Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK

KOMUNIKASI DOKTER DENGAN KOLEGA

I. PENGANTAR
Latihan keterampilan komunikasi dasar ini merupakan kelanjutan dari latihan komunikasi pada semester lalu
dengan perbedaan berupa penekanan pada kemampuan melakukan komunikasi pada teman sejawat dan
kolega.

Kompetensi dasar keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah :


Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu :

KOMPETENSI PEMBELAJARAN
1. Memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar tentang komunikasi efektif
2. Mengetahui jenis kerjasama dokter dengan kolega
3. Berkomunikasi secara efektif dengan kolega dalam berbagai kerjasama
4. Berkomunikasi secara tertulis dengan kolega

Teori Dasar Komunikasi


Komunikasi berasal dari kata ”communicare” yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan
”communis” yang berarti milik bersama. Komunikasi mengandung beberapa pengertian komunikasi, yaitu:
(1) Pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya
demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya; (2) Pertukaran fakta,
gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih, dan (3) Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat,
kata-kata, simbol atau pesan yang bertujuan agar tiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar
menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu (Liliweri A, 2008).
Pada prinsipnya, komunikasi bertujuan untuk menimbulkan saling pengertian, bukan persetujuan. Dalam
suatu komunikasi seseorang bisa saja tidak menyetujui pesan yang disampaikan, tetapi apabila orang
tersebut memahami pesan tersebut maka dikatakan komunikasi telah berjalan baik. Terdapat lima unsur
yang berperan dalam komunikasi, yakni sumber, pesan, media, sasaran, umpan balik dan akibat.
Sumber (pengiriman berita atau komunikator) adalah tempat asalnya pesan.
Pesan atau berita adalah rangsangan atau stimulasi yang disampaikan sumber pada sasaran. Pesan tersebut
pada dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber yang ingin disampaikan pada orang lain.
Penyampaian pesan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, yakni kata-kata (simbol berupa kata-kata) atau
dalam bentuk bukan kata-kata (simbol berupa gerakan tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah dan gambar).
Isi simbolik dari pesan disebut informasi, dan jika sifatnya sebagai sesuatu yang baru disebut inovasi.
Media (alat pengirim pesan atau saluran pesan) adalah alat atau saluran yang dipilih oleh sumber untuk
menyampaikan pesan pada sasaran. Media dibagi menjadi dua jenis, yakni media massa dan media antar
pribadi. Contoh media massa adalah surat kabar, majalah, film, radio dan televisi. Keuntungan media massa
adalah sasaran yang dicapai (coverage) cukup banyak, sehingga lebih efisien dari segi waktu, biaya dan
tenaga. Kerugiannya adalah sulit diketahui keberhasilan komunikasi yang dilakukan karena umpan balik sulit
diperoleh. Kerugian lain adalah tidak dapat menyampaikan semua jenis pesan, misalnya pesan yang bersifat
pribadi, tabu atau yang dinilai akan mendatangkan akibat negatif pada masyarakat. Contoh media antar
pribadi adalah interaksi antara sumber dan sasaran, pembicaraan melalui telepon, surat-menyurat dan
pembicaraan perorangan lainnya. Keuntungan dari cara ini adalah dapat disampaikan pesan secara lengkap
dan terperinci dengan demikian keberhasilan komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang diterima.
Pesan yang disampaikan dapat mencakup ber¬bagai jenis pesan, termasuk yang bersifat rahasia atau pribadi.
Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas serta membutuhkan waktu, tenaga dan biaya cukup besar,
apalagi jika jumlah sasaran yang dituju besar.

1
Sasaran (penerima pesan atau komunikan) adalah yang menerima pesan, artinya kepada siapa pesan
tersebut ditujukan. Komunikan bisa berupa orang perorang, sekelompok orang, satu organisasi atau institusi
atau masyarakat luas.
Umpan balik (feedback) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan, yang dimanfaatkan
oleh sumber untuk memperbaiki dan ataupun menyempurnakan komunikasi yang dilakukan. Dengan adanya
reaksi ini, sumber akan mengetahui apakah komunikasi berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya baik
disebut positif dan jika hasilnya buruk disebut negatif.
Akibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri sasaran. Perubahan dapat
pada pengetahuan, sikap atau perilaku. Terjadinya perubahan perilaku adalah tujuan akhir komunikasi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Setiap kali kita melakukan
komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonal. Komunikasi yang efektif bukan hanya menentukan isi tetapi juga mendefinisikan hubungan
interpersonal. Menurut segi psikologi komunikasi, hubungan interpersonal semakin baik bila seseorang
makin terbuka untuk mengungkapkan dirinya, makin cepat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan (Rahmat J, 1993).
Terdapat tiga faktor dalam komunikasi interpersonal untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang
baik, yaitu percaya, sikap suportif dan terbuka.
Percaya merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi interpersonal. Rasa percaya dapat
meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas penerimaan
informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kepercayaan kita terhadap
orang lain dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan situasional. Seseorang dengan harga diri yang positif
akan cenderung mempercayai orang lain, sebaliknya seseorang dengan kepribadian otoriter cenderung sukar
mempercayai orang lain.
Di samping faktor-faktor personal tersebut terdapat pula faktor lain seperti karakteristik seseorang,
hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, dan kejujuran. Seseorang akan menaruh kepercayaan
kepada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman di bidang tertentu.
Akhirnya sikap percaya kita dipengaruhi oleh persepsi yang sama antara kita dengan orang lain. Rasa percaya
tumbuh bila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain. Komunikasi yang bersifat terbuka
dengan maksud dan tujuan yang jelas disertai ekspektasi yang sudah dinyatakan maka akan tumbuh rasa
percaya. Sikap percaya berkembang bila setiap komunikan menganggap komunikan lainnya berlaku jujur.
Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, hal ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita
(Rahmat J, 1993).

Komunikasi Dokter dengan Sejawat


Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan
menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk semua penyakit yang diderita oleh
pasiennya, sedangkan perawatan tetap harus diberikan sehingga membutuhkan bantuan dokter spesialis
lain dan profesi kesehatan yang memiliki keterampilan khusus seperti perawat, ahli farmasi, fisioterapis,
teknisi laboratorium, pekerja social dan lainnya.
Seorang dokter sebagai anggota profesi kesehatan, diharapkan memperlakukan profesi kesehatan lain lebih
sebagai anggota keluarga dibandingkan sebagai orang lain, bahkan sebagai teman. Deklarasi Geneva dari
WMA juga memuat janji: ”Kolega saya akan menjadi saudara saya”. Interpretasi janji ini bervariasi dari satu
negara dan negara lain sepanjang waktu. Dalam tradisi etika kedokteran Hippocrates, dokter memiliki
hutang penghargaan khusus terhadap guru mereka. Deklarasi Geneva menyatakan, ”Saya akan memberikan
guru saya penghormatan dan terima kasih yang merupakan hak mereka”.
Sebagai balasan atas kehormatan yang diberikan masyarakat dan kepercayaan yang diberikan oleh pasien,
maka profesi kesehatan harus membangun standar perilaku yang tinggi untuk anggotanya dan prosedur
pendisiplinan dalam menyelidiki tuduhan adanya tindakan yang tidak benar dan jika perlu menghukum yang
berbuat salah. Kewajiban untuk melaporkan kolega yang melakukan tindakan yang tidak kompeten,
mencelakakan, perbuatan tidak senonoh ditekankan dalam Kode Etik Kedokteran Internasional yang

2
dikeluarkan oleh WMA menyatakan, ”Dokter harus berusaha keras untuk menyatakan kekurangan karakter
dan kompetensi dokter ataupun yang terlibat dalam penipuan atau kecurangan”. Penerapan prinsip ini
tidaklah mudah, di satu sisi seorang dokter mungkin menyerang reputasi koleganya karena motif yang tidak
benar seperti karena rasa iri atau terhina oleh koleganya. Dokter juga merasa sungkan atau ragu untuk
melaporkan tindakan koleganya yang tidak benar karena simpati atau persahabatan. Konsekuensi pelaporan
tersebut dapat berakibat kurang baik bagi yang melapor, yang tertuduh atau bahkan dari kolega lain.

Kerjasama Dokter Dengan Sejawat Menurut KKI


1. Merujuk Pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang
merawat harus merujuk pasien pada sejawat lain untuk mendapatkan saran, pemeriksaan atau tindakan
lanjutan. Bagi dokter yang menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan
advis tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk. Dalam keadaan tertentu
dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan lanjutan dengan persetujuan dokter
yang merujuk dan pasien. Setelah selesai perawatan dokter rujukan mengirim kembali kepada dokter yang
merujuk.
Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter dapat menyampaikan
kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat lain karena alasan kompetensi. Rujukan dimaksud
dapat bersifat advis, rawat bersama atau alih rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk,
dokter harus memberi penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan termasuk biaya, seluruh
usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter rujukan, dan dalam rawat bersama
harus ditetapkan dokter penanggung jawab utama.
Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan segala informasi tentang kondisi
pasien yang relevan dan disampaikan secara tertulis serta bersifat rahasia. Jika dokter memberi pengobatan
dan nasihat kepada seorang pasien yang diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter yang
memeriksa harus menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang hasil pemeriksaan, pengobatan,
dan tindakan penting lainnya demi kepentingan pasien.

2. Bekerjasama dengan sejawat


Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis kelamin, ras, kecacatan,
agama/kepercayaan, usia, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan
profesional antar sejawat. Seorang dokter tidak dibenarkan mengkritik teman sejawat melalui pasien yang
mengakibatkan turunnya kredibilitas sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter memberi
komentar tentang suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat secara langsung.

3. Bekerjasama dalam tim


Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin. Apabila bekerja dalam
sebuah tim, dokter harus
a) Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawab
b) Tidak boleh mengubah akuntabilitas pribadi dalam perilaku keprofesian dan asuhan yang diberikan
c) Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota tim
d) Memelihara hubungan profesional dengan pasien
e) Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar tim
f) Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa yang bertanggung jawab
untuk setiap aspek pelayanan pasien
g) Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan kinerja tim, serta menentukan
langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan kekurangan tim
h) Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim dilakukan secara terbuka dan sportif.

3
4. Memimpin tim
Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memastikan bahwa :
a) Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
pelayanan kedokteran
b) Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
c) Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung jawab tim untuk
keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat serta mendiskusikan
permasalahan yang dihadapi
d) Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien
e) Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus tahu siapa yang
harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiran
f) Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah tersedia
g) Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar pelayanan kedokteran dan audit
pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap kekurangan harus diselesaikan segera
h) Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiap permasalahan dalam kinerja,
perilaku atau keselamatan anggota tim dapat tercapai
i) Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktek kedokteran yang benar dan baik.

5. Mengatur dokter pengganti


Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur
proses pengalihan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti. Dokter pengganti harus
diinformasikan kepada pasien. Dokter harus memastikan bahwa dokter pengganti mempunyai kemampuan,
pengalaman, pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan tugasnya sebagai dokter pengganti. Dokter
pengganti harus tetap bertanggung jawab kepada dokter yang digantikan atau ketua tim dalam asuhan
medis.

6. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan/ pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang
digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti. Dokter penanggung jawab tim harus
memastikan bahwa pasien atau keluarga pasien mengetahui informasi tentang diri pasien akan disampaikan
kepada seluruh anggota tim yang akan memberi perawatan. Jika pasien menolak penyampaian informasi
tersebut, dokter penanggung jawab tim harus menjelaskan kepada pasien keuntungan bertukar informasi
dalam pelayanan kedokteran.

7. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, mahasiswa kedokteran, peserta program pendidikan dokter
spesialis, atau dokter pengganti dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat,
harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melak¬sanakan prosedur dan pemberian terapi sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dokter yang mendelegasikan tetap menjadi penanggung jawab atas penanganan
pasien secara keseluruhan.

Hubungan dan kinerja teman sejawat


Seorang dokter harus melindungi pasien dari risiko diciderai oleh teman sejawat lain, kinerja maupun
kesehatan. Keselamatan pasien harus diutamakan setiap saat. Jika seorang dokter memiliki kekhawatiran
bahwa teman sejawatnya tidak dalam keadaan fit untuk praktek, dokter tersebut harus mengambil langkah
yang tepat tanpa penundaan, kemudian kekhawatiran tersebut ditelaah dan pasien terlindungi bila
diperlukan. Hal ini berarti seorang dokter harus memberikan penjelasan yang jujur mengenai kekhawatiran
terhadap seseorang dari tempat ia bekerja dan mengikuti prosedur yang berlaku.

4
Jika sistem setempat tidak memadai atau sistem setempat tidak dapat menyelesaikan masalah dan seorang
dokter masih mengkhawatirkan mengenai keselamatan pasien, maka dokter harus menginformasikan
badan pengatur terkait.

Menghormati teman sejawat


Seorang dokter harus memperlakukan teman sejawatnya dengan adil dan rasa hormat. Seorang dokter
tidak boleh mempermainkan atau mempermalukan teman sejawatnya, atau mendiskriminasikan teman
sejawatnya dengan tidak adil. Seorang dokter harus tidak memberikan kritik yang tidak wajar atau tidak
berdasar kepada teman sejawatnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan pasien dalam perawatan atau
terapi yang sedang dijalankan, atau dalam keputusan terapi pasien.

Berbagi informasi dengan teman sejawat


Berbagi informasi dengan teman sejawat lain sangatlah penting untuk keselamatan dan keefektifan
perawatan pasien. Ketika seorang dokter merujuk pasien, dokter tersebut harus memberikan semua
informasi yang relevan mengenai pasiennya, termasuk riwayat medis dan kondisi saat itu.
Jika seorang dokter spesialis memberikan terapi atau saran untuk seorang pasien kepada dokter umum,
maka ia harus memberitahu hasil pemeriksaan, terapi yang diberikan dan informasi penting lainnya kepada
dokter yang ditunjuk untuk kelangsungan perawatan pasien, kecuali pasien tersebut menolak.
Jika seorang pasien belum dirujuk dari dokter umum kepada dokter spesialis, dokter spesialis tersebut harus
menanyakan kepastian pasien tersebut untuk memberitahu dokter umumnya sebelum memulai terapi,
kecuali dalam keadaan gawat darurat atau saat keadaan yang tidak memungkinkan. Jika dokter spesialis
tersebut tidak memberitahu dokter umum yang merawat pasien tersebut, dokter spesialis tersebut harus
bertanggung jawab untuk menyediakan atau merencanakan semua kebutuhan perawatan.

Menghadapi Permasalahan Praktek Profesional


Kemampuan sejawat
1. Dokter harus melindungi pasien dan risiko terpajan bahaya oleh dokter atau praktisi kesehatan
lainnya.
2. Jika dokter meyakini bahwa dokter/praktisi kesehatan lainnya berisiko terhadap pasien, maka dokter
tersebut harus memberikan penjelasan yang jujur pada individu tersebut untuk mengikuti prosedur.
3. Bila memiliki tanggung-jawab penatalaksanaan, dokter harus memastikan bahwa mekanisme telah
berjalan sebagaimana mestinya sehingga sejawat dapat lebih memahami risiko terhadap pasien.
Keluhan dan permohonan formal
1. Pasien mengeluhkan penanganan/penatalaksanaan yang ia terima berhak mendapat respon
terbuka, membangun dan jujur meliputi penjelasan mengenai apa yang telah terjadi dan
permohonan maaf. Dokter tidak boleh membiarkan keluhan pasien mengganggu penanganan atau
penatalaksanaan.
2. Dokter harus bekerjasama penuh dalam penanganan pasien dan membuka diri terhadap sejumlah
keluhan yang disampaikan. Dokter harus memberikan informasi relevan kepada pihak yang
berkepentingan dalam penilaian profesi dokter dan sejawatnya, terkait perilaku, kemampuan dan
kesehatan.
3. Jika dokter bebas tugas dan bagian atau dilarang melakukan praktek terkait kemampuan atau
perilaku, wajib melaporkan tempat bekerjanya.

Bekerja dengan Sejawat


Memperlakukan sejawat dengan adil
1. Dokter harus bertindak adil dengan sejawat. Sesuai hukum berlaku, tidak boleh ada diskriminasi
terhadap sejawat dan segi apapun seperti jenis kelamin, suku bangsa dan kekurangannya. Dokter
juga tidak boleh membiarkan perbedaan ini mempengaruhi hubungan profesionalnya.

5
2. Dokter tidak boleh merusak kepercayaan pasien akan penanganan atau penatalaksanaan yang
diterima atau dengan menyalahkan dokter lain yang memberikan terapi karena rasa dengki atau
dengan memberikan kritik yang tidak mendasar.

Berbagi Informasi dengan Sejawat


1. Sesuai harapan pasien akan dokter, seorang dokter, biasanya dokter umum harus dapat memberikan
informasi sepenuhnya dan bertanggung jawab untuk menjaga kelanjutan penanganan medis pasien.
2. Dokter harus memastikan bahwa pasien mengetahui bagaimana informasi disebarkan dalam tim dan
kepada siapa saja yang akan melakukan penanganan. Jika pasien berkeberatan maka dokter harus
menjelaskan manfaat informasi itu disebarkan dalam tim, tetapi dokter tidak boleh memaksa jika
pasien bersikeras.
3. Saat akan merujuk pasien, dokter harus memberikan semua informasi yang relevan mengenai
riwayat perjalanan penyakit pasien dan kondisi terkini
4. Jika anda memberikan penatalaksanaan atau nasehat kepada pasien tetapi bukan dokter pribadi
pasien, seharusnya anda memberitahu dokter yang menangani pasien mengenai basil pemeriksaan
dan terapi yang diberikan serta informasi penting untuk kelanjutan penanganan pasien kecuali
pasien merasa keberatan. Jika pasien tidak dirujuk kepada anda oleh dokter umum, maka anda harus
menginformasikan dokter umum sebelum memulai penatalaksanan kecuali dalam keadaan gawat
darurat. Jika anda tidak memberitahu dokter yang menangani pasien sebelum atau sesudah
memberikan terapi maka anda harus bertanggungjawab untuk memberikan dan merencanakan
seluruh tindak lanjut pasien hingga ada dokter yang mengambil alih perawatan pasien.

Delegasi dan Rujukan


1. Delegasi meliputi permintaan kepada perawat, dokter, dokter muda atau praktisi kesehatan lainnya
untuk memberikan penatalak¬sanaan atas perkenan dokter. Saat mendelegasikan
penanganan/penatalaksanaan, dokter harus memastikan bahwa orang yang menerima delegasi
tersebut memiliki kompetensi untuk menjalankan prosedur/memberikan terapi. Dokter harus selalu
memantau informasi terbaru mengenai pasien dan penatalaksanaan yang diberikan. Apapun yang
terjadi, dokter tersebut harus bertanggung jawab akan keseluruhan penatalaksanaan yang diberikan.
2. Rujukan meliputi transfer sebagian atau seluruh tanggung jawab penanganan pasien, biasanya
bersifat sementara atau untuk tujuan tertentu misalnya pemeriksaan tambahan, penanganan atau
penatalaksanaan yang berada diluar kompetensinya. Biasanya seorang dokter akan merujuk pada
dokter lainnya yang lebih berkompetensi.

Daftar Pustaka
Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. 1998 . Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon:
Radcliffe Medical Press
Lloyd M., Bor, R., 2006, Communication Skills for Medicine. Churchill Livingstone
Liliweri A. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2008. h. 2-22.
Rakhmat J. Psikologi komunikasi. Edisi revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1993. h. 129-36.

6
CHECKLIST KETERAMPILAN KOMUNIKASI DENGAN KOLEGA

Skor
No. Apek yang Dinilai
0 1 2
Mampu melakukan komunikasi secara tertulis dengan kolega
1. Membuat surat rujukan ke teman sejawat
a. Kop surat
b. Tanggal dan tujuan
c. Isi
d. Penutup dan tanda tangan
2. Membuat surat pengantar pemeriksaan penunjang
a. Kop surat
b. Tanggal dan tujuan
c. Isi
d. Penutup dan tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai