Anda di halaman 1dari 4

Nama: Hanif Halim Wicaksono

NIM: 15122056

TUGAS-3 GEODESI SATELIT


1. Elipsoid Referensi, Geoid, dan hubungannya dengan Bumi yang sebenernya
2. Presesi, Nutasi, Pergerakan kutub, dan variasi LOD
3. Jelaskan hubungan dan pengaruh dari semua variabel pada kedua pertanyaan diatas dengan
pendefinisian dan realisasi sistem koordinat CIS dan CTS yang umum digunakan dalam
geodesi satelit

1. Definisi Ellipsoid Referensi


Ellipsoid Referensi adalah Ellipsoid yang mempunyai ukuran dan bentuk tertentu berdasarkan
model matematis untuk hitungan geodesi dan sebagai permukaan rujukan untuk melakukan
penentuan posisi di bumi karena merepresentasikan bentuk dasar bumi. Bentuk ellipsoid
referensi ini menjadi dasar untuk sistem koordinat geografis dan geodetik, yang digunakan
untuk pemetaan dan pengukuran di seluruh Bumi. Ellipsoid referensi yang umum digunakan
adalah ellipsoid referensi Airy, Bessel, hingga WGS 84. WGS 84 menjadi dasar sistem
koordinat global yang digunakan dalam sistem navigasi satelit seperti GPS.

Korelasi Antara Geoid dan Bumi Sebenernya


Hubungan antara ellipsoid referensi dengan kondisi bumi sebenarnya adalah ellipsoid
referensi merupakan model bentuk ellipsoid ideal dari bumi sebenarnya. Bumi secara garis
besar memiliki bentuk ellipsoid akibat rotasi bumi, namun tidak berbentuk ellipsoid sempurna
karena permukaan bumi tidak rata. Permukaan bumi terdiri atas morfologi yang berbagai
macam seperti gunung, lembah, hingga dasar samudera. Perhitungan posisi di bumi
menggunakan ellipsoid referensi agar perhitungan dapat dilakukan dengan model matematika
yang lebih simple.

Definisi Geoid
Geoid, sebagai permukaan ekuipotensial dari medan gravitasi Bumi yang terletak di bawah
massa topografi dan sejajar dengan permukaan laut rata-rata (Vaniček dan Chris-tou 1994),
memiliki peran penting dalam geodesi dan oseanografi. Dalam konteks ini, geoid digunakan
sebagai referensi untuk mengukur ketinggian permukaan yang merepresentasikan topografi
benua dan laut.

Korelasi Antara Geoid dan Bumi Sebenarnya


Namun, perbedaan yang signifikan muncul ketika menghubungkan geoid dengan kondisi
sebenarnya Bumi. Sebagai model bentuk Bumi yang paling mendekati kenyataan, geoid tidak
mengikuti bentuk bola atau ellipsoid sempurna, yang berbeda dengan ellipsoid referensi.
Ketidakaturan ini disebabkan oleh variasi kepadatan dan topografi Bumi. Oleh karena itu,
model geoid menjadi penting untuk merepresentasikan kompleksitas medan gravitasi Bumi
dengan lebih akurat.

Korelasi antara model geoid dan Bumi memerlukan perbandingan antara bentuk geoid yang
diprediksi dengan pengukuran aktual. Pengukuran yang akurat dari geoid bukan hanya
membantu ilmuwan memahami variasi dalam medan gravitasi Bumi, tetapi juga memberikan
dasar untuk berbagai aplikasi seperti survei geodetik, navigasi, dan pemahaman struktur
interior Bumi. Dengan berbagai model geoid yang tersedia, pemilihan model yang sesuai
tergantung pada persyaratan khusus dari suatu aplikasi, dan upaya terus menerus dilakukan
Nama: Hanif Halim Wicaksono
NIM: 15122056

untuk meningkatkan akurasi model seiring dengan perkembangan pengukuran yang lebih
presisi.

Korelasi Antara Ellipsoid Referensi, Geoid, dan Bumi Sebenarnya


Ellipsoid referensi memiliki kelemahan dalam menentukan posisi tinggi suatu benda terhadap
permukaan karena tidak memperhatikan gaya gravitasi bumi namun memiliki kelebihan
terhadap posisi horizontal suatu benda karen model matematis ellipsoid menghendaki
penentuan posisi horizontal yang akurat dengan perhitungan matematis. Disisi lain, Geoid
memiliki kelebihan dalam menentukan posisi tinggi suatu benda karena model ini
memperhatikan bentuk bumi yang memiliki variasi ketinggian dan gaya gravitasi, namun
memiliki kelemahan dalam menentukan posisi horizontal suatu benda karena model geoid
bukan merupakan bentuk bola atau ellipsoid sempurna secara matematis. Oleh karena itu,
model geoid sering digunakan bersamaan dengan ellipsoid referensi untuk memperbaiki
perbedaan tersebut dan memberikan representasi yang lebih akurat dari permukaan
Bumi.

2. Dalam suatu ruang inersia, sumbu rotasi Bumi dan bidang ekuator Bumi tidaklah tetap,
melainkan mengalami pergerakan rotasional yang dikenal sebagai presesi dan nutasi.
Pergerakan sumbu rotasi Bumi dalam ruang inersia ini terjadi sebagai respons terhadap
ketidak simetrian dan non-rigiditas Bumi, serta moda rotasi bebas Bumi terhadap gaya tarik
Bulan, Matahari, dan planet-planet.

Presesi
Presesi adalah gerakan perlahan dan terus-menerus yang mengubah orientasi sumbu rotasi
Bumi. Ini disebabkan oleh gaya tarik Bulan, Matahari, dan planet-planet yang bertindak pada
gumpalan massa Bumi. Presesi membagi pergerakan total menjadi komponen sekular,
menyebabkan perubahan arah sumbu rotasi Bumi sepanjang waktu. Akibatnya, Vernal
Equinox bergerak sepanjang ekliptika dengan laju sekitar 50.4” per tahun, dengan periode
sekitar 25.800 tahun.

Nutasi
Nutasi adalah variasi kecil dan periodik dalam kemiringan sumbu rotasi Bumi, disebabkan
oleh gaya tarik yang bervariasi dari Bulan dan Matahari. Nutasi memiliki dua siklus utama,
yaitu siklus 18,6 tahunan dan siklus 9,3 tahunan. Variasi periodik ini memengaruhi posisi
relatif Bulan dan Matahari di langit, serta memberikan kontribusi tambahan pada perubahan
arah sumbu rotasi dan bidang ekuator Bumi. Keduanya, presesi dan nutasi, secara bersama-
sama menyebabkan perubahan berkelanjutan dalam orientasi Bumi dalam ruang angkasa.

Pergerakan Kutub
Pergerakan kutub, atau yang dikenal sebagai polar motion, merujuk pada pergerakan sumbu
rotasi Bumi yang bersifat relatif terhadap badan atau kerak Bumi itu sendiri. Pergerakan ini
Nama: Hanif Halim Wicaksono
NIM: 15122056

memiliki variasi pada tingkat beberapa meter, berbeda dengan presesi dan nutasi yang
umumnya berdampak pada skala yang lebih besar. Yang menarik, pergerakan kutub tidak
dapat dijelaskan secara teoritis atau analitis, melainkan harus ditentukan melalui observasi
langsung.

Komponen-komponen pergerakan kutub dapat diuraikan menjadi beberapa aspek. Pertama,


terdapat komponen osilasi bebas, yang umumnya dikenal sebagai osilasi Chandler, dengan
periode sekitar 435 hari. Meskipun gaya penyebab osilasi ini belum sepenuhnya diketahui,
diperkirakan bahwa fenomena ini merupakan respons elastisitas Bumi terhadap dinamika
atmosfer, redistribusi air tanah, dan bahkan gempa bumi.

Selanjutnya, terdapat osilasi tahunan yang dipengaruhi terutama oleh perpindahan massa air,
baik dari air laut maupun air tanah, serta perubahan musiman dalam distribusi udara.
Komponen ketiga adalah komponen sekular yang mencakup pergeseran atau drift dari kutub
menuju arah meridian 800 BB dengan amplitudo sekitar 2-3 milidetik busur per tahun.
Perubahan ini diperkirakan dipengaruhi oleh pergerakan dalam inti dan mantel Bumi,
redistribusi massa air saat lapisan es Greenland mencair, dan fenomena isostatic rebound,
yaitu kenaikan tanah yang lambat yang sebelumnya terbebani oleh lapisan es atau gletser.

Selain itu, pergerakan kutub juga mengalami variasi harian (diurnal) dan setengah-harian
(semi diurnal) dengan amplitudo fraksi dari milidetik busur, yang disebabkan oleh pasang
surut laut. Secara keseluruhan, pergerakan kutub merupakan fenomena yang kompleks dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor dinamika Bumi, atmosfer, dan perubahan massa di berbagai
bagian planet ini.

Variasi Length of Day (LOD)


Variasi Length of Day (LOD) adalah perubahan panjang hari dalam durasi satu hari yang
diukur sebagai perbedaan antara Universal Time (UT1) dan Atomic Time (TAI), dihitung
dengan rumus -d(UT1-TAI)/dt. UT1 sendiri mengalami variasi karena proses-proses geofisik
yang terjadi di Bumi.

Variasi LOD mencakup dua jenis, yang pertama adalah variasi yang dapat diprediksi hingga
2ms, terutama karena pengaruh fenomena pasang surut. Kedua, variasi LOD bersifat tidak
teratur dan dapat dibagi menjadi komponen decadal, interannual, seasonal, dan intraseasonal.

Faktor-faktor yang memengaruhi variasi kecepatan rotasi Bumi, yang tercermin dalam LOD,
melibatkan gaya gravitasi dari Bulan dan Matahari. Gaya ini bekerja pada Bumi yang relatif
tidak simetris dan tidak homogen, menyebabkan fluktuasi dalam kecepatan rotasi. Selain itu,
perubahan konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari seiring waktu juga berkontribusi pada variasi
LOD.

Selain gaya gravitasi, perubahan momen inersia Bumi juga memainkan peran dalam variasi
LOD. Deformasi periodik, seperti pasang surut di daratan dan laut, berdampak pada fluktuasi
kecepatan rotasi. Sementara deformasi non-periodik, termasuk redistribusi massa dalam
sistem Bumi, juga berperan dalam menciptakan variasi ini. Semua faktor ini saling
berinteraksi dan menyebabkan perubahan kecepatan rotasi Bumi, yang tercermin dalam
variasi Length of Day yang dapat diamati.

3. Pengertian CIS dan CTS


Nama: Hanif Halim Wicaksono
NIM: 15122056

CIS (Conventional Inertial System) adalah sistem referensi koordinat yang terkait dengan
langit. Meskipun tidak mengalami rotasi bersama dengan Bumi, CIS mengikuti evolusi Bumi
mengelilingi Matahari. Fungsinya utama adalah untuk menggambarkan posisi dan pergerakan
satelit. Di sisi lain, CTS (Conventional Terrestrial System) adalah sistem referensi koordinat
yang terkait dengan Bumi. CTS mengikuti rotasi dan evolusi Bumi mengelilingi Matahari.
Peran utama CTS adalah untuk mendeskripsikan posisi dan pergerakan titik-titik di
permukaan Bumi.

Pengaruh Variabel-variabel Bentuk dan Orientasi Bumi


Secara khusus, CIS dipengaruhi oleh gerakan presesi dan nutasi, sedangkan CTS dipengaruhi
oleh presesi, nutasi, dan pergerakan kutub. Oleh karena itu, titik CEP (Conventional
Ephemeris Pole) pada CIS dan CTP (Conventional Terrestrial Pole) pada CTS mengalami
perubahan periodik. Dalam implementasinya, diperlukan kemampuan untuk
mentransformasikan koordinat antara CIS dan CTS. Proses transformasi melibatkan
parameter-parameter seperti presesi, nutasi, pergerakan kutub, dan LOD. Misalnya, dalam
transformasi koordinat dari CIS ke CTS, CEP J2000.0 (asumsi) mengalami transformasi
menjadi CEP pada epoch sebenarnya dengan memperhitungkan presesi dan nutasi.
Selanjutnya, CEP pada epoch sebenarnya ditransformasikan menjadi CTP dengan
memperhitungkan pergerakan kutub.

Penting untuk mencatat bahwa dalam CIS, di mana bidang sumbu-x menuju vernal equinox,
perlu mempertimbangkan pengaruh rotasi Bumi (GAST/Greenwich Apparent Sidereal Time),
yang terkait dengan LOD. Hasil transformasi menyusun bidang sumbu-x dalam bidang
meridian Greenwich serta terletak pada bidang ekuator Bumi. Dengan demikian, berhasil
dilakukan transformasi sistem koordinat dari CIS ke CTS dengan mempertimbangkan semua
variabel yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai