Anda di halaman 1dari 6

IRAC

Kelompok SIPIR :

Herlin Virena S 200200048

Fitri Permata Sari 200200201

Isu Penegakan Kode Etika Sipir kepada Sipir yang membantu narapidana
melarikan diri dari lembaga pemasyarakatan

Regulasi 1. KUHP ; Pasal 426 angka 1


Seorang pejabat yang diberi tugas menjaga orang yang dirampas
kemerdekaannya atas perintah penguasa umum atau atas putusan atau
ketetapan pengadilan, dengan sengaja membiarkan orang itu melarikan
diri atau dengan sengaja melepaskannya, atau memberi pertolongan
pada waktu dilepas atau melepaskan diri., diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
4. Peraturan Menteri Nomor M HH KP 05 02 Tahun 2011 Tentang Kode
Etik Pegawai Pemasyarakatan
5. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014
6. Putusan Nomor 127/Pid.B/2019/PN.Lsm

Analisis Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan


Sipir disebut dengan petugas pemasyarakatan (Petugas Lapas)
Pemasyarakatan adalah subsistem peradilan pidana yang menyelenggarakan
penegakan hukum di bidang perlakuan terhadap tahanan, anak, dan warga
binaan. ( Pasal 1 angka 1)
Berdasarkan Pasal 1 angka 21 menyatakan bahwa ”Petugas Pemasyarakatan
adalah pejabat fungsional penegak hukum yang diberi wewenang berdasarkan
Undang-Undang untuk melaksanakan tugas Pemasyarakatan dalam sistem
peradilan pidana” dan dijelaskan dalam BAB VII PETUGAS
PEMASYARAKATAN Pasal 84 angka 1 Petugas Pemasyarakatan merupakan
pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan fungsi
Pemasyarakatan.
Sipir memiliki tugas ataupun fungsi terkait dengan pembinaan narapidana,
pembinaan narapidana diselenggarakan oleh Lapas (Lembaga pemasyarakatan)
yang dibentuk di kabupaten/kota, pembinaan ini meliputi ; penerimaan
narapidana, penempatan narapidana, pelaksanaan pembinaan narapidana,
pengeluaran narapidana, dan pembebasan narapidana.
Penerimaan narapidana dilakukan pemeriksaan keabsahan dokumen dan
kondisi Kesehatan narapidana. Dokumen sebagaimana dimaksud meliputi
Salinan atau petikan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
berita acara pelaksanaan putusan, dan berita acara serah terima narapidana.
Penempatan narapidana dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin,
atau alasan lain sesuai dengan asesmen risiko dan kebutuhan yang dilakukan
oleh asesor pemasyarakatan. Pelaksanaan pembinaan narapidana berupa
pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian dilakukan berdasarkan
hasil litmas (penelitian kemasyarakatan) yang disusun oleh pembimbing
kemasyarakatan.
Pembinaan kemandirian dapat ditingkatkan menjadi kegiatan menghasilkan
barang dan jasa yang memiliki manfaat dan nilai tambah. Hasil dari pembinaan
sebagaimana dimaksud menjadi sumber penerimaan negara bukan pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengeluaran narapidana dilakukan dalam hal, perawatan Kesehatan, masih ada
perkara lain, pelaksanaan pembinaan, terdapat alasan penting lainnya, dan
kondisi darurat.
Sedangkan pembebasan narapidana dilakukan karena telah selesai menjalani
masa pidana.
Berdasarkan Pasal 86 angka 2 Dalam menjalankan tugasnya, seorang petugas
pemasyarakatan memiliki kode etik tertentu yang harus diikuti dan akan
diproses sesuai dengan dengan ketentuan yang ada jika terbukti melakukan
pelanggaran. kode etik yang diatur dengan peraturan menteri/pimpinan
lembaga yaitu PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN
2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN.
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah
pedoman sikap, tingkah laku atau perbuatan pegawai pemasyarakatan dalam
pergaulan hidup sehari-hari guna melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan,
pembinaan, dan pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan serta
pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan. Pegawai Pemasyarakatan
adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia yang menjalankan tugas dan fungsi di bidang pemasyarakatan.
(Pasal 7) Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam melakukan pelayanan,
pembinaan, dan pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan
sebagai berikut:
A. menghormati harkat dan martabat Warga Binaan Pemasyarakatan, meliputi:

1. menghormati hak Warga Binaan Pemasyarakatan;


2. menjauhkan diri dari segala bentuk tindak kekerasan dan pelecehan;
3. menghormati dan menjaga kerahasiaan Warga Binaan Pemasyarakatan;
dan
4. selalu ramah dan sopan dalam berinteraksi dengan Warga Binaan
Pemasyarakatan.

B. mengayomi Warga Binaan Pemasyarakatan, meliputi:

1. memberikan rasa aman dan tentram terhadap Warga Binaan


Pemasyarakatan;
2. menindaklanjuti setiap saran, keluhan, atau pengaduan yang
disampaikan Warga Binaan Pemasyarakatan secara tepat dan cepat;
3. tidak diskriminatif terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan atas dasar
suku, agama, ras atau lainnya yang dapat menimbulkan situasi yang
tidak kondusif; dan
4. memenuhi hak Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa mengharapkan
balasan/pamrih.

C. tanggap dalam bertindak, tangguh dalam bekerja dan tanggon dalam


berkepribadian, meliputi:

1. teliti, cermat, dan cepat dalam menilai situasi;


2. mampu mengambil tindakan secara tegas terhadap setiap bentuk
perilaku yang melanggar tata tertib/ aturan;
3. tidak melakukan hal yang bertentangan dengan moral dan hukum;
4. menguasai keahlian dalam melaksanakan tugas;
5. kesanggupan untuk menegakkan keadilan dan kejujuran; dan
6. menjaga kewaspadaan dan kehati-hatian.

D. bijaksana dalam bersikap, meliputi:

1. menggunakan akal budi, pengalaman, dan pengetahuan secara cermat


dan teliti apabila menghadapi kesulitan, tantangan dan hambatan dalam
pelaksanaan tugas;
2. memberikan perhatian khusus terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan
yang mempunyai kebutuhan khusus, seperti anak-anak, wanita, lanjut
usia, atau penderita penyakit permanen;
3. mempunyai keinginan untuk mengembangkan kapasitas diri untuk
mendukung pelaksanaan tugas;
4. mempunyai kemampuan mengendalikan perkataan, sikap, dan
perbuatan sehingga menumbuhkan sikap hormat Warga Binaan
Pemasyarakatan; dan
5. mampu menempatkan dirinya secara tepat di hadapan Warga Binaan
Pemasyarakatan baik sebagai petugas, teman, saudara, maupun orang
tua tanpa kehilangan kewibawaan.

Dalam Putusan Nomor 127/Pid.B/2019/PN.Lsm Seorang sipir melakukan


pelanggaran kode etik membantu narapidana melarikan diri dari LAPAS yang
terdapat pada bagian tanggap dalam bertindak, tangguh dalam bekerja dan
tanggon dalam berkepribadian pada angka 1- 6 huruf C Pasal 7 PERATURAN
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE
ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN.
Tahapan mengenai Kode etik Pegawai Pemasyarakatan diatur dalam Pasal 11-
26. Untuk menegakkan Kode Etik Sipir maka dibentuk Majelis Kode Etik yang
bersifat ad hoc. Majelis Kode Etik terdiri atas, Majelis Kode Etik Pusat yang
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Majelis Kode Etik Wilayah yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
Jenderal Pemasyarakatan. Majelis Kode Etik Wilayah bertugas memeriksa dan
mengambil putusan terhadap Pegawai Pemasyarakatan di daerah yang diduga
melanggar Kode Etik setelah mempertimbangkan saksi, alat bukti lainnya, dan
keterangan yang bersangkutan, dalam sidang Majelis Kode Etik. Pada tingkat
wilayah, pemeriksaan terhadap Pegawai Pemasyarakatan dilakukan oleh
bidang yang menangani keamanan. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengumpulkan alat bukti berupa surat dan keterangan. Pemeriksaan terhadap
pengaduan, laporan, atau temuan pelanggaran Kode Etik dilakukan dalam
waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak pengaduan, laporan, atau
temuan diterima dan dapat diperpanjang dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari. Kemudian hasil pemeriksaan yang terdiri atas lembar analisa
pemeriksaan, berita acara pemeriksaan, dan lampiran alat bukti berupa surat
diserahkan kepada Majelis Kode Etik.

Selanjutnya Majelis Kode Etik menyelenggarakan sidang dengan prinsip cepat,


sederhana, dan murah. Majelis Kode Etik wajib menentukan jadwal sidang
dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pembentukan Majelis
Kode Etik ditetapkan. Kemudian Majelis Kode Etik harus menyelesaikan
sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Majelis Kode Etik
mengambil keputusan setelah memeriksa Pegawai Pemasyarakatan yang
diduga melakukan pelanggaran Kode Etik setelah memberika kesempatan
membela diri. Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah
mufakat. Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final. Majelis Kode Etik wajib
menyampaikan hasil keputusan sidang kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
secara berjenjang sebagai rekomendasi dalam memberikan sanksi moral
dan/atau sanksi administratif kepada Pegawai Pemasyarakatan yang diduga
melakukan pelanggaran Kode Etik.

Adapun Pegawai Pemasyarakatan yang melakukan pelanggaran Kode Etik


dikenakan sanksi moral. Sanksi moral dibuat secara tertulis dan dinyatakan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Sanksi moral berupa : pernyataan secara
tertutup dan pernyataan secara terbuka.

Pegawai Pemasyarakatan yang melakukan pelanggaran Kode Etik selain


dikenakan sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), dapat
dikenakan tindakan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pada penerapan sanksi bagi pegawai pemasyarakatan yang melakukan


perbuatan yang melanggar kode etik telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin


pegawai negeri sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
Perundang-Undangan dan/atau Peraturan Kedinasan yang apabila tidak ditaati
atau dilarang dijatuhi hukuman disiplin.

Berdasarkan kasus sesuai dengan maka sipir telah melanggar kewajibannya


sebagai sipir Kewajiban yang dimaksudkan dalam peraturan disiplin Pegawai
Negeri Sipil diatur dalam Pasal 3.

Pelanggaran yang dilakukan oleh Petugas Pemasyarakatan termasuk


pelanggaran turut membantu narapidana melarikan diri Undang-Undang
Nomor 5 tahun 2014 Pasal 86 telah mengatur dengan jelas mengenai Hukum
Disiplin.

1. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan


tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS.

2. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS


serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.

3. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 pasal 87 ayat (2) PNS dapat
diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.

Dalam ayat (3) PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.

Kesimpulan 1. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pegawai lembaga
pemasyarakatan, ada peraturan yang menjadi dasar pegawai lembaga
pemasyarakatan yang menjalankan tugasnya dan dalam hal ini mengenai
peraturan kode etik pada lembaga pemasyarakatan yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil dan mengingat ketentuan tersebut maka Kementerian Hukum Dan Hak
Asasi Manusia mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor M HH KP 05 02
Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan yang sudah dengan
jelas telah mengatur bagaimana pegawai lembaga pemasyarakatan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya harus berdasarkan kode etik yang
telah diatur dalam Peraturan-peraturan sebagai mana yang telah ada.
Berdasarkan Putusan Nomor 127/Pid.B/2019/PN.Lsm maka sipir telah
melanggar kode etik sipir dengan jelas turut membantu narapidana melarikan
diri, hal ini tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawab sipir.
2. Pada penerapan sanksi bagi pegawai pemasyarakatan yang melakukan
perbuatan yang melanggar kode etik telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan juga
Peraturan Menteri Nomor M HH KP 05 02 Tahun 2011 Tentang Kode Etik
Pegawai Pemasyarakatan, maka sanksi yang akan diterapkan kepada pagawai
pemasyarakatan yang melagar kode etik yaitu, Hukuman disiplin ringan;
Hukuman disiplin sedang; Hukuman disiplin berat.

Anda mungkin juga menyukai