Anda di halaman 1dari 2

104022380211 – Denny Meilika S

Contoh kasus fraud: PT Tiga Pilar Sejahtera terhadap Laporan Keuangan tahun 2017

PT Tiga Pilar Sejahtera (AISA) atau TPS Food adalah entitas yang berkecimpung di bidang produksi
barang konsumsi atau consumer goods, baik makanan dan penjualan beras. Dimulai pada tanggal 22
Oktober 2018, pemegang saham TPS Food menunjuk jajaran dewan direksi dan komisaris baru melalui
RUPS Luar Biasa (RUPS LB). Manajemen baru ini yang kemudian diberi tugas untuk melakukan audit
investigasi terhadap beberapa akun dalam Laporan Keuangan TPS Food dan menunjuk PT Ernst &
Young Indonesia untuk melakukan audit tersebut.

Berdasarka informasi yang diperoleh dari manajemen baru yang dibentuk setelah RUPS LB,
manajemen lama membuat pembukuan yang berbeda dengan tujuan eksternal entitas. Menurut EY,
setelah dilakukan pembandingan antara Data Internal dengan Laporan Keuangan 2017 (Audited),
didukung dengan analisis data dan dokumen pendukung lainnya, temuan umum yang diperoleh yaitu:

a. Terdapat dugaan overstatement sebesar Rp 4 triliun dalam akun piutang usaha, persediaan,
dan asset tetap pada TPS Food dan sebesar Rp 662 miliar pada akun penjualan serta Rp 329
miliar pada EBITDA Entitas Food (PT Tiga Pilar Sejahtera, PT Poly Meditra Indonesia, PT Balaraja
Bisco Paloma, PT Putra Taro Paloma, Pt Subafood Pangan Jaya, PT Surya Cakra Sejahtera, PT
Patra Power Nusantara).
b. Diduga terdapat aliran dana sebesar Rp 1,78 triliun dari pihak yang diduga terafiliasi dengan
pihak manajemen lama menggunakan pencairan pinjaman dari beberapa bank, pencairan
deposito berjangka, transfer dana di rekening bank, dan pembiayaan beban pihak terafiliasi
oleh Grup TPS Food.
c. Tidak ditemukan adanya disclosure yang memadai kepada stakeholder yang relevan terkait
dengan hubungan dan transaksi dengan pihak terafiliasi. Hal tersebut melanggar Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan no KEP-412/BL/2009 tentang
Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Berdasarkan diskusi EY dan manajemen baru, temuan yang diperoleh adalah bawhwa terdapat
pembukuan yang memiliki tujuan yang berbeda, yaitu pembukuan yang dicatat oleh tim operasional
dari bukti transaksi langsung yang disebut dengan data internal, dan pembukuan yang ditujukan untuk
keperluan eksternal seperti audit eksternal yang disebut dengan data eksternal. Data internal
merupakan data yang diaudit oleh tim audit internal.

Perbedaan Saldo pada Laporan Keuangan 2017 (Audited) dan Data Internal

• Laporan Posisi Keuangan

Pada laporan posisi keuangan, EY tidak dapat menerima data internal dari 2 entitas yaitu PT Tani
Unggul Usaha dan PT Swasembada Tani Selebes karena pada tahun 2017 belum beroperasi.
Setelah dilakukan perbandingan pada laporan keuangan konsolidasi TPS Food, akun yang memiliki
risiko tinggi terdapat pada akun piutang non usaha berupa penurunan 83%, piutang usaha berupa
kenaikan 217%, aset tetap yang mengalami kenaikan 109%, persediaan yang mengalami kenaikan
748%, uang muka yang mengalami kenaikan 364%, aset dalam pembangunan yang mengalami
kenaikan 196%, dan utang usaha yang mengalami penurunan 100%.

• EBITDA
Pada perhitungan EBITDA, akun berisiko tinggi yang ditemukan adalah kenaikan sebesar 5%
terhadap beban usaha dan penurunan sebesar 89% pendapatan lainnya sehingga berdampak
kepada penurunan terhadap EBITDA sebesar 17%.

Dugaan lainnya terdapat pasa rekening payroll, yang ditemukan tarikan tunai sebesar Rp 21.716.000
tanpa adanya informasi pendukung. Berdasarkan pencatatan TPS Food, tarikan tersebut digunakan
untuk biaya gaji tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai alasan tidak dilakukan melalui transfer bank
ke rekening karyawan terkait.

Ernst & Young Indonesia. (2019). Laporan atas Investigasi Berbasis Fakta PT Tiga Pilar Sejahtera
Food, Tbk. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai