
terhadap hak-hak individu, keadilan, dan kesetaraan juga harus menjadi bagian integral dari
kebijakan tersebut..

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana penerapan teori Utilitarianisme dapat memengaruhi pembentukan
kebijakan kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Utilitarianisme dapat diintegrasikan dalam kebijakan
kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan pasien dan memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Penelitian dapat mengevaluasi bagaimana teori Utilitarianisme dapat digunakan untuk
merancang kebijakan yang menciptakan akses yang lebih adil dan merata terhadap
sumber daya kesehatan.
2. Mengetahui penerapan teori Utilitarianisme dapat memengaruhi proses pembentukan
kebijakan kesehatan, dengan memfokuskan perhatian pada pencapaian manfaat
maksimal bagi masyarakat
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Penerapan teori Utilitarianisme Dalam bidang kesehatan


Penerapan teori Utilitarianisme dalam bidang kesehatan menjadi suatu pendekatan etis dan
hukum yang memberikan fokus pada pencapaian manfaat maksimal bagi kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Teori ini mengutamakan tindakan yang dapat memberikan
kebahagiaan atau kesejahteraan yang paling besar bagi sebanyak mungkin individu. Dalam
konteks kesehatan, penerapan teori ini membuka ruang untuk merancang kebijakan dan
mengambil keputusan yang memberikan dampak positif terbesar pada kesehatan masyarakat.
Salah satu aspek kesehatan yang mencerminkan penerapan teori Utilitarianisme adalah
kebijakan vaksinasi. Dalam situasi di mana vaksinasi dapat mencegah penyebaran penyakit
menular dan melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan, pendekatan utilitarian
mengarah pada keputusan untuk memberikan vaksin kepada sebanyak mungkin individu. Hal
ini tidak hanya melibatkan pertimbangan terhadap keuntungan individu yang divaksinasi
tetapi juga dampak positifnya pada kekebalan kelompok atau kekebalan komunitas.
Penerapan teori Utilitarianisme dalam vaksinasi melibatkan pemikiran mengenai
manfaat kolektif dan upaya mencegah penyebaran penyakit yang dapat membahayakan
banyak orang. Keputusan untuk mendukung vaksinasi secara luas didasarkan pada keyakinan
bahwa manfaat kesehatan masyarakat yang dihasilkan oleh kekebalan komunitas jauh lebih
besar daripada potensi risiko atau ketidaknyamanan yang mungkin dialami oleh individu
yang divaksinasi. Namun, dalam konteks ini, juga perlu mempertimbangkan hak-hak
individu, termasuk hak untuk menolak vaksinasi berdasarkan kepercayaan agama atau
kebebasan pribadi. Penerapan teori Utilitarianisme dapat menimbulkan pertanyaan etis
tentang sejauh mana bolehnya mengorbankan hak individu demi keuntungan kolektif. Oleh
karena itu, dalam merancang kebijakan vaksinasi, perlu dicari keseimbangan yang tepat
antara mencapai manfaat maksimal dan menghormati hak-hak individu.
Selain itu, dalam aspek lain dari sistem kesehatan, teori Utilitarianisme dapat
merambah pada kebijakan distribusi sumber daya kesehatan. Keputusan terkait alokasi
anggaran, peralatan medis, atau tenaga medis dapat diarahkan pada aspek yang memberikan
manfaat kesehatan paling besar bagi sebanyak mungkin orang. Pemilihan prioritas yang
didasarkan pada tingkat efektivitas dan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat akan
mendukung penerapan prinsip Utilitarianisme. Dalam konteks dunia kesehatan, penerapan
4

teori Utilitarianisme memberikan landasan yang kokoh untuk merancang kebijakan yang
berfokus pada pencapaian manfaat maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. Namun, perlu
diingat bahwa penerapan teori ini juga harus selalu mempertimbangkan nilai-nilai etika dan
hak-hak individu untuk menciptakan kebijakan yang seimbang dan adil. Dengan
keseimbangan yang tepat, penerapan teori Utilitarianisme dapat menjadi alat yang efektif
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

2.2 Integrasi prinsip-prinsip Utilitarianisme dalam kebijakan kesehatan


Integrasi prinsip-prinsip Utilitarianisme dalam kebijakan kesehatan menjadi suatu langkah
yang strategis dalam mencapai manfaat maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam
konteks ini, pencegahan penyakit menjadi salah satu fokus utama, di mana upaya vaksinasi,
edukasi kesehatan, dan promosi gaya hidup sehat diarahkan untuk memberikan dampak
positif yang besar pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Keputusan distribusi
sumber daya kesehatan juga dapat diambil dengan mengutamakan alokasi pada bidang-
bidang yang memberikan manfaat paling besar bagi sebanyak mungkin individu. Pemilihan
prioritas didasarkan pada efektivitas dan kebutuhan yang mendesak, sehingga sumber daya
kesehatan digunakan secara optimal.
Adapun akses pelayanan kesehatan yang merata dan adil adalah prinsip
Utilitarianisme yang dapat diimplementasikan. Dengan memastikan bahwa layanan kesehatan
tersedia untuk sebanyak mungkin individu, kebijakan ini memberikan manfaat langsung pada
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Selain itu, penerapan prinsip ini dapat
mencakup peningkatan aksesibilitas layanan kesehatan mental, yang seringkali menjadi aspek
terabaikan namun memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan psikologis masyarakat.
Dalam melibatkan prinsip Utilitarianisme dalam kebijakan kesehatan, keputusan juga harus
mempertimbangkan penelitian dan inovasi. Investasi dalam penelitian yang berpotensi
memberikan solusi efektif dan terjangkau dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi
kesehatan masyarakat. Selain itu, kebijakan harus memasukkan aspek etika, terutama dalam
keputusan hidup mati dan situasi pelayanan kesehatan yang melibatkan pertimbangan etis
tertentu. Prinsip Utilitarianisme dapat membimbing kebijakan yang menghormati hak-hak
individu sambil tetap berfokus pada manfaat maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. Tidak
kalah pentingnya adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Integrasi prinsip Utilitarianisme dapat diterjemahkan dalam kebijakan yang memastikan
5

partisipasi aktif masyarakat, memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan


kebutuhan dan aspirasi sebanyak mungkin individu. Dengan demikian, kebijakan yang
dihasilkan tidak hanya mencapai manfaat kesejahteraan maksimal, tetapi juga
memperhitungkan keberagaman nilai dan kepentingan masyarakat.
6

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Utilitarianisme dalam kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang bermanfaat
untuk mencapai kesejahteraan maksimal bagi masyarakat. Fokus pada pencegahan penyakit,
distribusi sumber daya kesehatan, akses pelayanan kesehatan, penelitian, inovasi, dan
keterlibatan masyarakat membentuk dasar kebijakan yang dapat memberikan dampak positif
yang signifikan. Dalam konteks ini, prinsip Utilitarianisme memberikan landasan yang kokoh
untuk memprioritaskan kebijakan yang memberikan manfaat maksimal bagi sebanyak
mungkin individu. Namun, dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip Utilitarianisme,
penting untuk menjaga keseimbangan dengan memperhitungkan nilai-nilai etika universal
dan hak-hak individu. Aspek-aspek ini harus diintegrasikan dalam setiap tahap perencanaan
kebijakan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tetap adil dan menghormati
martabat manusia. Dengan demikian, integrasi Utilitarianisme tidak hanya menciptakan
kebijakan yang efektif secara kesehatan, tetapi juga menciptakan lingkungan yang etis dan
responsif terhadap kebutuhan serta keberagaman masyarakat. Dalam menyimpulkan,
kebijakan kesehatan yang berorientasi Utilitarianisme dapat memberikan fondasi yang kuat
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan fokus pada manfaat kolektif,
distribusi sumber daya yang bijaksana, dan melibatkan masyarakat dalam pengambilan
keputusan, kita dapat mengharapkan sistem kesehatan yang efisien, adil, dan berkelanjutan.
Penting bagi pembuat kebijakan untuk terus memantau dan mengevaluasi dampak kebijakan
tersebut serta selalu berupaya menjaga keseimbangan antara manfaat kolektif dan hak-hak
individu dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
7

DAFTAR PUSTAKA

Coughlin S. Steven, Beauchamp L. Tom. 1996. Ethics and Epidemiology.: New York :
Oxford Universty Press.
Hanafiah M Jusuf, Amri amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Kleinbaum, David, dkk. 1982. Epidemiologic Research. United states of America: Lifetime
Learning Publications.
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pasolong Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Usman Husain, Akbar Purnomo Setiady. 2000. Metodologi Penelitian sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sumarni, Murti. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV Andi OFFSET..
Swarjana Ketut. 2013. Metodologi Peelitian Kesehatan. CV Andi OFFSET : Yogyakarta.
WHO. 1992. Health Research Methodology. WHO : Manila.

Anda mungkin juga menyukai