Editor :
1. Angel Maria Kause
2. Susan Ariyance Selly Boling
3. Maria Kezia Beatrix
4. Cristian Rissi
5. Novita Antonia Amabi
Desain Cover :
1. Angel Maria Kause
2. Susan Ariyance Selly Boling
3. Maria Kezia Beatrix
Proofreader :
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Peserta Didik, “Bapak. Glorius Keo S.Pd.M.Si”
Ukuran :
106 halaman, Uk: 14x20 cm
Cetakan Pertama :
Juni 2023
Kata Pengantar
v
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku ini.
Buku ini berjudul Psikologi Perkembangan Peserta Didik,
kami sangat berharap buku ini dapat membantu pembaca
untuk memahami mata kuliah ini.
Kami juga berterimakasih kepada bapak dosen : Glorius
Deonatus Keo, S.Pd.M.Si sebagai dosen pengampuh mata
kuliah dan semua pihak terkait diantaranya semua anggota
kelas E prodi Pendidikan Agama Kristen angkatan 2022,
yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan buku ini.
Kami berharap buku ini bukan hanya sebagai syarat untuk
memnuhi nilai ujian akhie semester tetapi juga dapat
menambah wawasan mahasiswa dalam memahami
Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Kami menyadari
buku ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan buku ini
kami harapkan.
Naimata 16 juni 2023
Penulis
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
ix
x
BAB I
Perkembangan Anak Usia 0-12 Tahun
1
1. Usia 0-3 bulan: Pada awal kehidupan, bayi belum dapat
mengendalikan gerakan tubuhnya secara efektif. Namun,
pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat mengangkat kepala
dan dada saat berbaring tengkurap.
2. Usia 4-6 bulan: Pada usia ini, bayi sudah dapat memutar
tubuhnya dari posisi telentang ke posisi tengkurap dan
sebaliknya. Bayi juga mulai dapat duduk dengan dukungan
dan mengambil benda dengan jari-jarinya.
3. Usia 7-12 bulan: Pada usia ini, bayi sudah mulai belajar
merangkak dan berdiri dengan bantuan. Mereka juga mulai
belajar berjalan dengan dukungan dan melempar benda
kecil.
2
berbeda-beda tergantung pada faktor individu seperti
genetik, lingkungan, dan kesehatan.
2. Usia 4-6 bulan: Pada usia ini, bayi sudah mulai dapat
menggenggam benda dengan lebih terampil dan belajar
memasukkan benda ke dalam mulut.
3. Usia 7-12 bulan: Pada usia ini, bayi sudah mulai belajar
menggunakan jari-jarinya untuk memegang benda kecil
seperti kacang atau kismis. Mereka juga mulai belajar
mencoba menulis dengan mencoret-coret pada kertas.
3
4. Usia 1-2 tahun: Pada usia ini, anak-anak sudah dapat
menggunakan sendok dan garpu untuk makan, serta mulai
belajar memegang pensil dengan benar.
• Perkembangan Indra:
4
seiring perkembangan, bayi mulai dapat melihat objek yang
berada dalam jarak yang lebih jauh dan dapat membedakan
warna.
5
B. Perkembangan Kognitif Anak Usia 0-12 Tahun
6
secara abstrak dan dapat memahami konsep yang lebih
kompleks.
7
tindakan fisik. Mereka juga mulai memahami keterkaitan
antara tindakan dan hasil yang dihasilkan.
8
mengembangkan kreativitas mereka seperti musik, drama,
atau tari.
9
4. Tahap Pertengahan Sekolah (9-11 tahun): Pada tahap ini,
anak semakin terampil dalam berinteraksi dengan teman
sebaya dan dapat mempertimbangkan sudut pandang orang
lain. Mereka juga mulai mengembangkan kesadaran sosial
yang lebih besar dan dapat memahami peran sosial dalam
masyarakat.
• Perkembangan emosi
10
2. Usia 6-12 bulan: Pada usia ini, bayi mulai memahami
bahwa mereka adalah individu yang terpisah dari orang tua
mereka. Mereka mulai menunjukkan rasa takut dan cemas
ketika orang tua mereka pergi.
3. Usia 1-2 tahun: Pada usia ini, anak mulai belajar untuk
mengekspresikan emosinya dengan kata-kata dan gerakan
tubuh. Mereka juga mulai menunjukkan perasaan seperti
kemarahan dan kegembiraan.
11
Dalam hal sosial, anak-anak pada usia 0-12 tahun mulai
mengembangkan keterampilan sosial seperti berbagi,
berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain.
Mereka juga mulai memahami norma-norma sosial dan
perilaku yang dapat membantu mereka berinteraksi dengan
baik dengan orang lain. Penting bagi orang tua dan
pengasuh untuk membantu anak-anak mereka
mengembangkan keterampilan sosial ini dengan
memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-
anak sebaya mereka dan membimbing mereka dalam situasi
sosial yang berbeda.
• Perkembangan sosial
12
3. Usia 1-2 tahun: Pada usia ini, anak mulai belajar untuk
mengekspresikan emosinya dengan kata-kata dan gerakan
tubuh. Mereka juga mulai menunjukkan perasaan seperti
kemarahan dan kegembiraan.
13
perilaku yang dapat membantu mereka berinteraksi dengan
baik dengan orang lain. Penting bagi orang tua dan
pengasuh untuk membantu anak-anak mereka
mengembangkan keterampilan sosial ini dengan
memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-
anak sebaya mereka dan membimbing mereka dalam situasi
sosial yang berbeda.
14
lebih baik cenderung dapat mengatasi masalah dan
merespons emosi dengan lebih baik.
15
positif bagi anak untuk membantu mereka mengembangkan
kemampuan emosi dan sosial yang sehat.
• Perkembangan moral
16
3. Tahap Moralitas Otonom (9-12 tahun): Anak mulai
memahami pentingnya perspektif orang lain dalam
menentukan apa yang benar dan salah. Mereka juga mulai
mempertanyakan aturan dan nilai-nilai yang ada, dan dapat
mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka.
• Perkembangan nilai
17
4. Berbicara tentang nilai-nilai: Orang tua dan pengasuh
dapat berbicara tentang nilai-nilai dengan anak dan
memberikan penjelasan mengapa nilai tersebut penting.
18
1. Berikan contoh yang baik: Orang tua adalah teladan
pertama bagi anak dalam hal nilai dan moral. Oleh karena
itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik dengan
cara memperlihatkan sikap yang baik dan benar, seperti
jujur, adil, menghormati orang lain, dan sebagainya.
19
6. Jalin komunikasi yang baik: Orang tua perlu menjalin
komunikasi yang baik dengan anak, sehingga anak merasa
nyaman untuk berbicara tentang masalah dan perasaannya.
Dengan begitu, orang tua dapat membantu anak dalam
memahami nilai dan moral yang baik.
0-2 tahun:
2-4 tahun:
20
• Anak mulai menyadari perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dan bisa mengidentifikasi jenis kelamin mereka
sendiri dan orang lain.
5-7 tahun:
8-12 tahun:
21
• Anak juga mulai mempertanyakan dan menantang
stereotip gender yang dianggap negatif atau merugikan.
• Perkembangan seksualitas
0-2 tahun:
22
• Anak tidak memiliki pemahaman tentang seksualitas atau
intimasi seksual.
2-4 tahun:
5-7 tahun:
8-12 tahun:
23
• Mereka mulai mempertanyakan dan menantang stereotip
gender dan eksplorasi seksual yang tidak sehat atau tidak
aman.
24
2. Jawablah pertanyaan anak secara jujur dan sederhana.
Hindari memberikan informasi yang tidak sesuai dengan
usia atau menghindari pertanyaan anak.
25
yang sehat dan positif tentang seksualitas mereka dan
membantu mereka menjaga diri mereka sendiri dari situasi
yang tidak aman atau tidak sehat.
• Gangguan perkembangan
26
4. Gangguan pembelajaran: Anak dengan gangguan
pembelajaran mengalami kesulitan dalam membaca,
menulis, atau berhitung, yang dapat mempengaruhi
kemampuan mereka untuk belajar secara efektif di sekolah.
27
1. Keterlambatan perkembangan: Beberapa anak mungkin
mengalami keterlambatan dalam perkembangan, seperti
bicara, berjalan, atau belajar. Hal ini dapat disebabkan oleh
faktor genetik, lingkungan, atau masalah kesehatan.
28
2. Meningkatkan keterampilan sosial: Orang tua perlu
membantu anak meningkatkan keterampilan sosial, seperti
berbicara dengan sopan, bergaul dengan teman sebaya, dan
membangun hubungan yang sehat dengan orang dewasa.
29
Nama Anggota Kelompok 1:
30
BAB II
31
Semua potensi tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan
tingkat dan tahap-tahap perkembangan yang masing-masing
individu berbeda. Di sampingitu, manusia juga disebut
sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena
untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia
memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang
dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan
pengarahan dalam dirinya yang memerlukan bantuan orang
lain agar dirinya mampu berkembang secara optimal
diantaranya melalui jasa konseling. Sedangkan agama
bentuk pengakuan terhadap adanya hubungan manusia
dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi, kekuatan gaib
itu menguasai manusia, dan mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia. Agama dapat juga berarti ajaran-ajaran
yang diwahyukan tuhan melalui perantaraan nabi dan rasul.
Jiwa keagamaan yang termasuk kedalam aspek rohani akan
sangat tergantung pada perkembangan aspek fisik demikian
pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa
kesehatan fisik akan mempengaruhi pada kesehatan mental.
Pada ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan
manusia berdasarkan usia yang dapat dikelompokkan
menjadi beberapa tahap atau periodesasi perkembangan.
32
Umumnya para ahli psikologi menetapkan waktu
dimulainya status kedewasaan yaitu sekitar usia 20 tahun
sebagai awal dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia
40- 45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari
sekitar usia 40 sampai 45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta
masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar
usia 65 tahun hingga meninggal dunia. Dari segi ilmu jiwa
agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau
perubahan jiwa keagamaan pada orang dewasa bukanlah
suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula
merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah
suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan
kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari begitu juga dengan
masa dewasa lanjut atau masa tua (Zakia, 2005:159).
33
dianggap kritikal karena disebabkan pada masa ini manusia
berada pada tahap awal pembentukan karir dan keluarga.
Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang
tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan
dan keluarga. Pada masa ini juga seseorang akan
menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga.
Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam
perkembangan karir dan juga hubungan dalam
keluarga.Dan masalah yang timbul tersebut merupakan
salah satu bagian dari perkembangan sosio-emosional.
SosioL-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri
setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap
keadaan atau perilaku. Menurut Teori Erikson, Tahap
Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20an
ke 30 an. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan
memikul tanggung jawab yang lebih berat. Pada tahap ini
juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.
B. Dewasa Madya
34
berkembang secara normal, aspek-aspek lainnya berjalan
lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek- aspek yang mulai
menunjukkan terjadinya kemunduran- kemunduran.
35
Penilaian kembali pada masa lalu.
Perubahan struktur kehidupan.
Proses individuasi.
36
Proses perubahan ini mengalami perubahannya fisik dan
psikis pada seseorang titik. Dalam masa dewasa akhir ini
keagamaan seseorang cenderung meningkat karena masa
ini merupakan masa perenungan, persiapan dan
perencanaan untuk menghadapi kematian hal demikin
merupakan suatu hal yang normal dalam kehidupan lansia.
37
Penurunan penglihatan akan semakin dirasakan di
masa lansia bahkan pada masa sebelum lansia atau
masa dewasa tidak sedikit dari seorang mengalami
rabun jauh atau rabun dekat pada umumnya di masa
ini lansi akan menderita presbyopia atau tidak bisa
melihat objek dalam jarak jauh.
3. Indera pendengaran (telinga)
Dimasa akhir ini seseorang akan kehilangan
kemampuan mendengar suatu ucapan atau bunyi
dengan jelas, karena di masa ini penurunan
pertumbuhan syaraf dan organ basal penerunana
tersebut mengakibatkan mati rumah siput yang
terleta didalam telinga.
4. Indera peraba (kulit)
Berkurangnya kepekaan yang diperoleh oleh kulit
pada masa lansia karena perubahan yang di alami
seorang lansia kulit menjadi semakin kasar dan
mengkerut sehingga seorang lansia sulit
membedakan benda yang ia pegang.
5. Daerah bagian kepala
Berubah daerah pada bagian kepala merupakan hal
yang wajar yang dialami seorang lansia dan
38
perubahan demikian merupakan perubahan yang
paling mudah kita dapati atau kita lihat dengan mata
telanjang perubahan daerah kepala yang terlihat
seperti:
a. Rambut yang memulai memutih
b. Rambut mulai menipis
c. Pipi yang hilang atau bisa disebut kempong
d. Gigi mulai tanggal satu persatu sehingga
akan menjadi ompong
e. Kerutan yang tak bisa disembunyikan pada
kulit wajah yang mengalami kekeringan
f. Dan banyak tumbuh tailalat pada bagian
kepala
6. Daerah bagian tubuh
Daerah bagaian tubuh seorang lansia akan nampak
perubahannya:
a. Perubahan pada bahu yang dulunya tegak
akan membungkuk
b. Tubuh yang dulunya gaga akan berubah
menjadi lemas
7. Daerah persendian
39
Persandian tangan dan kaki ini memiliki fungsi yang
banyak dalam mengatur seluruh rutinitas yang
dijalaninya.
40
Problematika kehidupan, apapun bentuknya akan terlihat
dari ekspresi emosi seseorang saat menghadapinya,
termasuk juga emosi lansia. Emosi positif ataukah negatif.
Apakah seseorang lansia mampu menikmati hidup ataukah
menderita dalam hidup akan tampak dari ekspresi emosi
positif atau negatifnya sehari-hari. Individu bisa
mengevaluasinya sendiri melalui pertanyaan tentang
frekuensi, durasi, dan intensitas dari emosi mana yang
setiap hari mewarnai hidup, sebagaimana memahami
frekuensi, durasi, dan intensitas emosi bisa digunakan untuk
mengukur tingkat emosi amarah seseorang (Beck &
Fernandez, 1998).
41
emosi negatif, contoh marah: Dalam sehari, seberapa sering
kita marah? (frekuensi); saat kita marah, berapa lama marah
tersebut muncul? (durasi); dalam sehari, saat kita marah,
seberapa kuat perasaan tersebut kita alami? (Intensitas)
(Ansyah & Hadi, 2017).
42
Fokus perhatian Lavinson dalam mempelajari fase-fase
hidup manusia tertuju pada siklus hidup dari pada jalan
hidup seseorang. Jalan hidup seseorang berbeda-beda dari
yang satu dengan yang lain, apa yang berubah selama orang
itu hidup merupakan struktur kehidupan yang mengatur
transaksi antara struktur kepribadian dengan struktur sosial.
Lavinson membedakan empat periode kehidupan, yaitu:
43
masyarakat dan berusaha sebaik-baiknya. Impian yang ada
pada (17-33) mulai mencapai kenyataan. Pekerjaan dan
keluargan membentuk struktur peran yang memunculkan
aspek-aspek kepribadian yang diperlukan dalam fase
tersebut. Pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa
dewasa. Setelah itu mulailah peralihan ke masa madya
(tengah baya antara usia 40-45 tahun), dalam masa ini
seseorang memiliki tiga macam tugas:
1. Kekuatan Fisik
44
dapat mengatasi atau memecahkan persoalan- persoalan
yang timbul pada masa orang dewasa. Untuk memelihara
kekuatan fisik yang prima perlu dijaga kesehatan. Ada 6
kebiasaan hidup sehat yang perlu dilakukan oleh orang
dewasa untuk memelihara kekuatan fisik, yaitu:
Sarapan pagi.
Makan secara teratur.
Makan secukupnya untuk memelihara badan yang
normal.
Tidak merokok.
Olahraga secukupnya.
Tidur secara teratur 7- 8 jam setiap malam
Perkembangan Fisik
Perkembangan Intelektual
Perkembangan Moral
G. Masa Tua
45
1. Pengertian masa tua (lanjut usia).
46
2. Ciri-ciri masa tua
47
Perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan
kehidupan, dll.
48
Nama Anggota Kelompok 3 :
Adelsinia Sakan
Libert Edison Saeketu
Mariani Panca Putri Nawa Lay
Omikang Ineri Karlau
Sonya Sarci Leimany
Windi Anrian Lassa
Tua M. M Nomnafa
49
BAB III
( Jean Piaget)
50
oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan
teori behavioristik yang lebih menekankan pada aspek
kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang
kepada dirinya.
51
peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai
realitas, anak tidak pasif menerima informasi walaupun
proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya.
Namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan
informasi yang ia peroleh, Piaget percaya bahwa pemikiran
anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-
periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget
merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang
menekankan pada proses mental.
52
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangan dirinya. Artinya,
belajar dalam pandangan konstruktivisme betul-
betul menjadi usaha aktif individu dalam
mengonstruksi makna tentang sesuatu yang
dipelajari.
Menurut Yaumi & Hum teori konstruktivisme
mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang kelas
dengan membawa ide-ide, keyakinan, dan
pandangan yang perlu diubah atau dimodifikasi oleh
seorang guru yang memfasilitasi perubahan ini,
dengan merancang tugas dan pertanyaan yang
menantang seperti membuat dilema untuk
diselesaikan oleh peserta didik.
Menurut Mudlofir & Fatimatur menjelaskan bahwa
dalam konstruktivisme, belajar lebih diarahkan pada
experimental learning, yaitu adaptasi kemanusiaan
berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium,
diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide serta
pengembangan konsep baru. Oleh karena itu,
aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak
terfokus pada si pendidik melainkan pada
pembelajar. Pembelajaran menurut teori belajar
konstruktivistik lebih menekankan kepada proses
dalam pembelajaran.
53
2.Sejarah dan Perkembangan Teori Konstruktivisme
Kognitif
54
a. Zona Perkembangan Proksimal
c. Pembelajaran Termediasi
55
tugas-tugas yang rumit, sulit,dan realistis. Kemudian
mereka diberikan cukup bantuan untuk mencapai tugas-
tugas ini, harus dicatat bahwa diberikan bantuan disini
maksudnya siswa bukan diajarkan bagian-bagian kecil
pengetahuan. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk
mendukung penggunaan tugas proyek di ruang kelas,
simulasi, penjajakan dalam komunitas, penulisan untuk
pembaca yang sesungguhnya dan tugas-tugas otentik
lainnya. Berkaitan dengan hal ini ada istilah “pembelajaran
situasi” yang mengacu pada digunakannya pembelajaran
yang berlangsung dalam tugas-tugas otentik kehidupan
nyata.
56
karenanya proses pembelajaran berfokus terutama
pada konsep-konsep primer dan bukan kepada
fakta-fakta yang terpisah.
Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus
memahami model-model mental yang dipergunakan
siswa terkait bagaimana cara pandang mereka
tentang dunia serta asumsi-asumsi yang disusun
untuk menunjang model mental tersebut.
Tujuan pembelajaran adalah bagaimana setiap
individu mengkonstruksi makna, tidak sekedar
mengingat jawaban apa yang benar dan menolak
makna milik orang lain. Karena pendidikan pada
fitrahnya memang antardisiplin satu-satunya cara
yang meyakinkan untuk mengukur hasil
pembelajaran adalah melakukan penilaian terhadap
bagian-bagian dari proses pembelajaran, menjamin
bahwa setiap siswa akan memperoleh informasi
tentang kualitas pembelajarannya.
57
Kelahiran: 9 Agustus 1896, Neuchâtel, Swiss
Kebangsaan: Swiss
58
tindakan. Premis dasarnya adalah bahwa semua
pengetahuan dibangun. Pendekatan kognitif ini
mengidentifikasi serangkaian struktur yang terorganisir
kemudian diubah dalam urutan yang runtut ketika
seseorang membangun proses kognitif yang semakin
berguna dan komplek melalui interaksi dengan lingkungan.
59
Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan
pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman
sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik
(menggapai, menyentuh).
60
menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas,
volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan
masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir
secara abstrak atau hipotesis.
61
Asimilasi ialah aktivitas untuk mendapatkan sebuah
informasi baru agar nantinya informasi tersebut,
dimasukan ke dalam skema yang ada.
Akomodasi ialah proses yang terjadi ketika
pengetahuan baru masuk ke dalam skema lalu
diubah menjadi skema dalam bentuk yang baru.
Keseimbangan adalah proses adaptasi dengan
lingkungan dimana individu berusaha untuk
mencapai struktur atau mental skema yang stabil.
62
Kelemahan Teori Konstruktivisme Kognitif
63
F.Implikasi Teori Konstruktivisme Kognitif Dalam
Pembelajaran
64
dunia pendidikan dan pembelajaran. Aliran psikologi
belajar juga dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
lebih mengutamakan terbentuknya perilaku yang dihasilkan
dari proses belajar itu sendiri merupakan interaksi antara
stimulus dan respon. Menurut teori behavioristik, dalam
proses belajar mengajar yang terpenting adalah seseorang
akan dianggap telah belajar ketika sudah menunjukkan
perubahan perilaku.
65
dan menambah pengetahuan yang dimilikinya untuk
mengembangkannya.
66
Nama Anggota Kelompok 5 :
Abraham F. D. Barus Nefes
Endang Fina
Lily C. M Anabokai
Marlinda Rut Runesi
Oskar Nabuasa
Sardun Aristi Nubatonis
Yufitri Imelda Tenis
67
BAB IV
Teori Perkembangan Sosial Emosional
Erik Erikson
68
Perhatikannya terhadap sifat-sifat perorangan ini yang
terlihat pada setiap masa perkembangan menjadi dasar
konsepnya mengenai prinsip-epigenesis.
69
1. Tahap Perkembangan Psikososial
Teori Erikson adalah penganut teori psikodinamika atau
psikoanlisis Freud, namun dia memberikan perluasan
dengan menghubungkan dengan gejala psikis dan sisi
edukasi. Menurut Freud masyarakat sangat memberikan
pengaruh terhadap perkembangan individu, dimulai dari
aturan budaya yang ada dalam masyarakat dan pola asuh
orang tua.
70
Untuk mendapatkan pemahaman mengenai tahap
perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson perlu
memahami poin-poin ( Feist- Feist :14) sebagai berikut :
71
kekhwatiran akan masa depan. Oleh karenanya
kepercayaan pada masa bayi menentukan
tahapan selanjutnya.
Seorang bayi yang baru dilahirkan mulai berhadapan
dengan dunia luar, tidak lagi tenang dan aman seperti
berada dalam kandungan ibunya. Lingkungan yang
menyenangkan ( hawa udara, cahaya, dan suara) dan tidak
mengalami hal-hal yang menakutkan atau serba tidak
menentu, mulai menumbuhkan perasaan mempercayai
sesuatu.Sebaliknya, bila lingkungan yang tidak memuaskan
dan pengalaman – pengalaman psikologis yang tidak
menyenangkan, timbulnya perasaan tidak mempercayai
sesuatu.Pertumbuhan yang cepat pada masa bayi dan
pengalaman yang diitempuhnya melalui kebutuhannya
menjadi landasan tumbuhnya hal-hal psikologis seperti
mempercayai atau tidak mempercayai sesuatu.
72
melalui hal-hal kualitatif dari pada hal-hal yang kuantitatif,
seperti seringnya memperoleh makanan. Dengan kata lain
bayi akan merasakan kehangatan cinta kasih dari ibunya
melalui caranya memberikan makanan, menyusui anak,
caranya mengajak tertawa dan berbicara dengan bayi.
Sejalan dengan tumbuhnya gigi ia mulai merasakan ingin
mengigit. Hal ini sebagai perkembnagn timbulnya
keinginan untuk bisa menentukan sendiri. Dalam
pengalaman dan kegiatan sensorik ini, tidak selamanya
terjadi hal-hal yang menyenangkan terkadang terjadi pula
hal-hal yang tidak menyenangkan.
73
adanya hukuman yang berat akan
membuat anak mengembangkan rasa
ragu-ragu dan malu.
74
b. Karakteristik: masa ini sering disebut
sebagai pra sekolah dan umumnya anak-
anak akan lebih aktif disbanding saat bayi.
Perlilaku aktif ini akan menjadi sebuah
tuntutan untuk menghadapi tantangan yang
harapannnya membuat anak
mengembangkan rasa tanggungjawab akan
tubuh, perilaku, mainan, dan hewan
peliharaan mereka. Namun pada fase ini
juga dapat muncul rasa bersalah yang tidak
menyenangkan saat anak tidak diberi
kepercayaan dan dibuat merasa sangat
cemas.
75
timbul perasaan bersalah.Perkembangan psikologis pada
masa ini terlihat dalam dua hal yakni :
76
masa anak-anak mereka memusatkan
energy mereka pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan
intelektual. Namun ada bahaya yang
mengancap pada fase ini yakni proses
pengembangan rasa rendah diri, perasaan
tidak berkompeten, dan tidak produktif
pada tahun-tahun sekolah dasar.
Disinilah menurut Erikson peran guru
c. Contoh: sekolah
Dalam hubungan social yang lebih
luas, anak menyadari kebutuhan utnuk
mendapat tempat dalam kelompok
seumurannya. Perkembangan Psikososialnya
menunjukan anak yang berada pada usia
sekolah memperoleh bermacam-macam
keterampilan da kemampuan dan mengetahui
apa yang akan dilakukannya dan bagaimana
ia akan melakukannya. Maka anak akan
memperoleh perasaan gairah, ia merasa
bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Tetapi
di pihak lain, ia bisa menemui kegagalan dan
77
terlihat ketidak mampuannya di hadapan
orang-orang dewasa, maka timbul perasaan
randah diri.
Identitas vs Kebingungan Identitas (Identity vs
Identity confusion)
a. Periode: 10 – 20 tahun
b. Karakteristik: pada masa ini
dihadapkan pada pertanyaan seperti
siapa mereka, bagaimana mereka
nantinya, dan kemana mereka menuju
dalam hidupnya. Mulai berhadapan
dengan banyak peran baru dan status
orang dewasa, jika mereka dapat
menjajaki peran dengan cra yang sehat
dan tiba pada suatu jalan yang positif
untuk diikuti dalam kehidupannya
maka identitas yang positif akan
dicapai.
c. Contoh: penentuan karir masa depan
Keakraban vs Keterkucilan (Intimacy vs Isolation)
a. Periode: 20 – 30 tahun
78
b. Karakteristik; menghadapi tugas
perkembangan pembentukan relasi
intim dengan orang lain . Erikson
menggambarkan hal tersebut sebagai
penemuan diri sendiri pada diri orang
lain. Jika dapat membentuk
persahabatan yang sehat dan relasi
akrab yang intim dengan orang lain
maka keintiman akan dicapai.
c. Contoh: hubungan asmara
Bangkit vc Tetap-mandeg (Generativity vs
Stagnation)
a. Periode: 40 – 50 tahun
b. Karakteristik: persoalan pada fase ini
adalah membantu generasi muda agar
berkembang dan mengarahkan
kehidupan yang berguna.
c. Contoh: parenting
Keutuhan vs Keputusasaan (Integrity vs Despair)
a. Periode: diatas 60 tahun
b. Karakteristik: melakukan refleksi akan
kehidupan yang telah dilalui saat
79
retrospektif yang dilakukan
menghasilkan pandangan yang positif
akan apa yang telah dilakukan di masa
lalu maka akan melahirkan keutuhan
rasa utuh namun jika sebaliknya maka
yang didapat adalah keputusasaan.
c. Contoh: refleksi
80
setiap tahap, ego harus mengembangkan sikap adaptif
maupun maladaptif.
81
pengasuhan atau pendidikan dapat berlangsung secara
optimal.
82
Nama Anggota Kelompok 7 :
Cristian Rissi
Ferdinand Nomleni
Lora Aktaduti Lena Djila
Petri Penina Isu
Serli Ifanti Tameon
Seterina Nuham
83
BAB V
84
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan
sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau puji.
85
pendekatan perilaku kognitif bermunculan, dan
mereka masih memiliki dampak signifikan pada
praktek terapi. Terapi behavior kontemporer muncul
sebagai kekuatan utama dalam psikologi selama
1970-an, dan itu memiliki dampak signifikan pada
pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan
pekerjaan sosial. Teknik behavior yang diperluas
untuk memberikan solusi terhadap masalah bisnis,
industri, dan membesarkan juga anak.
86
Pada akhir 1990-an Asotiation Behavior and
Cognitive Therapi (ABCT) menyatakan keanggotaan
dari sekitar 4.300. Gambaran saat ABCT adalah
“sebuah organisasi keanggotaan lebih dari 4.500
profesional kesehatan mental dan mahasiswa yang
tertarik dalam terapi bahavior berbasis empiris atau
terapi behavior kognitif.” Perubahan nama dan
deskripsi mengungkapkan pemikiran saat ini
mengintegrasikan terapi perilaku dan kognitif. Terapi
kognitif dianggap sebagai “gelombang kedua” dari
tradisi behavior.
87
menggunakan media apapun atau terjadi secara
alam.
88
Dengan melihat eksperimen tersebut dapat kita
wujudkan dalam proses pembelajaran dangan
memberikan stimulus yang dilakukan secara
berulang untuk hal - hal yang baru agar
mendapatkan respons yang sama seperti hal-hal
yang telah diketahui sebelumnya. Teori belajar
ini disebut dengan “Teori Belajar Kondisioning
Klasik (clasical conditioning) yang berarti
perilaku manusia telah diarahkan oleh sebuah
rangsangan.
89
perilaku selanjutnya. Dia juga telah
mengembangkan hukum law effect yang
menyatakan bahwa jika sebuah tindakan yang
memuaskan dalam lingkungan, maka
kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali
akan semakin meningkat, begitupun sebaliknya.
Dengan kata lain, konsekuen – konsekuen dari
perilaku seseorang akan memainkan peran
penting bagi terjadinya perilaku – perilaku yang
akan datang.
90
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil
belajar melalui prosedur stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang
sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui
latihan dan pengulangan
g. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya
perilaku yang diinginkan.
91
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau
penilaian yang mempengaruhi perilaku yang tampak. Kritik
terhadap behavioristik adalah pembelajaran yang
ditekankan pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya
dipusatkan pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik
ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori
behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan
ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa
memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru
pada situasi dan kondisi pembelajaran sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik.Metode behavioristik ini
sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,
berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yangmasih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka
mengulang dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen
atau pujian.Penerapan teori perilaku yang salah dalam suatu
situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai pusat, memperindah otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu
92
motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan
tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para
tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang
paling efektif untuk menertibkan siswa.
E. Kekurangan Behavioristik
93
3. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan
di pandang sebagai cara belajar yang efektif.
4. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh
para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai
metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa.
5. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan
oleh guru.
6. Murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelasan dari guru dan mendengarkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak
bisa diselesaikan oleh siswa.
7. Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan
menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
8. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru
(teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik dan
hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati
dan diukur.
9. Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai
center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah.
94
Nama Anggota Kelompok 9 :
Debriani Tomasuy
Higa Kire
Maria Feninda Nalle
Mehida Imer Nomleni
Petrus Kaledi Wawu
Serly Tefa
Ida Here
95
Daftar Pustaka
96