Anda di halaman 1dari 18

ANALISA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Disusun Oleh : Shasha Try Marchelina


NIM : A1C02310121

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2023/2024

JL. MAJAPAHIT NO.62, GOMONG, KEC. SELAPARANG, KOTA


MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT.83115
No Author Year Title Objektive Finding/Resson Learnt Metode Penelitian Implication/Recomendation
.
1. Badri Munir 2014 PENGARUH Penelitian ini Hasil analisa Penelitian ini Dari analisa yang dilakukan,
Sukoco; SUMBERDAYA bermaksud untuk mengindikasikan bahwa menggunakan data terdapat beberapa kesimpulan:
Gunawan, POLITIS mengetahui sumberdaya politis yang yang dimiliki oleh Pertama, dari ketiga sumberdaya
sri; Ngesthi TERHADAP kontribusi ditempatkan sebagai dewan bank umum di fisik yang digunakan sebagai
Nirmala KINERJA sumberdaya politis direksi memiliki pengaruh Indonesia yang telah variabel dalam penelitian ini,
Dewi PERBANKAN yang dimiliki yang negatif terhadap go public , dengan hanya jumlah cabang yang
PUBLIK DI perbankan publik return on assets (ROA). harapan informasi berpengaruh secara positif ter
INDONESIA di Indonesia Pengaruh sumberdaya yang tersedia relatif hadap ROA yang dimiliki
terhadap kiner politis yang ditempatkan lengkap, terutama perbankan. Kedua, latar
janya. sebagai dewan komisaris yang terkait dengan belakang politis yang dimiliki
tidak mendapatkan latar belakang oleh dewan direksi berpengaruh
dukungan empiris akan anggota dewan secara negatif terhadap ROA,
meningkatkan kinerja direksi dan dewan adapun efek dewan ko misaris
perusahaan. komisaris. positif namun tidak signifikan.
Terkumpul data
panel dari 31 bank
umum selama 3
tahun, antara tahun
2008 hingga tahun
2010.
2. Astuti, Fitri 2016 Pengaruh Studi ini Hasil penelitian Model analisis yang Dari penelitian di atas dapat
Efisiensi Usaha, menganalisis menunjukkan bahwa secara digunakan dalam penulis simpulkan bahwa
Risiko pengaruh efisiensi parsial NPM memiliki penelitian ini adalah Pengaruh Efisiensi Usaha,
Keuangan dan usaha, risiko pengaruh negatif dan tidak model analisis data Risiko Keuangan, dan
Kepercayaan keuangan dan berpengaruh signifikan regresi. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat kepercayaan terhadap FDR dan LR Terhadap kemampuan
terhadap masyarakat berpengaruh positif dan Penyaluran Pembiayaan Pada
Kemampuan terhadap distribusi tidak signifikan terhadap Bank Umum Syariah di
Penyaluran pembiayaan Bank FDR. Selanjutnya variabel Indonesia Pada Tahun 2011-
Pembiayaan Syariah Indonesia ROA memiliki nilai positif 2014 sebaga berikut; variabel
pada Bank di tahun 2011 2014 dan signifikan terhadap BOPO berpengaruh positif dan
Umum Syariah FDR, ROA memiliki efek signifikan terhadap FDR. Hal ini
di indonesia negatif dan signifikan di sebabkan karena bank umum
Tahun 2011- terhadap FDR, CR syariah tetap melakukan
2014 memiliki efek positif dan pembiayaan untuk menutup
signifikan terhadap FDR, beban operasial yang tinggi. Hal
CPR memiliki efek positif ini di dukung dengan modal
dan signifikan terhadap sendiri yang dimiliki bank
FDR. Terakhir DPK umum syariah yang cukup kuat
memiliki efek negatif dan untuk mengatasi apabila terjadi
signifikan terhadap FDR. resiko.

Lanjutan Tabel

No. Author Year Title Populasi/Sample Theory Variable/Definition Hypothesis


1. Badri Munir 2014 PENGARUH - menganalisa data - -
Sukoco; SUMBERDAYA diantara perbankan
Gunawan, sri; POLITIS Indonesia yang
Ngesthi TERHADAP terdaftar pada Bursa
Nirmala Dewi KINERJA Efek Indonesia
PERBANKAN (BEI) dari tahun
PUBLIK DI 2008 hingga tahun
INDONESIA 2010.
2. Astuti, Fitri 2016 Pengaruh - pengaruh efisiensi - Variabel BOPO -
Efisiensi Usaha, usaha, risiko terhadap FDR
Risiko Keuangan keuangan dan - Variabel ROA
dan Kepercayaan kepercayaan terhadap FDR
Masyarakat masyarakat - Variabel NPM
terhadap terhadap distribusi terhadap FDR
Kemampuan pembiayaan Bank - Variabel LR
Penyaluran Syariah Indonesia terhadap FDR
Pembiayaan pada di tahun 2011- Variabel CR terhadap
Bank Umum 2014.. FDR
Syariah di - Variabel CPR
indonesia Tahun terhadap FDR
2011-2014 - Variabel DPK
terhadap FDR
- Variabel bebas
terhadap variable
terikat
BAB I
PEMBAHASAN
A. Analisa Kinerja Keuangan
1.1 Kinerja Keuangan
Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari keuntungan yang maksimal
bagi perusahaannya. Jika perusahaan dapat mencapai tujuan tersebut maka perusahaan
dapat dinilai memiliki kinerja perusahaan yang baik.
Surifah (2002 : 35) dalam (Rahayu, 2020) menyatakan bahwa kinerja
merupakan salah satu faktor penting yang menunjukan efektivitas dan efisiensi suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Beaver (1967) dalam (Rahayu, 2020)
menyatakan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual
yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen perusahaan. Adapun keputusan itu
meliputi keputusan investasi, operasional dan pembiayaan. Callahan, (2007) dalam
(Rahayu, 2020) menjelaskan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai
oleh perusahaan yang dinyatakan dengan nilai uang dan biasanya digambarkan dalam
laporan keuangan perusahaan. Penerimaan dan laba merupakan contoh ukuran dari
kinerja keuangan perusahaan. Pernyataan Callahan ini didukung pula oleh website-
nya yang menyebutkan bahwa term kinerja perusahaan yang sering dipergunakan
menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu dan biasanya bisa
didapatkan dari laporan keuangan perusahaan, baik dari laporan neraca, laba rugi
maupun arus kas.
Analisa kinerja perusahaan dirasakan penting tidak hanya untuk perusahaan
itu sendiri melainkan bagi berbagai stakeholders perusahaan (Hutabarat, 2020). Bagi
perusahaan publik, perusahaan yang tidak memiliki kinerja yang baik dapat
mempengaruhi pemikiran pasar saham dan para pemegang saham untuk membeli atau
melepas kepemilikan saham perusahaan.
1.2 Tujuan Kinerja Keuangan
Beaver (1967) dalam (Rahayu, 2020) menyatakan bahwa tujuan kinerja
keuangan perusahaan adalah :
1) Untuk melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain.
2) Untuk memperlihatkan kepada penanam modal atau masyarakat bahwa perusahaan
memiliki kredibilitas yang baik.
Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama
satu periode tertentu dapat diketahui. Kinerja keuangan dari definisi tersebut di atas
adalah merupakan keberhasilan, prestasi atau kemampuan kerja perusahaan dalam
rangka penciptaan nilai bagi perusahaan atau pemilik modal dengan cara-cara yang
efektif dan efisien.
Menurut Weston & Copeland (1995 : 237) dalam (Rahayu, 2020) ukuran
kinerja dianalisis dalam tiga kelompok yaitu :
1) Rasio Profitabilitas
Merupakan ukuran efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi.
2) Rasio Pertumbuhan
Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi
ekonomis dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri atau pasar tempat
produk tempatnya beroperasi.
3) Efisiensi Operasi
Merupakan rasio manajemen aktiva dan investasi mengukur efektifitas keputusan-
keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber dayanya.
Penilaian tingkat kesehatan/perusahaan setiap tahunnya meliputi: Return on
Equity, Return of Investment, Cash Ratio, Collection Periods, Inventory Turn
Over, Total Assets Turn Over, Equity to Total Assets, Equaity Ratio to Total
Assets (Altman, 1968)
Sedangkan menurut (Hutabarat, 2020) tujuan penilaian kinerja perusahaan
dapat ditujukan sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas
Dengan mengetahui hal ini maka dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
2) Untuk mengetahui tingkat likuiditas
Dengan mengetahui hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
3) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas
Dengan mengetahui hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha
Dengan mengetahui hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur
dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar Kembali pokok hutangnya
tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada
para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
B. Laporan Keuangan
2.1 Laporan Keuangan Dasar
Laporan keuangan dasar terdiri dari Neraca atau Laporan Posisi Keuangan,
Laporan Laba Rugi, Laporan Laba Ditahan dan Laporan Arus Kas. Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) menyajikan potret posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu
tertentu. Laporan Laba-Rugi meringkas pendapatan dan biaya perusahaan pada
periode waktu tertentu. Laporan Laba Ditahan menunjukkan seberapa banyak laba
perusahaan yang ditahan dan tidak dibagi sebagai dividen. Sedangkan Laporan arus
kas melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap arus kas pada periode waktu
tertentu.
2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dihasilkan dari proses siklus akuntansi. Siklus akuntansi
sendiri terdiri dari dua tahapan akuntansi yakni tahap pencatatan (recording phase)
dan tahap peringkasan (sumarizing phase). Siklus akuntansi ini dilakukan mulai dari
pencatatan transaksi, jurnal, buku besar sampai laporan keuangan.
Laporan Keuangan yang diberikan oleh perusahaan merupakan gambaran
kinerja perusahaan yang dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari perusahaan
tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 mengatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi
pemakai dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, tujuan laporan keuangan
disusun untuk mengetahui kebutuhan Bersama oleh Sebagian besar pemakainya, yang
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kinerja masa lalu.
Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan Informasi Keuangan yang
dapat dipercaya tentang :
a) sumber daya ekonomi dan kewajibannya;
b) perubahan perubahan sumber daya;
c) data untuk membantu mengestimasi pendapatan potensial;
d) informasi lainnya yang relevan atas perluasan informasi.
Pihak – pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan terdiri dari pihak
langsung dan pihak tidak langsung. Pihak-pihak yang secara langsung membutuhkan
laporan keuangan diantaranya pemilik (owner), kreditor, manajemen, karyawan, dan
sebagainya. Sedangkan pihak pihak yang secara tidak langsung membutuhkan laporan
keuangan adalah : analis/penasehat keuangan, pengacara, petugas pajak dan
sebagainya (Siswanto, 2021).
C. Analisis Laporan Keuangan
3.1 Analisis Rasio
Rasio keuangan adalah perhitungan angka-angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan secara horizontal antara satu pos laporan keuangan dengan pos laporan
keuangan lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan (Seto et al.,
2023). Rasio keuangan membantu para manajer perusahaan ataupun pengguna
laporan keuangan lainnya dalam menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan. Salah satu ukuran yang sering digunakan dalam melakukan interpretasi
laporan keuangan adalah analisis rasio.
Analisis rasio merupakan metode analisis yang paling banyak digunakan
dalam menganalisis laporan keuangan. Analisis rasio adalah salah satu cara
memperoleh informasi yang sanagt bermanfaat dari laporan keuangan perusahaan. Ia
didesain untuk menjelaskan hubungan antara item-item pada laporan keuangan
(neraca & laba rugi) (Siswanto, 2021). Menurut (Munawie, 2006) dalam (Seto et al.,
2023) Analisis rasio keuangan adalah rasio yang menggambarkan suatu hubungan
atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dalam laporan keuangan dengan menggunakan alat analisis berupa
rasio yang menjelaskan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruk
keadaan keuangan perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisis laporan
keuangan juga dapat diartikan sebagai kegiatan membandingkan angka angka yang
ada di dalam laporan keuangan perusahaan dengan cara membagi angka yang satu
dengan angka lainnya dalam satu komponen laporan keuangan berdasarkan periode
waktu. Dapat disimpulkan bahwa, analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat
utama dalam menganalisis laporan keuangan dalam mengamati indeks yang berkaitan
dengan hasil yang terdapat dalam laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi
laba, serta laporan arus kas untuk menilai kinerja perusahaan dari sisi financial.
Dengan menggunakan analisis rasio, perusahaan dapat mengetahui dan
mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam perusahaan serta
dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan dan menciptakan
nilai bagi perusahaan.
Analisis rasio ini bermanfaat menstandarkan jumlah dan memungkinkan
perbandingan antar perusahaan maupun antar tahun dalam satu perusahaan. Rasio
yang paling sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan diantara rasio
likuiditas, rasio manajemen aset, rasio hutang, rasio profitabilitas dan rasio pasar.
3.2 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (lancar) yang
jatuh tempo kurang dari setahun. Kita ketahui bahwa aset yang dimikili oleh
perusahaan bisa berupa aset likuid dan aset yang kurang likuid. Aset likuid adalah aset
yang dapat dialihkan menjadi uang tunai secara cepat tanpa mengurangi harganya
secara drastis. Semakin tinggi rasio likuiditas berarti semakin mudah aset-aset yang
dimiliki untuk dikonversi menjadi uang kas (Siswanto, 2021). Dimensi konsep
likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja manajemen ditinjau dari sejauh mana
manajemen perusahaan mampu mengelola modal kerja yang dibiayai dari hutang
lancar dan saldo kas perusahaan. Untuk menghitung dan menentukan tingkat
likuiditas perusahaan digunakan empat rasio, yaitu:
1) Current Ratio
Current ratio atau rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
hutang yang segera jatuh tempo pada saat penagihan (Kasmir, 2019). Dapat
disimpulkan bahwa rasio ini dihitung berdasarkan perbandingan antara aset
lancar (kas, bank, piutang, persediaan) dan hutang lancar (hutang dagang,
hutang wesel, hutang gaji, hutang pajak) (Seto et al., 2023). Current Ratio
mengukur kemampuan perusahaan membayar utang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yg dimiliki. Secara umum, semakin tinggi rasio
lancar perusahaan, semakin likuid perusahaan tersebut. Untuk mengetahui
seberapa baik rasio lancar juga bisa dibandingkan dengan rata-rata industri
(Siswanto, 2021).
Rumus Current Ratio :

CR = Current Asset / Current Liabilities

2) Quick Ratio
Quick ratio atau rasio cepat adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi dan membayar hutang lancar dengan
menggunakan aset lancar perusahaan tanpa memperhitungkan persediaan
(Kasmir, 2019). Dapat disimpulkan bahwa quick ratio dihitung menggunakan
aktiva lancar yang lebih likuid seperti kas, bank, piutang. Sedangkan aktiva
lancar lainnya seperti persediaan tidak digunakan dalam perhitungan rasio
cepat karena persediaan dianggap sebagai aktiva yang kurang likuid sebab
memerlukan waktu yang lama untuk diuangkan apabila perusahaan
membutuhkan dana cepat untuk membayar hutang. Tidak ada patokan khusus
tentnag berapa QR yang baik, tetapi secara umum, sebaiknya QR lebih besar
dari 1 menunjukkan kinerja yang baik. Peningkatan nilai QR juga
menunjukkan pertanda membaiknya kinerja keuangan (Siswanto, 2021).
Rumus Quick Ratio :

QR = Current Asset – Inventory /


current liabilities

3) Cash Ratio
Cash ratio atau rasio kas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah uang kas dan bank tersedia untuk membayar hutang
(Seto et al., 2023). Cash Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan
membayar utang lancar dengan menggunakan kas dan surat berharga yang
dimiliki (aktiva paling lancar). Tidak ada patokan khusus tentang berapa Cash
Ratio yang baik, namun nilai CR > 1 menunjukkan kinerja keuangan yang baik
(Siswanto, 2021). Peningkatan Cash Ratio juga menunjukkan pertanda
membaiknya kinerja keuangan.
Rumus Cash Cash
RatioRatio
: = Cash + Bank + Marketable Securities /
Current Liabilities

4) Working Capital to Total Asset Ratio (WCTAR)


Working Capital to Total Asset Ratio (WCTAR) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur atau membandingkan jumlah antara aktiva lancar dan hutang
lancar dengan keseluruhan total aktiva.
Rumus WCTAR :

WCTAR = Aktiva Lancar + Hutang Lancar /


Total Aktiva

3.3 Rasio Aktivitas & Rasio Solvabilitas


Salah satu jenis rasio keuangan yang juga digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan adalah rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang secara
keseluruhan baik itu hutang jangka pendek maupun jangka panjang dengan
menggunakan aktiva dan modal yang dimiliki perusahaan. Rasio untuk mengukur
aktivitas atau manajemen aset diantaranya Inventory Turnover, Average day in
Inventory, Receivable Turnover, Day Sales Outstanding (DSO), Total Assets
Turnover, serta Fixed Assets Turnover (Siswanto, 2021).
1) Inventory Turnover
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) adalah jumlah perputaran
persediaan dalam setahun dalam rangka menghasilkan penjualan. Semakin
tinggi rasio perputaran persediaan, semakin efektif dan efisien persediaan
menghasilkan pejualan.
Rumus Inventory Turnover :

Inventory Turnover = Sales / inventory

2) Avarage day in Inventory / Avarage Collection Period


Average day in Inventory menunjukkan berapa hari rata-rata dana terikat
dalam persediaan. Semakin lama dana terikat dalam persediaan, semakin tidak
efisien operasional perusahaan tersebut.
Rumus Avarage day in Inventory :
Avarage day in Inventory = 360 / Inventory Turnover

3) Receivable Turnover
Receivable Turnover menunjukkan berapa kali perputaran piutang dalam
setahun dalam rangka menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat
perputaran piutang, semakin efisien operasional perusahaan khususnya dalam
menangani kebijakan kredit.
Rumus Receivable Turnover :

Receivable Turnover = Sales /


Account Receivable

4) Day Sales Outstanding (DSO)


Day Sales Outstanding (DSO) atau sering disebut Average Collection Period
menunjukkan rata-rata jumlah hari yang diperlukan untuk menerima kas dari
penjualan.
Rumus DSO :

DSO = 360 / Receivable Turnover

5) Fixed Assets Turvoner


Fixed Assets Turnover mengukur efektivitas aktiva tetap dalam menghasilkan
penjualan. Semakin tinggi nilai fixed assets turnover, semakin efektif kinerja
keuangan perusahaan.
Rumus Fixed Assets Turn over :

Fixed Assets Turnover = Sales /


Total Fixed Assets

6) Total Assets Turn over


Total Assets Turnover mengukur efektivitas seluruh aktiva dalam
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi Total Assets Turnover, semakin
efektif operasional perusahaan tersebut.
Rumus Total Assets Turnover :
7) Total Debt Ratio (DER)
Total Assets Turnover = Sales / Total Assets
Total Debt Equity Ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2019).
Dengan menggunakan rasio DER, perusahaan dapat mengetahui perbandingan
antara hutang dan modal dalam pendanaan perusahaan serta seberapa besar
kemampuan modal sendiri yang dimiliki perusahaan untuk memenuh seluruh
kewajibannya.
Rumus DER :

DER = Total Hutang / Modal Sendiri

8) Total Debt to Total Asset Ratio (DAR)


Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) atau rasio hutang terhadap total aktiva
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
hutang dengan total aset (Kasmir, 2019). Dengan menggunakan rasio DAR
perusahaan dapat mengetahui perbandingan aset perusahaan yang dibiayai
hutang lancar dan hutang jangka panjang. Atau, dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa rasio DAR ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
dana yang bersumber dari hutang jangka panjang dan hutang lancar yang
digunakan untuk membiayai aset perusahaan.
Rumus DAR :

DAR = Total Hutang / Total Aset

9) Long Term Debt to Equity Ratio (LDR)


Long Term Debt to Equity Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal
sendiri (Kasmir, 2019). Dengan menggunakan rasio LDR, perusahaan dapat
mengetahui seberapa besar modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang
jangka panjang perusahaan.
Rumus LDR :

LDR = Hutang Jangka Panjang /


Modal
3.4 Rasio Profitabilitas
Rasio terakhir yang digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah
rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan dalam mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau profit.
Rasio ini digunakan untuk menunjukan bagaimana gambaran tingkat efektifitas
pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba. Selain itu, rasio ini juga digunakan
sebagai ukuran bagi para investor untuk memberikan informasi dalam pengambilan
keputusan berinvestasi. Rasio perusahaan profitabilitas untuk mengukur kemampuan
menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki seperti aktiva,
modal atau penjualan. Rasio-rasio profitabilitas yang sering digunakan diantaranya
return on assets (ROA), return on equity (ROE), profit margin ratio, dan basic earning
power.
1) Return on Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar laba bersih yang diperoleh dari pengelolaan seluruh aset yang
dimiliki perusahaan. Atau dapat diartikan Return on assets mengukur
kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang miliki
untuk menghasilkan laba setelah pajak. ROA menunjukkan tingkat efisiensi
aktiva.
Rumus ROA :

ROA = Laba Bersih / Total Aset

2) Return on Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu
(Seto et al., 2023). Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan
perusahaan dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki untuk
menghasilkan laba setelah pajak. Return on Equity (ROE) mencerminkan
efisiensi modal sendiri.
Rumus ROE :

ROE = Laba Bersih / Modal


3) Profit Margin Ratio (NPM)
Net Profit Margin (NPM) atau biasa disebut margin laba bersih merupakan
rasio yang digunakan dalam mengukur seberapa besar pendapatan bersih yang
diperoleh perusahaan atas aktivitas penjualan yang telah dilakukan. Margin
laba bersih merupakan perbandingan antara laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ono mencerminkan efisiensi
bagian produksi, personalia, pemasaran dan keuangan.
Rumus NPM :

NPM = Laba Setelah Bunga dan Pajak /


Penjualan bersih

4) Operating Profit Margin (OPM)


Operating Profit Margin (OPM) mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dari penjualan yg dilakukan.
Operating Profit Margin (OPM) menunjukkan efisiensi bagian produksi,
personalia, dan pemasaran.
Rumus OPM :

OPM = EBIT / Sales

5) Gross Profit Margin (GPM)


Gross Profit Margin (GPM) atau biasa disebut margin laba kotor merupakan
cara yang digunakan dalam penentuan harga pokok penjualan. Rasio ini
menggambarkan laba kotor yang diperoleh dari jumlah penjualan perusahaan.
Gross Profit Margin (GPM) adalah rasio yang kemampuan perusahaan
menghasilkan laba kotor dari penjualan yang dilakukan. Gross Profit Margin
(GPM) mencerminkan efisiensi bagian produksi.
Rumus GPM :

GPM = Laba Kotor / Penjualan Bersih


6) Basic Earning Power
Basic Earning Power mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
operasi (EBIT) dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki.
Rumus BEP :

BEP = EBIT / Total Assets


BAB II
KESIMPULAN
Kesimpulan dari analisis kinerja keuangan perusahaan dan analisis rasio keuangan adalah
keduanya memberikan wawasan mendalam mengenai kondisi keuangan perusahaan. Analisis
kinerja keuangan memeriksa prestasi keuangan perusahaan secara keseluruhan, sementara
analisis rasio keuangan fokus pada hubungan antara berbagai item dalam laporan keuangan.
Kedua alat ini membantu pemangku kepentingan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan,
likuiditas, profitabilitas, dan efisiensi operasional perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Fitri. “Pengaruh Efisiensi Usaha, Risiko Keuangan dan Kepercayaan Masyarakat
terhadap Kemampuan Penyaluran Pembiayaan pada Bank Umum Syariah di indonesia Tahun
2011-2014.” 2016, Juli. https://doi.org/10.20885/jeki.vol2.iss2.art2.
Badri, Sukoco, Sri Gunawan, dan Dewi Ngesthi. “PENGARUH SUMBERDAYA POLITIS
TERHADAP KINERJA PERBANKAN PUBLIK DI INDONESIA.” 2014, t.t.
https://doi.org/10.20885/jsb.vol18.iss1.art1.
Hutabarat, Francis. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN. 1 ed. 1. Banten:
Desanta Muliavisitama, 2020.
Rahayu. KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN. 1 ed. Jakarta: Program Pascasarjana
Universitas Prof. Moestopo (Beragama), 2020.
Seto, Agung, Maria Yulianti, Nurchayati, Ratih Kusumastuti, Nita Astuti, Hendra Febrianto,
Paradisa Sukma, dkk. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. 1 ed. 1. Padang: PT
GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI Anggota IKAPI No.033/SBA/2022, 2023.
Siswanto, Ely. MANAJEMEN KEUANGAN DASAR. 1 ed. 1. Malang: Universitas Negeri
Malang, 2021.

Anda mungkin juga menyukai