Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS PRAKLINIK 1

PEMASANGAN OKSIGEN TERHADAP TN. P DENGAN DIAGNOSA EFUSI


PLEURA DI RUANGAN KENANGA 6 RUMAH SAKIT SURYA INSASI

Disusun Oleh :

Devi Novita Sari : 2239048


Della Syamrotul Husnah : 2239017
Novrienti Sahrina : 2239054
Cinta Aulia Azzahra : 2239059
Dhea Yolanda : 2239031
Eka Maya Sari : 2239012
Siti Nurhaliza : 2239004

PRODI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI


BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
T.P 2024/2025

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Kasus dengan judul “PEMASANGAN OKSIGEN TERHADAP TN. P


DENGAN DIAGNOSA EFUSI PLEURA DI RUANGAN KENANGA 6
RUMAH
SAKIT SURYA INSASI ” telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat
untuk diseminarkan.

Pasir Pengaraian, 14 Februari 2024

Menyetujui,

CI Ruangan Penyakit Dalam

Ns. Miki Puspita. S. Kep

NRK : 2018110120089

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya ucapkan kehadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini guna untuk memenuhi tugas Pra Klinik 1 di Rumah Sakit
Surya Insani dengan kasus “Pemasangan Oksigen Terhadap Tn. P Dengan Diagnosa
Efusi Pleura Diruangan Kenanga 6 Rumah Sakit Surya Insani “
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga laporan ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, Kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat.

Pasir Pengaraian, Rabu 14 Februari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4

A. Definisi Efusi Pleura.............................................................................4


B. Klasifikasi Efusi Pleura..........................................................................5
C. Faktor Resiko.........................................................................................6
D. Etiologi...................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis..................................................................................6
F. Patofisiologi...........................................................................................7
G. Tindakan Keterampilan Dasar Kebidanan.............................................7
a. Definisi pemasangan pemasangan oksigen......................................7
b. Tujuan pemasangan oksigen............................................................8
c. Indikasi pemasangan oksigen...........................................................8
d. Kontraindikasi Pemasangan oksigen................................................9
e. Macam – macam pemasangan oksigen............................................9
f. Prosedur tindakan...........................................................................11

BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................14

A. Identifikasi Data Dasar.........................................................................14


B. Identifikasi Masalah/Diagnosa Aktual.................................................18
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.............................................18
D. Tindakan Segera/Kolaborasi................................................................18
E. Rencana Tindakan................................................................................18
F. Implementasi........................................................................................20

iv
G. Evaluasi................................................................................................20
H. SOAP....................................................................................................22

BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
A. Kesimpulan..........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bernapas merupakan salah satu kebutuhan dasar mahluk hidup untuk


mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam proses bernapas, sistem respirasi
manusia tidak terhindarkan oleh gangguan yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Gangguan sistem pernapasan pada manusia dapat terjadi pada saluran jalan napas
(airway) ataupun pada paru-paru sebagai organ utama sistem pernapasan.
Gangguan respirasi merupakan aspek vital dalam kesehatan manusia yang
memengaruhi kemampuan tubuh untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida secara efisien. Ketika terganggu, proses ini dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan serius. Dalam konteks ini, efusi pleura menjadi salah satu penyebab
umum gangguan respirasi, di mana cairan menumpuk di rongga pleura dan mengganggu
fungsi normal paru-paru.
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per 100.000
penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung dari etiologi
penyakit yang mendasarinya.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh
manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi.Salah
satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gasdan unsur
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsunganhidup seluruh sel-
sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan caramenghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Pemasangan Oksigen Terhadap Tn. P Dengan Diagnose Efusi Pleura
Diruangan Kenanga 6 Rumah Sakit Surya Insani “ Melalui laporan kasus ini, kita
akan menjelajahi asuhan kebidanan dalam pemasangan oksigen Terhadap Tn. P Dengan
Diagnose Efusi Pleura

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Dapat mengetahui defenisi efusi pleura
2. Dapat mengetahui Prosedur tindakan pemasangan oksigen sesuai SOP
3. Dapat mengetahui bagaimana tindakan keterampilan dasar pemasangan oksigen
pada Tn. P dengan diagnose efusi pleura

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemasangan oksigen sesuai SOP

2. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan proses dan asuhan


kebidanan KDPK pada pasien di RS Surya Insani

1.4 MANFAAT

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman penulis


khususnya dalam pelaksanaan pada pasien dengan diagnosa Efusi Pleura

2. Dapat digunakan sebagai masukan kepada perawat dan bidan mengenai


tingkat pengetahuan dalam memberikan asuhan yang tepat.
3. Memberikan pelayanan yang optimal bagi Pasien untuk medapatkan
kesehatan dan memberikan pengetahuan kepada keluarga Pasien mengenai
keluhan yang dialami

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah kondisi di mana cairan mengumpul di dalam rongga pleura
yang terletak antara permukaan parietal dan visceral. Meskipun efusi pleura dapat
terjadi sebagai suatu penyakit primer yang jarang, lebih sering terjadi sebagai akibat
dari penyakit lain (Brunner & Suddarth, 2001) Efusi pleura terjadi ketika cairan
mengumpul di dalam rongga pleura. Pada keadaan normal, cairan ini secara terus-
menerus diproduksi oleh kapiler yang melapisi pleura parietalis dan kemudian diserap
kembali oleh kapiler dan sistem limfatik yang melapisi permukaan paru-paru
(Anggarsari et al., 2018).

Pleura parietal merupakan sumber produksi cairan pleura, sedangkan cairan


tersebut direabsorbsi melalui sistem limfatik melewati stomata yang terdapat pada
pleura parietal. Pada tubuh yang sehat, rongga pleura biasanya mengandung sejumlah
kecil cairan sekitar 10-20 mL yang konsentrasi proteinnya kecil (D’Agustino & Edens,
2020) Efusi pleura merujuk pada kondisi di mana terjadi penumpukan cairan antara
pleura parietalis dan pleura viseralis. Jenis cairan yang terkumpul bisa berupa transudat
atau eksudat. Pada kondisi normal, volume cairan dalam rongga pleura hanya sekitar
10-20 ml.

Di negara berkembang, Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab utama efusi


pleura. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khan et al di Qatar dan Yovi di Pekanbaru
yang menyatakan penyebab efusi pleura terbanyak adalah TB paru yaitu sebesar 32,5%
dan 46,3%.1,2 Keakuratan penegakan diagnosis efusi pleura merupakan tantangan,
bahkan pasien yang telah dilakukan torakosintesis dan closed pleural biopsy, 25-40%
kasus tetap tidak terdiagnosis penyebabnya.

Penegakkan dini diagnosis dari pleuritis TB sangat penting untuk kondisi klinis
pasien yang lebih baik. Prognosis pasien lebih buruk jika pengobatan pasien ditunda
dalam jangka waktu lebih dari 2 minggu setelah kunjungan pertama ke rumah sakit.
Proses diagnostik memerlukan waktu yang lama merupakan penyebab utama penundaan
pemberian obat anti tuberkulosis (OAT).

4
Anatomi Efusi Pleura dan Pleura

Gambar 2.1 efusi Pleura


Sumber image.medicinehealth, 2021

Gambar 2.2 Anatomi Pleura


Sumber Sugeng Bambang, 2011

B. Klasifikasi Efusi Pleura

Menurut jenis cairan yang dihasilkan, efusi pleura di bagi menjadi dua, yaitu:

a. Efusi pleura transudat


Transudat adalah cairan yang didorong melalui kapiler karena tekanan tinggi
di dalam kapiler. Ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik
di dalam kapiler menyebabkan efusi transudat. Karakteristik transudate
adalah rendahnya konsentrasi protein (D’Agustino & Edens, 2020).
b. Efusi pleura eksudat
Eksudat adalah cairan yang bocor di sekitar sel-sel kapiler dan disebabkan
oleh peradangan. Perubahan faktor inflamasi lokal yang memicu akumulasi
cairan pleura merupakan efusi eksudatif. Karakteristik eksudat kandungan
protein lebih tinggi daripada transudate (D’Agustino & Edens, 2020).

5
c. Efusi pleura hemoragik
Cairan hemoragik (darah) dapat terjadi akibat adanya trauma dada, sehingga
darah terakumulasi pada rongga pleura (Umara A. F., et al., 2021)
C. Faktor Resik
Efusi pleura adalah gejala yang timbul akibat adanya penyakit lain. Oleh
karena itu, faktor risiko efusi pleura terkait dengan penyakit yang
mendasarinya. Umumnya efusi pleura umumnya menyerang orang dewasa
daripada anak-anak (Ketut & Brigitta, 2021).
D. Etiologi
Efusi pleura dapat terjadi karena berbagai kondisi, misalnya gangguan
dalam penyerapan kembali cairan pleura (akibat tumor) atau meningkatnya
produksi cairan pleura (disebabkan infeksi pada pleura).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2018), tanda dan gejala pada penyakit efusi pleura meliputi:
a. Ketika terjadi penumpukan cairan yang cukup banyak, akan
menyebabkan rasa sakit akibat gesekan di dalam pleura. Namun,
setelah cairan mencapai jumlah yang signifikan, rasa sakit biasanya
berkurang. Jika jumlah cairan sangat banyak, penderita mungkin
dapat terkena sesak napas.
b. Gejala yang muncul akibat penyakit yang menyebabkan efusi pleura
dapat
mencakup demam, menggigil, nyeri dada yang disebabkan oleh
pleuritis (pneumonia), demam yang tinggi (seperti pada infeksi
kokus), demam yang ringan (seperti pada tuberkulosis), keringat
berlebih, batuk, dan pernapasan yang cepat.
c. Apabila ada akumulasi cairan pleura yang berlebihan, dapat
menyebabkan deviasi trakea menjauh dari daerah yang terkena dan
beralih ke arah lain.
d. Pemeriksaan fisik pada posisi berbaring atau duduk cenderung
menghasilkan temuan yang berbeda karena pergerakan cairan.
e. Terdapat segitiga Garland, yakni area di atas garis Ellis-Damoiseau
yang ketika dipukul menghasilkan suara redup. Terdapat juga
segitiga Grocco-Rochfus, yaitu daerah di mana cairan menyebabkan
6
mediastinum bergeser ke sisi yang lain, dan saat didengarkan dengan
stetoskop, suara vesikuler terdengar melemah dengan adanya ronki.

f. P a d a awal dan akhir penyakit, dapat terdengar suara krepitasi


pada pleura.

F. Patofisiologi
Rongga pleura dibatasi oleh pleura parietal dan pleura viseral. Pada
keadaan normal, sejumlah kecil (0,01 ml/kg/jam) cairan secara konstan
memasuki rongga pleura dari kapiler di pleural parietal. Hampir semua cairan
ini dikeluarkan oleh limfatik pada pleural parietal yang mempunyai kapasitas
pengeluaran sedikitnya 0,2 ml/kg/jam. Cairan pleura terakumulasi saat
kecepatan pembentukan cairan pleura melebihi kecepatan absorbsinya
(Khairani, Syahruddin, &Partakusuma,2012).
Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah
cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidronasti pleura
parietalis. Akumulasi cairan pleura biasanya terjadi akibat peningkatan
pembentukan cairan pleura atau penurunan penyerapan cairan pleura, dapat
juga terjadi akibat gabungan dari keduanya. Peningkatan pembentukan cairan
pleura merupakan hasil peningkatan hidronasti (dapat terjadi pada gagal
jantung kongestif), penurunan tekanan osmotic koloid ( yang terjadi pada
sirosis, sindrom nefrotik), penekanan cairan oleh dinding diafragma ( yang
terjadi pada sirosis asites) atau pengurangan tekanan ruang pleura (pada
keadaan atelektesis paru) (Umara A. F., et al., 2021).

G. Tindakan Keterampilan Dasar Kebidanan


a. Definisi pemasangan pemasangan oksigen
Oksigen adalah salah satu bahan farmakologik, gas tak berwarna,
tak berbau, oksigenasi yaitu memasukkan zat asam (oksigen) ke dalam
paru-paru melalui saluran pernafasan menggunakan alat khusus.
(Maryunani, Anik. 2011)
Oksigenisasi adalah pemberian tambahan aliran gas oksigen lebih
dari 20% pada tekanan/Atm. Sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam darah padakondisi klien yang membutuhkan. Oksigenisasi adalah

7
pemasangan oksigen yangdiberikan pada pasien untuk mengatasi
masalah

8
pernapasan. Misalnya pada penderita Asma, Bronkopneumonia, pasien
tidak sadar, pasien penyakit jantung,dll. Oksigenasi adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) kedalam
tubuh serta menghembuskan karbon dioksida (CO2) sebagaihasil sisa
oksidasi.
Pemberian Oksigen adalah salah satu tindakan untuk
meningkatkantekanan parsial oksigen pada inspirasi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan nasal kanul, simple mask, RBM mask
dan NRBM mask

b. Tujuan pemasangan oksigen


a) Mempertahankan dan meningkatkan oksigen.
b) Mencegah atau mengatasi pasien:
 Pasien hipoksia
 esak nafas
 Cedera kepala
 Pasien kekurangan zat asam
 Pasien sianosis

c. Indikasi pemasangan oksigen


Untuk pasien yang sehat, target saturasi oksigen umumnya berada pada
95-100% . Pemberian oksigen diindikasikan pada saturasi di bawah level
normal. Saturasi dapat diukur dengan pulse oximetry. Namun, penggunaan
pulse oximetry memiliki banyak kekurangan, seperti pembacaan yang
kurang akurat pada pasien dengan anemia, keracunan sianida, atau
keracunan karbon monoksida. Pulse oximetry juga bukan merupakan
indikator perfusi yang memadai seperti pada kasus syok.
Indikasi pemasangan oksigen di antaranya :
1. hipoksemia atau penurunan oksigen dalam darah.
2. penyakit paru obstruktif kronik,
3. cystic fibrosis,
4. fibrosis paru,
5. dan sarkoidosis.

9
6. syok hemoragik,
7. sepsis,
8. trauma mayor,
9. henti jantung.
10. anafilaksis,
11. keracunan karbon monoksida,
12. keracunan sianida,
13. dan transfusion-related acut lung injury (TRALI).
14. asthma,
15. bronkitis,
16. gagal jantung akut,
17. emboli paru

d. Kontraindikasi Pemasangan oksigen


Kontraindikasi terapi oksigen adalah pemberian pada pasien yang tidak
berisiko atau mengalami hipoksemia atau hipoksia jaringan. Pemberian
berlebihan dari oksigen berpotensi menyebabkan harm pada pasien, yaitu
menyebabkan toksisitas oksigen yang dapat mengancam nyawa. Peringatan
diperlukan dalam penggunaan terapi oksigen karena oksigen merupakan
bahan yang mudah terbakar, sehingga penyimpanan dan penggunaannya
harus menjamin keamanan pasien dan petugas kesehatan.

e. Macam – macam pemasangan oksigen


 Pemberian dengan masker oksigen
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan nonrebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali.
Bentuk-bentuk masker:

10
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen
40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.

Gambar 2.3 simple face mask


Sumber Sentral Alkes, 2019

b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen


60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki
kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun
ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir,
ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask.

Gambar 2.4 Simple Face Mask


Sumber Sentral Alkes, 2019

 Pemberian Terapi Oksigen Via Nasal Kanul


Pemberian terapi okesigen dengan menggunakan nasal kanul adalah
11
pemberian oksigen kepada klien yang memerlukan oksigen ekstra
dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik kedalam
lubang hidung dan mengaitkannya di belakang telinga.

Gambar 2.5 simple face mask


Sumber Sentral Alkes, 2019

 Pemberian Terapi Oksigen Face Mask


Pemberian terapi oksigen dengan mengguankan face mask adalah
pemberian oksigen kepada pasien dengan menggunakan masker
yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut
klien. Masker tersebut umumnya bewarna bening dan mempunyai
tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien.
 Pemberian Terapi Oksigen dengan Face Tent
Pemberian terapi oksigen dengan menggunakan face tent adalah
pemberian oksigen kepada klien yang tidak bias toleransi terhadap
pemakain face mask. Besarnya konsentrasi oksigen yang bisa
disupali dengan menggunakan alat ini sangat bervariasi sehingga
sering dihungkan dengan system venturi, misalnya dengan aliran
oksigen sebesar 4-8 liter/menit, maka pasien akan mendapatkan
konsentrasi oksigen sebesar 30-50%.

Gambar 2.6 Pasien dengan face tent Gambar 2.7 Non rebreathing mask
Sumber Sentral Alkes,2019 Sumber Sentral Alkes,2019
12
f. Prosedur Tindakan
A. Persiapan Alat
1. Tabung Oksigen dengan/flow meter
2. Humidivier menggunakan cairan steril, airdistilisasi atau air kran
yang dimasak sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit.
3. Kanula nasal dan selang
4. Plaster

B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan diberikan
2. Posisi yang aman dan nyaman Persiapan mahasiswa
3. Melakukan tindakan dengan sistematis
4. Komunikatif dengan klien
5. Percaya diri

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan klarifikasi intruksi terapi
2. Siapkan pasien dan keluarga
a. Bantu pasien memperoleh posisi semi-flower jika
memungkinkan. Posisi ini memudahkan ekspansi dada
sehingga pasien lebih mudah bernapas.
b. Jelaskan bahwa oksigen akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispnea dan tidak menimbulkan
bahaya jika petunjuk keamanan diperhatikan. Informasikan
kepada pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan
yang berhubungan dengan penggunaan oksigen.
3. Siapkan peralatan oksigen dan humidifier.

Gambar 2.8 manometer dan humidifier


Sumber medical oxygen, 2021

4. Putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan oksigen yang


sesuai dengan intruksi dan pastikan peralatan berfungsi dengan
baik.
13
5. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan terapi yang
direkomendasikan.
6. Pasang kanula nasal pada wajah klien dengan lubang kanula
masuk kedalam hidung dan karet pengikat melingkari kepala
pasien. Beberapa model memiliki karet pengikat yang ditarik
ke bawah dagu.
7. Fiksasi kanula nasal menggunakan flester
8. Lakukan evaluasi umum pada klien dalam 15-30 menit
pertama, bergantung pada kondisi pasien.
9. Kaji adanya iritasi pasa hidung pasien dan berikan pelumas
pada membran mukosa jika perlu.
10. Inspeksi peralatan secara teratur. Periksa volume kecepatan
aliran oksigen dan ketingian cairan steril pada humidifier
dalam
30 menit dan ketika memberi perawatan pada pasien .
pertahankan ketinggian air di dalam humidifier dan pastikan
petunjuk keamanan dipatuhi

D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan

14
BAB III
LAPORAN
KASUS

3.1 Pengkajian

MANAJEMEN ASUHAN PADA TN. P DENGAN DIAGNOSA EFUSI


PLEURA DI RUANGAN KENANGA 6 RUMAH SAKIT SURYA INSASI

Tanggal masuk Rumah Sakit: 10 Februari 2024 Pukul 15.15


Tanggal pengkajian: 10 sampai 14 Februari 2024

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar

1. Data Subjektif
 Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Alamat : Kota Tengah Rt 003 Rw 010, Kota Tengah, Kepenuhan, Rokan
Hulu
Status : Menikah
Bahasa : Indonesia
No RM 092383
Ruangan : Kenangan 6

 Riwayat Keluhan
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian dada kanan disertai dengan
batuk lebih kurang 3 minggu, lemas dan sesak nafas.

 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: Sesak Nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang dengan keluhan sesak nafas
sejak 2 mingu ini, dirasakan memberat, disertai batuk dan jika malam
hari batuk semakin parah
3. Riwayat Penyakit Terdahulu: tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada
5. Riwayat alergi : tidak ada
6. Riwayat penggunaan obat-obatan: tidak ada
7. Riwayat transfuse darah: tidak ada
8. Riwayat pembedahan: tidak ada
9. Riwayat di rawat di RS: tidak pernah
10. Riwayat Merokok: tidak ada
11. Riwayat minuman keras/alcohol: tidak ada
12. Riwayat olahraga: tidak ada
15
 Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Nutrisi Kebiasaan :
a) Menu makan nasi dan lauk pauk
b) Frekuensi 3 x sehari
c) Nafsu baik
d) Kebutuhan minum 6-7 gelas/hari
2) Kebutuhan Eliminasi Kebiasaan :
a) Frekuensi BAK 5x sehari
b) Warna kuning
c) Frenkuensi BAB 1x sehari
d) Konsistensi lunak

3) Kebutuhan Istirahat :
Klien dapat tidur per hari selama 7 jam apabila tidak nyeri.

 Riwayat Psikologi – Sosial – Ekonomi – Budaya - Spritual


a) Tidak ada gangguan jiwa dimasa lalu
b) Hubungan pasien dengan keluara harmonis
c) Dapat beradaptasi dengan keadaan dan lingkungannya
d) Pekerjaan sehari-hari pekerja mandiri
e) Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
f) Nilai-nilai kepercayaan/budaya yang perlu dianut tidak ada
g) Agama yang dianut pasien islam
h) Keluarga senantiasa berdoa agar klien cepat sembuh

 Riwayat Terapi
a) Oksigen NC 2-3LPM K.P
b) Infus RL 20 TPM
c) Inj. Omeprazole 1A Ekstra
d) Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
e) Inj. Ranitidine 2x1 amp
f) Prednison 3x2 tab

2. Data Objektif ( Pemeriksaan Fisik)

a) Pemeriksaan Umum Keadaan umum : sakit sedang


b) Kesadaran : Compos mentis
c) GCS(E,V,M) : 15
GCS( Glasgow Come Scale)
 E(Eye) : Membuka Mata Spontan (4)
 V(Verbal) : Berorientasi Baik (5)
 M(Motorik) : Mengikuti Perintah (6)
d) Berat Badan(BB) : 60 kg
e) TTV
 Tekanan darah : 124/108 mmHg
 Suhu : 36 C
 RR : 25 x/menit
 Hr : 115 x/menit
16
f) SpO2 ; 95%
g) Skala nyeri Tn. P Nyeri akut, berskala 4 datang tiba- tiba selama 30 detik
h) seperti
ditusuk tusuk di bagian dada
i) Kepala Bersih, Rambut hitam
j) Wajah : Normal
 Tidak ada oedema

k) Mata :
 Pupil : Normal
 Kelopak Mata: Normal
 Konjungtiva: Normal
 Skelera : Normal

l) Hidung:
 Polip : Tidak Ada
 Kebersihan : Bersih
 Tampak napas cuping hidung

m) mulut : lembab
 Mukosa mulut: Lembab
 Gigi dan mulut : Normal

n) Telinga: TAK (Tidak Ada Keluhan)

o) Leher:
 Kel Tyroid: Tidak ada
 Kel Limphe : Tidak ada

p) Dada :
 foto rotgen terlampir
 Pergerakan dada tidak normal
q) Perut : Normal
 Tidak ada oedema

r) Tekanan Intrakranial: TAK ( Tidak Ada Keluhan)


s) Integument : TAK (Tidak Ada Keluhan)
t) Genital dan Anus : Normal
u) Eksremitas : Normal
 Oedema : Tidak ada
 Varices: Tidak Ada
 Reflek Patella: +

3. Pemeriksaan Penunjang:

a) Radiologi:Terlampir

 Hasil radiologi (rontgen)


17
Penumpukan cairan di dalam rongga pleura , yang mana cairan
pleura yg dihasilkan lebih banyak diibanding yang
diserap,pada paru kanan.

(a) Gambar 3.1 Rotgen,12-02-2004, 09:40 WIB

(b) Gambar 3.2 Rotgen,11-02-2004 , 09:18 WIB

(a) Foto Thorax PA view , posisi erect ,asimetris, inspirasi dan


kondisi cukup,hasil;

- Tampak apex pulmo dextra et sinistra bersih


- Tampak lesi lusen di parahiler pulmo dextra
bentuk ovale,batas tegas ,berdinding disertai
konsolidasi di suprahiler pulmo dextra
- Tampak pelebaran pleura space dextra yang
mengaburkan batas diagfragma dextra dan batas
diafragma dextra dan batas kanan jantung
- Tampak sinus sinus costofrenicus sinistra lancip
- Cor, CTR= Tak valid dinilai
- Sistem tulang yang tervisualisasi intact

Kesan
- Efusi pleura dextra
- Pneumonia dextra disertai kavitas mengarah gambar
tb pulmo
18
- Besar cor tak valid dinilai

(b) Foto Thorax PA view , posisi erect ,asimetris, inspirasi dan


kondisi cukup,hasil;
- Tampak apex pulmo dextra et sinistra bersih
- Tampak lesi lusen di parahiler pulmo dextra
bentuk ovale,batas tegas ,berdinding disertai
konsolidasi di suprahiler pulmo dextra
- Tampak pelebaran pleura space dextra yang
mengaburkan batas diagfragma dextra dan batas
diafragma dextra dan batas kanan jantung
- Tampak sinus sinus costofrenicus sinistra lancip
- Cor, CTR= Tak valid dinilai
- Sistem tulang yang tervisualisasi intact

Kesan
- Efusi pleura dextra
- Pneumonia dextra disertai kavitas mengarah gambar
tb pulmo
- Besar cor tak valid dinilai

Dibanding dengan foto thorax sebelumnya tanggal 11-02-


2024, secara radiologi gambaran efusi relatif menetap

 Laborat:
- Hemoglobin 12,6 gr/dl
- Leukosit 7.220 sel/mm3
- Trombosit 407.000 sel/mm3
- Hematokrit 36,6%
- GDS 121mg/dl
 Status lokalis

Gambar 3.3 Status Lokalis


19
Sumber Rotgen RS. Surya Insani

B. Langkah ll Interpretasi Data Dasar


 Diagnosa : Efusi Pleura (gangguan respirasi) penumpukan
cairan pleura
 Masalah: Nyeri akut, pola nafas tidak efektif dan bersihan
jalan napas tidak efektif

C. Langkah III Antisipasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Massa di paru kanan, melebihi kapasitas cairan pleura

D. Langkah IV Rencana Tindakan


1. Observasi keadaan umum dan TTV.
2. Posisikan pasien semi fowler atau fowler.
3. Lakukan Tindakan pemasangan oksigen sesuai kebutuhan (nasal kanul
dengan oksigen flow rate sebesar 2-3 liter per menit).
4. Observasi pemberian cairan infus RL.
5. Identifikasi skala, durasi, frenkuensi, karakterisktik dan kualitas nyeri.
6. Identifikasi faktor yang memberat dan mengurangi nyeri.
7. Kolaborasi dalam pemberian terapi dan analgetic
8. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. (misalnya :
relaksasi nafas dalam,terapi music,trapi distraksi dan kompres hangat)
9. Ajarkan batuk efektif.
10. Monitor pola nafas ( frekuensi,kedalaman bernafas)
11. Beritahu pasien untuk membatasi kontak dengan orang lain
12. Manajemen Lingkungan yang dapat menciptakan rasa nyaman
(misalnya: Cahaya yang cukup, suhu ruangan,hindari kebisingan)
13. Anjurkan makan-makanan yang bergizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna) dan
penuhi kebutuhan cairan sebanyak 2 liter perhari
14. Anjurkan untuk minum hangat
15. Dorong pasien untuk beristirahat .
16. Memberitahu pasien untuk melepas semua perhiasan

E. Langkah VI Pelaksanaan/ Implementasi

1. Mengbservasi keadaan umum dan TTV


Rasional: untuk mengetahui keadaan umum dan sebagaai petunjuk untuk
melakukan pemantauan dan perawatan selanjutnya
2. Memposisikan pasien semi fowler atau fowler.
Rasional: untuk mengurangi rasa sesak yang dialami
3. Melakukan Tindakan pemasangan oksigen sesuai kebutuhan (nasal
kanul dengan oksigen flow rate sebesar 2-3 liter per menit).
Rasional: untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah pada pasien
yang mengalami gangguan pernapasan.

Melakukan Pemasangan Infus


(a). Persiapan Alat
1. Tabung Oksigen dengan/flow meter
2. Humidivier menggunakan cairan steril, airdistilisasi atau air kran
20
yang dimasak sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit.
3. Kanula nasal dan selang
4. Plaster

(b). Persiapan Pasien


1. Pasien diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan diberikan
2. Posisi yang aman dan nyaman Persiapan mahasiswa
3. Melakukan tindakan dengan sistematis
4. Komunikatif dengan klien
5. Percaya diri

(c). Prosedur Pelaksanaan


1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan klarifikasi intruksi terapi
2. Siapkan pasien dan keluarga
a) Bantu pasien memperoleh posisi semi-flower jika
memungkinkan. Posisi ini memudahkan ekspansi dada
sehingga pasien lebih mudah bernapas.
b) Jelaskan bahwa oksigen akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispnea dan tidak menimbulkan
bahaya jika petunjuk keamanan diperhatikan. Informasikan
kepada pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan
yang berhubungan dengan penggunaan oksigen.
3. Siapkan peralatan oksigen dan humidifier.
4. Putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan oksigen yang
sesuai dengan intruksi dan pastikan peralatan berfungsi dengan
baik.
5. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan terapi yang
direkomendasikan.
6. Pasang kanula nasal pada wajah klien dengan lubang kanula masuk
kedalam hidung dan karet pengikat melingkari kepala pasien.
Beberapa model memiliki karet pengikat yang ditarik ke bawah
dagu.
7. Fiksasi kanula nasal menggunakan flester
8. Lakukan evaluasi umum pada klien dalam 15-30 menit pertama,
bergantung pada kondisi pasien.
9. Kaji adanya iritasi pasa hidung pasien dan berikan pelumas pada
membran mukosa jika perlu.
10. Inspeksi peralatan secara teratur. Periksa volume kecepatan aliran
oksigen dan ketingian cairan steril pada humidifier dalam 30 menit
dan ketika memberi perawatan pada pasien . pertahankan
ketinggian air di dalam humidifier dan pastikan petunjuk keamanan
dipatuhi.

(d). Tahap Terminasi


1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan

4. Mengobsevasi pemberian cairan infus


Rasional: pemberian cairan infus mengandung elektroit yang
diperlukan oleh tubuh untuk mencegah terjadinya
hipotermi,dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya
5. Mengidentifikasi skala, durasi, frenkuensi, karakterisktik dan kualitas
21
nyeri.
Rasional: untuk mengetahui kemajuan perkembangan pasien
6. Mengidentifikasi faktor yang memberat dan mengurangi nyeri.
Rasional: tim Kesehatan dapat merasionalkan rencana terapi untuk
mengoptimalkan rencana manajemen nyeri.
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi dan analgetik
a) Inj. Omeprazole 1A Ekstra
b) Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
c) Inj. Ranitidine 2x1 amp
d) Prednison 3x2 tab
Rasional: kerja sama antar berbagai tim Kesehatan yang terlibat
dalam perawatan pasien untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan manfaat yang terbaik dari pengobatan analgetic dengan
memertimbangangkan aspek keamanan,efikasi dan efek samping.
8. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. (misalnya :
relaksasi nafas dalam, terapi music,trapi distraksi dan kompres
hangat)
Rasional: Teknik nonfarmakologi merupakan metode yang dapat
membantu mengurangi rasa nyeri pada pasien dengan efusi pleura
tanpa menggunakan obat-obatan.
9. Mengajarkan batuk efektif.
Rasional : alami batuk dapat membersihkan saluran pernapasan dari
lendir,debu,atau partikel asing lainya.
10. Memonitor pola nafas ( frekuensi,kedalaman bernafas)
Rasional : mendeteksi penurunan fungsi pernafasan.
11. Memberitahu pasien untuk membatasi kontak dengan orang lain
Rasional : Menggunakan masker bagi orang yang kontak langsung
dengan pasien.
12. Manajemen Lingkungan yang dapat menciptakan rasa nyaman
(misalnya: Cahaya yang cukup, suhu ruangan,hindari kebisingan)
Rasional: menerapkan jam kunjungan pasien , guna mendapatkan
waktu istirahat pasien yang lebih efektif.
13. Menganjurkan untuk minum hangat
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi
Pernapasan
14. Anjurkan makan-makanan yang bergizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna)
dan penuhi kebutuhan cairan sebanyak 2 liter perhari.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan gizi.
15. Memberitahu pasien untuk melepas semua perhiasan
Rasional : Untuk mencegah infeksi bakteri atau kontaminasi dari
partikel partikel asing selama perawatan
16. Mendorong pasien untuk sering beristirahat
Rasional : membantu menambah energi pasien
17.
18. Melakukan pengambilan cairan efusi pleura
Rasional: mengevakuasi/penyedotan cairan dapat membantu
mengurangi gejala efusi pleura, seperti sesak napas atau nyeri
dada, dengan mengurai tekanan pada paru-paru)

F. Langkah VII Evaluasi

22
1. Tn. P sudah memahami kondisi dalam tubuhnya dan sudah melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital Tn. P Normal.
2. Tn. P sudah melakukan mobilisasi secara bertahap guna
membantu keluhan sesak nafasnya
3. Tn. P Sudah terpasang oksigen Ketika merasa sesak.
4. Tn. P sudah terpasang infus cairan RL 20 liter per menit.
5. MengIdentfikasi skala,durasi,frekuensi,karakteristik dan kualitas
nyeri telah dilakukan
6. Mengidentifikasi faktor yang memberat dan mengurangi nyeri
pada Tn. P sudah dilakukan
7. Pihak tenaga medis sudah Berkolaborasi dalam pemberian terapi dan
analgetic
8. Tn. P sudah melakukan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri (misalnya : relaksasi nafas dalam,terapi
music,trapi distraksi,kompres hangat,akupuntur)
9. Tn.p Memahami dan melakukan batuk efektif
10. Tn. P sudah memahmi cara efektif monitor pola nafas
(frekuensi,kedalaman bernafas)
11. Tn.p sudah memahi mengeni pembatasan kotak dengan orang lain.
12. Tn. P sudah melakukan Manajemen Lingkungan yang dapat
menciptakan rasa nyaman (misalnya: Cahaya yang cukup, suhu
ruangan,hindari kebisingan)
13. Tn. P memahami dan melakukan instruksi untuk minum air hangat
14. Tn. P sudah memahami dan melakukan instruksi pemenuhan
gizi.
15. Tn. P sudah melepaskan semua perhiasan.
16. Tn. P sudah istirahat yang cukup dan keadaanya mulai membaik.
17.
18. Tn. P sudah melakukan penyedotan efusi pleura ,didapatkan
cairan pleura sebanyak 300 cc

23
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL TERHADAP TN. P
DENGAN DIAGNOSA EFUSI PLEURA DI RUANGAN KENANGA 6
RUMAH SAKIT SURYA INSASI

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMA
Alamat : Kota Tengah Rt 003 Rw 010, Kota Tengah, Kepenuhan, Rokan
Hulu
Status : Menikah
Bahasa : Indonesia
No RM 092383
Ruangan : Kenangan 6

(SOAP)

Hari/ DS DO A P
Tanggal
Pengkajian

Sabtu,10 Pasien  TD : 124/108mmhg (Nyeri 1. Tindakan pengambilan


februari mengatakan  HR : 115x/menit akut,bersihkan cairan pleura
2024 pukul nyeri dibagian  RR : 22x/menit jalan nafas,pola 2. Pemasangan oksigen NC 2-3
19:16 WIB dada kanan  T : 36 C nafas tidak LPM
disertai dengan  TB : 170 cm efektif) 3. Berikan teknik non
( Ruang batuk lebih  BB : 60 kg farmakologi untuk
Rawat Inap kurang 2  SPO2 : 95% mengurangi nyeri (misalnya :
Umum) minggu, lemas relaksasi nafas dalam,terapi
 GCS : 15
dan sesak music,trapi distraksi,kompres
 KESADARAN:
nafas. hangat,akupuntur)
Compos Mentis
4. Manajemen Lingkungan yang
dapat menciptakan rasa
nyaman (misalnya: Cahaya
yang cukup,
Suhuruangan,hindari
kebisingan)

24
3. Identfikasi skala, durasi,
frekuensi,karakteristik dan
kualitas nyeri
4. Monitor pola nafas
( frekuensi,kedalaman
bernafas)
5. Memposisikan pasien semi
fowler atau fowler
6. Monitor suara nafas dan pola
nafas.
7. Anjurkan untuk minum
hangat
8. Ajarkan batuk efektif

Minggu, 11 Pasien  Pasien tampak (gangguan rasa 1. Pantau ttv pasien


februari mengatakan lemas nyaman) 2. Ciptakan lingkungan nyaman
2024 pukul keluhan  TD: 109/66mmhg 3. Beri posisi semi fowler
07:00 wib berkurang  HR: 78x/menit 4. Kolaborasi dengan dokter
 RR:20x/menit 5. Pemberian terapi
 T: 36,3 C
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 90%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

Minggu, 11 Pasien  Pasien tampak (gangguan


februari mengatakan lemas rasa nyaman) 1. Pantau ttv pasien
2024 pukul keluhan  TD: 109/66mmhg 2. Ciptakan lingkungan nyaman
12:56 wib berkurang  HR: 78x/menit 3. Beri posisi semi fowler
 RR:20x/menit 4. Kolaborasi dengan dokter
 T: 36,3 C
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 90%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis
Minggu, 11 Pasien  TD: 109/66mmhg
februari mengatakan  HR: 78x/menit Efusi Pleura 1. Adv dr.Sutan,Sp.P
2024 pukul keluhan  RR:20x/menit 2. Pantauu ttv pasien
18 :04 wib berkurang  T: 36,5 C 3. Ciptakan lingkungan
 TB: 170 cm nyaman
 BB: 60 kg 4. Beri posisi semi fowler
 SPO2: 90% 5. Kolaborasi dengan dokter
6. Terapi lanjut
25
 GCS: 15
 Hasil pengambilan
cairan pleura sebanya
 KESADARAN:
Compos Mentis
Minggu, 11 Pasien  Pasien tampak Efusi pleura
februari mengataka lemas (gangguan 1. Pantauu ttv pasien
2024 pukul n keluhan  TD: 112/77mmhg rasa nyaman) 2. Ciptakan
20 :42 wib berkurang  HR: 84x/menit lingkungan nyaman
 RR:20x/menit 3. Beri posisi semi fowler
 T: 36,3 C 4. Kolaborasi dengan dokter
 TB: 170 cm 5. Pemberian terapi
 BB: 60 kg
 SPO2: 90%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

Senin, 12 Pasien  Pasien tampak Efusi 1. Pantauu ttv pasien 6.


februari mengataka lemas Pleura(gangguan 2. Ciptakan lingkungan nyaman
2024 pukul n keluhan  TD: 95/59mmhg rasa nyaman) 3. Beri posisi semi fowler
06 :00 wib berkurang  HR: 74x/menit 4. Kolaborasi dengan dokter
 RR:20x/menit 5. Pemberian terapi
 T: 36,5 C
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 96%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

Senin, 12 Pasien  Pasien tampak Efusi 1. Pantauu ttv pasien 7.


februari mengataka lemas Pleura(gangguan 2. Pemasangan oksigen na
2024 pukul n keluhan  TD: 95/56mmhg rasa nyaman) 3. Ciptakan lingkungan nyaman
13 :43 wib berkurang  HR: 74x/menit 4. Beri posisi semi fowler
 RR:20x/menit 5. Kolaborasi dengan dokter
 T: 36,5 C 6. Pemberian terapi
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 96%
 GCS: 15

26
27
 KESADARAN:
Compos Mentis

Selasa , 13 Pasien  Pasien tampak Efusi 1. Pantauu ttv pasien


februari mengatakan lemas Pleura(gangguan 2. Anjurkan minum air hangat.
2024 pukul batuk kering  TD: 105/60mmhg rasa nyaman) 3. Ciptakan lingkungan
07 :13 wib  HR: 71x/menit nyaman
 RR:21x/menit 4. Beri posisi semi fowler
 T: 36,5 C 5. Kolaborasi dengan dokter
 TB: 170 cm 6. Pemberian terapi
 BB: 60 kg
 SPO2: 92%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

Selasa, 13 Pasien  Pasien tampak Efusi Pleura ec 1. Pantau ttv pasien


februari mengatakan lemas tb (gangguan 2. Pemasangan oksigen 2-3 liter
2024 pukul keluhan  TD: 123/87mmhg rasa nyaman) permenit
13 :13 wib berkurang,batuk  HR: 81x/menit 3. Posisikan pasien semifowler
kering.  RR:21x/menit atau fowler
Sesak napas  T: 36,5 C 4. Anjurkan untuk minum air
masih ada.  TB: 170 cm hangat.
 BB: 60 kg 5. Ciptakan lingkungan
nyaman
 SPO2: 92%
6. Beri posisi semi fowler
 GCS: 15
7. Kolaborasi dengan dokter
 KESADARAN: 8. Pemberian terapi
Compos Mentis

Selasa, 13 Pasien  Paru: stq 1. Tahap lanjut


februari mengatakan  TD: 123/87mmhg Efusi Pleura ec
2024 pukul sesak napas  HR: 81x/menit TB
13 :29 wib masih ada  RR:21x/menit
 T: 36,5 C
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 92%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

Selasa, 13 Pasien  Pasien tampak Efusi Pleura ec 1. Lanjutkan terapi pengobatan


februari mengatakan lemas TB(cek labor 2. Edukasi konsumsi obat tepat
2024 pukul sesak napas dan  TD: 123/87mmhg sputum,indikasi waktu
13 :42 wib batuk  HR: 81x/menit pengobatan 3. Atur pola makan dan istirahat
 RR:21x/menit sudah tepat) yang cukup
28
 T: 36,5 C
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 92%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis
Rabu, 14 Pasien  Pasien tampak Efusi Pleura 1. Pantauu ttv pasien
februari mengatakan lemas ec TB 2. Ciptakan lingkungan nyaman
2024 pukul keluhan  TD: 110/90mmhg (gangguan 3. Beri posisi semi fowler
07 :17 wib berkurang  HR: 75x/menit rasa nyaman) 4. Kolaborasi dengan dokter
 RR:21x/menit 5. Pemberian terapi
 T: 36,5 C
 TB: 170 cm
 BB: 60 kg
 SPO2: 92%
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

Rabu, 14 Pasien 1. PBJ


Februari mengataka  TD: 105/60mmhg Efusi Pleura ec 2. Rivampicin 1x450mg 2
2024 Pukul n keluhan  HR: 71x/menit TB (gangguan jam setelah makan (M)
12.20 wib berkurang  RR:20x/menit rasa nyaman) 3. Methambutol 1x 1/2 tablet
 T: 36,5 C 4. Levolaksasin tablet 1x1.
 TB: 170 cm 5tab vit D 2x1
 BB: 60 kg 5. Instruktur : Kontrol Selasa
 SPO2: 92% Tgl 20-02-2024
 GCS: 15
 KESADARAN:
Compos Mentis

29
30
BAB IV
PENUTUP
G. Kesimpulan

Pemasangan oksigen merupakan terapi yang membantu pasien dengan kondisi


kekurangan oksigen di dalam tubuh. Oksigen adalah salah satu bahan farmakologik,
gas tak berwarna, tak berbau, oksigenasi yaitu memasukkan zat asam (oksigen) ke
dalam paru-paru melalui saluran pernafasan menggunakan alat khusus.
(Maryunani, Anik. 2011)

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan Kdpk Pemasangan Oksigen


Terhadap Tn. P Dengan Diagnosa Efusi Pleura Di Ruangan Kenanga 6
Rumah Sakit Surya Insasi maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. P dengan diagnosa efusi
pleura selama 4 hari pada tanggal 10 februari sampai 14 Februari 2024.
2. Diagnosa
Diagnosa kebidanan yang muncul pada Tn. P ditegakan berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

H. Saran
Diharapkan dari makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau
tambahan untuk perkembangan dan penyempurnaan yang sudah ada. Diharapkan
dapat menyediakan lebih banyak literatur dengan tahun terbaru dalam menyusun
karya ilmiah. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi petugas dan
klien sehingga tercapai asuhan kebidanan dengan diagnose efusi pleura .

31
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press

Astowo, pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas Dan


Empiema.Jakarta: Departement Pulmonolgy And Respiration
Medicine, Division Critical Care And Pulmonary Medical Faculty UI

Bahar, Asril. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Ed. 3. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI

Black & Hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1-3. Jakarta:

EGC Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC

32

Anda mungkin juga menyukai