Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aji Firmansyah

NIM : 201710110311257
Kelas : Hukum Ekonomi & Bisnis / D

SKNDAL KREDIT BANK MANDIRI TERHADAP TIRTA AMARTA

Dilansir dari Kontan.co.id - Jakarta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk terus berkoordinasi
dengan Kejaksaan Agung terkait penyelesaian debitur-debitur nakal. Salah satunya terkait
fasilitas kredit PT Tirta Amarta Bottling. Kejagung telah menetapkan tiga pegawai Bank
Mandiri sebagai tersangka.

Menurut Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas, hal ini merupakan salah
satu hasil kerja sama dalam memerangi debitur nakal Bank Mandiri. "Langkah hukum yang
dilakukan bersama Kejagung ini kami lakukan tidak hanya terhadap pihak eksternal, tapi
juga internal Bank Mandiri untuk menciptakan efek jera, dan jika dalam prosesnya terdapat
pegawai kami yang terbukti bersalah, maka kami akan mengambil tindakan sesuai
ketentuan yang berlaku," kata Rohan Hafas dalam keterangan yang didapat Kontan.co.id,
Rabu (24/1).

Tirta Amarta Bottling Company merupakan perusahaan yang memproduksi air


minuman dalam kemasan (AMDK) dengan merek Viro. Perusahaan ini memiliki lima anak
usaha, yaitu PT Jimando perkasa, PT Tirta Amarta, PT Trison Star Investama, PT Kenanda
Investama dan PT Trimas Investama. Ketiga perusahaan terakhir (Trison Star, Kenanda dan
Trimas) merupakan perusahaan investasi. Bank Mandiri mulai memberikan fasilitas kredit
modal kerja (KMK) pada 19 Desember 2008. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan
perusahaan diberikan beberapa fasilitas tambahan dan mendapat perpanjangan fasilitas
KMK, Letter of Credit (LC) impor dan fasilitas treasury pada 15 April 2015.

Lalu, menurut penjelasan Kejaksaan Agung, saat PT TAB mengajukan perpanjangan


dan tambahan fasilitas kredit kepada Bank Mandiri Commercial Banking Center Bandung,
pada 15 Juni 2015, diduga telah terjadi penggelembungan data aset TAB. Kejagung
mencatat PT TAB juga telah menggunakan uang fasilitas kredit, antara lain sebesar Rp 73
miliar yang tidak sesuai perjanjian KI dan KMK.

Laporan keuangan adalah proses pencatatan rincian transaksi keuangan yang


terstruktur sebagai bentuk pertanggungjawaban tugas-tugas yang dibuat oleh manajemen

1
dalam periode tertentu dan harus bersifat kualitatif dan relevan agar informasi atau data
yang disajikan bebas dari kesalahan material, tidak memiliki pengertian yang menyesatkan,
dan dapat diandalkan oleh user (pengguna) dalam membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya.

Laporan keungan memuat berbagai entitas pelaporan meliputi asset, kewajiban,


belanja, transfer, pembiayaan, saldo anggaran lebih, kewajiban, ekuitas, dan berbagai hal
lain. Kendati kebajikan akuntansi telah diterapkan oleh pemerintah, namun kesalahan dalam
pelaporan masih sering terjadi.

Dalam ilmu akuntansi kesalahan dalam laporan keuangan ini dapat dibagi menjadi
dua, yaitu kesalahan akibat dari kekeliruan tertentu (error), dan kesalahan yang disengaja
atau kecurangan (fraud). Tindak kecurangan atau fraud terjadi karena adanya dorongan
untuk melakukannya (pressure), peluang untuk berbuat curang (opportunity), dan tidakan
pembenaran atas apa yang telah ia lakukan (retionalization). Pertumbuhan ekonomi negara-
negara berkembang yang melambat 0,4% pada periode 2015 -- 2016 menjadi pemicu
tekanan pada pasar keuangan global.

Meski pemerintah Indonesia menyatakan akan menjaga pertumbuhan ekonomi


nasional di atas 5%, tapi pelemahan ekonomi ini tetap berdampak pada sektor kredit
perbankan untukSmall and Medium Enterprises (SME). Momentum pelemahan ekonomi
nasional menjadi celah bagi PT Tirta Amarta Bottling Company (TAB) untuk mengajukan
penambahan fasilitas Kredit Modal Kerja dalam jumlah yang lebih besar dengan total
mencapai Rp1,4 triliun dengan menggandeng mitra kantor cabang Bank Mandiri Mandiri
Comercial Banking Center Bandung.

PT TAB telah menjadi nasabah Bank Mandiri selama 10 tahun dan memiliki record
yang cukup baik sebagai debitur. Namun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (kemudian disebut
Bank Mandiri) menemukan angka-angka yang tidak wajar, terutama pada akun piutang PT
TAB.

Rony Tedy selaku direktur PT TAB mengajukan perpanjangan dan tambahan fasilitas
kredit kepada PT Bank Mandiri senilai Rp880,60 dan juga mengajukan perpanjangan dan

2
tambahan plafon LC sebesar Rp40 miliar dan sebelumnya Rp10 miliar. Selain itu, PT TAB
mengajukan penambahan fasilitas Kredit Investasi (KI) senilai Rp250 miliar selama 72 bulan.

Dalam dokumen pendukung permohonan perpanjangan dan tambahan fasilitas


kredit, diketahui adanya penggelembungan data aset PT TAB. Sehingga berdarkan Nota
Analisa pemutus kredit Nomor CMG.BD1/0110/2015 menyatakan kondisi keuangan PT TAB
mengalami perkembangan dan bisa memperoleh perpanjangan serta tambahan fasilitas
kredit.

Akhirnya PT TAB memperoleh perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit sebesar


Rp 1,170 triliun. PT TAB juga diduga menggunakan uang dari kredit tersebut sebesar Rp73
miliar yang tidak sesuai dengan perjanjian KI dan KMK. Rony diduga menggunakan hasil
kredit sekitar Rp65 miliar untuk kepentingan pribadi. Uang tersebut dipinjamkan oleh Rony
untuk mendapatkan keuntungan serta membeli berbagai barang. Uang pinjaman tersebut
tidak sesuai dengan pernyataan yang ada dalam proposal pengajuan kredit dan
perpanjangan pinjaman disertai dengan tambahan pinjaman merupakan tindakan yang
salah dan menyimpang dalam industri perbankan.

Sekilas Tentang PT TAB

PT Tirta Amarta Bottling Company (TAB) merupakan produsen air minum dalam
kemasan yang berdiri sejak tahun 2004 dengan karyawan mencapai lebih dari 1500 orang.
Tidak hanya menyajikan air mineral, PT TAB juga terkenal dengan produk-produk unggulan
seperti jus buah dan minuman bersoda.

Beberapa merk minuman produksi PT TAB yang dikenal di masyarakat adalah Viro
dan Axo berupa air mineral dalam kemasan, soft drink seperti Ted's Cola dan Haji Cola, asan
drink dan fruit juice seperti Axo dan Sunkist, dan beberapa merk terkenal lainnya. PT TAB
telah memiliki 13 cabang dengan lebih dari 40 distributor se-Indonesia dengan lebih dari
120.000 outlets.

Sebelum berkasus, PT TAB memiliki situs internet di tirta-amarta.com. Namun situs


tersebut tidak lagi dapat diakses saat tulisan ini digulirkan (7 Desember 2018), sehingga
profile perusahaan yang lebih lengkap dan komprehansif, agak sulit penulis dapatkan.

3
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan financial statement
fraud sebagai "salah saji atau pengabaian atas fakta-fakta material yang disengaja, atau data
akuntansi yang menyesatkan, dan ketika mempertimbangkan dengan semua informasi yang
tersedia akan menyebabkan pembaca laporan mengganti atau mengubah penilaian atau
keputusannya." Sementara The Treadway Commission mendefinisikan kejahatan akuntansi
sebagai "tindakan yang secara sengaja atau ceroboh, baik perbuatan atau kelalaian, yang
menghasilkan materi laporan keuangan yang menyesatkan."

Setidaknya 3 faktor utama yang menjadi penyebab dalam accouting fraud yang biasa
disebut dengan "segitiga kejahatan/fraud triangle" yaitu peluang (opportunity) dapat terjadi
karena pekerja mengambil keuntungan akibat kurangnya pengawasan dan kendali yang baik
di tempat kerja atau suatu perusahaan, tekanan keuangan (financial pressure) terjadi karena
masalah keuangan atau utang yang banyak sehingga pekerja terpaksa untuk melakukan
kejahatan, dan rasionalisasi (rationalization) biasanya pegawai merasa bahwa wajar untuk
melakukan kejahatan karena merasa gaji yang dibayarkan kurang sedangkan pemimpin
perusahaannya menghasilkan banyak uang. Untuk mencegah atau mendeteksi kejahatan
akuntansi yang terjadi perusahaan dapat mengunakan peraturan hukum yang telah dibuat
di Sarbanes-Oxley Act of 2002 (SOX) yang berguna untuk mengontrol sistem internal
perusahaan.

Fraud merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak di
dalam maupun luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi
atau kelompok yang secara langsung merugikan orang lain. Secara umum fraud terdiri dari
dua golongan, yaitu pengelapan aktiva (misapporopriation) dan kecurangan pelaporan
keuangan ( fraudulen financial reporting).

Kecurangan laporan keuangan sering juga dikenal dengan istilah kecurangan


manajemen. Hal ini disebabkan karena secara umum kecurangan ini dilakukan oleh pihak
manajemen, kadang kala tanpa sepengetahuan para karyawan. Manajemen berada pada
posisi yang dapat membuat keputusan akuntansi dan pelaporan tanpa sepengetahuan para
karyawan.

Sedangkan menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) kecurangan laporan


keuangan merupakan salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau

4
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan sebagai berikut :

1. Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen


pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan.
3. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Daftar Pustaka :

1. https://nasional.kontan.co.id/news/bank-mandiri-mengawal-kasus-tirta-amarta
2. https://www.kompasiana.com/ridhoputraperdana/5c112d81c112fe5268698c2b/acc
ounting-fraud-dalam-kasus-pembobolan-bank-mandiri?page=all#sectionall
3. https://www.cnnindonesia.com/tv/20180522103345-402-300208/skandal-kredit-
bank-mandiri-ke-tirta-amarta
4. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/21/225520926/begini-asal-mula-kasus-
pt-tab-yang-bobol-bank-mandiri-rp-183-triliun

Anda mungkin juga menyukai