Anda di halaman 1dari 26

TATAP MUKA 5

ANALISIS PRILAKU BIAYA BERBASIS FUNGSI DAN AKTIVITAS

Tujuan kegiatan pembelajaran


1. Menjelaskan definisi perilaku biaya.
2. Menjelaskan klasifikasi biaya berdasarkan perilaku.
3. Menjelaskan metode biaya semivariabel menjadi biaya variabel dan biaya
tetap.
4. Menjelaskan perilaku biaya berbasis fungsi dan aktivitas.

Materi
Definisi Perilaku Biaya
Pengetahuan akan perilaku biaya akan membuat manajer terbantu membuat
prediksi biaya yang diperlukan. Prediksi biaya merupakan peramalan atau taksiran
biaya untuk tingkat atau volume aktivitas tertentu. Perilaku biaya dapat kita artikan
sebagai bagaimana sebuah biaya dapat merespon sebuah perubahan pada level
aktivitas tertentu dalam satu rentang relevan yang sama. Rentang relevan adalah
suatu level aktivitas tertentu dimana total biaya tetap dan total biaya variabel tidak
akan berubah.
Klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi, yaitu:
a. Biaya variabel
Adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam
rentang relevan, tetapi secara per unit tetap. Contoh: bahan baku langsung,
perlengkapan, biaya penjualan, dan lain-lain.
b. Biaya tetap
Adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu,
tetapi secara per unit berubah. Contoh : gaji bagian produksi, pajak properti, dan
lain-lain.
c. Biaya semivariabel
Adalah biaya didalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel.
Contoh: biaya listrik, biaya air, dan lain-lain.

Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku


1. Biaya Variabel (Variable Cost).
Biaya variabel akan berubah secara proporsional terhadap volume dalam satu
rentang relevan. Biaya variabel akan “berubah-ubah” di total biaya variabel
walaupun aktivitas akan berubah. Biaya variabel per unit akan kelihatan konstan
ketika aktivitas berubah dalam suatu rentang relevan. Semua biaya langsung adalah
biaya variabel. Contoh dari biaya variabel adalah biaya bahan bakar, biaya lembur,
dan lain-lain.
Ciri-ciri biaya variabel adalah:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan
volume.
b. Biaya per unit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang
yang relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan cukup mudah dan
tepat.
d. Dapat dikendalikan oleh seorang kepada departemen tertentu.
Gambar : Grafik biaya variabel

Contoh
Berikut ini adalah data biaya bahan baku selama bulan Januari 2019

Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan bulan Januari
2019 dibawah ini:
2. Biaya Tetap (fixed Cost)
Biaya tetap akan tetap terhadap perubahan volume dalam satu rentang
relevan. Biaya tetap per unit akan berbeda ketika aktivitas berubah dalam suatu
rentang relevan. Biaya tetap secara total akan “tetap” walaupun terdapat perubahan
aktivitas.
Ciri-ciri dari biaya tetap:
a. Jumlah keseluruhan yang tetap dalam rentang output yang relevan.
b. Penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam rentang yang
relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen berdasarkan keputusan manajemen
atau menurut metode alokasi biaya.
d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak ditanggug oleh manajemen
eksekutif daripada manajer operasi.

Gambar: Grafik biaya tetap


Contoh
Data berikut adalah biaya sewa selama bulan Januari 2019

Maka, dapat kita liat gambar grafik biaya dari data-data biaya bahan bulan Januari
2019 dibawah ini:
Tipe biaya tetap ada 2 (dua), yaitu:
a. Biaya Tetap Yang Dilakukan (Committed Fixed Cost) Biaya ini biasanya akan
muncul untuk waktu yang lama (jangka panjang), dan tidak dapat diubah
pada waktu sekarang (jangka pendek). Contoh: depresiasi mesin, PBB, dan
lain-lain.
b. Biaya Tetap Yang Berdasarkan Kebijakan (Discretionary Fixed Cost) Biaya
tetap ini biasanya dapat diubah pada waktu sekarang (jangka pendek) sesuai
dengan keputusan manajemen yang dianggap tepat. Contoh: biaya iklan,
biaya riset dan pengembangan.
3. Biaya Semi Variabel (semivariable Cost)
Di dalam biaya semivariabel, terdapat komponen biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya semivariabel ini sering disebut juga sebagai biaya campuran. Ciri- ciri
daripada biaya semivariabel adalah: a. Meskipun tidak ada aktivitas maka biaya ini
tetap ada. b. Total biaya semivariabel akan berubah jika aktivitasnya berubah

Gambar : Grafik biaya semi variabel

Gambar : Grafik biaya semi variabel

4. Biaya Bertahap (Step Cost)


Dari segi total, biaya akan mengalami kenaikan ketika volume berubah secara
khusus. Biaya bertahap ini dapat kita jumpai untuk biaya variabel (disebut juga step
variable cost) dan biaya tetap (disebut juga step fixed cost). Perbedaan dari step
fixed cost dengan step variable cost itu hanya pada kedalaman rentang relevan saja.
Step variable cost biasanya punya rentang relevan yang lebih pendek (biasanya
dibawah 1 tahun) dibandingkan dengan step fixed cost (biasanya diatas 1 tahun).
Contoh step variable cost adalah seorang mahasiswa membayar uang makan ke
rumah makan yang sama selama 3 bulan berturut-turut, dan setelah 3 bulan,
mahasiswa tersebut akan pergi berlangganan rumah makan lain untuk bulan
berikutnya. Contoh step fixed cost adalah seorang mahasiswa mengontrak rumah
untuk tempat tinggal selama 1 tahun, pada tahun berikutnya sewa rumah tersebut
naik

Gambar: Grafik biaya variabel bertahap

Gambar: Grafik biaya tetap bertahap

Metode Pemisahan Biaya Semivariabel


Biaya semivariabel mempunyai unsur komponen biaya tetap dan biaya
variabel. Oleh karena itu, biaya semivariabel harus dapat dipisahkan berapakah
sebenarnya komponen biaya tetap dan berapakah komponen biaya variabel. Ada 3
(tiga) metode pemisahan biaya semivariabel, yaitu:
a. Metode tinggi rendah (high low method)
b. Metode biaya berjaga
c. Metode scattergraph
d. Metode least Squares

Metode tinggi rendah (high low method).


Satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk memisahkan komponen
tetap dan variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode tinggi rendah (high
low method). Dari sekumpulan data untuk suatu periode, dipilih satu tingkatan
aktivitas tertinggi beserta jumlah biaya yang berkaitan, dan satu tingkat biaya
terendah juga beserta jumlah biaya yang berkaitan. Perubahan biaya dari tingkat
aktivitas terendah ke tingkat aktivitas tertinggi dibagi dengan perubahan tingkatan
aktivitas dari tingkat aktivitas terendah ke tingkatan aktivitas tertinggi akan
menghasilkan perubahan biaya (tarif variabel).
Apabila tingkat perubahan biaya telah diketahui maka jumlah biaya variabel
pada tingkat aktivitas tertinggi maupun pada tingkat aktivitas terendah dapat
dihitung. Jika jumlah biaya variabel pada tingkat aktivitas yang dipilih dikurangkan
dari jumlah biaya pada tingkat aktivitas tersebut, maka sisanya adalah unsur tetap
dari biaya variabel yang dianalisa.
Metode tinggi rendah memiliki kelemahan dalam beberapa hal dan oleh karena
itu, komponen tetap dan komponen variabel yang diperoleh dengan menggunakan
metode ini harus di cek ulang kembali terhadap data mentahnya untuk melihat
kebenaran ataupun kewajarannya. Tidak ada solusi kuantitatif yang lebih baik dari
data masukan dan metode yang digunakan untuk mengolah data tersebut. Metode
tinggi rendah memberikan solusi yang layak tetapi tidak sempurna.

Contoh :
PT. Riau Man mempunyai biaya pemeliharaan yang sedang diteliti dan dipelajari.
Data yang akan diteliti itu merupakan data bulan Juli 2019. Data-data tersebut
adalah sebagai berikut:
Aktivitas Biaya (Rp)
(JamTenaga Kerja Langsung)
Januari 500 18.250.000
Februari 600 18.900.000
Maret 300 16.950.000
April 1.000 21.500.000
Mei 700 19.750.000
Juni 800 20.250.000

Dengan memakai metode tinggi rendah, maka kita dapat menghitung komponen
tetap dan variabel, seperti yang dibawah ini:
Aktivitas (Jam Tenaga Biaya (Rp)
Kerja Langsung
Tertinggi (April) 1.000 21.500.000
Terendah (Maret) 300 16.950.000
Selisih 700 4.550.000

Tarif biaya variabel = 4.550.000 =6.500


700
Pada Aktivitas 1.000 Jam (Rp)
Jumlah Biaya 21.500.000
Biaya Variabel (1.000 x Rp 6.500) 6.500.000
Biaya Tetap 15.000.000

Rumus Biaya : Y = Rp 15.000.000 + Rp 6.500 X

Jika perusahaan merencanakan operasional pabrik pada periode mendatang selama


1.200 JKL, maka biaya pemeliharaan dapat diestimasi sbb.:
Biaya pemeliharaan
= 15.000.000 + (6.500 x 1.200)
= Rp22.800.000

Metode biaya berjaga (Standby cost method)


Biaya berjaga adalah biaya yang masih muncul selama kegiatan operasional
dihentikan sementara waktu dan diklasifikasikan sebagai biaya tetap. Biaya variabel
diperoleh dengan mengurangkan total biaya pada saat operasional dengan biaya
berjaga.

Metode scattergraph
Metode lain yang dapat digunakan untuk dapat memisahkan komponen tetap
dan komponen variabel dari suatu biaya semivariabel adalah metode scattergraph.
Metode ini memerlukan penggambaran suatu grafik dimana pada sumbu vertikal
(sumbu Y) diperlihatkan sebagai biaya, sedangkan pada sumbu horizontal (sumbu
X) diperlihatkan sebagai volume atau tingkat aktivitas. Titik yang berkaitan dengan
data mentah (tingkat aktivitas dan biaya yang berkaitan) diterakan pada grafik dan
kemudian berdasarkan pengamatan/ pandangan mata ditariklah satu garis yang
paling mendekati semua titik-titik tersebut.
Titik – titik yang digambarkan pada sistem sumbu X dan sumbu Y disebut
scattergraph dan satu garis yang ditarik paling mendekati semua titik – titik – titik
tersebut adalah merupakan garis regresi (regression line). Garis regresi pada
hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya variabel per unit
ditunjukkan oleh tingkat kemiringan garis regresi tersebut dan unsur tetap, rata-rata
totalnya ditunjukkan oleh titik dimana sumbu vertikal (sumbu Y) dipotong oleh garis
regresi itu.

Contoh 3:
CV. Lolipop mempunyai biaya tenaga kerja tidak langsung untuk periode tahun
2019 adalah sebagai berikut:
Bulan Jam kerja langsung Total biaya pemeliharaan
Januari 20 64.000
Februari 18 60.000
Maret 28 78.000
April 32 84.000
Mei 40 100.000
Juni 38 96.000
Juli 53 138.000
Agustus 48 120.000
September 50 130.000
Oktober 45 110.000
November 30 80.000
Desember 42 104.000

Maka, berdasarkan data-data biaya tenaga kerja tidak langsung maka dapat
digambarkan scarttergraph adalah sebagai berikut:

▪ total biaya pemelihaan


Metode scattergraph memungkinkan penganalisaan sejumlah besar titik-titik
pengamatan, namun kecermatan dalam menarik garis total biaya atau garis regresi
sangat diperlukan, karena perubahan kecil pada kemiringan garis tersebut akan
berdampak besar terhadap tingkat perubahan biaya (variable cost) yang dihitung
berdasarkan metode ini.
Metode least Squares
Suatu garis regresi yang akurat yang dapat ditemukan dan digambarkan
setelah terlebih dahulu dihitung persamaan garis regresi itu dengan memakai
metode statistik least squares. Metode ini merupakan cara yang paling akurat untuk
mengestimasi komponen tetap dan komponen variabel dari suatu biaya
semivariabel. Metode least squares didasarkan pada penentuan atau perhitungan
suatu persamaan garis lurus (straight line equation). Suatu garis lurus dapat
dinyatakan dengan bentuk persamaan:
Y = a + bx
∑XY = a∑X + b∑X2
∑Y = na + b∑X
a : biaya tetap
b : biaya variabel
n : jumlah pengamatan atau observasi
x : satuan aktivitas/ kegiatan
y : biaya semivariabel yang diamati

Biaya Variabel = 3.104.000 = 2.140,69


1.450
Biaya Tetap = 97.000 – (37) (2.140,69)
Biaya Tetap = 97.000 – 79.205,53
Biaya Tetap = 17.794,47

Rumus Biaya:
Y = Rp 17.794,47 + Rp 2.140,69 X
Perilaku biaya berbasis fungsi
Dalam perilaku biaya berbasis fungsi, perilaku total biaya dan biaya per unit
hanya dihubungkan dengan unit driver.

Gambar: Hubungan Produksi dan unit driver


Contoh
Biaya bahan baku langsung Rp1.000 per unit, Biaya tenaga kerja langsung Rp 500
per unit, Biaya pengecekan produk Rp 5.000.000 untuk 100 kali pengecekan, Biaya
setup mesin Rp 2.000.000 untuk 200 kali setup dan Beban penyusutan gedung
pabrik Rp 3.000.000 per tahun.
Dari contoh ini, total biaya variabel per unit Rp1.500 (Rp1.000 + Rp500) sedangkan
total biaya tetap Rp10.000.000 (Rp5.000.000 + Rp2.000.000 + Rp3.000.000)
sehingga dihasilkan formula biayanya sbb.:

Y = 10.000.000 + 1.500X
Dimana y = total biaya dan x = jumlah unit produks.

Kelemahan perilaku biaya berbasis fungsi adalah informasinya dapat


menyesatkan dalam pengambilan keputusan karena biaya yang diklasifikasikan
sebagai biaya tetap dalam perilaku biaya berbasis fungsi pada kenyataannya biaya
tersebut merupakan biaya variabel sehubungan perubahan output batch driver dan
product driver.

Perilaku biaya berbasisi aktivitas


Dalam perilaku biaya berbasis aktivitas, perilaku biaya tidak hanya dihubungkan
dengan unit driver, tetapi juga non-unit driver.
Terdapat 3 driver aktivitas:
1. Unit driver, yaitu driver yang terkait dengan aktivitas yang dilakukan untuk
setiap unit produk dihasilkan, seperti jam mesin, dan jam kerja langsung
2. Batch driver, yaitu driver yang terkait dengan aktivitas yang dilakukan untuk
setiap kelompok unit (batch) produk dihasilkan, seperti jumlah setup, jumlah
pesanan pembelian, dan jumlah pengecekan secara sampel
3. Product driver, yaitu driver yang terkait dengan aktivitas untuk
mempertahankan produk, seperti jumlah rekayasa produk, dan jumlah lini
produk.
Batch driver dan product driver disebut non unit.
Gambar: Hubungan biaya produksi dengan unit driver dan non unit driver

Berdasarkan contoh di atas, biayanya akan diklasifikasikan sbb.:


1. Unit-Variable Cost terdiri dari biaya bahan baku langsung Rp1000 per unit
dan biaya tenaga kerja langsung Rp500 per unit
2. Non-Unit Variable Cost adalah biaya pengecekan produk Rp50.000 per
pengecekan dan biaya setup Rp10.000 per setup
Biaya Tetap beban penyusutan gedung pabrik Rp3.000.000 per tahun
Hanya beban penyusutan gedung pabrik yang merupakan biaya tetap karena biaya
ini tidak ada hubungannya dengan produk, tetapi berhubungan dengan aktivitas
penyediaan fasilitas sehingga tidak ada driver aktivitasnya.
Formula biaya dengan menggunakan perilaku biaya berbasis aktivitas sbb.:
Y = 3.000.000 + 1.500X1 + 50.000X2 + 10.000X3
Dimana X1 = jumlah unit produksi
X2 = jumlah pengecekan
X3 = jumlah setup
Format Laporan Laba Rugi untuk perilaku biaya berbasis fungsi:
Penjualan Rpxxx
Biaya variabel berbasis unit Rp(xxx)
Laba kontribusi Rpxxx
Biaya tetap*) Rp(xxx)
Laba bersih operasi Rpxxx
*) Biaya tetap terdiri dari biaya aktivitas tingkat fasilitas dan biaya aktivitas tingkat non-unit
(batch level cost dan product level cost).
Format Laporan Laba Rugi untuk perilaku biaya berbasis aktivitas:
Penjualan Rpxxx
Biaya variabel berbasis unit Rp(xxx)
Laba kontribusi Rpxxx
Biaya variabel non-unit:
Biaya pengecekan Rp(xxx)
Biaya setup Rp(xxx)
Total biaya variabel non-unit Rp(xxx)
Laba yang dapat ditelusuri (traceable margin) Rpxxx
Biaya tetap*) Rp(xxx)
Laba bersih operasi Rpxxx
*)Biaya tetap hanya untuk biaya aktivitas tingkat fasilitas (facility-level activity cost).
Rangkuman
1. Perilaku biaya berhubungan dengan perubahan biaya total dan biaya per unit
karena perubahan output driver aktivitas.
2. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah secara proporsional
dengan perubahan output driver aktivitas, sedangkan biaya variabel per
unitnya tetap dalam batas relevan tertentu.
3. Engineered variable costs (biaya variabel teknis) adalah biaya yang
mempunyai hubungan erat dan nyata antara input dan output. Biaya variabel
diskresioner adalah biaya yang mempunyai hubungan yang erat antara input
dan output-nya, tetapi tidak nyata (artificial).
4. Biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap dalam batas relevan tertentu,
tanpa dipengaruhi oleh perubahan output driver aktivitas, sedangkan
perubahan biaya tetap per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan
output driver aktivitasnya.
5. Biaya tetap yang sudah dikomitmenkan adalah biaya yang berhubungan
dengan penyediaan kapasitas pabrik, peralatan, dan struktur organisasi
perusahaan. Biaya tetap diskresioner (disebut juga “managed cost”) timbul
dari keputusan tahunan oleh manajemen untuk mengeluarkan biaya tetap
tertentu.
6. Batas relevan (relevant range) adalah batas pada saat biaya tersebut tidak
berubah. Biaya tetap tidak berubah jika berada dalam batas relevan. Namun,
jika berada di luar batas relevan, biaya tetap tersebut akan berubah. Oleh
karena itu, perubahan batas relevan akan mengubah biaya tetap total dan
biaya variabel per unit. Konsep batas relevan juga digunakan untuk
mendefinisikan biaya variabel per unit.
7. Biaya semivariabel adalah biaya yang mengandung keduanya—biaya tetap
dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya yang totalnya berubah secara
tidak proporsional terhadap perubahan output driver aktivitas dan biaya per
unitnya berubah berbanding terbalik dengan perubahan output driver
aktivitas.
8. Biaya bertahap adalah biaya yang tetap sampai batas output driver aktivitas
tertentu dan naik secara drastis pada output driver aktivitas tertentu lainnya,
kemudian tetap lagi dalam batas output driver aktivitas ini.
9. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya semivariabel harus
dipilah menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Metode yang dapat digunakan
untuk memilah biaya semivariabel adalah metode biaya berjaga, metode titik
tertinggi dan terendah, metode diagram pencar, dan metode kuadrat terkecil.
10. Dalam perilaku biaya berbasis fungsi, perilaku biaya hanya dihubungkan
dengan unit driver.
11. Dalam perilaku biaya berbasis aktivitas, perilaku biaya dihubungkan dengan
unit driver dan non-unit driver.
Latihan

1. PT. Sejahtera memproduksikan beberapa jenis produk. Perusahaan ini


sedang berencana memperkenalkan suatu produk baru yang akan dijual
dengan harga Rp 8.000 per unit. Taksiran berikut ini telah dibuat untu biaya
produksi sebanyak 100.000 units yang akan diproduksikan pada tahun
pertama: Biaya bahan baku Rp 50.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
(Tarif Upah : Rp 16.000 per jam) Rp 40.000.000
Biaya-biaya overhead produksi belum ditaksir untuk produk baru tersebut
tetapi data jumlah produksi dan biaya overhead untuk 24 bulan terakhir telah
dianalisa dengan menggunakan metode least squares. Rumusan berikut ini
adalah sebagai hasil analisa garis regresi yang akan dipakai sebagai dasar
menaksir besarnya overhead untuk produk baru:
Hasil analisa regresi : Y = a + bx
Y : biaya overhead pabrik
X : jam kerja langsung
Nilai perhitungan:
Titik perpotongan dengan sumbu Y = Rp 40.000.000
Koefisien variabel bebas = Rp 2.100
Diminta:
a. Tuliskan persamaan garis regresi untuk taksiran diatas!
b. Hitunglah prediksi biaya overhad pada volume aktivitas sebesar 20.000
jam tenaga kerja langsung!
2. Berikut ini adalah data beban perlengkapan dan lama tamu menginap dihotel
pangeran selama enam bulan pertama 2019
Beban perlengkapan Lama tamu menginap
Januari Rp. 24.000.000 11.000 hari
Februari Rp. 16.500.000 13.000 hari
Maret Rp. 15.000.000 8.000 hari
April Rp. 19.500.000 15.000 hari
Mei Rp. 21.500.000 18.000 hari
Juni Rp. 27.000.000 24.000 hari
Diminta:
a. Dengan metode titik tertinggi dan titik terendah, buatlah rumus beban
perlengkapan.
b. Berapakah beban perlengkapan jika ekspektasi lamanya tamu menginap
adalah 25.000 hari
c. Dengan metode kuadrat terkecil, buatlah rumus beban perlengkapan.
TATAP MUKA 6 dan 7
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERBASIS VOLUME

Tujuan kegiatan pembelajaran


1. Pembebanan biaya produksi ke produk
2. Alokasi biaya
3. Pembebanan biaya overhead ke produk
4. Pemilihan tingkat kapasitas
5. Departementalisasi pabrik
6. Langkah-langkah perhitungan harga pokok produk berbasis volume

Materi
Pembebanan biaya produksi ke produk
Perhitungan harga pokok produk tradisional (traditional costing) disebut juga
degan perhitungan harga pokok produk berbasis volume (Volume-Based
Costing/VBC) atau Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Unit (Unit-Based
Costing) atau Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Fungsi (Functional-Based
Costing/FBC) atau Perhitungan Harga pokok Produk Secara Kasar (Peanut-Butter
Costing. Istilah “volume” atau “unit” adalah mengacu pada unit produksi.
Ada lima driver berbasis unit (unit-based driver) yang dapat digunakan untuk
membebankan biaya overhead pabrik ke produk, yaitu:
1. Jam kerja langsung (JKL)
2. Jam mesin (JM)
3. Unit produksi
4. Biaya bahan baku langsung (BBBL)
5. Biaya tenaga kerja langsung (BTKL).

Gambar: Korelasi biaya dengan jumlah unit yang dihasilkan.

Pada gambar diatas dapat dilihat biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
berkorelasi langsung dengan jumlah unit yang dihasilkan, sehingga jumlah unit yang
dihasilkan sebagai pemicu jumlah biaya untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik
tidak berhubungan langsung dengan jumlah unit yang dihasilkan berarti sebagai
pemicu biaya overhead disini bukanlah jumlah unit tetapi driver unit itu sendiri yaitu
jam mesin, jam kerja langsung, biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Jadi untuk pembebanan masing-masing biaya keproduk dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar: Pembebanan biaya produksi ke produk.

Format pembebanan biaya keproduk jika pabrik sebagai pool biaya.

*) BOP Dibebankan = Kapasitas sesungguhnya X Tarif BOP

Format Perhitungan Harga Pokok Produk Jika Departemen Produksi Sebagai Pool
Biaya.

*) BOP Dibebankan = kapasitas sesungguhnya setiap departemen produksi X tarif


BOP tiap departemen produksi.

Alokasi Biaya
Alokasi biaya diperlukan untuk biaya tidak langsung.
Misalnya, alokasi biaya departemen jasa atau pendukung ke departemen produksi;
alokasi biaya administrasi fakultas ke masing-masing program studi (DIII, S1, S2,
dan S3).
Proses pembebanan biaya overhead ke produk dengan tarif pabrik
Proses pembebanan biaya overhead ke produk dengan tarif departemen

Konsep Kapasitas Pabrik


Terdapat empat konsep kapasitas pabrik
1. Kapasitas teoritis
2. Kapasitas praktis
3. Kapasitas normal
4. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan

Kapasitas teoritis
Merupakan kapasitas ideal atau kapasitas maksimum, yaitu kapasitas untuk operasi
100% tanpa ada hambatan. Akan tetapi dalam prakteknya, kapasitas ini tidak pernah
dipakai sebagai dasar perhitungan tarif BOP karena sulit dicapai.
Kapasitas praktis
Adalah kapasitas setelah mempertimbangkan hambatan-hambatan internal
perusahaan, seperti pekerja sakit, mesin rusak, pekerja unjuk rasa, karyawan cuti,
dan lain sebagainya. Sama seperti kapasitas teoritis, kapasitas ini jarang digunakan
sebagai dasar perhitungan tarif BOP karena juga masih sulit untuk dicapai.
Kapasitas normal
Adalah kapasitas setelah mempertimbangkan hambatan internal dan hambatan
ekternal, seperti hari libur nasional, masyarakat unjuk rasa, turunnya permintaan
produk karena krisis ekonomi, dan lain sebagainya. Kapasitas ini merupakan yang
paling umum digunakan sebagai dasar perhitungan tarif BOP.
Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
Adalah kapasitas sesungguhnya diharapkan untuk periode mendatang, misalnya
tahun depan. Kapasitas ini juga tidak digunakan sebagai dasar perhitungan tarif
BOP karena bersifat jangka pendek sehingga tarif BOP akan berfluktuasi setiap
periodenya.
Departemen Produksi dan Departemen Jasa.
Departemen produksi adalah departemen yang mengolah bahan baku menjadi
barang jadi. Contohnya departemen pemotongan bahan, departemen perakitan
komponen, dan departemen pengecatan.
Departemen jasa adalah departemen yang tidak mengolah bahan baku menjadi
barang jadi, tetapi memberikan jasa ke departemen produksi. Contohnya
pembangkit tenaga listrik, bengkel, dan kafetaria.

Departemen Departemen
Penanganan BB penyelesaian

Departemen
perakinan
Departemen
pemeliharaan Departemen
pemotongan

Langkah-Langkah Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Volume


1. Mengidentifikasi departemen produksi dan departemen jasa serta cost driver
2. Mengidentifikasi sumber daya dan biaya sumber daya yang digunakan oleh
setiap departemen serta cost driver untuk biaya tidak langsung departemen
3. Mengumpulkan data kapasitas cost driver pada awal tahun
4. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen
5. Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi
6. Menghitung tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi
7. Menghitung harga pokok produk

Mengidentifikasi departemen, sumber daya dan cost driver.


Cost Driver
Departemen Produksi:
Pemotongan JM
Perakitan JKL
Penyelesaian JM
Departemen Jasa:
Penanganan Bahan Baku Taksiran BBB
Kafetaria Jumlah Karyawan
Biaya Tidak Langsung Dept. Cost Driver
B. penyusutan gedung pabrik Luas Lantai
Biaya listrik KWH
Gaji mandor Jumlah Pekerja
Tabel: Mengumpulkan data kapasitas cost driver

Penyusunan Anggaran BOP


Tahap dalam penyusunan anggaran BOP
1. Mengklasifikasikan BOP menjadi menjadi biaya langsung departemen dan
biaya tidak langsung departemn
2. Mengklasifikasikan BOP menjadi biaya variabel dan biaya tetap
PERABOT JEPARA CABANG PEKANBARU
ANGGARAN BOPAHUN 2017 (in Rp 000)

Mengalokasikan Biaya Departemen Jasa Ke Departemen Produksi


Tiga metode alokasi:
1. Metode alokasi langsung
2. Metode alokasi bertahap
3. Metode aljabar
Metode alokasi langsung.
Dalam metode ini, biaya departemen jasa dialokasikan langsung ke departemen
produksi. Metode ini mengasumsikan bahwa departemen jasa tertentu tidak
memberikan jasa ke departemen jasa lainnya, tetapi semata-mata hanya
memberikan jasa ke departemen produksi.

Gambar: Alokasi biaya departemen jasa ke departemen produksi


Tabel : Alokasi biaya departemen jasa ke departemen produksi

Metode Alokasi Bertahap (step allocation method)


Metode alokasi bertahap disebut juga dengan metode alokasi tidak timbal balik (non-
reciprocal allocation method) atau metode alokasi berurutan (sequential allocation
method).
Metode ini mengasumsikan bahwa departemen jasa tidak hanya memberikan jasa
ke departemen produksi, tetapi juga ke departemen jasa lainnya secara tidak timbal
balik.

Gambar: Alokasi departemen jasa dengan metode bertahap

Tabel : Alokasi biaya departemen jasa dengan metode bertahap


Metode Aljabar
Metode ini disebut juga dengan metode alokasi timbal balik (reciprocal allocation
method). Metode ini mengasumsikan bahwa selain memberikan jasa ke departemen
produksi, departemen jasa juga memberikan jasa ke departemen jasa lainnya
secara timbal balik.

Gambar: Alokasi biaya departemen jasa dengan metode aljabar

Perhitungan Persentase Jasa Yang Diberikan Oleh Departemen Jasa

Persamaan Aljabar
K = 15.200.000 + 0.12P
P = 14.250.000 + 0.29K
Cat: P = penanganan BB, K = Kafe
K = 15.200.000 + 0.12 (14.250.000 + 0.29K)
K = 15.200.000 + 1.710.000 + 0,0348K
K – 0,0348C = 16.910.000
0,9652K = 16.910.000
K = 17.519.685

P = 14.250.000 + 0.29 (17.519.685)


P = 14.250.000 + 5.080.709
P = 19.330.709

Alokasi biaya Departemen Kafetaria sbb.:


Departemen Pemotongan:
24% x Rp17.519.685 Rp 4.204.724
Departemen Perakitan:
12% x Rp17.519.685 2.102.362
Departemen Penyelesaian:
35% x Rp17.519.685 6.131.890
Departemen Penanganan BB:
29% x Rp17.519.685 5.080.709
Total Rp 17.519.685
Alokasi biaya Departemen Penanganan BB sbb.:
Departemen Pemotongan:
32% x Rp19.330.709 Rp6.185.827
Departemen Perakitan:
35% x Rp19.330.709 6.765.748
Departemen Penyelesaian:
21% x Rp19.330.709 4.059.449
Departemen Kafetaria
12% x Rp19.330.709 2.319.685
Total Rp19.330.709

Tabel : Alokasi biaya departemen jasa metode aljabar (dalam Rp. 000)

Penghitungan Tarif Overhead Departemen


Biaya departemen jasa setelah dialokasikan ke departemen produksi akan bersaldo
nol. Setelah semua biaya departemen jasa dialokasikan ke departemen produksi,
maka langkah selanjutnya adalah membebankan biaya departemen produksi ke
produk dengan menggunakan tarif biaya overhead berbasis unit.
Anggaran BOP dept. produksi
Setelah alokasi biaya dept. jasa
Tarif Overhead Pabrik = ---------------------------------------------
Kapasitas Normal Unit Driver

Tabel: Perhitungang tarif biaya overhead pabrik


(diasumsikan metode aljabar yang digunakan)
Perhitungan harga pokok produk

Produk A Produk B
BBBL Rp20.000.000 Rp15.000.000
BTKL Rp18.000.000 Rp17.000.000
Dept. Pemotongan 200.000 JM 120.000 JM
Dept. Perakitan 70.000 JKL 50.000 JKL
Dept. penyelesaian 150.000 JM 100.000 JM
Produksi 10.000 unit 10.000 unit
Hitung biaya produksi per unit untuk produk A dan produk B dengan menggunakan
tarif BOP - Metode Aljabar.
Jawab:
Produk A Produk B
Biaya BBBL Rp20.000.000 Rp15.000.000
BTKL 18.000.000 17.000.000
BOP:
Departemen Pemotongan:
200.000 JM x Rp 117,47 23.494.000
120.000 JM x Rp 117,47 14.096.400
Departemen Perakitan:
70.000 JKL x Rp 246,12 17.228.400
50.000 JKLx Rp 246,12 12.306.000
Departemen Penyelesaian:
150.000 JM x Rp 204,21 30.631.500
100.000 JM x Rp 204,21 20.421.000
------------------- ------------------
Total Rp109.353.900 Rp78.823.400
Produksi 10.000 unit 10.000 unit
Biaya produksi per unit Rp10.935 Rp7.882

Langkah-Langkah Perhitungan BOP pada Akhir Periode


1. Mengidentifikasi biaya langsung dan biaya tidak langsung sesungguhnya
untuk setiaap departemen
2. Mengumpulkan data konsumsi cost driver sesungguhnya
3. Mengalokasikan biaya tidak langsung sesungguhnya ke masing-masing
departemen
4. Mengalokasikan biaya departemen jasa sesungguhnya ke departemen
produksi dengan menggunakan metode yang sama dengan perhitungan tarif
BOP pada awal periode

Akuntansi BOP Departemen

Misalkan informasi yang diperoleh dari PT Perabot Jepara Cabang Pekanbaru sbb.:
BOP sesungguhnya Dept. Pemotongan sebesar Rp 45 juta untuk 320.000 JM,
Dept. Perakitan sebesar Rp 30 juta untuk 120.000 JKL, dan Dept. Penyelesaian
sebesar Rp 50 juta untuk 250.000 JM. (Tarif BOP dengan metode aljabar)
Diminta: Buat jurnal yang berkaitan dengan BOP
Jawab:
1. Mencatat BOP dibebankan ke produk
Persediaan BDP – Pemotongan
(320.000 x Rp 117,47) 37.590.400
Persediaan BDP – Perakitan
(120.000 x Rp 246,12) 29.534.400
Persediaan BDP – Penyelesaian
(250.000 x Rp 204,21) 51.052.500
BOP – Pemotongan 37.590.400
BOP – Perakitan 29.534.400
BOP – Penyelesaian 51.052.500
BOP Dibebankan = kapasitas sesungguhnya x Tarif BOP

2. Mencatat BOP sesungguhnya:


BOP – Dept. Pemotongan 45.000.000
BOP – Dept. Perakitan 30.000.000
BOP – Dept. Penyelesaian 50.000.000
Berbagai rek. dikredit 125.000.000
3. Menutup rek. BOP dan mencatat selisih:
Selisih BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600
Selisih BOP – Dept. Perakitan 465.600
BOP – Dept. Penyelesaian 1.052.500
BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600
BOP – Dept. Perakitan 465.600
Selisih BOP – Dept. Penyelesaian 1.052.500
Perhitungan
Dept. Dept. Dept.
Pemotongan Perakitan Penyelesaian
BOP sesungguhnya 45.000.000 30.000.000 50.000.000
BOP dibebankan: 37.590.400 29.534.400 51.052.500
Selisih BOP 7.409.600R 465.600R 1.052.500L

4. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik


Pemotongan Perakitan Penyelesaian
BOP Sesungguhnya 45.000.000 30.000.000 50.000.000
BOP Tetap Dianggarkan:
300.000 x Rp 57.83 (17.349.000)
150.000 x Rp 125,33 (18.799.500)
200.000 x Rp 99,50 (19.900.000)
---------------- ---------------- ----------------
BOP Variabel Sesungguhnya 27.651.000 11.200.500 30.100.000
BOP Variabel Dianggarkan:
320.000 x Rp 59,64 (19.084.800)
120.000 x Rp 120,79 (14.494.800)
250.000 x Rp 104,71 (26.177.500)
----------------- ------------------ -----------------
Selisih Pengeluaran 8.566.200 R (3.294.300) L 3.922.500 R
------------------ ----------------- -----------------
Selisih Kapasitas:
(300.000 – 320.000) x Rp 57,83 (1.156.600) L
(150.000 – 120.000) x Rp 125,33 3.759.900 R
(200.000 – 250.000) x Rp 99,50 (4.975.000) L
----------------- --------------- ------------------
Total Selisih BOP 7.409.600 R 465.600 R 1.052.500 L

5. Mencatat selisih overhead pabrik:


Selisih Pengeluaran – Dept. Pemotongan 8.566.200
Selisih Pengeluaran – Dept. Penyelesaian 3.922.500
Selisih Kapasitas – Dept. Perakitan. 3.759.900
Selisih BOP – Dept. Penyelesaian 1.052.500
Selisih Pengeluaran – Dept. Perakitan 3.294.300
Selisih Kapasitas – Dept. Pemotongan 1.156.600
Selisih Kapasitas – Dept. Penyelesaian 4.975.000
Selisih BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600
Selisih BOP – Dept. Perakitan 465.600
6. Menutup Selisih Biaya Overhead Pabrik:
Harga Pokok Penjualan 6.822.700
Selisih Pengeluaran –
Dept. Perakitan 3.294.300
Selisih Kapasitas –
Dept. Pemotongan 1.156.600
Selisih Kapasitas –
Dept. Penyelesaian 4.975.000
Selisih Pengeluaran –
Dept. Pemotongan 8.566.200
Selisih Pengeluaran –
Dept. Penyelesaian 3.922.500
Selisih Kapasitas –
Dept. Perakitan 3.759.900

Rangkuman
1. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung adalah biaya
langsung produk dan dibebankan secara langsung ke produk, sedangkan
biaya overhead pabrik adalah biaya tidak langsung produk dan sebelum
dubebankan ke produk, dibebankan ke pool biaya pabrik atau departemen.
2. Alokasi biaya diperlukan untuk biaya tidak langsung produk. Untuk
keakuratan perhitungan harga pokok produk diperlukan dasar alokasi biaya
yang tepat. Akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan driver tingkat
unit(unit level driver) sebagai dasar pembebanan biaya ke produk.
3. Jika pabrik dijadikan pool biaya, biaya overhead pabrik pertama kali
dibebankan kepabrik dan biaya pabrik dibebankan keproduk dengan
menggunakan satu tarif disebut tarif pabrik (plant-wide rate). Jika departemen
dijadikan pool biaya. Biaya overhead pabrik pabrik pertama kali dibebankan
kedepartemen produksi dan biaya departemen produksi dibebankan ke
produk dengan menggunakan banyak tarif yang disebut dengan tarif
departemen (departement rate).
4. Ada empat jenis kapasitas, yaitu kapasitas teoritis, kapasitas praktis,
kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Kapasitas
teoritis adalah kapasitas untuk operasi 100 persen, tanpa memperhatihan
hambatan-hambatan dalam kegiatan operasional. Kapasitas praktis adalah
kapasitas teoritis dikurangi hambatan operasional internal, seperti mesin
rusak, pekerja sakit, pekerja cuti dan sebagainya. Kapasitas normal adalah
kapasitas teoritis dikurangi hambatan operasional internal dan eksternal.
Contoh hambatan eksternal libur nasional, turunnya permintaan produk, unjuk
rasa dan lain-lain. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah
kapasitas yang hanya didasarkan pada output sesungguhnya yang
diharapkan pada periode mendatang. Kapasitas ini hanya
memepertimbangkan jangka pendek dan dapat berfluktuasi dari tahun
ketahun. Diantara keempat kapasitas ini yang umum digunakan sebagai
dasar perhitungan biaya overhead pabrik adalah kapasitas normal.
5. Departemen dapat dikelompokkan menjadi departemen produksi dan jasa.
Departemen produksi adalah departemen yang megolah bahan baku menjadi
barang jadi sedangkan departemen jasa adalah departemen yang menunjang
kegiatan departemen produksi.
6. Langkah-langkah perhitungan harga pokok berbasis volume adalah: (a)
mengidentifikasi departemen dan cost drivernya; (b) mengidentifikasi sumber
daya, biaya sumber daya dan driver biaya untuk biaya tidak langsung
departemen; (c) mengumpulkan data kapasitas cost driver: (d) menyusun
anggaran biaya overhead pabrik utk departemen produksi dan jasa; (e)
mengalokasikan biaya departemen jasa ke dapretemn produksi; (f)
menghitung tarif biaya overhead pabrik; dan (g) menghitung harga pokok
produk.
7. Menghitung biaya overhead pabrik sesungguhnya sesuai dengan anggaran
BOP yang disusun, kemudian membandingkan dengan BOP yang
dibebankan jika terjadi selisih perlu dianalisis mejadi selisih anggaran dan
seisih kapasitas.

Latihan
1. PT. Indo Printing memiliki dua departemen produksi I dan II dan dua
departemen jasa yaitu departemen A dan B. Departemen jasa A diaolasikan
berdasarkan jumlah karyawan dan depatemen B berdasarkan jam mesin.
Data lengkapnya sbb:
Departemen produksi Departemen jasa
I II A B
Bop yang dianggarkan Rp.200.000 Rp.608.000 Rp.200.000 Rp.150.000
Jumlah karyawan 90 orang 210 orang 20 orang 30 orang
Jam mesin 64.000 JM 16.000 JM
Jam kerja langsung 35.000 JKL 100.000JKL

Sedang data yang berkaitan dengan pesanan no 101 adalah sbb:


Departemen I Departemen II
Bahan baku langsung Rp. 180 Rp.80
Jam kerja langsung 1 JKL 2 JKL
Jam mesin 3 JM 1 JM
Diminta:
1. Alokasikan biaya overhead pabrik dari departemen jasa kedepartemen
produksi dengan metode langsung, metode bertahap dan metode aljabar.
2. Hitunglah tarif BOP untuk departemen produksi dan biaya overhead yang
dibebankan ke pesanan 101.
3. Hitunglah tarif BOP tunggal berdasarkan jam kerja langsung dan biaya
overhead yang dibebankan kepesanan 101.
2. PT Cindua Mato memproduksi barang melalui dua departemen produksi dan
dua departemen jasa. Kedua departemen produksi tersebut, yaitu
Pemotongan dan Perakitan. Dua departemen jasa PT Cindua Mato, yaitu
Pemeliharaan dan Pembangkit Tenaga Listrik (PTL). Perusahaan
mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan
menggunakan metode aljabar. Biaya Departemen Pemeliharaan dialokasikan
berdasarkan jam kerja langsung dan Departemen Pembangkit Tenaga Listrik
dialokasikan berdasarkan kWh. Jam mesin digunakan sebagai dasar untuk
penentuan tarif biaya overhead pabrik. Berikut data anggaran biaya overhead
pabrik dan data lainnya.
Pemotongan Perakitan Pemeliharaan PTL
BOP variabel Rp 1.000.000 Rp 600.000 Rp 100.000 Rp 250.000
yang
dianggarkan
BOP tetap Rp 750.000 Rp 800.000 Rp 200.000 Rp 300.000
yang
dianggarkan
kWh 700 800 500 -
Jam kerja 350 450 - 200
langsung
Jam mesin 200 400 - 250
(kapasitas
normal)
Departemen Pemotongan memiliki biaya sesungguhnya sebesar Rp 25.000
dengan selisih kapasitas (laba) sebesar Rp 1.000 dan Departemen Perakitan
memiliki biaya overhead sesungguhnya sebesar Rp 20.000 dengan selisih
kapasitas (rugi) sebesar Rp 500

Pertanyaan
a. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
b. Hitunglah selisih biaya overhead pabrik dan selisih pengeluaran.
c. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan (selisih BOP ditutup ke akun Harga
Pokok Penjualan).
3. PT Surabaya Global Designer memiliki informasi berikut ini tahun 2016 yang
memperlihatkan dua volume yang berbeda.
Keterangan Persentase Kapasitas
70% 85%
Jam mesin 28.000 jam 34.000 jam
BOP variabel Rp 221.200 Rp 268.600
BOP tetap Rp 238.000 Rp 238.000
Tarif BOP total per jam Rp 16,40 Rp 14,90
mesin
Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tingkat kapasitas 85 persen.
Namun, 28.000 jam mesin digunakan selama tahun 2016.
Pertanyaan:
a. Jelaskan perbedaan tarif BOP untuk kedua tersebut.
b. Jika biaya overhead pabrik sesungguhnya sama dengan biaya overhead
pabrik yang dianggarkan untuk kapasitas tercapai, berapa total selisih
biaya overhead pabrik selama satu tahun dan apa jenis selisihnya?

Anda mungkin juga menyukai