Laporan Obserbvasi Tunasusila KLP 2
Laporan Obserbvasi Tunasusila KLP 2
PENDAHULUAN
Masalah tuna susila tumbuh berkembang seiring dengan lajunya
pembangunan dan pekembangan yang semakin pesat. Perkembangan masalah tuna
susila berkaitan erat dengan keadaan demografi, dimana adanya masalah kepadatan
penduduk dengan laju pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak merata,
struktur usia yang tidak seimbang, kesempatan kerja yang terbatas, lowongan
pekerjaan yang sedikit dan kualitas manusia yang kurang memadai merupakan
tantangan yang harus mereka dihadapi di jaman yang semakin berkembang seperti
saat ini.
Adanya Wanita Tuna Susila ditengah masyarakat dianggap sebagai
permasalahan sosial dan sangat mengganggu masyarakat disekitarnya. Hal ini
karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tercela dan dilarang oleh
agama maupun norma-norma masyarakat luas yang mana perbuatan tersebut adalah
dosa besar.
Salah satunya adalah mereka yang bekerja sebagai Wanita Tuna Susila
(WTS), WTS atau PSK (Pekerja Seks Komersial) adalah salah satu bentuk perilaku
yang menyimpang di kalangan masyarakat yaitu perilaku yang tidak bisa
menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat. Masalah wanita tuna susila pada dasarnya merupakan bentuk
pelanggaran atau penyimpangan baik dalam norma keluarga, norma sosial, maupun
norma agama.
Dampak masalah ini banyak berkaitan dengan masalah-masalah keluarga,
kriminalitas, pendidikan, kesehatan utamanya penyakit kelamin. Sebagai bentuk
penyimpangan norma keluarga, maka para wanita tuna susila dipandang tidak
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
keterampilan yang dapat mereka kembangkan tapi mereka lebih pesimis dan
menganggap keterampilannya itu hanya keinginan sesaat dalam artian mereka ragu.
Oleh sebab itu Wanita Tuna Susila atau Pekerja Seks Komersial ini selalu
menjadi pro dan kontra dan termasuk masalah sosial yang memang susah untuk di
selesaikan karena tidak adanya jaminan untuk para Wanita Tuna Susila ini
mendapatkan pekerjaan yang layak dan pekerjaan yang pas sesuai dengan
keterampilan dan latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Dan tidak banyak
pula masyarakat dapat menerima mereka di lingkungannya, tentunya mereka harus
berpura-pura dan menahan diri apabila banyak masyarakat yang mencemooh atau
membicarakan tentang pekerjaan mereka itu.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Lembaga
Pusat pelayanan karya Wanita (PPSKW) adalah pusat Rehabilitasi Sosial
Wanita Tuna Susila yang memiliki tugas memberikan pelayanan Rehabilitasi sosial
yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, membantu memperbaiki sikap dan
tingkah laku, melalui pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan
berkelajutan bagi Tuna Susila agar mampu aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Upaya pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada penyandang
masalah sosial tuna susila di Provinsi Sulawesi Selatan diawali melalui proyek
penyantunan dan pembinaan tuna susila pada tahun 1979/1980 oleh Kantor Wilayah
Departemen Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dengan sistem panti yang berlokasi
pada Wisma Kare di Ujung Pandang. Keberhasilan dari sistem tersebut, pada tahun
1980/1981 melalui proyek penyantunan Tuna Susila (PTS) Mattiro Deceng, yang
peresmiannya pada tanggal 25 Agustus 1983 oleh Mensos RI (Ny. Nani
Soedarsono, SH) sejak berdirinya Panti ini telah beberapakali mengalami
pergantian, pada tanggal 24 April 1994 kembali berganti Nama “Panti Sosial Karya
Wanita” (PSKW) Mattiro Deceng. Saat ini bernama Unit pelaksana Teknis (UPT)
Pusat Pelayanan Karya Wanita (PPSKW) Mattirodeceng Dinas Sosial Provinsi
Sulawesi Selatan.
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
B. Tunasusila
Menurut Koentjoro dalam Hasneli (2015: 49) Secara legal pemerintah
Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial No. 23/HUK/96 yang
menyebut pelacur dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS). Penggunaan istilah
tersebut merupakan upaya pemerintah untuk memperhalus istilah pelacuran. Wanita
tuna susila dianggap memiliki etika dan perilaku yang cenderung menyimpang atau
dapat dikatakan perilaku yang bukan menjadi kebiasaan masyarakat pada
umumnya. Hal ini dikarenakan mereka tinggal di lingkungan sosial yang berbeda
sehingga sikap, perilaku, dan kehadiran mereka kurang diterima oleh masyarakat.
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
Tuna susila dapat diartikan sebagai salah tingkah, tidak susila atau tidak
berhasil menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila (Kartono, 2005: 207).
Wanita tuna susila dianggap sebagai salah satu masalah sosial dan merupakan suatu
perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang ini dilarang karena bertentangan
dengan norma agama, sosial dan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Wanita tuna susila juga memberikan dampak yang berkaitan dengan masalah
keluarga, pendidikan serta kesehatan yang menyangkut penyakit kelamin karena
berhubungan dengan banyak laki-laki yang dikhawatirkan dapat menyebar
dikehidupan masyarakat. Wanita tuna susila sering kali dipandang rendah oleh
masyarakat, dijauhi bahkan dijadikan bahan olokan atau ejekan di lingkungan
tempat mereka tinggal.
Menurut Koentjoro (2004: 53) ada beberapa faktor yang menyebabkan
perempuan menjadi pelacur atau sebagai wanita tuna susila diantaranya adanya
keinginan untuk memperoleh status sosial, kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan
juga rendahnya pendapatan keluarga. Berdasarkan dari berbagai alasan yang ada,
menjadi seorang wanita tuna susila dengan melacurkan diri bukanlah pilihan yang
berdasarkan keinginan, namun dikarenakan berbagai paksaan yang kemudian
mengharuskan mereka melakukan hal tersebut.
C. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi Sosial Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 mengenai
Kesejahteraan Sosial diatur mengenai rehabilitasi sosial sebagai penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, adapun pengertian dari rehabilitasi sosial menurut Undang-
Undang No. 11 Tahun 2009: “Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan
dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Rehabilitasi sosial yang dimaksud dapat dilaksanakan secara persuasif,
motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.”
Rehabilitasi sosial merupakan suatu upaya untuk mengembalikan atau
memperbaiki keadaan dan keberfungsian sosial seseorang. Adapun definisi
rehabilitasi sosial menurut Supiadi (dalam Maryami, dkk: 2015): “Rehabilitasi
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
PEMBAHASAN
1. Waktu dan Tempat Observasi
Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat 1 Desember 2023 bertempat di
Ppskw Mattirodecceng Makassar.
2. Responden 1
Nama Lindah
Asal Takalar
Usia 29
Pendidikan Terakhir SMP
Dirazia pertama kalinya oleh petugas ketika sedang berada disalah satu
hotel di Makassar kemudian langsung diamankan oleh pihak berwenang. Lindah
melalui beberapa proses pemeriksaan, hingga akhirnya kini terdaftar sebagai
penerima manfaat untuk direhabilitasi di Dinas Sosial PPSKW Mattiro Deceng
sejak 9 september 2023 lalu.
Lindah mengaku menjalankan ini (PSK) sebagai sumber untuk
menghasilkan uang, dijalani sudah 5 bulan lamanya, dimana transaksi dilakukan
melalui metode online dan offline. Seringnya menggunakan aplikasi hijau (mi-chat)
untuk mendapatkan pelanggan, namun terkadang kesepakatan terjalin antara
Lindah dan pelanggan ketika sedang bertemu langsung di salah satu cafe yang ada
di Makassar.
a. Latar Belakang Keluarga
Lindah adalah anak pertama dari 2 bersaudara, Ayah dan Ibunya merupakan
penjual bakso. Ibunya meninggal Ketika Lindah masih duduk dibangku kelas 3 SD.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dan sejak saat itu Lindah dan
ayahnya menjadi sangat jarang bertemu. Sejak kematian ibunya, Lindah tinggal
bersama tantenya yang merupakan seorang perawan tua. Seluruh keperluan Lindah
ditanggung oleh tantenya, hingga ia bisa menyelesaikan pendidikannya sampai
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
SMP. Lindah mengaku berhenti sekolah karena ingin bekerja untuk membantu
perekonomian keluarganya. Pada tahun 2012 silam Lindah menikah dan dikaruniai
3 orang anak. Suaminya bekerja disalah satu pabrik semen yang ada di pangkep,
dan saat itu Lindah menjadi ibu Rumah Tangga yang nyambi bekerja di kebun
jagung tetangga untuk mengisi waktu luang dengan niat membantu menambah
penghasilan untuk keperluan rumah- tangganya. Pada tahun 2018 suami Lindah
meninggal karena kecelakaan kerja. Sejak kematian suaminya, Lindah belum
Kembali berkeluarga lagi hingga kini.
b. Riwayat Pekerjaan
Ada banyak pekerjaan yang pernah diambil sebelumnya oleh Lindah,
pekerjaan pertamanya setelah putus sekolah saat itu adalah kerja di pabrik roti, ia
juga pernah menjadi karyawan toko, jadi asisten rumah tangga, dan pernah juga
merantau ke Jakarta tahun 2020 untuk kerja sebagai baby sitter namun berhenti dan
kembali lagi ke Makassaar di awal tahun 2023. Saat kembali pulang dari tanah
rantau, Lindah menganggur dan saat itu mencari-cari info lowongan kerja ke
temannya dan ditawari lah menjadi ladies disalahsatu cafe di Makassar.
Di tempat kerjanya itu (cafe) juga menjadi tempat pertama kalinya Lindah
mendapat tawaran untuk menjadi PSK oleh salahsatu pelanggan yang ada di cafe
tersebut. Sejak saat itu, Lindah terjung ke dunia PSK ini. Ia bekerja sebagai ladies
cafe yang juga sekaligus sebagai PSK atau pengguna aplikasi hijau.
c. Faktor Penyebab Terjerumus
PM mengaku membutuhkan biaya untuk menghidupi ketiga anaknya, ia
memerlukan uang untuk membeli kebutuhan pokok keluarganya, dan ia juga butuh
untuk membayar utang-utang tante nya yang nominalnya cukup besar. Walaupun
pm mengaku tidak dituntut keharusan untuk membayar utang tersebut, namun ia
merasa punya kewajiban sebagai bentuk balas budinya kepada tante yang sudah
dianggapnya sebagai orangtua sendiri.
d. Informasi Lainnya
1. Lokasi transaksi: hotel-hotel di Makassar
2. Tarif: Rp. 800.000 - 1.000.000
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
13. Hasil upah digunakan untuk apa? ; Seluruh hasil upah tersebut digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan biaya sekolah anak-anaknya, serta
membayar utang tantenya.
14. Apakah pm pulang ke rumah dalam sebulan?; PM mengaku pulang
bertemu anak 2x seminggu untuk membawakan uang belanja yang dititip
kepada tantenya, namun terkadang juga tidak pulang hingga uang belanja
tersebut jika genting hanya diberikan melalui metode transfer
15. Titik terberat dalam hidup: kehilangan ibu dan kehilangan suami
16. Apakah ada rasa takut untuk memulai hubungan baru?; untuk saat ini pm
mengaku tidak ada keinginan untuk menikah lagi, tapi tidak juga berjanji
bahwa tidak menikah sampai pun kapan karena merasa bahwa omongan
manusia itu bisa berubah-ubah.
17. Keterampilan lain yang dimiliki: memasak, pm juga mengambil pelatihan
tata boga ditempat rehabilitasi ppskw ini.
3. Responden 2
Nama Ita
Asal Makassar
Usia 32
Pendidikan Terakhir -
Status Belum menikah
Tanggal Masuk 17 Agustus
Latar belakang ibu ita sebelumnya pernah bekerja dibali sebagai pelayan
restoran selama beberapa bulan. Kemudian, ibu ita memutuskan untuk pulang
kampung pada saat terjadi wabah penyakit (covid). Setelah beberapa bulan
dimakassar karena banyaknya pengeluaran dan pada saat itu pekrjaan susah untuk
didapatkan sehingga dia menghubungi temannya untuk menanyakan info lowongan
kerja dan disitulah dia ditawari pekerjaan yaitu sebagai psk. Tapi pekerjaan itu tanpa
sepengetahuan orang tuanya
1. Faktor penyebab : ekonomi
2. Metode yang digunakan : online (MICHAT)
LAPORAN OBSERVASI
TUNASUSILA UPT PPSKW MATTIRODECCENG
KELOMPOK II
KESIMPULAN
Kesimpulan:
wanita tuna susila adalah seseorang atau kelompok yang terlibat dalam pekerjaan
melacurkan diri, yang dikenal dengan sebutan pelacur, PSK, kupu-kupu malam, dan
sebagainya. Tidak semua wanita tuna susila ingin menjalankan pekerjaan sebagai
pelacur sepanjang hidupnya, dan banyak yang kembali hidup di lingkungan
masyarakat pada umumnya dan memilih menjalani pekerjaan lain. Adaptasi sosial
eks wanita tuna susila dilakukan dengan berbagai upaya, seperti merubah
penampilan, perilaku, ataupun sikap sesuai dengan norma-norma di masyarakat,
serta menjauhi pergaulan dan kebiasaan yang dilakukan dimasa lalu.
Saran:
1. Pengembangan Keahlian: Manfaatkan keahlian memasak sebagai modal
untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
2. Aspirasi Pribadi: Tetap pertahankan tekad untuk berubah dan berusaha
mencapai pekerjaan yang lebih baik